• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Fragmentasi Lahan terhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pemilik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Fragmentasi Lahan terhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pemilik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN

TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

(Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupate n Bogor, Propinsi Jawa Barat)

OLEH:

CORR Y WASTU LINGGA PUTRA A14304062

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

CORR Y WASTU LINGGA PUTRA. A14304062. Dampak Fragmentasi Lahan terhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pemilik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Di bawah bimbingan EKA INTAN KUMALA PUTRI.

Fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian yang menjadi dampak dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan menyebabkan skala usaha petani terus menurun. Penurunan skala usaha akan mengakibatkan lahan semakin tidak produktif. Para petani beranggapan bahwa lahan yang sudah tidak produktif lebih baik dijual. Keputusan menjual lahan ini mengakibatkan petani memiliki luas lahan yang semakin kecil. Lahan pertanian yang dimiliki petani semakin kecil sehingga tidak akan dapat memberikan kesejahteraan terhadap petani. Dengan demikian, persoalan kepemilikan lahan pertanian akan menjadi masalah berat di masa datang karena usahatani yang dikembangkan bersifat land base agricultural, artinya lahan pertanian sebagai basis produksi pangan tidak tergantikan.

Fragmentasi lahan pertanian yang terjadi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor menyebabkam sebagian besar lahan pertanian terfragmentasi akibat dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan. Data monografi Desa Ciaruteun Udik tahun 2004 dan 2009 menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan luas lahan pertanian dari 177,11 hektar menjadi 169,11 hektar dari total luas wilayah 205,11 hektar. Penurunan ini terjadi akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan permukiman karena peningkatan jumlah penduduk dari 6.452 jiwa menjadi 7.169 jiwa yang diikuti pula peningkatan jumlah petani. Menurut data wajib pajak PBB Desa Ciaruteun Udik, jumlah pemilik tanah pada tahun 2004 seluruhnya berjumlah 921 orang, dimana 573 orang diantaranya memiliki lahan sawah dengan rata-rata luas kepemilikan lahan sawah 0,33 hektar. Pada tahun 2009, terjadi penambahan pemilik tanah menjadi 993 orang, dimana 564 diantaranya memiliki lahan sawah, akibatnya terjadi fragmentasi lahan sawah. Rata-rata luas kepemilikan lahan sawah menjadi 0,3 hektar.

Sebagian besar petani pemilik lahan di Desa Ciaruteun Udik mengusahakan usahatani padi dengan luas lahan yang tergolong sempit, yaitu luas lahan kurang dari setengah hektar sehingga dapat dikategorikan sebagai petani kecil atau petani pemilik lahan sempit. Sedangkan sebagian kecil petani pemilik lahan mengusahakan usahatani padi dengan luas lahan lebih dari setengah hektar dan dikategorikan sebagai petani besar atau pemilik lahan luas. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis biaya produksi rata-rata usahatani padi, biaya transaksi dan tingkat efisiensi antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas.

(3)

petani pemilik lahan sempit dan dua puluh orang petani pemilik lahan luas. Data yang digunakan adalah data primer berupa wawancara langsung dengan petani dan instansi terkait dan data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi atau dinas yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Analisis yang dilakukan meliputi analisis biaya produksi dan analisis biaya transaksi untuk mengetahui sejauh mana luas lahan garapan mempengaruhi efisiensi usahatani padi. Berdasarkan hasil analisi biaya produksi, biaya produksi rata-rata usahatani padi petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas adalah Rp 1.054,53 per kilogram dan Rp 985,13 per kilogram gabah. Hasil analisis biaya transaksi petani padi Desa Ciaruteun Udik, maka rata-rata biaya transaksi yang dikeluarkan oleh petani pemilik lahan sempit setiap musimnya sebesar Rp 16.377,00. Sedangkan petani pemilik lahan luas mengeluarkan rata-rata biaya transaksi sebesar Rp 43.035,83.

Hasil perhitungan analisis rasio penerimaan terhadap biaya produksi menunjukkan bahwa petani pemilik lahan luas dengan rasio 2,03 lebih menguntungkan daripada petani pemilik lahan sempit yang memiliki rasio 1,89. Dan dilihat dari rasio biaya transaksi terhadap penerimaan, petani pemilik lahan luas memiliki rasio tingkat efisiensi penerimaan 0,0056 yang lebih tinggi dibandingkan petani pemilik lahan sempit dengan rasio efisiensi penerimaan 0,0074. Sedangkan, rasio biaya transaksi terhadap biaya total menunjukkan bahwa petani pemilik lahan sempit memiliki rasio 0,0138 dan petani pemilik lahan sempit memiliki rasio 0,0112, dimana besarnya biaya transaksi yang dikeluarkan tidak mempengaruhi jumlah produksi gabah.

Secara umum usahatani padi sawah yang dilakukan di Desa Ciar uteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor masih cukup menguntungkan dan memberikan insentif untuk dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan dari nilai rasio penerimaan terhadap biaya yang lebih besar dari satu, rasio biaya transaksi terhadap penerimaan dan rasio biaya transaksi terhadap biaya total yang masih tergolong rendah pada usahatani menurut luas lahan garapan. Oleh karena itu, usahatani padi sawah khususnya pada usahatani lahan sempit masih cukup menguntungkan untuk dilaksanakan.

(4)

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN

TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

(Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupate n Bogor, Propinsi Jawa Barat)

OLEH:

CORR Y WASTU LINGGA PUTRA A14304062

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perta nian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul : Dampak Fragmentasi Lahan te rhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pe milik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

Nama : Corry Wastu Lingga Putra

NRP : A14304062

Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.S. NIP. 19650212 199003 2 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. D r. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 19571222 198203 1 002

(6)

PERN YATAAN MENGENAI SKRIPSI

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUD UL “DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (KASUS: DESA CIARUTEUN UDIK, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT)” INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2009

(7)

RIWAYAT HIDUP

(8)

KATA PENGAN TAR

Assalamu‟alaikum Wr. WB.

Subhanallah, segala puji bagi Allah pencipta semesta alam yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Alhamdulillah puji syukur hanya kepada Allah atas terselesaikannya skripsi ini. Shalawat serta salam selalu kita haturkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW yang telah memperjuangkan kebenaran sehingga kita bias merasakan nikmat Iman dan Islam.

Skripsi dengan judul “Dampak Fragmentasi Lahan terhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pemilik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)” dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2009 di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam meningkatkan efisiensi usahatani padi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Perbaikan atas skripsi ini masih sangat diperlukan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini Penulis bermaksud untuk mengucapkan syukur dan terima kasih kepada:

1. Penguasa semesta alam, yang menggenggam jiwa dan raga, Allah SWT atas kemudahan kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Suri teladan terbaik Rasulullah Muhammad SAW, sang inspirator sejati dalam kehidupan. Allahumma shalli „alaa Muhammad.

3. Kedua orang tua tercinta Bapak Haryadi dan Ibu Sri Puji Utami yang telah mencurahkan cintanya yang tulus. Tak lupa kepada saudara kandung, Adikku Wastu Wandhira Putri yang senantiasa memberikan semangat kepada Penulis. 4. Dosen Pembimbing Eva Anggraini, S.Pi., M.Si., dan Dr. Ir. Eka Intan Kumala

Putri, M.S. atas kesabarannya dalam membimbing Penulis hingga selesainya skripsi.

5. Sekretasi Kepala Desa Ciaruteun Udik Bapak Asep beserta stafnya yang dengan baik hati memberikan berbagai informasi dan kemudahan dalam melaksanakan penelitian.

6. Petugas Penyuluh Lapang Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Cibungbulang Bapak Zaenal dan Ibu Ida yang telah mengantar dan mendampingi Penulis menemui ketua-ketua kelompok tani di Desa Ciaruteun Udik.

