• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang HIV/AIDS di SMA Raksana Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang HIV/AIDS di SMA Raksana Medan"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

TENTANG HIV/AIDS DI SMA RAKSANA MEDAN

Oleh :

RUTHRA DEVI NARAYANA SAMY

100100301

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

DI SMA RAKSANA MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

RUTHRA DEVI NARAYANA SAMY

100100301

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini mendapat perhatian dari berbagai pihak. Indonesia merupak an salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus yang cukup tinggi. Prevalensi secara nasional kasus AIDS di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 18,05 per 100.000 penduduk.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap remaja khususnya siswa-siswi SMA Raksana Medan tentang HIV/AIDS.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Jumlah sampel sebanyak 99 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 0.1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara proporsional berdasarkan tingkatan kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil uji tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Raksana Medan tentang HIV/AIDS berada dalam kategori sedang sebesar (63.6%) sedangkan sikap remaja terhadap HIV/AIDS juga berada dalam kategori sedang sebesar (86.9%).

Tingkat pengetahuan siswa -siswi SMA Raksana Medan tentang HIV/AIDS ber ada dalam kategori sedang, dan tingkat sikap juga berada dalam kategori sedang.

Kata kunci: HIV, AIDS, Remaja, Tingkat pengetahuan, Sikap

(5)

Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immunodeficiency Syndrom is one of the disease which until now has received attention from various parties. Indonesia is one of the countries with the most increasing incidents. National prevalence of AIDS cases in Indonesia in 2012 was 18.05 per 100,000 population.

This study was conducted to apprehend the adoles cents knowledge and atti tude towards HIV/AIDS in SMA Raksana Medan.

Descriptive study was cho sen in this study. A total of 99 samples were included with 0.1 as the precisions (d). Sampling technique used was stratified random sampling and samples were then distributed proportionally based on their level of education. Data were collected by utilizing questionnaires and analyzed by using descriptive statistic.

The result of high school stu dents knowledge in SMA Raksana Medan towards HIV/AIDS was 63.6% and categorized as sufficient but the attitude towards HIV/AIDS was 86.9% and categorized as sufficient.

The high school students knowledge and attitude in SMA Raksana Medan towards HIV/AIDS were categorized sufficient.

(6)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, peneliti panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kasih dan karunia -Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang HIV/AIDS di SMA Raksana Medan”.

Dalam penulisan karya tulis ini, peneliti telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar -besarnya kepada :

1. dr. Lita Feriyawati M.Kes selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah atas kesabaran dan waktu yang diberikannya untuk membimbing peneliti sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan den gan baik.

2. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan.

3. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, guru -guru dan semua staf di SMA Raksana Medan yang telah mengijinkan dan membantu peneliti dalam proses pengambilan data.

4. Buat paman-paman dan keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan, dan bantuan buat penulis.

5. Teman-teman peneliti, terutama Rizky, Yasotah, Jananie dan teman-teman yang lainnya yang telah memberikan saran dan bantuan kepada peneliti selama penyusunan karya tulis.

(7)

Peneliti juga menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu pengetahuan da n pengalaman yang dimiliki penulis. Untuk itu, semua saran dan kritik akan menjadi sumbangan yang sangat berarti bagi kualitas karya tulis ini.

Akhirnya peneliti mengharapkan semoga hasil karya tulis ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bag i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, bangsa dan Negara kita Indonesia, serta pengembangan ilmu.

Medan, 14 Desember 2013 Peneliti

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan………... i

Abstrak………... ii

Abstract……….. iii

Kata Pengantar……… ………. iv

Daftar Isi……… vi

Daftar Singkatan………... ix

Daftar Tabel………... x

Daftar Gambar……….. xi

Daftar Lampiran……… ………... xii

BAB 1 PENDAHULUAN………. 1

1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Rumusan Masalah………... 4

1.3. Tujuan Penelitian……… 4

1.3.1 Tujuan Umum………... 4

1.3.2. Tujuan Khusus……….... 4

1.4. Manfaat Penelitian……….. 4

1.4.1. Bagi Pihak Sekolah……….. 4

1.4.2. Bagi Siswa………... 4

1.4.3. Bagi Peneliti………. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……… 5

2.1. Pengetahuan………... 5

2.1.1. Definisi Pengetahuan……… 5

2.1.2. Tingkat Pengetahuan………. 5

2.2. Sikap……… 7

2.3. Remaja………. 8

2.3.1. Definisi Remaja……… 8

(9)

2.4.1. Definisi HIV……….. 9

2.4.2. Definisi AIDS……… 10

2.4.3. Etiologi………... 10

2.4.4. Faktor Risiko……….. 11

2.4.5. Epidemiologi……….. 11

2.4.6. Patogenesis………. 12

2.4.7. Cara Penularan………... 13

2.4.8. Tanda dan Gejala………... 14

2.4.9. Diagnosis HIV/AIDS……… 17

2.4.10. Pengobatan………. 18

2.4.11. Pencegahan……… 20

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……… 23

3.1. Kerangka Konsep Penelitian……….. 23

3.2. Definisi Operasional……….. 23

3.3. Cara Ukur Tingkat Pengetahuan……… 25

3.4. Cara Ukur Sikap……… 25

BAB 4 METODE PENELITIAN………. 27

4.1. Jenis Penelitian……… 27

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian……….. 27

4.2.1. Waktu Penelitian……… 27

4.2.2. Tempat Penelitian……….. 27

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian……….. 27

4.3.1. Populasi Penelitian……… 27

4.3.2. Sampel Penelitian……….. 28

4.3.2.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi………. 28

4.3.3. Besar Sampel……… 28

4.3.4. Cara Sampling………... 29

4.4. Teknik Pengumpulan Data……… 29

(10)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 31

5.1. Hasil penelitian………... 31

5.1.1 Diskripsi Lokasi Pene litiaan………. 31

5.1.2. Diskripsi Karakteristik Responen……… 31

5.1.3. Tingkat Pengetahuan……… 32

5.1.4. Sikap……… 35

5.2. Pembahasan……… 38

5.2.1 Tingkat Pengetahuan………. 38

5.2.2 Sikap………. 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 42

6.1. Kesimpulan………. 42

6.2. Saran……….. 42

DAFTAR PUSTAKA... 44

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Definisi Operasional 24

4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 30 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Bedasarkan Usia 31 5.2. Distribusi Frekuensi Karakterisktik Respo nden Berdasarkan Jenis

Kelamin

32

5.3. Tingkat Pengetahuan Siswa -siswi SMA Raksana Medan 32 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel

Pengetahuan

33

5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia 33 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis

Kelamin

34

5.7. Sikap Siswa-siswi SMA Raksana Medan 35

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Struktur anatomi HIV 10

Gambar 2.2 Cara Penularan HIV 14

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Subyek Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Inform Consent)

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Sistem Skoring Kuesioner

Lampiran 6 Lembar Ethical Clearence

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

(14)

DAFTAR SINGKATAN

AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome

CDC Centre for Disease Control

CMV Cytomegalovirus

DNA Asam Deoksiribonukleat

ELISA Enzyme-linked Immunosorbent

HIV Human Immunodeficiency Virus

IDU Injecting Drug User

IFA Immunoflurescent Assay

ODHA Orang Dengan HIV/AIDS

PCR Polymerase Chain Reaction

RNA Asam Ribonukleat

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada akhir abad ke-20, dunia kesehatan diserang dengan munculnya penyakit yang sangat berbahaya dan ganas, yakni penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Acquired Immunodeficiency Syndrome merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). Sejak menjadi epidemi sampai dengan tahun 2011 , penyebarannya sangat cepat ke seluruh dunia. HIV telah menginfeksi lebih dari 70 juta laki-laki, perempuan, dan anak-anak, dan sebanyak 35 juta orang telah meninggal dunia akibat AIDS. Secara global, pada akhir tahun 2011 sebanyak 34 juta orang hidup dengan HIV (WHO, 2011 ).

