• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS

PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN GEOGRAFI

DENGAN METODE THINK PAIR SHARE

PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA MUHAMMADIYAH 3

MASARAN SRAGEN

SKRIPSI

Oleh:

Darsono

NIM K5405013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS

PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN GEOGRAFI

DENGAN METODE THINK PAIR SHARE

PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA MUHAMMADIYAH 3

MASARAN SRAGEN

Oleh:

Darsono

NIM K5405013

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd Yasin Yusuf, S.Si., M.Si

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Darsono. K5405013. UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN METODE THINK

PAIR SHARE PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA MUHAMMADIYAH 3

MASARAN SRAGEN. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2010.

Tujuan yang hendak dicapai penelitian ini adalah: 1) mengetahui peningkatan kualitas proses pembelajaran geografi dengan menerapkan metode Think Pair Share pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen; 2) mengetahui peningkatan kualitas hasil pembelajaran geografi dengan menerapkan metode Think Pair Share pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen.

Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen sebanyak 36 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Proses penelitian dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus berisi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap analisis dan refleksi.

(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Darsono. K5405013. THE INCREASE EFFORT OF THE PROCESS AND THE RESULT QUALITY IN THE GEOGRAPHY LEARNING BY THINK PAIR SHARE METHOD TO THE STUDENTS OF XI IPS 2 CLASS AT SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN. Research Paper. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret State University of Surakarta. May 2010.

The objective of this research are: 1) To know the increase quality process in the geography learning by Think Pair Share method to the students of XI IPS 2 class at SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen; 2) To know the increase result in the geography learning applying Think Pair Share method to the students of SMA Muhammadiyah 3 Masaran sragen especially XI IPS 2 class.

The methods that used in this research is classroom action research (PTK). The subject of this research is the students of SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen especially XI IPS 2, and the number of the students are 36. The technique of collecting data are interview, observation, and document analysis. The process of research is done into two cycles, that is I cycle and II cycle. Each of cycles contains four stage, such as planning stage, performing stage, observation stage, analysis and reflection stage.

(7)

commit to user

vii

MOTTO

”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta

2. Mas Giyamto dan Mbak Nur serta

keponakanku Nawwaf dan Najib

3. Teman – teman Geogafi 2005

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sebelas Maret.

Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

rasa terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. yang telah mengizinkan

peneliti menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Drs. Syaiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan P.IPS FKIP-UNS

yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

4. Bapak Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah

membimbing dan memberikan arahan dengan sabar hingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Bapak Yasin Yusuf, S.Si, M.Si. selaku Pembimbing II yang telah berkenan

memberikan arahan, petunjuk serta saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP khususnya Program Pendidikan Geografi yang

secara tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada peneliti.

7. Bapak Drs. Muchtar Effendy, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA

Muhammadiyah 3 Masaran Sragen yang telah memberikan izin meneliti di

sekolah tersebut.

8. Bapak Didik Raharjo, S.Pd. selaku guru Geografi kelas XI IPS 2 SMA

Muhammadiyah 3 Masaran Sragen yang telah banyak membantu dalam

penelitian ini.

9. Bapak dan Ibu guru serta seluruh staf SMA Muhammadiyah 3 Masaran

(10)

commit to user

x

10.Siswa-siswi kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen yang

selalu kreatif dan penuh keceriaan baik di dalam maupun di luar kelas.

11.Sahabatku di RISMA AL-IKHLAS terimakasih atas dukungan dan doanya.

12.Adik-adikku di TPQ Al-Ikhlas Karang jati, Al-Barokah Tirtomoyo serta Bilal

bin Robbah Ngijo terimakasih atas “senyuman” yang diberikan kepada kakak..

13.dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari banyak kekurangan yang dimiliki, sehingga dalam

penyusunan skripsi ini tentu tidak luput dari kekurangan. Untuk itu penulis mohon

maaf dan dengan senang hati penulis akan menerima kritik dan saran yang

membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga laporan ini

bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca, terutama bagi

perkembangan dunia pendidikan.

Surakarta,...2010

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

JUDUL... i

PENGAJUAN SKRIPSI... ii

PERSETUJUAN... iii

PENGESAHAN... iv

ABSTRAK... v

ABSTRACT... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian………... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Pembelajaran a. Pengertian Belajar ... 5

b. Tujuan Belajar... 5

c. Unsur-unsur Belajar... 7

d. Pengertian Pembelajaran ... 8

2. Kualitas Proses Pembelajaran ... 10

3. Hakikat Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 13

(12)

commit to user

xii

c. Jenis-jenis Metode Dalam Pembelajaran Kooperatif ... 16

4. Hakikat Metode Struktural a. Pengertian Metode Struktural ... 17

b. Macam-macam Metode Struktural …………... 17

5. Hakikat Metode Think-Pair-Share ... 17

6. Hakikat Pembelajaran Geografi a. Pengertian Geografi ... 19

b. Ruang Lingkup Pengajaran Geografi ... 20

B. Penelitian yang Relevan... 20

C. Kerangka Berpikir... 22

D. Hipotesis Tindakan... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

B. Subjek dan Objek Penelitian... 25

C. Metode Penelitian ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data... 27

E. Teknik Analisis Data... 28

F. Proses Penelitian... 29

G. Indikator Ketercapaian ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 32

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 34

1. Siklus I... 34

2. Siklus II... 40

C. Pembahasan... 46

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan... 53

B. Implikasi... 54

C. Saran... 54

DAFTAR PUSTAKA... 55

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir... 23

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis kegiatan Penelitian... 25

Tabel 2. Indikator Ketercapaian ... 31

Tabel 3. Saran dan Prasarana SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen ... 33

Tabel 4. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Geografi dengan Metode

Think Pair Share pada Tindakan I ... 38

Tabel 5. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Geografi dengan Metode

Think Pair Share pada Tindakan II ... 44

Tabel 6. Persentase Siswa yang Aktif dalam Pembelajaran... 46

(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP siklus I……... 57

Lampiran 2. Materi Penelitian... 59

Lampiran 3. Soal Diskusi……….. 72

Lampiran 4. Kisi-kisi soal siklus I... 73

Lampiran 5. Instrumen soal-soal Penelitian siklus I... 74

Lampiran 6. Lembar Jawaban... 79

Lampiran 7. Kunci Jawaban Siklus I... 80

Lampiran 8. Contoh Jawaban Siswa Siklus I... 81

Lampiran 9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa saat Apersepsi siklus I... 82

