• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya Hidup Mahasiswa Kost (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Sosiologi Kost FISIP USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gaya Hidup Mahasiswa Kost (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Sosiologi Kost FISIP USU)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

GAYA HIDUP MAHASISWA KOST

(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Sosiologi Kost Fisip USU)

SKRIPSI

D I S U S U N OLEH:

IRMA S. NAINGGOLAN 060901023

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

GAYA HIDUP MAHASISWA KOST

(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Sosisologi Fisip Usu) Irma Suryani Nainggolan

Departemen Sosiologi

Abstrak: Gaya hidup dapat dikenali dengan melihat bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia sekitar (opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi. Dalam struktur masyarakat, mahasiswa merupakan generasi intelektual yang diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang baik, memiliki moral dan pengetahuan, juga diharapkan mampu menjadi inovator pembangunan di dalam segala aspek, sehingga mampu membersihkan ketimpangan-ketimpangan yang ada didalam masyarakat.

Fungsi yang dimiliki mahasiswa yaitu sebagai agent of change yaitu sebagai agent yang dapat melakukan perubahan dan sebagai agent of social control yaitu sebagai agent yang bertugas untuk melakukan monitoring dan kontrol terhadap pemerintah, terhadap kebijakan-kebijakan maupun terhadap hal-hal lain yang dilakukan oleh pemerintah, yang kesemuanya ini dilakukan adalah tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk menjaga kepentingan rakyat dan menghindarkan rakyat dari kezaliman yang dilakukan oleh pemerintah. Kost adalah sebuah jasa yang menawarkan sebuah tempat untuk ditinggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode tertentu (umumnya pembayaran per oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya dan kehidupan sosial.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif, metode yang berusaha untuk menggambarkan, berbagai kondisi, situasi atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Alat Pengumpulan data berupa data primer, data sekunder, observasi partisipan, wawancara, kuesioner. Melalui metode ini teori yang digunakan adalah teori Bourdieu yaitu teori gaya hidup, penelitian ini dilakukan kepada responden sebanyak 55 mahasiswa kost Sosiologi Fisip Usu.

Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa para Mahasiswa Sosiologi Kost Fisip Usu sebanyak 80% mahasiswa memilih tinggal di kost yang strategis dan dekat dengan kampus, tinggal bersama teman satu kampus, dan dekat dengan fasilitas pendidikan seperti warnet, rental komputer, foto copy. gaya hidup yang positif, bertanggung jawab, berprinsip, mandiri, seperti melakukan aktivitas kuliah sambil memiliki pekerjaan sampingan, membeli barang sesuai kebutuhan, menggunakan teknologi untuk kebutuhan kuliah, menggunakan fasilitas kamar kost yang sederhana, penampilan yang sederhana, tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan luar dan tidak mengikuti gaya hidup hedonisme dan konsumerisme.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

dan rahmaNya yang senantiasa menyertai dan memberkati penulis dalam

menyelesaikan perkuliahan dan juga penyelesaian dlam menyusun skripsi ini yang

berjudul Gaya Hidup Mahasiswa Kost (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Kost

Sosiologi Fisip Usu Medan ). Skripsi ini di susun untuk memenuhi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai

hambatan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman,

kepustakaan dan materi penulis. Namun, berkat pertolongan Tuhan Yang Maha

Esa yang memberikan ketabahan, kesabaran, dan kekuatan kepada penulis dan

juga para teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan dukungan pada

saat-saat penulis mengalami kesulitan selama penulisan skripsi ini. Penulis banyak

menerima bantuan, kritik, saran, motivasi serta dukungan doa dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dan memberikan motivasi penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua

Orang Tuaku yang sayangi seumur hidup, Alm Ayahanda L Nainggolan, dan

Ibunda tercinta H. Munthe, terimaksi banyak ayahku, ibuku, atas doamulah aku

dapat menyelesaikan ini semua dengan lapang dada, dan banyak memberikan

(5)

Semua ini terjalani hanya karena doa-doamu (Surga itu ada ditelapak kaki

Ibu ). Trimakasi banyak buat Abangku, Prulian Nainggolan, dan adik-adiku Rudi

Johannes Nainggolan dan Johan Nainggolan. Terimakasih atas motivasinya

selama ini kepada penulis.

Dengan rasa Hormat penulis juga menyampaikan ucapan trimakasi kepada

:

1. Bapak Prof. Dr. Badarruddin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si sebagai Ketua Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Linda Elida S.Sos. M.Si selaku dosen pembimbing yang

selalu menyediakan waktu dan memberikan bimbingan kepada penulis,

serta sumbangan pemikiran dan motivasi dalam penulisan skripsi ini

sampai selesai.

4. Kepada Bapak Drs.Muba Simanihuruk.M,si yang menyediakan waktu

nya kepada penulis sebagai Ketua Penguji penulis.

5. Bapak, Ibu dosen yang ada di Fisip USU khususnya yang memberikan

mata kuliah kepada penulis di departemen sosiologi.

Penulis menyadari Skripsi ini memiliki kekurangan yang diakibatkan oleh

keterbatasan kemampuan dan ilmu yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran dan kritik yang akan membantu kelengkapan skripsi ini,

(6)

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan,November 2012

(7)

DAFTAR ISI

Abstrak i

Kata pengantar ii

Daftar Isi vi

Daftar Tabel x

Bab I Pendahuluan 1

1.1Latar Belakang 1

1.2Rumusan Masalah 5

1.3Tujuan penelitian 5

1.4Manfaat Penelitian 5

Bab II Kajian Pustaka 7

2.1 Teori Gaya Hidup 7

2.1.1. Bentuk-Bentuk Gaya Hidup 13

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup 14

2.2. Gaya Hidup Mahasiswa 17

2.3. Teori Kognitif Jean Piaget 18

2.3.1. Skema 20

2.3.2. Asimilasi 20

2.3.3. Akomodasi 21

2.4. Defenisi Operasional 23

Bab III Metode Penelitian 25

3.1 Jenis Penelitian 25

3.2 Lokasi Penelitian 25

3.3 Populasi Dan Teknik Penarikan Sampel 26

3.3.1 Populasi 26

3.3.2. Teknik Pengambilan Besaran Sampel 26

3.4 Informan 27

(8)

3.5.1. Data Primer 28

3.5.1.1. Observasi Partisipan 28

3.5.1.2. Wawancara Terstruktur Dan Wawancara Terbuka 28

3.5.2. Data Sekunder 29

Bab IV Hasil Dan Analisis Data 30

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 30

4.1.1. Sejarah Universitas Sumatera Utara 30

4.1.2.Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara 34

4.2 Karakteritik Responden 39

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 39

4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 40

4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama 41

4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku 42

4.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

orang tua 43

4.3. Gambaran Gaya Hidup Mahasiswa Sosiologi Kost Fisip Usu 45

4.3.1. Jumlah Kiriman Mahasiswa Perbulan Di Atas

Rp. 1.000.000 45

4.3.2. Jumlah Pengeluaran Mahasiswa Perbulan Di

Atas Rp 1.000.000 47

4.3.3. Kuliah Sambil Memiliki Pekerjaan Sampingan ...48

4.3.4. Lebih Memilih Melengkapi Fasilitas Kost, Seperti Tv, Dispenser, Rice Cooker Daripada Melengkapi Buku .... ..49

4.3.5. Selesai Menjalankan Kuliah, Langsung Pulang Ke Kost .51

4.3.6. Setiap Bulan Sering Berbelanja Pakaian 52

(9)

