َنااررقْقلراْ مرس
ْق را
Nama : ABDUL ROZAQ
Kelas / Sem : A / 1
NIM : 932100714
Prodi : PAI
Dosen : NIWARI, M.A.
1.ْ Ilmuْ ْ Nuzululْ Qur’an
Penurunan Al Qur’an dari Allah SWT ke Al Lauh Al Mahfudz => Baitul izzah ( langit dunia ) => kepada Nabi Muhammad SAW
Hikmah Penurunan : Sebagai petunjuk dan sumber pokok ajaran. Hikmah turun berangsur-angsur :
a. Sesuai asbab an –nuzul b. Mengontrol hati Rosulullah.
c. Agar mudah menghafal, mempelajari dan mengamalkan Al Qu’an Macam Kisah pada Al Qur’an :
a. Tentang para nabi
b. Seorang yang bijak, siksaan pada umat zaman terdahulu. c. Peristiwa di zaman Rosulullah, dll.
2.ْ Ilmuْ ْ Asbabْ An-Nuzul
Adalah peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al Qur’an ≠ sebab akibat. Manfaat :
a. Memabantu memahami ayat dan menghilangkan kekeliruan pemahaman mufassir. b. Mengetahui persyariatan sebuah hukum :
1. Membatalkan kebiasaan buruk / akhlak jelek yang mendominasi masyarakat jahiliyah
2. Menghilangkan keraguan seseorang yang memahami ayat dari segi zahir saja. Macam-macam :
a. Latar belakang : Suatu kejadian
Pertanyaan dari para sahabat. b. Jumlah penyebab dan ayat : Banyak sebab => 1 ayat
1 sebab => banyak ayat Redaksi sebab Nuzul :
a. Pernyataan tegas ( sebbnya begini ……….)
b. Pernyataan yang mungkin ( ayat ini turun mengenai urusan ini …….. )
3.ْ Ilmuْ ْ Makkiْ ْ danْ ْ Madani Pembagian :
c. Objek pembicaraan => cara memanggil : 1. Madaniyah :
2. Makkiyah : d. Konten analisis => isi :
1. kalimat ringkas tapi isi padat ( jus 30 ) 2. kalimat panjang tapi isi singkat. Ciri-ciri Makki :
a. Ayat sajdah, tentang surga-neraka, tentang seruan iman dll. b. Menggunakan kata Kalla
c. Menggunakan seruan
d. Berisi kisah nabi terdahulu, kisah Nabi Adam AS dan iblis. e. Terdapat kata hija’I
Ciri-ciri Madani :
a. Tentang hukum pidana, waris, hak-hak perdata. b. Izin berjihad, perdamain, perjanjian dan perang c. Tentang orang munafiq.
d. Amalah dalam beribadah dan muamalah ( sholat, zakat, jual beli, riba, talak dll ). e. Ayat panjang-panjang tapi jelas (gaya bahasa).
Cara menentukan :
Sima’I Naqli ( riwayat shahih dari para sahabat tentang bagaimana, dimana dan peristiwa apa yang berkaitan dengan Nuzulul Qur’an ).
Qiyashi Ijtihadi :
a. Ciri-ciri makkiyah => makiyah
b. Ada ciri-ciri madaniyah => madaniyah
c. Makkiyah dan ada ayat madaniyah => ayat madaniyah, surat makkiyah d. Madaniyah dan ada ayat makiyah => ayat makiyah, surat madaniyah. Manfaat :
a. Dapat membedakan dan mengetahui ayat yang nasikh dan di mansi\ukh ( makiyah di nasikh madaniyah )
b. Meningkatkan keyakinan atas keasalian dan kesucian Al Qur’an. c. Mengetahui sejarah hukum Islam dan perkembangannya.
d. Membantu menafsirkan Al Qur’an.
e. Pedoman bagi langkah-langkah dakwah ( ayat yang digunakan sesuai tipe orang )
4.ْ Ilmuْ ْ Nasikhْ danْ ْ Mansukh
Nasikh : Ayat yangmenghapus, menghilangkan, memindah atau mengganti. Mansukh : Ayat yang terhapus.
Nasakh : Proses penghapusan hukum syara’ oleh ayat tentang hukum syara’ yang turun setelahnya.
