• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PASSING BAWAH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 TAPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN PASSING BAWAH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 TAPA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PASSING BAWAH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA SISWA

KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 TAPA BENY CAHYONO

PROGRAM STUDI S1 PENJASKES DAN REKREASI

JURUSAN PENDIDIKAN KEOLAHRAGAAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2013

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan diSMA Negeri 1 Tapa pada Kelas XI IPS1, dengan jumlah siswa 20 orang siswa, terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan, penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dan istrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan lembar pengamatan kegiatan belajar siswa, pada lembar pengamatan belajar siswa adapun aspek-aspek yang dinilai yaitu posisi badan, posisi tangan, perkenaan bola pada tangan dan gerakan lanjutan. Hasil analisis data menunjukkan pada siklus Irata-rata kemampuan siswa dalam melakukan passing bawah 79,025 untuk masing-masing aspek, dari seluruh siswa yang dikenai tindakan, rata-rata ini menunjukkan bahwa penelitian belum berhasil. Oleh karena itu penelitian dilanjutkan pada siklus II aspek-aspek pengamatan yang belum terlaksana dengan baik diperbaiki pada siklus ini. Hasilnya, seluruh siswa yang dikenai tindakan dengan rata-rata kemampuan siswa dalam melakukan passing bawah 86,375 untuk masing-masing aspek.

Dengan demikian strategi pembelajaraan kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan gerakan passing bawah dalam permainan bola voli.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang diterapkan pada siswa, diantaranya siswa sekolah menengah atas, sehingga guru diharapkan dapat menerapkan proses belajar mengajar dengan model pembelajaran yang inovatif, sehingga tidak menimbulkan rasa kebosanan pada siswa saat belajar. Disisi lain seoarang guru pendidikan jasmani dituntut agar dapat merencanakan serta dapat merancang kegiatan belajar mengajar yang terkenan tidak mononton. Keberhasilan seorang pendididik dalam proses belajar menagajar tergantung pada profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya.Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Rusman (2010:19).

Dalam mengemban tugasnya, pendidik dituntut untuk menguasai berbagai strategi dalam proses belajar mengajar. Mengajar pada dasarnya merupakan suatau usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Dalam mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan kemauan dan konsistensi dari seorang guru dalam kegiatan pembelajaran penjaskes di sekolah. Hal ini dikarenakan guru

(2)

mempunyai posisi yang sangat strategis untuk mengarahkan, membina dan mendidik siswa untuk mengikuti proses pembelajaran secara serius.

Pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan pada dasarnya memiliki persamaan dengan proses pembelajaran bidang studi lainnya, namun pendidikan jasmani memiliki karateristik tersendiri, misalnya dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan melibatkan aktivitas jasmani dalam bentuk permainan, pada cabang-cabang olahraga seperti cabang olahraga bola voli. Disisi lain juga terdapat persamaan antara lain diperlukannya yang berkompeten atau yang berkualitas dan profesional dalam bidangnya, yakni seorang guru yang keahlihan dan ketrampilan dalam bidang studi yang digelutinya. Dalam proses pembelajaran diperlukan sumber belajar untuk siswa dan bahan ajar untuk guru dalam jumlah yang memadai, dan selain sumber belajar dan bahan ajar tersebut perlu adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk membantu guru dalam proses pembelajaran.

Persamaan yang disebutkan sebelumnya dapat disebut sebagai faktor pendukung dalam prose pembelajaran, kurangnya sarana prasarana, sumber belajar, dan bahan ajar dapat menghambat proses jalannya pembelajaran. Sedangkan ketidakadaan guru yang berkualitas dan profesional, akan memberikan pengaruh jangka panjang terhadap peserta didiknya. Dan oleh karena itu keadaan guru sangat memberikan pengaruh terhadap peserta didik yang ada di sekolah.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di sekolah SMA Negeri 1 Tapa, menunjukkan bahwa kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran masih sangat kurang efektif. Hal ini dapat dilihat pada saat guru sedang melakukan kegiatan pembelajaran kurang menggunakan strategi atau model yang cocok untuk pembelajaran, khususnya mata pelajaran penjaskes, sehingga siswa lebih banyak diam bahkan ada yang lebih berkeinginan tidak mengikuti proses pembelajaranselain faktor dari pendidik juga di pengaruhi oleh sarana dan prasarana di sekolah SMA Negeri 1 Tapa kurang memadai dalam bidang olahraga, dengan adanya faktor tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian agar mata pelajaran penjaskes di sekolah tersebut diminati oleh peserta didik khususnya permainan bola voli.

Permainan bola voli dimainkan pada lapangan yang berbentuk persegi panjang yang dibatasi oleh net. Cara memainkannya adalah memukul bola dari satu bidang permainan ke bidang permainan yang lain. Setiap tim boleh memainkan bola sebanyak tiga kali di bidang permainanya sebelum dipukul di bidang permainan lawan. Permainan bola voli dimainkan oleh dua tim dimana setiap team berjumlah 6 orang. Permainan bola voli bisa dimainkan di dalam gedung atau di luar gedung, untuk bisa bermain bola voli diperlukan pengusaan beberapa teknik dasar yang ada dalam permainan bola voli diantaranya teknik dasar passing bawah.

Passing bawah merupakan teknik dasar permainan bola voli yang harus dikuasai. Passing ini juga bisa diartikan dengan operan tangan bawah (underhand passing) yang berfungsi untuk menerima servis, smsash, untuk mengambil bola setinggi pingang ke atas, menyelamatkan bola yang terpantul jauh di luar lapangan dan menerima bola yang memantul dari net.

Passing bawah adalah melambung-lambungkan bola menggunakan kedua lengan yang dirapatkan, posisi lengan saat perkenaan bola, posisi kaki, posisi badan dan gerakan lanjutan yang menjadi inti untuk melakukan gerakan passing bawah pada permainan bola voli. Melakukan passing bawah secara kooperatif akan lebih mudah jika dibandingkan melakukan passing bawah secara individu.

Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 1 Tapa bahwa kemampuan siswa kelas XI dalam melakukan passing bawah pada permainan bola voli masih kurang. Selain itu penggunaan strategi pembelajarannya juga kurang tepat. Data tersebut diperoleh dari 20 siswa yang diobservasi. Sesuai observasi data awal hanya diperoleh rata-rata 65,15 pada kategori kurang

(3)

dalam penilaian. Aspek yang dinilai dalam obervasi tersebut meliputi posisi kaki, posisi badan, sikap lengan pada saat perkenaan bola, dan gerakan lanjutan.

Penulis mengamati bahwa kurangnya kemampuan passing bawah pada siswa kelas XI IPS 1 dikarenakannya masih minimnya pengajaran tentang passing bawah dan strategi pembelajaran pada permainan bola voli pun tidak pernah diajarkan secara detail. Sebab, guru olahraga di SMA Negeri 1 Tapa hanya menggunakan metode pembelajaran ceramah atau demonstrasi saja. Sehingga siswa tidak begitu paham tentang metode atau teknik-teknik dasar passing bawah dalam permainan bola voli. Jadi ketetapan dalam menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran akan dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu saya sebagai peneliti lebih memilih menggunakan metode strategi kooperatif sebagai solusinya.

Dengan demikian peneliti menyatakan bahwa, masalah yang dihadapi oleh guru pendidikan jasmani dan kesehatan di SMA Negeri 1 Tapa, masih memiliki kekurangan dalam memilih metode pembelajaran, untuk itu solusi yang diberikan oleh peneliti sangat menarik, karena dapat dijamin bahwa penggunaan strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu guru mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan, yakni siswa dapat melakukan passing bawah dalam permainan bola voli dengan baik dan benar. Untuk itu penulis mengangkat masalah ini ke dalam suatu penelitian, dan untuk memudahkan maka penulis merumuskan judul penelitian sebagai berikut; ’’ Meningkatkan kemampuan Passing Bawah Dalam Permainan Bola Voli Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Pada Siswa XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tapa’’.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut ’’ Apakah dengan strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan passing bawah dalam permainan bola voli siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tapa’’.

