• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Konsumen Kopi Bubuk Instan (Kasus di Giant Botani Square, Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Konsumen Kopi Bubuk Instan (Kasus di Giant Botani Square, Bogor)"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

NURRAYYAN ARMADA A14105695

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Kopi Bubuk Instan (Kasus di Giant Botani Square, Bogor). Di bawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS.

Pada tahun 1928, berdiri pabrik kopi bubuk pertama. Selanjutnya usaha kopi terus mengalami perkembangan. Pengolahan kopi menjadi lebih maju dengan ditemukannya cara pengolahan kopi instan. Kopi instan kemudian dikembangkan, dari hanya kopi dengan gula, kemudian rasanya semakin ditambah dengan berbagai campuran seperti kreamer, susu, bahkan rempah-rempah seperti gingseng, tongkat ali dan jahe.

Semakin banyak perusahaan yang kini bersaing dalam menjual kopi bubuk instan. Penjualan kopi bubuk instan perlu dilengkapi dengan upaya peningkatan kualitas produk, agar dihasilkan produk yang bermutu tinggi dan memenuhi selera konsumen secara optimal. Produsen kopi bubuk instan harus mengetahui apa yang konsumen inginkan dari kopi bubuk instan. Pengetahuan ini akan memudahkan upaya pemasaran yang dilakukan oleh para produsen kopi bubuk instan, menjadi lebih terfokus dan efektif. Produsen kopi bubuk instan perlu mengetahui karakteristik respondennya, tahapan dalam proses keputusan responden membeli kopi bubuk instan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi mereka, dalam pengambilan keputusan pembelian kopi bubuk instan.

Tujuan penelitian ini ada dua, yaitu: Menganalisis proses keputusan pembelian kopi bubuk instan 3in1 dan 4in1 oleh responden di Giant Botani Square; Serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian kopi bubuk instan 3in1 dan 4in1 oleh responden. Penelitian ini dilakukan di Giant Botani Square, Bogor. Berdasarkan pertimbangan bahwa, lokasi tersebut memiliki display berbagai merek kopi bubuk instan 3in1 dan kopi bubuk instan 4in1 yang lebih lengkap.

Tujuan pertama dijawab melalui hasil pengisian kuisioner terhadap responden kopi bubuk instan 3in1 dan 4in1. Selanjutnya dihitung persentase jawaban responden, dari setiap pertanyaan dengan menggunakan program excel. Tujuan selanjutnya dijawab dengan pengisian kuisioner tingkat kepentingan responden terhadap atribut produk. Untuk melihat hubungan diantara variabel-variabel yang dipertimbangkan responden digunakan suatu alat analisis, yaitu

analisis faktor dengan metode ekstraksi Komponen Utama (Principle Component)

dengan program SPSS 15.

(3)

yang cocok, mudah diperoleh, harga yang terjangkau dan senang dengan iklannya, Sedangkan responden 4in1 mempertimbangkan rasa, gingseng/tongkat ali, kemasan yang menarik, merek yang terkenal dan harga. Indikator kualitas kopi 3in1 adalah rasa, merek, dan indikator kualitas kopi 4in1 adalah rasa, harga, merek dan tempat yang menjual. Setelah melakukan tahap evaluasi alternatif tersebut, responden akan melakukan proses pembelian, dimana responden menyusun peringkat pilihan dari berbagai macam merek yang dijual di pasaran. Alasan responden kopi instan 3in1 dan 4in1 memilih merek favorit mereka dikarenakan adanya kecocokan rasa dengan selera. Pembelian kopi instan dilakukan di supermarket/hypermarket, toko atau warung terdekat, dan pasar tradisional. Adapun cara responden dalam memutuskan pembelian kopi instan umunya adalah pembelian tergantung situasi, dimana mereka akan membeli apabila persediaan kopi instan yang ada di rumah sudah habis. Responden kopi instan umumnya sudah merasa puas dengan merek yang biasa mereka beli dan tidak berniat untuk mengganti dengan merek lain seandainya merek favorit mereka tidak tersedia di tempat penjualan.

(4)

Oleh:

NURRAYYAN ARMADA A14105695

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

NRP : A14105695

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Muhammad Firdaus, Ph.D. NIP.132 158 758

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN

KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI

SQUARE, BOGOR) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN

TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN

MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA

MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA

SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG

PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN

KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM

NASKAH.

Bogor, September 2008

(7)

RIWAYAT HIDUP

Nurrayyan Armada dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 14 Februari 1984

sebagai anak dari Bapak Ir. Armada Saleh dan Ibu Wahyuna Ibrahim. Penulis adalah

anak ketiga dari enam bersaudara.

Penulis memulai sekolah dengan mengikuti pendidikan dasar di SD Mulia

Sumatera Utara dan lulus pada tahun 1996. Pendidikan tingkat menengah dapat

diselesaikan pada tahun 1999 pada SLTP Negeri 12 Bogor. Pendidikan tingkat menengah

atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2002 pada SMU Negeri 6 Bogor. Pada tahun

2002 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada Program Studi Diploma III

Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian. Tahun 2006 penulis diterima di Program Sarjana Ekstensi Manajemen

Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah penulis mengikuti kegiatan kampus

(Keluarga Muslim Sosial Ekonomi tahun 2002-2005) dan non kampus ( ESQ tahun 2008,

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini merupakan hasil dari

pengamatan penulis di Giant Botani Square Bogor sebagai mahasiswa yang

melakukan penelitian selama dua bulan.

Kajian ini merupakan bagian dari proses belajar memahami potensi dan

permasalahan yang dihadapi dunia agribisnis kopi, khususnya pada produk

olahannya yaitu kopi bubuk instan. Oleh karena itu, manfaat yang paling besar

dari kajian ini dapat dirasakan oleh penulis sebagai mahasiswa yang sedang

menyelesaikan tugas akhir di Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Namun

demikian, dengan segala keterbatasan yang ada, kajian ini juga diharapkan

bermanfaat, paling tidak untuk informasi awal, bagi para pebisnis kopi bubuk

instan untuk terus mengembangkan usaha kopinya.

Kajian ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis.

Namun demikian, saran dan kritik untuk perbaikan kajian ini sangat penulis

harapkan, baik dari segi format penulisan, isi kajian, maupun dari kedalaman

kajian.

Bogor, September 2008

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Muhammad Firdaus Ph.D. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

2. Rahmat Yanuar, SP, MSi selaku dosen evaluator kolokium atas masukannya untuk

perbaikan skripsi penulis.

3. Ir. Popong Nurhayati, MM atas masukan dan perbaikan skripsi penulis saat menjadi

penguji utama ujian skripsi penulis

4. Tintin Sarianti, SP. atas masukannya saat menjadi penguji komdik ujian skripsi

penulis.

5. Papa, Mama, Bang Habib, Bang Inas, Yuyun, Fata, Iim yang memberikan cinta,

kasih sayang, doa, perhatian yang tulus, nasehat dan dorongan kepada penulis.

6. Bapak Untung Kartika, Pak Tajudin dan seluruh kru Hero yang memberikan

kemudahan saat penulis mengumpulkan responden di Giant Botani Square.

7. Teman M17 (Bembi, Kiki, Mbk Lieska, Olip, Irma, Bi Iyam, Ela, Nuki, dll), teman

ESQ, Maya Andini, Thia A. Nazh., Karyawan LSI, teman X10C IPB atas

kebersamaan dan perhatiannya selama penulis kuliah S1 di Bogor.

8. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis yang telah memberi banyak bantuan.

9. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhirnya, semoga amal baik Bapak/Ibu dan rekan-rekan mendapatkan balasan

yang setimpal dari Allah SWT. Amin.

(10)

Halaman

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 7

1.3.Tujuan ... 9

1.4.Kegunaan ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Kopi ... ..11

2.2. Penelitian Terdahulu ... 16

2.2.1. Analisis Perilaku Konsumen... ………... 16

2.2.2. Analisis Lingkungan Usaha dan Bauran Pemasaran... 21

2.2.3. Analisis Pangsa Pasar dan Tataniaga Kopi Arabika...23

2.2.4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Minuman Teh Merek Freshtea...24

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis... 29

3.1.1. Teori Permintaan ... 29

3.1.2. Definisi Konsumen ... 30

3.1.3. Perilaku Konsumen ... 31

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional/Konseptual ... 53

BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 56

4.2.Jenis dan Sumber data ... 56

4.3. Pengambilan Sampel dan Model Pengumpulan Data ... 57

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data... 58

4.5. Definisi Operasional... 63

BAB V. GAMBARAN UMUM GIANT HYPERMARKET 5.1. Visi dan Misi Giant Hypermarket ... 69

(11)

Oleh:

NURRAYYAN ARMADA A14105695

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

Kopi Bubuk Instan (Kasus di Giant Botani Square, Bogor). Di bawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS.