Syarat Nasakh :
a. Hukum yang dihapus adalah hukum syara’ b. Hukum yang mengahapus adalah dalil syara’ c. Adanya riwayat hadits / perkataan sahabat nabi. d. Mansukh turun lebih awal dari Nasikh
Cara mengetahui Nasakh :
a. Ada Nasikh yang jelas dan tegas => perubahan arah kiblat ke baitul maqdits. b. Ijma’ suatu perkara => tentang zina
c. Adanya pertentangan 2 dalil. Acuan penetapan Nasakh :
a. Hanya terjadi pada dalil yang tidak bebatas waktu b. Tidak terjadi pada hukum yang bersifat umum. c. Tidak terjadi pada masalah aqidah
d. Tidak terjadi pada inti ajaran moral.
e. Tidak terjadi pada inti rituaol dan muamalat. f. Hanya pada ayat yang berisi larangan dan perintah. Macam-macam Nasikh :
a. Nasikh Sharih ( jelas tentang berakhirnya suatu hukum => perubahan arah kiblat. b. Hadits dhimni ( ada 2 nasakh bertentangan dan yang yang turun terakhir, menghapus
yang awal => orang yang akan mati membuat surat warisan.
c. Nakh Kulli ( hukum yang awal dihapus keseluruhan ) => masa iddah 4 bulan 10 hari. d. Nask Juz’I ( hukum untuk umum jadi untuk sebagian individu => dera 80 kali untuk
penuduh wnaita zina ( An nur ayat 4 ).
Hikmah Nasakh :
a. Menjaga kemaslahatan umat
b. Mengembangkan pensyariatan hukum menuju sempurna c. Menguji keimanan mukallaf dengan hukum yang dihapus d. Merupakan kebaikan dan kemudahan untuk umat
Kategori Nasakh :
a. Naskh yang mansukh hukumnya , lafal tetap ( 20 muslim bersabar => Al Anfal 65-66 ) b. Naskh yang mansukh lafatnya, dan hukum tetap
( hukum rajam untuk pezina mukhsan ) c. Nash yang mansukh hukum dan lafadz
( 10 x penyusuan mengharamkan pernikahan )
Kategori Nasakh dan Mansukh : a. Al Qur’an di nasikh Al qur’an
( Sedekah sebelum bertemu Rosul ) b. Al Qur’an dengan hadits
( Mutawattir = 5 x penyusuan ) ( Ahad = daging khimar jinak haram ) c. As sunah dengan Al Qur’an
( Arah Qiblat )
5.ْ ْ Ilmuْ ْ I’jazْ danْ ْ Ma’juz
I’jaz = kelemahan ma’juz = hal yang melebihi kelemahan Unsur pokok :
a. Menyalahi tradisi atau kebiasaan ( tidak semua orang bisa ) b. Adanya perlawanan
c. Mu’jizat itu tidak terkalahkan Tujuan I’jaz Al Qur’an :
a. Al Qur’an adalah mu’jizat Rosul b. Al Qur’an adalah wahyu dari Allah
c. Menunjukkan kelemahan kebalaghahan dan sastra manusia d. Menunjukkan kelemahan daya upaya rekayasa manusia Macam-macam I’jaz Al Qur’an :
a. I’jaz Bayani ( I’jaz text < nash >)
b. I’jaz Ilmiyah ( menganding ilmu pengetahuan atau tentang rahasia alam ) c. I’jaz Maudlu’I ( Allah akan memuliakan pembaca Al Qur’an )
Segi kemu’jizatan Al Qur’an : a. Segi bahasa
b. Susunan kalimat ( uslub bahasa tinggi )
c. Hukum ilahi yang sempurna ( ada penjelasan pokok-pokok aqidah, sosial, sopan dan santun dll)
d. Ketelitian redaksi ( jumlah ayat suatu hal sama dengan jumlah ayat yang merupakan antonym dari hal tersebut )
6.ْ Ilmuْ Munasabihْ fiْ Alْ qu’an
Segi-segi hubungan atau persesuaian Al qur’an antar bagian demi bagian dalam berbagai bentuknya => biasanya juga disebut sebagai “ilmu tanabusil ayati was suwari”
Menjelaskan korelasi antar ayat / anatar surat : a. Bersifat umum atau khusus
b. Aqli ( rasional ) c. Hassiy ( persepsi ) d. Khayali ( imanjinatif )
Macam-macam Munasabah fi Al Qur’an :
a. Persambungan yang nyata ( dzahirul Irtibath ) b. Persambungan yang tidak jelas ( khafiyyul Irtibath ) Macam-macam materi musabah :
a. Munasabah antar ayat :
1. Diathafkan ayat yang satu ke ayat yang lain. 2. Tidak diathafkan ayat yang satu ke ayat yang lain 3. Digabungkan dua hal yang sama
4. Dikumpulkan dua hal yang kontradiksi. b. Munasabah antar surat :
1. Dalam hal materinya
Faedah ilmu Munasabah :
a. Mengetahui hubungan antar bagaian ayat
b. Mengetahui mutu dan tingkat kebalaghahan bahasa Al Qur’an dan konsteks kalimat-kalimat yang satu dengan yang lain.
