• Tidak ada hasil yang ditemukan

Folikel Kuning Telur dan Organ Dalam Puyuh yang Diberi Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Difermentasi Rhizopus oligosporus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Folikel Kuning Telur dan Organ Dalam Puyuh yang Diberi Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Difermentasi Rhizopus oligosporus"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN

FITRI AGUSTINI SANTOSA. D24080385. 2012. Folikel Kuning Telur dan Organ Dalam Puyuh yang DiberiBungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Difermentasi Rhizopus oligosporus. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sumiati, M.Sc. Pembimbing Anggota : Ir. Lilis Khotijah, M.Si.

Bungkil biji jarak pagar (BBJP) merupakan produk samping dari biofuel yang mengandung protein tinggi (24,6%), sehingga bungkil biji jarak pagar ini berpotensi sebagai bahan pakan ternak sumber protein. Bungkil biji jarak pagar (BBJP) menyediakan semua asam amino esensial dalam jumlah yang cukup, kecuali lisin. Pemanfaatan BBJP menjadi tidak optimal akibat dari racun berupa phorbolester dan curcin, serta antinutrisi berupa asam fitat, inhibitor tripsin, dan saponin dalam bungkil biji jarak pagar. Adanya racun phorbolester dapat menghambat sintesis protein dan merusak jaringan, sedangkan curcin dapat menghambat sistem metabolisme tubuh. Antinutrisi asam fitat dapat berikatan dengan mineral, sehingga dapat menyebabkan ketersediaan mineral di dalam tubuh menurun. Efek dari inhibitor tripsin dapat menyebabkan kecernaan protein menurun, sedangkan saponin meningkatkan permeabilitas sel mukosa usus halus yang berakibat pada penghambatan transport nutrisi aktif. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menurunkan atau menghilangkan racun dan antinutrisi BBJP. Detoksifikasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan fermentasi menggunakan Rhizopus oligosporus. Teknik pengolahan menggunakan jamur tempe ini mudah diaplikasikan peternak. Enzim-enzim yang dihasilkan Rhizopus oligosporus diharapkan dapat menurunkan kadar racun dan antinutrisi, serta meningkatkan kualitas nutrisi bungkil biji jarak pagar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh pemberian bungkil biji jarak pagar difermentasi Rhizopus oligosporus dalam ransum terhadap folikel kuning telur, persentase bobot organ dalam, dan panjang relatif saluran pencernaan burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica).

Penelitian ini menggunakan 150 ekor puyuh periode layer umur 9 minggu Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan dengan 10 ekor puyuh tiap ulangan. Data dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan data yang berbeda nyata diuji lanjut dengan uji jarak Duncan. Peubah yang diamati adalah folikel kuning telur (jumlah dan bobot), persentase bobot organ dalam (jantung, hati, proventrikulus, gizzard, ginjal, limpa, usus halus, seka, dan usus besar) dan panjang relatif (usus halus, seka, dan usus besar).

(2)

(P<0,05) meningkatkan bobot gizzard dibandingkan ransum tanpa bungkil biji jarak pagar (BJ0). Pemberian BBJP fermentasi 9% dalam ransum (BJ9) nyata (P<0,05) meningkatkan bobot usus halus dibandingkan ransum tanpa bungkil biji jarak pagar (BJ0). Pemberian ransum mengandung BBJP fermentasi 9% nyata (P<0,05) meningkatkan bobot dan panjang relatif seka dibandingkan ransum tanpa bungkil biji jarak pagar (BJ0). Penggunaan bungkil biji jarak pagar difermentasi Rhizopus oligosporus sampai taraf 12% menurunkan jumlah folikel kuning telur yang dibentuk.

Kata-kata kunci : bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L.), organ dalam,puyuh,

(3)

ABSTRACT

Yolk Follicle and Giblets of Quails Fed Fermented Jatropha Curcas Seed Meal Using Rhizopus oligosporus

Santosa, F. A., Sumiati., L. Khotijah

Jatropa curcas seed meal (JCSM) is by product of biofuels that contains high crude protein (24.6%). However, the utilization of JCSM as feed ingredient is limited by the presence of antinutrients factor, such as curcin and phorbolester. This antinutrients could interferes body protein synthesis. Detoxification is needed to optimize the meal utilization. The purpose of this study was to evaluate the effects of feeding fermented JCSM using Rhizopus oligosporus on follicle and giblets of quails. The research used 150 of 9 weeks of age quails and were reared during 7 weeks. The treatment diets were BJ0 (diet without JCSM), BJ3 (diet containing 3% fermented JCSM), BJ6 (diet containing 6% fermented JCSM), BJ9 (diet containing 9% fermented JCSM), and BJ12 (diet containing 12% fermented JCSM). The parameters observed were follicle (quantity and weight), the weight percentage of giblets (liver, heart, gizzard, spleen, proventriculus, small intestine, colon, and ceca), and length percentage of intestine. This experiment used Completely Randomize Design with 5 treatments and 3 replications. The data were analysed using Analyses of Variance (ANOVA). The results showed that feeding fermented JCSM up to 12% significantly (P < 0.05) decreased the quantity of the follicle.

(4)

1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ternak puyuh merupakan salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat. Puyuh dapat dimanfaatkan sebagai penghasil telur dan daging. Puyuh mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap penyakit dan mudah dalam pemeliharaannya. Populasi ternak puyuh tahun 2009, 2010, dan 2011 berturut-turut adalah 7.542.757, 7.053.576, dan 7.055.537 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011). Ketersediaan pakan berkualitas yang aman bagi ternak dan cukup sepanjang tahun merupakan upaya peningkatan produktivitas dan kualitas ternak puyuh.

Harga bahan pakan sumber protein yang berkualitas tinggi semakin mahal akibat meningkatnya harga bahan baku impor, seperti tepung ikan dan bungkil kedelai. Hal ini menyebabkan pemanfaatan bahan baku lokal semakin dibutuhkan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak dengan cara mengoptimalkan limbah pertanian atau perkebunan.

(5)

2 Pengolahan fisik dilakukan dengan pemanasan menggunakan autoclave (121 ºC, 30 menit), pengolahan kimiawi dengan penambahan NaHCO3, dan pengolahan biologis

dengan cara fermentasi. Pengolahan bungkil biji jarak pagar pada penelitian ini dilakukan dengan fermentasi menggunakan Rhizopus oligosporus. Menurut Belewu dan Sam (2010), R. oligosporus dapat meningkatkan protein kasar dan menurunkan racun bungkil biji jarak pagar berupa phorbolester dan curcin, serta antinutrisi berupa inhibitor tripsin, saponin, dan asam fitat. Han et al.(2003) menyatakan bahwa

R. oligosporus menghasilkan enzim protease, lipase, glutaminase, α-amylase, dan α -galactosidase. Enzim-enzim yang dihasilkan R. oligosporus diharapkan dapat menurunkan kadar racun dan antinutrisi, serta meningkatkan kualitas nutrisi bungkil biji jarak pagar.

Tujuan

(6)

3

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak Pagar

Tanaman jarak termasuk ke dalam famili Eurphobiaceae yang merupakan bahan baku biodiesel. Jarak pagar kaya akan minyak dan protein. Bahan baku biodiesel diperoleh dari ekstraksi minyak dari biji jarak pagar. Limbah berupa bungkil biji jarak pagar merupakan hasil dari pengolahan ekstraksi biji jarak pagar dan berpotensi digunakan sebagai bahan pakan ternak setelah diekstrasi (Devappa et al., 2010). Klasifikasi tanaman jarak pagar menurut Hambali et al. (2006) yaitu: Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Subkelas : Rosidae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha curcas Linn.

