GAYA HIDUP MAHASISWA KOST
(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Sosiologi Kost Fisip USU)
SKRIPSI
D I S U S U N OLEH:
IRMA S. NAINGGOLAN 060901023
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAYA HIDUP MAHASISWA KOST
(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Sosisologi Fisip Usu) Irma Suryani Nainggolan
Departemen Sosiologi
Abstrak: Gaya hidup dapat dikenali dengan melihat bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia sekitar (opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi. Dalam struktur masyarakat, mahasiswa merupakan generasi intelektual yang diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang baik, memiliki moral dan pengetahuan, juga diharapkan mampu menjadi inovator pembangunan di dalam segala aspek, sehingga mampu membersihkan ketimpangan-ketimpangan yang ada didalam masyarakat.
Fungsi yang dimiliki mahasiswa yaitu sebagai agent of change yaitu sebagai agent yang dapat melakukan perubahan dan sebagai agent of social control yaitu sebagai agent yang bertugas untuk melakukan monitoring dan kontrol terhadap pemerintah, terhadap kebijakan-kebijakan maupun terhadap hal-hal lain yang dilakukan oleh pemerintah, yang kesemuanya ini dilakukan adalah tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk menjaga kepentingan rakyat dan menghindarkan rakyat dari kezaliman yang dilakukan oleh pemerintah. Kost adalah sebuah jasa yang menawarkan sebuah tempat untuk ditinggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode tertentu (umumnya pembayaran per oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya dan kehidupan sosial.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif, metode yang berusaha untuk menggambarkan, berbagai kondisi, situasi atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Alat Pengumpulan data berupa data primer, data sekunder, observasi partisipan, wawancara, kuesioner. Melalui metode ini teori yang digunakan adalah teori Bourdieu yaitu teori gaya hidup, penelitian ini dilakukan kepada responden sebanyak 55 mahasiswa kost Sosiologi Fisip Usu.
Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa para Mahasiswa Sosiologi Kost Fisip Usu sebanyak 80% mahasiswa memilih tinggal di kost yang strategis dan dekat dengan kampus, tinggal bersama teman satu kampus, dan dekat dengan fasilitas pendidikan seperti warnet, rental komputer, foto copy. gaya hidup yang positif, bertanggung jawab, berprinsip, mandiri, seperti melakukan aktivitas kuliah sambil memiliki pekerjaan sampingan, membeli barang sesuai kebutuhan, menggunakan teknologi untuk kebutuhan kuliah, menggunakan fasilitas kamar kost yang sederhana, penampilan yang sederhana, tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan luar dan tidak mengikuti gaya hidup hedonisme dan konsumerisme.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmaNya yang senantiasa menyertai dan memberkati penulis dalam
menyelesaikan perkuliahan dan juga penyelesaian dlam menyusun skripsi ini yang
berjudul Gaya Hidup Mahasiswa Kost (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Kost
Sosiologi Fisip Usu Medan ). Skripsi ini di susun untuk memenuhi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai
hambatan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman,
kepustakaan dan materi penulis. Namun, berkat pertolongan Tuhan Yang Maha
Esa yang memberikan ketabahan, kesabaran, dan kekuatan kepada penulis dan
juga para teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan dukungan pada
saat-saat penulis mengalami kesulitan selama penulisan skripsi ini. Penulis banyak
menerima bantuan, kritik, saran, motivasi serta dukungan doa dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan memberikan motivasi penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua
Orang Tuaku yang sayangi seumur hidup, Alm Ayahanda L Nainggolan, dan
Ibunda tercinta H. Munthe, terimaksi banyak ayahku, ibuku, atas doamulah aku
dapat menyelesaikan ini semua dengan lapang dada, dan banyak memberikan
Semua ini terjalani hanya karena doa-doamu (Surga itu ada ditelapak kaki
Ibu ). Trimakasi banyak buat Abangku, Prulian Nainggolan, dan adik-adiku Rudi
Johannes Nainggolan dan Johan Nainggolan. Terimakasih atas motivasinya
selama ini kepada penulis.
Dengan rasa Hormat penulis juga menyampaikan ucapan trimakasi kepada
:
1. Bapak Prof. Dr. Badarruddin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si sebagai Ketua Departemen Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Linda Elida S.Sos. M.Si selaku dosen pembimbing yang
selalu menyediakan waktu dan memberikan bimbingan kepada penulis,
serta sumbangan pemikiran dan motivasi dalam penulisan skripsi ini
sampai selesai.
4. Kepada Bapak Drs.Muba Simanihuruk.M,si yang menyediakan waktu
nya kepada penulis sebagai Ketua Penguji penulis.
5. Bapak, Ibu dosen yang ada di Fisip USU khususnya yang memberikan
mata kuliah kepada penulis di departemen sosiologi.
Penulis menyadari Skripsi ini memiliki kekurangan yang diakibatkan oleh
keterbatasan kemampuan dan ilmu yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang akan membantu kelengkapan skripsi ini,
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Medan,November 2012
DAFTAR ISI
Abstrak i
Kata pengantar ii
Daftar Isi vi
Daftar Tabel x
Bab I Pendahuluan 1
1.1Latar Belakang 1
1.2Rumusan Masalah 5
1.3Tujuan penelitian 5
1.4Manfaat Penelitian 5
Bab II Kajian Pustaka 7
2.1 Teori Gaya Hidup 7
2.1.1. Bentuk-Bentuk Gaya Hidup 13
2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup 14
2.2. Gaya Hidup Mahasiswa 17
2.3. Teori Kognitif Jean Piaget 18
2.3.1. Skema 20
2.3.2. Asimilasi 20
2.3.3. Akomodasi 21
2.4. Defenisi Operasional 23
Bab III Metode Penelitian 25
3.1 Jenis Penelitian 25
3.2 Lokasi Penelitian 25
3.3 Populasi Dan Teknik Penarikan Sampel 26
3.3.1 Populasi 26
3.3.2. Teknik Pengambilan Besaran Sampel 26
3.4 Informan 27
3.5.1. Data Primer 28
3.5.1.1. Observasi Partisipan 28
3.5.1.2. Wawancara Terstruktur Dan Wawancara Terbuka 28
3.5.2. Data Sekunder 29
Bab IV Hasil Dan Analisis Data 30
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 30
4.1.1. Sejarah Universitas Sumatera Utara 30
4.1.2.Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara 34
4.2 Karakteritik Responden 39
4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 39
4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 40