4.3.8. Setiap Bulan Sering Berkaraoke 55

4.3.9. Setiap Bulan Sering Menonton Bioskop 56

4.3.10. Setiap Bulan Sering Pergi Ke Salon 57

4.3.11. Setiap Bulan Sering Berjalan Sama Teman, Nongkrong

Dan Main Futsal 58

4.3.12. Selesai Kuliah Pergi Ke Perpustakaan Kampus 60

4.3.13. Mengikuti Perkembangan Teknologi Hand Phone 61

4.3.14. Memakai Perhiasan Atau Aksesoris Berharga Ke

Kampus 62

4.3.15. Membeli barang karena kebutuhan 63

4.3.16. Membeli Barang Karena Merek Atau Harga 64

4.3.17. Menggunakan Teknologi Karena Kebutuhan Kuliah 66

4.3.18. Menggunakan Teknologi Untuk Prestise 67

4.3.19. Sering Memperhatikan Teman Kuliah Yang Menggunakan

Barang Bermerek 68

4.3.20. Lebih Membeli Barang Bermerek Daripada Memenuhi

Kebutuhan Kuliah 69

4.3.21. Orang Tua Sering Mengontrol Pergaulan ...70

4.3.22. Memilih Teman-Teman Bergaul Yang Sering

Keluar Malam 72

4.3.23. Belajar Lebih Dari Tiga Jam Setiap Hari ...73

4.3.24. Sering Mengakses Internet Untuk Kebutuhan Kuliah...74

4.3.25. Lebih Mengikuti Pendapat Teman Daripada Diri Sendiri,

Walaupun Buruk 75

4.3.26. Menganggap Pria Dan Wanita Dalam Kamar Kost Adalah

Hal Yang Buruk 76

4.3.27. Taat Beribadah Sesuai Agama Dan Kepercayaan ...77

(10)

Bersama Teman-Teman 78

4.3.29. Wajib Memiliki Kendaraan Pribadi Seperti Mobil Atatu

Sepeda Ke Kampus 80

4.4.5. Responden Memilih Jenis Kost Khusus Satu

Agama, Suku, Dan Ras 88

4.4.6. Responden Memilih Kost Yang Dekat Dengan Kampus 90

4.4.7. Responden Memilih Tinggal Di Kost Yang Bertetangga

Dengan Orang Sudah Berumah Tangga 91

4.4.8. Responden Memilih Tempat Kost Yang Khusus

Anak Kuliah 92

4.4.9. Responden Memilih Lingkungan Kost Yang Dekat

Dengan Warnet, Rental Dan Foto Copy 94

4.4.10. Responden Memilih Lingkungan Yang Bersih 95

4.4.11. Responden Memilih Lingkungan Kost Yang Dekat Dengan

Jalur Transportasi 96

4.4.12. Responden Memiliki Aturan Dan Tata Tertib 98

4.4.13. Responden Memilih Tempat Kost Yang Mempunyai

Sistem Jam Malam 99

4.4.14. Responden Memilih Tinggal Di Kost Yang

Memiliki Bapak/Ibu Kost 100

(11)

Yang Pintar, Tertib Dan Disiplin 102

4.5. Pembahasan 103

Bab V Penutup 106

5.1 Kesimpulan 106

5.2 Saran 107

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jenis Kelamin 39

Tabel 2 Berdasarkan Usia 40

Tabel 3 Berdasarkan Agama 41

Tabel 4 Berdasarkan Suku 42

Tabel 5 Berdasarkan Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua 43

Tabel 6 Jumlah Kiriman Mahasiswa Perbulan Di Atas Rp 1.000.000 45

Tabel 7 Jumlah Pengeluaran Mahasiswa Perbulan Di Atas 1.000.000 46

Tabel 8 Kuliah Sambil Memiliki Pekerjaan Sampingan 48

Tabel 9 Lebih Memilih Melengkapi Fasilitas Kost, Seperti Tv, Dispenser, Dan Rice Cooker, Daripada Melengkapi Buku 49

Tabel 10 Selesai Menjalankan Kuliah Langsung Pulang Ke Kost 51

Tabel 11 Setiap Bulan Sering Berbelanja Pakaian 52

Tabel 12 Setiap Bulan Sering Membeli Buku 54

Tabel 13 Setiap Bulan Sering Berkaraoke 55

Tabel 14 Setiap Bulan Sering Menonton Bioskop 56

Tabel 15 Setiap Bulan Sering Pergi Ke Salon 57

Tabel 16 setiap bulan sering bersama teman, nongkrong dan main futsal 58 Tabel 17 Selesai Kuliah Sering Pergi Ke Perpustakaan Kampus 60

Tabel 18 Mengikuti Perkembangan Teknologi Hand Phone ... ..61

Tabel 19 Memakai Perhiasan Atau Aksesoris Ke Kampus ...62

Tabel 20 Membeli Barang Karena Kebutuhan ...63

Tabel 21 Membeli Barang Karena Merek Atau Harga ...64

(13)

Tabel 23 Menggunakan Teknologi Untuk Prestise ...67

Tabel 24 Sering Memperhatikan Teman Kuliah Yang Menggunakan Barang

Yang Bermrek 68

Tabel 25 Lebih Baik Menggunakan Barang Bermerek Daripada Memenuhi

Kebutuhan Kuliah 69

Tabel 26 Orang Tua Sering Mengontrol Pergaulan 70

Tabel 27 Memilih Teman-Teman Bergaul Yang Sering Keluar Malam .... 72

Tabel 28 Belajar Lebih Dari 3 Jam Setiap Hari ...73

Tabel 29 Sering Mengakses Internet Untuk Kebutuhan Kuliah ...74

Tabel 30 Lebih mengikuti pendapat teman daripada diri sendiri, walaupun

buruk 75

Tabel 31 Menganggap pria dan wanita dalam kamar kost adalah hal yang

buruk 76

Tabel 32 Taat Beragama Sesuai Agama Dan Kepercayaan 77

Tabel 33 Lebih Memilih Kepepustakaan Daripada Nongkrong Bersama

Teman Teman 78

Tabel 34 Wajib Memiliki Kendaraan Pribadi Seperti Mobil Atau Sepeda

Motor Ke Kampus 80

Tabel 35 Memiliki Pasangan Atau Pacar ...81

Tabel 36 Memilih Tinggal Di Kost Yang Bebas ...83

Tabel 37 responden Merasa Terganggu Tinggal Di Kost Yang Ada

Bapak/Ibu Kost 84

Tabel 38 Tinggal Di Kost Yang Kecil Karena Biaya Yang Murah ... 86

(14)

Tabel 40 Memilih Jenis Kost Khusus Satu Agama, Suku, Dan Ras ...88

Tabel 41 Memilih Kost Yang Dekat Dengan Kampus ...90

Tabel 42 Memilih Kost Yang Bertetangga Dengan Orang Yang Sudah Berumah tangga 91

Tabel 43 Responden Memilih Tempat Kost Yang Khusus Anak Kuliah ...92

Tabel 44 Memilih Lingkungan Kost Yang Dekat Dengan Warnet,Rental Dan Foto Copy 94

Tabel 45 Responden Memilih Lingkungan Kost Yang Bersih 95

Tabel 46 Responden Memilih Lingkungan Kost Yang Dekat Dengan Jalur Transportasi 96

Tabel 47 Memilih Kost Yang Memiliki Aturan Dan Tata Tertib ... 98

Tabel 48 Memilih Kost Yang Mempunyai Sistem Jam Malam ...99

Tabel 49 Memilih Tinggal Di Kost Yang Memiliki Bapak/Ibu Kost ... 100

(15)

GAYA HIDUP MAHASISWA KOST

(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Sosisologi Fisip Usu) Irma Suryani Nainggolan

Departemen Sosiologi

Abstrak: Gaya hidup dapat dikenali dengan melihat bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia sekitar (opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi. Dalam struktur masyarakat, mahasiswa merupakan generasi intelektual yang diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang baik, memiliki moral dan pengetahuan, juga diharapkan mampu menjadi inovator pembangunan di dalam segala aspek, sehingga mampu membersihkan ketimpangan-ketimpangan yang ada didalam masyarakat.