7. Sahabat-sahabatku mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya angkatan 41 dan penghuni Wisma Biru Balebak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, setiap diri kalian sungguh berarti dan dan luar biasa. 8. Para staf sekretariat PS EPS yang dipimpin oleh Dr. Ir. Eka Intan Kumala

Putri, M.S. sebagai penanggung jawab phasing out EPS, Mbak Pini, Mbak Santi, Pak Husein, dan lainnya.

(10)

DAFTAR ISI

4.3. Metode Pengambilan Data... 19

4.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 19

4.4.1. Analisis Biaya Produksi dan Penerimaan... 20

4.4.2. Analisis Biaya Transaksi ... 21

4.4.3. Analisis Efisiensi ... 22

4.5. Definisi Operasional ... 24

(11)

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN

TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

(Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupate n Bogor, Propinsi Jawa Barat)

OLEH:

CORR Y WASTU LINGGA PUTRA A14304062

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

CORR Y WASTU LINGGA PUTRA. A14304062. Dampak Fragmentasi Lahan terhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pemilik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Di bawah bimbingan EKA INTAN KUMALA PUTRI.

Fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian yang menjadi dampak dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan menyebabkan skala usaha petani terus menurun. Penurunan skala usaha akan mengakibatkan lahan semakin tidak produktif. Para petani beranggapan bahwa lahan yang sudah tidak produktif lebih baik dijual. Keputusan menjual lahan ini mengakibatkan petani memiliki luas lahan yang semakin kecil. Lahan pertanian yang dimiliki petani semakin kecil sehingga tidak akan dapat memberikan kesejahteraan terhadap petani. Dengan demikian, persoalan kepemilikan lahan pertanian akan menjadi masalah berat di masa datang karena usahatani yang dikembangkan bersifat land base agricultural, artinya lahan pertanian sebagai basis produksi pangan tidak tergantikan.

Fragmentasi lahan pertanian yang terjadi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor menyebabkam sebagian besar lahan pertanian terfragmentasi akibat dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan. Data monografi Desa Ciaruteun Udik tahun 2004 dan 2009 menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan luas lahan pertanian dari 177,11 hektar menjadi 169,11 hektar dari total luas wilayah 205,11 hektar. Penurunan ini terjadi akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan permukiman karena peningkatan jumlah penduduk dari 6.452 jiwa menjadi 7.169 jiwa yang diikuti pula peningkatan jumlah petani. Menurut data wajib pajak PBB Desa Ciaruteun Udik, jumlah pemilik tanah pada tahun 2004 seluruhnya berjumlah 921 orang, dimana 573 orang diantaranya memiliki lahan sawah dengan rata-rata luas kepemilikan lahan sawah 0,33 hektar. Pada tahun 2009, terjadi penambahan pemilik tanah menjadi 993 orang, dimana 564 diantaranya memiliki lahan sawah, akibatnya terjadi fragmentasi lahan sawah. Rata-rata luas kepemilikan lahan sawah menjadi 0,3 hektar.

Sebagian besar petani pemilik lahan di Desa Ciaruteun Udik mengusahakan usahatani padi dengan luas lahan yang tergolong sempit, yaitu luas lahan kurang dari setengah hektar sehingga dapat dikategorikan sebagai petani kecil atau petani pemilik lahan sempit. Sedangkan sebagian kecil petani pemilik lahan mengusahakan usahatani padi dengan luas lahan lebih dari setengah hektar dan dikategorikan sebagai petani besar atau pemilik lahan luas. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis biaya produksi rata-rata usahatani padi, biaya transaksi dan tingkat efisiensi antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas.

(13)

petani pemilik lahan sempit dan dua puluh orang petani pemilik lahan luas. Data yang digunakan adalah data primer berupa wawancara langsung dengan petani dan instansi terkait dan data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi atau dinas yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Analisis yang dilakukan meliputi analisis biaya produksi dan analisis biaya transaksi untuk mengetahui sejauh mana luas lahan garapan mempengaruhi efisiensi usahatani padi. Berdasarkan hasil analisi biaya produksi, biaya produksi rata-rata usahatani padi petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas adalah Rp 1.054,53 per kilogram dan Rp 985,13 per kilogram gabah. Hasil analisis biaya transaksi petani padi Desa Ciaruteun Udik, maka rata-rata biaya transaksi yang dikeluarkan oleh petani pemilik lahan sempit setiap musimnya sebesar Rp 16.377,00. Sedangkan petani pemilik lahan luas mengeluarkan rata-rata biaya transaksi sebesar Rp 43.035,83.

Hasil perhitungan analisis rasio penerimaan terhadap biaya produksi menunjukkan bahwa petani pemilik lahan luas dengan rasio 2,03 lebih menguntungkan daripada petani pemilik lahan sempit yang memiliki rasio 1,89. Dan dilihat dari rasio biaya transaksi terhadap penerimaan, petani pemilik lahan luas memiliki rasio tingkat efisiensi penerimaan 0,0056 yang lebih tinggi dibandingkan petani pemilik lahan sempit dengan rasio efisiensi penerimaan 0,0074. Sedangkan, rasio biaya transaksi terhadap biaya total menunjukkan bahwa petani pemilik lahan sempit memiliki rasio 0,0138 dan petani pemilik lahan sempit memiliki rasio 0,0112, dimana besarnya biaya transaksi yang dikeluarkan tidak mempengaruhi jumlah produksi gabah.

Secara umum usahatani padi sawah yang dilakukan di Desa Ciar uteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor masih cukup menguntungkan dan memberikan insentif untuk dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan dari nilai rasio penerimaan terhadap biaya yang lebih besar dari satu, rasio biaya transaksi terhadap penerimaan dan rasio biaya transaksi terhadap biaya total yang masih tergolong rendah pada usahatani menurut luas lahan garapan. Oleh karena itu, usahatani padi sawah khususnya pada usahatani lahan sempit masih cukup menguntungkan untuk dilaksanakan.

(14)

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN

TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

(Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupate n Bogor, Propinsi Jawa Barat)

OLEH:

CORR Y WASTU LINGGA PUTRA A14304062

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perta nian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(15)

Judul : Dampak Fragmentasi Lahan te rhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pe milik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

Nama : Corry Wastu Lingga Putra

NRP : A14304062

Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.S. NIP. 19650212 199003 2 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. D r. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 19571222 198203 1 002

(16)

PERN YATAAN MENGENAI SKRIPSI

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUD UL “DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (KASUS: DESA CIARUTEUN UDIK, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT)” INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2009

(17)

RIWAYAT HIDUP

(18)

KATA PENGAN TAR

Assalamu‟alaikum Wr. WB.

Subhanallah, segala puji bagi Allah pencipta semesta alam yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Alhamdulillah puji syukur hanya kepada Allah atas terselesaikannya skripsi ini. Shalawat serta salam selalu kita haturkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW yang telah memperjuangkan kebenaran sehingga kita bias merasakan nikmat Iman dan Islam.

Skripsi dengan judul “Dampak Fragmentasi Lahan terhadap Biaya Produksi dan Biaya Transaksi Petani Pemilik (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)” dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2009 di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam meningkatkan efisiensi usahatani padi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Perbaikan atas skripsi ini masih sangat diperlukan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini Penulis bermaksud untuk mengucapkan syukur dan terima kasih kepada:

1. Penguasa semesta alam, yang menggenggam jiwa dan raga, Allah SWT atas kemudahan kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Suri teladan terbaik Rasulullah Muhammad SAW, sang inspirator sejati dalam kehidupan. Allahumma shalli „alaa Muhammad.

3. Kedua orang tua tercinta Bapak Haryadi dan Ibu Sri Puji Utami yang telah mencurahkan cintanya yang tulus. Tak lupa kepada saudara kandung, Adikku Wastu Wandhira Putri yang senantiasa memberikan semangat kepada Penulis. 4. Dosen Pembimbing Eva Anggraini, S.Pi., M.Si., dan Dr. Ir. Eka Intan Kumala

Putri, M.S. atas kesabarannya dalam membimbing Penulis hingga selesainya skripsi.

