ANALISIS TINGKAT KETIMPANGAN PENDAPATAN DAN KEMISKINAN PETANI PADI SAWAH
(Kasus : Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
Oleh:
SRI RAHAYU 090304050 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS TINGKAT KETIMPANGAN PENDAPATAN DAN KEMISKINAN PETANI PADI SAWAH
(Kasus : Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
Oleh:
SRI RAHAYU 090304050 AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(HM. Mozart B Darus, M.Sc) (Ir. Hasman Hasyim, M.Si) NIP : 196210051987031005 NIP : 195411111981031001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Sri Rahayu (090304050) judul skripsi "Analisis Tingkat Ketimpangan
Pendapatan dan Kemiskinan Petani Padi Sawah di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Deli Serdang" dibimbing oleh Bapak HM. Mozart B Darus, M.Sc sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir.H.Hasman Hayim, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat ketimpangan pendapatan petani padi sawah, untuk mengetahui keragaman sumber pendapatan petani padi sawah, tingkat pendapatan dari usahatani padi sawah serta kontribusinya terhadap total pendapatan, serta untuk menganalisis tingkat kemiskinan petani padi sawah didaerah penelitian.
Metode penentuan daerah dilakukan dengan metode Purposive. Sedangkan untuk
penarikan sampel dilakukan dengan metode Proportionate Stratified Random
Sampling. Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis tingkat ketimpangan yaitu dengan berdasarkan nilai Gini Ratio (dilengkapi dengan Kurva Lorenz), analisis pendapatan dan kriteria World Bank serta indikator tingkat kemiskinan menurut BPS (2011) dan Upah Minimum Regional (2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan petani padi sawah berdasarkan nilai Gini Ratio sebesar 0,32 berada dalam kategori rendah, sedangkan berdasarkan kriteria World Bank berada dalam kategori rendah. Sumber pendapatan petani padi sawah diluar usahatani padi sawah cukup beragam dimana pendapatan dari usahatani padi sawah memberikan kontribusi terbesar terhadap total pendapatan yaitu, sebesar 67,56%. Selain itu, menurut kriteria BPS (2011) tidak terdapat petani padi sawah yang berada pada kategori miskin, sedangkan menurut UMR (2012) sebanyak 37,21%.
RIWAYAT HIDUP
Sri Rahayu lahir di Medan pada tanggal 5 Mei 1992 anak dari Bapak Ngadiman dan
Ibu Kartinem. Penulis merupakan anak pertama dari satu bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Negeri Inpres 064983 Medan tamat tahun
2003.
2. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 18 Medan tamat
tahun 2006.
3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Medan tamat tahun
2009.
4. Tahun 2009 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur UMB (Ujian
Masuk Bersama).
5. Desember 2012 - Mei 2013 melakukan penelitian skripsi di Desa Sidodadi
Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera
Utara.
6. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada Juli - Agustus 2013 di Desa
Rambung Estate Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat
dan karunia-Nya serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah "Analisis Tingkat Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan Petani Padi Sawah Di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Deli Serdang". Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak HM. Mozart B Darus, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
telah banyak membimbing dan memberikan masukan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Bapak Ir.H.Hasman Hayim, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah banyak membimbing dan memberikan masukan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, Msi selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian USU dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang telah memberikan
kemudahan kepada penulis dalam hal perkuliahan di kampus.
4. Seluruh dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
USU yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.
5. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian USU khususnya pegawai Program Studi
6. Bapak Muliyono, SP, MMA selaku Kepala UPT Dinas Pertanian Kecamatan
Beringin atas keramah-tamahannya dan bantuannya dalam pelaksanaan
penelitian ini.
7. Bapak Sujatno selaku PPL di desa Sidodadi Ramunia beserta PPL lainnya di
kecamatan Beringin serta seluruh kelompok tani yang berada di desa Sidodadi
Ramunia atas bantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini.
Segala hormat dan terima kasih khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda
Ngadiman dan Ibunda Kartinem atas kasih sayang, motivasi, dan dukungan baik
secara materi maupun do'a yang diberikan kepada penulis.
Terima kasih juga penulis ucapkan khususnya kepada Sandi Apri yang telah banyak
membantu baik susah maupun senang serta selalu memberikan semangat kepada
penulis. Juga teman-teman saya yaitu Ummul, Asmi, Roma, Uzul, Litna, Kiki, Ari,
Fachreza, Avis, Luthfi, ozie, dicky serta teman-teman angkatan 2009 di Program
Studi Agribisnis yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis juga
berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca dan khususnya bagi
penulis pribadi. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, September 2013
DAFTAR ISI
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ………... 4
1.4 Kegunaan Penelitian ………... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………..... 5
2.1 Kemiskinan ... 5
2.2 Distribusi dan Ketimpangan Pendapatan ... 9
2.3 Penelitian Sebelumnya ... 13
2.4 Kerangka Penelitian ………... 15
2.5 Hipotesis Penelitian ………... 17
BAB III METODE P ENELITIAN ………...... 18
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18
3.2 Metode Penentuan Sampel ………... 21
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 23
3.4 Metode Analisis Data ………... 23
3.5 Definisi dan Batasan Opersional ………... 25
3.5.1. Definisi ... 26
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
5.1 Tingkat Ketimpangan Pendapatan Petani Padi Sawah ... 35
5.1.1. Berdasarkan Nilai Koefisien Gini (Gini Ratio) dan Kurva Lorenz ... 35
5.1.2. Berdasarkan Kriteria Bank Dunia (World Bank) ... 38
5.2 Sumber Pendapatan Petani Padi Sawah Diluar Usahatani Padi Sawah ... 40
5.2.1. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah dan Kontribusinya Terhadap Total Pendapatan Keluarga Petani Padi Sawah ... 42
5.2.2. Penerimaan Usahatani Padi Sawah ... 43
5.2.3. Total Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah ... 44
5.2.4. Pendapatan Usahatani Padi Sawah ... 47
5.2.5. Kontribusi Pendapatan Usahatani Padi Sawah Terhadap Total Pendapatan Keluarga Petani Padi Sawah ... 47
5.3Tingkat Kemiskinan Petani Padi Sawah ... 49
5.3.1. Berdasarkan Kriteria BPS (2011) ... 49
5.3.2. Berdasarkan Upah Minimum Regional (2012) ... 51
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN …………... 52
6.1 Kesimpulan ... 52
6.2 Saran ………... 53
6.2.1. Untuk Petani Padi Sawah ... 53
6.2.2. Untuk Pemerintah Daerah ... ... 53
6.2.3 Kepada Peneliti Selanjutnya ... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Hlm.
1. Bentuk Arsiran Kurva Lorenz 12
2. Skema Kerangka Pemikiran 16
3. Kurva Lorenz di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan
Beringin Kabupaten Deli Serdang 37
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Hlm.
