ABSTRAK
MELALUI ALAT BOLA VOLI YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN PASSING BAWAH PADA PERMAINAN
BOLA VOLI UNTUK KELAS V SDN 2 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS
OLEH ARSIANTO
Penelitian ini bertujuan ingin meningkatkan gerak dasar passing bawah pada permainan bola voli untuk kelas V di SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V, yang berjumlah 12 siswa terdiri dari 7 laki-laki dan 5 perempuan. Instrumen yang dipakai adalah penilaian kualitas gerak dasar passing bawah bola voli dengan rentang nilai 1-3. Teknik analisis data menggunakan prosentasi ketuntasan belajar setiap siklusnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ; 1) pada siklus pertama dengan penggunaan bola plastik dan tutup kaleng dapat meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa, yaitu sebanyak 6 siswa yang tuntas (50%); dan 2) pada siklus kedua dengan penggunaan bola plastik dan papan lingkaran juga dapat meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa, yaitu sebanyak 12 siswa yang tuntas atau 100%.
MELALUI ALAT BOLA VOLI YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN PASSING BAWAH PADA PERMAINAN
BOLA VOLI UNTUK KELAS V SDN 2 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh ARSIANTO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
MELALUI ALAT BOLA VOLI YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN PASSING BAWAH PADA PERMAINAN
BOLA VOLI UNTUK KELAS V SDN 2 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS
(Skripsi)
OLEH ARSIANTO
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gerak Dasar Passing Bawah Bola Voli ... 18
2. Bola Voli Standard an Bola Voli Modifikasi ... 23
3. Papan Landasan dari Tututp Kaleng dan Papan Lingkaran ... 24
4. Siklus PTK ... 27
5. Latihan Siklus Pertama ... 28
6. Latihan Siklus Kedua ... 29
7. Grafik Batang Perbandingan Hasil Pada Tes Awal, Siklus I dan Siklus II ... 34
8. Grafik Batang Prosentase Siswa Yang Tuntas dan Belum Tuntas Pada Tes Awal... 35
9. Grafik Batang Prosentase Siswa Yang Tuntas dan Belum Tuntas Pada Tes Siklus Pertama ... 36
10. Grafik Batang Prosentase Siswa Yang Tuntas dan Belum Tuntas Pada Tes Siklus Kedua ... 37
11. Siswa Melakukan Pemanasan ... 48
12. Latihan Passing Bawah Berpasangan... 48
13. Latihan Passing Bawah Individu ... 49
14. Siswa Melakukan Pemanasan Siklus Kedua ... 53
15. Siswa Melakukan Latihan Passing Bawah ... 53
16. Guru Memberikan Koreksi Pada Pembelajaran Siswa ... 54
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah... 4
D. Rumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Pendidikan Jasmani ... 6
B. Teori Belajar... 7
C. Belajar Gerak ... 10
D. Keterampilan Gerak Dasar ... 14
E. Permainan Bola Voli ... 16
F. Passing Bawah ... 17
G. Media Pembelajaran ... 18
H. Alat Modifikasi ... 22
I. Kerangka Berpikir ... 24
J. Hipotesis Tindakan... 25
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 26
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Setting Penelitian ... 27
C. Subjek Penelitian ... 27
D. Rencana Tindakan ... 27
E. Instrumen Penelitian... 30
F. Teknik Analisis Data ... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32
A. Hasil Penelitian ... 32
V. SIMPULAN DAN DARAN ... 40
A. Simpulan ... 40
B. Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar Halaman
1. Data Tes Awal ... 42
2. Data Tes Siklus Pertama ... 43
3. Data Tes Siklus Kedua ... 44
4. RPP Siklus Pertama ... 45
5. Foto Penelitian Siklus Pertama ... 48
6. RPP Siklus Kedua ... 50
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penilaian Gerak Dasar Passing Bawah Bola Voli ... 30
2. Deskripsi Nilai Gerak Dasar Passing Bawah Bola Voli ... 33
3. Analisis Hasil Tes Awal Passing Bawah Bola Voli ... 35
4. Analisis Hasil Tes Siklus I Passing Bawah Bola Voli ... 36
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Akor Sitepu, M.Pd …………
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Usman Adam, M.Pd. …………
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003
SURAT PERNYATAAN
Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Arsianto
NPM : 1013126003
Program Studi : S1 Penjaskes Dalam Jabatan FKIP
dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Melalui Alat Bola Voli Yang Dimodifikasi Untuk Meningkatkan Passing Bawah Pada Permainan Bolavoli Untuk Kelas V SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus” adalah benar hasil karya penulis, bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan tugas akhir ini saya kutip dari hasil karya orang lain dituliskan sumbernya secara jelas sesuai norma dan etika penulisan ilmiah. Dan jika dikemudian hari ternyata ada hal yang melanggar dari ketentuan akademik universitas maka saya bersedia bertanggungjawab dan disanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya, apabila ternyata tidak benar saya bersedia menerima sanksi.