5. Sekretasi Kepala Desa Ciaruteun Udik Bapak Asep beserta stafnya yang dengan baik hati memberikan berbagai informasi dan kemudahan dalam melaksanakan penelitian.

6. Petugas Penyuluh Lapang Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Cibungbulang Bapak Zaenal dan Ibu Ida yang telah mengantar dan mendampingi Penulis menemui ketua-ketua kelompok tani di Desa Ciaruteun Udik.

7. Sahabat-sahabatku mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya angkatan 41 dan penghuni Wisma Biru Balebak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, setiap diri kalian sungguh berarti dan dan luar biasa. 8. Para staf sekretariat PS EPS yang dipimpin oleh Dr. Ir. Eka Intan Kumala

Putri, M.S. sebagai penanggung jawab phasing out EPS, Mbak Pini, Mbak Santi, Pak Husein, dan lainnya.

(20)

DAFTAR ISI

4.3. Metode Pengambilan Data... 19

4.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 19

4.4.1. Analisis Biaya Produksi dan Penerimaan... 20

4.4.2. Analisis Biaya Transaksi ... 21

4.4.3. Analisis Efisiensi ... 22

4.5. Definisi Operasional ... 24

(21)

5.2. Keadaan Sosial Ekonomi ... 27

5.3. Sarana dan Prasarana ... 29

5.4. Gambaran Umum Budidaya Padi di Desa Ciaruteun Udik ... 30

5.5. Karakteristik Umum Responden... 33

5.5.1 Umur... 33

5.5.2 Tingkat Pendidikan ... 34

5.5.3 Pengalaman Berusahatani ... 35

VI. BIAYA PROD UKSI DAN BIAYA TRANSAKSI 6.1. Biaya Produksi ... 37

6.1.1. Biaya Transportasi Pengadaan Input ... 38

6.1.2. Sewa Bajak ... 38

6.1.3. Benih ... 40

6.1.4. Pupuk... 41

6.1.5. Pestisida... 42

6.1.6. Upah Tenaga Kerja... 42

6.1.7. Pajak Lahan ... 44

6.2. Biaya Rata-rata Produksi ... 44

6.3. Biaya Transaksi ... 46

VII. ANALISIS EFISIENSI 7.1. Penerimaan Usahatani ... 47

7.2. Analisis Efisiensi ... 48

7.3. Pengaruh Fragmentasi Lahan terhadap Efisiensi Produksi Padi ... 50

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan ... 51

8.2. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(22)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tinjauan Studi Terdahulu ... 15 2. Luas Lahan Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Penggunaannya

Tahun 2009... 27 3. Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Kelompok

Umur Tahun 2009 ... 27 4. Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Tahun 2009... 28 5. Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Mata

Pencaharian Tahun 2009 ... 29 6. Komposisi Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur... 34 7. Komposisi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendid ikan ... 35 8. Komposisi Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani .... 36 9. Komponen Biaya Produksi Usahatani Padi di Desa Ciaruteun Udik ... 37 10. Rata-rata Penggunaan Input Produksi Usahatani Padi

(23)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(24)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian di Indonesia adalah bidang pembangunan yang penting bagi

perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat. Hal ini dikarenakan potensi

terbesar Indonesia pada dasarnya berbasis sumber daya pertanian dalam

pengertian yang luas. Pertanian juga merupakan sumber mata pencaharian bagi

sebagian besar masyarakat Indonesia. Kehidupan petani yang populasinya masih

cukup besar ini, memberikan dukungan dalam perekonomian nasional dan

penyediaan pangan. Peran pertanian yang sangat penting tersebut ditunjukkan

dengan kontribusi 14,7 persen terhadap Produk Domestik Bruto nasional.

Tingginya pertumbuhan PDB pertanian diikuti meningkatnya capaian ekspor hasil

pertanian yang meningkat 50,13 persen.1

Salah satu potensi pertanian yang menjadi kebutuhan dasar bagi manusia

untuk mempertahankan hidup adalah pangan. Pangan telah menjadi kebutuhan

primer manusia yang harus dipenuhi sebelum memenuhi kebutuhan hidup lainnya

seperti sandang, papan, dan pendidikan. Dalam memenuhi kebutuhan pangan ini,

gabah atau beras sebagai merupakan komoditas yang menduduki posisi pertama

sebagai makanan pokok sehari-hari masyarakat Indonesia. Kebutuhan akan gabah

kering giling terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah

penduduk.

Kebutuhan yang tinggi terhadap konsumsi beras jika tidak diimbangi

dengan peningkatan produksi padi maka akan menghadapi permasalahan

1

(25)

2

kelangkaan pangan. Rata-rata kosumsi beras139 kilogram per kapita setiap tahun, maka pada tahun 2030 pada saat jumlah penduduk Indonesia me ncapai 300 juta jiwa, proyeksi kebutuhan beras sebanyak 41,7 juta ton atau sekitar 70 juta ton gabah kering giling. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan 16,5 juta hektar lahan tanam sawah pada tahun 2030 dengan produktifitas sawah rata-rata 4,25 ton gabah kering giling per hektar atau memerlukan tambahan lahan tanam sawah sekitar 4,26 juta hektar dari luas lahan tanam sawah tahun 2008, sekitar 12,24 juta hektar.2

Produksi beras diharapkan mampu menutupi kebutuhan masyarakat

terhadap beras. Namun, banyak permasalahan yang menghambat perkembangan

sektor pertanian terutama bagi petani Indonesia. Petani di Indonesia banyak yang

dikategorikan petani gurem yaitu petani yang menguasai lahan kurang dari

setengah hektar. Angka petani gurem meningkat 2,7 persen per tahun, dari 10,8

juta pada tahun 1993 menjadi 13,7 juta rumah tangga pada tahun 2003. Salah satu

penyebab dari semakin meningkatnya angka petani gurem adalah semakin

maraknya konversi lahan pertanian serta adanya budaya pewarisan lahan keluarga

yang mendorong fragmentasi lahan. Pada tahun 2013 yang akan datang dengan

laju pertambahan petani gurem yang sama, maka total petani gurem menjadi 17,4

juta.

Fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian yang

menjadi dampak dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan menyebabkan skala

usaha petani terus menurun. Penurunan skala usaha akan mengakibatkan lahan

semakin tidak produktif. Para petani beranggapan bahwa lahan yang sudah tidak

2

(26)

3

produktif lebih baik dijual. Keputusan menjual lahan ini mengakibatkan petani

memiliki luas lahan yang semakin kecil. Lahan pertanian yang dimiliki petani semakin kecil sehingga tidak akan dapat memberikan kesejahterakan terhadap petani. Dengan demikian, persoalan kepemilikan lahan pertanian dan penyediaan pangan akan menjadi masalah berat di masa datang. Hal ini didukung karena peran lahan pertanian sebagai basis produksi pangan tidak tergantikan. Dalam pembangunan pertanian berkelanjutan, lahan merupakan sumber daya pokok dalam usaha tani karena usaha yang dikembangkan bersifat land base agricultural.3

Semakin besarnya jumlah petani gurem akibat fragmentasi lahan, maka penelitian ini menitikberatkan pada pendekatan biaya produksi dan penerimaan dalam menganalisis efisiensi produksi dan dilengkapi dengan pendekatan dari sisi faktor non-produksi. Pendekatan non-produksi yang jarang digunakan adalah pendekatan biaya transaksi yang secara umum didefinisikan sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani selain dari biaya produksi. Dalam aktifitas ekonomi biaya transaksi sulit dihindari, sehingga menimbulkan tekanan ekonomi bagi petani karena terjadinya surplus yang cukup besar dari petani ke pihak lain. Secara langsung, biaya transaksi akan mengurangi penerimaan petani. Meskipun sulit dihindari, biaya transaksi perlu ditekan hingga mencapai tingkat yang efisien, agar penerimaan yang diterima dapat lebih maksimal.

