• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Perempuan Tani Dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah Tangga (Kasus Di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Perempuan Tani Dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah Tangga (Kasus Di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat)"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA

(Kasus di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat)

H A Y A T I

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Partisipasi Perempuan Tani dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah Tangga (Kasus di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Hayati NIM I361100011

_____________________

(4)

HAYATI. Partisipasi Perempuan Tani dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah Tangga (Kasus di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat). Dibimbing oleh SITI AMANAH, AIDA VITALAYA S HUBEIS, dan PRABOWO TJITROPRANOTO.

Kualitas konsumsi pangan masyarakat di Kabupaten Lombok Timur masih rendah yang ditunjukkan oleh rendahnya capaian PPH (73.3 persen) pada tahun 2010. Hal ini dikarenakan tingginya potensi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga belum didukung oleh kemampuan perempuan tani yang memadai, partisipasi perempuan tani yang optimal pada setiap tahapannya, serta perempuan tani menghadapi sejumlah kendala dalam menguatkan kemampuannya dan meningkatkan partisipasinya untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga.

Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kemampuan perempuan tani, tingkat partisipasi perempuan tani dan status ketahanan pangan rumah tangga, serta menyiapkan bahan rumusan strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi perempuan tani agar dapat mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Penelitian dilakukan di dua kecamatan yang memiliki rumah tangga tani terbanyak (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan/BP4K, Kabupaten Lombok Timur 2011), dan tergolong rawan pangan di Kabupaten Lombok Timur yaitu Kecamatan Aikmel dan Kecamatan Terara, serta empat desa yaitu Desa Aikmel dan Desa Lenek Pasiraman untuk Kecamatan Aikmel, Desa Terara dan Desa Rarang Selatan untuk Kecamatan Terara (Peta ketahanan dan Kerentanan Pangan Nusa Tenggara Barat 2010). Penelitian lapang berlangsung sejak bulan Juni hingga November 2013. Jumlah sampel penelitian diambil sebanyak 300 rumah tangga, dengan rincian Kecamatan Terara sebanyak 160 rumah tangga, dan Kecamatan Aikmel sebanyak 140 rumah tangga.

Data mengenai karakteristik pribadi perempuan, sosial ekonomi rumah tangga, dukungan lingkungan sosial budaya masyarakat, akses terhadap sumber daya, dukungan penyelenggaraan penyuluhan, kemampuan perempuan tani, partisipasi perempuan tani, status pangan (indeks ketahanan pangan) dianalisis secara statistik deskriptif. Analisis statistik inferensial korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antara peubah. Analisis Food Processor untuk mendapatkan tingkat konsumsi energi yaitu rasio antara konsumsi energi dengan angka kecukupan energi/zat gizi yang dianjurkan. Analisis statistik inferensial yaitu Model Persamaan Struktural (structural equation modeling/SEM) digunakan untuk menganalisis faktor dominan yang memengaruhi kemampuan perempuan tani, partisipasi perempuan tani, status ketahanan pangan rumah tangga, serta melihat kecocokan model empirik penelitian.

(5)

rumah tangga; nilai budaya yang berlaku tidak menghambat perempuan tani melaksanakan kegiatan ketahanan pangan rumah tangga, tetapi terdapat persoalan ketidakadilan gender yang berlaku di masyarakat; perempuan tani memperoleh akses yang rendah terhadap sumber daya; dan perempuan tani memiliki pandangan terhadap dukungan penyelenggaraan penyuluhan yang sedang pada aspek kompetensi penyuluh tetapi rendah pada aspek materi, metode dan media, waktu dan tempat, sikap penyuluh terhadap perempuan tani. Perempuan tani memiliki kemampuan teknis yang relatif lebih baik dari kemampuan manajerial dan kemampuan sosial.

Analisis korelasi Pearson menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan positif dan nyata dengan kemampuan perempuan tani adalah: karakteristik pribadi perempuan tani (pendidikan non formal, motivasi, tanggungan keluarga), sosial ekonomi rumah tangga (luas lahan dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga), lingkungan sosial budaya masyarakat (dukungan keluarga, nilai budaya dan keadilan jender), akses terhadap sumber daya (lahan, teknologi, informasi, dan pasar), dukungan penyelenggaraan penyuluhan (kesesuaian materi, metode dan media, waktu dan tempat penyuluhan, sikap penyuluh yang positif, intensitas penyuluhan dan kompetensi penyuluh).

Tingkat partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga, pada semua tahap di komponen ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan belum berkembang optimal untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Partisipasi perempuan tani di setiap tahap adalah lebih tinggi pada komponen akses pangan dan perolehan manfaat karena terkait dengan pembagian kerja berdasarkan jender dalam rumah tangga. Analisis terhadap status ketahanan pangan rumah tangga, status pangan rumah tangga tergolong kurang tahan pangan (82.3 persen), yang dicirikan oleh selalu tercukupi makan makanan pokok (nasi) setiap kali makan, tetapi tidak selalu mengkonsumsi protein hewani (daging, ayam, ikan atau telur) setiap hari dalam seminggunya. Kondisi ini didukung oleh status energi rumah tangga yang tergolong defisit tingkat berat (sangat rawan pangan) sebanyak 42.7 persen hingga defisit tingkat sedang dan ringan (golongan rawan pangan) sebanyak 39.0 persen.

Analisis korelasi Pearson menjelaskan secara simultan tingkat kemampuan perempuan tani berhubungan positif dan sangat nyata pada α=0.01dengan tingkat partisipasi perempuan tani dan indeks ketahanan pangan rumah tangga, dan

berhubungan positif dan nyata pada α=0.05 dengan TKE rumah tangga. Tingkat partisipasi perempuan tani berhubungan positif dan nyata pada α=0.05 hanya dengan indeks ketahanan pangan, tidak dengan TKE rumah tangga.

(6)

sosial), dan akses terhadap sumber daya (akses informasi).

Strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi perempuan tani akan dilakukan melalui serangkaian sosialisasi kesadaran akan pentingnya makanan yang berkualitas kepada perempuan tani, suami dan masyarakat luas; kegiatan penyuluhan dan pelatihan untuk menguatkan kemampuan perempuan tani dan meningkatkan partisipasi perempuan tani; kegiatan pendampingan kepada perempuan tani untuk menjamin keberlanjutan program. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan penyuluhan partisipatif yang mengacu pada teori pembelajaran Paulo Freire. Sebelum penyuluhan atau pelatihan diberikan kepada perempuan tani, terlebih dahulu dilakukan peningkatan kompetensi penyuluh, dan peningkatan kemampuan kelayan strategis sebagai mitra penyuluh dan sebagai sumber informasi. Kemampuan kelayan strategis dibutuhkan untuk mendukung peranannya dalam melakukan kegiatan sosialisasi kesadaran akan pentingnya makanan yang berkualitas kepada perempuan tani, suami dan masyarakat luas, serta melakukan pendampingan kepada perempuan tani baik secara individu maupun kelompok. Pelaksanaan rangkaian kegiatan tersebut didukung oleh tersedianya sumber informasi yang sesuai dan mudah di akses oleh perempuan tani, baik itu media cetak maupun elektronik.

(7)

HAYATI. Participation of Female Farmers in Achieving Household Food Security (Case in East Lombok District of West Nusa Tenggara Province). Supervised by SITI AMANAH, AIDA VITALAYA S HUBEIS, PRABOWO TJITROPRANOTO.

Quality of food consumption in East Lombok was still low, which indicated by the low value of PPH (73.3 percent) in 2010. This was due to the high potential of female farmers in achieving household food security has not been supported by proper skill and optimal participation of female farmers, also female farmers to face some obstacles to strengthen their ability and increase their participation to achieve household food security.

This research aims to analyze the level of ability and participation of female farmers, analyze the status of household food security and to prepare inputs for the formulation of strategy to increase the participations of female farmers in order to achieve household food security. The research was held in two sub-district that have most farm household (Extension Executive Agency of Agriculture, Fisheries and Forestry, East Lombok 2011), and categorized as food insecurity in East Lombok District, which are Aikmel Sub-district and Terara Sub-district, as well as four villages which are Aikmel village and Lenek Pasiraman for Aikmel Sub-district, Terara Villages and South Rarang Sela Village for Terara Sub-district (Map of Food Security and Vulnerability, West Nusa Tenggara 2010). Field research was conducted from June until November 2013. The number of research samples taken were 300 households, with details 160 households for Terare Sub-district and 140 household for Aikmel Sub-district.