Fungsi yang dimiliki mahasiswa yaitu sebagai agent of change yaitu sebagai agent yang dapat melakukan perubahan dan sebagai agent of social control yaitu sebagai agent yang bertugas untuk melakukan monitoring dan kontrol terhadap pemerintah, terhadap kebijakan-kebijakan maupun terhadap hal-hal lain yang dilakukan oleh pemerintah, yang kesemuanya ini dilakukan adalah tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk menjaga kepentingan rakyat dan menghindarkan rakyat dari kezaliman yang dilakukan oleh pemerintah. Kost adalah sebuah jasa yang menawarkan sebuah tempat untuk ditinggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode tertentu (umumnya pembayaran per oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya dan kehidupan sosial.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif, metode yang berusaha untuk menggambarkan, berbagai kondisi, situasi atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Alat Pengumpulan data berupa data primer, data sekunder, observasi partisipan, wawancara, kuesioner. Melalui metode ini teori yang digunakan adalah teori Bourdieu yaitu teori gaya hidup, penelitian ini dilakukan kepada responden sebanyak 55 mahasiswa kost Sosiologi Fisip Usu.

Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa para Mahasiswa Sosiologi Kost Fisip Usu sebanyak 80% mahasiswa memilih tinggal di kost yang strategis dan dekat dengan kampus, tinggal bersama teman satu kampus, dan dekat dengan fasilitas pendidikan seperti warnet, rental komputer, foto copy. gaya hidup yang positif, bertanggung jawab, berprinsip, mandiri, seperti melakukan aktivitas kuliah sambil memiliki pekerjaan sampingan, membeli barang sesuai kebutuhan, menggunakan teknologi untuk kebutuhan kuliah, menggunakan fasilitas kamar kost yang sederhana, penampilan yang sederhana, tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan luar dan tidak mengikuti gaya hidup hedonisme dan konsumerisme.

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192) adalah pola hidup seseorang di

dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup

menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi

dan berinteraksi di dunia. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup

yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa

yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang

pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup adalah

perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya

yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.

Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang

memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa di

didik, dibimbing agar menjadi individu yang intelektual atau cendekiawan muda

dalam suatu lapisan masyarakat.Definisi Mahasiswa dalam peraturan pemerintah

RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan

tinggi tertentu.Dalam struktur masyarakat, mahasiswa merupakan generasi

intelektual yang diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai

yang baik, memiliki moral dan pengetahuan, juga diharapkan mampu menjadi

inovator pembangunan di dalam segala aspek, sehingga mampu membersihkan

(17)

mahasiswa diatas, maka hal tersebut tidak terlepas dari kemampuan intelektual

yang harus dimiliki oleh mahasiswa.

Menurut Howard M Federspielseorang guru besar sosial politik di Ohio

Universitas bahwa 'intelektual' adalah orang-orang yang bergumul dengan

nilai-nilai masyarakat, bangsa, atau kemanusiaan. Sehingga secara langsung ataupun

tidak seorang intelektual harus peduli pada masyarakat. Karakter-karakter

intelektual berbeda dengan karakter intelegensia yaitu karakter seseorang yang

hanya melakukan pencarian ilmu pengetahuan dan melakukan pendalaman

terhadap keilmuan tersebut atau hanya berkutat pada lingkungan akademis

sehingga tidak jarang pemikirannya sangat sempit sehingga terkadang sifatnya

egois dan memikirkan diri sendiri dan tidak mempedulikan orang lain. Maka dari

itu, seharusnya mahasiswa hendaknya menjadi orang atau kaum intelektual bukan

menjadi orang atau kaum intelegensia karena mahasiswa adalah sosok-sosok

pemikir yang tidak hanya memikirkan dirinya tetapi juga dapat memikirkan orang

lain.

Hal ini sesuai dengan fungsi yang dimiliki oleh mahasiswa yaitu sebagai

agent of change yaitu sebagai agen yang dapat melakukan perubahandan sebagai

agent of social control yaitu sebagai agent yang bertugas untuk melakukan

monitoring dan kontrol terhadap pemerintah, terhadap kebijakan-kebijakan

maupun terhadap hal-hal lain yang dilakukan oleh pemerintah, yang kesemuanya

ini dilakukan adalah tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk menjaga

(18)

pemerintah

diakses tanggal 14-07-2011 pukul 17.45 wib ),

Kost atau indekost adalah sebuah jasa yang menawarkan sebua

atau tempat untuk ditinggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap

periode tertentu (umumnya pembayaran perkost" sebenarnya adalah

turunan dari frasa". Definisi "In de kost" sebenarnya

adalah "makan di dalam" namun bila frasa tersebut dijabarkan lebih lanjut dapat

pula berarti "tinggal dan ikut makan" di dalam rumah tempat menumpang tinggal.

Seiring berjalannya waktu dan berubahnya zaman, sekarang khalayak umum di

Indonesia menyebut istilah "in de kost" dengan menyingkatnya menjadi "kost"

saja. Di berbagai daerah di Indonesia terutama didaerah yang menjadi sentral

pendidikan rumah-rumah atau bangunan khusus yang menawarkan jasa "kost"

bagi para

karena melibatkan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode, yang

biasanya dihitung per bulan atau per minggu.Hal ini berbeda denga

kost" hanya menawarkan sebuah

ditinggali.Setelah melakukan transaksi pembayaran barulah seseorang dapat

menumpang hidup di tempat yang dia inginkan.Mahasiswa dan rumah kost

merupakan hal yang saling berkaitan.

Gaya hidup dipengaruhi oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya dan

kehidupan sosial. Gaya hidup saat ini telah menghilangkan batas-batas budaya

lokal, daerah, maupun nasional dimana arus gelombang gaya hidup global dengan

(19)

Perkembangan yang dianggap menonjol dalam pergeseran gaya hidup yang

melanda di kalangan mahasiswa adalah gaya hidup mereka yang secara umum

dipengaruhi oleh gaya barat, khususnya dari Amerika Serikat (Sudarwati2007 :

69).

Secara fungsional, fungsikost bagi mahasiswa adalah sebagai tempat tinggal

sementara bagi penyewanya.Namun dalam perkembangannya, pergesera

de kost" lambat laun diikuti pula oleh

interaksi kehidupan di masing-masing pihak antara penyedia jasa kost dan orang

yang membutuhkan jasa tersebut. Tak jarang dalam evolusinya

kedua belah pihak semakin renggang.Sehingga mahasiswa bertindak lebih leluasa

dan bebas di dalamkost.

Kost dimanfaatkan oleh mahasiswa menjadi tempat untuk melakukan

kegiatan yang bersifat negative. Seperti yang diungkapkan oleh Kompol A.

Manurung, 90% kejahatan yang dilakukan oleh mahasiswa seperti melakukan

hubungan sex bebas dan penggunaan narkoba dilakukan di kamar

kost

14-07-2011 pukul 17.35 wib).