c. Dapat membantu untuk menafsirkan Al Qur’an
d. Merasakan betapa indahnya susunan kata-kata dalam Al Qur’an, apalagi sesuai dengan kejadian syarat dengan hikmah
7.ْ Ilmuْ Alْ Muhkamatْ danْ Mutasyabihat Muhkamat = mengokohkan dan melarang
Mutasyabihat = keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa pada kesamaan antara dua hal.
Sebab-sebab ayat Al Muhkamat dan Mutasyabihat : a. Kesamaran Lafal :
1. Kesamaran dalam lafal mufrad : lafal mufrat tidak jelas, asing dan ganda 2. Kesamaran dalam lafal murakkab : lafal terlalu ringkas, luas, susunan kalimat
tidak tertib b. Kesamaran makna :
Tentang difat-sifat Allah, hari kiamat, kenikmatan surga, siksa kubur dll.
c. Kesamaran lafal dan makna :
Lafal dan makna terlalu ringkas dan termasuk adat khusus orang Arab Pendapat para ulama’ tentang ayat muhkamat dan mutasyabihat :
a. Menurut Al zarqani, ayat-ayat mutasyabihat :
1. Ayat yang seluruh umat manusia tidak mengetahui maksudnya
2. Setiap orang bisa tahu maknanya dengan cara penelitian dan pengkajian 3. Hanya dapat diketahui oleh ulama’ tertentu
b. Subhi As-Shalil, mengelompokkan pendapat ulama jadi 2 :
1. Madzab Salaf : mengimani dan mempercayai sifat-sifat mutasyabih dan menyerahkan kepada Allah
2. Madzab Khalaf / Muawwillah atau Takwil : menakwilkan lafal yang makna lahirnya mustahil kepada makna yang layak dengan Allah.
Hikmah ayat Al Muhkam :
a. Menjadi rahmat bagi manusisa, khususnya bagi yang bahasa arabnya lemah b. Memudahkan manusia mengerti arti dan maksudnya
c. Mendorong umat untuk giat memahami, mengahyati dan mengamalkan isi kandungan Al Qur’an
d. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan untuk mempelajari isi ajarannya e. Memperlancar usaha penafsiran Al qur’an
Hikmah ayat Al Mutasyabih :
a. Sebagai rahmat dari Allah, dengan tidak diberitahukannya waktu hari kiamat, kematian dll
b. Mendorong umat untuk giat belajar, tekun menalar dan rajin meneliti
8.ْ Ilmuْ Qashahْ Alْ Qur’an
Pemberitaan Al Qur’an tentang hal ikhwal umat yang terdahulu, nubuwat (kenabain) yang terdahulu danperistiwa-peristiwa yang telah terjadi
Macam-macam Qashah al Qur’an
a. Kisah-kisah para nabi terdahulu : Mengandung dakwah mereka pada umatnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang
memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan perkembangan serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang mempercayai dan mendustakan.
b. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa pada masa lalu dan orang-rang yang tidak dipastikan kenabiannya.