Data on individual characteristics, socio-economic of household, support of socio-cultural society, access to natural resources, support of extension service, the ability of female farmers, the participation of female farmers, food status (food security index) were analyzed by descriptive statistics. Pearson correlation inferential statistics were used to analyze the relationship between variables. Food Processor Analysis aimed to get the level of energy consumption which was the ratio between the energy consumption with energy minimum level which were recommended. Structural equation modeling (SEM) was used to analyze dominant factor which affect the ability and participation of female farmers, food security status in household, and analyse the compatibility of research empirical model.

(8)

female farmers. Female farmers have better technical ability than managerial ability and social ability.

Pearson correlation analysis shows that the factors positively and significantly correlate with the ability of female farmers are: personal characterization of female farmers (non-formal education, motivation, dependent family), socio-economic of household (land area and decision making within household, socio-cultural environment (family support, cultural value, gender equity), access to resources (access to land, technology, information, and market). Support of extension services implementation (the availability of materials, methods and media, time and place of extension services, positive attitude of extension worker, the intensity of extension services and the competence of extension worker)

Female farmers participation rate in achieving household food security, at all stages in food availability component, food access and utilization has not been developed optimally to achieve household food security. Female farmers participation in each stage is higher in food the component of food access and food utilization due to the relation of work distribution based on gender in household. Analysis of food security status of household, shows that the food security status in household is classified as food insecurity (76.7 percent), status of household energy is classified very vulnerable (42.7 percent) to the group of food insecurity (39.0 percent).

Pearson analysis correlation explained simultaneously the level of female

farmers was positevely and significantly related at α=0.01 with the level of women farmers participation and food index of household, and significantly and postively related with household TKE. The level of female farmers participation

was postitively and significantly related at α=0,05 only with food security index, not with household TKE.

SEM analysis shows three mains results. First, the ability of female farmers is affected by support from extension services, access to resources (information access) and the support of socio-cultural environment (family support). Second, the level of female farmers participation are socio-economics of house hold (decision making process in household), access to information, ability, and personal characteristics of women (age and length of time in business). Third, the status of household food security is affected by personal charateristic of women (age and length of time in business), abilty and access to information.

(9)

overall of extension servives towards the food securitu at household level should be supported by availability of information and innovation that can be accessed and practiced by female farmers.

(10)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentimgan IPB.

(11)

(Kasus di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat)

HAYATI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Penguji pada Ujian Tertutup: 1. Prof (R) Dr Ign Djoko Susanto, SKM,APU

2. Dr Ir Herien Puspitawati, MSc

Penguji pada Ujian Terbuka: 1. Dr Ir Rosiady Sayuti, MSc

(13)
(14)
(15)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemampuan dan kekuatan hingga karya ilmiah ini, yang berjudul

“Partisipasi Perempuan Tani dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah Tangga

(Kasus di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat)” berhasil diselesaikan.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada Ibu Dr Ir Siti Amanah, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing, Ibu Prof Dr Ir Aida Vitayala S Hubeis dan Bapak Dr Prabowo Tjitropranoto, MSc selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang dengan sabar dan tulus ikhlas mengarahkan dan membimbing penulis, sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh responden dan informan dalam penelitian ini yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan juga kepada para enumerator; PPL dan aparat kantor desa di lokasi penelitian; kepala Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Aikmel dan Terara beserta staf; Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Lombok Timur beserta staf; kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi NTB beserta staf, kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Lombok Timur beserta staf, yang telah membantu selama pengumpulan data.

Tak lupa pula penulis sampaikan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional atas Beasiswa BPPS yang diberikan. Terima kasih penulis kepada teman-teman mahasiswa Ilmu Penyuluhan Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana IPB angkatan 2010 (Zahron, Taufik, Hamzah, Meilvis, Megawati), angkatan 2011 (Akrab, Iwan, Darojat), teman-teman di perpustakaan IPB (Ainia, Yeni, dan lainnya), temen satu kos (Woro, Yetty, Cuwi) untuk kebersamaannya dan turut mendukung penyelesaian disertasi ini. Khusus kepada sahabat tercinta Megawati Simanjuntak, terima kasih banyak yang tak terhingga atas segala bantuan yang sangat berarti bagi penulis. Terima kasih banyak juga saya sampaikan kepada Mbak Desiar Ismoyowati, AMd atas segala bantuan dan pertolongannya yang telah dilakukan kepada penulis selama ini demi kelancaran penyelesaian disertasi ini. Ungkapan terima kasih yang tiada terkira atas doa, dukungan dan kasih sayangnya disampaikan kepada Ayahanda H Zakaria Marzuki, SH dan Ibunda Hj. Yayah Rohayah yang penulis hormati dan cintai, putra putri yang hebat dan tercinta Husni Jayadi, Zata Yumni Awanis, dan M. Rafdi Ghani, adik-adik kandung beserta suami yang penulis sayang dan cinta, Artati dan Humaedi, Sri Wahyuni dan Ade Husen, Indah Wati dan Hasnop, Sari Kusumawati dan Arman, Siti Lestari dan Doly, Hairani dan Yudi, dan Fitri Kurniati dan Benny, serta kepada sahabat, kerabat yang terkasih dan tercinta yang tak dapat dituliskan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

(16)
(17)

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvi

I PENDAHULUAN 1

LLatar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

II TINJAUAN PUSTAKA 8

Partisipasi Perempuan Tani dalam Ketahanan Pangan Rumah Tangga

8

Pendidikan Berbasis Masyarakat dalam Peningkatan Partisipasi Perempuan Tani dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah Tangga

11

Penelitian Pendahuluan dan Kebaruan Penelitian 12

III KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN 14

Definisi Operasional dan Konsep 16

IV METODE PENELITIAN 19

V TINGKAT KEMAMPUAN PEREMPUAN TANI DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA

21

Pendahuluan 21

Metode 23

Hasil dan Pembahasan 24

Simpulan 48

VI TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN TANI DAN STATUS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA

50

Pendahuluan 50

Metode 52

Hasil dan Pembahasan 53

Simpulan 65

VII STRATEGI PENGEMBANGAN PARTISIPASI PEREMPUAN TANI UNTUK PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA

67

Pendahuluan 67

Metode 70

Hasil dan Pembahasan 73

Simpulan 99

7 PEMBAHASAN UMUM 101

8 SIMPULAN DAN SARAN 108

DAFTAR PUSTAKA 111

LAMPIRAN 119

(18)

4.1 Populasi dan sampel penelitian 19 5.1 Sebaran perempuan tani menurut karakteristik pribadi perempuan tani

di Kabupaten Lombok Timur, 2013

25

5.2 Sebaran perempuan tani menurut profil sosial ekonomi rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur, 2013

28

5.3 Sebaran perempuan tani menurut profil sosial budaya masyarakat di Kabupaten Lombok Timur

30

5.4 Sebaran perempuan tani menurut profil akses terhadap sumber daya di Kabupaten Lombok Timur, 2013

35

5.5 Pandangan perempuan tani terhadap penyelenggaraan penyuluhan ketahanan pangan di Kabupaten Lombok Timur, 2013

38

5.6 Sebaran perempuan tani menurut tingkat kemampuan di Kabupaten Lombok Timur, 2013

41

5.7 Rataan skor komponen-komponen kemampuan perempuan tani dalam mendukung ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur, 2013

42

5.8 Koefisien korelasi antara profil sosial ekonomi dan sosial budaya dengan tingkat kemampuan perempuan tani di Kabupaten Lombok Timur, 2013

44

6.1 Sebaran perempuan tani menurut tahap-tahap partisipasi di Kabupaten Lombok Timur, 2013

55

6.2 Sebaran perempuan tani menurut tahap-tahap partisipasi pada komponen ketahanan pangan rumah tangga

di Kabupaten Lombok Timur, 2013

56

6.3 Sebaran perempuan tani menurut status ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur, 2013

61

6.4 Koefisien korelasi antara tingkat kemampuan perempuan tani dengan tingkat partisipasi perempuan tani di Kabupaten Lombok Timur

