• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Tentang Lensa Kontak Pada Mahasiswa Stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Tentang Lensa Kontak Pada Mahasiswa Stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

LEE MUN KIAT

100100266

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG LENSA KONTAK PADA MAHASISWA STAMBUK 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh : LEE MUN KIAT

100100266

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : LEE MUN KIAT

NIM : 100100266

JUDUL PENELITIAN : TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG LENSA

KONTAK PADA MAHASISIWA STAMBUK 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

____________________________________________________________________

Dosen Pembimbing Penguji I

dr. Zaldi, Sp.M dr. Taufik Sungkar, M.ked, Sp.PD NIP : 196705152006041007

Penguji II

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya

yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

ayahanda Lee Choon Fat dan ibunda Tang Cheun Hoon atas segala kasih sayang, doa,

dan dukungan serta segala bantuan baik berupa moril ataupun materil yang tidak akan

terbalas oleh penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman Way

Yee Yin yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Penulis juga

mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing dr. Zaldi Sp. M yang

telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan semangat, motivasi, bimbingan

kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Unuk itu, dengan segala kerendahan hati

dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Zaldi Sp.M selaku Dosen Pembimbing yang tulus meluangkan waktu,

tenaga, pikiran dan nasihat untuk memberikan bimbingan sehingga karya tulis

ilmiah ini dapat diselesaikan.

3. Bapak dr. Taufik Sungkar, M.ked(PD), Sp.PD selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan saran yang konstruktif dalam penyempurnaan penulisan karya tulis

ilmiah ini.

4. Ibu dr. Tri Faranita, M.ked(Ped), Sp.A selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan saran yang konstruktif dalam penyempurnaan penulisan karya tulis

(5)

5. Seluruh Dosen dan pegawai Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

atas jasa-jasanya dalam memberikan bantuan selama perkuliahan.

6. Teman-teman penulis Prins Isaac, Ashwin dan Irwin Lamtota yang telah

membantu waktu,tenaga, ilmu,semangat dan senyuman sehingga penulis bisa

bersemangat dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Adik-adik penulis Trevor Seo, Teo Jun Zhe dan Joyce Teo yang telah membantu

penulis dalam mengumpulkan data-data sampel.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar ini.

Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga karya tulis

ilmiah ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas,

pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Medan, Oktober 2013

Penulis

(………....)

Lee Mun Kiat

(6)

ABSTRAK

Lensa kontak merupakan suatu hasil perkembangan teknologi di bidang oftalmologi yang digunakan sebagai alternatif pengganti kacamata. Selepas 120 tahun German menghasilkan lensa kontak pertama. Pada tahun 2012 tercatat sekitar 37juta – 38juta pemakai lensa di Amerika Serikat dan ini akan meningkat setiap dekadenya. Ini menunjukkan penggunaan lensa kontak semakin meningkat dan lensa kontak semakin mudah dimiliki. Pengetahuan tentang lensa kontak yang dipilih sangat penting supaya tidak membahayakan tubuh badan kita dan kita bisa menggunakannya secara optimal.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012 yang menggunakan lensa kontak.

Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan studi cross-sectional pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012 yang menggunakan lensa kontak. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-November 2013 dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.

Adapun hasil penelitian ini menunjukkan 56,8% responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang lensa kontak. 43,2% responden termasuk ke ketegori yang mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang terhadap lensa kontak dan tingkat pengetahuan kategori kurang yaitu 0%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin banyak jenis lensa kontak yang mahasiswa tahu semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang lensa kontak. Mahasiswa memiliki pengetahuan yang sedang tentang cara memilih lensa kontak. Mahasiswa memiliki pengentahuan yang baik tentang cara membersihkan dan cara menjaga kebersihaan lensa kontak.

(7)

ABSTRACT

Contact lens is a result of technological development in the field of ophthalmology is used as an alternative spectacle to correct refractive errors. After 120 years, German produces the first contact lenses. In 2012 there were approximately 37millions – 38millions contact lens wearers in United States and this will increase every decade. This indicates that the user of contact lenses is increasing and contact lenses are more easily available. Knowledge of about contact lenses is very important to prevent any side effect from it and use it optimally.

The purpose of this study was to determine the level of knowledge Faculty of Medicine, University of North Sumatra batch 2012 that using contact lenses.

This research method is descriptive with cross-sectional study design. This study was conducted from March to November 2013 and the data was collected using a questionnaire

The results of this study showed 56.8% of respondents had a good level of knowledge about the contact lenses. 43.2% of the respondents belong to the category that have a moderate level of knowledge about the contact lens and the category of less knowledge about contact lens is 0%.

The conclusion of this study is that more contact lenses that students know the higher the level of knowledge about contact lenses. Students have a avarage knowledge about how to choose contact lenses and better to be improved. Students have a good knowledge on how to clean and how to preserve contact lenses in good condition.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan……… ii

Halaman Pengesahan………... iii

Kata Penghantar………. iv

Abstrak……… vi

Abstract……… vii

Daftar Isi……….. viii

Daftar Tabel………. x

Daftar Lampiran……….. xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………...……...……...……...……...……...…….... 1

1.2. Rumusan Masalah……...……...……...……...……...……...……... 3

1.3. Tujuan Penelitian……....……...……..……..……..……...……... 3

1.4. Manfaat Penelitian……..……...……..……..……..……..……... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Lensa Kontak……….. 4

2.2. Klasifikasi Lensa Kontak………. 4

2.3. Skrining Pemakai Lensa Kontak…………..……… 6

2.4. Indikasi Pemakaian Lensa kontak…………..……….. 6

(9)

2.6 Pemilihan Lensa Kontak yang Sesuai…………...………. 8

2.7 Cara Menjaga Kebersihan Lensa Kontak………..……… 9

2.8 Teknik Pemakaian Lensa Kontak yang Aman……..………. 12

2.9 Komplikasi penggunaan Lensa Kontak………..……… 13

2.10 Pengetahuan……….………. 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian………..……….... 17

3.2 Defenisi Operasional………..………...……. 17

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian..……..………. 19

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian………..……..……… 19

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian………….……… 19

4.4 Metode Pengumpulan Data………..………..……… 20

4.5 Metode Analisis Data………..………..………… 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian………. 21

5.2 Pembahasan………... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……… 30

6.2 Saran……….. 30

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

dan Umur………

22

5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan………

23

5.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jumlah

Lensa Kontak Yang Tertulis………

24

5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawapan Pengetahuan

Responden Pada Variabel Pertanyaan……….

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Lembar Penjelasan

Lampiran 4 Informed Consent

Lampiran 5 Uji Validasi

Lampiran 6 Ethical Clearence

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

(12)

ABSTRAK

Lensa kontak merupakan suatu hasil perkembangan teknologi di bidang oftalmologi yang digunakan sebagai alternatif pengganti kacamata. Selepas 120 tahun German menghasilkan lensa kontak pertama. Pada tahun 2012 tercatat sekitar 37juta – 38juta pemakai lensa di Amerika Serikat dan ini akan meningkat setiap dekadenya. Ini menunjukkan penggunaan lensa kontak semakin meningkat dan lensa kontak semakin mudah dimiliki. Pengetahuan tentang lensa kontak yang dipilih sangat penting supaya tidak membahayakan tubuh badan kita dan kita bisa menggunakannya secara optimal.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012 yang menggunakan lensa kontak.

Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan studi cross-sectional pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012 yang menggunakan lensa kontak. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-November 2013 dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.