Cara Pemecahan Masalah

Untuk memudahkan pemecahan masalah yang telah dikemukakan dalam rumusan masalah, dapat digunakan strategi belajar kooperatif dengan cara sebagai berikut:

a. Menyusun rencana pembelajaran tentang materi passing bawah

b. Membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang dengan kemampuan yang heterogen.

c. Melaksanakan proses pembelajaran passing bawah dengan menggunakan metode strategi belajar kooperatif. Dalam hal ini guru memperhatikan beberapa indikator dalam passing bawah, yaitu:

1. Posisi badan saat menerima bola. 2. Posisi tangan saat menerima bola. 3. Sikap dan perkenaan bola dengan tangan 4. Gerak lanjutan

d. Guru memberikan tugas gerak pada siswa untuk melakukan passing bawah dengan memperhatikan indikator yang telah disebutkan.

Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah ’’ untuk meningkatkan kemampuan passing bawah dalam permainan bola voli pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri I Tapa dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif.

(4)

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diberikan melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Teoristis

1. Agar dapat digunakan sebagai bahan informasi serta kajian penelitian selanjutnya khususnya bagi para pemerhati peningkatan prestasi olahraga bola voli maupun se-profesi dalam membahas peningkatan kemampuan siswa serta dapat digunakan oleh kalangan akademis maupun non-akademis dalam Meningkatkan Kemampuan Passing bawah melalui strategi pembelajaran kooperatif pada permainan bola voli. 2. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penelitian tentang karya ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.

3. Bisa sebagai landasan teori bagi yang ingin mengukur kemampuan teknik dasar passing permainan bolavoli.

b. Manfaat Praktis 1. Bagi Siswa

Melatih siswa untuk mampu melakukan teknik dasar permainan bola voli khususnya passing bawah.

Dapat meningkatkat kemampuan passing bawah pada siswa. 2. Bagi Guru

Dapat memberikan masukan pada guru khususnya mengenai penerapan strategi belajar kooperatif.

Memberikan gambaran bahwa dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan passing bawah.

3. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangsi bagi perbaikan proses pembelajaran di sekolah khususnya pada mata pelajaran penjaskes.

4. Dapat membantu peneliti dan sebagai input untuk mengembangkan segala kualitas serta potensi yang dimilkinya.

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Kajian Teoritis

Hakekat Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaraa kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran yang mengacu pada metode pembelajaran dimana pada pembelaaran kooperatif ini dimana siswa saling bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih dan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.

Selanjutnya Menurut Isjoni (2009:14) pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

Sedangkan menurut Rusman (2011:202) pembelajaran kooperatif (cooperativ learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

(5)

Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok, oleh karena itu banyak guru yang mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif karena mereka menganggap telah terbiasa menggunakannya. Walaupun kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dikatakan pembelajaran kooperatif. Kemudian menurut Warsono (2012:161) pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang melibatkan sejumlah kelompok kecil siswa yang bekerja sama dan belajar bersama dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Kemudian menurut Woolfolk (dalam Warsono 2012: 161) mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah suatu pengaturan yang memungkinkan para siswa kerja sama dalam satu kelompok campuran dengan kecakapan yang berbeda-beda, dan akan memperoleh penghargaan jika kelompoknya mencapai suatu keberhasilan.

Sedangkan menurut Jhonson dan Jhonson (dalam Warsono 2012: 161) mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah penerapan pembelajaran terhadap kelompok kecil sehingga para siswa dapat bekerja sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri serta memaksimalkan pembelajaran anggota kelompok lain.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Rusman (2011:203)

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (studend oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengatifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Isjoni (2009:23)

Selanjutnya Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi Nurulhayati (dalam Rusman 2011:203). Kemudian Tom V. Savage (dalam Rusman 2011: 203) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok. Dalam sistem pembelajaran kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota yang lainnya. Cooperatif learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok. Rahardjo (dalam Taniredja 2012:56).