62

6.5 Koefisien korelasi antara tingkat kemampuan perempuan tani dengan status ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur

63

6.6 Koefisien korelasi antara tingkat partisipasi perempuan tani dengan status ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur

64

7.1 Dekomposisi pengaruh antar peubah peningkatan partisipasi perempuan tani

74

7.2 Komponen-komponen penyuluhan untuk peningkatan partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga

91

7.3 Rancangan strategi peningkatan partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur

(19)

3.1 Hubungan antar peubah penelitian 17 7.1 Kerangka hipotetik model struktural peubah penelitian 72 7.2 Estimasi parameter hybrid model peningkatan partisipasi perempuan

tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga

75

7.3 Skema strategi peningkatan partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga

89

7.4 Skema strategi penyuluhan untuk penguatan kemampuan dan peningkatan partisipasi perempuan tani dalam rangka mencapai ketahanan pangan rumah tangga

98

8.1 Faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan perempuan tani dan partisipasi perempuan tani

104

DAFTAR LAMPIRAN

1 Definisi operasional, pengukuran dan pengolahan data variabel- variabel penelitian

119

2 Tahapan dan hasil analisis SEM (Lisrel 8.70) 126

(20)
(21)

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara sosial budaya, perempuan tani di Kabupaten Lombok Timur merupakan orang yang bertanggung jawab dalam pencapaian ketahanan pangan rumah tangga. Oleh karenanya, keberhasilan pencapaian ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur, tidak dapat mengabaikan peran perempuan tani. Potensi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga harus didukung oleh kemampuan perempuan tani yang memadai, partisipasi perempuan tani yang optimal pada setiap tahapannya, serta menghilangkan dan mencari solusi dari sejumlah kendala yang dihadapi perempuan dalam rangka menguatkan kemampuannya dan meningkatkan partisipasinya untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga.

Perempuan tani berperan penting dalam ketahanan pangan rumah tangga, baik pada komponen ketersediaan pangan, akses pangan maupun pemanfaatan pangan. Perempuan tani melakukan pekerjaan-pekerjaan penting pada produksi pertanian pangan, seperti penanaman, penyiangan, pemanenan, pemupukan, pemberantasan hama penyakit tanaman, penanganan pasca panen, penyimpanan, pemasaran (Food and Agriculture Organization/FAO 2008). FAO (2011) menguatkan bahwa di lima wilayah di dunia, perempuan tani berkontribusi sebagai tenaga kerja di sektor pertanian. Pada tahun 2010, di Amerika Latin dan Karibia terdapat tenaga kerja perempuan di sektor pertanian sekitar 20 persen, di Near East dan North Africa dan Sub-Saharan Afrika hampir 50 persen, di South Asia sekitar 35 persen, dan di East dan Southeast Asia hampir 50 persen. Perempuan tani juga melakukan pemeliharaan ternak kecil dan menanam di lahan pekarangan atau halaman belakang rumah.

Perempuan tani juga bertanggung jawab untuk merencanakan, mengolah, mempersiapkan, dan hingga menghidangkan makanan untuk keluarga (Arumsari dan Rini 2008, Karl 2013). Perempuan tani secara eksklusif bertanggung jawab terhadap gizi keluarga, sebagai produsen dan penyedia makanan bagi keluarga (Hubeis 2010). Perempuan tani juga membeli pangan dengan menggunakan pendapatan yang diperolehnya dari bekerja (Ibnouf 2009; Ogunlela dan Mukhtar 2009; FAO 2011; Hubeis 2012; Karl 2013). The International Centre for Research on Women/ICRW menyatakan bahwa perempuan tani juga merupakan bagian integral dalam upaya mengurangi kelaparan dan kekurangan gizi karena perempuan tanilah yang bertanggung jawab untuk memastikan tersedianya, diaksesnya makanan yang bergizi seimbang bagi keluarga mereka. Perempuan tani juga melakukan strategi rumah tangga untuk memenuhi kekurangan pangan (coping ability indicator) (Brown et al. 2001; Arumsari dan Rini 2008; Ibnouf 2009; World Bank 2009; Baliwati et al. 2010; Hubeis 2012).

(22)

2013). Hal ini mendukung pendapat bahwa ketahanan pangan rumah tangga adalah kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kecukupan pangan bagi anggotanya agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari -hari yang tercermin dari konsumsi zat gizi (energi dan protein) yang memenuhi norma kecukupan (Maxwell dan Franksenberg 1992; Sumarwan dan Sukandar 1998; Jayaputra 2001). Menurut Kusharto dan Hardinsyah (2012) usaha untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga dapat ditempuh melalui peningkatan pengetahuan pangan dan gizi untuk menjaga keselarasan antara ketersediaan pangan dengan kualitas konsumsi pangan masyarakat.

Fakta di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan rata-rata produksi padi sebesar 5.75 persen sejak tahun 2007-2011 dan surplus beras setiap tahunnya. Pada tahun 2007-2011, ketersediaan pangan dalam bentuk energi mencapai 3 343.04 kalori/kapita/hari dan protein sebesar 114.49 gram/kapita/hari. Jumlah ini melebihi ketersediaan energi dan protein minimal yang harus disediakan sebesar 2 200 kalori/kapita/hari dan 57 gram/kapita/hari. Keberhasilan ini belum diiringi dengan peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat. Menurut Laporan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi NTB (2010) masih terdapat kecamatan-kecamatan di NTB yang tergolong rawan dan rawan pangan. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) di NTB pada tahun 2010 baru mencapai 76.7 persen yang memberikan makna bahwa tingkat keragaman dan mutu gizi konsumsi pangan penduduk relatif masih rendah (BKP NTB 2011). Rata-rata asupan energi harian pada tahun 2009 adalah 1 956 yang berarti lebih rendah dari Angka Kecukupan Gizi Nasional yaitu 2 000 kkal/kapita/hari (BKP NTB 2010).

Kondisi kerawanan pangan tersebut mencerminkan bahwa ketahanan pangan rumah tangga belum tercapai. Menurut Karl (2013) ketahanan pangan rumah tangga akan tercapai jika pengoptimalan peranan perempuan tani dalam ketahanan pangan rumah tangga dan pemberdayaan perempuan tani (pengembangan kemampuan) dirasakan sebagai suatu kebutuhan dan serius dilakukan. Hal ini dikarenakan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa perempuan tani memainkan peranan yang penting dalam setiap komponen ketahanan pangan rumah tangga. Pentingnya peran perempuan tani dalam pencapaian ketahanan pangan rumah tangga, menyebabkan perempuan tani harus dipandang sebagai masyarakat yang aktif, memiliki inisiatif, kemauan dan kemampuan dalam upaya mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Mengacu pada pendapat Uphoff et al (1979), partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga tidak hanya sekedar berpartisipasi pada aspek melaksanakan kegiatan, melainkan juga partisipasinya pada aspek perencanaan, evaluasi dan perolehan manfaat yang dirasakan perempuan tani dan anggota rumah tangganya sebagai dampak partisipasinya pada upaya pencapaian ketahanan pangan dalam rumah tangga.

(23)

pangan bagi perempuan tani sangat diperlukan untuk menyukseskan ketahanan pangan rumah tangga, karena penyuluh mempunyai peranan yang sangat strategis. Penyuluh hendaknya tidak hanya memahami aspek produksinya saja melainkan perlu memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang memadai dalam hal pola konsumsi, distribusi makanan agar dapat memberikan informasi yang benar kepada perempuan tani petani terkait dengan pola konsumsi dan distribusi makanan (Suprapto 2010).