Mahasiswa kostrentan terhadap gaya hidup, karena mereka memiliki

kebebasan sehingga mereka bebas bergaul dengan siapa saja dan di lingkungan

manapun termasuk lingkungan negatif yang lambat laun akan mempengaruhi

perilaku mereka menjadi negatif pula. Pada umumnya perilaku negatif mahasiswa

kost dipengaruhi oleh tidak adanya pengawasan orang tua, lingkungan pergaulan

yang negatif dan kebebasan hidup di tempat kost. Kehadiransarana-sarana gaya

(20)

pusat perbelanjaan, cafe, club malam, warung internet. Sarana gaya hidup modern

ini memiliki dampak yang positif dan negatif, bergantung pada setiap individu

yang memaknainya. Seiring dengan hadirnya sarana modern yang ada, maka

secara langsung atau pun tidak langsung akan mempengaruhi gaya hidup

mahasiswa.Hal ini lah yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian di

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara tentang gaya hidup

mahasiswa kost.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penelitian di atas maka yang menjadi pokok permasalahan

dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakahgambaran gaya hidup mahasiswa kost

di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

gambaran gaya hidup mahasiswa kost Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di

Universitas Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di peroleh dari penelitian ini adalah :

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi

pengembangan keilmuan sekaligus dijadikan bahan rujukan bagi studi maupun

penelitian lain yang berhubungan dalam bidang kajian mengenai gaya hidup

(21)

1.4.2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberi pandangan

kepada masyarakat khususnya kepada penulis mengenaigaya hidup

mahasiswa kost

2. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian.

3. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan dan

gambaran mengenai gaya hidup mahasiswa yang kost terhadap

pengelola kost, masyarakat, mahasiswa, dunia pendidikan dan aparat

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Gaya HidupPierre Bourdieu

Menurut Bourdieu gaya hidup seseorang dipahami sebagai hasil dari

interaksi antara manusia sebagai subjek sekaligus objek dalam masyarakat, hasil

dari pemikiran sadar dan tak sadar yang terbentuk sepanjang sejarah hidupnya.

Bourdieu menempatkan gaya hidup dalam sebuah rangkaian atau sebuah proses

sosial panjang yang melibatkan modal, kondisi objektif, habitus, disposisi,

praktik, gaya hidup, sistem tanda, dan struktur selera. Menurut Bourdieu dalam

Alfathri Adlin (2006: 82) relasi tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar. 1. Skema Relasi dalam Gaya Hidup Menurut Pierre Bourdieu (Alfathtri

Adlin, 2006: 82)

Melalui gambar di atas dapat dijelaskan bahwa, Bourdieu membayangkan

masyarakat sebagai sebuah sistem ranah atau medan yang memiliki berbagai daya

yang saling tarik-menarik. Setiap ranah memiliki struktur dan dayanya sendiri,

sekaligus berada dalam suatu ranah yang lebih besar darinya yang juga memiliki

struktur dan dayanya sendiri, dan begitu seterusnya.

Masyarakat dipandang sebagai wilayah yang mengandung sistem dan

relasi-relasi tempat terjadinya ada pengaruh dan kekuatan. Selalu terjadi

(23)

memiliki modal-modal khusus untuk dapat hidup secara baik dan bertahan di

dalamnya. Kondisi objektif seseorang dalam lingkungan budayanya sangat

ditentukan oleh kepemilikannya akan modal-modal tersebut, modal-modal yang

dimiliki akan menunjukkan eksistensi seseorang dalam masyarakat. Modal

bersifat khusus, ia selalu terikat dan tergantung pada medan gaya tertentu. Status

sebagai penggemarbarang-barang yang bermerek, danmampu menciptakan suatu

prestise tertentu dan menjadi modal simbolik bagi seseorang.

Habitus menurut Bourdieu merupakan, Sistem disposisi yang berlangsung

lama dan dapat diterapkan (di-transpose) dalam beragam bidang dan

ranah kehidupan sosial. Habitus juga dipahami sebagai struktur-struktur

yang terstruktur (struktur yang menata pelbagai struktur) dalam arti

selalu menyertakan kondisi sosial objektif seseorang dalam penerapannya

yang berulang-ulang, mengandung pengalaman masa lalu yang

pengaruhnya siap ditampilkan di masa kini untuk berfungsi sebagai

penghasil prinsip-prinsip yang melahirkan dan mengelola praktik-praktik

dalam lingkungan sosial yang memiliki kesamaan struktur dengan

pengalaman masa lalu.

(Bourdieu dalam Alfathri Adlin, 2006: 45).

Habitus merupakan seperangkat kecenderungan yang menghasilkan

praktik dan persepsi sosial, mengandung pengalaman masa lalu yang pengaruhnya

(24)

tindakan, pemikiran, dan representasi.Individu dengan habitusnya masing-masing

berhubungan dengan individu lain dan berbagai realitas sosial, hal ini akan

menghasilkan tindakan-tindakan yang sesuai dengan ranah dan modal yang

dimiliki masing-masing individu dalam ruang sosial. Melalui proses tersebut

terwujudlah posisi, kelas, dan kekuasaan yang dimiliki setiap individu yang

mengarahkan mereka pada gaya hidup tertentu. Gaya hidup merupakan

perwujudan habitus serta modal-modal tertentu dalam ruang sosial. Habitus

memberi strategi dan kerangka tingkah laku yang memungkinkan individu untuk

menyesuaikan diri dalam suatu ranah tertentu.

Habitus merupakan segala perlengkapan gaya hidup yang ditampilkan

seseorang dalam ruang sosial. Habitus mengarahkan individu untuk memilih suatu

gaya hidup tertentu berdasarkan kondisi dan realitas sosial. Dalam suatu medan

gaya hidup, seseorang memerlukan habitus yang memberinya strategi dan

kerangka tingkah laku yang memungkinkannya menyesuaikan diri dan

beradaptasi secara memadai dalam medan tersebut.

Habitus mampu melukiskan disposisi yang dimiliki seseorang atau

disposisi yang dimiliki suatu kelas sosial. Disposisi merupakan “sikap,

kecenderungan dalam mempersepsi, merasakan, melakukan, dan berpikir, yang

diinternalisasi oleh individu berkat kondisi objektif eksistensi seseorang”.

Disposisi berperan sebagai prinsip tak sadar yang melandasi tindakan,

persepsi, dan refleksi. Disposisi merupakan kecenderungan yang ada dalam benak

individu yang muncul karena adanya interaksi antar individu dan dengan berbagai

(25)

tindakan sosial dalam rangka mereproduksi atau memodifikasi habitus dan

disposisi yang dimilikinya. Gaya hidup dibentuk, diubah, dan dikembangkan

sebagai hasil dari interaksi antara disposisi, habitus dengan realitas. Gaya hidup

merupakan hasil operasi habitus di dalam ranah atau medan dengan modal-modal

tertentu yang dimiliki individu.(Bourdieu dalam Haryatmoko, 2003).

Melalui gaya hidup, individu menjaga tindakannya agar

dapat menyesuaikan diri dengan ruang sosial berdasarkan habitus, modal, dan

posisinya dalam ruang sosial. Gaya hidup bukanlah sesuatu yang terisolir, ia

berdampingan bersama gaya hidup-gaya hidup lain di dalam ruang sosial.

Terdapat relasi antara satu gaya hidup dengan gaya hidup lainnya, dalam

pandangan Bourdieu relasi tersebut memperebutkan posisi dalam suatu ranah atau

medan sosial. Posisi tersebut diekpresikan melalui “perjuangan pada tingkat

tanda-tanda dan citra dapat dikatakan sebagai juru bicara gaya hidup”.

Sistem tanda menjadi ruangan dimana gaya hidup saling dipertukarkan,

dikirim, dan diterima serta diberi makna secara simbolik karena gaya hidup hanya

dapat diaktualisasikan secara konkret melalui tanda dan citra sebagai mediumnya.

