• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Kantor Resor Imgrasi Polonia Terhadap Imigran Ilegal Status Pengungsi Di Kota Medan (1978-2005)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Kantor Resor Imgrasi Polonia Terhadap Imigran Ilegal Status Pengungsi Di Kota Medan (1978-2005)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL STATUS PENGUNGSI DI KOTA MEDAN (1978-2005)

SKRIPSI

DIKERJAKAN O

L E H

SHINTA AGNESIA 090706024

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

PERANAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL STATUS PENGUNGSI DI KOTA MEDAN (1978-2005)

Yang diajukan oleh

Nama : SHINTA AGNESIA

Nim : 090706024

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh:

Pembimbing,

Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si.

NIP 195908041985032002 tanggal……….

Ketua Departemen Sejarah tanggal……….

Drs. Edi Sumarno. M. Hum NIP 196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

PERANAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL STATUS PENGUNGSI DI KOTA MEDAN (1978-2005)

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN

O L E H

SHINTA AGNESIA 090706024

Pembimbing

Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si.

NIP 195908041985032002

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN KETUA JURUSAN

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH

Ketua Departemen,

Drs. Edi Sumarno. M. Hum

NIP 196409221989031001

(5)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI OLEH DEKAN DAN PANITIA UJIAN

PENGESAHAN

Diterima oleh:

Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana Fakultas Ilmu Budaya

dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada :

Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU

Dekan,

Dr. Syahron Lubis. M.A.

NIP 195110131976031001

Panitia Ujian:

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno, M.Hum (……….)

2. Dra. Nurhabsyah, M.Si (……….)

3. Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. (……….)

4. Dra. Ratna, M.S. (……….)

(6)

PERANAN KANTOR IMIGRASI KELAS II POLONIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL STATUS PENGUNGSI DI KOTA MEDAN (1992-2005)

SKRIPSI

DIKERJAKAN O

L E H

SHINTA AGNESIA 090706024

Pembimbing,

Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. NIP 195908041985032002

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(7)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Adi Sinaga Jenis Kelamin : Pria

Umur : 52 tahun

Pekerjaan : Berjualan

Alamat : Jl. Selebes Belawan Medan

2. Nama : Agus Makabori

Jenis Kelamin : Pria

Usia : 43 Tahun

Pekerjaan : Kepala Sub Seksi Penindakan Keimigrasian

Alamat : Jl. STM Sukapura No.83 B

3. Nama : Andi

Jenis Kelamin : Pria

Umur : 31 Tahun

Pekerjaan : Pegawai Seksi Penindakan Keimigrasian

Alamat : Medan

4. Nama : Bima Sutarjo

Jenis Kelamin : Pria

Umur : 58 tahun Pekerjaan : Wiraswasta

(8)

5. Nama : Doni

Jenis Kelamin : Pria

Usia : 31 tahun

Pekerjaan : Perawat Tempat Penampungan Imigran Ilegal Berstatus Penungsi

Alamat : JL. Pembangunan Gg. Sejahtera No.7a

6. Nama : Edy Firyan, S.H, M.H.

Jenis Kelamin : Pria

Umur : 50 tahun

Pekerjaan : Kepala Seksi Informasi Komunikasi Kantor Imigrasi Kelas I Polonia

Alamat : Jl. STM Sukapura No.78 Medan

7. Nama : Chairil Lufthi, SH, Msi.

Jenis Kelamin : Pria

Usia : 51 Tahun

Pekerjaan : Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Alamat : Jl. STM Sukapura No.75 Medan

8. Nama : Jenda Ukur Karo Kaban

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 55 tahun

Pekerjaan : Kepala Kepegawaian

Alamat : Komplek Lapangan Tanjung Gusta JL. Pemasyarakatan

9. Nama : Kasih Rahmat Larosa Jenis Kelamin : Pria

Usia : 44 Tahun

(9)

Alamat : Jl. Majapahit No.4 Medan Baru

10.Nama : Mochamad Azis, S.H.

Jenis Kelamin : Pria

Umur : 39 tahun

Pekerjaan : Pegawai Keimigrasian Polonia di Bandar Udara Polonia

Alamat : JL. Panglima Makam No.9B Medan Baru.

11.Nama : Tani Rumapea, S.H, M.H. Jenis Kelamin : Pria

Usia : 55 Tahun

Pekerjaan : Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Alamat : Jl. STM Sukapura No.83 Medan

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karuniaNya kepada

penulis. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara moril

dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara.

Judul skripsi ini adalah, “Peranan Kantor Resor Imgrasi Polonia Terhadap Imigran Ilegal Status Pengungsi Di Kota Medan (1978-2005)”.Pada proses penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami rintangan dan hambatan, tetapi penulis memperoleh banyak

bantuan serta bimbingan yang sangat bernilai dari berbagai pihak, terutama dari staf pengajar

Departemen Sejarah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kesalahan. Penulis mengharapkan

kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, 9 September 2013

Penulis,

(11)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis berterima kasih atas doa, kasih, bimbingan, moril dan materi yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada yang terhormat:

1. Orang tua penulis, Bapak B.Silalahi dan Ibu R.Rumapea, kiranya Tuhan memberkati

segala cita-cita dan harapan kita.

2. Adik penulis Soni dan Ovy semoga kalian lebih baik dari penulis dan tetap berusaha

memberikan yang terbaik untuk meraih cita-cita.

3. Keluarga besar Opung Toni Silalahi, Opung Marhanda Rumapea, sepupu penulis Kakak

Resdina, Kakak Lasma, Juan dan Aristo.

4. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan, beserta Pembantu Dekan I Dr. M. Husnan

Lubis, M.A, Pembantu Dekan II Drs. Samsul Tarigan, dan Pembantu Dekan III Drs.

Yuddi Adrian Muliadi, M.A, di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Edi Sumarno M.Hum, sebagai Ketua Departemen Sejarah Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dra. Nurhabsyah, Msi, sebagai Sekretaris Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara dan dosen Penasehat Akademik penulis.

7. Ibu Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si selaku Pembimbing skripsi penulis.

8. Ibu Dra. Lila Pelita Hati, M.Si, dan Ibu Dra. Ratna, M.S Selaku Dosen Penguji Sidang

(12)

9. Seluruh Bapak dan Ibu dosen khususnya di Departemen Sejarah serta Abang Amperawira

selaku Tata Usaha Departemen Sejarah.

11. Keluarga besar Sejarah stambuk 2009: Toti, Rona, Mustika, Elisa, Nurlailisa, Ita, Suryania

(Nia), Ratna, Dara, Wifky, Mifani, Roventina, Suwandi, Roni, Sigmer, Hendra, Andri,

Muklis, Philip, Sadam A.T, Sadam Pulungan, Aprianta (Tata), Humala (Lala), Giant,

Alpha, Adi Nova, Saut, Dedi, Doli, Hunter, Poli, Rudi, Andi, abangda, kakanda dan

adinda Departemen Sejarah.

12. Keluarga besar Asrama Putri USU: Kakak Irma, Kakak Rini, Kakak Tari, Kakak Nurinda, Kakak Citra, Kakak Cory, Kakak Lindra, Kakak Debora, Kakak Bety, Delvina, Pesta, Eirene (Nairen), Iren (Anne), Feny, Nerly, Monika, Romian, Rani, Devi, Ivo, Deta, Dede, Geby (Oca).

13. Kelompok kecil SERAFIM: Pemimpin Kelompok Kecil Serafim Kakak Meisya Manurung, Elisa, Mustika, Ita.

14. Rekan pengajar Kakak Lena, Kakak Diana, Kakak Erni, Kakak Puspita, Abang Dicky, Kakak Evalina, Kakak Putri, Toti, Nurlailisa dan Dara.

15. Kepala dan segenap pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan.

16. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua. Kiranya Tuhan melimpahkan kasih setiaNya

kepada kita semua. Tuhan memberkati kita semua.