Tercapainya ketahanan pangan rumah tangga memberikan makna atas terpenuhinya hak asasi semua individu dalam rumah tangga atas pangan yang berkualitas (bermutu, bergizi seimbang) di sepanjang waktu serta dapat hidup sehat dan aktif, seperti yang diamanahkan oleh Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Ketahanan pangan rumah tangga akan menentukan tercapainya ketahanan pangan nasional bahkan global. Ketahanan pangan dan gizi merupakan benang merah yang menghubungkan berbagai elemen pembangunan masa depan yang berkelanjutan. Kerawanan pangan dapat memiliki dampak jangka panjang yang negatif terhadap prospek pertumbuhan seluruh masyarakat. Oleh karenanya, pemerintah harus terus memberikan perhatian terhadap perempuan tani sebagai pelaku utama pencapaian ketahanan pangan rumah tangga di perdesaan.

Perumusan Masalah

Hingga saat ini, di Kabupaten Lombok Timur masih dijumpai daerah yang tergolong rawan dan rawan pangan. Kualitas konsumsi pangan masyarakat masih rendah yang terlihat dari capaian PPH sebesar 73.3 persen pada tahun 2010 (BKP NTB 2011). Kondisi ini menunjukkan bahwa: (1) partisipasi perempuan tani belum berkembang optimal dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga, (2) kemampuan perempuan tani belum memadai untuk mendukung tercapainya ketahanan pangan rumah tangga, dan (3) perempuan tani menghadapi sejumlah kendala menguatkan kemampuan dan meningkatkan partisipasinya untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga.

Selama ini, program ketahanan pangan yang dilakukan oleh BKP Kabupaten Lombok Timur yang diperuntukkan bagi perempuan tani adalah program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang sudah dilakukan sejak tahun 2010. Salah satu kegiatannya adalah pemberdayaan kelompok perempuan tani melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan. Prakteknya di lapangan, kegiatan ini menyangkut kegiatan pembibitan tanaman sayur-sayuran, yang kemudian bibit sayuran itu dijual dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perempuan tani. Kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh PPL sama sekali tidak menyentuh aspek distribusi, pentingnya pangan dan gizi bagi semua anggota rumah tangga.

(24)

Untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur, penelitian tentang partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga perlu dilakukan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kemampuan perempuan tani dalam mendukung ketahanan pangan rumah tangga?

2. Bagaimana tingkat partisipasi perempuan tani dan status ketahanan pangan rumah tangga?

3. Bagaimana rumusan strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi perempuan tani yang berkontribusi dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis tingkat kemampuan perempuan tani dalam mendukung

ketahanan pangan rumah tangga.

2. Menganalisis tingkat partisipasi perempuan tani dan status ketahanan pangan rumah tangga.

3. Menyiapkan bahan rumusan strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi perempuan tani agar dapat mencapai ketahanan pangan rumah tangga.

Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian secara akademis adalah:

1. Memperkaya khasanah keilmuan tentang partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga.

2. Memberikan informasi bagi penelitian serupa agar dapat melakukan penyempurnaan demi kemajuan ilmu pengetahuan tentang karakteristik pribadi perempuan tani, kondisi sosial ekonomi rumah tangga, kondisi lingkungan sosial budaya masyarakat, akses perempuan tani terhadap sumber daya, dukungan penyelenggaraan penyuluhan, penguatan kemampuan perempuan tani dan peningkatan partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga.

3. Menyiapkan bahan rumusan konsep model dan strategi peningkatan partisipasi perempuan tani untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga.

Manfaat hasil penelitian secara praktis adalah:

1. Sebagai tambahan informasi kepada para pengambil kebijakan dalam merumuskan kebijakan dan strategi peningkatan partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur.

2. Sebagai referensi bagi penelitian tentang perilaku manusia terkait dengan ketahanan pangan rumah tangga.

Ruang Lingkup Penelitian

(25)

berkontribusi terhadap pengembangan kemampuan perempuan tani juga harus dirumuskan agar dapat mengoptimalkan partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Untuk menemukan model, penelitian didisain berupa rangkaian penelitian yang terdiri dari tiga tahap penelitian. Penelitian pertama yaitu “Tingkat kemampuan perempuan tani dalam mendukung ketahanan pangan rumah tangga”, penelitian kedua yaitu “Tingkat partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga”, dan penelitian ketiga yaitu “Strategi peningkatan partisipasi perempuan tani untuk peningkatan ketahanan pangan rumah tangga”.

Konsep yang melandasi penelitian ini adalah kemampuan dan partisipasi yang keduanya sangat berkaitan dengan peranan penyuluh dalam penyelenggaraan kegiatan penyuluhan dalam mendukung pencapaian ketahanan pangan rumah tangga. Dalam penelitian ini, dianalisis sejauhmana penyelenggaraan penyuluhan ketahanan pangan yang ada telah menyentuh perempuan tani demi meningkatkan kemampuan perempuan tani, yang kemudian akan mempengaruhi partisipasi perempuan tani dalam ketahanan pangan rumah tangga.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Partisipasi Perempuan Tani dalam Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Ketahanan pangan pada level individu, rumah tangga, nasional, regional dan global akan tercapai ketika semua orang di sepanjang waktu, mempunyai akses secara fisik, sosial dan ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan makanan dan preferensi makanan untuk hidup yang sehat dan aktif (FAO 2001). Ketahanan pangan tidak hanya memerlukan makanan dan persediaan makanan, tetapi meliputi ketersediaan pangan (food availability), akses pangan (food access), dan pemanfaatan pangan (food utilization) oleh semua orang baik laki-laki maupun perempuan tani dari segala usia, etnis, agama, dan tingkat sosial ekonomi (World Bank 2009).

Partisipasi merupakan bentuk keterlibatan aktif masyarakat mulai dari tahap proses pengambilan keputusan tentang rencana kegiatan, tahap pelaksanaan kegiatan, tahap menikmati hasil dan tahap evaluasi pelaksanaan kegiatan. Partisipasi haruslah meliputi empat tahap tersebut. Apabila partisipasi tidak melibatkan semua tahap tersebut, dikatakan bahwa partisipasi hanya bersifat parsial (Uphoff et al. 1979). Ketahanan pangan dalam rumah tangga memerlukan dukungan atau peran serta laki-laki dan perempuan. Partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga tani dalam penelitian ini adalah bagaimana keterlibatan perempuan tani dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, perolehan manfaat, dan evaluasi pada komponen ketersediaan pangan, akses pangan dan pemanfaatan pangan.

Pada komponen ketersediaan pangan (food availability), perempuan tani melakukan kegiatan on farm hingga off farm. Perempuan tani memproduksi tanaman pangan dan mengontrol penggunaan atau penjualan hasil produksi pangan yang tumbuh di lahan yang mereka kelola (Brown et al. 2001; FAO 2008; World Bank 2009; Ibnouf 2009; Hubeis 2010; FAO 2011). Partisipasi perempuan tani pada komponen ketersediaan pangan dalam penelitian ini adalah keterlibatan perempuan tani pada tahap perencanaan, pelaksanaan, perolehan manfaat, dan evaluasi dalam kegiatan produksi pangan yang terdiri dari kegiatan diversifikasi tanaman dan pangan, budidaya tanaman baik di lahan usahatani maupun di lahan pekarangan dan budidaya ternak, kegiatan pemasaran dan memanfaatkan hasil panen.

(27)

Hubeis 2012; Karl 2013). Partisipasi perempuan tani pada komponen akses pangan dalam penelitian ini mencakup keterlibatan perempuan tani pada tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan penerimaan manfaat dalam kegiatan: (1) mengambil bahan makanan yang ditanam di sawah/ladang/kebun/lahan pekarangan rumah milik sendiri, dan lahan garapan/sewa, (2) membeli bahan makanan yang berkualitas dan beragam di pasar lokal, desa, kecamatan, kota/kabupaten, (3) menerima bantuan pangan, (4) menggunakan pendapatannya (pendapatan perempuan tani) untuk memenuhi kebutuhan makanan anggota keluarga dan pendidikan anak, (5) memberikan akses yang tinggi kepada anggota rumah tangga terhadap konsumsi pangan, dan (6) melakukan strategi rumah tangga untuk memenuhi kekurangan pangan (coping ability indicator).

Pada komponen pemanfaatan pangan (food utilization), perempuan tani bertanggung jawab bagi kebutuhan gizi bagi seluruh anggota rumah tangga mereka. Perempuan tani memastikan bahwa pangan yang dikonsumsi adalah pangan yang beraneka ragam dan berkualitas serta memberikan kontribusi untuk perkembangan fisik dan kognitif yang baik, mengolah dan menyediakan pangan sesuai dengan kebutuhan anggota rumah tangga, termasuk memberi makanan pada bayi dan balita (Brown et al. 2001; Arumsari dan Rini 2008; World Bank 2009; Ibnouf 2009; Karl 2013). Partisipasi perempuan tani pada komponen pemanfaatan pangan dalam penelitian ini adalah keterlibatan perempuan tani pada tahapan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan penerimaan manfaat dalam kegiatan: (1) diversifikasi konsumsi pangan, (2) distribusi makanan bagi anggota keluarga yang sesuai dengan kebutuhan pangan dan gizi, (3) penyediaan pangan yang dikonsumsi anggota rumah tangga yang sesuai dengan kebutuhan pangan dan gizi, (4) pemberian makanan terhadap bayi dan balita.

Partisipasi masyarakat berkorelasi erat dengan kemampuannya (Ndraha 1990; Zimmerman dan Rappaport 1995; Slamet 2003). Robbins (2003) mendefinisikan kemampuan (ability) sebagai kecakapan individu yang dimiliki seseorang yang dibawa sejak lahir atau hasil pelatihan atau praktik yang digunakan untuk mengerjakan berbagai tugas melalui suatu tindakan. Kemampuan yang dimaksud meliputi kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Hal yang sama disampaikan oleh Klausmeier dan Goodwin (1975) bahwa kemampuan manusia dielaborasikan menjadi kemampuan pada ranah kognitif (kemampuan intelektual), mental dan psikomotorik (kemampuan fisik). Kemampuan intelektual adalah kapasitas untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kerja mental, sedangkan kemampuan fisik adalah kapasitas untuk melaksanakan tugas-tugas yang menuntut adanya stamina, ketangkasan atau keterampilan.

(28)

membangun dirinya menjadi individu yang produktif, kreatif dan inovatif. Kemampuan produktif terekspresi dalam bentuk kemampuan manajerial.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suprayitno (2011) menemukan bahwa partisipasi petani dalam pengelolaan hutan kemiri rakyat di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia dipengaruhi oleh kemampuan teknis, manajerial dan sosial petani, dan Erwiantono (2013) yang menemukan bahwa partisipasi masyarakat nelayan dalam pengelolaan areal perlindungan laut berbasis masyarakat di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta juga dipengaruhi oleh kemampuan manajerial, sosial dan teknis. Oleh karenanya, peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap perempuan tani terkait dengan ketahanan pangan merupakan suatu kebutuhan. Perubahan perilaku ini dapat dilakukan melalui pendekatan pendidikan non formal atau penyuluhan (Sumardjo 1999, Slamet 2000; Amanah 2007) agar perempuan tani memiliki kemampuan yang memadai untuk mengelola dan mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Menurut Tjitropranoto (2005) perempuan tani yang berkemampuan adalah perempuan tani yang penuh percaya diri karena menguasai pengetahuan dalam bidangnya, memiliki keterampilan serta sikap yang positif dalam mengerjakan hal-hal yang terkait dengan ketahanan pangan rumah tangga sesuai dengan tata nilai dan ketentuan yang telah ditetapkan. Kemampuan merupakan faktor yang harus dimiliki oleh perempuan tani agar dapat menjalankan pekerjaan dengan baik.

Kemampuan perempuan tani merupakan perpaduan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terakumulasi pada diri perempuan tani yang membuatnya sanggup berpartisipasi secara optimal dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga, yaitu meliputi kemampuan teknis, kemampuan manajerial dan kemampuan sosial. Kemampuan teknis berkaitan dengan kaidah-kaidah teknis dalam mengelola dan menjamin ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan di tingkat rumah tangga. Kemampuan manajerial yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, menggerakkan/mengarahkan, dan mengevaluasi kegiatan ketahanan pangan rumah tangga atau kegiatan dalam menjamin ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan dalam rumah tangga. Kemampuan sosial adalah kemampuan membangun dan menjalin hubungan dengan pihak lain.

(29)

2012), dukungan tokoh masyarakat (Handayani 2008), nilai budaya (Ogunlela dan Mukhtar 2009; Oladejo et al. 2011), keadilan jender (Elizabeth 2008; Hubeis 2012; Ibnouf 2009); (4) Akses terhadap sumber daya yang dicirikan oleh akses terhadap lahan (Brown et al. 2001; Prakash 2003; Damisa et al. 2007; Mudukuti dan Miller 2002), akses terhadap kredit (Brown et al. 2001; Oladejo et al. 2011; Damisa et al. 2007), akses terhadap sarana produksi pertanian (Brown et al. 2001; Emma 2008; World Bank 2009; Damisa et al. 2007), akses terhadap teknologi tepat guna (World Bank 2009; Ariningsih dan Rachman 2008; Elizabeth 2008), akses terhadap informasi (Hubeis 2012; World Bank 2009; Richardson et al. 2003), dan akses terhadap pasar (World Bank 2009); dan (5) Dukungan penyelenggaraan penyuluhan yang dicirikan oleh pandangan perempuan tani terhadap penyelenggaraan penyuluhan oleh penyuluh, yang terdiri dari: materi (Mudukuti dan Miller 2002), metode dan media (Sumardjo 1999; Ibrahim et al. 2003), waktu dan tempat (Pini 2002; Mudukuti dan Miller 2002; Akeredolu 2009; Jiggins et al. 1997), sikap penyuluh (Jiggins et al. 1997; Khudori 2005), intensitas penyuluhan dan kompetensi penyuluh (Elizabeth 2008; Khudori 2005).

Pendidikan Berbasis Masyarakat dalam Peningkatan partisipasi Perempuan Tani dalam Mencapai Ketahahan Pangan Rumah Tangga

Peningkatan partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga, mengacu pada pendidikan berbasis masyarakat yang menganut tradisi pendidikan Freire (1970) adalah pendidikan untuk membangkitkan kesadaran kritis (critical consciousness) masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan untuk membela dan membebaskan masyarakat dari diskriminasi dan ketidakberdayaan melalui pendidikan yang diselenggarakan di tengah masyarakat, dalam hal ini pendidikan non formal. Pendidikan yang memihak kepada kepentingan masyarakat serta ada suatu harapan yang harus diperjuangkan oleh masyarakat yaitu melepaskan dari belenggu ketidakberdayaan untuk berbuat bersama-sama, berpartisipasi dan berperan setara dalam kedudukan, hak dan kewajiban untuk mencapai kehidupan yang lebih baik (Nurhayati 2011).

Implementasi pendidikan berbasis masyarakat harus memperhatikan tiga segi pokok: belajar dari realitas atau pengalaman, tidak menggurui, dan berlangsung secara dialogis (Fakih et al. 2002). Andragogi adalah pendekatan pendidikan orang dewasa yang menempatkan peserta didik sebagai subjek dari sistem pendidikan. Memosisikan peserta didik sebagai orang dewasa yang diasumsikan memiliki kemampuan aktif untuk merencanakan arah, memilih materi, menyimpulkan, mengambil manfaat, memikirkan cara terbaik untuk belajar. Fungsi pendidik adalah sebagai fasilitator, bukan menggurui. Relasi antara pendidik dan peserta didik bersifat multicommunication (Knowless 1970).

(30)

peserta didik adalah sama, yaitu berperan sebagai sumber informasi. Peran fasilitator dilakukan dengan merangkum dan mengkomunikasikan kembali dengan membangun komitmen dan dialog. Pembelajaran dapat dilakukan di mana saja, dalam setting klasikal atau kelompok, menggunakan berbagai strategi belajar aktif, misalnya diskusi, debat, brainstorming, dialog, role play secara partisipatif (Nurhayati 2011).

Knowless (1970) menguraikan langkah-langkah penting yang ditempuh untuk mengimplementasikan pendidikan berbasis masyarakat adalah: (1) menciptakan suasana belajar agar masyarakat siap belajar, (2) membantu warga masyarakat menyusun kelompok belajar agar sesama kelompok saling belajar dan memperkuat motivasi belajarnya, (3) membantu masyarakat mendiagnosis kebutuhan belajar, (4) membantu masyarakat menyusun tujuan belajar, (5) membantu masyarakat saling bertukar pengalaman yang bermanfaat untuk bahan peningkatan diri, (6) membantu masyarakat melakukan kegiatan belajar, dan (7) membantu masyarakat melakukan evaluasi terhadap hasil belajar (Knowless 1970).

Penelitian Terdahulu dan Kebaruan Penelitian

Pada umumnya di Indonesia, khususnya di Kabupaten Lombok Timur, perempuan tani merupakan tokoh kunci untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Oleh karenanya, kondisi rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur yang rawan pangan dapat diperbaiki melalui pengembangan kemampuan perempuan tani agar menjadi lebih memadai untuk mendukung pencapaian ketahanan pangan rumah tangga, dan pengoptimalan partisipasi perempuan tani agar dapat mencapai ketahanan pangan rumah tangga.

(31)

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, memfokuskan penelitian pada aspek ketahanan pangan rumah tangga dan memberikan kontribusi mengenai faktor penentu ketersediaan energi rumah tangga; Sukandar et al. (2009) dalam penelitiannya di Kabupaten Bogor dan Indramayu, memfokuskan penelitian pada aspek status ketahanan pangan rumah tangga, dan memberikan kontribusi mengenai faktor penentu ketahanan pangan rumah tangga dan faktor penentu status gizi anak; Sjah dan Supartiningsih (2010) dalam penelitiannya di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat, yang menggunakan data sekunder memfokuskan penelitian pada aspek ekonomi dan memberikan kontribusi mengenai faktor ekonomi penentu ketahanan pangan rumah tangga; Taridala (2010) pada penelitian yang dilakukan di Kabupaten Konowe Selatan, Sulawesi Utara, memfokuskan pada aspek produksi pertanian dan memberikan kontribusi mengenai faktor penentu pencapaian ketahanan pangan rumah tangga adalah variabel ekonomi yaitu pendapatan gender, pendapatan usaha tani keluarga, dan ukuran rumah tangga; Di Kabupaten Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir, Yunita (2011) memfokuskan penelitian pada aspek kapasitas rumah tangga, dan memberikan kontribusi mengenai faktor penentu kapasitas rumah tangga dan strategi pengembangan kapasitas petani padi sawah lebak menuju rumah tangga yang tahan pangan.

(32)

III. KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN

Perwujudan ketahanan pangan rumah tangga penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional bahkan global. Ketahanan pangan dan gizi merupakan benang merah yang menghubungkan berbagai elemen pembangunan masa depan yang damai, stabil dan berkelanjutan. Kerawanan pangan akan berdampak jangka panjang secara negatif terhadap prospek pertumbuhan seluruh masyarakat. Oleh karenanya, pemerintah harus terus memberikan perhatian terhadap pencapaian ketahanan pangan rumah tangga. Dalam hal ini, pemerintah melalui dukungan penyelenggaraan penyuluhan dapat berkontribusi positif terhadap pencapaian ketahanan pangan pada level rumah tangga.

Ketahanan pangan rumah tangga adalah kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kecukupan pangan bagi anggotanya agar dapat hidup sehat dan aktif serta mampu melakukan kegiatan sehari-hari, yang tercermin dari konsumsi energi dan protein yang memenuhi norma kecukupan. Konsepsi pangan merupakan gambaran dari ketersediaan dan kemampuan keluarga untuk membeli dan memperoleh pangan, sehingga konsumsi pangan merupakan peubah yang mudah digunakan sebagai indikator ketahanan pangan rumah tangga. Ketahanan pangan meliputi tiga komponen, yaitu ketersediaan pangan (food availability), akses pangan (food access), dan pemanfaatan pangan (food utilization).

Kecukupan dan ketersediaan pangan dalam rumah tangga dapat diketahui dari ada atau tidak adanya persediaan pangan antara musim tanam dengan musim tanam berikutnya, dan frekuensi makan anggota rumah tangga, yaitu tiga kali sehari sesuai dengan kebiasaan makan penduduk di Indonesia maupun di lokasi penelitian. Kemudahan rumah tangga mengakses (memperoleh) pangan dapat diketahui dari apakah rumah tangga mengakses secara langsung (direct access) yaitu jika rumah tangga memiliki lahan sawah/ladang, atau mengakses secara tidak langsung (indirect access) jika rumah tangga tidak memiliki lahan sawah/ladang. Cara rumah tangga memperoleh pangan apakah dengan cara memproduksi sendiri atau membeli, serta bahkan dapat saja mendapatkan bantuan pangan dari organisasi pemerintah dan non pemerintah. Akses pangan dalam rumah tangga juga terkait dengan strategi rumah tangga dalam mengatasi kekurangan pangan (coping ability indicator). Pemanfaatan pangan dalam rumah tangga yang ditunjukkan dengan selalu tercukupinya makan makanan pokok (nasi) setiap kali makan, semua anggota rumah tangga selalu mengkonsumsi protein hewani dan nabati setiap hari, dan tingkat konsumsi pangan yang mengandung protein hewani dan atau nabati, di mana rumah tangga yang sangat rawan ketahanan pangan jika tingkat konsumsi energi lebih rendah dari cut off point atau TKE < 70 persen, rawan ketahanan pangan jika tingkat konsumsi energi antara 70 persen—90 persen dan tahan pangan jika tingkat konsumsi energi > 90 persen (Zeitlin dan Brown 1990).

(33)

perwujudan ketahanan pangan rumah tangga dapat dicapai jika adanya partisipasi perempuan tani yang optimal pada ketiga komponen ketahanan pangan tersebut di atas. Partisipasi perempuan tani yang optimal dalam pencapaian ketahanan pangan rumah tangga tidak hanya sekedar berpartisipasi pada aspek melaksanakan kegiatan saja, melainkan juga partisipasi perempuan tani pada aspek perencanaan, evaluasi dan manfaat yang dirasakan perempuan tani sebagai dampak partisipasinya pada upaya pencapaian ketahanan pangan dalam rumah tangga. Partisipasi perempuan tani dalam mendukung terwujudnya ketahanan pangan rumah tangga dapat dilihat pada komponen ketersediaan pangan (food availability), akses pangan (food access), dan pemanfaatan pangan (food utilization).

Pada komponen ketersediaan pangan (food availability) ditunjukkan dengan adanya partisipasi perempuan tani pada kegiatan diversifikasi produksi pertanian, kegiatan pemasaran dan pemanfaatan hasil panen. Partisipasi perempuan tani pada komponen akses pangan (food access) ditunjukkan dengan adanya kemampuan mengakses baik dengan cara memproduksi sendiri maupun dengan cara membeli, serta kemampuan dalam mengatasi kekurangan pangan. Akses pangan sangat terkait dengan jumlah pendapatan rumah tangga dan pendapatan perempuan tani, dan siapa yang mempunyai kontribusi yang lebih besar terhadap pemenuhan kebutuhan pangan keluarga. Partisipasi perempuan tani pada komponen pemanfaatan pangan (food utilization) ditunjukkan dengan partisipasi perempuan tani dalam hal diversifikasi konsumsi, distribusi makanan yang berkualitas kepada anggota rumah tangga, memberikan makanan pada bayi dan balita.

Partisipasi masyarakat sangat ditentukan oleh kemampuan masyarakat itu sendiri. Oleh karenanya, peningkatan partisipasi perempuan tani, harus didukung oleh kemampuan perempuan tani yang memadai. Kemampuan adalah daya atau kesanggupan seseorang untuk melakukan pekerjaan. Dengan adanya kemampuan yang memadai maka suatu pekerjaan dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Artinya, perempuan tani dapat berpartisipasi secara optimal dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Kemampuan akan membedakan antara perempuan tani yang mampu dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga secara baik dan benar dengan perempuan tani yang belum memiliki kemampuan. Kemampuan perempuan tani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan teknis dalam rangka mencapai ketahanan pangan rumah tangga, yaitu kemampuan teknis dalam menjamin ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan di tingkat rumah tangga petani. Kemampuan manajerial adalah kemampuan merencanakan, mengatur, menggerakkan atau mengarahkan, dan mengevaluasi kegiatan dalam menjamin ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan dalam rumah tangga. Kemampuan sosial adalah kemampuan membangun dan menjalin hubungan dengan pihak lain. Kemampuan ini perlu dimiliki perempuan tani agar dapat berpartisipasi secara optimal dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga.

