PERANAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL STATUS PENGUNGSI DI KOTA MEDAN (1978-2005)
SKRIPSI
DIKERJAKAN O
L E H
SHINTA AGNESIA 090706024
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI
PERANAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL STATUS PENGUNGSI DI KOTA MEDAN (1978-2005)
Yang diajukan oleh
Nama : SHINTA AGNESIA
Nim : 090706024
Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh:
Pembimbing,
Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si.
NIP 195908041985032002 tanggal……….
Ketua Departemen Sejarah tanggal……….
Drs. Edi Sumarno. M. Hum NIP 196409221989031001
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
PERANAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL STATUS PENGUNGSI DI KOTA MEDAN (1978-2005)
SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN
O L E H
SHINTA AGNESIA 090706024
Pembimbing
Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si.
NIP 195908041985032002
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya dalam bidang Ilmu Sejarah
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PERSETUJUAN KETUA JURUSAN
DISETUJUI OLEH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DEPARTEMEN SEJARAH
Ketua Departemen,
Drs. Edi Sumarno. M. Hum
NIP 196409221989031001
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI OLEH DEKAN DAN PANITIA UJIAN
PENGESAHAN
Diterima oleh:
Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana Fakultas Ilmu Budaya
dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan
Pada :
Tanggal :
Hari :
Fakultas Ilmu Budaya USU
Dekan,
Dr. Syahron Lubis. M.A.
NIP 195110131976031001
Panitia Ujian:
No. Nama Tanda Tangan
1. Drs. Edi Sumarno, M.Hum (……….)
2. Dra. Nurhabsyah, M.Si (……….)
3. Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. (……….)
4. Dra. Ratna, M.S. (……….)
PERANAN KANTOR IMIGRASI KELAS II POLONIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL STATUS PENGUNGSI DI KOTA MEDAN (1992-2005)
SKRIPSI
DIKERJAKAN O
L E H
SHINTA AGNESIA 090706024
Pembimbing,
Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. NIP 195908041985032002
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Adi Sinaga Jenis Kelamin : Pria
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : Berjualan
Alamat : Jl. Selebes Belawan Medan
2. Nama : Agus Makabori
Jenis Kelamin : Pria
Usia : 43 Tahun
Pekerjaan : Kepala Sub Seksi Penindakan Keimigrasian
Alamat : Jl. STM Sukapura No.83 B
3. Nama : Andi
Jenis Kelamin : Pria
Umur : 31 Tahun
Pekerjaan : Pegawai Seksi Penindakan Keimigrasian
Alamat : Medan
4. Nama : Bima Sutarjo
Jenis Kelamin : Pria
Umur : 58 tahun Pekerjaan : Wiraswasta
5. Nama : Doni
Jenis Kelamin : Pria
Usia : 31 tahun
Pekerjaan : Perawat Tempat Penampungan Imigran Ilegal Berstatus Penungsi
Alamat : JL. Pembangunan Gg. Sejahtera No.7a
6. Nama : Edy Firyan, S.H, M.H.
Jenis Kelamin : Pria
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Kepala Seksi Informasi Komunikasi Kantor Imigrasi Kelas I Polonia
Alamat : Jl. STM Sukapura No.78 Medan
7. Nama : Chairil Lufthi, SH, Msi.
Jenis Kelamin : Pria
Usia : 51 Tahun
Pekerjaan : Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Alamat : Jl. STM Sukapura No.75 Medan
8. Nama : Jenda Ukur Karo Kaban
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 55 tahun
Pekerjaan : Kepala Kepegawaian
Alamat : Komplek Lapangan Tanjung Gusta JL. Pemasyarakatan
9. Nama : Kasih Rahmat Larosa Jenis Kelamin : Pria
Usia : 44 Tahun
Alamat : Jl. Majapahit No.4 Medan Baru
10.Nama : Mochamad Azis, S.H.
Jenis Kelamin : Pria
Umur : 39 tahun
Pekerjaan : Pegawai Keimigrasian Polonia di Bandar Udara Polonia
Alamat : JL. Panglima Makam No.9B Medan Baru.
11.Nama : Tani Rumapea, S.H, M.H. Jenis Kelamin : Pria
Usia : 55 Tahun
Pekerjaan : Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Alamat : Jl. STM Sukapura No.83 Medan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karuniaNya kepada
penulis. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara moril
dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara.
Judul skripsi ini adalah, “Peranan Kantor Resor Imgrasi Polonia Terhadap Imigran Ilegal Status Pengungsi Di Kota Medan (1978-2005)”.Pada proses penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami rintangan dan hambatan, tetapi penulis memperoleh banyak
bantuan serta bimbingan yang sangat bernilai dari berbagai pihak, terutama dari staf pengajar
Departemen Sejarah.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kesalahan. Penulis mengharapkan
kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, 9 September 2013
Penulis,
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam kesempatan ini penulis berterima kasih atas doa, kasih, bimbingan, moril dan materi yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada yang terhormat:
1. Orang tua penulis, Bapak B.Silalahi dan Ibu R.Rumapea, kiranya Tuhan memberkati
segala cita-cita dan harapan kita.
2. Adik penulis Soni dan Ovy semoga kalian lebih baik dari penulis dan tetap berusaha
memberikan yang terbaik untuk meraih cita-cita.
3. Keluarga besar Opung Toni Silalahi, Opung Marhanda Rumapea, sepupu penulis Kakak
Resdina, Kakak Lasma, Juan dan Aristo.
4. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan, beserta Pembantu Dekan I Dr. M. Husnan
Lubis, M.A, Pembantu Dekan II Drs. Samsul Tarigan, dan Pembantu Dekan III Drs.
Yuddi Adrian Muliadi, M.A, di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. Edi Sumarno M.Hum, sebagai Ketua Departemen Sejarah Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Dra. Nurhabsyah, Msi, sebagai Sekretaris Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara dan dosen Penasehat Akademik penulis.
7. Ibu Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si selaku Pembimbing skripsi penulis.
8. Ibu Dra. Lila Pelita Hati, M.Si, dan Ibu Dra. Ratna, M.S Selaku Dosen Penguji Sidang
9. Seluruh Bapak dan Ibu dosen khususnya di Departemen Sejarah serta Abang Amperawira
selaku Tata Usaha Departemen Sejarah.
11. Keluarga besar Sejarah stambuk 2009: Toti, Rona, Mustika, Elisa, Nurlailisa, Ita, Suryania
(Nia), Ratna, Dara, Wifky, Mifani, Roventina, Suwandi, Roni, Sigmer, Hendra, Andri,
Muklis, Philip, Sadam A.T, Sadam Pulungan, Aprianta (Tata), Humala (Lala), Giant,
Alpha, Adi Nova, Saut, Dedi, Doli, Hunter, Poli, Rudi, Andi, abangda, kakanda dan
adinda Departemen Sejarah.
12. Keluarga besar Asrama Putri USU: Kakak Irma, Kakak Rini, Kakak Tari, Kakak Nurinda, Kakak Citra, Kakak Cory, Kakak Lindra, Kakak Debora, Kakak Bety, Delvina, Pesta, Eirene (Nairen), Iren (Anne), Feny, Nerly, Monika, Romian, Rani, Devi, Ivo, Deta, Dede, Geby (Oca).
13. Kelompok kecil SERAFIM: Pemimpin Kelompok Kecil Serafim Kakak Meisya Manurung, Elisa, Mustika, Ita.
14. Rekan pengajar Kakak Lena, Kakak Diana, Kakak Erni, Kakak Puspita, Abang Dicky, Kakak Evalina, Kakak Putri, Toti, Nurlailisa dan Dara.
15. Kepala dan segenap pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan.
16. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua. Kiranya Tuhan melimpahkan kasih setiaNya
kepada kita semua. Tuhan memberkati kita semua.