Tanggamus, Oktober 2012
Judul Skripsi : Melalui Alat Bola Voli Yang Dimodifikasi Untuk Meningkatkan Passing Bawah Pada Permainan Bolavoli Untuk Kelas V SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus
Nama Mahasiswa : Arsianto
Nomor Pokok Mahasiswa : 1013126003
Program Studi : Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan 2. Pembimbing
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan
berkat dan rahmat-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Melalui Alat Bola Voli Yang Dimodifikasi Untuk Meningkatkan Passing Bawah Pada Permainan Bolavoli Untuk Kelas V SDN 2 Tanjung Kemala
Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus” Skripsi ini diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas
Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M. Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
(IP) FKIP Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Akor Sitepu, M. Pd selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.
4. Bapak Drs. Usman Adam, M. Pd selaku penguji utama yang telah memberikan
perbaikan dan pengarahan penulisan skripsi penulis.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah
memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menjalani studi.
6. Kepala SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus
7. Siswa-siswi kelas V di SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten
Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012 atas kerjasama dalam pelaksanaan
penelitian.
8. Semua kawan-kawan di Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
angkatan 2010.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Tanggamus, Oktober 2012
Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang
berlangsung seumur hidup. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral
dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kesegaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,
keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek
pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani,
olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas
jasmani yang dikelola secara sistematis, dipilih sesuai karakteristik peserta
didik, tingkat kematangan, kemampuan pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik sehingga mampu meningkatkan aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai
perseorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan
jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan,
kecerdasan dan pembentukan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam
rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.
Fungsi Pendidikan Jasmani adalah a). Aspek organic yaitu menjadikan fungsi
sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan
lingkungan secara memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan
keterampilan, dan meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimum
yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot. b). Aspek neuromuskuler,
yaitu meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot,
mengembangkan keterampilan lokomotor seperti; berjalan, berlari, melompat,
meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, bergulir, dan menarik.
Agar fungsi-fungsi tersebut dapat dirasakan oleh siswa maka disusunlah
materi-materi Pendidikan Jasmani yang sistematis sesuai tahap pertumbuhan
dan perkembangan siswa. Adapun materi pokok Pendidikan Jasmani itu
sendiri diklasifikasikan menjadi enam aspek, yaitu: tekhnik/keterampilan
dasar permainan dan olahraga; aktivitas pengembangan; uji diri/ senam;
aktivitas ritmik; aquatik (aktivitas air); dan pendidikan luar kelas (out door).
Materi Pendidikan Jasmani kelas V Sekolah dasar (SD), untuk aspek
keterampilan olahraga termasuk diantaranya mempraktikkan keterampilan
permainan bola besar berdasarkan konsep gerak yang benar serta nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya yaitu salah satunya permainan bola voli. Bola
voli menjadi permainan yang menyenangkan karena dapat beradaptasi dengan
jumlah pemain bervariasi seperti voli pantai dengan jumlah pemain dua
orang, dan permainan dengan jumlah enam orang yang biasa digunakan.
Alasan lain yang menyenangkan adalah dapat dimainkan dan dinikmati
berbagai usia dan tingkat kemampuan, dapat dimainkan di segala bentuk
lapangan seperti rumput, kayu, pasir, ataupun permukaan lantai buatan, dapat
dilakukan di dalam ataupun di luar gedung.
Salah satu teknik dasar bermain bola voli yang diajarkan pada siswa sekolah
dasar khususnya kelas V ialah mempraktikkan gerak dasar passing. Passing
di dalam permainan bola voli adalah usaha ataupun upaya seseorang pemain
bola voli dengan cara menggunakan suatu teknik tertentu yang tujuannya
adalah untuk mengoperkan bola yang dimainkannya itu kepada teman
seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri.. Berdasar pada macam teknik
dasar passing dalam permainan bola voli, maka teknik passing dibedakan
meliputi teknik passing atas dan teknik passing bawah.
Berdasarkan hasil observasi di SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung
Kabupaten Tanggamus pada saat melaksanakan pembelajaran, bola voli
sebagian besar siswa atau sebanyak 10 dari total 12 siswa belum dapat
melakukan passing bawah dengan benar. Pada saat melakukan passing posisi
lengan pada perkenaan bola masih belum sejajar atau rata, hal ini
menyebabkan hasil pantulan bola meleset atau tidak terarah. Selain itu saat
perkenaan bola dengan lengan, lengan terlalu mengayun dengan kuat
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Melalui Alat Bola Voli Yang Dimodifikasi Untuk
Meningkatkan Passing Bawah Pada Permainan Bola Voli Untuk Kelas V
SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Sebagian besar siswa belum dapat melakukan ayunan passing bawah
dengan benar.
2. Rata-rata siswa masih belum tepat perkenaan bola pada kedua tangan.
3. Pengguasaan gerakan kaki belum dapat dikombinasikan dengan ayunan
tangan.
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas maka peneliti
membatasi masalah penelitian pada penggunaan alat yang dimodifikasi
berupa bola plastik, tutup kaleng, dan papan lingkaran untuk meningkatkan
gerak dasar passing bawah bola voli dengan subjek penelitian siswa kelas V
SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah:
1. Apakah dengan alat modifikasi berupa bola plastik dan tutup kaleng dapat
meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa kelas V SDN 2
2. Apakah dengan alat modifikasi berupa bola plastik dan papan lingkaran
dapat meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa kelas V
SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Ingin meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa kelas V
dengan penggunaan alat modifikasi berupa bola plastik dan tutup kaleng.
2. Ingin meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa kelas V
dengan penggunaan alat modifikasi berupa bola plastik dan papan
lingkaran.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Peneliti mendapatkan pengalaman yang berharga dalam upaya
meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa.