(34)

sosial ekonomi rumah tangga, dukungan lingkungan sosial budaya masyarakat, akses terhadap sumber daya, dan dukungan penyelenggaraan penyuluhan.

Karakteristik pribadi perempuan terdiri dari usia, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman usaha, tanggungan keluarga, dan motivasi. Usia seseorang dapat mempengaruhi tingkat kemampuan yang dimiliki dalam melakukan aktivitas atau usaha dan mempengaruhi tingkat partisipasi. Pendidikan formal juga mempengaruhi tingkat partisipasi baik pada kegiatan usaha tani maupun pada kegiatan diversifikasi bahan pangan. Rendahnya tingkat pendidikan perempuan dapat menyebabkan dapat mempengaruhi rasa percaya diri dan perilakunya serta kemampuannya.

Demikian pula halnya dengan pendidikan non formal, baik berupa pelatihan, kursus, magang, penyuluhan, penataran, kursus, maupun bentuk keterampilan teknis yang lain dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan masyarakat sehingga mereka mampu dan sanggup memerankan dirinya sebagai warga negara yang baik sesuai dengan bidang profesinya, serta mampu, sanggup, dan berswadaya memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraannya sendiri dan masyarakatnya.

Pengalaman adalah akumulasi dari proses belajar mengajar yang dialami oleh seseorang. Kecenderungan seseorang untuk berbuat, tergantung dari pengalamannya, karena menentukan minat dan kebutuhan yang dirasakan. Hal-hal yang telah dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Seseorang akan berusaha menghubungkan hal yang dipelajari dengan pengalaman yang dimiliki dalam proses belajar. Pengalaman usahatani mempunyai hubungan dengan peningkatan partisipasi dalam produksi pertanian dan dapat mempengaruhi kemampuan petani dalam mengelola suatu kegiatan.

Tanggungan keluarga juga merupakan faktor yang menentukan tingkat partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan pertanian, dalam suatu kegiatan sekolah lapangan, dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga. Relatif tingginya jumlah tanggungan keluarga memerlukan kebutuhan kebutuhan konsumsi pangan yang lebih besar pula untuk memenuhi kebutuhan pangan. Hal ini akan berdampak pada tinggi atau rendahnya partisipasi perempuan dalam menyiapkan konsumsi pangan dan gizi yang berkualitas, dan juga mempengaruhi pola diversifikasi pangan rumah tangga.

Motivasi sebagai keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada diri seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya. Perilaku muncul karena dipicu adanya suatu kebutuhan-kebutuhan baik secara fisiologis, psikologis dan sosiologis. Pada akhirnya motivasi juga dapat mempengaruhi kemampuan dan partisipasi masyarakat.

(35)

pangan rumah tangga. Pengambilan keputusan dalam rumah tangga yang sangat terkait dengan pembagian kerja berdasarkan gender dan alokasi kekuasaan di dalam rumah tangga dapat mempengaruhi partisipasi perempuan tani dalam kegiatan produksi pertanian, pengelolaan hasil, penyimpanan, pemasaran, dan pendistribusian (pemakaian) pendapatan yang diperoleh, terutama untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan pengeluaran rutinitas rumah tangga. Pada umumnya, pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perempuan dalam rumah tangga mempengaruhi persediaan dan distribusi makanan, dan menjaga ketahanan pangan rumah tangga. Perempuan lebih rasional dari pada laki-laki dalam mengambil keputusan untuk mengalokasikan pendapatan dan kebutuhan pangan bagi anggota keluarganya.

Rendahnya dukungan lingkungan sosial budaya terdiri dari dukungan keluarga, dukungan kelompok, dukungan tokoh masyarakat, nilai budaya dan kondisi keadilan gender dapat mempengaruhi kemampuan dan partisipasi perempouan dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Dukungan dari lingkungan terdekat dan motivasi yang tulus, misal keluarga terutama suami sangat dibutuhkan dalam mendukung pemberdayaan perempuan. Dukungan suami dapat mempengaruhi partisipasi perempuan dalam kegiatan pertanian dan penyuluhan pertanian.

Keberadaan kelompok juga sangat penting sebagai penghantar (katalis) inter dan antara masyarakat desa dengan masyarakat luar desa, sebagai wadah membangun diri dan komunitasnya, wadah belajar, wadah menyelesaikan permasalahan, wadah mengelola inovasi, dan wadah menuju perubahan yang lebih baik. Dalam kelompok pemahaman atas informasi dan diseminasi inovasi akan terjadi. Keberadaan kelompok juga dapat diarahkan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat pertanian yang ditandai dengan terjadinya proses pemantapan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan. Oleh karena itu, menggunakan kelompok yang telah terbentuk dapat menjadi faktor utama dalam meningkatkan akses perempuan terhadap sumberdaya dan pelayanan, dan menjadi kunci untuk meningkatkan peran perempuan dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga.

Dalam suatu masyarakat, keberadaan tokoh masyarakat sebagai sekelompok orang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Oleh karena itu, keberadaanya juga sangat penting untuk mempengaruhi peningkatan kemampuan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Nilai budaya setempat dapat saja membatasi perempuan untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan pertanian, kegiatan di ranah publik, mengakses kredit, input produksi, dan mengakses pendidikan baik formal dan non formal. Nilai budaya juga dapat mempengaruhi partisipasi perempuan dalam mendistribusikan makanan yang sesuai kebutuhan gizi bagi laki-laki, perempuan, anak laki-laki dan perempuan dari berbagai usia dan tahap kehidupan (yaitu, ibu hamil).

(36)

perempuan juga bekerja agar memperoleh pendapatan, namun upah yang diterima perempuan yang bekerja sebagai buruh tani biasanya lebih rendah dari laki-laki. Pendapatan perempuan dipandang sebagai pendapatan tambahan saja meskipun seluruh pendapatan yang diperolehnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga. Perempuan juga sering menerima manfaat yang berbeda antara perempuan dan laki-laki dalam mengakses makanan. Subordinasi yang dialami perempuan telah menyebabkan perempuan dipandang tidak perlu dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan ketahanan pangan rumah tangga.

Rendahnya akses perempuan terhadap sumber daya yang terdiri dari lahan, kredit, sarana produksi pertanian (saprodi), teknologi tepat guna, informasi dan pasar dapat mempengaruhi kemampuan dan partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga.

Dukungan penyelenggaraan penyuluhan dapat mempengaruhi kemampuan dan partisipasi perempuan tani dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga. Pengaruhnya ditentukan oleh kesesuaian dari segi materi, metode dan media yang digunakan, waktu dan tempat penyelenggaraan penyuluhan dengan permasalahan dan kebutuhan perempuan, sikap penyuluh yang positif terhadap keberadaan perempuan sebagai pelaku utama pencapaian ketahanan pangan rumah tangga, intensitas penyuluhan yang efektif dan kompetensi penyuluh yang memadai terkait dengan ketahanan pangan rumah tangga.

(37)

Karakteristik Pribadi Perempuan (X 1)

Gambar 3.1 Hubungan antar peubah penelitian

Definisi Konsep dan Operasional

Berikut adalah uraian tentang definisi konsep dalam penelitian ini. Uraian lengkap mengenai definisi operasional berikut pengukuran dan pengolahan data-data variabel penelitian disajikan dalam Lampiran 1.

(1) Karakteristik pribadi responden (X1) adalah ciri-ciri yang melekat pada individu responden yang membedakan dirinnya dengan orang lain. Karakteristik pribadi responden mencakup usia, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman usaha tani, tanggungan keluarga, dan motivasi.

(38)

ketahanan pangan rumah tangga tani. Faktor sosial ekonomi rumah tangga mencakup luas lahan yang dikelola, pendapatan rumah tangga, pendapatan responden, pengambilan keputusan dalam rumah tangga.