Pada tahun 1928, berdiri pabrik kopi bubuk pertama. Selanjutnya usaha kopi terus mengalami perkembangan. Pengolahan kopi menjadi lebih maju dengan ditemukannya cara pengolahan kopi instan. Kopi instan kemudian dikembangkan, dari hanya kopi dengan gula, kemudian rasanya semakin ditambah dengan berbagai campuran seperti kreamer, susu, bahkan rempah-rempah seperti gingseng, tongkat ali dan jahe.

Semakin banyak perusahaan yang kini bersaing dalam menjual kopi bubuk instan. Penjualan kopi bubuk instan perlu dilengkapi dengan upaya peningkatan kualitas produk, agar dihasilkan produk yang bermutu tinggi dan memenuhi selera konsumen secara optimal. Produsen kopi bubuk instan harus mengetahui apa yang konsumen inginkan dari kopi bubuk instan. Pengetahuan ini akan memudahkan upaya pemasaran yang dilakukan oleh para produsen kopi bubuk instan, menjadi lebih terfokus dan efektif. Produsen kopi bubuk instan perlu mengetahui karakteristik respondennya, tahapan dalam proses keputusan responden membeli kopi bubuk instan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi mereka, dalam pengambilan keputusan pembelian kopi bubuk instan.

Tujuan penelitian ini ada dua, yaitu: Menganalisis proses keputusan pembelian kopi bubuk instan 3in1 dan 4in1 oleh responden di Giant Botani Square; Serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian kopi bubuk instan 3in1 dan 4in1 oleh responden. Penelitian ini dilakukan di Giant Botani Square, Bogor. Berdasarkan pertimbangan bahwa, lokasi tersebut memiliki display berbagai merek kopi bubuk instan 3in1 dan kopi bubuk instan 4in1 yang lebih lengkap.

Tujuan pertama dijawab melalui hasil pengisian kuisioner terhadap responden kopi bubuk instan 3in1 dan 4in1. Selanjutnya dihitung persentase jawaban responden, dari setiap pertanyaan dengan menggunakan program excel. Tujuan selanjutnya dijawab dengan pengisian kuisioner tingkat kepentingan responden terhadap atribut produk. Untuk melihat hubungan diantara variabel-variabel yang dipertimbangkan responden digunakan suatu alat analisis, yaitu

analisis faktor dengan metode ekstraksi Komponen Utama (Principle Component)

dengan program SPSS 15.

(13)

yang cocok, mudah diperoleh, harga yang terjangkau dan senang dengan iklannya, Sedangkan responden 4in1 mempertimbangkan rasa, gingseng/tongkat ali, kemasan yang menarik, merek yang terkenal dan harga. Indikator kualitas kopi 3in1 adalah rasa, merek, dan indikator kualitas kopi 4in1 adalah rasa, harga, merek dan tempat yang menjual. Setelah melakukan tahap evaluasi alternatif tersebut, responden akan melakukan proses pembelian, dimana responden menyusun peringkat pilihan dari berbagai macam merek yang dijual di pasaran. Alasan responden kopi instan 3in1 dan 4in1 memilih merek favorit mereka dikarenakan adanya kecocokan rasa dengan selera. Pembelian kopi instan dilakukan di supermarket/hypermarket, toko atau warung terdekat, dan pasar tradisional. Adapun cara responden dalam memutuskan pembelian kopi instan umunya adalah pembelian tergantung situasi, dimana mereka akan membeli apabila persediaan kopi instan yang ada di rumah sudah habis. Responden kopi instan umumnya sudah merasa puas dengan merek yang biasa mereka beli dan tidak berniat untuk mengganti dengan merek lain seandainya merek favorit mereka tidak tersedia di tempat penjualan.

(14)

Oleh:

NURRAYYAN ARMADA A14105695

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(15)

NRP : A14105695

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Muhammad Firdaus, Ph.D. NIP.132 158 758

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN

KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI

SQUARE, BOGOR) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN

TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN

MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA

MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA

SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG

PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN

KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM

NASKAH.

Bogor, September 2008

(17)

RIWAYAT HIDUP

Nurrayyan Armada dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 14 Februari 1984

sebagai anak dari Bapak Ir. Armada Saleh dan Ibu Wahyuna Ibrahim. Penulis adalah

anak ketiga dari enam bersaudara.

Penulis memulai sekolah dengan mengikuti pendidikan dasar di SD Mulia

Sumatera Utara dan lulus pada tahun 1996. Pendidikan tingkat menengah dapat

diselesaikan pada tahun 1999 pada SLTP Negeri 12 Bogor. Pendidikan tingkat menengah

atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2002 pada SMU Negeri 6 Bogor. Pada tahun

2002 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada Program Studi Diploma III

Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian. Tahun 2006 penulis diterima di Program Sarjana Ekstensi Manajemen

Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah penulis mengikuti kegiatan kampus

(Keluarga Muslim Sosial Ekonomi tahun 2002-2005) dan non kampus ( ESQ tahun 2008,

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini merupakan hasil dari

pengamatan penulis di Giant Botani Square Bogor sebagai mahasiswa yang

melakukan penelitian selama dua bulan.

Kajian ini merupakan bagian dari proses belajar memahami potensi dan

permasalahan yang dihadapi dunia agribisnis kopi, khususnya pada produk

olahannya yaitu kopi bubuk instan. Oleh karena itu, manfaat yang paling besar

dari kajian ini dapat dirasakan oleh penulis sebagai mahasiswa yang sedang

menyelesaikan tugas akhir di Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Namun

demikian, dengan segala keterbatasan yang ada, kajian ini juga diharapkan

bermanfaat, paling tidak untuk informasi awal, bagi para pebisnis kopi bubuk

instan untuk terus mengembangkan usaha kopinya.

Kajian ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis.

Namun demikian, saran dan kritik untuk perbaikan kajian ini sangat penulis

harapkan, baik dari segi format penulisan, isi kajian, maupun dari kedalaman

kajian.

Bogor, September 2008

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Muhammad Firdaus Ph.D. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

2. Rahmat Yanuar, SP, MSi selaku dosen evaluator kolokium atas masukannya untuk

perbaikan skripsi penulis.

3. Ir. Popong Nurhayati, MM atas masukan dan perbaikan skripsi penulis saat menjadi

penguji utama ujian skripsi penulis

4. Tintin Sarianti, SP. atas masukannya saat menjadi penguji komdik ujian skripsi

penulis.

5. Papa, Mama, Bang Habib, Bang Inas, Yuyun, Fata, Iim yang memberikan cinta,

kasih sayang, doa, perhatian yang tulus, nasehat dan dorongan kepada penulis.

6. Bapak Untung Kartika, Pak Tajudin dan seluruh kru Hero yang memberikan

kemudahan saat penulis mengumpulkan responden di Giant Botani Square.

7. Teman M17 (Bembi, Kiki, Mbk Lieska, Olip, Irma, Bi Iyam, Ela, Nuki, dll), teman

ESQ, Maya Andini, Thia A. Nazh., Karyawan LSI, teman X10C IPB atas

kebersamaan dan perhatiannya selama penulis kuliah S1 di Bogor.

8. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis yang telah memberi banyak bantuan.

9. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhirnya, semoga amal baik Bapak/Ibu dan rekan-rekan mendapatkan balasan

yang setimpal dari Allah SWT. Amin.

(20)

Halaman

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 7

1.3.Tujuan ... 9

1.4.Kegunaan ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Kopi ... ..11

2.2. Penelitian Terdahulu ... 16

2.2.1. Analisis Perilaku Konsumen... ………... 16

2.2.2. Analisis Lingkungan Usaha dan Bauran Pemasaran... 21

2.2.3. Analisis Pangsa Pasar dan Tataniaga Kopi Arabika...23

2.2.4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Minuman Teh Merek Freshtea...24

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis... 29

3.1.1. Teori Permintaan ... 29

3.1.2. Definisi Konsumen ... 30

3.1.3. Perilaku Konsumen ... 31

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional/Konseptual ... 53

BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 56

4.2.Jenis dan Sumber data ... 56

4.3. Pengambilan Sampel dan Model Pengumpulan Data ... 57

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data... 58

4.5. Definisi Operasional... 63

BAB V. GAMBARAN UMUM GIANT HYPERMARKET 5.1. Visi dan Misi Giant Hypermarket ... 69

(21)

BAB VI. KARAKTERISTIK KONSUMEN DAN TAHAP PROSES PEMBELIAN KOPI INSTAN

6.1. Karakteristik Umum Konsumen ... 71

6.1.1. Karakteristik Umum Konsumen Kopi Instan 3in1 ... 71

6.1.2. Karakteristik Umum Konsumen Kopi Instan 4in1 ... 74

BAB VII. PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN KOPI INSTAN 7.1. Tahap Pengenalan Kebutuhan Konsumen Kopi Instan 3in1 ... 77

7.2. Tahap Pengenalan Kebutuhan Konsumen Kopi Instan 4in1 ... 88

BAB VIII. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN KOPI INSTAN 8.1. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Kopi Instan 3in1 ... 95