Menurut Hambali et al. (2006), produktivitas jarak pagar mencapai 2-4 kg biji/pohon/tahun. Populasi tanaman setiap 1 ha lahan dengan 2.500 pohon menghasilkan 5-10 ton biji dalam setahun. Rendemen minyak pada jarak pagar sekitar 30%, maka setiap ha lahan potensi bungkil biji jarak pagar bisa mencapai 3,5-7 ton/tahun. Tanaman jarak pagar disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

(7)

4

Bungkil Biji Jarak Pagar

Produksi biji jarak pagar di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 7081 ton. Potensi bungkil biji jarak pagar di Indonesia mencapai 4.956,7 ton/tahun dengan kandungan bungkil biji jarak pagar sebesar 70% dari biji jarak pagar (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011). Bungkil biji jarak pagar berkulit memiliki kandungan protein kasar yang tinggi yaitu 24,6%, sehingga bungkil biji jarak pagar ini sangat potensial sebagai pakan ternak sumber protein (Akintayo, 2004). Bungkil biji jarak pagar dapat menyediakan semua asam amino esensial dalam jumlah yang cukup dibandingkan referensi asam amino menurut FAO (Food and Agriculture Organization) untuk anak umur 3-5 tahun, kecuali lisin (Makkar et al., 1998; Martinez-Herrera et al., 2006; Selje-Assmann et al., 2007). Keseimbangan asam amino esensial pada bungkil biji jarak pagar dapat digunakan oleh anak masa pertumbuhan untuk memenuhi kebutuhan asam amino di dalam tubuh. Komposisi asam amino esensial bungkil biji jarak pagar (BBJP) dan referensi asam amino FAO untuk anak umur 3-5 tahun disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Asam Amino Esensial Bungkil Biji Jarak Pagar (BBJP) dan Referensi Asam Amino FAO untuk Anak Umur 3-5 Tahun

(8)

5 Phorbolester

Menurut Makkar dan Becker (1997), konsentrasi phorbolester pada biji jarak pagar merupakan racun utama yang berperan dalam toksisitas yang dimiliki oleh biji jarak pagar. Struktur kimia phorbolester disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Kimia Phorbolester

Sumber : http://www.highfiber.com/~galenvtp/vtlphrbl.htm

Menurut Goel et al. (2007), phorbolester dapat menyebabkan efek biologis yang luar biasa walaupun dalam konsentrasi rendah. Phorbolester merupakan pemacu terjadinya tumor karena menstimulasi PKC (Protein Kinase C), sehingga dapat mempengaruhi penyaluran sinyal dan perkembangan sel, merusak jaringan, serta berbagai efek biologis yang kuat terhadap berbagai organisme. Aktivitas biologi PKC (Protein Kinase C) mengalami perubahan pada proses fosfolipid, sintesis protein, aktivitas enzim, sintetis DNA, posporilasi protein, diferensiasi sel, dan ekspresi gen. Phorbolester memiliki sifat karsinogen, pencahar, dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mabuk, muntah, serta diare. Mosior dan Newton (1995) menyatakan bahwakerja phorbolester adalah mengubah PKC menjadi bentuk aktif yang tidak dapat keluar dari membran apabila telah masuk ke dalam membran. Devappa et al. (2008) menyatakan bahwa phorbolester dapat menyebabkan penurunan konsumsi ransum dan pertumbuhan tikus. Pemberian lebih dari 16%

Jatropha curcas L. dalam ransum mencit dengan kosentrasi phorbolester 0,13 mg/g dapat menurunkan konsumsi ransum dan bobot badan mencit. Batas toleransi taraf

(9)

6 rusak dengan perlakuan pemanasan, bahkan dengan suhu sekitar 160 oC selama 30 menit karena racun ini akan tetap aktif (Martinez-Herrera et al., 2006). Phorbolester

tetap aktif meskipun dilakukan pemanasan, tetapi konsentrasi phorbolester dapat diturunkan dengan perlakuan kimiawi menggunakan NaOH (Makkar dan Becker, 1997 ; Aregheore et al., 2003). Skema efek phorbolester terhadap tubuh disajikan pada Gambar 3.

Phorbolester

melepaskan protease, sitokin

mengaktivasi NADPH oksidase

jaringan rusak

menimbulkan rasa sakit Gambar 3. Efek Phorbolester terhadap Tubuh

Sumber : Goel et al. (2007)

Curcin

Curcin adalah fitotoxin atau toxalbumin yang memiliki molekul protein besar, kompleks dan sangat beracun, menyerupai struktur dan fisiologi racun bakteri, serta tidak tahan terhadap panas. Curcin dapat berfungsi sebagai pengikat dari glycoprotein (biomolekul yang merupakan gabungan dari protein dan karbohidrat) pada permukaan sel. Mekanisme curcin berhubungan dengan aktivitas N-glycosidase yang kemudian dapat mempengaruhi metabolisme (Lin et al., 2003). Curcin mampu mengikat sel epitel dalam saluran pencernaan, sehingga curcin dapat menyebabkan gangguan pada penyerapan dan fungsi pencernaan secara keseluruhan. Pengikatan curcin pada epitel usus dapat mengganggu disorganisasi sel penyerapan utama yang menyebabkan penurunan luas permukaan serap dan penyerapan nutrien. Curcin mengganggu sistem metabolisme tubuh, protein, lemak, dan karbohidrat

(10)

7 selama 30 menit) (Aregheore et al., 2003) dan perlakuan kimiawi menggunakan 0,07% NaHCO3 (Martinez-Herrera et al., 2006). Struktur kimia curcin disajikan pada

Gambar 4.

Gambar 4. Struktur Kimia Curcin

Sumber : www. Giftpflanzen.com/Jatropha curcas/html

Asam Fitat

Asam fitat merupakan bentuk penyimpanan phosfor (P) dalam biji-bijian mencapai 80% dari total phospor. Asam fitat dapat berikatan dengan mineral (K, Mg, Ca, Zn, Fe, dan Cu), sehingga dapat mengurangi ketersediaan dan kecernaan mineral di dalam tubuh (Baruah et al., 2004). Struktur kimia asam fitat disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Struktur Asam Fitat Sumber : id.m.wikipedia.org

Menurut Martinez-Herrera et al. (2006), asam fitat yang terkandung di dalam

(11)

8

Saponin

Saponin merupakan senyawa fitokimia yang terdiri dari steroid yang membentuk satu atau lebih ikatan gula. Saponin merupakan antinutrisi yang dapat menyebabkan fotosensitisasi (Pirez et al., 2002). Saponin yang terkandung di dalam

Jatropha curcas L. yaitu 2,1%-2,9% (Martinez-Herrera et al., 2006) lebih rendah dari yang dilaporkan (Makkar et al., 1998) yaitu 4,7%. Saponin dapat diinaktifkan dengan perlakuan pemanasan (Martinez-Herera et al., 2006). Struktur kimia saponin disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Struktur Kimia Saponin

Sumber : backupccrc.wordpress.com

Inhibitor Tripsin

Jatropha curcas L. memiliki antinutrisi inhibitor tripsin yang berefek negatif terhadap fisiologis monogastrik. Inhibitor tripsin mengganggu secara fisiologis pada proses pencernaan melalui interaksi langsung dengan enzim proteolitik pankreas, sehingga kecernaan protein menurun. Inhibitor tripsin dapat dinonaktifkan dengan pemanasan (autoclave) pada 121 oC selama 25 menit (Martinez-Herrera et al., 2006). Struktur kimia inhibitor tripsin disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Struktur Kimia Inhibitor Tripsin

Sumber : sciencedirect.com

(12)

9 Teknik pengolahan untuk menurunkan atau menghilangkan racun dan antinutrisi bungkil biji jarak pagar dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya pengolahan fisik, kimiawi, dan biologis. Pengolahan fisik dilakukan dengan pemanasan (121 ºC, 30 menit) dan diikuti pencucian (pengolahan kimiawi) dengan metanol 92% sebanyak 4 kali dapat menurunkan kadar phorbolester bungkil biji jarak pagar sebesar 94,94% (Aregheore et al., 2003), serta pengolahan biologis dengan fermentasi menggunakan berbagai kapang (Tjakradidjaja et al., 2007). Pemberian bungkil biji jarak pagar sebesar 20 g/kg BB (bobot badan) pada ransum tikus setelah didetoksifikasi dengan perlakuan pemanasan (121 oC, 30 menit) dan pencucian dengan metanol 92% sebanyak lima kali, tidak menyebabkan kematian tikus (Sudrajat et al., 2008). Devappa dan Bhagya (2007) menyatakan bahwa perlakuan kimiawi dapat menurunkan kadar phorbolester sampai 90% dan penambahan 2% NaOH atau 2% Ca(OH)2 dapat menurunkan kadar phorbolester

sampai 89% (Devappa et al., 2008).

Wina et al. (2010) menyatakan bahwa proses fermentasi baik aerob (dengan

Neurosphora sitophila atau Aspergillus oryzae) maupun anaerob (dengan cairan rumen) berhasil menurunkan kadar senyawa toksin dalam bungkil biji jarak (BBJ) sampai taraf aman pada penggunaan BBJ sebanyak 4% dari ransum, sehingga kematian ayam sangat rendah yaitu 0,6%. Perlakuan detoksifikasi terbaik terhadap bungkil biji jarak adalah perlakuan kombinasi antara fisik dengan kimiawi (autoclave) dan dilanjutkan dengan ekstraksi dengan heksan dan metanol) dibandingkan dengan fermentasi bungkil biji jarak masing-masing menggunakan N. Sitophila, A. oryzae, dan menggunakan cairan rumen sapi. Perlakuan gabungan otoklaf dengan ekstrak heksan-panas dan metanol (OEHM) pada BBJ selama periode pemulihan (recovery) dapat meningkatkan pertambahan bobot hidup dibandingkan dengan perlakuan secara biologis.

