• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Budaya Kerja terhadap Kinerja Perawat Pendidik di Universitas Sari Mutiara Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Budaya Kerja terhadap Kinerja Perawat Pendidik di Universitas Sari Mutiara Indonesia"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH BUDAYA KERJA TERHADAP

KINERJA PERAWAT PENDIDIK DI UNIVERSITAS

SARI MUTIARA INDONESIA

TESIS

Oleh

AISYAH

117046006/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS PENGARUH BUDAYA KERJA TERHADAP

KINERJA PERAWAT PENDIDIK DI UNIVERSITAS

SARI MUTIARA INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Oleh

AISYAH

117046006/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

Telah Diuji

Pada Tanggal: 27 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, M.K.M

Anggota : 1. Siti Saidah Nst, S.Kp., M.Kep., Sp., Mat 2. Drs.Heru Santosa, MS., Ph.D

(5)
(6)

Judul Tesis :Analisis Pengaruh Budaya Kerja terhadap Kinerja Perawat Pendidik di Universitas Sari Mutiara

Indonesia

Nama Mahasiswa : Aisyah

Nomor Induk mahasiswa : 117046006

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Administrasi Keperawatan

ABSTRAK

Budaya organisasi merupakan hal penting ketika dihadapkan pada upaya

peningkatan kinerja organisasi dan pegawai didalamnya. Banyak orang belum

menyadari bahwa suatu keberhasilan kerja berakar pada nilai-nilai yang bermula

dari adat istiadat, kebiasaan, agama dan kaidah lainya yang menjadi keyakinan

dan kemudian menjadi kebiasaan dalam prilaku orang-orang dalam melaksanakan

pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara budaya

kerja terhadap kinerja perawat pendidik di Universitas Sari Mutiara Indonesia.

Jenis penelitian assosiatif dengan pendekatan penelitian cross sectional yang

bertujuan untuk menganalisis pengaruh budaya kerja terhadap kinerja perawat

pendidik dengan pengambilan sampel secara total sampel yang berjumlah 31

orang. Kuesioner budaya kerja dengan 45 pernyataan untuk mengukur indikator

(berdasarkan bakat, komitmen, kualifikasi akademik, kompetensi, tanggung

(7)

organisasi profesi dan kuesioner kinerja perawat pendidik dengan 30 pernyataan

untuk mengukur indikator pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.

Analisa data menggunakan uji Pearson product moment dan regresi linier

berganda. Berdasarkan analisis korelasi terdapat hubungan yang signifikan antara

budaya kerja berdasarkan bakat, komitmen, kualifikasi akademik, kompetensi,

tanggung jawab, penghasilan, belajar sepanjang hayat, jaminan perlindungan

hukum, organisasi profesi dengan kinerja perawat pendidik. Berdasakan analisis

regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara parsial komitmen mempunyai

pengaruh terhadap kinerja perawat pendidik (p=0,039) dan tanggung jawab

mempunyai pengaruh terhadap kinerja perawat pendidik (p=0,006). Berdasarkan

hasil penelitian tersebut disarankan kepada para pimpinan institusi untuk

mengadakan penilaian terhadap perawat pendidik yang mempunyai prestasi, baik

prestasi di bidang akademik maupun non-akademik. Bagi pimpinan Universitas

Sari Mutiara Indinesia hendaknya perawat pendidik yang berprestasi diberikan

reward baik berupa reward baik berupa diikut sertakan dalam rapat dan diberi

kesempatan untuk berbicara dalam forum rapat, dengan demikian, para perawat

pendidik akan menjadi termotivasi untuk meraih prestasi lebih baik lagi.

(8)

Title of the Thesis : The Analysis of The Influence of Work Culture on The Performance of Nurse Educator at The

University of Sari Mutiara Indonesia In 2013

Name of Student : Aisyah

Std. ID Number : 117046006

Study Program : Master in Nursing Science

Field of Specialization : Nursing Administration

ABSTRACT

Organizational culture is very important when it is faced by the

improvement of the performance of an organization and its employees. Many

people do not realize that a successful job is based on the values which begin from

habit and principle of belief to the habitual behavior of those who do their jobs.

Since culture is related to work quality standard, this culture is then called work

culture which is important to be developed because it gives positive impact on the

achievement of the sustainable change in the work place and in the work cultrure.

The type of the research was quantitative with cross sectional design which was

aimed to analyze the influence of work culture on the performance of nurse

instructors. The research was conducted at the University of Sari Mutiara

Indonesia from June 17 to July 8, 2013. The samples consisted of 31 respondents,

(9)

about statements and questionnaires about the performance of nurse educator with

30 questions. The data were analyzed by using Pearson product moment test and

multiple linear regression test. Based on bivariate analysis, it was found that there

was a significant correlation of work cultures based on talent, commitment,

academic qualification, competence, responsibility, income, long life study, legal

protection guarantee, and professional organization with the performance of nurse

educator. Based on multiple linear regression test, it was found that, partially,

commitment had the influence on the performance of nurse educator (p=0.039)

and responsibility had the influence on the performance of nurse educator

(p=0.006). The variable of responsibility had the most dominant influence on the

performance of nurse educator. It is recommended that the management of the

institution should evaluate nurse educator performance, either their academic

performance or their non-academic performance. Nurse educator who have good

performance are given rewards such as the opportunity to participate in meetings,

to give speech on the meeting forum so that they will be motivated to achieve

better performance.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tesis

dengan judul “Analisis Pengaruh Budaya Kerja terhadap Kinerja Perawat

Pendidik di Universitas Sari Mutiara Indonesia”.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU), dr. Dedi Ardinata, M.Kes

beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk

melanjutkan studi ke jenjang Magister Keperawatan. Penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada Bapak Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, M.K.M selaku dosen

pembimbing yang telah menyediakan waktu, dan pikiran untuk membimbing,

mengarahakan dalam penyelesaian tesis ini. Ibu Siti Saidah Nst., S.Kp., M.Kep.,

Sp., Mat selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan, arahan dan

saran dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Drs.Heru Santosa, MS.,

Ph.D dan Ibu Rika.E.Nurhidayah, S.Kp., M.Pd selaku komisi penguji yang telah

banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam penyelesaian laporan

tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Sari

Mutiara Indonesia yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

(11)

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua dan suami yang telah yang telah banyak memberikan

dorongan moril dan bantuan dana dalam penyelesaian proposal sampai dengan

tesis.

Akhirnya tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

Rekan-rekan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara Angkatan I 2011/2012 dan semua pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberi

dorongan untuk menyelesaikan laporan tesis ini.

Penulis menyadari laporan Tesis ini masih memiliki banyak kekurangan,

oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan tesis ini dan harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat

demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Akhir kata, saya berharap semoga Tuhan berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat

bagi pengembangan ilmu.

Medan, 27 Agustus 2013

Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Aisyah

Tempat/Tanggal Lahir : Sido Mulyo, 29 Juli 1979

Alamat : Jln.Mayjend Suprapto no 10 Stabat Langkat

No.Telp/HP : 081 396 36 5592

Riwayat pendidikan

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD SD Tanjung Selamat Kab.Langkat 1992

SLTP SLTP Negeri I Padang Tualang 1995

SMU SMU Negeri I Padang Tualang 1998

Diploma III Akper Putra Abadi Langkat Stabat 2002

Ners PSIK Universitas Sumatera Utara 2007

Magister Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2013

Riwayat Pekerjaan:

Perawat di Klinik Nurlela Medan Tahun 2002

Perawat di Klinik Fatimah Ali Medan Pada Tahun 2003

Bekerja sebagai staf pengajar di STIKES Putra abadi langkat mulai tanggal

(13)

Kegiatan akademik selama studi:

Workshop Analisis data dengan Kontents Analysis & WEFT-QDA diMedan

tanggal 31 Januari 2012 sebagai Peserta

Seminar Penelitian Kualitatif sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan

Disiplin Ilmu Kesehatan di Medan tanggal 31 Januari 2012 sebagai

Peserta

In The 3 rd International Nursing Conference “Bringing Current Research

Into Nursing Practice for Improving Quality of Care” di Bandung

tanggal 21 – 22 Maret 2012 sebagai Peserta

Optimalisasi Kolaborasi Perawat –Dokter dalam Upaya Peningkatan Mutu

Pelayanan Kesehatan di Medan tanggal 20 Juli 2012 sebagai Peserta

Oversea study visit “Nursing Administration in Hospital and Healthcare

System in Thailand” di Thailand tanggal 18 – 20 Februari 2013

sebagai Peserta

Publikasi:

Aisyah., Rochadi, K., & Nasution, S. S. (2013). Analisis Pengaruh Budaya Kerja

Terhadap Kinerja Perawat Pendidik di Universitas Sari Mutiara Indonesia.

