• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISTRIBUSI SPASIAL DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN DI KECAMATAN UNGARAN BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DISTRIBUSI SPASIAL DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN DI KECAMATAN UNGARAN BARAT"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

i

KECAMATAN UNGARAN BARAT

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Disusun Oleh:

ALINA MASDA MAWADDAH 3250408049

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Saptono Putro, M.Si Dra. Pudji Hardati, M.Si

NIP. 19631217 1988031002 NIP.

195810041986032001

Mengetahui, Ketua Jurusan Geografi

(3)

iii

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Utama

Drs. Hariyanto M.Si

NIP. 196203151989011001

Penguji I Penguji II

Drs. Saptono Putro, M.Si Dra. Pudji Hardati, M.Si

NIP. 196312171988031002 NIP. 195810041986032001

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

(4)

iv

benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian

ataupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi

ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Maret 2013

Alina Masda Mawaddah

(5)

v

 (ءارس إا : ٣٦) ا ر ا ا ا

Artinya : “ Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu

melainkan sebagai kabar gembira bagi kemenanganmu, dan agar tentram

hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah ”

 Jangan kebanyakan berpikir, berusaha sajalah karena keberhasilan bukan

berasal dari alam rencana tetapi dari tindakan. Bertindaklah dan awali

semua dengan Bissmillah.

Kupersembahkan Skripsi ini Kepada :

1. Ayahku Sulthon Darojad dan Ibuku

Titik Khusfarina tercinta, terimakasih

atas doa dan dukungannya yang tak

pernah putus.

2. Adikku – adikku Bilqis, Aini, Arina

dan Habibi yang kusayang.

3. Teman – teman Geografi 2008

(6)

vi

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

”Distribusi Spasial Dan Karakteristik Industri Rumah Tangga Pangan di

Kecamatan Ungaran Barat”, sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Sains Universitas Negeri Semarang.

Skripsi ini dapat selesai dengan bantuan dari berbagai pihak yang

memberikan bimbingan, dorongan, semangat, kritik, dan saran kepada penulis.

Untuk itu dalam ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat,

sebagai berikut.

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri

Semarang, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk kuliah.

2. Drs. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri

Semarang, yang telah memberikan fasilitas selama kuliah.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial,

Universitas Negeri Semarang, sekaligus Dosen Pembimbing I, yang telah

memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Drs. Haryanto, M.Si., Ketua Program Studi Geografi Universitas Negeri

Semarang, yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama kuliah.

5. Drs.Saptono Putro, M.Si ., Dosen Pembimbing I, Dra.Pudji Hardati, M.Si.,

Dosen Pembimbing II dan Dosen Penguji Utama yang telah memberikan

(7)

vii

7. Ganis Randy Raharja dan Careca Virma Aftriana yang telah membantu dalam

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman Geografi 2008 yang telah memotivasi dan menjadi tempat

sharing yang menyenangkan.

9. Seluruh pihak terkait yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan baik dari segi isi maupun metodologinya karena segala

keterbatasan dan kekurangan yang ada pada diri penulis. Maka semua saran

dan kritik dari pembaca sangatlah diharapkan untuk masukan bagi penelitian

di masa-masa akan datang. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, Maret 2013

(8)

viii

Rumah Tangga Pangan di Kecamatan Ungaran Barat. Skripsi. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. 136 halaman. Pembimbing I Drs. Saptono Putro, M.Si, Pembimbing II Dra. Pudji Hardati, M.Si.,

Kata Kunci: Distribusi Spasial, Karakteristik IRTP, Pendapatan

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ungaran Barat yang menunjukkan perkembangan pesat tumbuhnya industri dengan spesialisai indutri rumah tangga makanan dan merupakan sumber mata pencaharian pokok penduduk. Berkembangnya industri ini tentunya dapat memberikan kontribusi pendapatan daerah dan rumah tangga sehingga distribusi spasial IRTP perlu dikaji dan dideskripsikan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui distribusi spasial lokasi industri, asal penghasil bahan baku dan daerah jangkauan pemasaran industri, 2) Untuk mengetahui karakteristik industri yang meliputi modal, bahan baku, tenaga kerja, produksi dan pemasaran 3) Untuk mengetahui besaran kontribusi pendapatan pengusaha IRTP terhadap pendapatan rumah tangga atau keluarga.

Populasi penelitian yaitu pengusaha IRTP sebanyak 45 jiwa. Penelitian ini menggunakan total sampling, yaitu seluruh populasi diambil sebagai sampel. Variabel penelitian adalah distribusi spasial IRTP meliputi lokasi, asal bahan baku dan jangkauan pemasaran, karakteristik IRTP meliputi asal modal, modal awal, modal belanja, modal operasional, jenis dan perolehan bahan baku, proses produksi, jumlah dan sistem kerja tenaga kerja dan cara pemasaran, kontribusi IRTP terhadap pendapatan rumah tangga atau keluarga pengusaha. Metode

penelitian menggunakan metode survey, dokumentasi dan wawancara. Alat pengumpul data menggunakan GPS dan instrumen. Analisis data dengan cara deskriptif presentase dan analisis peta.

(9)

ix

baku yang digunakan adalah bahan pangan kedelai, bayam, tepung terigu, kacang tanah dan hijau. Produk yang dihasilkan adalah keripik (84,44%), tahu (2,22%), tempe (8,89%) dan roti (4,44%). Cara pemasaran produk industri oleh pengusaha IRTP dilakukan secara langsung (73,33%), tidak langsung (6,67%) dan keduanya (20%). Kontribusi pendapatan pengusaha IRTP terhadap pendapatan rumah tangga/keluarga rata-rata perbulan sebesar Rp.2.550.000,00 dan rata-rata pendapatan total keluarga Rp.3.480.000,00 dengan rata-rata pengeluaran perbulan Rp.2.310.000,00.

(10)

x

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Istilah ... 7

BABII LANDASAN TEORI ... 9

A. Pengertian Industri ... 9

B. Pengertian Industri Rumah Tangga Pangan ... 10

C. Penggolongan Industri Dan Industri Rumah Tangga ... 11

D. Distribusi Spasial Industri ... 13

E. Karakteristik Industri Dan Industri Rumah Tangga Pangan ... 17

1. Modal... 19

2. Bahan Baku ... 21

3. Tenaga Kerja ... 23

4. Kegiatan Proses Produksi ... 25

5. Pemasaran ... 26

F. Pendapatan Rumah Tangga/Keluarga ... 29

G. Tinjauan Peneliti Terkait... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

A. Lokasi Penelitian ... 43

B. Populasi Penelitian ... 43

C. Sampel Penelitian ... 43

D. Variabel Penelitian ... 43

E. Data ... 48

1. Jenis Data ... 48

2. Metode Pengumpulan Data ... 48

3. Alat Pengumpul Data ... 49

F. Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 54

A. Hasil Penelitian... 54

1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 54

(11)

xi

a. Jumlah Penduduk ... 71

b. Komposisi Penduduk ... 72

3. Distribusi Spasial IRTP ... 78

4. Karakteristik IRTP ... 83

a.Modal ... 83

b.Bahan Baku ... 86

c.Proses Produksi ... 91

d.Tenaga Kerja ... 96

e.Pemasaran ... 99

5. Kontribusi IRTP terhadap Pendapatan ... 107

a.Pekerjaan Pokok dan Sampingan Pengusaha... 107

b.Pendapatan Pokok dan Sampingan Pengusaha ... 108 c.Pendapatan Keluarga IRTP ... 110

d.Pengeluaran Harian Pengusaha ... 111

B. Pembahasan ... 112

1. Distribusi Spasial IRTP ... 112

2. Karakteristik IRTP ... 113

3. Kontribusi IRTP terhadap Pendapatan Keluarga ... 120

BAB V PENUTUP ... 124

A. Simpulan ... 124

B. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127

(12)

xii

Tabel 3. Luas Pembagian Wilayah pada tiap Desa/Kelurahan Kecama-

tan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 58 Tabel 4. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan (Ha) Desa/Kelura-

han Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 60 Tabel 5. Luas dan Kemiringan Lahan Kecamatan Ungaran Barat

Tahun 2012 ... 62 Tabel 6. Jumlah Sarana dan Prasarana di Kecamatan Ungaran Barat

Tahun 2012 ... 64 Tabel 7. Sarana Perekonomian Menurut Desa/Kelurahan di Kecama-

tan Ungaran Barat Tahun 2012 133

Tabel 8. Banyaknya Sarana Kesehatan Menurut Desa di Kecamatan

Ungaran Barat Tahun 2012 ... 66 Tabel 9. Banyaknya Sarana Pendidikan (Sekolah Negeri dan Swasta)

di Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 68 Tabel 10. Banyaknya Sarana Pendidikan Menurut Desa/Kelurahan di

Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 70 Tabel 11. Banyaknya Fasilitas Peribadatan Menurut Desa/Kelurahan

di Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 71 Tabel 12. Jumlah Penduduk Berdasarkan jenis Kelamin, Kepadatan

dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Ungaran

Barat Tahun 2012 ... 72 Tabel 13. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di

Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 73 Tabel 14. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Keca-

matan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 74 Tabel 15. Penduduk Umur 5 Th Keatas Menurut Pendidikan di Keca-

matan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 75 Tabel 16. Penduduk Umur 5 Th Keatas Menurut Pendidikan dan Desa/

Kelurahan di Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 76 Tabel 17. Jumlah Pemeluk Agama di Kecamatan Ungaran Barat Ta-

hun 2012 ... 77 Tabel 18. Jumlah Pemeluk Agama Menurut Desa di Kecamatan Unga-

ran Barat Tahun 2012 ... 78 Tabel 19. Banyaknya Jenis IRTP Kecamatan Ungaran Barat Tahun

2013 ... 78 Tabel 20. Jumlah Unit IRTP (Industri Rumah Tangga Pangan) di Keca-

matan Ungaran Barat Tahun 2013 ... 79 Tabel 21. Jumlah Unit dan Jenis IRTP Kecamatan Ungaran Barat Ta-

hun 2013 ... 80 Tabel 22. Asal/Sumber Modal IRTP Kecamatan Ungaran Barat Ta-

(13)

xiii

Tahun 2013 ... 86 Tabel 26. Jenis Bahan Baku IRTP Kecamatan Ungaran Barat Tahun

2013 ... 87 Tabel 27. Perolehan dan Asal Daerah Penghasil Bahan Baku IRTP

Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2013 ... 88 Tabel 28. Alat Produksi Pengusaha IRTP Kecamatan Ungaran Barat

Tahun 2013 ... 91

Tabel 29. Harga Produk IRTP Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2013 .. 96

Tabel 30. Jumlah Pekerja Pengusaha IRTP Kecamatan Ungaran Barat

Tahun 2013 ... 97 Tabel 31. Sistem Kerja Tenaga Kerja Pengusaha IRTP Kecamatan

Ungaran Barat Tahun 2013 ... 98 Tabel 32. Cara Pemasaran IRTP Kecamatan Ungaran Barat Tahun

2013 ... 100 Tabel 33. Jangkauan Pemasaran IRTP Kecamatan Ungaran Barat

Tahun 2013 ... 101 Tabel 34. Daerah Jangkauan Pemasaran IRTP Kecamatan Ungaran

Barat Tahun 2013 ... 102 Tabel 35. Pendapatan Pokok Pengusaha IRTP Kecamatan Ungaran

Barat Tahun 2013 ... 108 Tabel 36. Pendapatan Pokok Suami/Istri Pengusaha IRTP Kecamatan

Ungaran Barat Tahun 2013 ... 110 Tabel 37. Pendapatan Keluarga Pengusaha Kecamatan Ungaran Barat

Tahun 2013 ... 111 Tabel 38. Pengeluaran Pengusaha IRTP Kecamatan Ungaran Barat

(14)

xiv

Gambar 4. Peta Lokasi IRTP Kecamatan Ungaran Barat ... 82 Gambar 5. Peta Asal Bahan Baku IRTP Kecamatan Ungaran Barat ... 89 Gambar 6. Peta Asal Bahan Baku IRTP Kecamatan Ungaran Barat ... 90 Gambar 7. Peta Jangkauan Pemasaran IRTP Keripik Kecamatan

Ungaran Barat ... 103

Gambar 8. Peta Jangkauan Pemasaran IRTP Tempe Kecamatan Ungaran

Barat... 104 Gambar 9. Peta Jangkauan Pemasaran IRTP Tahu Kecamatan Ungaran

Barat... 105 Gambar 9. Peta Jangkauan Pemasaran IRTP Roti Kecamatan Ungaran

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Pembangunan industri merupakan salah satu dari pembangunan ekonomi

yang menjadi tolak ukur peningkatan taraf hidup masyarakat modern yang lebih

bermutu. Kuncoro (2007:7) mengatakan bahwa pembangunan industri merupakan

salah satu sektor ekonomi yang dianggap mampu dalam meningkatkan aktivitas

ekonomi, produktivitas dan peningkatan standar hidup. Industri rumah tangga

merupakan salah satu komponen dari sektor industri pengolahan yang terus

mengalami perkembangan, disamping sifat usahanya yang kebanyakan masih

memerlukan pembinaan yang terus menerus agar masalah yang dihadapi dapat

segera diatasi. Beberapa masalah utama yang sering dihadapi antara lain adalah

masalah permodalan, cara pemasaran dan keterampilan dalam mengelola usaha

(BPS, 1996:xxv).

Salah satu dari industri rumah tangga di pedesaan yang berperan penting

dalam program peningkatan pangan adalah industri rumah tangga pangan. Jumlah

Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) di Indonesia sekitar 80% dari jumlah

industri yang ada di Indonesia (http://www.pom.go.id/index.php/home/beritaak-

tual/2346. 31 Januari 2013). Industri pangan ini merupakan bagian terbesar dalam

kelompok industri rumah tangga, yakni 1,5 juta unit dari 3,8 juta unit total industri

(16)

rata-rata 16 persen antara 2005-2009 (http://www.poskotanews.com/2012/08/21/

bahan-baku-industri-olahan -pangan-tergantung-impor. 21 Agustus 2012).

Banyak orang yang memilih pangan sebagai usaha karena pangan adalah

kebutuhan dasar manusia. Makanan mempunyai peranan yang sangat luas bagi

kehidupan, karena kehidupan manusia tidak dapat melepaskan diri dari kebutuhan

akan makanan. Manusia dapat hidup karena mendapat asupan gizi dari makanan

yang dikonsumsinya. Faktor lain yang mendukung tumbuh kembangnya industri

rumah tangga pangan adalah industri tersebut menggunakan bahan baku yang

tersedia didalam negeri, dipasarkan dalam negeri, dikonsumsi oleh masyarakat

secara luas dan memberikan konstribusi bagi peningkatan ekonomi masyarakat

kecil dan menengah (Abrianto, 2012:1).

Kabupaten Semarang merupakan salah satu wilayah yang mempunyai

potensi lokasional dan daya dukung fisik yang cukup memadai untuk

pengembangan industri karena dilalui jalur-jalur yang menghubungkan

pusat-pusat perkembangan wilayah di Jawa Tengah yaitu Kota Semarang, Surakarta dan

Yogyakarta. Selain itu, lokasinya juga berdekatan dengan ibukota Propinsi Jawa

Tengah, yang merupakan pusat kegiatan perekonomian, pemerintahan, sosial dan

budaya bagi wilayah-wilayah di Jawa Tengah. Lokasi ini sangat menguntungkan

wilayah Kabupaten Semarang dalam hal distribusi produksi kegiatan

perekonomian atau keterkaitan pada pasar yang lebih luas. Demikian pula

besarnya penduduk Kota Semarang juga dapat menjadi pasar potensial bagi

produk-produk dari Kabupaten Semarang, sehingga terdapat banyak peluang bagi

(17)

Kecamatan Ungaran Barat merupakan wilayah yang menunjukkan

perkembangan pesat tumbuhnya industri yang terspesialisasi pada industri rumah

tangga pangan di Kabupaten Semarang. Hal ini diperkuat dengan data dari Dinas

Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Semarang pada tahun 2011 bahwa

jumlah industri rumah tangga sebanyak 9.558 unit yang lebih didominasi oleh

industri makanan. Berkembangnya industri rumah tangga makanan di Ungaran

Barat disebabkan karena faktor tingginya penerimaan masyarakat terhadap

pembangunan industri, dukungan aksesibilitas, ketersediaan lahan untuk industri

serta dukungan pemerintah. Selain itu, mengingat posisi Kabupaten Semarang

yang merupakan daerah penunjang ketersediaan pangan di Jawa Tengah

khususnya. Program peningkatan produksi pangan yang dicanangkan pemerintah

diwujudkan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang salah satunya dengan cara

meningkatkan industri makanan (BPS, 2012:186).