3

(27)

4

1.2. Perumusan Masalah

Laju penyusutan lahan pertanian di Indonesia semakin cepat. Penyebabnya adalah fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian sebagai dampak dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan. Petani dengan luas lahan kecil atau petani gurem pada tahun 2008 memiliki lahan rata-rata 0,34 hektar.4 Luas lahan garapan yang sempit dapat mempengaruhi pendapatan petani menjadi lebih sedikit jika dibandingkan dengan petani yang menggarap lahan luas, serta dapat mempengaruhi skala usaha. Penurunan skala usaha yang semakin kecil dikarenakan tidak mencapai luasan lahan pertanian yang ekonomis akan mempengaruhi tingkat efisiensi suatu usahatani dan lahan akan semakin tidak produktif.

Fragmentasi lahan pertanian juga terjadi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Sebagian besar lahan pertanian terfragmentasi akibat dari sistem bagi waris dan alih fungsi lahan. Data monografi Desa Ciaruteun Udik tahun 2004 dan 2009 menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan luas lahan pertanian dari 177,11 hektar menjadi 169,11 hektar dari total luas wilayah 205,11 hektar. Penurunan ini terjadi akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan permukiman karena peningkatan jumlah penduduk dari 6.452 jiwa menjadi 7.169 jiwa yang diikuti pula peningkatan jumlah petani. Menurut data wajib pajak PBB Desa Ciaruteun Udik, jumlah pemilik tanah pada tahun 2004 seluruhnya berjumlah 921 orang, dimana 573 orang diantaranya memiliki lahan sawah dengan rata-rata luas kepemilikan lahan sawah 0,33 hektar. Pada tahun 2009, terjadi penambahan pemilik tanah menjadi 993 orang, dimana

4

(28)

5

564 diantaranya memiliki lahan sawah, akibatnya terjadi fragmentasi lahan sawah. Rata-rata luas kepemilikan lahan sawah menjadi 0,3 hektar.

Sebagian besar petani pemilik lahan di Desa Ciaruteun Udik mengusahakan tanaman padi dengan luas lahan yang tergolong sempit dengan luas lahan kurang dari setengah hektar sehingga dapat dikategorikan sebagai petani kecil atau pemilik lahan sempit. Sedangkan sebagian kecil petani pemilik lahan mengusahakan usahatani padi dengan luas lahan lebih dari setengah hektar dan dikategorikan sebagai petani besar atau pemilik lahan luas. Soekartawi (2003) menyatakan bahwa petani kecil sering menggunakan input yang berlebihan daripada petani besar sehingga mempengaruhi besarnya biaya produksi.

Penggunaan input yang berlebihan oleh petani dapat menyebabkan pendapatan yang mereka terima menjadi lebih sedikit karena tidak efisien dalam menggunakan input pertanian. Di samping itu, petani pemilik lahan juga berkewajiban untuk membayar pajak dan pungutan iuran desa setiap tahunnya atas tanah yang dimilikinya, sehingga dapat mempengaruhi biaya transaksi yang dihadapi petani. Besarnya nilai pajak dan pungutan iuran desa tergantung dari luas lahan yang dimiliki petani.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain :

1. Bagaimana perbandingan biaya produksi rata-rata usahatani padi antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas?

(29)

6

3. Bagaimana tingkat efisiensi usahatani antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas ditinjau dari rasio penerimaan terhadap biaya produksi, rasio biaya transaksi terhadap penerimaan, dan rasio biaya transaksi terhadap biaya total?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah d isampaikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis biaya produksi rata-rata usahatani padi antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas.

2. Menganalisis biaya transaksi antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas.

3. Menentukan tingkat efisiensi usahatani antara petani pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas ditinjau dari rasio penerimaan terhadap biaya produksi, rasio biaya transaksi terhadap penerimaan, dan rasio biaya transaksi terhadap biaya total.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, antara lain:

1. Menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan dan mensinergiskan ilmu-ilmu yang diperoleh di Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. 2. Menambah wawasan penulis dalam bidang pertanian terutama yang berkaitan

(30)

7

3. Menjadi bahan pertimbangan bagi petani padi di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang.

1.5. Ruang Lingkup

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanah Pertanian

Tanah pertanian merupakan faktor produksi yang langka di pedesaan Jawa, dimana banyak manfaat yang dapat diperoleh. Tanah dapat digunakan untuk memperoleh segala sumber strategis seperti kesempatan ekonomi, kekayaan, kekuasaan dan pendapatan. Ketimpangan dalam pemilikan tanah akan menimbulkan ketimpangan kekuasaan di kalangan anggota masyarakat. Hal tersebut akan membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat pedesaan terutama dalam kaitannya dengan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan jangkauan pelayanan pemerintah dan lain sebagainya (Hidayat, 1985).

Tanah pertanian sebagai tanah usaha dapat dikuasai menurut beberapa cara, yaitu dimiliki, dipinjam, dibagi hasil, disewa dengan jangka pendek, dan disewa dengan jangka panjang (Adiwilaga, 1982). Menurut Maulana (2003), lahan usahatani dapat berupa lahan pekarangan, tegalan sawah, dan sebagainya. Lahan tersebut dapat diperoleh dengan membeli, menyewa dan bagi hasil atau menyakap.

2.2. Kepemilikan Tanah

(32)

9

perorangan yang dapat membatasi penggunaan sumberdaya tersebut hanya untuk dirinya sendiri saja. Harta perorangan, dimiliki langsung oleh orang yang mempunyainya, dan boleh memanfaatkan sumberdaya tersebut di dalam batas-batas yang diperbolehkan oleh hukum. (Nicholson, 2001).

Bagi rumah tangga dengan pemilikan lahan sawah luas dan menengah, tanah milik merupakan modal bagi pengembangan luas usahatani melalui persewaan, dalam arti dari usahatani di sawah milik diperoleh surplus usahatani. Surplus ini bagi rumah tangga golongan pemilikan lahan luas dan menengah merupakan modal yang dapat digunakan untuk menyewa sawah orang lain dan modal untuk usaha di luar sektor pertanian. Selain itu tanah milik dari kedua golongan rumah tangga tersebut merupakan modal untuk usaha di sektor pertanian dengan jalan menyewakan sebagian dari tanah tersebut. Jarang sekali rumah tangga golongan kepemilikan sawah luas dan menengah yang menyakapkan tanah, karena seiring dengan adopsi teknologi pertnian baru usahatani, semakin komersial pengelolaan usahataninya. Bagi rumah tangga dengan luas pemilikan lahan sempit, hasil usahatani di tanah milik tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sering mereka terpaksa melepaskan hak garapan tanahnya kepada orang lain melalui sistem sewa. Sedang peluang untuk memperoleh tanah sakapan kecil sekali pada rumah tangga dengan pemilikan tanah sempit dan rumah tangga tak bertanah, karena jarang pemilik tanah luas dan menengah yang bersedia menyakapkan tanahnya (Hidayat, 1985).

(33)

10

dan sarana produksi yang digunakan adalah milik petani sendiri. Dengan demikian, ia bebas dalam menentukan kebijaksanaan usahataninya tanpa perlu dipengaruhi atau ditentukan oleh orang lain. Golo ngan petani yang agak berbeda statusnya adalah yang agak berbeda statusnya adalah yang mengusahakan tanmannya sendiri dan juga mengusahakan lahan orang lain.

2.3. Fragmentasi Lahan

Fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian merupakan salah satu penyebab semakin tingginya laju penyusutan lahan. Selain itu, fragmentasi lahan juga menyebabkan praktik usahatani di Indonesia semakin marjinal dan sulit untuk meningkatkan efisiensi pertanian. Fragmentasi lahan ini telah menyebabkan menurunya rata-rata lahan garapan petani menjadi hanya 0,3 hektar per rumah tangga di Jawa dan 0,5 hektar per rumah tangga di luar Jawa.