Medan, 9 September 2013

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR SKEMA ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Dan Manfaat ... 7

1.4 Tinjauan Pustaka ... 8

1.5 Metode Penelitian ... 10

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA ... 13

2.1 Sejarah Berdirinya ... 13

2.2 Nama Kantor Resor Imigrasi Polonia ... 17

2.5 Kantor Resor Imigrasi Polonia Di Bawah Departemen Kehakiman ... 17

(14)

BAB III PERKEMBANGAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA 1978-2005 ... 20

3.1 Kantor Resor Imigrasi Polonia ... 20

3.1.1 Tujuan dan Sasaran ... 20

3.1.2 Prasarana ... 20

3.1.3 Struktur Organisasi ... 21

3.1.4 Tugas ... 21

3.1.5 Produk Yang Dihasilkan ... 23

3.1.6 Wilayah Kerja ... 23

3.2 Klasifikasi Kantor Imigrasi Di Bawah Departemen Republik Indonesia ... 23

3.3 Kantor Imigrasi Kelas II Polonia ... 24

3.3.1 Tujuan dan Sasaran ... 25

3.3.2 Prasarana ... 25

3.3.3 Struktur Organisasi ... 26

3.3.4 Tugas Dan Fungsi ... 31

3.3.5 Produk Yang Dihasilkan ... 31

3.3.6 Wilayah Kerja ... 38

3.3 Perjalanan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia ... 41

BAB IV PERANAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL STATUS PENGUNGSI DI KOTA MEDAN ... 43

4.1 Latar Belakang Kedatangan Imigran Ilegal Ke Kota Medan ... 44

4.1.1 Faktor Pendorong ... 44

4.1.2 Faktor Penarik ... 45

4.2 Rute Perjalanan Imigran Ilegal Status Pengungsi ... 48

4.3 Karantina Imigrasi ... 53

(15)

4.5 Kerja Sama Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Dengan Badan atau organisasi Luar

Negeri ... 57

4.5.1 United Nations High Commisioner for Refugees (UNHCR) ... 57

4.5.2 International Organization for Migration (IOM) ... 60

4.5.3 Regional Cooperation Agreement (RCA) ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68 DAFTAR INFORMAN

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Penerbitan Paspor Republik Indonesia Kantor Imigrasi Kelas II Polonia AnggaranTahun 2002 ... 33 Tabel II Pelayanan Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas II PoloniaTahun 2002 ... 36

Tabel III Laporan Imigran Ilegal Dari Kantor Imigrasi Di Indonesia Tahun 2002 ... 50

Tabel IV Pencegahan Dan Penangkalan Di Tempat Pemeriksaan Imigrasi Bandar

Udara Polonia Tahun 2002 ... 54

(17)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan I Susunan Organisasi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Tahun 1991 ... 26

(18)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema I Wilayah Kerja Kantor ImigrasiKelas II PoloniaTahun 1991 ... 38

Skema II Wilayah Kerja Kantor ImigrasiKelas II PoloniaTahun 1992 ... 39

(19)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul, “Peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia Terhadap Imigran Ilegal Status Pengungsi Di Kota Medan (1978-2005)”.Penelitian ini membahas sejarah berdirinya Kantor Resor Imigrasi Polonia, perkembangan Kantor Resor Imigrasi Polonia dan Peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal berstatus pengungsi.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan penanganan imigran ilegal di Indonesia sejak kedatangan imigran ilegal Vietnam meminta status pengungsi. Kantor Resor Imigrasi Polonia menangani permasalahan imigran ilegal sejak berdirinya kantor. Peranan kantor melakukan pengecekan, penahanan, penginterogasian, pengawasan, pemberian fasilitas dengan kerja sama regional Australia-IOM-Indonesia dalam Regional Coopration Agreement (RCA) dan pengawasan selama menjadi imigran ilegal berstatus pengungsi. Keterbatasan petugas keamanan Indonesia di setiap batas negara mengakibatkan meningkatnya imigran ilegal melalui Indonesia untuk menuju negara ketiga yaitu Australia. Semakin banyaknya kejahatan transnasional, teroris membuat semakin diperketat tindakan terhadap imigran yang datang terlebih lagi ditangkap di Bandar Udara Polonia. Hal itu diatasi keimigrasian dengan melakukan pengecekan dan pengawasan lebih ketat di Tempat Pemeriksaan Imigrasi di Bandar Udara Polonia. Juga UNHCR dan IOM memberikan pendeportasian secara suka rela kepada imigran ilegal status pengungsi sambil menunggu keputusan dari negara ketiga.

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak zaman prasejarah, manusia melakukan perjalanan mencari tempat yang baru

untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik yang dikenal dengan migrasi. Migrasi atau

perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain untuk menetap. Hal itu, merupakan

hak setiap manusia yang dibiarkan terjadi begitu saja, sehingga tidak memerlukan

persyaratan tertentu. Pada abad ke-20, perkembangan teknologi, informasi dan transformasi

membuat batas antar negara semakin semu dan jalur lalu lintas pun mudah ditempuh. Secara

tidak langsung meningkatkan mobilitas manusia dari suatu negara menuju negara lain

dengan berbagai kepentingan termasuk tindakan kejahatan. Kejahatan tersebut masuk ke

dalam kejahatan lintas negara yang dikenal dengan kejahatan transnasional yang banyak

menimbulkan kerugian. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian

menyatakan keimigrasian ialah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah

Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia.

Pengertian imigran merupakan orang yang datang dari negara lain dan tinggal menetap di

suatu negara.1

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hal. 426.

Kategori imigran yang datang ke Indonesia dengan surat perjalanan, visa dan

(21)

Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) sebagai imigran sah atau legal. Imigran yang datang

tidak dengan surat perjalanan, visa serta tidak memiliki izin masuk ke negara lain atau izin

masuk kembali yang tidak sah dan sudah tidak berlaku lagi serta tidak melalui Tempat

Pemeriksaan Imigrasi (TPI) dikatakan sebagai imigran ilegal atau gelap. Kedatangan imigran

ilegal memiliki latar belakang dan tujuan yang berbeda, salah satunya meminta status

pengungsi. Kehadiran imigran ilegal menimbulkan dampak yang mengancam kedaulatan,

keamanan, kehidupan sosial dan ekonomi, bahkan juga ancaman terhadap ideologi suatu

bangsa.2

Surat perjalanan sangatlah vital dimiliki imigran sebagai identitas menjadi imigran

legal atau sah menuju negara lain. Begitu pentingnya surat perjalanan itu dan dipergunakan

pertama kali pada zaman Holly Land tahun 450 SM oleh Raja Babylonia. Pada saat itu

Gubernur Nehemiah meminta pembuatan surat keamanan dalam perjalanan untuk

melindungi dirinya. Surat itu yang kemudian dikenal dengan passport yang merupakan salah

satu persyaratan masuk atau keluar negeri.3

Perpindahan penduduk yang dilakukan imigran dapat terjadi disebabkan oleh

beberapa faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong antara lain:

ketidaknyamanan kondisi iklim, kurang tersedianya pekerjaan dan makanan, perang (konflik

senjata dan keamanan) serta konflik sosial yang meliputi tekanan politik, ras, agama dan

ideologi. Faktor penarik antara lain dari negara transit yaitu geografis yang berdekatan

2

Tim Penyusun International Organization for Migration Indonesia, Buku Petunjuk Bagi Petugas dalam Rangka Penanganan Kegiatan Penyelundupan Manusia dan Tindakan Pidana yang Berkaitan dengan Penyelundupan Manusia, Jakarta: International Organization for Migration, 2009, hal. 36.

3

(22)

dengan negara yang dituju, negara yang menerima pengungsi. Faktor penarik dari negara

tujuan ialah tersedianya lapangan pekerjaan dan makanan (ekonomi), keamanan dan

ketenteraman terjamin di negara yang dituju.4

Badan keimigrasian telah berdiri di Indonesia pada masa pemerintahan Belanda

dengan nama Kantor Sekretaris Komisi Imigrasi pada tahun 1913. Nama ini berubah

menjadi Immigrate Diest atau Dinas Keimigrasian pada tahun 1921 karena tugas dan

fungsinya terus berkembang. Dinas Keimigrasian bertugas mengeluarkan peraturan

keimigrasian dan memiliki prinsip at open deur politiek atau open deur policy (prinsip pintu

terbuka).5

Sejak tahun 1950, Dinas Keimigrasian menjadi milik pemerintahan Republik

Indonesia yang sebelumnya dipegang kolonial Belanda. Perubahan status kepemilikan itu

sangat bermakna bagi bangsa Indonesia karena merupakan era baru dalam pelaksanaan

keimigrasian Indonesia yang menerapkan prinsip selective policy yang berarti prinsip

selektif. Berdasarkan prinsip ini, hanya orang asing yang dianggap dapat memberikan

manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia dan tidak

membahayakan keamanan, ketertiban serta tidak bermusuhan terhadap masyarakat maupun

negara yang diijinkan masuk ke Indonesia. Terbentuknya Undang-Undang keimigrasian

yaitu UU Nomor 9 Tahun 1992 tetang keimigrasian yang ditetapkan sebagai landasan utama

4 Manshur Zikri, “Permasalahan Imigran Gelap dan People Smuggling dan Usaha serta Rekomendasi Kebijakan dalam Menanggulanginya,” dalam Makalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 2010, hal. 10.

5 Muhammad Indra, “Perspektif Penegakan Hukum dalam Hukum Keimigrasian Indonesia,” dalam

(23)

pengaturan keimigrasian Republik Indonesia. Presiden dan DPR RI memutuskan

menetapkan UU Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian, Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang diizinkan masuk atau keluar wilayah Republik

Indonesia.6

Kota Medan memiliki tiga Kantor Imigrasi yaitu Kantor Imigrasi Kelas I Khusus

Medan, Kantor Imigrasi Kelas II Belawan, Kantor Resor Imigrasi Polonia yang berdiri sejak

tahun 1978 (yang kemudian menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia pada tahun 1991).