Medan, 9 September 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR BAGAN ... viii
DAFTAR SKEMA ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Dan Manfaat ... 7
1.4 Tinjauan Pustaka ... 8
1.5 Metode Penelitian ... 10
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA ... 13
2.1 Sejarah Berdirinya ... 13
2.2 Nama Kantor Resor Imigrasi Polonia ... 17
2.5 Kantor Resor Imigrasi Polonia Di Bawah Departemen Kehakiman ... 17
BAB III PERKEMBANGAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA 1978-2005 ... 20
3.1 Kantor Resor Imigrasi Polonia ... 20
3.1.1 Tujuan dan Sasaran ... 20
3.1.2 Prasarana ... 20
3.1.3 Struktur Organisasi ... 21
3.1.4 Tugas ... 21
3.1.5 Produk Yang Dihasilkan ... 23
3.1.6 Wilayah Kerja ... 23
3.2 Klasifikasi Kantor Imigrasi Di Bawah Departemen Republik Indonesia ... 23
3.3 Kantor Imigrasi Kelas II Polonia ... 24
3.3.1 Tujuan dan Sasaran ... 25
3.3.2 Prasarana ... 25
3.3.3 Struktur Organisasi ... 26
3.3.4 Tugas Dan Fungsi ... 31
3.3.5 Produk Yang Dihasilkan ... 31
3.3.6 Wilayah Kerja ... 38
3.3 Perjalanan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia ... 41
BAB IV PERANAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL STATUS PENGUNGSI DI KOTA MEDAN ... 43
4.1 Latar Belakang Kedatangan Imigran Ilegal Ke Kota Medan ... 44
4.1.1 Faktor Pendorong ... 44
4.1.2 Faktor Penarik ... 45
4.2 Rute Perjalanan Imigran Ilegal Status Pengungsi ... 48
4.3 Karantina Imigrasi ... 53
4.5 Kerja Sama Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Dengan Badan atau organisasi Luar
Negeri ... 57
4.5.1 United Nations High Commisioner for Refugees (UNHCR) ... 57
4.5.2 International Organization for Migration (IOM) ... 60
4.5.3 Regional Cooperation Agreement (RCA) ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
5.1 Kesimpulan ... 65
5.2 Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68 DAFTAR INFORMAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I Penerbitan Paspor Republik Indonesia Kantor Imigrasi Kelas II Polonia AnggaranTahun 2002 ... 33 Tabel II Pelayanan Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas II PoloniaTahun 2002 ... 36
Tabel III Laporan Imigran Ilegal Dari Kantor Imigrasi Di Indonesia Tahun 2002 ... 50
Tabel IV Pencegahan Dan Penangkalan Di Tempat Pemeriksaan Imigrasi Bandar
Udara Polonia Tahun 2002 ... 54
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan I Susunan Organisasi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Tahun 1991 ... 26
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema I Wilayah Kerja Kantor ImigrasiKelas II PoloniaTahun 1991 ... 38
Skema II Wilayah Kerja Kantor ImigrasiKelas II PoloniaTahun 1992 ... 39
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul, “Peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia Terhadap Imigran Ilegal Status Pengungsi Di Kota Medan (1978-2005)”.Penelitian ini membahas sejarah berdirinya Kantor Resor Imigrasi Polonia, perkembangan Kantor Resor Imigrasi Polonia dan Peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal berstatus pengungsi.
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan penanganan imigran ilegal di Indonesia sejak kedatangan imigran ilegal Vietnam meminta status pengungsi. Kantor Resor Imigrasi Polonia menangani permasalahan imigran ilegal sejak berdirinya kantor. Peranan kantor melakukan pengecekan, penahanan, penginterogasian, pengawasan, pemberian fasilitas dengan kerja sama regional Australia-IOM-Indonesia dalam Regional Coopration Agreement (RCA) dan pengawasan selama menjadi imigran ilegal berstatus pengungsi. Keterbatasan petugas keamanan Indonesia di setiap batas negara mengakibatkan meningkatnya imigran ilegal melalui Indonesia untuk menuju negara ketiga yaitu Australia. Semakin banyaknya kejahatan transnasional, teroris membuat semakin diperketat tindakan terhadap imigran yang datang terlebih lagi ditangkap di Bandar Udara Polonia. Hal itu diatasi keimigrasian dengan melakukan pengecekan dan pengawasan lebih ketat di Tempat Pemeriksaan Imigrasi di Bandar Udara Polonia. Juga UNHCR dan IOM memberikan pendeportasian secara suka rela kepada imigran ilegal status pengungsi sambil menunggu keputusan dari negara ketiga.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak zaman prasejarah, manusia melakukan perjalanan mencari tempat yang baru
untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik yang dikenal dengan migrasi. Migrasi atau
perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain untuk menetap. Hal itu, merupakan
hak setiap manusia yang dibiarkan terjadi begitu saja, sehingga tidak memerlukan
persyaratan tertentu. Pada abad ke-20, perkembangan teknologi, informasi dan transformasi
membuat batas antar negara semakin semu dan jalur lalu lintas pun mudah ditempuh. Secara
tidak langsung meningkatkan mobilitas manusia dari suatu negara menuju negara lain
dengan berbagai kepentingan termasuk tindakan kejahatan. Kejahatan tersebut masuk ke
dalam kejahatan lintas negara yang dikenal dengan kejahatan transnasional yang banyak
menimbulkan kerugian. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian
menyatakan keimigrasian ialah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah
Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia.
Pengertian imigran merupakan orang yang datang dari negara lain dan tinggal menetap di
suatu negara.1
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hal. 426.
Kategori imigran yang datang ke Indonesia dengan surat perjalanan, visa dan
Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) sebagai imigran sah atau legal. Imigran yang datang
tidak dengan surat perjalanan, visa serta tidak memiliki izin masuk ke negara lain atau izin
masuk kembali yang tidak sah dan sudah tidak berlaku lagi serta tidak melalui Tempat
Pemeriksaan Imigrasi (TPI) dikatakan sebagai imigran ilegal atau gelap. Kedatangan imigran
ilegal memiliki latar belakang dan tujuan yang berbeda, salah satunya meminta status
pengungsi. Kehadiran imigran ilegal menimbulkan dampak yang mengancam kedaulatan,
keamanan, kehidupan sosial dan ekonomi, bahkan juga ancaman terhadap ideologi suatu
bangsa.2
Surat perjalanan sangatlah vital dimiliki imigran sebagai identitas menjadi imigran
legal atau sah menuju negara lain. Begitu pentingnya surat perjalanan itu dan dipergunakan
pertama kali pada zaman Holly Land tahun 450 SM oleh Raja Babylonia. Pada saat itu
Gubernur Nehemiah meminta pembuatan surat keamanan dalam perjalanan untuk
melindungi dirinya. Surat itu yang kemudian dikenal dengan passport yang merupakan salah
satu persyaratan masuk atau keluar negeri.3
Perpindahan penduduk yang dilakukan imigran dapat terjadi disebabkan oleh
beberapa faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong antara lain:
ketidaknyamanan kondisi iklim, kurang tersedianya pekerjaan dan makanan, perang (konflik
senjata dan keamanan) serta konflik sosial yang meliputi tekanan politik, ras, agama dan
ideologi. Faktor penarik antara lain dari negara transit yaitu geografis yang berdekatan
2
Tim Penyusun International Organization for Migration Indonesia, Buku Petunjuk Bagi Petugas dalam Rangka Penanganan Kegiatan Penyelundupan Manusia dan Tindakan Pidana yang Berkaitan dengan Penyelundupan Manusia, Jakarta: International Organization for Migration, 2009, hal. 36.
3
dengan negara yang dituju, negara yang menerima pengungsi. Faktor penarik dari negara
tujuan ialah tersedianya lapangan pekerjaan dan makanan (ekonomi), keamanan dan
ketenteraman terjamin di negara yang dituju.4
Badan keimigrasian telah berdiri di Indonesia pada masa pemerintahan Belanda
dengan nama Kantor Sekretaris Komisi Imigrasi pada tahun 1913. Nama ini berubah
menjadi Immigrate Diest atau Dinas Keimigrasian pada tahun 1921 karena tugas dan
fungsinya terus berkembang. Dinas Keimigrasian bertugas mengeluarkan peraturan
keimigrasian dan memiliki prinsip at open deur politiek atau open deur policy (prinsip pintu
terbuka).5
Sejak tahun 1950, Dinas Keimigrasian menjadi milik pemerintahan Republik
Indonesia yang sebelumnya dipegang kolonial Belanda. Perubahan status kepemilikan itu
sangat bermakna bagi bangsa Indonesia karena merupakan era baru dalam pelaksanaan
keimigrasian Indonesia yang menerapkan prinsip selective policy yang berarti prinsip
selektif. Berdasarkan prinsip ini, hanya orang asing yang dianggap dapat memberikan
manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia dan tidak
membahayakan keamanan, ketertiban serta tidak bermusuhan terhadap masyarakat maupun
negara yang diijinkan masuk ke Indonesia. Terbentuknya Undang-Undang keimigrasian
yaitu UU Nomor 9 Tahun 1992 tetang keimigrasian yang ditetapkan sebagai landasan utama
4 Manshur Zikri, “Permasalahan Imigran Gelap dan People Smuggling dan Usaha serta Rekomendasi Kebijakan dalam Menanggulanginya,” dalam Makalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 2010, hal. 10.
5 Muhammad Indra, “Perspektif Penegakan Hukum dalam Hukum Keimigrasian Indonesia,” dalam
pengaturan keimigrasian Republik Indonesia. Presiden dan DPR RI memutuskan
menetapkan UU Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian, Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang diizinkan masuk atau keluar wilayah Republik
Indonesia.6
Kota Medan memiliki tiga Kantor Imigrasi yaitu Kantor Imigrasi Kelas I Khusus
Medan, Kantor Imigrasi Kelas II Belawan, Kantor Resor Imigrasi Polonia yang berdiri sejak
tahun 1978 (yang kemudian menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia pada tahun 1991).