Fragmentasi lahan cenderung terjadi karena masyarakat tradisional mewarisakan lahan pertaniannya kepada keluarga terdekat yang terkait erat dengan sosial budaya dan norma adat atau nilai-nilai komunal. Menurut Sunanto (2009), fragmentasi lahan ialah dipecahnya lahan pertanian untuk diberikan kepada anak-anak petani secara malwaris.5 Jika kecenderungan ini terus berlangsung, rata-rata lahan garapan akan menjadi terlalu kecil, akhirnya membuat mereka lebih rentan terhadap konversi ke tujuan non–pertanian.

5

(34)

11

2.4. Usahatani

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinir penggunaan faktor- faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin (Surtiyah, 2006 dalam Ubaydillah, 2008).

Menurut Soeharjo dan Patong (1977) usahatani adalah seluruh organisasi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang ditujukan pad a produksi di lapang pertanian. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Pada umumnya ciri-ciri usahatani di Indonesia adalah berlahan sempit, modal relatif kecil, pengetahuan petani terbatas, kurang dinamik sehingga berakibat pada rendahnya pendapatan usahatani (Soekartawi et al., 1986). Terbatasnya modal seringkali menyebabkan petani tidak mampu membeli teknologi. Dengan keterbatasan itu usahatani biasanya dilaksanakan oleh teknologi yang dimiliki petani.

(35)

12

2.5. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi semula fisik, kemudian diberi nilai rupiah (Hernanto, 1989). Sedangkan menurut Soekartawi, et. al. (1986) menyebutkan bahwa biaya atau pengeluaran usahatani adalah semua nilai masuk yang habis dipakai atau dikeluarkan di dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani.

2.6. Biaya Transaksi

Biaya transaksi adalah biaya untuk mengukur atribut barang dan jasa (information cost) yang akan dipertukarkan, biaya untuk melindungi hak atas barang (exclusion cost), serta biaya untuk menetapkan kontrak/perjanjian (contratual cost) dan biaya untuk menjalankan perjanjian (policing cost) (North 1990 dalam Priyono, 2004).

Menurut Ostorm, Schroeder dan Waynee (1993) dalam Nugroho (2003) biaya transaksi meliputi:

1. Biaya informasi (information cost)

Biaya informasi (information cost) adalah biaya yang diperlukan untuk mencari dan mengorganisasi data, termasuk biaya atas kesalahan informasi sebagai akibat kesenjangan pengetahuan tentang variabel waktu dan tempat serta ilmu pengetahuan.

2. Biaya koordinasi (coordination cost)

(36)

13

3. Biaya strategis (strategic cost)

Biaya strategis (strategic cost) adalah biaya-biaya yang akan dikeluarkan sebagai akibat informasi, kekuasaan, dan sumer daya lainnya tidak sepadan diantara pelaku, umumnya berupa pengeluaran untuk membiayai free riding,

rent seeking, dan corruption.

Hubungan principal-agent yang efisien menjadi sesuatu yang kompleks untuk dipecahkan. Besarnya biaya transaksi sangat dipengaruhi oleh derajat ketidaksepadanan informasi (assymetric information), kekuasaan, kepemilikan asset (endowment) yang dimiliki oleh pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut.

Assymetric information muncul karena pada umumnya pihak agent menguasai informasi tentang keragaan (work effort) yang ada pada dirinya, sedangkan informasi tentang keragaan agent yang dimiliki oleh principal umumnya sangat terbatas. Pada kondisi demikian, maka principal mengahadapi dua risiko yaitu risiko salah memiliki agent yang sesuai dengan keinginan (adverse selection of risk) pada ex ante (sebelum kontrak dibuat) dan risiko agent ingkar janji (moral hazard) pada ex post (setelah kontrak disepakati). Semakin tidak sepadan informasi, kekuasaan dan endowment yang dimiliki oleh para pihak yang mengadakan pertukaran, biaya trasaksi ini akan semakin besar (Nugroho, 2003).

2.7. Analisis Efisiensi

(37)

14

nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani padi yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Semakin tinggi nilai R/C rasio, menunjukan semakin besar keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan, sehingga dengan perolehan nilai R/C rasio yang semakin tinggi maka tingkat efisiensi pendapatan pun semakin baik.

Di samping itu, dihitung pula analisis tingkat efisiensi di lihat dari angka rasio biaya transaksi terhadap penerimaan (transaction cost revenue ratio). Dalam analisis TrC/R akan diuji seberapa jauh nilai rupiah yang digunakan untuk membayar biaya transaksi dari sejumlah nilai penerimaan. Semakin tinggi nilai TrC/R rasio, menunjukkan semakin besar nilai yang dinikmati oleh pihak lain dari setiap penerimaan yang diperoleh, sehingga dengan perolehan nilai TrC/R yang semakin tinggi maka tingkat efisiensi penerimaan semakin rendah.

(38)

15

2.8. Penelitian Terdahulu

Berikut ini disajikan beberapa jenis penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Tabel 1. Tinjauan Studi Te rdahulu

No Penelitian Judul Hasil

Usahatani pada petani pemilik sudah

efisien dan menguntungkan. luas lebih menguntungkan daripada usahatani milik sempit; Usahatani bukan milik (sakap) luas memiliki

keuntungan yang lebih kecil

dibandingkan pada usahatani bukan milik (sakap) sempit.

Komponen biaya produksi terbesar usahatani adalah tenaga kerja, sewa lahan bagi petani penggarap dan pupuk serta obat-obatan. Komponen biaya transaksi terbesar pada petani pemilik adalah biaya perantara, biaya pengangkutan hasil, dan biaya mempertahankan kontrak. Sedangkan komponen biaya transaksi terbesar petani penggarap adalah biaya perantara dan biaya pengangkutan hasil.

Sumber : Penulis, 2009

(39)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Peningkatan kosumsi gabah nasional kian meningkat seiring dengan

pertambahan jumlah penduduk. Namun, banyak permasalahan yang menghambat

perkembangan produksi gabah nasional, salah satunya jumlah petani gurem yang

meningkat. Salah satu penyebab peningkatan petani gurem dengan kepemilikan

lahan kurang dari setengah hektar adalah fragmentasi lahan yang diakibatkan oleh

budaya pewarisan lahan keluarga.

Fragmentasi lahan mengakibatkan lahan yang diusahakan petani semakin

menyempit dan dapat menurunkan skala usaha. Penurunan skala usaha yang semakin kecil dikarenakan tidak mencapai luasan lahan pertanian yang ekonomis akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usahatani serta lahan akan semakin tidak produktif.

Perbedaan luas lahan antara p etani pemilik lahan sempit dengan petani

pemilik lahan luas akan mempengaruhi besarnya biaya produksi dan biaya

transaksi yang dihadapi oleh masing- masing kelompok petani. Struktur biaya

produksi yang berbeda akan berpengaruh pada kegiatan produksi yang dilakukan

oleh petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas. Biaya produksi ini

sangat berhubungan dengan tingkat efisiensi ekonomi dan secara langsung akan

mempengaruhi tingkat penerimaan petani. Tingkat efisiensi ekonomi dari aspek

biaya produksi dilihat berdasarkan rasio penerimaan terhadap biaya produksi.