Jurnal Riset Keperawatan Indonesia, 1 (2).

Proceeding:

Aisyah., & Nasution, S. S. (2013, 1-2 April). Working Culture in Institusions.

(14)

Application of Caring Sciences on Nursing Education Advanced Research

(15)

DAFTAR ISI

(16)

2.4 Landasan Teoritis ... 38

2.5 Kerangka Konsep ... 39

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 43

3.6 Metode Pengukuran ... 48

3.7 Metode Analisa Data ... 51

3.8 Pertimbangan Etik ... 53

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 54

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 54

4.2 Karakteristik Responden ... 56

4.3 Analisis Univariat ... 58

4.4 Analisis Bivariat ... 65

4.5 Analisis Multivariat ... 71

BAB 5. PEMBAHASAN ... 78

5.1 Budaya Kerja ... 78

5.2 Kinerja Perawat Pendidik ... 89

5.3 Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kinerja Perawat Pendidik ... 93

5.4 Keterbatasan ... 101

BAB 6. KIMPULAN DAN SARAN ... 103

6.1 Kesimpulan ... 103

6.2 Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasionl... 43

Tabel 3.2 Interpretasi Hasil Uji Hipotesa Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai P dan Arah Korelasi... 52

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat Pendidik di Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 57

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perawat Pendidik Berdasarkan Bakat terhadap Kinerja di Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 58

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perawat Pendidik Berdasarkan Bakat terhadap Kinerja di Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 59

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perawat Pendidik Berdasarkan Kualifikasi Akademik terhadap Kinerja di Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 59

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perawat Pendidik Berdasarkan Kompetensi terhadap Kinerja di Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 60

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Perawat Pendidik Berdasarkan Tanggung Jawab terhadap Kinerja di Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 60

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Perawat Pendidik Berdasarkan Penghasilan terhadap Kinerja di Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 61

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perawat Pendidik Berdasarkan Belajar Sepanjang Hayat terhadap Kinerja di Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 61

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Perawat Pendidik Berdasarkan Jaminan Perlindungan Hukum terhadap Kinerja di Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 62

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Perawat Pendidik Berdasarkan Organisasi Profesi terhadap Kinerja di Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 62

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Perawat Pendidik Berdasarkan Pendidikan dan Pengajaran di Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 63

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Perawat Pendidik Berdasarkan Penelitian di Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 63

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Perawat Pendidik Berdasarkan Pengabdian Masyarakat di Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 64

(18)

Tahun 2013... 64

Tabel 4.15 Hasil Uji Shapiro-Wilk Budaya Kerja (Bakat, Komitmen, Kualifikasi akademik, Kompetensi, Tanggung Jawab, Penghasilan, Belajar Sepanjang Hayat, Jaminan Perlindungan Hukum, Organisasi Profesi) dan Kinerja Perawat Pendidik... 65

Tabel 4.16 Hubungan Bakat dengan Kinerja Perawat Pendidik Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 66

Tabel 4.17 Hubungan Komitmen dengan Kinerja Perawat Pendidik Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 67

Tabel 4.18 Hubungan Kualifikasi Akademik dengan Kinerja Perawat Pendidik Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013.. 67

Tabel 4.19 Hubungan Kompetensi dengan Kinerja Di Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 68

Tabel 4.20 Hubungan Tanggung Jawab dengan Kinerja Perawat Pendidik Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013.. 68

Tabel 4.21 Hubungan Penghasilan dengan Kinerja Perawat Pendidik Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 69

Tabel 4.22 Hubungan Belajar Sepanjang Hayat dengan Kinerja Perawat Pendidik Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 69

Tabel 4.23 Hubungan Jaminan Perlindungan Hukum dengan Kinerja Perawat Pendidik Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013... 70

Tabel 4.24 Hubungan Organisasi Profesi dengan Kinerja Perawat Pendidik Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013.. 71

Tabel 4.25 Hasil Analisis Uji Korelasi Budaya Kerja (Bakat, Komitmen, Kualifikasi akademik, Kompetensi, Tanggung Jawab, Penghasilan, Belajar Sepanjang Hayat, Jaminan Perlindungan Hukum, Organisasi Profesi) Terhadap Kinerja... 72

Tabel 4.26 Hasil Analisis Multivariat Regresi Linier Berganda Berdasarkan Model Summary.... 75

Tabel 4.27 Hasil Analisis Multivariat Regresi Linier Berganda Berdasarkan Anova...

76

Tabel 4.28 Hasil Analisis Multivariat Regresi Linier antara Variabel Independen terhadap Variabel Dependen berdasarkan

(19)

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Landasan Teoritis ... 38

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 114

a. Informed Consent ... 115

b. Kuesioner Budaya Kerja ... 118

c. Kuesioner Kinerja Perawat Pendidik ... 123

Lampiran 2 Biodata Expert ... 125

a. Kuesioner Budaya Kerja ... 126

b. Kuesioner Kinerja Perawat Pendidik ... 126

Lampiran3 Ijin Penelitian ... 127

a. Surat Pengambilan Data dari Dekan Fakultas Keperawatan.. 128

b. Surat Persetujuan Etik Penelitian ... 129

c. Surat persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan ... 130

(21)

Title of the Thesis : The Analysis of The Influence of Work Culture on The Performance of Nurse Educator at The

University of Sari Mutiara Indonesia In 2013

Name of Student : Aisyah

Std. ID Number : 117046006

Study Program : Master in Nursing Science

Field of Specialization : Nursing Administration

ABSTRACT

Organizational culture is very important when it is faced by the

improvement of the performance of an organization and its employees. Many

people do not realize that a successful job is based on the values which begin from

habit and principle of belief to the habitual behavior of those who do their jobs.

Since culture is related to work quality standard, this culture is then called work

culture which is important to be developed because it gives positive impact on the

achievement of the sustainable change in the work place and in the work cultrure.

The type of the research was quantitative with cross sectional design which was

aimed to analyze the influence of work culture on the performance of nurse

instructors. The research was conducted at the University of Sari Mutiara

Indonesia from June 17 to July 8, 2013. The samples consisted of 31 respondents,

(22)

about statements and questionnaires about the performance of nurse educator with

30 questions. The data were analyzed by using Pearson product moment test and

multiple linear regression test. Based on bivariate analysis, it was found that there

was a significant correlation of work cultures based on talent, commitment,

academic qualification, competence, responsibility, income, long life study, legal

protection guarantee, and professional organization with the performance of nurse

educator. Based on multiple linear regression test, it was found that, partially,

commitment had the influence on the performance of nurse educator (p=0.039)

and responsibility had the influence on the performance of nurse educator

(p=0.006). The variable of responsibility had the most dominant influence on the

performance of nurse educator. It is recommended that the management of the

institution should evaluate nurse educator performance, either their academic

performance or their non-academic performance. Nurse educator who have good

performance are given rewards such as the opportunity to participate in meetings,

to give speech on the meeting forum so that they will be motivated to achieve

better performance.

(23)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budaya organisasi merupakan hal penting ketika dihadapkan pada

upaya peningkatan kinerja organisasi dan pegawai didalamnya. Banyak orang

belum menyadari bahwa suatu keberhasilan kerja berakar pada nilai-nilai

yang bermula dari adat istiadat, kebiasaan, agama dan kaidah lainya yang

menjadi keyakinan dan kemudian menjadi kebiasaan dalam prilaku

orang-orang dalam melaksanakan pekerjaan. Nilai-nilai yang telah menjadi

kebiasaan tersebut dinamakan budaya. Karena budaya tersebut dikaitkan

dengan kadar kualitas kerja, maka budaya disebut budaya kerja, baik di dalam

maupun diluar organisasi.