Pada awalnya Kantor Resor Imigrasi di Bandar Udara Polonia mendapat tempat sebagai
kantor dan Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di Bandar Udara Polonia yang difasilitasi
dari Kantor Angkasa Pura II cabang Medan. Pada tahun 1987, Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kehakiman Sumatera Utara menyerahkan tanah dan gedung Kantor Direktorat Keimigrasian di Indonesia menempatkan pegawai imigrasi di setiap pintu gerbang
negara. Salah satunya di bandar udara untuk mengawasi setiap keluar dan masuk manusia.
Bandar udara di Sumatera Utara bernama Bandar Udara Polonia yang terletak di Kota
Medan. Pihak keimigrasian menempatkan Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di Bandar
Udara Polonia untuk menyelidiki setiap orang, khususnya gerak warga negara asing yang
datang, terutama yang tidak memiliki surat perjalanan, visa serta tidak memiliki izin masuk
ke Indonesia atau izin masuk kembali yang tidak sah dan sudah tidak berlaku lagi.
6
Jenderal Pemasyarakatan sebagai Kantor Resor Imigrasi Polonia yang berkedudukan di Jalan
Mangkubumi No.2 Medan.
Imigran ilegal yang melewati Indonesia bertujuan ke Australia untuk mendapatkan
status pengungsi. Para imigran pergi melalui perairan Republik Indonesia secara ilegal.
Warga Negara Asing yang melanggar peraturan keimigrasian seperti Over Stay (menetap
lebih dari waktu yang diizinkan) atau tidak melakukan perpanjang Surat Perjalanan RI dan
Visa dikatakan sebagai imigran pelanggaran keimigrasian atau imigran ilegal. Tetapi bukan
imigran ilegal berstatus pengungsi. Imigran ilegal memiliki latar belakang masing-masing.
Salah satunya imigran ilegal mencari status pengungsi dan pencari suaka. Ada pun
pengertian pengungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sekelompok manusia
yang sangat rentan terhadap perlakuan tidak manusiawi baik dari negara asalnya maupun di
negara dituju pengungsi. Pengungsi merupakan sebagian orang yang kurang mampu dan
tidak memiliki dokumen pesrjalanan.7
Berdasarkan pemaparan di atas penulis meneliti, “Peranan Kantor Resor Imigrasi
Polonia terhadap imigran ilegal status pengungsi di Kota Medan (1978-2005).” Hal ini
dikategori sebagai peristiwa sejarah sebab membawa dampak perubahan yang sesuai dengan
definisi sejarah. Salah satunya menurut tokoh sejarah Wilhelm Beur menyatakan sejarah
merupakan peristiwa masa lampau manusia yang membawa perubahan dan memperlihatkan
akibat-akibat dari peristiwa tersebut.8
7
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit., hal. 1247.
8
Hugiono dan Poerwantana, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hal. 5.
Hal ini menurut penulis layak untuk diperhatikan
dampak negatif untuk ke depannya. Periodisasi skripsi dimulai tahun 1978 karena pertama
kali kantor berdiri. Batas kajian pada tahun 2005, karena pada tahun ini masa berakhirnya
peraturan imigrasi yang menggunakan pemeriksaan imigran ilegal secara manual dan tidak
online. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehakiman RI No. M.02.12.02.10 Tahun 2006
tanggal 1 Pebruari 2006 dilaksanakan Penerapan Sistem Photo Terpadu berbasis Biometrik
pada Surat Perjalanan Republik Indonesia.9 Sistem Biometrik SPRI adalah sebagai
pengganti foto dan sidik jari pemohon secara terpadu pada penerbitan SPRI sesuai standar
ditetapkan oleh International Civil Aviation Organzation (ICAO) dan dapat dibaca oleh
mesin (Machine Readable Passport atau MPR) atau disebut juga sebagai sistem foto
Terpadu Berbasis Biometrik (SPTBB).10
9
Ahmad Nasir Hia, “Tinjauan Hukum terhadap Birokrasi Pengurusan Paspor Berbasis Pengurusan Biometrik di Kantor Imigrasi Polonia Medan,” dalam Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2007, hal. 64.
10
Lihat lampiran 7 gambar 10.
Tanggal 6 Pebuari 2006 Sistem Biometrik SPRI
diterapkan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia. Sistem Biometrik ini mendorong munculnya
sistem elektronik pada paspor, visa, izin tinggal dan status, cegah dan tangkal secara online.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dibuatlah rumusan mengenai masalah yang
diteliti sebagai landasan utama dalam melakukan penelitian yang terangkum dalam
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kantor Resor Imigrasi Polonia?
3. Bagaimana peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal status
pengungsi di Kota Medan?
1.3 Tujuan Dan Manfaat
Peristiwa yang telah berlalu tidak dapat dipertunjukkan kembali, tetapi dapat
direkonstruksi berdasarkan realita yang ada. Rekonstruksi itu dapat memberikan renungan
bagi kehidupan manusia yang menjadi cerminan dari masa lampau, pelajaran di masa kini
dan menjadi patokan di masa depan.
Penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat yang penting, bukan hanya bagi penulis
tetapi juga bagi masyarakat umum yang bertujuan untuk:
1. Menjelaskan sejarah berdirinya Kantor Resor Imigrasi Polonia.
2. Menjelaskan perkembangan Kantor Resor Imigrasi Polonia.
3. Menjelaskan peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal status
pengungsi di kota Medan.
Selain memberikan tujuan yang sesuai dengan di atas, diharapkan dari kajian ini
menyumbangkan manfaat sebagai berikut:
1. Menambah literatur penelitian untuk lembaga akademis khususnya dalam bidang kajian
keimigrasian di Indonesia.
2. Memperkaya pengetahuan masyarakat tentang peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia
3. Memperluas wawasan penulis mengenai Peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap
imigran ilegal di Kota Medan.
1.4 Tinjauan Pustaka
Penelitian ini selain melakukan penelitian lapangan juga kepustakaan dengan
menggunakan beberapa buku dan laporan. Penulisan karya ilmiah merupakan sebuah
rangkaian yang saling berkaitan dengan menggunakan refrensi yang berhubungan. Penulis
mengunakan beberapa buku panduan dasar dalam penelitian ini. Pertama, Rahmadhan K.H
dan Abrar Yusra dalam bukunya yang berjudul, “Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia,”
menjelaskan perjalanan panjang sejarah imigrasi Republik Indonesia. Rahmadhan K.H dan
Abrar Yusra menerangkan perkembangan kebijakan keimigrasian dari awal berdiri, struktur
organisasi, pengaturan lalu lintas keimigrasian, pengaturan pengawasan orang asing,
pelayanan kepada masyarakat yang melakukan perjalanan ke luar negeri, pergantian
kepemimpinan keimigrasian. Buku Rahmadhan K.H dan Abrar Yusra ini sejalan dengan
fakta sejarah yang diperoleh dari penelitian di lapangan dalam menjelaskan perjalanan
sejarah keimigrasian di Indonesia. Perkembangan dan tantangan yang dihadapi pada masa
kolonial Belanda, kolonial Jepang, kemerdekaan, Republik Indonesia Serikat, Orde Lama
dan Orde Baru. Hal ini menambah wawasan penulis dalam melakukan penulisan skripsi.
Kedua, Iman Santoso, dalam bukunya yang berjudul, “Perspektif Imigrasi dalam
Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional.” Buku ini memaparkan imigrasi
membawa pengaruh positif bagi yang melakukan karena bertujuan mencari tempat yang
meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan teknologi modernisasi serta peranan keimigrasian
terhadap ketahanan nasional. Selain dampak positif terdapat juga dampak negatif, seperti
imigran ilegal mengakibatkan munculnya penyelundupan dan penjualan manusia. Berbagai
aspek negatif ini dapat mempengaruhi pola kehidupan dan tatanan sosial budaya serta
ketahanan nasional. Buku Iman Santoso ini sesuai dengan kondisi penelitian di lapangan
dalam memberikan pengaruh imigrasi baik secara positif maupun negatif dalam ekonomi
dan ketahanan nasional Indonesia.
Ketiga, Muhammad Indra, dalam disertasinya berjudul, “Perspektif Penegakan
Hukum dalam Hukum Keimigrasian Indonesia.” Disertasi ini mengungkapkan bahwa
kegiatan imigrasi merupakan fenomena yang terjadi di tengah masyarakat yang tidak dapat
dihindari dan berkembang pesat sejalan dengan keberadaan serta perkembangan manusia di
berbagai belahan dunia. Muhammad Indra memaparkan hukum yang berlaku dalam
keimigrasian di Indonesia dan pelaksanaannya. Hal ini sesuai dengan keadaan di lapangan
untuk menjelaskan undang-undang yang berlaku dalam keimigrasian di Indonesia dan
membantu penulis dalam penelitian.
