• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi, Kompensasi, Kepemimpinan Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Bank Sumut Cabang Kota Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Motivasi, Kompensasi, Kepemimpinan Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Bank Sumut Cabang Kota Tebing Tinggi"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAARUH MOT KOMITME KARY PROGR UN TIVASI, KO EN ORGAN YAWAN PT KOTA T SAR 1 RAM STUD DEPARTE FAKUL NIVERSITA SKRIPSI OMPENSA NISASI TER T. BANK SU

TEBING TI OLEH RAH JULIA 100503230 DI STRATA EMEN AKU LTAS EKON AS SUMATE MEDAN ASI, KEPEM RHADAP K UMUT CAB INGGI ANA

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “pengaruh motivasi, kompensasi, kepemimpinan dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Sumatra Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan penulisan etika ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, April 2014 Yang membuat pernyataan

(3)

ABSTRAK

PENGARUH MOTIVASI, KOMPENSASI, KEPEMIMPINAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA

KARYAWAN PT. BANK SUMUT CABANG KOTA TEBING TINGGI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari motivasi, kompensasi, kepemimpinan dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi.

Penelitian ini adalah penelitian eksplanasi asosiatif. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Bank SUMUT cabang kota Tebing Tinggi, dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang responden yang diambil menggunakan teknik sensus. Pengumpulan data primer dengan menggunakan kuesioner. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan nilai signifikansi  = 5% (0.05).

Secara simultan, motivasi, kompensasi, kepemimpinan dan komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi. Secara parsial, kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan, kompensasi dan komitmen organisasi berpengaruh positif dan tidak signifikan, sedangkan variable motivasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi. Nilai Adjusted R Square yang didapat dari hasil pengujian Koefisien Determinan (R2) sebesar 0.206 menjelaskan bahwa 20.6% kinerja karyawan mampu dijelaskan oleh variabel independen, yakni motivasi, kompensasi, kepemimpinan dan komitmen organisasi. Sedangkan 79.4% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(4)

ABSTRACT

EFFECT OF MOTIVATION , COMPENSATION , AND LEADERSHIP COMMITMENT TO THE PERFORMANCE OF ORGANIZATION

EMPLOYEE PT. BANK SUMUT KOTA TEBING TINGGI

The purpose of this study was to determine the effect of motivation, compensation, leadership and organizational commitment to employee performance of PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi. This research is an associative explanation. The population of this research are employees of PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi with number of samples of 52 respondents which are taken by census methods. Primary data collections are taken using questionnaires. The hypothesis of this research is analyzed using Multiple Linear Regression with signification level of = 5% (0.05).

Simultaneously, motivation, compensation, leadership and organizational commitment are affecting positively and significantly in purchasing decisions and a significant positive effect on the performance of employees of PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi. Partially, leadership is effecting positive and significantly, compensation and organizational commitment are effecting positive and not significantly. In the other hand, the motivation variable is affecting negative and not significantly on the performance of employees of PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi. Adjusted R Square value of 0,206, which is acquired from Coefficient Determinant (R2) test, stated that 20.6% of employee performance can be described by the independent variables , ie, motivation , compensation , leadership and organizational commitment . Which in other hands 79.4 % can be described from other variables that excluded of this research.

Keywords : Motivation , Compensation , Leadership , Organizational Commitment , Employee Performance

(5)

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Puji dan Syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Motivasi, Kompensasi, Kepemimpinan dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi”, guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis Drs. M. Yunus dan Mariana S.H beserta seluruh keluarga besar yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan dukungan baik materil maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan kuliahnya dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah mendapat banyak bantuan baik secara moril maupun materil. Untuk itu, melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara.

(6)

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi serta Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku dosen Pembimbing saya

yang telah membimbing, memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi saya ini.

5. Ibu Dra. Naleni Indra, M.M, Ak, selaku dosen pembanding I saya yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi saya ini.

6. Kepada Bapak dan Ibu dosen Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada peneliti selama mengikuti perkuliahan serta seluruh staf dan pegawai yang telah banyak membantu selama proses penulisan skripsi ini. 7. Kepada Bapak Khairil Anwar, S.E, selaku pimpinan PT. Bank SUMUT

cabang Kota Tebing Tinggi yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di perusahaan tersebut. Terima kasih juga saya ucapkan kepada seluruh karyawan PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi yang turut membantu penulis dalam mengumpulkan informasi. 8. Terima Kasih untuk Ahmad Muzani, Aliyah Zhafira, Maryam Sofia Noor

dan Irdina Safwani yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulis.

(7)

10.Terima kasih untuk Fariz Mahmud, Atiqah Hajar, Mutia Fadhila, Monica Sari, Amirah Natsir, Ayu Delrizal, Amira Ulfa, dan Randi Kosim yang selalu setia memberikan dukungan yang begitu besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Terima kasih untuk Meti, Uti, Ponco, Fadhlin, Liza, Nurul, Merry, Felix, Putra, Alvin, Kevin, Robby, Vita, dan Christine yang telah membantu penulis diperkuliahan dan menjadi sahabat seperjuangan penulis di kelas internasional 2010.

Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari segala kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan seluruh pembaca pada masa yang akan datang.

Medan, April 2014 Peneliti

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 9

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Kinerja Karyawan ... 10

2.1.1. Pengertian Kinerja Karyawan ... 10

2.1.2. Penilaian Kinerja ... 11

2.1.3. Tujuan Penilaian Kinerja ... 12

2.1.4. Manfaat Penilaian Kinerja ... 12

2.2. Teori Tentang Motivasi ... 14

2.2.1. Pengertian Motivasi ... 14

2.2.2. Teori Motivasi ... 15

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 23

2.2.4. Manfaat Motivasi ... 26

2.3. Pegertian Insentif ... 26

(9)

2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Insentif ... 30

2.3.3. Tujuan Pemberian Insentif ... 32

2.3.4. Pedoman Pemberian Insentif ... 32

2.4. Penelitian Terdahulu ... 33

2.5. Kerangka Konseptual ... 37

2.6. Hipotesis ... 39

BAB III. METODE PENELITIAN ... 40

3.1. Jenis Penelitian ... 40

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

3.3. Defenisi Operasional ... 40

3.4. Skala Pengukuran Variabel ... 42

3.5. Populasi dan Sampel ... 43

3.6. Metode Pengumpulan Data ... 43

3.7. Jenis dan Sumber Data ... 44

3.8.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 45

3.9. Teknik Analisis ... 46

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 37

 

(12)

ABSTRAK

PENGARUH MOTIVASI, KOMPENSASI, KEPEMIMPINAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA

KARYAWAN PT. BANK SUMUT CABANG KOTA TEBING TINGGI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari motivasi, kompensasi, kepemimpinan dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi.

Penelitian ini adalah penelitian eksplanasi asosiatif. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Bank SUMUT cabang kota Tebing Tinggi, dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang responden yang diambil menggunakan teknik sensus. Pengumpulan data primer dengan menggunakan kuesioner. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan nilai signifikansi  = 5% (0.05).

Secara simultan, motivasi, kompensasi, kepemimpinan dan komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi. Secara parsial, kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan, kompensasi dan komitmen organisasi berpengaruh positif dan tidak signifikan, sedangkan variable motivasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi. Nilai Adjusted R Square yang didapat dari hasil pengujian Koefisien Determinan (R2) sebesar 0.206 menjelaskan bahwa 20.6% kinerja karyawan mampu dijelaskan oleh variabel independen, yakni motivasi, kompensasi, kepemimpinan dan komitmen organisasi. Sedangkan 79.4% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(13)

ABSTRACT

EFFECT OF MOTIVATION , COMPENSATION , AND LEADERSHIP COMMITMENT TO THE PERFORMANCE OF ORGANIZATION

EMPLOYEE PT. BANK SUMUT KOTA TEBING TINGGI

The purpose of this study was to determine the effect of motivation, compensation, leadership and organizational commitment to employee performance of PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi. This research is an associative explanation. The population of this research are employees of PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi with number of samples of 52 respondents which are taken by census methods. Primary data collections are taken using questionnaires. The hypothesis of this research is analyzed using Multiple Linear Regression with signification level of = 5% (0.05).