(13)

10 pakan ternak (Oseni dan Akindahunsi, 2011). Menurut Sumiati et al. (2007), detoksifikasi bungkil biji jarak pagar diperlukan agar dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Pemberian bungkil biji jarak pagar tanpa diolah dalam ransum menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, kematian yang cepat, serta kerusakan jaringan hati dan ginjal ayam broiler. Han et al. (2003) menyatakan bahwa R. oligosporus menghasilkan enzim protease, lipase, glutaminase, α-amylase, dan α-galactosidase. Menurut Belewu dan Sam (2010), R. oligosporus dapat meningkatkan protein kasar dan menurunkan racun bungkil biji jarak pagar berupa phorbolester dancurcin, serta antinutrisi berupa inhibitor tripsin, saponin, dan asam fitat. Kadar antinutrisi bungkil biji jarak pagar tanpa diolah dan BBJP fermentasi menggunakan R. Oligosporus

yang dikukus selama 60 menit berdasarkan Sumiati et al. (2010) disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kadar Antinutrisi BBJP Tanpa Diolah dan BBJP Fermentasi

Antinutrisi Perlakuan Penurunan (%)

Tanpa Diolah Fermentasi

Phorbolester (μg/g) 24,33 15,28 37,20

Tanin (%) 0,13 0,007 94,62

Saponin (%) 1,04 0,39 62,50

Asam fitat (%) 9,19 8,45 8,05

Antitripsin (%) 6,17 1,85 70,02

Sumber: Sumiati et al. (2010)

Pengukusan bungkil biji jarak pagar mampu menurunkan kadar antinutrisi BBJP, serta fermentasi efektif menurunkan phorbolester pada BBJP. Fermentasi juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas nutrisi bungkil biji jarak pagar (BBJP). Enzim lipase yang dihasilkan R. oligosporus dapat menurunkan kadar phorbolester

(14)

11

Burung Puyuh

Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang jauh, ukuran tubuh relatif kecil, dan berkaki pendek. Di Indonesia, burung puyuh mulai dikenal dan diternakkan sejak akhir 1979. Menurut Pappas (2002), burung puyuh diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Galliformes Famili : Phasianidae Genus : Coturnix

Spesies : Coturnix coturnix J

Dewasa kelamin pada burung puyuh dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama pencahayaan, pemberian pakan, dan penyakit (Ensminger, 1992). Umur dewasa kelamin puyuh jepang betina ditandai pada saat pertama kali bertelur yaitu umur 42 hari (Wiradimadja et al., 2007). Burung puyuh mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap penyakit dan dapat diternakkan bersama dengan hewan lain, serta pemeliharaannya mudah (Hartono, 2004).

Folikel Kuning Telur

Kuning telur tersusun atas lemak dan protein membentuk lipoprotein yang disintesa oleh hati dibawah pengaruh estrogen. Hormon estrogen berfungsi merangsang pematangan sel telur, merangsang pembentukan protein dan lemak kuning telur oleh hati. Protein kuning telur diproduksi di dalam hati, kemudian ditransport oleh darah dan dideposisikan dalam folikel yang berkembang (Riis, 1983). Menurut North dan Bell (1990), level estrogen yang tinggi pada plasma darah menstimulasi protein kuning telur dan formulasi lipid oleh hati. Campbell et al. (2003) menyatakan bahwa telur memiliki ukuran besar pada intensitas bertelur yang

(15)

12

Organ Dalam Jantung

Jantung merupakan organ yang memegang peranan penting dalam peredaran darah. Jantung unggas terdiri atas 4 ruang yaitu atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri (North dan Bell, 1990). Jantung mengalami pembesaran ukuran akibat adanya akumulasi racun, sehingga menyebabkan penambahan jaringan otot jantung. Dinding otot yang menebal menyebabkan volume ventrikel relatif menyempit ketika otot menyesuaikan diri pada kontraksi yang berlebihan (Ressang, 1986). Puyuh merupakan ternak yang mudah stres, sehingga memerlukan jantung yang kuat untuk memompa darah dan untuk pertukaran O2 dan CO2 (Card dan Nesheim, 1972).

Menurut penelitian Marginingsih (2004) tentang kombinasi eceng gondok, minyak ikan hiu, dan wheat bran terhadap persentase bobot organ dalam, persentase bobot jantung puyuh yaitu 0,94 % dari bobot hidup.

Hati

(16)

13 parenkim dan perlemakan yang tidak normal pada sel hepatosit dan tubuli. Semakin tinggi pemberian bungkil biji jarak pagar (BBJP) tanpa diolah, kerusakan hati dan ginjal cenderung semakin parah. Persentase bobot hati puyuh menurut Kasiyati et al. (2010) mengenai fotostimulasi cahaya monokromatik untuk optimasi karkas puyuh masak kelamin yaitu 4,50%-4,90% dari bobot hidup.

Proventrikulus

Proventrikulus merupakan tempat disekresikannya pepsin dan HCl (Hydrochloric acid). Proventrikulus disebut juga glandular atau kelenjar perut. Makanan dengan sangat cepat disekresikan ke dalam gizzard dari proventrikulus (North dan Bell, 1990). Proventrikulus berukuran lebih kecil dan lebih tebal dibanding esopagus, serta tempat disekresikannya enzim-enzim pencernaan (Amrullah, 2004). Pemberian bungkil biji jarak pagar fermentasi dalam ransum meningkatkan kerja proventrikulus karena adanya racun dan serat kasar, sehingga proventrikulus ayam broiler mengalami peningkatan bobot (Istichomah, 2007).

Gizzard

Gizzard merupakan ruangan sederhana sebagai tempat pencernaan dan penyimpanan makanan yang terdiri atas serabut otot yang kuat (Tillman et al., 1991). gizzard berperan dalam memperkecil ukuran partikel dan menggiling pakan secara fisik (Pond et al., 1995).Makanan dicerna secara mekanik dan terdapat grit bebatuan kecil yang ikut menghaluskan digesta. Unggas yang memperoleh makanan kasar memiliki ukuran gizzard lebih besar (Amrullah, 2004). Menurut penelitian Marginingsih (2004) tentang kombinasi eceng gondok, minyak ikan hiu, dan wheat bran terhadap persentase bobot organ dalam, puyuh memiliki persentase bobot gizzard2,00% dari bobot hidup.

Ginjal

(17)

14 mempertahankan keseimbangan susunan darah dengan mengeluarkan zat-zat seperti air berlebih, garam-garam organik, dan bahan-bahan asing yang terlarut dalam darah seperti pigmen darah atau pigmen-pigmen yang terbentuk di dalam darah. Zat toksik yang masuk ke dalam tubuh semakin banyak menyebabkan ginjal bekerja semakin berat dalam menetralisir toksik (Ressang, 1986).

Limpa

Limpa merupakan organ yang berfungsi untuk menyimpan darah, membentuk sel-sel darah putih, pembinasaan eritrosit-eritrosit tua, membentuk limfosit yang berhubungan dengan pembentukan antibodi, dan berperan dalam metabolisme nitrogen. Kelainan pada limpa dapat ditandai dengan pembengkakan limpa yang dapat meningkatkan bobot limpa. Perubahan ukuran limpa disebabkan oleh racun yang masuk ke dalam tubuh (Ressang, 1986).

Usus Halus

Usus halus terdiri atas tiga bagian yang tidak terpisah secara jelas yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Usus halus mensekresikan enzim-enzim pemecah polimer pati, lemak, dan protein (Amrullah, 2004). Menurut Anggorodi (1995), dinding usus halus akan mensekresikan getah usus yang mengandung erepsin dan beberapa enzim. Erepsin bertugas menyempurnakan pencernaan protein dan menghasilkan asam amino. Enzim yang disekresikan yaitu peptidase, sukrose, maltose, laktase, dan polinukleatidase (Ensminger, 1992). Lundin et al. (1993) menyatakan bahwa serat kasar dapat meningkatkan densitas volume epitel dan vilus di usus halus. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa enzim amilase dan lipase dihasilkan oleh dinding usus halus dapat membantu pencernaan karbohidrat dan lemak. Gillespie (2004) menyatakan bahwa vili pada dinding usus halus dapat meningkatkan luas permukaan usus, menyerap air, melarutkan mineral ke darah, dan merupakan kunci dari penyerapan. Menurut Alonso et al. (2000), perenggangan usus disebabkan oleh tingginya level karbohidrat kompleks termasuk pati, oligosakarida, dan polisakarida non pati dalam ransum.

Seka

(18)

15 karbohidrat dan protein dengan bantuan bakteri yang ada di dalamnya. Aktivitas mikroba seka mengubah selulosa, pati, polisakarida, dan gula menjadi asam lemak volatil, protein mikroba, vitamin B, dan K. Pond et al. (1995) menyatakan bahwa pencernaan serat kasar di seka dibantu oleh bakteri fermentasi. Berdasarkan penelitian Marginingsih (2004) mengenai kombinasi eceng gondok, minyak ikan hiu, dan wheat bran terhadap persentase bobot organ dalam, persentase bobot seka puyuh yaitu 0,21% dari bobot hidup.