Keempat, Mohammad Said dalam buku yang berjudul, “Koeli Kontrak Tempoe
Doeloe Dengan Derita Dan Kemarahannya.” Beliau mengutarakan bahwa perkembangan
perkebunan yang pesat di Sumatera Timur yang didirikan oleh Jacobus Nienhuys
membutuhkan buruh untuk meningkatkan produksi jualnya. Maka didatangkan buruh
perkebunan dari negara lain seperti Cina dan India oleh Kolonial Belanda. Berjalannya
waktu imigran menjadi penduduk tetap di Sumatera Utara. Masyarakat Cina dan India
ini. Buku ini memberi pemahaman imigrasi di Sumatera Timur terjadi karena dibukanya
perkebunan. Buku ini sesuai dengan fakta sejarah yang digali dari penelitian di lapangan
dalam menerangkan peristiwa sejarah imigran datang ke Sumatera Utara.
Kelima, Sihar Sihombing, dalam bukunya yang berjudul, “Hukum Keimigrasian,”
menceritakan tentang hukum keimigrasian secara tepat. Buku ini menyatakan bahwa
keimigrasian merupakan hal yang sangat penting untuk dikaji dari segi kedatangan warga
asing yang semakin banyak. Buku ini sejalanan dengan kondisi penelitian di lapangan dalam
memahami sejarah hukum imigrasi yang ditelah dimulai dari zaman penjajahan sampai
reformasi dilengkapi dengan undang-undang yang berlaku dipaparkan dengan singkat dan
jelas. Buku ini memberikan arahan tentang latar belakang yang terjadi dalam keimigrasian di
Indonesia melalui sejarah perkembangan peraturan-peraturan keimigrasian kepada penulis di
dalam mengerjakan skripsi ini.
Keenam, International Organization for Migration (IOM) dalam bukunya yang
berjudul, “Buku Petunjuk Bagi Petugas dalam Rangka Penanganan Kegiatan
Penyelundupan Manusia dan Tindak Pidana yang Berkaitan dan Penyelundupan Manusia.”
Buku ini menjelaskan tindakan petugas kepolisian dan imigrasi dalam menangani imigran
ilegal, penyelundupan manusia, buku ini juga memaparkan peraturan hukum serta
undang-undang yang berlaku menangani imigran ilegal dan penyelundupan manusia. Buku ini sesuai
dengan fakta yang didapat dari penelitian di lapangan dalam penerapan peraturan yang
terjadi di lapangan terkait penanganan imigran ilegal di Indonesia.
Penelitian ilmiah haruslah menggunakan metode penelitian, salah satunya metode
sejarah yang sangat penting. Metode sejarah ialah cara, petunjuk pelaksana, proses, prosedur
atau teknik sistematis dalam penelitian untuk mendapatkan objek penelitian.11 Sistematika
dalam metode sejarah sangat diperlukan peneliti melakukan rekonstruksi peristiwa masa
lampau. Penulisan sejarah deskritif melalui tahap demi tahap, Louis Gottschalk menjelaskan
metode sejarah sebagai proses menguji, menganalisis kesaksian sejarah untuk menemukan
data autentik atau dipercaya.12
Tahap pertama, heuristik atau pengumpulan sumber yang sesuai dan mendukung
dalam penelitian. Metode penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan
(library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan dilakukan
dengan mengumpulkan buku, majalah, artikel, skripsi dan karya tulis yang berkaitan dengan
judul penelitian telah didapatkan. Penulis dalam penelitian lapangan melakukan metode
wawancara tidak terstruktur, tetapi wawancara terbuka yaitu dengan mempersiapkan suatu
pedoman wawancara (interview guide) dalam bentuk pertanyaan terbuka. Pertanyaan
disusun sedemikian rupa sehingga informan tidak merasa terbatas dalam memberikan
jawaban. Pengumpulan bahan yang digunakan memerlukan ilmu dukung yang relevan
dengan penelitian ini seperti ilmu sosial yaitu hukum, politik dan sosiologi. Penggunaan
ilmu dukung sosial yang berarti penelitian ini menggunakan pendekatan interdisiplin atau
multidimensional yang memberikan karakteristik ilmiah untuk memandang suatu masalah
dari berbagai dimensi, sehingga pemahaman tentang masalah itu semakin jelas.
Berdasarkan pengertian di atas, Louis Gottschalk
menempatkan empat pokok cara meneliti sejarah, sebagai berikut:
11
Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hal. 11.
12
Tahap kedua, verifikasi atau mengkritik sumber yang terdiri dari dua tahap, yaitu
kritik eksternal dan internal. Pertama, kritik eksternal merupakan mengkritik berdasarkan
keaslian sumber atau autentik, seperti menilai buku dari ejaan yang digunakan, kertas yang
digunakan sudah sesuai atau tidak dengan tahun diterbitkan dan lain-lainnya. Kedua, kritik
internal sebagai pemilihan sumber berdasarkan kesahihan sumber atau kredibilitas dari segi
material atau isinya, seperti penilaian buku dilihat dari isinya benar atau hanya fiktif belaka.
Tahap ketiga, interpretasi atau penafsiran. Pada tahapan ini data yang diperoleh
dianalisis, sehingga melahirkan suatu analisa yang baru yang sifatnya lebih objektif dan
ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya
data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan
keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif.
Tahap terakhir, historiografi atau penulisan yakni penyusunan kesaksian yang dapat
dipercaya menjadi satu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan
BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA
Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara adalah kota kelima terbesar di
Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan
kampung yang dibuka oleh Guru Patimpus yang bernama kampung Medan Putri pada abad
ke-16. Lokasi Medan Putri yang strategis pada masa penjajahan kolonial Belanda
berkembang menjadi Kota Medan secara pesat. Medan menjadi pusat ekonomi, administrasi,
pemerintahan, politik dan budaya. Medan sebagai pusat kegiatan ekonomi perkebunan
menjadi daya tarik bagi pendatang untuk mengadu nasib. Terdapat berbagai kelompok etnik
di antaranya adalah: Karo, Toba, Mandailing, Minangkabau, Aceh, Cina, Jawa, India, dan
lainnya menjadi penghuni Kota Medan bersama-sama dengan etnik asli orang Melayu.
Berbagai kelompok etnik ini banyak memainkan peranan tidak saja dalam aspek politik dan
ekonomi, tetapi juga dalam memperkaya khasanah budaya daerah Sumatera Utara. Medan
ialah kota dengan penduduk yang dianggap sebagai Indonesia mini pada era kolonial
Belanda. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan, pemerintah mengeluarkan
tahun 1978 yang kemudian mengalami perubahan status menjadi Kantor Imigrasi Kelas II
Polonia pada tahun 1991.
2.1 Sejarah Berdirinya
Badan keimigrasian sudah berdiri di Indonesia sejak zaman pemerintahan Belanda
dengan nama Kantor Sekretaris Komisi Imigrasi pada tahun 1913. Tahun 1921 berubah
menjadi Immigrate Diest atau Dinas Keimigrasian karena tugas dan fungsinya terus
berkembang. Dinas Keimigrasian bertugas mengeluarkan peraturan keimigrasian dan
memiliki prinsip at open deur politiek atau open deur policy (prinsip pintu terbuka). Politik
pintu terbuka berarti membuka kesempatan seluas-luasnya bagi orang asing untuk masuk,
tinggal dan bekerja di Hindia Belanda. Semakin banyak dan bervariasi golongan atau
keturunan bangsa asing yang masuk, tinggal dan bekerja di Hindia Belanda. Belanda
mengharapkan perekonomian dan politik tetap dikuasai bangsa asing sehingga golongan
bumi putera tetap di bawah jajahan bangsa Belanda.13
1. Mendapatkan tenaga kerja murah untuk menekan penduduk asli sekaligus menciptakan
kesenjangan sosial ekonomi antara pendagang dan penduduk asli.
Latar belakang politik keimigrasian
Hindia Belanda adalah menguasai tanah jajahan (Hindia Belanda) untuk dieksploitasi secara
ekonomi guna memakmurkan negara dan bangsa Belanda. Kebijakan yang diterapkan
membuka Hindia Belanda bagi investor terutama yang berasal dari Eropa untuk
menanamkan modalnya di Hindia Belanda. Kebijakan pintu terbuka ini mempunyai tujuan
antara lain:
13
2. Menarik modal asing sebesar-besarnya agar kesempatan bagi bumi putera (pribumi)
semakin tertutup dan ditekan oleh pengaruh asing sehingga bangsa Indonesia tetap
menjadi bangsa terjajah.
3. Bila ada serangan dari luar terhadap Hindia Belanda, pemerintahan Belanda tidak akan
sendiri menghadapi karena negara penanam modal tidak tinggal diam untuk melindungi
kepentingan modalnya.14
Pada masa kedudukan Jepang tahun 1942, keimigrasian di Indonesia penerapannya
sama dengan zaman penjajahan Belanda. Jepang melanjutkan kebijakan yang dilakukan
Belanda dengan menyesuaikan dan hanya melakukan sedikit perubahan pada dokumen
Belanda, seperti pembuatan pendaftaran orang asing yang dikenal bernama Surat Pernyataan
Orang Asing. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, Dinas Keimigrasian mengalami
kekosongan. Sesudah Perang Dunia II berakhir, Dinas Keimigrasian dibuka kembali pada
tahun 1946 oleh NICA (Nederlandsch Indie Civil Administratie) yang bertugas mengerjakan
pengurusan penduduk bangsa asing.15 Tanggal 26 Januari 1950, Dinas Keimigrasian menjadi
milik Indonesia. Pimpinan Immigratie Dients (Dinas Imigrasi) secara resmi diserahkan H.