Simultaneously, motivation, compensation, leadership and organizational commitment are affecting positively and significantly in purchasing decisions and a significant positive effect on the performance of employees of PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi. Partially, leadership is effecting positive and significantly, compensation and organizational commitment are effecting positive and not significantly. In the other hand, the motivation variable is affecting negative and not significantly on the performance of employees of PT. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi. Adjusted R Square value of 0,206, which is acquired from Coefficient Determinant (R2) test, stated that 20.6% of employee performance can be described by the independent variables , ie, motivation , compensation , leadership and organizational commitment . Which in other hands 79.4 % can be described from other variables that excluded of this research.

Keywords : Motivation , Compensation , Leadership , Organizational Commitment , Employee Performance

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diera globalisasi saat ini kinerja karyawan merupakan salah satu aset

terpenting dalam perusahaan, tanpa kinerja karyawan yang baik perusahaan tidak

bisa mendapatkan kinerja perusahaan yang tinggi dan susah untuk mencapai

tujuannya yang optimal, dengan adanya karyawan-karyawan yang terampil yang

mempunyai kinerja tinggi, perusahaan mempunyai aset berharga dalam

peningkatan kinerja perusahaannya untuk pencapaian keuntungan yang tinggi

pula. Dewasa ini persaingan antar perusahaan semakin tinggi, sehingga para

karyawan dituntut untuk mempunyai kinerja yang baik. Effendy (2002:194)

mengatakan bahwa, “kinerja adalah unjuk kerja yang merupakan hasil kerja

dihasilkan oleh karyawan atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan

perannya dalam organisasi". Ahli tersebut menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil

kerja dan perilaku yang dihasilkan oleh seorang karyawan sesuai dengan perannya

di dalam perusahaan dalam suatu periode tertentu. Apabila kinerja karyawan itu

tinggi maka produktivitasnya meningkat, karena itu meningkat pula kinerja

perusahaan tersebut. Keberhasilan suatu perusahaan sebagian besar tergantung

pada kinerja karyawannya yang secara langsung maupun tidak langsung

memberikan kontribusi yang positif kepada perusahaan.

Perusahaan biasanya mempunyai target tertentu untuk tahun berikutnya,

(15)

memberikan motivasi dan kompensasi yang sesuai kepada karyawannya. Disisi

lain kepemimpinan dan komitmen organisasi dalam suatu perusahaan mempunyai

peranan penting dalam mempengaruhi dan membimbing para karyawan kearah

tujuan perusahaan guna memicu kinerja yang baik sehingga menghasilkan

kontribusi yang baik juga bagi perusahaan.

Faktor-faktor diatas tadi sangat penting dalam meningkatkan kinerja para

karyawan. Motivasi kerja karyawan perlu didorong dan ditingkatkan agar

karyawan dapat melaksanakan kinerja yang baik, namun bila karyawan tidak

mendapat motivasi yang baik, karyawan cenderung sulit bekerja dengan baik dan

tidak bertanggung jawab, dengan adanya motivasi kerja yang tinggi maka

pencapaian produktivitas yang tinggi mudah diperoleh. Motivasi dapat didorong

dan ditingkatkan oleh masing-masing perusahaan yang bertujuan meningkatkan

kinerja karyawannya. Semakin banyak faktor kerja yang mempengaruhi motivasi

terpenuhi, semakin tinggi pula kinerja karyawan tersebut. Menurut George &

Jones dalam Kartika (2010:101) menyatakan bahwa motivasi dapat didefinisikan

sebagai suatu dorongan secara psikologis kepada seseorang yang menentukan

arah dari perilaku (direction of behavior) seseorang dalam suatu organisasi tingkat

usaha (level of effort) dan tingkat kegigihan atau ketahanan dalam menghadapi

suatu halangan atau masalah. Berdasarkan definisi tersebut dapat dilihat bahwa

seseorang yang mempunyai dorongan-dorongan secara psikologis yang positif,

maka akan menentukan dan menghasilkan perilaku positif serta kegigihan dan

(16)

Demi tercapainya tujuan yang baik, disisi lain pimpinan organisasi dapat

memberikan perhatian dengan memberikan kompensasi yang sesuai kepada

karyawannya, karena kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan kepada

para karyawan atas kinerja mereka. Pemberian kompensasi juga dibutuhkan untuk

mendorong karyawan guna meningkatkan kinerja agar mereka bekerja optimal

dalam mencapai tujuan perusahaan secara umunya dan tujuan mereka sebagai

individu secara khususnya dalam pemenuhan kebutuhan masing-masing. Hal ini

penting diperhatikan perusahaan karena naik turunnya kinerja karyawan bisa

disebabkan oleh besar kecilnya kompensasi yang diterima. Apabila karyawan

tidak mendapatkan kompensasi yang sesuai dengan besarnya pengorbanan dalam

bekerja, maka karyawan tersebut cenderung malas bekerja dan tidak bersemangat

dalam bekerja yang pada akhirnya mereka bekerja semaunya tanpa memikirkan

target yang telah ditentukan. Kompensasi memiliki defenisi yang beragam oleh

parah pakar. Hasibuan (2012:118) menyatakan Kompensasi adalah semua

pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang

diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan.

Kompensasi merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah perusahaan.

Pemberian kompensasi tersebut digunakan untuk mendorong karyawan bekerja

optimal di perusahaan tempatnya bekerja.

Ahli tersebut menjelaskan bahwa kompensasi merupakan balas jasa yang

diberikan oleh perusahaan sebagai pengakuan terhadap kinerja karyawan dan

kontribusinya kepada perusahaan. Dengan adanya pemberian kompensasi yang

(17)

baik lagi sehingga kedepannya proses kerja organisasi dapat berjalan lebih baik

sesuai tujuan organisasi.

Disisi lain, para karyawan membutuhkan pemimpin untuk mengatasi krisis

ekonomi dan sosial, guna memberi motivasi kepada pekerja, dan memberi garis

arahan yang paling baik bagi masa mendatang. Menurut Hemhill dan Coons

(dalam Sofyandi dan Garniwa, 2007:174) kepemimpinan adalah perilaku dari

seseorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu

tujuan yang ingin dicapai bersama. Tidak ada satu faktorpun yang memberikan

lebih banyak manfaat terhadap sebuah organisasi daripada kepemimpinan yang

efektif. Pemimpin diperlukan untuk menentukan tujuan, mengalokasikan sumber

daya yang langka, memfokuskan perhatian pada tujuan perusahaan, dan membina

kontak antar pribadi dan pengikutnya, karena itu kelompok dengan pemimpin

dapat melakukan hal-hal tersebut secara lebih efisien dan benar daripada

kelompok tanpa pemimpin.

Komitmen organisasi membawa pengaruh juga bagi karyawan khususnya

dalam peningkatan kinerja. Menurut Wibowo (2011:371) komitmen adalah

perasaan identifikasi, loyalitas dan keterlibatan yang ditunjukkan pekerja terhadap

organisasi. Dari definisi diatas kita dapat menyimpulkan bahwa apabila karyawan

tersebut senang mempunyai rasa loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan

tempatnya bekerja maka sikapnya dalam melakukan pekerjaan akan baik yang

berdampak dengan peningkatan kinerja yang baik pula. Perusahaan sebaiknya

menyamakan antara tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dengan tujuan

(18)

Moeheriono (2012:1) mengatakan bahwa “jika anda dapat mengukur kinerja,

maka anda akan mudah mengelolanya, jika anda mudah mengelolanya, maka anda

akan mudah mencapai tujuan”. Suatu perusahaan khususnya perbankan,

persaingan merupakan hal yang sangat lazim terjadi. Berbagai hal-hal yang terjadi

dalam lingkungan bisnis, menuntut perbankan untuk melakukan

penyesuaian-penyesuaian dalam rangka memenangkan persaingan, begitu pula yang terjadi di

PT. Bank SUMUT, tuntutan nasabah, inovasi unggul bank pesaing dan ketatnya

persaingan layanan antar bank, terus mendorong manajemen untuk melakukan

perubahan demi perubahan yang lebih baik dan inovatif. 