2. Bagi guru
Guru mendapatkan bahan untuk pengembangan pembelajaran
bola voli terutama tentang teknik passing bawah.
3. Bagi siswa
Siswa dapat meningkatkan dan memperbaiki gerak dasar passing bawah
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Jasmani
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan dalam Muhajir (2007: 2) dijelaskan definisi Pendidikan Jasmani
adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain
untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan
motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan
kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik jasmani,
psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan
akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan
bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif.
Menurut pakar Pendidikan Jasmani Amerika Serikat, Nixon dan Jewett dalam
Arma Abdoellah dan Agus Manadji (1994: 5) Pendidikan Jasmani adalah
satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan
dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang
dilakukan atas dasar kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi
atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi dan sosial.
menggunakan gerak sebagai media pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sesuai dengan pendapat Frost dalam Arma Abdoellah dan Agus
Manadji (1994: 6) Pendidikan Jasmani terdiri dari perubahan dan penyesuaian
yang terjadi pada individu bila ia bergerak dan mempelajari gerak.
Jadi dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
Pendidikan Jasmani adalah merupakan proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik
bertujuan untuk meningkatkan individu menyangkut tiga aspek: kognitif,
afektif dan psikomotor.
B. Teori Belajar
Pendidikan tidak lepas dari proses belajar. Kadang-kadang bahan pengajaran
disamakan dengan pendidikan. Memang kedua pengertian itu identik, karena
proses belajar itu berada dalam rangka mencapai tujuan pendidika. Dengan
kata lain pendidikan itu dilihat secara makro sedangkan pengajaran (proses
belajar) itu dilihat secara mikro.
Kegiatan belajar dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.
Seseorang dapat dikatakan belajar apabila di dalam dirinya terjadi perubahan
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi
dapat mengerjakan sesuatu. Namun demikian tidak semua perubahan itu
terjadi karena belajar, misalnya perkembangan anak dari tidak dapat berjalan
menjadi berjalan. Perubahan tersebut terjadi bukan karena belajar tetapi
Dalam menguasai teori belajar, seorang guru juga perlu mengetahui teori
belajar sehingga dapat menjelaskan bagaimana seharusnya siswa belajar.
Belajar merupakan suatu usaha untuk menambah dan mengumpulkan
berbagai pengalaman tentang ilmu pengtahuan. Belajar juga sebuah proses
yang sering diartikan penambahan pengetahuan.
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman
(learning is defened as the modification or streng-thening of behavior
through experiencing) (Oemar Hamalik, 2008 : 36). Menurut pengertian ini,
belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil
atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada
itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan,
melainkan perubahan kelakuan.
Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan
bahwa: belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia
setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses
pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh
faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi.
Hasil belajar merupakan perubahan penguasaan kemampuan teori maupun
praktek yang relatif permanin (melekat) antara sebelum menerima proses
pembelajaran dengan setelah proses pembelajaran berakhir.
Kegiatan belajar itu sendiri mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
o Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relative lama;
o Perubahan-perubahan itu terjadi karena usaha, bukan karena proses kematangan.
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif pemanen dalam suatu
kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau latihan. (Nana
Sujana, 1991: 5). Menurut Thorndike dalam Arma Abdulllah dan Agus
Manadji (1994: 162) belajar adalah asosiasi antara kesan yang diperoleh alat
indera (stimulus) dan impuls untuk berbuat (respons).
Ada tiga aspek penting dalam belajar, yaitu hukum kesiapan, hukum latihan
dan hukum pengaruh.
1. Hukum kesiapan
Berarti bahwa individu akan belajar jauh lebih efektif dan cepat bila ia
telah siap atau matang untuk belajar. Ini berarti dalam aktivitas
pendidikan jasmani guru seharusnyalah dapat menentukan materi-materi
yang tepat dan mampu dilakukan oleh anak.
2. Hukum latihan
Jika seseorang ingin memperoleh hasil yang lebih baik, maka ia harus
berlatih. Sebagai hasil dari latihan yang terus-menerus. Ini berarti guru
harus menerapkan latihan atau pengulangan dengan penambahan beban
agar meningkatnya kemampuan anak, dengan memperhatikan pula fase
3. Hukum pengaruh
Bahwa seseorang individu akan lebih mungkin untuk mengulangi
pengalaman yang memuaskan daripada
pengalaman-pengalaman yang mengganggu. Hukum ini seperti yang berlaku pada
pendidikan jasmani mengandung arti bahwa setiap usaha seharusnya
diupayakan untuk menyediakan situasi-situasi agar siswa mengalami
keberhasilan serta mempunyai pengalaman yang menyenangkan dan
memuaskan. Guru harus merencanakan model-model pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan.
C. Belajar Gerak
Menurut Schmidt dalam Lutan (1988: 102) belajar motorik adalah
seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang
mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku gerak.
Lebih lanjut Schmidt dalam Lutan (1988: 102) menyatakan bahwa belajar
gerak mempunyai beberapa ciri, yaitu: a) merupakan rangkaian proses, b)
menghasilkan kemampuan untuk merespon, c) tidak dapat diamati secara
langsung, bersifat relatif permanen, d) sebagai hasil latihan, e) bisa
menimbulkan efek negatif. Tugas utama dari belajar gerak adalah penerimaan
segala informasi yang relevan tentang gerakan-gerakan yang dipelajari,
kemudian mengolah dan menyusun informasi tersebut memungkinkan suatu
realisasi secara optimal.