Breekland kepada Mr. H. J. Adiwinata yang menjadi Kepala Jawatan Imigrasi yang baru.
Berdasarkan surat penetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.JZ/30/16 tanggal
28 Januari 1950 yang berlaku sejak 26 Januari 1950 pada tanggal ini dijadikan hari lahir
imigrasi.16
14
K. H. Ramadhan dan Abrar Yusra, Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia, Jakarta: Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum dan Ham Republik Indonesia, 2005, hal. 20.
15 Ibid.
, hal. 25.
16
Dinas Keimigrasian menerapkan kebijakan selektif yang berarti setiap warga negara
asing yang bermanfaat bagi pembangunan Indonesia, tidak membahayakan keamanan,
ketentraman, ketertiban serta kesusilaan umum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Kebijakan selektif didasarkan pada perlindungan kepentingan nasional. Pendekatan yang
dipergunakan serta dilaksanakan meliputi pendekatan kesejahteraan (prosperity approach)
yaitu orang asing diizikan masuk yang memberikan kemakmuran serta kesejahteraan dan
pendekatan keamanan (security approach) ialah orang asing yang diizinkan masuk yang
tidak membahayakan keamanan negara dan ketertiban umum.
Setelah diserahkan kepada Indonesia, Dinas Keimigrasian mengalami kesulitan
karena kekurangan tenaga kerja yang ahli dan membutuhkan tenaga ekstra. Dinas
Keimigrasian saat diserahkan kepada Indonesia mengalami kekurangan pegawai yang
terampil dan mengerti tentang keimigrasian. Hal ini membuat Dinas Imigrasi masih
menggunakan tenaga warga negara asing namun dengan jumlah yang terbatas sesuai dengan
kebijkan selektif yang diterapkan. Dinas Keimigrasian mengatasi kekurangan sumber daya
manusia yang berkualitas dengan membuka pendidikan dan pelatihan tenaga keimigrasian.
Dalam pendidikan dan pelatihan melakukan pembinaan leader ship atau manajerial. Setelah
tamat dari pendidikan dan pelatihan kemudian ditempatkan di setiap Kantor Keimigrasian di
Indonesia. Pendidikan dan pelatiahan yang dibentuk keimigrasian berkembang pesat ke arah
yang positif hingga menjadi bentuk Akademi Imigrasi.
Tahun 1950, banyak warga negara asing masuk tanpa izin resmi karena belum
banyak dibuka TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) di setiap tempat keluar dan masuknya
tahun1951-1955 dibuka TPI yaitu di Dumai, Ambon, Belawan, Kutaraja, Bandung,
Padang.17 Sampai pada tahun 1978 tetap dibuka kantor imigrasi baru di Indonesia, salah
satunya Kantor Resor Imigrasi Polonia di Pelabuhan Udara Polonia yang merupakan tempat
keluar masuknya manusia.18
Kantor Resor Imigrasi Polonia dikukuhkan sebagai nama resmi karena berada di
wilayah Kecamatan Polonia. Arti kata resor dari Kantor Resor Imigrasi Polonia sama dengan
struktur wilayah Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI).
Latar belakang mendirikan Tempat Pemeriksaan Imigrasi
tersebut karena untuk memeriksa surat perjalanan dan visa imigran ada yang melakukan
pelanggaran peraturan keimigrasian yang memberikan kerugian kepada negara. Pendirian
Tempat Pemeriksaan Imigrasi itu ditetapkan ke dalam peraturan pemerintahan Belanda
Staatsblad Nomor 332 tahun 1914 tentang Tempat Pemeriksaan Imigrasi di pelabuhan
udara, pelabuhan laut dan perbatasan darat. Peraturan itu diserap ke dalam peraturan
Indonesia ke dalam UU Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian Pasal 1 ayat (4).
2.2 Nama Kantor Resor Imigrasi Polonia
19
Penggunaan resor
termasuk ke dalam wilayah kabupaten dan kota, seperti Kepolisian Resor Kota Besar
(Polerstabes). Demikian halnya dengan Kantor Resor Imigrasi Polonia berada di wilayah
Kota Madya Medan. Kata Resor dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tempat
peristirahatan daerah kecil, daerah kuasa dan lingkungan kerja.20
17
K H Ramadhan dan Yusra Abrar, op.cit., hal. 54.
18
Lihat lampiran 5 gambar 5.
19 Wawancara
dengan Chairil Lufthi, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Imigrasi Kelas II Polonia, Medan, 24 Juni 2013.
20
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit., hal. 952.
Keimigrasian di bawah Departemen Kehakiman secara berturut-turut mengalami
perubahan sebagai berikut:
a. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 184 tahun 1960 tanggal 1 Agustus 1960, teknis
operasional ditempatkan di bawah Menteri Keamanan Nasional, sedangkan administratif
tetap di bawah Menteri Kehakiman.
b. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 144 tahun 1964 tanggal 1 Juni 1964 menjadi
Direktorat Imigrasi secara operasional di bawah Wakil Perdana Menteri I dan secara
organisatoris langsung di bawah Presidium Kabinet.
c. Berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor Aa/P/84/1965 tahun 1965 secara
operasional tetap di bawah Menteri I dan secara organisatoris di bawah Menteri Negara
diperbantukan kepada Presidium Kabinet.
d. Berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor 163 tahun 1966, Direktorat Imigrasi
sepenuhnya dikembalikan di bawah Departemen Kehakiman.
e. Berdasakan Keputusan Presiden Nomor 170 tahun 1966 Direktorat Imigrasi menjadi
Direktorat Jenderal Imigrasi.
Imigrasi tetap berada di bawah jajaran pengayoman Departemen Kehakiman dan diberi
mandat pelaksanaan tugas yang lebih jelas. Keputusan Menteri Kehakiman
Nomor. M-29.PR.07.04 tahun 1981 yang merupakan pelaksanaan dari Keputusan Presiden
No.27 tahun 1981 menetapkan bahwa tugas pokok Direktorat Jenderal Imigrasi adalah
rangka serta menjamin ketentraman dan keamanan nasional berdasarakan kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh Menteri Kehakiman.21
Setiap instansi memiliki lambang sebagai motivasi dan tujuan dalam menjalankan
segala kewajibannya. Demikian halnya dengan Dinas keimigrasian yang berlaku pada semua
Kantor Imigrasi di Indonesia termasuk Kantor Resor Imigrasi Polonia memiliki lambang
yaitu Bhumi Purna Wibawa yang berarti penjaga pintu gerbang negara yang berwibawa,
sehingga dalam menjalankan tugas harus penuh dengan tanggung jawab yang tinggi demi
bangsa dan negara.
Departemen Kehakiman beberapa kali mengalami pergantian nama. Pertama
Departemen Kehakiman sejak tahun 1945-1999. Lalu berubah menjadi Departemen Hukum
dan Perundangan-undangan (1999-2001). Kemudian berubah menjadi departemen
Kehakiman dan Asasi Manusia (Kemenkumham) dari tahun 2001 sampai sekarang.
2.4 Lambang Dan Moto
22
21
Elfaiz Lubis, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan,” dalam Tesis Sekolah Pacasarja Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009, hal. 78.
22
Lihat lampiran 5 gambar 6.
Moto keimigrasian ialah melayani dengan tulus serta mengabdi
BAB III
PERKEMBANGAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA TAHUN 1978-2005
Kantor Resor Imigrasi Polonia berdiri di Bandar Udara Polonia yang terus
mengalami perkembangan hingga mengalami kenaikan status menjadi Kantor Imigrasi Kelas
II Polonia pada tahun 1991, dapat dilihat sebagai berikut.:
3.1 Kantor Resor Imigrasi Polonia
Kantor Resor Imigrasi Polonia beridiri tahun 1978 di Bandar Udara Polonia sebab
merupakan pintu gerbang negara sebagai tempat masuk dan keluarnya manusia sehingga
dibuka Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Kantor Resor Imigrasi Polonia memiliki program
kerja sebagai berikut:
3.1.1 Tujuan Dan Sasaran
Pada awal berdiri di tahun 1978, Kantor Resor Imigrasi Polonia memiliki tujuan yang
bertanggung jawab menjalankan kewajibannya dalam penanganan keimigrasian. Sasaran
kantor melaksanakan tugas pokok Departemen Kehakiman di bidang keimigrasian dalam
rangka serta menjamin ketentraman dan keamanan nasional.
Pada awal berdirinya Kantor Resor Imigrasi belum memiliki tempat sendiri sehingga
pihak Angkasa Pura II cabang Medan memberikan tempat di Pelabuhan Udara Polonia pada
tahun 1978. Ruangan yang digunakan pertama kali berukuran kecil hanya berupa ruang kaca
sebagai skat atau pembatas untuk kantor.23
Susunan atau struktur organisasai Kantor Resor Imigrasi Polonia pada tahun 1978
masih sederhana. Hal itu disebabkan kantor masih dalam ukuran kecil sama halnya dengan
tugasnya yang masih dalam skop kecil yaitu memeriksa kartu perjalanan.
Pada tahun 1987, Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kehakiman Sumatera Utara menyerahkan tanah dan gedung Kantor Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan sebagai Kantor Resor Imigrasi Polonia yang berkedudukan di Jalan
Mangkubumi Nomor 2 Medan. Pada saat itu prasaran menunjang kinerja pegawai
menggunakan mesin ketik dan tulis tangan dalam membuat surat, laporan tugas, perhitungan
dan sebagainya.
3.1.3 Struktur Organisasi
24
1. Paspor asli yaitu paspor yang dibuat dan dikeluarkan oleh negara yang berwewenang dan
diberikan kepada orang yang berhak atas paspor yang diberikan kepadanya.
3.1.4 Tugas
Kantor Resor Imigrasi menjalankan tugas dalam memeriksaan paspor di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi di Pelabuhan Udara Polonia yang dilakukan secara manual.
Pemeriksaan paspor secara manual menggolongkan penentuan hasil pemeriksaan atas
paspor meliputi beberapa hal seperti:
23
Lihat lampiran 6 gambar 7.
24 Wawancara
2. Paspor asli namun dipalsukan yaitu paspor yang dibuat dan dikeluarkan oleh negara yang
berwewenang namun telah dipalsukan beberapa bagian dalam paspor tersebut.
3. Paspor palsu yaitu paspor yang dibuat di pihak yang tidak berwewenang.25
Pemeriksaan paspor dapat dilakukan dengan memperhatikan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Pemeriksaan sampul luar atau cover
Pegawai imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi melihat biodata pengguna paspor ke
dalam daftar nama yang dicekal atau tidak. Kemudian memeriksa bahan, bentuk, ukuran,
benang jahitan pada paspor jika terdapat bekas jahitannya miring berarti pernah
dibongkar dan palsu. Begitu juga posisi sampul dengan halaman di dalamnya sesuai atau
tidak, jika tidak berarti palsu. Pemeriksaan kualitas cetakan gambar dan latar belakang
terdapat muncul bayangan yang ada di halaman sampul pada paspor jika tidak berarti
palsu.
b. Pemeriksaan halaman
Pemeriksaan dari ukuran, bentuk huruf, halaman, warna cetakan serta kualitasnya,
menerawang cap airnya (watermark) pada paspor.
c. Pemeriksaan penomoran
Pemeriksaan konsisten nomor halaman, nomor paspor, tanda-tanda penghapusan, bila
halaman paspor tidak tertera nomor halaman berarti palsu.
d. Pemeriksaan halaman biografi
Memeriksa konsisten huruf dan angka yang dicetak pada halaman biodata, kualitas latar
belakang halaman biodata, susunan kode-kode pada baris di bawah halaman biodata.
25
e. Pemeriksaan foto dalam paspor sama dengan penggunaannya, terdapat cap kering atau
basah, pemeriksaan ada keanehan pada cap tersebut atau tidak jika ia berarti palsu.
f. Pemeriksaan laminasi
Periksaan pada bekas-bekas tambahan pada laminasi ada atau tidak jika ada berarti palsu,
memeriksa cap atau stempel dari setiap Tempat Pemeriksaan Imigrasi26 yang dikunjungi
berbeda bentuk dengan yang asli atau tidak.27
Pada tahun 1986 berdasarkan ketentuan pemerintah menyatakan bahwa sebutan,
“Pelabuhan udara diganti menjadi bandar udara atau bandara.” Hal ini berdasarkan PP.NO.5
tahun 1986 tanggal 19 Mei 1986.28
26
Lihat lampiran 6 gambar 8.
27 Ibid
., hal. 273.
28
Florence Tarigan, “Sistem Perjalanan pada PT Angkasa Pura II Bandara Polonia Medan,” dalam
Kertas Karya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009, hal. 34.
Pada saat itu, wilayah kerja Kantor Resor Imigrasi
Polonia masih di sekitar wilayah Bandar Udara Polonia.
3.15 Produk Yang Dihasilkan
Kantor Resor Imigrasi Polonia pada tahun 1978 di Tempat Pemeriksaan Imigrasi
menghasilkan Kartu Izin Tinggal kepada warga negara asing yang datang secara legal atau
sah, memperpanjang Kartu Izin Tinggal dan visa.
3.1.6 Wilayah Kerja
Berdirinya Kantor Resor Imigrasi memiliki wilayah kerja di sekitar Bandar Udara
Polonia karena pada awal beridiri masih bertugas dalam Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
Kantor Imigrasi di bawah Departemen Kehakiman Republik Indonesia
diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kelas, yaitu :
1. Kantor Imigrasi Kelas Khusus
2. Kantor Imigrasi Kelas I
3. Kantor Imigrasi Kelas II
4. Kantor Imigrasi Klas III
Bedasarkan keterangan di atas Kantor Imigrasi Kelas Khusus merupakan kelas yang
paling atas dalam klasifikasi kelas kantor imigrasi semakin besar kelasnya semakin kecil
statusnya. Terjadinya kenaikan kelas itu diklasifikasikan berdasarkan beban kerja atau
tanggung jawab kerja yang terus meningkat, tingkat kerawanan dan tingkat kerusuhan suatu
daerah ditinjau dari segi keimigrasian.29
3.3 Kantor Imigrasi Kelas II Polonia
Berdasarkan klasifikasi di atas Kantor Resor Imigrasi Polonia naik status menjadi
Kantor Imigrasi Kelas II Polonia. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan jumlah masyarakat
yang melakukan pengurusan surat perjalanan untuk warga negara asing, surat izin
kedatangan, kunjungan warga negara asing ke Indonesia, penanganan imigran ilegal. Sesuai
dengan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.03-PR.07.04 tahun
1991 tentang organisasi dan tata kerja kantor Imigrasi maka Kantor Resor Imigrasi Polonia
menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia.
29
Pada tahun 1991 Kantor Resor Imigrasi mengalami kenaikan status menjadi Kantor
Imigrasi Kelas II Polonia karena kantor menjalankan tanggung jawabnya dengan baik dan
peningkatan dalam melaksanakan tugasnya. Kantor Imigrasi Kelas II Polonia memiliki
program kerja sebagai berikut:
3.3.1 Tujuan Dan Sasaran
Kantor Imigrasi Kelas II Polonia memiliki tujuan yaitu menjadikan insan imigrasi
yang profesional, berwibawa dan berwawasan global. Sasaran dari Kantor Imigrasi Kelas II
Polonia Medan adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan pelayanan yang cepat.
b. Memberikan kemudahan yang berkualitas dalam pelayanan terhadap masyarakat.
c. Melaksanakan pengawasan dan pemantauan orang asing dalam rangka mengamankan
serta menunjang pembangunan nasional. 30
Kantor Imigrasi Kelas II Polonia pada tahun 1991 berdiri di Jalan Mangkubumi
nomor 2 Medan yang melanjutkan tempat dari Kantor Resor Imigrasi Polonia dan tetap
menjalankan tanggung jawab di Tempat Pemeriksaan Imigrasi di Bandar Udara Polonia. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat untuk mencapai
tujuan dan sasaran imigrasi terus meningkatkan cara kerja mereka.
3.3.2 Prasaranan
31
Prasaran penggunaan teknologi dalam menjalankan tugas lebih efesien
memanfaatkan komputer pada tahun 1997. Sebelum pemakaian komputer dikantor Kelas II
30
Rani Sanggita, “Efektifitas Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan,” dalam Skripsi Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2011, hal. 52.
31
Polonia, Penggunaan mesin ketik dan tulis tangan sering menghasilkan huruf yang tidak
rapi, kertas kotor, kesalahan yang tidak dapat dihapus dengan mudah harus menggunakan
tipeks, dicoret atau mengulangnya dari awal. Hal ini berdampak pemborosan dana dan
waktu.
3.3.3 Struktur Organisasi
Perkembangan kantor terus terjadi ditandai dengan perubahan status kantor menjadi
Kantor Imigrasi Kelas II Polonia. Kenaikan status kantor berarti ketentuan mengenai struktur
organisasi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia diberlakukan berdasarkan Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia nomor M.03-PR.07.04 tahun 1991 tentang organisasi dan
tata kerja Kantor Imigrasi, sebagai berikut:
Bagan I
Susunan Organisasi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Tahun 1991 KEPALA KANTOR
KA SUB BAG TATA USAHA
KARUS PEGAWAI
KARUS UMUM KARUS KEUANGAN
KASI LALINTUSKIM KASI WASDAKIM
KASI INSARKOM
KASUBSI WASKIM KASUBSI STATUSKIM
KASUBSI INFORMASI
KASUBSI KOMUNIKASI
KASUBSI DAKIM KASUBSI
Sumber: Senat Taruna Akademik Imigrasian, Kumpulan Peraturan Keimigrasian, Jakarta: Akademi Imigrasi Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Departemen Hukum dan Ham RI, 2006, hal. 370.