Usus Besar

(19)

16

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Unggas dan di Kandang C Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor selama 3 bulan dari bulan Juni-Agustus 2011.

Materi Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah puyuh periode layer umur 9 minggu sebanyak 150 ekor dibagi menjadi 5 perlakuan dengan 3 ulangan dengan masing-masing ulangan terdiri dari 10 ekor. Puyuh diperoleh dari peternakan puyuh di daerah Cemplang, Cibatok, Bogor, Jawa Barat.

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kandang baterai berjumlah 15 kandang dengan ukuran 1 x 0,5 x 0,5 m yang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain plastik ransum, plastik telur, termometer ruang, ember, lampu penerangan, alat tulis, gunting, penggaris, dan timbangan digital.

Bahan Pakan

Bahan pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah bungkil biji jarak pagar yang difermentasi menggunakan R. oligosporus, jagung kuning, dedak halus, bungkil kedelai, tepung ikan, CPO, CaCO3, DCP, garam, premix, dan DL-methionin.

(20)

17 Tabel 3. Komposisi dan Kandungan Zat Makanan Ransum Puyuh Penelitian

Bahan Pakan BJ0 BJ3 BJ6 BJ9 BJ12

Keterangan : BJ0 = ransum tanpa bungkil biji jarak pagar, BJ3 = ransum mengandung 3% bungkil biji jarak pagar difermentasi, BJ6 = ransum mengandung 6% bungkil biji jarak pagar difermentasi, BJ9 = ransum mengandung 9% bungkil biji jarak pagar difermentasi, BJ12 = ransum mengandung 12% bungkil biji jarak pagar difermentasi.

Kandungan nutrien bungkil biji jarak pagar tanpa diolah dan bungkil biji jarak pagar fermentasi menggunakan R. oligosporus berdasarkan Sumiati et al.

(21)

18 Tabel 4. Kandungan Nutrien Bungkil Biji Jarak Pagar Tanpa Diolah dan Fermentasi

Nutrien Tanpa Diolah Fermentasi

---(%)---

Bahan Kering 83,57 91,27 Protein Kasar 24,71 25,09

Lemak Kasar 5,16 1,76 Serat Kasar 34,10 33,7 Abu 5,07 6,68 Beta-N 21,09 24,66

Energi Bruto (kkal/kg) 4.494 4.379 NDF 33,60 29,25

ADF 35,36 29,25 Selulosa 19,41 17,39

Lignin 15,56 11,53

Sumber: Sumiati et al. (2010)

Prosedur

Pengolahan bungkil biji jarak pagar (BBJP) dilakukan melalui proses fermentasi dengan menggunakan jamur tempe (R. oligosporus) berdasarkan Sumiati

et al. (2010). Bungkil biji jarak pagar ditimbang sebanyak 1 kg. Sebelum fermentasi, air ditambahkan ke dalam BBJP sampai kadar air BBJP mencapai 60%, diaduk sampai rata. Bungkil biji jarak pagar yang telah mengandung air 60% dimasukan ke dalam plastik tahan panas berukuran 2 kg dan dikukus pada panci selama 1 jam. Bungkil dikeluarkan dari panci, lalu didinginkan dalam suhu ruang dengan cara dianginkan, setelah dingin BBJP dicampur jamur tempe sebanyak 7g per kg BBJP. Bungkil biji jarak pagar diinkubasi, disebar merata diatas wadah dengan alas plastik yang telah dilubangi dengan jarum, ditutup dengan plastik dan keramik selama 24 jam, kemudian keramik dibuka, dibiarkan lagi selama 48 jam, BBJP siap dipanen. Bungkil biji jarak pagar hasil fermentasi tersebut, kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 oC selama kurang lebih 24 jam (sampai kering), BBJP siap digiling dan dicampur bahan pakan lain untuk puyuh periode layer.

(22)

19 pakan dan tempat minum disiapkan dan dibersihkan. Sekeliling kandang ditutup dengan menggunakan tirai plastik dan di dalam kandang diberi lampu untuk pencahayaan. Pemasangan kandang berupa kandang baterai sebanyak 15 kandang. Tiap kandang berisi 10 ekor puyuh.

Puyuh penelitian yang berjumlah 150 ekor dibagi ke dalam 5 kelompok dengan 3 ulangan, masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor. Pada saat puyuh datang, dilakukan penimbangan terlebih dahulu untuk memperoleh bobot badan awal dan dilakukan pengacakan. Adaptasi puyuh penelitian dilakukan selama 1 minggu. Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Setiap hari dilakukan pengukuran suhu kandang sebanyak dua kali yaitu pagi dan sore. Penimbangan dan penghitungan pakan yang dikonsumsi dilakukan setiap minggu selama penelitian.

Analisis phorbolester berdasarkan metode Makkar et al. (1998). Sampel 0,5 g diekstraksi empat kali dengan metanol. Alikuot yang cocok dimasukan ke dalam HPLC (High-Performance Liquid Chromatography) fase-balik C18 LiChrospher 100, 5 µm (250 x 4 mm id) dari Merck (Darmstadt, Jerman). Bagian ini dilindungi dengan bagian kepala yang mengandung bahan yang sama. Pemisahan dilakukan pada suhu kamar (23 0C) dan laju alir 1,3 ml /menit menggunakan elusi gradien. Keempat puncak senyawa phorbolester terdeteksi pada 280 nm, kemudian muncul antara 25,5 dan 30,5 min. Spektrum diambil menggunakan Merck-Hitachi L-7450 fotodioda array detektor. Phorbol-12-miristat 13-asetat (Sigma, St Louis, MO) digunakan sebagai standar eksternal (muncul antara 31 dan 32 min). Daerah dari empat puncak phorbolester dijumlahkan dan dikonversi ke phorbol-12-miristat 13-asetat setara dengan mengambil wilayah puncak dan konsentrasinya.

Pengukuran organ dalam dilakukan pada puyuh berumur 15 minggu dengan mengambil 2 ekor tiap ulangan dari seluruh perlakuan. Organ dalam yang sudah dikeluarkan kemudian diukur panjang (cm) serta bobot (g).

Persentase bobot organ dalam % =bobot organ dalam g

bobot hidup g × 100%

Panjang relatif saluran pencernaan cm/100g = panjang cm

(23)

20 Pengukuran folikel dilakukan dengan cara menggunting folikel-folikel ovarium, kemudian folikel kuning telur dihitung menggunakan handy counter dan ditimbang menggunakan timbangan digital.

Rancangan dan Analisis Data Perlakuan

Ransum perlakuan yang digunakan adalah : BJ0 = Ransum tanpa bungkil biji jarak pagar

BJ3 = Ransum mengandung 3% bungkil biji jarak pagar difermentasi BJ6 = Ransum mengandung 6% bungkil biji jarak pagar difermentasi BJ9 = Ransum mengandung 9% bungkil biji jarak pagar difermentasi BJ12 = Ransum mengandung 12% bungkil biji jarak pagar difermentasi

Peubah

Peubah yang diukur dalam penelitian ini yaitu folikel kuning telur (jumlah dan bobot), persentase bobot organ dalam (jantung, hati, proventrikulus, gizzard, ginjal, limpa, usus halus, seka, dan usus besar), dan panjang relatif (usus halus, seka, dan usus besar).

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 10 ekor puyuh. Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi + ε ij

Keterangan :

Yij : Respon percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ : Rataan umum

τi : Efek perlakuan ke-i

ε ij : Erorr perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Analisis Data

(24)

21

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh

Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Jumlah dan Bobot Folikel Kuning Telur Puyuh Umur 15 Minggu

Peubah Perlakuan

Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

BJ0 = ransum tanpa bungkil biji jarak pagar

BJ3 = ransum mengandung 3% bungkil biji jarak pagar difermentasi BJ6 = ransum mengandung 6% bungkil biji jarak pagar difermentasi BJ9 = ransum mengandung 9% bungkil biji jarak pagar difermentasi BJ12 = ransum mengandung 12% bungkil biji jarak pagar difermentasi

Jumlah Folikel Kuning Telur

Rataan jumlah folikel kuning telur yang dihasilkan antara 87,83-124,83 butir/ekor. Protein kuning telur diproduksi di dalam hati, kemudian ditransport oleh darah dan dideposisikan dalam folikel yang berkembang (Riis, 1983). Pemberian BBJP 3, 6, 9, dan 12% nyata (P<0,05) menurunkan jumlah folikel puyuh penelitian. Hal ini karena adanya phorbolester sebesar 15,28 µg/g (Tabel 2) dan serat kasar sebesar 33,7 % (Tabel 4) dalam bungkil biji jarak pagar (BBJP) fermentasi, sehingga menghambat sintesis protein untuk pembentukan folikel. Penghambatan sintesis protein dapat menurunkan jumlah folikel yang dibentuk. Konsumsi ransum selama penelitian dan taraf BBJP fermentasi menyebabkan perbedaan konsumsi

(25)

22 dan 12% berturut-turut yaitu 0; 438,24; 823,38; 1.282,96; dan 1.672,20 µ g/ekor. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi taraf BBJP fermentasi dalam ransum yang diberikan, konsumsi phorbolester semakin meningkat. Batas toleransi taraf

phorbolester dalam ransum tikus yaitu 0,09 mg/g ransum (Aregheore et al., 2003). Konsumsi serat kasar puyuh selama penelitian yang diberi BBJP fermentasi dalam ransum dengan taraf 0, 3, 6, 9, dan 12% berturut-turut yaitu 23,03; 29,45; 34,31; 42,35; dan 48,43 g/ekor. Taraf BBJP fermentasi dalam ransum semakin tinggi menyebabkan konsumsi serat kasar semakin meningkat. Perhitungan konsumsi serat kasar (SK) puyuh selama 7 minggu penelitian yaitu mengalikan kandungan serat kasar ransum (%) dengan konsumsi ransum (g/ekor).