4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama 41
4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku 42
4.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
orang tua 43
4.3. Gambaran Gaya Hidup Mahasiswa Sosiologi Kost Fisip Usu 45
4.3.1. Jumlah Kiriman Mahasiswa Perbulan Di Atas
Rp. 1.000.000 45
4.3.2. Jumlah Pengeluaran Mahasiswa Perbulan Di
Atas Rp 1.000.000 47
4.3.3. Kuliah Sambil Memiliki Pekerjaan Sampingan ...48
4.3.4. Lebih Memilih Melengkapi Fasilitas Kost, Seperti Tv, Dispenser, Rice Cooker Daripada Melengkapi Buku .... ..49
4.3.5. Selesai Menjalankan Kuliah, Langsung Pulang Ke Kost .51
4.3.6. Setiap Bulan Sering Berbelanja Pakaian 52
4.3.8. Setiap Bulan Sering Berkaraoke 55
4.3.9. Setiap Bulan Sering Menonton Bioskop 56
4.3.10. Setiap Bulan Sering Pergi Ke Salon 57
4.3.11. Setiap Bulan Sering Berjalan Sama Teman, Nongkrong
Dan Main Futsal 58
4.3.12. Selesai Kuliah Pergi Ke Perpustakaan Kampus 60
4.3.13. Mengikuti Perkembangan Teknologi Hand Phone 61
4.3.14. Memakai Perhiasan Atau Aksesoris Berharga Ke
Kampus 62
4.3.15. Membeli barang karena kebutuhan 63
4.3.16. Membeli Barang Karena Merek Atau Harga 64
4.3.17. Menggunakan Teknologi Karena Kebutuhan Kuliah 66
4.3.18. Menggunakan Teknologi Untuk Prestise 67
4.3.19. Sering Memperhatikan Teman Kuliah Yang Menggunakan
Barang Bermerek 68
4.3.20. Lebih Membeli Barang Bermerek Daripada Memenuhi
Kebutuhan Kuliah 69
4.3.21. Orang Tua Sering Mengontrol Pergaulan ...70
4.3.22. Memilih Teman-Teman Bergaul Yang Sering
Keluar Malam 72
4.3.23. Belajar Lebih Dari Tiga Jam Setiap Hari ...73
4.3.24. Sering Mengakses Internet Untuk Kebutuhan Kuliah...74
4.3.25. Lebih Mengikuti Pendapat Teman Daripada Diri Sendiri,
Walaupun Buruk 75
4.3.26. Menganggap Pria Dan Wanita Dalam Kamar Kost Adalah
Hal Yang Buruk 76
4.3.27. Taat Beribadah Sesuai Agama Dan Kepercayaan ...77
Bersama Teman-Teman 78
4.3.29. Wajib Memiliki Kendaraan Pribadi Seperti Mobil Atatu
Sepeda Ke Kampus 80
4.4.5. Responden Memilih Jenis Kost Khusus Satu
Agama, Suku, Dan Ras 88
4.4.6. Responden Memilih Kost Yang Dekat Dengan Kampus 90
4.4.7. Responden Memilih Tinggal Di Kost Yang Bertetangga
Dengan Orang Sudah Berumah Tangga 91
4.4.8. Responden Memilih Tempat Kost Yang Khusus
Anak Kuliah 92
4.4.9. Responden Memilih Lingkungan Kost Yang Dekat
Dengan Warnet, Rental Dan Foto Copy 94
4.4.10. Responden Memilih Lingkungan Yang Bersih 95
4.4.11. Responden Memilih Lingkungan Kost Yang Dekat Dengan
Jalur Transportasi 96
4.4.12. Responden Memiliki Aturan Dan Tata Tertib 98
4.4.13. Responden Memilih Tempat Kost Yang Mempunyai
Sistem Jam Malam 99
4.4.14. Responden Memilih Tinggal Di Kost Yang
Memiliki Bapak/Ibu Kost 100
Yang Pintar, Tertib Dan Disiplin 102
4.5. Pembahasan 103
Bab V Penutup 106
5.1 Kesimpulan 106
5.2 Saran 107
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jenis Kelamin 39
Tabel 2 Berdasarkan Usia 40
Tabel 3 Berdasarkan Agama 41
Tabel 4 Berdasarkan Suku 42
Tabel 5 Berdasarkan Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua 43
Tabel 6 Jumlah Kiriman Mahasiswa Perbulan Di Atas Rp 1.000.000 45
Tabel 7 Jumlah Pengeluaran Mahasiswa Perbulan Di Atas 1.000.000 46
Tabel 8 Kuliah Sambil Memiliki Pekerjaan Sampingan 48
Tabel 9 Lebih Memilih Melengkapi Fasilitas Kost, Seperti Tv, Dispenser, Dan Rice Cooker, Daripada Melengkapi Buku 49
Tabel 10 Selesai Menjalankan Kuliah Langsung Pulang Ke Kost 51
Tabel 11 Setiap Bulan Sering Berbelanja Pakaian 52
Tabel 12 Setiap Bulan Sering Membeli Buku 54
Tabel 13 Setiap Bulan Sering Berkaraoke 55
Tabel 14 Setiap Bulan Sering Menonton Bioskop 56
Tabel 15 Setiap Bulan Sering Pergi Ke Salon 57
Tabel 16 setiap bulan sering bersama teman, nongkrong dan main futsal 58 Tabel 17 Selesai Kuliah Sering Pergi Ke Perpustakaan Kampus 60
Tabel 18 Mengikuti Perkembangan Teknologi Hand Phone ... ..61
Tabel 19 Memakai Perhiasan Atau Aksesoris Ke Kampus ...62
Tabel 20 Membeli Barang Karena Kebutuhan ...63
Tabel 21 Membeli Barang Karena Merek Atau Harga ...64
Tabel 23 Menggunakan Teknologi Untuk Prestise ...67
Tabel 24 Sering Memperhatikan Teman Kuliah Yang Menggunakan Barang
Yang Bermrek 68
Tabel 25 Lebih Baik Menggunakan Barang Bermerek Daripada Memenuhi
Kebutuhan Kuliah 69
Tabel 26 Orang Tua Sering Mengontrol Pergaulan 70
Tabel 27 Memilih Teman-Teman Bergaul Yang Sering Keluar Malam .... 72
Tabel 28 Belajar Lebih Dari 3 Jam Setiap Hari ...73
Tabel 29 Sering Mengakses Internet Untuk Kebutuhan Kuliah ...74
Tabel 30 Lebih mengikuti pendapat teman daripada diri sendiri, walaupun
buruk 75
Tabel 31 Menganggap pria dan wanita dalam kamar kost adalah hal yang
buruk 76
Tabel 32 Taat Beragama Sesuai Agama Dan Kepercayaan 77
Tabel 33 Lebih Memilih Kepepustakaan Daripada Nongkrong Bersama
Teman Teman 78
Tabel 34 Wajib Memiliki Kendaraan Pribadi Seperti Mobil Atau Sepeda
Motor Ke Kampus 80
Tabel 35 Memiliki Pasangan Atau Pacar ...81
Tabel 36 Memilih Tinggal Di Kost Yang Bebas ...83
Tabel 37 responden Merasa Terganggu Tinggal Di Kost Yang Ada
Bapak/Ibu Kost 84
Tabel 38 Tinggal Di Kost Yang Kecil Karena Biaya Yang Murah ... 86
Tabel 40 Memilih Jenis Kost Khusus Satu Agama, Suku, Dan Ras ...88
Tabel 41 Memilih Kost Yang Dekat Dengan Kampus ...90
Tabel 42 Memilih Kost Yang Bertetangga Dengan Orang Yang Sudah Berumah tangga 91
Tabel 43 Responden Memilih Tempat Kost Yang Khusus Anak Kuliah ...92
Tabel 44 Memilih Lingkungan Kost Yang Dekat Dengan Warnet,Rental Dan Foto Copy 94
Tabel 45 Responden Memilih Lingkungan Kost Yang Bersih 95
Tabel 46 Responden Memilih Lingkungan Kost Yang Dekat Dengan Jalur Transportasi 96
Tabel 47 Memilih Kost Yang Memiliki Aturan Dan Tata Tertib ... 98
Tabel 48 Memilih Kost Yang Mempunyai Sistem Jam Malam ...99
Tabel 49 Memilih Tinggal Di Kost Yang Memiliki Bapak/Ibu Kost ... 100
GAYA HIDUP MAHASISWA KOST
(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Sosisologi Fisip Usu) Irma Suryani Nainggolan
Departemen Sosiologi
Abstrak: Gaya hidup dapat dikenali dengan melihat bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia sekitar (opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi. Dalam struktur masyarakat, mahasiswa merupakan generasi intelektual yang diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang baik, memiliki moral dan pengetahuan, juga diharapkan mampu menjadi inovator pembangunan di dalam segala aspek, sehingga mampu membersihkan ketimpangan-ketimpangan yang ada didalam masyarakat.