Menurut Lutan (1988: 101) belajar motorik dapat menghasilkan perubahan
waktu yang relatif lama. Dalam menyempurnakan suatu keterampilan motorik
ada tiga tahapan yaitu:
1. Tahap Kognitif
Merupakan tahap awal dalam belajar motorik, dalam tahap ini seseorang
harus memahami mengenai hakikat kegiatan yang dilakukan dan juga
harus memperoleh gambaran yang jelas baik secara verbal maupun visual
mengenai tugas gerakan atau model teknik yang akan dipelajari agar dapat
membuat rencana pelaksanaan yang tepat. Pada tahap ini guru setiap akan
memulai mengajarkan suatu keterampilan gerak, pertama kali yang harus
dilakukan adalah memberikan informasi untuk menanamkan
konsep-konsep tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik.
Setelah siswa memperoleh informasi tentang apa, mengapa, dan
bagaimana cara melakukan aktifitas gerak yang akan dipelajari, diharapkan
di dalam benak siswa telah terbentuk motor-plan, yaitu keterampilan
intelektual dalam merencanakan cara melakukan keterampilan gerak.
Apabila tahap kognitif ini tidak mendapakan perhatian oleh guru dalam
proses belajar gerak, maka sulit bagi guru untuk menghasilkan anak yang
terampil mempraktikkan aktivitas gerak yang menjadi prasyarat tahap
belajar berikutnya.
2. Tahap Asosiatif/Fiksasi
Pada tahap ini pengembangan keterampilan dilakukan melalui adanya
praktek secara teratur agar perubahan prilaku gerak menjadi permanen.
Selama latihan harus adanya semangat dan umpan balik untuk mengetahui
taraf merangkaikan urutan-urutan gerakan yang didapatkan secara
keseluruhan dan harus dilakukan secara berulang-ulang sehingga
penguasaan terhadap gerakan semakin meningkat. Apabila siswa telah
melakukan latihan keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan
secara berulang baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir
tahap ini siswa diharapkan telah memiliki keterampilan yang memadai.
3. Tahap Otomatis
Setelah melakukan latihan gerakan dalam jangka waktu yang relatif lama,
maka akan memasuki tahap otomatis atau dapat melakukan aktivitas secara
terampil, artinya siswa dapat merespon secara cepat dan tepat terhadap apa
yang ditugaskan oleh guru untuk dilakukan. Secara fisiologi hal ini dapat
diartikan bahwa pada diri seseorang tersebut telah terjadi kondisi reflek
bersyarat, yaitu terjadinya pengerahan tenaga mendekati pola gerak reflek
yang sangat efisien dan hanya akan melibatkan unsur motor unit yang
benar-benar diperlukan untuk gerakan yang diinginkan. Pada tahap ini
kontrol terhadap penampilan gerakan semakin tepat dan konsisten, siswa
telah dapat mengerjakan tugas gerak tanpa berpikir lagi terhadap apa yang
akan dan sedang dilakukan dengan hasil yang baik dan benar.
Untuk mempelajari gerak maka guru Pendidikan Jasmani perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kesiapan belajar. Bahwa pembelajaran harus mempertimbangkan hukum
kesiapan. Anak yang lebih siap akan lebih unggul dalam menerima
2. Menurut Lutan (1988) dalam mempelajari gerak faktor kesempatan belajar
merupakan hal yang penting. Pemberian kesempatan yang cukup banyak
bagi anak sejak usia dini untuk bergerak atau melakukan aktivitas jasmani
dalam mengeksporasi lingkungannya sangat penting. Bukan saja untuk
perkembangan yang normal kelak setelah dewasa, tapi juga untuk
perkembangan mental yang sehat. Jadi penting bagi orangtua atau guru
untuk memberikan kesempatan anak belajar melalui gerak.
3. Kesempatan latihan. Anak harus diberi waktu untuk latihan sebanyak yang
diperlukan untuk menguasai. Semakin banyak kesempatan berlatih,
semakin banyak pengalaman gerak yang anak lakukan dan dapatkan.
Meskipun demikian, kualitas latihan jauh lebih penting ketimbang
kuantitasnya. (Arma Abdullah, 1994)
4. Model yang baik. Dalam mempelajari motorik, meniru suatu model
memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu dengan
baik, anak harus dapat mencontoh yang baik. Model yang ada harus
merupakan replika dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga
tersebut.
5. Bimbingan. Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak
membutuhkan bimbingan. Bimbingan juga membantu anak membetulkan
sesuatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan
baik sehingga sulit dibetulkan kembali. Bimbingan dalam hal ini
merupakan umpan balik.
6. Motivasi. Besar kecilnya semangat usaha seseorang tergantung pada besar
D. Keterampilan Gerak Dasar
Proses belajar gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari waktu
ke waktu dan dalam prosesnya melibatkan SSP, otak, dan ingatan. Dengan
demikian tugas utama peserta didik dalam proses belajar gerak adalah
menerima dan menginterprestasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang
akan dipelajari kemudian mengolah dan menginformasikan informasi
tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara
optimal dalam bentuk keterampilan.