Selanjutnya Anita Lie (dalam Isjoni 2009:23) menyebutkan pembelajaran kelompok dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu suatu sistem pembelajaran yang memberikan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Kemudian menurut Suprijono (2009:54) mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentukyang lebih dipimpinoleh guru atau diarahkan oleh guru.

Lebih lanjut cooperatif learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Sanjaya (dalam Rusman 2011:203).

Selanjutnya menurut Isjoni dalam bukunya (2012: 12) Cooperative Learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tinggkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Lebih lanjut menurut Slavin (dalam Isjoni 2012: 12) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana

(6)

siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan sruktur kelompok heterogen.

Sedangkan Sunal dan Hans (dalam Isjoni 2012: 12) mengemukakan cooperativ learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran.

Selanjutnya Isjoni (2012: 16) dalam bukunya mengemukakan cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (studend oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak perduli pada yang lain. Kemudian menurut Djajadisastra (dalam Isjoni 2012: 19-20) mengemukakan, metode belajar kelompok atau lazim disebut dengan metode gotong royong, merupakan suatu metode mengajar di mana murid-murid disusun dalam kelompok-kelompok pada waktu menerima pelajaran atau mengerjakan soal-soal dan tugas-tugas.

Pelaksanaan model kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikanya pendapat kelompok. Isjoni (2009:33)

Selanjutnya menurut Slavin (dalam Taniredja 2012:60) tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapakan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorentasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1) ” memudahkan siswa belajar” suatu yang bermanfaat “ seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. (Suprijono 2009: 58).

Pada umumnya dalam implementasi metode pembelajaran kooperatif, para siswa saling berbagi (sharing), bertukar pikiran tentang hal-hal sebagai berikut.

a. Siswa bekerja sama tentang suatu tugas bersama, atau kegiatan pembelajaran yang akann tertangani dengan baik melalui karya suatu kelompok kerja.

b. Siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang terdiri dari 2-6 orang. Namun yang paling disukai adalah dalam satu kelompok siswa yang terdiri dari 4 orang. c. Siswa bekerja sama, berperilaku pro-sosial untuk menyelesaikan tugas bersama atau kegiatan pembelajaran.

d. Siswa saling bergantung secara positif, aktivitas pembelajaran diberi struktur sedemikian rupa sehingga setipa siswa saling membutuhkan satu sama lain untuk menyelesaikan tugas bersama.

(7)

e. Setiap siswa bertanggung jawab secara individu terhadap tugas yang menjadi bagiannya.

Adapun ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif adalah: (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksilangsung di antara siswa, (c) setiap anggota bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Berdasarkan penerapan pembelajaran kooperatif, para partisipan akan memperoleh sejumlah keuntungan dan manfaat bersama antara lain: (Warsono 2012: 166).

a. Saling memperoleh hasil usaha orang orang lain (suksesmu menguntungkan aku dan suksesku menguntungkan kamu)

b. Kesadaran bahwa semua anggota kelompok akan saling berbagi manfaat yang sama (kita semua berenang atau tenggelam bersama di sini)

c. Memahami bahwa kinerja seseorang diperoleh sebagai keuntungan bersama dari kinerja seseorang lainnya serta anggota tim yang lain.

d. Merasa bangga dan mau bergabung untuk meranyakan keberhasilan semua anggota kelompok (kami semua meranyakan keberhasilanmu menyelesaikan tugas-tugas) Dalam pembelajaran kooperatif terdapat keunggulan maupun kelemahan seperti dikemukakan oleh Jarolemik dan Paker (dalam Isjoni 2009:36).

Keunggulan tersebut adalah sebagai berikut: a. Saling ketergantungan yang positif

b. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas d. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan

e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan berssahabat antara siswa dan guru

f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan

Selanjutnya kelemahan dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu

b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat biaya yang cukup memadai

c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahanyang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

d. Saat diskusi kelas, tekadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif

Setelah mengetahui keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif di atas, maka diharapkan para siswa dapat membuat kemajuan dalam mengembangkan sikap, nilai dan tingkah laku yang memungkinkan mereka dapat berpartisipasi dalam komunitas mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani dan olahraga. Sebab tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah untuk memperoleh pengetahuan dari sesama temannya dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga khususnya passing bawah dalam permainan bola voli.

(8)

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teotitik di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif kemampuan passing bawah dalam permainan bola voli pada siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 1 Tapa dapat meningkat.

Indikator Kinerja

Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah minimal 85% dari siswa yang diteliti menunjukkan peningkatan dalam melekukan passing bawah dengan indikator capaian rata-rata 75-89 kategori baik, maka penelitian ini dianggap berhasil dan selesai.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas XI IPS I SMA Negeri 1 Tapa. Karateristik Subyek Penelitian

Yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 1 Tapa. Jumlah siswa sebanyak 20 yang terdiri dari 10 siswa putra dan 10 siswa putri.

Variabel Penelitian

Variabel Input

Variabel input yaitu proses sebelum pembelajaran dilaksanakan yang terkait dengan beberapa faktor, meliputi:

a. Siswa b. Guru

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) d. Sumber Belajar

e. Prosedur Evaluasi f. Media Pembelajaran 3.2.2 Variabel Proses

Variabel proses yaitu pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Interaksi belajar mengajar

b. Menjelaskan gerakan passing bawah

c. Memberikan contoh cara melekukan passing bawah d. Implementasi berbagai metode belajar

3.2.3 Variabel Output

Variabel output yaitu proses sesudah pembelajaran berlangsung meliputi: a. Evaluasi gerakan passing bawah dan gerakan lanjutan

b. Motivasi siswa

c. Sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan.

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul “ meningkatkan kemampuan passing bawah dalam permainan bola voli melalui strategi pembelajaran kooperatif

(9)

pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Tapa” subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 yang berjumlah 20 orang dimana terdiri dari 10 orang putra dan 10 orang putri.

Sebelum melakukan tindakan berupa siklus, penelitian ini diawali oleh tindakan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam melakukan passing bawah dalam permainan bola voli sebelum mereka diberikan tindakan dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif.

Observasi awal dilakukan pada bulan Mei 2013 minggu kedua, setelah itu tindakan dilakasanakan pada minggu yang sama dan minggu ketiga bulan Mei 2013. Kemudian dilanjutkan siklus 1 pada bulan Mei 2013 minggu ketiga. Selanjutnya peneliti memberikan tindakan kembali pada bulan Juni 2013 minggu keempat, kemudian dilanjutkan dengan siklus II pada bulan Juni 2013 minggu kedua.

Adapun penelitian pemberian tindakan dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Observasi Awal

Observasi awal dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 15 Mei 2013. Hasil dari kegiatan observasi awal terhadap kemampuan teknik dasar passing bawah yang dimilki siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tapa, yang didapat melalui kegiatan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan indikator penilaian yang meliputi 4 aspek penilaian yakni: (1) Posisi badan, (2) posisi tangan, (3) perkenaan bola pada tangan, (4) gerak lanjutan.

Dari tabel hasil observasi awal kegiatan siswa dalam melakukan passing bawah pada permaianan bola voli menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa pada aspek:

a. Pada aspek posisi badan saat menerima bola, memperoleh rata-rata nilai sebesar 64,3

b. Pada aspek posisi tangan saat menerima bola memperoleh rata-rata nilai sebesar 65,65

c. Pada aspek sikap dan perkenaan bola pada tangan memperoleh rata-rata nilai sebesar 65,4

d. Pada aspek melakukan gerak lanjutan memperoleh rata-rata nilai sebesar 65,05 Dari keempat aspek yang dinilai menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa dalam melakukan teknik dasar passing bawah dalam permainan bola voli memperoleh nilai sebesar 65,15. Perolehan rata-rata hasil belajar tersebut tergolong cukup, secara rinci diperoleh rata-rata hasil belajar siswa pada masing-masing aspek:

