• Tidak ada hasil yang ditemukan

MELALUI ALAT BOLA VOLI YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN PASSING BAWAH PADA PERMAINAN BOLA VOLI UNTUK KELAS V SDN 2 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MELALUI ALAT BOLA VOLI YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN PASSING BAWAH PADA PERMAINAN BOLA VOLI UNTUK KELAS V SDN 2 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

MELALUI ALAT BOLA VOLI YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN PASSING BAWAH PADA PERMAINAN

BOLA VOLI UNTUK KELAS V SDN 2 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS

OLEH ARSIANTO

Penelitian ini bertujuan ingin meningkatkan gerak dasar passing bawah pada permainan bola voli untuk kelas V di SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V, yang berjumlah 12 siswa terdiri dari 7 laki-laki dan 5 perempuan. Instrumen yang dipakai adalah penilaian kualitas gerak dasar passing bawah bola voli dengan rentang nilai 1-3. Teknik analisis data menggunakan prosentasi ketuntasan belajar setiap siklusnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ; 1) pada siklus pertama dengan penggunaan bola plastik dan tutup kaleng dapat meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa, yaitu sebanyak 6 siswa yang tuntas (50%); dan 2) pada siklus kedua dengan penggunaan bola plastik dan papan lingkaran juga dapat meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa, yaitu sebanyak 12 siswa yang tuntas atau 100%.

(2)

MELALUI ALAT BOLA VOLI YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN PASSING BAWAH PADA PERMAINAN

BOLA VOLI UNTUK KELAS V SDN 2 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh ARSIANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

MELALUI ALAT BOLA VOLI YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN PASSING BAWAH PADA PERMAINAN

BOLA VOLI UNTUK KELAS V SDN 2 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS

(Skripsi)

OLEH ARSIANTO

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gerak Dasar Passing Bawah Bola Voli ... 18

2. Bola Voli Standard an Bola Voli Modifikasi ... 23

3. Papan Landasan dari Tututp Kaleng dan Papan Lingkaran ... 24

4. Siklus PTK ... 27

5. Latihan Siklus Pertama ... 28

6. Latihan Siklus Kedua ... 29

7. Grafik Batang Perbandingan Hasil Pada Tes Awal, Siklus I dan Siklus II ... 34

8. Grafik Batang Prosentase Siswa Yang Tuntas dan Belum Tuntas Pada Tes Awal... 35

9. Grafik Batang Prosentase Siswa Yang Tuntas dan Belum Tuntas Pada Tes Siklus Pertama ... 36

10. Grafik Batang Prosentase Siswa Yang Tuntas dan Belum Tuntas Pada Tes Siklus Kedua ... 37

11. Siswa Melakukan Pemanasan ... 48

12. Latihan Passing Bawah Berpasangan... 48

13. Latihan Passing Bawah Individu ... 49

14. Siswa Melakukan Pemanasan Siklus Kedua ... 53

15. Siswa Melakukan Latihan Passing Bawah ... 53

16. Guru Memberikan Koreksi Pada Pembelajaran Siswa ... 54

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Pendidikan Jasmani ... 6

B. Teori Belajar... 7

C. Belajar Gerak ... 10

D. Keterampilan Gerak Dasar ... 14

E. Permainan Bola Voli ... 16

F. Passing Bawah ... 17

G. Media Pembelajaran ... 18

H. Alat Modifikasi ... 22

I. Kerangka Berpikir ... 24

J. Hipotesis Tindakan... 25

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Setting Penelitian ... 27

C. Subjek Penelitian ... 27

D. Rencana Tindakan ... 27

E. Instrumen Penelitian... 30

F. Teknik Analisis Data ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Hasil Penelitian ... 32

(6)

V. SIMPULAN DAN DARAN ... 40

A. Simpulan ... 40

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar Halaman

1. Data Tes Awal ... 42

2. Data Tes Siklus Pertama ... 43

3. Data Tes Siklus Kedua ... 44

4. RPP Siklus Pertama ... 45

5. Foto Penelitian Siklus Pertama ... 48

6. RPP Siklus Kedua ... 50

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penilaian Gerak Dasar Passing Bawah Bola Voli ... 30

2. Deskripsi Nilai Gerak Dasar Passing Bawah Bola Voli ... 33

3. Analisis Hasil Tes Awal Passing Bawah Bola Voli ... 35

4. Analisis Hasil Tes Siklus I Passing Bawah Bola Voli ... 36

(9)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Akor Sitepu, M.Pd …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Usman Adam, M.Pd. …………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003

(10)

SURAT PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Arsianto

NPM : 1013126003

Program Studi : S1 Penjaskes Dalam Jabatan FKIP

dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Melalui Alat Bola Voli Yang Dimodifikasi Untuk Meningkatkan Passing Bawah Pada Permainan Bolavoli Untuk Kelas V SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus” adalah benar hasil karya penulis, bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan tugas akhir ini saya kutip dari hasil karya orang lain dituliskan sumbernya secara jelas sesuai norma dan etika penulisan ilmiah. Dan jika dikemudian hari ternyata ada hal yang melanggar dari ketentuan akademik universitas maka saya bersedia bertanggungjawab dan disanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya, apabila ternyata tidak benar saya bersedia menerima sanksi.

