• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preferensi Konsumen Terhadap Buah Impor di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Preferensi Konsumen Terhadap Buah Impor di Kota Medan"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. KarakteristikRespondenBuahImpor di Kota Medan

Jeniskelamin

Jumlah Persentase Valid Persentase PersentaseAkumulasi

Valid Laki-laki 16 15,2 15,2 15,2

Perempuan 89 84,8 84,8 100

Total 105 100 100

Umur

Jumlah Persentase Valid Persentase PersentaseAkumulasi

Valid < 25 thn 4 3,8 3,8 3,8

Jumlah Persentase Valid Persentase PersentaseAkumulasi

(2)

68

Pendapatan

Jumlah Persentase

Valid

Persentase PersentaseAkumulasi

Valid <Rp 1.000.000 3 2,9 2,9 2,9

Rp 1.000.000 - Rp 2.500.000 37 35,2 35,2 35

Rp 2.500.000 - Rp 5.000.000 52 49,6 49,6 87

>Rp 5.000.000 13 12,4 12,4 100

Total 105 100 100

JumlahAngotaKeluarga

Jumlah Pesentase Valid Persentase PersentaseAkumulasi

Valid 1 - 2 orang 7 6,5 6,5 6,5

3 - 4 orang 38 36,2 36,2 42,7

5 - 6 orang 51 48,6 48,6 91,3

7 - 8 orang 9 8,6 8,6 100

Total 105 100 100

FrekuensiMembeliBuah

Jumlah Pesentase Valid Persentase PersentaseAkumulasi

Valid setiaphari 0 0 0 0

seminggusekali 28 26,6 26,6 26,6

duaminggusekali 34 32,4 32,4 59

tidaktentu 43 41 41 100

(3)

Lampiran 3 Kuesioner

Rasa Ukuran Aroma Khas Warna

RATING

1 2 3 4 5

Manis Sedang Sedang Agak Cerah 1 2 3 4 5

Asam Kecil Tidak Beraroma Agak Cerah 1 2 3 4 5

Asam Besar Sedang Cerah 1 2 3 4 5

Asam Sedang Kuat Kusam 1 2 3 4 5

Manis Asam Besar Kuat Agak Cerah 1 2 3 4 5

Manis Asam Kecil Sedang Kusam 1 2 3 4 5

Manis Kecil Kuat Cerah 1 2 3 4 5

Manis Besar Tidak Beraroma Kusam 1 2 3 4 5

Manis Asam Sedang Tidak Beraroma Cerah 1 2 3 4 5

Manis Kecil Tidak Beraroma Cerah 1 2 3 4 5

Manis Sedang Tidak Beraroma Cerah 1 2 3 4 5

Asam Kecil Tidak Beraroma Cerah 1 2 3 4 5

(4)

70 Lampiran 4Input Data Penilaian Responden Terhadap Kombinasi

Nomor Stimuli

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 4 2 4 1 5 2 5 4 4 3 3 2 3

2 4 3 3 1 4 2 5 4 4 4 4 2 3

3 3 3 3 1 4 3 5 4 3 4 4 2 3

4 5 4 4 2 4 3 5 4 3 3 3 2 3

5 5 2 3 2 4 3 5 5 3 2 3 1 3

6 5 3 2 3 5 3 5 5 3 4 3 1 4

7 4 4 2 1 2 4 5 3 3 4 4 1 3

8 5 1 1 3 3 4 5 3 2 3 3 1 3

9 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 2 4

10 5 3 4 2 3 3 4 4 4 3 4 2 2

11 4 2 3 3 3 3 4 4 4 2 5 3 2

12 5 3 3 2 4 4 5 4 2 3 5 3 3

13 4 3 4 2 3 4 5 3 2 3 3 2 3

14 5 4 2 2 4 3 5 3 3 3 5 2 3

15 5 4 2 3 4 2 4 5 3 4 4 1 3

16 5 2 2 4 4 2 4 5 3 4 4 1 4

17 5 1 3 2 3 2 5 3 3 3 4 2 4

18 4 3 3 1 3 3 4 4 3 2 3 2 4

19 4 2 4 3 2 2 4 4 4 3 3 2 3

20 5 1 2 3 2 3 4 5 2 3 3 1 3

21 5 3 1 2 3 3 4 4 2 2 4 1 3

22 5 4 2 1 4 2 4 3 3 3 4 2 4

(5)

Nomor Stimuli

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

24 4 2 3 3 4 3 4 4 4 3 4 2 4

25 4 2 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4

26 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3

27 3 2 4 3 5 3 4 3 4 4 4 2 3

28 3 2 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4

29 4 1 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 4

30 5 1 4 4 4 3 4 4 5 3 4 2 2

31 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 2 3

32 4 2 4 3 3 4 4 4 4 4 3 2 4

33 4 2 3 4 4 4 5 4 4 4 4 1 4

34 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 2 3

35 4 3 2 3 3 4 3 4 4 3 3 2 4

36 4 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3

37 4 2 4 3 4 4 4 5 4 4 4 3 3

38 3 2 3 3 3 3 4 4 3 4 4 2 4

39 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 4

40 4 3 4 3 3 2 5 4 4 3 3 3 4

41 4 2 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 3

42 5 2 3 4 3 2 3 4 3 4 5 3 4

43 5 2 4 3 4 2 3 4 4 4 5 3 3

44 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 1 3

45 4 3 2 4 2 3 5 4 4 4 4 2 4

(6)

72 Lanjutan Lampiran 4 Input Data Penilaian Responden Terhadap Kombinasi

Nomor Stimuli

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

47 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4

48 4 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4

49 3 2 3 3 4 4 4 4 3 3 4 2 3

50 3 2 2 3 3 3 4 3 3 4 4 2 3

51 4 2 2 4 5 3 4 3 3 3 3 3 3

52 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4

53 3 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 2 4

54 5 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3

55 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3

56 4 2 4 3 3 3 4 4 3 3 3 2 2

57 4 1 4 3 4 4 3 4 4 2 4 2 2

58 3 2 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4

59 4 2 3 2 3 3 5 3 3 4 3 3 3

60 4 2 3 3 3 2 3 4 3 4 3 2 3

61 3 3 4 4 4 2 4 3 3 3 4 2 4

62 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3

63 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4

64 4 2 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3

65 4 2 2 2 4 3 4 4 3 4 3 3 3

66 3 2 3 3 5 4 3 4 4 3 4 3 4

67 3 2 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3

68 4 2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4

(7)

Nomor Stimuli

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

70 4 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4

71 3 2 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4

72 4 2 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4

73 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3

74 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3

75 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4

76 4 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3

77 4 2 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4

78 4 3 2 3 5 4 3 3 4 4 4 3 3

79 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3

80 3 2 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3

81 3 2 3 3 4 4 4 4 5 3 3 3 3

82 5 2 4 3 3 4 4 3 3 3 4 2 4

83 4 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4

84 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3

85 3 3 2 4 3 3 5 3 3 4 3 3 3

86 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3

87 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4

88 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4

89 4 2 3 2 4 4 4 3 3 4 3 3 3

90 4 2 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3

91 4 1 3 3 4 3 4 2 3 3 4 2 3

(8)

74 Lanjutan Lampiran 4 Input Data Penilaian Responden Terhadap Kombinasi

Nomor Stimuli

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

93 4 3 3 2 4 3 4 4 3 4 4 2 3

94 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 2 3

95 4 3 3 3 4 3 4 3 2 4 4 2 3

96 4 3 2 4 3 3 5 3 2 2 4 3 4

97 5 3 3 2 3 4 4 4 3 3 5 3 3

98 5 3 4 2 4 4 3 4 4 3 3 3 3

99 5 2 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 2

100 4 2 3 2 3 4 3 3 3 4 4 4 4

101 4 3 2 2 3 3 4 3 4 3 4 3 4

102 4 1 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3

103 5 2 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3 3

104 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4

(9)
(10)
(11)

Arsyad, L. 2000. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta.

Firdaus, M.2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara, Jakarta.

Guiltinan, J. P. dan Gordon W.P. 1992. Strategi dan Program Manajemen Pemasaran. Erlangga. Jakarta.

Hair, J. F. J. Bush, P. Robert, dan D. J. Ortinau. 2010. Multivariate Data Analysis, Seventh Edition. Pearson Prentice Hall.

Hasan, M. I. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia, Bogor.