a. Aspek A, 17 orang tergolong pada kriteria cukup (C), dan 3 orang tergolong pada kriteria kurang (K) dengan presentase nilai rata-rata sebesar 64,3

b. Aspek B, 18 orang tergolong pada kriteria cukup (C), dan 2 orang tergolong pada kriteria kurang (K) dengan presentase nilai rata-rata sebesar 65,65

c. Aspek C, 18 orang tergolong pada kriteria cukup (C), dan 2 orang tergolong pada kriteria kurang (K) dengan presentase nilai rata-rata sebesar 65,4

d. Aspek D, 17 orang tergolong pada kriteria cukup (C), dan 3 orang tergolong pada kriteria kurang (K) dengan presentase nilai rata-rata sebesar 65,05

Dari keempat aspek yang dinilai pada kegiatan observasi awal dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

(10)

Gambar 1: Grafik Hasil Kegiatan Pada Observasi Awal

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar passing bawah dalam permainan bola voli masih cukup dengan perolehan hasil belajar rata-rata 65,15. Nilai capaian ini masih jauh dari indikator kinerja yang telah ditentukan yakni rata-rata sebesar 85. Untuk meningkatkan kemampuan siswa tersebut maka perlu diberikan tindakan pembelajaran, adapun tindakan pembelajaran yang dimaksud adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif maka peneliti mempersiapkan segala hal yang akan diperlukan untuk melaksanakan tindakan dan siklus 1.

Pembahasan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMA Negeri 1Tapa pada kelas XI IPS 1 yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kemampuan passing bawah dalam permainan bola voli melalui strategi pembelajaran kooperatif, telah terwujud dengan mengoptimalkan penggunaan strategi pembelajaran kooperatif baik pada siklus I, maupun siklus II, dengan mengacu pada indikator yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus berdampak terhadap kemampuan passing bawah yang dimiliki oleh setiap siswa, peningkatan ini dapat ditunjukkan oleh siswa setelah pemberian tindakan. Bentuk peningkatan kemampuan tersebut dapat digambarkan sesuai peningkatan hasil belajar yang ditunjukkan pada tabel. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3, 6 dan 9.

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diberikan penjelasan sebagai berikut:

1. Hari Rabu, 15 Mei 2013, observasi awal dengan rata-rata nilai 65,15, pada masing-masing aspek:

a. Pada aspek posisi badan saat menerima bola, memperoleh rata-rata nilai sebesar 64,3

b. Pada aspek posisi tangan saat menerima bola memperoleh rata-rata nilai sebesar 65,65

c. Pada aspek sikap dan perkenaan bola pada tangan memperoleh rata-rata nilai sebesar 65,4

d. Pada aspek melakukan gerak lanjutan memperoleh rata-rata nilai sebesar 65,05 2. Hari Sabtu, 25 Mei 2013, tindakan siklus 1 dengan rata-rata nilai sebesar 79,025 pada masing-masing aspek:

63.5 64 64.5 65 65.5 66 posisi badan posisi tangan perkenaan bola pada tangan gerak lanjutan 64,13 % 65,65 % 65,4 % 65,05 % posisi badan posisi tangan

perkenaan bola pada tangan

(11)

a. Pada aspek posisi badan saat menerima bola, memperoleh rata-rata nilai sebesar 80,85

b. Pada aspek posisi tangan saat menerima bola memperoleh rata-rata nilai sebesar 79,2

c. Pada aspek sikap dan perkenaan bola pada tangan memperoleh rata-rata nilai sebesar 79,1

d. Pada aspek melakukan gerak lanjutan memperoleh rata-rata nilai sebesar 76,95 3. Hari Selasa, 4 Juni 2013, tindakan siklus II dengan rata-rata nilai sebesar 86,375 pada masing-masing aspek:

a. Pada aspek posisi badan saat menerima bola, memperoleh rata-rata nilai sebesar 87,65.