Organisasi harus memiliki dan mempertahankan karyawan terbaik,

tercerdas dalam melaksanakan inovasi. Organisasi harus memiliki karyawan

yang dapat bekerja sama untuk menghasilkan produk lebih baik, lebih cepat,

dan melaksanakan proses kerja yang lebih baik di tempat kerja

(Sedarmayanti, 2011).

Menurut Tati (2009) untuk memperoleh karyawan yang terbaik

diperlukan karyawan yang memiliki budaya kerja yang tinggi, dimana

karyawan yang memiliki budaya kerja yang tinggi akan memiliki integritas

yang tinggi terhadap perusahaan, selalu memiliki etos kerja yang baik dan

(24)

Elashmawi dan Haris (dalam Arwildayanto, 2012) berpendapat bahwa

berbagai bangsa di dunia ini mempunyai budaya yang berbeda satu sama

lainnya, perbedaan itu mengakibatkan perbedaan dalam perilaku (behavior)

dan sikap (attitude) dalam kegiatan organisasi, baik perusahaan, rumah sakit,

partai politik, organisasi militer, tidak terkecuali perguruan tinggi.

Berdasarkan keputusan kementerian pendayagunaan aparatur negara

no. 25/KEP/M.PAN/4/2002 tentang pedoman pengembangan budaya aparatur

negara sebagai penyempurnaan keputusan menteri negara pendayagunaan

aparatur negara no. 04/ 1991 tentang pedoman pemasyarakatan budaya kerja.

Adapun nilai-nilai budaya kerja tersebut salah satunya adalah nilai

profesionalisme (Supriyadi & Triguno, 2006).

Nilai-nilai budaya kerja perawat pendidik yang selama ini cukup kuat

untuk diterapkan pada perguruan tinggi adalah nilai budaya kerja profesional

dengan perpedoman kepada Undang-Undang Republik Indonesia No 14

tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 7 bahwa profesi guru dan profesi

dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan

prinsip profesionalitas. Profesionalitas dosen adalah sebagai berikut: memiliki

bakat, memiliki komitmen, memiliki kualifikasi akademik, memiliki

kompetensi, memiliki tanggung jawab, memperoleh penghasilan, memiliki

kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan

dengan belajar sepanjang hayat, memiliki jaminan perlindungan hukum dan

(25)

Profesional kerja perawat pendidik merupakan salah satu tolok ukur

dalam sistem penjaminan mutu akademik. Profesionalisme kerja perawat

pendidik harus menjadi nilai kultural yang dimiliki perawat pendidik untuk

selalu menampilkan karya terbaik dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya sebagai perawat pendidik. Tugas utama perawat pendidik atau

kinerja perawat pendidik terdiri dari tiga tugas besar bidang pendidikan,

penelitian dan pengabdian masyarakat. Pencapaian profesionalisme kerja

dosen bukan hanya menjadi tanggung jawab personal dosen, melainkan

menjadi tanggung jawab institusional oleh manajemen SDM perguruan tinggi

(Arwildayanto, 2012).

Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tercermin dalam HDI

(Human Development Index) Indonesia pada tahun 2011 mengalami

penurunan signifikan. Indonesia berada pada peringat 124 dari 187 negara.

Padahal, HDI Indonesia tahun 2010 berada pada pertingkat 108. Kulitas SDM

Indonesia jauh dibandingkan HDI negara-negara tetangga, seperti Singapura

(26), Brunei Darusallam (33) dan Malaysia (61). Kondisi tersebut

mencerminkan usaha edukasional yang dilakukan oleh berbagai perguruan

tinggi (PT) di Indonesia belum menuai hasil yang menggembirakan

(Alifuddin, 2012).

Namun demikian dalam menghadapi persaingan global dewasa ini,

upaya peningkatan kualitas pendidikan tidak cukup hanya mengandalkan

kebijakan pemerintah semata. Semua komponen yang terkait langsung dalam

(26)

nantinya akan mewakili bangsa ini bersaing secara kompetitif dengan bangsa

lain (Ramdhani, 2012).

Kondisi institusi pendidikan tinggi saat ini sangat memprihatinkan.

Banyak alumnusnya yang lulus dengan nilai standar, tanpa pengetahuan dan

ketrampilan yang memadai sehingga alumni pendidikan tinggi kurang

berkualitas, tidak mampu bersaing di pasaran kerja, baik di level lokal,

nasional, regional, maupun global (Alifuddin, 2012).

Kondisi itu terjadi karena Tridarma perguruan tinggi yang selama ini

menjadi roh dan dipegang teguh oleh pendidikan tinggi sebagai spirit

pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat, hanya sebatas

wacana. Kalaupun diperankan hanya darma pengajaran saja, itu pun hanya

pengajaran tatap muka di kelas secara kuantitas. Sedangkan dalam artian

pengembangan kualitas, seperti penguasaan isi atau materi belum terjamin.

Apalagi, darma penelitian dan pengabdian pada masyarakat sangat minim,

bahkan tidak dilaksanakan sama sekali oleh sejumlah pendidikan tinggi

(Alifuddin, 2012).

Simon dalam (Arwildayanto, 2012) menyatakan memahami budaya

yang berlaku diinstitusi kerja seperti perguruan tinggi bisa dilihat dari

property pakaian untuk bekerja, aturan-aturan yang diterapkan didalamnya,

nilai-nilai yang berlaku secara ketat, seperti mengedepankan kejujuran

(honesty), profesionalisme dan integritas. Penelitian terdahulu menunjukan

(27)

pada prestasi akademik mahasiswa dan kinerja akademik (Ubulom, Ebulom

& Enyoghasim, 2012).

Landasan pembangunan sistem pendidikan tinggi keperawatan di

Indonesia merupakan bagian terintegrasi dari sistem pendidikan tinggi

nasional karena hakikat pendidikan tinggi keperawatan sebagai pendidikan

profesi dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Melalui pelaksanan tiga fungsi

pokok pendidikan tinggi keperawatan yaitu pendidikan keperawatan, riset

keperawatan, dan pengabdian masyarkat, diharapkan pendidikan tinggi

keperawatan menghasilkan berbagai karakter dan sifat lulusan yang kompeten

dalam bidang pelayanan dan konsultasi keperawatan bagi masyarkat

(Simamora, 2009).

Profil lulusan pendidikan ners telah dibuat berdasarkan hasil lokakarya

yang melibatkan stakeholder (masyarakat, rumah sakit, puskesmas,

departemen kesehatan dan organisasi/institusi pelayanan kesehatan lainya,

termasuk organisasi profesi persatuan perawat nasional indonesia (PPNI)

terhadap tampilan ners profesional yang diharapkan di masyarakat. Tugas,

peran dan ruang lingkup pekerjaan menjadi pokok bahasan dalam

penyusunan profil yaitu care provider (pemberi asuhan keperawatan),

community leader (pemimpin dalam kegiatan komunitas profesi maupun

sosial), educator (pendidik), manager (pengelola asuhan kepearwatan),

(28)

Sebagai tenaga kesehatan, perawat memiliki sejumlah peran di

dalamnya menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewenangan yang

ada. Peran perawat utama adalah sebagai pemberi perawatan, pembuatan

keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus,

rehabilitator, pembuat kenyamanan, komunikator, penyuluh dan pendidik

(Perry & Potter, 2005). Sesuai dengan undang-undang kesehatan no 23 tahun

1992 perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan

melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliknya yang

diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Gaffar, 1999).

Peran perawat sebagai pendidik tidak hanya ditujukan untuk klien,

tetapi juga tenaga keperawatan lain. Upaya ini dilakukan untuk memberikan

pemahaman yang benar tentang keperawatan agar tercipta kesamaan

pandangan dan gerak bersama diantara perawat dalam meningkatkan

profesionalisme. Selain itu, melalui pendidikan keperawatan, eksistensi

profesi keperawatan dapat terus dipelihara. Peran ini dapat dilaksanakan di

institusi pendidikan keperawatan maupun institusi layanan kesehatan

(Asmadi, 2012).