Fragmentasi lahan yang terjadi mempengaruhi besarnya biaya transaksi

yang dihadapi petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas. Besar

(40)

17

dapat dilihat melalui rasio biaya transaksi terhadap penerimaan yang dimiliki oleh

petani. Sedangkan tingkat efisiensi ekonomi usaha petani dilihat berdasarkan rasio

biaya transaksi terhadap total biaya, dimana biaya total sama dengan penjumlahan

biaya produksi dan biaya transaksi yang dihadapi petani. Secara skematis,

kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber : Penulis, 2009

Gambar 1. Alur Kerangka Pe mikiran Analisis Biaya

Produksi

Analisis Biaya Transaksi

Rasio Penerimaan-Biaya

Rasio biaya transaksi-penerimaan dan rasio biaya transaksi-biaya

total

Biaya Produksi Biaya Transaksi

Tingkat Efisiensi Usahatani Fragmentasi Lahan Pertanian

(41)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja atau purposive

dengan pertimbangan Kecamatan Cibungbulang merupakan salah satu daerah pertanian di Kabupaten Bogor. Di samping itu, pada kecamatan ini terdapat Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian yang dapat menunjang kelancaran penelitian, khususnya dalam hal pencarian informasi- informasi tambahan yang relevan.

(42)

19

4.2. Jenis dan Sumbe r Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan petani responden dengan bantuan kuisioner. Data primer yang diambil meliputi data pemakaian faktor-faktor produksi, biaya penggunaan faktor- faktor produksi, biaya transaksi, output yang dihasilkan, harga jual, karakteristik petani, dan karakteristik usahataninya. Data sekunder sebagai data pelengkap dan penunjang dikumpulkan melalui studi pustaka seperti buku, literatur- literatur, sumber bacaan lain, maupun media elektronik (internet) yang berkaitan dengan topik penelitian. Selain itu, didukung data dari kantor desa, kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian, serta instansi lainnya yang terkait denga n penelitian ini.

4.3 Metode Pengambilan Data

Dalam penelitian ini responden yang diambil adalah petani di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Jumlah responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini sebanyak empat puluh orang, yaitu petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas yang masing- masing berjumlah dua puluh orang. Metode pemilihan responden petani dilakukan secara

purposive sampling dengan pertimbangan bahwa seluruh responden petani telah cukup mewakili dari populasi petani padi yang ada di Desa Ciaruteun Udik.

4.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data

(43)

20

sawah di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, sehingga dapat diketahui karakterisitik petani. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan, analisis biaya produksi, analisis biaya transaksi, analisis rasio penerimaan terhadap biaya, analisis rasio biaya transaksi terhadap penerimaan dan analisis rasio biaya transaksi terhadap biaya total. Data yang diperoleh diolah dan disederhanakan dengan bantuan kalkulator dan komputer serta disajikan dalam bentuk tabulasi dan diuraikan secara deskriptif.

4.4.1. Analisis Biaya Produksi dan Penerimaan

Biaya adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi usahatani tertentu yang dinyatakan dalam nilai tertentu. Biaya yang digunakan dalam usahatani meliputi biaya pembelian benih (C1), pupuk (C2), pestisida (C3), upah tenaga kerja (C4), sewa peralatan (bajak) (C5). Persamaan sederhana untuk biaya produksi padi adalah :

TC = Ci

Masing- masing komponen biaya produksi memiliki kontribusi yang berbeda-beda terhadap total biaya produksi. Kontribusi tersebut dilihat berdasarkan rasio masing- masing komponen input terhadap total biaya produksi (TC) yang dihitung dengan cara :

ci = Ci

TC; ci = 1

(44)

21

AC =TC Q

Penerimaan usahatani (revenue) adalah semua nilai produk yang dihasilkan dari suatu usahatani dalam satu periode tertentu musim tanam kegiatan usaha. Adapun rumusnya sebagai berikut :

R = Q × P Keterangan :

R : Penerimaan (revenue) usahatani (Rupiah) Q : Produksi total (quantity), (kg)

P : Harga jual (price) produk per unit (Rupiah/kg) TC : Total biaya produksi (total cost) usahatani (Rupiah) Ci : Komponen biaya produksi (cost) usahatani (Rupiah)

AC : Rata-rata biaya produksi (average cost) usahatani (Rupiah/kg)

4.4.2. Analisis Biaya Transaksi

(45)

22

untuk membiayai aktivitas oportunistis atau free riding, rent seeking, dan

corruption (Z4). Persamaan yang digunakan untuk biaya transaksi (TrC) adalah :

TrC = Zi

Keterangan :

TrC : Total biaya transaksi (Rupiah/musim) Zi : Komponen biaya transaksi (Rupiah)

4.4.3. Analisis Efisiensi

Analisis rasio penerimaan (revenue) dan total biaya produksi (cost) atau analisis rasio R/C adalah perbandingan antara jumlah penerimaan dengan pengeluaran totalnya. Hal ini menunjukkan berapa besar penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat di setiap rupiah yang dikeluarkan. Makin besar nilai rasio R/C makin baik usahatani tersebut. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan petani, digunakan rumus sebagai berikut :

R/C = R

TC

Di samping itu, tingkat efisiensi ekonomi petani dapat dilihat dari angka rasio biaya transaksi terhadap penerimaan. Hal ini dapat menunjukkan betapa besar nilai yang dinikmati oleh pihak lain. Makin kecil nilai rasio Rtr makin baik proses usahatani. Rasio biaya transaksi dan penerimaan dihitung dengan menggunakan rumus :

Rtr =TrC R

(46)

23

dihitung proporsi biaya transaksi terhadap biaya total (penjumlahan biaya produksi dan biaya transaksi) dengan menggunakan rumus :

Rtc = TrC

TC + TrC

Keterangan :

R/C : Rasio penerimaan terhadap biaya produksi Rtr : Rasio biaya transaksi terhadap penerimaan Rtc : Rasio biaya transaksi terhadap total biaya

Usahatani dikategorikan efisien jika memiliki nilai rasio R/C lebih besar dari satu, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari pada tambahan biaya atau secara sederhana kegiatan uahatani tersebut menguntungkan. Sebaliknya, jika nilai rasio R/C lebih kecil dari satu berarti kegiatan usahatani yang dilakukan dikategorikan tidak efisien karena setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil atau kegiatan usahatani itu merugikan. Jika nilai rasio R/C sama dengan satu berarti kegiatan usahatani berada pada kondisi keuntungan normal.

(47)

24

4.5. Definisi Operasional

Untuk mengukur variabel-variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, maka masing- masing variabel tersebut diberi batasan atau dioperasionalisasikan, sehingga dapat diketahui dengan jelas indikator pengukurannya. Variabel- variabel yang dioperasionalkan tersebut adalah :

Responden adalah petani yang mengusahakan padi sawah dengan status kepemilikan lahan milik luas dan sempit.

Petani pe milik lahan sempit adalah petani yang memiliki lahan kurang dari setengah hektar.

Petani pemilik lahan luas adalah petani yang memiliki lahan lebih dari sama dengan setengah hektar.

Produksi total adalah hasil padi dalam bentuk gabah kering panen yang diperoleh dari luas tertentu, diukur dalam kilogram (kg).

Biaya produksi adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk membeli benih, pupuk, pestisida, sewa bajak, dan membayar upah tenaga kerja. Besarnya biaya produksi diukur dalam satuan rupiah tiap musim tanam.

(48)

25

Biaya total adalah penjumlahan dari biaya produksi dan biaya transaksi yang dikeluarkan tiap musim tanam. Besarnya biaya total diukur dalam satuan rupiah tiap musim tanam.