Tugas dan fungsi dari setiap bagan dan seksi berdasarkan struktur organisasi di
Kantor Imigrasi Kelas II Polonia adalah sebagai berikut:
1. Bagian Tata Usaha yang dipimpin Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas
melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga kantor imigrasi. Kepala Sub Bagian Tata
Usaha terdiri dari:
• Kepala Urusan Umum bertugas melakukan surat-menyurat perlengkapan serta rumah
tangga kantor imigrasi.
• Kepala Urusan Keuangan bertugas melakukan urusan keuangan kantor imigrasi
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Bagian Seksi Infomasi dan Sarana Komunikasi dipimpin Kepala Seksi Infomasi dan
Sarana Komunikasi memiliki tugas penyebaran dan pemanfaatan informasi serta
pengelolaan saran komunikasi keimigrasian. Kepala Seksi Infomasi dan Sarana
Komunikasi terdiri dari:
• Sub Seksi Informasi memiliki tugas penyebaran dan pemanfaatan informasi mengenai
warga negara Indonesia dan warga negara asing dalam rangka kerja sama tukar-menukar
informasi untuk pengamanan teknik operasional keimigrasian.
• Sub Seksi Komunikasi mempunyai tugas melakukan pemeliharaan dan pengamanan
dokumentasi keimigrasian serta melakukan penggunaan dan pemanfaatan sarana
3. Bagian Seksi Lalu Lintas dan Status Keimigrasian dipimpin Kepala Seksi Lalu Lintas
dan Status Keimigrasian memiliki tugas melakukan kegiatan keimigrasian di bidang lalu
lintas dan status keimigrasian di lingkungan kantor imigrasi. Kepala Seksi Lalu Lintas
dan Status Keimigrasian terdiri dari:
• Kepala Sub Seksi Lalu Lintas Keimigrasian mempunyai tugas melakukan urusan lintas
batas wilayah perbatasan, memberi dokumen perjalanan, izin berangkat, kembali dan
keluar atau masuk.
• Kepala Sub Seksi Status Keimigrasian mempunyai tugas melakukan penyaringan,
penelitian permohonan ahli status dan izin tinggal, penelitian kebenaran
kewarganegaraan, memberikan surat keterangan orang asing, evaluasi dan menyusun
laporan pelaksanaannya.
4. Bagian Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian dipimpin Kepala Pengawasan
dan Penindakan Keimigrasian memiliki tugas pengawasan dan penindakan kepada orang
asing. Kepala Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian terdiri dari:
• Kepala Sub Seksi Pengawasan Keimigrasian memiliki tugas pemantauan pelanggaran
perizinan keimigrasian dan melakukan kerajasama dengan instansi di bidang
pengawasan orang asing, melakukan penyidikan dan penindakan terhadap pelanggaran
• Kepala Sub Seksi Penindakan Keimigrasian memiliki tugas penyidikan dan penindakan,
pencegahan dan penangkalan, penampungan sementara dan perawatan orang asing yang
belum dapat dipulangkan, pemulangan dan pengusiran pelanggaran keimigrasian.32
Salah satu arsip dari laporan tahunan kantor, jumlah pegawai pada tahun 2002
berjumlah 70 orang dengan rincian jenjang susunan jabatan, sebagai berikut:
1. Jenjang Kepangkatan:
a. Golongan IV : 1 orang
b. Golongan III : 34 orang
c. Golongan II : 39 orang
2. Tingkat Pendidikan
a. Sarjana : 21 orang
b. Sarjana Muda : 4 orang
c. SLTA : 49 orang
3. Pejabat Struktur Teknis Keimigrasian
a. Golongan IV : 1 orang
b. Golongan III : 16 orang
c. Golongan II : 14 orang
4. Pejabat Struktur Teknis dan Non Teknis:
a. Eselon III B : 1 orang
b. Eselon IV B : 4 orang
c. Eselon V B : 8 orang
32 Ibid
Susunan jabatan di struktur organisasi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia seperti bagan
di atas pada tahun 2002 dijabat oleh:
1. Kepala Kantor Kantor Imigrasi Kelas II Polonia: Drs, Tamsil Yacob
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha: Ahmad Nasir Hia, S.H
3. Kepala Urus Pegawai: Jenda Ukur Karo Kaban
4. Kepala Urus Keuangan: Imulida
5. Kepala Urus Umum: Chairil Lutfhi, S.H
6. Kepala Seksi Informasi dan Sarana Komunikasi: Salman Paris D, S.E
7. Kepala Sub Seksi Informasi: R. Ruddy, S.H
8. Kepala Sub Seksi Komunikasi: Dra. I Sabarita
9. Kepala Seksi Lalu Lintas dan Status Keimigrasian : Heny Simanungkalit, S.H
10. Kepala Sub Seksi Status Keimigrasian
11. Kepala Sub Seksi Lalu Lintas Keimigrasian: Nasaruddin, S.H
12. Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian: Drs. Martahan Hutapea
13. Kepala Sub Seksi Pengawasan Keimigrasian: Drs. Samiudin
Kantor Imigrasi Kelas II pada tahun 1991 sampai tahun 2005 sesuai dengan kajian
periodisasi penelitian penulis tidak mengalami perubahan dalam struktur atau susunan
organisasi kantor. Sebab pada periodisasi itu kantor tidak mengalami kenaikan status. Tetapi,
kantor terus menjalankan tugas dengan baik sehingga kantor terus mengalami
perkembangan. Perkembangan itu terlihat pada tahun 2007 kantor mengalami kenaikan
status sehingga terjadi perubahan susunan atau struktur organisasi kantor menjadi Kantor
Imigrasi Kelas I Polonia.
3.3.4 Tugas Dan fungsi
Kenaikan status kantor meningkatkan tugas Kantor Imigrasi Kelas II Polonia yaitu
melaksanakan tugas Departemen Kehakiman Republik Indonesia di bidang Keimigrasian di
wilayah bersangkutan serta memiliki tri fungsi kantor Imigrasi Kelas II Polonia terdiri dari:
1. Fungsi pelayanan kepada masyarakat
2. Fungsi penegakan hukum
3. Fungsi keamanan
Dalam menjalakan tugas dan trifungsi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia didampingi
dengan fungsinya agar tercapai dengan baik. Adapun fungsinya, sebagai berikut:
• Melaksanakan tugas keimigrasian di bidang informasi dan sarana komunikasi
keimigrasian.
• Pelaksanaan tugas keimigrasian di bidang pengawasan dan penindakan
keimigrasian.33
3.3.5 Produk Yang Dihasilkan
Kantor Imigrasi Kelas II Polonia menghasilkan produk bagi Warga Negara Indonesia
dan Warga Negara Asing yang juga dihasilkan kantor imigrasi di seluruh Indonesia, sebagai
berikut:
1. Pelayanan bagi Warga Negara Indonesia (WNI), sebagai berikut :
a). Surat Perjalanan Republik Indonesia atau Paspor yang terdiri dari: Paspor Biasa, Paspor
Diplomatik, Paspor Dinas, Paspor Naik Haji, Surat Perjalanan Lintas Batas atau Paspor
Lintas dan Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Warga Negara Asing. Adapun salah
satu data laporan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia pada tahun 2002 dalam menerbitkan
Paspor yang dapat diterbitkan secara Paspor Republik Indonesia terdiri dari 24 halaman
dan 48 halaman yang dapat dibuat perorangan ataupun keluarga dan Paspor Konvensi
terdiri dari 18 halaman. Setiap paspor memiliki kategori masing-masing yang dibedakan
melalui warna pada cover paspor, yaitu:
Paspor diplomatik atau disebut paspor hitam yang diterbitkan oleh Deplu
(Departemen Luar Negeri) dan dipergunakan untuk keperluan diplomatik. Biasanya
dipergunakan oleh para diplomat. Pemegang paspor ini memiliki kekebalan hukum
tertentu.
Paspor dinas atau disebut paspor biru yang diterbitkan oleh Deplu (Departemen Luar
Negeri) dan diperlukan untuk keperluan Dinas.
33
Paspor biasa atau disebut paspor hijau yang diterbitkan oleh Ditjen (Direktorat
Jenderal) Imigrasi yang dipergunakan oleh orang umum apabila hendak bepergian
keluar negeri.