Adapun hasil penelitian ini menunjukkan 56,8% responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang lensa kontak. 43,2% responden termasuk ke ketegori yang mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang terhadap lensa kontak dan tingkat pengetahuan kategori kurang yaitu 0%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin banyak jenis lensa kontak yang mahasiswa tahu semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang lensa kontak. Mahasiswa memiliki pengetahuan yang sedang tentang cara memilih lensa kontak. Mahasiswa memiliki pengentahuan yang baik tentang cara membersihkan dan cara menjaga kebersihaan lensa kontak.

(13)

ABSTRACT

Contact lens is a result of technological development in the field of ophthalmology is used as an alternative spectacle to correct refractive errors. After 120 years, German produces the first contact lenses. In 2012 there were approximately 37millions – 38millions contact lens wearers in United States and this will increase every decade. This indicates that the user of contact lenses is increasing and contact lenses are more easily available. Knowledge of about contact lenses is very important to prevent any side effect from it and use it optimally.

The purpose of this study was to determine the level of knowledge Faculty of Medicine, University of North Sumatra batch 2012 that using contact lenses.

This research method is descriptive with cross-sectional study design. This study was conducted from March to November 2013 and the data was collected using a questionnaire

The results of this study showed 56.8% of respondents had a good level of knowledge about the contact lenses. 43.2% of the respondents belong to the category that have a moderate level of knowledge about the contact lens and the category of less knowledge about contact lens is 0%.

The conclusion of this study is that more contact lenses that students know the higher the level of knowledge about contact lenses. Students have a avarage knowledge about how to choose contact lenses and better to be improved. Students have a good knowledge on how to clean and how to preserve contact lenses in good condition.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lensa kontak merupakan suatu hasil perkembangan teknologi di bidang

oftalmologi yang digunakan sebagai alternatif pengganti kacamata untuk mengatasi

kelainan refraksi mata. Lensa kontak adalah pilihan nomor satu bagi banyak orang

dengan kebutuhan visi koreksi. Bagi banyak orang, lensa kontak memberikan

fleksibilitas dan kenyamanan. Ada banyak lensa yang berbeda tersedia untuk berbagai

kebutuhan dan preferensi. Lensa kontak dapat digunakan untuk memperbaiki

berbagai gangguan penglihatan seperti Miopia, Hiperopia , astigmatisma, dan

Presbiopia (U.S. Food and Drug Administration, 2011).

Ide pertama sekali pembuatan lensa kontak dikemukakan oleh Leonardo Da

Vince pada tahun 1508 (Chirismer, 2010). Selepas para sainstis berusaha dalan

waktu beberapa abab, perkembangan lebih terang, tidak ada bingkai yang

mengganggu pandangan mata, mengurangi distorsi, tidak berkabut, tidak mudah

terkena air hujan, dan tidak menghalangi aktivitas. Namun begitu pada zaman yang

era ini, lensa kontak bukan hanya menkoreksi, ia adalah fashion. Contohnya, lensa

kontak dekoratif. Selama musim Halloween pada tahun 2003, U.S. Food and Drug Administration (FDA) mengeluarkan peringatan konsumen tentang risiko menggunakan lensa kontak dekoratif didistribusikan tanpa keterlibatan yang tepat

oleh dokter mata. FDA menyatakan bahwa mereka telah menerima laporan dari ulkus

kornea yang terkait dengan pemakaian lensa kontak dekoratif (Joseph, 2004).

Dr. Lester M. Crawford, komisaris FDA memperingatkan bahawa

(15)

yang untuk memperbaiki visi, tetapi risiko serius muncul terhadap kesehatan mata

jika mereka didistribusikan tanpa keterlibatan yang tepat dari perawatan mata

profesional yang berkualitas.”(Joseph, 2004).

Manakala penggunaan lensa kontak menimbulkan banyak dampak negatif

yang perlu diwaspadai, apalagi jika tidak mengikuti aturan pemakaian. Seperti

gangguan metabolism mata (hypoxia), kerusakan stroma, trauma endotel, timbulnya toksik dan alergi, keratitis steril, keratitis mikroba, gangguan aliran airmata, dan

distorsi kornea mata. Tetapi yang paling sering timbul adalah neovaskularisasi pada

kornea mata akibat hypoxia dan keratitis yang disebabkan bakteri timbul akibat adanya stress dari penggunaan lensa kontak (Dart, 1999)

Dari data statistik diatas dapat diketahui bahawa penggunaan lensa kontak

semakin meninkat dan semakin mudah diperolehi. Pengetahuan tentang lensa kontak

yang dipilih sangat penting supaya tidak membahayakan tubuh badan kita. Namun, di

Fakultas Kedokteran belum ada penelitian tentang tingkat pengetahuan mahasiswa

dan penggunaan lensa kontak semakin pesat, baik di negara maju maupun negara

berkembang. Pada zaman ini, telah tersedia beragam jenis lensa kontak.

Pada beberapa tahun terakhir ini, sekitar 34juta- 36 juta pemakai lensa kontak

di Amerika Serikat. Pada tahun 2012, Contact Lens Spectrum memperkirakan bahawa ada sekitar 37juta – 38juta pemakai lensa di Amerika Serikat (Jason, 2012). Sedangkan prevalensi pengguna lensa kontak pada mahasiswa kedokteran di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2009 menunjukkan ada sebanyak 115

pengguna lensa kontak dari 1306 mahasiswa (Somanathan, 2009).

Berdasarkan American Optometric Association pada tahun 2003, alasan orang memilih menggunakan lensa kontak daripada kacamata karena lensa kontak

mengikuti pergerakan bola mata dan tidak sedikitpun mengurangi lapangan pandang

mata, sehingga tidak mengganggu penglihatan, memperindah penampilan, nyaman,

yang menggunakan lensa kontak secara umum. Oleh kerana itu, peneliti tertarik untuk

(16)

1.2. Rumusan Masalah

Dari urairan diatas didapati masalah sebagai berikut.:

Seberapa tinggi tingkat pengetahuan penggunaan lensa kontak.

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Diketahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara angkatan 2012 yang menggunakan lensa kontak.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui katergori tingkat pengetahuan Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012 mengenali jenis-jenis lensa

kontak, cara memilih lensa kontak dan cara membersihkan lensa kontak yang dipakai.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang community research program, sehingga menambah kemampuan peneliti untuk melakukan penelitian.

2. Dapat mengetahui karateristik setiap jenis lensa kontak yang tersedia dan

cara untuk memilih lensa kontak yang sesuai.

3. Menambah pengetahuan tentang lensa kontak dan menggunakan secara

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Lensa kontak adalah sejenis plastik yang tipis dan berkurva yang direka untuk dipakai atas permukaan kornea. Lensa kontak akan menempel pada lapisan air mata

yang disebabkan oleh tensi permukaan. Penggunaan lensa kontak adalah salah satu

cara yang efektif dan selamat untuk mengoreksi gangguan refraktif selain kaca mata

apabila digunakan dengan cara yang betul dan pengawasan yang rapi. Selain untuk

mengoreksi kelainan refraksi, kelainan akomodasi, lensa kontak juga digunakan

sebagai terapi dan kosmetik (Collins dictionary).

2.2 Klasifikasi Lensa Kontak

Klasifikasi lensa kontak beserta keuntungan dan kelemahannya berdasarkan

beberapa organisasi

1. Rigid gas-permeable (RGP)

Lensa RGP adalah lensa yang dibuat dari plastik tipis yang flexible dan

oksigen bisa masuk ke mata melewat lensa yang menempel di depan kornea (AOA,

2006). Lensa RGP lebih mudah diguna and jarang tertanggal dari kornea. Jika

dibandingkan dengan lensa kontak lunak, pengguna lensa RGP perlu waktu yang

lebih lama untuk menyesuaikan lensanya (FDA, 2011). Debris lebih mudah

menempel pada lensa dan memerlukan penggunaan yang konsisten dan pemeriksaan

kesehatan mata yang konsisten (AOA, 2006). Waktu penggunaan lensa RGP adalah

(18)

2. Daily-wear soft lens

Lensa kontak lunak ini terbuat dari plastik yang lembut dan fleksibel, yang

mempermudah masuknya oksigen ke mata (AOA, 2006). Plastik yang lembut ini bisa

mengisap air. Lensa ini lebih tipis dan mengandungi kelembapan. Waktu penggunaan

lensa tersebut adalah 12 hingga 16 jam sehari, dan lensanya perlu diganti setiap 12

hingga 18 bulan (Student Health Service HK, 2012). Lensa kontak lunak tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata dan penglihatan tidak setajam seperti

menggunakan lensa RGP. Lensanya juga mudah berminyak dan harus diganti, dan

memerlukan perawatan yang intensif (AOA, 2006).

3. Extended-wear

Lensa kontak ini bisa digunakan secara berterusan selama 6 hari dan bisa

pakai sewaktu tidur. Waktu penggunaan adalah 1 hingga 6 hari atau bisa sampai 30

hari tergantung pada lensanya (FDA, 2011). Terdapat lensa kontak lunak atau lensa

RGP yang bisa dipilih oleh para pengguna lensa kontak (AOA, 2006). Pengguna

lensa yang tipe ini perlu memperhatikan bahawa matanya perlu istirahat selama satu

malam tanpa lensa kontak pada setiap penggantian lensa kontak (FDA, 2011).

4. Extended-wear disposable

Tipe lensa ini sama seperti lensa kontak lunak, it bisa digunakan dengan

waktu yang lama seperti tipe extended-wear. Lensa kontak ini tidak perlu dibersihkan, memiliki risiko yang rendah jika digunakan sesuai langkahnya, tersedia dalam

berbagai warna, dan sesuai sebagai lensa cadangan (AOA. 2006). Tapi penglihatan

tidak setajam seperti lensa RGP, tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, dan

(19)

5. Planed replacement

Lensa ini digunakan secara berjangka sebagai pengganti lensa lunak, dan

kebanyakan dapat digunakan lebih dari 2 minggu, sebulan atau 4 bulan. Lensa kontak

ini lebih mudah dibersihkan dan tidak mudah terkena infeksi, baik untuk mata yang

sehat, tetapi harus dengan resep dokter (AOA, 2006).

2.3 Skrining pemakai lensa kontak

Menurut Aryani Atiyatul Amra pada tahun 2007, pemakaian lensa kontak

harus memiliki kriteria / syarat-syarat agar mencapai keberhasilan dan tidak

mengalami kesulitan / komplikasi:

Skrining pemakaian lensa kontak berdasarkan.

1. Keadaan anatomi dan fisiologi;

a. Struktur, bentuk, kejemihan segmen anterior harus normal

2. Psikologis;

a. Motivasi,intelegensia dan kepribadian pasien mempengaruhi

komplikasi pemakaian lensa kontak.

3. Patologis;

a. Berdasarkan anamnesa : kesehataan umum, kesihatan mata,

obat-obat yang digunakan penyakit mata, visus dan kaca mata. 4. Faktor umum, pekarjaan dan olah raga.

5. Pemeriksaan refraksi.

2.4 Indikasi pemakaian lensa kontak

Berdasarkan analisa Aryani Atiyatul Amra pada tahun 2007, indikasi

pemakaian lensa kontak telah dibahagi kepada beberapa kelompok di bawah.

1. Pembaikan penglihatan : Pengganti kacamata, astigmat irregular,

(20)

2. Indikasi medik :

- Melindung kornea : coloboma trichiasis, keratitis sicca

- Pengganti perban : keratitis bulosa, ulkus kornea descemetocele

- Lensa kontak warna : alasan kosmetik, menutupi macula, leukoma luas

3. Indikasi perventif : mencegah terjadinya simbleparon

4. Indikasi diagnostik : penggunaan gonioskopi, elektroretinograpi

5. Indikasi operasi : digunakan selama operasi goniostomy pada glaukoma

kongenital

6. Indikasi kosmetik : pada parut kornea, ptosis, ptisis bulbi

7. Indikasi pekerjaan : olahragawan , aktor

2.5 Kontra indikasi pemakaian lensa kontak

Kontra indikasi ocular primer untuk menggunakan lensa kontak. (C.A. Lima

er al, 2004).

1. Peradangan akut atau subakut dari segmen anterior mata

2. Infeksi mata akut dan kronis

3. Penyakit mata yang mempengaruhi kornea, konjungtiva, dan kelopak mata

(misalnya, epitel kerapuhan, gagal endotel, mata kering, alergi, pinguecula, pterigium)

4. Kornea hypesthesia

5. Glaukoma yang tidak terkontrol

6. Sentuhan Vitreocorneal di aphakia

7. Intoleransi psikologis untuk penempatan benda asing di mata

Semua kontraindikasi ini relatif. Jika kontraindikasi apapun dieliminasi,

(21)

Kontra indikasi menggunakan lensa kontak untuk menkoreksi kalainan mata.

1. Setiap penyakit sistemik atau alergi yang mempengaruhi mata dan dapat

dipengaruh oleh lensa kontak

2. Ketidakmampuan untuk mengikuti instruksi untuk pembersihan,

penyimpanan, dan asepsis dari lensa kontak

3. Tidak menjaga kebersihan pribadi (terutama tangan dan kuku)

4. Ketidakmampuan untuk memahami risiko yang terkait dengan

penggunaan lensa kontak

5. Pasien yang imunosupresi

6. Penggunaan obat sistemik yang dapat menpengaruh kualitasi air mata

7. Kehamilan, menyusui, dan menopause keadaan yang mungkin terkait

dengan ketidakstabilan dan intoleransi lensa kontak. Sebaiknya menunggu

sampai akhir kehamilan dan menyusui sebelum memakai lensa kontak

8. Pasien yang sangat tua atau sangat muda yang tidak bisa mengelola

penyisipan, penghapusan, atau perawatan lensa kontak tanpa bantuan

Kontra indikasi secara professional primitif untuk kegunaan optik

1. Pekerja pada lingkungan yang tercemar

2. Pekerja yang terpapar pada lingkungan yang mengandungi produk kimia 3. Pekerja yang terpapar pada lingkungan yang sangat kering

4. Pekerja yang perlu menghadapi bahan-bahan yang mudah evaporasi pada

suhu kamar (C.A. Lima er al, 2004).

2.6 Pemilihan lensa kontak yang sesuai

Pemilihan kacamata biasa dapat ditentukan sesuai dengan preferensi pribadi.

Untuk lensa kontak, mata anda perlu diperiksa oleh dokter mata yang terdaftar dan

kemudian pilih sesuai dengan kebutuhan anda. Beberapa saran umum adalah

(22)

1. Lensa keras yang non-permeabel oksigen, sehingga mereka umumnya tidak

dianjurkan untuk dipakai. Apakah akan memilih kaku lensa permeabel gas

atau lensa lunak, tergantung pada tiga prinsip utama: kesehatan, kenyamanan

dan visi jelas.

2. Pilih lensa kontak yang dipakai sehari jika memungkinkan. Jika lensa

kontak extended-wear, Anda masih harus mengeluarkan lensa kontak setiap hari sebelum tidur. Pemakaian lensa kontak untuk jangka waktu yang panjang

tanpa dikeluarkan akan menimbulkan dampak negatif pada mata.

3. Pengguna lensa kontak yang bekerja dalam jam kerja yang tidak teratur

atau perlu memakai lensa kontak selama 24 jam terus menerus dapat

mempertimbangkan lensa kontak extended-wear. Namun, mereka harus berkonsultasi dengan dokter mata dan mengeluarkan lensa sebelum tidur jika

memungkinkan.

4. Lebih menguntungkan bagi pengguna lensa kontak lunak untuk memilih

lensa kontak sekali pakai, meskipun biaya mungkin lebih tinggi.

5. Para Athletic harus memilih lensa kontak lunak. Selama kegiatan olahraga mata mereka sering berada dalam gerakan cepat dan lensa RGP lebih mudah

mengusir. Selain itu, jika terjadi cedera akibat olahraga, trauma yang

disebabkan oleh lensa kontak lunak terhadap mata relatif kecil (Student Health Service HK, 2012).

2.7 Cara menjaga kebersihan lensa kontak

Pengguna lensa kontak harus selalu menjaga kebersihaan lensa kontak.

Manakala langkah-langkah pembersihan lensa kontak juga sangat penting. Langkah

awalnya lensa kontak dibersihkan, selepas itu dibilas dan akhirnya didesinfeksi.

(23)

1. Pembersihan: Lensa kontak yang berbeda harus dibersihkan menggunakan

cara yang berbeda.

- Untuk lensa kontak lunak, lensa ditempati di telapak tangan, kocok

larutan pembersih dan teteskan satu atau dua tetes ke lensa. Gosok

dengan lembut menggunakan jari tengah untuk membuang kotoran.

Setelah selesai membersihkan satu sisi lensa, lensa kontak dibalikkan

dan dibersihkan sisi lain. Dibutuhkan 1-2 menit untuk membersihkan

satu lensa.

-Untuk lensa kontak keras, menerapkan larutan pembersih, tahan lensa

dan gosok dengan jari telunjuk dan jempol sehingga kedua sisi lensa

dapat dibersihkan secara bersamaan.

2. Membilas: Tujuan pembilasan lensa adalah untuk benar-benar

membersihkan larutan pembersih, yang merugikan mata. Anda dapat

menggunakan air keran untuk membilas lensa kontak keras atau lensa

permeabel gas kaku. Lensa kontak lunak harus dibilas dengan saline steril.

Untuk membilas, lensa ditempatkan pada telapak tangan anda, tambahkan air

keran atau air saline steril ke lensa dan gosok dengan jari tengah anda untuk

membilas larutan pembersih.

3. Disinfeksi: Setelah dibersihkan, lensa harus dimasukkan ke dalam solusi penyimpanan untuk desinfeksi. Hal ini relatif sederhana untuk mensterilkan

lensa kontak keras atau lensa permeabel gas kaku karena anda hanya perlu

menempatkan mereka dalam solusi penyimpanan. Namun, desinfektan lensa

kontak lunak lebih kompleks dan terdapat tiga metode untuk desinfeksi: -

a. Desinfeksi panas: Letakkan lensa yang telah dibersihkan dan dibilas

ke dalam bekas lensa, tambahkan saline steril ke dalam bekas ini

sebelum pemanasan sampai 80 derajat Celcius selama 15 menit.

Prosedur desinfeksi kemudian selesai. Lensa dapat digunakan setelah

(24)

efektif dan tidak menimbulkan alergi mata atau ketidaknyamanan

karena hanya saline steril digunakan dalam proses ini. Kelemahannya

adalah panas dapat menyebabkan kerusakan pada lensa dan

memendekkan masa hidup lensa. Biasanya, lensa harus diganti dalam

waktu satu tahun.

b. Hidrogen peroksida desinfeksi: Letakkan lensa yang telah

dibersihkan dan dibilas ke dalam larutan hidrogen peroksida untuk

desinfeksi. Hidrogen peroksida akan membahayakan mata, oleh karena

itu, lensa yang didesinfeksi dengan hidrogen peroksida harus melalui

proses netralisasi sebelum dipakai. Ada banyak cara untuk netralisasi,

seperti mengeluarkan lensa dari larutan hidrogen peroksida dan

menempatkan mereka ke dalam larutan penetral. Atau Anda dapat

menempatkan sebuah pil penetralisir atau cincin logam penetral ke

dalam larutan hidrogen peroksida dengan lensa. Seluruh proses

desinfeksi dan netralisasi dapat berlangsung dari puluhan menit

sampai beberapa jam. Keuntungannya adalah bahwa alergi mata dapat

dihindari jika hidrogen peroksida benar-benar dinetralkan.

Kelemahannya terletak pada kompleksitas proses, yang meliputi

desinfeksi dan netralisasi, dan kedua-dua langkah tersebut penting. Lensa tidak bisa digunakan sebelum proses netralisasi selesai.

c. Disinfeksi kimia: Letakkan lensa yang telah dibersihkan dan dibilas

ke dalam larutan desinfeksi kimia yang mengandungi komponen yang

dapat mensterilkan lensa. Proses ini biasanya membutuhkan 4 sampai

6 jam. Keuntungan adalah kesederhanaan dan fakta bahwa lensa dapat

dipakai segera setelah diambil dari solusi jika diperlukan. Itu

kelemahan adalah komponen kimia dapat berdifusi ke dalam lensa.

(25)

ketidaknyamanan bagi pengguna yang sensitif terhadap zat kimia

tersebut.

Menghapus Protein: Selain pembersihan harian, pembilasan dan

desinfeksi, lensa kontak lunak dan lensa permeabel gas kaku juga

membutuhkan penghapusan protein secara mingguan. Pertama, letakkan pil

penghapus protein ke dalam saline steril sebelum menempatkan lensa yang

telah dibersihkan dan dibilas ke dalam larutan penghapus protein selama 20

sampai 40 menit. Lensa kemudian harus diambil keluar untuk pembersihan

dan pembilasan lagi sebelum disinfeksi. Tujuan menggunakan protein

remover adalah untuk menghapus koagulasi protein dari air mata. Hal ini

terutama penting bagi mereka yang telah memilih desinfeksi panas, di mana

Proses menghapuskan protein harus dilakukan secara mingguan. Alasannya

adalah desinfeksi panas yang dapat menyebabkan denaturasi protein

transparan sebelumnya diendapkan pada lensa, membentuk jenis lain dari

protein buram dan mengakibatkan kerusakan permanen pada lensa.

2.8 Teknik pemakaian lensa kontak yang aman

Menurut Fatin Amirah pada tahun 2010, beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemakai lensa kontak :

i. Selalu cuci tangan sebelum menyentuh lensa kontak.

ii. Cuci dan disenfeksi lensa kontak setiap kali setelah pemakaian.

iii. Tempat penyimpanan lensa kontak dicuci dan dibiarkan kering setiap

hari. Seminggu sekali, tempat lensa kontak didisinfeksi dengan air

mendidih. Gantilah tempat penyimpanan lensa kontak secara teratur.

iv. Ikuti petunjuk perawatan lensa kontak yang diberikan oleh dokter

(26)

v. Buang cairan yang telah dipakai dengan segera, janganlah digunakan

untuk kali kedua.

vi. Jangan menggunakan cairan saline yang dibuat sendiri.

vii. Jangan menyimpan lensa kontak dalam cairan yang tidak steril sperti

air keran atau air distilasi.

viii. Jangan memakai lensa kontak yang rusak atau sudah lama.

ix. Periksalah mata anda secara teratur (minimal setahun sekali).