Masing-masing gaya hidup berbicara melalui tanda dan citra yang dikenakan,

misal, penggemar barang-barang bermerek, yang mereka kenakan sehingga citra

sebagai penggemarbarang-barang bermerekmelekat pada diri mereka.

Selanjutnya, selera menunjukkan tingkat sensibilitas seorang individu atau

kelompok dalam memberikan penilaian dan pemilihan terhadap objek-objek.

Gaya hidup merupakan sebuah rangkaian atau proses sosial panjang yang

melibatkan modal, kondisi objektif, habitus, disposisi, praktik, gaya hidup, sistem

(26)

Gaya hidup merupakan sebuah proyek refleksif dan penggunaan fasilitas

konsumen secara sangat kreatif. Sebagai makhluk sosial, manusia mendapati

dirinya berada dalam lingkungan sosial yang menempatkannya untuk berinteraksi

dengan orang lain. Melalui interaksi sosial manusia secara aktif menyusun dan

memilih pola tindakannya, seperti diungkapkan oleh Goffman bahwa manusia

ibarat berada di atas panggung. Ia ingin ditonton sekaligus menjadi penonton. Ia

selalu mempelajari dan memikirkan bagaimana menampilkan dirinya dalam

lingkungan budayanya, karena itulah manusia menjalani sebuah proses berpikir

yang berkelanjutan dan mampu mengelola makna dan simbol sebagai bagian

pencarian identitas dirinya. Dimana dituntut untuk memiliki modal-modal

tertentu yang dapat membuatnya hidup secara baik dan bertahan di dalam

lingkungan budayanya.

Bourdieu mengemukakan beberapa modal yaitumodal ekonomi, modal

pendidikan, modal simbolik, dan modal kultural yang sangat menentukan kondisi

objektif seseorang di dalam masyarakat. Ia menekankan habitus sebagai segala

perlengkapan gaya hidup yang ditampilkan seseorang dalam ruang sosial yang

akan mengarahkan individu untuk memilih gaya hidup tertentu berdasarkan

kondisi dan realitas sosial.

Dalam gaya hidup, seseorang memerlukan habitus yang memberinya

strategi dan kerangka tingkah laku yang memungkinkannya menyesuaikan diri

dan beradaptasi dengan lingkunganya. Misalnya, mahasiswa dituntut memiliki

perwujudan habitus berupaintelektual di lingkungan kampusnya.

Gaya hidup pada masyarakat modern membuat gaya syarat akan

(27)

benda-benda begitu pesat. Selain itu, kompleksitas benda-benda juga sarat sekali

dengan simbol-simbol yang mencirikan sebuah gaya hidup, citra diri, dan identitas

diri tertentu. Proses pencarian manusia akan gaya hidup membuat manusia

menghasrati gaya hidup tertentu, obrolan tertentu, kepemilikan tertentu,

komunitas pergaulan tertentu, agar ia dapat hidup seperti manusia umumnya

sambil mencoba mendefinisikan identitas dirinya, dimana pola hidup seseorang di

dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup

menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan

lingkungan.

Bourdieu juga mengungkapkan bahwa dalam gaya hidup ada interaksi

yang menunjukkan identitas individu tersebut. Apa yang melekat pada diri

individu menunjukkan gaya hidup yang ada dalam kehidupannya. Modal yang

dimiliki dapat menciptakan gaya hidup yang diinginkannya, jugadipengaruh dari

media, status sosial bukan didefenisikan dari kedudukan seseorang dalam

kelompok atau kelas sosial, melainkan dari apa yang mereka komsumsi, misalnya,

perbedaan hasrat gaya hidup antarkelas sosial maupun kelompok muncul dalam

pilihan mengenai hal-hal seperti cara berbusana, cara mengisi waktu luang, dan

selera musik memberi tanda mengenai kedudukan dan mempertahankan struktur

sosial yang ada sebelumnya.

2.1.1. Bentuk-Bentuk Gaya Hidup a. Industri Gaya Hidup

Industri gaya hidup adalah tubuh atau diri dan kehidupan sehari-haripun menjadi

sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. Itulah sebabnya industri gaya hidup

(28)

b. Iklan Gaya Hidup

Iklan gaya hidup adalah membentuk budaya citra dan budaya cita rasa dimana

gempuran iklan yang menawarkan gaya visual yang kadang-kadang mempesona.

Iklan mempresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara halus, arti

pentingnya citra diri untuk tampil dimuka publik. Iklan juga perlahan tapi pasti

mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat.

c. Public Relations dan JournalismeGaya Hidup

Pemikiran mutakhir dalam dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa

dalam berbasis-selebriti, para selebriti membantu dalam pembentukan identitas

dari para konsumen komtemporer. Dalam budaya konsumen, identitas menjadi

suatu sandaran “aksesori fashion” . wajah generasi baru yang dikenal sebagai

anak-anak generasi selanjutnya, menjadi Universitas Sumatera Utara, sekarang ini

dianggap terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti, cara mereka

berselancar di dunia maya (internet), cara mereka gonta-ganti busanauntuk

jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka digunakan demi momen untuk

membantu konsumen dalam parade identitas.

d. Gaya Hidup Mandiri

Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu yang

lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan

kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan

tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi.

(29)

memahami bentuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko

dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya

hidup mandiri, budaya konsumenrisme tidak lagi memenjarakan manusia.

Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara

bertanggung jawab, serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk

menunjang kemandirian tersebut.

e. Gaya Hidup Hedonis

Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari

kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih

banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal

yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup a. Faktor Internal

Faktor internal faktor yang berasal dari dalam, yang terdiri dari beberapa macam,

yaitu:

1. Sikap

Sikap berarti suatu keadaan jiwadan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk

memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui

pengalaman dan mempengaruhi secara langsungpada perilaku. Keadaan jiwa

tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan

lingkungannya.

2. Pengalaman dan pengamatan

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dan tingkah laku,

(30)

dipelajari, melalui belajar orang akan memperoleh pengalaman. Hasil dari

pengalaman sosial akan membentuk pandangan terhadap suatu objek.

3. Kepribadian

Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang

menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.

4. Konsep diri

Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri

sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan

hubungan konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu

memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri

sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam

menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of

reference yang menjadi awal perilaku.

5. Motif

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan

kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif

seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya

hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.

6. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan

mengintrepetasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti

mengenai dunia.

(31)

Faktor eksternal faktor yang berasal dari luar, yang terdiri dari beberapa macam,

yaitu :

1. Kelompok Referensi

Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau

tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang

memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut

menjadi anggotanyadan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang

memberikan pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak

menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan

menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.

2. Keluarga

Keluarga memegang peranan terbesar dalam pembentukan sikap dan perilaku

individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak

secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.

3. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama

dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang dan para

anggota dalam setiap jenjng itu memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang

sama.

Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam

masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya

tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta

kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha

(32)

aspek dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan peranan.

4. Kebudayaan

Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,

adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota

masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola

perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.

2.2. Gaya Hidup Mahasiswa

Mahasiswa menempati lapisan sosial yang cukup elit, yaitu sebagai

golongan terpelajar yang dapat menunjukkan statusnya melalui gaya hidup

tertentu. menyinggung tentang gaya hidup mahasiswa Indonesia saat ini.

MenurutHikmat Budiman, 2002: 26.

Mahasiswa saat ini adalah, generasi multitasking, sebuah generasi yang

tidak lagi terlampau dibebani oleh imperatif-imperatif lama yang menganjurkan

pilihan-pilihan terbatas: memilih yang satu berarti harus menolak lainnya;

kalauseorang aktivis, otomatis harus mengenal teori-teori Marxis; maka harus

antikapitalis sampai ke lubuk hati dan kamar mandi; kalau saya menentang

kapitalis saya harus, minimal pada level gagasan, menolak diskotik, musik pop,

fashion, handphone, café atau shopping mall.

Menurut beliau, generasi mahasiswa saat ini cenderung bersifat

multitasking, melaksanakan tugas yang berbeda secara bersama-sama, tanpa harus

bersikap kaku dan terbatas pada satu pilihan saja. Mahasiswa mungkin peduli

pada berbagai permasalahan sosial politik, menjadi aktivis dan berdemo di

(33)

populer. Di satu sisi ia bisa turun ke jalan berdemo menentang kapitalisme atau

neoliberalisme namun ia sendiri juga menghasrati fenomena-fenomena budaya

populer pada umumnya, menggunakan perlengkapan teknologi terbaru, mengikuti

gaya fashion tertentu, tontonan atau bacaan tertentu, dan sebagainya.

Gaya hidup dalam arus kultur kontemporer memunculkan 2 hal yang sama

sekaligus berbeda, yaitu alternatif dan diferensiasi. Keduanya bisa saja memiliki

esensi yang sama tetapi berbeda manifestasi eksistensinya. Alternatif mengarah

pada resistensi atau perlawanan terhadap arus budaya mainstream, sedangkan

diferensiasi adalah mengikuti arus budaya mainstream namun tetap membangun

identitas yang berbeda dari yang lain(Audifax dalam Alfathri Adlin, 2006: 92).

2.3. Teori Kognitif Jean Piaget

Teori kognitif dari Jean Piaget masih tetap diperbincangkan dan diacu

dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira

permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek

struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu.

Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil

kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil

interaksi diantara keduanya.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu :

1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf

2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan

dunianya

3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam

(34)

4) ekualibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri

organisme agar dia selalu mampu mempertahankan keseimbangan dan

penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

Sistem yang mengatur dari dalam mempunyai dua faktor, yaitu skema dan

adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang

diperhatikan oleh organisme yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang

sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian

terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan akomodasi.

Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses

perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang

berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir

menggunakan hipotesis-hipotesis. Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa

organisme bukanlah agen yang pasif dalam perkembangan genetik.

Perubahan genetik bukan peristiwa yang menuju kelangsungan hidup

suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya

interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam responnya organisme

mengubah kondisi lingkungan, membangun struktur biologi tertentu yang ia

perlukan untuk tetap bisa mempertahankan hidupnya. Perkembangan kognitif

yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan. Dari hasil

penelitiannya, Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan

lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk :

1. beradaptasi

(35)

untuk memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat empat

konsep dasar, yaitu sebagai berikut :

2.3.1.Skema

Istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat

menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan

untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan.

Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk

mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara

intelektual.Adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan

akomodasi

2.3.2. Asimilasi

Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang

mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yang ada

atau tingkah laku yang ada.

Asimilasi berlangsung setiap saat,seseorang tidak hanya memproses satu

stimulus saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi

tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi mempengaruhi

pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses

kognitif, denga proses itu individu secara kognitif mengadaptasi diri terhadap

lingkungan dan menata lingkungan itu.

2.3.3. Akomodasi

Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau

pengubahan skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling

(36)

Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan kognitif. Antara asimilasi

dan akomodasi harus ada keserasian yang disebut Piaget adalah

keseimbangan.Untuk keperluan pengkonseptualisasian pertumbuhan kognitif atau

perkembangan intelektual, Piaget membagi perkembangan ini ke dalam 4 periode

yaitu :

1. Periode Sensori motor (0-2,0 tahun)

Pada periode ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak

menggunakan sistem penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu

mengenal obyek.

2. Periode Pra operasional (2,0-7,0 tahun)

Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru

atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan

simbolisasi.

3. Periode konkret (7,0-11,0 tahun)

Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi.

Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu

memecahkan masalah secara logis.

4. Periode operasi formal (11,0-dewasa)

Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan

struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis

masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran

ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.

Piaget mengemukakan bahwa ada 4 aspek yang besar yang ada

(37)

1. Pendewasaaan atau kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan

syaraf.

2. Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan

benda-benda dan stimulus-stimulus dalam lingkungan tempat ia beraksi terhadap

benda-benda itu.

3. Interaksi social, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu

4. Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja untuk

menyelesaikan peranan pendewasaan, penglaman fisis, dan interaksi

sosial.

Menurut beliau, dimana mahasiswa harus dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan sesuai dengan kedewasaannya, sehingga dapat berinteraksi dengan

individu lainnya, dalam membangun kesimbangan terhadap pergaulan yang di

kembangkan oleh setiap individu, dimana akan menimbulkan hubungan yang baik

sesuai dengan norma dan aturan di setiap pergaulan mahasiswa. Sekalipun

mahasiswa tersebut menjadi asimilasi terhadap apa yang dilihat dalam

lingkungannya, tidak masalah, asalkan sesuai dengan kaidah dan aturan.

2.4.Defenisi Operasional

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk di pelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal yang

diteliti tersebut. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiono, 2007).

(38)

1. Kost adalah sebuah

dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode tertentu

(umumnya pembayaran per

2. Kost bebas adalah tempat tinggal yang tidak memiliki pengawasan dari

pemilik kost, yang tidak ada peraturan yang diterapkan dalam kost, dimana

dalam kost tersebut mahasiswa bebas membawa siapa saja kedalam

kostnya.

3. Kost terikat adalah tempat tinggal mahasiswadimana kost tersebut dikontrol

oleh pemilik kost dan memiliki peraturan yang harus dijalankan

mahasiswa.

4. Mahasiswa kost adalah mahasiswa yang menyewa rumah atau kamar, yang

masih aktif dalam kegiatan kampus, yang berada disekitar daerah Padang

Bulan Medan.

5. Lingkungan adalah sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan

perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dalam hal ini adalah

lingkungan tempat tinggal mahasiswa (kost).

Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel

terikat dalam penelitian ini adalah gaya hidup mahasiswa. Gaya hidup terdiri atas

modal, kondisi objektif, habitus, disposisi, sistem tanda dan selera menurut Pierre

(39)

1. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari individu atau segolongan

manusia di dalam masyarakat yang menghabiskan waktu, uang, diri sendiri.

2. Modal merupakan sumber dana yang dimiliki mahasiswa untuk hidup kost.

3. Kondisi objektif adalah keadaan pendapatan orang tua mahasiswa

4. Habitus adalah kebiasaan yang dilakukan oleh mahasiswa setelahselesai

kegiatan kuliah, misalnya istrahat di kost, berolahraga, main game on line.

5. Disposisi adalah kemampuan mahasiswa untuk membeli atau mengikuti

gaya hidup yang trend, dalam hal ini mahasiswa memakai barang-barang

yang tren.

6. Selera merupakan keinginan mahasiswa untuk mengikuti perubahan gaya

hidup di lingkungannya.

7. Mahasiswa adalah generasi muda penerus bangsa yang paling lama

menempuh pendidikan akademik. Dalam hal ini mahasiswa Sosiologi Fisip

Usu stambuk 2008 sampai stambuk 2010.

8. Kampus adalahsebuah

kumpulan gedung-gedu

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggabungkan penelitian kuantitatifdengan menggunakan metode

deskriptif,yaitu metode yang berusaha untuk menggambarkan, meringkas

berbagai kondisi, situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di

tengah-tengah masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik

realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau

gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tetentu (Burhan Bungin,

2007 : 68).

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

PolitikUniversitas Sumatera Utara yang berada di Jl. Dr. Sofyan No. 1, Padang

Bulan Medan, karena sehubungan dengan masalah yang telah diuraikan diatas.