Tanggamus, Oktober 2012

(11)

Judul Skripsi : Melalui Alat Bola Voli Yang Dimodifikasi Untuk Meningkatkan Passing Bawah Pada Permainan Bolavoli Untuk Kelas V SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus

Nama Mahasiswa : Arsianto

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013126003

Program Studi : Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan 2. Pembimbing

(12)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan

berkat dan rahmat-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Melalui Alat Bola Voli Yang Dimodifikasi Untuk Meningkatkan Passing Bawah Pada Permainan Bolavoli Untuk Kelas V SDN 2 Tanjung Kemala

Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus” Skripsi ini diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas

Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M. Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(IP) FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Akor Sitepu, M. Pd selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.

4. Bapak Drs. Usman Adam, M. Pd selaku penguji utama yang telah memberikan

perbaikan dan pengarahan penulisan skripsi penulis.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah

memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menjalani studi.

6. Kepala SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus

(13)

7. Siswa-siswi kelas V di SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten

Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012 atas kerjasama dalam pelaksanaan

penelitian.

8. Semua kawan-kawan di Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

angkatan 2010.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Tanggamus, Oktober 2012

Penulis

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang

berlangsung seumur hidup. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral

dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek

kesegaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek

pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani,

olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas

jasmani yang dikelola secara sistematis, dipilih sesuai karakteristik peserta

didik, tingkat kematangan, kemampuan pertumbuhan dan perkembangan

peserta didik sehingga mampu meningkatkan aspek kognitif, afektif dan

psikomotor.

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai

perseorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan

(15)

jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan,

kecerdasan dan pembentukan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam

rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.

Fungsi Pendidikan Jasmani adalah a). Aspek organic yaitu menjadikan fungsi

sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan

lingkungan secara memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan

keterampilan, dan meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimum

yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot. b). Aspek neuromuskuler,

yaitu meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot,

mengembangkan keterampilan lokomotor seperti; berjalan, berlari, melompat,

meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, bergulir, dan menarik.

Agar fungsi-fungsi tersebut dapat dirasakan oleh siswa maka disusunlah

materi-materi Pendidikan Jasmani yang sistematis sesuai tahap pertumbuhan

dan perkembangan siswa. Adapun materi pokok Pendidikan Jasmani itu

sendiri diklasifikasikan menjadi enam aspek, yaitu: tekhnik/keterampilan

dasar permainan dan olahraga; aktivitas pengembangan; uji diri/ senam;

aktivitas ritmik; aquatik (aktivitas air); dan pendidikan luar kelas (out door).

Materi Pendidikan Jasmani kelas V Sekolah dasar (SD), untuk aspek

keterampilan olahraga termasuk diantaranya mempraktikkan keterampilan

permainan bola besar berdasarkan konsep gerak yang benar serta nilai-nilai

yang terkandung di dalamnya yaitu salah satunya permainan bola voli. Bola

voli menjadi permainan yang menyenangkan karena dapat beradaptasi dengan

(16)

jumlah pemain bervariasi seperti voli pantai dengan jumlah pemain dua

orang, dan permainan dengan jumlah enam orang yang biasa digunakan.

Alasan lain yang menyenangkan adalah dapat dimainkan dan dinikmati

berbagai usia dan tingkat kemampuan, dapat dimainkan di segala bentuk

lapangan seperti rumput, kayu, pasir, ataupun permukaan lantai buatan, dapat

dilakukan di dalam ataupun di luar gedung.

Salah satu teknik dasar bermain bola voli yang diajarkan pada siswa sekolah

dasar khususnya kelas V ialah mempraktikkan gerak dasar passing. Passing

di dalam permainan bola voli adalah usaha ataupun upaya seseorang pemain

bola voli dengan cara menggunakan suatu teknik tertentu yang tujuannya

adalah untuk mengoperkan bola yang dimainkannya itu kepada teman

seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri.. Berdasar pada macam teknik

dasar passing dalam permainan bola voli, maka teknik passing dibedakan

meliputi teknik passing atas dan teknik passing bawah.

Berdasarkan hasil observasi di SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung

Kabupaten Tanggamus pada saat melaksanakan pembelajaran, bola voli

sebagian besar siswa atau sebanyak 10 dari total 12 siswa belum dapat

melakukan passing bawah dengan benar. Pada saat melakukan passing posisi

lengan pada perkenaan bola masih belum sejajar atau rata, hal ini

menyebabkan hasil pantulan bola meleset atau tidak terarah. Selain itu saat

perkenaan bola dengan lengan, lengan terlalu mengayun dengan kuat

(17)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Melalui Alat Bola Voli Yang Dimodifikasi Untuk

Meningkatkan Passing Bawah Pada Permainan Bola Voli Untuk Kelas V

SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa belum dapat melakukan ayunan passing bawah

dengan benar.

2. Rata-rata siswa masih belum tepat perkenaan bola pada kedua tangan.

3. Pengguasaan gerakan kaki belum dapat dikombinasikan dengan ayunan

tangan.

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas maka peneliti

membatasi masalah penelitian pada penggunaan alat yang dimodifikasi

berupa bola plastik, tutup kaleng, dan papan lingkaran untuk meningkatkan

gerak dasar passing bawah bola voli dengan subjek penelitian siswa kelas V

SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah:

1. Apakah dengan alat modifikasi berupa bola plastik dan tutup kaleng dapat

meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa kelas V SDN 2

(18)

2. Apakah dengan alat modifikasi berupa bola plastik dan papan lingkaran

dapat meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa kelas V

SDN 2 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Ingin meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa kelas V

dengan penggunaan alat modifikasi berupa bola plastik dan tutup kaleng.

2. Ingin meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa kelas V

dengan penggunaan alat modifikasi berupa bola plastik dan papan

lingkaran.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman yang berharga dalam upaya

meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa.

2. Bagi guru

Guru mendapatkan bahan untuk pengembangan pembelajaran

bola voli terutama tentang teknik passing bawah.

3. Bagi siswa

Siswa dapat meningkatkan dan memperbaiki gerak dasar passing bawah

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Jasmani

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan dalam Muhajir (2007: 2) dijelaskan definisi Pendidikan Jasmani

adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain

untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan

motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan

kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik jasmani,

psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan

akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan

bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif.

Menurut pakar Pendidikan Jasmani Amerika Serikat, Nixon dan Jewett dalam

Arma Abdoellah dan Agus Manadji (1994: 5) Pendidikan Jasmani adalah

satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan

dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang

dilakukan atas dasar kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi

atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi dan sosial.

(20)

menggunakan gerak sebagai media pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan. Sesuai dengan pendapat Frost dalam Arma Abdoellah dan Agus

Manadji (1994: 6) Pendidikan Jasmani terdiri dari perubahan dan penyesuaian

yang terjadi pada individu bila ia bergerak dan mempelajari gerak.

Jadi dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

Pendidikan Jasmani adalah merupakan proses pendidikan yang

memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik

bertujuan untuk meningkatkan individu menyangkut tiga aspek: kognitif,

afektif dan psikomotor.

B. Teori Belajar

Pendidikan tidak lepas dari proses belajar. Kadang-kadang bahan pengajaran

disamakan dengan pendidikan. Memang kedua pengertian itu identik, karena

proses belajar itu berada dalam rangka mencapai tujuan pendidika. Dengan

kata lain pendidikan itu dilihat secara makro sedangkan pengajaran (proses

belajar) itu dilihat secara mikro.

Kegiatan belajar dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.

Seseorang dapat dikatakan belajar apabila di dalam dirinya terjadi perubahan

dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi

dapat mengerjakan sesuatu. Namun demikian tidak semua perubahan itu

terjadi karena belajar, misalnya perkembangan anak dari tidak dapat berjalan

menjadi berjalan. Perubahan tersebut terjadi bukan karena belajar tetapi

(21)

Dalam menguasai teori belajar, seorang guru juga perlu mengetahui teori

belajar sehingga dapat menjelaskan bagaimana seharusnya siswa belajar.

Belajar merupakan suatu usaha untuk menambah dan mengumpulkan

berbagai pengalaman tentang ilmu pengtahuan. Belajar juga sebuah proses

yang sering diartikan penambahan pengetahuan.

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman

(learning is defened as the modification or streng-thening of behavior

through experiencing) (Oemar Hamalik, 2008 : 36). Menurut pengertian ini,

belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil

atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada

itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan,

melainkan perubahan kelakuan.

Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan

bahwa: belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia

setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses

pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh

faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi.

Hasil belajar merupakan perubahan penguasaan kemampuan teori maupun

praktek yang relatif permanin (melekat) antara sebelum menerima proses

pembelajaran dengan setelah proses pembelajaran berakhir.

Kegiatan belajar itu sendiri mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :

(22)

o Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relative lama;

o Perubahan-perubahan itu terjadi karena usaha, bukan karena proses kematangan.

Belajar adalah suatu perubahan yang relatif pemanen dalam suatu

kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau latihan. (Nana

Sujana, 1991: 5). Menurut Thorndike dalam Arma Abdulllah dan Agus

Manadji (1994: 162) belajar adalah asosiasi antara kesan yang diperoleh alat

indera (stimulus) dan impuls untuk berbuat (respons).

Ada tiga aspek penting dalam belajar, yaitu hukum kesiapan, hukum latihan

dan hukum pengaruh.

1. Hukum kesiapan

Berarti bahwa individu akan belajar jauh lebih efektif dan cepat bila ia

telah siap atau matang untuk belajar. Ini berarti dalam aktivitas

pendidikan jasmani guru seharusnyalah dapat menentukan materi-materi

yang tepat dan mampu dilakukan oleh anak.

2. Hukum latihan

Jika seseorang ingin memperoleh hasil yang lebih baik, maka ia harus

berlatih. Sebagai hasil dari latihan yang terus-menerus. Ini berarti guru

harus menerapkan latihan atau pengulangan dengan penambahan beban

agar meningkatnya kemampuan anak, dengan memperhatikan pula fase

(23)

3. Hukum pengaruh

Bahwa seseorang individu akan lebih mungkin untuk mengulangi

pengalaman yang memuaskan daripada

pengalaman-pengalaman yang mengganggu. Hukum ini seperti yang berlaku pada

pendidikan jasmani mengandung arti bahwa setiap usaha seharusnya

diupayakan untuk menyediakan situasi-situasi agar siswa mengalami

keberhasilan serta mempunyai pengalaman yang menyenangkan dan

memuaskan. Guru harus merencanakan model-model pembelajaran yang

menarik dan menyenangkan.

C. Belajar Gerak

Menurut Schmidt dalam Lutan (1988: 102) belajar motorik adalah

seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang

mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku gerak.

Lebih lanjut Schmidt dalam Lutan (1988: 102) menyatakan bahwa belajar

gerak mempunyai beberapa ciri, yaitu: a) merupakan rangkaian proses, b)

menghasilkan kemampuan untuk merespon, c) tidak dapat diamati secara

langsung, bersifat relatif permanen, d) sebagai hasil latihan, e) bisa

menimbulkan efek negatif. Tugas utama dari belajar gerak adalah penerimaan

segala informasi yang relevan tentang gerakan-gerakan yang dipelajari,

kemudian mengolah dan menyusun informasi tersebut memungkinkan suatu

realisasi secara optimal.

Menurut Lutan (1988: 101) belajar motorik dapat menghasilkan perubahan

(24)

waktu yang relatif lama. Dalam menyempurnakan suatu keterampilan motorik

ada tiga tahapan yaitu:

1. Tahap Kognitif

Merupakan tahap awal dalam belajar motorik, dalam tahap ini seseorang

harus memahami mengenai hakikat kegiatan yang dilakukan dan juga

harus memperoleh gambaran yang jelas baik secara verbal maupun visual

mengenai tugas gerakan atau model teknik yang akan dipelajari agar dapat

membuat rencana pelaksanaan yang tepat. Pada tahap ini guru setiap akan

memulai mengajarkan suatu keterampilan gerak, pertama kali yang harus

dilakukan adalah memberikan informasi untuk menanamkan

konsep-konsep tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik.

Setelah siswa memperoleh informasi tentang apa, mengapa, dan

bagaimana cara melakukan aktifitas gerak yang akan dipelajari, diharapkan

di dalam benak siswa telah terbentuk motor-plan, yaitu keterampilan

intelektual dalam merencanakan cara melakukan keterampilan gerak.

Apabila tahap kognitif ini tidak mendapakan perhatian oleh guru dalam

proses belajar gerak, maka sulit bagi guru untuk menghasilkan anak yang

terampil mempraktikkan aktivitas gerak yang menjadi prasyarat tahap

belajar berikutnya.

2. Tahap Asosiatif/Fiksasi

Pada tahap ini pengembangan keterampilan dilakukan melalui adanya

praktek secara teratur agar perubahan prilaku gerak menjadi permanen.

Selama latihan harus adanya semangat dan umpan balik untuk mengetahui

(25)

taraf merangkaikan urutan-urutan gerakan yang didapatkan secara

keseluruhan dan harus dilakukan secara berulang-ulang sehingga

penguasaan terhadap gerakan semakin meningkat. Apabila siswa telah

melakukan latihan keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan

secara berulang baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir

tahap ini siswa diharapkan telah memiliki keterampilan yang memadai.

3. Tahap Otomatis

Setelah melakukan latihan gerakan dalam jangka waktu yang relatif lama,

maka akan memasuki tahap otomatis atau dapat melakukan aktivitas secara

terampil, artinya siswa dapat merespon secara cepat dan tepat terhadap apa

yang ditugaskan oleh guru untuk dilakukan. Secara fisiologi hal ini dapat

diartikan bahwa pada diri seseorang tersebut telah terjadi kondisi reflek

bersyarat, yaitu terjadinya pengerahan tenaga mendekati pola gerak reflek

yang sangat efisien dan hanya akan melibatkan unsur motor unit yang

benar-benar diperlukan untuk gerakan yang diinginkan. Pada tahap ini

kontrol terhadap penampilan gerakan semakin tepat dan konsisten, siswa

telah dapat mengerjakan tugas gerak tanpa berpikir lagi terhadap apa yang

akan dan sedang dilakukan dengan hasil yang baik dan benar.

Untuk mempelajari gerak maka guru Pendidikan Jasmani perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Kesiapan belajar. Bahwa pembelajaran harus mempertimbangkan hukum

kesiapan. Anak yang lebih siap akan lebih unggul dalam menerima

(26)

2. Menurut Lutan (1988) dalam mempelajari gerak faktor kesempatan belajar

merupakan hal yang penting. Pemberian kesempatan yang cukup banyak

bagi anak sejak usia dini untuk bergerak atau melakukan aktivitas jasmani

dalam mengeksporasi lingkungannya sangat penting. Bukan saja untuk

perkembangan yang normal kelak setelah dewasa, tapi juga untuk

perkembangan mental yang sehat. Jadi penting bagi orangtua atau guru

untuk memberikan kesempatan anak belajar melalui gerak.

3. Kesempatan latihan. Anak harus diberi waktu untuk latihan sebanyak yang

diperlukan untuk menguasai. Semakin banyak kesempatan berlatih,

semakin banyak pengalaman gerak yang anak lakukan dan dapatkan.

Meskipun demikian, kualitas latihan jauh lebih penting ketimbang

kuantitasnya. (Arma Abdullah, 1994)

4. Model yang baik. Dalam mempelajari motorik, meniru suatu model

memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu dengan

baik, anak harus dapat mencontoh yang baik. Model yang ada harus

merupakan replika dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga

tersebut.

5. Bimbingan. Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak

membutuhkan bimbingan. Bimbingan juga membantu anak membetulkan

sesuatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan

baik sehingga sulit dibetulkan kembali. Bimbingan dalam hal ini

merupakan umpan balik.

6. Motivasi. Besar kecilnya semangat usaha seseorang tergantung pada besar

(27)

D. Keterampilan Gerak Dasar

Proses belajar gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari waktu

ke waktu dan dalam prosesnya melibatkan SSP, otak, dan ingatan. Dengan

demikian tugas utama peserta didik dalam proses belajar gerak adalah

menerima dan menginterprestasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang

akan dipelajari kemudian mengolah dan menginformasikan informasi

tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara

optimal dalam bentuk keterampilan.