Fungsi yang dimiliki mahasiswa yaitu sebagai agent of change yaitu sebagai agent yang dapat melakukan perubahan dan sebagai agent of social control yaitu sebagai agent yang bertugas untuk melakukan monitoring dan kontrol terhadap pemerintah, terhadap kebijakan-kebijakan maupun terhadap hal-hal lain yang dilakukan oleh pemerintah, yang kesemuanya ini dilakukan adalah tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk menjaga kepentingan rakyat dan menghindarkan rakyat dari kezaliman yang dilakukan oleh pemerintah. Kost adalah sebuah jasa yang menawarkan sebuah tempat untuk ditinggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode tertentu (umumnya pembayaran per oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya dan kehidupan sosial.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif, metode yang berusaha untuk menggambarkan, berbagai kondisi, situasi atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Alat Pengumpulan data berupa data primer, data sekunder, observasi partisipan, wawancara, kuesioner. Melalui metode ini teori yang digunakan adalah teori Bourdieu yaitu teori gaya hidup, penelitian ini dilakukan kepada responden sebanyak 55 mahasiswa kost Sosiologi Fisip Usu.
Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa para Mahasiswa Sosiologi Kost Fisip Usu sebanyak 80% mahasiswa memilih tinggal di kost yang strategis dan dekat dengan kampus, tinggal bersama teman satu kampus, dan dekat dengan fasilitas pendidikan seperti warnet, rental komputer, foto copy. gaya hidup yang positif, bertanggung jawab, berprinsip, mandiri, seperti melakukan aktivitas kuliah sambil memiliki pekerjaan sampingan, membeli barang sesuai kebutuhan, menggunakan teknologi untuk kebutuhan kuliah, menggunakan fasilitas kamar kost yang sederhana, penampilan yang sederhana, tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan luar dan tidak mengikuti gaya hidup hedonisme dan konsumerisme.
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192) adalah pola hidup seseorang di
dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup
menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi
dan berinteraksi di dunia. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup
yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa
yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang
pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup adalah
perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya
yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.
Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang
memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa di
didik, dibimbing agar menjadi individu yang intelektual atau cendekiawan muda
dalam suatu lapisan masyarakat.Definisi Mahasiswa dalam peraturan pemerintah
RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan
tinggi tertentu.Dalam struktur masyarakat, mahasiswa merupakan generasi
intelektual yang diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai
yang baik, memiliki moral dan pengetahuan, juga diharapkan mampu menjadi
inovator pembangunan di dalam segala aspek, sehingga mampu membersihkan
mahasiswa diatas, maka hal tersebut tidak terlepas dari kemampuan intelektual
yang harus dimiliki oleh mahasiswa.
Menurut Howard M Federspielseorang guru besar sosial politik di Ohio
Universitas bahwa 'intelektual' adalah orang-orang yang bergumul dengan
nilai-nilai masyarakat, bangsa, atau kemanusiaan. Sehingga secara langsung ataupun
tidak seorang intelektual harus peduli pada masyarakat. Karakter-karakter
intelektual berbeda dengan karakter intelegensia yaitu karakter seseorang yang
hanya melakukan pencarian ilmu pengetahuan dan melakukan pendalaman
terhadap keilmuan tersebut atau hanya berkutat pada lingkungan akademis
sehingga tidak jarang pemikirannya sangat sempit sehingga terkadang sifatnya
egois dan memikirkan diri sendiri dan tidak mempedulikan orang lain. Maka dari
itu, seharusnya mahasiswa hendaknya menjadi orang atau kaum intelektual bukan
menjadi orang atau kaum intelegensia karena mahasiswa adalah sosok-sosok
pemikir yang tidak hanya memikirkan dirinya tetapi juga dapat memikirkan orang
lain.
Hal ini sesuai dengan fungsi yang dimiliki oleh mahasiswa yaitu sebagai
agent of change yaitu sebagai agen yang dapat melakukan perubahandan sebagai
agent of social control yaitu sebagai agent yang bertugas untuk melakukan
monitoring dan kontrol terhadap pemerintah, terhadap kebijakan-kebijakan
maupun terhadap hal-hal lain yang dilakukan oleh pemerintah, yang kesemuanya
ini dilakukan adalah tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk menjaga
pemerintah
diakses tanggal 14-07-2011 pukul 17.45 wib ),
Kost atau indekost adalah sebuah jasa yang menawarkan sebua
atau tempat untuk ditinggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap
periode tertentu (umumnya pembayaran perkost" sebenarnya adalah
turunan dari frasa". Definisi "In de kost" sebenarnya
adalah "makan di dalam" namun bila frasa tersebut dijabarkan lebih lanjut dapat
pula berarti "tinggal dan ikut makan" di dalam rumah tempat menumpang tinggal.
Seiring berjalannya waktu dan berubahnya zaman, sekarang khalayak umum di
Indonesia menyebut istilah "in de kost" dengan menyingkatnya menjadi "kost"
saja. Di berbagai daerah di Indonesia terutama didaerah yang menjadi sentral
pendidikan rumah-rumah atau bangunan khusus yang menawarkan jasa "kost"
bagi para
karena melibatkan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode, yang
biasanya dihitung per bulan atau per minggu.Hal ini berbeda denga
kost" hanya menawarkan sebuah
ditinggali.Setelah melakukan transaksi pembayaran barulah seseorang dapat
menumpang hidup di tempat yang dia inginkan.Mahasiswa dan rumah kost
merupakan hal yang saling berkaitan.
Gaya hidup dipengaruhi oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya dan
kehidupan sosial. Gaya hidup saat ini telah menghilangkan batas-batas budaya
lokal, daerah, maupun nasional dimana arus gelombang gaya hidup global dengan
Perkembangan yang dianggap menonjol dalam pergeseran gaya hidup yang
melanda di kalangan mahasiswa adalah gaya hidup mereka yang secara umum
dipengaruhi oleh gaya barat, khususnya dari Amerika Serikat (Sudarwati2007 :
69).
Secara fungsional, fungsikost bagi mahasiswa adalah sebagai tempat tinggal
sementara bagi penyewanya.Namun dalam perkembangannya, pergesera
de kost" lambat laun diikuti pula oleh
interaksi kehidupan di masing-masing pihak antara penyedia jasa kost dan orang
yang membutuhkan jasa tersebut. Tak jarang dalam evolusinya
kedua belah pihak semakin renggang.Sehingga mahasiswa bertindak lebih leluasa
dan bebas di dalamkost.
Kost dimanfaatkan oleh mahasiswa menjadi tempat untuk melakukan
kegiatan yang bersifat negative. Seperti yang diungkapkan oleh Kompol A.
Manurung, 90% kejahatan yang dilakukan oleh mahasiswa seperti melakukan
hubungan sex bebas dan penggunaan narkoba dilakukan di kamar
kost
14-07-2011 pukul 17.35 wib).