(3) Faktor dukungan lingkungan sosial budaya masyarakat (X3) adalah faktor lingkungan sosial budaya masyarakat yang melingkupi responden dan dapat menjelaskan kualitas interaksi di antara responden dengan anggota keluarganya, dengan anggota masyarakat lainnya, dan dengan lingkungannya yang dilandasi oleh nilai-nilai positif, yang diduga dapat memengaruhi pengembangan partisipasi responden pada ke tiga komponen ketahanan pangan rumah tangga tani. Faktor dukungan lingkungan sosial budaya masyarakat mencakup dukungan keluarga, dukungan kelompok, dukungan tokoh masyarakat, nilai budaya, dan kondisi keadilan gender.

(4) Faktor akses terhadap sumber daya (X4) adalah faktor dari lingkungan sosial yang diduga dapat memengaruhi pengembangan partisipasi responden pada ke tiga komponen ketahanan pangan rumah tangga tani, yaitu akses terhadap lahan, kredit, input pertanian, informasi, teknologi, dan pasar.

(5) Dukungan penyelenggaraan penyuluhan (X5) adalah faktor yang berasal dari kelembagaan penyuluhan terkait dengan serangkaian kegiatan penyelenggaraan penyuluhan dan melihat sejauh mana penyuluhan telah menyentuh perempuan pada partisipasinya dalam ketahanan pangan rumah tangga, dan dapat memenuhi pemenuhan kebutuhan yang diperlukan untuk menjamin efektivitas dari kegiatan penyuluhan, yaitu kesesuaian materi, kesesuaian metode dan media, kesesuaian waktu dan tempat, sikap penyuluh, intensitas penyuluhan, kompetensi penyuluhan yang diduga dapat memengaruhi pengembangan partisipasi responden pada ke tiga komponen ketahanan pangan rumah tangga tani.

(6) Partisipasi perempuan dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga adalah suatu proses kesediaan perempuan baik secara kuantitas maupun kualitas dalam merencanakan, melaksanakan, memperoleh manfaat hingga melakukan evaluasi terhadap kegiatan ketahanan pangan rumah tangga, sehingga dapat menjamin pengembangan partisipasi perempuan dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga.

(39)

IV. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan disain explanatory dan descriptive research dengan metode survai. Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Timur NTB dengan pertimbangan karena merupakan kabupaten terbanyak yang penduduknya bekerja di sektor pertanian di Provinsi NTB, dan merupakan kabupaten yang terbanyak memiliki kecamatan-kecamatan yang masuk dalam kategori rawan dan rawan pangan. Wilayah penelitian dibatasi di dua kecamatan yang masuk dalam kategori rawan pangan, yaitu Kecamatan Aikmel dan Kecamatan Terara, serta empat desa yaitu Desa Aikmel dan Desa Lenek Pasiraman untuk Kecamatan Aikmel, Desa Terara dan Desa Rarang Selatan untuk Kecamatan Terara. Penentuan desa di setiap kecamatan dilakukan dengan pertimbangan bahwa satu desa di masing-masing kecamatan memiliki jumlah rumah tangga terbanyak.

Populasi penelitian ini adalah rumah tangga petani dan bertempat tinggal di Desa Aikmel dan Desa Lenek Pasiraman di Kecamatan Aikmel, Desa Terara dan Desa Rarang Selatan di Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur pada saat penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga pertanian, sedangkan sampel penelitian ini adalah perempuan tani sebagai istri atau kepala keluarga yang merupakan bagian dari populasi. Pengambilan sampel responden dilakukan secara acak (random sampling). Jumlah sampel penelitian ditentukan berdasarkan; (1) Metode Slovin dengan kesalahan sampling yang dapat diterima sebesar 6 persen (Sevilla et al. 1993); (2) Aturan dalam Model Persamaan Struktural (structural equation modeling/SEM) sebagaimana yang dinyatakan oleh Solimun (2002) yan g mensyaratkan 5-10 kali jumlah indikator yang ada dalam model, sehingga menjadi 190-380 responden. Sampel penelitian sebanyak 300 rumah tangga, dengan rincian Kecamatan Terara sebanyak 160 rumah tangga, dan Kecamatan Aikmel sebanyak 140 rumah tangga (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Populasi dan sampel penelitian

Kecamatan Desa Populasi Rumah

tangga

Jumlah Sampel

Terara Desa Terara 811 60

Desa Rarang Selatan 1 391 100

Aikmel Desa Aikmel 828 60

Desa Lenek Pesiraman 1 093 80

Jumlah 4 123 300

(40)

Pertanian Kabupaten Lombok Timur, BP3K di dua kecamatan lokasi dan kantor desa setempat.

Pengumpulan data untuk ketahanan pangan rumah tangga, pada komponen pemanfaatan pangan yang dilihat dari tingkat konsumsi energi oleh anggota rumah tangga, dilakukan dengan menggunakan metode recall 24 jam (Chung et al. 1997). Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan terhadap 30 responden perempuan tani di Desa Rarang yang dianggap memiliki kemiripan dengan kondisi dan keadaan responden penelitian. Validitas instrumen diuji dengan menggunakan korelasi pearson dan menunjukkan hasil uji coba instrumen r hitung = 0,306-0,963 > r0,05=0,361. Menurut Babbie (2004), bila koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator adalah positif dan lebih besar dari 0.3 (r>0.3), maka instrumen tersebut dinyatakan sudah valid. Uji reliabilitas menggunakan metode Cronbach Alpha dengan perolehan kisaran koefisien korelasi 0,610-0,997. Suatu instrumen (keseluruhan indikator) dianggap sudah cukup reliabel, bilamana α ≥ 0,6 (Babbie 2004).

Untuk kepentingan pengujian secara statistik, dilakukan transformasi data yang berskala ordinal menjadi data berskala interval agar semua data yang terkumpul memiliki kisaran yang sama, yaitu 0-100. Mengacu pada Sumardjo (1999), pedoman transformasi dilakukan dengan menentukan nilai indeks terkecil diberikan untuk jumlah skor terendah dan nilai 100 untuk jumlah skor tertinggi dari tiap indikator. Rumus umum transformasi indeks indikator dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Jumlah skor yang dicapai - Jumlah skor minimum --- x 100 Jumlah skor maksimum - skor minimum

Analisis data yang digunakan: (1) pada tujuan penelitian pertama dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan inferensial korelasi Pearson; (2) pada tujuan penelitian kedua dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan inferensial korelasi Pearson, serta Food Processor. Food Processor merupakan paket program untuk mendapatkan tingkat konsumsi energi yaitu rasio antara konsumsi energi dengan angka kecukupan energi yang dianjurkan (WNPG 2004); (3) pada tujuan penelitian ketiga dilakukan dengan menggunakan statistik inferensial yaitu Model Persamaan Struktural (structural equation modeling/SEM) yang ditujukan untuk menyiapkan bahan rumusan strategi penyuluhan untuk peningkatan partisipasi perempuan tani yang berkontribusi dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga.

Gambar

Gambar 3.1 Hubungan antar peubah penelitian
Tabel 4.1 Populasi dan sampel penelitian
Tabel 5.2   Sebaran perempuan tani menurut profil sosial ekonomi rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur, 2013
Tabel 5.3 Sebaran perempuan tani menurut profil dukungan sosial budaya masyarakat di Kabupaten Lombok Timur, 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di

Kebijakan pengendalian penggunaan jenis BBM tertentu itu tercantum dalam Permen ESDM RI Nomor 01 tahun 2013 tentang Pengendalian Penggunaan BBM yang merupakan

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini melakukan pengenalan telinga untuk mengidentifikasi pribadi seseorang dengan ekstraksi ciri ZMI dan metode pengenalan

Berangkat dari hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah kajian yang dapat mengupas seperti apa penggunaan hadits-hadits dalam tafsir sufistiknya Syaikh

Selanjutnya dari koefisien difusi dinamik yang rendah dapat diperkirakan faktor retardasi dan koefisien distribusi yang tinggi, yang merupakan faktor favorabel bagi penghambatan

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis dan Perancangan Sistem

Hasil dari penelitian ini adalah ada pengaruh simultan disiplin belajar dan lingkungan teman sebaya terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS di SMA

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendekatan pelatihan berbasis kompetensi memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kemampuan praktek making bed