8.2. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan Responden Kopi Instan 3in1... 97

8.3. Komponen Utama pada Proses Keputusan Pembelian Kopi Instan 3in1 ... 100

8.4. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan Responden Kopi Instan 4in1 ... 109

8.5. Komponen Utama pada Proses Keputusan Pembelian Kopi Instan 3in1... 113

BAB. IX KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan ... 119

9.2. Saran... 120

DAFTAR PUSTAKA... 121

(22)

1 Hasil Survey Indonesian Best Brand Award (IBBA) pada

Tahun 2005 Terhadap Masing-Masing Merek Kopi)...6

2 Harga Beberapa Kopi Bubuk Instan Tahun 2008...8

3 Syarat Mutu Kopi Instan...14

4 Perusahaan yang Memproduksi Kopi Instan...14

5 Penelitian terdahulu...27

6 Karakteristik Responden Kopi Instan Kemasan Sachet...76

7 Motivasi/Alasan Pembelian Kopi Instan 3in 1……….……….78

8 Manfaat yang Dicari Responden dari Kopi Instan 3 in 1.………....…….79

9 Tingkat Keterlibatan Responden Kopi Instan 3in1…….…………...……79

10 Sumber Informasi Responden Kopi Instan 3in1………..…..82

11 Hal yang Paling Menarik dari Iklan Kopi Instan 3in1………...82

12 Pertimbangan Awal Pemilihan Kopi Instan 3in1………..83

13 Indikator Kualitas Kopi Instan 3in1………...…………84

14 Tempat Pembelian Kopi Instan 3in1……….85

15 Cara Memutuskan Pembelian Kopi Instan 3in1………85

16 Jumlah Merek Kopi Instan 3in1 yang Diingat Responden…………....…86

17 Sikap Responden Pasca Pembelian Kopi Instan 3in1………...…………87

18 Sikap Responden Jika Merek Favorit Tidak Tersedia………...87

19 Motivasi/Alasan Pembelian Kopi Instan 4in1……..……….88

20 Manfaat yang dicari responden dari kopi instan 4in1……..……….88

21 Tingkat Keterlibatan Responden………...89

(23)

23 Hal yang Paling Menarik dari Iklan Kopi Instan………..90

24 Pertimbangan Awal Pemilihan Kopi Instan………..90

25 Indikator Kualitas Kopi Instan………..………...91

26 Tempat Pembelian Kopi Instan………92

27 Cara Memutuskan Pembelian Kopi Instan………92

28 Jumlah Merek Kopi Instan yang Diingat Responden………...93

29 Sikap Responden Pasca Pembelian Kopi Instan………...93

30 Sikap Responden Jika Merek Favorit Tidak Tersedia………..93

31 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Kopi Instan 4in1…………..94

32 Nilai Respon Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan Responden……...98

33 Tujuh Komponen Utama Pada Proses Pembelian Kopi Instan 3in1…..100

34 Pengaruh Kenaikan Harga Kopi Bubuk Instan 3in1……….101

35 Indikator Kualitas Kopi Instan 3in1………..…...103

36 Pengaruh Iklan Kopi Instan………107

37 Pengaruh Promosi Penjualan Merek Kopi Instan Lain………..108

38 Nilai Respon Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan Responden……...111

39 Tujuh Komponen Utama Pada Proses Pembelian Kopi Instan 4in1…..113

40 Pengaruh Kenaikan Harga Kopi Bubuk Instan………..116

41 Harga Kopi Bubuk Instan 4in1 yang dibeli Responden Dibanding

(24)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Tahap-Tahap Pengambilan Keputusan Konsumen...33

2 Proses Pengenalan Kebutuhan Berpusat pada Tingkat

Ketidaksesuaian...34

3 Proses Pencarian Internal...35

4 Proses Evaluasi Alternatif...40

5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen...43

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Hasil Output SPSS Analisis Faktor Kopi Bubuk Instan 3in1...123

2 Hasil Output SPSS Analisis Faktor Kopi Bubuk Instan 4in1...128

3 Input Kuisioner Analisis Faktor Kopi Bubuk Instan 3in1...133

(26)

1.1 Latar Belakang

Kopi (Coffea spp) sebagai bahan minuman sudah tidak asing lagi. Kopi

banyak digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Penggemarnya bukan saja

bangsa Indonesia, tetapi juga berbagai bangsa di seluruh dunia. Dengan

kandungan kafein yang punya daya rangsang terhadap peningkatan kinerja

beberapa bagian susunan saraf pusat, minuman kopi pun menjadi jenis minuman

yang sangat digemari oleh manusia di berbagai penjuru dunia. Fakta menunjukkan

bahwa kopi merupakan komoditas nomor dua yang paling banyak diperdagangkan

setelah minyak bumi. Menurut data lembaga pangan dunia FAO, dalam kurun

waktu 1998-2000 total produksi kopi mencapai 6,7 juta ton. Diperkirakan pada

tahun 2010, produksi kopi dunia akan mencapai tujuh juta ton per tahun.1

Hasil penelitian Vison, minuman kopi berkafein maupun tanpa kafein

terbukti merupakan sumber anti-oksidan terbesar. Setelah kopi urutan berikut

adalah teh hitam, pisang, kacang-kacangan kering, dan jagung. Anti-oksidan

membantu tubuh membuang zat-zat radikal berbahaya bagi tubuh, molekul

perusak yang merusak sel-sel serta DNA (cetak biru dari sel terkecil mahluk

hidup). Zat anti unsur radikal bebas ini berkaitan dengan sejumlah keuntungan

dan manfaat bagi kesehatan termasuk melindungi seseorang dari terkena penyakit

kanker atau jantung. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan kopi dapat

mengurangi risiko terkena kanker hati dan usus, diabetes type II serta terkena

penyakit Parkinson. Namun Vinson menyarankan agar konsumsi kopi tetap pada

1

(27)

tingkat sedang yaitu satu atau dua cangkir setiap harinya. Hasil penelitian itu

memperlihatkan pula bahwa dibandingkan dengan bahan makanan lainnya, kurma

juga memiliki kandungan anti oksidan paling tinggi.2

Menurut para peneliti dari Spanyol, serat makanan juga bisa muncul di

secangkir kopi. Peneliti mengatakan bahwa kopi juga memiliki lebih banyak serat

makan larut air yang dapat membantu mencegah penyerapan kolesterol oleh usus.

Calixto mencoba mengukur seberapa besar serat makan larut air yang ada di

setiap minuman kopi instan, espresso, dan kopi saring. Hasilnya, kopi instan

mengandung paling banyak serat makan larut, yaitu sekitar 1,8 gram per cangkir.

Exspresso mengandung 1,5 gram serat makan larut per cangkir, sedangkan kopi

saring hanya 1,1 gram. Laporan ini dipublikasikan pada Journal of Agricultural

and Food Chemistry edisi Maret.3

Usaha produksi kopi merupakan sumber penghidupan jutaan keluarga

petani-pekebun kopi. Ekspor kopi termasuk sumber penerimaan devisa penting.

Indonesia juga tergolong sebagai salah satu sumber penting kopi dunia. Indonesia

mampu mengembangkan ekspor ke 89 negara, di berbagai negara tujuan (Badan

Pusat Statistik, 2007).

Pengembangan tanaman kopi hingga tahun 2005 telah ditanam seluas

1.255.272 ha dengan produksi 640.365 ton biji di 32 propinsi. Ekspor kopi

Indonesia pada tahun 2005 mencapai 445.829 ton dengan nilai US$ 503,84 juta

dan menempati urutan ke-4 dunia setelah Brasil, Vietnam dan Columbia. Jumlah

petani yang terlibat dalam usaha kopi mencakup 1,84 juta kepala keluarga

(Departemen Pertanian, 2006). Menurut survei yang dilakukan oleh Departemen

2

(28)

Pertanian, rata-rata penduduk Indonesia mengkonsumsi kopi sebanyak 0,5-0,7

kg/orang/tahun. Dengan demikian, bila penduduk Indonesia sekitar 214,4 juta

(tahun 2003) maka diperkirakan setiap tahun diperlukan stok kopi sebanyak

107.200-150.080 ton kopi untuk keperluan konsumsi dalam negeri.

Bagi petani, kopi bukan hanya sekedar minuman segar dan berkhasiat,

tetapi juga mempunyai arti ekonomi yang cukup penting. Sejak puluhan tahun

yang lalu, kopi telah menjadi sumber pendapatan bagi para petani. Tanpa

pemeliharaan intensif pun, produksi kopi yang dihasilkan menguntungkan untuk

menambah penghasilan. Apalagi bila pemeliharaan dan pengolahannya cukup

baik, usaha ini akan mendatangkan keuntungan yang lebih baik lagi (Najiyati,S.

dan Danarti, 2007).

Industri pengolahan kopi di Indonesia mulai berkembang sejak

didirikannya pabrik kopi bubuk pertama “Kedoeng Lajoe” di Sidoarjo, Jawa

Timur tahun 1928. Setelah itu bermunculan pabrik-pabrik kopi bubuk lainnya

seperti pabrik Muntu di Purworejo, Jawa Tengah tahun 1930 dan pabrik Tjeng

Gwan di Surabaya pada tahun 1935. Pada saat ini tercatat lebih dari 500 pabrik

kopi bubuk yang tersebar di Indonesia. Industri tersebut dapat dibagi dalam 3

kelompok yaitu industri rumah tangga, skala menengah, dan skala besar.

Produsen kopi terus mengembangkan produksi kopinya, dari mulai hanya

menjual kopi bubuk, kemudian menjual kopi instan. Hal ini dilakukan untuk dapat

menarik konsumen, yang menginginkan dapat meminum kopi dengan lebih

praktis. Kopi instan dijual dengan berbagai manfaat, mulai dari kopi instan biasa,

yang hanya dengan campuran 2in1 (kopi+gula); 3in1 (kopi+gula+ susu/ kreamer),

(29)

yang tadinya hanya sebagai minuman penghilang rasa kantuk yang dikemas lebih

praktis, juga memiliki manfaat bagi kesehatan.

Menurut Khomsan (pakar gizi dari IPB), salah satu manfaat ginseng

adalah untuk mengatasi stres, sakit kepala, kelelahan dan membantu daya serap

gizi, meluruhkan kolesterol, memperlancar peredaran darah pada sistem saraf dan

membantu mengencerkan darah. Oleh sebab itu, ginseng tidak boleh dikonsumsi

para penderita hipertensi, pasien pra-operasi, dan wanita hamil atau menyusui.

Penelitian tentang terapi dengan ekstrak ginseng pada pasien diabetes, hipertensi,

kanker, dan penyakit lain menunjukkan peningkatan kondisi kesehatan yang

relatif cepat dan tanpa efek samping. Hasil ini dibandingkan dengan penggunaan

obat kimia yang seringkali bersifat toksik serta menimbulkan komplikasi. Pada

tahun 1969, Brehman seorang ilmuwan dari Uni Soviet (kini Rusia) mengatakan

bahwa gingseng dapat meningkatkan vitalitas tubuh. Nutrien yang dikandung di

dalam gingseng adalah kalsium, serat, folat, zat besi, magnesium, mangan, fosfor,

potasium, silikon, zinc, vitamin B1, B2, B3, B5, dan C. "Ginsenosides merupakan

elemen terpenting dari tanaman ginseng yang berguna bagi kesehatan.4 Tongkat

ali dapat meningkatkan kesehatan dan perbaikan kemampuan berpikir, perbaikan

fungsi sistem kekebalan tubuh dan menurunkan lemak tubuh.5

Jahe memiliki khasiat merangsang pelepasan hormon adrenalin,

memperlebar pembuluh darah dan mempercepat aliran darah. Jahe juga

mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang

disebabkan radikal bebas didalam tubuh.6

4

Khomsan, A. 2008. Manfaat Tanaman Herba. http://fyinetwork.cjb.net.(23 Mei 2008) 5

(30)

Kopi instan merupakan produk yang praktis untuk dikonsumsi. Kopi

bubuk instan diproduksi karena perubahan pada perilaku minum kopi konsumen.

Perubahan pola makan atau minum konsumen, biasanya terjadi pada masyarakat

perkotaan. Sebagian besar dari mereka telah disibukkan oleh pekerjaan yang

menyita banyak waktu. Mereka tidak lagi mempunyai waktu yang cukup banyak,

untuk menyiapkan makanan atau minumannya. Maka dari itu, produk kopi bubuk

instan yang kini telah diproduksi dan dipasarkan oleh para produsen, merupakan

salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan/keinginan konsumen kopi, akan

adanya suatu produk minuman kopi, yang mampu memberikan kepraktisan dalam

mengkonsumsinya.

Merek kopi instan yang dijual di Giant Botani Square untuk kopi instan

4in1 yang terdiri dari Alicafe (Power Root), kopi gingseng miwon (miwon), dan

Indocafe gingseng (PT. Sari Incofood Corporation). Kopi instan 3in1 yang dijual

di Giant Botani Square adalah Nescafe (PT Nestle Baverages Indonesia), Indocafe

(PT. Sari Incofood Corporation), Torabika (PT. Torabika Eka Semesta), Good

Day (PT. Santos Jaya Abadi), Kapal Api (PT. Kapal Api), dan ABC. Beberapa

merek kopi bubuk instan telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.

Indonesian Best Brand Award (IBBA) pada tahun 2005 melaporkan

hasil survei, yang menggambarkan posisi brand value (BV) masing-masing merek

kopi secara umum (Tabel 1). BV dihitung dari beberapa komponen variabel antara

lain: (1) top-of-mind advertising (TOM ad), (2) top-of-mind brand (TOM brand),

(3) brand share/brand used most often (BUMO), (3) satisfaction dan (4) gain

(31)

Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa, Kapal Api mendominasi pasar kopi

di Indonesia. Dominasi ini dapat dilihat dalam persaingan pasar kopi. Pangsa

pasar pemimpinnya yaitu Kapal Api (50 persen) - empat kali lipat dibandingkan

dengan pangsa pasar pemain unggulan kedua yaitu Nescafe (12 persen).

Tabel 1. Hasil Survei Indonesian Best Brand Award (IBBA) Tahun 2005

Merek kopi Brand share (%) Brand Value

Sumber: Majalah SWA.2005. Edisi 15/XXI/21 Juli – 3 Agustus.

Pada Tabel 1. pasar disegmentasikan menjadi dua, yaitu pasar kopi bubuk

dan pasar kopi instan. Kapal api mendominasi pasar pada produk kopi bubuk.

Secara keseluruhan, memang Nescafe kalah dari Kapal Api, tetapi bila pasar kopi

ini dipilah, dan khusus dibatasi pada segmen kopi instan saja, Nescafe masih

dominan daripada Kapal Api, meskipun Kapal Api juga menjual kopi bubuk

instan. Merek Nescafe adalah yang terbesar di pasar kopi instan. Setelah

kemunculan merek-merek kopi instan baru seperti halnya Indocafe, Good Day,

Torabika, Alicafe, tingkat persaingan Nescafe semakin besar. Dari data di Tabel 1,

tampaknya pangsa pasar Nescafe (12 persen) masih dua kali lebih tinggi

dibandingkan dengan Indocafe (6 persen).

Kopi instan yang ada pada saat ini sudah diterima oleh masyarakat,

disebabkan oleh dua faktor7. Pertama, produsen membangun persepsi konsumen

bahwa produk kopi instan adalah, jenis minuman yang menawarkan kepraktisan

dalam penyajiannya, dan tidak menyisakan serbuk kasar atau ampas bila

7

(32)

diminum. Kedua, kepandaian produsen lewat iklan, dimana kopi instan identik

dengan kultur masyarakat kota, masyarakat modern, dan masyarakat yang selalu

disibukkan oleh beragam jenis pekerjaan yang menghabiskan waktu.

Sebagian masyarakat Indonesia mengalami perubahan pola konsumsi, ke

pola konsumsi yang lebih praktis. Hal ini merupakan peluang yang prospektif,

bagi produsen kopi bubuk instan untuk memasarkan produknya. Melalui iklan dan

promosi, produsen berusaha mempengaruhi konsumen, untuk membeli produk

yang ditawarkan. Pemasar perlu mempelajari dan memahami perilaku konsumen,

dalam proses keputusan pembelian kopi bubuk instan.

1.2 Rumusan Masalah

Seiring dengan perkembangan jaman, pola konsumsi masyarakat pada saat

ini ikut mengalami pergeseran/perubahan. Hal ini dapat dilihat dari

kecenderungan mereka, yang lebih memilih produk yang mudah dalam

pemakaiannya. Sehingga berkembangnya banyak usaha dalam menjual

produk-produk kopi bubuk instan.

Usaha kopi bubuk instan memiliki banyak pesaing. Dapat dilihat dari

banyaknya merek, jenis, dan rasa dari kopi bubuk instan yang ditawarkan

produsen, untuk dapat menarik konsumen (Tabel 2). Sehingga produsen dituntut

untuk berorientasi pada kepentingan konsumen, yakni dengan mengetahui

keinginan dan kebutuhan konsumen. Perbedaan harga antara satu produk dengan

produk kopi bubuk instan lainnya mengindikasikan bahwa adanya target pasar

masing-masing produk kopi bubuk instan yang dijual dipasaran. Pekerjaan dengan

(33)

produk. Pekerjaan yang dilakukan oleh konsumen sangat mempengaruhi gaya

hidup mereka, dan merupakan satu–satunya basis terpenting untuk menyampaikan

prestise, kehormatan, dan respek (Engel, 1994).

Tabel 2.Harga Beberapa Kopi Bubuk Instan Tahun 2008

Nama Berat (gr) Harga (Rp)

Sumber: Giant Botani Square, Juni 2008

Kopi merupakan minuman penyegar yang memiliki persaingan

perdagangan. Selain bersaing dengan minuman penyegar lainnya seperti teh,

coklat dan sebagainya, persaingan perdagangan antar merek kopi itu sendiri

semakin kompetitif. Hal ini tampak pada berbagai iklan mengenai produk kopi

merek tertentu yang terdapat di media iklan. Para produsen kopi berlomba-lomba

untuk merebut perhatian konsumen agar mau membeli produknya. Program

promosi kopi yang sangat intensif oleh para produsen diharapkan dapat

mempengaruhi minat dan motivasi konsumen. Namun yang harus diperhatikan

oleh produsen, bahwa keputusan pembelian barang atau jasa, berada di tangan

konsumen. Pengambilan keputusan konsumen bukan hanya dipengaruhi oleh

produsen atau pemasar, juga dipengaruhi oleh lingkungan konsumen, perbedaan

individu konsumen itu sendiri dan proses psikologi yang terjadi di dalam pikiran

konsumen (Engel, 1994).

(34)

akan memudahkan upaya pemasaran yang dilakukan produsen, menjadi lebih

terfokus dan efektif. Untuk itu produsen kopi bubuk instan perlu mengetahui

karakteristik konsumennya, tahapan dalam proses keputusan konsumen membeli

kopi bubuk instan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi mereka, dalam

pengambilan keputusan pembelian kopi bubuk instan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana keputusan pembelian kopi bubuk instan 3in1 dan 4in1 oleh

konsumen di Giant Botani Square?

2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi proses keputusan pembelian kopi

bubuk instan 3in1 dan 4in1?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Menganalisis keputusan pembelian kopi bubuk instan 3in1 dan 4in1 oleh

konsumen di Giant Botani Square.

2. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian

kopi bubuk instan 3in1 dan 4in1 oleh konsumen.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi untuk para

pengusaha kopi instan dalam menentukan/menetapkan langkah-langkah

(35)

Penelitian ini juga dapat memberikan informasi mengenai perilaku

konsumen, dalam mengkonsumsi kopi instan yang dapat digunakan sebagai studi

perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

Bagi penulis sendiri, penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga

dan sekaligus sebagai wadah latihan, dalam menerapkan ilmu yang telah didapat

(36)

2.1. Gambaran Umum Kopi

Tumbuhan kopi (Coffea Sp.) termasuk familia Rubiaceae. Tanaman kopi

termasuk tumbuhan tropik yang sangat mampu melakukan

penyesuaian-penyesuaian dengan keadaan kawasan. Walaupun tumbuhan tropik, tanamannya

tidak menghendaki suhu tinggi dan memerlukan tumbuhan naungan. Suhu di atas

35oC dan sebaliknya suhu dingin-beku (frost) dapat merusak panen bahkan

mematikan tanaman kopi. Tanamannya menghendaki suhu berkisar 150C - 300C

(Siswoputro, 1993).

Daerah asal tumbuhan kopi adalah di hutan-hutan Afrika, disana tumbuhan

kopi ditemukan di bawah pohon-pohon besar di hutan-hutan, dengan keadaan

yang cukup lembab, terutama untuk tumbuhan kopi Arabika. Jenis Arabika lebih

cocok dibudidayakan di daerah-daerah tropik di kawasan pegunungan pada

ketinggian di atas 600 m dari permukaan laut. Kopi Robusta dapat dibudidayakan

di kawasan-kawasan di bawah 700 m dpl (Siswoputro, 1993).

Buah kopi Arabika umumnya akan matang setelah 8 bulan dari saat

pembuahan dan kopi Robusta matang setelah 10 bulan dari saat pembuahan.

Buah-buahan matang tidak serentak sama dalam dompolan buah, baik dalam

perkebunan yang sama maupun dalam suatu kawasan (Siswoputro, 1993).

Musim panen kopi di Indonesia tidak serentak sama waktunya, dimulai

dari daerah bagian barat terus disusul panen di daerah-daerah timur. Musim panen

(37)

bersamaan di Jawa Timur dan Sulawesi dan terus ke timur. Berlangsung mulai

bulan April sampai Oktober setiap tahun (Siswoputro, 1993).

Kopi termasuk bahan penyegar yang cita rasanya digemari konsumen.

Citarasa kopi dipengaruhi oleh jenis kopi, lingkungan tempat tumbuh dan cara

pengolahan. Kopi mengandung kafein yang dapat digolongkan sebagai obat

pemacu syaraf pusat yang berguna untuk meningkatkan semangat kerja, melawan

kantuk dan keletihan mental (stres). Oleh karena itu, setelah minum kopi

seseorang akan merasakan kesegaran psikis (Siswoputro, 1993).

Hasil penelitian WHO menunjukkan bahwa kopi dapat mencegah gejala

kanker dan usus besar, tetapi kopi juga mempunyai beberapa efek negatif seperti

mendorong peningkatan tekanan darah tinggi dan mempercepat denyut jantung.

Oleh karena itu, dengan semakin berkembangnya teknologi pengolahan kopi, kini

telah diproduksi kopi bebas kafein yang dikenal dengan istilah free caffein atau

decaffeinated coffee sehingga kopi cukup aman untuk dikonsumsi

(Siswoputro,1993).

Pengolahan buah kopi untuk mendapatkan biji kopi (kopi beras atau green

coffee) dapat melalui dua macam cara pengolahan, yaitu pengolahan kering dan

pengolahan basah. Pengolahan cara kering umumnya dilakukan secara tradisional

oleh petani dan hasilnya berupa biji kopi bermutu rendah yang sering disebut

”kopi asalan”. Sedangkan pengolahan cara basah dilakukan oleh perkebunan atau

perusahaan pengolah biji kopi yang cukup besar, karena memerlukan proses yang

lebih teliti dan rumit. Biji kopi tersebut selanjutnya menjadi bahan baku untuk

(38)

kopi celup (coffee bags), kopi bubuk (powdered coffee atau ground coffee), dan

kopi instan (instant coffee) (Siswoputro,1993).

Untuk membuat kopi instan, mula-mula biji kopi diolah denga cara basah.

Selanjutnya biji kopi yang telah diolah dengan cara basah tersebut direndam dan

digiling sambil ditambahkan air sedikit demi sedikit. Kopi yang berbentuk cair

tersebut, kemudian dimasukkan dalam mesin pengekstrak (extractor) yang

memisahkan air dengan bubuknya. Kopi yang dihasilkan masih memiliki kadar air

yang tinggi. Selanjutnya kopi yang masih berbentuk setengah cair tersebut

dikeringkan dengan alat pengering (Anhydro Dryer) setelah terlebih dahulu

dipanaskan. Proses pengeringan tersebut dilakukan dengan mengalirkan kopi

tersebut kesaluran yang tingginya mencapai 20-30 meter, lalu disemprotkan ke

bawah dan dengan cepat dikeringkan dengan Anhydro Dryer sehingga menjadi

kopi instan (Siswoputro,1993).

Pada 1938 M Nestle menemukan kopi instan di Brazil, Nestle sampai saat

ini merupakan penghasil kopi instan terbesar di dunia. Tahun 1939-1945 M

Pasukan Amerika membawa kopi instan dalam perang dan memperkenalkannya

ke seluruh dunia.1

Menurut Departemen Perindustrian RI (Standar Industri Indonesia No.

0724-83), kopi instan adalah produk kering yang mudah larut dalam air, diperoleh

seluruhnya dengan cara mengekstrak biji tanaman kopi (Coffea Sp.) yang telah

disangrai, hanya dengan menggunakan air. Karakteristik kopi instan secara lebih

rinci disajikan dalam Tabel 3.

(39)

Tabel 3. Syarat Mutu Kopi Instan

No. Uraian Persyaratan

1. Keadaan: Bau, rasa Normal

10. Pemeriksaan mikrobiologi:

1. Kapang

2. Jumlah Bakteri

1. Maks. 50 koloni/g

2. <300 koloni/g

Sumber : Siswoputro, 1993

Industri kopi instan merupakan pengembangan dari industri kopi bubuk.

Industri ini, selain memerlukan perangkat produksi yang modern, juga

memerlukan dukungan permodalan yang kuat sehingga hanya industri skala besar

yang mampu bergerak dibidang ini.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, ada beberapa perusahaan yang

terus memproduksi kopi instan (Tabel 4), dari merek perusahaan tersebut, PT.

Santos Jaya Abadi sudah sangat dikenal dengan kopi bubuknya, yaitu merek

Kapal Api. PT. Santos Jaya Abadi mulai merambah ke dalam industri kopi instan

dengan memproduksi dan memasarkan kopi instan dengan merek Good Day.

Tabel 4. Perusahaan yang Memproduksi Kopi Instan

No. Nama Perusahaan Produk

1. PT. Aneka Coffee Industri Kopi instan & kopi bubuk

2. PT. Nestle Beverages Indonesia Kopi instan

3. PT. Santos Jaya Abadi Kopi instan & kopi bubuk

4. PT. Sari Incofood Corporation Kopi instan

5. PT. Super Aneka Food and Beverage Kopi instan

6. PT. Torabika Eka Semesta Kopi instan

(40)

Kopi bubuk instan adalah produk minuman kopi dalam bentuk bubuk atau

butiran, yang untuk mengkonsumsinya hanya tinggal diseduh dengan air panas

dan segera larut menyatu dalam air, tanpa menyisakan serbuk kasar atau ampas,

serta sudah mengandung takaran tertentu. Kopi bubuk instan dibagi berdasarkan

komposisi dalam setiap kemasannya.

1. Kopi + gula

2. Kopi + gula + keamer/susu

3. Kopi + gula + kreamer + gingseng/tongkal ali/jahe

Masing-masing konsumen memiliki pilihan tersendiri terhadap produk

kopi bubuk instan yang dikonsumsinya. Konsumen memiliki atribut tersendiri

sehingga memutuskan memilih suatu produk. Atribut dari kopi bubuk instan

dalam kuisioner adalah: harga, rasa, nama merek, bentuk dan desain kemasan

yang menarik, iklan, promosi penjualan, praktis atau kecepatan penyajian, tidak

meyisakan ampas, kemudahan memperoleh produk, pengaruh keluarga, pengaruh

teman, pengaruh wiraniaga, warna gambar, ukuran kemasan, kesesuaian diminum

bersama berbagai jenis makanan, kesesuaian diminum sebagai penyegar,

kebersihan kemasan, kekuatan warna kopi, kandungan gizi produk, tingkat

kemanisan, kekuatan aroma kopi, sertifikasi halal dan pilihan rasa, serta

(41)

2.2. Penelitian Terdahulu

2.2.1. Analisis Perilaku Konsumen

Penelitian yang dilakukan oleh Wirakusuma, pada tahun 2006 mengenai

Analisis Perilaku Konsumen Kopi Banyuatis, serta Implikasinya Terhadap

Strategi Pemasaran. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengkaji karakteristik

perilaku konsumen kopi secara umum, mengidentifikasi sikap konsumen terhadap

berbagai atribut produk kopi Banyuatis. Serta merumuskan alternatif strategi

pemasaran yang sesuai bagi perusahaan kopi Banyuatis, agar dapat meningkatkan

daya saing produknya. Digunakan metode analisis tabulasi deskriptif, analisis

Fishbein dan Importance-PerformanceAnalysis, untuk menjawab tujuan tersebut.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa, produk kopi

dikonsumsi oleh konsumen baik yang berjenis kelamin pria maupun wanita,

dengan jumlah yang hampir merata. Berdasarkan komposisi usia, responden

merupakan orang-orang yang telah dewasa, dan memiliki keputusan sendiri dalam

menentukan pilihan terhadap suatu produk kopi. Konsumen juga memiliki latar

belakang pendidikan yang cukup. Pekerjaan responden tersebar hampir merata,

namun yang paling banyak ditemui, bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS)

dan memiliki tingkat pendapatan perbulan yang tetap. Sehingga mereka juga

memiliki anggaran pengeluaran, untuk pembelian kopi setiap bulannya. Faktor

pengaruh lingkungan terhadap keputusan pembelian kopi Banyuatis menunjukkan

bahwa, sumber informasi dari orang lain seperti teman, dan keluarga cukup efektif

selain dari iklan. Kepribadian dan gaya hidup merupakan sikap yang penting

untuk dimengerti, mengapa orang memperlihatkan perbedaan, dalam

(42)

individu diperlihatkan oleh atribut produk, yang memiliki rasa dan aroma yang

khas. Serta manfaat yang dicari dari minuman kopi yaitu sebagai penyegar dan

penghilang rasa ngantuk. Pengaruh psikologis ditunjukkan dengan adanya

motivasi, atau alasan membeli kopi Banyuatis, karena mutu yang terjamin sebagai

produk asli kopi Bali. Atribut produk sebagai karakteristik produk yang

diharapkan oleh konsumen kopi Banyuatis adalah, memiliki cita rasa dan aroma

yang khas. Selanjutnya konsumen akan mempertimbangkan atribut-atribut produk

kopi instan, yang diurutkan berdasarkan tingkat kepentingannya. Hal ini seperti

ketersediaan atau kemudahan dalam memperoleh kopi Banyuatis, kepraktisan

dalam penyajian, kepopuleran merek, harga, ukuran kemasan, desain kemasan dan

iklan. Sehingga strategi pemasaran yang dapat dilakukan oleh perusahaan kopi

Banyuatis adalah, melalui strategi pengembangan produk serta memperluas

jaringan distribusi.

Penelitian Ernawatie (2005) mengenai Analisis Ekonomi Pola Konsumsi

Kopi Bubuk Konsumen Rumah Tangga. Tujuan penelitian tersebut untuk

mempelajari atribut-atribut merek kopi bubuk, yang disukai konsumen rumah

tangga, di Kabupaten Cilacap. Serta mempelajari perilaku dan pola konsumsi kopi

bubuk konsumen rumah tangga di Kabupaten Cilacap. Digunakan metode regresi

berganda, metode sikap fishbein, dan metode analisis deskriptif dengan tabulasi

sederhana, untuk menjawab tujuan tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, atribut-atribut kopi bubuk yang

mempunyai nilai kepercayaan yang besar adalah rasa yang cocok, aroma yang

khas, merek yang terkenal, harga yang murah. Selain itu juga dikarenakan banyak

(43)

Atribut-atribut yang mempunyai nilai kepercayaan yang kecil, adalah desain

kemasan yang menarik. Serta ukuran kemasan yang bervariasi, jenis kemasan

yang beragam, perusahaan yang memproduksi kopi bubuk yang dikenal dan iklan

yang menarik.

Karakterisik produk kopi bubuk berpengaruh terhadap keputusan

konsumen untuk membeli, dan pola konsumsi kopi bubuk rumah tangga. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar konsumen yang mengonsumsi

kopi bubuk mempunyai tingkat pengeluaran yang cukup rendah. Konsumen lebih

banyak mendapatkan produk kopi bubuk yang dikonsumsinya di warung dekat

rumah, dan mendapatkan informasi pertama kali mengenai merek kopi bubuk

yang akan dikonsumsi, dari iklan di televisi. Konsumen cenderung untuk memilih

merek kopi bubuk yang dikonsumsinya, karena rasanya yang cocok dan aromanya

yang khas.

Rata-rata tingkat konsumsi konsumen rumah tangga kopi bubuk per bulan

di Kabupaten Cilacap adalah, 233,38 gr/kapita. Sebagian besar konsumen

mengkonsumsi kopi bubuk setiap hari. Konsumen cenderung royal/ setia dalam

menggunakan suatu merek kopi bubuk. Karenanya sebagian besar konsumen

merencanakan dan menetukan merek, sebelum melakukan pembelian. tidak semua

konsumen hanya mengkonsumsi kopi bubuk, karena konsumen juga

menginginkan variasi, dalam mengonsumsi minuman penyegar.

Jumlah konsumsi kopi bubuk rumah tangga, dipengaruhi secara nyata dan

positif oleh besarnya tingkat pengeluaran, ukuran keluarga, jenis pekerjaan

(44)

dipengaruhi oleh ukuran kemasan 30 gram - 250 gram, ukuran kemasan 250 gram

- 500 gram, dan frekwensi penggunaan sebagai minuman utama.

Penelitian mengenai Analisis sikap dan faktor-faktor yang mempengaruhi

konsumen dalam memilih restoran fast food oleh Friza pada tahun 2007. Tujuan

penelitian tersebut untuk mengkaji preferensi konsumen terhadap atribut produk

di restoran KFC Pajajaran dan A&W Botani Square, mengkaji preferensi

konsumen terhadap atribut restoran pada restoran KFC pajajaran dan A&W

Botani Square, mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen

dalam memilih restoran KFC dan A&W Botani Square. Digunakan metode

fishbein untuk menjawab tujuan tersebut.

Berdasarkan hasil analisis model sikap fishbein, maka dapat diketahui

sikap responden restoran KFC secara keseluruhan, terhadap atribut produk KFC

adalah baik dengan total skor 104,78 pada Restoran A&W. Interpretasi penilaian

responden justru biasa dengan skor 93,92. Hal ini terjadi karena porsi, paket

promosi dan harga yang ditetapkan oleh pihak restoran A&W, kurang sesuai

dengan harapan konsumen. Berdasarkan hasil analisis model sikap fishbein pada

atribut restoran, maka dapat diketahui sikap responden Restoran KFC secara

keseluruhan terhadap atribut KFC adalah baik, dengan total skor 232,62 pada

restoran A&W interpretasi penilaian responden juga baik, dengan total skor

223,93. Nilai ini menunjukkan bahwa responden restoran KFC dan A&W telah

merasa puas terhadap atribut restoran, yang diberikan oleh pihak restoran KFC

pajajaran dan A&W Botani Square.