Keterampilan adalah suatu yang dimiliki oleh seseorang berupa bakat atau
kemampuan untuk melakukan suatu yang dapat menghasilkan, baik berupa
gerak maupun kerajinan yang dapat dimanfaatkan. Pengertian gerak adalah
kegiatan atau proses perubahan tempat atau posisi ditinjau dari titik pandang
tertentu, sekali hal ini sudah dilakukan maka gerak itu, tanpa memikirkan
gerak itu transkusi atau rotasi maka dengan itu dapat ditetukan jarak dan arah
dari titik pangkalnya. Jadi pengertian Keterampilan motorik (gerak) adalah
kemampuan untuk melakukan gerakan secara efesien dan efektif,
keterampilan gerak diperoleh melalui proses belajar yaitu dengan cara
memahami gerakan dan melakukan gerakan tersebut secara berulang-ulang
disertai dengan kesadaran berfikir akan benar atau tidaknya gerakan yang
dilakukan. Dan dalam belajar motorik ( gerak ) diwujudkan melalui
respon-respon muscular yang diekspresikan melalui gerak tubuh.
Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan
yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Lutan (1988)
membagi tiga gerakan dasar yang melekat pada individu yaitu, 1) lokomotor,
(2) gerak non lokomotor, (3) manipulatif.
Rusli mendefinisikan gerak lokomotor adalah “gerak yang digunakan untuk
memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau memproyeksikan
tubuh ke atas misalnya: jalan, lompat dan berguling”. Gerak non lokomotor
“adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari
tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan, mendorong dan
menarik”. Sedangkan gerak manipulatif adalah keterampilan memainkan
suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan tangan atau
bagian tubuh yang lain.Gerak manipulatif ini bertujuan untuk koordinasi
mata-kaki, mata-tangan, misalnya melempar, menangkap dan menendang.
Gerak dasar dalam permainan bola voli adalah keterampilan gerak yang
dilakukan dalam kegiatan bermain bola voli baik yang berkaitan dengan
aktivitas dasar itu mencakup gerakan lokomotor dan keterampilan
manipulatif, seperti sikap siap, passing bola dst.
E. Permainan Bola Voli
Menurut Suharno HP (1985 : 1), permainan bola voli adalah cabang beregu
yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari 6 orang
pemain dan di setiap lapangan dipisahkan oleh net. Pantulan bola yang
dimainkan boleh menggunakan seluruh anggota badan. Maksud dan tujuan
net dengan syarat pantulan sempurna dan bersih sesuai dengan peraturan.
Permainan dimulai dengan pukulan bola servis. Bola harus dipukul dengan
satu tangan ke arah lapangan lawan melewati net. Setiap regu dapat
memainkan bola sampai tiga kali pantulan untuk dikembalikan (kecuali
perkenaan bola saat membendung). Dalam permainan bola voli hanya regu
yang menang satu rally permainan memperoleh satu angka, hingga salah satu
regu menang dalam pertandingan dengan terlebih dahulu mengumpulkan
minimal dua puluh lima angka dan untuk set penentuan lima belas angka.
Permainan bola voli diciptakan dan dikembangkan pertama kali oleh William
G. Morgan, seorang ahli olahraga dari YMCA Holyok. Permainan bola voli
bermula dimainkan untuk aktivitas rekreasi, yaitu bagi para bangsawan.
Permainan ini menjadi berkembang dan menjadi populer di daerah-daerah
pariwisata dan dilakukan di lapangan terbuka, untuk pertama kalinya di
Amerika Serikat. Setelah bola baru tercipta, William G. Morgan
mendemonstrasikan cara memainkannya melalui permainan 2 (dua) regu di
hadapan ahli-ahli olahraga YMCA yang sedang berkonfrensi di Psingfield
College. Permainan ini diberi nama mintonette. Selanjutnya berganti nama
menjadi volley berdasarkan pertimbangan tentang cara memainkan bola, yaitu
memvoli yang berarti bola dipukul sebelum menyentuh tanah. Orientasi
pembinaan permainan bola voli lebih mengarah pada pencapaian prestasi
akan tetapi nilai rekreasinya tidak akan hilang.Permainan bola voli dimainkan
oleh 2 regu, masing-masing regu terdiri dari 6 orang pemain. Permainan ini
F. Passing Bawah
Menurut M. Yunus (1992 : 79), passing adalah mengoperkan bola kepada
teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah
awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan.
Passing menurut M. Yunus (1992:122) adalah pengoperan bola kepada teman
sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu sebagai langkah awal
untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan.. Berdasar pada macam
teknik dasar passing dalam permainan bola voli, maka teknik passing
dibedakan meliputi teknik passing bawah dan teknik passing bawah.
Menurut Barbara L. Viera (2000 : 20) adapun tahapan gerak dasar passing
bawah adalah sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
a. Bergerak kearah bola dan atur posisi tubuh
b. Posisi lutut ditekuk, kaki dibuka lebar bahu, dan tahan tubuh dalam
posisi rendah
c. Genggam jemari tangan, bentuk landasan dengan lengan lurus sejajar
dengan paha
d. Punggung lurus dan pandangan mata mengikuti pergerakan bola yang
datang
2. Tahap pelaksanaan
a. Menerima bola di depan badan
b. Ulurkan lutut yang ditekuk, pinggul bergerak ke depan dan berat badan
c. Gerakkan landasan lengan ke sasaran bola, tetapi lengan tidak diayun
d. Perhatikan saat bola menyentuh lengan
3. Tahap gerak lanjutan
a. Jari tangan tetap digenggam, siku tetap terkunci
b. Landasan mengikuti bola kesasaran
c. Lengan harus sejajar di bawah bahu
[image:31.595.163.471.297.502.2]d. Pindahkan berat badan kearah sasaran
Gambar 1. Gerak Dasar Passing Bawah Bola Voli.
G. Media Pembelajaran
Hamalik dalam Azhar Arsyad (2005: 15) mengemukakan bahwa pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.
sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan
dan isi pelajaran saat itu.
Proses Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi.
Pengalaman menunjukkan bahwa dalam komunikasi ini sering terjadi
penyimpangan–penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif
dan efisien. Penyebab penyimpangan dalam komunikasi pembelajaran antara
lain adanya kecenderungan verbalisme dalam proses pembelajaran, ketidak
siapan siswa, kurangnya minat, kegairahan siswa dan lain–lain.
Salah satu upaya untuk mengatasi hal–hal tersebut di atas ialah penggunaan
media dalam proses pembelajaran. Ini disebabkan karena fungsi media
dalam proses pembelajaran adalah sebagai penyaji stimulus (informasi, dan
lain–lain) dan untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi.
Juga dalam hal–hal tertentu media mempunyai nilai–nilai praktis yang
sangat bermanfaat baik bagi siswa maupun guru.
Menurut Azhar Arsyad (2005: 7) media pendidikan memiliki pengertian alat
bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Tetapi ada
sedikit perbedaan penggunaan istilah media dan alat bantu. Media adalah
alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, dan alat
bantu (peraga) digunakan untuk membantu proses pembelajaran agar bahan
pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih konkret/jelas karena ada model
atau replika yang dapat diamati siswa sehingga mudah diterima atau
dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih
berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efesien.
Menurut Amir Hamzah (1988: 110) penekanan alat bantu belajar terdapat
pada visual dan audio. Alat bantu visual terdiri dari alat peraga dua dimensi
hanya menggunakan dua ukuran panjang dan lebar (seperti: gambar, bagan,
dan grafik) sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga ukuran
yaitu panjang, lebar, dan tinggi (seperti: benda asli, model, alat tiruan
sederhana, dan barang contoh).
Bagi siswa media yang dipersiapkan dengan baik, didesain dan digambarkan
dengan warna–warni yang serasi dapat menarik perhatian untuk
berkonsentrasi pada materi yang sedang disajikan sehingga membangkitkan
keinginan dan minat baru untuk belajar. Dengan media guru juga dapat
mengatur kelas sehingga waktu belajar dapat dimanfaatkan dengan efisien.
Manfaat yang lain adalah media dapat dirancang sedemikian rupa sehingga
proses pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja tanpa
tergantung kepada keberadaan seorang guru.
Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (2005: 24-25) mengemukakan
manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab aktivitasnya mengamati, melakukan,mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
Berkaitan dengan penyeragaman materi, guru mungkin mempunyai
penafsiran yang beranekaragam tentang sesuatu hal. Melalui media,
penafsiran yang beragam ini dapat direduksi dan disampaikan kepada siswa
secara seragam. Setiap siswa yang melihat atau mendengar uraian melalui
media yang sama akan menerima informasi persis sama dengan yang
diterima oleh teman–temannya.
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik karena media dapat
menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat
(visual) sehingga dapat mendeskripsikan suatu masalah, suatu konsep, suatu
proses atau suatu prosedur yang bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi
lengkap dan jelas. Keingintahuan dapat bangkit melalui media. Untuk
menghidupkan suasana kelas, media merangsang siswa bereaksi terhadap
penjelasan guru, membuat siswa ikut tertawa atau ikut sedih. Media
memungkinkan siswa menyentuh objek kajian pelajaran, membantu siswa
mengkongkritkan sesuatu yang abstrak dan membantu guru menghindarkan
suasana monoton.
Media memungkinkan proses pembelajaran lebih interaktif karena adanya
interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan. Tanpa media guru akan
cenderung berbicara satu arah, namun dengan media guru dapat mengatur
kelas sehingga siswa ikut pula menjadi aktif. Dengan menggunakan media,
yang cukup panjang untuk menjelaskan suatu konsep atau teori baru karena
tidak menggunakan media, misalnya menerangkan teknik tangan renang
gaya bebas pasti memerlukan banyak waktu jika guru hanya menggunakan
metode ceramah tanpa alat bantu lain. Pada hal jika memanfaatkan media
dengan baik, waktu yang dihabiskan pasti tidak sebanyak itu.
Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien,
tetapi materi pelajaran dapat diserap lebih mendalam. Siswa mungkin sudah
memahami permasalahan melalui penjelasan guru. Pemahaman itu akan
lebih baik lagi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh,
merasakan atau mengalami melalui media. Di samping itu, media dapat
memperkuat kecintaan dan apresiasi siswa terhadap ilmu pengetahuan dan
proses mencari ilmu.
H. Alat Modifikasi
Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut guru agar mampu
menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan
sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien bahkan
melakukan modifikasi yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi dapat
membantu dalam pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 751) modifikasi artinya
pengubahan, atau perubahan. Penggunaan alat modifikasi diharapkan dapat
memotivasi anak melakukan tugas gerak yang diberikan. Sehingga
Slameto (1995: 12) menyatakan proses belajar dikatakan berhasil apabila
ada perubahan pada diri anak berupa perubahan prilaku yang menyangkut
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam proses belajar mengajar
peserta didik harus menunjukkan kegembiraan, semangat yang besar dan
percaya diri. Atas dasar tersebut, guru berperan untuk menciptakan dan
mempertahankan kelangsungan proses belajar mengajar, guna tercapainya
tujuan belajar yang sudah ditetapkan.
Guru yang berfungsi sebagai fasilitator dapat mengurangi atau menambah
tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi
peralatan yang digunakan untuk melakukan keterampilan tersebut. Misalnya,
mengubah berat-ringannya, besar-kecilnya, tinggi-rendahnya dan
panjang-pendek peralatan yang digunakan.
Adapun modifikasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah bola voli
diganti dengan bola plastik, kemudian latihan meluruskan kedua lengan
membentuk landasan rata adalah dengan alat pegang dari tutup kaleng dan
[image:36.595.145.479.558.728.2]papan lingkaran.
Gambar 3. Papasan Landasan Dari Tutup Kaleng dan Papan Lingkaran.
I. Kerangka Berpikir
Untuk mengetahui apakah tindakan yang diberikan dalam pembelajaran
Penjaskes dapat meningkatkan keterampilan siswa maka diperlukan suatu
evaluasi. Evaluasi dilakukan setelah tindakan-tindakan yang kita rencanakan
diberikan kepada siswa. Adapun evaluasi yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah dengan melihat hasil tes gerak dasar passing bawah bola voli
setelah diberikan dua siklus dengan alat bantu berbeda. Namun kesemuanya
itu dilakukan guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dalam permainan bola voli, salah satu teknik yang harus dikuasai sebagai
fondasai dasar adalah gerak dasar passing bawah. Passing dilakukan untuk
menerima pukulan dari lawan, bisa juga untuk persiapan smasher melakukan
smash. Untuk itu pada pelajaran sekolah dasar telah diperkenalkan gerak
dasar passing bawah. Agar siswa sekolah dasar dapat belajar sesuai dengan
tahap pertumbuhan dan perkembangannya maka alat-alat standar bola voli
belajar tugas gerak yang diperintahkan. Bola voli standar terkadang
membuat anak merasa sakit setelah memukul bola, kesan tersebut membuat
anak takut untuk mencoba lagi sehingga peneliti memilih untuk mengganti
bola standar dengan menggunakan bola plastik yang lembut dan dapat juga
memantul jika dipukul. Kemudian untuk melatih anak meluruskan kedua
lengan saat mempassing bola adalah dengan memegang tutup kaleng atau
papan lingkaran dikedua ujung tangan. Dengan ini siswa akan terbiasa untuk
meluruskan lengannya saat bola datang.
Peneliti menduga dengan penggunaan alat-alat modifikasi yang sedemikian
rupa akan memudahkan anak belajar passing bawah bola voli sehingga hasil
belajar gerak dasar passing bawah akan menunjukkan peningkatan yang
berarti.
J. Hipotesis Tindakan
Menurut Kunandar (2009: 89) bahwa hipotesis dalam penelitian tindakan
bukan hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan hipotesis tindakan.
Rumusan hipotesis memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan
perbaikan yang diinginkan.
Adapun rumusan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : “Dengan
penggunaan alat yang dimodifikasi dapat meningkatkan gerak dasar passing
bawah pada permainan bola voli untuk kelas V SDN 2 Tanjung Kemala
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Menurut Arikunto dkk (2007: 58) Penelitian
Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Dalam PTK bukan
hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan
pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil perlakuan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan berdasarkan masalah yang
benar-benar nyata muncul dari dunia tanggungjawab peneliti/ pendidik yaitu
dalam pembelajaran. Masalah yang diteliti harus datang dari guru itu sendiri
dan kemudian dicari pemecahannya. Masalah rendahnya keterampiln gerak
dasar passing bawah bola voli siswa adalah masalah yang muncul dari proses
pembelajaran di kelas dan kemudian dicari pemecahannya oleh peneliti
selaku guru kemudian direncanakan tindakan, kemudian dilakukan
pengamatan selama proses penelitian berlangsung dan pada akhir tindakan
dilakukan penilaian guna mengetahui keberhasilan yang dicapai oleh
Gambar 4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas.
B. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian : Penelitian dilakukan di SDN 2 Tanjung Kemala
Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus
2. Pelaksanaan penelitian : selama satu bulan ( Juni – Juli 2012).
C. Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan pada siswa kelas V di SDN 2 Tanjung Kemala
Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus yang berjumlah 12 siswa, terdiri
dari 7 laki-laki dan 5 perempuan.
D. Rencana Tindakan
1. Siklus I
Rencana :
a. Merancang kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus
b. Mempersiapkan instrumen gerak dasar passing bawah untuk penilaian
diakhir proses pembelajaran.
c. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handycam atau kamera).
d. Menyiapkan alat modifikasi yang digunakan yaitu bola plastik dan
tutup kaleng.
e. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.
Tindakan :
a. Guru menjelaskan alat modifikasi siklus pertama bola plastik dan
tutup kaleng untuk memperbaiki pelurusan tangan saat perkenaan
bola dengan kedua tangan.
b.Guru mendemonstrasikan cara melakukan passing dengan
[image:41.595.177.466.415.581.2]menggunakan bola plastik dan tutup kaleng.
Gambar 5. Latihan Siklus Pertama.
c. Siswa berbaris sesuai dengan jumlah bola plastik yang disediakan
d.Guru melakukan koreksi gerakan yang salah
Observasi :
Selama proses pembelajaran guru sekaligus melakukan observasi atau
Refleksi :
a. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan
b. Merumuskan tindakan untuk siklus kedua
2. Siklus II
Rencana :
a. Merancang kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus kedua
meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.
b. Mempersiapkan instrumen gerak dasar passing bawah untuk penilaian
diakhir proses pembelajaran.
c. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handycam atau kamera).
d. Menyiapkan alat modifikasi yang digunakan yaitu bola plastik dan
papan lingkaran.
e. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus kedua.
Tindakan :
a. Guru menjelaskan alat modifikasi siklus kedua bola plastik dan papan
lingkaran yang diletakkan di kedua tangan agar siswa terbiasa
[image:42.595.172.493.568.711.2]membentuk landasan lengan yang rata untuk passing bawah.
b. Guru mendemonstrasikan cara melakukan passing bola plastik dengan
latihan menggunakan papan lingkaran
c. Siswa berbaris sesuai dengan jumlah bola dan papan lingkaran yang
disediakan
d. Guru melakukan koreksi gerakan yang salah
Observasi :
Selama proses pembelajaran guru sekaligus melakukan observasi atau
pengamatan bagaimana situasi yang terjadi selama proses pembelajaran.
Refleksi :
a. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan
b. Merumuskan tindakan untuk siklus kedua
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK di
setiap siklusnya. Maka instrumen dalam penelitian ini berupa tes gerak dasar
passing bawah bola voli yang diadaptasi dari Barbara L. Viera (2000: 20)
dengan rentang nilai 1-3 dimana nilai 1 untuk kurang, nilai 2 adalah sedang
[image:43.595.136.503.638.746.2]dan nilai 3 adalah baik.
Tabel 1. Penilaian Gerak Dasar Passing Bawah Bola Voli.
No Indikator Deskriptor 1 2 3 Nilai
1 Tahap
Persiapan
1. Bergerak ke arah bola dan atur posisi tubuh
2. Posisi lutut ditekuk, kaki dibuka
3. Genggam jemari tangan, bentuk landasan dengan lengan lurus sejajar dengan paha
4. Punggung lurus dan pandangan
mata mengikuti pergerakan bola yang datang
2 Tahap
Pelaksanaan
1. Menerima bola di depan badan
2. Ulurkan lutut yang ditekuk, pinggul
bergerak ke depan dan berat badan dialihkan ke depan
3. Gerakkan landasan lengan ke sasaran bola, tetapi lengan tidak diayun
4. Perhatikan saat bola menyentuh lengan
3 Tahap
Akhir Gerakan
1. Jari tangan tetap digenggam, siku tetap terkunci
2. Landasan mengikuti bola ke sasaran
3. Lengan harus sejajar di bawah bahu
4. Pindahkan berat badan kearah sasaran
(Adaptasi Barbara L. Viera, 2000)
F. Teknik Analisis Data
Untuk melihat kualitas hasil tindakan disetiap siklus digunakan rumus :
Keterangan :
P : Prosentase keberhasilan
f : Jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar
yang telah ditetapkan
N : Jumlah siswa yang mengikuti tes
Bila hasil perhitungan meningkat 50% ke atas maka tindakan yang dilakukan
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah:
1. Dengan alat modifikasi berupa bola plastik dan tutup kaleng dapat
meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa kelas V SDN 2
Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.
2. Dengan alat modifikasi berupa bola plastik dan papan lingkaran dapat
meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa kelas V SDN 2
Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus?
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka terdapat beberapa saran yang
ingin peneliti sampaikan bagi :
1. Peneliti mengetahui secara empiris upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli.
2. Guru mendapatkan masukan penentuan alat modfifikasi yang dapat
digunakan dalam pembelajaran gerak dasar passing bawah
3. Siswa dapat meningkatkan dan memperbaiki gerak dasar passing bawah
DAFTAR PUSTAKA
Abdoellah, Arma dan Manadji, Agus. 1994. Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta. Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Depdiknas. 2006. Panduan Pembelajaran Silabus Penjas. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Kunandar. 2009. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.
Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode.
Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.
Muhajir. 2007. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Pendidikan Jasman, Olahraga dan Kesehatan. Erlangga. Bandung. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka
Cipta. Jakarta.
Suharno, HP. 1985. Dasar-Dasar Permainan Bola Voli. IKIP. Yogyakarta. Sujana, Nana. 1991. Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Lembaga penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Suleiman, Amir Hamzah. 1988. Media Audio-Visual Untuk Pengajaran,
Penerangan dan Penyuluhan. PT Gramedia. Jakarta.
Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.
Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Viera, Barbara R, dan Fergusson Bonnie Jill. 2000. Bola Voli Tingkat Pemula.