Statistik terbaru dari global HIV dan AIDS yang diterbitkan oleh UNAIDS (United National Joint Program For HIV/AIDS) pada bulan November 2009, dan mengacu pada akh ir 2008, diperkirakan terdapat orang-orang yang hidup dengan HIV / AIDS adalah 33,3 juta dengan perincian orang dewasa sejumlah 31.3 juta jiwa, sedangkan perempuan sejumlah 15,7 juta jiwa dan anak-anak sebesar 2,1 juta jiwa. Dilaporkan bahwa o rang yang baru terinfeksi HIV adalah 2.6 juta jiwa. Kematian AIDS pada tahun 2008 adalah 2,0 juta dan tercatat bahwa l ebih dari 25 juta orang meninggal ka rena AIDS sejak tahun 1981. Di A frika 14 juta anak kehilangan orang tua yang meninggal akibat AIDS (UNAIDS 2009).

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus ya ng cukup tinggi (AUSAID, 2006). Jumlah kasus AIDS yang dilaporkan da ri 1 Januari hingga 31 Disember 2012 adalah 5,686 kasus (Ditjen PPM & PL Kemkes RI, 2012). Terjadi peningkatan kas us dari 1 Januari hingga 31 Desember 2012, sebanyak 21,511 terinfeksi HIV, dan 1,146 kasus diantaranya telah meninggal dunia (Ditjen PPM & PL Kemkes RI, 201 2).

Prevalensi secara nasional kasus A IDS di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 18,05 p er 100.000 penduduk. Provinsi dengan prevalensi terting gi adalah Provinsi Papua (275,11 ), disusul Bali (85,95), DKI Jakarta (65,56), Kalimanatan Barat (38,65), dan Sulawesi Utara sebanyak (28,71) kasus (Ditjen PPM & PL Kemkes RI, 2012 ).

(16)

prevalensi penderita AIDS tertinggi di Sumatera Utara sebanyak 3.346 orang dan 722 orang diantaranya yang telah meninggal dunia ( Dinas Kesehatan Medan,2012).

Dalam waktu tiap 25 menit di Indonesia, terdapat satu orang baru terinfeksi HIV. Satu dari setiap lima orang yang terinfeksi di bawah usia 25 tahun. Pada kasus HIV baru pada tahun 2011, 18 persen di dalamnya merupakan anak kelompok usia 14-24 tahun (UNICEF 2012).

Sekitar satu milyar manusia di seluruh dunia dan hampir satu di antara enam manusia ini adalah remaja. Remaja aktif secara seksual dan mereka seringkali kekurangan informasi dasar mengenai kesehatan reproduksi, keterampilan menegosiasikan hubungan seksual dan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi, sehingga mereka rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi seperti HIV/AIDS (UNFPA, 2000).

Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri, sehingga adanya dorongan seks, ajakan untuk minum alkohol atau merokok, dan kekuatan untuk ditolak oleh masyarakat terutama kalangan sebayanya sangat mewarnai pertumbuhan karakter dan perubahan perila ku seorang remaja. Pemahaman yang keliru mengenai kekebalan atau ketahanan remaja itu, ditambah dengan rasa keingitahuannya yang besar membuat mereka melakukan perilaku -perilaku yang tidak diinginkan, seperti kehamilan yang tak diinginkan, ketergantungan o bat, gangguan psikologi, termasuk tertularnya virus HIV/AIDS (Ronald Hutapea, 2003).

Kasus HIV/AIDS pada remaja tidak terlepas dari perkembangan globalisasi. Perkembangan globalisasi mengakibatkan adanya perubahan sosial dan gaya hidup remaja saat ini terutama di daerah perkotaan. Kusuma (2010) menyebutkan bahwa remaja di daerah perkotaan cenderung melakukan perilaku berisiko seperti hubungan seksual dengan berganti -ganti pasangan, hubungan seksual pranikah, serta penyalahgunaan narkoba. Gaya hidup seperti ini membahayakan kesehatan reproduksi terutama kemungkinan terjadinya penularan penyakit menular seksual terutama HIV/AIDS (Kusuma, 2010).

(17)

Tingkat pengetahuan mengenai HIV dan AIDS di antara penduduk kebanyakan di usia 14 tahun ke atas masih rendah. Survei Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa kira -kira 42 persen dari jumlah penduduk usia di atas 15 tahun belum pernah mendengar tentang HIV/AIDS. Hanya 10 persen perempuan dan 13 persen lak i-laki memiliki pengetahuan komprehensif tentang penanggulangan HIV, meskipun proporsi tersebut lebih tinggi untuk pertanyaan -pertanyaan tertentu.

Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui sampai dimana tingkat pengetahuan dan sikap remaja di kota Medan khususnya pada siswa SMA Raksana mengenai HIV/AIDS.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS khususnya siswa di SMA Raksana, Medan?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Raksana, Medan pada tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

i. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja mengenai HIV/AIDS di SMA Raksana, Medan pada tahun 2013.

ii. Untuk mengetahui sikap remaja mengenai HIV/AIDS di SMA Raksana, Medan pada tahun 2013.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi pihak sekolah

Hasil penelitian ini dapat jadikan sebagai masukan dalam membuat kampanye seperti bimbingan/konseling bertujuan mencegah penularan penyakit HIV/AIDS di kalangan siswa SMA Raksana, Medan.

(18)

Hasil penelitian ini dap at jadikan sebagai informasi dan masukan kepada mahasiswa mengenai masalah HIV/AIDS sehingga para mahasiswa dapat menjaga diri terhindar daripada penyakit tersebut.

1.4.3. Bagi peneliti

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil dari “tahu”dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, indra pendengaran , indra penciuman, indra perasa, dan indra peraba. Pengetahuan diperoleh dari su atu proses belajar terhadap suat u informasi yang diperoleh seseorang. Pengetahuan dapat juga diperoleh dari pengalaman yang secara langsung maupun dari pengalaman orang lain. P engetahuan juga dapat diperoleh dari proses pendidikan atau edukasi.

Penelitan Rongers (1974) mengatakan bahwa s ebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi pr oses berurutan. Pertama adalah awarenes(kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti men getahui stimulus (objek) terlebih dahulu. Kedua adalah interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. Ketiga adalah evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Keempat adalah trial,yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru. Kelima adalah adoption (beradaptasi), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

(20)

analisis (analysis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari membedakan, memisahkan, mengelompokkan d an sebagainya; sintesis (synthesis), diartikan sebagai kemampuan mengumpulkan komponen guna membentuk suatu pola pemikiran baru ; evaluasi (evaluation), hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria -kriteria yang telah ada.

Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antar a faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan dan sosial. Semakin banyak pengalaman seseorang yang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain yang ada disekitarnya semakin luas pula pengetahuan orang tersebut.

Merakou et al. (2002) menyebutkan bahwa jenis kelamin, usia, bidang ilmu di sekolah, dan jumlah sumber informasi merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan tentang HIV/AIDS pada remaja (Dewi, 2008). Hasil penelitiaan di Amerika menunjukkan bahwa remaja kelas X, XI dan XII (15-17 tahun) memiliki pengetahuan lebih banyak tentang HIV/AIDS dibandingkan kelas remaja IX (14 tahun) yang berusia lebih mudah dari mereka (Anderson et al., 1990).

2.2. Sikap

Menurut Sarwono (1997), sikap m erupakan kecenderungan bertindak (secara positif atau negatif) orang, situasi atau objek tertentu. Menurut Notoatmodmojo (2007), sikap adalah reaksi seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan ataupun aktivitas, namun merupakan pre-disposisitindakan atau prilaku.

(21)

Keempat adalah bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif . Dalam bersikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu . Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai objek tertentu.

Menurut Attkinson, R.I, dkk, dikutip dari Sunaryo (2004) sikap memiliki lima fung si. Pertama adalah fungsi i nstrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya atau t ujuan. Kedua adalah fungsi pertahanan ego, yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya. Ketiga adalah fungsi nilai ekspresi, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang ada pada dirinya. Keempat adalah fungsi pengetahuan, setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan, yang diwujudkan dalam kehidupan sehari -hari. Kelima adalah fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungannya.

Sikap seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor dalam proses pebentukannya. Azwar (2005) menyatakan bahwa ada berbagai faktor pembentukan sikap antara lain pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, med ia massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosional.

Sikap seseorang dapat diukur menggunakan metode -metode pengukuran sikap diantaranya skala sikap atau kuesioner. Skala sikap terdiri dari beberapa pernyataan mengenai persoalan yang spesifik. Responden diminta untuk menyetujui atau menolak pernyataan tersebut. Skala Likert menyediakan pilihan antara sangat setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan yang ada. (Niven, 1994). Sikap yang sangat setuju merupakan sikap yang sa ngat positif, sedangkan sikap yang sangat tidak setuju merupakan sikap yang sangat negatif (Azwar, 2005).

2.3. Remaja

2.3.1. Definisi Remaja

(22)

(2003) mengemukakan definisi remaja yang dikemukakan WHO pada 1974. Disebut bahwa remaja adalah individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda -tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak -kanak menuju dewasa, dan individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi menuju suatu kemandirian. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan tahap dimana anak sedang menuju kedewasaan yang ditandai dengan adanya perubahan dalam berbagai as pek.

Sarwono (2003) mengemukakan bahwa usia remaja berkisar antara 13 tahun sampai dengan 19 tahun, namun definisi remaja untuk masyarakat Indonesi a adalah individu yang berusia antara 11 tahun sampai dengan 24 tahun dan belum menikah. WHO mende finisikan bahwa seseorang digolongkan sebagai remaja saat berusia 10 sampai 20 tahun.

Menurut Hockenberry (2005) menyatakan bahwa remaja dibagi menjadi 3 fase yakni remaja awal (usia 11-13 tahun), remaja tengah (usia 14 -17 tahun), dan remaja akh ir (usia 18-20 tahun). Teori Piaget mengatakan bahwa dalam tahap perkembangan ini remaja telah mampu membayangkan rangkaian kejadian yang akan terjadi misalnya konsekuensi dari tindakan yang dilakukan (Hockenberry, 2005).

2.4. HIV/AIDS 2.4.1. Definisi HIV

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). HIV merupakan retrovirus yang menurunkan kemampuan sistem imun. Sekali terjangkit, HIV menghasilkan suatu spektrum penyakit yang akan berkembang dala m kebanyakan kasus, mulai dari laten yang bersifat klinis atau status asimptomatik sampai kondisi AIDS, ditandai dengan hitungan sel CD4<200 atau adanya infeksi oportinistik, tanpa memerhatikan hitung sel CD4 (Geri Morgan, 2009)

(23)

Gambar 2.1. Struktur anatomi HIV (scoutawan,2011).

2.4.2. Definisi AIDS

AIDS adalah singkatan dari acquired immunodeficiency syndrome dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh men urunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV (Zubari Djoerban, Samsuridjal Djauzi, 2001).

2.4.3. Etiologi

Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immunodeficiency Syndrome disebabkan oleh dua jenis retrovirus yang berkaitan, dikenal dengan HIV -1 dan HIV-2. HIV-1 kerap ditemukan di Afrika Tengah dan Timur, Amerika, Eropa, serta Asia. HIV -2 kerap ditemukan di Afrika Barat, Prancis dan Portugal. Retrovirus ditransmisikan melalui pertukaran cairan tubuh (misalnya semen, darah, dan saliva) atau melalui transfusi produk darah. Individu y ang terinfeksi akan mendapat uji HIV negatif selama beberapa minggu dan kemungkinan selama 1 tahun. Kecepatan perkembangan penyakit ini bervariasi. Waktu rekaan perkembangan AIDS adalah 10 tahun. Sekitar 19% individu yang terinfeksi HIV akan berkembang menjadi AIDS dalam 17 -20 infeksi (Morgan dan Hamilton, 2009).

2.4.4. Faktor Risiko

(24)

negara barat. Kedua adalah kelompok yang menggunakan narkoba secara in travena. Ini merupakan faktor risiko terbesar untuk golong an heteroseksual. Ketiga adalah kelompok haemophiliacs, namun setelah usaha memeriksa antibodi dan antigen HIV bermula pada tahun 1985, bilangan orang dalam kelompok ini s emakin berkurang. Keempat adalah penerima transfusi darah dan komponen darah. Contohnya adalah penerima platlet. Kelima adalah golongan yang mempunyai hubungan heteroseksual dengan empat golongan di atas. (Cotran, Kumar & Collins, 1999).

2.4.5. Epidemiologi

Kasus pertama AIDS di Indonesia dila porkan dari Bali pada bulan April tahun 1987. Penderitanya adalah seorang wisatawan Belanda yang meninggal di RSUP Sanglah akibat infeksi sekunder pada paru -parunya. Sampai dengan akhir tahun 1990, peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat (Muninja ya, 1998).

Jumlah kasus AIDS yang dilaporkan di Indonesia dari 1Januari hingga 31 Disember 2012 adalah 5,686 kasus (Ditjen PPM & PL Kemkes RI, 2012). Terjadi peningkatan kasus dari 1 Januari hingga 31 Desember 2012, sebanyak 21,511 terinfe ksi HIV, dan 1,146 kasus diantaranya telah meninggal dunia. Menurut jenis kelamin laki -laki sebanyak 23,702 kasus AIDS dan perempuan sebanyak 12,338 yang terinfeksi AIDS. Menurut golongan umur terbanyak adalah pada golongan umur 20 -29 tahun sebanyak 15,093 kasus (Ditjen PPM & PL Kemkes RI, 2012).

Kementerian Kesehatan juga mencatat kasus AIDS menurut faktor risiko, yaitu: heteroseksual (25,534), homo -biseksual (1,009), injecting drug user (IDU) (7,752), transfuse darah (85) transmisi perinatal (1,158) kasus (Ditjen PPM & PL Kemkes RI, 2012).

Prevalensi secara nasional kasus A IDS di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 18,05 per 100.000 penduduk. Provinsi dengan prevalensi terting gi adalah Provinsi Papua (275,11 ), disusul Bali (85,95), DKI Jakarta (65,56), Kalimanatan Barat (38,65), dan Sulawesi Utara sebanyak (28,71) kasus (Ditjen PPM & PL Kemkes RI, 2012 ).

2.4.6. Patogenesis

(25)

asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam deoksiribonukleat (DNA). Virion HIV (partikel virus yang lengkap dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung RNA dalam inti berbentuk peluru terpancung di mana protein, p24 merupakan komponen struktur yang utama (Manssjoer, dkk, 2000).

Tombol (knob) yang menonjol lewat dinding virus terdiri atas glikoprotein, gp120 yang terkait pada protein gp 41. Bagian yang secara selektif berikatan dengan sel -sel CD4 positif adalah gp120 dari HIV. Sel CD4 positif mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper (dinamakan sel-sel CD4+ kalau dikaitkan dengan infeksi HIV). Limfosit T4 helper merupakan sel yang paling banyak diantara ketiga sel di atas. Sesudah terka it dengan membrane sel T4 helper HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper, dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase HIV akna melakukan pemrograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terin feksi untuk membuat double stranded DNA (DNA atau ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian infeksi yang permanen (Manssjoer, dkk, 2000).

Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang ter infeksi diaktifkan. Aktivitas sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen, sitogen (TNF alfa atau interleukin I) atau produk gen virus seperti: CMV (cytomegalovirus), virus Epstein Barr, herpes simplek atau hepatitis. Sebagai akibatnya pad a sel T4 yang terinfeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 dihancurkan. HIV yang baru ini kemudian dilepas ke dalam plasma darah dan menginfeksi CD4+ lainnya. Kalau fungsi limfosit T4 terganggu mikroorganisme yang bi asanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan sakit yang serius. Infeksi dan malignansi yang timbul sebagai akibat dari gangguan sistem imun dinamakan infeksi oportunistik. Infeksi monosit dan makrofag berlangs ung secara persisten dan tidak mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi sel-sel ini menjadi reservoir bagi HIV sehingga virus tersebut dapat tersembunyi dari sitem imun dan terangkut ke seluruh tubuh lewat sistem ini untuk menginfeksi pelbagai jaringan tubuh (Manssjoer, dkk, 2000).

2.4.7. Cara Penularan

(26)

transmisi HIV perlu ada pe nukaran cairan tubuh dari orang yang telah terinfe ksi HIV. HIV dapat ditularkan melalui beberapa cara, antara lain: (AVERT, 2011).

a) Hubungan seksual

Secara global, penularan virus HIV paling banyak berlaku melalui heteroseksual. b) Pengguna narkoba jarum suntik

Pengguna narkoba jarum suntik adalah kelompok risiko tinggi untuk mendapat HIV. Berkongsi penggunaan jarum suntik secara bergantian adalah cara yang efisien untuk transmisi virus yang menular melalui darah seperti HIV dan Hepatitis C. Cara ini ak an meningkatkan risiko tiga kali lebih besar daripada transmisi HIB melalui hubungan seksual.

c) Penularan dari ibu ke anak

Wanita hamil yang mempunyai HIV boleh mentransmisi virus ini saat hamil, partus dan saat menyusui.

d) Melalui transfusi darah a tau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV. e) Infeksi di tempat kesehatan

Hospital dan klinik harus berhati -hati dalam pencegahan penyebaran infeksi melalui darah (Fan, Conner dan Villarreal, 2011).

(27)

Gambar 2.2: Cara penularan HIV (Infeksi menular seksual)

2.4.8. Tanda dan Gejala

Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala apapun, dapat terlihat sehat dari luar dan biasanya tidak mengetahui bahwa dirinya sudah terinfeksi HIV (Komisi Penanggulangan AIDS, 2011). Orang tersebut akan menjadi pembawa dan penular HIV kepada orang lain. Wartano, Chanif, Maryati, dan Subandrio (1999) membagi kelompok orang -orang tanpa gejala ini menjadi 2 kelompok, yaitu:

a) Kelompok yang sudah terinfeksi HIV tetapi tanpa gejala dan tes darahnya negatif. Pada tahap dini ini, antibodi terhadap HIV dalam terbentuk. Waktu antara masuknya HIV ke dalam peredaran darah dan terbentuknya antibodi terhadap HIV disebut “windowed period”. Periode ini memerlukan waktu antara 15 hari sampai 3 bulan setelah terinfeksi HIV.

b) Kelompok yang sudah terinfeksi HIV tanpa gejala tetapi tes darah positif. Keadaan tanpa gejala seperti ini dapat berjalan lama sampai 5 tahun atau lebih.

Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala min or (tidak umum terjadi):

Gejala Mayor berupa:

a) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan. b) Diare kronis yang berlangsung lebih da ri 1 bulan. c) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan. d) Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis. e) Demensia/ HIV ensefalopati.

Sedangkan, gejala minor berupa: a) Batuk menetap lebih dari 1 bulan. b) Dermatitis generalisata.

c) Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang. d) Kandidias orofaringeal.

(28)

g) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita h) Retinitis virus sitomegalo

Menurut Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat dibagikan mengikut fasenya.

a) Fase akut

Sekitar 50-70% penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar 3 -6 minggu selepas infeksi primer. Gejala-gejala yang biasanya timbul adalah dema m, faringitis, limpadenopati, sakit kepala, arthtalgia, letargi, malaise, anorexia, penurunan berat badan, mual, muntah, diare, meningitis, ensefalitis, periferal neuropati, myelopathy, mucocutaneous ulceration, dan erythematous maculopapular rash. Gejala-gejala ini muncul bersama dengan ledakan plasma viremia. Tetapi demam, ruam kulit, faringitis dan mialgia jarang terjadi jika seseorang itu diinfeksi melalui jarum suntik narkoba daripada kontak seksual. Selepas beberapa minggu gejala -gajala ini akan hilang akibat respon sistem imun terhadap virus HIV. Sebanyak 70% dari penderita HIV akan mengalami limfadenopati dalam fase ini yang akan sembuh sendiri.

b) Fase asimptomatik

Fase ini berlaku sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini virus HIV akan bereplikasi secara aktif dan progresif. Tingkat pengembangan penyakit secara langsung berkorelasi dengan tingkat RNA virus HIV. Pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang tinggi lebih cepat akan masuk ke fase simptomatik daripada pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang rendah.

c) Fase simptomatik

Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

2.4.9. Diagnosis HIV/AIDS

(29)

1) Langsung : yaitu isolasi virus dari sampel, umumnya dilakukan dengan mikroskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus ialah Polymerase Chain Reaction (PCR).

2) Tidak langsung : dengan melihat respon zat anti bodi spesifik, misalnya dengan enzyme immunoassays atau enzyme -linked immunosorbaent assay (ELISAs), immunoflurescent assay (IFA), atau radioimmunoprecipitation assay (RIPA)

(Tjokronegoro & Hendra, 2003). Untuk diagnosis HIV, yang lazim dipakai:

a) ELISA: sensitivitas tinggi, 98,1% - 100%. Biasanya memberikan hasil positif 2 -3 bulan sesudah infeksi. Dahul u, hasil positif dikonfirmasi dengan pemeriksaan Western blot. Tetapi sekarang menggunakan tes berulang dengan tingkat spesifisitas. b) PCR (Polymerase Chain reaction). Penggunaan PCR antara lain untuk tes HIV pada

bayi, menetapkan status infeksi individ u yang seronegatif pada kelompok risiko tinggi, tes pada kelompok risiko tinggi sebelum terjadi serokonversi, tes konfirmasi untuk HIV-2 (sebab ELISA sensit ivitasnya rendah untuk HIV -2) (Tjokronegoro&Hendra, 2003).

Tiap Negara memiliki strategi tes HIV yang berbeda. Di Indonesia, skrining dan surveilans menggunakan strategi tes yang sama. Tes ELISA dan Western Blot telah digunakan pada waktu yang lalu, sekarang di Indonesia menggunakan Dipstik, ELISA 1, dan ELISA 2 untuk skrining dan surveilans (Utomo da n Irwanto, 1998). Reagensia yang dipilih untuk dipakai pada pemeriksaan didasarkan pada sensitivitas dan spesifisitas tiap jenis reagensia.

Untuk diagnosis klien yang asimtomatik harus menggunakan strategi III dengan persyaratan reagensia sebagai berikut:

1) Sensitivitas reagen pertama >99% 2) Spesifisitas reagen kedua >98% 3) Spesifisitas reagen ketiga >99%

(30)

antigen (misalnya lisat virus, rekombinan DNA atau peptide sint etik) yang berbeda daripada reagensia yang dapat dipakai pada pemeriksaan pertama.

5) Presentase hasil kombinasi dua reag ensia pertama yang tidak sama (discordant) kurang dari 5%.

6) Pemilihan jenis reagensia (EIA atau Simple/Rapid) harus didasarkan pada: a. Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil

b. Jumlah specimen yang diperiksa dalam satu kali pengerjaan c. Sarana dan prasarana yang tersedia

Untuk tujuan surveilans, reagen pertama harus memiliki sensitivitas >99% spesifisitas reagen kedua >98%

2.4.10. Pengobatan

Tujuan pengobatan

Pengobatan penderita dengan p enyakit defisiensi imun umumnya ditujukan untuk mengurangi kejadian dan dampak infeksi dengan menjauhi subjek dengan penyakit menular, memantau dengan baik penderita terhadap infeksi, menggunakan antiviral/ antibakteri yang benar, imunisasi aktif atau pasi f bila memungkinkan dan memperbaiki komponen sistem imun dengan transfer pasif atau transplantasi (Bratawidjaja, 2006). a) Pemberian obat antivirus

Menurut Budimulja dan Daili (2008) obat yang digunakan untuk pengobatan HIV/AIDS ialah kombinasi tiga oba t antiretroviral yaitu: 1) Zidovudin (AZN) Dosis: 500-600 mg sehari 2) Lamivudin (3TC) Dosis: 150 mg sehari dua kali 3)Neviropin Dosis: 200 mg sehari selama 14 hari, kemudian 200 mg sehari 2 kali.

Menurut Bratawidjaja (2006) ada dua jenis obat antivirus yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV/ AIDS. Analog nukleotide mencegah aktivitas reverse transkriptase seperti Timidine-AZT, dideoksinosin dan dideoksisitidin yang dapat mengurangi kadar RNA HIV dalam plasma.

b) Transfusi

(31)

menjalani transfeksi dengan gen adenosin deaminase (ADA) untuk mengobati Severe Combined Immunodeficiency.

c) Transplantasi

Transplantasi timus fetal atau stem cell dari sumsum tulang untuk memperbaiki kompetensi imun (Bratawidjaja, 2006).

d) Terapi genetik

Terapi gen somatik menunjukkan harapan dalam terapi penyakit genetik. Prosedur tersebut antara lain menyisipkan gen n ormal ke populasi sel yang terkena penyakit. Hasil sementara menunjukkan bahwa limfosit T perifer mempunyai kemampuan terbatas untuk berproliferasi. Untuk pengobatan jangka panjang akan diperlukan penyisipan gen ke sel asal sumsum tulang yang pleuripoten ( Bratawidjaja, 2006).

2.4.11. Pencegahan

Dalam upaya menurunkan ri siko terinfeksi HIV, berbagai organisasi kesehatan dunia termasuk Indonesia menganjurkan pencegahan melalui pendekatan ABCD E, yaitu: (WHO, 2000).

a. A atau Abstinence, yaitu menunda kegiatan seksual, tidak melakukan kegiatan seksual sebelum menikah.

b. B atauBe faithful, yaitu saling setia pada pasangannya setelah menikah.

c. C atau Condom, yaitu menggunakan kondom bagi orang yang melakukan perilaku seks berisiko.

d. D atau Drugs, yaitu tidak menggunakan napza terutama napza suntik agar tidak mengguanakan jarum suntik bergantian dan secara bersama -sama.

Upaya pencegahan juga dilakukan dengan cara memberikan KIE (Komunikaasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai HIV/AIDS kepada masyarakat agar tidak melakukan perilaku berisiko, khususnya pada remaja.

e. E atauEducation, pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang hal -hal yang berkaitan dengan HIV/AIDS.

(32)

b. Perlindungan Khusus (specific protection)

c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment) d. Pembatasan cacat (disability limitation)

e. Rehabilitasi (rehabilitation)

Dalam proses pencegahan terhadap sem akin meluasnya epidemik HIV/AIDS , semua elemen dari masyarakat bertanggung jawab terhadap proses pencegahan. Yang bertanggung jawab terhadap pencegahan persebaran HIV/AIDS adalah:

a. Individu

Seseorang harus mengadopsi gaya hidup dan perilaku yang sehat dan mengurangi risiko penularan HIV. Orang terinfeksi HIV harus menjadi orang yang bertanggungjawab untuk menjamin bah wa mereka untuk seterusnya tidak akan menyebarkan virus ke orang la in.

b. Keluarga

Keluarga harus mengadopsi nilai -nilai peningkatan kesehatan. Keluarga harus memberikan pemahaman dan rasa simpati serta perlindungan untuk menolong anggota keluarga yang divonis orang terinfeksi HIV dalam menghadapi situasi yang tidak normal dan memaksimalkan potensi kesehatan untuk mempertahankan diri dari infeksi yang lain.

c. Masyarakat

Masyarakat harus menghindari sikap diskriminasi terhadap orang terinfeksi HIV dan meningkatkan suasana lingkungan yang mendukung dengan norma sosial yang bersifat melindungi. Masyarakat juga harus berusaha keras meminimalkan kemiskinan yang cenderung memperburuk situasi.

d. Petugas kesehatan

Petugas kesehatan memiliki tanggungjawab ganda terhadap penyediaan perawatan konseling terhadap orang terinf eksi HIV. Mereka harus menyediakan tindakan pencegahan yang sesuai untuk mencegah penyebaran infeksi ke klien yang lain dan diri mereka sendiri.

e. Media

(33)

dengan media dalam bentuk lain, media mas sa bias efektif menimbulkan kepedulian masyarakat tentang HIV/AIDS. Bagaimanapun, media ma ssa harus bertanggungjawab dalam melaporkan informasi tentang HIV/AIDS, menghi ndari ketidakakuratan yang mana mungkin menghasilkan perbedaan persepsi dan membutuhkan klarifikasi.

f. Ahli Kesehatan dan LSM

(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1: Kerangka Konsep antara tingkat pengetahuan dan sikap remaja terhadap HIV/AIDS.

3.2. Definisi Operasional

1. Remaja adalah seseorang digolon gkan sebagai remaja saat berusia 13 sampai 19 tahun.

2. Pengetahuan tentang HIV/ AIDS adalah segala sesuatu yang diketahui dan dimengerti oleh responden tentang HIV/ AIDS.

3. Sikap tentang HIV/ AIDS adalah tanggapan atau respon responden terhadap pernyataan yang diberikan tentang HIV/ AIDS.

4. HIV/ AIDS adalah penyakit menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur

Tingkat Pengetahuan

Remaja

Sikap Remaja

(35)

No. Variabel Definisi operasional

Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

1. Pengetahuan Pengetahuan

2. Sikap Sikap pelajar SMA di SMA

3.3. Cara Ukur Tingkat Pengetahuan

(36)

Menurut Arikunto (2007), hasil untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja, dikategorikan sebagai berikut:

1. Pengetahuan baik : >75% 2. Pengetahuan sedang : 40% - 75% 3. Pengetahuan kurang : <40%

Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan sistem skoring, yaitu:

1. Skor 8-10 : Baik 2. Skor 4-7 : Sedang 3. Skor≤3 : Kurang

3.4. Cara ukur Sikap

Penilaian terhadap sikap remaja tentang HIV/AID S dilakukan dengan mengajuka n 10 pertanyaan. Dengan menggunakan skala Likert yang memiliki 4 pilihan jawaban kepada responden dengan skoring 3 untuk jawaban yang paling benar kemudian mengalami penurunan hingga skoring 0 untuk jawaban yang salah. Total skoring yang diperoleh adalah 3 0 dari 10 pertanyaan tersebut.

Menurut Arikunto (2007), hasil untuk mengetahui tingkat sikap remaja dikategorikan sebagai berikut:

1. Pengetahuan baik : >75% 2. Pengetahuan sedang : 40% - 75% 3. Pengetahuan kurang : <40%

Dengan demikian, penilaian terhadap sik ap responden berdasarkan sistem skoring, yaitu: 1. Skor≥23: Baik

(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain silang lintang.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan yaitu antara bulan Maret hingga November 2013 . Waktu Pengumpulan data dilakukan pada September 2013 .

4.2.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SMA Raksana, Medan . Alasan penentuan lokasi ini adalah SMA Raksana merupakan SMA yang lokasinya terletak di tengah kota yang mudah dijangkau sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan pengawasan terhadap kuesioner yang nantinya akan diseba rkan kepada responden. Selain itu, terdapat banyak tempat hiburan yang dekat dengan sekolah tersebut akan mempermudah pergaulan remaja yang berisiko tertular HIV/AIDS. Belum ada yang melakukan penelitian tentang pengeta huan dan sikap pelajar SMA Raksana tentang HIV/ AIDS.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa -siswi di sekolah SMA Raksana Medan.

4.3.2. Sampel Penelitian

4.3.2.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampel penelitian ini adalah siswa Sekolah SMA Raksana Medan . 1. Kriteria Inklusi

(38)

b) Siswa-siswi SMA Raksana Medan yang b ersedia mengisi kuesioner dengan lengkap.

c) Siswa-siswi SMA Raksana Medan yang hadir pada saat lakukan penelitian.

2. Kriteria Eksklusi

a) Siswa-siswi SMA Raksana Medan yang tidak bersedia dijadikan responden . b) Siswa-siswi SMA Raksana Medan yang tidak dapt hadir atau sakit pada saat

dilakukan penelitian.

4.3.3. Besar Sampel

Rumus perhitungan besar sampel untuk penelitian ini menggunakan data propo rsi, formulanya seperti berikut:

(S. Sudigdo,2008)

(Zα)2. PQ n =

(d)2

(1,96)2× 0,5 × (1- 0,5) n =

(0,1)2 n = 99 responden

Keterangan:

n = besarnya sampel

α = batas kemaknaan, yang digunakan adalah 0,05

Zα = untuk a sebesar 0,05 dari table dua arah didapatkan nilai 1,96

p = proporsi sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi, proporsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,5

(39)

4.3.4. Cara Sampling

Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel adalah metode acak sederhana stratified random sampling, dimana jumlah sampel yang diperoleh akan dibagi merata untuk setiap tingkatan secara proporsional yaitu:

a. Siswa-siswi SMA kelas X : 1/3 x 99 = 33 orang. b. Siswa-siswi SMA kelas XI : 1/3 x 99 = 33 orang. c. Siswa-siswi SMA kelas XII : 1/3 x 99 = 33 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Responden dalam penelitian ini adalah siswa -siswi SMA Raksana Medan yang menjadi sampel penelitian ini. Diberi kuesioner kepada responden yang akan dijawab oleh mereka untuk mengumpulkan informasi berhubungan pengetahuan dan sikap mereka tentang HIV/AIDS.

4.4.1 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas d an reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment’’ dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS 17. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian in i. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah sebanyak 20 orang. Setelah uji validitas dilakukan hanya pada soal-soal yang telah dinyatakan valid saja yang akan diuji reliabilitasnya.

Hasi uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pa da tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Variable Nomor

Pengetahuan 1 0.648 Valid 0.930 Reliabel

(40)

Sikap 1

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah menggunakan program SPSS. Tahap-tahap pengolahan data adalah sebagai berikut :

1. Editing, yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk diteliti kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner.

2. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan data. 3. Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan k omputer.

(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Raksana Medan didirikan pada tanggal 05 Juni 1956 di Jalan Gajah Mada No.20 Medan. SMA Raksana Medan terletak di kecamatan Medan Petisah . Jumlah siswa-siswi SMA Raksana Medan pada tahun ajaran 2013/2014 adalah 611 siswa, terdiri dari 152 siswa kelas X, 220 siswa kelas XI dan 239 kelas XII.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Jumlah responden yang terpili h dalam penelitian ini adalah 99 siswa SMA Raksana Medan, 33 siswa dari kelas X, 33 siswa dari kelas XI dan 33 siswa dari kelas XII. Gambaran karakteristik responden yang diam ati meliputi: umur dan jenis kelamin. Data lengkap mengenai karaktersitik umur responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia

Usia Jumlah %

14-15 16-17

Jumlah

37 62

99

37.4 62.6

100

Berdasarkan usia responden, kelompok terbesar pada us ia 16-17 tahun yaitu sebanyak 62 orang (62.6%) dan yang berusia 14-15 tahun sebanyak 37 orang (37.4 %). Data lengkap mengenai distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dili hat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi karakterisktik responden berdasarkan jenis kelamin

(42)

Laki-laki 38 38.4

Berdasarkan jenis kelamin kelompok terbesar adalah perempuan yaitu 61 orang (61.6%) dan terendah pada kelompok laki -laki yaitu 38 orang (38.4%).

5.1.3. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Raksana Medan tentang HIV/AIDS yang telah diuji dengan menggunakan kuesioner seperti pada table 5.3.

Tabel 5.3 Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Raksana Medan

Kategori n %

Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Raksana Medan terbanyak pada kategori sedang yaitu 63 orang (63.6%) diikuti kategori kurang sebanyak 25 orang (25.3%) dan kategori baik sebanyak 11 orang (11.1%). Data lengkap mengenai distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.4 .

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahu an

No Pertanyaan

Jawaban Responden

Benar Salah

n % n %

1 Kepanjangan HIV 57 57.6 42 42.4

2 Kepanjangan AIDS 55 55.6 44 44.4

(43)

4 Pengertian AIDS 52 52.5 47 47.5 5 Keberadaan virus HIV dalam tubuh manusia 53 53.5 46 46.5 6 Gambar simbol solidaritas AIDS 42 42.4 57 57.6 7 Cara yang tidak dapat menyebabkan penularan

HIV/AIDS

64 64.6 35 35.4

8 Masa berkembangnya HIV menjadi AIDS 35 35.4 64 64.6 9

10

Gejala yang tidak terdapat pada penderita HIV/AIDS Gejala penderita HIV/AIDS

Berdasarkan tabel di atas pada pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pada nomor 7 yaitu sebesar 64 orang (64.6%). Sedangkan yang paling banyak menjawab salah adalah pada pertanyaan nomor 8 yaitu sebesar 64 orang (64.6%). Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan u sia dapat dilihat pada tabel 5.5 .

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan usia

Usia tingkat pengetahuan baik sebanyak 3 orang (8.1%). Tingkat pengetahuan yang dikategorikan sedang paling banyak pada kelompok usia 16 -17 tahun yaitu sebanyak 41 orang (66.1%) sedangkan pada kelompok usia 14 -15 tahun yaitu sebanyak 22 orang (59.5%). Seterusnya, tingkat pengetahuan kurang pada kelompok usia 16 -17 tahun yaitu sebanyak 13 orang (21.0%) sedangkan pada kelompok usia 14 -15 tahun memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 12 orang (32.4%). Presentase b erdasarkan jumlah masing-masing populasi.

(44)

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang memil iki pengetahuan baik sebanyak 8 orang (13.1 %) dan laki-laki yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 3 orang (7.9%). Tingkat pengetahuan yang dikategorikan sedang paling banyak pada perempuan yaitu sebesar 37 orang (60.7%), sedangkan laki -laki sebanyak 26 orang (68.4 %). Seterusnya tingkat pengetahuan yang dikategorikan kur ang pada perempuan sebanyak 16 orang (26.2%) dan laki -laki sebanyak 9 orang (23.7 %). Persentase berdasarkan jumlah masing -masing populasi.

5.1.4. Sikap

Sikap siswa-siswi SMA Raksana Medan tentang HIV/AIDS yang telah diuji dengan kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.7 .

Tabel 5.7 Sikap siswa-siswi SMA Raksana Medan

Kategori n %

(45)

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi jawaban responden pada varibel sikap

Jawaban Responden

No Pertanyaan Sikap Positif Sikap Negatif

n % n %

1 Bersedia untuk hidup dengan penderita HIV/AIDS di komunitas yang sama.

16 16.2 83 83.2

2 Mendiskriminasi penderita HIV/AIDS. 37 37.4 62 62.6 3 Penderita HIV/AIDS boleh be kerja di tempat

umum.

23 23.2 76 76.8

4 Penjualan kondom ditempat umum. 14 14.1 85 85.9 5 Penderita HIV/AIDS boleh menggunakan

toilet umum.

26 26.3 73 73.7

6 Pendidikan seks diberikan sejak SMA. 55 55.6 44 44.4 7 Ketidaksetujuan terhadap pemakaian

narkoba.

97 98.0 2 2.0

8 Hubungan seksual bebas. 95 96.0 4 4.0

9 Membantu mendukung promosi kesehatan masyarakat dalam mencegah HIV/AIDS.

92 92.9 7 7.1

10 Program kesadaran HIV/AIDS dengan sasaran orang-orang muda.

85 85.9 14 14.1

Dari tabel diatas terlihat bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan sikap positif adalah pertanyaan nomor 8 yaitu sebesar 97 orang (98.0%). Pertanyaan yang paling sedikit dijawab dengan sikap positif adalah pertanyaan nomor 4 yaitu sebesar 14 orang (14.1%).

Distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan us ia dapat dilihat pada tabel 5.9 .

Tabel 5.9 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan usia

Usia

Sikap

(46)

n % n % n % n %

Dari tabel 5.9 dapat dilihat bahwa kelompok usia 16 -17 tahun memiliki tingkat sikap baik sebanyak 6 orang (9.7%) sedangkan kelompok usia 14-15 tahun memiliki tingkat sikap baik sebanyak 3 orang (8.1%). Tingkat sikap yang dikategorikan sedang paling banyak pada kelompok usia 1617 tahun yaitu sebanyak 53 orang (85.5%) sedangkan pada kelompok usia 14 -15 tahun yaitu sebanyak 33 orang (89. 2%). Seterusnya, tingkat sikap kurang pada kelompok usia 16-17 tahun yaitu sebanyak 3 orang (4.8%) sedangkan pada kelompok usia 14 -15 tahun memiliki tingkat sikap kurang sebanyak 1 orang (2.7%). Presentase berdasarkan jumlah masing -masing populasi.

Distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan jenis kelam in dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan jenis kelamin

Usia Sedangkan tingkat sikap kategori baik paling banyak pada laki-laki yaitu 6 orang (15.8%).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Tingkat Pengetahuan

(47)

diketahui. Dalam penelitian ini tingkat pengetah uan responden tentang HIV/AIDS diukur dengan menggunakan kuesioner.

Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Raksana Medan berada pada kategori sedang, di mana pada pertanyaan mengenai pengertian AIDS, kondisi tahap awal penderita HIV/AIDS dan juga tingkat penyembuhan penyakit ini masih kurang. Dari hasil penelitian juga terlihat bahwa responden kurang aktif mencari in formasi. Hasil penelitian sebelumnya oleh Sinaga (2007), yaitu remaja cenderung mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi dari media elektronik jika dibandingkan dengan orang tua, dan guru yang seharusnya memiliki peranan besar dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja. Hal ini dikarenakan ada nya rasa malu karena merupakan suatu sifat yang sangat pribadi. Demikian juga dengan penelitian Hardiningsih (2011) pada siswa SMA kelas XI di Surakarta yang menyimpulkan adanya pengaruh positif pendidikan kesehatan terhadap meningkatnya pengetahuan HIV/AI DS.