Faktor yang mempengaruhi keputusan responden dalam pemilihan

(45)

responden restoran KFC dan A&W, memilih makanan di restoran fast food adalah

karena rasa makanannya. Tahap pencarian informasi terdiri dari responden A&W

mengetahui sumber informasi, mengenai restoran fast food ini dari brosur,

sedangkan responden KFC dari televisi. Responen restoran A&W dan KFC

dalam memilih restoran fast food adalah karena citarasa makanannya. Lamanya

masing-masing responden mengetahui mengenai restoran fast food adalah lebih

dari tiga tahun. Tahap evaluasi alternatif terdiri dari responden dalam memilih

restoran A&W dan KFC adalah karena selera. Alasan responden kedua restoran

memilih makanan di sebuah restoran fast food adalah, karena harganya yang

terjangkau. Umumnya responden berkunjung ke restoran fast food sebulan sekali.

Responden berkunjung ke restoran fast food tidak sendiri. Hampir sebagian besar

responden kedua restoran memilih pergi ke restoran fast food bersama teman.

Alasan responden memilih makan di restoran fast food, karena rasa makanan yang

disajikan pada restoran tersebut. Biaya yang dikeluarkan responden untuk sekali

makan di restoran fast food adalah Rp 20.000 – Rp 50.000. Responden restoran

KFC dan A&W memilih ayam goreng, sebagai menu yang paling disukai.

Sebagian besar responden restoran KFC dan A&W memutuskan kunjungan ke

restoran fast food tergantung situasi. Evaluasi paska pembelian terdiri dari

tanggapan responden setelah makan di restoran A&W menyatakan cukup puas,

sedangkan responden KFC menyatakan puas. Apabila harga di Restoran fast food

naik, maka sebagian responden pada restoran KFC dan A&W akan memilih untuk

mengurangi frekuensi pembelian mereka.

Analisis uji diskriminan yang dilakukan pada semua atribut produk dan

(46)

berpengaruh terhadap keputusan pemilihan restoran fast food yaitu, variabel harga

makanan, areal parkir dan rasa makanan yang dihidangkan. Ketiga variabel ini

kemudian digunakan untuk membentuk fungsi diskriminan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ada beberapa hal yang dapat

disarankan untuk restoran KFC, agar dapat mempertahankan kualitas atribut

produk dan atribut restorannya. Sehingga pelanggan lama lebih loyal terhadap

produk KFC dan pihak KFC sendiri dapat menarik pelanggan baru. Adapun

atribut yang paling membedakan pilihan restoran terhadap restoran KFC dan

restoran A&W adalah atribut harga, rasa dan areal pakir. Oleh karena itu ketiga

produk ini harus lebih ditingkatkan kualitasn dan kinerjanya oleh pihak restoran

KFC, sehingga restoran ini dapat lebih unggul jika bersaing dengan

kompetitornya.

2.2.2. Analisis Lingkungan Usaha dan Bauran Pemasaran

Hanum D (2000), dalam penelitiannya mengenai lingkungan usaha dan

bauran pemasaran, dalam strategi bersaing produk kopi bubuk. Penelitian ini

mengambil kasus pada PT. Ayam Merak di Jakarta. Alat analisis yang digunakan

adalah analisis SWOT, untuk mengetahui posisi persaingan produk kopi bubuk.

Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang menjadi peluang cukup besar,

bagi pengembangan usaha kopi Ayam Merak adalah: (1) pasar domestik yang

besar; (2) jumlah penduduk yang meningkat; (3) jumlah penduduk usia dewasa

dan tua mendominasi di masa mendatang; (4) kecenderungan masyarakat yang

menyukai produk praktis; (5) kemajuan teknologi; (6) perkembangan dalam bisnis

(47)

(9) pola persaingan yang bersifat lokal. Sedangkan faktor-faktor yang

menghambat antara lain: (1) adanya kecenderungan tingkat inflasi yang tinggi;

(2) pandangan negatif akan efek kopi; (3) produk substitusi dari jenis yang

berbeda; (4) pesaing yang cukup aktif melancarkan strategi promosi;

(5) meluncurkan produk pemasok tinggi; (6) pembeli tidak terikat pada satu

penjual dan (7) biaya peralihan ke produk substitusi relatif kecil.

Faktor-faktor yang menjadi kekuatan perusahaan adalah: (1) struktur

organisasi dan sumberdaya yang telah memadai; (2) proses produksi telah

menggunakan teknologi yang cukup maju; (3) pengendalian mutu dilakukan pada

setiap tahap produksi; (4) produk perusahaan telah lama beredar di pasaran;

(5) telah dikenal oleh masyarakat; (6) harga produk perusahaan cukup bersaing

dan (7) memiliki merek yang disesuaikan dengan pasar sasaran. Faktor-faktor

yang menjadi kelemahan perusahaan antara lain: (1) belum adanya divisi

penelitian dan pengembangan maupun divisi pembinaan dan pelatihan; (2) bahan

baku sebagian besar dari luar jawa dan sangat bervariasi dari segi kualitas, serta

(3) variasi formula kopi masih sedikit dimiliki perusahaan. Berdasarkan hasil

analisis matriks pertumbuhan pangsa pasar BCG, kopi bubuk Ayam merak berada

pada tipe Question Marks, dimana laju pertumbuhan pasar tinggi, dan pangsa

pasar relatif cukup rendah. Strategi produk yang diterapkan adalah, mengasilkan

produk yang mengikuti kecenderungan konsumen, yang menyukai produk praktis.

Strategi harga adalah menerapkan harga, yang lebih rendah dari pesaing, promosi

dilakukan dengan penekanan pada below the line, yang mempunyai target pasar

utama adalah, masyarakat kelas menengah ke bawah. Strategi distribusi yang

(48)

2.2.3. Analisis Pangsa Pasar dan Tataniaga Kopi Arabika di Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang, Sulawesi Selatan

Penelitian yang dilakukan oleh Sallatu pada tahun 2006 berjudul Analisis

Pangsa Pasar dan Tataniaga Kopi Arabika di kabupaten Tana Toraja dan

Enrekang, Sulawesi Selatan. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis

tingkat pangsa pasar pada usahatani kopi arabika serta struktur, perilaku dan

kinerja lembaga tataniaga kopi arabika di Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang.

Untuk menjawab tujuan tersebut, analisis pangsa pasar dilakukan dengan metode

Markov Chain. Sedangkan struktur, perilaku dan kinerja pasar kopi arabika

dilakukan dengan pendekatan Structure-Conduct-Performance.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada awalnya pangsa pasar terbesar

kopi arabika di Sulawesi Selatan, diraih oleh Kecamatan Rinding Allo. Akan

tetapi sebaran keseimbangan rantai Markov menyebabkan terjadinya dinamika

pasar sehingga Kecamatan Allo memiliki peluang untuk meraih posisi terbesar,

dalam hal pangsa pasar. Sedangkan pangsa pasar terendah, peluangnya akan

bergeser dari Kecamatan Sesean ke Kecamatan Rinding Allo.

Banyaknya pelaku pasar yang terlibat serta besarnya hambatan untuk

keluar masuk pasar, telah menyebabkan terbentuknya struktur pasar kopi arabika

di Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang. Struktur pasar mengarah pada pasar

persaingan tidak sempurna (Imperfect Competitive Market). Sementara perilaku

pasar diwarnai oleh praktek penentuan harga yang didominasi oleh eksportir dan

pedagang besar. Struktur dan perilaku pasar kopi arabika di dua kabupaten ini

tidak memberikan alternatif kepada petani, untuk dapat memilih saluran

pemasaran yang lebih efisien, walaupun saluran pemasaran ini dapat memberikan

(49)

sempurna, perilaku pasar yang cenderung meningkatkan ketergantungan petani,

transmisi harga yang inelastis, serta keterpaduan pasar yang mengukuhkan

dominasi eksportir dan pedagang besar, telah menyebabkan posisi tawar

(bargaining position) petani kopi arabika di Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang

semakin lemah.

Perlu dukungan dari pemerintah pusat dan daerah, untuk mengantisipasi

peluang pergeseran pangsa pasar dari beberapa daerah produsen, untuk

memperbaikan sarana transportasi dan infrastruktur pemasaran lainnya. Sehingga

dapat mengurangi tingkat ketergantungan petani kepada pedagang dan eksportir.

Perlu diupayakan adanya lembaga keuangan yang mampu menyediakan

kebutuhan modal kepada petani, dalam waktu cepat tanpa prosedur yang rumit

dan berbelit-belit. Dengan demikian petani memiliki alternatif untuk memilih

saluran pemasaran yang lebih efisien dan menguntungkan bagi mereka.

Sedangkan untuk meningkatkan kekuatan posisi tawar petani, usaha yang dapat

ditempuh adalah dengan mendorong tumbuh dan berkembangnya asosiasi petani

kopi arabika, atau organisasi petani yang mandiri.