(49)

V. GAMBARAN UMUM

5.1. Letak Geografis dan Pe mbagian Administrasi

Desa Ciaruteun Udik merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini terletak lebih kurang 5 km dari pusat pemerintahan kecamatan, 45 km dari ibukota kabupaten dan 141 dari Ibukota Propinsi Jawa Barat. Adapun wilayah yang berbatasan dengan Desa Ciarutun Udik adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea Sebelah Selatan : Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan Sebelah Timur : Desa Ciampea Udik, Kecamatan Ciampea Sebelah Barat : Desa Cimayang, Kecamatan Pamijahan

(50)

27

Tabel 2. Luas Lahan Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Penggunaannya Tahun 2009

No. Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Persawahan 169,11 81,24

Sumber : Data Monografi Desa Ciaruteun Udik (diolah), 2009

5.2. Keadaan Sosial Ekonomi

Penduduk Desa Ciaruteun Udik berjumlah 7.169 jiwa yang terdiri dari 3.687 orang laki- laki dan 3.482 orang perempuan dengan 1.922 kepala keluarga. Berdasarkan kelompok umur, penduduk terbanyak terdapat pada kelompok umur empat puluh tahun ke atas sebanyak 1.748 orang atau sebesar 24,38 persen dan pada kelompok umur 0 – 4 tahun 1045 orang atau sebesar 14,58 persen. Komposisi penduduk Desa Ciaruteun Udik menurut kelompok umur pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009

No. Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 00 – 04 1.045 14,58

(51)

28

Tingkat penddidikan masyarakat di Desa Ciaruteun Udik tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang tidak tamat sekolah sebanyak 2.120 orang atau sebesar 29,57 persen. Penduduk yang tamat SD sebanyak 1021 orang atau sebesar 14,24 persen dan penduduk yang tamat SLTP sebanyak 1.918 orang atau sebesar 26,75 persen. Sedangkan penduduk yang dapat meraih pendidikan sampai jenjang tingkat SLTA, akademi dan perguruan tinggi 1.065 orang atau sebesar 14,86 persen. Komposisi penduduk Desa Ciaruteun Udik berdasarkan pendidikan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Belum sekolah 1.045 14,58

2 Tidak tamat sekolah 2.120 29,57

3 Tamat SD/sederajat 1.021 14,24

4 Tamat SLTP/sederajat 1.918 26,75

5

Sumber : Data Monografi Desa Ciaruteun Udik (diolah), 2009

(52)

29

total luas wilayah. Mata pencaharian di Desa Ciaruteun Udik selain bertani adalah pengemudi/jasa sebanyak 310 orang atau sebesar 14,98 persen, pedagang sebanyak 274 orang atau sebesar 13,24 persen, dan buruh industry sebanyak 162 orang atau sebanyak 7,82 persen. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Penduduk Desa Ciaruteun Udik Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2009

No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 362 17,50

9 Pensiunan/purnawirawan 11 0,53

10 Lain-lain 230 11,12

Total 2.069 100,00

Sumber : Data Monografi Desa Ciaruteun Udik (diolah), 2009

5.3. Sarana dan Prasarana

Keadaan jalan di Desa Ciaruteun Udik sudah cukup baik, dimana jalan-jalan yang menghubungkan desa dengan kecamatan lain atau dengan Ibukota Kabupaten Bogor sudah beraspal. Alat transportasi yang digunakan berupa kendaraan roda empat baik mobil, minu bus, truk, serte kendaraan roda dua. Kendaraan umum yang dapat digunakan berupa angkutan kota dan ojeg.

(53)

30

ada berupa lapangan olah raga dengan luas lahan 0,05 hektar. Sedangkan sarana pendidikan yang ada di Desa Ciarutrun Udik adalah dua buah sekolah dasar negeri, tiga buah madrasah ibtidaiyah swasta, dan satu buah SLTP swasta umum.

5.4. Gambaran Umum Budidaya Padi di Desa Ciaruteun Udik

Teknik budidaya padi yang dilakukan pertani di Desa Ciaruteun Udik pada umumnya masih menggunakan cara-cara konvensional. Dukungan saluran irigasi yang baik memungkinkan dilakukan penanam padi tiga musim tanam dalam satu tahun. Adapun teknik budidaya yang biasa dilakukan petani Desa Ciaruteun Udik diawali dengan pembelian input usahatani.

Sumber : Karakteristik petani responden, 2009

(54)

31

Langkah yang dilakukan setelah pembelian input usahatani adalah pengolahan lahan, yaitu memperbaiki pematang sawah dengan meninggikan dan menutup lobang-lobang yang ada. Setelah pematang diperbaiki, air langsung dimasukkan dan dibiarkan seminggu agar tanah menjadi lunak. Setelah direndam selama seminggu tanah dapat langsung diolah. Sebagian besar petani di Desa Ciaruteun Udik mengolah lahannya dengan cara dibajak menggunakan hewan ternak seperti kerbau. Setelah pembajakan selesai, lahan kembali dibiarkan tergenang selama lebih kurang dua puluh sampai tiga puluh hari agar proses pelunakan semakin sempurna. Setelah lebih kurang satu bulan, dilakukan yang pembajakan kedua untuk menghancurkan bongkahan tanah agar menjadi lebih halus dan juga membunuh gulma-gulma yang masih hidup. Beberapa petani memberikan pupuk kandang berupa kotoran hewan ternak pada pembajakan kedua ini sebagai pupuk dasar.

Penyemaian benih biasanya dilakukan pada sawah yang akan ditanami. Langkah pertama yang dilakukan, yaitu mempersiapkan lahan untuk persemaian yang dilakukan satu minggu sebelum benih ditebarkan. Luas lahan persemaian disesuaikan dengan banyaknya benih yang akan disemaikan. Biasanya, untuk luas lahan penanaman satu hektar diperlukan benih padi sebanyak 25 – 30 kg dengan luas lahan persemaian 300 – 500 m2. Pupuk yang diberikan saat persemaian adalah pupuk urea 3 – 5 kg dan pupuk TSP 3 – 5 kg. Sebelum disemaikan, benih terlebih dahulu direndam dalam air selama dua hari hingga benih menyerap air dan berkecambah. Benih yang telah berkecambah ditebar secara merata dan tidak tumpang tindih pada lahan yang telah disiapkan.

(55)

32

dipindahkan ke lahan penanaman adalah tinggi bibit sekitar 25 cm, memiliki lima sampai enam helai daun, batang bawah keras, bebas dari penyakit serta jenisnya seragam. Bibit yang dipindahkan biasanya berumur antara lima belas sampai dua puluh hari. Sebelum penanaman, bibit terlebih dahulu dicabut dari persemaian. Setelah bibit dicabut bibit langsung ditanam pada lahan yang telah siap untuk ditanami. Kemudian dilakukan penyulaman maksimal dua minggu setelah tanam. Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang tidak tumbuh, rusak atau mati dengan tanaman yang baru.

Pemeliharaan sangat diperlukan agar tanaman padi dapat tumbuh secara maksimal sehingga produktivitasnya menjadi tinggi. Pemeliharaan dilakukan secara manual, yaitu dengan cara mencabut tanman liar yang ada. Tanaman liar atau gulma yang dicabut tersebut kemudian dibuang atau dibenamkan ke dala m tanah. Pemeliharaan dapat dilakukan dua kali dalam satu musim tanam tergantung gulma yang ada. Pemeliharaan pertama dilakukan pada saat padi berumur satu bulan dan pemeliharaan kedua dilakukan pada saat padi berumur dua bulan.

(56)

33

Pengendalian hama dan penyakit sangat penting dilakukan agar hasil produksi tidak turun. Petani biasanya menggunakan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit. Penyemprotan pestisida dilakukan dua kali dalam satu musim tanam untuk menjaga tanaman padi dari serangan hama. Apabila tanaman padi terserang hama, petani akan melakukan penyemprotan lebih dari dua kali sampai hama tersebut dapat dikendalikan.

Secara umum, padi siap dipanen apabila butir gabah yang menguning sudah mencapai delapan puluh persen dan tangkal sudah merunduk atau sekitar umur 100 – 110 hari setelah tanam. Sekitar sepuluh hari sebelum pemanenan dilakukan, sawa h harus dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan ini bertujuan untuk mempercepa t dan menyamakan masaknya padi, serta memudahkan petani di saat pemanenan berlangsung. Hasil panen dibawa petani ke penggilingan untuk dijual atau disimpan di rumah untuk dikonsumsi sendiri.