Pada awalnya Kantor Resor Imigrasi di Bandar Udara Polonia mendapat tempat sebagai

kantor dan Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di Bandar Udara Polonia yang difasilitasi

dari Kantor Angkasa Pura II cabang Medan. Pada tahun 1987, Kepala Kantor Wilayah

Departemen Kehakiman Sumatera Utara menyerahkan tanah dan gedung Kantor Direktorat Keimigrasian di Indonesia menempatkan pegawai imigrasi di setiap pintu gerbang

negara. Salah satunya di bandar udara untuk mengawasi setiap keluar dan masuk manusia.

Bandar udara di Sumatera Utara bernama Bandar Udara Polonia yang terletak di Kota

Medan. Pihak keimigrasian menempatkan Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di Bandar

Udara Polonia untuk menyelidiki setiap orang, khususnya gerak warga negara asing yang

datang, terutama yang tidak memiliki surat perjalanan, visa serta tidak memiliki izin masuk

ke Indonesia atau izin masuk kembali yang tidak sah dan sudah tidak berlaku lagi.

6

(24)

Jenderal Pemasyarakatan sebagai Kantor Resor Imigrasi Polonia yang berkedudukan di Jalan

Mangkubumi No.2 Medan.

Imigran ilegal yang melewati Indonesia bertujuan ke Australia untuk mendapatkan

status pengungsi. Para imigran pergi melalui perairan Republik Indonesia secara ilegal.

Warga Negara Asing yang melanggar peraturan keimigrasian seperti Over Stay (menetap

lebih dari waktu yang diizinkan) atau tidak melakukan perpanjang Surat Perjalanan RI dan

Visa dikatakan sebagai imigran pelanggaran keimigrasian atau imigran ilegal. Tetapi bukan

imigran ilegal berstatus pengungsi. Imigran ilegal memiliki latar belakang masing-masing.

Salah satunya imigran ilegal mencari status pengungsi dan pencari suaka. Ada pun

pengertian pengungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sekelompok manusia

yang sangat rentan terhadap perlakuan tidak manusiawi baik dari negara asalnya maupun di

negara dituju pengungsi. Pengungsi merupakan sebagian orang yang kurang mampu dan

tidak memiliki dokumen pesrjalanan.7

Berdasarkan pemaparan di atas penulis meneliti, “Peranan Kantor Resor Imigrasi

Polonia terhadap imigran ilegal status pengungsi di Kota Medan (1978-2005).” Hal ini

dikategori sebagai peristiwa sejarah sebab membawa dampak perubahan yang sesuai dengan

definisi sejarah. Salah satunya menurut tokoh sejarah Wilhelm Beur menyatakan sejarah

merupakan peristiwa masa lampau manusia yang membawa perubahan dan memperlihatkan

akibat-akibat dari peristiwa tersebut.8

7

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit., hal. 1247.

8

Hugiono dan Poerwantana, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hal. 5.

Hal ini menurut penulis layak untuk diperhatikan

(25)

dampak negatif untuk ke depannya. Periodisasi skripsi dimulai tahun 1978 karena pertama

kali kantor berdiri. Batas kajian pada tahun 2005, karena pada tahun ini masa berakhirnya

peraturan imigrasi yang menggunakan pemeriksaan imigran ilegal secara manual dan tidak

online. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehakiman RI No. M.02.12.02.10 Tahun 2006

tanggal 1 Pebruari 2006 dilaksanakan Penerapan Sistem Photo Terpadu berbasis Biometrik

pada Surat Perjalanan Republik Indonesia.9 Sistem Biometrik SPRI adalah sebagai

pengganti foto dan sidik jari pemohon secara terpadu pada penerbitan SPRI sesuai standar

ditetapkan oleh International Civil Aviation Organzation (ICAO) dan dapat dibaca oleh

mesin (Machine Readable Passport atau MPR) atau disebut juga sebagai sistem foto

Terpadu Berbasis Biometrik (SPTBB).10

9

Ahmad Nasir Hia, “Tinjauan Hukum terhadap Birokrasi Pengurusan Paspor Berbasis Pengurusan Biometrik di Kantor Imigrasi Polonia Medan,” dalam Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2007, hal. 64.

10

Lihat lampiran 7 gambar 10.

Tanggal 6 Pebuari 2006 Sistem Biometrik SPRI

diterapkan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia. Sistem Biometrik ini mendorong munculnya

sistem elektronik pada paspor, visa, izin tinggal dan status, cegah dan tangkal secara online.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dibuatlah rumusan mengenai masalah yang

diteliti sebagai landasan utama dalam melakukan penelitian yang terangkum dalam

pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Kantor Resor Imigrasi Polonia?

(26)

3. Bagaimana peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal status

pengungsi di Kota Medan?

1.3 Tujuan Dan Manfaat

Peristiwa yang telah berlalu tidak dapat dipertunjukkan kembali, tetapi dapat

direkonstruksi berdasarkan realita yang ada. Rekonstruksi itu dapat memberikan renungan

bagi kehidupan manusia yang menjadi cerminan dari masa lampau, pelajaran di masa kini

dan menjadi patokan di masa depan.

Penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat yang penting, bukan hanya bagi penulis

tetapi juga bagi masyarakat umum yang bertujuan untuk:

1. Menjelaskan sejarah berdirinya Kantor Resor Imigrasi Polonia.

2. Menjelaskan perkembangan Kantor Resor Imigrasi Polonia.

3. Menjelaskan peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal status

pengungsi di kota Medan.

Selain memberikan tujuan yang sesuai dengan di atas, diharapkan dari kajian ini

menyumbangkan manfaat sebagai berikut:

1. Menambah literatur penelitian untuk lembaga akademis khususnya dalam bidang kajian

keimigrasian di Indonesia.

2. Memperkaya pengetahuan masyarakat tentang peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia

(27)

3. Memperluas wawasan penulis mengenai Peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap

imigran ilegal di Kota Medan.

1.4 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini selain melakukan penelitian lapangan juga kepustakaan dengan

menggunakan beberapa buku dan laporan. Penulisan karya ilmiah merupakan sebuah

rangkaian yang saling berkaitan dengan menggunakan refrensi yang berhubungan. Penulis

mengunakan beberapa buku panduan dasar dalam penelitian ini. Pertama, Rahmadhan K.H

dan Abrar Yusra dalam bukunya yang berjudul, “Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia,”

menjelaskan perjalanan panjang sejarah imigrasi Republik Indonesia. Rahmadhan K.H dan

Abrar Yusra menerangkan perkembangan kebijakan keimigrasian dari awal berdiri, struktur

organisasi, pengaturan lalu lintas keimigrasian, pengaturan pengawasan orang asing,

pelayanan kepada masyarakat yang melakukan perjalanan ke luar negeri, pergantian

kepemimpinan keimigrasian. Buku Rahmadhan K.H dan Abrar Yusra ini sejalan dengan

fakta sejarah yang diperoleh dari penelitian di lapangan dalam menjelaskan perjalanan

sejarah keimigrasian di Indonesia. Perkembangan dan tantangan yang dihadapi pada masa

kolonial Belanda, kolonial Jepang, kemerdekaan, Republik Indonesia Serikat, Orde Lama

dan Orde Baru. Hal ini menambah wawasan penulis dalam melakukan penulisan skripsi.

Kedua, Iman Santoso, dalam bukunya yang berjudul, “Perspektif Imigrasi dalam

Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional.” Buku ini memaparkan imigrasi

membawa pengaruh positif bagi yang melakukan karena bertujuan mencari tempat yang

(28)

meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan teknologi modernisasi serta peranan keimigrasian

terhadap ketahanan nasional. Selain dampak positif terdapat juga dampak negatif, seperti

imigran ilegal mengakibatkan munculnya penyelundupan dan penjualan manusia. Berbagai

aspek negatif ini dapat mempengaruhi pola kehidupan dan tatanan sosial budaya serta

ketahanan nasional. Buku Iman Santoso ini sesuai dengan kondisi penelitian di lapangan

dalam memberikan pengaruh imigrasi baik secara positif maupun negatif dalam ekonomi

dan ketahanan nasional Indonesia.

Ketiga, Muhammad Indra, dalam disertasinya berjudul, “Perspektif Penegakan

Hukum dalam Hukum Keimigrasian Indonesia.” Disertasi ini mengungkapkan bahwa

kegiatan imigrasi merupakan fenomena yang terjadi di tengah masyarakat yang tidak dapat

dihindari dan berkembang pesat sejalan dengan keberadaan serta perkembangan manusia di

berbagai belahan dunia. Muhammad Indra memaparkan hukum yang berlaku dalam

keimigrasian di Indonesia dan pelaksanaannya. Hal ini sesuai dengan keadaan di lapangan

untuk menjelaskan undang-undang yang berlaku dalam keimigrasian di Indonesia dan

membantu penulis dalam penelitian.

Keempat, Mohammad Said dalam buku yang berjudul, “Koeli Kontrak Tempoe

Doeloe Dengan Derita Dan Kemarahannya.” Beliau mengutarakan bahwa perkembangan

perkebunan yang pesat di Sumatera Timur yang didirikan oleh Jacobus Nienhuys

membutuhkan buruh untuk meningkatkan produksi jualnya. Maka didatangkan buruh

perkebunan dari negara lain seperti Cina dan India oleh Kolonial Belanda. Berjalannya

waktu imigran menjadi penduduk tetap di Sumatera Utara. Masyarakat Cina dan India

(29)

ini. Buku ini memberi pemahaman imigrasi di Sumatera Timur terjadi karena dibukanya

perkebunan. Buku ini sesuai dengan fakta sejarah yang digali dari penelitian di lapangan

dalam menerangkan peristiwa sejarah imigran datang ke Sumatera Utara.