Mahasiswa kostrentan terhadap gaya hidup, karena mereka memiliki
kebebasan sehingga mereka bebas bergaul dengan siapa saja dan di lingkungan
manapun termasuk lingkungan negatif yang lambat laun akan mempengaruhi
perilaku mereka menjadi negatif pula. Pada umumnya perilaku negatif mahasiswa
kost dipengaruhi oleh tidak adanya pengawasan orang tua, lingkungan pergaulan
yang negatif dan kebebasan hidup di tempat kost. Kehadiransarana-sarana gaya
pusat perbelanjaan, cafe, club malam, warung internet. Sarana gaya hidup modern
ini memiliki dampak yang positif dan negatif, bergantung pada setiap individu
yang memaknainya. Seiring dengan hadirnya sarana modern yang ada, maka
secara langsung atau pun tidak langsung akan mempengaruhi gaya hidup
mahasiswa.Hal ini lah yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian di
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara tentang gaya hidup
mahasiswa kost.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan penelitian di atas maka yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakahgambaran gaya hidup mahasiswa kost
di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran gaya hidup mahasiswa kost Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di
Universitas Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di peroleh dari penelitian ini adalah :
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan keilmuan sekaligus dijadikan bahan rujukan bagi studi maupun
penelitian lain yang berhubungan dalam bidang kajian mengenai gaya hidup
1.4.2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberi pandangan
kepada masyarakat khususnya kepada penulis mengenaigaya hidup
mahasiswa kost
2. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian.
3. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan dan
gambaran mengenai gaya hidup mahasiswa yang kost terhadap
pengelola kost, masyarakat, mahasiswa, dunia pendidikan dan aparat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Teori Gaya HidupPierre Bourdieu
Menurut Bourdieu gaya hidup seseorang dipahami sebagai hasil dari
interaksi antara manusia sebagai subjek sekaligus objek dalam masyarakat, hasil
dari pemikiran sadar dan tak sadar yang terbentuk sepanjang sejarah hidupnya.
Bourdieu menempatkan gaya hidup dalam sebuah rangkaian atau sebuah proses
sosial panjang yang melibatkan modal, kondisi objektif, habitus, disposisi,
praktik, gaya hidup, sistem tanda, dan struktur selera. Menurut Bourdieu dalam
Alfathri Adlin (2006: 82) relasi tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar. 1. Skema Relasi dalam Gaya Hidup Menurut Pierre Bourdieu (Alfathtri
Adlin, 2006: 82)
Melalui gambar di atas dapat dijelaskan bahwa, Bourdieu membayangkan
masyarakat sebagai sebuah sistem ranah atau medan yang memiliki berbagai daya
yang saling tarik-menarik. Setiap ranah memiliki struktur dan dayanya sendiri,
sekaligus berada dalam suatu ranah yang lebih besar darinya yang juga memiliki
struktur dan dayanya sendiri, dan begitu seterusnya.
Masyarakat dipandang sebagai wilayah yang mengandung sistem dan
relasi-relasi tempat terjadinya ada pengaruh dan kekuatan. Selalu terjadi
memiliki modal-modal khusus untuk dapat hidup secara baik dan bertahan di
dalamnya. Kondisi objektif seseorang dalam lingkungan budayanya sangat
ditentukan oleh kepemilikannya akan modal-modal tersebut, modal-modal yang
dimiliki akan menunjukkan eksistensi seseorang dalam masyarakat. Modal
bersifat khusus, ia selalu terikat dan tergantung pada medan gaya tertentu. Status
sebagai penggemarbarang-barang yang bermerek, danmampu menciptakan suatu
prestise tertentu dan menjadi modal simbolik bagi seseorang.
Habitus menurut Bourdieu merupakan, Sistem disposisi yang berlangsung
lama dan dapat diterapkan (di-transpose) dalam beragam bidang dan
ranah kehidupan sosial. Habitus juga dipahami sebagai struktur-struktur
yang terstruktur (struktur yang menata pelbagai struktur) dalam arti
selalu menyertakan kondisi sosial objektif seseorang dalam penerapannya
yang berulang-ulang, mengandung pengalaman masa lalu yang
pengaruhnya siap ditampilkan di masa kini untuk berfungsi sebagai
penghasil prinsip-prinsip yang melahirkan dan mengelola praktik-praktik
dalam lingkungan sosial yang memiliki kesamaan struktur dengan
pengalaman masa lalu.
(Bourdieu dalam Alfathri Adlin, 2006: 45).
Habitus merupakan seperangkat kecenderungan yang menghasilkan
praktik dan persepsi sosial, mengandung pengalaman masa lalu yang pengaruhnya
tindakan, pemikiran, dan representasi.Individu dengan habitusnya masing-masing
berhubungan dengan individu lain dan berbagai realitas sosial, hal ini akan
menghasilkan tindakan-tindakan yang sesuai dengan ranah dan modal yang
dimiliki masing-masing individu dalam ruang sosial. Melalui proses tersebut
terwujudlah posisi, kelas, dan kekuasaan yang dimiliki setiap individu yang
mengarahkan mereka pada gaya hidup tertentu. Gaya hidup merupakan
perwujudan habitus serta modal-modal tertentu dalam ruang sosial. Habitus
memberi strategi dan kerangka tingkah laku yang memungkinkan individu untuk
menyesuaikan diri dalam suatu ranah tertentu.
Habitus merupakan segala perlengkapan gaya hidup yang ditampilkan
seseorang dalam ruang sosial. Habitus mengarahkan individu untuk memilih suatu
gaya hidup tertentu berdasarkan kondisi dan realitas sosial. Dalam suatu medan
gaya hidup, seseorang memerlukan habitus yang memberinya strategi dan
kerangka tingkah laku yang memungkinkannya menyesuaikan diri dan
beradaptasi secara memadai dalam medan tersebut.
Habitus mampu melukiskan disposisi yang dimiliki seseorang atau
disposisi yang dimiliki suatu kelas sosial. Disposisi merupakan “sikap,
kecenderungan dalam mempersepsi, merasakan, melakukan, dan berpikir, yang
diinternalisasi oleh individu berkat kondisi objektif eksistensi seseorang”.
Disposisi berperan sebagai prinsip tak sadar yang melandasi tindakan,
persepsi, dan refleksi. Disposisi merupakan kecenderungan yang ada dalam benak
individu yang muncul karena adanya interaksi antar individu dan dengan berbagai
tindakan sosial dalam rangka mereproduksi atau memodifikasi habitus dan
disposisi yang dimilikinya. Gaya hidup dibentuk, diubah, dan dikembangkan
sebagai hasil dari interaksi antara disposisi, habitus dengan realitas. Gaya hidup
merupakan hasil operasi habitus di dalam ranah atau medan dengan modal-modal
tertentu yang dimiliki individu.(Bourdieu dalam Haryatmoko, 2003).
Melalui gaya hidup, individu menjaga tindakannya agar
dapat menyesuaikan diri dengan ruang sosial berdasarkan habitus, modal, dan
posisinya dalam ruang sosial. Gaya hidup bukanlah sesuatu yang terisolir, ia
berdampingan bersama gaya hidup-gaya hidup lain di dalam ruang sosial.
Terdapat relasi antara satu gaya hidup dengan gaya hidup lainnya, dalam
pandangan Bourdieu relasi tersebut memperebutkan posisi dalam suatu ranah atau
medan sosial. Posisi tersebut diekpresikan melalui “perjuangan pada tingkat
tanda-tanda dan citra dapat dikatakan sebagai juru bicara gaya hidup”.