Berdasarkan hasil penelitian Prihyugiarto (2008), salah satu hal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang mengenai HIV/AIDS adalah usia dan jenis kelamin. Usia responden yang telah mencapai remaja menunjukkan bahwa responden telah mengalami beragam pengalaman dalam proses kehidupannya. Widianti et al. (2007) mengatakan bahwa pengalaman merupakan faktor dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang (Ngudi, Muryani, Nuraini dan Ritianawati, 2010). Semakin meningkat usia seseorang maka semakin matang fu ngsi inderanya dan semakin banyak pula pengalaman yang didapatkan. Pengalaman yang telah diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain yang ada di lingkungann sekitar dapat memperluas pengetahuan seseorang. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh ba hwa pada kelompok usia yang lebih tua memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingka n pada kelompok usia yang muda.

Responden yang berada pada tahap remaja tengah (16 17 tahun) mengalami masa formal -operasional sesuai dengan teori kogn itif Piaget. Teori Piaget mengatakan bahwa dalam tahap perkembangan ini remaja telah mampu membayangkan rangkaian kejadian yang akan terjadi misalnya konsekuensi dari tindakan yang dilakukan (Hockenberry, 2005).

(48)

menunjukkan bahwa jumlah remaja perempuan usia 14 -17 tahun yang tinggal di kota Medan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah remaja laki -laki. Jumlah remaja perempuan yaitu sebanyak 114.013 jiwa sedangka n jumlah remaja laki-laki sebanyak 106.724 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010). Rasio jumlah responden laki -laki dan perempuan yang diteliti 1: 1,34, artinya karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin memang cukup bervariasi.

5.2.2. Sikap

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa tingka t sikap siswa-siswi SMA Raksana Medan tentang HIV/AIDS berada dalam kategori sedang. Ini mungkin disebabkan oleh mispersepsi terhadap informasi -informasi yang mereka dapatkan dari berbagai sumber sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan dengan mispersepsi tersebut dapat menumbuhkan sikap yang terkadang tidak tepat. Hal ini sesuai karena pengetahuan akan suatu objek atau stimulus memegang peranan penting dalam penentuan sikap (Notoadmojo, 2007).

Distribusi frekuensi jawaban responde n pada variabel sikap paling banyak responden menunjukkan sikap positif terhadap ketidaksetujuan terhadap pemakaian narkoba . Manakala sekelompok besar responden menunjukkan sikap negatif terhadap penj ualan kondom ditempat umum dan bersedia untuk hidup dengan penderita HIV/AIDS di komunitas yang sama. Sikap negatif responden terhadap penjualan k ondom mendukung bahwa terdapat mispersepsi terhadap informasi yang responden dapatk an. Dimana menurut Fajar Apriani (2008) dalam pe nelitiannya, adat ketimuran agaknya menjadikan pikiran masyarakat masih terstigma bahwa kondom berhubungan dengan kemaksiatan, khususnya perbuatan zina. Manakala, sikap negatif responden terhadap bersedia untuk hidup dengan penderita HIV/AIDS di komunitas yang sama. Menurut Herek dan Capitano (1999) mengatakan bahwa timbulnya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA disebabkan oleh faktor risiko penyakit ini yang terkait dengan perilaku seksual yang menyimpang dan penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya at au narkoba.

(49)
(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Tingkat pengetahuan siswa -siswi SMA Raksana Medan mengenai HIV/AIDS berada

dalam kategori sedang yaitu sebanyak 63.6%.

2. Tingkat sikap siswa-siswi SMA Raksana Medan mengenai HIV/AIDS berada dalam kategori sedang yaitu sebanyak 86.9%.

6.2 Saran

1. Bagi siswa-siswi SMA Raksana Medan sebaiknya mencari informasi lebih banyak tentang HIV/AIDS baik melalui pemberi pelayanan kesehatan, keluarga maupun masyarakat sehingga pengetahuan diperoleh dapat menjadi dasar pembentukan sikap dalam mencegah diri mereka dari tertular penyakit ini.

2. Bagi pemberi pelayanan kesehatan diharapkan dapat menyusun strategi promosi kesehatan yang lebih informatif dan komunikatif mengenai HIV/AIDS khususnya pada remaja.

3. Bagi pihak sekolah diharapkan dapat memberikan pengetahuan siswa tentang HV/AIDS, meningkatkan bimbingan/konseling mengenai HIV/AIDS dan mengembangkan kurikulum mengenai kesehatan reproduksi termasuk materi tentang HIV/AIDS.

4. Bagi pihak keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menjadi panutan dalam menbentuk sikap remaja dan mengarahkan remaja untuk membentuk sikap prihatin terhadap penyakit menular seperti HIV/AIDS.

5. Bagi petugas kesehatan ataupun puskesmas setempat dapat membantu piha k sekolah untuk memberikan informasi yang benar mengenai HIV/AIDS dengan membentuk UKS. 6. Bagi peneliti, penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih memperluas variabel -variabel

lainnya, misalnya perilaku. Ataupun dapat juga menghubungkan perilaku dengan pengaruh umur, jenis kelamin ataupun sumber informasi.

(51)

8. DAFTAR PUSTAKA

9. Anderson, J., et. al. (1990). HIV/AI DS knowledge and sexual behavior among 10. high school. Journal of Family Planning Perspectives, 22(6), 252 -255. 11.

12. Arikunto, S.,2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. 13.

14.Australian Government’s overseas aid program (AusAID), 2006.

15. Epidemiological model for HIV transmission. Impacts of HIV/AIDS 16. 2005-2025 in Papua New Guinea, Indonesia and East Timor,10-15. 17.

18. AVERT, 2011. What is AIDS. Available from: http://www.avert.org/aids.ht m. 19. [Accessed April 2013]

20.

21. Azwar, S. (2005). Sikap Manusia: teori dan pengukurannya. Yogyakarta: 22. Pustaka Pelajar.

23.

24.Badan Pusat Statistik. (2010). Jumlah jenis kelamin berdasarkan kelompok 25. Umur. Juni, 2012. http://www.bps.go.id.

26.

27. Baratawidjaja, K.G., 2006. Imunologi Dasar. Jakarta: FK UI, 349-357 28.

29. Capitiano GMHJP. AIDS Stigma and sexual prejudice. American Behavioral 30. Scientist. 1999;42.

31.

32. Centers for Disease Control and Prevention, 2006. HIV/AIDS Basics. 33. Available from:http://www.cdc.gov/hiv/resources/qa/definitions.htm. 34. [Accessed 31 March 2011]

35. _______, 2007. HIV and AIDS: Are You at Risk?. Availablefrom:http://ww w.cdc.gov/hiv/resources/brochures/atrisk.htm. [Accessed 7 April 2013] 36.

37. Depkes RI, (2012). Laporan triwulan pertama 2012 Kasus HIV/AIDS. 38. Oktober 2, 2012

39.

40. Dewi, P. (2008). Pengetahuan siswa SMU Negeri 39 Cijantung, Jakarta Timur, 41. tentang HIV/AIDS tahun 2008. Maret 8, 2012

42. www.lontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%Ddigital %2F124086-S-5242 43. Pengetahuan%2520siswa-Abstrak.pdf&ei=RJNYT70J0omGrAfG4um 44. mda&usg=AFQjCNFtUZeWHTtUl4pqcqOwNyQ8tKw8Pq

45.

46. Dinas Kesehatan Medan (2012). Laporan Kasus HIV/AIDS. November 2012 47.

48. 49.

(52)

51. Available from: http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf . 52. [Accessed 3 April 2013].

53.

54. Djauzi, S. & Djoerban, Z., 2007. H IV/AIDS di Indonesia. Dalam: Sudoyo, 55. A.W., dkk., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.IV jilid II. Jakarta: 56. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 1803 -1807. 57.

58. Fajar Apriani, (2008). Persepsi Masyarakat Kota Samarinda mengen ai Rencana 59. Pemberlakuan Pearturan Daerah (PERDA) tentang Pemakaian Kondom 60. sebagai Upaya Pencegahan dan Penaggulangan HIV/AIDS.

61.

62. Fan, Y.H., Conner, R.F., & Villarreal, L.P., 2011. Modes of HIV 63. Transmission and Personal Risk Factors. In:Steinbach, M.,AIDS: 64. Science and Society. Washington: Jones and Bartlett Publishers, 65. 125 133.

66.

67. Fauci, S.A. & Lane, C.H., 2008.Human Immunodefeficiency Virus

68. Disease: AIDS and Related Disorders. In:Fauci, S.A., Braunwald, E., 69. Kasper, L.D., Hauser, L.S., Longo, L.D., Jameson, L.J. & Loscatzo, 70. J.,Harrison’s Principles of Internal Medicine, USA:The McGraw-Hill 71. Companies, 1164-1169.

72.

73. Hardiningsih, 2011. Perbedaan Pendidikan Kesehatan Dengan C eramah 74. dan Leaflet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Dalam Rangka Pencegahan 75. Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune Deficiency Syndrome 76. (HIV/AIDS) Pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 4 77. Surukata.

78.

79. Herek d. HIV Related Stigma and Knowledge in the United States:

80. Prevalance and Trends, 1991 -1999. American Journal of Public Health. 81. 2002; 92 (3). Horizon Toolkit on HIV/AIDS. 2012.

82.

83. Hutapea, R., 2003.AIDS & PMS dan Perkosaan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 84. 92-105.

85.

86. Ike, D. (2008). Hubungan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan 87. sikap dengan remaja terhadap HIV/AIDS di SMA Negeri 59 Jakarta. 88. Laporan Penelitiaan tidak dipublikasikan, Universitas Indonesia, 89. Depok, Indonesia.

90. 91.

92. Joint United Nation Organization Programme on HIV/ AIDS (UNAIDS)., 93. 2009.Worldwide HIV/ADIS Statistik. Geneva, Joint United Nation 94. Organization Programme on HIV/ AIDS (UNAIDS). Diperoleh dalam: 95. http://avert.org/worldstats.htm. [Diakses 6 Maret 2013].

(53)

97. Komisi Penanggulanggan AIDS. (2012). Kasus AIDS meningkat 25,3 persen, 98. Jaktim paling rawan. Maret 8, 2012.

99. http://aids- ina.org/modules.php?name=AvantGo&file=pri nt&sid 100.

101. Komunitas AIDS Indonesia, 2010. Informasi Dasar. Diperoleh dari: 102. http://aidsina.org/modules.php?name=FAQ&myfaq=yes&id_cat=1& 103. categories=HIV-AIDS.

104. [Diakses pada 7 April 2013] 105.

106. Kusuma, A. (2010). Hubungan antara pengetahuan, sumber informasi, dan 107. pemahaman agama dengan perilaku mahasiswa terhadap HIV/AIDS. 108. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia. Maret 8 2013 109. http://etd.eprints.ums.ac.id/10150/4/J410060019.pdf

110.

111. Marsiglia, F.F., & Nieri, T. (2006). HIV/AIDS protective factors among urban 112. american indian youths. Journals of Health Care for the Poor and 113. Undeserved, 17(4), 745-58.

114.

115. Morgan, G., Hamilton, C., 2009. Human Immunodeficiency Virus/ Acquired 116. Immunodeficiency Syndrome (HIV/ AIDS). Dalam:Obstetri dan 117. Ginekologi.Jakarta, EGC, 227-235.

118.

119. Muninjaya, A.A.G., 1998. AIDS di Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku 120. Kedokteran EGC.

121.

122. Ngudi, E. Muryani, L., Nuraini, N., & Ritianiawati, N. (2010). Hubungan 123. antara tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS pada mahasiswa reguler 124. Universitas Indonesia dengan sikapnya terhadap ODHA. Laporan 125. penelitiaan tidak dipublikasikan, Universitas Indonesia, Depok, 126. Indonesia.

127.

128. Niven, N. (1994). Health psychology: an introduction for nurses and other 129. helath care professional2nd Ed. USA: Churchill Livingstone

130.

131. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT 132. Rineka Cipta.

133.

134. Notoatmodjo, S. (2005). Promosi kesehatan: teori dan aplikasinya. 135. Jakarta: PT Rineka Cipta.

136.

137. Notoatmodjo, S. (2007). Promisi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: 138. PT: Rineka Cipta.

139.

(54)

143. Prihatin, T.W. (2007). Analisis factor yang berhubunga n dengan sikap siswa 144. SMA terhadap hubungan seksual (intercourse) pranikah di kota Sukoharjo 145. tahun 2007. Universitas Dipenegoro, Semarang, Indonesia. Maret 8, 2012. 146.

147. Prihyugiarto, T.Y., 2008. Faktor -faktor yang Mempengaruhi Sikap Terhadap 148. Perilaku Seks Pranikah pada Remaja di Indonesia. Dalam:Jurnal Ilmiah 149. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi II (2).

150. Diperoleh dari :www.bkkbn.go.id/Webs/DetailJu rnalLitbang.php 151. [Diakses pada 19 November 2013]

152.

153. Sarwono, S.W., 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 154.

155. Sinaga, T.,

2007. Sumber Informasi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki. 156.

Dalam: Pengetahuan dan Sikap Remaha Putri Terhadap Aborsi Dari 157.

kehamilan Tidak Dikehendaki di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 158.

Permatang Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. 159.

Diperoleh dari:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14615/ 160.

1/08E01570.pdf [Diakses pada 16 November 2013] 161.

162. Siregar,

L.D., 2010. . Sikap Responden Terhadap Penyakit HIV/AIDS. 163.

Dalam: Perilaku Siswa/Siswi SMA Negeri 2 Medan Kelas XI dan XII 164.

Terhadap Penyakit HIV/AIDS Tahun 2010. Diperoleh dari: 165.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22286/3/Chapter%20III -VI.pdf 166.

167. Soanes, C., 2001. Oxford Dictionary of Current English, 3rded. Oxford: Oxford 168. University Press, 502.

169.

170. Sudigdo Sastroasmoro, (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian 171. Kesehatan Klinis Edisi ke -4. Jakarta: PT Rineka Cipta.

172.

173. United Nations Population Fund, 2000.Kesehatan Reproduksi Remaja: 174. Membangun Perubahan yang Bermakna, 1-5.

175.

(55)

179.

180. World Health Organization, 2011. Adolescent health. Available from: 181. http://www.who.int/topics/adolescent_health/en/.

182. [Accessed 5 March 2013]

183. _______, 2006. When to start antiretroviral therapy in adult & adolescent. In: 184. Anterotroviral Therapy for HIV Infection in Adults an

185. Adolescentsrecommendations for a public health approach. Geneva, 13- 16. 186.

187.

(56)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ruthra Devi a/p Narayana Samy

Tempat/ Tanggal Lahir : Sungai Siput (U), Perak. 05 Maret 1991

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Dr. Mansyur No. 08 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SRK Methodist Sungai Siput (U), Perak 2. SMK Methodist Sungai Siput (U), Perak 3. SMA Pasundan 8 Bandung

4. Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Riwayat Organisasi : 1. AJK Kelab KKIM

Gambar

Gambar 2.1. Struktur anatomi HIV (scoutawan,2011).
Gambar 3.1: Kerangka Konsep antara tingkat pengetahuan dan sikap remaja terhadap
Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Results for uniform ¯ow example problems are consistent with results from previously published ®nite domain analyses and demonstrate that head variances and covariances are

Formula sediaan sabun cair dibuat dengan penambahan minyak atsiri jeruk purut dan kokamidopropil betain sebanyak 0, 1,3, 2, 2,7 dan 3,3 % yang secara berurutan disebut

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak n- heksana daun salam terhadap penurunan kadar asam urat serum mencit jantan yang diinduksi potasium oksonat

SLTP DAN PIK R/M TEGAR MODEL Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat TA 2014. - Syarat pencairan 14

[r]

2014 yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat Nomor 5606/KT.005/J.3/2014 tanggal 8 September 2014, telah melakukan

No Nama Perusahaan Harga Penawaran Harga Terkoreksi.. HASIL

Banyahrya jantan yang dijual dibandingkan betina karena jantan memiliki harga yang lebih tinggi dari pada betina. Pembelian temak kambing terbesar terjadi