PT. Bank Sumut merupakan bank pembangunan daerah yang dipimpin oleh

seorang direktur utama. PT. Bank SUMUT merupakan Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD) yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara sebanyak 46,59% dan Pemerintah Kabupaten dan Kota se Sumatera Utara

sebanyak 53,41% yang bergerak dibidang jasa perbankan. PT. Bank SUMUT

merupakan salah satu Bank terbesar di Sumatera Utara. PT. Bank SUMUT yang

berpusat di Medan memiliki 30 kantor cabang konvensional dan 5 kantor cabang

syariah di Kabupaten dan Kota di wilayah Provinsi Sumatera Utara, yaitu

diantaranya : Kota Tebing Tinggi, Tanjung Balai, Kabupaten Deli Serdang,

Asahan dan Kabupaten Kota lainnya. Bank ini mempunyai 1.949 orang karyawan

berpendidikan Diploma III s.d. S-2 dan diantaranya 1.749 orang karyawan berusia

dibawah 40 tahun yang siap melayani nasabah serta menjalankan komitmen

(19)

Sebagai alat kelengkapakan Otonomi Daerah di bidang Perbankan, PT.

Bank SUMUT berfungsi sebagai penggerak dan pendorong laju pembangunan di

daerah, berperan sebagai Pemegang Kas Daerah yang melaksanakan penyimpanan

uang daerah serta sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah dengan

melakukan kegiatan usaha sebagai Bank Umum. Sebagai bank yang berfungsi

sebagai alat kelengkapan otonomi daerah kinerja PT. Bank Sumut menjadi hal

yang penting karena hingga kini kinerja pimpinan dan karyawan PT. Bank

SUMUT yang berada di provinsi Sumatera Utara kerap menjadi sorotan publik.

Hingga saat ini PT. Bank SUMUT berhasil menciptakan dan mempertahankan

nasabah-nasabah yang loyal melalui produk dan layanannya. Bank SUMUT juga

mendapat banyak prestasi diberbagai bidang yaitu, sebagai Bank Daerah terbaik,

sebagai Bank dengan predikat "SANGAT BAGUS" atas Kinerja Keuangannya,

direktur utamanya mendapat penghargaan Man Of The Year, mendapat

penghargaan dari ajang Indonesian Bank Loyalty Award (IBLA) 2014 dan

penghargaan-penghargaan lainnya. Hal ini tidak luput dikarenakan prestasi dan

kerjasama sumber daya manusia yang mengelolanya, baik karyawan dan

pemimpinnya. Makin tinggi kinerja karyawannya makin tinggi pula kinerja bank

tersebut.

Pencapaian kinerja harus didasari unsur perencanaan kinerja. Tujuan kinerja

dan evaluasi kinerja di lingkungan bank SUMUT Provinsi Sumatera Utara

menjadi perhatian pimpinan cabang masing-masing daerah kabupaten dan kota

karena hasil penilaian kinerja kabupaten kota di Sumatera Utara berbeda-beda.

(20)

Sumatera Utara untuk menjadi kantor cabang yang terbaik. Sistem yang baik ini

hendaknya sejalan dengan peningkatan kinerja bank ini. Hal ini penting untuk

dievaluasi untuk mengingat banyaknya peraturan-peraturan yang sudah dibuat

oleh kantor pusat maupun pemerintah sampai pada kebijakan kantor cabang itu

sendiri. Realisasi dari motivasi kerja diharapkan mampu meningkatkan kinerja

karyawan dan juga meningkatkan kinerja bank tersebut. Peningkatan motivasi

dikalangan karyawan dimaksudkan untuk memacu menimbulkan pengaruh positif

dalam aktivitas kerja karyawan dan hasilnya akan meningkatkan kinerja karyawan

tersebut, begitu juga dengan pemberian kompensasi yang diharapkan makin

meningkatkan hasil kerja karyawan menjadi lebih baik lagi dalam memberikan

kualitas pelayanan terbaik kepada nasabah.

Adapun beberapa alasan peneliti memilih Bank SUMUT cabang Kota

Tebing Tinggi sebagai objek penelitian adalah karena peneliti ingin melihat

bagaimana kinerja karyawan bank daerah di kantor cabang yang relatif berbeda

dengan kantor pusatnya. Bank SUMUT cabang Kota Tebing Tinggi selalu

melayani nasabah dalam jumlah yang tidak sedikit dalam hal tabungan, usaha

kecil dan menengah, pemberian kredit dan lan-lain. Hal ini tentu menjadi

tanggung jawab pimpinan dan seluruh karyawan untuk selalu memberikan

pelayanan yang maksimal terhadap para nasabah dalam setiap transaksi. Sebagai

upaya untuk mengoptimalkan kinerja karyawan, sangat penting bagi pihak bank

untuk memotivasi dan memberikan kompensasi yang sesuai kepada

(21)

karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga dapat meningkatkan

kinerja kerja masing-masing karyawan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti melakukan penelitian

dengan judul: “Pengaruh Motivasi, Kompensasi, Kepemimpinan dan Komitmen

Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Bank SUMUT Cabang Kota Tebing

Tinggi”, adapun latar belakang peneliti melakukan penelitian ini karena ingin

mengetahui variabel-variabel lain yang mempengaruhi kinerja karyawan seperti

variabel motivasi, kompensasi, kepemimpinan dan komitmen organisasi yang

berbeda dengan penelitian terdahulu yang hanya membahas beberapa variabel

seperti variabel motivasi, kepemimpinan dan insentif terhadap prestasi kerja,

sehingga dengan membahas variabel-variabel ini dapat menambah pengetahuan

peneliti dalam mengembangkan suatu penelitian yang diharapkan menjadi lebih

bermanfaat, selain itu adanya perbedaan hasil penelitian mengenai kinerja

karyawan juga menjadi pendorong bagi peneliti untuk melakukan penelitian.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah motivasi, kompensasi,

kepemimpinan dan komitmen organisasi berpengaruh secara parsial dan simultan

(22)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

motivasi, kompensasi, kepemimpinan dan komitmen organisasi secara parsial dan

simultan terhadap kinerja karyawan PT. Bank SUMUT Cabang Kota Tebing

Tinggi.

1.3.2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian.

1. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti untuk melatih

diri berpikir secara ilmiah khusus yang berhubungan dengan masalah

motivasi, kompensasi, kepemimpinan dan komitmen organisasi serta

pengaruhnya terhadap kinerja karyawan.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan saran serta pemikiran yang

bermanfaat bagi PT.Bank SUMUT Cabang Kota Tebing Tinggi.

3. Sebagai bahan perbandingan serta referensi bagi peneliti lain yang akan

mengadakan penelitian dengan materi yang berhubungan dengan penelitian

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kinerja Karyawan

2.1.1. Pengertian Kinerja Karyawan

Menurut Wibowo (20011:7), kinerja berasal dari pengertian performance,

ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau

prestasi kerja, namun sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas,

bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung.

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan (Mangkunegara, 2005:67). Menurut Moeheriono (2009:60) kinerja

merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program

kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, visi, misi organisasi yang

dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Menurut Rivai dan

Basri (2005:14) kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk

melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung

jawab dengan hasil seperti yang diharapkan.

Robbins dalam Moeheriono (2009:61) mengatakan bahwa kinerja

merupakan fungsi interaksi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan. Kinerja

pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan.

Kinerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu perusahaan untuk

(24)

lingkungan kerja yang kondusif, mendapat perlakuan yang sama, penempatan

karyawan sesuai dengan keahliannya serta terdapat umpan balik dari perusahaan.

Motivasi terbentuk dari sikap seorang karyawan dalam menghadapi situasi kerja.

Mangkunegara (2005:68), berpendapat bahwa “ada hubungan yang positif antara

motif berprestasi dengan pencapaian kerja”. Motif berprestasi adalah suatu

kegiatan atau tugas dengan sebaik–baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja

(kinerja) dengan predikat terpuji. Mangkunegara (2005:68), mengemukakan enam

karakteristik dari seseorang yang memiliki motif yang tinggi yaitu :

1. memiliki tanggung jawab yang tinggi, 2. berani mengambil resiko,

3. memiliki tujuan yang realistis,

4. memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan,

5. memanfaatkan umpan baik yang konkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukan,

6. mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

2.1.2. Penilaian Kinerja

Dalam organisasi yang modern penilaian kinerja memberikan kontribusi

penting bagi perusahaan untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan dan standar–

standar kinerja dan memotivasi individu di waktu yang akan datang. Untuk

mengetahui kinerja seorang karyawan diperlukan penilaian kinerja. Menurut

Handoko (2000:135) penilaian kinerja adalah suatu proses dimana organisasi

mengevaluasi atau menilai prestasi anggota organisasi yang salah satu

kegunaannya adalah untuk memperbaiki kinerja. Jadi Penilaian kinerja adalah

cara mengukur pelaksanaan kerja masing-masing individu yang berguna untuk

(25)

2.1.3. Tujuan Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja sangat penting bagi setiap perusahaan dalam mengevaluasi

hasil kerja masing-masing karyawan. Adapun tujuan penilaian kinerja menurut

Dharma (2001:150) adalah pertanggungjawaban dan pengembangan.