Adanya potensi strategis industri rumah tangga pangan di Kecamatan

Ungaran Barat perlu dilakukan kajian strategis untuk melakukan pengembangan

sektor industri dan pembukaan area-area baru kawasan industri yang bisa

meningkatkan perekonomian masyarakat. Perlu dilakukan tinjauan geografi

dengan pemetaan distribusi spasial/keruangan dan kewilayahan. Distribusi spasial

industri merupakan aspek keruangan berupa lokasi persebaran dan perkembangan

industri baik berupa titik-titik, garis-garis atau areal-areal pada permukaan bumi

yang ditunjukan dalam bentuk peta (Yunus, 2010:40).

Karakteristik geografi industri merupakan bagian dari geografi ekonomik

(18)

lokasi ini berkaitan dengan wilayah bahan mentah, sumberdaya tenaga meliputi

tenaga air atau tenaga listrik sebagai penggerak mesin pabrik, suplay tenaga kerja,

suplay air, pasaran dan fasilitas transport (Daldjoeni, 1992:58).

Pemilihan lokasi industri mengutamakan aspek kondisi geografis yang

merupakan aspek yang mempunyai pengaruh besar dalam penentuan lokasi

industri karena berpegang pada aspek kewilayahan dan kelingkungan dalam

konteks keruangan yang bertujuan untuk maksimalisasi penjualan. Penentuan

lokasi suatu industri pada dasarnya bertujuan untuk mencari keuntungan

maksimum dengan jalan menekan biaya masukan. Biaya masukan ini meliputi

bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya transportasi, biaya produksi dan biaya

distribusi. Karena itu, perlu adanya pertimbangan dari berbagai faktor orientasi,

apabila penentuan lokasi salah maka akan menyebabkan kerugian yang terus

menerus. Umumnya, faktor orientasi mengacu pada bahan baku, tenaga kerja,

produksi dan pasaran yang merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam

pemilihan lokasi industri. Dasar orientasi keputusan tersebut terutama ditekankan

kepada biaya transportasi yang rendah (Sumaatmadja, 1981:129).

Keberadaan industri rumah tangga pangan di kawasan Ungaran Barat

selain dapat menunjang perekonomian dan pendapatan asli daerah Kabupaten

Semarang serta merupakan sumber mata pencaharian sebagian penduduk karena

memberikan pendapatan tambahan bagi rumah tangga yang berpendapatan rendah

di daerah pedesaan juga perlu diketahui tentang distribusi spasialnya agar industri

dapat dikembangkan lagi. Oleh karena itu, keberadaan atau pertumbuhan industri

(19)

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin meninjau lebih dalam

tentang perindustrian rumah tangga pangan di Kecamatan Ungaran Barat dengan

judul “Distribusi Spasial Dan Karakteristik Industri Rumah Tangga Pangan Di

Kecamatan Ungaran Barat”.

B.PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah distribusi spasial industri rumah tangga pangan di Kecamatan

Ungaran Barat?

2. Bagaimanakah karakteristik industri rumah tangga pangan di Kecamatan

Ungaran Barat?

3. Seberapa besar kontribusi industri rumah tangga pangan terhadap pendapatan

rumah tangga atau keluarga pengusaha di Kecamatan Ungaran Barat?

C.TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian yang bertemakan geografi industri ini adalah

sebagai berikut.

1. Mengetahui distribusi spasial yang meliputi distribusi spasial lokasi industri,

distribusi spasial asal daerah penghasil bahan baku dan distribusi sapsial daerah

jangkauan pemasaran industri rumah tangga pangan di Kecamatan Ungaran

Barat.

(20)

Barat yang meliputi modal, bahan baku, tenaga kerja, produksi dan pemasaran

hasil produksi industri.

3. Mengetahui besaran kontribusi industri rumah tangga pangan terhadap

pendapatan rumah tangga pengusaha di Kecamatan Ungaran Barat.

D.KEGUNAAN PENELITIAN

Manfaat secara teoritis maupun secara praktis bagi masyarakat, akademisi

dan pemerintah dari penelitian ini adalah.

1. Secara Teoritis

a. Bagi akademisi dapat digunakan sebagai media untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan utamanya dalam bidang geografi industri.

b. Bagi pemerintah atau perumus kebijakan dapat dijadikan sebagai acuan

dalam pengambilan keputusan terkait pengembangan sektor industri rumah

tangga pangan.

2. Secara Praktis

a. Sebagai informasi berupa kelengkapan data-data industri bagi masyarakat,

Badan Pemerintah Daerah (BAPPEDA) dan Kantor Kecamatan Ungaran

Barat.

b. Sebagai alat bantu bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam

merumuskan kebijakan yang mengarah pada pengembangan sektor industri

(21)

E. BATASAN ISTILAH

Batasan atau penegasan istilah ini bertujuan untuk menghindari terjadinya

bermacam-macam interpretasi dan mewujudkan kesatuan berpikir, cara pandang

dan anggapan tentang segala sesuatu pada penelitian ini sehinnga perlu ditegaskan

istilah-istilah yang ada khususnya pada penelitian ini dengan judul “Distribusi

Spasial dan Karakteristik Industri Rumah Tangga Pangan di Kecamatan Ungaran

Barat”. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan antara lain adalah sebagai

berikut.

1. Industri Rumah Tangga

Industri rumah tangga didefinisikan sebagai perusahaan industri yang

memperkerjakan tenaga kerja kurang dari lima pekerja (Kuncoro, 2007:342).

Dalam penelitian ini industri rumah tangga yang dimaksud adalah industri

rumah tangga pangan di Kecamatan Ungaran Barat.

2. Industri Rumah Tangga Pangan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 pada

pasal 1 angka 16 menjelaskan bahwa industri rumah tangga pangan adalah

perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan

peralatan pengolahan manual hingga semi otomatis (Abrianto, 2012:37).

Dalam penelitian ini industri rumah tangga pangan yang dimaksud adalah

industri rumah tangga pangan keripik, roti, tempe dan tahu.

3. Distribusi Spasial Industri

Distribusi adalah sebaran. Sedangkan spasial dari pandangan geografi

(22)

Dalam penelitian ini sebaran atau distribusi spasial objek yang diteliti adalah

sebaran lokasi industri, sebaran asal daerah penghasil bahan baku dan sebaran

daerah jangkauan pemasaran produk industri di Kecamatan Ungaran Barat.

4. Karakteristik Industri

Robinson dalam Daldjoeni (1992:58) mengungkapkan bahwa karakteristik

geografis industri di suatu wilayah di antaranya yaitu bahan mentah,

sumberdaya tenaga, suplai tenaga kerja, suplai air dan pasaran. Dalam

penelitian ini karakteristik geografis industri rumah tangga pangan meliputi

(23)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Industri

Industri adalah setiap unit produksi yang membuat suatu barang atau

mengerjakan sesuatu di suatu tempat tertentu untuk keperluan masyarakat

(Bintarto, 1997:87).

Industri dapat didefinisikan sebagai usaha yang melakukan kegiatan

merubah bahan mentah menjadi bahan jadi atau setengah jadi yang kurang

bernilai menjadi barang yang lebih tinggi nilainya (BPS, 2002:8).

Definisi lain mengatakan bahwa industri adalah suatu usaha yang

memproduksi bahan mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah besar

sehingga bahan tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi

dengan mutu setinggi mungkin (Sandy, 1985:148).

Industri dari sudut pandang geografi adalah industri sebagai suatu sistem,

yang merupakan perpaduan sub sistem fisis dan sub sistem manusia. Subsistem

fisis meliputi lahan, bahan baku, energi, iklim dengan proses alamiahnya.

Sedangkan subsistem manusia meliputi tenaga kerja, teknologi, tradisi, politik,

pemerintahan, transportasi dan komunikasi, konsumen dan pasar. Relasi, asosiasi

dan interaksi komponen tersebut dalam satu ruang merupakan bidang pengkajian

geografi (Sumaatmaja, 1981:179).

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian industri adalah suatu

(24)

bahan-bahan tertentu sebagai bahan-bahan baku untuk diproses menjadi hasil lain yang lebih

berdaya guna bagi masyarakat.

B. Pengertian Industri Rumah Tangga dan Industri Rumah Tangga Pangan

Badan Pusat Statistik Semarang memberikan definisi bahwa industri

rumah tangga adalah perusahaan atau industri pengolahan yang menggunakan

atau mempunyai tenaga kerja sebanyak 1-4 orang (BPS, 2002:56).

Industri rumah tangga adalah rumah usaha produk barang dengan jenis

kegiatan ekonomi yang dipusatkan di rumah keluarga dan tenaga kerja berasal

dari anggota keluarga sendiri dan masyarakat sekitar. Begitu juga pimpinan,

pemilik atau pengelola industri ini merupakan kepala rumah tangga atau anggota

keluarga yang dipercaya Kriteria-kriteria suatu usaha dikatakan sebagai industri

rumah tangga yaitu sebagai berikut.