Paspor haji atau disebut paspor coklat yang diterbitkan oleh Departemen Agama,
yang hanya berlaku selama musim haji pada tahun itu dan hanya berlaku di Kota
Jeddah dan Mekkah.34
Berdasarkan penjelasan produk yang dihasilkan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia di
atas dapat dilihat dari salah satu arsip yaitu laporan tahunan pada tahun 2002 dalam
[image:52.610.86.555.408.632.2]penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia, yaitu:
Tabel I
Data Penerbitan Paspor Republik Indonesia Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Anggaran Tahun 2002
Bulan PPRI-48 Hal Perorangan
PPRI-48 Hal Keluarga
PPRI-18 Hal Konvensi
PPRI- 24 Hal Perorangan
PPRI- 24 Hal Keluarga
Januari 350 28 - 372 21
Febuari 273 30 - 278 25
Maret 348 8 - 284 20
April 362 21 - 273 19
Mei 390 30 - 335 19
Juni 372 20 - 530 28
Juli 391 17 - 364 14
Agustus 358 15 - 439 13
September 320 16 - 507 11
Oktober 311 11 - 600 14
November 352 28 - 354 15
Desember 342 24 - 365 17
Jumlah 4169 248 - 4701 216
34
Sumber: Memori Pertanggungjawaban Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Periode 31 Oktober 2000 sampai dengan 06 Maret 2003.
Dilihat dari tabel di atas penerbitan Paspor oleh Kantor Imigrasi Kelas II Polonia
mengalami perubahan yaitu Penerbitan Paspor RI berisi 48 halaman mengalami peningkatan
di setiap bulannya dalam setahun untuk yang Perorangan. Penerbitan Paspor RI berisi 24
halaman untuk keluarga mengalami peningkatan setiap bulanannya dalam satu tahun, tetapi
lebih besar peningkatan jumlah yang mengurus paspor perorangan. Penerbitan Paspor RI
berisi 18 halaman untuk Konvensi selama setahun tidak ada diterbitkan. Penerbitan Paspor
RI berisi 24 halaman Perorangan selama setahun mengalami perubahan serta jumlah
terbanyak penerbitan paspor diantara paspor yang lain. Penerbitan Paspor RI berisi 24
halaman keluarga mengalami perubahan dalam setahun tetapi jumlah penerbitan yang paling
kecil antara penerbitan paspor yang lain.
b). Pemberian tanda bertolak atau masuk.
2. Pelayanan bagi Warga Negara Asing (WNA) yang terdiri dari :
Pemberian Dokumen Keimigrasian (DOKIM), yaitu berupa :
a. Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS)
KITAS diberikan kepada orang asing yang tinggal di wilayah Indonesia dalam
jangka waktu yang terbatas. KITAS ini juga diberikan kepada orang asing yang masuk ke
Indonesia dengan menggunakan Visa Tinggal Terbatas, seperti untuk bisnis (penanaman
modal, tenaga ahli), rohaniwan, penelitian ilmiah dan lainnya yang disetujui oleh Pemerintah
Republik Indonesia dan bermanfaat bagi Negara.
Diberikan kepada orang asing untuk tinggal menetap di Indonesia yang telah
memiliki surat keterangan kependudukan dan orang asing pemegang KITAS yang telah
diperpanjang sampai dengan masa yang telah ditentukan. Pemberian perpanjangan izin
tinggal yang meliputi :
(a) Visa Kunjungan Usaha (VKU).
(b) Visa Kunjungan Sosial Budaya (VKSB).
(c) Visa Kunjungan Wisata (VKW).
Pemberian EXIT Reentry Permit, yaitu izin orang asing pemegang KITAS dan KITAP yang
meliputi :
(a) Mulitiple Exit Reentry Permit (MERP) yaitu izin masuk dan keluar ke wilayah Indonesia
dengan beberapa kali perjalanan dalam batas waktu yang telah ditentukan.
(b) Single Exit Reentry Permit (SERP) yaitu izin masuk dan keluar ke wilayah Indonesia
untuk satu kali perjalanan.
(c) Exit Reentry Only (EPO) yaitu izin yang diberikan untuk meninggalkan Indonesia dan
tidak kembali.
Pendaftaran Orang asing (POA) diberikan kepada orang asing yang berada di Indonesia
lebih dari 3 (tiga) bulan.
Berdasarkan penjelasan produk yang dihasilkan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia di
atas memperlihatkan perkembangan kantor dari salah satu arsip laporan tahunan pada tahun
2002 dalam pemberian kartu izin tinggal tetap, kartu izin tinggal sementara dan warga
Tabel II
Data Pelayanan Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Tahun 2002
Warga Negara Asing Warga Negara Indonesia
No Bulan ITAP ITAS ITK Permohonan SPRI SPRI Rusak
1 Januari - 80 26 771 2
2 Febuari 2 28 42 606 -
3 Maret 7 44 42 660 1
4 April 1 43 32 675 1
5 Mei 2 28 32 774 2
6 Juni 2 43 25 950 -
7 Juli 1 43 23 786 -
8 Agustus 2 44 22 825 -
9 September 2 52 15 854 -
10 Oktober 3 51 69 936 -
11 November - 35 49 749 1
12 Desember 3 43 36 724 1
Jumlah 25 534 413 9.310 8
Tabel di atas ini salah satu arsip laporan produk yang dihasilkan Kantor Imigrasi
Kelas II Polonia Tahun 2002. Tabel menunjukkan perubahan yang tidak hanya terjadi pada
pelayanan warga negara Indonesia dalam pembuatan Surat Perjalanan Republik Indonesia
tetapi juga pelayanan warga negara asing dalam bentuk Kartu Izin Tinggal Terbatas dan
Kartu Izin Tinggal Tetap. Jumlah statistik pada tahun 2002 ITAP dan ITAS mengalami
kenaikan setiap bulannya dalam setahun. Hal ini mengartikan bahwa Kota Medan banyak
diminati orang asing untuk berkunjung dengan kepentingan masing-masing.
Kantor imigrasi yang baru dibuka di daerah membutuhkan tenaga kerja yang terampil
dan mengetahui tentang keimigrasian. Hal itu membuat dikeluarkan kebijakan untuk
memindahkan pegawai keimigrasian dari kota ke kantor imigrasi yang baru dibuka tersebut.
Banyak pegawai yang menolak dipindahkan. Untuk mengatasi hal itu Dinas Keimigrasian
memberikan kebijakan kepada setiap pegawai yang mau dipindah tugaskan diberikan bonus
enam bulan gaji.35
Kantor Resor Imigrasi Polonia bertugas mengecek kedatangan warga negara asing di
Tempat Pemeriksaan Imigrasi Pelabuhan Udara Polonia yang dijalankan oleh beberapa
pegawai. Kantor terus mengalami perkembangan dalam menjalankan tugasnya sehingga
semakin banyak tanggung jawabnya, seperti penanganan warga negara asing di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi, menerbitkan Surat Perjalanan Republik Indonesia, penanganan warga
negara asing yang melanggar peraturan keimigrasian dan lain-lain. Hal itu mempengaruhi Perkembangan yang terjadi pada kantor membutuhkan tenaga kerja
tambahan dan berintelektual serta berketerampilan untuk dapat mengerjakan kewajiban
dengat tepat dan cermat.
35
terjadinya penambahan pegawai baru untuk menjalankan tugas tepat waktu dan hasilnya
akurat. Kantor Resor Imigrasi Polonia yang terus mengalami perkembangan sehingga
mendapatkan peningkatan status kantor menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia.
Peningkatan status kantor berpengaruh juga kepada pegawai yang menjabat saat itu dalam
hal kenaikan pangkat.36
Kota Madya Medan Kecamatan Medan Johor
3.3.6 Wilayah Kerja
Kantor Imigrasi Kelas II Polonia memiliki wilayah kerja berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.03-PR.07.04 Tahun 1991
tanggal 15 April 1991, tentang Organisasi dan Tata Kerja. Kantor Imigrasi dinyatakan
memiliki wilayah kerja Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Medan terdiri dari:
Skema I
Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Tahun 1991
Kecamatan Medan Tuntungan
Kecamatan Medan Baru
Kecamatan Deli Tua
Kecamatan Tanjung Morawa
Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Pagar Merbau
Kecamatan Beringin
Kecamatan Pantai Labu
36 Wawancara
Kecamatan Lubuk Pakam
Kantor Imigrasi Kelas II Polonia tahun 1991 berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia memiliki wilayah kerja di Medan dan Deli Serdang. Di
Medan terdiri dari tiga kecamatan dan Kabupaten Deli Serdang terdiri dari enam kecamatan.
Jumlah penduduk dan volume kegiatan pemerintahan yang meningkat di Sumatera
Utara khususnya di Kota Medan. Peningkatan itu mengakibatkan dibentuknya beberapa
kecamatan baru melalui pemekaran berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 50 Tahun 1991. Pemekaran wilayah tersebut berupa pembentukan kecamatan baru
yang pada saat itu belum tertampung dalam Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Kelas II Polonia.
Hal ini dituangkan dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi Polonia. Untuk menghindari adanya
ketidakjelasan dan kesimpangsiuran wilayah kerja tersebut, melalui Surat Sekretaris
Direktorat Jenderal Imigrasi No.F-PR.07.