Sistem tanda menjadi ruangan dimana gaya hidup saling dipertukarkan,
dikirim, dan diterima serta diberi makna secara simbolik karena gaya hidup hanya
dapat diaktualisasikan secara konkret melalui tanda dan citra sebagai mediumnya.
Masing-masing gaya hidup berbicara melalui tanda dan citra yang dikenakan,
misal, penggemar barang-barang bermerek, yang mereka kenakan sehingga citra
sebagai penggemarbarang-barang bermerekmelekat pada diri mereka.
Selanjutnya, selera menunjukkan tingkat sensibilitas seorang individu atau
kelompok dalam memberikan penilaian dan pemilihan terhadap objek-objek.
Gaya hidup merupakan sebuah rangkaian atau proses sosial panjang yang
melibatkan modal, kondisi objektif, habitus, disposisi, praktik, gaya hidup, sistem
Gaya hidup merupakan sebuah proyek refleksif dan penggunaan fasilitas
konsumen secara sangat kreatif. Sebagai makhluk sosial, manusia mendapati
dirinya berada dalam lingkungan sosial yang menempatkannya untuk berinteraksi
dengan orang lain. Melalui interaksi sosial manusia secara aktif menyusun dan
memilih pola tindakannya, seperti diungkapkan oleh Goffman bahwa manusia
ibarat berada di atas panggung. Ia ingin ditonton sekaligus menjadi penonton. Ia
selalu mempelajari dan memikirkan bagaimana menampilkan dirinya dalam
lingkungan budayanya, karena itulah manusia menjalani sebuah proses berpikir
yang berkelanjutan dan mampu mengelola makna dan simbol sebagai bagian
pencarian identitas dirinya. Dimana dituntut untuk memiliki modal-modal
tertentu yang dapat membuatnya hidup secara baik dan bertahan di dalam
lingkungan budayanya.
Bourdieu mengemukakan beberapa modal yaitumodal ekonomi, modal
pendidikan, modal simbolik, dan modal kultural yang sangat menentukan kondisi
objektif seseorang di dalam masyarakat. Ia menekankan habitus sebagai segala
perlengkapan gaya hidup yang ditampilkan seseorang dalam ruang sosial yang
akan mengarahkan individu untuk memilih gaya hidup tertentu berdasarkan
kondisi dan realitas sosial.
Dalam gaya hidup, seseorang memerlukan habitus yang memberinya
strategi dan kerangka tingkah laku yang memungkinkannya menyesuaikan diri
dan beradaptasi dengan lingkunganya. Misalnya, mahasiswa dituntut memiliki
perwujudan habitus berupaintelektual di lingkungan kampusnya.
Gaya hidup pada masyarakat modern membuat gaya syarat akan
benda-benda begitu pesat. Selain itu, kompleksitas benda-benda juga sarat sekali
dengan simbol-simbol yang mencirikan sebuah gaya hidup, citra diri, dan identitas
diri tertentu. Proses pencarian manusia akan gaya hidup membuat manusia
menghasrati gaya hidup tertentu, obrolan tertentu, kepemilikan tertentu,
komunitas pergaulan tertentu, agar ia dapat hidup seperti manusia umumnya
sambil mencoba mendefinisikan identitas dirinya, dimana pola hidup seseorang di
dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup
menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan
lingkungan.
Bourdieu juga mengungkapkan bahwa dalam gaya hidup ada interaksi
yang menunjukkan identitas individu tersebut. Apa yang melekat pada diri
individu menunjukkan gaya hidup yang ada dalam kehidupannya. Modal yang
dimiliki dapat menciptakan gaya hidup yang diinginkannya, jugadipengaruh dari
media, status sosial bukan didefenisikan dari kedudukan seseorang dalam
kelompok atau kelas sosial, melainkan dari apa yang mereka komsumsi, misalnya,
perbedaan hasrat gaya hidup antarkelas sosial maupun kelompok muncul dalam
pilihan mengenai hal-hal seperti cara berbusana, cara mengisi waktu luang, dan
selera musik memberi tanda mengenai kedudukan dan mempertahankan struktur
sosial yang ada sebelumnya.
2.1.1. Bentuk-Bentuk Gaya Hidup a. Industri Gaya Hidup
Industri gaya hidup adalah tubuh atau diri dan kehidupan sehari-haripun menjadi
sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. Itulah sebabnya industri gaya hidup
b. Iklan Gaya Hidup
Iklan gaya hidup adalah membentuk budaya citra dan budaya cita rasa dimana
gempuran iklan yang menawarkan gaya visual yang kadang-kadang mempesona.
Iklan mempresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara halus, arti
pentingnya citra diri untuk tampil dimuka publik. Iklan juga perlahan tapi pasti
mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat.
c. Public Relations dan JournalismeGaya Hidup
Pemikiran mutakhir dalam dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa
dalam berbasis-selebriti, para selebriti membantu dalam pembentukan identitas
dari para konsumen komtemporer. Dalam budaya konsumen, identitas menjadi
suatu sandaran “aksesori fashion” . wajah generasi baru yang dikenal sebagai
anak-anak generasi selanjutnya, menjadi Universitas Sumatera Utara, sekarang ini
dianggap terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti, cara mereka
berselancar di dunia maya (internet), cara mereka gonta-ganti busanauntuk
jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka digunakan demi momen untuk
membantu konsumen dalam parade identitas.
d. Gaya Hidup Mandiri
Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu yang
lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan
kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan
tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi.
memahami bentuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko
dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya
hidup mandiri, budaya konsumenrisme tidak lagi memenjarakan manusia.
Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara
bertanggung jawab, serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk
menunjang kemandirian tersebut.
e. Gaya Hidup Hedonis
Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari
kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih
banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal
yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.
2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup a. Faktor Internal
Faktor internal faktor yang berasal dari dalam, yang terdiri dari beberapa macam,
yaitu:
1. Sikap
Sikap berarti suatu keadaan jiwadan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk
memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui
pengalaman dan mempengaruhi secara langsungpada perilaku. Keadaan jiwa
tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan
lingkungannya.
2. Pengalaman dan pengamatan
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dan tingkah laku,
dipelajari, melalui belajar orang akan memperoleh pengalaman. Hasil dari
pengalaman sosial akan membentuk pandangan terhadap suatu objek.
3. Kepribadian
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang
menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.
4. Konsep diri
Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri
sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan
hubungan konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu
memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri
sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam
menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of
reference yang menjadi awal perilaku.
5. Motif
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan
kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif
seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya
hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.
6. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan
mengintrepetasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti
mengenai dunia.
Faktor eksternal faktor yang berasal dari luar, yang terdiri dari beberapa macam,
yaitu :
1. Kelompok Referensi
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau
tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang
memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut
menjadi anggotanyadan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang
memberikan pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak
menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan
menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.
2. Keluarga
Keluarga memegang peranan terbesar dalam pembentukan sikap dan perilaku
individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak
secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.
3. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama
dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang dan para
anggota dalam setiap jenjng itu memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang
sama.
Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam
masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya
tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta
kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha
aspek dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan peranan.
4. Kebudayaan
Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola
perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.
2.2. Gaya Hidup Mahasiswa
Mahasiswa menempati lapisan sosial yang cukup elit, yaitu sebagai
golongan terpelajar yang dapat menunjukkan statusnya melalui gaya hidup
tertentu. menyinggung tentang gaya hidup mahasiswa Indonesia saat ini.