1) Kegiatan industri dilakukan pada rumah tangga/keluarga.

2) Tenaga kerja yang dipekerjakan tidak lebih dari lima orang.

3) Peralatan pengolahan yang digunakan mulai dari manual hingga alat semi

otomotis (Abrianto, 2012:37).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 pada

pasal 1 angka 16 menjelaskan bahwa industri rumah tangga pangan adalah

perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan

peralatan pengolahan manual hingga semi otomatis. Jadi, industri rumah tangga

pangan adalah rumah usaha produk pangan atau perusahaan kecil yang dikelola

(25)

C. Penggolongan Industri Dan Industri Rumah Tangga

Klasifikasi atau penggolongan industri sangat beraneka ragam, karena

banyak hal atau aspek yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menggolongkan,

mengelompokkan atau mengklasifikasikan. Antara dinas atau kantor dalam

menggolongkannya juga berbeda, tergantung kepentingan masing-masing, karena

mempunyai tujuan yang berbeda.

Industri di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa macam

kelompok. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja dibedakan menjadi 4

golongan, yaitu: 1) Industri rumah tangga, memiliki tenaga kerja antara 1-5 orang,

2) Industri kecil memiliki tenaga kerja antara 5-19 orang, 3) Industri sedang

memiliki tenaga kerja antara 20-99 orang, 4) Industri besar memiliki jumlah

tenaga kerja 100 orang atau lebih (BPS, 2002:96).

Pengelompokan industri rumah tangga menurut eksistensinya dibedakan

menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut.

1) Industri lokal adalah kelompok industri yang menggantungkan kelangsungan

hidupnya kepada pasar setempat yang terbatas dan relatif tersebar di satu lokasi

saja. Skala industri sangat kecil dan mencerminkan pola industri yang bersifat

sub bagian.

2) Industri sentra adalah industri berskala kecil dengan membentuk kelompok

atau kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang

menghasilkan barang sejenis. Target pemasaran umumnya menjangkau pasar

(26)

3) Industri mandiri adalah jenis industri yang masih memiliki sifat-sifat industri

rumah tangga tetapi telah memberi sarana yang canggih. Pemasaran hasil

produksi tidak tergantung pada pedagang perantara (Rochman, 2005:9).

Pembagian berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat

dibedakan menjadi 5 kelompok, yaitu: 1) Industri berorientasi pada pasar yaitu

industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen, 2) Industri

berorientasi pada tenaga kerja yaitu industri yang didirikan mendekati lokasi

pemusatan pemukiman penduduk, 3) Industri berorientasi pada pengolahan yaitu

industri yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan, 4) Industri berorientasi

pada bahan baku yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan baku

dan 5) Industri yang tidak terikat dengan persyaratan lain yaitu industri yang

didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas (http://geografi-bumi.blog

spot.com/2009/10/klasifikasi-industri.html. 31 Januari 2013).

Kaitan penggolongan industri diatas bahwa industri rumah tangga pangan

(IRTP) di Kecamatan Ungaran Barat termasuk kedalam golongan industri rumah

tangga pangan karena jumlah tenaga kerja pengusaha IRTP antara satu sampai

empat pekerja. Selain itu bahan baku yang digunakan adalah bahan baku pangan

dan sayur yaitu kacang kedelai, kacang tanah, tepung terigu dan bayam.

Industri rumah tangga pangan (IRTP) ini menurut eksistensinya termasuk

dalam golongan industri sentra yang membentuk kelompok atau kawasan

produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis

dan target pemasaran menjangkau pasar yang lebih luas sehingga peranan

(27)

yang spesialisasinya adalah keripik mencapai 73,33% dan rata-rata pemasarannya

menggunakan perantara pedagang pengumpul atau tengkulak.

D. Distribusi Spasial Industri

Distribusi diartikan sebagai persebaran. Persebaran dalam hal ini adalah

posisi lokasi yang terletak disuatu area/tempat dalam keadaan tertentu (Subekhan,

2007:15). Klasifikasi sebaran pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga

macam, diantaranya yaitu: 1) Mengelompok (Cluster), 2) Acak (Random), dan 3)

Teratur (Reguler) (Yunus, 2010:52).

Pengertian spasial dari pandangan geografi adalah pengertian yang bersifat

rigid, yakni segala hal yang menyangkut lokasi atau tempat (Rustiadi dkk,

2009:50). Spasial berarti keruangan, istilah ruang (space) dapat diartikan sebagai

bagian tertentu dari permukaan bumi yang mampu mengakomodasikan berbagai

bentuk kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya (Yunus,

2010:45).

Lokasi merupakan letak dari suatu objek (Kamus Besar Bahasa Indonesia

1988:415). Dalam kajian geografi lokasi merupakan suatu konsep geografi yang

dapat menunjukkan posisi suatu tempat, benda atau gejala di permukaan bumi.

Lokasi dalam ruang atau spasial terdiri dari lokasi absolut dan lokasi relatif.

Lokasi absolut adalah lokasi yang berkenaan dengan posisi menurut garis lintang

dan garis bujur (letak astronomis). Sedangkan lokasi relatif adalah lokasi suatu

tempat yang bersangkutan dengan hubungan tempat atau wilayah itu dengan

(28)

Jadi, lokasi relatif ini ditinjau dari posisi suatu tempat atau terhadap kondisi

wilayah-wilayah yang ada disekitarnya. Lokasi relatif ini dapat mengungkapkan

dinamika wilayah yang bersangkutan.

Persebaran lokasi industri dapat ditinjau dari lokasi absolut dan lokasi

relatif. Lokasi absolut suatu tempat dapat diamati pada peta. Melalui lokasi

absolut dapat diketahui jarak dan arah suatu tempat ke tempat lain di permukaan

bumi. Untuk memperhitungkan karakteristiknya lebih jauh lagi, harus diketahui

tentang lokasi relatifnya (Santoso, 2006:9).

Pemilihan lokasi industri pada dasarnya bertujuan untuk mencari

keuntungan maksimum dengan jalan menekan biaya masukan. Biaya masukan ini

meliputi bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya transportasi, biaya produksi dan

biaya distribusi. Karena itu, perlu adanya pertimbangan dari berbagai faktor

orientasi, apabila penentuan lokasi salah maka akan menyebabkan kerugian yang

terus menerus. Umumnya, faktor orientasi mengacu pada bahan baku, tenaga

kerja, produksi dan pasaran yang merupakan faktor yang paling berpengaruh

dalam pemilihan lokasi industri. Dasar orientasi keputusan tersebut terutama

ditekankan kepada biaya transportasi yang rendah (Sumaatmadja, 1981:129).

Hoover dalam teorinya tentang lokasi kegiatan ekonomis mengatakan

bahwa lokasi pabrik atau perusahaan dapat didirikan dititik bahan mentah ataupun

dititik pasar (Daldjoeni, 1992:72). Menurut Alfred Weber dalam teorinya yang

disebut dengan segitiga bobot, bahwa untuk menentukan lokasi suatu industri

(29)

pada dasarnya lokasi industri dipilihkan di tempat-tempat yang biayanya paling

minimal (Weber, 1993:21 dalam Rochman, 2005:16).

Lokasi penyebaran industri ke suatu daerah harus sesuai dengan kondisi

geografi daerah yang bersangkutan untuk pengaturan spasial dalam rangka

memelihara lingkungan hidup yang tepat dan serasi. Kondisi geografi menyangkut

potensi daerah yang dapat dikembangkan dengan kondisi fisiknya. Gejala

geografis suatu daerah yang akan dijadikan lokasi industri harus mempunyai

kemampuan sebagai penunjang kegiatan industri tersebut, selain harus

memperhatikan unsur tenaga kerja, bahan baku, pasaran, pengembangan wilayah,

dan pelestarian lingkungan (Sumaatmadja, 1998:185).

Distribusi atau sebaran objek kajian dalam penelitian ini adalah sebaran

kenampakan lokasi industri dan sebaran kenampakan linear atau gejala yaitu

sebaran daerah asal penghasil bahan baku dan sebaran daerah jangkauan

pemasaran. Kenampakan lokasi disimbolkan dengan titik sedangkan sebaran asal

penghasil bahan baku dan jangkauan pemasaran disimbolkan dengan areal/bidang.

Pengumpulan data spasial atau ruang yang terdiri dari data titik (point) dan data

bidang (areal data) tersebut diperoleh dari hasil lapangan menggunakan GPS dan

kemudian diolah menjadi peta melalui SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan

progam Arc View 3.3.

Persebaran lokasi industri, asal daerah penghasil bahan baku dan daerah

jangkauan pemasaran dapat dipetakan menggunakan Sistem Informasi Geografis

(SIG) dengan program Arc View 3.3. Sistem Informasi Geografis (SIG)

(30)

peta. Sistem Informasi Geografis (SIG) bermanfaat untuk mengidentifikasi

sebaran lokasi industri baik tersebar secara acak, terpusat atau mengelompok

maupun merata atau teratur serta mengidentifikasi di daerah mana mereka

cenderung berorientasi pada bahan baku, tenaga kerja, pasar, tempat pengolahan

atau bersangkutan terhadap kondisi wilayah-wilayah lain disekitarnya dengan

faktor alam atau faktor budaya. Selain itu juga mengidentifikasi daerah-daerah

asal bahan baku dan jangkauan pemasaran produk industri di seluruh pelosok

tanah air. Sistem Informasi Geografis (SIG) pada dasarnya adalah suatu tipe

informasi yang fokus pada penyajian dan analisis realitas geografis (Kuncoro,

2007:191).

Uraian teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya

penentuan lokasi industri bertujuan untuk mencari keuntungan maksimum dari

kesinambungan proses produksi suatu industri. Demikian juga dengan pemilihan

lokasi industri rumah tangga pangan di Kecamatan Ungaran Barat ini, pada

dasarnya berorientasi pada teori Weber dan Sumaatmaja yaitu sebagai berikut.

1) Dekat dengan tenaga kerja. Tenaga kerja pada industri IRTP menggunakan

tenaga kerja kasar dengan tingkat pendidikan rendah, sehingga mudah didapat.

2) Dekat dengan pasar, bahwa perkembangan industri IRTP di Kecamatan

Ungaran Barat ini didukung oleh kemudahan dalam pemasaran baik lokal

maupun luar daerah.

3) Tersedianya transportasi, yaitu sarana angkutan barang dan jalan yang sudah

(31)

Lokasi IRTP di Kecamatan Ungaran Barat berada didalam rumah tangga

keluaraga pengusaha. Lokasi industri ini sekaligus sebagai lokasi produksi.

Distribusi spasial/persebaran IRTP memusat/mengelompok di Desa Lerep.

E. Karakteristik Industri Dan Industri Rumah Tangga

Karakteristik suatu industri dari kaca mata geografi yaitu adanya sub

sistem fisis dan sub sistem manusia (Sumaatmadja, 1981:180).

Radjiman (1998) mengemukakan bahwa karakteristik utama dalam suatu

industri meliputi; a) Faktor fisik yaitu tanah, bahan baku, tenaga (energi); b)

Faktor manusia dan ekonomi yaitu penyediaan tenaga kerja, transport, pasar,

pengaruh pemerintah, faktor historis-inersia industrial dan keuntungan aglomerasi

(http://perencanaankota.blogspot.com. 1 Februari 2013).

Permadi dalam penelitiannya (studi kasus di wilayah Pembangunan

Botabek dan Bandung Raya), mengungkapkan bahwa secara umum (melalui

pendekatan empirik) karakteristik penentu aktivitas industri dapat dibagi menjadi;

a) Faktor input, meliputi bahan baku, tenaga kerja, energi, air, iklim dan lahan; b)

Faktor output, mencakup pasar atau konsumen dan fasilitas pembuangan dan c)

Faktor penunjang tidak langsung, berupa fasilitas perkotaan/lingkungan serta

dorongan lokal (http://perencanaankota.blogspot.com. 1 Februari 2013).

Soeminta dalam Permadi (1991) menjabarkan lima pertimbangan utama

yang mendasari karakteristik penentuan lokasi industri, yakni; a) pertimbangan

ekonomis, terutama menyangkut masalah biaya untuk memperoleh keuntungan

(32)

tanah warisan, tanah kosong yang telah lama dimiliki sebelum perusahaan berdiri,

kegiatan usaha masyarakat yang dilakukan secara turun-temurun; c) lokasi yang

ditunjuk atau ditentukan pemerintah, karena alasan politis, strategis, keamanan

maupun kepentingan perencanaan; d) lokasi yang ditentukan secara spekulasi atau

tanpa memperhitungkan faktor penting yang mempengaruhi suatu lokasi industri;

e) jenis industri yang footloose yaitu dapat berlokasi di sembarang tempat,

industri ini tidak bergantung pada faktor lokasi (http://perencanaankota.blog

spot.com. 1 Februari 2013).

Yip dalam Rendra (1997) mengatakan bahwa suatu industri akan

berkembang karena dorongan beberapa faktor yang dapat dikelompokkan ke

dalam empat kelompok yaitu; a) Faktor pasar yaitu kebutuhan konsumen yang

homogen, konsumen global, saluran distribusi global dan perpindahan pasar; b)

Faktor biaya dalam skala dan cakupan ekonomi, pengalaman dan pengetahuan,

efisiensi sumber daya, pasokan yang baik, perbedaan biaya dan ketrampilan antar

negara dan pengembangan produk; c) Faktor pemerintah, peraturan dahn

kebijakan tentang perdagangan yang mendukung standarisasi produk dan

kebiasaan dalam distribusi pemasaran; d) Faktor persaingan, ketergantungan antar

negara serta kompetisi global (http://perencanaankota.blogspot.com. 1 Februari

2013).

Robinson dalam Daldjoeni (1992:58) menjelaskan ada enam hal

karakteristik faktor geografis industri yaitu bahan mentah, sumberdaya tenaga

meliputi tenaga air atau tenaga listrik sebagai penggerak mesin pabrik, suplay

(33)

karakteristik dari industri rumah tangga pangan yang mempengaruhi maju

mundurnya suatu industri adalah sebagai berikut.

1. Modal

Wibowo (2000:47) mengungkapkan bahwa modal merupakan unsur

utama yang menjamin berdirinya dan berlangsungnya kegiatan produksi pada

suatu industri. Modal diperlukan untuk mebiayai semua pengadaan sarana

produk. Modal dapat juga diartikan sebagi hasil produksi yang digunakan

untuk memproduksi lebih lanjut. Asal modal dapat dibagi menjadi dua macam

yaitu.

a. Modal sendiri, adalah modal yang berasal dari pemilik usaha dan tertanam

untuk jangka waktu tidak tertentu.

b. Modal pinjaman, adalah modal yang berasal dari luar, modal tersebut

merupakan utang yang harus dibayar.

Asal atau sumber modal dalam hal ini sejumlah biaya yang diperlukan

untuk kegiatan industri rumah tangga pangan yang didapat dari modal sendiri

maupun berasal dari modal pinjaman.

Perusahaan atau industri membutuhkan modal dalam menjalankan

aktifitasnya. Perusahaan memiliki kebutuhan modal yang berbeda-beda

tergantung jenis usaha yang dijalankan. Pengertian modal dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2007:750) adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk)

untuk berdagang atau melepas uang yang dapat dipergunakan untuk

(34)

Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007:9) adalah hak residual atas asset

perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.

Safir (2012) mengatakan bahwa pada prinsipnya ada tiga jenis modal

dalam menjalankan usaha diantaranya.

1) Modal Investasi Awal

Modal investasi awal yaitu modal yang diperlukan atau dikeluarkan

pada awal usaha yang digunakan untuk jangka panjang.

2) Modal Kerja atau Modal Belanja

Modal kerja atau modal produksi adalah modal yang kita keluarkan

untuk membeli atau memproduksi barang usaha. Penggunaannya bisa

dilakukan berkala atau sesuai pesanan yang datang, tergantung jenis usaha

yang dijalani.

3) Modal Operasional

Modal operasional adalah modal pengeluaran untuk biaya operasional

harian/bulanan dalam menjalankan usaha. Misalnya biaya gaji tenaga kerja,

biaya utilitas (air, listrik, Internet, dan telepon), biaya sewa ruangan, biaya

pemasaran dan biaya transportasi (http://www.rumah-bunda.com/2012/03/je

nis-jenis-modal-usaha.html. 3 Desember 2012).

Modal dalam hal ini adalah modal awal yang dikeluarkan pada awal

mendirikan usaha untuk membeli alat-alat produksi dari yang tradisional

sampai modern. Untuk modal belanja dalam hal ini adalah modal yang

dikeluarkan oleh pengusaha utuk kebutuhan belanja bahan baku dan bahan

(35)

adalah biaya operasional untuk biaya gaji tenaga kerja, biaya utilitas (air,

listrik, Internet, dan telepon) dan biaya transportasi pemasaran.

Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai

operasinya sehari-hari. Menurut Taylor dan Rianto (1990:54) modal kerja

digolongkan dalam beberapa jenis yaitu.

a. Modal Kerja Permanen yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan untuk

dapat menjalankan fungsinya. Modal kerja ini terbagi menjadi a) Modal

kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada

perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya, b) Modal kerja normal,

yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses

produksi yang normal.

b. Modal Kerja Variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah

sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini terdiri dari a) Modal

kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan

oleh fluktuasi musim, b) Modal kerja siklis yaitu modal kerja yang

jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur, c) Modal

kerja darurat yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena

keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya

(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/modal-kerja-definisi-jenis-danfaktor.html. 25

September 2012).

2. Bahan Baku

Perusahaan atau industri memerlukan bahan baku atau bahan mentah

(36)

digunakan dalam proses produksi. Bahan baku merupakan salah satu unsur

penting dalam proses produksi, dengan tersedianya bahan baku dalam jumlah

dan waktu yang tepat akan memperlancar proses produksi dalam perusahaan,

sehingga diharapkan dengan lancarnya proses produksi tersebut dapat

menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen baik jumlah

dan waktunya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan tersedianya

bahan baku dengan jumlah dan waktu yang tepat akan dapat menjamin

kelangsungan hidup perusahaan (http://erwinnote.wordpress.com /2011/09/21/

definisi-dan-jenis-bahanbaku. 23 Oktober 2012).

Bahan baku adalah bahan untuk diolah melalui proses produksi menjadi

barang jadi atau bahan kebutuhan pokok untuk membuat sesuatu (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2007:87). Sedangkan bahan mentah dapat mempunyai arti

sebagai sebuah bahan dasar yang bisa berasal dari berbagai tempat, yang mana

bahan tersebut dapat digunakan untuk diolah dengan suatu proses tertentu ke

dalam bentuk lain yang berbeda wujud dari bentuk aslinya. Dengan demikian,

bahan baku merupakan bahan mentah yang menjadi dasar pembuatan suatu

produk yang mana bahan tersebut dapat diolah melalui proses tertentu untuk

dijadikan wujud yang lain (http://erwinnote.wordpress.com /2011/09/21/

definisi-dan-jenis-bahanbaku. 23 Oktober 2012).

Bahan dasar yaitu bahan untuk diolah melalui proses produksi dan

menjadi bagian produk bahan baku. Bahan mentah adalah semua bahan yang

didapat dari sumber daya alam atau yang diperoleh dari usaha manusia untuk

(37)

diolah atau tidak diolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi

dalam industri (http://bplhd.jakarta.go.id/peraturan/uu/UURINO05TAHUN19

84.pdf. 3 Desember 2012).

Bahan yang digunakan pengusaha dalam hal ini adalah bahan baku

jenis pangan yang diperoleh dari hasil pertanian.

3. Tenaga Kerja

Hasil produksi dalam sebuah perusahaan dapat ditingkatkan dengan

baik tidak cukup hanya dengan menggunakan teknologi yang canggih saja,

tetapi juga memerlukan tenaga kerja yang mamiliki skill yang tinggi untuk

mengoperasikannya. Jadi, diperlukan tenaga kerja yang mempunyai keahlian,

kemampuan dan keterampilan kerja (Siswanto, 1989:16).

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun untuk masyarakat (Grafika, 2003:2). Tenaga kerja adalah penduduk

dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah penduduk dalam suatu

negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap

tenaga mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut (Mulyadi, 2003:59).

Pekerja adalah semua orang yang terlibat secara langsung dalam pekerjaan atau

kegiatan di sektor industri kecil. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia

15 sampai 64 tahun (Mantra, 2003:224).

Tenaga kerja merupakan sejumlah orang yang mempunyai keterampilan

(38)

keahlian dan pendidikannya tenaga kerja dibedakan menjadi tiga golongan,

yaitu sebagai berikut.

a. Tenaga kerja kasar yaitu tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan tidak

mempunyai keahlian dalam suatu bidang pekerjaan.

b. Tenaga kerja terampil yaitu tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan

pendidikan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu, dan

tukang memperbaiki televisi dan radio.

c. Tenaga kerja terdidik yaitu tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang

tinggi dan ahli dalam bidang-bidang tertentu seperti dokter, akuntan ahli

ekonomi, dan insinyur (Rochman, 2005:22).

Faisal Karsyono dalam Rochman (2005:23) mengungkapkan bahwa

sebagian besar tenaga kerja industri rumaha tangga di pedesaan yang terserap

dalam lapangan kerja non pertanian merupakan tenaga kerja tidak terampil,

pendidikan rendah, dan biasanya berasal dari anggota keluarga sendiri. Oleh

karena itu dalam perkembangan lapangan kerja non pertanian di pedesaan

diprioritaskan pada jenis industri yang bertekhnologi sederhana, modal usaha

kecil, dan bersifat padat karya sehingga jenis industri tersebut mudah untuk

dikembangkan dan diusahakan oleh masyarakat pedesaan. Jumlah tenaga kerja

apabila diikuti dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang

memadai akan memberikan kekuatan pada industri rumah tangga.

Tenaga kerja yang digunakan pengusaha industri rumah tangga pangan

di Kecamatan Ungaran Barat merupakan tenaga kerja kasar yang terbagi

(39)

1) Buruh harian tetap, yaitu buruh yang telah mempunyai keahlian dalam

pembuatan produksi pangan tempe, tahu, keripik dan roti yang telah

menetap pada satu majikan.

2) Buruh borongan, yaitu buruh yang mempunyai keterampilan tertentu dalam

biadang pekerjaan pembuatan produksi pangan.

3) Buruh borongan tetap, yaitu buruh yang mempunyai keterampilan cukup

ahli dalam pembuatan pangan, serta menetap pada satu majikan.

4) Buruh bulanan, yaitu buruh yang telah mempunyai keahlian dalam kegiatan

produksi IRTP.

4. Kegiatan Proses Produksi

Kelancaran dari kegiatan proses produksi di dalam sebuah industri

merupakan hal yang sangat penting. Hal ini disebabkan kelangsungan hidup

suatu perusahaan ditentukan baik atau tidaknya proses produksi yang ada di

dalamnya.

Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana

sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada

diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk

menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995:55).

Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi

itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan danan

menambah kegunaan suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002:23) proses

produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu

(40)

Kedua definisi tersebut dapat disimpulan bahwa proses produksi

merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu

barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga

kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan

manusia.

Proses produksi IRTP di Kecamatan Ungaran Barat dalam hal ini

adalah kegiatan produksi yang dimulai dari awal proses pengolahan bahan

baku sampai pada proses pengemasan.

5. Pemasaran

Pemasaran dapat diartikan dengan menjual barang-barang tepat harga,

tepat tempat dan dalam waktu yang tepat pula (Daveis, 1993:31). Daerah

jangkauan pemasaran ini untuk mencukupi kebutuhan masyarakat atau

konsumen di dalam suatu wilayah terhadap barang yang dibutuhkan

(http://id.wikipedia.org/ wiki/Pemasaran. 15 Desember 2012).

Pemasaran berarti bekerja dengan pasar sasaran untuk mewujudkan

pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan

keinginan manusia (Kotler, 2001:9). Pemasaran merupakan suatu sistem

keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,

menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa

yang memerlukan kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli yang

potensial (Stanton, 1996:5).

Kotler (1997:8) mendefinisikan pemasaran adalah segala kegiatan yang

(41)

konsumen yang terakhir. Menurut Stanton (2001:7) definisi pemasaran adalah

suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk

merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada

maupun pembeli potensial. Sedangkan menurut Wasis (1997:145) pemasaran

adalah kegiatan yang berhubungan dengan penyaluran barang dan jasa dari

produsen kepada konsumen yang diselenggarakan dalam rangka memenuhi

kebutuhan konsumen dan mencapai kebutuhan perusahaan.

Hardati dalam Rochman (2005:33) memberikan penjelasan bahwa

pemasaran industri merupakan strategi memasarkan produk yang digunakan

untuk proses prduksi selanjutnya. Pemasaran industri mengarahkan produknya

untuk perusahaan-perusahaan yang menjual produknya kembali kepada orang

lain, kepada lembaga-lembaga yang membutuhkannya untuk membantu

aktifitas mereka setiap hari. Pemasaran industri mengarahkan produk untuk

konsumen akhir atau pemakai.

Secara garis besar jalur-jalur pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi

dua yaitu sebagai berikut.

a. Pemasaran secara langsung, yaitu.

a) Produsen menjual langsung dengan cara mengunjungi konsumen dari

rumah ke rumah.

b) Produsen menjual produknya secara langsung kepada konsumen di pasar.

b. Pemasaran secara tidak langsung, yaitu.

(42)

b) Produsen menjual produk pengecer kepada konsumen.

c) Produsen menjual produk melalui jalur lelang khusus

Penelitian Hardati dalam Rochman (2005:34), yang dimaksud dengan

pemasaran adalah cara pemasaran hasil industri, sedangkan untuk mencari cara

pemasaran hasil industri yaitu apakah dengan menjual langsung dengan jalan

mengunjungi konsumen ke rumah atau menjual secara langsung kepada

pembeli dipasar atau dengan menjual secara tidak langsung yaitu menjual hasil

produk industri melalui tengkulak ke pasar atau melalui juru lelang khusus.

Salah satu komponen dalam pemasaran adalah unsur tempat atau dalam

beberapa buku banyak disebutkan sebagai aspek distribusi. Produsen tidak

langsung menjual hasil produksinya kepada konsumen. Akan tetapi dalam

mengembangkan pangsa pasar, produsen banyak melalui jalur untuk

memasarkan hasil produksinya. Beberapa jalur-jalur pemasaran guna

menunjang pemasaran suatu produk diantaranya.

a. Jalur distribusi untuk barang konsumsi

Perantara yang melakukan fungsi penyaluran barang dari tangan

konsumen ke tangan konsumen akhir. Ada tiga macam jalur distribusi

barang konsumsi diantaranya; a) Jalur distribusi langsung yaitu produsen

langsung mendatangi konsumen, b) Jalur distribusi menggunakan perantara

pengecer, c) Jalur distribusi menggunakan agen sebagai perantara.

b. Jalur distribusi untuk barang produksi

Ada empat macam jalur pemasaran untuk kelompok barang industri

(43)

perantara distributor industri, c) jalur distribusi agen, dan d) jalur distribusi

department pemasaran (http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/fullchapter/0613

0032-khaerunnisa-tri-d.ps. 20 Desember 2012).

Uraian tata cara pemasaran tersebut, maka pemasaran hasil industri

rumah tangga pangan di Kecamatan Ungaran Barat dilakukan dengan dua

cara yaitu sebagai berikut.

1) Secara langsung, yaitu pengusaha menjual produk pangan langsung

kepada konsumen yang datang ke lokasi industri.

2) Secara tidak langsung, yaitu pengusaha menjual produk pangan melalui

penyalur yaitu pedagang pengumpul/tengkulak, pengecer dan distributor.

F. Pendapatan Rumah Tangga/Keluarga

Besar kecilnya pendapatan dipengaruhi oleh mata pencaharian/pekerjaan

yang dilakukan. Pendapatan seorang individu dapat diartikan sebagai semua jenis

pendapatan termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu

kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk atau negara (Sukirno, 1997:49).

Pendapatan adalah uang yang diterima oleh segenap orang yang

merupakan balas jasa faktor-faktor produksi (Kaslan, 1990:236). Pendapatan

disebut pula penghasilan yang berarti segala penerimaan keluarga baik berupa

uang maupun barang dari pihak lain atau dari hasil penjualan yang dapat dinilai

dengan sejumlah uang (Saedah, 1990:3).

Pendapatan keluarga adalah segala balas karya yang diperoleh sebagai

(44)

produksi, adapun jenis pendapatan seseorang dikategorikan menjadi 3 yaitu 1)

pendapatan pokok, 2) pendapatan tambahan, dan 3) pendapatan lain-lain (Gilarso,

1994:40). Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah jumlah pendapatan riil dari

seluruh anggota keluarga yang dapat disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan

bersama atau perseorangan dalam rumah tangga.

Pendapatan ada dua macam yaitu pendapatan pokok dan pendapatan

sampingan. Pendapatan pokok berarti pendapatan yang diperoleh dari usaha

pokok. Sedangkan pendapatan sampingan adalah pendapatan diluar pendapatan

pokok (Mubyarto, 1971:59). Pendapatan pokok dalam penelitian ini adalah

pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja sebagai hasil aktifitas inti yang bisa

dihandalkan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Sedangkan yang dimaksud

pendapatan sampingan/tambahan dalam penelitian ini adalah pendapatan yang

diterima oleh tenaga kerja untuk mengisi waktu luang yang kurang bisa

dihandalkan untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Penelitian Puji Hardati dalam Subekhan (2007:10) menjelaskan bahwa

untuk mengetahui pendapatan keluarga yaitu dengan menambahkan pendapatan

pokok keluarga baik dari suami maupun istri dengan pendapatan sampingan

keluarga baik dari suami maupun istri menggunakan rumus sebagai berikut.

I = ∑ (P)i + ∑ (NP)i

Keterangan.

I = Pendapatan keluarga

∑ (P)i = Pendapatan sampingan

(45)

Uraian diatas menunjukkan bahwa besar kecilnya pendapatan keluarga

ditentukan oleh berbagai faktor yaitu pendapatan pokok dan pendapatan

sampingan.

G. Tinjauan Penelitian Terkait

Penelitian dalam bidang geografi industri telah banyak dilakukan

sebelumnya dalam bentuk skripsi, jurnal, artikel dan lain-lain. Penelitian tersebut

diantaranya adalah Skripsi (Heri Rochman, 2005), (Subekhan, 2007), (Irianti,

2011) dan (Retnoningsih, 2012). Berikut adalah deskripsi dari masing-masing

penelitian dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 yang telah terlampir.

Heri Rochman, 2005 dengan judul “Persebaran Dan Daya Serap Tenaga

Kerja Industri Rumah Tangga Batu Bata Di Desa Baran Kecamatan Ambarawa

Kabupaten Semarang”. Latar belakang penelitian adalah industri merupakan

sumber mata pencaharian pokok dan memberikan sumbangan bagi pendapatan

keluarga di desa Baran Kecamatan Ambarawa. Variabel penelitian adalah

persebaran lokasi industri, daya serap tenaga kerja industri, sumbangan

pendapatan keluarga dan pemasaran industri rumah tangga batu bata. Metode

teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dengan batuan peta

dan metode deskriptif dengan bantuan tabel.

Hasil penelitian adalah persebaran industri rumah tangga batu bata di desa

Baran tersebar tidak merata mengikuti lokasi bahan baku berada dan yang terbesar

berda di Dukuh Baran Gembongan sebanyak 38 unit (47,50%), daya serap tenaga

(46)

terhadap pendapatan keluarga rata-rata 61,60%, sedangkan sumbangan istri lebih

kecil (38,40%). Pendapatan keluarga rata-rata sebesar Rp. 761.300,00 perbulan.

Daerah pemasaran hasil industri rumah tangga batu bata Desa Baran sampai ke

wilayah bagian timur Kabupaten Kendal dan Kota Salatiga, tetapi sebagian besar

pemasaran produk batu bata Desa Baran melayani Desa-Desa yang berada di

wilayah Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Cara pemasaran produk

batu bata di Desa Baran sebagian besar langsung kepada konsumen yang langsung

datang ke lokasi industri.

Imam Subekhan, 2007 dengan judul “Penyerapan Tenaga Kerja Industri

Kecil Kuningan Di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati”. Tujuan dari penelitian

tersebut adalah untuk mengetahui penyerapan tenaga kerja, pendapatan keluarga,

cara pemasaran dan persebaran lokasi industri kecil kuningan dengan latar

belakang bahwa industri tersebut mampu memberikan peluang peningkatan

penghasilan dan memperluas kesempatan kerja. Variabel penelitian adalah lokasi

industri kecil kuningan, bahan baku industri, tenaga kerja industri, pemasaran

industri dan pendapatan serta pemetaaan persebaran industri. Metode teknik

analisis data yang digunakan adalah analisis teori lokasi Weber, analisa

penyerapan tenaga kerja, analisis persebaran lokasi industri, analisis cara

pemasaran dan analisis jarak tempat tinggal kerja.

Hasil penelitian adalah tingkat penyerapan tenaga kerja industri di

Kecamatan Juwana sebesar 8,5% dari jumlah penduduk usia kerja. Sedangkan

tingkat penyerapan tenaga kerja industri kecil kuningan sebesar 6,7% dari tenaga

(47)

kecil kuningan terhadap pendapatan keluarga rata-rata sebesar Rp. 893.000,00

perbulan. Cara pemasaran hasil industri kecil kuningan di Kecamatan Juwana

sebagian besar secara langsung (58,3%). Daerah pemasaran paling banyak di

Surabaya (28,8%). Persebaran industri kecil kuningan di Kecamatan Juwana

sebagian besar berada di Desa Growonglor sebanyak 77 unit (32,2%).