Kelima, Sihar Sihombing, dalam bukunya yang berjudul, “Hukum Keimigrasian,”

menceritakan tentang hukum keimigrasian secara tepat. Buku ini menyatakan bahwa

keimigrasian merupakan hal yang sangat penting untuk dikaji dari segi kedatangan warga

asing yang semakin banyak. Buku ini sejalanan dengan kondisi penelitian di lapangan dalam

memahami sejarah hukum imigrasi yang ditelah dimulai dari zaman penjajahan sampai

reformasi dilengkapi dengan undang-undang yang berlaku dipaparkan dengan singkat dan

jelas. Buku ini memberikan arahan tentang latar belakang yang terjadi dalam keimigrasian di

Indonesia melalui sejarah perkembangan peraturan-peraturan keimigrasian kepada penulis di

dalam mengerjakan skripsi ini.

Keenam, International Organization for Migration (IOM) dalam bukunya yang

berjudul, “Buku Petunjuk Bagi Petugas dalam Rangka Penanganan Kegiatan

Penyelundupan Manusia dan Tindak Pidana yang Berkaitan dan Penyelundupan Manusia.”

Buku ini menjelaskan tindakan petugas kepolisian dan imigrasi dalam menangani imigran

ilegal, penyelundupan manusia, buku ini juga memaparkan peraturan hukum serta

undang-undang yang berlaku menangani imigran ilegal dan penyelundupan manusia. Buku ini sesuai

dengan fakta yang didapat dari penelitian di lapangan dalam penerapan peraturan yang

terjadi di lapangan terkait penanganan imigran ilegal di Indonesia.

(30)

Penelitian ilmiah haruslah menggunakan metode penelitian, salah satunya metode

sejarah yang sangat penting. Metode sejarah ialah cara, petunjuk pelaksana, proses, prosedur

atau teknik sistematis dalam penelitian untuk mendapatkan objek penelitian.11 Sistematika

dalam metode sejarah sangat diperlukan peneliti melakukan rekonstruksi peristiwa masa

lampau. Penulisan sejarah deskritif melalui tahap demi tahap, Louis Gottschalk menjelaskan

metode sejarah sebagai proses menguji, menganalisis kesaksian sejarah untuk menemukan

data autentik atau dipercaya.12

Tahap pertama, heuristik atau pengumpulan sumber yang sesuai dan mendukung

dalam penelitian. Metode penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan

(library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan dilakukan

dengan mengumpulkan buku, majalah, artikel, skripsi dan karya tulis yang berkaitan dengan

judul penelitian telah didapatkan. Penulis dalam penelitian lapangan melakukan metode

wawancara tidak terstruktur, tetapi wawancara terbuka yaitu dengan mempersiapkan suatu

pedoman wawancara (interview guide) dalam bentuk pertanyaan terbuka. Pertanyaan

disusun sedemikian rupa sehingga informan tidak merasa terbatas dalam memberikan

jawaban. Pengumpulan bahan yang digunakan memerlukan ilmu dukung yang relevan

dengan penelitian ini seperti ilmu sosial yaitu hukum, politik dan sosiologi. Penggunaan

ilmu dukung sosial yang berarti penelitian ini menggunakan pendekatan interdisiplin atau

multidimensional yang memberikan karakteristik ilmiah untuk memandang suatu masalah

dari berbagai dimensi, sehingga pemahaman tentang masalah itu semakin jelas.

Berdasarkan pengertian di atas, Louis Gottschalk

menempatkan empat pokok cara meneliti sejarah, sebagai berikut:

11

Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hal. 11.

12

(31)

Tahap kedua, verifikasi atau mengkritik sumber yang terdiri dari dua tahap, yaitu

kritik eksternal dan internal. Pertama, kritik eksternal merupakan mengkritik berdasarkan

keaslian sumber atau autentik, seperti menilai buku dari ejaan yang digunakan, kertas yang

digunakan sudah sesuai atau tidak dengan tahun diterbitkan dan lain-lainnya. Kedua, kritik

internal sebagai pemilihan sumber berdasarkan kesahihan sumber atau kredibilitas dari segi

material atau isinya, seperti penilaian buku dilihat dari isinya benar atau hanya fiktif belaka.

Tahap ketiga, interpretasi atau penafsiran. Pada tahapan ini data yang diperoleh

dianalisis, sehingga melahirkan suatu analisa yang baru yang sifatnya lebih objektif dan

ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya

data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan

keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif.

Tahap terakhir, historiografi atau penulisan yakni penyusunan kesaksian yang dapat

dipercaya menjadi satu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan

(32)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA

Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara adalah kota kelima terbesar di

Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan

kampung yang dibuka oleh Guru Patimpus yang bernama kampung Medan Putri pada abad

ke-16. Lokasi Medan Putri yang strategis pada masa penjajahan kolonial Belanda

berkembang menjadi Kota Medan secara pesat. Medan menjadi pusat ekonomi, administrasi,

pemerintahan, politik dan budaya. Medan sebagai pusat kegiatan ekonomi perkebunan

menjadi daya tarik bagi pendatang untuk mengadu nasib. Terdapat berbagai kelompok etnik

di antaranya adalah: Karo, Toba, Mandailing, Minangkabau, Aceh, Cina, Jawa, India, dan

lainnya menjadi penghuni Kota Medan bersama-sama dengan etnik asli orang Melayu.

Berbagai kelompok etnik ini banyak memainkan peranan tidak saja dalam aspek politik dan

ekonomi, tetapi juga dalam memperkaya khasanah budaya daerah Sumatera Utara. Medan

ialah kota dengan penduduk yang dianggap sebagai Indonesia mini pada era kolonial

Belanda. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan, pemerintah mengeluarkan

(33)

tahun 1978 yang kemudian mengalami perubahan status menjadi Kantor Imigrasi Kelas II

Polonia pada tahun 1991.

2.1 Sejarah Berdirinya

Badan keimigrasian sudah berdiri di Indonesia sejak zaman pemerintahan Belanda

dengan nama Kantor Sekretaris Komisi Imigrasi pada tahun 1913. Tahun 1921 berubah

menjadi Immigrate Diest atau Dinas Keimigrasian karena tugas dan fungsinya terus

berkembang. Dinas Keimigrasian bertugas mengeluarkan peraturan keimigrasian dan

memiliki prinsip at open deur politiek atau open deur policy (prinsip pintu terbuka). Politik

pintu terbuka berarti membuka kesempatan seluas-luasnya bagi orang asing untuk masuk,

tinggal dan bekerja di Hindia Belanda. Semakin banyak dan bervariasi golongan atau

keturunan bangsa asing yang masuk, tinggal dan bekerja di Hindia Belanda. Belanda

mengharapkan perekonomian dan politik tetap dikuasai bangsa asing sehingga golongan

bumi putera tetap di bawah jajahan bangsa Belanda.13

1. Mendapatkan tenaga kerja murah untuk menekan penduduk asli sekaligus menciptakan

kesenjangan sosial ekonomi antara pendagang dan penduduk asli.

Latar belakang politik keimigrasian

Hindia Belanda adalah menguasai tanah jajahan (Hindia Belanda) untuk dieksploitasi secara

ekonomi guna memakmurkan negara dan bangsa Belanda. Kebijakan yang diterapkan

membuka Hindia Belanda bagi investor terutama yang berasal dari Eropa untuk

menanamkan modalnya di Hindia Belanda. Kebijakan pintu terbuka ini mempunyai tujuan

antara lain:

13

(34)

2. Menarik modal asing sebesar-besarnya agar kesempatan bagi bumi putera (pribumi)

semakin tertutup dan ditekan oleh pengaruh asing sehingga bangsa Indonesia tetap

menjadi bangsa terjajah.

3. Bila ada serangan dari luar terhadap Hindia Belanda, pemerintahan Belanda tidak akan

sendiri menghadapi karena negara penanam modal tidak tinggal diam untuk melindungi

kepentingan modalnya.14

Pada masa kedudukan Jepang tahun 1942, keimigrasian di Indonesia penerapannya

sama dengan zaman penjajahan Belanda. Jepang melanjutkan kebijakan yang dilakukan

Belanda dengan menyesuaikan dan hanya melakukan sedikit perubahan pada dokumen

Belanda, seperti pembuatan pendaftaran orang asing yang dikenal bernama Surat Pernyataan

Orang Asing. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, Dinas Keimigrasian mengalami

kekosongan. Sesudah Perang Dunia II berakhir, Dinas Keimigrasian dibuka kembali pada

tahun 1946 oleh NICA (Nederlandsch Indie Civil Administratie) yang bertugas mengerjakan

pengurusan penduduk bangsa asing.15 Tanggal 26 Januari 1950, Dinas Keimigrasian menjadi

milik Indonesia. Pimpinan Immigratie Dients (Dinas Imigrasi) secara resmi diserahkan H.