MenurutHikmat Budiman, 2002: 26.
Mahasiswa saat ini adalah, generasi multitasking, sebuah generasi yang
tidak lagi terlampau dibebani oleh imperatif-imperatif lama yang menganjurkan
pilihan-pilihan terbatas: memilih yang satu berarti harus menolak lainnya;
kalauseorang aktivis, otomatis harus mengenal teori-teori Marxis; maka harus
antikapitalis sampai ke lubuk hati dan kamar mandi; kalau saya menentang
kapitalis saya harus, minimal pada level gagasan, menolak diskotik, musik pop,
fashion, handphone, café atau shopping mall.
Menurut beliau, generasi mahasiswa saat ini cenderung bersifat
multitasking, melaksanakan tugas yang berbeda secara bersama-sama, tanpa harus
bersikap kaku dan terbatas pada satu pilihan saja. Mahasiswa mungkin peduli
pada berbagai permasalahan sosial politik, menjadi aktivis dan berdemo di
populer. Di satu sisi ia bisa turun ke jalan berdemo menentang kapitalisme atau
neoliberalisme namun ia sendiri juga menghasrati fenomena-fenomena budaya
populer pada umumnya, menggunakan perlengkapan teknologi terbaru, mengikuti
gaya fashion tertentu, tontonan atau bacaan tertentu, dan sebagainya.
Gaya hidup dalam arus kultur kontemporer memunculkan 2 hal yang sama
sekaligus berbeda, yaitu alternatif dan diferensiasi. Keduanya bisa saja memiliki
esensi yang sama tetapi berbeda manifestasi eksistensinya. Alternatif mengarah
pada resistensi atau perlawanan terhadap arus budaya mainstream, sedangkan
diferensiasi adalah mengikuti arus budaya mainstream namun tetap membangun
identitas yang berbeda dari yang lain(Audifax dalam Alfathri Adlin, 2006: 92).
2.3. Teori Kognitif Jean Piaget
Teori kognitif dari Jean Piaget masih tetap diperbincangkan dan diacu
dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira
permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek
struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu.
Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil
kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil
interaksi diantara keduanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu :
1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf
2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan
dunianya
3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam
4) ekualibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri
organisme agar dia selalu mampu mempertahankan keseimbangan dan
penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Sistem yang mengatur dari dalam mempunyai dua faktor, yaitu skema dan
adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang
diperhatikan oleh organisme yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang
sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian
terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan akomodasi.
Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses
perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang
berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir
menggunakan hipotesis-hipotesis. Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa
organisme bukanlah agen yang pasif dalam perkembangan genetik.
Perubahan genetik bukan peristiwa yang menuju kelangsungan hidup
suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya
interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam responnya organisme
mengubah kondisi lingkungan, membangun struktur biologi tertentu yang ia
perlukan untuk tetap bisa mempertahankan hidupnya. Perkembangan kognitif
yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan. Dari hasil
penelitiannya, Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan
lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk :
1. beradaptasi
untuk memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat empat
konsep dasar, yaitu sebagai berikut :
2.3.1.Skema
Istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat
menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan
untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan.
Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk
mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara
intelektual.Adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan
akomodasi
2.3.2. Asimilasi
Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang
mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yang ada
atau tingkah laku yang ada.
Asimilasi berlangsung setiap saat,seseorang tidak hanya memproses satu
stimulus saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi
tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi mempengaruhi
pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses
kognitif, denga proses itu individu secara kognitif mengadaptasi diri terhadap
lingkungan dan menata lingkungan itu.
2.3.3. Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau
pengubahan skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling
Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan kognitif. Antara asimilasi
dan akomodasi harus ada keserasian yang disebut Piaget adalah
keseimbangan.Untuk keperluan pengkonseptualisasian pertumbuhan kognitif atau
perkembangan intelektual, Piaget membagi perkembangan ini ke dalam 4 periode
yaitu :
1. Periode Sensori motor (0-2,0 tahun)
Pada periode ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak
menggunakan sistem penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu
mengenal obyek.
2. Periode Pra operasional (2,0-7,0 tahun)
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru
atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan
simbolisasi.
3. Periode konkret (7,0-11,0 tahun)
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi.
Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu
memecahkan masalah secara logis.
4. Periode operasi formal (11,0-dewasa)
Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan
struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis
masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran
ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.
Piaget mengemukakan bahwa ada 4 aspek yang besar yang ada
1. Pendewasaaan atau kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan
syaraf.
2. Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan
benda-benda dan stimulus-stimulus dalam lingkungan tempat ia beraksi terhadap
benda-benda itu.
3. Interaksi social, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu
4. Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja untuk
menyelesaikan peranan pendewasaan, penglaman fisis, dan interaksi
sosial.
Menurut beliau, dimana mahasiswa harus dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sesuai dengan kedewasaannya, sehingga dapat berinteraksi dengan
individu lainnya, dalam membangun kesimbangan terhadap pergaulan yang di
kembangkan oleh setiap individu, dimana akan menimbulkan hubungan yang baik
sesuai dengan norma dan aturan di setiap pergaulan mahasiswa. Sekalipun
mahasiswa tersebut menjadi asimilasi terhadap apa yang dilihat dalam
lingkungannya, tidak masalah, asalkan sesuai dengan kaidah dan aturan.
2.4.Defenisi Operasional
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk di pelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal yang
diteliti tersebut. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiono, 2007).
1. Kost adalah sebuah
dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode tertentu
(umumnya pembayaran per
2. Kost bebas adalah tempat tinggal yang tidak memiliki pengawasan dari
pemilik kost, yang tidak ada peraturan yang diterapkan dalam kost, dimana
dalam kost tersebut mahasiswa bebas membawa siapa saja kedalam
kostnya.
3. Kost terikat adalah tempat tinggal mahasiswadimana kost tersebut dikontrol
oleh pemilik kost dan memiliki peraturan yang harus dijalankan
mahasiswa.
4. Mahasiswa kost adalah mahasiswa yang menyewa rumah atau kamar, yang
masih aktif dalam kegiatan kampus, yang berada disekitar daerah Padang
Bulan Medan.
5. Lingkungan adalah sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dalam hal ini adalah
lingkungan tempat tinggal mahasiswa (kost).
Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel
terikat dalam penelitian ini adalah gaya hidup mahasiswa. Gaya hidup terdiri atas
modal, kondisi objektif, habitus, disposisi, sistem tanda dan selera menurut Pierre
1. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari individu atau segolongan
manusia di dalam masyarakat yang menghabiskan waktu, uang, diri sendiri.
2. Modal merupakan sumber dana yang dimiliki mahasiswa untuk hidup kost.
3. Kondisi objektif adalah keadaan pendapatan orang tua mahasiswa
4. Habitus adalah kebiasaan yang dilakukan oleh mahasiswa setelahselesai
kegiatan kuliah, misalnya istrahat di kost, berolahraga, main game on line.
5. Disposisi adalah kemampuan mahasiswa untuk membeli atau mengikuti
gaya hidup yang trend, dalam hal ini mahasiswa memakai barang-barang
yang tren.
6. Selera merupakan keinginan mahasiswa untuk mengikuti perubahan gaya
hidup di lingkungannya.