2.2.4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Minuman Teh Merek Freshtea

Penelitian yang dilakukan oleh Kartikawati pada tahun 2005, mengenai

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian minuman teh

merek freshtea. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengkaji karakteristik

konsumen, menganalisis proses keputusan pembelian dan menganalisis

faktor-faktor dominan dalam keputusan pembelian minuman teh merek Freshtea. Untuk

(50)

Hasil penelitian tersebut yaitu, konsumen minuman teh freshtea adalah

pria dan wanita pada rentang usia 23 tahun sampai 25 tahun. Konsumen tersebut

berstatus belum menikah, bertempat tinggal bersama orang tua dan menyewa

kamar (kost). Pada proses pencarian informasi, sumber informasi konsumen

mengenai minuman teh Freshtea di peroleh dari iklan TV dan radio (media

elektronik), sedangkan bentuk promosi yang dianggap paling menarik bagi

konsumen adalah promosi melalui potongan harga dan hadiah melalui tutup botol.

Pengaruh iklan dan promosi bagi konsumen adalah membuat konsumen tertarik

untuk mencoba.

Dasar pertimbangan konsumen dalam memilih dan mengkonsumsi pada

proses evaluasi alternatif adalah, rasa dari minuman teh Freshtea. Alasan

konsumen memilih minuman teh Freshtea adalah karena aroma melati yang khas

dan kemudahan minuman tersebut untuk didapatkan. Hampir sebagian dari

konsumen mengkonsumsi minuman teh Freshtea menyatakan bahwa, frekwensi

mereka membeli dan mengkonsumsi minuman teh Freshtea adalah lebih dari satu

minggu satu kali.

Dalam melakukan proses keputusan pembelian, konsumen tidak

merencanakan terlebih dahulu kapan dan di mana mereka akan membeli minuman

teh Freshtea. Sedangkan mereka biasa membeli minuman tersebut di toko atau

warung terdekat.

Proses perilaku setelah pembelian memperlihatkan bahwa konsumen

merasa biasa saja apabila tidak membeli dan mengkonsumsi minuman tersebut,

sedangkan apabila minuman teh Freshtea tidak tersedia di tempat penjualan, maka

(51)

harga mengalami kenaikan, maka konsumen akan membeli produk lain sejenis

yang harganya lebih murah. Konsumen merasa puas setelah mengkonsumsi

minuman teh Freshtea dan mereka menyatakan akan melakukan pembelian di

waktu yang akan datang.

Berdasarkan hasil analisis faktor dapat disimpulkan bahwa 23 variabel

yang dapat diproses lebih lanjut dapat diekstraksi atau diperkecil menjadi 7 faktor.

Faktor pertama adalah faktor daya tarik kemasan, mewakili variabel bentuk dan

desain kemasan yang menarik, warna gambar atau logo pada kemasan, ukuran

kemasan, merek terkenal, iklan dan promosi. Faktor kedua adalah faktor manfaat

produk dan kemudahan memperoleh mewakili variabel kesesuaian diminum

bersama berbagai jenis makanan. Ketersediaan atau kemudahan memperoleh

produk, dan kesesuaian diminum untuk pelepas dahaga. Faktor ketiga adalah

faktor pengaruh lingkungan mewakili variabel pengaruh keluarga, pengaruh

teman dan pengaruh wiraniaga. Faktor keempat adalah faktor kualitas produk

mewakili variabel keaslian bahan-bahan. Kebersihan kemasan, harga, rasa teh,

dan volume atau isi minuman. Faktor kelima adalah faktor kualitas teh, mewakili

variabel kepekatan teh dan kekuatan warna teh. Faktor keenam adalah faktor

kesehatan mewakili variabel produk bebas pengawet dan kandungan atau

komposisi produk. Faktor ketujuh adalah faktor panca indera yang diwakili oleh

variabel kekuatan aroma melati dan kemanisan. Penelitian terdahulu dapat dilihat

(52)

Tabel 5. Penelitian Terdahulu

Topik Peneliti Metode Hasil

Analisis pangsa dan tataniaga kopi arabika Analisis sikap

Fishbein Menjelaskan preferensi

konsumen terhadap atribut produk di restoran A&W dan KFC dan Menjelasakan faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan konsumen A&W dan KFC

Analisis

faktor-variabel ke dalam 7 faktor. Analisis perilaku dan gaya hidup, pengaruh psikologis, serta merinci atribut produk kopi

(53)

Tabel 5. Penelitian Terdahulu

Topik Peneliti Metode Hasil

Pola konsumsi serta jumlah konsumsi kopi

Analisis

Diantara beberapa tinjauan pustaka tersebut, penelitian ini paling

menyerupai dengan penelitian Kartikawati. Namun perbedaan terhadap penelitian

ini adalah produk yang dianalisis dengan analisis faktor berbeda, yaitu kopi bubuk

instan 3in1 dan 4in1, sementara kartikawati meneliti produk teh merek Freshtea

(minuman teh dalam kemasan botol). Penelitian ini belum pernah dilakukan dan

lokasi yang diteliti juga berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini

(54)

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, berasal

dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, akan dijelaskan pada sub bab

-sub bab berikut.

3.1.1. Teori Permintaan

Permintaan merupakan jumlah produk atau jasa yang diminta oleh

konsumen pada setiap tingkat harga. Jumlah yang diminta menunjukkan jumlah

komoditi total, yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga. Ada tiga hal penting

yang perlu diperhatikan dari definisi permintaan (Kotler, 2002), yaitu:

1. Jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan (desired) yang

menunjukkan berapa banyak yang ingin dibeli oleh rumah tangga, atas

dasar harga komoditi itu sendiri, harga barang lainnya, penghasilan,

selera, dll.

2. Apa yang diinginkan bukan merupakan harapan kosong, tetapi merupakan

permintaan efektif, artinya permintaan yang didukung oleh daya beli.

3. Kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinu,

sehingga kuantitas tersebut harus dinyatakan dalam banyaknya per satuan

waktu.

Banyaknya komoditi yang akan dibeli oleh suatu rumah tangga pada

(55)

pendapatan rumah tangga, harga komoditi yang berkaitan, selera, distribusi

pendapatan rumah tangga, dan besarnya populasi. Hipotesis ekonomi dasar

menyatakan bahwa, harga suatu komoditi dan kuantitas yang diminta

berhubungan negatif, dengan asumsi faktor lain dianggap tetap. Artinya semakin

rendah harga suatu komoditi, maka jumlah yang diminta akan semakin bertambah,

dan sebaliknya.

Pendapatan berhubungan positif dengan permintaan, ketika pendapatan naik,

maka jumlah yang diminta akan semakin bertambah, dan sebaliknya. Besarnya

populasi juga mempengaruhi permintaan, ketika jumlah penduduk naik, maka

permintaan akan naik, dan sebaliknya.

Selera merupakan salah satu faktor, yang mempengaruhi keinginan

konsumen, untuk membeli suatu produk. Setiap perusahaan yang memasarkan

produk, harus mengkaji atau menganalisis perilaku konsumen, karena selera

konsumen berbeda-beda dan terus mengalami perubahan. Hasil analisis tersebut

dapat menujukkan, apakah produk yang dihasilkan sudah sesuai, dan dapat

memenuhi selera konsumen, sehingga dapat meningkatkan permintaan (Lipsey,

1995).

3.1.2. Definisi Konsumen

Konsumen sebagai individu atau kelompok, yang berusaha untuk memenuhi

atau mendapatkan barang atau jasa, untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya

Gambar

Tabel 3. Syarat Mutu Kopi Instan
Tabel 5. Penelitian Terdahulu
Tabel 5. Penelitian Terdahulu
Gambar 2. Proses Pengenalan Kebutuhan Berpusat pada Tingkat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan penilaian responden untuk kinerja Yakult didapat keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut pilihan rasa produk Yakult sebesar 1,49 dinilai sangat sedikit oleh responden

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN MEREK INDOMIE (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Berdasarkan hasil penilaian persepsi konsumen terhadap atribut produk yang terdiri dari kebersihan, warna, keseragaman bulir, kepulenan, aroma, daya tahan, harga,

Analisis Faktor-faktor Yang Kempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen Di Warung Kopi Cak Wang Jember”,S kripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

Pandangan responden yang muncul tentang edible packaging berbahan dasar tepung biji durian (Durio zibethinus) sebagai pengemas bubuk kopi instan adalah kemasan

Sedangkan penilaian responden untuk kinerja Yakult didapat keseluruhan skor rata-rata kinerja atribut pilihan rasa produk Yakult sebesar 1,49 dinilai sangat sedikit oleh responden

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh variabel faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologi terhadap keputusan pembelian produk mie instan berlabel

Dari uraian di atas mengenai manfaat krim yoghurt Activia maka dapat dilihat bahwa responden lebih mengutamakan manfaat utilitarian (fungsional) krim yoghurt