1 Garis Kemiskinan Miskin Menurut Daerah dan Komponennya
(Maret 2011 – Maret 2012)
8
2 Indikator Ketimpangan Gini Ratio 11
3 Indikator Ketimpangan Menurut World Bank 13
4 Luas Panen dan Produksi Padi Sawah Menurut Kabupaten/Kota
Tani diKecamatan Beringin 2012
21
8 Jumlah Sampel dengan Metode Proportionate Stratified
Random Sampling
21
9 Pengolahan Data Untuk Menentukan Koefisien Gini Ratio 22
10 Garis Kemiskinan Menurut BPS Untuk Daerah Perkotaan dan
Perdesaan (Maret 2011-Maret 2012)
24
11 Distribusi Penduduk Bedasarkan Jenis Kelamin Di Desa
Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli
Serdang 2012
29
12 Distribusi Penduduk Bedasarkan Umur Di Desa Sidodadi
Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
29
13 Distribusi Penduduk Bedasarkan Agama Di Desa Sidodadi
Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
30
14 Persentase Bedasarkan Jenis Pekerjaan Di Desa Sidodadi
Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
30
15 Sarana dan Prasarana Di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan
Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
31
16 Keadaan Umur Petani Sampel Di Desa Sidodadi Ramunia
Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
32
17 Tingkat Pendidikan Petani Sampel Di Desa Sidodadi Ramunia
Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
33
18 Jumlah Tanggungan Petani Sampel Di Desa Sidodadi Ramunia
Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
34
19 Nilai Koefisien Gini Ratio Petani Sampel Di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
20 Tingkat Ketimpangan Distribusi Pendapatan Petani Sampel Menurut Kriteria Bank Dunia Di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
39
21 Distribusi Sumber Pendapatan Petani Sampel Di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
41
22 Rata-Rata Penerimaan dan Produksi Padi Sawah Petani Sampel
Di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
44
23 Rata-Rata Total Biaya Produksi Padi Sawah Petani Sampel Di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
46
24 Rata-Rata Pendapatan Petani Sampel Dari Usahatani Padi
Sawah Di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
47
25 Kontribusi Masing-Masing Sumber Pendapatan Petani Sampel
Terhadap Total Pendapatan Petani Sampel Di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
48
26 Penggolongan Tingkat Kemiskinan Keluarga Petani Sampel
Menurut Kriteria Garis kemiskinan BPS (2011) Di Desa
Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli
Serdang 2012
50
27 Penggolongan Tingkat Kemiskinan Keluarga Petani Sampel
Menurut UMR (2012) Di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan
1. Karakteristik Petani Sampel
2. Penerimaan Petani Sampel dari Usahatani Padi Sawah Selama 2012 3. Penggunaan Benih Per Petani Selama 2012
4. Biaya Pembelian Pupuk Per Petani Selama 2012 5. Biaya Penyusutan Peralatan Per Petani Selama 2012 6. Biaya Penggunaan Obat-Obatan Per Petani Selama 2012 7. Biaya Sarana Produksi (Saprodi) Per Petani Selama 2012 8. Biaya Tenaga Kerja Per Petani Selama 2012
9. Biaya Produksi Per Petani Selama 2012
10.Pendapatan Petani Sampel dari Usahatani Padi Sawah Selama 2012 11.Pendapatan Petani Sampel dari Usahatani Non-Padi Sawah Selama 2012 12.Pendapatan Petani Sampel dari Kegiatan Non Usahatani Selama 2012 13.Total Pendapatan Petani Sampel Selama 2012 Serta Kontribusi Pendapatan
dari Usahatani Padi Sawah Terhadap Total Pendapatan Petani Sampel 14.Analisis Tingkat Ketimpangan Pendapatan Petani Sampel di Desa Sidodadi
Ramunia Berdasarkan Nilai Koefisien Gini (Gini Ratio) Selama 2012 15.Gambar Kurva Lorenz yang Menunjukkan Tingkat Ketimpangan Distribusi
Pendapatan Petani Sampel di Desa Sidodadi Ramunia Selama 2012
16.Analisis Tingkat Ketimpangan Pendapatan Petani Sampel di Desa Sidodadi Ramunia Berdasarkan Indikator Bank Dunia (World Bank) Selama 2012 17.Analisis Tingkat Kemiskinan Keluarga Petani Sampel di Desa Sidodadi
ABSTRAK
Sri Rahayu (090304050) judul skripsi "Analisis Tingkat Ketimpangan
Pendapatan dan Kemiskinan Petani Padi Sawah di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Deli Serdang" dibimbing oleh Bapak HM. Mozart B Darus, M.Sc sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir.H.Hasman Hayim, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat ketimpangan pendapatan petani padi sawah, untuk mengetahui keragaman sumber pendapatan petani padi sawah, tingkat pendapatan dari usahatani padi sawah serta kontribusinya terhadap total pendapatan, serta untuk menganalisis tingkat kemiskinan petani padi sawah didaerah penelitian.
Metode penentuan daerah dilakukan dengan metode Purposive. Sedangkan untuk
penarikan sampel dilakukan dengan metode Proportionate Stratified Random
Sampling. Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis tingkat ketimpangan yaitu dengan berdasarkan nilai Gini Ratio (dilengkapi dengan Kurva Lorenz), analisis pendapatan dan kriteria World Bank serta indikator tingkat kemiskinan menurut BPS (2011) dan Upah Minimum Regional (2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan petani padi sawah berdasarkan nilai Gini Ratio sebesar 0,32 berada dalam kategori rendah, sedangkan berdasarkan kriteria World Bank berada dalam kategori rendah. Sumber pendapatan petani padi sawah diluar usahatani padi sawah cukup beragam dimana pendapatan dari usahatani padi sawah memberikan kontribusi terbesar terhadap total pendapatan yaitu, sebesar 67,56%. Selain itu, menurut kriteria BPS (2011) tidak terdapat petani padi sawah yang berada pada kategori miskin, sedangkan menurut UMR (2012) sebanyak 37,21%.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang pertanian
menjadi priorotas utama. Pembangunan sektor pertanian sebagai sektor pangan
utama di Indonesia sangat penting dalam pembangunan Indonesia. Tanaman
pangan yang banyak diusahakan oleh rumah tangga petani adalah padi sebagai
penghasil beras. Di Indonesia beras merupakan bahan makanan pokok dan
merupakan sumber kalori bagi sebagian besar penduduk dan beras secara tidak
langsung dapat mempengaruhi bahan konsumsi lain (BPS, 2009).
Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas
(ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Distribusi pendapatan
merupakan salah satu aspek kemiskinan yang perlu dilihat karena pada dasarnya
merupakan ukuran kemiskinan relatif. Tidak meratanya distribusi pendapatan
memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya
masalah kemiskinan. Ketimpangan pendapatan dan kemiskinan pada suatu
masyarakat berawal dari perbedaan kemampuan dan kesempatan untuk
memperoleh pendapatan, jasa dan fasilitas lain dalam keperluan hidup.
Distribusi pendapatan yang timpang adalah antar perdesaan dengan perkotaan.
Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh penduduk juga
pekerjaan yang dapat memberikan pendapatan yang memadai. Distribusi
pendapatan suatu daerah yang tidak merata, tidak akan menciptakan kemakmuran
bagi masyarakatnya secara umum. Sistem distribusi yang tidak merata hanya akan
menciptakan kemakmuran bagi golongan tertentu saja. Begitu pula sebaliknya,
distribusi pendapatan yang merata akan menciptakan kemakmuran bagi seluruh
lapisan masyarakatnya.