1. Pertanggungjawaban

Apabila standard dan sasaran digunakan sebagai alat pengukur pertanggungjawaban, maka dasar untuk pengambilam keputusan kenaikan gaji atau upah, promosi, penugasan khusus, dan sebagainya adalah kualitas hasil pekerjaan karyawan yang bersangkutan.

2. Pengembangan

Jika standard dan sasaran digunakan sebagai alat untuk keperluan pengembangan, hal itu mengacu pada dukungan yang diperlukan kartawan dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Dukungan itu dapat berupa pelatihan, bimbingan, atau bantuan lainnya.

2.1.4. Manfaat Penilaian Kinerja

Setiap karyawan di sebuah perusahaan merasa bahwa hasil kerja mereka

dalam melaksanakan kewajiban dan tugas tidak terlepas dari penilaian atasan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian kinerja digunakan untuk

mengetahui kinerja seorang karyawan serta untuk melihat bagaimana perbaikan

ataupun pengembangan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja tersebut

kearah yang lebih baik. Rivai (2005:55) manfaat penilaian kinerja terdiri dari

manfaat bagi karyawan, manfaat bagi penilai, dan manfaat bagi perusahaan.

1. Adapun manfaat penilaian kinerja bagi karyawan yang dinilai antara lain adalah:

a. meningkatkan motivasi, b. meningkatkan kepuasan kerja,

c. adanya kejelasan standar hasil yang diharapkan, d. adanya kesempatan berkomunikasi keatas, e. peningkatan pengertian tentang nilai pribadi.

2. Adapun manfaat penilaian kinerja bagi penilai antara lain adalah: a. meningkatkan kepuasan kerja,

(26)

d. meningkatkan kepuasan kerja baik dari para manajer ataupun karyawan,

e. sebagai sarana meningkatkan motivasi karyawan,

f. bisa mengidentifikasikan kesempatan untuk rotasi karyawan, 3. Adapun manfaat penilaian kinerja bagi perusahaan antara lain adalah:

a. untuk memperbaiki seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan,

b. untuk meningkatkan kualitas komunikasi,

c. untuk meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan, d. untuk meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas

yang dilakukan untuk masing–masing karyawan.

Menurut Hasibuan (2002:59) adapun unsur-unsur yang digunakan dalam

penilaian kinerja karyawan disuatu perusahaan adalah prestasi, kedisiplinan,

kreativitas, bekerja sama, kecakapan dan tanggung jawab.

1. Prestasi

Penilaian hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan.

2. Kedisiplinan

Penilaian disiplin dalam mematuhi peraturan–peraturan yang ada dan melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya. 3. Kreativitas

Penilaian kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreatifitas untuk menyelesaikan pekerjaannya sehingga dapat bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna.

4. Bekerja sama

Penilaian kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerjasama dengan karyawan lain secara vertikal atau horizontal didalam maupun diluar sehingga hasik pekerjaanya lebih baik.

5. Kecakapan

Penilaian dalam menyatukan dan melaraskan bermacam–macam elemen yang terlibat dalam menyusun kebijaksaaan dan dalam situasi manajemen. 6. Tanggung jawab

(27)

2.2. Teori Tentang Motivasi 2.2.1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau

menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan kepada

sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Dalam melakukan suatu

pekerjaan setiap karyawan membutuhkan motivasi. Motivasi mempersoalkan

bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan agar mau bekerja

sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah

ditentukan, Hasibuan (2012:141). Dengan motivasi yang tepat, karyawan akan

terdorong untuk berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya

karena karyawan meyakini bahwa dengan keberhasilan perusahaan mencapai

tujuan dan sasarannya, maka kepentingan-kepentingan pribadi masing-masing

karyawan tersebut akan dapat tercapai juga. Hal ini merupakan hubungan timbal

balik antara karyawan dan perusahaan tempatnya bekerja. Abraham Sperling

dalam Mangkunegara (2001:93) mengemukakan bahwa motivasi itu didefinisikan

sebagai suatu kecendrungan untuk beraktivitas, mulai dari dorongan dalam diri

(drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri.

Robbins dalam Wibowo (2011:378) menyatakan bahwa motivasi sebagai

proses yang menyebabkan intensitas (intensity), arah (direction), dan usaha terus

menerus (persistence) individu menuju pencapaian tujuan. Oleh karena itu,

motivasi dapat berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab

seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan yang berlangsung secara wajar.

(28)

ada didalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau

dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya sekitar imbalan

moneter dan nonmoneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara

positif atau secara negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang

dihadapi orang yang bersangkutan. Berdasarkan pendapat para ahli diatas bisa

dilihat bahwa tidak ada motivasi jika tidak dirasakan adanya kebutuhan dan

kepuasan serta keseimbangan. Rangsangan terhadap hal tersebut akan

menumbuhkan tingkat motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh akan menjadi

dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan. Motif merupakan suatu

dorongan kebutuhan dari dalam diri karyawan yang perlu dipenuhi agar karyawan

tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan motivasi

adalah kondisi yang menggerakkan karyawan agar mampu mencapai tujuan dari

motifnya. Jadi Motivasi diperlukan sebagai pengarah, pendorong dan penggerak

karyawan agar mampu melakukan kegiatan-kegiatan perusahaan dengan

sebaik-baiknya dan menyisihkan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

perusahaan yang telah ditentukan.

2.2.2. Teori Motivasi

Teori motivasi merupakan teori yang membicarakan bagaimana motivasi

manusia di dalam melaksanakan pekerjaan dan mencapi tujuan, yang dipengaruhi

oleh berbagai faktor pembentuk terciptanya motivasi. Ada beberapa teori motivasi

yang dikembangkan oleh pakar ilmu perilaku administrasi yang menurut Gibson

dkk dalam Hasibuan (2012:152) secara umum dikelompokkan pada dua kategori

(29)

1. Teori kepuasan (Content Theory), yang memusatkan perhatian kepada

faktor dalam diri orang yang menguatkan (energize), mengarahkan (direct),

mendukung (sustain) dan menghentikan (stop) perilaku petugas.

2. Teori proses (Process Theory) menguraikan dan menganalisa bagaimana

perilaku itu dikuatkan, diarahkan, didukung dan dihentikan.

Adapun teori kepuasan yang dikemukakan diatas didalamnya terdiri dari Teori

Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow, Teori Dua Faktor dari Herzberg,

Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth) dari Alderfer dan Teori Kebutuhan

dari McClelland.

A. Teori Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow

Hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas manusia bekerja adalah

karena adanya kebutuhan yang relatif tidak terpenuhi yang disebabkan adanya

faktor keterbatasan manusia itu sendiri, untuk memenuhi kebutuhannya itu

manusia bekerja sama dengan orang lain dengan memasuki suatu organisasi. Hal

ini yang menjadi dasar bagi Maslow (1943) dengan mengemukakan teori hierarki

kebutuhan sebagai salah satu sebab timbulnya motivasi karyawan. Maslow

berpendapat bahwa kebutuhan manusia itu berjenjang. Abraham Maslow dalam

Hasibuan (2012:154) membagi motivasi ke dalam lima tingkat kebutuhan,

diantaranya : a). Kebutuhan fisik dan biologis yaitu kebutuhan untuk makan,

minum, pakaian, tempat tinggal, udara dan kebutuhan fisik lainnya (kebutuhan

untuk mempertahankan hidup). b). Kebutuhan akan keamanan yaitu, kebutuhan

yang meliputi keamanan jiwa dan keamanan harta benda. c). Kebutuhan sosial

(30)

lingkungan pergaulan. d). Kebutuhan akan penghargaan atau prestasi yaitu

kebutuhan yang berupa status, kedudukan dan pengakuan. e). Kebutuhan akan

aktualisasi diri yaitu kebutuhan dalam menggunakan kemampuan, skill, dan

potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dan mengkritik terhadap sesuatu.