2.9 Komplikasi penggunaan lensa kontak

Perubahan fisiologis terjadi pada kornea setelah pemakaian lensa kontak.

Antaranya adalah kerusakan epitel, stroma, dan endotel serta gangguan pada

permukaan okular. Komplikasi yang muncul bisa dari ringan sehingga ke parah.

Beberapa gejala awal yang sering dijumpai adalah red eye, tight lens syndrome, hipoksia dan keratitis mikroba. Gangguan-gangguan ini biasanya disebabkan oleh

penjagaan lensa kontak yang jelek.

Red eye merupakan infiltrat pada kornea dan menyebabkan acute red eye. Antara simptomnya adalah ketidaknyamanan dan sensasi benda asing. Perawatannya

adalah mengurangi pemakaian lensa kontak sehingga sembuh secara total dalam masa

2 minggu. Selalunya tiada pengobatan yang dipreskripsi.

Tight lens syndrome terjadi apabila lensa kontak telah kering dan tidak melekat pada kornea dengan sebaiknya sehingga menekan kuat pada kornea. Lensa

tidak akan tergeser apabila mata berkedip sehingga menurunkan kadar oksigen yang

dapat diambil pada kornea. Gejala yang muncul adalah iritasi, nyeri, pandangan yang

kabur, dan fotofobia. Antibiotik topikal dan steroid serta agen siklopedik akan

dipreskripsi.

(27)

akut kerana tiada keluhan nyeri dan gangguan penglihatan yang terjadi adalah

minimal.

2.10 Pengetahuan 2.10.1 Definisi

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu.

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif sangat penting menentukan tindakan seseorang. Pengetahuan yang termasuk

dalam domain kognitif mempunyai enama tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Diartikan sebagai mengingatsuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengehuan tingkat ini adalah mengingat kembali suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah di terima.

b. Memahami (Comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyelesaikan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpresikan materi tersebut secara jelas.

c. Apliksai (Applicaton)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi dalam struktur organisasi,dan masih dad kaitannya satu

sama lain.

d. Sintesis (Synthesis)

Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di

dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

(28)

e. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan

yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan

di atas.

2.10.2 Pengukuran Pengetahuan

Menurut teori Lawrence Green (dalam Notoatmodjo, 2007) bahwa perilaku

seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,

kepercayaan dan tradisi sebagai faktor predisposisi disamping faktor pendukung

seperti lingkungan fisik, prasarana atau faktor pendorong yaitu sikap dan prilaku

petugas kesehatan atau petugas lainnya.

Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2006), dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif digambarkan

dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif terwujud angka-angka,

hasil perhitungan atau pengukuran, dapat diproses dengan cara dijumlahkan,

dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase, setelah dipersentasekan lalu ditafsirkan ke dalam kalimat yang bersifat kualitatif.

a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang diharapkan

b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% dari yang diharapkan.

c. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% dari yang diharapkan.

2.10.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

(29)

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur

hidup. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan tinggi, maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa

seorang yang perpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

b. Informasi

Informasi yang di peroleh baik dari pendidikan formal maupun non formal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah

yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah

pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan ntuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi ekonomi seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, mauppun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel independen Variabel dependen

3.2. Definisi Operasional 3.2.1 Definisi

a. Pengetahuan pengguna lensa kontak adalah hasil dari tahu dan pengalaman

orang yang menggunakan penutup dari kaca atau plastik yang melengkung digunakan

langsung di atas kornea mata untuk mengoreksi kesalahan refraksi mata.

b. Stambuk 2012 FK USU adalah angkatan yang terbaru pada tahun akedemik

2012/2013 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.2.2. Cara Ukur: Wawancara

3.2.3. Alat Ukur: Kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 pertanyaan dengan beberapa pilihan jawaban:

a. Jawaban yang benar diberi skor 2

b. Jawaban yang kurang tepat diberi skor 1

c. Jawaban yang salah diberi skor 0 Pengguna lensa kontak pada

stambuk 2012 FK USU

(31)

3.2.4. Kategori

Tingkat pengetahuan akan dikategorikan sebagai berikut (Notoatmodji, 2007):

a. Pengetahuan baik (skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi)

b. Pengetahuan sedang (skor jawaban responden 40-75% dari nilai tertinggi)

c. Pengetahuan kurang (skor jawaban responden < 40% dari nilai tertinggi)

(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan studi cross-sectional yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan pengguna lensa kontak pada Mahasiswa FK USU stambuk 2012.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

penelitian dilakukan selama bulan Maret-November 2013, sedangkan pengambilan

dan pengumpulan data dilakukan pada bulan September-November 2013.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2012 yang menggunakan lensa

kontak.

4.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling. Kriteria inklusi untuk sampel penelitian ini adalah mahasiswa yang menggunakan lensa kontak,

sedangkan kriteria eksklusi adalah mahasiswa yang tidak bersedia menjawab

kuesioner.

4.3.3 Besar Sampel

Besar sampel ini tidak ditentukan dengan rumus. Penelitian ini menggunakan

(33)

karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh

populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Dari hasil perhitungan jumlah

responden, didapati besar sampel mehasiswa stambuk 2012 yang menggunakan lensa

kontak di FK USU sebanyak 44 orang.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pada awal penelitian diperlukan data primer berupa data umum populasi

mahasiswa FK USU stambuk 2012 yang menggunakan lensa kontak dari setiap kelas

tutorial. Terlebih dahulu kuesioner telah dilakukan uji validitas untuk mengetahui

apakah kuesioner yang digunakan menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut

(valid). Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi antara setiap skor tiap-tiap

pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Untuk menguji validitas kuesioner

menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Untuk tiap-tiap pertanyaan yang tidak valid harus dibuang atau tidak dipakai sebagai instrumen

pertanyaan. Setelah dilakukan uji validitas, maka didapati pertanyaan yang valid

untuk tingkat pengetahuan.

4.5 Metode Analisis Data

(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden di ruang tutorial tanpa dibawa

pulang ke rumah. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis

sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan dibawah ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah diadakan di Falkutas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara yang berlokasi di jalan dr. Mansyur No.5 Medan, Indonesia. Fakultas

Kedokteran USU dimulai pada tanggal 20 Agustus 1952 oleh Yayasan Universitas

Sumatera Utara, yang berlokasi di kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru.

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas sekitar

100 Ha yang berada di tengah. Fakultas ini memiliki berbagai ruangan yaitu ruang

kuliah dan tutorial, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skill lab, ruang

seminar, perpustakaan, pendopo, mushola, kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang

POM, kantin, kamar mandi, tempat fotokopi dan parker. Fakultas ini menerima

mahasiswa melalui jalur PMP, UMB Kemitraan, UMB-SPMB, SNMPTN, Mandiri,

dan Internasional dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak Universitas.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Pada penelitian ini tidak ada batasan terhadap variabel tertentu. Contohnya

jenis kelamin dan umur responden. Karena dalan penelitian ini, peneliti hanya ingin melihat tingkat pengetahuan tentang lensa kontak pada pengguna lensa kontak sahaja

(35)

Tabel 5.1.

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Variabel Frekuensi (n) Persen (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 10 22,7

Perempuan 34 77,3

Umur

18 10 22,7

19 18 40,9

20 7 15,9

21 4 9,1

22 3 6,8

23 1 2,3

26 1 2,3

Total 44 100,0

Mayoritas responden yang menggunakan lensa kontak dari variabel jenis

kelamin adalah kelompok perempuan yaitu 34 orang (77,3%). Pengguna lensa kontak

(36)

5.1.3. Hasil Analisis Data

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dikategorikan kepada 3 kategori

yaitu baik, sedang, dan kurang. Seorang responden akan dikatakan baik jika

mendapat hasil kuesioner lebih dari 22 dari 30 selepas menjawab kuesioner,

sedangkan seorang responden dikatakan berpengetahuan sedang jika hasil kuesioner

adalah antara 12 hingga 22. Jika hasil kuesioner kurang dari 12 akan termasuk ke

kategori yang pengetahuan yang kurang terhadap lensa kontak.

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 25 56,8

Sedang 19 43,2

Kurang 0 0

total 44 100.0

Dari data tabel 5.2., terdeskripsi bahawa terdapat 56,8% responden

mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang lensa kontak. 43,2% responden

termasuk dan kategori yang mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang terhadap

(37)

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jumlah Lensa Kontak Yang Tertulis

Jumlah Lensa

Kontak Yang

Tertulis

Tingkat Pengetahuan

Total Baik sedang Kurang

n % n % n %

0-1 11 50,0 11 50,0 0 0 22

2-3 10 55,6 8 44,4 0 0 18

>3 4 100 0 0 0 0 4

Dari data tabel 5.3. diatas, didapati bahawa responden yang menyebutkan

lebih dari 3 jenis lensa kontak mempunyai tingkat pengetahuan yang baik sebesar

100% dari 4 responden. Selain itu, responden telah menyebutkan 2 hingga 3 jenis

lensa kontak terdapat 44,4% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan 55,6%

yang mempumyai tingkat pengetahuan yang sedang. Responden yang tidak menulis

atau menyebutkan 1 jenis lensa kontak terdapat sebanyak 22 orang, 50% dari

responden tersebut mempunyai tingat pengetahuan yang baik dan 50% adalah tingkat

(38)

Tabel 5.4.

Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawapan Pengetahuan Responden Pada Variable Pertanyaan

No Pertanyaan Jawapan Responden

Benar Kurang Tepat Salah

n % n % n %

Berdasarkan tabel 5.4. diatas, pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak

dijawab dengan benar adalah pertanyaan pada nomor 14, dan 15 dengan persentasi

sebesar 93,2% dan nomor 4, 9, dan 12 dengan persentasi sebesar 84,1%. Sedangkan

pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor 7 yaitu

sebesar 63,6%. Nomor 10 dan 2 ternyata paling banyak dijawab kurang tepat dengan

(39)

5.2. Pembahasan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu.

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003). Dalam penelitian, telah melakukan pembagian kuesioner yang telah valid untuk mengukur

pengetahuan responden pada tingkat pengetahuan, yaitu tahu.

Dari hasil kuesioner penelitian, diperolehi sebanyak 12 responden (27,3%)

telah jelas memiliki pengetahuan baik tentang fungsi terhadap lensa kontak untuk

mengoreksi kelainan penglihatan. Pada pertanyaan yang kedua sebanyak 17

responden (38,6%) yang mengetahui bahawa lensa kontak mempunyai beberapa jenis.

Berdasarkan American Optometric Association (AOA), lensa kontak diklasifikasikan kepada 5 jenis.

Terdapat 34 responden (77,3%) memiliki pengetahuan yang baik tentang

masa jangka hidup setiap lensa kontak. Berdasarkan Student Health Service HK pada tahun 2012, setiap jenis lensa ada jangka hidup tertentu dan perlu waspada supaya

tidak membahayakan kornea kita.. Terdapat 37 responden (84,1%) memiliki

pengetahuan yang baik tentang kebersihan diri terhadap lensa kontak. Pengguna lensa

kontak perlu memastikan tangan mereka bersih sebelum memasang atau melepas lensa kontak. Mereka perlu mencuci tangan mereka dengan air yang bersih dan sabun

untuk membersihkan tangan mereka (Student Health Service HK, 2012).

Terdapat 33 responden (75%) memiliki pengetahuan yang baik bahawa

penderita retardasi mental tidak bisa menggunakan lensa kontak, seperti yang

dikemukakan boleh Kharuna (2007) bahawa penderita retardasi mental

dikontraindikasikan untuk menggunakan lensa kontak. Terdapat 28 responden (63,6%)

memiliki pengetahuan yang baik terhadap kebutuhan waktu kepada mata untuk

(40)

waktu istirahat atau tidur supaya mata bisa istirahat dan menghindari efek samping

dari lensa kontak tersebut.

Kemudian, terdapat 6 responden (13,6%) memiliki pengetahuan yang baik

tentang indikasi secara medik. Indikasi pemakaian lensa kontak tidak hanya

memperbaikan penglihatan, ia juga bisa melindung kornea kita dari kering atau iritasi

terhadap lingkungan, kosmetik, pekerjaan dan lain-lain (Arayani A, 2007). Dari

indikasi pekerjaan terhadap lensa kontak, terdapat 18 responden (40,9%) memiliki

pengetahuan yang baik. Lensa kontak adalah pilihan yang paling sesuai untuk

olahragawan yang ada kekurangan penglihatan dan mereka tidak bisa menggunakan

kacamata sewaktu pertandingan atau latihan (Arayani A, 2007).

Terdapat 37 responden (84,1%) memiliki pengetahuan yang baik bahawa

peradangan mata merupakan komplikasi yang sering timbul akibat penggunaan lensa

kontak dan perlu menghentikan pemakaian lensa kontak dengan segera. Selain itu,

terdapat 13 responden (29,5%) memiliki pengetahuan yang baik terhadap penyakit

keratitis adalah keluhan akibat dari penggunaan lensa kontak. Berdasarkan Mark

(2011), lensa kontak adalah faktor utama yang menyebabkan keratitis. Ini berkaitan

dengan kebiasaan penggunaan lensa kontak, jika semakin lama menggunakan lensa

kontak setiap hari akan menyebabkan kornea mengalami hipoxia. Seterusnya akan

muncul keluhan mata. Pada saat keluhan tersebut muncul pengguna lensa kontak tidak diganjurkan menggunakan lensa kontak sehingga sembuh dari keluhan.

Student Health Service HK (2012) menyatakan bahawa pembersihan lensa kontak mulai dari lensa kontak dibersihkan, selepas itu dibilas dan akhirnya

didesinfeksi. Setiap langkah harus diikuti. Pada pertanyaan ini terdapat 19 responden

(43,2%) memiliki pengetahuan yang baik terhadap langkah-langkah untuk

membersihkan lensa kontak. Berdasarkan American Optometric Association (AOA), bahawa jika muncul efek samping saat mulai menggunakan lensa kontak atau

mengalami kelainan atau keluhan akibat dari penggunaan lensa kontak, maka

(41)

responden (84,1%) memiliki pengetahuan yang baik bahawa kita perlu merujuk

kepada dokter mata jika muncul keluhan.

Kemudian, terdapat 33 responden (75%) memiliki pengetahuan yang baik

terhadap cara untuk membilas lensa kontak. Membilas lensa kontak adalah salah satu

langkah untuk membersihkan lensa kontak. Tujuan pembilasan lensa adalah untuk

benar-benar membersihkan larutan pembersih, yang menimbulkan dampak negatif

terhadap mata. Anda dapat menggunakan air keran untuk membilas lensa kontak

keras atau lensa permeabel gas kaku. Lensa kontak lunak harus dibilas dengan saline

steril, tidak buatan garam atau air keran. Untuk membilas, menempatkan lensa untuk

dibersihkan pada telapak tangan anda, tambahkan air keran atau air saline steril ke

lensa dan gosok dengan jari tengah anda untuk membasuh larutan pembersih (Student Health Service HK, 2012). Terdapat 41 responden (93,2%) memiliki pengetahuan yang baik terhadap kondisi lensa kontak dan kapan lensanya perlu diganti baru. Jika

lensa kontak mengalani kerosakan, pengguna lensa kontak perlu mengantikan lensa

tersebut untuk menghindari dari kecederaan mata. Berdasarkan Student Health Service HK (2012), setelah dibersihkan, lensa harus dimasukkan ke dalam solusi penyimpanan untuk desinfeksi. Lensa kontak perlu disimpan di bekas dan cairan yang

steril. Terdapat 41 responden (93,2%) memiliki pengetahuan yang baik terhadap

lensa kontak perlu disimpan di cairan yang steril.

Secara kesuluruhan diperolehi sebanyak 25 responden (56,8%) yang

berpengetahuan baik, 19 responden (43,2%) yang berpengetahuan sedang, dan tidak

ada responden (0%) yang berpengetahuan kurang.

Tingkat pengetahuan responden mengenali jenis-jenis lensa kontak bisa

dilihat dari kuesioner no. 1 dan 2. Terdapat sebanyak 27,3% dan 38,6% responden

jelas mengenali jenis lensa kontak. Terdapat 47,7% dan 54,5% memiliki pengetahuan

yang tidak sangat jelas mengenali jenis lensa kontak. Dari segi penelitian, responden

(42)

berlaku karena responden tidak memiliki pengetahuan dengan jelas dan masih ada

sesuatu pertanyaan yang masih belum dijawab.

Selain itu, dalam kuesioner penelitian telah mengumpulkan jumlah lensa

kontak yang tersedia yang diketahui oleh responden. Jumlah lensa kontak yang

dinyatakan oleh responden dikategori kepada 3 kelompok berdasarkan jumlah lensa

yang ditulis. Kelompok pertama adalah 0 hingga 1 jenis, kelompok kedua adalah 2

hingga 3 jenis dan kelompok ketiga adalah lebih dari 3 jenis. Pada kelompok pertama

terdapat 11 responden (50%) memiliki pengetahuan yang baik dan 11 responden

(50%)memiliki pengetahuan yang sedang. Pada kelompol kedua terdapat 10

responden (55,6%) memiliki pengetahuan yang baik dan 8 responden (44,4%)

memiliki pengetahuan yang sedang. Pada kelompok ketiga semua 4 responden (100%)

memiliki pengetahuan yang baik.

Kuesioner no. 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 12 dalam penelitian menanyakan tentang

cara memilih lensa kontak dari beberapa faktor. Ternyata kuesioner no. 7, 8, dan 10

terdeskripsi bahawa pengetahaun responden masih dibawah rata-rata, sebanyak

13,6%, 40,9%, dan 29,5% sahaja yang memiliki pengetahuan yang baik. Keusioner

ini menanyakan tentang indikasi dan kontraindikasi terhadap penggunaan lensa

kontak. Dari hasil penelitian, tingkat pengetahuan responden masih memuaskan tetapi

masih perlu menambah pengetahuan tentang lensa kontak, supaya pengguna lensa kontak bisa memilih jenis lensa kontak yang lebih sesuai.

Kuesioner no. 4, 11, 13, 14, dan 15 dalam penelitian adalah pertanyaan

tentang kebersihaan lensa kontak dan cara membersihnya. Dari hasil yang didapatkan

semua soal ini mempunyai persentase yang lebih dari 70% kecuali no 11 yang hanya

mempunyai 43,2%. Kebanyakan responden telah bisa menguasai cara mencuci dan

(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian, semakin banyak jenis lensa kontak yang responden tahu semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang lensa kontak. Ini telah dibuktikan dengan

persentase di table 5.3. Cara memilih lensa kontak responden hanya memuaskan dan

perlu ditingkatkan. Responden memiliki pengetahuan yang baik tentang cara

membersihkan dan cara menjaga kebersihaan lensa kontak.

Secara keseluruhan diperolehi sebanyak 25 responden (56,8%) yang

berpengetahuan baik, 19 responden (43,2%) yang berpengetahuan sedang, dan tidak

ada responden (0%) yang berpengetahuan kurang.

Dari hasil data tersebut, terdeskripsi bahawa mayoritas tingkat pengetahuan

tentang lensa kontak pada Mahasiswa Stambuk 2012 Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara berada pada kategori sedang.

6.2.Saran

Masukkan kepada Bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara agar menambahkan kuliah tentang lensa kontak secara lengkap. Ini

akan meningkatkan tingkat pengetahuan semua mahasiswa terhadap lensa kontak.

Pada masa depan, mahasiswa bisa menggunakan pengetahuan mereka untuk

memberikan pengetahuan tersebut ke masyarakat luas khususnya pengguna lensa

kontak.

Masukkan kepada responden agar mencari informasi yang lengkap untuk

(44)

DAFTAR PUSTAKA

American Optometric Association, 2006-2013, Advantages and Disadvantages of Various Types of Contact Lenses, viewed date 14 May 2013, http://www.aoa.org/x5234.xml

Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Claudia, A.L., Newton, K. J., and Jason, J. N., 2004, ‘Indications, Contraindications, and Selection of Contact Lenses’, Springer, viewed 18 May 2013, http://www.springer.com/978-0-387-40400-4

Collins dictionary, 2013, definition of “contact lens”, viewed 30 March 2013, http://www.collinsdictionary.com/dictionary/english/contact-lens

Fatin, A.K., 2010, ‘Gambaran Penggunaan Lensa Kontak pada Mahasiswa FK USU dan Kemungkinan Terjadinya Keratitis’, USU Institutional Repository, viewed 14 May 2013, http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23196

Jason, J.N., 2012, Contact Lens Sprectrum’s Annual Repots of Contact Lenses 2012, viewed 20 April 2013,

http://www.clspectrum.com/articleviewer.aspx?articleID=107853

Joseph, T.B., 2004, Contact Lens Spectrum's annual report of major corporate and product developments and events in the contact lens industry in 2004, as well as predictions for 2005, viewed 15 April 2013,

http://www.clspectrum.com/articleviewer.aspx?articleid=12733

(45)

Somanathan, S., 2009, ‘Prevalence of Contact Lenses User and Associated Complication In Relation to Misuse among Medical Students of Batch 2006 till 2008’, USU Institutional Repository, viewed 14 April 2013,

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta, Bandung, Viewed 28 July 2013,

Student Health Service Hong Kong Department of Health, 2012, How to Choose and Take Care of Your Contact Lenses, viewed 13 May 2013, http://www.studenthealth.gov.hk/english/health/health_ev/health_ev_cl.htm

United State Food and Drug Administration, 2011, Types of Contact Lenses, viewed 30 April 2013,

http://www.fda.gov/medicaldevices/productsandmedicalprocedures/homehealth andconsumer/consumerproducts/contactlenses/ucm062319.htm

United State Food and Drug Administration, 2011, Contact Lenses, viewed 15 April 2013,

(46)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lee Mun Kiat

Tempat /Tanggal Lahir : Ipoh, Malaysia/ 02 Juli 1990

Agama : Buddis

Alamat : Blok B 49, Komplex Tasbi 1, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Rendah Jenis Kebangsaan (C) Tringkap,

Cameron Highlands, Pahang

2. Sekolah Menengah Kebangasaan Sultan Ahmad

Shah, Cameron Highlands, Pahang

3.Oasis College, Kuala Lumpur

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta Penerimaan Mahasiswa Baru FK USU 2010 2. Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) FK USU 2012

Riwayat Organisasi : 1. Pemerintah Mahasiswa Falkutas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara 2011-2012

2. Ketua Organisasi Bulu Tangkis Porseni FK USU

(47)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG LENSA KONTAK PADA MAHASISWA FK USU ANGKATAN 2012 Jenis lensa kontak yang digunakan :

Sebutkan jenis-jenis lensa kontak yang tersedia

I.