c. Kisah-kisah pada masa Rosulullah Hikmah Qashah Al Qur’an
a. Menjelaskan asas-asas dakwah dan pokok-pokok syariat yang dibawa oleh para nabi. b. Meneguhkan hati Rosul dan hati uamt manusia , memperkuat kepercayaan orang
mukmin bahwa menangnya kebenaran dan hancurnya kebatilan serta para pemeluknya.
c. Membenarkan, menghidupkan kembali, serta mengabadikan jejak dan peninggalan nabi terdahulu.
d. Menampakkan kebenaran nabi Muhammad dalam dakwahnya
e. Menyibak kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang membeberkan keterangan dan petunjuk yang disembunyikan
f. Menarik perhatian pendengar dan memantapkanpesan yang terkandung dalam Al qur’an
Pengulangan kisah dan hikmahnya :
a. Menjelaskan ke-balaghahan Al qur’an dalam tingkatan paling tinggi. b. Menunjukkan kehebatan mukjizat Al Qur’an
c. Memberikan perhatian besar terhadap kisah-kisah agar pesan-pesannya lebih mantap
9.ْ Ilmuْ Aqsamْ danْ Amtsalْ Alْ qur’an
a. Amtsal : ilmu yang menerangkan tentang majaz, perbandingan, penyerupaan sesuatu
dengan yang lain dalam Al Qur’an
b. Aqsam : ilmu yang mengkaji tentang arti, maksud, hikmah dan rahasia sumpah Allah dalam Al Qur’an
Rukun Amtsal :
a. Wajah syabbah : pengertian yang bersama-sama dalam musyabbah dan musyabbah bih
b. Adatu asybih : kaf, mitsil, kaana dan semua lafadz yang menunujukkan makna penyerupaan
Rukun Aqsam :
a. Harus ada fi’il qasam ( yang dimuta’adikan dengan huruf ba’ ) b. Harus ada muqsam bih ( penguat sumpah )
1. Allah bersumpah dengan Dzat-Nya sendiri. 2. Allah bersumpah dengan makhluk ciptaan-Nya
c. Harus ada Muqsam ‘alaih ( berita yang diperkuat dengan sumpah itu ) 1. Harus erisi hal-hal yang baik danterpuji atau hal-hal pernting 2. Sebaiknya disebutkan dalam setiap bentuk sumpah
3. Jika jawab qasamnya fi’il madhi mutaharif yang positif, maka muqsam ‘alaihnya harus dimasuki huruf “lam” dan “qod”
4. Isinya muqsam ‘alaih berisi hal-hal yang baik dan hal-hal yang penting Macam-macam Amtsal :
a. Al Amtsal al musharrahah : mengandung lafal perumpamaan dengan jelas
b. Al Amtsal al kaaminah : lafal perumpamaannya tidak jelas atau menggunakan lafal matsal atau sejenisnya
Macam-macam Aqsam :
a. Qasam zahir ( nampak jelas ) : dalam sumpah disebutkan fi’il qasam dan muqsam bihnya
b. Qasam mudzmar ( samar ) : didalanya tidak disebutkan fi’il qasam dan muqsam bih-nya
Hikmah Amtsal :
a. Menampilakan sesuatu yang abstrak ke dalam bentuk sesuatu yang konkret b. Menyingkapkan makna yang sebenarnya dan menampilkan hal yang ghaib dalam
sesuatu yang tampak
c. Menghimpun arti-arti yang indah dalam ungkapan yang singkat, sebaimana dalam amtsal kaaminah dan amtsal mursalahmendorong orang untuk beribadah dengan melaksanakan hal-hal yang dijadikan perumpamaan yang menarik
d. Menjauhkan seseorang dari sesuatu yang tidak disenangi jiwa e. Untuk memuji sesuatu yang dicontohkan
f. Digunakan untuk mencela
g. Lebih mantap dalam menyampaikan nasihat atau larangna serta lebih kuat pengaruhnya.
Hikmah Aqsam
a. Memperkuat informasi yagn hendak disampaikan b. Menyempurnakan hujjah atua argumentasi Menurut Ridwan :
1. Menyempurnakan bukti 2. Menegaskan kebenarannya
3. Untuk memperkuat pembicaraaan agar dapat diterima dan dipercaya oleh pendengarnya
10.ْ Ilmuْ Qira’atalْ Qur’an
Qura’ : salah seorang imam ahli qira’ah yang terkenal memiliki cara bacaan tersendiri seperti Imam hafs, Nafi’, al Kisa’I dll
Qari’ :
a. Al Qari’ al mubtadi : ahli qira’ah tingakat dasar yagn baru menguasai satu, dua cara
membaca ayat-ayat Al Qur’an
b. Al Qari’ Al Muntahi : Ahli qira’ah tingkat akhir yang sudah mampu menguasai berbagai cara dalam membaca ayat-ayat Al Qur’an Sejarah perkembangan ilmu Qira’at :
a. Pendapat pertama ; qira’at mulai diturunkan di makkah bersamaan dengan turunnya Al Qur’an. Alasannya adalah bahwa sebagian besar surat-surat Al Qur’an adalah Makiyah dimana terdapat juga qira’ah sebagaimana terdapat dalam madaniyah. b. Pendapat kedua : qira’at mulai diturunkan dimadinah sesudah pristiwa hijrah,
dimana orang-orang yang masuk Islam sudah banyak dan saling berbeda ungkapan bahasa Arab dan dialeknya.
Syarat-syarat diterima Qura’ :
a. Sesuai dengan salah satu kaidah bahasa arab ( tidak menyalahi segi-segi qawa’id bahasa Arab
b. Sesuai dengan salah satu mushaf Utsmani, walaupun hanya tersirat c. Shahih sanadnya
d. Ahruf sab’ah = qira’ah yang memenuhi ketiga syarat tersebut,
e. Qira’at lemah / syadzah / bathil = tidak memenuhi salah satu dari syarat tersebut Macam-macam Qira’ah
a. Segi sanad :
1. Qiro’ah mutawatir
2. Qira’ah masyhur ( sanad sahih tapi tidak sampai mutawatir )
3. Qira’ah ahad ( sanad sahih tapi menyalahi tulisan mushaf utsmani dan kaidah bahasa arab )
4. Qiro’ah Syas ( menyimpang ) 5. Qira’ah maudlu’I ( palsu )
6. Qira’ah syabih bil mudraj ( qira’at yang telah mendapat sisipan kalimat yagn merupakan tafsir dari ayat tersebut
b. Segi para pembaca ( Quro’)
1. Qiro’ah Sab’ah ( disandarkan pada imam tujuh )
2. Qiro’ah asyrah ( disandarkan pada imam tujuh dan tiga orang lain 0 3. Qiro’ah arba’a asyrata ( disandarkan pada imam tujuh, tiga orang lain dan
empat orang lagi ) c. Segi nama jenis
1. Qira’ah ( yang telah memenuhi tiga segi berdasarkan pembaca )
2. Riwayat ( nama bacaan yang berasal dari salah seorang perawinya sendiri ) 3. Thariq ( nama untuk bacaan yagn sanadnya terdiri dari orang-orang yang
sesudah perawinya sendiri )
4. Wajah ( berdasarkan pilihan pembaca sendiri ) Urgensi mempelajari iimu Qira’at :
b. Sebagai panduan dan acuan dalam membaca Al qur’an c. Bagi ahli Fuqaha’ : untuk menentukan hukum
Pengaruh Qira’ah terhadap Istinbath :
a. Ada yang berpengaruh terhadap istinbath hukum ( qira’ah sahih dapat dijadikan tafsir dan penjelasan serta dasar penetapan hukum )
b. Tidak berpengaruh terhadap istinbath hukum Hikmah keberagaman Qira’at :
a. Menunjukkan bahwa Al qur’an tetap terpelihara dari perubahan dan penyimpangan walaupun dengan banyak segi bacaan.
b. Meringankan dan memudahkan umat untuk membaca Al Qur’an
c. Merupakan keutamaan dan kemulian terhadap umat nabi Muhammad SAW. d. Membantu dalam bidang tafsir
e. Meluruskan aqidah sebagian orang yang salah dalam penafsiran al qur’an
11.ْ Ilmuْ Tafsirْ danْ Ta’wil
a. Tafsir : ilmu untuk mengetahui kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan penjelasan makna serta pengambilan hukum dan makna-maknanya.