Pada hakikatnya manusia tidak pernah puas pada tingkat

kebutuhan-kebutuhan yang diperolehnya. Apabila kebutuhan-kebutuhan tingkat pertama terpenuhi,

maka kebutuhan tingkat kedua akan muncul menjadi kebutuhan yang utama,

begitu seterusnya.

B. Teori Dua Faktor dari Herzberg.

Teori dua faktor dikembangkan oleh Frederick Herzberg (1950) yang

merupakan pengembangan dari teori hierarki kebutuhan menurut Maslow. Teori

Herzberg memberikan dua kontribusi penting bagi pimpinan organisasi dalam

memotivasi karyawan. Pertama, teori ini lebih eksplisit dari teori hierarki

kebutuhan Maslow, khususnya mengenai hubungan antara kebutuhan dalam

performa pekerjaan. Kedua, kerangka ini membangkitkan model aplikasi,

pemerkayaan pekerjaan Leidecker and Hall dalam Timpe, (2002). Berdasarkan

hasil penelitian terhadap akuntan dan ahli teknik Amerika Serikat dari berbagai

Industri, Herzberg dalam Hasibuan (2012:157) mengembangkan teori motivasi

dua faktor. Menurut teori ini ada dua faktor kebutuhan yang mempengaruhi

kondisi pekerjaan seseorang yaitu faktor motivasi dan faktor pemeliharaan.

1. Faktor Motivasi (motivation factors) adalah faktor yang menyangkut

kebutuhan psikologis seseorang adalah faktor yang meliputi serangkaian

(31)

pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat

menghasilkan prestasi pekerjaan yang baik. Serangkaian faktor ini

dinamakan satisfiers atau motivators yang meliputi prestasi, pengakuan,

pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, kemajuan dan pengembangan potensi

individu.

2. Faktor Pemeliharaan (maintenance factors) adalah faktor ekstrinsik yang

berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman

dan kesehatan badaniah. Faktor-faktor pemeliharaan meliputi supervisi yang

menyenangkan, kepastian pekerjaan, kondisi kerja fisik dan lain-lain.

Hilangnya faktor ini dapat menyebabkan timbulnya ketidakpuasan

(dissatisfiers = faktor higienis).

Teori Herzberg ini membagi karyawan dibagi menjadi dua golongan yaitu

mereka yang termotivasi oleh faktor-faktor intrinsik, yaitu daya dorong yang

timbul dari dalam diri masing-masing, dan faktor-faktor ekstrinsik, yaitu

pendorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi

tempatnya berkarya. Jadi karyawan yang terdorong secara intrinsik akan lebih

menyukai pekerjaan yang memungkinkannya menggunakan kreativitasnya,

sedangkan karyawan yang termotivasi secara ekstrinsik cenderung lebih melihat

apa yang akan diberikan organisasi kepadanya dan kinerjanya diarahkan kepada

perolehan hal-hal yang diinginkannya dari organisasi (Siagian, 2009:107).

Menurut Herzberg dalam Hasibuan (2012:158) cara terbaik untuk memotivasi

karyawan adalah dengan memasukkan unsur tantangan dan kesempatan guna

(32)

C. Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth) dari Alderfer

Teori ERG (Existence, Relatedness, dan Growth) dikemukakan oleh

Clayton Aldefer (1960). Aldefer dalam Siagian (2009:108) menganggap bahwa

kebutuhan manusia memiliki tiga kelompok kebutuhan inti, yaitu Eksistensi,

Hubungan dan Pertumbuhan.

a. Existence (eksistensi) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan pemuasan

kebutuhan materi yang diperlukan dalam mempertahankan eksistensi

seseorang.akan pemberian persyaratan keberadaan materiil dasar.

Contohnya kebutuhan psikologis dan keamanan.

b. Relatednes (keterhubungan) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan

pentingnya pemeliharaan hubungan interpersonal. Contohnya kebutuhan

sosial dan penghargaan.

c. Growth (pertumbuhan) adalah kebutuhan untuk mengembangkan diri secara

intelektual. Contohnya kebutuhan aktualisasi diri.

Ketiga kelompok yang dikemukakan ini dapat timbul secara simultan dan

pemuasannya pun tidak dapat dilakukan sepotong-sepotong, akan tetapi

ketiga-tiganya sekaligus, meskipun mungkin dengan intensitas yang berbeda-beda

(Siagian, 2009:108). Kebutuhan-kebutuhan tingkat lebih tinggi dianggap

mempengaruhi keinginan akan kebutuhan-kebutuhan tingkat lebih rendah

(Winardi, 2007:78).

D. Teori Kebutuhan dari McClelland

Teori kebutuhan McClelland dikemukakan oleh David McClelland. Teori

(33)

Mc.Clelland dalam Hasibuan (2012) adalah kebutuhan akan prestasi, kebutuhan

akan afiliasi, dan kebutuhan akan kekuasaan.

1. Kebutuhan akan prestasi (need for achievement).

Kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi

semangat bekerja seseorang. Karena kebutuhan akan prestasi akan

mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan

semua kemampuan serta energi yang dimilikinya guna mencapai prestasi

kerja yang maksimal, dan dengan mencapai prestasi kerja yang tinggi akan

memperoleh pendapatan yang besar yang akhirnya bisa memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya.

2. Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation).

Kebutuhan akan afiliasi menjadi daya penggerak yang memotivasi semangat

bekerja seseorang. Karena kebutuhan akan afiliasi ini akan merangsang

gairah bekerja seseorang yang menginginkan kebutuhan akan perasaan

diterima oleh orang lain, perasaan dihormati, perasaan maju dan tidak gagal,

dan perasaan ikut serta.

3. Kebutuhan akan kekuasaan (need for power).

Kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang memotivasi

semangat kerja seseorang. Kebutuhan akan kekuasaan akan merangsang dan

memotivasi gairah kerja seseorang serta mengerahkan semua

kemampuannya demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik.

Seseorang dengan kebutuhan akan kekuasaan yang tinggi akan bersemangat

(34)

Selain adanya teori kepuasan yang sudah diuraikan diatas, ada teori lain yang juga

mempengaruhi motivasi yaitu disebut juga teori proses yang didalamnya terdiri

atas Teori Harapan (Expectancy Theory) dan Teori Keadilan (Equity Theory).

A. Teori Harapan (Expectancy Theory)

Teori harapan (expectancy theory) ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom

(1964). Vroom dalam Hasibuan (2012:165) mendasarkan teorinya pada tiga

konsep penting, yaitu harapan, nilai dan pertautan.

a. Harapan (expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi

karena perilaku. Harapan dinyatakan dalam probabilitas (kemungkinan).

b. Nilai (valence) adalah akibat dari perilku tertentu mempunyai nilai/martabat

tertentu (daya atau nilai memotivasi) bagi setiap individu tertentu.

c. Pertautan (instrumentality) adalah persepsi individu bahwa hasil tingkat

pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua.

Teori ini merupakan proses sebab dan akibat bagaimana seseorang bekerja

serta hasil apa yang akan diperolehnya. Hasil yang dicapai tercermin pada

bagaimana proses kegiatan yang dilakukan seseorang. Teori ini berpendapat

bahwa motivasi seseorang terkandung dari harapan yang akan diperolehnya pada

masa depan. Apabila harapan dapat menjadi kenyataan, karyawan akan cenderung

meningkatkan gairah kerjanya. Sebaliknya, jika harapan tidak tercapai, karyawan

akan menjadi malas (Hasibuan, 2012:165).

B. Teori Keadilan (Equity Theory)

Teori keadilan ini merupakan model tentang motivasi yang menerapkan

(35)

pertukaran-pertukaran sosial atau hubungan-hubungan memberi-menerima

(Winardi, 2007:94). Ketidakadilan akan ditanggapi dengan bermacam-macam

perilaku negatif yang merugikan perusahaan seperti penurunan prestasi kerja,

mogok, tidak bertanggung jawabnya karyawan akan tugasnya dan sebagainya. Inti

dari teori ini adalah karyawan membandingkan usaha mereka terhadap imbalan

yang diterima karyawan lainnya dalam situasi kerja yang relatif sama. Disisi lain

karyawan juga membandingkan pengorbanan mereka dengan besarnya imbalan

yang mereka peroleh. Apabila mereka telah mendapatkan keadilan dalam bekerja,

maka mereka termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.