1 Lensa kontak bisa mengoreksi gangguan refraksi.

2 Lensa kontak hanya ada lensa lunak(soft lense) saja.

3 Setiap jenis lensa kontak ada tanggal kedaluwarsanya.

4 Kita perlu memcuci tangan sebelum dan sesudah memakai lensa kontak.

5 Pasien yang ada gangguan mental bisa pakai lensa kontak.

6 Pengguna lensa perlu mengeluarkan lensa kontak waktu tidur.

7 Lensa kontak bisa melindung kornea dari penyakit keratitis sicca.

8 Olahragawan adalah salah satu pekerjaan yang perlu mengunakan lensa kontak waktu di lapangan.

9 Pasien yang ada peradangan mata perlu segera menghentikan pemakaian lensa kontak.

10 Lensa kontak bisa menyebabkan Keratitis.

11 Selepas mencuci lensa kontak perlu melakukan disinfeksi.

12 Kita perlu merujuk ke dokter mata jika ada keluhan mata.

13 Kita hanya bisa membilas lensa kontak lunak dengan cairan saline steril.

14 Jika lensa kontaknya sudah robek sedikit, kita tidak bisa pakai lagi dan harus ganti baru

15 kita bisa menggunakan cairan tidak steril seperti air keran untuk menyimpan lensa kontak.

(48)

Lampiran 3

SURAT PENJELASAN

Dengan hormat,

Saya, Lee Mun Kiat, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Tingkat

Pengetahuan Tentang Lensa Kontak Pada Mahasiswa Stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Katergori tingkat pengetahuan Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angatan 2012 yang menggunakan lensa kontak.

Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menambah pengetahuan tentang lensa kontak dan

menggunakan secara optimal.

Saya akan melakukan wawancara dengan bantuan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai

tentang lensa kontak. Partisipasi Saudara/i bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Saya mohon kesediaan

Saudara/i untuk mengisi kuesioner di bawah ini dengan jujur dan terbuka sesuai dengan pengetahuan

Saudara/i. Oleh karena itu, Saudara/i diminta menberi jawapan apa adanya. Tidak ada kerugian apapun

yang akan diperoleh Saudara/i sebagai partisipasi.

Identitas pribadi Saudara/i sebagai partisipasi akan dirhasiakan dan informasi yang diberikan

hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini, Saudara/i tidak akan dikenai biaya

apapun. Bila terdapat hal yang kurang mengerti, Saudara/i dapat langsung menanyakan kepada saya

sebagai peneliti.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan dan kesediaan Saudara/i menjadi partisipasi

dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.

Medan , Oktober 2013

Peneliti,

Lee Mun Kiat

(49)

Lampiran 4

INFORMED CONSENT

Saya telah mendapat informasi yang jelas tentang tujuan, prosedur dan pemanfaat penelitian

yang dilakukan oleh Lee Mun Kiat, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Angkatan 2010. Oleh karena itu, dengan rasa penuh kesadaran dan keikhlasan saya bersedia

berpartisipasi untuk mengisi kuesioner ini. Demikian pertanyaan ini saya buat digunakan seperlunya.

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Kelompok Tutorial :

Peneliti, Responden,

(50)
(51)
(52)
(53)

Correlation

Sig.

(2-tailed)

.762 .330 .717 .804 .552 .013 .645 .747 .767 .220 .469 .863 .734 .815 .669

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

S15 Pearson

Correlation

.191 -.113 .156 -.061 -.031 -.033 -.321 -.211 -.073 .194 -.066 -.042 -.084 -.042 1 -.014

Sig.

(2-tailed)

.287 .530 .386 .736 .863 .853 .069 .238 .687 .280 .713 .815 .643 .815 .936

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Nilai

Kuesioner

Pearson

Correlation

.282 .175 .255 .300 -.253 .076 .401* .603** .042 .449** .618** .077 .464** .077 -.014 1

Sig.

(2-tailed)

.111 .331 .153 .089 .156 .673 .021 .000 .816 .009 .000 .669 .007 .669 .936

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(54)
(55)
(56)
(57)

24 Laki-laki 19 12 bulan 1 2 2 2 2 0 1 1 2 2 1 2 2 1 2 23 Baik 25 Perempuan 20 24 bulan 1 1 2 2 2 2 0 1 2 1 1 2 2 2 2 23 Baik 26 Perempuan 20 24 bulan 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 23 Baik 27 Perempuan 20 24 bulan 1 2 2 2 2 2 0 1 0 2 1 2 2 2 2 23 Baik 28 Perempuan 20 18 bulan 1 2 2 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 26 Baik 29 Perempuan 21 12 bulan 0 1 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 25 Baik 30 Laki-laki 19 6 bulan 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 2 13 Sedang 31 Perempuan 19 6 bulan 1 1 2 2 1 1 0 0 2 1 2 2 2 2 2 21 Sedang 32 Perempuan 18 36 bulan 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 23 Baik 33 Laki-laki 20 12 bulan 1 1 2 2 2 0 0 2 0 1 1 0 2 2 2 18 Sedang 34 Perempuan 21 2 bulan 1 0 2 2 2 2 0 1 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 35 Perempuan 19 6 bulan 1 2 2 1 2 2 0 0 2 1 1 2 0 2 2 20 Sedang 36 Perempuan 22 12 bulan 0 1 2 1 2 2 0 0 2 1 1 2 1 2 2 19 Sedang 37 Perempuan 19 12 bulan 0 1 2 1 2 2 0 0 2 1 0 1 1 2 2 17 Sedang 38 Perempuan 20 3 bulan 1 2 1 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 2 2 22 Sedang 39 Perempuan 19 24 bulan 0 2 2 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 25 Baik 40 Perempuan 18 12 bulan 0 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 0 25 Baik 41 Perempuan 19 12 bulan 1 2 2 2 2 2 0 0 2 1 2 2 2 2 2 24 Baik 42 Perempuan 21 6 bulan 0 1 1 1 2 0 0 0 2 1 1 2 2 2 2 17 Sedang 43 Perempuan 19 24 bulan 1 1 1 2 2 2 0 0 1 0 1 1 2 2 2 18 Sedang 44 Perempuan 21 3 bulan 0 2 2 2 2 2 0 0 1 2 1 2 2 2 2 22 Sedang

Gambar

Tabel 5.1.
Tabel 5.2.
Tabel 5.3.
Tabel 5.4.

Referensi

Dokumen terkait

Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Blepharoptosis Akibat Pemakaian Lensa Kontak pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Simpulan dari penelitian ini adalah gambaran pengetahuan pengguna lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan studi cross-sectional untuk mengetahui gambaran mikroorganisme yang ditemukan di dalam cairan pembersih lensa kontak

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan studi cross-sectional untuk mengetahui gambaran mikroorganisme yang ditemukan di dalam cairan pembersih lensa kontak

Mengetahui gambaran mikroorganisme yang ditemukan di dalam cairan pembersih lensa kontak pada mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Saat ini, saya sedang menjalankan penelitian dengan judul “Gambaran Mikroorganisme yang Ditemukan di dalam Cairan Pembersih lensa kontak pada Mahasiswa Angkatan

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Perbandingan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Stambuk 2014 Dengan Stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai Basic

di Aceh, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan pengguna lensa kontak dengan kejadian iritasi mata (p=0,007), dan sejalan