Kotler,PdanG. Armstrong. 1996. Dasar – Dasar Pemasaran. Jilid I (Principle of Marketing). PT. Prenhallindo. Jakarta.

Mangkunegara, A. P. 2002. Perilaku Konsumen (Edisi Revisi). PT. Refika Aditama. Bandung.

Mankiw, N. G. 2003. PengantarEkonomi. Erlangga. Jakarta.

Nicholson, W.1994. Teori Ekonomi Mikro Jilid I. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nicholson, W. 1994. Teori Ekonomi Mikro: Prinsip dan Pengembangannya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Oktaviani, C. 1996. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Orang Tua Dalam Keputusan Membeli Mainan Anak dan Preferensi Anak di Kelurahan Pondok Kelapa Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UNS.

Rahayu, J. N., E. Fauziyah, dan A. H. M. Ariyani. Preferensi Konsumen Terhadap Buah Apel Impor di Toko Buah Hokky dan Pasar Tradisional Ampel Surabaya. Skripsi. Universitas Trurojoyo, Madura, Jawa Timur.

Ria, R. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Terhadap Buah Lokal. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Santoso, S. 2006. Menggunakan SPSS untuk Statistik Multivariat. PT Elek media Komputindo, Jakarta.

Santoso, S. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Multivariat. PT Elek media Komputindo, Jakarta.

(12)

66

Simamora, B. 2003. Memenangkan Pasar Dengan Pemasaran Efektif & Profitabel. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Simamora, B. 2008. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Simanjuntak, D. 2012. Perilaku Konsumen. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sobir, PhD. 2009. Budidaya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Redaksi

Agromedia. Bogor.

Sukirno, S. 1997. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT. Rajawali Grafindo Persada, Jakarta.

Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Tjiptono, F. 1995. Strategi Pemasaran. Andi Offset, Yogyakarta.

Umar, H, 1997. Studi Kelayakan Bisnis. Teknis Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

(13)

3.1 Metode Penetuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive atau secara sengaja yaitu Kota Medan. Kota Medan memiliki tingkat kependudukan yang tinggi maka lebih efektif untuk perolehan data dan lebih optimal untuk dianalisis. Jumlah penduduk dapat kita lihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk di Sumatera Utara

No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (jiwa)

1 Nias 133.388

2 Mandailing Natal 413.475

3 Tapanuli Selatan 268.824

4 Tapanuli Tengah 324.006

5 Tapanuli Utara 286.118

6 Toba Samosir 175.069

7 Labuhanbatu 430.718

8 Asahan 681.794

15 Humbang Hasundutan 176.429

16 Pakpak Bharat 42.144

17 Samosir 121.924

18 Serdang Bedagai 605.583

19 Batu Bara 382.960

20 Padang Lawan Utara 232.746

21 Padang Lawas 237.259

22 Labutan Batu Selatan 289.655

23 Labuhan Batu Utara 337.404

24 Nias Utara 129.053

25 Nias Barat 82.854

26 Sibolga 85.981

27 Tanjungbalai 158.599

(14)

21

Lanjutan Tabel 3.1 Jumlah Penduduk di Sumatera Utara

No Kabupaten/Kota Jumlah penduduk (jiwa)

29 Tebing Tinggi 149.065

30 Medan 2.123.210

31 Binjai 252.263

32 Padangsidempuan 204.615

33 Gunung Sitoli 129.403

Sumatera Utara 13.326.307

Sumber : BPS, 2014

3.2 Metode Penentuan Sampel

Menurut Bailey dalam Hasan (2002), untuk penelitian yang akan menggunakan analisis statistik, ukuran sampel yang paling minimum adalah 30. Selanjutnya diperkuat oleh pendapat Gay dalam Hasan (2002) bahwa ukuran minimal sampel yang dapat diterima berdasarkan pada metode penelitian yang digunakan dimana metode deskriptif korelasoinal, minimal sebanyak 30 subjek.

Penarikan sampel konsumen pada penelitian ini juga menggunakan metode Accidental Sampling yaitu diambil dari konsumen yang kebetulan ditemukan di daerah penelitian. Diambil sebanyak 105 sampel konsumen secara representatif yang dapat mewakili. Sampel diambil dengan mewakili

(15)

Tabel 3.2 Pembagian Banyaknya Jumlah Sampel Konsumen

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pendataan lapangan dengan cara wawancara kuisioner dengan konsumen buah impor di Kota Medan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun. Sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian Sumatera Utara serta literatur yang berhubungan dengan penelitian seperti; hasil penelitian serta jurnal terkait.

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Metode Analisis Pada Identifikasi Masalah

Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik konsumen buah impor melalui perhitungan presentase jumlah

No Kecamatan Jumlah Sampel (jiwa)

(16)

23

responden yang disajikan dalam bentuk tabulasi sederhana. Data-data yang diperoleh dimasukkan mellaui kuisioner akan dikelompokkan dan dipresentasekan berdasarkan jumlah responden. Menurut Iwan dan Lydia (2010), kelebihan analisis conjoint adalah dapat mengikutsertakan atribut yang belum terjadi tetapi diperkirakan bisa terjadi, dan mengetahui model produk mana yang paling disukai konsumen terhdap atribut-atribut yang dimunculkan dari suatu produk.

Pada analisis conjoint terdapat 3 metode yaitu traditional conjoint, adaptive conjoint, dan choi-based conjoint. Pada penelitian ini digunakan metode

traditional conjoint. Metode ini dipilih karena paling umum digunakan dan

jumlah atribut yang relatif kecil, yaitu sebanyak tujuh atribut, juga karena lebih menggambarkan struktur preferensi secara menyeluruh. Proses dasar analisis conjoint adalah sebagai berikut:

1. Menentukan perancangan atribut dan level

Dalam conjoint, perancangan atribut yang berpengaruh merupakan bagian dari mengenali atau mengidentifikasi atribut dengan tingkat yang masing-masing digunakan untuk sebuah stimuli. Atribut yang digunakan untuk buah impor adalah sebagai berikut:

1) Rasa

Rasa adalah sensasi yang diterima oleh alat pengecap yang berada di rongga mulut. Untuk atribut rasa, terdapat 3 level yaitu manis, asam, dan manis asam.

2) Ukuran

(17)

3) Aroma khas

Aroma khas yang dimaksud dalah aroma yang ditimbulkan oleh buah, dan merupakan aroma khas dari buah tersebut. Terdapat tiga level atribut aroma yaitu kuat, sedang, dan tidak beraroma.

4) Warna

Warna yang dimaksud adalah warna yang dimiliki oleh buah impor tersebut, yang khas sesuai dengan warna alami buah. Tedapat tiga level pada atribut warna buah impor yaitu cerah, agak cerah, dan kusam.

2. Membuat kombinasi level produk (desain stimuli)

Kombinasi disasarkan pada atribut produk yang telah didefenisikan sebelumnya, dan melakukan perkalian setiap sub atribut yang ada. Untuk perancangan kombinasi sub atribut tau level terdapat dua pendekatan yang sering digunakan, yaitu kombinasi berpasangan (pairwise comparison) dan kombinasi lengkap (full profile). Metode pairwise comparison merupaka metode evaluasi dua faktor sedangkan metode full-profile merupakan metode evaluasi banyak faktor.

Penelitian ini menggunakan metode full-profile dimana seluruh aspek diperhatikan sekaligus sehingga deskripsi dari konsep tersebut lebih realistis. Kombinasi level atribut atau stimuli yang dimiliki berjumlah:

3 x 3 x 3 x 3 = 81 stimuli

(18)

25

menggunakanan orthogonal design pada perangkat lunak SPSS 22.0. Melalui perancangan orthogonal diharapkan akan diperoleh suatu kombinasi atribut yang hanya mengukur efek utamanya saja (Fractional Factor Design).

Dengan menggunakan prosedur orthogonal pada SPSS maka stimuli yang berjumlah 81 tersebut disederhanakan jumlahnya agar tidak semua kombinasi harus dianalisis. Hasil orthogonal design ini yaitu 16 stimuli dimana 12 stimuli berstatus deseign sedangkan 4 stimuli merupakan holdout sample yang digunakan sebagai penguji hasil apakah proses conjoint yang menggunakan sampel tersebut bisa selaras jika digunakan pada populasi. Berikut ini stimuli hasil apakah proses conjoint yang menggunakan sampel tersebut bisa selaras jika dipergunakan pada

populasi. Berikut ini stimuli hasil orthogonal design pada SPSS : Tabel 3.3 Data Stimuli Atribut Buah Impor

(19)

3. Mengumpulkan pendapat responden terhadap stimuli yang ada

Hasil pembuatan stimuli dengan menggunakan prosedur orthogonal itulah yang kemudian disertakan dalam kuisioner untuk dievaluasi oleh responden. Responden diminta memberikan penilaian terhadap stimuli tersebut. Penilaian responden mengunakan reting yaitu dengan menggunakan skala likert dengan skala :

Tabel 3.4 Acuan Penilaian Preferensi Konsumen

Simbol Pengertian Bobot

STS Sangat Tidak Suka 1

TS Tidak Suka 2

BS Biasa Saja 3

S Suka 4

SS Sangat Suka 5

(20)

27

Tabel 3.5 Pemberian Rating Stimuli Buah Impor

Rasa Ukuran Aroma Khas Warna RATING

4. Melakukan proses conjoint dengan memasukan data yang ada

(21)

5. Hasil analisis

Output yang dihasilkan dari proses analisis conjoint berupa nilai utility yaitu suatu perbandingan antara nilai kegunaan dengan tiap-tiap taraf atributnya, importance values yaitu suatu perbandingan antara kepentingan nilai dengan

tiap-tiap atribut buah impor serta nilai korelasi Person dan Kendall’s Tau untuk mengetahui seberapa tinggi predictive accuracy-nya.

Interpretasi hasilnya adalah untuk nilai utility, yaitu nilai yang paling besar menjadi kombinasi stimuli yang disukai oleh konsumen. Untuk nilai kepentingan (importance values) yaitu nilai yang terbesar menunjukkan atribut kacang Sihobuk yang paling penting serta untuk uji keakuratan dilihat dari korelasi Pearson’s dan Kendall’s Tau. Uji keakuratannya (predictive accuracy) :

H0 : tidak adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau tidak ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint. H1 : adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual,

atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint. Sign. < 0,05 maka H0 ditolak

Sign. > 0,05 maka H0 diterima (Santoso, 2012).

(22)

29

Tabel 3.6 Bentuk Hasil Analisis Conjoint Pada Buah Impor

No Atribut Level Nilai Kegunaan (Utility Values)

Identifikasi Masalah 1 :

Untuk Menjawab identifikasi masalah 1, dengan mendeskripsikan dari data yang diperoleh dari responden.

Identifikasi masalah 2 :

(23)

Identifikasi masalah 3 :

Untuk menjawab identifikasi masalah 2, output yang dilihat berupa nilai kepentingan (importance values) digunakan untuk melihat atribut manakah yang paling penting dari buah impor menurut preferensi konsumen. Interpretasi hasilnya yaitu nilai kepentingan (importance values) yang paling besar menunjukkan atribut buah impor yang paling penting sehingga mendasari konsumen untuk membeli buah impor.

Identifikasi masalah 4 :

Untuk melihat tingkat keakuratan prediksi model hasil analisis conjoint maka output yang dilihat berupa nilai korelasi Pearson dan Kendall’s Tau. Uji keakuratan (predictive accuracy) :

H0 : tidak adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau tidak ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint.

H1 : adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint.

Sign. < 0,05 maka H0 ditolak Sign. > 0,05 maka H1 diterima

Interpretasi hasil yaitu jika nilai signifikansi 0,000 (kurang dari 0,05) menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Definisi

(24)

31

2. Konsumen buah impor adalah orang yang lansung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk.

3. Preferensi konsumen adalah pilihan mengenai apa yang disukai dan tidak disukai konsumen, juga untuk menentukan urutan kepentingan dari suatu atribut produk maupun produk itu sendiri.

4. Atribut adalah segala sesuatu yang melekat yang dapat dihubungkan dengan produk yang menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk melakukan pembelian.

5. Karakteristik konsumen pada penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan keluarga per bulan, jumlah anggota keluarga, dan frekuensi pembelian buah impor.

6. Analisis conjoint adalah metode analisis yang digunakan untuk menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut buah impor dan nilai kegunaan yang muncul dari buah impor tersebut.

7. Stimuli merupakan kombinasi dari taraf / level atribut.

8. Taraf / level / subatribut adalah nilai / gambaran dari atribut buah imporyang lebih khusus dan spesifik.

9. Pengambilan keputusan merupakan suatu bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih konsumen, yang prosesnya melalui mekanisme tertentu dengan harapan akan menghasilkan suatu keputusan yang terbaik.

3.5.2 Batasan Operasional

(25)

3. Atibut yang diteliti dalam penelitian ini adalah atribut rasa, ukuran, aroma khas, warna.

(26)

33 BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Letak Geografis, Luas Wilayah, Batas, dan iklim

Kota Medan merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Kota Medan terletak diantara 30.27’- 30.47’ LU dan 980.35’- 980.44’ BT. Kota Medan memiliki topografi datar dengan ketinggian 2,5 – 37,5 di atas permukaan laut dengan jenis tanah alluvial. Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Utara yang mempunyai luas wilayah 265,10 Km2.

Kota Medan terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu sungai Babura dan Sungai Deli. Adapun batas-batas Kota Medan adalah sebagai berikut:

Bagian Utara berbatasan dengan Selat Malaka

Bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

(27)

4.2. Tata Guna Usaha

Pola penggunaan tanah di Kota Medan sangat beragam jenisnya. Penggunaan tanah terdiri dari bangunan-bangunan pemukiman penduduk, perkantoran, pemerintahan, tempat ibadah, pusat-pusat perbelanjaan modern, pasar-pasar tradisional, bangunan pendidikan, fasilitas umum, hotel, tempat rekreasi, dan lahan-lahan pertanian.

4.3. Keadaaan Penduduk

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk secara optimal. Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya.

Pada tahun 2012, penduduk Kota Medan mencapai 2.122.804 jiwa. Dibanding hasil Proyeksi Penduduk dalam buku Kota Medan Dalam Angka 2011, terjadi pertambahan penduduk sebesar 5.580 jiwa (0,26%). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 Km2, kepadatan penduduk mencapai 7.987 jiwa / km2.

4.3.1. Penduduk Menurut Kecamatan dan Penduduk (Rumah Tangga)

(28)

35

Tabel 4.1 Penduduk Menurut Kecamatan dan Penduduk (Rumah Tangga) di Kota Medan Tahun 2012

No Kecamatan Penduduk (jiwa)

Sumber : BPS, Kota Medan Dalam Angka 2013

4.3.2 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

(29)

Tabel 4.2 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan, Tahun 2012

Golongan Laki-Laki Perempuan

Jumlah (jiwa)

Total 1,047,875 1,074,929 2,122,804 Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2012

(30)

37

4.3.3. Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Melihat jumlah penduduk yang tinggi, sebaiknya masyarakat Kota Medan juga memiliki tingkat pendidikan yang tinggi pula. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk Kota Medan bervariasi jumlahnya untuk setiap tingkat pendidikan. Berdasarkan data yang tersedia, dapat dilihat masih banyak penduduk Kota Medan yang belum pernah sekolah. Untuk lebih jelasnya, data penduduk kota medan berumur 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Penduduk Kota Medan Berumur ≥15 Tahun (Yang Termasuk Dalam Angkatan Kerja) Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2012

Pendidikan Tinggi Yang

6 Akademi/Universitas 84.822 55.284 140.106

Jumlah/Total 597.315 338.828 936.143

Sumber : BPS, Kota Medan Dalam Angka 2013 4.4. Sarana dan Prasarana

(31)

prasarana beribadah. Adapun paparan data mengenai sarana dan prasarana di Kota Medan akan ditampilkan pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4. Sarana dan Prasarana di Kota Medan Tahun 2012

Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) 1.Sekolah

a. SD 816

b. SMP 348

c. SMA 200

d. SMK 144

e. Perguruan Tinggi 33

2. Kesehatan

a. Mesjid/Musholla 1,740

b. Gereja 751

c. Kuil 34

d. Wihara 22

e. Klenteng 23

4. Pasar

a. Pasar Tradisional 56

b. Pasar Modern 239

5. Panti Asuhan 33

Sumber : BPS, Kota Medan Dalam Angka 2011

(32)

39

(33)

5.1 Karakteristik Konsumen Buah Impor

Konsumen buah impor yang dimaksud adalah konsumen yang membeli buah impor yang berada di Kota Medan. Deskripsi karakteristik konsumen yaitu menguraikan atau memberikan gambaran mengenai identitas konsumen dalam penelitian ini. Karakteristik merupakan ciri atau karakteristik yang melekat pada diri seseorang yang meliputi konsumen meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan per bulan, dan jumlah anggota keluarga. Setiap konsumen memiliki karakter atau kepribadian masing-masing yang berbeda antara satu dengan yang lain, hal ini akan berpengaruh di dalam hal mengonsumsi buah impor.