Berdasarkan pembahasan tentang berbagai teori motivasi dan

kebutuhan-kebutuhan yang mendorong manusia melakukan tingkah laku dan pekerjaan,

maka dapat disimpulkan bahwa motivasi karyawan adalah keseluruhan daya

penggerak atau tenaga pendorong baik yang berasal dari dalam maupun dari luar

diri yang menimbulkan adanya keinginan untuk melakukan suatu kegiatan atau

aktivitas yang positif dalam menjalankan tugas sebagai karyawan suatu organisasi

untuk mencapai tujuan organisasi.

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Faktor motivasi dibedakan menjadi dua, yang pertama dinamakan situasi

motivasi yang “subjective” atau faktor intrinsik dan yang kedua adalah faktor

objective” atau faktor ekstrinsik. Faktor-faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang

timbul dari individu karyawan dengan pekerjaanya. Faktor tersebut diantaranya

meliputi keberhasilan dalam melaksanakan tugas, memperoleh pengakuan atas

(36)

kemajuan kedudukan melalui promosi jabatan. Sejauh mana semuanya itu dapat

terpenuhi secara positif bagi karyawan, maka sejauh itu pula dorongan/daya

motivasinya untuk bekerja bagi tercapainya tujuan organisasi.

Penting diketahui bahwa manusia termotivasi untuk bekerja dengan

bergairah ataupun bersemangat tinggi, apabila ia memiliki keyakinan akan

terpenuhinya harapan-harapan yang ia inginkan serta tingkat manfaat yang akan

diperolehnya dari pekerjaan tersebut. Faktor-faktor motivasi yang digunakan

dalam penelitian ini dikutip dari teori motivasi dua faktor Herzberg. Adapun yang

merupakan faktor-faktor motivasi menurut Herzberg dalam Hasibuan (2005:158)

yang disebut faktor intrinsik adalah tanggung jawab, prestasi yang diraih,

pengakuan orang lain, pekerjaan itu sendiri, pengembangan potensi individu,

kemajuan.

1. Tanggung jawab (Responsibility). Setiap orang ingin diikutsertakan dan

ingin diakui sebagai orang yang berpotensi, dan pengakuan ini akan

menimbulkan rasa percaya diri dan siap memikul tanggung jawab yang

lebih besar.

2. Prestasi yang diraih (Achievement). Setiap orang menginginkan

keberhasilan

dalam setiap kegiatan. Pencapaian prestasi dalam melakukan suatu

pekerjaan akan menggerakkan yang bersangkutan untuk melakukan

(37)

3. Pengakuan orang lain (Recognition). Pengakuan terhadap prestasi

merupakan alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan bisa melebihi kepuasan

yang bersumber dari kompensasi.

4. Pekerjaan itu sendiri (The work it self). Pekerjaan itu sendiri merupakan

faktor motivasi bagi pegawai untuk berforma tinggi. Pekerjaan atau tugas

yang memberikan perasaan telah mencapai sesuatu, tugas itu cukup

menarik, tugas yang memberikan tantangan bagi karyawan, merupakan

faktor motivasi, karena keberadaannya sangat menentukan bagi motivasi

untuk berforma tinggi, Leidecker dan Hall dala Timpe (2002).

5. Pengembangan potensi individu (The possibility of growth). Karyawan

hendaknya diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya

misalnya melalui pelatihan-pelatihan, kursus dan juga melanjutkan jenjang

pendidikannya. Hal ini memberikan kesempatan kepada karyawan untuk

tumbuh dan berkembang sesuai dengan rencana karirnya yang akan

mendorongnya lebih giat dalam bekerja, Rivai (2008).

6. Kemajuan (Advancement). Peluang untuk maju merupakan pengembangan

potensi diri seorang karyawan dalam melakukan pekerjaan, karena setiap

karyawan menginginkan adanya promosi kejenjang yang lebih tinggi,

mendapatkan peluang untuk meningkatkan pengalaman dalam bekerja.

Faktor yang berhubungan dengan ketidakpuasan dalam bekerja menurut Herzberg

dalam Luthans (2003) dihubungkan oleh faktor ekstrinsik seperti gaji, keamanan

dan keselamatan kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, prosedur perusahaan dan

(38)

1. Gaji. Menurut Robert W Braid dalam Timpe (2002) tidak ada satu

organisasipun yang dapat memberikan kekuatan baru kepada tenaga

kerjanya atau meningkatkan produktivitas, jika tidak memiliki sistem

kompensasi yang realitis dan gaji bila digunakan dengan benar akan

memotivasi karyawan.

2. Keamanan dan keselamatan kerja. Kebutuhan akan keamanan dapat

diperoleh melalui kelangsungan kerja, Maslow dalam Robin (2007).

3. Kondisi kerja. Dengan kondisi kerja yang nyaman, aman dan tenang serta

didukung oleh peralatan yang memadai, karyawan akan merasa betah dan

produktif dalam bekerja sehari-hari.

4. Hubungan kerja. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik,

haruslah didukung oleh suasana atau hubungan kerja yang harmonis antara

sesama karyawan maupun atasan dan bawahan. Robin, (2007).

5. Prosedur perusahaan. Keadilan dan kebijakasanaan dalam mengahadapi

pekerja, serta pemberian evaluasi dan informasi secara tepat kepada pekerja

juga merupakan pengaruh terhadap motivasi pekerja, Gilmer dalam

Wahjosumidjo, (1994).

6. Status adalah posisi atau peringkat yang ditentukan secara sosial yang

diberikan kepada kelompok atau anggota kelompok dari orang lain Status

pekerja mempengaruhi motivasinya dalam bekerja. Status pekerja yang

diperoleh dari pekerjaannya antara lain ditunjukkan oleh klasifikasi jabatan,

hak-hak istimewa yang diberikan serta peralatan dan lokasi kerja yang dapat

(39)

2.2.4. Manfaat Motivasi

Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga

produktivitas kerja meningkat. Sementara itu manfaat yang diperoleh karena

bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan

dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang ditetapkan dan

dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang senang melakukan

pekerjaannya. Sesuatu yang dikerjakan dengan adanya motivasi yang

mendorongnya akan membuat orang senang melakukannya. Orang pun akan

merasa dihargai atau diakui, hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul

berharga bagi orang yang termotivasi, sehingga orang tersebut akan bekerja keras.

Hal ini dimaklumi karena dorongan yang begitu tinggi menghasilkan sesuai target

yang mereka tetapkan. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan

dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya

akan tinggi (Arep dan Tanjung: 2003:16).

2.3. Kompensasi

2.3.1. Pengertian Kompensasi

Pada mulanya segala bentuk usaha yang dilakukan oleh setiap karyawan

pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu, misalnya keinginan untuk lebih

maju dan berprestasi baik serta ingin mendapatkan hasil yang lebih besar dari

pada sebelumnya. Untuk dapat melaksanakan maksud dan tujuan tersebut

dibutuhkan adanya suatu dorongan yang berasal dari dalam diri karyawan itu

(40)

tambahan yang dapat berupa uang, barang dan sebagainya. Dimana hal ini disebut

dengan istilah kompensasi.

Menurut Werther dan Davis (dalam Wibowo 2011:348) kompensasi

adalah apa yang diterima pekerja sebagai tukaran atas kontribusinya kepada

organisasi, sedangkan menurut Wibowo (2011:348) kompensasi merupakan

jumlah paket yang ditawarkan organisasi kepada pekerja sebagai imbalan atas

penggunaan tenaga kerjanya.

2.3.2 Jenis - jenis Kompensasi

Kompensasi dapat digolongkan atas dua cara, seperti yang dipaparkan oleh

Wibowo (2011:348) dilihat dari cara pemberiannya yaitu kompensasi langsung

dan kompensasi tidak langsung.

1. Kompensasi langsung adalah kompensasi manajemen seperti upah, gaji,

atau pay for performance, seperti insentif dan gain sharing.

2. Kompensasi tidak langsung adalah dapat berupa tunjangan atau jaminan

keamanan dan kesehatan.