Buruh tani di perdesaan adalah gambaran utama kemiskinan di daerah perdesaan.
Naik turunnya upah buruh tani menggambarkan turun naiknya jumlah penduduk
miskin diperdesaan. Masyarakat miskin di perkotaan umumnya terdiri dari
pembantu rumahtangga, dan pekerja bangunan. Menurut berbagai indikasi dan
keterangan resmi pemerintah daerah, para pengemis, anak jalanan, preman sulit
untuk dikategorikan sebagai masyarakat miskin. Informasi resmi tentang
penghasilan yang diperoleh mereka memang belum tersedia, namun pada umumnya
mencapai jumlah yang melewati garis batas kemiskinan (BPS, 2012).
Kelompok penduduk miskin yang berada pada masyarakat perdesaan dan
perkotaan, pada umumnya dapat digolongkan pada buruh tani, petani gurem,
pedagang kecil, nelayan, pengrajin kecil, buruh, pedagang kaki lima, pemulung,
pengemis dan pengangguran. Kelompok miskin akan menimbulkan problema yang
berkelanjutan bagi kemiskinan kultural dan struktural apabila tidak ditangani secara
serius terutama generasi berikutnya (Supriatna, 2000).
Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persediaan sumber
daya yang dimiliki seseorang melalui penggunaan standar baku yang dikenal
pengukuran kemiskinan absolut. Kemiskinan berbeda dengan ketimpangan
distribusi pendapatan. Perbedaan ini sangat ditekankan karena kemiskinan
berkaitan erat dengan standar hidup yang absolut dari bagian masyarakat tertentu,
sedangkan ketimpangan pendapatan mengacu pada standar hidup relatif dari
seluruh masyarakat. Pada tingkat ketimpangan yang maksimum, seluruh kekayaan
hanya dimiliki oleh satu orang saja dan tingkat kemiskinan sangat tinggi
(Syaifullah, 2008).
Menurut Remi dan Tjiptoherijanto (2002), penyebab utama kemiskinan suatu
rumah tangga adalah rendahya pendapatan yang mereka terima. Sedangkan
karakteristik penduduk miskin tersebut antara lain adalah memiliki rata-rata jumlah
tanggungan yang banyak. Jumlah anggota dalam rumah tangga adalah indikasi yang
dominan dalam menentukan miskin atau ketidakmiskinannya rumah tangga.
Namun, penyebab tersebut tidak sama untuk setiap kondisi. Dengan berbagai
penjelasan tersebut penulis merasa perlu melakukan penelitian mengenai tingkat
ketimpangan pendapatan serta kemiskinan petani padi sawah di desa Sidodadi
Ramunia kecamatan Beringin kabupaten Deli Serdang.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dan permasalahan yang ada maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat ketimpangan pendapatan petani padi sawah didaerah
penelitian?
2. Bagaimana keragaman sumber pendapatan petani padi sawah serta kontibusinya
3. Bagaimana tingkat kemiskinan petani padi sawah di daerah penelitian?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis tingkat ketimpangan pendapatan petani padi sawah di
daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui keragaman sumber pendapatan petani padi sawah serta
kontribusinya terhadap total pendapatan petani padi sawah didaerah penelitian.
3. Untuk menganalisis tingkat kemiskinan petani padi sawah di daerah penelitian.
1.4Kegunaan Penelitian
Kegunaan dilakukan penelitian antara lain adalah :
1. Sebagai bahan masukan kepada petani padi sawah dalam pengambilan
keputusan untuk peningkatan kesejahteraan.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah kabupaten Deli Serdang
dalam mengambil kebijakan khususnya dalam bidang pertanian yang berkaitan
dengan padi sawah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemiskinan
Saat ini banyak terdapat cara pengukuran kemiskinan dengan standar yang
berbeda-beda. Ada dua kategori tingkat kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan
kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah kondisi di mana tingkat pendapatan
seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,
papan, kesehatan dan pendidikan. Kemiskinan relatif adalah perhitungan
kemiskinan berdasarkan proporsi distribusi pendapatan daerah. Kemiskinan jenis
ini dikatakan relatif karena lebih berkaitan dengan distribusi pendapatan antar
lapisan sosial (Sukino, 2013).
Menurut Syaifullah (2008), penyebab kemiskinan sangat banyak, antara penyebab
dan akibat sering berbalik misalnya miskin disebabkan oleh pendidikan yang
rendah dikarenakan kemiskinan. Sekurang-kurangnya terdapat dua faktor utama
penyebab timbulnya kemiskinan, yaitu :
1. Kemiskinan kebudayaan (cultural) terjadi disebabkan adanya kesalahan pada
subjek. Misalnya, malas, apatis, tidak percaya diri, gengsi, tidak memiliki jiwa
wirausaha, serta tidak mempunyai kemampuan dan keahlian.
2. Kemiskinan struktural (structural) biasanya terjadi disebabkan oleh faktor
miskin. Misalnya, pemerintah yang tidak adil, birokrasi yang lemah, serta
minimnya kesadaran hukum.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk
dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini
berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak
adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah
kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan
sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam
arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya
dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik
dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
"memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan
ekonomi di seluruh dunia.
Gejala kemiskinan disebabkan oleh indikator keluarga yaitu rata-rata kelahiran dan
kematian, angka pengangguran meningkat, tingkat pendapatan rendah, status gizi
rendah, status perumahan kumuh, tingkat pendidikan rendah, pengeluaran
kemiskinan ditandai oleh pendapatan perkapita wilayah yang rendah, persentase
rawan gizi yang tinggi, umur harapan hidup rendah disertai rata-rata tingkat
pendidikan rendah. Disamping itu, kondisi pemukiman, transportasi, sarana air
bersih, jalan, fasilitas kesehatan, sarana pendidikan dan fasilitas umum lainnya
tidak mencukupi (Supriatna, 2000).
Pengukuran kemiskinan menurut BPS telah menghitung jumlah persentase
penduduk miskin. Metode yang digunakan dalam penentuan penduduk miskin
adalah dengan menggunakan metode batas atau garis kemiskinan melalui data
Modul Konsumsi Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Batas kemiskinan
ini merupakan besarnya rupiah yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum
makanan dan non makanan (BPS, 2010).
Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya
rupiah yang dibelanjakan per-kapita dalam sebulan untuk memenuhi kebutuhan
minimum makanan dengan acuan yang digunakan adalah 2.100 kalori per-hari.
Adapun pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran
untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa. Dengan menggunakan
standar kemiskinan tiap provinsi yang dibedakan menurut daerah perkotaan dan
perdesaan dapat dihitung. Batas garis kemiskinan ini dibedakan antara daerah
perkotaan dan perdesaan. Berikut ini akan digambarkan melalui Tabel 1 mengenai
indikator garis kemiskinan, jumlah penduduk serta persentase penduduk miskin di
Indonesia dalam kurun waktu Maret 2011 s/d Maret 2012 yang disusun oleh Badan
Tabel 1. Garis Kemiskinan Miskin Menurut Daerah dan Komponennya
Sumber : Badan Pusat Statistik 2012.