Korelasi antara konsumsi phorbolester (µg/ekor) dengan jumlah folikel (butir/ekor) menunjukkan R2 phorbolester sebesar 0,544. Korelasi antara konsumsi serat kasar (g/ekor) dengan jumlah folikel (butir/ekor) menunjukkan R2 serat kasar sebesar 0,548. Peningkatan konsumsi phorbolester dan serat kasar menyebabkan jumlah folikel kuning telur yang dibentuk menurun. Korelasi antara konsumsi

phorbolester (µg/ekor) selama penelitian dengan jumlah folikel (butir/ekor) disajikan pada Gambar 8. Korelasi antara konsumsi serat kasar (g/ekor) selama penelitian dengan jumlah folikel (butir/ekor) disajikan pada Gambar 9.

(26)

23 Gambar 9. Korelasi Konsumsi Serat Kasar dengan Jumlah Folikel

Konsumsi phorbolester dan serat kasar semakin tinggi menyebabkan folikel kuning telur yang dibentuk menurun. Hal ini menunjukkan bahwa phorbolester dapat mengganggu sintesis protein untuk pembentukan folikel kuning telur. Goel et al. (2007) menyatakan bahwa phorbolester dapat merusak jaringan, mengganggu aktivitas enzim, dan menghambat sintesis protein, walaupun dalam konsentrasi rendah. Phorbolester menstimulasi protein kinase C yang terlibat dalam transduksi sinyal, sehingga menyebabkan gangguan biologis pada berbagai organisme.

Phorbolester juga melepaskan protease, sitokin, dan mengaktivasi NADPH oksidase yang berakibat rusaknya jaringan. Konsumsi serat kasar yang semakin tinggi menyebabkan nutrien tidak dapat dicerna dengan baik oleh unggas. Serat kasar sulit dicerna oleh unggas, sehingga kemampuan dalam mencerna serat kasar sangat rendah. Serat kasar yang tidak dicerna dapat membawa nutrien lain keluar bersama ekskreta. Hal ini dapat mempengaruhi pembentukan folikel kuning telur, sehingga jumlah folikel kuning telur puyuh yang dibentuk menurun.

Bobot Folikel Kuning Telur

Bobot folikel kuning telur antara 4,30-6,13 g/ekor dan bobot folikel kuning telur antara 48,36-58,98 mg/butir. Pemberian BBJP sampai taraf 12% tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot folikel. Adanya gangguan sintesis protein dalam pembentukan folikel yang dapat menurunkan jumlah folikel tidak

(27)

24 mempengaruhi bobot folikel kuning telur yang dibentuk. Hal ini menunjukkan bahwa puyuh memiliki kemampuan dalam mempertahankan bobot folikel. Bobot folikel kuning telur per ekor cenderung turun pada BJ3, BJ6, dan BJ9 yaitu 4,86 ; 4,85 ; dan 4,30 g/ekor.

Persentase Bobot Organ Dalam Puyuh

Rataan persentase bobot organ dalam puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Persentase Bobot Organ Dalam Puyuh Umur 15 Minggu

Peubah Perlakuan Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda

nyata (P<0,05).

BJ0 = ransum tanpa bungkil biji jarak pagar

BJ3 = ransum mengandung 3% bungkil biji jarak pagar difermentasi BJ6 = ransum mengandung 6% bungkil biji jarak pagar difermentasi BJ9 = ransum mengandung 9% bungkil biji jarak pagar difermentasi BJ12 = ransum mengandung 12% bungkil biji jarak pagar difermentasi

Persentase BobotJantung

(28)

25 akan memicu kontraksi yang berlebihan. Menurut North dan Bell (1990), jantung merupakan organ yang memegang peranan penting dalam peredaran darah.

Persentase BobotHati

Rataan persentase bobot hati berkisar antara 3,10%-3,36% dari bobot hidup. Persentase bobot hati penelitian ini lebih rendah dibandingkan penelitian Kasiyati et al. (2010) tentang fotostimulasi cahaya monokromatik untuk optimasi karkas puyuh masak kelamin yaitu 4,50%-4,90% dari bobot hidup. Pemberian BBJP fermentasi dalam ransum sampai taraf 12% tidak nyata meningkatkan bobot hati. Amrullah (2004) menyatakan bahwa hati merupakan tempat detoksifikasi senyawa-senyawa yang beracun dan ekskresi senyawa-senyawa metabolit yang tidak berguna lagi bagi tubuh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bobot hati normal dan tidak menunjukkan pembengkakan yang mengindikasikan hati bekerja berat dalam mendetoksifikasi racun. Bobot hati yang diduga normal tidak dapat mengindikasikan terjadinya kelainan pada hati, kemungkinan terjadinya kerusakan pada sel hati yang mengakibatkan penurunan jumlah folikel kuning telur puyuh penelitian. Spector (1993) menyatakan bahwa peningkatan bobot hati yang ditandai dengan pembengkakan dan penebalan salah satu lobi pada hati mengindikasikan adanya kelainan pada hati.

Persentase BobotProventrikulus

Rataan persentase bobot proventrikulus berkisar antara 0,48%-0,60% dari bobot hidup. Pemberian BBJP fermentasi dalam ransum sampai taraf 12% tidak nyata meningkatkan bobot proventrikulus. Hal ini menunjukkan bahwa phorbolester

yang masih ada dalam BBJP fermentasi dengan konsentrasi 15,28 µg/g (Tabel 2) tidak mengganggu kerja proventrikulus. Goel et al. (2007) menyatakan bahwa

(29)

26

Persentase BobotGizzard

Rataan persentase bobot gizzard berkisar antara 1,78%-2,93% dari bobot hidup. Pemberian BBJP fermentasi 6, 9, dan 12% nyata (P<0,05) meningkatkan bobot gizzard dibandingkan perlakuan BJ0. Peningkatan bobot gizzard tersebut disebabkan oleh kandungan serat kasar dari ransum yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan BJ0. Semakin tinggi taraf BBJP dalam ransum, serat kasar ransum semakin meningkat. Serat kasar dalam ransum BJ0, BJ3, BJ6, BJ9, dan BJ12 berturut-turut adalah 2,33; 3,08; 3,82; 4,54; dan 5,31%. Menurut Pond et al. (1995), gizzard berfungsi untuk memperkecil ukuran partikel secara fisik. Konsumsi serat kasar puyuh semakin tinggi dengan meningkatnya taraf BBJP dalam ransum menyebabkan gizzard bekerja semakin berat, sehingga bobot gizzard meningkat. Amrullah (2004) menyatakan bahwa unggas yang memperoleh makanan kasar memiliki ukuran gizzard lebih besar.

Persentase BobotGinjal

Rataan persentase bobot ginjal berkisar antara 0,34%-0,60% dari bobot hidup. Pemberian BBJP fermentasi dalam ransum sampai taraf 12% tidak nyata meningkatkan bobot ginjal. Bungkil biji jarak pagar memiliki racun curcin yang dapat menghambat sistem metabolisme di dalam tubuh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian BBJP sampai taraf 12% tidak menghambat kerja organ ginjal dalam sistem metabolisme di dalam tubuh. Ginjal berfungsi dalam filtrasi menyerap kembali material yang berguna bagi tubuh, metabolisme, dan ekskresi material yang tidak digunakan lagi oleh tubuh (Pond et al., 1995). Zat toksik yang masuk ke dalam tubuh semakin banyak menyebabkan ginjal bekerja semakin berat dalam menetralisir toksik (Ressang, 1986).

Persentase BobotLimpa

(30)

27 limpa yang dapat meningkatakan bobot limpa. Perubahan ukuran limpa disebabkan oleh racun yang masuk ke dalam tubuh (Ressang, 1986).