Lampiran 10. Lembar Oservasi Aktivitas Siswa saat Pembelajaran siklus I... 83

Lampiran 11. Rekapitulasi lembar observasi aktivitas siswa siklus I... 84

Lampiran 12. Lembar Observasi kerja sama siswa dalam kelompok siklus I... 85

Lampiran 13. RPP Siklus II... 87

Lampiran 14. Kisi-kisi soal siklus II... 89

Lampiran 15. Instrumen soal-soal Penelitian Siklus II... 90

Lampiran 16. Kunci Jawaban Siklus II... 95

Lampiran 17. Contoh Jawaban siswa siklus II... 96

Lampiran 18. Lembar Observasi Aktivitas Siswa saat Pembelajaran siklus II.. 97

Lampiran 19. Lembar Observasi Aktivitas Siswa saat Apersepsi siklus II... 98

Lampiran 20. Rekapitulasi lembar observasi aktivitas siswa siklus II... 99

Lampiran 21. Lembar Observasi kerja sama siswa dalam kelompok siklus II.. 100

Lampiran 22. Daftar Hadir Siswa kelas XI IPS 2 pada saat penelitian………. 102

Lampiran 23. Perbandingan ketuntasan belajar pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 ………. 103

Lampiran 24. Peta Lokasi SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen... 104

Lampiran 25. Surat-surat ijin penelitian………. 105

(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam pembangunan negara.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Pendidikan merupakan wadah untuk membangun dan menghasilkan Sumber Daya

Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi sehingga nantinya akan mempunyai

kemampuan untuk bersikap kritis, rasional, terampil dan kreatif.

Dewasa ini berbagai cara dilakukan dalam rangka untuk

meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Mulai dari pemenuhan sarana dan

prasarana pendidikan, peningkatan kompetensi guru melalui penataran, sertifikasi

guru sampai pada perubahan dan pengembangan kurikulum serta pembaharuan –

pembaharuan dalam pendidikan. Dengan berbagai cara tersebut diharapkan

pendidikan dapat mengalami perubahan yang lebih baik. Salah satu pembaharuan

dalam pendidikan adalah pembaharuan metode atau meningkatkan relevansi

metode mengajar. Metode mengajar juga termasuk salah satu faktor eksternal

yang dominan dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Sebab metode ini

yang akan menentukan respon siswa terhadap materi yang diajarkan. Terkadang

materi yang diajarkan disukai namun karena penerapan metode yang salah atau

tidak sesuai kondisi siswa maka berakibat siswa malas untuk mengikuti dengan

serius, pada akhirnya siswa tidak paham akan apa yang diajarkan. Pendidikan

harus disesuaikan dengan kondisi anak, dalam artian metode yang digunakan

harus tepat. Salah dalam memilih metode maka akan berakibat pada hasil belajar

siswa. Sehingga diharapkan semua guru harus dapat memilih metode

pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan

bentuk pembelajaran.

Ada beberapa macam metode pembelajaran yang dapat digunakan,

antara lain; ceramah, diskusi, inquiri, demonstrasi, kooperatif dan masih banyak

(17)

commit to user

2

beberapa guru didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan

secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa (metode ceramah). Metode

pembelajaran ini hanya menempatkan siswa sebagai obyek dan membatasi

kebebasan siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga

siswa menjadi malas dan kurang semangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 3 Masaran Sragen

merupakan salah satu bagian dari kegiatan pendidikan. Dalam kegiatan

pembelajarannya, guru masih banyak didominasi penggunaan metode ceramah.

Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran.

Geografi merupakan salah satu Mata Pelajaran yang dipelajarainya.

Dalam kenyataannya pembelajaran Geografi juga belum memadai. Hal ini

didasarkan atas hasil diskusi dengan guru Geografi dan siswa SMA

Muhammadiyah 3 Masaran Sragen, menyatakan bahwa kualitas proses dan hasil

pembelajaran yang selama ini dilakukan masih kurang optimal. Pembelajaran

yang masih kurang optimal tersebut terlihat dari proses pembelajaran Geografi

yang masih banyak mengalami kendala. Kendala dalam proses pembelajaran

Geografi teridentifikasi sebagai berikut, pertama, siswa kurang aktif dalam

mengikuti proses pembelajaran. Dalam mengikuti proses pembelajaran masih

banyak siswa yang tidak memperhatikan guru, mereka masih sibuk berbicara

sendiri dengan temannya, melamun dan menelungkupkan kepalanya di atas meja.

Hal ini diperkirakan karena metode pembelajaran yang digunakan guru hanya

berupa ceramah, sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk

mengungkapkan pendapatnya.

Kedua, hasil pembelajaran Geografi masih rendah. Hal ini dilihat dari

hasil ulangan semester satu menunjukkan bahwa siswa yang belum tuntas

mencapai 16 siswa dari 36 siswa, batas ketuntasannya yaitu > 6,5.

Berdasarkan fakta tersebut menunjukkan bahwa kualitas proses dan

hasil pembelajaran Geografi yang dilaksanakan masih kurang optimal. Sehingga

diperlukan perbaikan yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam mengikuti

(18)

commit to user

3

meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Geografi adalah dengan

membuat variasi pembelajaran yaitu menerapkan metode Think Pair Share.

Metode ini merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Metode ini

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan merespon serta saling

kerja sama satu sama lain. Keunggulan metode ini adalah dapat mengoptimalkan

partisipasi siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan. Dengan metode ini,

guru dapat mengaktifan siswa melalui tahapan-tahapan yang ada, karena metode

ini menuntut siswa untuk selalu aktif.

Bertolak dari latar belakang tersebut maka penulis terdorong untuk

melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul UPAYA MENINGKATKAN

KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN

METODE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA

MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah dengan menerapkan metode Think Pair Share dapat meningkatkan

kualitas proses pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA

Muhammadiyah 3 Masaran Sragen?

2. Apakah dengan menerapkan metode Think Pair Share dapat meningkatkan

kualitas hasil pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA

Muhammadiyah 3 Masaran Sragen?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui peningkatan kualitas proses pembelajaran geografi dengan

menerapkan metode Think Pair Share pada siswa kelas XI IPS 2 SMA

(19)

commit to user

4

2. Untuk mengetahui peningkatan kualitas hasil pembelajaran geografi dengan

menerapkan metode Think Pair Share pada siswa kelas XI IPS 2 SMA

Muhammadiyah 3 Masaran Sragen.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dipakai :

1. Untuk mengetahui secara nyata tentang peningkatan kualitas proses dan

hasil pembelajaran Geografi dengan menerapkan metode Think Pair Share

2. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif .

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1). Dengan diterapkannya metode pembelajaran Think Pair Share siswa lebih

mudah dalam memahami materi pelajaran Geografi serta dapat menambah

semangat dalam belajar.

2). Dengan diterapkannya metode pembelajaran Think Pair Share hasil belajar

siswa dapat meningkat.

b. Bagi Guru

Memberikan pengalaman pembelajaran yang inovatif dan dapat

memotivasi siswa untuk aktif dan bekerja sama satu sama lain.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan

pembelajaran dan mendorong guru lain untuk aktif melakukan pembelajaran

yang inovatif

d. Bagi Peneliti

(20)

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Ada beberapa pendapat mengenai definisi belajar. Nana Sudjana (1996:

5) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang, dimana perubahan itu seperti berubah

pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan,

kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Mouly dalam Nana Sudjana (1996: 5) menyatakan, belajar pada hakekatnya

adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman.

Seperti yang telah diungkapkan oleh Mouly, Sardiman A. M. (2001: 23)

menyatakan bahwa proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku

dan terjadi karena hasil pengalaman. Hal senada juga diungkapkan oleh Slameto

(1995: 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu proses untuk memperoleh perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan,

kebiasaan yang diperoleh dari pengalaman. Seseorang dikatakan belajar apabila

terjadi perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.

b. Tujuan Belajar

Dalam proses belajar diharapkan terjadi perubahan perilaku siswa yaitu

perilaku khusus yang menjadi tujuan belajar siswa. Tujuan belajar sangat banyak

dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai

dengan tindakan instruksional, disebut dengan instructional effects, yang biasa

berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Sedangkan tujuan-tujuan yang

(21)

commit to user

6

berhasil dalam belajar jika siswa mencapai kriteria tingkat keberhasilan sesuai

tujuan belajar. Menurut Sardiman (2001: 26-27) ada tiga jenis tujuan belajar yang

utama, yaitu:

1) Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan

kemampuan berfikir adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata

lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan

pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan.

Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannnya di

dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih

menonjol.

2) Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep memerlukan suatu keterampilan,

baik keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani

adalah keterampilan yang dapat diamati, dilihat, sehingga akan menitik

beratkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang

yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak

selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat,

tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan

keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan

suatu masalah atau konsep.

3) Pembentukan sikap

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak dapat terlepas dari

soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu guru tidak sekedar sebagai

pengajar tetapi sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu

kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak didik akan

tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktekkan segala sesuatu

(22)

commit to user

7

c. Unsur-unsur Belajar

Cronbach, mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses

belajar (Syaodih, 2003: 157), yaitu:

1) Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan itu muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Perbuatan belajar

diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan dan untuk memenuhi sesuatu

kebutuhan. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada

tujuan yang jelas dan berarti untuk individu.

2) Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau

individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan

yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan

pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.

3) Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi

belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari,

orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa

yang belajar. Kelancaran dan hasil dari belajar banyak dipengaruhi oleh situasi

ini, walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu sesuatu aspek dari

situasi belajar ini lebih dominan, sedang pada individu atau waktu lain aspek

lain lebih berpengaruh.

4) Interpretasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi,

yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar, melihat

makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan

pencapaian tujuan. Berdasarkan interpretasi tersebut mungkin individu sampai

kepada kesimpulan dapat atau tidak dapat mencapai tujuan.

5) Respon. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apabila individu mungkin

atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan

respons. Respons ini mungkin berupa suatu usaha coba-coba atau usaha yang

penuh perhitungan dan perencanaan ataupun ia menghentikan usahanya untuk

mencapai tujuan tersebut.

6) Konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi

(23)

commit to user

8

usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa

senang, puas, dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan

usaha-usaha belajar berikutnya.

7) Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang

diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Peristiwa ini akan

menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi siswa terhadap kegagalan

dalam belajar bisa bermacam-macam. Kegagalan bisa menurunkan semangat,

dan memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya, tetapi juga bisa sebaliknya,

kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan

menutupi kegagalan tersebut.

d. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran dapat diartikan sebagai pengajaran yang mempunyai cara

(perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Menurut Ngalim Purwanto (2003: 32)

Pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa

belajar dengan jalan mengaktifkan faktor-faktor ektern dan intern dalam kegiatan

belajar mengajar. Oemar Hamalik (2003: 57) berpendapat bahwa pembelajaran

merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi

mencapai tujuan pembelajaran. Unsur-unsur manusianya yaitu siswa, guru serta

tenaga pendidikan lainnya. Material berupa buku, papan tulis, fasilitas dan

perlengkapan berupa ruang kelas, serta prosedur berupa jadwal, ujian, metode

penyampaian informasi. Selanjutnya Oemar Hamalik (2003: 58) juga

mengemukakan bahwa ada lima pengertian pengajaran berdasarkan teori belajar,

yaitu:

1) Pengajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta

didik/siswa di sekolah.

2) Pengajaran mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui

lembaga pendidikan sekolah.

3) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk

(24)

commit to user

9

4) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi

warga masyarakat yang baik.

5) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan

masyarakat sehari-hari.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadilah

perubahan pengetahuan, ketrampilan, tingkah laku pada diri siswa.

Dalam sebuah pembelajaran akan selalu terjadi suatu proses. Proses

adalah kata yang berasal dari bahasa latin processus yang berarti berjalan ke

depan. Menurut Chaplin dalam Muhibbin (2005: 113) proses adalah Any change

in any object or organism, particularly a behavioral or psychological change.

Dari pendapatnya ini dapat diketahui bahwa proses merupakan suatu perubahan

yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar, proses

berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa

perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.

Karena pembelajaran merupakan aktivitas yang berproses, maka di

dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan

tersebut timbul melalui fase-fase yang antara satu dengan lainya selalu berkaitan.