5.5. Karakteristik Umum Responden 5.5.1. Umur

(57)

34

pemilik lahan luas sebagian besar berada pada kelompok umur lebih dari enam puluh tahun, yaitu sebanyak sepuluh orang atau sebesar lima puluh persen, sedangkan responden yang berumur kurang dari lima puluh tahun dan antara lima puluh sampai enam puluh tahun masing- masing memiliki jumlah responden yang sama, yaitu lima orang atau sebesar 25 persen. Penggolongan responden petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas berdasarkan umur secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Kelompok Umur Petani Pemilik Lahan Sempit Petani Pemilik Lahan Luas

Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%)

< 50 tahun 5 25,00 5 25,00

50 – 60 tahun 13 65,00 5 25,00

> 60 tahun 2 10,00 10 50,00

Total 20 100,00 20 100,00

Sumber : Data Primer (diolah), 2009

5.5.2. Tingkat Pendidikan

(58)

35

empat orang atau sebesar dua puluh persen. Penggolongan responden petani padi pemilik lahan sempit dan lebih dari setengah hektar berdasarkan tingkat pendidikan lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Komposisi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Petani Pemilik Lahan Sempit Petani Pemilik Lahan Luas

Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%)

Tidak tamat sekolah 4 20,00 4 20,00

SD/sederajat 10 50,00 11 55,00

SMP/sederajat 2 10,00 2 10,00

SMU/sederajat 4 20,00 1 5,00

Perguruan tinggi - - 2 10,00

Total 20 100,00 20 100,00

Sumber : Data Primer (diolah), 2009

Selain itu, tidak semua petani di Desa Ciaruteun Udik dapat mengikuti berbagai pendidikan non-formal seperti mengikuti penyuluhan dan pelatihan tentang usaha tani padi. Penyuluhan dan pelatihan tersebut diselenggarakan oleh Departemen Pertanian melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Cibungbulang sehingga hanya petani yang tergabung dalam kelompok tani yang dapat mengikuti penyuluhan dan pelatihan tersebut.

5.5.3. Pengalaman Berusahatani

(59)

36

pemilik lahan sempit memiliki pengalaman berusahatani lebih dari tiga puluh tahun. Sedangkan petani pemilik lahan luas yang memiliki pengalaman berusahatani lebih dari tiga puluh tahun ada delapan orang atau sebesar empat puluh persen. Penggolongan responden petani pemilik lahan sempit dan petani pemilik lahan luas berdasarkan pengalaman berusahatani secara rinci dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Pengalaman

Berusahatani

Petani Pemilik Lahan Sempit Petani Pemilik Lahan Luas

Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%)

< 10 tahun 8 40,00 5 25,00

10 – 30 tahun 10 50,00 7 35,00

> 30 tahun 2 10,00 8 40,00

Total 20 100,00 20 100,00

(60)

VI. BIAYA PROD UKSI DAN BIAYA TRANSAKSI

6.1. Biaya Produksi

Komponen biaya produksi usahatani padi di Desa Ciaruteun Udik termasuk ke

dalam kelompok biaya yang mempengaruhi volume produksi. Uraian dari

komponen-komponen biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Perbandingan biaya produksi

dilakukan dengan membandingkan nilai biaya tiap komponen yang dikeluarkan petani

pemilik lahan sempit dengan petani pemilik lahan luas dalam satu musim tanam. Jumlah

responden petani pemilik lahan sempit dan responden petani pemilik lahan luas adalah

masing- masing 20 responden.

Tabel 9. Komponen Biaya Produksi Usahatani Padi di Desa Ciaruteun Udik Komponen Biaya

Produksi

Petani Pemilik

Lahan Sempit Lahan Luas

Nilai (Rp/MT) Persentase Nilai (Rp/MT) Persentase

Biaya transportasi 29.362,50 2,50 33.512,50 0,89

(61)

38

6.1.1. Biaya Transportasi

Biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk menunjang kegiatan usahatani padi, seperti ongkos membeli benih dan obat-obatan, serta biaya pengangkutan pupuk dan hasil panen. Biaya ini dikeluarkan karena jarak lokasi pertanian umumnya jauh dari pemukiman, pusat pertokoan, dan penggilinga n. Berbagai sarana transportasi digunakan petani untuk memperlancar kegiatan usahatani padi seperti sepeda motor, mobil bak terbuka, maupun angkutan umum. Adapula petani yang memanfaatkan jasa kuli panggul untuk membawa hasil panen dari sawahnya ke jalan raya.

Biaya transportasi ini dipengaruhi oleh seberapa banyak input produksi yang dibeli dan hasil panen yang dihasilkan. Petani pemilik lahan sempit mengeluarkan biaya transportasi sebesar Rp 29.362,50 tiap musim tanamnya. Sedangkan petani pemilik lahan luas, besarnya biaya transportasi yang dikeluarkan tiap musimtanamnya adalah Rp 33.512,50.

6.1.2. Sewa Bajak

Sumberdaya lahan di Desa Ciaruteun Udik merupakan input utama dalam proses

produksi di bidang pertanian terlihat dari hampir seluruh kegiatan produksi dilakukan di

atas lahan pertanian. Sebagian besar lahan pertanian di Desa Ciaruteun Udik sudah

dialiri irigasi teknis, sehingga ketersediaan air cukup untuk memenuhi kebutuhan

tanaman pertanian selama musim hujan dan musim kemarau. Kondisi air yang cukup

(62)

39

maupun bajak traktor atau kerbau. Pengolahan lahan pada umumnya dilakukan dengan

cara dibajak kerbau.

Tabel 10. Rata-rata Penggunaan Input Produksi Usahatani Padi di Desa Ciaruteun Udik

Biaya yang dikeluarkan petani untuk mengolah sawah disesuaikan dengan luas

lahan yang akan diolah, semakin luas lahan garapan semakin besar biaya yang

dikeluarkan petani untuk menyewa bajak dan kerbaunya. Biaya sewa kerbau per hari

dari pukul tujuh sampai dengan pukul dua belas sebesar Rp 50.000,00. Rata-rata petani

pemilik lahan sempit menyewa bajak dan kerbau 4,85 hari, jadi biaya yang dikeluarkan

untuk pengolahan tanah sebelum penanaman bibit sebesar Rp 242.500,00 musim tanam. Lahan yang luas membuat petani pemilik lahan luas mengeluarkan biaya sewa kerbau

yang lebih besar daripada petani pemilik lahan sempit. Jumlah hari yang dibutuhkan

untuk membajak adalah 12,05 hari, sehingga biaya yang dikeluarkan petani pemilik

Gambar

GAMBARAN UMUM
GAMBARAN UMUM
Tabel 1. Tinjauan Studi Terdahulu
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah ada perbedaan varians biaya produksi tahun 2006-2008, analisis deskriptif presentase menunjukkan tingkat efisiensi biaya produksi termasuk

Metode penelitian ini menganalisis masalah dengan cara mendeskripsikannya pada data yang sudah ada, berupa tabel perhitungan biaya produksi untuk mengetahui perbandingan

Hasil analisis struktrur biaya transaksi penelitian ini berbeda dengan hasil analisis biaya transaksi SRG gabah di Kabupaten Cianjur oleh Masithoh (2016) yang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan biaya produksi, penerimaan dan pendapatan petani jagung sebelum dan sesudah perubahan harga Bahan Bakar Minyak

Pada biaya produksi dan tingkat produksi usahatani padi sawah menurut sistem penguasaan lahan di daerah penelitian tidak terdapat perbedaan pendapatan yang

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis struktur biaya dan penerimaan usaha peternakan sapi perah di Kelurahan Kebon

Berdasarkan penjabaran tabel 3, 4 dan penjabaran perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa produksi beras di Kecamatan Praya Barat mengalami surplus, hal ini dapat dilihat

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penentuan biaya produksi telur ayam yang selama ini dilakukan oleh UD Bumi Unggas Farm dan mengetahui berapa jumlah biaya produksi