Dari pembagian jenis-jenis kompensasi di atas, banyak balas jasa yang

diterima karyawan atas pelaksanaan pekerjaannya dan dari hasil yang mereka

lakukan. Kompensasi ditujukan sebagai balasan jasa dan hasil kerja karyawan

agar karyawan mempunyai kinerja yang baik lagi untuk pencapaian tujuan

organiasi. Kinerja dan produktivitas perusahaan akan meningkat dikarenakan dari

hasil kerja karyawan yang bekerja optimal.

2.3.3. Macam-macam Kompensasi

(41)

macam-macam bentuk kompensasi menurut Wibowo (2011:352) adalah upah dan

gaji, insentif, penghargaan dan tunjangan.

1. Upah dan gaji

Upah dan Gaji pada umumnya diberikan atas kinerja yang telah dilakukan

berdasarkan standar kinerja yang ditetapkan maupun disetujui berdasarkan

personal contract. Upah biasanya diberikan pada pekerja pada tingkat

bawah sebagai kompensasi atas waktu yang telah diserahkan, sedangkan

gaji diberikan sebagai kompensasi atas tanggung jawabnya terhadap

pekerjaan tertentu dari pekerja pada tingkatan yang lebih tinggi.

2. Insentif menurut Terry, G (dalam Hasibuan, 2012:184) “Latterally incentive

means that wich incitas or a tendency to incite action”. Insentif merupakan

sesuatu yang merangsang atau mempunyai kecenderungan minat untuk

bekerja.

3. Penghargaan atau reward adalah tambahan penerimaan yang lain yang

diberikan pimpinan sebagai upaya untuk lebih menghargai kinerja

pekerjaannya.

4. Tunjangan atau benefits yaitu kompensasi lain diluar gaji dan upah yang

dapat berupa rencana pensiun pekerja, dan jaminan sosial.

2.3.4. Tujuan Pemberian Kompensasi

Pemberian kompensasi bertujuan untuk membantu organisasi mencapai

keberhasilan strategis sambil memastikan keadilan internal yaitu memastikan

bahwa jabatan yang lebih menantang atau orang yang mempunyai kualifikasi

(42)

menjamin bahwa pekerjaan mendapatkan kompensasi secara adil dalam

perbandingan dengan pekerjaan yang sama di pasar tenaga kerja (Wibowo,

2011:349). Tujuan pemberian kompensasi menurut Werther dan Davis (dalam

Wibowo, 2011:350) adalah sebagai berikut:

1. memperoleh personel berkualitas, yaitu tingkat pembayaran harus tanggap

terhadap permintaan dan penawaran tenaga kerja dipasar kerja karena harus

bersaing mendapatkan tenaga kerja,

2. mempertahankan karyawan yang ada, yaitu perlu dipertimbangkan mana

yang lebih baik dan menguntungkan antara meningkatkan kompensasi

dengan mencari pekerja baru dengan konsekuensi harus melatih kembali

pekerja baru,

3. memastikan keadilan, yaitu berusaha keras menjaga keadilan internal dan

eksternal,

4. menghargai perilaku yang diinginkan, yaitu menghargai kinerja, loyalitas,

keahlian dan tanggung jawab,

5. mengawasi biaya, yaitu memelihara dan mempertahankan pekerja pada

biaya yang wajar,

6. mematuhi peraturan, yaitu sistem upah gaji yang baik mempertimbangkan

tantangan legal pemerintah dan memastikan pemenuhan pekerja,

7. memfasilitasi saling pengertian, yaitu sistem kompensasi harus mudah

dipahami, dengan demikian terbuka saling pengertian dan menghindari

(43)

8. efesiensi administrasi selanjutnya, yaitu program upah gaji harus dirancang

dapat dikelola secara efisien.

2.4. Kepemimpinan

2.4.1 Pengertian Kepemimpian

Kepemimpinan menurut Rauch dan Behling (dalam Sofyandi dan Garniwa,

2007:174) adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang

diorganisaskan ke arah pencapaian tujuan, kemudian menurut Siagian (2009:62).

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain,

dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau

melakukan kehendak pemimpinan meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak

disenanginya. Jika definisi itu disimak dengan cermat akan terlihat paling sedikit

tiga hal (Siagian, 2009:63), yaitu :

1. dari seseorang yang menduduki jabatan pemimpin dituntut kemampuan

tertentu yang tidak dimiliki oleh sumber daya manusia lainnya dalam

organisasi,

2. kepengikutan sebagai elemen penting dalam penting dalam menjalankan

kepemimpinan, dan

3. kemampuan mengubah “egosentrisme” para bawahan menjadi

“organisasi-sentrisme”.

Selanjutnya menurut Istianto (2009:87) ada beberapa definisi kepemimpinan

yang dapat mewakili tentang kepemimpinan, yaitu sebagai berikut :

(44)

mempengaruhi orang lain sehingga orang lain tersebut mengikuti apa yang

diinginkannya. Oleh karena itu pemimpin harus mampu mengatur dan

mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama,

2. kepemimpinan adalah dimana seorang pemimpin harus mampu mengatur

dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama,

3. kepemimpinan merupakan subjek yang penting di dalam manajemen dan

ilmu administrasi karena kepemimpinan terkait dengan hubungan antara

atasan dan bawahan di dalam organisasi,

4. kepemimpinan merupakan proses berorientasi kepada manusia dan dapat

diukur dari pengaruhnya terhadap perilaku organisasi,

5. kepemimpinan pemerintahan adalah sikap, perilaku dan kegiatan pemimpin

pemrintahan di pusat dan daerah dalam upaya mencapai tujuan

penyelenggaraan pemerintahan negara.

2.4.2. Tipologi Kepemimpinan

Dalam Konteks kehidupan organisasi, manajer dan pemimpin merupakan

dua hal yang berbeda. Dengan kata lain tidak semua pemimpin menduduki jabatan

manajerial dan sebaliknya tidak semua manajer adalah pemimpin, maka dalam

suatu perusahaan atau organisasi diperlukan kepemimpinan yang tangguh

sekaligus berperan sebagai manajer yang handal (Siagian, 2009:64). Menurut

Siagian (2009:75) dari berbagai studi kepemimpinan diketahui ada lima tipe

pemimpin, masing-masing dengan ciri-cirinya, lima tipe itu adalah a). tipe

otoriter; b). tipe paternalistik; c). tipe laissez faire; d). tipe demokratik; e). tipe

(45)

1. Tipe Otoriter

Pemimpin yang tergolong sebagai orang yang otoriter memiliki ciri-ciri pada

umumnya negatif. Tipe ini suka dengan penonjolan diri yang berlebihan

sebagai simbol keberadaan organisasi hingga cenderung bersikap bahwa

dirinya dan organisasi adalah identik, gemar menonjolkan diri sebagai

penguasa tunggal dalam organisasi, dan selalu dihinggapi penyakit

megalomaniac yaitu gila kehormatan, menerapkan disiplin organisasi yang

keras dan menjalankan dengan sikap yang kaku.

2. Tipe Paternalistik

Tipe ini merupakan tipe yang penonjolan keberadaannya sebagai simbol

organisasi, sering menonjolkan sikap paling mengetahui, memperlakukan

para bawahan sebagai seorang yang belum dewasa, dan melakukan

pengawasan yang ketat pada bawahannya.

3. Tipe Laissez Faire

Tipe ini pemimpin bergaya santai yang berangkat dari pandangan bahwa

organisasi tidak menghadapi masalah yang serius dan kalaupun ada dapat

ditemukan penyelesaiannya, tidak senang mengambil resiko, gemar

melimpahkan wewenang kepada para bawahannya, senang mengobral pujian

dan memperlakukan bawahan sebagai rekan.

4. Tipe Demokratik

Tipe ini pemimpin mengakui harkat dan martabat manusia, menerima

pendapat yang mengatakan sumber daya manusia merupakan unsur yang

(46)

diri yang khas, demokratik dan tangguh dalam membaca situasi, gaya

kepemimpinannya rela dan mau melimpahkan wewenang keputusan kepada

para bawahannya, mendrong para bawahan mengembangkan kreativitas dan

bersifat mendidik serta membina.