Dalam Muhibbin (2005: 113) Jerome S. Bruner menyebutkan bahwa dalam

proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase, antara lain:

1) Fase Informasi (tahap penerimaan materi)

Dalam fase ini, seorang siswa sedang belajar memperoleh keterangan

mengenai materi yang sedang dipelajari. informasi yang diperoleh ada

yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi

menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang

sebelumnya telah dimiliki.

2) Fase Transformasi (tahap pengubahan materi)

Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis,

(25)

commit to user

10 3) Fase Evaluasi (tahap penilaian materi)

Dalam fase evaluasi ini, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh

manakah pengetahuan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala

lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.

Di dalam fase-fase tersebut diperlukan keaktivan siswa. Keaktivan

tersebut tidak hanya cukup mendengarkan dan mencatat seperti lazimnya di

sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich dalam Sardiman A.M (2001: 100)

menggolongkan keaktivan siswa menjadi 8 bagian, yaitu:

1) Visual active, yang termasuk di dalamnya, misalnya: membaca,

memperhatikan gambar, percobaan.

2) Oral active students, misalnya: menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,

diskusi, interupsi.

3) Listening active student, misalnya: mendengarkan, uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4) Writing active students, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin.

5) Drawing active students, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

6) Motor active students, misalnya: melakukan percobaan, membuat

kontruksi, model reparasi, bermain.

7) Mental active students, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan

soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emosional active students, misalnya: menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, berani, gugup, tenang.

2. Kualitas Proses Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu hal yang menyangkut proses belajar

mengajar. Suatu proses dikatakan baik, apabila proses tersebut dapat

membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Bagi pengukur suksesnya

(26)

commit to user

11

dan tepat yaitu dengan memperhatikan bagaimana prosesnya, dalam proses ini

siswa akan beraktivitas. Dengan proses yang tidak baik atau tidak benar maka

akan diperoleh hasil yang tidak baik pula atau misalnya diperoleh hasil yang baik

maka hasil itu dikatakan hasil semu (Sudirman, 2007: 49).

Suatu proses pembelajaran dikatakan meningkat kualitasnya apabila

unsur-unsur yang ada di dalamnya menjadi lebih sesuai (relevan) dengan karakteristik

pribadi siswa, tuntunan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu hasil pendidikan. Yang

mendukung hal tersebut yaitu proses pembelajaran yang diselenggarakan

berlangsung secara efektif dan efisien (Kasihani Kasbolah, 2001: 27)

Menurut Moh. Uzer Usman (2005: 22), dalam sistem siswa belajar aktif

dapat menciptakan belajar mengajar yang efektif dan efisien. Cara apapun yang

digunakan pada waktu belajar keaktifan pada diri siswa meskipun kadarnya

berbeda-beda.

Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada

lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa, yaitu sebagai

berikut:

1. Melibatkan siswa secara akif

Aktivitas murid sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar,

sehingga murid yang seharusnya banyak aktif, sebeb murid sebagai

subyek didik adalah yang merencanakan dan ia sebdiri yang melaksanakan

belajar.

2. Menarik minat dan perhatian siswa

Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian

siswa dalam belajar. Menurut william james, minat siswa merupakan

faktor utama yang menentukan derajat keaktifan dari belajar siswa.

Perhatian bersifat sementara sedangkan minat bersifat menetap.

3. Membangkitkan Motivasi

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan sesuatu atau keadaan seseorang atau organisme yang

(27)

commit to user

12

perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan

motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi

kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri

individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuai dalam

mencapai tujuan tertentu.

4. Prinsip Individualisme

Pengajaran individual bukanlah semata-mata pengajaran yang hanya

ditujukan kepada seorang saja, tetapi dapat saja ditujukan kepada

sekelompok siswa atau kelas, namun dengan mengakui dan melayani

perbedaan-perbedaan siswa sehingga p[engajaran itu memungkinkan

berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.

5. Peragaan Dalam Pengajaran

Belajar yang efektif harus dimulai dengan pengalaman langsung atau

pengalaman konkret dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak.

Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pegajaran

dibanding bila siswa belajar tanpa dibantu alat pengajaran

Suatu kualitas proses belajar dapat dilihat dari strategi, model atau metode

pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui

kualitas proses belajar maka perlu adanya penilaian proses belajar itu sendiri.

Penilaian merupakan usaha untuk memperoleh informasi tentang perolehan

belajar siswa secara menyeluruh, baik pengetahuan konsep, sikap, nilai maupun

ketrampilan proses. Hal ini dapat digunakan untuk guru sebagai balikan maupun

keputusan yang sangat diperlukan dalam memnentukan strategi mengajar yang

tepat maupun dalam memperbaiki proses belajar mengajat. Untuk maksud

tersebut guru perlu mengadakan penilaian, baik proses maupun hasil belajar

siswa.

Penilaian proses dapat diartikan penilaian terhadap proses belajar yang

sedang berlangsung, yang dilakukan oleh guru dengan memberikan umpan balik

secara langsung kepada seorang siswa atau sekelompok siswa. Dalam melatih

(28)

commit to user

13

kreatif, kerjasama, bertanggung jawab dan berdisiplin sesuai dengan penekanan

bidang studi yang bersangkutan. Dari penialian proses tersebut dapat

mengarahkan kepada pengembangan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan

sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri

individu siswa.

3. Hakikat Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Setiap manusia mempunyai perbedaan satu dengan yang lain. Karena

mempunyai perbedaan tersebut maka manusia akan membutuhkan bantuan

manusia lainnya. Karena saling membutuhkan maka harus ada interaksi dan kerja

sama (gotong royong) diantara manusia. Interaksi dan kerja sama tersebut dapat

juga diwujudkan dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu pembelajaran yang

mengutamakan interaksi dan kerja sama dalam kelompok terdapat pada

pembelajaran kooperatif.

Menurut Nurhadi dan Agus G. S. (2003: 60), pembelajaran kooperatif

merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi

yang saling mengasihi antarsesama siswa. Mereka tentunya akan saling

membutuhkan dan saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas dari guru.