b. Pada aspek posisi tangan saat menerima bola memperoleh rata-rata nilai sebesar 86,8

c. Pada aspek sikap dan perkenaan bola pada tangan memperoleh rata-rata nilai sebesar 85,7.

d. Pada aspek melakukan gerak lanjutan memperoleh rata-rata nilai sebesar 85,35. Dari keempat aspek yang dinilai pada kegiatan observasi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Gafik 4: Hasil Observasi Awal, Siklus I dan Siklus II

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada hasil observasi awal, siklus I maupun siklus II menunjukkan bahwa terdapat peningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan passing bawah pada permaianan bola voli di SMA Negeri 1 Tapa. Peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan passing bawah ini sangat erat kaitannya dengan kemampuan guru dalam menggunakan strategi pembelajaran kooperatif.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulan bahwa setelah menggunakan strategi pembelajaran kooperatif aktivitas siswa lebihb terfokus kemateri, dengan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

observasi awal siklus I siklus II

64,3% 80,85% 87,65% 65,65% 79,2% 86,8% 65,4% 79,1% 85,7% 65,05% 76,95% 85,35% Posisi Badan Posisi Tangan

Perkenaan Bola Pada Tangan Gerak Lanjutan

(12)

menggunakan strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa siswa kelas XI IPS 1SMA Negeri 1 Tapa dalam melakukan passing bawah pada permainan bola voli. Dari data hasil pengamatan evaluasi hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II, dimana pada siklus I rata kemampuan siswa dalam melakukan passing bawah 79,025 dan siklus II rata-rata kemampuan siswa dalam melakukan passing bawah 86,375. Hal ini merupakan salah satu bukti dari keberhasilan penggunaan strategi pembelajaran kooperatif terhagap peningkatan kemampuan kemampuan melakukan passing bawah dalam permainan bola voli.

Sesuai dengan hasil penelitian dari observasi awal sampai pada akhir evaluasi siklus telah mencapai indikator yang telah ditetapkan dengan indikator sebagai berikut, jika 85% dari jumlah siswa yang diteliti menunjukkan peningkatan dalam melakukan passing bawah dengan indikator capaian ratar-rata (75-89) kategori baik maka peneliti dinyatakan selesai.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut:

a. Penggunaan strategi pembelajaran kelompok dalam permainan bola voli hendaknya melalui perencanaan dan persiapan yang matang agar dapat menjadi metode yang relevan dan baik untuk digunakan oleh seorang guru.

b. Diharapkan kepada para Guru, khususnya guru penjaskes dalam memberikan materi teknik dasar passing bawang kiranya menggunakan.metode pembelajaran kooperatif agar peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

c. Diharapkan pada Guru agar melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang serupa dalam rangka perbaikan dan peningkatan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran penjaskes dengan menggunakan alat peraga yang memadai sesuai strategi yang diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Atmasubrata Ginanjar. 2012. Serba Tahu Dunia Olah Raga (Kumpulan Pengetahuan Umum Dunia Olahraga). Surabaya: Dafa Publishing

Deni Setiawan,2009. Bola Voli-Passing Bawah, word press, (blogspot).

(http://bolavolly passingbawah.blogspot.com/2010/01/passing bawah.html. diakses pada 9 maret 2013)

Gatot Jariono, 2011, hakikat permainan bola voli, word press,(blogspot).

(http://definisibolavoli.blogspot.com/2011/10/hakikat permainan bolavoli.html diakses

pada 9 maret 2013)

Hidayat Yusuf, Bumi Cindra Sindhu. 2010. Pendidikan Jasmani Olaharaga dan Kesehatan (SMA/MA/SMK untuk Kelas X). Jakarta: Pusat Perbukuan

Kementerian Pendidikan Nasional

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif (Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar peserta Didik). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isjoni. 2012. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok (Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok). Bandung: Alfabeta

Isnani Faridha dan Suratno. 2010. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (untuk SMP/MTs Kelas IX). Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Joko Suratno,2010, Pengertian Bola Voli, word press,(blogspot).

(13)

(http://jokosuratno.wordpress.com. Diakses pada 9 maret 2013).

Kusumawati Mia dan Nurhuda Hilman. 2010. Arena Pendidikan jasmani Olahraga dan Kesehatan (untuk SMP/MTs Kelas IX). Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional

Mashar Ali Mohammad dan Dwinarhayu. 2010. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (untuk Sekolah Menengah Pertama Kelas IX). Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional

Marwati, Sri. 2009. Permainan Bolavoli Mini Untuk Anak Sekolah Dasar.Universitas Negeri Yogyakarta.

(Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, vol 6, No 2, November 2009.)

Pramono, Sutarmin dan Wahyuni Sri. 2010. Pendidikan Jasmani, Olahrga dan Kesehatan (untuk Kelas VII SMP dan MTs). Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional

Putra Natalinova Dewangga Haendra Vinsa. 2012. Meningkatkan Kemampuan Passing Bawah Bola Voli Dengan Menggunakan Permainan 3 on 3 Pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri Leksono Wonosobo. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Rusman.2011. Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru).

Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Sarjana Budi Atmaja dan Sunarto Joko Trijono Bambang. 2010. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (untuk SMP/MTs Kelas IX). Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional

Sarjianto dan Sujarwadi. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (untuk Kelas VII SMP/MTs). Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional

Sarjono, Sumarjo. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (untuk SMP/MTs Kelas IX). Semarang: Aneka Ilmu

Slamet, Mitranto Sih Edy. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjas Orkes untuk SD/MI Kelas IV). Jakarta: Eurekal

Sudana I Nyoman. 2011. Penerapan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Permainan Bola Voli

Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning (Teori dan Aplikasi Paikem). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Santosa Teguh, Wisahati Sunjata Aan. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (untuk SMP/MTs Kelas VIII). Semarang: Aneka Ilmu

Suhadi, Sujarwo. 2009. VolleBall For All (Bola Voli Untuk Semua). Yogyakarta:

Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta

Taniredja, Tukiran, Faridli Miftah, Harmianto Sri. 2012. Model-Model Pembelajarn Inovatif, Bandung: Alfabeta.

Utomo, Priyohadi. 2011. Meningkatkan Kemampuan Passing Bawah Pada PermainanBola voli Mini Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw (Pada

(14)

Siswa Kelas V SD Inpres 3 Kayu Agung Kabupaten Parigi Moutong ). Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo

Warsono dan Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gambar

Gambar 1: Grafik Hasil Kegiatan Pada Observasi Awal

Referensi

Dokumen terkait

Upaya Meningkatkan Hasil Passing Bawah Bola Voli Melalui Tahapan Passing Bawah Pada Siswa Putra Ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Pematang Siantar Tahun 20151. ( Pembimbing Skripsi:

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar passing bawah dalam permainan bola voli melalui media audio visual pada siswa kelas XI SMA Swasta Harapan

Share dapat meningkatkan hasil belajar passing bawah permainan bola voli pada. siswa kelas XI SMK Bisinis Manajemen Tahun

Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara model pembelajaran kooperatif tipe Stad dan tipe TGT terhadap hasil belajar passing bawah dalam permainan bola voli pada siswa kelas XI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, tentang pembelajaran keterampilan passing bawah dalam permainan bola voli pada siswa kelas VI

a) Latihan gerak dasar passing bawah dalam permainan bola voli, melalui pembelajaran kooperatif yang sudah dirancang dan. Selanjutnya untuk dilaksanakan. b) Pada

Skripsi yang ber judul “ Peningkatan Kemampuan Passing Bawah Bola Voli Dengan Menggunakan Permainan 3 on 3 Pada Siswa Kelas VII.C SMP Negeri 1 Leksono, Wonosobo

Abstrak : Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan dumbellcurl terhadap kemampuan melakukan passing bawah dalam permainan bola voli pada