Persentase Bobot dan Panjang Saluran Pencernaan Puyuh

Rataan persentase bobot dan panjang saluran pencernaan puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Persentase Bobot dan Panjang Saluran Pencernaan Puyuh Umur 15 Minggu

Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

BJ0 = ransum tanpa bungkil biji jarak pagar

BJ3 = ransum mengandung 3% bungkil biji jarak pagar difermentasi BJ6 = ransum mengandung 6% bungkil biji jarak pagar difermentasi BJ9 = ransum mengandung 9% bungkil biji jarak pagar difermentasi BJ12 = ransum mengandung 12% bungkil biji jarak pagar difermentasi

Persentase Bobot dan Panjang Usus Halus

(31)

28 nutrien di usus halus. Aktivitas enzim yang terganggu diduga karena masih adanya

phorbolester di dalam tubuh. Phorbolester dapat memodifikasi sel-sel usus menjadi rusak, sehingga fungsi usus terganggu dan menyebabkan penyerapan nutrien menurun. Goel et al. (2007) menyatakan bahwa phorbolester dapat mengganggu aktivitas enzim didalam tubuh. Pemberian BBJP fermentasi 6, 9, dan 12% dalam ransum tidak nyata (P<0,05) meningkatkan panjang relatif usus halus dibandingkan perlakuan BJ0. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan di usus halus tidak berlangsung cepat, walaupun diduga terjadi gangguan penyerapan.

Persentase Bobot dan Panjang Seka

Rataan persentase bobot seka yang dihasilkan antara 0,59%-1,02% dari bobot hidup dan panjang relatifnya antara 5,46-6,97 cm/100 g dari bobot hidup. Pemberian BBJP fermentasi 9% dalam ransum nyata (P<0,05) meningkatkan bobot dan panjang relatif seka dibandingkan perlakuan BJ0. Hasil ini menunjukkan bahwa seka bekerja berat dalam mencerna nutrien yang tidak dapat dicerna di usus halus, walaupun dalam jumlah sedikit. Hal ini yang menyebabkan terjadinya penebalan dan ukuran seka lebih panjang dibandingkan seka perlakuan BJ0. Menurut Ensminger (1992), seka berfungsi menyerap air, mencerna karbohidrat dan protein. Pond et al. (1995) menyatakan bahwa serat kasar di seka dicerna dengan bantuan bakteri yang ada di seka.

Persentase Bobot dan Panjang Usus Besar

(32)

29

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Penggunaan bungkil biji jarak pagar difermentasi R. oligosporus sampai 12% dalam ransum mengganggu sintesis protein yang dicerminkan dengan menurunnya folikel kuning telur yang dibentuk.

Saran

(33)

FOLIKEL KUNING TELUR DAN ORGAN DALAM PUYUH

YANG DIBERI

BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR

(

Jatropha curcas

L.) DIFERMENTASI

Rhizopus oligosporus

SKRIPSI

FITRI AGUSTINI SANTOSA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(34)

FOLIKEL KUNING TELUR DAN ORGAN DALAM PUYUH

YANG DIBERI

BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR

(

Jatropha curcas

L.) DIFERMENTASI

Rhizopus oligosporus

SKRIPSI

FITRI AGUSTINI SANTOSA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(35)

RINGKASAN

FITRI AGUSTINI SANTOSA. D24080385. 2012. Folikel Kuning Telur dan Organ Dalam Puyuh yang DiberiBungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Difermentasi Rhizopus oligosporus. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sumiati, M.Sc. Pembimbing Anggota : Ir. Lilis Khotijah, M.Si.

Bungkil biji jarak pagar (BBJP) merupakan produk samping dari biofuel yang mengandung protein tinggi (24,6%), sehingga bungkil biji jarak pagar ini berpotensi sebagai bahan pakan ternak sumber protein. Bungkil biji jarak pagar (BBJP) menyediakan semua asam amino esensial dalam jumlah yang cukup, kecuali lisin. Pemanfaatan BBJP menjadi tidak optimal akibat dari racun berupa phorbolester dan curcin, serta antinutrisi berupa asam fitat, inhibitor tripsin, dan saponin dalam bungkil biji jarak pagar. Adanya racun phorbolester dapat menghambat sintesis protein dan merusak jaringan, sedangkan curcin dapat menghambat sistem metabolisme tubuh. Antinutrisi asam fitat dapat berikatan dengan mineral, sehingga dapat menyebabkan ketersediaan mineral di dalam tubuh menurun. Efek dari inhibitor tripsin dapat menyebabkan kecernaan protein menurun, sedangkan saponin meningkatkan permeabilitas sel mukosa usus halus yang berakibat pada penghambatan transport nutrisi aktif. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menurunkan atau menghilangkan racun dan antinutrisi BBJP. Detoksifikasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan fermentasi menggunakan Rhizopus oligosporus. Teknik pengolahan menggunakan jamur tempe ini mudah diaplikasikan peternak. Enzim-enzim yang dihasilkan Rhizopus oligosporus diharapkan dapat menurunkan kadar racun dan antinutrisi, serta meningkatkan kualitas nutrisi bungkil biji jarak pagar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh pemberian bungkil biji jarak pagar difermentasi Rhizopus oligosporus dalam ransum terhadap folikel kuning telur, persentase bobot organ dalam, dan panjang relatif saluran pencernaan burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica).

Penelitian ini menggunakan 150 ekor puyuh periode layer umur 9 minggu Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan dengan 10 ekor puyuh tiap ulangan. Data dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan data yang berbeda nyata diuji lanjut dengan uji jarak Duncan. Peubah yang diamati adalah folikel kuning telur (jumlah dan bobot), persentase bobot organ dalam (jantung, hati, proventrikulus, gizzard, ginjal, limpa, usus halus, seka, dan usus besar) dan panjang relatif (usus halus, seka, dan usus besar).

(36)

(P<0,05) meningkatkan bobot gizzard dibandingkan ransum tanpa bungkil biji jarak pagar (BJ0). Pemberian BBJP fermentasi 9% dalam ransum (BJ9) nyata (P<0,05) meningkatkan bobot usus halus dibandingkan ransum tanpa bungkil biji jarak pagar (BJ0). Pemberian ransum mengandung BBJP fermentasi 9% nyata (P<0,05) meningkatkan bobot dan panjang relatif seka dibandingkan ransum tanpa bungkil biji jarak pagar (BJ0). Penggunaan bungkil biji jarak pagar difermentasi Rhizopus oligosporus sampai taraf 12% menurunkan jumlah folikel kuning telur yang dibentuk.

Kata-kata kunci : bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L.), organ dalam,puyuh,

(37)

ABSTRACT

Yolk Follicle and Giblets of Quails Fed Fermented Jatropha Curcas Seed Meal Using Rhizopus oligosporus

Santosa, F. A., Sumiati., L. Khotijah

Jatropa curcas seed meal (JCSM) is by product of biofuels that contains high crude protein (24.6%). However, the utilization of JCSM as feed ingredient is limited by the presence of antinutrients factor, such as curcin and phorbolester. This antinutrients could interferes body protein synthesis. Detoxification is needed to optimize the meal utilization. The purpose of this study was to evaluate the effects of feeding fermented JCSM using Rhizopus oligosporus on follicle and giblets of quails. The research used 150 of 9 weeks of age quails and were reared during 7 weeks. The treatment diets were BJ0 (diet without JCSM), BJ3 (diet containing 3% fermented JCSM), BJ6 (diet containing 6% fermented JCSM), BJ9 (diet containing 9% fermented JCSM), and BJ12 (diet containing 12% fermented JCSM). The parameters observed were follicle (quantity and weight), the weight percentage of giblets (liver, heart, gizzard, spleen, proventriculus, small intestine, colon, and ceca), and length percentage of intestine. This experiment used Completely Randomize Design with 5 treatments and 3 replications. The data were analysed using Analyses of Variance (ANOVA). The results showed that feeding fermented JCSM up to 12% significantly (P < 0.05) decreased the quantity of the follicle.

(38)

FOLIKEL KUNING TELUR DAN ORGAN DALAM PUYUH

YANG DIBERI

BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR

(

Jatropha curcas

L.) DIFERMENTASI

Rhizopus oligosporus

FITRI AGUSTINI SANTOSA D24080385

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(39)

Judul :Folikel Kuning Telur dan Organ Dalam Puyuh yang DiberiBungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Difermentasi Rhizopus oligosporus

Nama : Fitri Agustini Santosa NIM : D24080385

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

(Dr. Ir. Sumiati, M.Sc) NIP. 19611017 198603 2 001

Pembimbing Anggota,

(Ir. Lilis Khotijah, M.Si) NIP. 19660703 199203 2 003

Mengetahui: Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr.) NIP. 19670506 199103 1 001

(40)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Agustus 1990 di Sumedang, Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari pasangan Bapak Drs. Firman Santosa Wijaya dan Ibu Dra. Titin Solehatini.

Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1996 di Sekolah Dasar Negeri 2 Leuwi Bandung, kemudian dilanjutkan di Sekolah Dasar Negeri Cipeundeuy, dan

diselesaikan pada tahun 2002 di Sekolah Dasar Negeri Karang Setra. Pendidikan menengah pertama dimulai pada tahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2005 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Soreang. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Margahayu pada tahun 2005 dan diselesaikan pada tahun 2008.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2009. Penulis aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) periode 2010-2011 sebagai staf Informasi dan Komunikasi. Penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gentra Kaheman periode 2010-2011 sebagai staf Hubungan Eksternal. Penulis juga aktif dalam Himpunan Mahasiswa Nutrisi Ternak (Himasiter) sebagai staf Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) periode 2011-2012. Penulis pernah mengikuti kegiatan magang di Dagker Farm pada tahun 2010. Penulis berkesempatan menjadi penerima beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) 2010-2012. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Teknik dan Formulasi Ransum, serta Pengantar Manajemen Pastura pada tahun 2012.

Bogor, Juli 2012

(41)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan.

Skripsi ini berjudul “Folikel Kuning Telur dan Organ Dalam Puyuh yang

Diberi Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Difermentasi Rhizopus oligosporus”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2011 di

Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Harga pakan sumber protein yang berkualitas tinggi semakin mahal akibat meningkatnya harga bahan baku impor, seperti tepung ikan dan bungkil kedelai. Hal ini menyebabkan pemanfaatan bahan baku lokal semakin dibutuhkan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak dengan cara mengoptimalkan limbah pertanian atau perkebunan. Bungkil biji jarak pagar (BBJP) merupakan hasil samping biofuel yang memiliki kandungan protein tinggi yaitu 24,6%, sehingga berpotensi sebagai bahan pakan ternak sumber protein. Pemanfaatan BBJP menjadi tidak optimal akibat dari beberapa racun dan antinutrisi di dalam BBJP. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menurunkan atau menghilangkan senyawa antinutrisi tersebut. Detoksifikasi yang dilakukan pada penelitian ini dengan fermentasi menggunakan Rhizopus oligosporus. Bungkil biji jarak pagar yang difermentasi menggunakan Rhizopus oligosporus diharapkan dapat menurunkan kadar racun dan antinutrisi, serta meningkatkan kualitas nutrisi BBJP.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan kritik maupun saran dalam penelitian hingga penyelesaian penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sumber informasi dalam dunia peternakan.

Bogor, Juli 2012

(42)
(43)
(44)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Komposisi Asam Amino Esensial Bungkil Biji Jarak Pagar dan

Referensi Asam Amino FAO untuk Anak Umur 3-5 Tahun ... 4 2. Kadar Antinutrisi BBJP Tanpa Diolah dan BBJP Fermentasi ... 10 3. Komposisi dan Kandungan Zat Makanan Ransum Puyuh Penelitian 17 4. Kandungan Nutrien Bungkil Biji Jarak Pagar Tanpa Diolah dan

Fermentasi ... 18 5. Rataan Jumlah dan Bobot Folikel Kuning Telur Puyuh Umur 15

Minggu ... 21 6. Rataan Persentase Bobot Organ Dalam Puyuh Umur 15 Minggu .... 24 7. Rataan Persentase Bobot dan Panjang Saluran Pencernaan Puyuh

(45)

DAFTAR GAMBAR

(46)

DAFTAR LAMPIRAN

(47)

1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ternak puyuh merupakan salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat. Puyuh dapat dimanfaatkan sebagai penghasil telur dan daging. Puyuh mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap penyakit dan mudah dalam pemeliharaannya. Populasi ternak puyuh tahun 2009, 2010, dan 2011 berturut-turut adalah 7.542.757, 7.053.576, dan 7.055.537 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011). Ketersediaan pakan berkualitas yang aman bagi ternak dan cukup sepanjang tahun merupakan upaya peningkatan produktivitas dan kualitas ternak puyuh.

Harga bahan pakan sumber protein yang berkualitas tinggi semakin mahal akibat meningkatnya harga bahan baku impor, seperti tepung ikan dan bungkil kedelai. Hal ini menyebabkan pemanfaatan bahan baku lokal semakin dibutuhkan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak dengan cara mengoptimalkan limbah pertanian atau perkebunan.

(48)

2 Pengolahan fisik dilakukan dengan pemanasan menggunakan autoclave (121 ºC, 30 menit), pengolahan kimiawi dengan penambahan NaHCO3, dan pengolahan biologis

dengan cara fermentasi. Pengolahan bungkil biji jarak pagar pada penelitian ini dilakukan dengan fermentasi menggunakan Rhizopus oligosporus. Menurut Belewu dan Sam (2010), R. oligosporus dapat meningkatkan protein kasar dan menurunkan racun bungkil biji jarak pagar berupa phorbolester dan curcin, serta antinutrisi berupa inhibitor tripsin, saponin, dan asam fitat. Han et al.(2003) menyatakan bahwa

R. oligosporus menghasilkan enzim protease, lipase, glutaminase, α-amylase, dan α -galactosidase. Enzim-enzim yang dihasilkan R. oligosporus diharapkan dapat menurunkan kadar racun dan antinutrisi, serta meningkatkan kualitas nutrisi bungkil biji jarak pagar.

Tujuan

(49)

3

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak Pagar

Tanaman jarak termasuk ke dalam famili Eurphobiaceae yang merupakan bahan baku biodiesel. Jarak pagar kaya akan minyak dan protein. Bahan baku biodiesel diperoleh dari ekstraksi minyak dari biji jarak pagar. Limbah berupa bungkil biji jarak pagar merupakan hasil dari pengolahan ekstraksi biji jarak pagar dan berpotensi digunakan sebagai bahan pakan ternak setelah diekstrasi (Devappa et al., 2010). Klasifikasi tanaman jarak pagar menurut Hambali et al. (2006) yaitu: Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Subkelas : Rosidae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha curcas Linn.

Menurut Hambali et al. (2006), produktivitas jarak pagar mencapai 2-4 kg biji/pohon/tahun. Populasi tanaman setiap 1 ha lahan dengan 2.500 pohon menghasilkan 5-10 ton biji dalam setahun. Rendemen minyak pada jarak pagar sekitar 30%, maka setiap ha lahan potensi bungkil biji jarak pagar bisa mencapai 3,5-7 ton/tahun. Tanaman jarak pagar disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

(50)

4

Bungkil Biji Jarak Pagar

Produksi biji jarak pagar di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 7081 ton. Potensi bungkil biji jarak pagar di Indonesia mencapai 4.956,7 ton/tahun dengan kandungan bungkil biji jarak pagar sebesar 70% dari biji jarak pagar (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011). Bungkil biji jarak pagar berkulit memiliki kandungan protein kasar yang tinggi yaitu 24,6%, sehingga bungkil biji jarak pagar ini sangat potensial sebagai pakan ternak sumber protein (Akintayo, 2004). Bungkil biji jarak pagar dapat menyediakan semua asam amino esensial dalam jumlah yang cukup dibandingkan referensi asam amino menurut FAO (Food and Agriculture Organization) untuk anak umur 3-5 tahun, kecuali lisin (Makkar et al., 1998; Martinez-Herrera et al., 2006; Selje-Assmann et al., 2007). Keseimbangan asam amino esensial pada bungkil biji jarak pagar dapat digunakan oleh anak masa pertumbuhan untuk memenuhi kebutuhan asam amino di dalam tubuh. Komposisi asam amino esensial bungkil biji jarak pagar (BBJP) dan referensi asam amino FAO untuk anak umur 3-5 tahun disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Asam Amino Esensial Bungkil Biji Jarak Pagar (BBJP) dan Referensi Asam Amino FAO untuk Anak Umur 3-5 Tahun

(51)

5 Phorbolester

Menurut Makkar dan Becker (1997), konsentrasi phorbolester pada biji jarak pagar merupakan racun utama yang berperan dalam toksisitas yang dimiliki oleh biji jarak pagar. Struktur kimia phorbolester disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Kimia Phorbolester