Sedangkan Slavin (2008: 8), mengatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif,

para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat

orang untuk saling membantu satu sama lainnya mempelajari dan menguasai

materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal senada juga diungkapkan oleh

Anita Lie (dalam Isjoni, 2007: 16) menyebut cooperative learning dengan istilah

pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam

tugas-tugas yang terstruktur. Selain itu, Isjoni (2007: 6) juga mengungkapkan

secara sederhana bahwa kata cooperative berarti mengerjakan secara

bersama-sama dengan saling membantu satu bersama-sama lainnya dalam satu tim. Jadi,

(29)

commit to user

14

membantu dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam

kelompok-kelompok kecil tersebut mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Jumlah anggota dalam satu kelompok bervariasi mulai dari dua sampai

dengan lima (Anita Lie, 2005: 56). Pembagian anggota dalam kelompok harus

diperhatikan keheterogenan kemampuan siswa.. Hal ini bermanfaat untuk melatih

siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar

belakangnya (Thompson dalam Isjoni, 2007: 14). Pada pembelajaran kooperatif

diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama di dalam

kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan

kepada teman sekelompok dengan baik mengajukan pertanyaan kepada teman

dengan baik. Kerja kelompok yang kooperatif dapat membantu siswa

meningkatkan pemahaman dan rasa senang serta memiliki sikap yang positif, baik

terhadap pekerjaannya maupun terhadap dirinya sendiri..

Model cooperative learning membuka peluang bagi upaya mencapai

tujuan meningkatkan keterampilan sosial peserta didik. Seperti yang diungkapkan

Stahl (dalam Isjoni, 2007: 12) cooperative learning dapat meningkatkan belajar

siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial.

Salah satu sikap yang dimiliki siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran, yaitu

setiap siswa memiliki sikap keterampilan sosial. Keterampilan sosial merupakan

sikap yang dimiliki setiap individu sebagai hasil dari proses pemaknaan terhadap

proses belajar.

b. Unsur-Unsur Pokok Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson menjelaskan bahwa tidak semua kerja

kelompok bisa dianggap sebagai cooperative learning (dalam Anita Lie, 2005: 31)

Untuk dapat dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif setidaknya ada unsur –

unsur dasar yang harus dipenuhinya. Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi

dan Agus G. S., 2003: 50) menyebutkan ada empat unsur pokok dalam

pembelajaran kooperatif, yaitu: saling ketergantungan positif, interaksi tatap

muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan hubungan antarpribadi.

(30)

commit to user

15

pembelajaran kooperatif. Anita Lie menambah satu unsur lagi yaitu evaluasi

proses kelompok. Berikut kelima unsur pokok pembelajaran kooperatif tersebut.

1) Saling Ketergantungan Positif

Dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa harus yakin bahwa

tujuan mereka akan tercapai jika siswa lainnya juga mencapai tujuan.

Dalam kerja sama tersebut, guru harus mampu menciptakan suasana yang

mendorong agar siswa saling membutuhkan. Inilah yang dimaksud

ketergantungan positif. Ketergantungan positif ini dapat dilakukan

melalui: a) saling ketergantungan pencapaian tujuan, b) saling

ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, c) saling ketergantungan

bahan atau sumber, d) saling ketergantungan peran, dan e) saling

ketergantungan hadiah.

2) Tanggung Jawab Perorangan

Unsur ini merupakan efek dari saling ketergantungan positif dalam

kelompok. Tugas dan pola penilaian disusun berdasarkan prosedur

pembelajaran kooperatif. Proses penilaiannya yaitu nilai kelompok diambil

dari nilai rata-rata hasil belajar semua anggotanya. Dengan demikian,

setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang

terbaik. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan

semua anggota kelompok secara individual. Inilah yang dimaksudkan

tanggung jawab individual.

3) Interaksi Tatap Muka

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok untuk

dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat berdiskusi. Kegiatan ini

akan menguntungkan baik bagi anggota maupun kelompoknya. Interaksi

semacam ini memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber

belajar.

4) Komunikasi Antaranggota

Dalam pembelajaran kooperatif menuntut keterampilan menjalin

hubungan antarpribadi maupun keterampilan sosial, seperti tenggang rasa,

(31)

commit to user

16

berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,

mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan

antarpribadi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan para

anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk

mengutarakan pendapatnya.

5) Evaluasi Proses Kelompok

Evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif

diadakan oleh guru. Dalam proses evaluasi ini, guru perlu menjadwalkan

waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok

dan hasil kerja sama siswa agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan

lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja

kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa

kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.

c. Jenis-Jenis Metode dalam Pembelajaran Kooperatif

Arends, Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi dan Agus G. S.,

2003: 63) menjabarkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif dibagi menjadi

empat metode, yaitu STAD (Student Teams Achievment Division), metode Jigsaw,

metode GI (Group Investigation), dan metode struktural. Metode struktural ini

dibagi menjadi dua yaitu Think-Pair-Share dan Numbered Head Together.

Sedangkan, Anita Lie (2005: 55) mengartikan metode pembelajaran

kooperatif sebagai teknik pembelajaran kooperatif. Dia menjabarkan ada 14

teknik pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan oleh guru, antara lain: 1)

mencari pasangan, 2) bertukar pasangan, 3) berpikir-berpasangan-berempat, 4)

berkirim salam dan soal, 5) kepala bernomor, 6) kepala bernomor terstruktur, 7)

dua tinggal dua tamu, 8) keliling kelompok, 9) kancing gemerincing, 10) keliling

kelas, 11) lingkaran kecil lingkaran besar, 12) tari bambu, 13) Jigsaw, dan 14)

(32)

commit to user

17

4. Hakikat Metode Struktural

a. Pengertian Metode Struktural

Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan –

kawannya. Metode Struktural ini merupakan metode yang memberi penekanan

pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa. Struktur yang dikembangkan Kagan tersebut menghendaki siswa

bekerja sama saling bantu dalam kelompok kecil dan lebih menekankan pada

penghargaan kooperatif daripada individual.

b. Macam – macam Metode Struktural

Metode struktural dikembangkan menjadi dua, yaitu Think Pair Share

dan Numbered Head Together. Kedua metode ini dapat digunakan untuk

meningkatkan penguasaan akademik siswa terhadap materi yang diajarkan.

5. Hakikat Metode Think Pair Share

Metode Think Pair Share merupakan metode mengajar struktural.

Metode Think Pair Share menurut Lie (2005 : 57) dapat memberi kesempatan

kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.

Sedangkan menurut Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk (2003 : 66) metode ini

memberikan kesempatan kepada para siswa waktu untuk berfikir dan merespon

serta saling bantu satu sama lain. Dari pengertian dua pendapat tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa metode ini memberikan kesempatan kepada siswa agar

berfikir sendiri kemudian baru bekerja sama dengan teman lainnya untuk bertukar

pendapat.

Lyman dan kawan – kawannya (dalam Nurhadi dan Agus Gerrad

Senduk, 2003: 66) menerapkan metode ini dengan langkah – langkah sebagai

berikut :

a. Berfikir (Thinking)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran kemudian

siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri untuk

(33)

commit to user

18 b. Berpasangan (Pairing)

Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai

apa yang telah dipikirkannya pada langkah pertama. Interaksi selama periode

ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan

atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasikan.

Biasanya guru memberi waktu selama 4 – 5 menit untuk berpasangan.

c. Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan – pasangan tersebut untuk

berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa

yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru

berkeliling dari pasangan satu ke pasangan lain, sehingga seperempat atau

separo dari pasangan – pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk

melapor.

Berdasarkan langkah – langkah diatas, peneliti menggunakan langkah

– langkah pengembangan sebagai berikut :

a. Guru mengorganisasi kelas untuk belajar dan mengarahkan siswa untuk

mempersiapkan materi yang telah dipelajari di rumah.

b. Guru memberikan penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan materi yang

akan dipelajari siswa.

c. Guru memberikan soal yang berisi pertanyaan atau masalah dan mengarahkan

siswa untuk menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah atau mengerjakan

tugas secara mandiri.

d. Guru mengelompokkan siswa secara berpasangan.

e. Siswa berpikir secara bersama – sama dalam kelompok (diskusi hasil jawaban

dari masing – masing anggota kemudian menemukan satu jawaban yang

disepakati).

f. Guru memanggil kelompok tertentu dan pasangan siswa tersebut memberikan

jawabannya pada seluruh anggota kelas dari hasil diskusi yang telah mereka

(34)

commit to user

19

mendapat kesempatan untuk melaporkan, paling tidak sekitar seperempat

pasangan, namun disesuaikan dengan waktu yang tersedia.

g. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan membimbing siswa untuk

menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan tugas rumah.

6. Hakikat Pembelajaran Geografi

a. Pengertian Geografi

Richard Hartshorne dalam Sumaatmaja (1997: 9) mengemukakan,

“ geography is that discipline that seeks to describe and interpret the variable

character from place to place of the earth as the world of man” . Pada batasan ini

Hartshorne menekankan kepada karakter variabel dari suatu tempat ke tempat

lainnya sebagai dunia tempat kehidupan manusia. Dalam hal ini geografi sebagai

bidang ilmu mencari penjelasan dan interpretasi tentang karakter tadi sebagai hasil

interaksi faktor-faktor geografi yang mencirikan tempat-tempat di permukaan

bumi sebagai dunia kehidupan manusia.

Alfandi (2001: 81) Geografi merupakan ilmu yang menggunakan

pendekatan holistik melalui kajian keruangan, kewilayahan, ekologi dan sistem,

serta historis untuk mendeskripsikan dan menganalisi struktur pola. Fungsi dan

proses interelasi, interaksi, interdependensi dan hubungan timbal balik dari

serangkaian gejala, kenampakan atau kejadian dari kehidupan manusia,

kegiataanya atau budidayanya dengan keadaan lingkungan dipermukaan bumi

sehingga dari kejadian tersebut dapat dijelaskan dan diketahui lokasi atau

penyebaran, adanya persamaan dan perbedaan wilayah dalam hal potensi,

masalah, informasi Geografi lainnya, serta dapat meramalkan informasi baru atas

gejala geografi untuk masa mendatang dan menyusun dalil-dalil geografi baru,

serta selanjutnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan kehidupan manusia.

Sedangkan, para pakar geografi pada seminar dan lokakarya Peningkatan Kualitas

Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1988, telah merumuskan bahwa geografi

merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer

(35)

commit to user

20

b. Ruang Lingkup Pengajaran Geografi

Menurut Sumaatmadja (1997: 12) ruang lingkup pengajaran Geografi

sama dengan ruang lingkup Geografi, yaitu meliputi :

1. Alam lingkungan yang menjadi sumber daya kehidupan manusia.

2. Penyebaran umat manusia dengan variasi kehidupannya.

3. Interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang memberikan

variasi terhadap ciri khas tempat – tempat di permukaan bumi.

4. Kesatuan regional yang merupakan perpaduan matra darat, perairan, dan udara

di atasnya.

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Wahyu

Triambodo dengan tulisannya yang berjudul Eksperimentasi Pengajaran

Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Struktural “ Think-Pair-Share”

Pada Sub Pokok Bahasan Luas dan Volume Benda Ruang Ditinjau Dari Gaya

Belajar Matematika Tahun 2007. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui

apakah pendekatan struktural “ Think-Pair-share” dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa dan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh gaya belajar

terhadap prestasi belajar siswa serta untuk mengetahui apakah terdapat interaksi

antara metode mengajar dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Kesimpulan dari tulisannya adalah (1) Pembelajaran melalui pendekatan

struktural “ Think-Pair-Share” menghasilkan prestasi belajar siswa lebih baik

dibanding dengan metode konvensional (Fobs = 11.8963 > 4.008 = Ftabel pada taraf

signifikansi 5%). (2) Terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan

gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik (Fobs = 11.9471 > 3.158 = Ftabel pada

taraf sigfinikansi 5%). Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial mempunyai

prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa yang mempunyai gaya belajar

visual. Gaya belajar auditorial dan visual mempunyai prestasi belajar lebih baik

dibandingkan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestik. (3) Tidak tedapat

interaksi antara metode pembelajaran dengan gaya belajar matematika siswa

(36)

commit to user

21

volume bangun ruang (Fobs = 0.7005 > 3.158 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%).

Penelitian diatas mempunyai persamaan dengan penelitian ini, yaitu dalam hal

metode pembelajaran yang digunakan. Sedangkan perbedaannya adalah metode

penelitian, materi serta subyek penelitian.

Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang berjudul Peningkatan Penguasaan Ejaan dalam Pembelajaran Penyuntingan

melalui Penerapan Pendekatan Kooperatif Struktural Think Pair Share pada Siswa

Kelas VIII E SMP Negeri 16 Surakarta Tahun 2008 oleh Nur Rohma Waseno.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan

penelitian untuk meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa serta untuk

meningkatkan penguasaan pembelajaran penyuntingan ejaan pada siswa kelas

VIII E SMP Negeri 16 Surakarta melalui penerapan pendekatan kooperatif

struktural Think Pair Share. Hasil penelitiannya, yaitu: 1) keaktifan dan motivasi

siswa pada pengajaran penyuntingan ejaan dapat di tingkatkan melalui penerapan

pendekatan kooperatif struktural Think Pair Share. 2) penguasaan kaidah ejaan

para siswa juga meningkat melalui penerapan pendekatan kooperatif struktural

Think Pair Share. Kesamaan penelitian Nur Rohma Waseso dengan penelitian ini

adalah metode pembelajarannya, yaitu metode struktural Think Pair Share,

sedangkan perbedaannya adalah materi serta subyek penelitian.

Selanjutnya penelitian yang relevan adalah Penerapan Think Pair

Share (TPS)dalam Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Geografi oleh Nina Septriana dan Budi Handoyo. Jenis penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan Penelitian untuk meningkatkan

keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X.F Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I

Malang. Hasil Penelitiannya yaitu: 1) aktivitas belajar siswa setelah penerapan

Think Pair Share dalam pembelajaran kooperatif mengalami peningkatan. Pada

siklus I persentase keberhasilan tindakan sebesar 65.68% dalam katagori sedang,

sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 85.29% dalam katogori baik. 2)

Prestasi belajar siswa setelah penerapan Think Pair Share juga mengalami

peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata sebesar 71.76 dengan jumlah siswa yang

(37)

commit to user

22

menjadi 76.03 % dengan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah sebanyak

79.41%. Persamaan penelitian Nina Septriana dan Budi Handoyo dengan

penelitian ini adalah metode penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

serta metode pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode Think Pair Share.

Sedangkan perbedaannya adalah materi serta subyek penelitian.

C. Kerangka Berfikir

Metode pembelajaran mempunyai kedudukan sangat penting dalam

proses pembelajaran. Metode ini akan menentukan respon siswa terhadap mata

pelajaran yang disampaikan dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil

belajar. Pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru adalah dengan

menggunakan metode ceramah. Metode ini dirasa kurang pas bila digunakan terus

menerus sebab metode ini tidak dapat mengaktifkan siswa. Dalam pelaksanaannya

guru yang aktif dan para siswa pasif, hal ini membuat siswa jenuh, mengantuk,

tidak semangat dalam mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dicari metode yang dapat

mengaktifkan siswa. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode

Think Pair Share. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berfikir sendiri dan kemudian bekerja sama dengan teman lainnya. Hal ini

diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan

pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.

Pada tindakan pertama, guru telah menerapkan metode Think Pair

Share dengan baik yaitu sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkkan.

Proses dan hasil pembelajaran siswa meningkat meskipun belum sesuai target.

Hal ini dikarenakan masih terjadi kekurangan dari pihak guru dan siswa. Yaitu

posisi guru masih banyak di depan kelas pada waktu mengajar dan waktu diskusi,

sehingga guru tidak dapat memonitor siswa yang duduk dibelakang. Kekurangan

dari pihak siswa yaitu siswa belum bisa menjalin kerjasama dengan baik,

dikarenakan siswa belum terbiasa diskusi. Selain itu, masih ada siswa yang

mengganggu temannya yang sedang presentasi, berbicara sendiri dengan

(38)

commit to user

23

Pada tindakan berikutnya guru memperbaiki kekurangannya yaitu guru

berkeliling kelas waktu mengajar dan waktu diskusi. Siswa juga telah menjalin

kerjasama dengan baik. Pada tindakan ini proses pembelajaran berjalan dengan

lancar. Siswa merespons dengan semangat dan penuh perhatian.

Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada tindakan pertama telah dapat diatas. Proses dan

hasil pembelajaran sudah meningkat dan sesuai dengan target, sehingga tidak

perlu dilakukan tindakan berikutnya.

Adapun penjelasan di atas, dapat dibuat bagan kerangka berfikirnya

sebagai berikut :

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir Kondisi

1. Guru aktif dan siswa pasif (mendengarkan)

1.Posisi guru banyak di depan kelas.

(39)

commit to user

24

D. Hipotesis

Dengan menerapkan metode pembelajaran Think Pair Share maka

dapat mengaktifkan siswa dan memotivasi siswa sehingga dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran geografi. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesisnya

sebagai berikut:

1. Metode Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran

geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen.

2. Metode Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran

(40)

commit to user

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen,

beralamat di Jalan Raya Masaran-Sragen Desa Jati Kecamatan Masaran.

2. Waktu

Tahap persiapan hingga pelaporan hasil penelitian dilakukan selama

delapan bulan, yakni mulai bulan Januari 2009 sampai dengan Agustus 2009.

Berikut tabel rincian kegiatan waktu dan jenis kegiatan penelitian.

Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan

Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu stus 1 Persiapan survei awal

sampai penyusunan

proposal

2 Penyiapan instrumen

dan alat

3 Pengumpulan data

4 Analisis data

5 Penyusunan laporan

B. Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA

Muhammadiyah 3 Masaran Sragen tahun ajaran 2008/2009, sebanyak 36 siswa 10

laki-laki dan 26 wanita. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah

(41)

commit to user

26

C. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom

action research. Menurut Kemmis (dalam Rochiati Wiriaatmaja, 2007: 12) adalah

sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi

sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan

keadilan. Sedangkan menurut Ebbut (dalam Kasihani Kasbolah, 2001: 9) PTK

adalah studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki

praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari

tindakan tersebut. Selain itu, Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2007:

3) mendefinisikan PTK sebagai suatu tindakan yang dilakukan terhadap kegiatan

pembelajaran dalam sebuah kelas secara sengaja dimunculkan dan secara

bersama. Kelas yang dimaksud bukan kelas arti sempit yaitu ruangan, namun

lebih pada sekelompok peserta yang sedang belajar. Jadi, penelitian tindakan kelas

merupakan penelitian yang memberikan tindakan dalam pembelajaran dan

dilakukan di kelas.

PTK mempunyai empat tahapan dalam setiap pelaksanaan (siklus), yaitu:

perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan

(observing) dan refleksi (reflecting). Keempat aspek tersebut berjalan secara

dinamis yang merupakan momen-momen dalam bentuk spiral. PTK merupakan

penelitian yang bersiklus. Artinya, penelitian ini dilakukan secara berulang dan

berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai. Secara jelas langkah –

langkah tersebut digambarkan sebagai berikut.

(42)

commit to user

27

Penetapan Fokus Masalah

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

TINDAKAN LANJUTAN

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

TINDAKAN LANJUTAN

Indikator sudah/belum tercapai?

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Sumarwati, 2007: 4)

Keterangan:

1. Rencana (perencanaan tindakan): menerapkan metode Think Pair Share dalam

pembelajaran geografi.

2. Tindakan (pelaksanaan tindakan): pelaksanaan metode Think Pair Share

dalam pembelajaran geografi.

3. Observasi: mengamati penerapan metode Think Pair Share dalam

pembelajaran geografi.

4. Refleksi (analisis dan refleksi): mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan

penerapan metode Think Pair Share dalam pembelajaran geografi yang telah

dilakukan pada siklus I ke siklus II dan seterusnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

wawancara, observasi, dan analisis dokumen.

1. Wawancara

Wawancara menurut Fathoni (2005: 36) adalah Wawancara adalah

(43)

commit to user

28

satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan

jawaban diberikan oleh yang diwawancarai. Wawancara dilakukan terhadap

guru kelas XI serta siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran.

Wawancara ini digunakan untuk menggali informasi guna memperoleh data

yang berkenaan dengan aspek-aspek pembelajaran, penentuan tindakan, dan

respons yang timbul sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.

2. Observasi

Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin

timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi, observator (pengamat)

tinggal memberikan tanda atau tally pada kolom tempat peristiwa muncul

(Arikunto, 2002: 133). Observasi dilakukan di SMA Muhammadiyah 3

Masaran, digunakan untuk mengamati perkembangan pembelajaran dengan

menggunakan metode think – pair - share yang dilakukan oleh guru dan

siswa.

3. Analisis Dokumen

Menurut Suwandi (2008: 68) analisis dokumen dilakukan terhadap

berbagai dokumen atau arsip yang ada seperti rencana pelaksanaan

pembelajaran, dan arsip nilai. Analisis dokumen yang dilakukan yaitu analisis

pada hasil evaluasi pembelajaran siswa. Hasil evaluasi pembelajaran

digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan

tindakan.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik

analisis kritis (Sarwiji Suwandi, 2008: 70). Teknik analisis data deskriptif

komparatif digunakan untuk data kuantitatif yaitu dengan membandingkan hasil

antar siklus. Membandingkan sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap

siklus yaitu membandingkan rerata nilai Geografi pada kondisi sebelum tindakan,

setelah siklus I dan siklus II. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data

(44)

commit to user

29

dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar Geografi

berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis. Hasil analisis

tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap

berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan

dan/atau setelah pengumpulan data.

F. Proses Penelitian

Proses penelitian ini meliputi beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap Perencanaan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Mengidentifikasi masalah pembelajaran Geografi yang terdapat di SMA

Muhammadiyah 3 Masaran Sragen

b. Menganalisis masalah secara mendalam.

c. Menyusun bentuk tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang

ada yaitu dengan menerapkan metode Think Pair Share pada siklus pertama

dan kedua.

d. Menyusun jadwal penelitian

e. Menyusun lembar observasi

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap pelaksanaan tindakan, guru melaksanakan pembelajaran

dengan menerapkan metode Think Pair Share. Indikator yang dicapai dalam

penelitian ini adalah meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran

Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen.

Setiap tindakan harus menunjukkan peningkatan indikator yang telah dirancang

dalam satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan

tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Penelitian ini

dilakukan dalam dua siklus.

3. Tahap Penyusunan Laporan

Dalam tahap penyusunan laporan, peneliti menyusun laporan

(45)

commit to user

30

G. Indikator Ketercapaian

Untuk indikator keberhasilan dalam penelitian ini menggunakan

beberapa indikator, pertama keaktifan siswa selama apersepsi dengan persentase

target capaian 80%. Diukur dengan cara mengamati saat pembelajaran dengan

lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan

kesungguhan dalam pelajaran. Kedua, keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran dengan persentase target capaian 75%, diamati saat pembelajaran

dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan dalam pelajaran.

Ketiga, kerja sama siswa dalam kelompok dengan persentase target capaian 80%,

diamati saat pembelajaran dan dihitung dari jumlah kelompok yang mampu

menjalin kerja sama dalam kelompoknya. Terakhir, keempat yaitu ketuntasan

hasil belajar dengan persentase target capaian 80%, dihitung dari jumlah siswa

yang memperoleh nilai 6,5 ke atas berdasarkan hasil evaluasi.

Indikator no. 1, 2, dan 3 digunakan untuk mengukur kualitas proses

pembelajaran sedangkan indikator no. 4 digunakan untuk mengukur kualitas hasil

(46)

commit to user

Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa

Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa

Gambar

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)........................................
Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis kegiatan Penelitian......................  25
Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Sumarwati, 2007: 4)
+6

Referensi

Dokumen terkait

2 Analisa Kuantitatif dan Kualitatif ketidaklengkapan Dokumen Rekam Medis pada pasien Diabetes Millitus terhadap keakurasian koding di RSUD Kota Semarang Periode Triwulan

Sekolah Menengah Atas Terpadu Krida Nusantara Bandung (SMAT-KN) merupakan sekolah lanjutan tingkat akhir sebelum melanjutkan keperguruan tinggi. Berbeda dengan Sekolah

: Tingkat Kejadian Mikotoksin pada Makanan' Bayi Komersial asal Indonesia (Tile Illcidellce of Mycotoxill ill Commercial Baby Foodfrom Illdollesia)..

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil perhitungan uji hipotesis untuk daerah penolakan Ho t hitung > t tabel dengan 2,24 > 1,99 maka Ho di tolak dan Ha

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar siswa pada kompetensi dasar mencatat

Pada konsentrasi 2%, 4%, 6% dan 8%, perlakuan silica gel dan dolomit tidak memberikan pengaruh yang nyata meningkatkan kandungan SiO2 tanah, akan tetapi

Sistem elektronik robot ikan dibuat menggunakan LED Inframerah sebagai transmitter sensor, resistor 22 0 Ω digunakan untuk mengurangi arus yang masuk agar tidak

Hasil pengujian paired sample t-test untuk rasio likuiditas yang diproksikan dengan current ratio (CR); rasio aktivitas yang diproksikan dengan fixed assets