Karakteristik konsumen dalam penelitian ini sebanyak 105 orang, yang berada di setiap kecamatan di Kota Medan. Konsumen dipilih adalah mereka yang menkonsumsi buah impor dengan harapan konsumen memberikan pendapat berdasarkan pengetahuan mereka mengenai buah impor tersebut. Berikut adalah karakteristik konsumen buah impor di Kota Medan.

5.1.1 Jenis Kelamin

(34)

41

buah impor. Dapat dikatakan bahwa peran perempuan dalam pembuatan suatu keputusan pembelian buah impor sangat besar. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi laki-laki untuk memperhatikan konsumsi rumah tangga termasuk dalam menjaga kesehatan keluarga. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan jenis kelamin konsumen dapat dilihat Tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Jumlah (%)

1 Laki-laki 16 15

2 Perempuan 89 85

Total 105 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Gambar 2. Sebaran Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian, sesuai dengan yang ditampilkan pada Tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa konsumen perempuan yang lebih banyak membeli buah impor dibandingkan laki-laki. Kecenderungan perempuan dan laki-laki membeli buah impor dengan waktu pembelian tidak tentu, dan mereka cenderung memilih buah dengan atribut rasa manis sedikit asam, ukuran sedang, dan aroma segar.

(35)

5.1.2 Usia

Dalam hal ini usia konsumen menjadi faktor penentu seseorang dalam memutuskan dan membuat kebijakan konsumsi rumah tangga termasuk dalam membeli buah impor. Usia biasanya berpengaruh terhadap kesehatan dan selera seseorang. Dalam hal ini kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan umur.Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi. Semakin tua usia konsumen maka kesehatan juga semakin menurun. Dengan demikiaan konsumen menjaga kesehatan dengan mengonsumsi buah-buahan yang berkualitas.

Dari hasil penelitian rata-rata usia konsumen adalah 43 tahun dengan interval usia antara 20-70 tahun.Untuk lebih jelasnya lagi mengenai usia konsumen buah impor dapat dilihat pada Tabel 5.2 :

Tabel 5.2. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Usia

No Kelompok Umur Jumlah (Orang) Jumlah (%)

1 < 25 tahun 4 4

2 25 - 44 tahun 52 50

3 45 - 59 tahun 36 34

4 ≥ 60 tahun 13 12

Total 105 100

(36)

43

Gambar 3. Sebaran Konsumen Berdasarkan Usia

Dari hasil penelitian, sesuai dengan yang ditampilkan pada Tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa kelompok umur 25-44 tahun merupakan kelompok umur terbanyak yaitu 52 orang. Kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur yang fokus pada pematangan diri, pematangan karir, usia dewasa, dan matang secara finansial sehingga cenderung berpikir rasional dalam mengambil keputusan pembelian buah impor.

Kecenderungan konsumen dengan kelompok umur < 25 tahun memilih buah impor dengan atribut rasa manis ukuran besar aroma segar dengan waktu pembelian tidak tentu sebanyak 1-2 kg. Konsumen dengan kelompok umur 25-44 tahun dan 45-59 tahun memiliki kecenderungan untuk memilih atribut buah impor yang memiliki rasa manis sedikit asam ukuran sedang dan aroma segar dengan waktu pembelian tidak tentu dan jumlah pembelian sebanyak 1-2 kg. Sedangkan bagi kelompok umur > 60 tahun cenderung lebih memilih atribut dengan rasa manis ukuran sedang dan beraroma segar dengan waktu pembelian sebanyak 1 kg dan waktu pembelian tidak tentu.

(37)

Menurut Simamora (2008), orang dapat mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang kehidupan mereka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan pertambahan usianya, sehingga pemasar hendaknya memperhatikan perubahan minat pembelian yang terjadi yang berhubungan dengan daur hidup/ perubahan usia konsumen.

Karakteristik konsumen berdasarkan umur tersebut dapat membantu produsen atau pemasar dalam mengetahui golongan umur responden yang terbanyak mengkonsumsi buah impor. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan pasar sasaran dan strategi dalam memasarkan buah impor di Kota Medan.

5.1.3 Tingkat Pendidikan

Pendidikan konsumen sangat erat kaitannya dengan kemampuan konsumen dalam menerima pengetahuan dan informasi juga dapat mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani (pengalaman). Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen.

(38)

45

faktor gizi dan pentingnya kesehatan yang salah satunya dengan penambahan protein, vitamin, dan mineral termasuk pemilihan buah impor dalam menu konsumsi.

Selain itu, dengan luasnya pengetahuan yang dimiliki, responden akan lebih teliti dalam memilih buah impor yang masih segar maupun yang sudah tidak segar sehingga sangat penting bagi produsen untuk memperhatikan apa yang menjadi kesukaan konsumen dalam membeli buah impor kaitannya dengan pengetahuan yang dimiliki konsumen. Pada penelitian ini, diperoleh konsumen dengan latar belakang pendidikan dtunjukkan pada Tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Jumlah (%)

1 SMP 6 6

Sumber : Diolah dari lampiran 1

(39)

Dari hasil penelitian, sesuai dengan yang ditampilkan pada Tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa konsumen yang tingkat pendidikanya SMA merupakan konsumen terbanyak yaitu sebanyak 48 orang. Realita hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak begitu berpengaruh terhadap pemilihan buah impor. Sebagai contoh beberapa responden yang berpendidikan tinggi memilih buah dengan aroma segar sedangkan beberapa konsumen dengan pendidikan rendah juga memilih buah beraroma segar. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan buah impor benar-benar berdasarkan atas preferensi konsumen masing-masing.

Kecenderungan konsumen dengan tingkat pendidikan SMP lebih memilih buah impor yang mempunyai atribut rasa asam sedikit manis ukuran kecil dan beraroma segar. Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SMA, diploma, S1, dan S2 cenderung memilih buah impor yang memiliki atribut rasa manis, ukuran sedang dan beraroma segar.

5.1.4 Jenis Pekerjaan

(40)

47

Tabel 5.4 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Jumlah (%)

1 Pelajar/Mahasiswa 4 4

Sumber : Diolah dari lampiran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen buah impor di Kota Medan memiliki pekerjaan yang beragam, tetapi yang paling banyak adalah konsumen dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 41 responden. Ibu rumah tangga adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengurus pangan keluarga termasuk membeli buah impor. Hal ini menunjukkan bahwa pengambil keputusan pembelian buah impor kebanyakan dilakukan oleh para ibu rumah tangga yang memang mempunyai kewajiban untuk mengurus rumah tangga dan berbelanja kebutuhan sehari-hari termasuk juga dalam berbelanja buah impor.

Gambar 5. Sebaram Konsumen Berdasarkan Pekerjaan 4

Pelajar/Mahasiswa PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Ibu rumah tangga Pensiunan

(41)

Kecenderungan ibu rumah tangga membeli buah impor dengan waktu pembelian tidak tentu sebanyak 1-2 kg, atribut yang disukai adalah buah impor yang berasa manis berukuran sedang beraroma segar. Konsumen dengan jenis pekerjaan PNS dan pegawai swasta cenderung melakukan pembelian buah impor sebanyak > 2 kg dengan waktu pembelian tidak tentu dan lebih memilih buah impor berasa manis sedikit asam, berukuran besar dan beraroma manis. Konsumen dengan jenis pekerjaan pensiunan dan wiraswasta cenderung memilih buah impor yang berasa manis berukuran kecil dan beraroma manis dengan waktu pembelian tidak tentu sebanyak 1-2 kg. Sedangkan konsumen dengan jenis pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa cenderung memilih atribut buah impor yang berasa asam berukuran kecil dan beraroma segar.

Menurut Simamora (2008), pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya sehingga dengan mengetahui jenis pekerjaan konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi kelompok yang berhubungan dengan jabatan yang mempunyai minat di atas rata-rata terhadap produk yang diperjual-belikan. 5.1.5 Pendapatan Keluarga Perbulan

(42)

49

besar. Karakteristik konsumen berdasarkan tingkat pendapatan keluarga per bulan dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut.

Tabel 5.5 KarakteristikKonsumen Berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga Per Bulan

Sumber : Diolah dari lampiran

Gambar 6. Sebaran Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga Per Bulan

Dari hasil penelitian, sesuai dengan yang ditampilkan pada Tabel 5.5 diperoleh tingkat pendapatan antara Rp 2.500.000 – Rp 5.000.000 perbulan merupakan kelompok terbanyak yaitu sebanyak 52 orang (50%), dan terendah dengan tingkat pendapatan < Rp. 1.000.000.

Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi pilihan konsumen terhadap produk. Pemasar yang peka terhadap pendapatan konsumen dapat dengan seksama memperhatikan kecendrungan dalam pendapat pribadi, tabungan dan tingkat bunga. Sehingga indikator keadaan ekonomi, pendapatan keluarga, dapat

(43)

menunjukkan kepada pemasar jenis produk yang akan dibelinya (Simamora, 2008).

5.1.6 Jumlah Anggota Keluarga

Anggota keluarga pembeli dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembelian. Anggota keluarga saling mempengaruhi dalam keputusan pembelian dan konsumsi, dalam hal ini konsumsi buah impor. Semakin banyak jumlah anggota keluarga dalam suatu rumah tangga maka akan semakin besar jumlah buah impor yang dibeli oleh keluarga tersebut. Selain itu, semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka kemungkinan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh anggota keluarga tersebut akan semakin besar sehingga karateristik konsumen ini perlu diperhatikan agar dapat mengetahui proses pengambilan keputusan dalam mengkonsumsi buah impor, terutama konsumen yang membeli buah impor di Kota Medan. Pada Tabel 5.6 disajikan karakteristik konsumen buah impor menurut jumlah anggota keluarga.

Tabel 5.6 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

No Jumlah Anggota Keluarga Jumlah (Orang) Jumlah (%)

1 1 - 2 orang 7 6

2 3 - 4 orang 38 36

3 5 - 6 orang 51 49

4 7 - 8 orang 9 9

Total 105 100

(44)

51

Gambar 7. Sebaran Konsumen Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Dari hasil penelitian, sesuai dengan yang ditampilkan pada Tabel 5.6 diperoleh konsumen buah impor di Kota Medan merupakan kelompok mayoritas yang memiliki anggota keluarga yang berjumlah 5-6 orang yaitu sebanyak 51 orang (49%) cenderung membeli buah impor > 2 kg dengan waktu pembelian tidak tentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anggota rumah tangga tidak begitu berpengaruh terhadap pembelian buah impor karena disesuaikan dengan kebutuhan anggota rumah tangga. Sebagai contoh, berdasarkan jumlah pembelian buah impor, konsumen yang mempunyai anggota rumah tangga banyak, ada yang melakukan pembelian buah impor 1-2 kg sedangkan konsumen dengan jumlah anggota rumah tangga sedikit ada yang membeli daging sapi 1-2 kg bahkan > 2 kg.

5.1.7 Frekuensi Pembelian Buah Impor

Dalam melakukan pembelian daging sapi sebagian konsumen memiliki jadwal khusus untuk melakukan pembelian tetapi ada pula yang melakukan

(45)

pembelian tidak tentu. Frekuensi pembelian buah impor di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7 Sebaran Konsumen Berdasarkan Frekuensi Membeli Buah Impor

No Frekuensi Membeli Buah Jumlah (Orang) Jumlah (%)

1 setiap hari 0 0

2 seminggu sekali 28 26,6

3 dua minggu sekali 34 32,4

4 tidak tentu 43 41

Total 105 100

Sumber : Diolah dari lampiran

Gambar 8. Sebaran Konsumen Berdasarkan Frekuensi Pembelian Buah Impor

Konsumen buah impor di Kota Medan kebanyakan tidak tentu frekuensinya dalam membeli buah impor. Konsumen yang membeli buah impor dengan frekuesi tidak tentu adalah mereka yang membeli buah impor sesuai dengan keinggan mereka mengonsumsi buah impor.

5.2 Preferensi Konsumen Terhadap Atribut-Atribut Buah Impor

Preferensi konsumen didefenisikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk buah impor yang dikonsumsi. Pilihan tersebut berbeda-beda antara satu responden dengan responden lain. Analisis preferensi

0

setiap hari seminggu sekali dua minggu sekali tidak tentu

Jum

la

h (

%

)

(46)

53

konsumen adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui apa yang disukai dan yang tidak disukai konsumen, juga untuk menentukan urutan kepentingan dari suatu atribut produk maupun produk itu sendiri. Dengan analisis preferensi ini akan diperoleh urutan kepentingan produk seperti apa yang paling penting atau yang paling disukai.

Atribut menggambarkan karakteristik spesifik dari produk yang menimbulkan manfaat. Artinya, pembeli biasanya dapat menyimpan manfaat yang akan mereka terima dari produk dengan meneliti atribut produk tersebut. Yang menjadi atribut buah impor adalah rasa, ukuran, aroma, kesegaran, harga, warna, tekstur, dan kandungan vitamin. Atribut-atribut yang dikaji dalam survey ini berjumlah empat atribut dari delapan atribut yang dikemukakan oleh Sumarwan (2004) yang terdiri dari rasa, ukuran, aroma khas, dan warna. Keempat atribut tersebut merupakan pertimbangan konsumen dalam keputusan membeli. Dalam hal ini, adalah penting untuk membedakan satu atau lebih atribut penentu, yaitu atribut yang paling menentukan pilihan pembeli. Preferensi konsumen terhadap buah impor di Kota Medan dapat dianalisis menggunakan analisis Conjoint.

(47)

Tabel 5.8 Hasil Analisis Conjoint Pada Buah Import Utility

Estimate Std. Error Rasa Sumber: Diolah dari hasil penelitian

Buah impor yang menjadi preferensi konsumen dapat dilihat dari nilai kegunaak (utility values) yang paling besar diantara level/ taraf pada masing-masing atribut. Berdasarkan hasil penelitian, kacang sihobuk yang disukai konsumen ditinjau dari:

1. Rasa

(48)

55

taraf rasa asam dan manis asam masing masing memiliki nilai sebesar -0,241 dan 0,078.

Gambar 9. Digram Nilai Kegunaan Masing-Masing Taraf Atribut Rasa

Rasa merupakan salah satu atribut produk yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk memproduksi suatu produk Pemasar seharusnya mengetahui keinginan konsumen sehingga mampu meraup pangsa pasar yang besar dengan memenuhi semua tuntutan konsumen (Kasali, 2007).

Penelitian Ria (2014) menunjukkan bahwa rasa merupakan atribut utama yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap buah lokal, dimana diketahui rasa asam pada apel menyebabkan konsumen memilih apel impor dibandingkan apel lokal.

2. Ukuran

Ukuran buah impor pilihan konsumen yaitu buah dengan ukuran yang besar. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 5.8 dimana pada atribut ukuran, taraf besar memiliki nilai kegunaan (utility values) terbesar positif diantara taraf yang lain, yaitu sebesar 0,184. Alasan konsumen memilih buah impor dengan ukuran

(49)

yang besar yaitu bahwa buah dengan ukuran yang besar lebih menarik perhatian konsumen dibanding ukuran yang lebih kecil.

Selain itu, menurut kebanyakan presepsi konsumen, buah dengan ukuran yang besar menunjukkan pertumbuhan yang optimal/ subur, dan ukuran buah yang kecil menunjukkan pertumbuhan yang tidak optimal. Taraf ukuran sedang dan kecil masing masing memiliki nilai kegunaan sebesar 0,020 dan -0,205.

Berdasarkan penelitian Rahayu, et al. (2012) diketahui bahwa ukuran buah merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan utama konsumen pada saat membeli buah impor.

Gambar 10. Diagram Kegunaan Masing-Masing Taraf Atribut Ukuran

3. Aroma khas

Buah impor pilihan konsumen yaitu buah dengan aroma khas yang kuat. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 5.8 dimana pada atribut ukuran, taraf kuat memiliki nilai kegunaan (utility values) terbesar positif diantara taraf yang lain, yaitu sebesar 0,201. Alasan konsumen memilih buah impor dengan aroma khas yang kuat yaitu bahwa buah impor dengan aroma khas yang kuat lebih menarik perhatian konsumen dan meningkatkan selera. Selain itu, menurut kebanyakan

(50)

57

presepsi konsumen, buah impor dengan aroma yang khas menunjukkan buah tersebut masih segar atau baru dipanen, sedangkan buah yang tidak memiliki aroma khas dianggap sebagai buah yang sudah layu atau tidak segar lagi, sehingga menurunkan tingkat kesukaan konsumen. Taraf aroma khas sedang dan tidak beraroma masing-masing memiliki nilai kegunaan sebesar 0,015 dan -0,226.

Gambar 11. Diagram Nilai Kegunaan Masing-Masing Taraf Atribut Aroma

4. Warna

Buah impor pilihan konsumen yaitu buah dengan warna yang cerah. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 5.8 dimana pada atribut warna, taraf cerah memiliki nilai kegunaan (utility values) terbesar positif diantara taraf yang lain, yaitu sebesar 0,159. Alasan konsumen memilih buah impor dengan warna yang cerah yaitu buah impor dengan warna yang cerahlebih menarik perhatian konsumen dan meningkatkan selera. Buah dengan warna yang cerah juga menunjukkan kesegaran dari buah itu sendiri, dimana semakin cerah warna buah, semakin tinggi nilai kesegarannya. Akan tetapi sebagian konsumen menyukai buah dengan warna yang kurang cerah. Taraf warna agak cerah dan kusam masing-masing memiliki nilai kegunaan sebesar 0,023 dan -0,182.

(51)

Gambar 12. Diagram Nilai Kegunaan Masing-Masing Taraf Atribut Warna

Dari nilai utilitas keseluruhan untuk level atribut tertinggi pada buah impor, didapatkan kombinasi produk buah impor terbaik menurut preferensi konsumen, yaitu sebagai berikut:

− Rasa manis

− Ukuran besar

− Aroma khas kuat

− Warna cerah

5.3. Urutan Atribut Buah Impor Menurut Preferensi Konsumen

Tingkat kepentingan menunjukkan tingkat kesukaan atau tingkat preferensi responden terhadap atribut buah impor. Nilai terbesar menunjukkan tingkat preferensi utama responden terhadap atribut produk tersebut, yang kemudian diikuti oleh nilai yang lebih kecil.

(52)

59

Tabel 5.9 Nilai Kepentingan (Importance Values) Atribut Buah Impor

Atribut Nilai Kepentingan %

Rasa Sumber : Diolah dari Hasil Penelitian

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa rasa merupakan atribut paling penting yang menentukan sikap / preferensi konsumen terhadap buah impor. Nilai kepentingan dari atribut rasa adalah sebesar 17,856%. Rasa merupakan sensasi yang didapatkan oleh indera pengecap ketika dikonsumsi, yang akan terhubung ke sel saraf otak sehingga konsumen dapat langsung memberikan penilaian terhadap produk tersebut. Jika rasa tidak sesuai dengan yang diharapkan nilai kegunaan dari buah impor tersebut akan menurun. Buah impor yang manis akan meningkatkan nilai kesukaan konsumen sehingga secara tidak langsung meningkatkan nilai kepentingannya.

Atribut ukuran memiliki nilai kepentingan sebesar 15,510%. Nilai ini menempati urutan ketiga diantara antribut lainnya. Ukuran menunjukkan pertumbuhan/ kesuburan dari buah impor sehingga ukuran mampu mempengaruhi nilai preferensi konsumen. Buah impor dengan ukuran yang besar lebih disukai konsumen, dan ukuran buah tentunya menjadi salah satu parameter konsumen dalam menentukan pilihan terhadap buah impor.

(53)

semakin menggugah selera ketika dikonsumsi. Aroma juga menetukan tingkat kesegaran buah, sehingga atribut aroma menjadi salah satu faktor yang penting dalam pemilihan buah impor.

Warna merupakan atribut buah impor yang menempati urutan terakhir dengan nilai kepentingan 14,341%. Warna dapat mempengaruhi pilihan konsumen terhadap buah, namun warna tidak menjamin rasa dan aroma dari buah impor tersebut. Wrna yang cerah bukan merupakan jaminan buah akan memiliki rasa yang manis. Hal ini yang menjadi penyebab atribut aroma memiliki nilai kepentingn yang lebih rendah dibandingkan atribut lainnya.

Penelitian Ria (2014) menunjukkan preferensi terpadu terhadap atribut apel lokal berdasarkan tingkat epentingannya secara berurutan adalah rasa, ukuran, dan warna, dimana buah apel impor yang disukai adalah buah dengan rasa manis, ukuran sedang, dan warna hijau hingga merah.

Pada penelitian Muzdalifah (2012) diketahui bahwa atribut rasa merupakan atribut utama buah pepaya yang menjadi pertimbangan preferensi konsumen terhadap buah pepaya. Atribut selanjutnya adalah kesegaran dan kandungan vitamin, sedangkan atribut aroma, ukuran, dan warna dianggap cukup pentig namun tidak terlalu berpengaruh dalam keputusan responden untuk membeli buah pepaya.

5.4. Tingkat Keakuratan Prediksi Model Hasil Analisis Conjoint

Untuk mengetahui tingkat keakuratan prediksi model hasil analisis conjoint dapat dilihat melalui nilai korelasi Pearson’s R dan Kendall’s Tau.

(54)

61

H0 : tidak adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi aktual, atau tidak ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoin.

H1 : adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint.

Sign. < 0,05 maka H0 ditolak Sign. > 0,05 maka H0 diterima

Tabel 5.10 Nilai Korelasi Hasil Proses Conjoint

Correlationsa Value Sig

Pearson’s R Kendall’s tau

Kendall’s tau for Holdouts

0.998 Sumber: Diolah dari hasil penelitan

Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa nilai korelasi yang dihasilkan pada penelitian ini tinggi (mendekati 1) baik pada korelasi Pearson’s (0,999) maupun Kendall’s Tau (0,967) yang menunjukkan keakuratan analisis conjoint. Berdasarkan nilai signifikansi Pearson’s dan Kendall’s Tau yaitu 0,001, dimana nilai 0,001<0,005 maka H0 ditolak. Karena H0 ditolak, maka H1 diterima, sehingga interpretasinya adalah adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint.

(55)

sampel terhadap buah impor yang dilakukan pada penelitian ini mampu menggambarkan preferensi konsumen secara keseluruhan.

(56)

63

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

1. Karakteristik konsumen buah impor di Kota Medan bervariasi, dilihat dari faktor jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga/ bulan, dan jumlah anggota keluarga.

2. Kombinasi buah impor yang menjadi preferensi konsumen adalah buah dengan rasa yang manis, berukuran besar, memiliki aroma khas yang kuat dan warna yang cerah. Atribut buah impor yang memiliki nilai kepentingan tertinggi adalah rasa, kemudian aroma, ukuran dan warna. 3. Berdasarkan nilai korelasi Pearson’s dan Kendall’s Tau diketahui bahwa

terdapat hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau ada predictive accuracy yang tinggi dalam proses conjoint. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa bahwa preferensi sampel terhadap buah impor yang dilakukan pada penelitian ini mampu menggambarkan preferensi konsumen secara keseluruhan.

6.2Saran

1. Kepada Pelaku Usaha Buah Impor

(57)

2. Kepada Pelaku Usaha Buah Lokal

Pelaku usaha buah lokal diharapkan dapat meningkatkan kualitas buah sehingga dapat bersaing di pasar modern dan terdistribusi luas serta mampu meningkatkan preferensi konsumen terhadap buah lokal.

3. Kepada Pemerintah

Pemerintah dalam hal ini Dinas perindustrian dan Perdagangan agar dapat membantu penjual buah impor dengan cara menetapkan syarat tertentu terhadap buah yang akan diimpor sehingga preferensi konsumen terhadap buah impor dapat dipertahankan.

4. Kepada Peneliti Selanjutnya

(58)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Buah-Buahan

Buah adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin, mineral, lemak, protein dan serat. Setiap jenis buah mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri, seperti rasa yang lezat dan beraroma yang khas dalam buah itu sendiri. Buah-buahan dewasa ini semakin mendapat perhatian dari masyarakat, baik sebagai menu makanan maupun sebagai komoditas ekonomi yang bernilai tinggi (Widodo, 1996).

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila konsumen kebutuhannya tidak terpenuhi, dia akan menunjukan perilaku kecewa. Sebaliknya jika kebutuhan terpenuhi maka konsumen akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi terasa puasnya (Mangkunegara, 2002).

Untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen akan permintaan komoditi yang mereka usahakan, maka masalah kegagalan pasar atau anjloknya harga dapat di minimalisasi. Oleh sebab itu petani perlu mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen untuk membeli suatu produk (Kotler, 1997).

(59)

atau masyarakat. Menurut hukum permintaan, ketika harga barang turun, kualitas barang yang di minta meningkat (Mankiw, 2003).

Komoditi buah-buahan mempunyai potensi dan peluang pasar yang cerah, baik untuk keperluan pasar dalam maupun luar negeri. Indonesia sendiri melakukan impor setiap tahunnya. Pada umumnya jenis buah yang diimpor adalah varietas yang masih sulit tumbuh di Indonesia. Jenis buahnya antara lain anggur, jeruk, apel, pear, kurma dan lain-lain (Satuhu, 1996).

2.1.2 Permintaan Buah Impor

Permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Permintaan konsumen tidak akan mampu mempengaruhi harga dan persediaan barang, akan tetapi jika bersama-sama akan membentuk sisi permintaan dalam pasar (Umar, 1997).

Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang meningkat.

(60)

7

Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan menunjukan sejumlah barang dan jasa yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan yang harus di perhatikan antara lain harga yang akan dibeli, harga barang lain, pendapatan konsumen, selera dan lain-lain (Arsyad, 2000).

Kebutuhan konsumen akan terpenuhi manakala ketersediaan produk dan daya beli masyarakat juga mampu mengatasinya. Usaha pemenuhan kebutuhan dan selera konsumen terhadap buah-buahan tercermin dengan semangkin membanjirnya buah impor baik dari ragam jenis buah ataupun volumenya. Dalam memahami perilaku konsumen buah-buahan merupakan informasi pasar yang sangat penting bagi sektor agribisnis (Sumarwan, 1999).

2.1.3 Penawaran Buah Impor

Penawaran dapat diartikan sebagai kuantitas barang-barang yang ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga. Dalam hal ini, bila harga suatu barang naik, maka produsen akan berusaha menigkatkan jumlah barang yang di jualnya. Penjualan barang pada berbagai tingkat harga di tentukan oleh beberapa faktor diantaranya harga barang itu sendiri, harga barang lain, ongkos produksi, tingkat teknologi dan tujuan-tujuan perusahaan (Sukirno, 1997).

Buah impor mempunyai karakteristik mutu yang seragam dan shelf-left lebih lama, yang menjadikan daya saingnya di pasar lebih besar. Para importir buah mendapatkan pasokan buah dari luar negeri dengan memanfaatkan beberapa kelemahan atribut buah tropik misalnya, warna yang kurang menarik, ukuran yang tidak seragam dan cita rasa yang tidak konsisten (Firdaus, 2008).

(61)

faktanya sekarang sudah ke gerai pasar tradisional. Para importir buah-buahan sub-tropik umumnya pemodal kuat, sehingga mereka mempunyai fasilitas gudang penyimpanan yang berpendingin. Kondisi ini juga telah meningkatkan daya saing buah impor, karena importir dapat mengatur kapan, kemana dan bagaimana cara pemasaran yang paling tepat untuk memperoleh tingkat keuntungan yang optimal.

Jika jumlah pembeli suatu barang tertentu bertambah, maka pada harga yang sama jumlah yang mau dibeli bertambah banyak juga, hal ini dapat terjadi misalnya karena pertambahan penduduk. Dalam hal ini konsumen untuk buah impor, jika melihat signifikansi buah-buahnya dalam pola konsumsi masyarakat indonesia tentunya tidak begitu besar mengingat sebagian besar penduduk

indonesia masih tidak lazim mengkonsumsi buah-buahan. Akan tetapi hal ini

tetunya juga menjadi ladang besar bagi para importir dan pengusaha dengan

melihat jumlah penduduk indonesia yang sangat besar yang akan menjadi target

pasar mereka. Dalam hal ini, importir buah terus berusaha meningkatkan kapasitas

buah impor.

Target pasar buah impor pada awalnya adalah golongan berpendapatan menengah ke atas melalui pasar supermarket dan gerai khusus buah, namun faktanya sekarang sudah ke gerai pasar tradisional. Para importir buah-buahan sub-tropik umumnya pemodal kuat, sehingga mereka mempunyai fasilitas gudang penyimpanan yang berpendingin. Kondisiini juga telah meningkatkan daya saing buah impor, karena importir dapat mengatur kapan, kemana dan bagaimana cara pemasaran yang paling tepat untuk memperoleh tingkat keuntungan yang optimal.

(62)

9

melakukan impor setiap tahunnya. Pada umumnya jenis buah yang diimpor adalah varietas yang masih sulit tumbuh di Indonesia. Jenis buahnya antara lain anggur, jeruk, apel, pear, kurma dan lain-lain (Satuhu, 1996).

Pemasar harus berusaha untuk memahami konsumen, mengetahui tentang kebutuhan, keinginan, selea serta cara konsumen mengambil keputusan sehingga pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen akan memungkinkan pemasar dapat mempengaruhi keputusan konsumen, sehingga mau membeli apa yang di tawarkan oleh pemasar. Persaingan yang ketat antar merk dan produk menjadikan konsumen memiliki posisi yang semakin kuat dalam posisi tawar-menawar (Sumarwan, 2003).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Preferensi Konsumen

Kotler dan Amstrong (1997) mendefenisikan preferensi konsumen sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagi pilihan produk yang ada.

(63)

Menurut Lilien et al. dalam Simamora (2003), ada beberapa langkah yang harus dilalui sampai konsumen membentuk preferensi. Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai sekumpulan atribut. Konsumen yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang atribut apa yang relevan.Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing. Konsumen memiliki penekanan yang berbeda-beda dalam atribut apa yang paling penting. Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk pada setiap atribut. Keempat, tingkat kepuasan terhadap produkakan beragam sesuai dengan perbedaan atribut. Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui prosedur evaluasi.

Terdapat banyak aksioma untuk menerangkan tingkah laku individu dalam masalah penetapan pilihan terhadap suatu produk. Hubungan preferensi biasanya diasumsikan memiliki tiga sifat dasar, yaitu :

a. Kelengkapan (completeness)

Kelengkapan (completeness) mengandung pengertian jika A dan B merupakan kondisi atau situasi, maka setiap orang selalu harus bisa menspesifikasikan apakah:

1. A lebih disukai daripada B 2. B lebih disukai dari pada A, atau 3. A dan B sama-sama disukai

(64)

11

b. Transitivitas (transitivity)

Transivitas (transitivity) yaitu seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B, dan lebih menyukai B daripada C, maka orang tersebut lebih menyukai A daripada C. Dengan demikian, seseorang tidak bisa mengartikulasikan preferensi yang saling bertentangan.

c. Kontinuitas (continuity)

Kontinuitas (continuity) yaitu jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B ini berarti segala kondisi dibawah pilihan A tersebut disukai daripada kondisi dibawah pilihan B. Diasumsikan preferensi tiap orang akan mengikuti dasar diatas. Dengan demikian, setiap orang akan selalu dapat membuat atau menyusun rangking pada semua situasi ataupun kondisi mulai dari yang paling disukai hingga paling tidak disukai dari berbagai macam barang dan jasa yang tersedia (Nicholson, 1994).

2.2.2Karakteristik Konsumen

Konsumen adalah setiap pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup dan tidak untuk diperdagangkan. Defenisi konsumen tersebut dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Konsumen diartikan sebagai konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi dan rumah sakit)

(65)

Menurut Sumarwan dalam Sunyoto (2013), untuk mengetahui konsumsi produk atau penggunaan produk yang lebih mendalam maka pemasar harus menegtahui tiga hal, yaitu:

1. Frekuensi konsumsi

Frekuensi konsumsi menggambarkan seberapa sering suatu produk dipakai atau dikonsumsi. Misalnya kulkas adalah salah satu produk peralatan dapur, termasuk dalam barang tahan lama dimana mempunyai usia pakai yang panjang, dapat bertahun-tahun. Kulkas digunakan dengan frekuensi yang sangat tinggi, karena dipakai terus menerus selama 24 jam sehari. Sementara itu, pemasar tentu menginginkan bahwa produk yang dijualnya dikonsumsi sesering mungkin oleh konsumen.

2. Jumlah konsumsi

Jumlah konsumsi menggambarkan kuantitas produk yang digunakan oleh konsumen. Produsen bukan hanya ingin mengetahui frekuensi konsumsi, tetapi juga jumlah yang dikonsumsi. Jumlah konsumsi akan menjadi indikator besarnya permintaan pasar bagi produknya.

3. Tujuan konsumsi

(66)

13

2.2.3 Faktor Karakteristik Konsumen yang Berhubungan Terhadap Keputusan Membeli

Pembelian konsumen berhubungan dengan karakteristik konsumen. Sebagian besar, pemasar tidak dapat mengendalikan faktor-faktor seperti itu, tetapi mereka harus memperhitungkan semuanya.

1. Umur

Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.

2. Pendapatan

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal. Pendapatan seseorang akanmempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat minat.

3. Tingkat Pendidikan

(67)

pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen (Setiadi, 2003).

2.2.4 Atribut Produk

Atribut didefinisikan sebagai karakteristik yang membedakan merek atau produk lain. Definisi yang lain menyebutkan bahwa atribut adalah faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam mengambil keputusan tentang pembelian suatu merek ataupun kategori produk, yang melekat pada produk atau menjadi bagian dari produk itu sendiri (Simamora, 2003).

Atribut menggambarkan karakteristik spesifik dari produk yang menimbulkan manfaat. Artinya, pembeli biasanya dapat menyimpan manfaat yang akan mereka terima dari produk dengan meneliti atribut produk tersebut. Seringkali beberapa produk sama dalam sejumlah besar atributnya. Dalam hal seperti ini, adalah penting untuk membedakan satu atau lebih atribut penentu, yaitu atribut yang paling menentukan pilihan pembeli. Suatu atribut dianggap paling penting jika memberikan manfaat yang sangat diinginkan, tetapi jika semua alternatif yang bersaing mempunyai karakteristik yang sama, maka atribut yang lain akan menentukan pilihan merek (Guiltinan dan Gordon, 1992).

(68)

15

Menurut Cleland dan Bruno (1996) dalam Simamora (2003), yang dipertimbangkan oleh konsumen sebenarnya hanya dua bagian besar, yaitu faktor harga dan bukan harga. Faktor bukan harga terdiri dari faktor produk dan non produk adalah hal-hal yang terkait secara tidak lansung dengan produk.

2.2.5 Analisis Conjoint

Analisis conjoint merupakan sebuah teknik analisis multivariate yang dikembangkan secara khusus untuk mengerti bagaimana responden membuat pilihan dari berbagai jenis objek (produk, jasa atau ide). Keputusan itu dibuat berdasarkan premis sederhana bahwa konsumen mengevaluasi nilai dari objek (nyata atau hipotesis) dengan mengkombinasikan sejumlah nilai yang terpisah yang disediakan oleh setiap atribut. Selain itu, konsumen dapat mengestiamsi pilihan dengan menilai bentuk kombinasi dari atribut (Hair, et al., 2010).

Manfaat yang dapat diambil dari penggunaan analisis conjoint ini adalah produsen dapat mencari solusi kompromi yang optimal dalam merancang atau mengembangkan suatu produk. Menurut Green dan Krieger (1991) analisis ini juga bermanfaat untuk merancang harga, memprediksi tingkat penjualan atau penggunaan produk (market share), uji coba konsep baru, segmentasi preferensi,dan merancang strategi promosi.

(69)

karena itu, jika untuk melakukan studi segmentasi dan berencana untuk membagi responden ke dalam empat kelompok (melalui analisis cluster) akan lebih baik menyertakan minimal 200 respnden sehingga total responden pada empat kelompok tersebut adalah 800 responden. Studi segmentasi yang kuat memasukkan responden sekitar 800 atau lebih.

Analisis conjoint juga ditujukan untuk penelitian kuantitatif dengan tujuan untuk membandingkan sub kelompok, direkomendasikan setidaknya 300 responden. Untuk meneliti dan mengembangkan hipotesis tentang pasar, dapat digunakan jumlah responden antara tiga puluh dan enam puluh. Asumsi pada analisis conjoint berbeda dengan analisis multivariat lainnya, karna proses conjoin tidak membutuhkan uji asumsi seperti normalitas, homoskedasitas, dan lainnya (Santoso, 2012). Adapun model dasar analisis conjoint dirumuskan secara sistematis dapat dilihat sebagai berikut:

dimana:

µ(x) = Utility (Nilai Kegunaan) total dari tiap-tiap stimuli/kombinasi

��� = Utility (Nilai Kegunaan) dari atribut ke-i (i = 1, 2, 3, ...,m) dan level ke-j (j = 1, 2, 3, ..., k)

k = Banyaknya level atribut i m = Banyaknya atribut

(70)

17

2.3 Penelitian Terdahulu

Yohana Sinaga (2015) dalam penelitianya yang berjudul Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Kacang Sihobuk menyimpulkan bahwa kacang Sihobuk yang menjadi preferensi konsumen adalah kacang Sihobuk yang memiliki rasa manis asin, berat ½ kg per kemasan, harga Rp. 10.000 – Rp. 18.000 per kemasan, tampilan kacang dengan kulit, design kemasan yang menarik dan spesifik, layanan tambahan dalam penjualan yaitu tersedianya parkiran, toilet, dan penjual minuman olahan. Atribut yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih kacang Sihobuk dimulai dari berat per kemasan, kesua berat per kemasan, ketiga dari harga per kemasan, keempat dari tampilan kacang, kelima dari design kemasan, keenam dari layanan tambahan dalam penjualan dan terakhir dari aroma khasnya.

Penelitian Ria (2014) yang bejudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Terhadap Buah Lokal melalui analisis Conjoint menyimpulkan bahwa atribut buah jeruk lokal yang paling penting bagi

responden secara berurutan adalah rasa, warna, ukuran, dengan karakteristik jeruk lokal yang manis, ukuannya sedang, berwarna kulit kuning. Sedangkan preferensi konsumen terhadap atribut apel lokal berdasarkan tingkat kepentingannya yaitu rasa, warna, dan ukuran dengan karakteristik apel lokal yang berasa manis, ukurannya sedang, dan berwarna hijau dengan semburat merah.

(71)

nilai kepentingan sebesar 42,816. Pertimbangan kedua yaitu faktor warna dengan nilai kepentingan sebesar 18,569. Pertimbangan ketiga yaitu ukuran dengan nilai kepentingan sebesar 17,965. Pertimbangan keempat yaitu tekstur dengan besar nilai kepentingan 11,760, dan terakhir yaitu atribut kemasan dengan nilai kepentingan sebesar 8,890.

2.4 Kerangka Pemikiran

(72)

19

Secara sistematis kerangka pemikiran pada skema dibawah ini:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Prefrensi Konsumen Terhadap Buah Import di Kota Medan

Keterangan :

: Menyatakan hubungan : Menyatakan pengaruh 2.5 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual tau ada predictive accurasi yang tinggi pada proses conjoint.

Analisis Conjoint Buah impor

Atribut Buah Impor 1. Rasa

2. Ukuran 3. Aroma 4. Warna

Keputusan pembelian konsumen

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk di Sumatera Utara No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (jiwa)
Tabel 3.2 Pembagian Banyaknya Jumlah Sampel Konsumen No Kecamatan Jumlah Sampel (jiwa)
Tabel 3.3 Data Stimuli Atribut Buah Impor
Tabel 3.5 Pemberian Rating Stimuli Buah Impor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi inokulasi isolat bakteri diazotrof endofit dengan tanpa pemupukan nitrogen memberikan hasil pertumbuhan vegetatif terbaik untuk

Intervensi pemberian makanan tambahan padat energi dan protein memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perbaikan status gizi berdasarkan indikator BB/TB, dan makanan

Adanya perubahan berat badan setelah penelitian disebabkan asupan energi dan protein yang cukup yaitu lebih dari 80% AKG, dan hal ini sesuai dengan pendapat

Penelitian ini membuat perancangan berbasis sistem informasi ekspor &amp; impor berbasis web yang dapat digunakan oleh semua pabrik atau perusahaan di Indonesia, khususnya

Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan

neraca perdagangan non-migas pada Oktober 2014 mengalami surplus sebesar 1,13 miliar dollar AS, sedangkan neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar 1,11 miliar

Pada diagram 13.7 (a), titik A adalah keseimbangan pasar BBM, jika tidak ada Pada diagram 13.7 (a), titik A adalah keseimbangan pasar BBM, jika tidak ada subsidi BBM. Pada saat

Kuasa ini datang dari jangkaan pengikut bahawa dia akan dihukum oleh pemimpin jika dia gagal untuk akur kepada pemimpin hingga menyebabkan orang bawahan cuba mengelakkan