b. Ta’wil kalam : sesuatu makna yang kepadanya mutakallim ( pembicara, orang pertama ) mengembalikan perkataannya atau suatu makna yang kepadanya suatu kalam
dikembalikan yang merujuk pada makna sebenarnya yang dimaksud.
c. Ta’wilul kalam : menafsirkan dan menjelaskan maknanya ( menurut golongan salaf ) Perbedaan Tasir dan Ta’wil :
a. Apabila kita berpendapat, ta’wil adalah menafsirkan perkataan dan menjelaskan maknanya, maka “ta’wil” dan “tafsir” adalah dua kata yang berdekatan atau sama maknanya.
b. Apabila kita berpendapat, ta’wil adalah esensi yang dimaksud dari suatu perkataan, maka ta’wil dari talab (tuntutan) adalah esensi perbuatan yang dituntut itu sendiri dan ta’wil dari khabar adalah esensi sesuatu yang diberitakan.
c. Dikatakan, tafsir adalah apa yang telah dijelaskan di dalam kitabullah atau tertentu (pasti) dalam sunnah yang shahih karena maknanya telah jelas dan gambling. Sedangkan ta’wil adalah apa yang disimpulkan para ulama.
d. Dikatakan pula, tafsir leih banyak dipergunakan dalam (menerangkan) lafadz dan mufradat (kosa kata), sedangkan ta’wil lebih banyak dipakai dalam (menjelaskan) makna dan susunan kalimat.
Syarat-syarat mufassir : a. Akidah yang benar.
b. Tidak mengikuti hawa nafsu
c. Berniat baik, bertujuan benar, dan Berahlak mulia Adab mufassir :
a. Riwayat dari Rasulullah. b. Perkataan seorang sahabat
c. Mengambil kemutlakan bahasa. Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab yang jelas
12.ْ Macam-macamْ tafsirْ danْ kitab-kitabnyaْ yagnْ terkenal Tafsir dari segi sumbernya :
a. Tafsir bi Al-Ma’tsur
Tafsir bi al-ma’sur (disebut pula bi ar-riwayah dan an-naql) adalah penafsiran Al-Qur’an yang mendasarkan pada penjelasan Al-Al-Qur’an sendiri, penjelasan Nabi, penjelasan para sahabat melalui ijtihadnya, dan pendapat tabi’in.
b. Tafsir bi Ar-Ra’yi
Pengertin etimologi, ra’yi berarti keyakinan, analogi, dan ijtihad. Dan ra’yi dalam terminologi tafsir adalah ijtihad. Sedangkan menurut istilah tafsir bi ar-ra’yi adalah tafsir yang penjelasannya diambil berdasarkan ijtihad dan pemikiran mufassir setelah mengetahui bahasa Arab dan metodenya, dalil hukum yang ditunjukkan, serta problema penafsiran , seperti asbab nuzul, dan nasikh-mnsukh. Tafsir dari segi metode ;
a. Metode Tahlili
Metode tahlili adalah suatu cara kerja penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan runtutan ayat dan surat yang terdapat dalam Al-Qur’an, serta menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan setiap ayat, baik berupa makna, kosa kata, gramatika, sastra, hukum, sebab-sebab turunnya ayat dan lainnya.
b. Metode maudhu’i( Metode Tematik )
Metode Maudhu’i bisa juga disebut dengan tafsir tematik karena pembahasannya berdasarkan tema-tema tertentu yang terdapat dalam Al-Qur’an. Metode maudhu’i dalam format dan prosedur yang jelas belum lama lahir.
c. Metode Muqaran( Metode Komfarasi / Perbandingan )
Metode muqaran adalah menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan merujuk kepada penjelasan–penjelasan para mufassir. Secara umum, muqarran merupakan suatu metode penafsiran yang mengumpulkan berbagai keterangan-keterangan tentang penafsiran sebuah ayat yang masih dalam satu pembahasan (baik berupa ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an, dengan hadits, pendapat sahabat, tabiin, para mufassir atau bahkan dengan kitab-kitab samawi (Taurat dan Injil), kemudian membandingkan dan menyeleksinya dengan menggunakan dalil-dalil yang lain.
Tafsir dari segi coraknya a. Tafsir Sufistik
b. Tafsir Fiqih/Tafsir Al-Ahkam c. Tafsir Falsafi
d. Tafsir Ilmi