Universitas Sari Mutiara Indonesia merupakan salah satu Perguruan

Tinggi Swasta di Medan dan telah berperan aktif dalam kancah akademik

pada tatanan global khususnya program studi (D-III Keperawatan, S-1

Keperawatan dan Ners). Sehingga akan mewujudkan Universitas Sari Mutiara

Indonesia menjadi perguruan tinggi yang kompeten dan unggul di Sumatera

(29)

senibudaya dan dalam menghasilkan lulusan SDM berkualitas serta

profesional di bidang keperawatan, berwawasan nasional dan internasional

tahun 2020 (Profil Universitas Sari Mutiara Indonesia, 2013).

Berdasarkan data laporan tahunan yang di dapat dari Universitas Sari

Mutiara Indonesia tahun 2012 bahwa tingkat kehadiran perawat pendidik

80% tepat waktu, penyerahan hasil ujian 80% tepat waktu, rata-rata IPK

mahasiswa 3,00, dan lulusan rata-rata sudah bekerja. Data tersebut diatas

secara kuantitas menunjukan kinerja perawat pendidik sudah sangat baik

tetapi hanya dalam bentuk tertulis. Wawancara peneliti terhadap beberapa

perawat pendidik Universitas Sari Mutiara Indonesia bahwa perawat

pendidik di Universitas Sari Mutiara Indonesia memiliki kebiasaan-kebiasan

sendiri, dimana jadwal pertemuan antar perawat pendidik sangat minim.

Berdasarkan informasi dari lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat di

Universitas Sari Mutiara Indonesia bahwa pelaksanaan aspek tridharma

Perguruan Tinggi, para dosen lebih banyak yang mengutamakan tugas

pengajaran, tugas penelitian dan pengabdian kepada masyarakat jarang

dilaksanakan hal ini secara kualitas kinerja perawat pendidik masih rendah.

Saat ini di Universitas Sari Mutira Indonesia belum pernah dilakukan

suatu analisis terhadap penerapan budaya kerja terhadap kinerja perawat

pendidik sehingga belum dapat diketahui secara pasti apakah para perawat

pendidik bekerja sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh Universitas Sari

Mutiara Indonesia. Oleh karena itu peneliti menganggap perlu untuk

(30)

hasilnya dapat dipergunakan oleh pihak manajemen demi perbaikan kinerja di

Universitas Sari Mutiara Indonesia.

1.2 Permasalahan

Sebagai bagian dari sumber daya manusia, profesi perawat pendidik

pada institusi pendidikan untuk dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas

diharapkan dapat terus mengembangkan kemampuan yang dimiliki, sehingga

nantinya diperoleh kinerja yang baik. Proses pengembangan dan perbaikan

kemampuan sumber daya manusia di institusi pendidikan bersifat terus

menerus demi tercapainya visi dari institusi. Berdasarkan uraian tersebut,

maka dirumuskan suatu masalah penelitian yang akan diteliti, yaitu;

bagaimanakah pengaruh budaya kerja terhadap kinerja perawat pendidik

Universitas Sari Mutiara Indonesia?.

1.3 Tujuan Penelitian

1.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara budaya kerja

terhadap kinerja perawat pendidik di Universitas Sari Mutiara Indonesia.

1.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara budaya kerja

(31)

1. Untuk mengetahui pengaruh budaya kerja berdasarkan bakat (X1)

terhadap kinerja perawat pendidik di Universitas Sari Mutiara

Indonesia (Y).

2. Untuk mengetahui pengaruh budaya kerja berdasarkan komitmen (X2)

terhadap kinerja perawat pendidik di Universitas Sari Mutiara

Indonesia (Y).

3. Untuk mengetahui pengaruh budaya kerja berdasarkan kualifikasi

akademik (X3) terhadap kinerja perawat pendidik di Universitas Sari

Mutira Indonesia (Y).

4. Untuk mengetahui pengaruh budaya kerja berdasarkan kompetensi

(X4) terhadap kinerja perawat pendidik di Universitas Sari Mutiara

Indonesia (Y).

5. Untuk mengetahui pengaruh budaya kerja berdasarkan tanggung

jawab (X5) terhadap kinerja perawat pendidik di Universitas Sari

Mutiara Indonesia (Y).

6. Untuk mengetahui pengaruh budaya kerja berdasarkan penghasilan

(X6) terhadap kinerja perawat pendidik di Universitas Sari Mutiara

Indonesia (Y).

7. Untuk mengetahui pengaruh budaya kerja berdasarkan belajar

sepanjang hayat (X7) terhadap kinerja perawat pendidik di Universitas

(32)

8. Untuk mengetahui pengaruh budaya kerja berdasarkan jaminan

perlindungan hukum (X8) terhadap kinerja perawat pendidik di

Universitas Sari Mutiara Indonesia (Y).

9. Untuk mengetahui pengaruh budaya kerja berdasarkan organisasi

profesi (X9) terhadap kinerja perawat pendidik di Universitas Sari

Mutiara Indonesia (Y).

10. Untuk mengetahui pengaruh budaya kerja (bakat (X1), komitmen

(X2), kualifikasi akademik (X3), kompetensi (X4), tanggung jawab

(X5), penghasilan (X6), belajar sepanjang hayat (X7), jaminan

perlindungan hukum (X8), organisasi profesi (X9) terhadap kinerja

perawat pendidik di Universitas Sari Mutiara Indonesia (Y).

1.4 Hipotesa Penelitian

1. Terdapat pengaruh antara budaya kerja berdasarkan bakat dengan kinerja

perawat pendidik di Universitas Sari Mutiara Indonesia.

2. Terdapat pengaruh antara budaya kerja berdasarkan komitmen dengan

kinerja perawat pendidik di Universitas Sari Mutiara Indonesia.

3. Terdapat pengaruh antara budaya kerja berdasarkan kualifikasi akademik

dengan kinerja perawat pendidik di Universitas Sari Mutiara Indonesia

4. Terdapat pengaruh antara budaya kerja berdasarkan kompetensi dengan

kinerja perawat pendidik perawat pendidik di Universitas Sari Mutiara

(33)

5. Terdapat pengaruh antara budaya kerja berdasarkan tanggung jawab

dengan kinerja perawat pendidik di Universitas Sari Mutiara Indonesia.

6. Terdapat pengaruh antara budaya kerja berdasarkan penghasilan dengan

kinerja perawat pendidik di Universitas Sari Mutiara Indonesia.

7. Terdapat pengaruh antara budaya kerja berdasarkan belajar sepanjang

hayat dengan kinerja perawat pendidik di Universitas Sari Mutiara

Indonesia

8. Terdapat pengaruh antara budaya kerja berdasarkan jaminan perlindungan

hukum dengan kinerja perawat pendidik diUniversitas Sari Mutiara

Indonesia

9. Terdapat pengaruh antara budaya kerja berdasarkan organisasi profesi

dengan kinerja perawat pendidik di Universitas Sari Mutiara Indonesia.

10. Terdapat pengaruh budaya kerja (bakat (X1), komitmen (X2), kualifikasi

akademik (X3), kompetensi (X4), tanggung jawab (X5), penghasilan (X6),

belajar sepanjang hayat (X7), jaminan perlindungan hukum (X8),

organisasi profesi (X9) terhadap kinerja perawat pendidik di Universitas

(34)

1.5 Manfaat Penelitan

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Teoritis

Tidak ada manfaat teoritis dari penelitian ini karena penelitian hanya

membuat kajian berdasarkan teori yang telah ada serta

penelitian-penelitian sebelumnya.

2. Metodologis

Dapat digunakannya metode dalam penelitian ini untuk penelitian sejenis

atau penelitian selanjutnya dimasa mendatang.