Sumber : http://www.highfiber.com/~galenvtp/vtlphrbl.htm

Menurut Goel et al. (2007), phorbolester dapat menyebabkan efek biologis yang luar biasa walaupun dalam konsentrasi rendah. Phorbolester merupakan pemacu terjadinya tumor karena menstimulasi PKC (Protein Kinase C), sehingga dapat mempengaruhi penyaluran sinyal dan perkembangan sel, merusak jaringan, serta berbagai efek biologis yang kuat terhadap berbagai organisme. Aktivitas biologi PKC (Protein Kinase C) mengalami perubahan pada proses fosfolipid, sintesis protein, aktivitas enzim, sintetis DNA, posporilasi protein, diferensiasi sel, dan ekspresi gen. Phorbolester memiliki sifat karsinogen, pencahar, dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mabuk, muntah, serta diare. Mosior dan Newton (1995) menyatakan bahwakerja phorbolester adalah mengubah PKC menjadi bentuk aktif yang tidak dapat keluar dari membran apabila telah masuk ke dalam membran. Devappa et al. (2008) menyatakan bahwa phorbolester dapat menyebabkan penurunan konsumsi ransum dan pertumbuhan tikus. Pemberian lebih dari 16%

Jatropha curcas L. dalam ransum mencit dengan kosentrasi phorbolester 0,13 mg/g dapat menurunkan konsumsi ransum dan bobot badan mencit. Batas toleransi taraf

(52)

6 rusak dengan perlakuan pemanasan, bahkan dengan suhu sekitar 160 oC selama 30 menit karena racun ini akan tetap aktif (Martinez-Herrera et al., 2006). Phorbolester

tetap aktif meskipun dilakukan pemanasan, tetapi konsentrasi phorbolester dapat diturunkan dengan perlakuan kimiawi menggunakan NaOH (Makkar dan Becker, 1997 ; Aregheore et al., 2003). Skema efek phorbolester terhadap tubuh disajikan pada Gambar 3.

Phorbolester

melepaskan protease, sitokin

mengaktivasi NADPH oksidase

jaringan rusak

menimbulkan rasa sakit Gambar 3. Efek Phorbolester terhadap Tubuh

Sumber : Goel et al. (2007)

Curcin

Curcin adalah fitotoxin atau toxalbumin yang memiliki molekul protein besar, kompleks dan sangat beracun, menyerupai struktur dan fisiologi racun bakteri, serta tidak tahan terhadap panas. Curcin dapat berfungsi sebagai pengikat dari glycoprotein (biomolekul yang merupakan gabungan dari protein dan karbohidrat) pada permukaan sel. Mekanisme curcin berhubungan dengan aktivitas N-glycosidase yang kemudian dapat mempengaruhi metabolisme (Lin et al., 2003). Curcin mampu mengikat sel epitel dalam saluran pencernaan, sehingga curcin dapat menyebabkan gangguan pada penyerapan dan fungsi pencernaan secara keseluruhan. Pengikatan curcin pada epitel usus dapat mengganggu disorganisasi sel penyerapan utama yang menyebabkan penurunan luas permukaan serap dan penyerapan nutrien. Curcin mengganggu sistem metabolisme tubuh, protein, lemak, dan karbohidrat

(53)

7 selama 30 menit) (Aregheore et al., 2003) dan perlakuan kimiawi menggunakan 0,07% NaHCO3 (Martinez-Herrera et al., 2006). Struktur kimia curcin disajikan pada

Gambar 4.

Gambar 4. Struktur Kimia Curcin

Sumber : www. Giftpflanzen.com/Jatropha curcas/html

Asam Fitat

Asam fitat merupakan bentuk penyimpanan phosfor (P) dalam biji-bijian mencapai 80% dari total phospor. Asam fitat dapat berikatan dengan mineral (K, Mg, Ca, Zn, Fe, dan Cu), sehingga dapat mengurangi ketersediaan dan kecernaan mineral di dalam tubuh (Baruah et al., 2004). Struktur kimia asam fitat disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Struktur Asam Fitat Sumber : id.m.wikipedia.org

Menurut Martinez-Herrera et al. (2006), asam fitat yang terkandung di dalam

(54)

8

Saponin

Saponin merupakan senyawa fitokimia yang terdiri dari steroid yang membentuk satu atau lebih ikatan gula. Saponin merupakan antinutrisi yang dapat menyebabkan fotosensitisasi (Pirez et al., 2002). Saponin yang terkandung di dalam

Jatropha curcas L. yaitu 2,1%-2,9% (Martinez-Herrera et al., 2006) lebih rendah dari yang dilaporkan (Makkar et al., 1998) yaitu 4,7%. Saponin dapat diinaktifkan dengan perlakuan pemanasan (Martinez-Herera et al., 2006). Struktur kimia saponin disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Struktur Kimia Saponin

Sumber : backupccrc.wordpress.com

Inhibitor Tripsin

Jatropha curcas L. memiliki antinutrisi inhibitor tripsin yang berefek negatif terhadap fisiologis monogastrik. Inhibitor tripsin mengganggu secara fisiologis pada proses pencernaan melalui interaksi langsung dengan enzim proteolitik pankreas, sehingga kecernaan protein menurun. Inhibitor tripsin dapat dinonaktifkan dengan pemanasan (autoclave) pada 121 oC selama 25 menit (Martinez-Herrera et al., 2006). Struktur kimia inhibitor tripsin disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Struktur Kimia Inhibitor Tripsin

Sumber : sciencedirect.com

(55)

9 Teknik pengolahan untuk menurunkan atau menghilangkan racun dan antinutrisi bungkil biji jarak pagar dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya pengolahan fisik, kimiawi, dan biologis. Pengolahan fisik dilakukan dengan pemanasan (121 ºC, 30 menit) dan diikuti pencucian (pengolahan kimiawi) dengan metanol 92% sebanyak 4 kali dapat menurunkan kadar phorbolester bungkil biji jarak pagar sebesar 94,94% (Aregheore et al., 2003), serta pengolahan biologis dengan fermentasi menggunakan berbagai kapang (Tjakradidjaja et al., 2007). Pemberian bungkil biji jarak pagar sebesar 20 g/kg BB (bobot badan) pada ransum tikus setelah didetoksifikasi dengan perlakuan pemanasan (121 oC, 30 menit) dan pencucian dengan metanol 92% sebanyak lima kali, tidak menyebabkan kematian tikus (Sudrajat et al., 2008). Devappa dan Bhagya (2007) menyatakan bahwa perlakuan kimiawi dapat menurunkan kadar phorbolester sampai 90% dan penambahan 2% NaOH atau 2% Ca(OH)2 dapat menurunkan kadar phorbolester

sampai 89% (Devappa et al., 2008).

Wina et al. (2010) menyatakan bahwa proses fermentasi baik aerob (dengan

Neurosphora sitophila atau Aspergillus oryzae) maupun anaerob (dengan cairan rumen) berhasil menurunkan kadar senyawa toksin dalam bungkil biji jarak (BBJ) sampai taraf aman pada penggunaan BBJ sebanyak 4% dari ransum, sehingga kematian ayam sangat rendah yaitu 0,6%. Perlakuan detoksifikasi terbaik terhadap bungkil biji jarak adalah perlakuan kombinasi antara fisik dengan kimiawi (autoclave) dan dilanjutkan dengan ekstraksi dengan heksan dan metanol) dibandingkan dengan fermentasi bungkil biji jarak masing-masing menggunakan N. Sitophila, A. oryzae, dan menggunakan cairan rumen sapi. Perlakuan gabungan otoklaf dengan ekstrak heksan-panas dan metanol (OEHM) pada BBJ selama periode pemulihan (recovery) dapat meningkatkan pertambahan bobot hidup dibandingkan dengan perlakuan secara biologis.

Gambar

Tabel 1. Komposisi Asam Amino Esensial Bungkil Biji Jarak Pagar (BBJP) dan
Gambar 3.  Efek Phorbolester terhadap Tubuh
Gambar 4.
Tabel 3.  Komposisi dan Kandungan Zat Makanan Ransum Puyuh Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

pada pasien penyakit jantung koroner di ruang rawat inap

“Stabilisasi Tanah Dengan Semen Untuk Peningkatan Daya Dukung Tanah Terhadap Tebal Perkerasan Kaku Pada Ruas Jalan Bangkalan – Ketapang”. Tugas Akhir UPN Jawa

mengalami peningkatan maka akan terjadi kenaikan pendapatan bunga lebih besar.. dibanding dengan kenaikan biaya

kecamatan di wilayah Kabupaten Sumba Timur. Data karakteristik wilayah pendayagunaan sumber daya air yang terdiri atas potensi sumber air, IPA, jumlah penduduk, sawah,

menggunakan uji statistik Annova dengan nilai p value sebesar 0,79 (0,79 &gt; 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh shift pagi, shift siang dan shift

• Kesukaran dalam mem pertahankan perhatian pada tugas atau aktivitas bermain.. • Sering tidak meningkuti petunjuk dan gagal

Dampak keseriusan dalam menangani limbah yang berasal dari 3 (tiga) unit pabrik tersebut diputuskan untuk melakukan investasi dalam proyek pembangunan bangunan Incinerator

Dari hasil wawancara dengan guru biologi alat peraga tersebut tidak ada dikarenakan sekolah belum menetapkan secara keseluruhan standar sarana dan prasarana yang