Breekland kepada Mr. H. J. Adiwinata yang menjadi Kepala Jawatan Imigrasi yang baru.

Berdasarkan surat penetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.JZ/30/16 tanggal

28 Januari 1950 yang berlaku sejak 26 Januari 1950 pada tanggal ini dijadikan hari lahir

imigrasi.16

14

K. H. Ramadhan dan Abrar Yusra, Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia, Jakarta: Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum dan Ham Republik Indonesia, 2005, hal. 20.

15 Ibid.

, hal. 25.

16

(35)

Dinas Keimigrasian menerapkan kebijakan selektif yang berarti setiap warga negara

asing yang bermanfaat bagi pembangunan Indonesia, tidak membahayakan keamanan,

ketentraman, ketertiban serta kesusilaan umum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Kebijakan selektif didasarkan pada perlindungan kepentingan nasional. Pendekatan yang

dipergunakan serta dilaksanakan meliputi pendekatan kesejahteraan (prosperity approach)

yaitu orang asing diizikan masuk yang memberikan kemakmuran serta kesejahteraan dan

pendekatan keamanan (security approach) ialah orang asing yang diizinkan masuk yang

tidak membahayakan keamanan negara dan ketertiban umum.

Setelah diserahkan kepada Indonesia, Dinas Keimigrasian mengalami kesulitan

karena kekurangan tenaga kerja yang ahli dan membutuhkan tenaga ekstra. Dinas

Keimigrasian saat diserahkan kepada Indonesia mengalami kekurangan pegawai yang

terampil dan mengerti tentang keimigrasian. Hal ini membuat Dinas Imigrasi masih

menggunakan tenaga warga negara asing namun dengan jumlah yang terbatas sesuai dengan

kebijkan selektif yang diterapkan. Dinas Keimigrasian mengatasi kekurangan sumber daya

manusia yang berkualitas dengan membuka pendidikan dan pelatihan tenaga keimigrasian.

Dalam pendidikan dan pelatihan melakukan pembinaan leader ship atau manajerial. Setelah

tamat dari pendidikan dan pelatihan kemudian ditempatkan di setiap Kantor Keimigrasian di

Indonesia. Pendidikan dan pelatiahan yang dibentuk keimigrasian berkembang pesat ke arah

yang positif hingga menjadi bentuk Akademi Imigrasi.

Tahun 1950, banyak warga negara asing masuk tanpa izin resmi karena belum

banyak dibuka TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) di setiap tempat keluar dan masuknya

(36)

tahun1951-1955 dibuka TPI yaitu di Dumai, Ambon, Belawan, Kutaraja, Bandung,

Padang.17 Sampai pada tahun 1978 tetap dibuka kantor imigrasi baru di Indonesia, salah

satunya Kantor Resor Imigrasi Polonia di Pelabuhan Udara Polonia yang merupakan tempat

keluar masuknya manusia.18

Kantor Resor Imigrasi Polonia dikukuhkan sebagai nama resmi karena berada di

wilayah Kecamatan Polonia. Arti kata resor dari Kantor Resor Imigrasi Polonia sama dengan

struktur wilayah Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI).

Latar belakang mendirikan Tempat Pemeriksaan Imigrasi

tersebut karena untuk memeriksa surat perjalanan dan visa imigran ada yang melakukan

pelanggaran peraturan keimigrasian yang memberikan kerugian kepada negara. Pendirian

Tempat Pemeriksaan Imigrasi itu ditetapkan ke dalam peraturan pemerintahan Belanda

Staatsblad Nomor 332 tahun 1914 tentang Tempat Pemeriksaan Imigrasi di pelabuhan

udara, pelabuhan laut dan perbatasan darat. Peraturan itu diserap ke dalam peraturan

Indonesia ke dalam UU Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian Pasal 1 ayat (4).

2.2 Nama Kantor Resor Imigrasi Polonia

19

Penggunaan resor

termasuk ke dalam wilayah kabupaten dan kota, seperti Kepolisian Resor Kota Besar

(Polerstabes). Demikian halnya dengan Kantor Resor Imigrasi Polonia berada di wilayah

Kota Madya Medan. Kata Resor dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tempat

peristirahatan daerah kecil, daerah kuasa dan lingkungan kerja.20

17

K H Ramadhan dan Yusra Abrar, op.cit., hal. 54.

18

Lihat lampiran 5 gambar 5.

19 Wawancara

dengan Chairil Lufthi, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Imigrasi Kelas II Polonia, Medan, 24 Juni 2013.

20

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit., hal. 952.

(37)

Keimigrasian di bawah Departemen Kehakiman secara berturut-turut mengalami

perubahan sebagai berikut:

a. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 184 tahun 1960 tanggal 1 Agustus 1960, teknis

operasional ditempatkan di bawah Menteri Keamanan Nasional, sedangkan administratif

tetap di bawah Menteri Kehakiman.

b. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 144 tahun 1964 tanggal 1 Juni 1964 menjadi

Direktorat Imigrasi secara operasional di bawah Wakil Perdana Menteri I dan secara

organisatoris langsung di bawah Presidium Kabinet.

c. Berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor Aa/P/84/1965 tahun 1965 secara

operasional tetap di bawah Menteri I dan secara organisatoris di bawah Menteri Negara

diperbantukan kepada Presidium Kabinet.

d. Berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor 163 tahun 1966, Direktorat Imigrasi

sepenuhnya dikembalikan di bawah Departemen Kehakiman.

e. Berdasakan Keputusan Presiden Nomor 170 tahun 1966 Direktorat Imigrasi menjadi

Direktorat Jenderal Imigrasi.

Imigrasi tetap berada di bawah jajaran pengayoman Departemen Kehakiman dan diberi

mandat pelaksanaan tugas yang lebih jelas. Keputusan Menteri Kehakiman

Nomor. M-29.PR.07.04 tahun 1981 yang merupakan pelaksanaan dari Keputusan Presiden

No.27 tahun 1981 menetapkan bahwa tugas pokok Direktorat Jenderal Imigrasi adalah

(38)

rangka serta menjamin ketentraman dan keamanan nasional berdasarakan kebijaksanaan

yang ditetapkan oleh Menteri Kehakiman.21

Setiap instansi memiliki lambang sebagai motivasi dan tujuan dalam menjalankan

segala kewajibannya. Demikian halnya dengan Dinas keimigrasian yang berlaku pada semua

Kantor Imigrasi di Indonesia termasuk Kantor Resor Imigrasi Polonia memiliki lambang

yaitu Bhumi Purna Wibawa yang berarti penjaga pintu gerbang negara yang berwibawa,

sehingga dalam menjalankan tugas harus penuh dengan tanggung jawab yang tinggi demi

bangsa dan negara.

Departemen Kehakiman beberapa kali mengalami pergantian nama. Pertama

Departemen Kehakiman sejak tahun 1945-1999. Lalu berubah menjadi Departemen Hukum

dan Perundangan-undangan (1999-2001). Kemudian berubah menjadi departemen

Kehakiman dan Asasi Manusia (Kemenkumham) dari tahun 2001 sampai sekarang.

2.4 Lambang Dan Moto

22

21

Elfaiz Lubis, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan,” dalam Tesis Sekolah Pacasarja Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009, hal. 78.

22

Lihat lampiran 5 gambar 6.

Moto keimigrasian ialah melayani dengan tulus serta mengabdi

(39)

BAB III

PERKEMBANGAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA TAHUN 1978-2005

Kantor Resor Imigrasi Polonia berdiri di Bandar Udara Polonia yang terus

mengalami perkembangan hingga mengalami kenaikan status menjadi Kantor Imigrasi Kelas

II Polonia pada tahun 1991, dapat dilihat sebagai berikut.:

3.1 Kantor Resor Imigrasi Polonia

Kantor Resor Imigrasi Polonia beridiri tahun 1978 di Bandar Udara Polonia sebab

merupakan pintu gerbang negara sebagai tempat masuk dan keluarnya manusia sehingga

dibuka Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Kantor Resor Imigrasi Polonia memiliki program

kerja sebagai berikut:

3.1.1 Tujuan Dan Sasaran

Pada awal berdiri di tahun 1978, Kantor Resor Imigrasi Polonia memiliki tujuan yang

bertanggung jawab menjalankan kewajibannya dalam penanganan keimigrasian. Sasaran

kantor melaksanakan tugas pokok Departemen Kehakiman di bidang keimigrasian dalam

rangka serta menjamin ketentraman dan keamanan nasional.

(40)

Pada awal berdirinya Kantor Resor Imigrasi belum memiliki tempat sendiri sehingga

pihak Angkasa Pura II cabang Medan memberikan tempat di Pelabuhan Udara Polonia pada

tahun 1978. Ruangan yang digunakan pertama kali berukuran kecil hanya berupa ruang kaca

sebagai skat atau pembatas untuk kantor.23

Susunan atau struktur organisasai Kantor Resor Imigrasi Polonia pada tahun 1978

masih sederhana. Hal itu disebabkan kantor masih dalam ukuran kecil sama halnya dengan

tugasnya yang masih dalam skop kecil yaitu memeriksa kartu perjalanan.

Pada tahun 1987, Kepala Kantor Wilayah

Departemen Kehakiman Sumatera Utara menyerahkan tanah dan gedung Kantor Direktorat

Jenderal Pemasyarakatan sebagai Kantor Resor Imigrasi Polonia yang berkedudukan di Jalan

Mangkubumi Nomor 2 Medan. Pada saat itu prasaran menunjang kinerja pegawai

menggunakan mesin ketik dan tulis tangan dalam membuat surat, laporan tugas, perhitungan

dan sebagainya.

3.1.3 Struktur Organisasi

24

1. Paspor asli yaitu paspor yang dibuat dan dikeluarkan oleh negara yang berwewenang dan

diberikan kepada orang yang berhak atas paspor yang diberikan kepadanya.

3.1.4 Tugas

Kantor Resor Imigrasi menjalankan tugas dalam memeriksaan paspor di Tempat

Pemeriksaan Imigrasi di Pelabuhan Udara Polonia yang dilakukan secara manual.

Pemeriksaan paspor secara manual menggolongkan penentuan hasil pemeriksaan atas

paspor meliputi beberapa hal seperti:

23

Lihat lampiran 6 gambar 7.

24 Wawancara

(41)

2. Paspor asli namun dipalsukan yaitu paspor yang dibuat dan dikeluarkan oleh negara yang

berwewenang namun telah dipalsukan beberapa bagian dalam paspor tersebut.

3. Paspor palsu yaitu paspor yang dibuat di pihak yang tidak berwewenang.25

Pemeriksaan paspor dapat dilakukan dengan memperhatikan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Pemeriksaan sampul luar atau cover

Pegawai imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi melihat biodata pengguna paspor ke

dalam daftar nama yang dicekal atau tidak. Kemudian memeriksa bahan, bentuk, ukuran,

benang jahitan pada paspor jika terdapat bekas jahitannya miring berarti pernah

dibongkar dan palsu. Begitu juga posisi sampul dengan halaman di dalamnya sesuai atau

tidak, jika tidak berarti palsu. Pemeriksaan kualitas cetakan gambar dan latar belakang

terdapat muncul bayangan yang ada di halaman sampul pada paspor jika tidak berarti

palsu.

b. Pemeriksaan halaman

Pemeriksaan dari ukuran, bentuk huruf, halaman, warna cetakan serta kualitasnya,

menerawang cap airnya (watermark) pada paspor.

c. Pemeriksaan penomoran

Pemeriksaan konsisten nomor halaman, nomor paspor, tanda-tanda penghapusan, bila

halaman paspor tidak tertera nomor halaman berarti palsu.

d. Pemeriksaan halaman biografi

Memeriksa konsisten huruf dan angka yang dicetak pada halaman biodata, kualitas latar

belakang halaman biodata, susunan kode-kode pada baris di bawah halaman biodata.

25

(42)

e. Pemeriksaan foto dalam paspor sama dengan penggunaannya, terdapat cap kering atau

basah, pemeriksaan ada keanehan pada cap tersebut atau tidak jika ia berarti palsu.

f. Pemeriksaan laminasi

Periksaan pada bekas-bekas tambahan pada laminasi ada atau tidak jika ada berarti palsu,

memeriksa cap atau stempel dari setiap Tempat Pemeriksaan Imigrasi26 yang dikunjungi

berbeda bentuk dengan yang asli atau tidak.27

Pada tahun 1986 berdasarkan ketentuan pemerintah menyatakan bahwa sebutan,

“Pelabuhan udara diganti menjadi bandar udara atau bandara.” Hal ini berdasarkan PP.NO.5

tahun 1986 tanggal 19 Mei 1986.28

26

Lihat lampiran 6 gambar 8.

27 Ibid

., hal. 273.

28

Florence Tarigan, “Sistem Perjalanan pada PT Angkasa Pura II Bandara Polonia Medan,” dalam

Kertas Karya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009, hal. 34.

Pada saat itu, wilayah kerja Kantor Resor Imigrasi

Polonia masih di sekitar wilayah Bandar Udara Polonia.

3.15 Produk Yang Dihasilkan

Kantor Resor Imigrasi Polonia pada tahun 1978 di Tempat Pemeriksaan Imigrasi

menghasilkan Kartu Izin Tinggal kepada warga negara asing yang datang secara legal atau

sah, memperpanjang Kartu Izin Tinggal dan visa.

3.1.6 Wilayah Kerja

Berdirinya Kantor Resor Imigrasi memiliki wilayah kerja di sekitar Bandar Udara

Polonia karena pada awal beridiri masih bertugas dalam Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

(43)

Kantor Imigrasi di bawah Departemen Kehakiman Republik Indonesia

diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kelas, yaitu :

1. Kantor Imigrasi Kelas Khusus

2. Kantor Imigrasi Kelas I

3. Kantor Imigrasi Kelas II

4. Kantor Imigrasi Klas III

Bedasarkan keterangan di atas Kantor Imigrasi Kelas Khusus merupakan kelas yang

paling atas dalam klasifikasi kelas kantor imigrasi semakin besar kelasnya semakin kecil

statusnya. Terjadinya kenaikan kelas itu diklasifikasikan berdasarkan beban kerja atau

tanggung jawab kerja yang terus meningkat, tingkat kerawanan dan tingkat kerusuhan suatu

daerah ditinjau dari segi keimigrasian.29

3.3 Kantor Imigrasi Kelas II Polonia

Berdasarkan klasifikasi di atas Kantor Resor Imigrasi Polonia naik status menjadi

Kantor Imigrasi Kelas II Polonia. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan jumlah masyarakat

yang melakukan pengurusan surat perjalanan untuk warga negara asing, surat izin

kedatangan, kunjungan warga negara asing ke Indonesia, penanganan imigran ilegal. Sesuai

dengan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.03-PR.07.04 tahun

1991 tentang organisasi dan tata kerja kantor Imigrasi maka Kantor Resor Imigrasi Polonia

menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia.

29

(44)

Pada tahun 1991 Kantor Resor Imigrasi mengalami kenaikan status menjadi Kantor

Imigrasi Kelas II Polonia karena kantor menjalankan tanggung jawabnya dengan baik dan

peningkatan dalam melaksanakan tugasnya. Kantor Imigrasi Kelas II Polonia memiliki

program kerja sebagai berikut:

3.3.1 Tujuan Dan Sasaran

Kantor Imigrasi Kelas II Polonia memiliki tujuan yaitu menjadikan insan imigrasi

yang profesional, berwibawa dan berwawasan global. Sasaran dari Kantor Imigrasi Kelas II

Polonia Medan adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan pelayanan yang cepat.

b. Memberikan kemudahan yang berkualitas dalam pelayanan terhadap masyarakat.

c. Melaksanakan pengawasan dan pemantauan orang asing dalam rangka mengamankan

serta menunjang pembangunan nasional. 30

Kantor Imigrasi Kelas II Polonia pada tahun 1991 berdiri di Jalan Mangkubumi

nomor 2 Medan yang melanjutkan tempat dari Kantor Resor Imigrasi Polonia dan tetap

menjalankan tanggung jawab di Tempat Pemeriksaan Imigrasi di Bandar Udara Polonia. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat untuk mencapai

tujuan dan sasaran imigrasi terus meningkatkan cara kerja mereka.

3.3.2 Prasaranan

31

Prasaran penggunaan teknologi dalam menjalankan tugas lebih efesien

memanfaatkan komputer pada tahun 1997. Sebelum pemakaian komputer dikantor Kelas II

30

Rani Sanggita, “Efektifitas Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan,” dalam Skripsi Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2011, hal. 52.

31

(45)

Polonia, Penggunaan mesin ketik dan tulis tangan sering menghasilkan huruf yang tidak

rapi, kertas kotor, kesalahan yang tidak dapat dihapus dengan mudah harus menggunakan

tipeks, dicoret atau mengulangnya dari awal. Hal ini berdampak pemborosan dana dan

waktu.

3.3.3 Struktur Organisasi

Perkembangan kantor terus terjadi ditandai dengan perubahan status kantor menjadi

Kantor Imigrasi Kelas II Polonia. Kenaikan status kantor berarti ketentuan mengenai struktur

organisasi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia diberlakukan berdasarkan Keputusan Menteri

Kehakiman Republik Indonesia nomor M.03-PR.07.04 tahun 1991 tentang organisasi dan

tata kerja Kantor Imigrasi, sebagai berikut:

Bagan I

Susunan Organisasi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Tahun 1991 KEPALA KANTOR

KA SUB BAG TATA USAHA

KARUS PEGAWAI

KARUS UMUM KARUS KEUANGAN

KASI LALINTUSKIM KASI WASDAKIM

KASI INSARKOM

KASUBSI WASKIM KASUBSI STATUSKIM

KASUBSI INFORMASI

KASUBSI KOMUNIKASI

KASUBSI DAKIM KASUBSI

(46)

Sumber: Senat Taruna Akademik Imigrasian, Kumpulan Peraturan Keimigrasian, Jakarta: Akademi Imigrasi Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Departemen Hukum dan Ham RI, 2006, hal. 370.

Tugas dan fungsi dari setiap bagan dan seksi berdasarkan struktur organisasi di

Kantor Imigrasi Kelas II Polonia adalah sebagai berikut:

1. Bagian Tata Usaha yang dipimpin Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas

melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga kantor imigrasi. Kepala Sub Bagian Tata

Usaha terdiri dari:

• Kepala Urusan Umum bertugas melakukan surat-menyurat perlengkapan serta rumah

tangga kantor imigrasi.

• Kepala Urusan Keuangan bertugas melakukan urusan keuangan kantor imigrasi

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Bagian Seksi Infomasi dan Sarana Komunikasi dipimpin Kepala Seksi Infomasi dan

Sarana Komunikasi memiliki tugas penyebaran dan pemanfaatan informasi serta

pengelolaan saran komunikasi keimigrasian. Kepala Seksi Infomasi dan Sarana

Komunikasi terdiri dari:

• Sub Seksi Informasi memiliki tugas penyebaran dan pemanfaatan informasi mengenai

warga negara Indonesia dan warga negara asing dalam rangka kerja sama tukar-menukar

informasi untuk pengamanan teknik operasional keimigrasian.

• Sub Seksi Komunikasi mempunyai tugas melakukan pemeliharaan dan pengamanan

dokumentasi keimigrasian serta melakukan penggunaan dan pemanfaatan sarana

(47)

3. Bagian Seksi Lalu Lintas dan Status Keimigrasian dipimpin Kepala Seksi Lalu Lintas

dan Status Keimigrasian memiliki tugas melakukan kegiatan keimigrasian di bidang lalu

lintas dan status keimigrasian di lingkungan kantor imigrasi. Kepala Seksi Lalu Lintas

dan Status Keimigrasian terdiri dari:

• Kepala Sub Seksi Lalu Lintas Keimigrasian mempunyai tugas melakukan urusan lintas

batas wilayah perbatasan, memberi dokumen perjalanan, izin berangkat, kembali dan

keluar atau masuk.

• Kepala Sub Seksi Status Keimigrasian mempunyai tugas melakukan penyaringan,

penelitian permohonan ahli status dan izin tinggal, penelitian kebenaran

kewarganegaraan, memberikan surat keterangan orang asing, evaluasi dan menyusun

laporan pelaksanaannya.

4. Bagian Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian dipimpin Kepala Pengawasan

dan Penindakan Keimigrasian memiliki tugas pengawasan dan penindakan kepada orang

asing. Kepala Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian terdiri dari:

• Kepala Sub Seksi Pengawasan Keimigrasian memiliki tugas pemantauan pelanggaran

perizinan keimigrasian dan melakukan kerajasama dengan instansi di bidang

pengawasan orang asing, melakukan penyidikan dan penindakan terhadap pelanggaran

(48)

• Kepala Sub Seksi Penindakan Keimigrasian memiliki tugas penyidikan dan penindakan,

pencegahan dan penangkalan, penampungan sementara dan perawatan orang asing yang

belum dapat dipulangkan, pemulangan dan pengusiran pelanggaran keimigrasian.32

Salah satu arsip dari laporan tahunan kantor, jumlah pegawai pada tahun 2002

berjumlah 70 orang dengan rincian jenjang susunan jabatan, sebagai berikut:

1. Jenjang Kepangkatan:

a. Golongan IV : 1 orang

b. Golongan III : 34 orang

c. Golongan II : 39 orang

2. Tingkat Pendidikan

a. Sarjana : 21 orang

b. Sarjana Muda : 4 orang

c. SLTA : 49 orang

3. Pejabat Struktur Teknis Keimigrasian

a. Golongan IV : 1 orang

b. Golongan III : 16 orang

c. Golongan II : 14 orang

4. Pejabat Struktur Teknis dan Non Teknis:

a. Eselon III B : 1 orang

b. Eselon IV B : 4 orang

c. Eselon V B : 8 orang

32 Ibid

(49)

Susunan jabatan di struktur organisasi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia seperti bagan

di atas pada tahun 2002 dijabat oleh:

1. Kepala Kantor Kantor Imigrasi Kelas II Polonia: Drs, Tamsil Yacob

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha: Ahmad Nasir Hia, S.H

3. Kepala Urus Pegawai: Jenda Ukur Karo Kaban

4. Kepala Urus Keuangan: Imulida

5. Kepala Urus Umum: Chairil Lutfhi, S.H

6. Kepala Seksi Informasi dan Sarana Komunikasi: Salman Paris D, S.E

7. Kepala Sub Seksi Informasi: R. Ruddy, S.H

8. Kepala Sub Seksi Komunikasi: Dra. I Sabarita

9. Kepala Seksi Lalu Lintas dan Status Keimigrasian : Heny Simanungkalit, S.H

10. Kepala Sub Seksi Status Keimigrasian

11. Kepala Sub Seksi Lalu Lintas Keimigrasian: Nasaruddin, S.H

12. Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian: Drs. Martahan Hutapea

13. Kepala Sub Seksi Pengawasan Keimigrasian: Drs. Samiudin

(50)

Kantor Imigrasi Kelas II pada tahun 1991 sampai tahun 2005 sesuai dengan kajian

periodisasi penelitian penulis tidak mengalami perubahan dalam struktur atau susunan

organisasi kantor. Sebab pada periodisasi itu kantor tidak mengalami kenaikan status. Tetapi,

kantor terus menjalankan tugas dengan baik sehingga kantor terus mengalami

perkembangan. Perkembangan itu terlihat pada tahun 2007 kantor mengalami kenaikan

status sehingga terjadi perubahan susunan atau struktur organisasi kantor menjadi Kantor

Imigrasi Kelas I Polonia.

3.3.4 Tugas Dan fungsi

Kenaikan status kantor meningkatkan tugas Kantor Imigrasi Kelas II Polonia yaitu

melaksanakan tugas Departemen Kehakiman Republik Indonesia di bidang Keimigrasian di

wilayah bersangkutan serta memiliki tri fungsi kantor Imigrasi Kelas II Polonia terdiri dari:

1. Fungsi pelayanan kepada masyarakat

2. Fungsi penegakan hukum

3. Fungsi keamanan

Dalam menjalakan tugas dan trifungsi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia didampingi

dengan fungsinya agar tercapai dengan baik. Adapun fungsinya, sebagai berikut:

• Melaksanakan tugas keimigrasian di bidang informasi dan sarana komunikasi

keimigrasian.

(51)

• Pelaksanaan tugas keimigrasian di bidang pengawasan dan penindakan

keimigrasian.33

3.3.5 Produk Yang Dihasilkan

Kantor Imigrasi Kelas II Polonia menghasilkan produk bagi Warga Negara Indonesia

dan Warga Negara Asing yang juga dihasilkan kantor imigrasi di seluruh Indonesia, sebagai

berikut:

1. Pelayanan bagi Warga Negara Indonesia (WNI), sebagai berikut :

a). Surat Perjalanan Republik Indonesia atau Paspor yang terdiri dari: Paspor Biasa, Paspor

Diplomatik, Paspor Dinas, Paspor Naik Haji, Surat Perjalanan Lintas Batas atau Paspor

Lintas dan Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Warga Negara Asing. Adapun salah

satu data laporan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia pada tahun 2002 dalam menerbitkan

Paspor yang dapat diterbitkan secara Paspor Republik Indonesia terdiri dari 24 halaman

dan 48 halaman yang dapat dibuat perorangan ataupun keluarga dan Paspor Konvensi

terdiri dari 18 halaman. Setiap paspor memiliki kategori masing-masing yang dibedakan

melalui warna pada cover paspor, yaitu:

 Paspor diplomatik atau disebut paspor hitam yang diterbitkan oleh Deplu

(Departemen Luar Negeri) dan dipergunakan untuk keperluan diplomatik. Biasanya

dipergunakan oleh para diplomat. Pemegang paspor ini memiliki kekebalan hukum

tertentu.

 Paspor dinas atau disebut paspor biru yang diterbitkan oleh Deplu (Departemen Luar

Negeri) dan diperlukan untuk keperluan Dinas.

33

(52)

 Paspor biasa atau disebut paspor hijau yang diterbitkan oleh Ditjen (Direktorat

Jenderal) Imigrasi yang dipergunakan oleh orang umum apabila hendak bepergian

keluar negeri.

 Paspor haji atau disebut paspor coklat yang diterbitkan oleh Departemen Agama,

yang hanya berlaku selama musim haji pada tahun itu dan hanya berlaku di Kota

Jeddah dan Mekkah.34

Berdasarkan penjelasan produk yang dihasilkan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia di

atas dapat dilihat dari salah satu arsip yaitu laporan tahunan pada tahun 2002 dalam

[image:52.610.86.555.408.632.2]

penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia, yaitu:

Tabel I

Data Penerbitan Paspor Republik Indonesia Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Anggaran Tahun 2002

Bulan PPRI-48 Hal Perorangan

PPRI-48 Hal Keluarga

PPRI-18 Hal Konvensi

PPRI- 24 Hal Perorangan

PPRI- 24 Hal Keluarga

Januari 350 28 - 372 21

Febuari 273 30 - 278 25

Maret 348 8 - 284 20

April 362 21 - 273 19

Mei 390 30 - 335 19

Juni 372 20 - 530 28

Juli 391 17 - 364 14

Agustus 358 15 - 439 13

September 320 16 - 507 11

Oktober 311 11 - 600 14

November 352 28 - 354 15

Desember 342 24 - 365 17

Jumlah 4169 248 - 4701 216

34

(53)

Sumber: Memori Pertanggungjawaban Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Periode 31 Oktober 2000 sampai dengan 06 Maret 2003.

Dilihat dari tabel di atas penerbitan Paspor oleh Kantor Imigrasi Kelas II Polonia

mengalami perubahan yaitu Penerbitan Paspor RI berisi 48 halaman mengalami peningkatan

di setiap bulannya dalam setahun untuk yang Perorangan. Penerbitan Paspor RI berisi 24

halaman untuk keluarga mengalami peningkatan setiap bulanannya dalam satu tahun, tetapi

lebih besar peningkatan jumlah yang mengurus paspor perorangan. Penerbitan Paspor RI

berisi 18 halaman untuk Konvensi selama setahun tidak ada diterbitkan. Penerbitan Paspor

RI berisi 24 halaman Perorangan selama setahun mengalami perubahan serta jumlah

terbanyak penerbitan paspor diantara paspor yang lain. Penerbitan Paspor RI berisi 24

halaman keluarga mengalami perubahan dalam setahun tetapi jumlah penerbitan yang paling

kecil antara penerbitan paspor yang lain.

b). Pemberian tanda bertolak atau masuk.

2. Pelayanan bagi Warga Negara Asing (WNA) yang terdiri dari :

Pemberian Dokumen Keimigrasian (DOKIM), yaitu berupa :

a. Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS)

KITAS diberikan kepada orang asing yang tinggal di wilayah Indonesia dalam

jangka waktu yang terbatas. KITAS ini juga diberikan kepada orang asing yang masuk ke

Indonesia dengan menggunakan Visa Tinggal Terbatas, seperti untuk bisnis (penanaman

modal, tenaga ahli), rohaniwan, penelitian ilmiah dan lainnya yang disetujui oleh Pemerintah

Republik Indonesia dan bermanfaat bagi Negara.

(54)

Diberikan kepada orang asing untuk tinggal menetap di Indonesia yang telah

memiliki surat keterangan kependudukan dan orang asing pemegang KITAS yang telah

diperpanjang sampai dengan masa yang telah ditentukan. Pemberian perpanjangan izin

tinggal yang meliputi :

(a) Visa Kunjungan Usaha (VKU).

(b) Visa Kunjungan Sosial Budaya (VKSB).

(c) Visa Kunjungan Wisata (VKW).

Pemberian EXIT Reentry Permit, yaitu izin orang asing pemegang KITAS dan KITAP yang

meliputi :

(a) Mulitiple Exit Reentry Permit (MERP) yaitu izin masuk dan keluar ke wilayah Indonesia

dengan beberapa kali perjalanan dalam batas waktu yang telah ditentukan.

(b) Single Exit Reentry Permit (SERP) yaitu izin masuk dan keluar ke wilayah Indonesia

untuk satu kali perjalanan.

(c) Exit Reentry Only (EPO) yaitu izin yang diberikan untuk meninggalkan Indonesia dan

tidak kembali.

Pendaftaran Orang asing (POA) diberikan kepada orang asing yang berada di Indonesia

lebih dari 3 (tiga) bulan.

Berdasarkan penjelasan produk yang dihasilkan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia di

atas memperlihatkan perkembangan kantor dari salah satu arsip laporan tahunan pada tahun

2002 dalam pemberian kartu izin tinggal tetap, kartu izin tinggal sementara dan warga

(55)
[image:55.610.88.575.351.646.2]

Tabel II

Data Pelayanan Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Tahun 2002

Warga Negara Asing Warga Negara Indonesia

No Bulan ITAP ITAS ITK Permohonan SPRI SPRI Rusak

1 Januari - 80 26 771 2

2 Febuari 2 28 42 606 -

3 Maret 7 44 42 660 1

4 April 1 43 32 675 1

5 Mei 2 28 32 774 2

6 Juni 2 43 25 950 -

7 Juli 1 43 23 786 -

8 Agustus 2 44 22 825 -

9 September 2 52 15 854 -

10 Oktober 3 51 69 936 -

11 November - 35 49 749 1

12 Desember 3 43 36 724 1

Jumlah 25 534 413 9.310 8

(56)

Tabel di atas ini salah satu arsip laporan produk yang dihasilkan Kantor Imigrasi

Kelas II Polonia Tahun 2002. Tabel menunjukkan perubahan yang tidak hanya terjadi pada

pelayanan warga negara Indonesia dalam pembuatan Surat Perjalanan Republik Indonesia

tetapi juga pelayanan warga negara asing dalam bentuk Kartu Izin Tinggal Terbatas dan

Kartu Izin Tinggal Tetap. Jumlah statistik pada tahun 2002 ITAP dan ITAS mengalami

kenaikan setiap bulannya dalam setahun. Hal ini mengartikan bahwa Kota Medan banyak

diminati orang asing untuk berkunjung dengan kepentingan masing-masing.

Kantor imigrasi yang baru dibuka di daerah membutuhkan tenaga kerja yang terampil

dan mengetahui tentang keimigrasian. Hal itu membuat dikeluarkan kebijakan untuk

memindahkan pegawai keimigrasian dari kota ke kantor imigrasi yang baru dibuka tersebut.

Banyak pegawai yang menolak dipindahkan. Untuk mengatasi hal itu Dinas Keimigrasian

memberikan kebijakan kepada setiap pegawai yang mau dipindah tugaskan diberikan bonus

enam bulan gaji.35

Kantor Resor Imigrasi Polonia bertugas mengecek kedatangan warga negara asing di

Tempat Pemeriksaan Imigrasi Pelabuhan Udara Polonia yang dijalankan oleh beberapa

pegawai. Kantor terus mengalami perkembangan dalam menjalankan tugasnya sehingga

semakin banyak tanggung jawabnya, seperti penanganan warga negara asing di Tempat

Pemeriksaan Imigrasi, menerbitkan Surat Perjalanan Republik Indonesia, penanganan warga

negara asing yang melanggar peraturan keimigrasian dan lain-lain. Hal itu mempengaruhi Perkembangan yang terjadi pada kantor membutuhkan tenaga kerja

tambahan dan berintelektual serta berketerampilan untuk dapat mengerjakan kewajiban

dengat tepat dan cermat.

35

(57)

terjadinya penambahan pegawai baru untuk menjalankan tugas tepat waktu dan hasilnya

akurat. Kantor Resor Imigrasi Polonia yang terus mengalami perkembangan sehingga

mendapatkan peningkatan status kantor menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia.

Peningkatan status kantor berpengaruh juga kepada pegawai yang menjabat saat itu dalam

hal kenaikan pangkat.36

Kota Madya Medan Kecamatan Medan Johor

3.3.6 Wilayah Kerja

Kantor Imigrasi Kelas II Polonia memiliki wilayah kerja berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.03-PR.07.04 Tahun 1991

tanggal 15 April 1991, tentang Organisasi dan Tata Kerja. Kantor Imigrasi dinyatakan

memiliki wilayah kerja Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Medan terdiri dari:

Skema I

Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Tahun 1991

Kecamatan Medan Tuntungan

Kecamatan Medan Baru

Kecamatan Deli Tua

Kecamatan Tanjung Morawa

Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Pagar Merbau

Kecamatan Beringin

Kecamatan Pantai Labu

36 Wawancara

(58)

Kecamatan Lubuk Pakam

Kantor Imigrasi Kelas II Polonia tahun 1991 berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kehakiman Republik Indonesia memiliki wilayah kerja di Medan dan Deli Serdang. Di

Medan terdiri dari tiga kecamatan dan Kabupaten Deli Serdang terdiri dari enam kecamatan.

Jumlah penduduk dan volume kegiatan pemerintahan yang meningkat di Sumatera

Utara khususnya di Kota Medan. Peningkatan itu mengakibatkan dibentuknya beberapa

kecamatan baru melalui pemekaran berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 50 Tahun 1991. Pemekaran wilayah tersebut berupa pembentukan kecamatan baru

yang pada saat itu belum tertampung dalam Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Kelas II Polonia.

Hal ini dituangkan dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi Polonia. Untuk menghindari adanya

ketidakjelasan dan kesimpangsiuran wilayah kerja tersebut, melalui Surat Sekretaris

Direktorat Jenderal Imigrasi No.F-PR.07.

Gambar

Tabel I
Tabel II
Tabel III
Tabel IV
+7

Referensi

Dokumen terkait