5. Tipe Kharismatik

Tipe ini adalah pemimpin bersedia membuat komitmen, mengambil resiko

pribadi, mempertaruhkan reputasi, membayar ongos tinggi dan memberikan

pengorbanan yang diperlukan demi terwujudnya visi yang ditetapkannya.

2.4.3. Teori Kepemimpinan.

Kepemimpinan mempunyai peran yang dominan dan penting dalam aspek

peningkatan kinerja bawahan yang disini adalah karyawan dalam perusahaan itu

sendiri. Berikut ini ada tiga jenis teori kepemimpinan yang menonjol menurut

Siagian (2009:83) ialah : a). teori ciri-ciri; b). teori keprilakuan; c). teori

situasional.

a. Teori ciri-ciri

Dalam teori ini pemimpin mempunyai pengetahuan yang luas, berpikir

inkuisitif dan analitik, mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik,

rasionalitas, bernaluri tepat waktu, mempunyai peranan sebagai panutan,

menjadi pendengar yang baik, fleksibilitas, tegas, proaktif, antisipatif, dan

visionaris. Dalam konteks ini betapapun matangnya persiapan seseorang

menduduki posisi manajerial dan kepemimpinan, tidak ada seorang pun

(47)

b. Teori Keperilakuan

Dalam teori ini pandangan yang mengatakan bahwa kepemimpinan

seseorang pada tingkat yang dominan ditentukan oleh kemampuannya untuk

menekankan orientasi manusia di satu pihak dan orientasi tugas di pihak

lain, jadi penggunaan alternatif yang tepat akan mendorong para karyawan

meningkatkan kinerjanya.

c. Teori Situasional

Dalam teori ini kepemimpinan terdiri dari dua gaya, yaitu gaya situasional

yang dikaitkan dengan tugas dan hubungan dan gaya yang dikaitkan dengan

tingkat kedewasaan para bawahannya.

2.5. Komitmen Organisasi

2.5.1. Pengertian Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi menurut Mahis dan Jackson (dalam Sopiah,

2008:155) adalah ”Organizational Commitment is the degree to which employees

believe in and accept organizational goals and desire to remain with the

organization”, yaitu komitmen organisasional adalah derajat yang mana karyawan

percaya dan menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak

akan meninggalkan organisasi, sedangkan Menurut Mowday (dalam Sopiah,

2008:155) Komitmen kerja sebagai istilah lain dari komitmen organisasional.

Komitmen organisasional merupakan dimensi perilaku penting yang dapat

digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai

(48)

organisasional adalah keinginan anggota organisasi untuk mempertahankan

keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras bagi pencapaian

tujuan organisasi. Lincoln (dalam Sopiah, 2008:155) memberikan definisi

bahwa komitmen organisasional mencakup kebanggaan anggota, kesetiaan

anggota, dan kemauan anggota pada organisasi. Sedangkan menurut Blau dan

Boal (dalam Sopiah, 2008:155) komitmen organisasional didifinisikan sebagai

suatu sikap yang merefleksikan perasaan suka atau tidak suka dari karyawan

terhadap organisasi. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

komitmen organisasi adalah suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi

yang ditandai dengan adanya :

1. sebuah kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai

dari organisasi,

2. sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna

kepentingan organisasi,

3. sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi.

2.5.2 Bentuk Komitmen Organisasi

Ada beberapa bentuk komitmen organisasi, seperti yang dikemukakan

oleh Kanter (dalam Sopiah, 2008:158), kanter mengemukakan bahwa :

1. komitmen berkesinambungan (continuance commitment), yaitu komitmen

yang berhubungan dengan dedikasi anggota dalam melangsungkan

kehidupan organisasi dan menghasilkan orang yang mau berkorban dan

(49)

2. komitmen terpadu (cohesion commitment), yaitu komitmen anggota

terhadap organisasi sebagai akibat adanya hubungan sosial dengan anggota

lain di dalam organisasi. Ini terjadi karena karyawan percaya bahwa

norma-norma yang dianut organisasi merupakan norma-norma-norma-norma yang bermanfaat,

3. komitmen terkontrol (control commitment), yaitu komitmen anggota pada

norma anggota organisasi yang memberikan perilaku yang diinginkannya.

Norma yang dimiliki organisasi mampu memberikan sumbangan terhadap

perilaku yang diinginkannya.

Menurut Meyer, Allen, dan Smith (dalam Sopiah,

2008:157) mengemukakan tiga komponen komitmen organisasional, yaitu:

1. affective commitment terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari

organisasi karena adanya ikatan emosional;

2. Continuance commitment muncul apabila karyawan tetap bertahan pada

suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan lain, atau karena

tidak menemukan pekerjaan lain;

3. Normative commitment timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan.

Karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran

bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya

dilakukan.

2.5.3. Faktor yang mempengaruhi Komitmen Organisasi

Menurut Mowday (dalam Januarti dan Bunyaanudin, 2006:15)

mengemukakan bahwa komitmen organisasi terbangun bila tiap individu

(50)

profesi yaitu : Identification yaitu pemahaman atau penghayatan dari tujuan

organisasi, Involment yaitu perasaan terlibat dalam suatu pekerjaan atau perasaan

bahwa pekerjaannya adalah menyenangkan, dan Loyality yaitu perasaan bahwa

organisasi adalah tempat bekerja dan tempat tinggal. David (dalam Sopiah,

2008:163) mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan

pada organisasi, yaitu faktor personal, karakteristik pekerjaan, karekteristik

struktur dan pengalaman kerja.

1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

pengalaman kerja, kepribadian.

2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan, konflik, peran,

tingkat kesulitan dalam pekerjaan.

3. Karekteristik struktur, misalnya besar/kecilnya organisasi, bentuk organisasi

(sentralisasi/desentralisasi), kehadiran serikat pekerja.

4. Pengalaman kerja, pengalaman kerja karyawan sangat berpengaruh terhadap

tingkat komitmen karyawan pada organisasi.

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mendapat ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu yang

beragam dari peneliti sebelumnya. Review atas penelitian terdahulu dapat dilihat

(51)
[image:51.612.130.507.109.581.2]

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Narani

(C2C006067)

Variabel Dependen : Pemberdayaan, Motivasi, dan Kinerja Penilaian dampak umpan balik Independen :

Insentif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua hipotesis yang diajukan diterima. Hipotesis 1 menunjukkan bahwa umpan balik secara signifikan berpengaruh positif terhadap pemberdayaan. Hipotesis 2 menunjukkan bahwa sistem penghargaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap pemberdayaan. Hipotesis 3

menunjukkan bahwa pemberdayaan secara signifikan

berpengaruh positif terhadap motivasi dan hipotesis 4 menunjukkan bahwa motivasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

2 Reindi (080502204)

Variebl Independen : Motivasi, Insentif, Kepemimpinan, dan Lingkungan Kerja

Variabel Dependen :

Prestasi Kerja Karyawan

Motivasi, insentif, kepemimpinan dan lingkungan

kerja berpengaruh positif terhadap prestasi kerja pada PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pusat Medan Putri Hijau

3 Sawitri (C2A607123)

Variabel Independen : Motivasi, Komitmen Organisasi dan Budaya Organisasi

Variabel Dependen: Kinerja Pegawai

Motivasi, Komitmen Organisasi dan Budaya Organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai pada Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah

Narani (C2C006067), Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian

yang telah dilakukan oleh Drake dkk. (2007) dan telah dimodifikasi oleh peneliti.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan pemberdayaan, motivasi, dan

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2   Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : PENGARUH KOMPENSASI, MOTIVASI, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA DPU DAN ESDM KABUPATEN BOYOLALIG. Menyatakan dengan sebenarnya

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Faktor Peubah Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyataan dengan sesungguhnya bahwa Tesis saya yang berjudul “ Pengaruh Iklim Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Kepuasan

Yang bertanda tangan di bawah ini saya Muhammad Bulhanudin, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kepuasan Kompensasi

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul “Pengaruh Efektivitas Kepemimpinan Dan Persepsi Dukungan Organisasi

Berdasarkan hasil yang telah dijelaskan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa iklim organisasi, komitmen organisasi, kepemimpinan dan kompensasi mempunyai hubungan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul Hubungan Kualitas Kehidupan Bekerja dengan Komitmen

anugrah – Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Motivasi, Komitmen Organisasi, Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan