NEUTROFIL MUDA SEBAGAI DASAR DIAGNOSA
PENYAKIT AKUT DAN KRONIS
:
STUD1 KASUS DI RUMAH
SAKIT
HE
WAN
IPB
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
REVINA. Neutrofil Muda Sebagai Dasar Diagnosa Penyakit Akut dan Kronis: Studi Kasus di Rumah Sakit Hewan IPB. Dibimbing oleh R.P. AGUS LELANA.
ABSTRACT
REVINA. Band Neutrophil as the Basis of Acute or Chronic Diagnose: Case Study at Veterinary Hospital IPB. Under the direction of R.P. AGUS LELANA.
NEUTROFIL MUDA SEBAGAI DASAR DIAGNOSA
PENYAKIT AKUT DAN KRONIS :
STUD1 KASUS DI RUMAH
SAKIT HEWAN IPB
REVINA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Neutrofil Muda Sebagai Dasar Diagnosa Penyakit Akut dan Kronis : Studi Kasus di Rumah Sakit Hewan IPB
Nama : Revina NIM : B 04104901
Menyetujui Pembimbing 1
Drh. R. P. Aeus Lelana. SpMP, M.Si. NIP. 131433988
Tanggal LUIUS :
\2
5
JAN
ZoD8
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surabaya tanggal 7 September 1984. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ngumbar Agung dan Ibu
Sri
lestari.Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan pendidiltan dasar di SD Hang Tuah X kota Surabaya, Jawa Timur. Pada tahun yang sama penulis rnelanjutkan sekolah ke SMP Kristen Petra V Surabaya hingga tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan sekolah di SMUN 1 Surabaya dan lulus tahun 2002. Penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Airlangga melalui jalur SPMB dan tercatat sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan. Penulis meneruskan studi di Fakultas Kedokteran Hewan lnstitut Pertanian Bogor pada tahun 2004.
KATA PENGANTAR
Tema yang dipilih dalam studi kasus yang dilaksanakan dari bulan
Desember 2006 sampai Februari 2007 ini adalah diagnosa penyakit, dengan judul
Neutrofil Muda Sebagai Dasar Diagnosa Penyakit Akut dan Kronis : Studi
Kasus di Rumah Sakit Hewan IPB. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh
kecintaan penulis terhadap hewan kecil terutama kucing dan anjing dan keinginan
penulis untuk menjadi praktisi di dunia medis veteriner.
Karya ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentaug diagnosa
penyakit pada hewan secara tepat lewat pemeriksaan neutrofil muda yang nampak
pada preparat ulas darah sedingga diharapkan pemberian terapi dapat dilakukan
dengan tepat dan akurat.
Dalam kesempatan ini penulis ingin memanjatkan puji dan syukur kepada
Allah SWT sehingga karya ihniah ini berhasil diselesaikan dengan baik. Penulis
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Rumah Sakit Hewan IPB, Darmaga-
Bogor atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan
penelitian, Bapak drh. R. P. Agus Lelana, SpMP, M.Si selaku pembimbing skipsi
dan bapak drh Huda Darusman selaku pembimbing penelitian, Bapak drh Fadjar
Satrija, Msc selaku peinbimbing akademik, orang tua, adik dan teman-teman
semua atas doa, dukungan dan bantuannya sehingga skripsi ini terselesaikan.
UCAPAN TERINIA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil terselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Neutrofil Muda Sebagai Dasar Diagnosa Penyakit Akut dau Kronis : Studi Kasus di Rumah Sakit Hewan IPB.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak drh. R. P. Agus Lelana, SpMP, MSi selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dengan sabar serta pengarahan dan bantuan selama penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Bapak drh. Fadjar Satrija, Msc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi saran, pengarahan dan bimbingan selama ~nenjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan IPB-Bogor
3. Ibu Dr. Drh. Anita Esfandiari, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji baik pada saat seminar maupun sidang atas skripsi ini.
4. Bapak drh. Huda Darusman, Ibu Dr. Drh. Aryani S. Satyaningtijas, M.Sc, Bapak Dr. Drh Endang Rahman, MS dan Ibu drh Retno Wulansari, Msi, PhD yang telah memberikan pengarahan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Prof drh. Dondin Sajuthi, PhD selaku Direktur RSH-IPB dan lbu Drh. Ekowati Handharyani, MSi., Phd selaku Wakil Direktur RSH-IPB yang telah memberikan izin dan pengarahan selama penelitian.
6. Papa, Mama, Wawa, Mas Delly, Inar dan keluarga Surabaya yang selalu memberi kasih sayang, doa dan dukungan serta ~notivasi yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Segenap pihak Rumah Sakit Hewan IPB: mbak Rahmi, pak Yadi dan pihak keamanan RSH yang telah memberikan fasilitas dan bantuan selama pelaksanaan penelitian.
9. Adam, Candra, Bone, Zulfa, Intan, Teo, Ais, Eja, Uchu, Ramlah, Pritta, Lia, Irvan, Nisa, Nita, Wanta, Budi, Jani, Anin, Irvan, Winny atas perhatian dan segala bantuan yang telah diberikan.
10. Madhumita Sirindon, Bang Efri, Uwie, Om Didit, Romie, Mas Apit, Lina, Karsa dan keluarga Vila Cempaka 18 atas segala bantuan, dukungan, arahan, kebersamaan dan segala kenangan yang tidak mungkin terlupakan. 1 1. Teman-teman FKH 40 dan 41 atas segala dukungannya.
12. Staf laboratorium Fisiologi dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa karya illniah ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini sangat diharapkan. Semoga penelitian ini dapat memherikan manfaat bagi ilmu kedokteran hewan dan masyarakat pada umumnya.
Bogor, 7 September 2007
DAFTAR IS1
Halaman
...
DAFTAR IS1
...
111...
DAFTAR TABEL
...
vDAFTAR GAMBAR
...
viDAFTAR LAMPIRAN
...
viiI
.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
...
1. 1.2 Tujuan Penel~t~an
. .
...
21.3 Manfaat Penel~t~an
...
2I1
.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Darah...
32.2 Sel Darah Putih (Leukosit)
...
32.2.1. Granulosit
...
4a
.
Neutrofil...
4b
.
Neutrofil muda...
5b
.
Eosinofil...
5c
.
Basofil...
62.2.2. Agranulosit
...
7a
.
Limfosit...
7b
.
Monosit...
8...
2.3. Peradangan 9 2.3.1. Peradangan...
92.3.2. Tipe Peradangan
...
102.3.3. Peradangan dan Metabolisme Arachidonat
...
,.,,11I11
.
MATERI DAN METODE
3.1. Waktu dan Teinpat Penelitian. .
...
163.2. Materi Penelitlan
...
163.3. Metode Penelitian
...
163.3.1. Pengambilan Sampel Darah
...
163.3.2. Pembuatan dan Pewamaan Preparat Ulas Darah
...
163.3.3. Penghitungan Diferensiasi Leukosit
...
173.4. Parameter yang Diamati
...
17IV
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil...
184.2. Gambaran Umum
...
184.3. Pembahasan
...
204.3.1. Kasus Diare (Anjing Tono)
...
204.3.2. Kasus Tumor (Anjing Bella)
...
214.3.3. Kasus Babesiosis (Anjing Happy)
...
214.3.4. Kasus Maserasi (Anjing Buddy)
...
22...
4.2.6. Kasus Enteritis (Kucing Molly) 24
VI
.
KESIMPULAN
DAN
SARAN
5.1. Kesimpulan
...
26 5.2. Saran...
26...
VI
.
DAFTAR PUSTAKA
27.
...
DAFTARTABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
.
...
1 Neutrofil 5
...
2
.
Neutrofil muda 53
.
Eosinofil...
64
.
Basofil...
65
.
Limfosit...
86
.
Bagan pembentukan metabolit-metabolit radang...
15DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
.
Gambaran sel leukosit pada anjing Tono...
312
.
Gambaran sel leukosit pada anjing Bella...
323
.
Gambaran sel leukosit pada anjing Happy...
334
.
Gambaran sel leukosit pada anjing Buddy...
345
.
Gambaran sel leukosit pada anjing Momo...
35PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam mendiagnosa penyakit hewan diperlukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Perneriksaan laboratorium ini umumnya bersifat konfirmatif sehingga diperoleh diagnosa kausalis yang bersifat definitif. Salah satu kesulitan yang sering dihadapi oleh dokter hewan adalah dalam memperoleh alasan yang kuat untuk menentukan apakah penyakit hewan tersebut berjalan akut atau kronis sehingga terapi yang akan diberikan dapat lebih akurat.
Menurut Meyer e t a1 (1992), salah satu indikator yang sering digunakan
untuk menentukan perjalanan penyakit itu bersifat akut atau kronis adalah dengan melihat keberadaan neutrofil muda (band) yang berada dalam sirkulasi darah. Menurut Guyton (1997), neutrofil merupakan salah satu tipe dari sel darah putih yang memiliki peranan penting dalam melindungi tubuh guna melawan penyakit dan infeksi. Neutrofil dikenal sebagai garis pertahanan pertama yang bekerja sangat cepat apabila terdapat mikroorganisme asing atau agen penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Neutrofil memiliki kemampuan keluar dari sirkulasi darah menuju jaringan tempat terjadinya infeksi untuk membunuh bakteri sebagai respon terhadap infeksi tersebut melalui proses fagositosis dan membersihkan sisa jaringan yang rusak. Menumt Dellman dan Brown (1989) apabila neutrofil darah meningkat dapat diindikasikan bahwa terjadi peradangan (inflamasi) dalam tubuh akibat masuknya agen penyakit rnaupun benda asing. Umulnnya neutrofil secara normal memerlukan waktu sekitar 10 jam di dalam sirkulasi darah sebelum masuk ke dalarn jaringan yang mengalami infeksi. Menurut Hoskins et a1 (1962), reaksi
Tujuan Penelitian
Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui gambaran diferensiasi leukosit pada hewan kecil khususnya anjing dan kucing dengan profil neutrofil muda sebagai dasar diagnosa suatu penyakit.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai terjadinya leukositosis yang berkaitan dengan proses perjalanan penyakit yang bersifat akut ataupun kronis.
TINJAUAN PUSTAKA
Darah
Darah adalah salah satu cairan tubuh yang beredar dalam sistem pembuluh darah yang tertutup yang tersusun atas plasma dan sel darah. Volume darah umumnya 6-8% dari berat badan, dipengaruhi oleh faktor umur, status kesehatan, makanan, ukuran tubuh, laktasi, derajat aktivitas dan lingkungan. Menurut Marieb (1988), sel darah dibentuk oleh tiga elemen yakni, sel darah merah (erithrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah. Fungsi darah menurut Philips (1976) adalah sebagai alat transportasi yang bekerja dengan cara: (1) bersirkulasi membawa nutrisi dari saluran pencernaan menuju ke jaringan tubuh, (2) mengirim oksigen dari jantung ke jaringan sel dan karbondioksida dari jaringan ke paru- paru, (3) membawa sisa-sisa metabolisme dari jaringan sel ke ginjal untuk diekskresikan, (4), mempertahankan sistem keseimbangan dan buffer.
Leukosit
Granulosit Neutrofil
Neutrofil menurut Tortola dan Anagnostakos (1990), merupakan komponen leukosit agranulosit terbesar yang jumlahnya berkisar antara 35-75%. Neutrofil berbentuk bulat dengan ukuran 10-12 pm. Sitoplasma berwarna merah muda dengan granul sitoplasma bewanla netrofilik dan sedikit azurofil.
Hipersegmentasi inti terjadi pada segmen neutrofil dengan jumlah segmen inti lebih dari lima, sedangkan band neutrofil adalah neutrofil muda dengan inti berbentuk tapal kuda.
Fungsi utama neutrofil adalah fagositosis dan mikrobiosidal. Menurut Guyton (1997), neutrofil merupakan salah satu tipe dari sel darah putih yang betperan penting dalam melindungi tubuh dalam melawan penyakit dan infeksi lewat proses fagositosis. Menurut Dellmann dan Brown (1989), neutrofil merupakan garis pertahanan pertama yang mampu keluar dari sirkulasi darah menuju jaringan tempat terjadinya peradangan akibat infeksi bakteri atau agen penyakit lainnya. Fungsi neutrofil terjadi secara efisien dalam jaringan dan efektivitasnya dipengaruhi oleh defisiensi beberapa komponen selular atau humoral, obat-obatan dan produk toksik bakterial. Neutrofil di dalam sirkulasi akan bertahan hidup selama 4-10 jam, sedangkan di dalam jaringan akan bertahan hidup selama 1-2 hari (Metcalf 2006). Jumlah neutrofil dipengaruhi oleh keseimbangan permintaan jaringan ekstravaskular, tingkat granulopoiesis, laju pelepasan darah dari sumsum tulang, pertukaran antara sel di dalam sirkulasi dan di dalam pool marginal, masa hidup di dalam sirkulasi darah, laju aliran sirkulasi darah dan tingkat aktivitas sumsum tulang (Jain 1993).
Gambar 1 Neutrofil (Laszlo 2006)
Neutrofil Muda
Neutrofil muda atau band neutrofil menurut Ham
clan
Leeson (1961)mempunyai nukleus seperti tapal kuda. Menurut Meyer et a1 (1992), salah satu
indiiator yang sering digunakan untuk menentukan perjalanan penyakit itu
bersifat akut atau kronis adalah adanya peningkatan neutrofil muda yang berada
dalam sirkulasi darah dalam jumlah y a w lebih dari normal.
Neutrofil muda secara normal memerlukan waktu sekitar 10 jam di dalam sirkulasi darab sebelum masuk ke dalam jaringan yang mengalami infeksi.
Apabila infeksi meningkat, neutrofil muda
akan
dikeluarkan dari pool sumsumtulang.
Gambar 6 Band Neutrofil (Laszlo 2006)
EosinoM
Eosinofil adalah granulosit polimorfonuklear-eosinofilii dengan
ukuran
hampir sama dengan neutrofil dengan sifat fagositik yang relatif lemah. Menurut
Sturkie dan Grimrninger (1976), eosinofil memiliki granul bundar dan relatif lebih
besar, benvama merah dengan pewamaan Wright's. Granul pada sitoplasmanya mengambil warm eosinofilik yang h a t . Menurut Caceci (1998), inti eosinofilik memilii dua lobus dengan bentuk yang &as, tidak multilobus seperti pada
dengan neutrofil. Dalam keadaan normal, eosinofil merupakan 2 persen dari
Eosinofil berperan aktif dalam pengaturan respon alergi dan peradangan
akut, infeksi parasit (cacing dan beberapa protozoa), proses koagulasi dan
fibrinolisis, antigen-antibodi kompleks, mikoplasma dan ragi @ellman dan
Brown 1989). Menurut Tizard (1988), eosinofil mempunyai dua fungsi istimewa.
Pertarna, menyerang dan menghancurkan kutikula larva cacing. Kedua, dapat
menetralkan faktor radang yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil dalam reaksi
hipersensitifitas tipe
1.
Menurut Raphael (1987), eosinofil dalam reaksi alergiberperan sebagai pembawa histamin pada reaksi pertahanan tubuh dimana
eosinofil
akan
tertarik pada daerah radang oleh faktor kemotaktik eosinofil. Padajaringan yang mengalami reaksi alergi, eosinofil cenderung untuk berkumpul. Hal
ini menurut Guyton (1997) disebabkan oleh induksi dari sel mast dan basofil yang
ikut serta berperan dalam reaksi alergi dalam pelepasan faktor kemotaktik
eosinofil sehingga terjadi migrasi eosinofil ke jaringan alergik yang meradang.
Eosinofil dibentuk dalam sumsum tulang dengan siklus hidup kurang dari lebih
satu minggu @oxey, 1971).
Gambar 2 Eosinofil (Laszlo 2006)
Basofil
Basofil adalah granulosit yang bersifat
polimorfonuklear-basofilik,
yangmemiliki warna biru dengan pewarnaan. Menurut Metcalf (2006), sel
ini
berjumlah 0,s-1% dari jumlah total leukosit. Ukuran basofil sedikit lebih besar
dari
neutrofil, dengan inti berbentuk bulat dan sitoplasmanya relatif tidakbenvarna (Sturkie dan Grimminger 1976).
Basofil menurut Tizard (1988) mempunyai fungsi yang menyerupai sel
mast, yakni membangkitkan proses peradangan akut pada tempat deposisi antigen
dengan melepaskan mediator seperti histamin, bradikinin dan serotonin untuk
IgE dan IgG yang menyebabkan degranulasi melalui eksositosis. Granul basofil
mengandung heparin, histamin, asam hialuron, kondroitin sulfat, serotonin dan
beberapa faktor kemotakti. Heparin berfungsi untuk mencegah pembekuan darah
dan mempercepat pelepasan jaringan lemak dari darah, sedangkan histamin
berfungsi untuk menarik eosinofil (Ganong 1995).
Gambar 3 Basofil (Laszlo 2006)
Agranulosit Limfosit
Limfosit adalah leukosit agranulosit yang memiliki ukuran dan bentuk
yang bervariasi (Sturkie dan Grimminger 1976). Berdasarkan morfologinya,
limfosit dibedakan menjadi tipe besar dan tipe kecil. Tipe kecil merupakan
limfosit dewasa dengan diameter 8 pm, perbandingan sitoplasma
inti
sebesar 1:9,inti bulat heterokromatik dan dikelilmgi oleh lingkaran tipis sitoplasma. Lirnfosit
muda merupakan tipe limfosit besar yang jarang ditemukan dalam peredaran
darah.
Mempunyai diameter12
pm dengan perbandingan sitoplasma inti1:1,
inti
melekuk heterokromatik dan d i k e l i l i i oleh sitoplasma (Microanatomy 1999).
L'dosit dibentuk
di
dalam sumsum tulang d m sebagian lagi dibentuk di dalamlimphonodus, timus, dan limpa (Ganong 1995).
Limfosit berjumlah Era-kira 25%
dari
leukosit yang bersirkulasi. MenurutTizard (1988), fungsi utama liifosit adalah memproduksi antibodi sebagai respon
kekebalan spesifik atau sebagai sel efektor khusus dalam menanggapi antigen
yang melekat pada makrofag. Limfosit memiliki 2 jenis utama yakni, limfosit T
dan lidosit B. Limfosit B jumlahnya lebii sedikit dibandingkan limfosit T, hanya
sekitar 1&12 % dan berperan dalam reaksi kekebalan humoral yang akan tumbuh
Gambar
4
Limfosit (Laszlo 2006)Monosit
Monosit merupakan leukosit agmnulosit terbesar yang diproduksi di
sumsum tulang, memiliki jumlah antara 3%% dari jumlah leukosit total di dalam
darah (Ivfetcalf 2006). Monosit mempunyai sitoplasma lebih banyak dibandingkan
limfosit, berwarna abu-abu pucat dan merniliki inti tunggal berbentuk lonjong
seperti ginjal atau tapal kuda. Monosit mempunyai siklus hidup singkat dalam
sirkulasi darah yakni sekitar 2,5-3 hari.
Monosit bersifat motil, berpindah dengan gerakan amuboid ke daerah yang
mengalami infeksi (peradangan) kronis mengikuti neutrofil untuk melakukan
respon fagosit (Ganong 1995). Menurut Tizard (1988), monosit
akan
masuk kedalam jaringan dan akan berubah menjadi makrofag. Menurut Frandson (1986),
monosit di dalam sirkulasi darah diienal sebagai sistem fagositik mononuclear
(mononuclear phagositic systemlMPS) terhadap infeksi yang tidak terlalu akut.
Monosit memiliki peran penting dalam reaksi imunologi dengan membentuk
protein
dari
suatu komplemen clan mengeluarkan substansi yang mempengaruhi terjadiiya proses pemdangan kronis (Swenson et a1 1993). Menurut Guyton(1997), monosit di dalam sirkulasi darah memiliki sedikit kemampuan dalam
melawan bahan infeksius, kemudian masuk ke dalam jaringan untuk menjadi
makrofag jaringan. Selain itu, monosit juga mensekresikan kolagenase, elastase,
dan aktivator plasrninogen yang berguna dalam proses penyembuhan luka dan
fagositosis (Tizard 1988).
Peradangan
Peradangan menurut Guyton (1997) adalah respon tubuh terhadap kerusakan yang sering diakibatkan oleh infeksi parasit dan bakteri. Proses peradangan ditandai dengan adanya: (1) peningkatan aliran darah secara berlebih akibat dari vasodilatasi pembuluh darah, (2) peningkatan cairan ke dalam ruang interstitial akibat kenaikan permeabilitas kapiler, (3) migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan, (4) pembengkakan jaringan, (5) peningkatan temperatur dan (6) adanya rasa sakit (Anonim 2007a). Beberapa produk jaringan yang berhubungan dengan timbulnya reaksi peradangan diantaranya adalah: histamin dan prostaglandin. Histamin yang terkandung di dalam sel mast apabila dilepaskan akan menstimulasi peningkatan aliran darah dan kebocoran cairan serta protein menuju ruang jaringan sehingga menyebabkan warna kemerahan serta kebengkakan. Sedangkan pelepasan prostaglandin akan mempengaruhi pusat pengaturan suhu tubuh di hipotalamus yang mengakibatkan kenaikan suhu tubuuhldedemam. Menurut Hoskins et a1 (1962), reaksi peradangan menimbulkan respon sistemik berupa teukositosis dimana jumlah leukosit total dalam sirkulasi darah ~neningkat akibat dari meningkatnya jumlah total neutrofil yang bersirkulasi. Menurut Jain (1993), peningkatan migrasi neutrofil ke dalam jaringan sebagai respon terhadap adanya jaringan yang rusak, reaksi radang atau kemungkinan adanya infeksi mikroorganisme, sehingga akan merangsang peningkatan aktivitas jaringan mieloid dan limfoid untuk memproduksi neutrofil lebih banyak lagi dan melepaskannya ke dalam sirkulasi. Menurut Meyer et a1
(1992), peradangan akut akan mengakibatkan peningkatan marginasi dan migrasi neutrofil ke daerah radang sehingga terjadi penurunan tiba-tiba dari neutrofil yang bersirkulasi yang akan menstimuli sumsuln tulang untuk produksi dan pelepasan band neutrofil ke sirkulasi darah beberapa jam kemudian.
Menurut Doxey (1971), neutrofil memiliki enzim lisosom sehingga mampu menghancurkan jaringan yang rusak di dalam tubuh. Secara patologis, peningkatan band neutrofil menunjukkan adanya respon aktif neutrofil dalam melawan infeksi tubuh.
Persentase normal band neutrofil anjing dan kucing pada sirkulasi darah menurut Plumb (2005), berkisar antara 0-1%.
Tipe Peradangan
pengaktifkan inj'lainiitasornes. Inflatnnmasontes atau disebut juga caspase-l merupakan bagian dari komplek multi protein pada sitosol makrofag dan neutrofil yang mengawali respon atas inflamasi dengan mengaktifkan sistem imun tubuh. Respon dari toll-like receptors (TLRs) yakni peradangan sangat erat kaitannya dengan siste~n kekebalan tubuh (Anonim 2007a).
Menurut Cooper dan Slauson (1992), besarnya respon dari neutrofil menunjukkan keadaan suatu proses peradangan. Sedangkan tingkat keparahan suatu peradangan ditunjukkan oleh banyaknya band neutrofil yang bersirkulasi.
Peradangan dan Metabolisme Asam Arachidonat
Kerusakan sel akibat adanya noksi akan membebaskan berbagai mediator atau substansi radang antara lain histarnin, bradikinin, kalidin, serotonin, prostaglandin, leukotrien dan lain sebagainya. Histamin terdapat pada semua jaringan juga pada leukosit basofil. Di dala~n jaringan, histamin disimpan dalarn sel mast dan dibebaskan sebagai hasil interaksi antigen dengan antibodi IgE pada pennukaan sel mast, berperanan pada reaksi hipersensitif dan alergi. Substansi tersebut merupakan mediator utusan pertama dari sedemikian banyak mediator lain, segera muncul dalam beberapa detik. Reseptor-reseptor histamin adaiah HI dan Hz. Stimulasi pada kedua reseptor ini menyebabkan vasodilatasi pada arterial dan pembuluh darah koronaria, merendahkan resistensi kapiler dan menurunkan tekanan darah sistemik. Pada reaksi radang permeabilitas kapiler meningkat karena dibebaskannya histamin (Mutschler 1991; Garrison 1991).
Prazat kalikrein ialah kalikreinogen yang tidak aktif terdapat dalam pankreas, mukosa usus dan plasma darah. Kalikreinogen diaktivasi oleh faktor
Hageman, melalui penguraian enzimatik dihasilkan kinin aktif yaitu bradikinin dan kalidin, keduanya autakoid. Sebagai mediator radang bradikinin dan kalidin bereaksi lokal, menimbulkan rasa sakif vasodilatasi, meningkatkan per~neabilitas kapiler dan berperan meningkatkan potensi prostaglandin (Mutschler, 1991; Garrison 1991).
reseptor 5-Hf yang terdapat pada membran platelet ialah 5-Hf 2, jika distimulasi akan meningkatkan agrerasi platelet (Garrison 1991).
Mediator eikosanoid berasal dari dua famili berbeda, dari alur siklooksigenase dihasilkan prostaglandin dan dari alur lipoksigenase dihasilkan leukotrien, termasuk semua senyawa yang masih berhubungan dengan keduanya. Sebagai prazat adalah asam arakidonat. Prostaglandin (PG) sebenarnya bukan sebagai mediator radang, lebih tepat dikatakan sebagai modulator dari reaksi radang. Sebagai penyebab radang, PG bekerja lemah, berpotensi kuat setelah berkombinasi dengan mediator atau substansi lain yang dibebaskan secara lokal, autakoid seperti histamin, serotonin, PG lain dan leukotrien. Prostaglandin paling sensibel pada reseptor rasa sakit di daerah perifer. Prostaglandin merupakan vasodilator potensial, dilatasi terjadi pada arteriol, prekapiler, pembuluh sfingter dan postkapiler venula. Walaupun PG merupakan vasodilator potensial tetapi bukan sebagai vasodilator universal (Campbell 1991). Selain PG dari alur siklooksigenase juga dihasilkan tromboksan. Tromboksan A2 berkemanlpuan menginduksi agregasi platelet maupun reaksi pembebasan platelet (Campbell, 1991).
Dari alur lipoksigenase dihasilkan mediator leukotrien (LT) dan hidroksi asam lemak. Mediator LTB4 potensial untuk kemotaktik leukosit polimorfonuklir, eosinofil dan monosit. Pada konsentrasi lebih tinggi LTB4 menstimulasi agregasi leukosit polimorfonuklir. Mediator LTB4 mengakibatkan hiperalgesia. Efek terhadap mikrovaskulatur diinduksi oleh LTC4 clan LTD4, beraksi di sepanjang endotel dari postkapiler venula yang rnenyebabkan eksudasi plasma. Pada konsentrasi tinggi LTC4 dan LTD4 mempersempit arteriol dan mengurangi eksudasi. Kombinasi LTC4 dan LTD4 merupakan mediator baru, dinamakan slow reacting substance of anaphylaxis (SRS-A) yang dapat menyebabkan peradangan, reaksi anafilaksi, reaksi alergi dan asma (Campbell 1991).
lisoson~al dan superoksida, juga melupakan faktor ketnotaktik eosinofil, neutrofil dan monosit (Campbell 1991).
Asam arachidonat merupakan salah satu jenis dari asam lemak tak jenuh ganda (Poly Unsaturated Fatty AcidlPUFA) disamping asam linoleat dan asam linolenat, Dokosa Heksa Enoat @HA), dan Eikosa Penta Etanoat (EPA) yang diproduksi dari membran fosfolipid. Dalam keadaan bebas tapi dalam konsentrasi yang sangat kecil asam ini berada di dalam sel. Pada biosintesis eikosanoid, asam arachidonat akan dibebaskan dari sel penyimpan lipid oleh asil hidrolase. Besar kecilnya pembebasan tergantung dari kebutuhan enziill pensintesis eikosanoid. Kebutuhan ini ditentukan dari seberapa besar respons yang diberikan terhadap stimulasi penyebab radang (Campbell 1991). Makanan yang tnengandung asam lemak ini diantaranya adalah minyak kanola, sayuran, minyak kedelai, ikan laut, walnuts danpeacans (Anonim 2007b).
Metabolisme asam arachidonat melalui beberapa jalur enzimatik dapat tnembangkitkan lemak bioaktif yang memiliki efek yang kuat terhadap homeostasis, peradangan dan perbaikan jaringan yang rusak. Adapun dua jalur utama dari metabolisme ini adalah:(l) jalur 5-lipoxygenase, yang menghasilkan leukotrienes, dan (2) jalur cycioxygenase (jalur COX), yang menghasilkan prostaglandin Hz (PGH2). PGH2 ini akan menyediakan substrat bagi dua jalur enzimatik lagi dengan prostaglandin dan tromboxanes sebagai hasil akhir. Jalur cyclooxygenase merupakan salah satu jalur dari metabolisme asam arachidonat yang dapat menghambat kerja obat terhadap reseptor target obat lewat stimulasi pelepasan cyclooksigenase yang merupakan target utama dari aspirin, ibuprofen dan obat-obatan lainnya yang umumnya digunakan sebagai anti inflamasi dan penghilang rasa sakit.
Membran fosfolipid
I
fosfolipase/
\/v
COOHAsam arachidonat (AA)
Cyclooxygenase
n
U
Prostaglandin Hz (PGH2)
Thromboxanes
p G & G z - q m
[image:29.532.87.444.106.570.2]HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambaran Umum
Berikut ini disajikan tabel hasil pemeriksaan differensial leukosit pada pasien RSH-IPB. Secara umum dapat dikatakan bahwa gambaran leukosit pada semua pasien cenderung mengalami left shift; yaitu gambaran presentasi neutrofil yang meningkat diikuti dengan peningkatan neutrofil muda (tabel 1 dan tabel 2). Hal ini dapat dikatakan bahwa semua pasien mengalami peradangan (infeksi), sesuai dengan yang disebutkan oleh Ganong (1995), Tizard (1988) Guyton (1997), Hoskins et a1 (1 962).
Pada tabel 1 dan 2 disajikan hasil diagnosa yang diberikan dokter hewan berikut status peradangannya: misalnya anjing Tono didiagnosa diare kronis, anjing Bella didiagnosa tumor kronis, anjing Happy didiagnosa babesiosis akut, anjing Buddy didiagnosa maserasi akut, anjing Momo didiagnosa pyodertna kronis dan kucing Molly didiagnosa enteritis akut.
Tabel 1 Rata-rata persentase diferensiasi leukosit pasien anjing di RSH-IPB
Momo Normal 75 60-75 10 3-6 13 15-30 1 1-8 1 2-8 0 0-1
Tabel 2 Rata-rata persentase diferensiasi leukosit pasien kucing di RSH-IPB
Rata-rata presentase band neutrofil pada masing-masing hewan dapat
diiihat pada gambar 9.
Rata-rata Presentase Band Neutrofil
Kasus diare Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus
kmnis tumor pyodem~a maserasi babesiosis enteritis
(Tono) kmnis kmnis akut akut akut
(Bella) (Momo) (Buddy) (Happy) (Molly)
Narna Hewan
Gambar 9 Grafik rata-rata persentase band neutrofil pada masing-masing hewan
Jika diperhatikan satu-persatu pada gambar 9, maka peningkatan
presentasi neutrofil muda bervariasi, ada yang meningkat ringan dan ada yang
meningkat tajam. Gambaran yang meningkat ringan dapat diarnati pada kasus
diare (Tono) dengan peningkatan neutrofil muda 5% dan kasus tumor (Bella)
dengan neutrofil muda 6%. Gambaran yang meningkat tajam dapat diamati pada
kasus babesiosis (Happy) dengan peningkatan neutrofil muda 40%, maserasi
(Buddy) dengan peningkatan neutrofil muda IS%, enteritis (Molly) dengan
peningkatan neutrofil muda 14%
dan
pyoderma (Momo) dengan peningkatan [image:31.532.37.469.40.728.2]Memperhatikan penjelasan Cooper dan Slauson (1982), maka pasien yang
inengalami peningkatan presentasi band neutrofil yang ringan disebut mengalami
peradangan kronis, sedangkan pasien yang mengalami peningkatan presentasi
band neutrofil secara tajam disebut mengalami peradangan akut.
Cooper dan Slauson menjelaskan bahwa pada peradangan akut, sitokin
akan menstimulasi peningkatan pelepasan baik segmen neutrofil dan band
neutrofil ke dalam sirkulasi darah sehingga menghasilkan suatu kondisi yang
disebut dengan netroj'ilia with n left shif Sedangkan pada peradangan yang kronis
terjadi migrasi neutrofil dari proliferation pool, maturation pool dan storage pool
pada sumsum tulang ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan akan neutrofil
sehingga jumlah band neutrofil di sirkulasi darah akan menumn. Kondisi ini
berkaitan juga dengan adanya respon kekebalan tubuh untuk mengatasi
peradangan yang terjadi sehingga menekan jumlah band neutrofil sirkulasi..
Berdasarkan penjelasan Cooper dan Slauson (1982) tersebut diatas maka
dapat dijelaskan bahwa diagnosa laboratorium umtuk masing-masing pasien
adalah sebagai berikut. Pasien diare (anjing Tono) dan pasien tumor (anjing Bella)
berada pada status peradangan kronis (ringan). Adapun pasien babesiosis (anjing
Happy), pasien maserasi (anjing Buddy) dan pasien pyoderma (anjing Momo) dan
pasien enteritis (kucing Molly) berada pada status peradangan akut (berat), untuk
lebih jelas dapat dilihat pada gambar 9. I-Ial ini dapat dibandingkan bahwa
ternyata diagnosa klinis yang diberikan oleh dokter hewan berbeda dengall
konfirmasi hasil diagnosa laboratorium. Perbedaan penilaian secara klinis dan
secara laboratoris tentu sangat menarik untuk didiskusikan. Untuk itu berikut ini
pen~bahasan status peradangan untuk masing-masing kasus.
Pernbahasan
Kasus Diare (anjing Tono)
Rata-rata persentase jumlah segmen neutrofil, monosit, eosinofil dan
basofil pada anjing tono meni~njukkan angka normal. Sedangkan persentase band
neutrofil dan li~ilfosit lebih tinggi dari angka nonnal
Persentase band neutrofil yang sedikit lebih tinggi dari normal ini diduga
2000). Diare kronis terjadi lebih dari 14 hari dan sering terjadi sebagai akibat
penanganan yang tidak efektif dari diare akut. Pada kasus diare kronis menurut
Anonimus (2007c), terjadi kerusakan mukosa usus yang berkepanjangan yang
disebabkan oleh malabsorpsi pakan, peningkatan absorpsi protein asing,
berkurangnya honnon enterik serta perturnbuhan h n a n yang berlebihan.
Menurut Kirk (1983), penyebab diare kronis adalah adanya abnormalitas fungsi
dari saluran pencemaan. Faktor-faktor yang multi kompleks ini akan
menyebabkan suatu sindrom post enteritis yang bersifat kronis.
Kasus Tumor (anjing Bella)
Pada anjing Bella, rata-rata persentase segmen neutrofil, limfosit,
eosinofil, dan basofil menunjukkan angka yang normal, sedangkan rata-rata
persentase band neutrofil s e d i i t diatas normal. Berdasarkan diagnosa
laboratorium, kondisi ini menurut Cooper dan Slauson (1982) mengindikasikan
masih adanya peradangan ringan yang bersifat kronis.
Tumor menurut Rumawas (1989), merupakan massa jaringan abnormal,
pertumbuhannya melebihi jaringan yang normal, terus-menerus tanpa kontrol dan
tidak mempunyai struktur yang teratur. Kondisi ini terus akan bertambah karena
sel tumor mampu untuk membentuk sel-sel yang baru dengan melakukan invasi
lewat aliran darah dan pembuluh limfe untuk melakukan metastase dan
menstimulasi kerusakan genetik lewat mutasi sel somatik. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan etiologi tumor antara lain adalah: virus, radiasi sinar ultra
violet, dan mikotoksin pada makanan.
Kasus Babesiosis (anjing Happy)
Rata-rata persentase segmen neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil dan
basofil menunjukkan angka normal, sedangkan persentase untuk band neutrofil
menunjukkan angka diatas normal.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, tingginya persentase band
tleutrofil ini mengindikasikan adanya tingkat infeksi yang masill cukup tinggi
dengan peradangan yang bersifat akut. Hal ini berbeda dengan keterangan yang
telah diberikan ole11 pihak Rutnah Sakit Hewan bahwa anjing Happy merupakan
tubuh dari anjing Happy yang menurun sehingga infeksi dari parasit ini
meningkat. Babesiosis menurut Hedayati (2007), merupakan intraerythrocytic
parasitic infection yang disebabkan oleh protozoa dari genus Babesia sp yang
ditularkan lewat gigitan caplak Ixodes. Adapun sifat dari penyakit babesiosis ini
setelah penderita dinyatakan senlbuh, parasit darah ini masih ada dalam tubuh
penderita bersama dengan kondisi kekebaian tubuh penderita. Apabila kondisi
kekebalan tubuh menurun, parasit ini akan kembali menginfeksi tubuh penderita
sehingga imunitas tubuh hams dijaga untuk mencegah meningkatnya kembali
infeksi parasit ini. Menurut Breitschwerdt (2007), setelah melewati tahap infeksi
babesiosis akut, anjing akan membentuk suatu kondisi premunitas atau Ainfestion
immunity. Premunitas ini merupakan kekebalan yang secara potensial terbentuk
bersama dengan kondisi kronis dari babesiosis yang merupakan respon kebal yang
seimbang dengan kemampuan parasit untuk menginduksi gejala klinis seperti
anemia, anorexia dan kelemahan walaupun tidak menghilangkan parasit darah
dari perifer.
Kasus Maserasi (anjing Buddy)
Rata-rata persentase segmen neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan
basofil menunjukkan angka yang normal, sedangltan band neutrofil menunjukkan
angka yang tinggi dari nilai normal. Berdasarkan diagnosa laboratorium, ha1 ini
mengindikasikan adanya peradangan yang bersifat akut.
Maserasi fetus merupakan kondisi pada masa kehamilan dimana terjadi
kematian pada fetus dan fetus yang telah mati tertahan di dalam uterus (Anonim
2007d). Penyebab maserasi fetus menurut Buergelt (2007) dan Anonim (2007e)
adalah: (1) endometritis akibat infeksi bakteri seperti Brucella sp, Trichonzonas
fetus dan Camnpylobacterfetus, (2) invasi bakteri pada fetus dan membran fetus
yang menyebabkan kematian pada fetus, (3) kegagalan saluran kelamin untuk
dilatasi maupun kontraksi untuk pengeluaran fetus secara normal, (4) posisi dan
postur fetus yang telah mati yang abnormal sehingga tidak meniungkinkan untuk
dikeluarkan dari uterus.
Peningkatan persentase band neutrofil mengindikasikan adanya
untuk menghilangkan infeksi yang terjadi. Adapun terjadi penurunan kadar
limfosit diduga karena faktor stress pada saat pengambilan darah. Secara fisiologis
kondisi stress akan merangsang hormon glukokortikoid dari kortek adrenal.
Glikokortikoid aka1 menekan jumlah limfosit dalam sirkulasi (Ganong 1995).
Selain itu glukokortikoid dapat lnengakibatkan pengecilan ukuran nodus
limfatikus dan timus. Pengecilan ini terjadi lnelalui peningkatan destruksi limfosit
dan penghambatan aktivitas mitosis limfosit pada nodus limfatikus dan timus
(Ganong 1995).
Kasus pyoderma (anjing Momo)
Pada anjing Momo, jumlah persentase band neutrofil tergolong sedang.
Hal ini mengindikasikan sifat peradangan yang sub akut dengan periode yang
lebih panjang dari kondisi akut berubah menjadi peradangan kronis (Cooper &
Slauson, 1982).
Pyoderma gangrenosum merupakan penyakit sterile injlammatory
nrutvophilic dem~atosis, dimana terjadi peradangan pada kulit disertai dengan
adanya akumulasi neutrofil (Anonim 2007b). Tanda-tanda klinis yang dapat
dilihat pada kasus ini adalah adanya ulcer pada kulit yang disertai dengan eksudat
hemorrhagis dan mukopumlen. Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya
peradangan pada usus besar, malignant tumor dan penyakit hematologi (Wollina
2007).
Jumlah band neutrofil yang tidak terlalu tinggi ini diduga juga terapi yang
sudah diberikan kepada Momo sehingga ada proses persembuhan yang disertai
dengan adanya respon kekebalan tubuh. Persentase limfosit menunjukkan angka
dibawah normal. Hal ini diduga karena faktor stres karena rasa sakit yang
ditimbulkan oleh adanya ulcer pada kulit pasien dan kemungkinan stres yang
timbul pada saat pengambilan sampel darah. Secara fisiologis kondisi stres akan
merangsang pengeluaran hormon glukokortikoid dari kortek adrenal.
Glukolcortikoid akan menurunkan jumlah limfosit yang beredar dalam darah
Kasus enteritis (kueing Molly)
Pada kucing Molly, persentase segmen neutrofil, monosit, eosinofil dan
basofil dalam kisaran nom~al. Adapun yang perlu diperhatikan pada gambaran
darah Molly adalah tingginya band neutrofil dari kisaran normal. Menurut
diagnosa laboratorium, enteritis yang diderita Molly bersifat akut dalam artian
masih terjadi proses inflamasi aktif di saluran pencemaan yang diduga
penyebabnya adalah bakteri (Anonim 2000).
Enteritis akut menurut Fardah et a1 (2007) merupakan peradangan usus
yang terjadi akibat ketidakseimbangan pengangkutan air dan elektrolit, sehingga
terjadi perubahan absorbsi, sekresi cairan, dan elektrolit. Peradangan pada mukosa
usus menyebabkan mukosa usus menjadi lebih sensitif, sehingga kondisi ini
mengakibatkan semua nutrisi yang masuk dianggap benda asing yang hams
dikeluarkan dari usus. Kondisi ini juga menyebabkan adanya sekresi air yang
berlebihan dari lumen usus sehingga isi usus konsistensinya menjadi lebih encer
dan mudah dikeluarkan dari usus. Penyebab enteritis dapat berupa: (1) virus:
rotavirus, adenovirus, (2) bakteri: Salmonella, Shigela, E.Coli, (3) Jamur, maupun
(4) Intoksikasi makanan. Tanda-tanda klinis dari enteritis akut diantaranya adalah:
diare akut, frekuensi buang air besar bertambah dengan bentuk dan konsistensi
yang lain dari biasanya dapat cair, berlendir, atau berdarah, anoreksia panas,
muntah atau kembung dan dehidrasi.
Menurut Kirk (1 983), enteritis dengan gejala klinis diare yang bersifat akut
akan menunjukkan leukocytosis with n lefi sh$ pada gambaran darahnya. Rata-
rata persentase limfosit yang lebih rendah dibandingkan kisaran normal pada
kucing Molly menurut Kelly (1984), merupakan implikasi dari peningkatan salah
Berdasarkan pembahasan pada masing-masing kasus, maka dapat dipetik
pelajaran bahwa diagnosa dokter secara klinis cenderung didasarkan pada
kombinasi berat-ringannya peradangan, dengan lama terjadinya peradangan.
Sedangkan status akut-kronisnya kasus pada diagnosa laboratorium lebih
didasarkan pada jumlah band neutrofil. Bila ha1 tersebut dikombinasikan maka
dapat dilihat situasi sebagaimana dijelaskan pada tabel 3.
Tabel 3 Pemetaan status peradangan pada 6 pasien RSH-IPB
.
Pemeriksaan Berdasarkan pemeriksaan klinis dokter
klinis hewan
Pemeriksaan Peradangan berat
laboratoris (sering disebut
dengan kronis)
Peradangan ringan (sering disebut
dengan akut)
Berdasarkan besamya left shift
(banyaknya presentasi band
neutrofil)
Peradangan akut
Peradangan kronis
Babesiosis Maserasi
Pyoderma Tumor
Enteritis
[image:37.532.67.471.201.768.2]KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpufan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Peningkatan presentasi neutrofil sirkulasi memiliki makna terjadinya
peradangan (infeksi).
2. Peningkatan presentasi neutrofil sirkulasi yang diikuti dengan peningkatan
presentasi neutrofil muda memiliki makna te rjadinya left shift.
3. Besarnya left shift neutrofil dapat dijadikan indikator apakah hewan tersebut berada pada status peradangan akut atau peradangan kronis.
4. Presentasi neutrofil muda lebih hesar pada peradangan akut daripada
peradangan kronis, mengingat neutrofil tersebut telah migrasi dari
sirkulasi ke jaringan yang mengalami infeksi.
5.
Istilah akut dan kronis yang digunakan oleh dokter hewan cenderung didasarkan atas berat-ringaunya peradanganSaran
1. Disarankan agar dalam mendiagnosa penyakit, terininologi akut atau
kronis yang digunakan oleh dokter hewan benar-benar didasarkan atas
hasil pemeriksaan diferensial leukosit. Jika pemeriksaan laboratorium
belum dilakukan, terminologi yang digunakan adalah peradangan berat
atau ringan.
2. Disarankan agar dilakukan penelitidajian lebih lanjut untuk menentukan
batasan jumlah presentasi neutrofil muda disebut akut-kronis pada setiap
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Leukocytes and Their Responses.
http://campus.mu~aystate.edu/academic/faculty/wade.no~~n~odLeukoc
ytes.html [23 Juni 20071
. 2007a. Infammation.
http://users.ren.com/ikimball.ma.ultranet/BioloeyPa~esM~ammation.ht
ml [l Juli 20071
-
.2007b. Asam Lenzak.
http:Nwww.pikiran-rakyat.com/cetaklO403/13/1002.htm
[1
Juli 20071, 2 0 0 7 ~ . Diarrhea.
http://www.healthsystem.vireinia.edu/uvaheatpeds g-rowth/diarrhea.cfm
[7 Juli 20071
.2007d. Pyoderma.
httD:Nwww.bobmckee.comlClient%20Info/Skinlpyodema.html
[ l Juli 20071
.2007e. Canine Pyoderma.
http://www.medi-vet.com/Canine-Pvoderma.ht
[I Juli 20071Banks WJ. 1993. Applied Veterinary Histology. 3rd edition. Missouri. Mosby Inc
Booth NH. 1979. Canine medicine and Therapeutics. Blackwell Scientific
Publications. London
Braunstein Herbert. 1987. Outlines and Review of Pathology. The C.V. Mosby
Company. California.
Breazile. 1971. Text Book of Veterinary Physiology. Philadelphia: Lea & Febiger
Breitschwerdt EB. 2007. Canine Babesiosis.
http://www.petshealth.com/dr librarv/babesiosis.html [23 Juni 20071 Brown BA. 1980. Hematology: Principles and Procedures. 3rd Edition.
Henry Kimpton Pulishers. Great Britain. London
Buergelt CD. 2007. Pathology of Reproductive System
Caceci T. 1998. Formed Element of Blood. The Cancer Journal II(3) 1742-
1 1826. http://www.cvm.tamu.edu~vaphigii.labotec.html (23 Juni 20071 Campbell, W.B. (1991). Lipid-Derived Autacoids : Eicosanoids and Platelet-
Activating Factor. Dalam: Goodman and Gilrnan's The Pharmacological
Basis of Therapeutics. Ed 8. Editor: Gilman, A.G. et
al.
Pergamon Press.New York.
Colville T and Bassert JM. 2002. Clinical Anatomy and Physiology for
Veterinary Technician. Philadelphia
Cooper BJ and Slauson DO. 1982. Mechanism of Disease: A Textbook of
Comparative General Pathology. Waverly Press Inc. Baltimore
Cunningham JG. 1997. Textbook of Veterinary Physiology. 2nd Edition. W.B.
Saunders Co. Philadelphia. London. Toronto. Sydney
Dellman
HD
and Brown EM. 1989. Histologi Veteriner. Edisi ketiga.UI
Press.Jakarta
Doxey DL. 1971. Veterinary Clinical Pathology. Bailliere Tindall. London.
Ettinger, Stephen J. 1995. TextBook of Veterinary Internal Medicine : Diseases of
The Dog and Cat. W.B. Saunders Company. Philadelphia. Page 1892-
1915
Fradson
AD.
1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Ke-4. Gajah MadaUniversity Press. Yogyakarta.
Ganong WF. 1995. Buku Fisiologi Kedokteran (Review of Medical Physiology).
Edisi 10. Jakarta.
Garrison, I.C. (1991). Histamine, Bradykinin, 5-Hydroxy-tryptamine, and their
Antagonist. Dalam: Goodman and Gilman's The Pharmacological Basis of
Therapeutics. Ed 8. Editor: Gilman, A.G. et al. Pergamon Press. New
York.
Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC. Terjemahan
dari : TestBook of Medical Physiology. Philadelphia, Pennsylvania.
Ham AW and Leeson TS. 1961. Histology. 4''' Edition.
JB
Lippincott Company.Philadelphia. Montreal
I-Iedayati T and Martin R. 2007. Babesiosis.
Hoskins HP, Lacroix JV, Mayer K. 1962. Canine Medicine. 2" Edition. American
Veterinary Publications. Santa Barbara. California.
Jain NC. 1993. Essential of Veteriner Hematology. Lea and Febiger. USA
Kelly WR. 1984. Veteriner Clinical Diagnosis. 3rd Edition. Bailliere Tindal.
London
Kirk RW. 1983. Cur~ent Veterinary Medicine VIII Small Animal Practice.
W .
B.Saunders Company. Philadelphia
Laszlo T. 2006. A Normrilis Perife'rias Virkenet.
lifip://xenia.sote.hu/depts/pathophysiolow/hematoloyimaes/p1-
[23 Juli 2007
Macer VJ. 2003. Veterinary Clinical Laboratory Techniques.
http://www.medaille.edu~vmacer/204
lec5 wbca study.htm[23 Juni 20071Marieb EN. 1988. Essentials of Human Anatomy and Physiology. 2"* Edition.
Cummings Publishing Company. California
Mc Cumin DM and Bassert JM. 2002. Clinical Textbook for Veterinary
Technicians. 5th edition. W.B. Saunders Company. Philadelphia
Mcentee MF. 2007. Injlammation and Arachidoncrt Acid Metabolism in Chronic
Disease. http:/lwww.vet.utk.edu/Datldresearcldfaculty/mcentee.shtml
[7 Juli 20071
Melvin JS and William OR. 1993. Dukes Physiology of Domestic Animal. Ed ke-
1 1. London: Come1 University Press
Metcalf D. 2006. Leukosif. http://en.wikipedia.org 127 Juni 20071.
Meyer DJ, Coles
EH,
Rich LJ. 1992. Veterinary Laboratory Medicine:Interpretation and Diagnosis. W.B. Saunders Company. Philadelphia.
Microanatomy. 1999. Blood. School of Veterinary Medicine. Turkegee
University.
hfip:Nwww.Biolo~ist.Org/developmenl/l21/06/dev.309O.htn~
[23 Juli 20071
Nordenson NJ. 2002. Gale Encyclopedia of Medicine.
h t t p : / / w ~ . l i f e s t e p s . c o ~ i i / ~ ~ n / A t o z / e i t e blood cell count and diff
eretltia1.j~~ [23 Juni 20071
Plumb DC. 2005. Veterinary Drug Handbook.
5"
edition. Blackwell Publishing,Wisconsin.
Raphael SS. 1987. Lynch's Medical Laboratory Technology. 4" Ed. W.B.
Saunders Company, Philadelphia.
Rumawas W. 1989. Patologi Umum. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor
Sastradipradja D et al. 1989. Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner. Pusat Antar
Universitas. IPB
Sturkie PD and Grimminger P. 1976. Blood: Physical Characteristics, Formed
Elements, Hemoglobin and Coagulation dalam: Sturkie PD, editor. Avian
Physiology. 3rd. ed. Springer Verlag New York Heidelberg Berlin.
Swenson, Melvin. J, William
RO.
1993. Duke's Physiology of DomesticAnimal. 1 lth edition. Cornell University Press, Ithaca and London.
Tilley P et al. 2004. The 5 Minute Veterinary consult in Canine and Feline.
Williams and Wilkins. Baltimore, USA
Tizard I. 1988. Veterinary Immunology, An Introduction. 3Ih Ed. W.B. Saunders
Company.
Tortora GJ and Anagnostakos NP. 1990. Principles of Anntomy and Physiologv
6"' Ed. New York. Harper and Row Publishers
Wollina U. 2007. Pyoderma Gangrenoszim.
Lampiran 1. Gambaran
sel leukositpada
anjing TonoLampiran
2.
Gambaran sel leukosit pada anjing BellaLampiran 3. Gambaran sel leukosit pada anjing Happy
Lampiran
4.
Gambaran sel leukosit pada anjing BuddyLampiran
5.
Gambaran sel leukosit pada anjing MomoLampiran 6. Gambaran sel leukosit pada kucing Molly
ABSTRAK
REVINA. Neutrofil Muda Sebagai Dasar Diagnosa Penyakit Akut dan Kronis: Studi Kasus di Rumah Sakit Hewan IPB. Dibimbing oleh R.P. AGUS LELANA.
ABSTRACT
REVINA. Band Neutrophil as the Basis of Acute or Chronic Diagnose: Case Study at Veterinary Hospital IPB. Under the direction of R.P. AGUS LELANA.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam mendiagnosa penyakit hewan diperlukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Perneriksaan laboratorium ini umumnya bersifat konfirmatif sehingga diperoleh diagnosa kausalis yang bersifat definitif. Salah satu kesulitan yang sering dihadapi oleh dokter hewan adalah dalam memperoleh alasan yang kuat untuk menentukan apakah penyakit hewan tersebut berjalan akut atau kronis sehingga terapi yang akan diberikan dapat lebih akurat.
Menurut Meyer e t a1 (1992), salah satu indikator yang sering digunakan
untuk menentukan perjalanan penyakit itu bersifat akut atau kronis adalah dengan melihat keberadaan neutrofil muda (band) yang berada dalam sirkulasi darah. Menurut Guyton (1997), neutrofil merupakan salah satu tipe dari sel darah putih yang memiliki peranan penting dalam melindungi tubuh guna melawan penyakit dan infeksi. Neutrofil dikenal sebagai garis pertahanan pertama yang bekerja sangat cepat apabila terdapat mikroorganisme asing atau agen penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Neutrofil memiliki kemampuan keluar dari sirkulasi darah menuju jaringan tempat terjadinya infeksi untuk membunuh bakteri sebagai respon terhadap infeksi tersebut melalui proses fagositosis dan membersihkan sisa jaringan yang rusak. Menumt Dellman dan Brown (1989) apabila neutrofil darah meningkat dapat diindikasikan bahwa terjadi peradangan (inflamasi) dalam tubuh akibat masuknya agen penyakit rnaupun benda asing. Umulnnya neutrofil secara normal memerlukan waktu sekitar 10 jam di dalam sirkulasi darah sebelum masuk ke dalarn jaringan yang mengalami infeksi. Menurut Hoskins et a1 (1962), reaksi
Tujuan Penelitian
Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui gambaran diferensiasi leukosit pada hewan kecil khususnya anjing dan kucing dengan profil neutrofil muda sebagai dasar diagnosa suatu penyakit.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai terjadinya leukositosis yang berkaitan dengan proses perjalanan penyakit yang bersifat akut ataupun kronis.
TINJAUAN PUSTAKA
Darah
Darah adalah salah satu cairan tubuh yang beredar dalam sistem pembuluh darah yang tertutup yang tersusun atas plasma dan sel darah. Volume darah umumnya 6-8% dari berat badan, dipengaruhi oleh faktor umur, status kesehatan, makanan, ukuran tubuh, laktasi, derajat aktivitas dan lingkungan. Menurut Marieb (1988), sel darah dibentuk oleh tiga elemen yakni, sel darah merah (erithrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah. Fungsi darah menurut Philips (1976) adalah sebagai alat transportasi yang bekerja dengan cara: (1) bersirkulasi membawa nutrisi dari saluran pencernaan menuju ke jaringan tubuh, (2) mengirim oksigen dari jantung ke jaringan sel dan karbondioksida dari jaringan ke paru- paru, (3) membawa sisa-sisa metabolisme dari jaringan sel ke ginjal untuk diekskresikan, (4), mempertahankan sistem keseimbangan dan buffer.
Leukosit
Granulosit Neutrofil
Neutrofil menurut Tortola dan Anagnostakos (1990), merupakan komponen leukosit agranulosit terbesar yang jumlahnya berkisar antara 35-75%. Neutrofil berbentuk bulat dengan ukuran 10-12 pm. Sitoplasma berwarna merah muda dengan granul sitoplasma bewanla netrofilik dan sedikit azurofil.
Hipersegmentasi inti terjadi pada segmen neutrofil dengan jumlah segmen inti lebih dari lima, sedangkan band neutrofil adalah neutrofil muda dengan inti berbentuk tapal kuda.
Fungsi utama neutrofil adalah fagositosis dan mikrobiosidal. Menurut Guyton (1997), neutrofil merupakan salah satu tipe dari sel darah putih yang betperan penting dalam melindungi tubuh dalam melawan penyakit dan infeksi lewat proses fagositosis. Menurut Dellmann dan Brown (1989), neutrofil merupakan garis pertahanan pertama yang mampu keluar dari sirkulasi darah menuju jaringan tempat terjadinya peradangan akibat infeksi bakteri atau agen penyakit lainnya. Fungsi neutrofil terjadi secara efisien dalam jaringan dan efektivitasnya dipengaruhi oleh defisiensi beberapa komponen selular atau humoral, obat-obatan dan produk toksik bakterial. Neutrofil di dalam sirkulasi akan bertahan hidup selama 4-10 jam, sedangkan di dalam jaringan akan bertahan hidup selama 1-2 hari (Metcalf 2006). Jumlah neutrofil dipengaruhi oleh keseimbangan permintaan jaringan ekstravaskular, tingkat granulopoiesis, laju pelepasan darah dari sumsum tulang, pertukaran antara sel di dalam sirkulasi dan di dalam pool marginal, masa hidup di dalam sirkulasi darah, laju aliran sirkulasi darah dan tingkat aktivitas sumsum tulang (Jain 1993).
Gambar 1 Neutrofil (Laszlo 2006)
Neutrofil Muda
Neutrofil muda atau band neutrofil menurut Ham
clan
Leeson (1961)mempunyai nukleus seperti tapal kuda. Menurut Meyer et a1 (1992), salah satu
indiiator yang sering digunakan untuk menentukan perjalanan penyakit itu
bersifat akut atau kronis adalah adanya peningkatan neutrofil muda yang berada
dalam sirkulasi darah dalam jumlah y a w lebih dari normal.
Neutrofil muda secara normal memerlukan waktu sekitar 10 jam di dalam sirkulasi darab sebelum masuk ke dalam jaringan yang mengalami infeksi.
Apabila infeksi meningkat, neutrofil muda
akan
dikeluarkan dari pool sumsumtulang.
Gambar 6 Band Neutrofil (Laszlo 2006)
EosinoM
Eosinofil adalah granulosit polimorfonuklear-eosinofilii dengan
ukuran
hampir sama dengan neutrofil dengan sifat fagositik yang relatif lemah. Menurut
Sturkie dan Grimrninger (1976), eosinofil memiliki granul bundar dan relatif lebih
besar, benvama merah dengan pewamaan Wright's. Granul pada sitoplasmanya mengambil warm eosinofilik yang h a t . Menurut Caceci (1998), inti eosinofilik memilii dua lobus dengan bentuk yang &as, tidak multilobus seperti pada
dengan neutrofil. Dalam keadaan normal, eosinofil merupakan 2 persen dari
Eosinofil berperan aktif dalam pengaturan respon alergi dan peradangan
akut, infeksi parasit (cacing dan beberapa protozoa), proses koagulasi dan
fibrinolisis, antigen-antibodi kompleks, mikoplasma dan ragi @ellman dan
Brown 1989). Menurut Tizard (1988), eosinofil mempunyai dua fungsi istimewa.
Pertarna, menyerang dan menghancurkan kutikula larva cacing. Kedua, dapat
menetralkan faktor radang yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil dalam reaksi
hipersensitifitas tipe
1.
Menurut Raphael (1987), eosinofil dalam reaksi alergiberperan sebagai pembawa histamin pada reaksi pertahanan tubuh dimana
eosinofil
akan
tertarik pada daerah radang oleh faktor kemotaktik eosinofil. Padajaringan yang mengalami reaksi alergi, eosinofil cenderung untuk berkumpul. Hal
ini menurut Guyton (1997) disebabkan oleh induksi dari sel mast dan basofil yang
ikut serta berperan dalam reaksi alergi dalam pelepasan faktor kemotaktik
eosinofil sehingga terjadi migrasi eosinofil ke jaringan alergik yang meradang.
Eosinofil dibentuk dalam sumsum tulang dengan siklus hidup kurang dari lebih
satu minggu @oxey, 1971).
Gambar 2 Eosinofil (Laszlo 2006)
Basofil
Basofil adalah granulosit yang bersifat
polimorfonuklear-basofilik,
yangmemiliki warna biru dengan pewarnaan. Menurut Metcalf (2006), sel
ini
berjumlah 0,s-1% dari jumlah total leukosit. Ukuran basofil sedikit lebih besar
dari
neutrofil, dengan inti berbentuk bulat dan sitoplasmanya relatif tidakbenvarna (Sturkie dan Grimminger 1976).
Basofil menurut Tizard (1988) mempunyai fungsi yang menyerupai sel
mast, yakni membangkitkan proses peradangan akut pada tempat deposisi antigen
dengan melepaskan mediator seperti histamin, bradikinin dan serotonin untuk
IgE dan IgG yang menyebabkan degranulasi melalui eksositosis. Granul basofil
mengandung heparin, histamin, asam hialuron, kondroitin sulfat, serotonin dan
beberapa faktor kemotakti. Heparin berfungsi untuk mencegah pembekuan darah
dan mempercepat pelepasan jaringan lemak dari darah, sedangkan histamin
berfungsi untuk menarik eosinofil (Ganong 1995).
Gambar 3 Basofil (Laszlo 2006)
Agranulosit Limfosit
Limfosit adalah leukosit agranulosit yang memiliki ukuran dan bentuk
yang bervariasi (Sturkie dan Grimminger 1976). Berdasarkan morfologinya,
limfosit dibedakan menjadi tipe besar dan tipe kecil. Tipe kecil merupakan
limfosit dewasa dengan diameter 8 pm, perbandingan sitoplasma
inti
sebesar 1:9,inti bulat heterokromatik dan dikelilmgi oleh lingkaran tipis sitoplasma. Lirnfosit
muda merupakan tipe limfosit besar yang jarang ditemukan dalam peredaran
darah.
Mempunyai diameter12
pm dengan perbandingan sitoplasma inti1:1,
inti
melekuk heterokromatik dan d i k e l i l i i oleh sitoplasma (Microanatomy 1999).
L'dosit dibentuk
di
dalam sumsum tulang d m sebagian lagi dibentuk di dalamlimphonodus, timus, dan limpa (Ganong 1995).
Limfosit berjumlah Era-kira 25%
dari
leukosit yang bersirkulasi. MenurutTizard (1988), fungsi utama liifosit adalah memproduksi antibodi sebagai respon
kekebalan spesifik atau sebagai sel efektor khusus dalam menanggapi antigen
yang melekat pada makrofag. Limfosit memiliki 2 jenis utama yakni, limfosit T
dan lidosit B. Limfosit B jumlahnya lebii sedikit dibandingkan limfosit T, hanya
sekitar 1&12 % dan berperan dalam reaksi kekebalan humoral yang akan tumbuh
Gambar
4
Limfosit (Laszlo 2006)Monosit
Monosit merupakan leukosit agmnulosit terbesar yang diproduksi di
sumsum tulang, memiliki jumlah antara 3%% dari jumlah leukosit total di dalam
darah (Ivfetcalf 2006). Monosit mempunyai sitoplasma lebih banyak dibandingkan
limfosit, berwarna abu-abu pucat dan merniliki inti tunggal berbentuk lonjong
seperti ginjal atau tapal kuda. Monosit mempunyai siklus hidup singkat dalam
sirkulasi darah yakni sekitar 2,5-3 hari.
Monosit bersifat motil, berpindah dengan gerakan amuboid ke daerah yang
mengalami infeksi (peradangan) kronis mengikuti neutrofil untuk melakukan
respon fagosit (Ganong 1995). Menurut Tizard (1988), monosit
akan
masuk kedalam jaringan dan akan berubah menjadi makrofag. Menurut Frandson (1986),
monosit di dalam sirkulasi darah diienal sebagai sistem fagositik mononuclear
(mononuclear phagositic systemlMPS) terhadap infeksi yang tidak terlalu akut.
Monosit memiliki peran penting dalam reaksi imunologi dengan membentuk
protein
dari
suatu komplemen clan mengeluarkan substansi yang mempengaruhi terjadiiya proses pemdangan kronis (Swenson et a1 1993). Menurut Guyton(1997), monosit di dalam sirkulasi darah memiliki sedikit kemampuan dalam
melawan bahan infeksius, kemudian masuk ke dalam jaringan untuk menjadi
makrofag jaringan. Selain itu, monosit juga mensekresikan kolagenase, elastase,
dan aktivator plasrninogen yang berguna dalam proses penyembuhan luka dan
fagositosis (Tizard 1988).
Peradangan
Peradangan menurut Guyton (1997) adalah respon tubuh terhadap kerusakan yang sering diakibatkan oleh infeksi parasit dan bakteri. Proses peradangan ditandai dengan adanya: (1) peningkatan aliran darah secara berlebih akibat dari vasodilatasi pembuluh darah, (2) peningkatan cairan ke dalam ruang interstitial akibat kenaikan permeabilitas kapiler, (3) migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan, (4) pembengkakan jaringan, (5) peningkatan temperatur dan (6) adanya rasa sakit (Anonim 2007a). Beberapa produk jaringan yang berhubungan dengan timbulnya reaksi peradangan diantaranya adalah: histamin dan prostaglandin. Histamin yang terkandung di dalam sel mast apabila dilepaskan akan menstimulasi peningkatan aliran darah dan kebocoran cairan serta protein menuju ruang jaringan sehingga menyebabkan warna kemerahan serta kebengkakan. Sedangkan pelepasan prostaglandin akan mempengaruhi pusat pengaturan suhu tubuh di hipotalamus yang mengakibatkan kenaikan suhu tubuuhldedemam. Menurut Hoskins et a1 (1962), reaksi peradangan menimbulkan respon sistemik berupa teukositosis dimana jumlah leukosit total dalam sirkulasi darah ~neningkat akibat dari meningkatnya jumlah total neutrofil yang bersirkulasi. Menurut Jain (1993), peningkatan migrasi neutrofil ke dalam jaringan sebagai respon terhadap adanya jaringan yang rusak, reaksi radang atau kemungkinan adanya infeksi mikroorganisme, sehingga akan merangsang peningkatan aktivitas jaringan mieloid dan limfoid untuk memproduksi neutrofil lebih banyak lagi dan melepaskannya ke dalam sirkulasi. Menurut Meyer et a1
(1992), peradangan akut akan mengakibatkan peningkatan marginasi dan migrasi neutrofil ke daerah radang sehingga terjadi penurunan tiba-tiba dari neutrofil yang bersirkulasi yang akan menstimuli sumsuln tulang untuk produksi dan pelepasan band neutrofil ke sirkulasi darah beberapa jam kemudian.
Menurut Doxey (1971), neutrofil memiliki enzim lisosom sehingga mampu menghancurkan jaringan yang rusak di dalam tubuh. Secara patologis, peningkatan band neutrofil menunjukkan adanya respon aktif neutrofil dalam melawan infeksi tubuh.
Persentase normal band neutrofil anjing dan kucing pada sirkulasi darah menurut Plumb (2005), berkisar antara 0-1%.
Tipe Peradangan
pengaktifkan inj'lainiitasornes. Inflatnnmasontes atau disebut juga caspase-l merupakan bagian dari komplek multi protein pada sitosol makrofag dan neutrofil yang mengawali respon atas inflamasi dengan mengaktifkan sistem imun tubuh. Respon dari toll-like receptors (TLRs) yakni peradangan sangat erat kaitannya dengan siste~n kekebalan tubuh (Anonim 2007a).
Menurut Cooper dan Slauson (1992), besarnya respon dari neutrofil menunjukkan keadaan suatu proses peradangan. Sedangkan tingkat keparahan suatu peradangan ditunjukkan oleh banyaknya band neutrofil yang bersirkulasi.
Peradangan dan Metabolisme Asam Arachidonat
Kerusakan sel akibat adanya noksi akan membebaskan berbagai mediator atau substansi radang antara lain histarnin, bradikinin, kalidin, serotonin, prostaglandin, leukotrien dan lain sebagainya. Histamin terdapat pada semua jaringan juga pada leukosit basofil. Di dala~n jaringan, histamin disimpan dalarn sel mast dan dibebaskan sebagai hasil interaksi antigen dengan antibodi IgE pada pennukaan sel mast, berperanan pada reaksi hipersensitif dan alergi. Substansi tersebut merupakan mediator utusan pertama dari sedemikian banyak mediator lain, segera muncul dalam beberapa detik. Reseptor-reseptor histamin adaiah HI dan Hz. Stimulasi pada kedua reseptor ini menyebabkan vasodilatasi pada arterial dan pembuluh darah koronaria, merendahkan resistensi kapiler dan menurunkan tekanan darah sistemik. Pada reaksi radang permeabilitas kapiler meningkat karena dibebaskannya histamin (Mutschler 1991; Garrison 1991).
Prazat kalikrein ialah kalikreinogen yang tidak aktif terdapat dalam pankreas, mukosa usus dan plasma darah. Kalikreinogen diaktivasi oleh faktor
Hageman, melalui penguraian enzimatik dihasilkan kinin aktif yaitu bradikinin dan kalidin, keduanya autakoid. Sebagai mediator radang bradikinin dan kalidin bereaksi lokal, menimbulkan rasa sakif vasodilatasi, meningkatkan per~neabilitas kapiler dan berperan meningkatkan potensi prostaglandin (Mutschler, 1991; Garrison 1991).
reseptor 5-Hf yang terdapat pada membran platelet ialah 5-Hf 2, jika distimul