Diah Iriyanti, 2011 dengan judul “Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor

Industri Di Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Periode 1999 – 2009”. Isi

dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat penyerapan tenaga kerja industri dari

tahun 1999 sampai 2009, megetahui karakteristik tenaga kerja industri serta

persebaran lokasi industri di Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Hal ini

didasarkan bahwa pada Kecamatan Bergas merupakan bagian dari sentra kawasan

industri berikat Kabupaten Semarang sehingga perkembangan industri tumbuh

pesat dan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar sehingga mampu

menampung banyak tenaga kerja. Metode analisis yang digunakan adalah analisis

penyerapan tenaga kerja dan analisis penyebaran industri.

Hasil penelitian adalah penyerapan tenaga kerja sektor industri mengalami

puncak penyerapan terbesar pada tahun 1999 mencapai 21,02%, Tingkat

penyerapan mengalami penurunan terus menerus hingga hanya mencapai 4,67%.

Pada tahun 2006 penyerapan tenaga kerja kembali pulih hingga tahun 2009

kenaikan berangsur-angsur hingga mencapai angka 16,73%. Rata-rata upah setiap

bulannya adalah Rp.873.000,00. Pendapatan keluarga berkisar antara

Rp.700.000,00 s/d Rp.3.200.000,00. Persebaran industri Besar berpusat di

(48)

di Karangjati sedangkan sisanya berada di Wringin Putih, Ngempon dan Bergas

Lor, Persebaran Industri Kecil hampir tersebar di seluruh wilayah Kecamatan

Bergas, berpusat di Karangjati, Bergas Lor dan Wujil, sedangkan sisanya tersebar

di seluruh wilayah.

Dwi Retnoningsih, 2012 adalah “Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri

Kacang Di Kabupaten Pati Tahun 2006 – 2010”. Tujuan penelitian yaitu

mengetahui tingkat penyerapan tenaga kerja, mengetahui karakteristik demografi,

sosial dan ekonomi tenaga kerja dan persebaran lokasi, daerah asal bahan baku,

dan jangkauan pemasaran industri kacang Kabupaten Pati. Latar belakang tujuan

penelitian adalah karena industri kacang perkembangannya saat ini tidak hanya

pada industri besar, tetapi telah sampai pada industri rumah tangga dan kegiatan

dalam industri kacang tersebut membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak.

Variabel penelitian adalah penyerapan tenaga kerja, karakteristik tenaga kerja dan

aspek persebaran industri, asal bahan baku serta jangkauan pemasaran. Metode

analisis yang digunakan adalah analisis tingkat penyerapan tenaga kerja, analisis

karakteristik tenaga kerja dan analisis keruangan.

Hasil penelitian adalah tingkat penyerapan tenaga kerja secara umum pada

industri kacang di Kabupaten Pati dalam jangka waktu 5 tahun yaitu tahun 2006

sampai 2010 terjadi fluktuasi. Penyerapan tetinggi pada tahun 2007 yaitu

mencapai 0,65% dan terendah pada tahun 2009 mencapai 0,55%. Karakteristik

tenaga kerja industri meliputi; karakteristik demografi yaitu rata-rata berjenis

kelamin wanita sebanyak 63,8% dengan umur 35 tahun sebanyak 9,5% dan

(49)

pendapatan keluarga rata-rata Rp.1.890.000.00 setiap bulannya. Lokasi industri

kacang tersebar di 18 desa dari 7 kecamatan. Bahan baku industri rumah tangga

berasal dari dalam kecamatan, industri kecil berasal dari antar kecamatan, industri

sedang berasal dari antar kabupaten dan industri besar kacang berasal dari antar

provinsi dan impor luar negeri. Jangkauan pemasaran pada industri kecil dan

rumah tangga hanya dalam batas kecamatan. Pada industri sedang sampai batas

kabupaten dan pada industri besar sampai ekspor ke luar negeri. Penjelasan secara

(50)

Tabel 1. Beberapa Penelitian Terkait

No. Nama Skripsi/TA

Tahun Judul Variabel Teknik analisis data Hasil

1 Heri

2. Daya serap tenaga kerja

1. Persebaran industri rumah tangga batu bata di desa Baran tersebar tidak merata mengikuti lokasi bahan baku berada dan yang terbesar berda di Dukuh Baran Gembongan yaitu sebanyak 38 unit (47,50%)

2. Daya serap tenaga kerja industri rumah tangga batu bata di Desa Baran yaitu sebesar 213 orang (5,40%).

3. Sumbangan pendapatan perajin

industri rumah tangga batu bata terhadap pendapatan keluarga rata-rata 61,60%, sedangkan sumbangan istri lebih kecil (38,40%), hal ini disebabkan karena industri rumah tangga batu bata merupakan pekerjaan

(51)

Semarang yang hanya sebesar Rp. 386.500,00.

4. Daerah pemasaran hasil industri rumah tangga batu bata Desa Baran yaitu sampai ke wilayah bagian timur Kabupaten Kendal dan Kota Salatiga, tetapi sebagian besar pemasaran produk batu bata Desa Baran melayani Desa-Desa yang berada di wilayah

Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Cara pemasaran

produk batu bata di Desa Baran sebagian besar langsung kepada konsumen yang langsung datang ke lokasi industri.

1. Tingkat penyerapan tenaga kerja industri di Kecamatan Juwana sebesar 8,5% dari jumlah

penduduk usia kerja. Sedangkan tingkat penyerapan tenaga kerja industri kecil kuningan sebesar 6,7% dari tenaga kerja industri di kecamatan Juwana.

2. Sumbangan pendapatan tenaga

(52)

3. Tenaga kerja industri kecil kuningan, indikator:

a. Jumlah tenaga kerja

b. Tingkat pendidikan tenaga kerja c. Sistem upah d. Sistem

perekrutan tenaga kerja

e. Jumlah waktu

kerja

f. Upah tenaga kerja

4. Pemasaran industri kecil kuningan, indikator:

a. Cara pemasaran

produksi industri kecil kuningan b. Daerah tujuan

pemasaran produksi c. Jumlah barang

industri 5. Analisis jarak

tempat tinggal tenaga kerja

perbulan. Pendapatan rata-rata keluarga tersebut sudah diatas Upah Minimum Kabupaten (UMK) Pati sebesar Rp. 550.000,00.

3. Cara pemasaran hasil industri kecil kuningan di Kecamatan Juwana sebagian besar secara langsung atau 58,3% yaitu

pesanan secara langsung ke lokasi industri. Daerah pemasaran pemasaran produk industri kecil kuningan di Kecamatan Juwana di jual untuk memenuhi pasar dalam negeri meliputi Jakarta, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya yang paling banyak di Surabaya atau 28,8%.

(53)

yang dipasarkan d. Harga jual hasil

industri

Gambar

Tabel 1. Beberapa Penelitian Terkait
Tabel 2. Pembagian Administrasi Menurut Banyaknya Dusun, RT/RW
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Ungaran Barat.
Tabel 3. Luas Pembagian Wilayah pada tiap Desa/Kelurahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan waktu tanam tanggal 12 Maret 2019 merupakan waktu tanam yang tepat dan sesuai dengan tingkat ketersediaan air dan radiasi matahari yang cukup

3. Tentang "Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Untuk Menurunkan Nyeri Pada Saat Inseri Intra Vena Pada Pasien Di Ruang IGD.. Di RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata

Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa biaya investasi dari proses pengolahan gas buang menggunakan teknik iradiasi berkas elektron adalah pada tingkat 190 –

Implikasi kompromi politik itulah menghasilkan warna kabinet yang pelangi, meski cabinet ini menyandang predikat kabinet Indonesia bersatu, realitasnya masih sulit bersatu,

Selanjutnya copy jendela tersebut ke dinding depan (lihat gambar penempatan kusen jendela type 1), Pada command line ketik CO<enter>, pilih  jendela <enter>, klik titik

Saat berbelanja, jangan takut untuk memb icarakan harga dengan anak dan pilih juga tempa t yang mendukung Anda belanja berlogika.. Misalny a di Giant atau Hero, Anda akan

Syarat mutu biji kakao menurut SNI 2323-2008 ditentukan berdasarkan adanya serangga hidup atau benda asing, kadar air, adanya biji berbau asap abnormal atau berbau asing lainnya,

Berdasarkan uraian sebagaimana terungkap dalam poin 1, 2, 3 dan 4 di atas, maka terhadap kemungkinan respon dan berdampak negatif di masa yang akan datang terhadap operasional