3. Aplikasi

a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai evaluasi di institusi terkait

b. Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi Universitas Sari

Mutiara Indonesia untuk peningkatan kinerja perawat pendidik.

c. Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi penelitian lain untuk kajian

(35)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budaya Kerja

2.1.1 Defenisi Budaya Kerja

Budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan

hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan

pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau

organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan,

cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja

(Supriyadi & Triguno, 2006). Budhi Paramita mendefenisikan bahwa budaya

kerja secara umum sebagai sekelompok pikiran dasar atau program mental

yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kerjasama

manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat (Ndraha, 1999).

Dalam seminar KORPRI daerah istimewa Yogyakarta nopember 1992

berkesimpulan bahwa: (1) budaya kerja adalah salah satu komponen kualitas

manusia yang sangat melekat dengan identitas bangsa dan menjadi tolok ukur

dasar dalam pembangunan, (2) budaya kerja dapat ikut menentukan integritas

bangsa dan menjadi penyumbang utama dalam menjamin kesinambungan

(36)

2.1.2 Manfaat Budaya Kerja.

Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang sangat dalam,

karena akan merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk

mencapai produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan

masa depan. Manfaat yang didapat dari budaya kerja yang baik adalah

sebagai berikut: menjamin hasil kerja dengan kualitas yang lebih baik,

membuka seluruh jaringan komunikasi, keterbukaan, kebersamaan,

kegotong-royongan, kekeluargaan, menemukan kesalahan dan cepat memperbaiki,

cepat menyesuaikan diri perkembangan dari luar, mengurangi laporan berupa

data-data dan informasi yang salah dan palsu, kepuasan kerja meningkat,

pergaulan yang lebih akrab, disiplin meningkat, pemborosan berkurang,

tingkat absensi turun, ingin belajar terus, ingin memberikan yang terbaik bagi

organisasi (Supriyadi &Triguno, 2006).

2.1.3 Dimensi Budaya Kerja

Dimensi budaya kerja yang paling umum digunakan untuk

memaparkan kondisi kultural ditempat kerja adalah hubungan vertikal yang

terdapat di tempat kerja, sifat hubungan kerja sama, tingkat kepedulian dan pertimbangan yang ditunjukkan orang pada waktu mengambil suatu

keputusan, sikap orang dalam menghadapi risiko, orientasi waktu ditempat

(37)

2.1.4 Nilai-Nilai Budaya Kerja

Implementasi nilai-nilai luhur Pancasila dalam organisasi menuntut

perubahan cara komunikasi dan yang biasa dilakukan secara vertikal dari atas

ke bawah, menjadi hubungan lebih horizontal dan partisipatif. Hal ini sangat

penting bagi pengembangan sumber daya manusia agar mampu memberikan

hasil kerja yang terbaik dan optimal bagi manajemen. Dengan masuknya

nilai-nilai budaya dalam manajemen diharapkan akan terjadi peningkatan

kualitas sumber daya manusia, kualitas cara kerja dan kualitas produknya

(Supriyadi & Triguno, 2006).

Keputusan kementerian pendayagunaan aparatur negara no.

25/KEP/M.PAN/4/2002 tentang pedoman pengembangan budaya aparatur

negara sebagai penyempurnaan keputusan menteri negara pendayagunaan

aparatur negara no. 04/ 1991 tentang pedoman pemasyarakatan budaya kerja,

Adapun nilai-nilai budaya kerja tersebut memuat (1) kebijakan

pengembangan budaya kerja aparatur, (2) nilai-nilai dasar budaya kerja

aparatur negara, (3) penerapan nilai-nilai budaya kerja aparatur negara, dan

(4) sosialisasi pengembangan budaya kerja aparatur negara (Supriyadi &

Triguno, 2006).

Adapun yang dimaksud dengan nilai-nilai budaya kerja dalam

pedoman dimaksud, antara lain (1) komitmen dan konsisten terhadap visi,

misi dan tujuan organisasi, dalam pelaksanaan kebijakan negara serta

peraturan perundangan yang berlaku, (2) wewenang dan tanggungjawab, (3)

(38)

kepekaan terhadap lingkungan tugas, (6) kepemimpinan dan keteladanan (7)

kebersamaan dan dinamika kelompok kerja, (8) kecepatan dan ketepatan, (9)

rasionalitas dan kecerdasan emosi, (10) keteguhan dan ketegasan, (11)

disiplin dan keteraturan kerja, (12) keberanian dan kearifan dalam mengambil

keputusan dan konflik, (13) semangat dan motivasi, (14) ketekunan dan

kesabaran, (15) keadilan dan keterbukaan dan (16) penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi (Supriyadi & Triguno, 2006).

Nilai budaya kerja perawat pendidik merupakan suatu yang essensial

dari pengembangan budaya kerja di perguruan tinggi, karena itu nilai budaya

kerja perawat pendidik di bangun dari fondasinya yakni nilai budaya yang

bersifat universal maupun lokal. Linda dan Eyre (dalam Arwildayanto, 2012)

mengatakan bahwa nilai budaya kerja yang bisa diterima secara universal

adalah nilai yang menghasilkan suatu perilaku, sedangkan perilaku itu

berdampak positif baik bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain.

Sedangkan nilai-nilai yang bersifat lokal berisikan tradisi kerja yang bersifat

pewarisan untuk mendukung pelaksanaan kerja yang produktif dan

berbasiskan kultural.

Subianto (dalam Arwildayanto, 2012) juga mengatakan bahwa nilai

budaya kerja dalam pribadi seseorang atau kelompok tidak bisa di

determinasi dalam dua kelompok kontrasi yang benar dan salah. Nilai budaya

kerja yang berbeda harusnya dipandang sebagai khasanah hidup yang

beraneka ragam, nilai budaya itu harus dihormati dijunjung tinggi seirama

(39)

2.1.5 Prinsip Profesionalitas Perawat Pendidik

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005

tentang guru dan dosen pasal 7 bahwa profesi guru dan profesi dosen

merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip

profesionalitas yaitu (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism,

(2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,

ketakwaan, dan akhlak mulia, (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar

belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, (4) memiliki kompetensi

yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (5) memiliki tanggung jawab

atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6) memperoleh penghasilan yang

ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (7) memiliki kesempatan untuk

mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar

sepanjang hayat, (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan dan (9) memiliki organisasi profesi yang

mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas

keprofesionalan guru (Rosyidi, 2006).

a. Memiliki bakat.

Bakat adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir dimana

kemampuan itu jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui

belajar akan menjadi kecakapan yang nyata (Sunaryo, 2004). Bakat dapat

dikatakan sebagai keahlian yang dimiliki guru secara alamiah muncul

dalam diri seorang guru atau perawat pendidik sehingga kemampuan dan

(40)

Bakat seorang guru dapat dikembangkan melalui pengembangan potensi

diri dan pada akhirnya membentuk potensi diri yang unggul. Seorang guru

dalam menjalankan tugasnya harus memiliki rasa panggilan jiwa yaitu

rasa keterpanggilan seorang dosen untuk memasuki profesi kependidikan

(Ramdhani, 2012).

Menurut Guilford ada 3 dimensi fungsi bakat yaitu: (1) dimensi

perseptual yaitu kemampuan didalam melakukan persepsi yang mencakup

kepekaan indra, perhatian, orientasi ruang dan waktu dan kecepatan

persepsi, (2) dimensi psikomotor mencakup kekuatan implus, kecepatan,

gerak, kecermatan dan koordinasi, (3) dimensi intelektual mencakup

ingkatan, pengamatan, berpikir dan evaluatif (Sunaryo, 2004)

b. Memiliki komitmen

Komitmen adalah keteguhan dan tekad yang mantap dan janji

untuk melakukan atau mewujudkan sesuatu yang diyakininya (Supriyadi

& Triguno, 2006). Setiap organisasi, terutama organisasi nonprofit seperti

organisasi kependidikan, memerlukan komitmen dari para anggotanya.

Komitmen menurut Shaw, Delery & Abdulla (dalam Alifuddin, 2012)

adalah hasil dari investasi atau kontribusi terhadap organisasi, atau suatu

pendekatan psikologis yang menggambarkan suatu hal yang positif,

keterlibatan yang tinggi, orientasi intensitas tinggi terhadap organisasi.