Adapun alasan lain pemilihan lokasi ini, adalah :

a. Ingin terfokus kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

b. Lokasi menurut si peneliti dinilai sangat strategis karena merupakan

lokasi kampus si peneliti, sehingga peneliti dapat lebih mudah untuk

mengatur dan juga dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan selama

(41)

3.3.Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian dan dapat menjadi

sumber data penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

seluruh mahasiswaSosiologiFISIP USU mulai dari stambuk 2008 sampai 2010

yang aktif dalam perkuliahan dan memilih menyewa tempat tinggal atau kost.

Jumlah mahasiswa Sosiologi FISIP USU stambuk 2008 sampai 2010 adalah 209

orangdan jumlah mahasiswa yang kost sebanyak 120 orang. (Data Bagian

Pendidikan FISIP USU Tahun 2010).

3.3.2 Teknik Pengambilan Besaran Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Oleh karena itu,

sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan

populasi itu sendiri. Peneliti mengambil sampel dengan cara melakukan Sampling

Quota yaitu teknik mengambil atau menarik sampel dari populasi dengan cara

mencari sejumlah unsur yang paling mudah namun memiliki karakteristik yang

diinginkan. Di dalam sampling quota ditetapkan jumlah tertentu untuk setiap

strata, kemudian dari setiap strata tersebut peneliti menetapkan siapa saja yang

akan ditetapkan menjadi sampel sampai sejumlah yang dikendaki.

Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tersebut di atas, maka

digunakan rumus Taroyamane dengan presisi 10% dan dengan tingkat

kepercayaan 90% (Rahmat, 1997).

n = N N (d)² + 1

Keterangan: n = sampel

(42)

d = Presisi 10% atau 0,1

Berdasarkan data yang ada maka peneliti ini memerlukan sampel

sebanyak:

n = N N (d)² + 1

n = 120 120 (0,1)² + 1

n = 120 120(0,01) + 1

n = 120 1,2+ 1

n = 120 2,2

n = 54, 55

n = 55 orang

3.4. Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam

penelitian.Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah informan

kunci dan informan biasa. Informan kunci terdiri dari, yaitu :

• Mahasiswa FISIP USU yang berstatus kost stambuk 2008 sampai

2010 jurusan sosiologi

Sedangkan informan biasa terdiri dari, yaitu :

• Ibu/Bapak kos

3.5.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, tehnik

(43)

3.5.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data dan sumber

pertama dari lapangan. Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini

dilakukan dengan mengadakan studi lapangan, melakukan penelitian ke

tempat-tempat kost mahasiswa FISIP USU stambuk 2008 sampai 2010.

3.5.1.1. Observasi Partisipan

Yaitu peneliti mengadakan pengamatan secara langsung, serta ikut

berpatisipasi secara langsung mengambil bagian dalam objek penelitian untuk

memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini,

peneliti mengamati langsung gaya hidup mahasiswa kost di Fakultas FISIP USU,

yaitu gaya hidup berpakaian, penampilan, kepemilikan barang seperti

barang-barang tekhnologi canggihmeliputi Laptop dan ponsel keluaran terbaru serta

barang-barang yang bermerek.

3.5.1.2. Wawancara Terstruktur dan Wawancara Terbuka

Adapun jenis wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah wawancara terstruktur dan wawancara terbuka. Wawancara terstruktur

adalah bila peneliti telah menegetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

diperoleh, dimana peneliti sudah menyiapkan instrumen penelitian berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban. Sedangkan wawancara

terbuka adalah wawancara berdasarkan pertanyaan yang tidak terbatas (terikat)

jawabanya.

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yaitu, dengan

(44)

dari beberapa buku-buku referensi, dokumen majalah, jurnal, maupun data yang

di peroleh dari internet yang dianggap relevan serta berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti. Oleh karena itu, sumber data sekunder diharapkan

dapat berperan membantu mengungkapkan data yang diharapkan, membantu

memberi keterangan sebagai pelengkap dan bahan pembanding (Bungin,

(45)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS DATA 4.1.Deskriptif Lokasi Penelitian

4.1.1.Sejarah Universitas Sumatera Utara

Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan

berdirinyaYayasan Universitas Sumatera utara pada tanggal 4 Juni 1952.

Pendirian yayasan ini di pelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi

keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia

umumnya. Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang ketuai langsung

oleh Gubernur Sumatera Utara, dengan susunan sebagai berikut : Abdul Hakim

(Ketua), Dr T. Mansoer (Wakil ketua), Dr Soermarsono (Sekretaris/Bendahara), Ir

R. S. Danunagoro, Drh. Sahar, Drg. Oh Tjie Lien, Anwar Abubakar, Madong

Lubis, Dr Maas, J. Pohan, Drg. Barlan, dan Soetan Pane Paruhum (Anggota ).

Sebenarnya hasrat untuk mendirikan perguruan tinggi di Medan telah

mulai sejak sebelum perang Dunia II, tetapi tidak disetujui oleh pemerintah

Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang

terkemuka di Medan termasuk Dr Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat

rancangan perguruan tinggi kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia,

pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai Ketua Panitia,

setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul

Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera

Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah Universitas di daerah ini.

Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian

(46)

Dr Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro, dan Sekretaris Mr. Djaidin Purba. Selain dean

pimpinan yayasan, organisasi USU pada awal berdirinya terdiri dari : Dewan

Kurator, Presiden Universitas, Majelis Presiden dan Assesor, Senat Universitas,

dan Dewan Fakultas. Sebagai hasil kerja sama dan bantuan moril dan materil dari

seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah

Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas

Kedokteran di jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya

dua orang wanita.

Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Huku dan Pengetahuan Masyarakat

(1954), Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan (1956), dan Fakultas Pertanian

(1956). Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden R.I. Dr.

Ir. Soekarno menjadi Universitas Negeri yang ketujuh di Indonesia. Pada tahun

1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di kutaraja (Banda

Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I. Kemudian disusul

berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (1960) di Banda Aceh.

Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari lima Fakultas di Medan dan dua

Fakultas di Banda Aceh. Selanjutnya menyusul Fakultas Kedokteran Gigi(1961),

Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (1965),

Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1982), sekolah Pascasarjanan (1992).

Fakultas Kesehatan Masyarakat(1993), Fakultas Farmasi (2007) dan Fakultas

Psikologi (2008) dan Fakultas Keperawatan (2009).

Pada tahun 2003, USU berubah status dari suatu perguruan tinggi negeri

(47)

(BHMN).Perubahan status USU dari PTN menjadi BMHN merupakan yang

kelima di Indonesia.Sebelumnya telah berubah status UI, UGM, ITB dan IPB

pada tahun 2000. Setelah USU disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR

(2006). Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah

menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas

Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas Ekonomi dan

Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan USU di Banda Aceh. Kemudian

disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan

(1964), yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED)

yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USU. Setelah itu,

berdiri Politeknik Negeri Medan (1999), yang semula adalah Politeknik USU.

Struktur organisasi USU sebagai PT-BHMN terdiri dari : Majelis Wali

Amanat (MWA), Dewan Audit, Unit Usaha Komersial, Senat Akademik,

Pimpinan Universitas (Rektor dan Pembantu Rektor), Dewan Guru Besar (DGB),

Sekretaris Eksekutif, Satuan Audit Internal, dan Satuan Penjaminan Mutu

(organisasi sentral);Fakultas, Sekolah Pasacasarjana, dan Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat (unsur pelaksana akademik); Biro Akademik,

Biro Sumber Daya Manusia, Biro Keuangan, Biro Kemahasiswaan dan

Kealumnian, Biro Perencanaan dan Kerjasama, dan Biro Pengembangan dan

Pemeliharaan Aset (unsur pelaksana administratif);danPerpustakaan dan Sistem

Informasi, Pelayanan dan Pengembangan Pendidikan, Unit Usaha Non Komersial,

(48)

Visi, Misi, dan Tujuan Universitas Sumatera Utara

Visi Universitas Sumatera Utara adalah University for Industry

Misi Universitas Sumatera Utara adalah

1. Mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat akademik dan

profesional dalam menerapkan, mengembangkan pengetahuan ilmiah,

teknologi dan seni, serta berdaya saing tinggi.