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa Garis Kemiskinan untuk daerah perkotaan pada
Maret 2012 adalah Rp.267.408/kapita/bulan dan untuk daerah perdesaan pada
Maret 2012 adalah Rp.229.226/kapita/bulan. Garis kemiskinan merupakan
penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non
Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan dibawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin (PM)
(BPS, 2012).
Pada saat ini, dunia usaha lapangan pekerjaan menggunakan standard Upah
Minimum Regional (UMR) untuk menetapkan standard terendah pendapatan yang
diterima oleh buruh atau pekerja suatu perusahaan. Dimana Upah Minimum
2.2 Distribusi dan Ketimpangan Pendapatan
Untuk menghitung biaya dan pendapatan dalam usahatani dapat digunakan tiga
jenis pendekatan yaitu pendekatan nominal (nominal approach), pendekatan nilai
yang akan datang (future value approach), dan pendekatan nilai sekarang (present
value approach). Namun pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan nilai sekarang (present value approach), yaitu, pendekatan yang
memperhitungkan semua pengeluaran dan penerimaan dalam proses produksi pada
saat dimulainya proses produksi (Suratiyah, 2009).
Pendapatan usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari
penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau
modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Barangkali ukuran yang
sangat berguna untuk menilai penampilan usahatani kecil adalah penghasilan
usahatani. Angka ini diperoleh dari pendapatan usahatani dengan mengurangkan
bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman (Soekartawi, 1995).
Selanjutnya Soekartawi (1995) menyatakan bahwa penerimaan usahatani adalah
perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat
dituliskan sebagai berikut,
TR = Y . Py
dimana,
TR = Total penerimaan (Rp.)
Y = Produksi (kg)
Menurut Soekartawi (1995), pendapatan petani dari usahatani dapat dihitung
dengan menggunakan rumus,
π = TR – TC
dengan,
π = Pendapatan (Rp.)
TR = Total penerimaan (Rp.) TC = Total biaya produksi (Rp.)
Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang perlu dilihat
karena pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan relatif. Oleh karena data
pendapatan sulit diperoleh, pengukuran distribusi pendapatan selama ini didekati
dengan menggunakan data pengeluaran. Dalam analisis ini akan digunakan empat
ukuran untuk merefleksikan ketimpangan pendapatan yaitu koefisien Gini (Gini
Ratio), Ukuran Bank Dunia, Indeks Theil dan Indeks-L (BPS, 2012).
Distribusi pendapatan merupakan salah satu indikator pemerataan. Pemerataan
akan terwujud jika proporsi pendapatan yang dikuasai oleh sekelompok masyarakat
tertentu sama besarnya dengan proporsi kelompok tersebut. Misalnya jika
sekelompok masyarakat yang proporsinya sebesar 40% dari total penduduk maka
seharusnya mereka juga menguasai pendapatan sebesar 40% dari total pendapatan.
Ada sejumlah alat untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi pendapatan. Alat
yang lazim digunakan adalah Gini Ratio dan cara perhitungan yang digunakan oleh
Bank Dunia (Hasrimi, 2010).
Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan
untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Koefisien
bervariasi mulai dari nol (kesamarataan sempurna) sampai dengan satu
(ketidakmerataan sempurna). Untuk menghitung besarnya nilai Gini Ratio dapat
digunakan rumus berikut :
Yi = Proporsi jumlah pendapatan RT kumulatif
i = Index yang menunjukkan nomor sampel
Nilai indeks Gini ada diantara 0-1. Semakin tinggi nilai indeks Gini menunjukkan
ketidakmerataan pendapatan yang semakin tinggi. Jika nilai indeks gini adalah 0
maka artinya terdapat kemerataan sempurna pada distribusi pendapatan, sedangkan
jika bernilai 1 berarti terjadi ketidakmerataan pendapatan yang sempurna. Kategori
tingkat ketimpangan berdasarkan nilai dari indeks Gini (Gini Ratio) dibagi kedalam
tiga kriteria sebagaimana tertera pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Indikator Ketimpangan Gini Ratio.
Nilai Gini Ratio Tingkat Ketimpangan
< 0,35 Rendah
0,35 – 0,5 Sedang
> 0,5 Tinggi
Sumber : http://statistikaterapan.files.wordpress.com
Todaro (1995) menyatakan bahwa koefisien Gini (Gini Ratio) dapat dijelaskan
dengan menggunakan kurva Lorenz yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang
membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu (misalnya pendapatan)
dengan distribusi seragam yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Untuk
sampai terkaya) digambar pada sumbu horizontal dan persentase pendapatan
digambar pada sumbu vertikal. Kurva Lorenz dapat dilihat pada Gambar 1 :
Sumber : Todaro (1995)
Gambar 1. Bentuk Kurva Lorenz
Setiap titik yang terdapat pada garis diagonal melambangkan persentase jumlah
pendapatan sama dengan persentase jumlah penerimanya (penduduk). Sebagai
contoh, titik tengah garis diagonal melambangkan 50% pendapatan telah
didistribusikan secara tepat kepada 50% jumlah penduduk. Titik yang terletak pada
posisi ¾ garis diagonal menunjukkan 75% pendapatan telah didistribusikan secara
tepat kepada 75% jumlah penduduk. Garis diagonal tersebut merupakan garis
"pemerataan sempurna" (perfect equality) dalam distribusi pendapatan. Sebagai
contoh, titik A menunjukkan bahwa 10% kelompok penduduk terbawah (termiskin)
dari jumlah penduduk menerima 1,8% dari jumlah pendapatan. Titik B
menunjukkan bahwa 20% kelompok penduduk terbawah menerima 5% dari jumlah
pendapatan, demikian seterusnya bagi setiap delapan kelompok lainnya.
19,8% dari jumlah pendapatan. Semakin tinggi derajat ketimpangan maka kurva
Lorenz akan semakin melengkung (cembung) dan semakin mendekati sumbu
horizontal sebelah bawah (Todaro,1995).
Menurut BPS (2012), selain penggunaan koefisien Gini (Gini Ratio) yang
dilengkapi dengan kurva Lorenz, tingkat ketimpangan distribusi pendapatan juga
dapat diukur dengan menggunakan kriteria yang ditentukan Bank Dunia (World
Bank). Ketimpangan distribusi pendapatan yang diukur dengan kriteria Bank Dunia
(World Bank) ini diperoleh dengan menghitung persentase jumlah pendapatan dari
40% kelompok penduduk berpendapatan terendah dibandingkan dengan total
pendapatan seluruh penduduk. Bank Dunia (World Bank) mengklasifikasikan
tingkat ketimpangan berdasarkan tiga kategori seperti yang terlihat pada Tabel 3
berikut ini :
Tabel 3. Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia (World Bank).
Klasifikasi Distribusi Pendapatan
Ketimpangan Tinggi 40% penduduk berpendapatan rendah menerima < 12%
dari total pendapatan
Ketimpangan Sedang 40 % penduduk berpendapatan rendah menerima 12%
–17% dari total pendapatan Ketimpangan
Rendah
40% penduduk berpendapatan rendah menerima > 17% dari total pendapatan
Sumber : Badan Pusat Statistik 2012
2.3 Penelitian Sebelumnya
1. Menurut penelitian Rifai (2005), yang dilakukan di desa Kuok kecamatan
Bangkinang Barat kabupaten Kampar, menyatakan bahwa distribusi pendapatan
koefisien Gini sebesar 0,437. Pendapatan dari sekor pertanian memberikan
kontribusi yang lebih besar terhadap terjadinya ketimpangan pendapatan.
2. Menurut penelitian Prida (2009), yang dilakukan di Lingkungan 9 Kelurahan
Pulo Brayan Kota kecamatan Medan Barat kota Medan, menyatakan bahwa
tingkat kemiskinan pengolah ikan rebus di daerah tersebut menurut kriteria
Sayogyo 360 kg beras per orang/tahun adalah berada di atas garis kemiskinan
dan berdasarkan kriteria Upah Minimum Regional sebesar Rp 1.048.000 adalah
berada dibawah garis kemiskinan.
3. Menurut penelitian Halim (2012), yang dilakukan di desa Tanjung Beringin
kecamatan Sumbul kabupaten Dairi, menyatakan bahwa Pendapatan petani dari
usahatani kopi Arabika mampu memberikan kontribusi terbesar yakni sebesar
65,68%. Tingkat ketimpangan distribusi pendapatan petani di daerah tersebut
menurut indikator koefisien Gini (Gini Ratio) berada dalam kategori menengah
dengan nilai Gini Ratio sebesar 0,36. Sedangkan menurut indikator Bank Dunia
(World Bank), tingkat ketimpangan distribusi pendapatan berada dalam kategori
rendah sekitar 19,26%. Sedangkan menurut kriteria garis kemiskinan Sajogyo
(1988), proporsi petani kopi Arabika miskin di desa Tanjung Beringin sebanyak
9 keluarga atau sekitar 21,43%. Sementara itu menurut kriteria garis kemiskinan
BPS (2010), proporsi petani kopi Arabika miskin di desa Tanjung Beringin
selama 2011 adalah sebanyak 7 keluarga atau sekitar 16,67%, sedangkan
selebihnya sebanyak 35 keluarga atau sekitar 83,33% berada dalam kategori
2.4Kerangka Pemikiran
Pada umumnya masyarakat desa yang mayoritas petani memiliki keragaman
matapencaharian untuk memenuhi kebutuhan keluarga, artinya walaupun suatu
keluarga telah memiliki usahatani utama namun tetap berupaya untuk
mengusahakan berbagai jenis cabang usahatani yang lain maupun kegiatan bukan
usahatani. Sumber pendapatan usahatani non padi sawah meliputi, palawija
(jagung, ubikayu, kelapa, kelapa sawit, karet, dan lainnya), hortikultura (kacang
tanah, kacang kedelai, sawi, tomat, timun dan lainnya), beternak, nelayan.
Sumber pendapatan yang berasal dari luar usahatani terdiri dari sektor formal
seperti pegawai negeri, ABRI, dan sector informal seperti berdagang, usaha
industry, pekerja bangunan dan jasa. Sumber pendapatan non usahatani di desa
penelitian meliputi buruh, pedagang atau wiraswasta.
Untuk memperoleh suatu pendapatan dari usahatani padi sawah, terlebih dahulu
petani padi sawah harus menghitung berbagai jenis biaya pengeluaran dari proses
prapanen hingga pascapanen dari usahatani padi sawah mereka. Biaya pengeluaran
ini disebut juga dengan biaya produksi, yang terdiri dari:
penyusutan peralatan pertanian
upah tenaga kerja
penggunaan sarana produksi
biaya PBB, pengairan, sewa lahan dan lainnya
Setelah menghitung jumlah biaya produksinya, barulah petani padi sawah dapat
menghitung pendapatannya dengan mengurangi penerimaan petani padi sawah
Pendapatan petani dari usahatani padi sawah ini kemudian ditambahkan dengan
pendapatan yang berasal dari usahatani lain dan dari luar usahatani. Sehingga
menghasilkan sebuah perhitungan baru yang disebut dengan total pendapatan petani
padi sawah. Tidak meratanya distribusi pendapatan memicu terjadinya
ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah
kemiskinan. Untuk lebih jelas lagi mengenai kerangka pemikiran yang digunakan
dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran pada Gambar 2 dibawah ini :
Keterangan :
: hubungan
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Tingkat Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan Petani Padi Sawah
Usahatani Padi Sawah
PETANI
Usaha Non Padi Sawah Dan
Kegiatan Non Usahatani Produksi Padi Sawah
Pendapatan Pendapatan Tambahan
Total Biaya Produksi
Total Pendapatan
Kemiskinan Tingkat Ketimpangan
2.5 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :
1. Tingkat ketimpangan distribusi pendapatan petani padi sawah didaerah
penelitian berada pada ketegori tinggi, baik menurut indikator ketimpangan Gini
Ratio maupun indikator ketimpangan Bank Dunia.
2. Sumber-sumber pendapatan petani padi sawah cukup beragam dan pendapatan
dari usahatani padi sawah mampu memberikan kontribusi lebih dari 50%
terhadap total pendapatan petani padi sawah didaerah penelitian.
3. Tingkat kemiskinan didaerah penelitian di atas 50% jika ditinjau dari kriteria
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive yakni di desa Sidodadi
Ramunia kecamatan Beringin kabupaten Deli Serdang, seperti ditunjukkan pada
Tabel 4 berikut :
Adapun pertimbangan pemilihan kecamatan Beringin karena kecamatan ini
memiliki produktivitas padi sawah paling tinggi di kabupaten Deli Serdang seperti
ditunjukkan pada Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang 2011
No Kecamatan Luas Panen
Sumber : Statistik Tanaman Padi dan Palawija Kabupaten Deli Serdang 2012.
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa kecamatan Beringin memiliki produktivitas
yang paling tinggi yaitu sebesar 5,383 ton/Ha dengan produksi padi sawahnya
28.699 ton dengan luas lahan 5.331 ha.
Penelitian ini dilakukan di desa Sidodadi Ramunia kecamatan Beringin kabupaten
Deli Serdang. Desa Sidodadi Ramunia dalam melakukan usahatani padi sawahnya
yang merupakan teknik budidaya tanaman padi yang mampu meningkatkan
produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan
unsur hara. Sistem SRI ini merupakan sistem penanaman padi yang telah
diprogramkan oleh pemerintah kabupaten Deli Serdang. Penerapan sistem SRI di
Desa Sidodadi Ramunia telah terbukti dapat meningkatkan pendapatan petani padi
sawah. Desa Sidodadi Ramunia dipilih oleh pemerintah kabupaten Deli Serdang
sebagai daerah padi sawah percontohan. Adapun pertimbangan pemilihan desa
Sidodadi Ramunia adalah karena desa tersebut memiliki produktivitas padi sawah
yang paling tinggi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Luas Lahan, produksi dan produktivitas Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
No Desa Luas Lahan
4 Psr V Kebun Kelapa 78 1.170 15
5 Aras Kabu 221,6 1.193,40 5,38
11 Sidoarjo Dua Ramunia 708,3 10.695,30 15,10
Sumber : Kcd. Pertanian Kecamatan Beringin 2012.
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa desa Sidodadi Ramunia merupakan desa yang
memiliki produktivitas yang paling tinggi dari pada desa lainnya yaitu sebesar
17ton/ha. Walaupun produksi padi sawahnya merupakan urutan terbanyak kedua
setelah desa Sidoarjo Dua Ramunia yaitu sebanyak 8.228 ton dengan luas lahan 484
Tabel 7. Jumlah Kelompok Tani dan Anggota Kelompok Tani di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
No Desa Jumlah Kelompok Tani Jumlah Anggota
1 Tumpatan 9 360
11 Sidoarjo Dua Ramunia 16 1.132
Sumber : Kcd. Pertanian Kecamatan Beringin 2012.
Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa desa Sidodadi Ramunia memiliki 11 kelompok
tani dengan total jumlah anggota sebanyak 1.376 anggota.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah di desa Sidodadi Ramunia
kecamatan Beringin kabupaten Deli Serdang. Metode yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah metode Proportionate Stratified Random Sampling
dimana populasi petani padi sawah digolongkan terlebih dahulu menurut luas lahan.
Untuk memperoleh banyaknya sampel yang akan di ambil dilakukan proses
pemilihan sampel (n) dari populasi (N) yang dilakukan secara random (acak).
Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
rumus Slovin, yakni:
= + �.�
dimana,
n = Ukuran sampel
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan
(Umar, 2000).
Melalui rumus Slovin maka jumlah sampel (n) yang diambil berdasarkan jumlah
populasi petani padi sawah (N) di desa Sidodadi Ramunia, kecamatan Deli Serdang
yang berjumlah 1,018 petani padi sawah serta dengan menggunakan persen
kelonggaran sebesar 15 % (untuk penelitian sosial persen kelonggaran sebesar
10%-20%) adalah sebagai berikut :
=
+ . , = ,
Berdasarkan hasil dari rumus Slovin diatas, jumlah sampel yang diambil pada
penelitian ini adalah sebanyak 43 petani padi sawah. Sehingga dapat diketahui
jumlah sampel yang akan diambil pada setiap luas lahan, seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 8 berikut. :
Tabel 8. Jumlah Sampel dengan metode Proportionate Stratified Random Sampling
No Luas Lahan (Ha) Populasi (KK) Sampel (KK)
1 <0,5 721 721/1018 x 43 = 31
2 0,5 – 1 270 270/1018 x 43 = 11
3 > 1 27 27/1018 x 43 = 1
Jumlah 1,018 43
Sumber : Kcd. Pertanian Kecamatan Beringin 2012.
Dari Tabel 8 dapat diketahui jumlah sampel yang akan diambil pada setiap kategori
luas lahan. Untuk kategori luas lahan <0,5 ha jumlah sampel yang akan diambil
sebanyak 31 orang, untuk kategori luas lahan 0,5 – 1 ha jumlah sampel yang akan
diambil sebanyak 11 orang dan untuk kategori luas lahan >1 ha jumlah sampel yang
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan sampel didaerah
penelitian melalui daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.
Sedangkan data sekunder sebagai data pelengkap yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Deli Serdang,
literatur-literatur serta lembaga atau instansi yang terkait dengan penelitian.
3.4 Metode Analisis Data
Data primer yang telah diperoleh terlebih dahulu ditabulasi kemudian dianalisis
dengan uji statistik yang sesuai dengan keperluan pengolahan data.
Untuk menguji hipotesis 1, digunakan dua alat perhitungan, yaitu :
1. Dengan menggunakan indikator ketimpangan koefisien Gini (Gini Ratio). Untuk menghitung besarnya nilai koefisien Gini (Gini Ratio) digunakan rumus berikut,
�� = – ∑ -��
�=
��− + ��
dengan, GR = Angka Gini Ratio fx = Proporsi jumlah RT
Yi = Proporsi jumlah pendapatan RT kumulatif I = Index yang menunjukkan nomor sampel
Dalam menggunakan rumus koefisien Gini (Gini Ratio), variabel-variabel
eksogen (Xi dan Yi) yang terdapat pada rumus tersebut diperoleh dengan
mengurutkan semua pendapatan sampel (petani padi sawah) dari yang paling
kecil hingga yang paling besar, dapat dibuat seperti pada Tabel 9 berikut ini,
No. S ampel Pendapatan
2. Tingkat ketimpangan distribusi pendapatan yang diukur dengan kriteria Bank
Dunia (World Bank) diperoleh dengan cara menghitung jumlah pendapatan dari
40% kelompok penduduk yang berpendapatan terendah dibandingkan dengan
total pendapatan (ƩY) seluruh penduduk. Kriteria tingkat ketimpangan menurut
Bank Dunia (World Bank) mengklasifikasikan tingkat ketimpangan kedalam tiga
kategori sebagaimana tertera pada Tabel 3, halaman 13.
Untuk menguji hipotesis 2, pertama digunakan analisis deskriptif dengan cara
menjelaskan fakta yang didapat di lapangan berdasarkan wawancara langsung
dengan petani padi sawah. Kedua, digunakan analisis penerimaan dan
pendapatan petani sesuai dengan rumus Soekartawi (1995) sebagai berikut,
TR = Y . Py
dimana,
TR = Total penerimaan yang diterima petani padi sawah (Rp.) Y = Produksi padi sawah (kg)
Py = Harga jual padi sawah per-kg (Rp.)
Selanjutnya menurut Soekartawi (1995) kembali, untuk menghitung pendapatan
petani dapat digunakan rumus sebagai berikut,
π = TR – TC
dengan,
TR = Total penerimaan petani padi sawah (Rp.) TC = Total biaya produksi (Rp.)
Sedangkan untuk menghitung kontribusi pendapatan petani padi sawah dari
usahatani padi sawah terhadap total pendapatan keluarga petani padi sawah
dapat digunakan rumus sebagai berikut,
�� = �
1. Indikator garis kemiskinan menurut BPS (2011)
Tabel 10. Garis Kemiskinan Menurut BPS Untuk Daerah Perkotaan dan Perdesaan (Kurun Waktu : Maret 2011 – Maret 2012).
Daerah / Tahun
Garis Kemiskinan (Rp. / Kapita / Bulan)
Makan Bukan Makanan Total
Perkotaan
Maret 2011 177.342 75.674 253.016
Maret 2012 187.194 80.123 267.408
Perdesaan
Maret 2011 165.211 48.674 213.395
Maret 2012 182.796 51.705 229.226
Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2010.
2. Standard Upah Minimum Regional sebesar Rp 1.290.000,00/bulan.
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menjelaskan dan menghindarkan kesalahpahaman dalam penelitian ini maka
3.5.1.Definisi
1. Petani padi sawah adalah orang yang melakukan usahatani padi sawah sebagai
mata pencaharian utamanya.
2. Produksi padi sawah adalah semua hasil panen tanaman padi sawah yang
dibudidayakan petani padi sawah yang diperoleh dalam satu kali periode panen
(ton).
3. Penerimaan dari usahatani padi sawah adalah nilai yang diperoleh dari hasil
perkalian seluruh hasil produksi tanaman padi sawah (ton) dengan harga jual
produksi padi sawah (per-ton) yang dinyatakan dalam rupiah.
4. Biaya produksi dari usahatani padi sawah adalah biaya yang dikeluarkan
selama proses produksi tanaman padi sawah berlangsung, baik biaya tetap
(penyusutan alat, PBB) maupun biaya variabel seperti biaya pembelian sarana
produksi (pupuk dan pestisida) dan biaya tenaga kerja.
5. Pendapatan dari usahatani padi sawah adalah selisih total penerimaan dari
usahatani padi sawah yang diperolah petani padi sawah dengan jumlah biaya
produksi dalam satu musin tanam proses produksi tanaman padi sawah.
6. Pendapatan tambahan adalah pendapatan yang diperoleh petani padi sawah dari
usahatani lain serta dari luar usahatani.
7. Pendapatan total merupakan hasil penjumlahan pendapatan dari usahatani padi
sawah dan pendapatan tambahan.
8. Distribusi pendapatan yang diukur pada penelitian ini adalah distribusi
pendapatan perorangan (personal distribution of income) atau distribusi ukuran
menghitung jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap individu atau rumah
tangga tanpa memperdulikan sumbernya.
9. Ketimpangan pendapatan diukur dengan dua media pengukuran, yaitu Gini
Ratio dan Bank Dunia.
10. Koefisien Gini (Gini Ratio) merupakan ukuran ketidakmerataan atau
ketimpangan (pendapatan atau kesejahteraan) agregat (secara keseluruhan)
yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu
(ketimpangan yang sempurna).
11. Kurva Lorenz merupakan kurva yang menunjukkan hubungan kuantitatif
aktual antara persentase (%) penerima pendapatan (penduduk) dengan
persentase (%) total pendapatan yang benar-benar diterima selama satu tahun.
12. Kemiskinan digambarkan sebagai ketidakmampuan dari segi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan dari sisi pengeluaran
rumah tangga.
13. Kemiskinan diukur dengan dua pengukuran yaitu, Indikator Kemiskinan BPS
(2011) dan Upah Minimum Regional (2012).
3.5.2.Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah desa Sidodadi Ramunia kecamatan Beringin
kabupaten Deli Serdang provinsi Sumatera Utara.
2. Petani ampel adalah petani padi sawah di daerah penelitian yang dilakukan di
desa Sidodadi Ramunia kecamatan Beringin kabupaten Deli Serdang provinsi
Sumatera Utara.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Geografi dan Topografi
Desa Sidodadi Ramunia terletak di kecamatan Beringin yang merupakan salah satu
dari 22 kecamatan yang terdapat di kabupaten Deli Serdang. Desa Sidodadi
Ramunia berada pada ketinggian 1-8 meter diatas permukaan laut dengan luas
wilayah ±779 ha yang terdiri dari 17 dusun. Dengan jarak 1 km dari ibukota
kecamatan Beringin dan 12 km dari ibukota kabupaten Deli Serdang. Desa Sidodadi
Ramunia memiliki batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan desa Karang Anyar
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Sei Ular
Sebelah Barat : Berbatasan dengan desa Emplasmen Kwala Namu
Sebelah Timur : Berbatasan dengan desa Pasar V Kebun Kelapa
4.1.2 Demografi
Keadaan penduduk di desa Sidodadi Ramunia menurut jenis kelamin dapat dilihat
pada Tabel 11 berikut ini :
Tabel 11. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase
(Jiwa) (%)
1. Laki-laki 6.426 51,01
2. Perempuan 6.171 48,99
Jumlah 12.597 100,00
Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa penduduk laki-laki lebih banyak daripada
jumlah penduduk perempuan, yakni laki-laki sebanyak 6.426 jiwa dengan
persentase 51,01%, sedangkan perempuan sebanyak 6.171 jiwa dengan persentase
48,99%. Jumlah penduduk desa Sidodadi Ramunia berdasarkan data yang diperoleh
dari kantor kepala desa Sidodadi Ramunia 2012 sebanyak 12.597 jiwa.
Jumlah penduduk di desa Sidodadi Ramunia menurut kelompok umur dapat dilihat
pada Tabel 12 berikut ini :
Tabel 12. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
No. Kelompok Umur Jumlah Persentase
(Tahun) (Jiwa) (%)
1. 0 - 14 3.656 29,02
2. 15 – 19 1.091 8,66
3. 20 – 49 5.981 47,48
4. 50 – 59 1.098 8,72
5. > 60 771 6,12
Jumlah 12.597 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Sidodadi Ramunia 2012.
Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut kelompok umur,
paling banyak terdapat pada kelompok umur 20-49 tahun, yaitu sebanyak 5.981
jiwa (47,48%), dan jumlah penduduk paling sedikit terdapat pada kelompok umur
>60 tahun, yaitu sebanyak 771 jiwa (6,12%). Hal ini menunjukkan bahwa dominan
penduduk di desa Sidodadi Ramunia berada pada usia produktif sehingga masih
Jumlah penduduk di desa Sidodadi Ramunia berdasarkan agama yang dianut dapat
dilihat pada Tabel 13 berikut ini :
Tabel 13. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
Sumber : Kantor Kepala Desa Sidodadi Ramunia 2012.
Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang beragama Islam lebih
banyak yaitu sebanyak 12.516 jiwa (99,36%).
Penduduk di desa Sidodadi Ramunia memiliki jenis pekerjaan yang beraneka
ragam. Persentase berdasarkan jenis pekerjaan di desa Sidodadi Ramunia dapat
dilihat pada Tabel 14 berikut ini :
Tabel 14. Persentase Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
No. Pekerjaan Persentase
Sumber : Kantor Kepala Desa Sidodadi Ramunia 2012.
Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa penduduk desa Sidodadi Ramunia sebagian
besar penduduk bekerja sebagai pedagang dan petani. Sedangkan penduduk yang
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasana yang ada di desa Sidodadi Ramunia cukup banyak sehingga
dapat mendukung berbagai aktivitas masyarakat yang berada di desa Sidodadi
Ramunia. Sarana dan prasarana sangat menunjang pembangunan masyarakat desa.
Bila sarana dan prasarana baik maka pembangunan desa dan masyarakatnya akan
semakin baik pula. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis fasilitas umum yang telah
tersedia baik fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, maupun
fasilitas peribadatan. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah sarana dan prasarana
yang ada di desa Sidodadi Ramunia dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini :
Tabel 15. Sarana dan Prasarana di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang 2012
No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
(Unit)
- Sekolah Menengah Pertama
- Sekolah Menengah Atas
4.2 Karakteristik Sampel
Petani sampel yang dimaksud disini adalah seluruh petani padi sawah yang
memiliki usahatani padi sawah yang berada di desa Sidodadi Ramunia, kecamatan
Beringin, kabupaten Deli Serdang. Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini
terdiri dari umur petani, pendidikan petani, serta jumlah tanggungan keluarga.
4.2.1 Umur Petani Sampel
Dalam hal ini umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan langsung
dengan kemampuan petani dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin
tua umur petani maka kemampuan bekerjanya pun cenderung menurun, yang dapat
mempengaruhi produksi serta pendapatan yang diperoleh petani itu sendiri. Hal ini
dikarenakan pekerjaan sebagai petani lebih banyak menggunakan fisik dari petani.
Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan umur petani sampel dapat dilihat pada
Tabel 16 berikut ini,
Tabel 16. Keadaan Umur Petani Sampel di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, 2012
No. Kelompok Umur Jumlah Persentase
(Tahun) (Jiwa) (%)
1. 20 – 40 4 9,30
2. 41 – 50 24 55,81
3. ≥ 51 15 34,89
Jumlah 43 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1.
Dari Tabel 16 di atas dapat diketahui bahwa jumlah petani sampel yang terbanyak
berada pada kelompok umur 41–50 tahun dengan jumlah petani sampel sebanyak
24 orang atau sekitar 55,81% dari jumlah petani sampel. Sedangkan jumlah terkecil
berada pada kelompok 20–40 tahun dengan jumlah petani 4 orang atau sekitar
4.2.2 Pendidikan Petani Sampel
Pendidikan petani sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam
mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang usahataninya sehingga dapat
meningkatkan pendapatan petani. Kemampuan petani dalam menerima teknologi
untuk mengoptimalkan usahataninya sangat erat dengan pendidikan formal. Untuk
lebih jelas lagi mengenai tingkat pendidikan petani sampel dapat dilihat pada Tabel
17 berikut ini,
Tabel 17. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, 2012.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
(Jiwa) (%)
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1.
Dari Tabel 17 dapat diketahui bahwa sebagian besar petani sampel memiliki tingkat
pendidikan SMA, yaitu sebanyak 20 petani sampel atau sekitar 46,51% dari seluruh
jumlah petani sampel. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di desa Sidodadi
Ramunia memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi untuk dapat mengadopsi
teknologi baru yang dapat meningkatkan produksi usahatani mereka. Sedangkan
untuk tingkat pendidikan tertinggi, yakni Sarjana hanya dimiliki oleh 1 petani
sampel atau sekitar 2,33% dari jumlah petani sampel.
4.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel
Perbedaan jumlah tanggungan keluarga petani sampel akan mempengaruhi jumlah
mempengaruhi jumlah pendapatan yang diterima petani. Rata-rata jumlah
tanggungan petani sampel sebanyak 1-2 orang yaitu sebanyak 27 orang. Klasifikasi
jumlah tanggungan keluarga petani sampel dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini,
Tabel 18. Jumlah Tanggungan Petani Sampel di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, 2012.
No. Kelompok Jumlah Tanggungan Jumlah Persentase
(Jiwa) (%)
1. 1 – 2 27 62,79
2. 3 – 4 15 34,88
3. ≥ 5 1 2,33
Jumlah 43 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1.
Dari Tabel 18 dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga petani sampel
terbesar di desa Sidodadi Ramunia berada pada kelompok tanggungan 1-2 orang,
yaitu sebanyak 27 petani sampel atau sekitar 62,79% dari jumlah tanggungan petani
sampel di Desa Sidodadi Ramunia. Sedangkan jumlah tanggungan petani sampel
pada kelompok 3-4 orang dan ≥ 5 orang berjumlah 16 petani dengan jumlah
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Tingkat Ketimpangan Pendapatan Petani Padi Sawah
5.1.1 Berdasarkan Nilai Koefisien Gini (Gini Ratio) dan Kurva Lorenz
Koefisien Gini (Gini Ratio) merupakan salah satu media perhitungan distribusi
pendapatan yang digunakan oleh peneliti untuk menghitung tingkat ketimpangan
pendapatan 43 petani sampel di desa Sidodadi Ramunia. Besarnya nilai koefisien
Gini (Gini Ratio) berkisar antara 0 (pemerataan sempurna) hingga 1 (ketimpangan
sempurna). Distribusi pendapatan akan semakin merata jika nilai koefisisen Gini
mendekati 0 dan sebaliknya jika nilai koefisien Gini mendekati 1 maka distribusi
pendapatan akan semakin tidak merata atau semakin timpang.
Tabel 19. Nilai Koefisien Gini (Gini Ratio) Petani Sampel di Desa Siodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli serdang 2012.
Uraian
Tertinggi Rp 83.327.400 100,00 192,00 2,33 4,47
Jumlah Rp1.042.004.050 1.464,86 2.813,35 100 67,90
Rata2 Rp 24.232.652 34,07 65,85 2,33 1,58
Koefisien Gini (Gini Ratio) : 1 – 67,90% = 32,1% = 0,32
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 14.
Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa rata-rata total pendapatan petani sampel
selama 2012 adalah Rp.24.232.652 dimana pendapatan tertinggi sebesar
Rp.83.327.400 dan pendapatan terendah sebesar Rp.7.324.750. Kemudian, nilai
koefisien Gini (Gini Ratio) untuk distribusi pendapatan petani sampel di desa
kategori tingkat ketimpangan pada halaman 11, maka dapat diketahui bahwa tingkat
ketimpangan pendapatan petani sampel berada dalam kategori rendah.
Sehingga hipotesis pertama yang menyatakan bahwa tingkat ketimpangan
pendapatan petani padi sawah menurut koefisien Gini Ratio didaerah penelitian
berada dalam kategori tinggi tidak dapat diterima.
Selanjutnya koefisien Gini (Gini Ratio) dapat pula dijelaskan melalui grafik kurva
Lorenz yang terbagi atas 2 sumbu dimana sumbu horisontal menggambarkan
persentase (%) kumulatif penerima pendapatan (petani sampel), sedangkan sumbu
vertikal menyatakan persentase (%) kumulatif dari total pendapatan yang diterima
oleh petani sampel. Disamping itu, grafik kurva Lorenz juga memiliki garis linear
sepanjang diagonal grafik, garis ini disebut dengan garis pemerataan.
Semakin jauh jarak antara garis kurva Lorenz dengan garis pemerataan maka
semakin tinggi pula tingkat ketimpangannya. Begitu pula sebaliknya, semakin
dekat jarak antara garis kurva Lorenz dengan garis pemerataan maka tingkat
ketimpangannya semakin rendah atau distribusi pendapatan akan semakin merata.
Untuk lebih jelas lagi mengenai grafik kurva Lorenz yang menggambarkan
distribusi pendapatan petani sampel didaerah penelitian dapat dilihat pada Gambar
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 15.
Gambar 3. Grafik Kurva Lorenz di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Tahun 2012.
Setiap titik yang terdapat pada garis pemerataan melambangkan kumulatif petani
sampel telah menerima kumulatif pendapatan secara merata atau dengan kata lain
setiap petani sampel memperoleh pendapatan yang sama besar. Sebagai contoh,
titik tengah garis pemerataan menujukkan 50% dari keseluruhan total pendapatan
telah terdistribusi secara merata untuk 50% jumlah petani sampel. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa persentase kumulatif jumlah pendapatan yang ditunjukkan oleh
setiap titik sepanjang garis pemerataan sama persis dengan persentase jumlah petani
sampel yang menerima pendapatan tersebut.
Kurva Lorenz yang ditunjukkan pada gambar 4 diatas memperlihatkan hubungan
kuantitatif aktual antara persentase kumulatif petani sampel dengan persentase
kumulatif pendapatan yang benar-benar mereka terima selama tahun 2012. Dari 0,00
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00