Secara konseptul komitmen merupakan resulante sinergis dari

keterampilan dengan keyakinan. Seseorang dikatakan profesional apabila

(41)

menjalankan pekerjaannya, bekerja secara tuntas dengan hasil dan mutu

yang sangat baik, bertanggung jawab atas pekerjaannya serta tidak

merugikan pihak lain (Keraf, 1998).

Komitmen dapat dipahami dalam tiga bentuk kelekatan individu

terhadap organisasi atau profesinya. Kelekatan ini dapat termanifestasi ke

dalam tiga dimensi komitmen yaitu: (1) komitmen normatif adalah

kelekatan individu terhadap profesinya karena sudah merasa tugas yang

diemban adalah tugas yang sangat penting bagi profesinya sebagai

guru/dosen, (2) komitmen afektif yaitu kelekatan seseorang terhadap

organisasi atau profesi karena guru merasa memiliki nilai-nilai yang

selaras dengan nilai-nilai dari organisasi atau profesi tersebut (3)

komitmen berkelanjutan adalah kelekatan individu pada pekerjaannya

karena mempertimbangkan untung dan ruginya apabila seorang guru atau

dosen tetap mengikatkan diri terhadap organisasi dan profesinya

(Ramdhani, 2012).

Seorang guru yang tidak memiliki komitmen akan bekerja apabila

diperintah, diawasi, dan kalau perlu dihukum jika tidak menjalankan tugas

dengan baik. Guru sebagai satu profesi harus harus bisa mengawasi diri

sendiri tanpa pengaruh dari luar dirinya. Guru sejati bekerja bukan karena

disuruh, diperintah atau ditakut-takuti, tetapi bekerja karena rasa tanggung

jawab yang lahir dari dalam diri sendiri. Komitmen dilahirkan atas adanya

keterampilan yang tinggi dan keyakinan yang bulat didalam batin seorang

(42)

c. Memiliki kualifikasi akademik

Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang

harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan

atau sertifikasi keahlian yang relevan sesuai ketentuan

perundang-undangan (Kunandar, 2007).

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14

tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 46 bahwa: (1) kualifikasi

akademik dosen diperoleh melalui pendidikan tinggi program pascasarjana

yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian, (2) d

d. Memiliki kompetensi

osen memiliki

kualifikasi akademik minimum lulusan program magister untuk program

diploma atau program sarjana dan lulusan program doktor untuk program

pascasarjana, (3) setiap orang yang memiliki keahlian dengan prestasi luar

biasa dapat diangkat menjadi dosen (Rosyidi, 2006).

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen

dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (Ramdhani, 2012).

Kompetensi dosen meliputi (1) kompetensi pedagogik merupakan

kompetensi mengelola pembelajaran peserta didik (2) kompetensi

kepribadian merupakan berkejiwaan mantap, berakhlak mulia, arif,

berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik. (3) kompetensi profesional

(43)

sosial merupakan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungannya

tanpa adanya diskriminatif (Surakhmad, 2009).

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 37

Tahun 2009 tentang dosen pasal 26 bahwa: (1) dosen memperoleh

kesempatan meningkatkan kompetensi, akses ke sumber belajar, akses ke

sumber informasi, akses ke sarana dan prasarana pembelajaran, serta

kesempatan melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dari

Pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan tinggi atau

satuan pendidikan tinggi, organisasi profesi, dan/atau masyarakat sesuai

dengan kewenangan masing-masing, (2) kesempatan untuk meningkatkan

kompetensi meliputi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan lanjut,

mengikuti pendidikan dan pelatihan, seminar, lokakarya, serta kegiatan

lain.

e. Memiliki tanggung jawab

Tanggung jawab adalah kesedian menanggung sesuatu, bila salah

wajib memperbaiki atau dapat dituntut dan diperkarakan (Supriyadi &

Triguno, 2006). Tanggung jawab pendidik adalah mendidik individu

supaya memiliki kecerdasan intelektual dan moral, mendidik supaya

memiliki perasaan peka terhadap lingkungan sosialnya, dan memdidik

masyarakat untuk saling menasehati dalam melaksanakan kebenaran,

saling menasehati agar tabah dalam menghadapi kesusahan. Tanggung

jawab itu bukan hanya sebatas tanggung jawab moral seorang pendidik

(44)

segala tugas yang dilaksanakannya kepada dirinya sendiri sebagai manusia

yang bermoral (Yuwono, 2011).

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14

tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 60 bahwa dalam melaksanakan

tugas keprofesionalan, dosen berkewajiban: (1) melaksanakan pendidikan,

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, (2) merencanakan,

melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil

pembelajaran, (3) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi

akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) bertindak

objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,

agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosioekonomi

peserta didik dalam pembelajaran, (5) menjunjung tinggi peraturan

perundang-undangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan

etika, (6) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

f. Memperoleh penghasilan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun

2005 tentang guru dan dosen pasal 16 penghasilan adalah hak yang

diterima oleh guru atau dosen dalam bentuk finansial sebagai imbalan

melaksanakan tugas keprofesionalan yang ditetapkan dengan prinsip

penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru atau

(45)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 37

Tahun 2009 tentang dosen pasal 30 bahwa gaji adalah hak yang diterima

oleh dosen atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan tinggi atau

satuan pendidikan tinggi dalam bentuk finansial secara berkala sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14

tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 51 bahwa dalam melaksanakan

tugas keprofesionalan, dosen berhak: memperoleh penghasilan di atas

kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Pasal 52

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru

dan dosen juga menerangkan bahwa penghasilan dosen di atas kebutuhan

hidup minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji,

serta penghasilan lain yang berupa tunjangan profesi, tunjangan

fungsional, tunjangan khusus, tunjangan kehormatan, serta maslahat

tambahan yang terkait dengan tugas sebagai dosen yang ditetapkan dengan

prinsip penghargaan atas dasar prestasi.

g. Kesempatan mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan

dengan belajar sepanjang hayat

Belajar sepanjang hayat merupakan suatu perbuatan manusia

secara wajar yang dalam prosesnya tidak selalu memerlukan kehadiran

guru. Oleh karena itu, belajar sepanjang hayat menekankan pada kegiatan

belajar yang berkesinambungan sepanjang hayat setiap orang yang

(46)

Belajar sepanjang hayat merupakan suatu fenomena alamiah dalam

kehidupan individu, kelompok dan masyarakat. Belajar sepanjang hayat

termasuk didalamnya self learning dengan demikian merupakan sesuatu

kegiatan yang penting dan menentukan dalam setiap kehidupan manusia

Terdapat beberapa alasan pokok tentang penting dan menentukannya

kegiatan belajar sepanjang hayat dalam kehidupan manusia yaitu

mencakup (1) adanya kebutuhan belajar pada setiap orang, (2) adanya

kebutuhan pendidikan dan (3) adanya kebutuhan dalam hidup

(Kartakusumah, 2006).

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun

2005 tentang guru dan dosen pasal 75 ayat 3 bahwa perlindungan hukum

adalah mencakup perlindungan terhadap tindakan kekerasaan, ancaman,

perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakukan tidak adil dari pihak

peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi dan pihak lain.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 37

Tahun 2009 tentang dosen pasal 22 bahwa (1) dosen berhak mendapat

perlindungan dalam melaksanakan tugas dalam bentuk rasa aman dan

jaminan keselamatan dari Pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara

pendidikan tinggi atau satuan pendidikan tinggi, organisasi profesi,

dan/atau masyarakat sesuai dengan kewenangannya, (2) rasa aman dan

(47)

hukum, perlindungan profesi, dan perlindungan keselamatan dan

kesehatan kerja.

Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 37 Tahun

2009 tentang dosen Pasal 23 (1) dosen berhak mendapatkan perlindungan

hukum dari tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif,

intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pimpinan perguruan tinggi,

mahasiswa, orang tua mahasiswa, masyarakat, birokrasi, dan/atau pihak

lain, (2) dosen berhak mendapatkan perlindungan profesi terhadap

pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam

menyampaikan pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan

atau pelarangan lain yang dapat menghambat dosen dalam melaksanakan

tugas keprofesionalannya, (3) dosen berhak mendapatkan perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja dari penyelenggara pendidikan tinggi

atau satuan pendidikan tinggi terhadap risiko gangguan keamanan kerja,

kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan

lingkungan kerja, dan risiko lain.

i. Memiliki organisasi profesi

Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah

para praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung

bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka

laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu. Tenaga profesional

(48)

mengawal pelaksanaan tugas-tugas profesional melalui tridarma organisasi

profesi, yaitu: (1) ikut serta mengembangkan ilmu dan teknologi profesi,

(2) meningkatkan mutu praktik pelayanan profesi, dan (3) menjaga kode

etik profesi. Organisasi profesi ini secara langsung peduli atas realisasi

sisi-sisi objek praktik spesifikasi profesi, keintelektualan kompetensi dan

praktik pelayanan, komunikasi, kode etik, serta perlindungan atas

anggotanya (Prayitno, 2009).

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 37

Tahun 2009 tentang dosen pasal 30 bahwa dosen memiliki kebebasan

untuk berserikat dalam organisasi profesi atau organisasi profesi keilmuan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kebebasan untuk

berserikat tidak mengganggu pelaksanaan tridharma perguruan tinggi yang

menjadi tanggungjawab keprofesionalan.

1.6 Kinerja

2.2.1 Definisi Kinerja

Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik

organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang

dihasilkan selama satu periode tertentu. Secara lebih tegas Amstron dan

Baron mengatakan kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai

hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan

memberikan kontribusi ekonomi. Lebih jauh Indra Bastian menyatakan

(49)

suatu kegiatan program kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategi

(strategic planning) suatu organisasi (Fahmi, 2010).

Stolovitch (dalam Sinambela, 2012) menyatakan kinerja adalah

seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta

pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta. Kinerja merupakan salah satu

kumpulan total dari kerja yang ada diri pekerja Griffin (dalam Sinambela,

2012).

2.2.2 Membangun Kinerja

Kinerja dapat dioptimumkan melalui penetapan deskripsi jabatan yang

jelas dan terukur bagi setiap jabatan, sehingga anggota organisasi mengerti

apa fungsi dan tanggung jawabnya. Menurut Hanyes (dalam Sinambela 2012)

berpendapat bahwa deskripsi jabatan yang baik akan dapat menjadi landasan

untuk:

a. Penentuan gaji, hasil deskripsi jabatan akan berfungsi menjadi dasar untuk

perbandingan pekerjaan dalam suatu organisasi dan dapat dijadikan

sebagai acuan pemberian gaji yang adil bagi pegawai dan sebagai data

perbandingan dalam persaingan dalam perusahaan

b. Seleksi pegawai, deskripsi jabatan sangat dibutuhkan dalam penerimaan,

seleksi penempatan pegawai.

c. Orientasi, deskripsi jabatan dapat mengenalkan tugas-tugas pekerjaan yang

(50)

d. Penilaian kinerja, deskripsi jabatan menunjukan perbandingan seseorang

pegawai memenuhi tugasnya dan bagaimana tugas itu seharusnya dipenuhi

e. Pelatihan dan pengembangan, deskripsi jabatan akan memberikan analisa

yang akurat mengenali pelatihan yang diberikan dan perkembangan untuk

membantu pengembangan karir.

f. Uraian dan perencanaan organisasi, perkembangan awal dari diskripsi

jabatan menunjukan dimana kelebihan dan kekurangan dalam pertanggung

jawaban. Dalam hal ini deskripsi jabatan akan menyeimbangkan tugas

dan tanggung jawabnya.

g. Uraian tanggung jawab, deskripsi jabatan akan membantu individu untuk

memahami berbagai tugas dan tanggung jawan yang diberikan kepadanya.

2.2.3 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang dilakukan kepada pihak

manajemen perusahaan baik para karyawan amaupun manajer yang selama

ini telah melakukan pekerjaannya. Dimana metode penilaian kinerja dapat

dilakukan pada seorang karyawan yang bekerja disuatu organisasi perlu

dilakukan penilaian dengan tujuan dapat diketahui sejauh mana karyawan

tersebut telah menjalankan tugasnya, dan sejauhmana kelemahan yang

dimiliki untuk diberi kesemapatan memperbaikinya (Fahmi, 201).

Untuk melakukan suatu penilaian kerja dibutuhkan metode penilaian

yang memiliki tingkat dan analisa representatif menurut Ricky W.Griffin

(51)

sering digunakan dalam organisasi adalah metode objektif dan metode

pertimbangan.

2.2.5 Kinerja Perawat Pendidik

Kinerja perawat pendidik dinilai dari hasil kerja di bidang pendidikan

dan pengajaran, bidang penelitian, bidang pengabdian masyarakat. Untuk

menghasilkan kinerja yang tinggi, dosen harus menjalankan seluruh

fungsinya dengan baik. Tugas-tugas perawat pendidik dalam menjalankan

profesinya adalah mendidik, membimbing, meneliti dan melakukan

pengabdian kepada masyarakat (Haryadi, 2010).

Dengan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi proses

transformasi kepakaran, penggunaan teknologi pembelajaran, dan yang

didukung oleh komitmen, motivasi, dan kesejahteraaan diharapkan

mendapatkan profil perawat pendidik perawat pendidik sebagai penjamin

mutu hasil belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Dengan diketahui profil

perawat pendidik yang meningkatkan kinerja, akan dapat dilakukan

perencanaan dan pengembangan sumber daya perawat pendidik kearah

peningkatan kualitas lulusan dan kualitas perguruan tinggi (Haryadi, 2010).

Perawat pendidik merupakan pendidik profesional dan ilmuan dengan

tugas utama mentransformasikan, menyumbangkan, dan menyebarluaskan

ilmu pebgetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan

(52)

Menurut Resosudarmo (dalam Adi, 2009) Perguruan Tinggi dikenal

memiliki Tridharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan

pengabdian masyarakat.

1. Pendidikan adalah rangkaian tindakan yang sistematis, berurutan, dan

terencana terdiri dari dua operasi utama yang terinterdependen,

pengajaran dan pembelajaran yang membentuk siklus tanpa terputus

(Bastable & Susan, 2002).

2. Pembelajaran adalah suatu perubahan prilaku (pengetahuan, ketrampilan

dan sikap) yang dapat terjadi kapan saja atau dimana saja akibat paparan

terhadap stimulus lingkungan (Bastable & Susan, 2002).

3. Penelitian adalah usaha untuk mecnari kebenaran yang dapat menjadi

umpan untuk pengembangan ilmu ataupun adaptasi ilmu pengetahuan

kepada lingkungan.

4. Pengabdian kepada Masyarakat adalah penerapan ilmu pengetahuan untuk

kegunaannya bagi masyarakat (Adi, 2009).

Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (2010) tugas utama dari

seorang dosen adalah melaksanakan tridharma perguruan tinggi dengan

beban kerja paling sedikit sepadan dengan 12 (dua belas) sks dan paling

banyak 16 (enam belas) sks pada setiap semester sesuai dengan kualifikasi

(53)

1. Tugas melakukan pendidikan dan penelitian paling sedikit sepadan dengan

9 (sembilan) sks yang dilaksanakan di perguruan tinggi yang

bersangkutan.

2. Tugas melakukan pengabdian kepada masyarakat dapat dilaksanakan

melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan

oleh perguruan tinggi yang bersangkutan atau melalui lembaga lain

sesuai dengan peraturan perundang undangan.

3. Tugas penunjang tridarma perguruan tinggi dapat diperhitungkan sks nya

sesuai dengan peraturan perundang undangan.

4. Tugas melakukan pengabdian kepada masyarakat dan tugas penunjang

paling sedikit sepadan dengan 3 (tiga) SKS.

Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (2010) tugas utama dari

seorang dosen sebagai berikut

1. Tugas melakukan pendidikan merupakan tugas di bidang pendidikan dan

pengajaran yang dapat berupa;

a. Melaksanakan perkuliahan, menguji dan menyelengarakan kegiatan

pendidikan dikelas dan di laboratorium.

b. Membimbing seminar mahasiswa.

c. Membimbing kuliah praktek belajar lapangan (PBL)

d. Membimbing tugas akhir penelitian mahasiswa termasuk

membimbing, pembuatan laporan hasil penelitian tugas akhir.

(54)

f. Membina kegiatan mahasiswa di bidang akademik dan

kemahasiswaan.

g. Mengembangkan program perkuliahan.

h. Mengembangkan bahan pengajaran.

i. Menyampaikan orasi ilmiah.

j. Membimbing staf pengajar yang lebih rendah jabatannya.

2. Tugas melakukan penelitian merupakan tugas di bidang pengembangan

karya ilmiah yang dapat berupa;

a. Menghasilkan karya penelitian.

b. Menerjemahkan dan menyadur buku ilmiah.

c. Mengedit dan menyunting karya ilmiah.

d. Membuat rancangan dan karya teknologi

e. Membuat rancangan karya seni.

3. Tugas melakukan pengabdian kepada masyarakat dapat berupa;

a. Menduduki jabatan pimpinan dalam lembaga pemerintahan atau

pejabat harus dibebaskan dari jabatan organiknya.

b. Melaksanakan pengembangan hasil pendidikan dan penelitian yang

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

c. Memberi latihan atau penyuluhan, penataran pada masyarakat.

d. Memberi pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan lain yang

menunjang pelaksanaan tugas umum pemerintah dan pembangunan

(55)

4. Tugas penunjang tridharma perguruan tinggi dapat berupa;

a. Menjadi anggota dalam suatu panitia atau badan pada perguruan

tinggi

b. Menjadi anggota panitia atau badan pada lembaga pemerintah

c. Menjadi anggota organisasi profesi

d. Mewakili perguruan tinggi lembaga pemerintah atau duduk dalam

panitia antar lembaga.

e. Menjadi anggota delegasi nasional ke pertemuan internasional.

f. Berperan serta aktif dalam pertemuan ilmiah.

g. Mendapat tanda jasa atau penghargaan.

h. Menulis buku pelajaran.

i. Mempunyai prestasi di bidang olahraga, kesenian dan sosial

1.7 Perawat

2.3.1 Definisi Perawat

Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti

merawat atau memelihara. Organisasi keperawatan sedunia yaitu

International Council of Nurses atau ICN (1972) dengan mengadopsi defenisi

perawat dari Virginia Henderson merumuskan fungsi unik perawat yaitu

melakukan pengkajian pada individu sehat maupun sakit dimana segala

aktivitas yang dilakukan berguna untuk kesehatan atau pemulihan kesehatan

(56)

2.3.2 Peran dan Fungsi Perawat

Sebagai tenaga kesehatan, perawat memiliki sejumlah peran di

dalamnya menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewenangan yang

ada. Peran perawat utama yaitu care provider (pemberi asuhan keperawatan),

community leader (pemimpin dalam kegiatan komunitas profesi maupun

sosial), educator (pendidik), manager (pengelola asuhan kepearwatan),

researcher (penelitian pemula) (AIPNI, 2010).

1. Pemberi asuhan keperawatan (care provider)

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien

mendapatkan kembali kesehatannya melalui penyembuhan. Proses

penyembuhan klien lebih dari sekedar penyembuhan dari penyakit

tertentu, sekalipun ketrampilan tindakan yang meningkatkan kesehatan

fisik merupakan hal yang penting bagi pemberi asuhan. Perawat

menfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik,

meliputi upaya mengembalikan kesehatan emosional, spiritual dan social

(Perry & Potter, 2005).

2. Pemimpin dalam kegiatan komunitas profesi maupun sosial (community

leader)

Pada peran pemimpin/manajer selama implementasi, perawat terlibat

dalam koordinasi dan juga delegasi perawatan klien. Koordinasi adalah

suatu kegiatan kepemimpinan/manajemen yang dilakukan perawatan

selama implementasi dan selama komponen lain dari proses keperawatan

(57)

3. Pendidik (educator)

Perawat pendidik bekerja terutama disekolah keperawatan, departemen

pengembangan staf dan suatu lembaga perawatan kesehatan dan

departemen pendidikan klien. Perawat pendidik secara umum memiliki

latar belakang pengalaman klinis yang memberikan mereka keahlian

klinis dan pengetahuan teoritis. Seorang pendidik di fakultas keperawatan

menyiapkan peserta didiknya untuk berfungsi sebagai perawat. Staf

fakultas keperawatan bertanggung jawab terhadap pendidikan terkini

dalam melaksanakan teori keperawatan dan ketrampilan khusus

dilaboratorium atau di klinik. Perawat pendidik di fakultas keperawatan

biasanya di tuntut memiliki ijazah dari pendidikan keperawatan. Selain

itu mereka secara umum memiliki spesialisasi klinis di bidang tertentu

dan pengalaman klinis lanjutan.

Perawat pendidik di departemen pengembangan staf dari institusi

kesehatan tertentu memberikan program pendidikan bagi perawat yang

bekerja di institusinya. Program ini meliputi orientasi beberapa karyawan

baru, kursus asuhan keperawatan klinis dan instruksi mengenai alat-alat

dan prosedur baru (Perry & Potter, 2005).

4. Manajer kasus

Sebagai manajer kasus, perawat mengoordinasi aktivitas anggota tim

kesehatan lain. Selain itu perawat juga mengatur waktu kerja dan sumber

(58)

mengoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan

mengawasai tenaga kesehatan lainya (Perry & Potter, 2005).

5. Peneliti pemula (researcher)

Sebagai peneliti dibidang keperawatan, perawat diharapkan mampu

mengidentifikasi masalah penelitian, menetapkan prinsip dan metode

penelitian, serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan

mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan. Penelitian

dalam bidang penelitian berperan dalam mengurangi kesenjangan

penugasan teknologi bidang kesehatan guna memperkokoh dan

memajukan profesi keperawatan (Sudarma, 2008)

2.3.3 Pelaksanaan Tiga Fungsi Pokok Perguruan Tinggi Keperawatan

Dalam melaksanaan tiga fungsi pokok perguruan tinggi, suatu

pendidikan tinggi keperawatan tidak hanya dituntut untuk meningkatkan

pelaksanaan pendidikan, tetapi juga meningkatkan pelaksanaan penelitian dan

pengabdian masyarakat.

1. Fungsi pendidikan

Dalam fungsi pendidikan tinggi keperawatan menyelenggarakan

proses pembelajaran keperawatan melalui sistem belajar aktif dan

mandiri. Pengalaman belajar dirancang untuk mencapai kemampuan

akademis dan atau profesional dalam bidang keperawatan. Proses ini juga

senantiasa harus merupakan sistem yang mudah untuk menyesusaikan diri

dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami

Gambar

Tabel 3. 1   Definisi Operasional
Tabel  3.2 Interpretasi Hasil Uji  Hipotesa  Berdasarkan Kekuatan    Korelasi,                    Nilai dan  Arah Korelasi
Tabel 4.1   i Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat Pendidik di Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2013 (n=31)
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

The management has the task of further developing knowledge of the customer base, relationship networks, and customer processes to enhance the intellectual property of the company,

The writer used questionnaire sheet and the result of students’ responses towards teaching reading descriptive text by using Think- Pair-Share technique, showed

Hasil penelitian menunjukkan nilai kekasaran permukaan resin komposit yang di coating dengan surface coat dan bahan bonding setelah penyikatan dari tabel tersebut dapat

Momento che si può situare intor- no alla metà del ii/viii secolo ovvero verso la fine del califfato omayyade.15 In margine all’interpretazione di Khadduri, si può osservare che

Pada penulisan ilmiah ini penulis membahas penggunaan php sebagai bahasa script yang mendukung web dalam media informasi yang dinamis, yaitu sebagai sarana untuk mengambil,

Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura visceralis lebih besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan oleh pleura parietalis dan permukaan pleura

Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Refrensi [5] menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan senam kaki melalui media audiovisual