7. Mahasiswa adalah generasi muda penerus bangsa yang paling lama
menempuh pendidikan akademik. Dalam hal ini mahasiswa Sosiologi Fisip
Usu stambuk 2008 sampai stambuk 2010.
8. Kampus adalahsebuah
kumpulan gedung-gedu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggabungkan penelitian kuantitatifdengan menggunakan metode
deskriptif,yaitu metode yang berusaha untuk menggambarkan, meringkas
berbagai kondisi, situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di
tengah-tengah masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik
realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau
gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tetentu (Burhan Bungin,
2007 : 68).
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
PolitikUniversitas Sumatera Utara yang berada di Jl. Dr. Sofyan No. 1, Padang
Bulan Medan, karena sehubungan dengan masalah yang telah diuraikan diatas.
Adapun alasan lain pemilihan lokasi ini, adalah :
a. Ingin terfokus kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
b. Lokasi menurut si peneliti dinilai sangat strategis karena merupakan
lokasi kampus si peneliti, sehingga peneliti dapat lebih mudah untuk
mengatur dan juga dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan selama
3.3.Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian dan dapat menjadi
sumber data penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
seluruh mahasiswaSosiologiFISIP USU mulai dari stambuk 2008 sampai 2010
yang aktif dalam perkuliahan dan memilih menyewa tempat tinggal atau kost.
Jumlah mahasiswa Sosiologi FISIP USU stambuk 2008 sampai 2010 adalah 209
orangdan jumlah mahasiswa yang kost sebanyak 120 orang. (Data Bagian
Pendidikan FISIP USU Tahun 2010).
3.3.2 Teknik Pengambilan Besaran Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Oleh karena itu,
sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan
populasi itu sendiri. Peneliti mengambil sampel dengan cara melakukan Sampling
Quota yaitu teknik mengambil atau menarik sampel dari populasi dengan cara
mencari sejumlah unsur yang paling mudah namun memiliki karakteristik yang
diinginkan. Di dalam sampling quota ditetapkan jumlah tertentu untuk setiap
strata, kemudian dari setiap strata tersebut peneliti menetapkan siapa saja yang
akan ditetapkan menjadi sampel sampai sejumlah yang dikendaki.
Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tersebut di atas, maka
digunakan rumus Taroyamane dengan presisi 10% dan dengan tingkat
kepercayaan 90% (Rahmat, 1997).
n = N N (d)² + 1
Keterangan: n = sampel
d = Presisi 10% atau 0,1
Berdasarkan data yang ada maka peneliti ini memerlukan sampel
sebanyak:
n = N N (d)² + 1
n = 120 120 (0,1)² + 1
n = 120 120(0,01) + 1
n = 120 1,2+ 1
n = 120 2,2
n = 54, 55
n = 55 orang
3.4. Informan
Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam
penelitian.Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah informan
kunci dan informan biasa. Informan kunci terdiri dari, yaitu :
• Mahasiswa FISIP USU yang berstatus kost stambuk 2008 sampai
2010 jurusan sosiologi
Sedangkan informan biasa terdiri dari, yaitu :
• Ibu/Bapak kos
3.5.Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, tehnik
3.5.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data dan sumber
pertama dari lapangan. Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini
dilakukan dengan mengadakan studi lapangan, melakukan penelitian ke
tempat-tempat kost mahasiswa FISIP USU stambuk 2008 sampai 2010.
3.5.1.1. Observasi Partisipan
Yaitu peneliti mengadakan pengamatan secara langsung, serta ikut
berpatisipasi secara langsung mengambil bagian dalam objek penelitian untuk
memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini,
peneliti mengamati langsung gaya hidup mahasiswa kost di Fakultas FISIP USU,
yaitu gaya hidup berpakaian, penampilan, kepemilikan barang seperti
barang-barang tekhnologi canggihmeliputi Laptop dan ponsel keluaran terbaru serta
barang-barang yang bermerek.
3.5.1.2. Wawancara Terstruktur dan Wawancara Terbuka
Adapun jenis wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah wawancara terstruktur dan wawancara terbuka. Wawancara terstruktur
adalah bila peneliti telah menegetahui dengan pasti tentang informasi apa yang
diperoleh, dimana peneliti sudah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban. Sedangkan wawancara
terbuka adalah wawancara berdasarkan pertanyaan yang tidak terbatas (terikat)
jawabanya.
3.5.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yaitu, dengan
dari beberapa buku-buku referensi, dokumen majalah, jurnal, maupun data yang
di peroleh dari internet yang dianggap relevan serta berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti. Oleh karena itu, sumber data sekunder diharapkan
dapat berperan membantu mengungkapkan data yang diharapkan, membantu
memberi keterangan sebagai pelengkap dan bahan pembanding (Bungin,
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS DATA 4.1.Deskriptif Lokasi Penelitian
4.1.1.Sejarah Universitas Sumatera Utara
Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan
berdirinyaYayasan Universitas Sumatera utara pada tanggal 4 Juni 1952.
Pendirian yayasan ini di pelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi
keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia
umumnya. Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang ketuai langsung
oleh Gubernur Sumatera Utara, dengan susunan sebagai berikut : Abdul Hakim
(Ketua), Dr T. Mansoer (Wakil ketua), Dr Soermarsono (Sekretaris/Bendahara), Ir
R. S. Danunagoro, Drh. Sahar, Drg. Oh Tjie Lien, Anwar Abubakar, Madong
Lubis, Dr Maas, J. Pohan, Drg. Barlan, dan Soetan Pane Paruhum (Anggota ).
Sebenarnya hasrat untuk mendirikan perguruan tinggi di Medan telah
mulai sejak sebelum perang Dunia II, tetapi tidak disetujui oleh pemerintah
Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang
terkemuka di Medan termasuk Dr Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat
rancangan perguruan tinggi kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia,
pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai Ketua Panitia,
setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul
Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera
Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah Universitas di daerah ini.
Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian
Dr Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro, dan Sekretaris Mr. Djaidin Purba. Selain dean
pimpinan yayasan, organisasi USU pada awal berdirinya terdiri dari : Dewan
Kurator, Presiden Universitas, Majelis Presiden dan Assesor, Senat Universitas,
dan Dewan Fakultas. Sebagai hasil kerja sama dan bantuan moril dan materil dari
seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah
Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas
Kedokteran di jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya
dua orang wanita.
Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Huku dan Pengetahuan Masyarakat
(1954), Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan (1956), dan Fakultas Pertanian
(1956). Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden R.I. Dr.
Ir. Soekarno menjadi Universitas Negeri yang ketujuh di Indonesia. Pada tahun
1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di kutaraja (Banda
Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I. Kemudian disusul
berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (1960) di Banda Aceh.
Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari lima Fakultas di Medan dan dua
Fakultas di Banda Aceh. Selanjutnya menyusul Fakultas Kedokteran Gigi(1961),
Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (1965),
Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1982), sekolah Pascasarjanan (1992).
Fakultas Kesehatan Masyarakat(1993), Fakultas Farmasi (2007) dan Fakultas
Psikologi (2008) dan Fakultas Keperawatan (2009).
Pada tahun 2003, USU berubah status dari suatu perguruan tinggi negeri
(BHMN).Perubahan status USU dari PTN menjadi BMHN merupakan yang
kelima di Indonesia.Sebelumnya telah berubah status UI, UGM, ITB dan IPB
pada tahun 2000. Setelah USU disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR
(2006). Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah
menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas
Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas Ekonomi dan
Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan USU di Banda Aceh. Kemudian
disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan
(1964), yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED)
yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USU. Setelah itu,
berdiri Politeknik Negeri Medan (1999), yang semula adalah Politeknik USU.