2. Memperluas partisipasi dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan

nasional dalam pembelajaran dan modernisasi cara pembelajaran.

3. Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan ilmiah, teknologi,

seni, dan rancangan penerapannya untuk mendukung produktivitas dan

daya saing masyarakat.

Tujuan Universitas Sumatera Utara adalah

1. Memperluas partisipasi dalam pelayanan pendidikan bagi masyarakat

dalam mendukung pemenuhan pendidikan nasional serta memodernisasi

cara pembelajaran.

2. Meningkatkan partisipasi aktif dalam pengembangan ilmiah, teknologi dan

seni/budaya serta kemanusiaan.

3. Mengembangkan pusat informasi serta sistem teknologi komunikasi dan

sistem penjaminan mutu yang handal.

4. Membangun sistem tata pamong universitas yang efektif, efisien dan

demokratis.

(49)

6. Memperkuat departemen dalam pengelolaan disiplin silang antar

departemen/program studi.

7. Membangun kemampuan pendanaan sendiri melalui kerjasama/kemitraan

dalam usaha-usaha ventura.

8. Mengembangkan kemampuan dalam memasarkan produk-produk

pengetahuan ilmiah, konsep-konsep, pemecahan masalah industrial, jasa

tenaga ahli, dan lain-lain.

9. Membangun pendekatan baru dalam pembelajaran yang berfokus kepada

pembelajaran sesuai kebutuhan (demand-driven learning system)

4.1.2.Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP ) Universitas Sumatera Utara

merupakan fakultas kesembilan di lingkungan Universitas Sumatera Utara.

Kelahiran Fakultas ini tidak jauh berbeda dengan Fakultas lainnya di lingkungan

Universitas Sumatera Utara. Pada awalnya pendiriannya (1980), fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara masih mrupakan jurusan

pengetahuan Masyarakat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Setahun kemudian jurusan Pengetahuan Masyarakat berubah menjadi Jurusan

Ilmu-ilmu Sosial (IIS).

Pada tahun 1982, jurusan Ilmu Sosial resmi menjadi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, dengan menggunakan gedung perkuliahan diFakultas

Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Sumatera Utara. Dalam proses

pengembangannya, jurusan yang ada di FISIP USU tidak dibuka sekaligus. Hal

(50)

pengajar yang dibutuhkan sesuai dengan bidangnya. Oleh karenanya, pada tahun

ajaran 1980/1981, FISIP USU hanya membuka dua jurusan yaitu :

1. Jurusan Ilmu Komunikasi

2. Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Barulah pada tahun ajaran 1983/1984, FISIP USU membuka jurusan

lainnya, yaitu :

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Kesejahteraan Sosial dan menerima jurusan Antropologi dari

Fakultas Sastra.

Sesuai dengan SK Mendikbud RI No. 0535/083 Tahun 1983 tentang

jenis dan jumlah Jurusan pada Fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara,

dinyatakan bahwa FISIP USU mempunyai enam jurusan, yaitu :

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Kesejahteraan Sosial

3. Jurusan Antropologi Sosial

4. Jurusan Ilmu Administarsi Negara

5. Jurusan Ilmu Komunikasi

6. Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)

Jurusan MKDU akhirnya diputuskan untuk diserahkan pengelolaanya

diluar FISIP USU dengan pertimbangan bahwa jurusan tersebut bukan suatu

disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan mengelola mata kuliah yang

termasuk pada kelompok Mata Kuliah Dasar Umum. Sejalan dengan

perkembangan dan kebutuhan masyarakat serta pemerintah daerah dan didukung

(51)

No. 108/Dikti/Kep/2001 tanggal 30 April 2001 menambah suatu program studi

baru yaitu Ilmu Politik. Dengan demikian, hingga saat iniada enam jurusan yang

berada dibawah naungan FISIP USU.

Era otonomi yang mulai bergulir sejak dikeluarkannya UU No.22 tahun

1999 dan direvisi lagi dengan UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah

menuntut Perguruan Tinggi, termasuk Universitas Sumatera Utara untuk

menyediakan tenaga-tenaga pemikir dan penelitian berkaitan dengan berbagai

perubahan dan terobosan yang akan dilakukan bagi percepatan pembangunan,

baik secara konseptual teoritik maupun empirik.

1. Visi

Visi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

adalah :menjadi pusat pendidikan dan rujukan bidang-bidang ilmu sosial dan

politik di wilayah barat

2. Misi

• Menghasilkan alumi dengan skala kualitas global dan

menjadi pusat riset, kajian dalam studi ilmu sosial.

• Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan

seluruh stakeholder dan mitra pendidikan. Misi ini

berhubungan dengan fungsi relasi yang harus dibangun oleh

Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utarasebagai suatu organisasi profesional pendidikan. Bentuk

kolaborasi dengan organisasi lain perlu dijajaki dengan sikap

open minded dan profesional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(52)

peluang kerjasama yang ditawarkan atau malah mampu

menawarkan kerjasama tersebut pada pihak lain.

• Membentuk lingkungan kerja sehat, harmonis dan profesional

bagi staf dan mitra kerja. Misi ini berhubungan dengan

azasprofesionalitas dalam menjalankan pekerjaan.

Lingkungan dan suasana kerja yang dibangun harus

memperhatikan situasi fisik dan psikologis seluruh sivitas

akademik. Harus ada mekanisme yang mampu membangun

suasana tersebut. Prinsip profesionalisme juga harus

didukung dengan prinsip persaudaraan dan pertemanan

(makan positif ) dengan kemampuan bisa menempatkan dan

menjalankan fungsi masing-masing.

• Menjadi institusi bagi kepentingan publik. Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sangat

potensial sebagai institusi pendidikan yang membawa misi

diatas dengan melihat pengalaman-pengalaman yang telah

dilalui oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Tujuan dan Sasaran

1. Melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi yang berorientasi pada

manejemen organisasi modern.

2. Meningkatkan dan memberdayakan dukungan dana dan peraturan

secara optimal untuk dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan

Gambar

Gambar 2
Tabel 9
Gambar 14
Gambar 20 Membeli barang karena kebutuhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

agresif remaja. Oleh karena itu rumusan masalah utama penelitian ini adalah: “Bagaimana efektivitas konseling analisis transaksional untuk mengurangi perilaku

Sebagai sumber informasi ilmiah kepada pihak yang membutuhkan, khususnya masyarakat tentang pengaruh konsentrasi gula dan lama penyimpanan terhadap mutu manisan basah batang

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa interaksi konsentrasi gula dan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap larutan

SMAN 1 SUMBER KAB.REMBANG Bahasa dan Budaya 23. SMAN 1

Penelitian Trisnaningsih (2007) menemukan bawa pemahaman good governance tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor, melainkan berpengaruh tidak langsung melalui

Dalam pengelolaan wilayah sungai diperlukan adanya pemahaman mengenai batas daerah sempadan yang merupakan kawasan kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk

Berkait dengan definisi konseptual ini dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud sikap terhadap model cooperative learning adalah kecenderungan untuk bertindak/bereaksi

[r]