Keterampilan adalah suatu yang dimiliki oleh seseorang berupa bakat atau

kemampuan untuk melakukan suatu yang dapat menghasilkan, baik berupa

gerak maupun kerajinan yang dapat dimanfaatkan. Pengertian gerak adalah

kegiatan atau proses perubahan tempat atau posisi ditinjau dari titik pandang

tertentu, sekali hal ini sudah dilakukan maka gerak itu, tanpa memikirkan

gerak itu transkusi atau rotasi maka dengan itu dapat ditetukan jarak dan arah

dari titik pangkalnya. Jadi pengertian Keterampilan motorik (gerak) adalah

kemampuan untuk melakukan gerakan secara efesien dan efektif,

keterampilan gerak diperoleh melalui proses belajar yaitu dengan cara

memahami gerakan dan melakukan gerakan tersebut secara berulang-ulang

disertai dengan kesadaran berfikir akan benar atau tidaknya gerakan yang

dilakukan. Dan dalam belajar motorik ( gerak ) diwujudkan melalui

respon-respon muscular yang diekspresikan melalui gerak tubuh.

Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan

(28)

yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Lutan (1988)

membagi tiga gerakan dasar yang melekat pada individu yaitu, 1) lokomotor,

(2) gerak non lokomotor, (3) manipulatif.

Rusli mendefinisikan gerak lokomotor adalah “gerak yang digunakan untuk

memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau memproyeksikan

tubuh ke atas misalnya: jalan, lompat dan berguling”. Gerak non lokomotor

“adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari

tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan, mendorong dan

menarik”. Sedangkan gerak manipulatif adalah keterampilan memainkan

suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan tangan atau

bagian tubuh yang lain.Gerak manipulatif ini bertujuan untuk koordinasi

mata-kaki, mata-tangan, misalnya melempar, menangkap dan menendang.

Gerak dasar dalam permainan bola voli adalah keterampilan gerak yang

dilakukan dalam kegiatan bermain bola voli baik yang berkaitan dengan

aktivitas dasar itu mencakup gerakan lokomotor dan keterampilan

manipulatif, seperti sikap siap, passing bola dst.

E. Permainan Bola Voli

Menurut Suharno HP (1985 : 1), permainan bola voli adalah cabang beregu

yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari 6 orang

pemain dan di setiap lapangan dipisahkan oleh net. Pantulan bola yang

dimainkan boleh menggunakan seluruh anggota badan. Maksud dan tujuan

(29)

net dengan syarat pantulan sempurna dan bersih sesuai dengan peraturan.

Permainan dimulai dengan pukulan bola servis. Bola harus dipukul dengan

satu tangan ke arah lapangan lawan melewati net. Setiap regu dapat

memainkan bola sampai tiga kali pantulan untuk dikembalikan (kecuali

perkenaan bola saat membendung). Dalam permainan bola voli hanya regu

yang menang satu rally permainan memperoleh satu angka, hingga salah satu

regu menang dalam pertandingan dengan terlebih dahulu mengumpulkan

minimal dua puluh lima angka dan untuk set penentuan lima belas angka.

Permainan bola voli diciptakan dan dikembangkan pertama kali oleh William

G. Morgan, seorang ahli olahraga dari YMCA Holyok. Permainan bola voli

bermula dimainkan untuk aktivitas rekreasi, yaitu bagi para bangsawan.

Permainan ini menjadi berkembang dan menjadi populer di daerah-daerah

pariwisata dan dilakukan di lapangan terbuka, untuk pertama kalinya di

Amerika Serikat. Setelah bola baru tercipta, William G. Morgan

mendemonstrasikan cara memainkannya melalui permainan 2 (dua) regu di

hadapan ahli-ahli olahraga YMCA yang sedang berkonfrensi di Psingfield

College. Permainan ini diberi nama mintonette. Selanjutnya berganti nama

menjadi volley berdasarkan pertimbangan tentang cara memainkan bola, yaitu

memvoli yang berarti bola dipukul sebelum menyentuh tanah. Orientasi

pembinaan permainan bola voli lebih mengarah pada pencapaian prestasi

akan tetapi nilai rekreasinya tidak akan hilang.Permainan bola voli dimainkan

oleh 2 regu, masing-masing regu terdiri dari 6 orang pemain. Permainan ini

(30)

F. Passing Bawah

Menurut M. Yunus (1992 : 79), passing adalah mengoperkan bola kepada

teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah

awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan.

Passing menurut M. Yunus (1992:122) adalah pengoperan bola kepada teman

sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu sebagai langkah awal

untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan.. Berdasar pada macam

teknik dasar passing dalam permainan bola voli, maka teknik passing

dibedakan meliputi teknik passing bawah dan teknik passing bawah.

Menurut Barbara L. Viera (2000 : 20) adapun tahapan gerak dasar passing

bawah adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

a. Bergerak kearah bola dan atur posisi tubuh

b. Posisi lutut ditekuk, kaki dibuka lebar bahu, dan tahan tubuh dalam

posisi rendah

c. Genggam jemari tangan, bentuk landasan dengan lengan lurus sejajar

dengan paha

d. Punggung lurus dan pandangan mata mengikuti pergerakan bola yang

datang

2. Tahap pelaksanaan

a. Menerima bola di depan badan

b. Ulurkan lutut yang ditekuk, pinggul bergerak ke depan dan berat badan

(31)

c. Gerakkan landasan lengan ke sasaran bola, tetapi lengan tidak diayun

d. Perhatikan saat bola menyentuh lengan

3. Tahap gerak lanjutan

a. Jari tangan tetap digenggam, siku tetap terkunci

b. Landasan mengikuti bola kesasaran

c. Lengan harus sejajar di bawah bahu

[image:31.595.163.471.297.502.2]

d. Pindahkan berat badan kearah sasaran

Gambar 1. Gerak Dasar Passing Bawah Bola Voli.

G. Media Pembelajaran

Hamalik dalam Azhar Arsyad (2005: 15) mengemukakan bahwa pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.

(32)

sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan

dan isi pelajaran saat itu.

Proses Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi.

Pengalaman menunjukkan bahwa dalam komunikasi ini sering terjadi

penyimpangan–penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif

dan efisien. Penyebab penyimpangan dalam komunikasi pembelajaran antara

lain adanya kecenderungan verbalisme dalam proses pembelajaran, ketidak

siapan siswa, kurangnya minat, kegairahan siswa dan lain–lain.

Salah satu upaya untuk mengatasi hal–hal tersebut di atas ialah penggunaan

media dalam proses pembelajaran. Ini disebabkan karena fungsi media

dalam proses pembelajaran adalah sebagai penyaji stimulus (informasi, dan

lain–lain) dan untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi.

Juga dalam hal–hal tertentu media mempunyai nilai–nilai praktis yang

sangat bermanfaat baik bagi siswa maupun guru.

Menurut Azhar Arsyad (2005: 7) media pendidikan memiliki pengertian alat

bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Tetapi ada

sedikit perbedaan penggunaan istilah media dan alat bantu. Media adalah

alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, dan alat

bantu (peraga) digunakan untuk membantu proses pembelajaran agar bahan

pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih konkret/jelas karena ada model

atau replika yang dapat diamati siswa sehingga mudah diterima atau

(33)

dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih

berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efesien.

Menurut Amir Hamzah (1988: 110) penekanan alat bantu belajar terdapat

pada visual dan audio. Alat bantu visual terdiri dari alat peraga dua dimensi

hanya menggunakan dua ukuran panjang dan lebar (seperti: gambar, bagan,

dan grafik) sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga ukuran

yaitu panjang, lebar, dan tinggi (seperti: benda asli, model, alat tiruan

sederhana, dan barang contoh).

Bagi siswa media yang dipersiapkan dengan baik, didesain dan digambarkan

dengan warna–warni yang serasi dapat menarik perhatian untuk

berkonsentrasi pada materi yang sedang disajikan sehingga membangkitkan

keinginan dan minat baru untuk belajar. Dengan media guru juga dapat

mengatur kelas sehingga waktu belajar dapat dimanfaatkan dengan efisien.

Manfaat yang lain adalah media dapat dirancang sedemikian rupa sehingga

proses pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja tanpa

tergantung kepada keberadaan seorang guru.

Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (2005: 24-25) mengemukakan

manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran

(34)

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab aktivitasnya mengamati, melakukan,mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

Berkaitan dengan penyeragaman materi, guru mungkin mempunyai

penafsiran yang beranekaragam tentang sesuatu hal. Melalui media,

penafsiran yang beragam ini dapat direduksi dan disampaikan kepada siswa

secara seragam. Setiap siswa yang melihat atau mendengar uraian melalui

media yang sama akan menerima informasi persis sama dengan yang

diterima oleh teman–temannya.

Proses pembelajaran menjadi lebih menarik karena media dapat

menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat

(visual) sehingga dapat mendeskripsikan suatu masalah, suatu konsep, suatu

proses atau suatu prosedur yang bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi

lengkap dan jelas. Keingintahuan dapat bangkit melalui media. Untuk

menghidupkan suasana kelas, media merangsang siswa bereaksi terhadap

penjelasan guru, membuat siswa ikut tertawa atau ikut sedih. Media

memungkinkan siswa menyentuh objek kajian pelajaran, membantu siswa

mengkongkritkan sesuatu yang abstrak dan membantu guru menghindarkan

suasana monoton.

Media memungkinkan proses pembelajaran lebih interaktif karena adanya

interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan. Tanpa media guru akan

cenderung berbicara satu arah, namun dengan media guru dapat mengatur

kelas sehingga siswa ikut pula menjadi aktif. Dengan menggunakan media,

(35)

yang cukup panjang untuk menjelaskan suatu konsep atau teori baru karena

tidak menggunakan media, misalnya menerangkan teknik tangan renang

gaya bebas pasti memerlukan banyak waktu jika guru hanya menggunakan

metode ceramah tanpa alat bantu lain. Pada hal jika memanfaatkan media

dengan baik, waktu yang dihabiskan pasti tidak sebanyak itu.

Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien,

tetapi materi pelajaran dapat diserap lebih mendalam. Siswa mungkin sudah

memahami permasalahan melalui penjelasan guru. Pemahaman itu akan

lebih baik lagi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh,

merasakan atau mengalami melalui media. Di samping itu, media dapat

memperkuat kecintaan dan apresiasi siswa terhadap ilmu pengetahuan dan

proses mencari ilmu.

H. Alat Modifikasi

Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut guru agar mampu

menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan

sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien bahkan

melakukan modifikasi yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi dapat

membantu dalam pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 751) modifikasi artinya

pengubahan, atau perubahan. Penggunaan alat modifikasi diharapkan dapat

memotivasi anak melakukan tugas gerak yang diberikan. Sehingga

(36)

Slameto (1995: 12) menyatakan proses belajar dikatakan berhasil apabila

ada perubahan pada diri anak berupa perubahan prilaku yang menyangkut

pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam proses belajar mengajar

peserta didik harus menunjukkan kegembiraan, semangat yang besar dan

percaya diri. Atas dasar tersebut, guru berperan untuk menciptakan dan

mempertahankan kelangsungan proses belajar mengajar, guna tercapainya

tujuan belajar yang sudah ditetapkan.

Guru yang berfungsi sebagai fasilitator dapat mengurangi atau menambah

tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi

peralatan yang digunakan untuk melakukan keterampilan tersebut. Misalnya,

mengubah berat-ringannya, besar-kecilnya, tinggi-rendahnya dan

panjang-pendek peralatan yang digunakan.

Adapun modifikasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah bola voli

diganti dengan bola plastik, kemudian latihan meluruskan kedua lengan

membentuk landasan rata adalah dengan alat pegang dari tutup kaleng dan

[image:36.595.145.479.558.728.2]

papan lingkaran.

(37)
[image:37.595.143.484.86.255.2]

Gambar 3. Papasan Landasan Dari Tutup Kaleng dan Papan Lingkaran.

I. Kerangka Berpikir

Untuk mengetahui apakah tindakan yang diberikan dalam pembelajaran

Penjaskes dapat meningkatkan keterampilan siswa maka diperlukan suatu

evaluasi. Evaluasi dilakukan setelah tindakan-tindakan yang kita rencanakan

diberikan kepada siswa. Adapun evaluasi yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah dengan melihat hasil tes gerak dasar passing bawah bola voli

setelah diberikan dua siklus dengan alat bantu berbeda. Namun kesemuanya

itu dilakukan guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Dalam permainan bola voli, salah satu teknik yang harus dikuasai sebagai

fondasai dasar adalah gerak dasar passing bawah. Passing dilakukan untuk

menerima pukulan dari lawan, bisa juga untuk persiapan smasher melakukan

smash. Untuk itu pada pelajaran sekolah dasar telah diperkenalkan gerak

dasar passing bawah. Agar siswa sekolah dasar dapat belajar sesuai dengan

tahap pertumbuhan dan perkembangannya maka alat-alat standar bola voli

(38)

belajar tugas gerak yang diperintahkan. Bola voli standar terkadang

membuat anak merasa sakit setelah memukul bola, kesan tersebut membuat

anak takut untuk mencoba lagi sehingga peneliti memilih untuk mengganti

bola standar dengan menggunakan bola plastik yang lembut dan dapat juga

memantul jika dipukul. Kemudian untuk melatih anak meluruskan kedua

lengan saat mempassing bola adalah dengan memegang tutup kaleng atau

papan lingkaran dikedua ujung tangan. Dengan ini siswa akan terbiasa untuk

meluruskan lengannya saat bola datang.

Peneliti menduga dengan penggunaan alat-alat modifikasi yang sedemikian

rupa akan memudahkan anak belajar passing bawah bola voli sehingga hasil

belajar gerak dasar passing bawah akan menunjukkan peningkatan yang

berarti.

J. Hipotesis Tindakan

Menurut Kunandar (2009: 89) bahwa hipotesis dalam penelitian tindakan

bukan hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan hipotesis tindakan.

Rumusan hipotesis memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan

perbaikan yang diinginkan.

Adapun rumusan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : “Dengan

penggunaan alat yang dimodifikasi dapat meningkatkan gerak dasar passing

bawah pada permainan bola voli untuk kelas V SDN 2 Tanjung Kemala

(39)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research). Menurut Arikunto dkk (2007: 58) Penelitian

Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan

memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Dalam PTK bukan

hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan

pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil perlakuan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan berdasarkan masalah yang

benar-benar nyata muncul dari dunia tanggungjawab peneliti/ pendidik yaitu

dalam pembelajaran. Masalah yang diteliti harus datang dari guru itu sendiri

dan kemudian dicari pemecahannya. Masalah rendahnya keterampiln gerak

dasar passing bawah bola voli siswa adalah masalah yang muncul dari proses

pembelajaran di kelas dan kemudian dicari pemecahannya oleh peneliti

selaku guru kemudian direncanakan tindakan, kemudian dilakukan

pengamatan selama proses penelitian berlangsung dan pada akhir tindakan

dilakukan penilaian guna mengetahui keberhasilan yang dicapai oleh

(40)
[image:40.595.234.420.90.278.2]

Gambar 4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas.

B. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian : Penelitian dilakukan di SDN 2 Tanjung Kemala

Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus

2. Pelaksanaan penelitian : selama satu bulan ( Juni – Juli 2012).

C. Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa kelas V di SDN 2 Tanjung Kemala

Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus yang berjumlah 12 siswa, terdiri

dari 7 laki-laki dan 5 perempuan.

D. Rencana Tindakan

1. Siklus I

Rencana :

a. Merancang kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus

(41)

b. Mempersiapkan instrumen gerak dasar passing bawah untuk penilaian

diakhir proses pembelajaran.

c. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handycam atau kamera).

d. Menyiapkan alat modifikasi yang digunakan yaitu bola plastik dan

tutup kaleng.

e. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.

Tindakan :

a. Guru menjelaskan alat modifikasi siklus pertama bola plastik dan

tutup kaleng untuk memperbaiki pelurusan tangan saat perkenaan

bola dengan kedua tangan.

b.Guru mendemonstrasikan cara melakukan passing dengan

[image:41.595.177.466.415.581.2]

menggunakan bola plastik dan tutup kaleng.

Gambar 5. Latihan Siklus Pertama.

c. Siswa berbaris sesuai dengan jumlah bola plastik yang disediakan

d.Guru melakukan koreksi gerakan yang salah

Observasi :

Selama proses pembelajaran guru sekaligus melakukan observasi atau

(42)

Refleksi :

a. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan

b. Merumuskan tindakan untuk siklus kedua

2. Siklus II

Rencana :

a. Merancang kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus kedua

meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

b. Mempersiapkan instrumen gerak dasar passing bawah untuk penilaian

diakhir proses pembelajaran.

c. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handycam atau kamera).

d. Menyiapkan alat modifikasi yang digunakan yaitu bola plastik dan

papan lingkaran.

e. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus kedua.

Tindakan :

a. Guru menjelaskan alat modifikasi siklus kedua bola plastik dan papan

lingkaran yang diletakkan di kedua tangan agar siswa terbiasa

[image:42.595.172.493.568.711.2]

membentuk landasan lengan yang rata untuk passing bawah.

(43)

b. Guru mendemonstrasikan cara melakukan passing bola plastik dengan

latihan menggunakan papan lingkaran

c. Siswa berbaris sesuai dengan jumlah bola dan papan lingkaran yang

disediakan

d. Guru melakukan koreksi gerakan yang salah

Observasi :

Selama proses pembelajaran guru sekaligus melakukan observasi atau

pengamatan bagaimana situasi yang terjadi selama proses pembelajaran.

Refleksi :

a. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan

b. Merumuskan tindakan untuk siklus kedua

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK di

setiap siklusnya. Maka instrumen dalam penelitian ini berupa tes gerak dasar

passing bawah bola voli yang diadaptasi dari Barbara L. Viera (2000: 20)

dengan rentang nilai 1-3 dimana nilai 1 untuk kurang, nilai 2 adalah sedang

[image:43.595.136.503.638.746.2]

dan nilai 3 adalah baik.

Tabel 1. Penilaian Gerak Dasar Passing Bawah Bola Voli.

No Indikator Deskriptor 1 2 3 Nilai

1 Tahap

Persiapan

1. Bergerak ke arah bola dan atur posisi tubuh

2. Posisi lutut ditekuk, kaki dibuka

(44)

3. Genggam jemari tangan, bentuk landasan dengan lengan lurus sejajar dengan paha

4. Punggung lurus dan pandangan

mata mengikuti pergerakan bola yang datang

2 Tahap

Pelaksanaan

1. Menerima bola di depan badan

2. Ulurkan lutut yang ditekuk, pinggul

bergerak ke depan dan berat badan dialihkan ke depan

3. Gerakkan landasan lengan ke sasaran bola, tetapi lengan tidak diayun

4. Perhatikan saat bola menyentuh lengan

3 Tahap

Akhir Gerakan

1. Jari tangan tetap digenggam, siku tetap terkunci

2. Landasan mengikuti bola ke sasaran

3. Lengan harus sejajar di bawah bahu

4. Pindahkan berat badan kearah sasaran

(Adaptasi Barbara L. Viera, 2000)

F. Teknik Analisis Data

Untuk melihat kualitas hasil tindakan disetiap siklus digunakan rumus :

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan

f : Jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar

yang telah ditetapkan

N : Jumlah siswa yang mengikuti tes

Bila hasil perhitungan meningkat 50% ke atas maka tindakan yang dilakukan

(45)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah:

1. Dengan alat modifikasi berupa bola plastik dan tutup kaleng dapat

meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa kelas V SDN 2

Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.

2. Dengan alat modifikasi berupa bola plastik dan papan lingkaran dapat

meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli siswa kelas V SDN 2

Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus?

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka terdapat beberapa saran yang

ingin peneliti sampaikan bagi :

1. Peneliti mengetahui secara empiris upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan gerak dasar passing bawah bola voli.

2. Guru mendapatkan masukan penentuan alat modfifikasi yang dapat

digunakan dalam pembelajaran gerak dasar passing bawah

3. Siswa dapat meningkatkan dan memperbaiki gerak dasar passing bawah

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abdoellah, Arma dan Manadji, Agus. 1994. Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta. Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Depdiknas. 2006. Panduan Pembelajaran Silabus Penjas. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Kunandar. 2009. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode.

Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Muhajir. 2007. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Pendidikan Jasman, Olahraga dan Kesehatan. Erlangga. Bandung. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka

Cipta. Jakarta.

Suharno, HP. 1985. Dasar-Dasar Permainan Bola Voli. IKIP. Yogyakarta. Sujana, Nana. 1991. Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Lembaga penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Suleiman, Amir Hamzah. 1988. Media Audio-Visual Untuk Pengajaran,

Penerangan dan Penyuluhan. PT Gramedia. Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Viera, Barbara R, dan Fergusson Bonnie Jill. 2000. Bola Voli Tingkat Pemula.

Gambar

Gambar 1. Gerak Dasar Passing Bawah Bola Voli.
Gambar 2. Bola Voli Standar dan Bola Plastik Modifikasi.
Gambar 3. Papasan Landasan Dari Tutup Kaleng dan Papan Lingkaran.
Gambar 4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), dengan subjek penelitian adalah siswa kelas 5 SD Negeri 1 Sinarjawa Kecamatan

Penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas VIII-4 yang berjumlah sebanyak 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa putra dan 20 siswa putri yang akan diberikan

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penerima tindakan adalah siswa kelas V SD Negeri II Tekaran yang berjumlah 27 siswa dan subjek

5 penelitian tindakan kelas PTK adalah „salahsatu jenis penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas metode, pendekatan,

Yang menjadi tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah ’’ untuk meningkatkan kemampuan passing bawah dalam permainan bola voli pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana kemampuan Passing Bawah dalam permainan Bola Voli pada siswa kelas VI di SD Negeri

Banggai tahun pelajaran 2012/2013 pada siswa Kelas V yang berjumlah 20 orang siswa.Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian Tindakan Kelas.Penelitian ini

Pengaruh Pendekatan Permainan Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli Pada Siswa Kelas Xb Sma Negeri 1 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang... Belajar Dan