Struktur organisasi USU sebagai PT-BHMN terdiri dari : Majelis Wali
Amanat (MWA), Dewan Audit, Unit Usaha Komersial, Senat Akademik,
Pimpinan Universitas (Rektor dan Pembantu Rektor), Dewan Guru Besar (DGB),
Sekretaris Eksekutif, Satuan Audit Internal, dan Satuan Penjaminan Mutu
(organisasi sentral);Fakultas, Sekolah Pasacasarjana, dan Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat (unsur pelaksana akademik); Biro Akademik,
Biro Sumber Daya Manusia, Biro Keuangan, Biro Kemahasiswaan dan
Kealumnian, Biro Perencanaan dan Kerjasama, dan Biro Pengembangan dan
Pemeliharaan Aset (unsur pelaksana administratif);danPerpustakaan dan Sistem
Informasi, Pelayanan dan Pengembangan Pendidikan, Unit Usaha Non Komersial,
Visi, Misi, dan Tujuan Universitas Sumatera Utara
Visi Universitas Sumatera Utara adalah University for Industry
Misi Universitas Sumatera Utara adalah
1. Mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat akademik dan
profesional dalam menerapkan, mengembangkan pengetahuan ilmiah,
teknologi dan seni, serta berdaya saing tinggi.
2. Memperluas partisipasi dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan
nasional dalam pembelajaran dan modernisasi cara pembelajaran.
3. Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan ilmiah, teknologi,
seni, dan rancangan penerapannya untuk mendukung produktivitas dan
daya saing masyarakat.
Tujuan Universitas Sumatera Utara adalah
1. Memperluas partisipasi dalam pelayanan pendidikan bagi masyarakat
dalam mendukung pemenuhan pendidikan nasional serta memodernisasi
cara pembelajaran.
2. Meningkatkan partisipasi aktif dalam pengembangan ilmiah, teknologi dan
seni/budaya serta kemanusiaan.
3. Mengembangkan pusat informasi serta sistem teknologi komunikasi dan
sistem penjaminan mutu yang handal.
4. Membangun sistem tata pamong universitas yang efektif, efisien dan
demokratis.
6. Memperkuat departemen dalam pengelolaan disiplin silang antar
departemen/program studi.
7. Membangun kemampuan pendanaan sendiri melalui kerjasama/kemitraan
dalam usaha-usaha ventura.
8. Mengembangkan kemampuan dalam memasarkan produk-produk
pengetahuan ilmiah, konsep-konsep, pemecahan masalah industrial, jasa
tenaga ahli, dan lain-lain.
9. Membangun pendekatan baru dalam pembelajaran yang berfokus kepada
pembelajaran sesuai kebutuhan (demand-driven learning system)
4.1.2.Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP ) Universitas Sumatera Utara
merupakan fakultas kesembilan di lingkungan Universitas Sumatera Utara.
Kelahiran Fakultas ini tidak jauh berbeda dengan Fakultas lainnya di lingkungan
Universitas Sumatera Utara. Pada awalnya pendiriannya (1980), fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara masih mrupakan jurusan
pengetahuan Masyarakat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Setahun kemudian jurusan Pengetahuan Masyarakat berubah menjadi Jurusan
Ilmu-ilmu Sosial (IIS).
Pada tahun 1982, jurusan Ilmu Sosial resmi menjadi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, dengan menggunakan gedung perkuliahan diFakultas
Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Sumatera Utara. Dalam proses
pengembangannya, jurusan yang ada di FISIP USU tidak dibuka sekaligus. Hal
pengajar yang dibutuhkan sesuai dengan bidangnya. Oleh karenanya, pada tahun
ajaran 1980/1981, FISIP USU hanya membuka dua jurusan yaitu :
1. Jurusan Ilmu Komunikasi
2. Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Barulah pada tahun ajaran 1983/1984, FISIP USU membuka jurusan
lainnya, yaitu :
1. Jurusan Sosiologi
2. Jurusan Kesejahteraan Sosial dan menerima jurusan Antropologi dari
Fakultas Sastra.
Sesuai dengan SK Mendikbud RI No. 0535/083 Tahun 1983 tentang
jenis dan jumlah Jurusan pada Fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara,
dinyatakan bahwa FISIP USU mempunyai enam jurusan, yaitu :
1. Jurusan Sosiologi
2. Jurusan Kesejahteraan Sosial
3. Jurusan Antropologi Sosial
4. Jurusan Ilmu Administarsi Negara
5. Jurusan Ilmu Komunikasi
6. Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)
Jurusan MKDU akhirnya diputuskan untuk diserahkan pengelolaanya
diluar FISIP USU dengan pertimbangan bahwa jurusan tersebut bukan suatu
disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan mengelola mata kuliah yang
termasuk pada kelompok Mata Kuliah Dasar Umum. Sejalan dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat serta pemerintah daerah dan didukung
No. 108/Dikti/Kep/2001 tanggal 30 April 2001 menambah suatu program studi
baru yaitu Ilmu Politik. Dengan demikian, hingga saat iniada enam jurusan yang
berada dibawah naungan FISIP USU.
Era otonomi yang mulai bergulir sejak dikeluarkannya UU No.22 tahun
1999 dan direvisi lagi dengan UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah
menuntut Perguruan Tinggi, termasuk Universitas Sumatera Utara untuk
menyediakan tenaga-tenaga pemikir dan penelitian berkaitan dengan berbagai
perubahan dan terobosan yang akan dilakukan bagi percepatan pembangunan,
baik secara konseptual teoritik maupun empirik.
1. Visi
Visi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
adalah :menjadi pusat pendidikan dan rujukan bidang-bidang ilmu sosial dan
politik di wilayah barat
2. Misi
• Menghasilkan alumi dengan skala kualitas global dan
menjadi pusat riset, kajian dalam studi ilmu sosial.
• Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan
seluruh stakeholder dan mitra pendidikan. Misi ini
berhubungan dengan fungsi relasi yang harus dibangun oleh
Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utarasebagai suatu organisasi profesional pendidikan. Bentuk
kolaborasi dengan organisasi lain perlu dijajaki dengan sikap
open minded dan profesional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
peluang kerjasama yang ditawarkan atau malah mampu
menawarkan kerjasama tersebut pada pihak lain.
• Membentuk lingkungan kerja sehat, harmonis dan profesional
bagi staf dan mitra kerja. Misi ini berhubungan dengan
azasprofesionalitas dalam menjalankan pekerjaan.
Lingkungan dan suasana kerja yang dibangun harus
memperhatikan situasi fisik dan psikologis seluruh sivitas
akademik. Harus ada mekanisme yang mampu membangun
suasana tersebut. Prinsip profesionalisme juga harus
didukung dengan prinsip persaudaraan dan pertemanan
(makan positif ) dengan kemampuan bisa menempatkan dan
menjalankan fungsi masing-masing.
• Menjadi institusi bagi kepentingan publik. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sangat
potensial sebagai institusi pendidikan yang membawa misi
diatas dengan melihat pengalaman-pengalaman yang telah
dilalui oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Tujuan dan Sasaran
1. Melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi yang berorientasi pada
manejemen organisasi modern.
2. Meningkatkan dan memberdayakan dukungan dana dan peraturan
secara optimal untuk dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan