ABSTRACT
Application of Waterbased and Oilbased Wood Finishes
On Five Wood Species from Community Forest
by
1)
Ika Nur Aprilia Ningtyas, 2) I Wayan Darmawan
Timber from community forest did not have a good appearance than natural forest. One of the method to repair this condition is finding a good finishing technique to this community timber, especially community timber for furniture. Global warming issue also influence the forest industry in Indonesia, especially the forest industry which export their product to Japan and Europe. Their product must have a little VOC (Volatile Organic Compound). This research investigated the application and characteristic from waterbased finishes and oil finishes on the five community timber.
This research was conducted on Mei until November, 2011 in Improvement of Forest Product Quality Laboratory, Forestry of Faculty, Bogor Agricultural University. Finishing materials which is used in this research was Propan PU as oil finishes and Impra Aqua as waterbased finishes. The community timber which was used in this research is Akasia (Acacia mangium), Nangka (Artocarpus heterophyllus), Jati (Tectona grandis), Mindi (Melia azedarach), and
Mahoni (Swietenia macrophylla). This sample board was distinguished by the flat
sawn and quarter sawn, and wet water content and dry water content. This sample was made measuring 20 cm x 10 cm x 2 cm.
Based on this research, spray gun is the best equipment to apply the Impra Aqua. In addition, Impra Aqua product is odorless and does not cause irritation of the eye. It means that it is safe for health and can be used in the process painting is easy to clean. However, the color of lacquer/top coat which is produced by using Aqua Lacquer is less shiny than using Poly Urethane Lacquer, yet both Clear Gloss. Endurance test sample of household chemicals, heat and cold well and taking Propan Poly Urethane or Impra Aqua did not show too differences because they both get into the classes 9-8. Sample taking Propan Poly Urethane is more resistant to attack soil termite (Coptotermes curvignathus Holmgren) than the sample using Impra Aqua because Propan Poly Urethane have strong odors that
are not favored by soil termite (Coptotermes curvignathus Holmgren).
Keywords: Finishing, Propan Poly Urethane, Impra Aqua.
1)
Student of Forest Product Department, Faculty of Forestry, IPB.
2)
IKA NUR APRILIA NINGTYAS. Aplikasi Bahan Finishing Pelarut Air dan
Pelarut Minyak pada Lima Jenis Kayu Rakyat. Dibimbing oleh I WAYAN
DARMAWAN.
Kayu yang berasal dari hutan rakyat memiliki penampilan yang kurang bagus jika dibandingkan dengan kayu-kayu yang berasal dari hutan alam. Salah satu cara untuk menanggulangi hal tersebut adalah dengan menemukan teknik
finishing yang baik terhadap kayu-kayu dari hutan rakyat, terutama kayu-kayu
yang akan dijadikan bahan baku furniture. Semakin maraknya isu global warming
belakangan ini, memberi pengaruh bagi industri kehutanan terutama industri-industri kehutanan yang mengekspor produknya ke Jepang dan Eropa. Industri-industri ini diharuskan menghasilkan emisi pelarut organik yang rendah pada produk-produknya. Penelitian ini ingin mengetahui aplikasi dan karakteristik
untuk bahan finishing pelarut air dan pelarut minyak pada lima jenis kayu rakyat.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai November 2011 di
Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bahan finishing kayu yang dipakai pada penelitian ini adalah Propran Poly Urethane sebagai bahan finishing kayu macrophylla). Papan contoh uji dibedakan berdasarkan papan tangensial dan papan radial serta kadar air basah (± 20-25%) dan kadar air kering udara (± 10-12%). Contoh uji yang dibuat berukuran 20 cm x 10 cm x 2 cm.
Berdasarkan hasil penelitian, peralatan yang paling baik digunakan pada
pengaplikasikan Impra Aqua adalah spray gun. Selain itu, produk Impra Aqua
tidak mengeluarkan bau dan tidak mengakibatkan iritasi pada mata sehingga aman bagi kesehatan dan peralatan yang digunakan pada proses pengecatan mudah
untuk dibersihkan. Namun, warna lacquer/top coat yang dihasilkan dengan
memakai Aqua Lacquer kurang mengkilap dibandingkan dengan memakai Poly
Urethane Lacquer meskipun sama-sama Clear Gloss. Daya tahan contoh uji terhadap bahan kimia rumah tangga, panas dan dingin baik yang memakai Propan
Poly Urethane maupun Impra Aqua tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok karena keduanya sama-sama masuk ke dalam kelas 9-8. Contoh uji yang memakai Propan Poly Urethane lebih tahan terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dibandingkan contoh uji yang memakai Impra Aqua
karena bahan finishing Propan Poly Urethane memiliki bau yang menyengat
sehingga tidak disukai oleh rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren).
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak dulu Indonesia dikenal dengan sebutan zamrud khatulistiwa.
Zamrud merupakan pencerminan dari keadaan alam Indonesia yang dipenuhi
dengan hutan. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
menyatakan bahwa, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan
lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan. Hutan memiliki tiga fungsi yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung,
dan fungsi produksi.
Akhir tahun 1960-an, terjadi penebangan hutan secara besar-besaran di
Indonesia, yang dikenal dengan sebutan banjir-kap, di mana orang melakukan
penebangan kayu secara manual. Sementara itu, berawal dari tahun 1970, terjadi
penebangan hutan skala besar dan dilanjutkan dengan dikeluarkannya izin-izin
pengusahaan hutan tanaman industri pada tahun 1990, yang melakukan tebang
habis (land clearing). Selain itu, areal hutan juga dialihfungsikan menjadi kawasan perkebunan dalam skala besar yang juga melakukan pembabatan hutan
secara menyeluruh, menjadi kawasan transmigrasi dan juga menjadi kawasan
pengembangan perkotaan (Prawiro 2008).
Untuk menanggulangi akibat dari penebangan hutan secara besar-besaran
tersebut maka pada tahun 2004 dicanangkan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan
(GERHAN). Salah satu kegiatan dalam gerakan tersebut adalah dengan
memanfaatkan hutan rakyat sebagai sumber pasokan kayu bagi industri
kehutanan. Bersama dengan HTI (Hutan Tanaman Industri), hutan rakyat
diharapkan dapat menjadi pemasok kayu utama bagi industri kehutanan.
Berdasarkan kualitas, kayu-kayu yang berasal dari hutan rakyat memiliki
penampilan yang kurang bagus jika dibandingkan dengan kayu-kayu yang berasal
dari hutan alam. Salah satu cara untuk menanggulangi hal tersebut adalah dengan
menemukan teknik finishing yang baik terhadap kayu-kayu dari hutan rakyat,
dapat dilakukan dengan beberapa pemahaman terhadap pemilihan kayu-kayu yang
digunakan, sifat-sifat bahan finishing, serta tujuan pengaplikasian bahan finishing
yang akan dilakukan (Solikhin 2006, diacu dalam Mulyana 2007).
Semakin maraknya isu global warming belakangan ini, memberi pengaruh
bagi industri kehutanan terutama industri-industri kehutanan yang mengekspor
produknya ke luar negeri seperti Jepang dan Eropa. Industri-industri ini
diharuskan menghasilkan emisi pelarut organik yang rendah pada
produk-produknya. Atas dasar ini, terjadi pembaharuan pada bahan finishing kayu.
Mayoritas bahan finishing kayu yang beredar saat ini adalah bahan finishing
pelarut minyak. Namun, sekarang sudah ada bahan finishing pelarut air yang
kadar emisi pelarut organiknya rendah. Oleh karena itu, penelitian ini ingin
mengetahui aplikasi dan karakteristik bahan finishing pelarut air dan pelarut minyak pada lima jenis kayu rakyat.
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kondisi aplikasi dan karakteristik bahan finishing kayu pelarut air dan minyak yang diaplikasikan pada lima jenis kayu rakyat yaitu Akasia (Acacia mangium),
Nangka (Artocarpus heterophyllus), Jati (Tectona grandis), Mindi (Melia azedarach), dan Mahoni (Swietenia macrophylla).
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi industri furniture di
Indonesia dalam mengaplikasikan bahan finishing kayu pelarut air dan minyak sehingga menghasilkan produk-produk kayu berkualitas tinggi yang berasal dari
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis Kayu
2.1.1 Akasia (Acacia mangium)
Kayu Akasia memiliki nama latin Acacia mangium dengan nama daerah
seperti kasia dan kihia (Jawa Barat). Kayu teras Akasia memiliki warna cokelat
pucat sampai cokelat tua, kadang-kadang cokelat zaitun sampai cokelat kelabu,
batasnya tegas dengan gubal yang berwarna kuning pucat sampai kuning jerami.
Coraknya polos atau berjalur-jalur dengan jalur berwarna gelap dan terang
bergantian pada bidang radial. Teksturnya halus sampai agak kasar dan merata. A.
mangium memiliki berat jenis rata-rata 0,61 (0,43-0,66) sehingga termasuk kelas awet III dan kelas kuat II-III. Kayu Akasia biasa digunakan sebagai bahan
konstruksi ringan sampai berat, rangka pintu dan jendela, perabot rumah tangga,
lantai, papan dinding, tiang-tiang pancang, gerobak dan rodanya, pemeras minyak,
gagang alat, alat pertanian, kotak dan batang korek api, papan partikel, papan
serat, vinir dan kayu lapis, pulp dan kertas; selain itu baik juga untuk kayu bakar
dan arang (Pandit & Kurniawan 2008).
2.1.2 Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Nangka memiliki nama botani Artocarpus heterophyllus Lamk. Menurut
Verheij dan Coronel (l992), Nangka memiliki nama lain seperti Jackfruit
(Inggris), Jacquier (Prancis), Nongko (Javanese), Langka (Filipina), Khanun
(Thailand). Nama daerah untuk Nangka pun bermacam-macam seperti nangko
atau nangka (Jawa), anaane (Ambon), panaih (Aceh), lumasa atau malasa
(Lampung), dan nama lainnya.
Pohon Nangka umumnya berukuran sedang, memiliki tinggi 20-30 m,
diameter batang mencapai 100 cm, seluruh bagian mengeluarkan getah putih bila
dilukai. Kayu nangka telah banyak digunakan di Srilanka, India, dan Eropa
(Verheij & Coronel 1992, diacu dalam Luza 2009). Berat jenisnya adalah 0,61
sehingga masuk ke dalam kelas kuat II-III dan kelas awet II-III. Kayu Nangka
2.1.3 Jati (Tectona grandis)
Kayu Jati yang memiliki nama latin Tectona grandis, dikenal dengan
nama lain Teak ( Inggris, Amerika, Jerman), Mai Sak (Thailand), Segwan (India),
Teck (Perancis), dan Teca (Brazil). Nama daerah untuk Jati adalah Deleg,
Dodolan, Jate, Jateh, Jatos, dan Kulidawa untuk daerah Jawa. Kayu Jati termasuk
ke dalam famili Verbenaceae, dan memiliki terkstur yang agak kasar hingga kasar
serta warna kayu teras kuning emas kecokelatan hingga cokelat kemerahan. Kayu
teras dengan mudah dibedakan dari kayu gubalnya yang berwarna putih agak
keabu-abuan. Berat jenis kayu Jati rata-rata 0,67 (0,62-0,75) sehingga termasuk ke
dalam kelas kuat II dan kelas awet I-II (Martawijaya et al. 1981). Kayu Jati banyak dipakai sebagai bahan bangunan, kusen pintu dan jendela, pintu panel,
bantalan kereta api, perabot rumah tangga, karoseri badan truk, dek kapal, parket,
lumber sering dan vinir indah (Pandit & Kurniawan 2008).
2.1.4 Mindi (Melia azedarach)
Pohon mindi atau geringging (Melia azedarach L.) dari famili Meliaceae
merupakan jenis pohon cepat tumbuh dan selalu hijau di daerah tropis dan
menggugurkan daun selama musim dingin, suka cahaya, agak tahan kekeringan,
agak toleran terhadap salinitas tanah dan subur di bawah titik beku. Pada umur 10
tahun dapat mencapai tinggi bebas cabang 8 meter dan diameter ± 40 cm. Nama
daerah dari mindi adalah geringging, mementin, mindi (Jawa); jempinis (NTB);
belile, bere, embora, kemel, lamoa, lemua, menga, mera (NTT), sedangkan di
negara lain, mindi dikenal dengan nama Paternostertree, Persian lilac, Chinaberry,
China tree (UK, USA); arbre de paternoster (Fr); árbol de paternoster, paraiso
(Sp); albero di paternoster (It); paternostertäd (Sw); paternoster boom (Nl);
Paternosterbaum (Gm); may rien (Vietnam); ku lian zi (China).
Pohon mindi memiliki persebaran alami di India dan Burma, banyak
ditanam di daerah tropis dan subtropis, di Indonesia banyak ditanam di daerah
Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Papua. Tinggi pohon mencapai 45 m,
tinggi bebas cabang 8-20 m, diameter sampai 60-185 cm, tidak berbanir. Tajuk
menyerupai payung, percabangan melebar, kadang menggugurkan daun. Kulit
luar berwarna merah-coklat sampai kelabu hitam, beralur dangkal sampai dalam,
5
berbanir; kulit batang (papagan) abu-abu coklat, beralur membentuk garis-garis
dan bersisik. Kayu teras berwarna merah-coklat muda semu-semu ungu, kayu
gubal berwarna putih kemerah-merahan dan mempunyai batas yang jelas dengan
kayu teras. Tekstur kayu sangat kasar, arah serat lurus atau agak berpadu,
permukaan kayu agak licin, permukaan kayu mengkilap indah.
Berat jenisnya adalah 0,53 (0,42-0,65), masuk ke dalam kelas kuat III-II.
Kayu mindi masuk ke dalam kelas awet IV-V dan berdasarkan hasil uji kubur,
jenis kayu ini termasuk kelas awet V. Daya tahannya terhadap jamur pelapuk
kayu termasuk kelas II-III. Kayu mindi dapat digunakan untuk peti teh, papan dan
bangunan di bawah atap, panil, vinir hias dan sortimen yang berat mungkin baik
untuk mebel (Martawijaya et al. 1989).
2.1.5 Mahoni (Swietenia macrophylla)
Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla) memiliki nama lain mahagoni.
Terasnya berwarna merah, merah muda kekuningan waktu masih segar kemudian
lama-kelamaan berubah menjadi merah tua kecoklatan. Mudah dibedakan dengan
gubal berwarna putih kekuningan. Teksturnya halus, sedang sampai agak kasar.
Permukaan kayu agak licin dan mengkilap, arah serat tidak teratur menimbulkan
corak bervariasi dan indah. Kekerasannya sedang dan agak berat. Rata-rata berat
jenis kayu Mahoni adalah 0,62 (0,53-0,72) sehingga masuk ke kelas kuat II-III
dan kelas awet III. Kayu Mahoni banyak digunakan sebagai perabot rumah
tangga, vinir indah dan kayu lapis, barang kerajinan dan perpatungan, barang
bubutan, pintu panel, dan komponen alat musik (Pandit & Kurniawan 2008).
2.2 Pengetahuan Dasar Finishing
Finishing merupakan lapisan paling akhir pada permukaan kayu. Proses ini bertujuan untuk memberikan nilai estetika yang lebih baik pada perabot kayu
dan juga berfungsi untuk menutupi beberapa kelemahan kayu dalam hal warna,
tekstur, atau kualitas ketahanan permukaan pada material tertentu. Tujuan lainnya
adalah untuk melindungi kayu dari kondisi luar (cuaca, suhu udara, dll) ataupun
benturan dengan barang lain. Dengan kata lain untuk menambah daya tahan dan
(Feirer 1979, diacu dalam Sein 1998), berdasarkan tujuan pemakaian,
bahan finishing biasanya dibedakan dengan istilah interior dan eksterior. Interior berarti penggunaan bahan finishing pada material yang berada di luar ruangan.
Selanjutnya Feirer mengatakan bahwa bahan finishing ekterior dapat
dikelompokkan ke dalam tipe berpenetrasi (penetration type) dan tipe permukaan
(surface type). Bahan finishing yang termasuk tipe berpenetrasi adalah bahan
pewarna dan bahan pengawet, sedangkan bahan finishing tipe permukaan adalah
cat dan pernis. Kedua tipe tersebut sesuai untuk sebagian besar pelaksanaan
finishing kayu eksterior.
Dilihat dari jenis bahan, pada dasarnya ada dua macam jenis finishing
untuk kayu, yaitu :
1. Finishing bahan padat, material ini 100% menutupi permukaan kayu dan menyembunyikan tampak aslinya. Fisik bahan ini berupa lembaran atau rol.
Populer untuk pemakaian furniture indoor dengan bahan dasar plywood,
MDF, hardboard, softboard, dan jenis lembaran lainnya.
2. Finishing bahan cair, sangat banyak jenis dan variasi aplikasinya. Paling populer digunakan pada seluruh jenis furniture kayu. Bersifat lebih fleksibel daripada finishing dari jenis bahan yang padat. Sangat baik untuk finishing
permukaan bidang lebar ataupun melengkung. Pada teknologi terbaru
sekarang ini, jenis finishing akhir cairan bisa memiliki kualitas yang sama
kuatnya pada permukaan yang lebar pada plywood dan MDF. Jenis bahan
finishing cair yang telah digunakan saat ini antara lain :
a. Oil
Jenis finishing paling sederhana dan mudah aplikasinya. Bahan ini tidak
membentuk lapisan film pada permukaan kayu. Oil meresap ke dalam
pori-pori kayu dan tinggal di dalamnya untuk mencegah air keluar atau
masuk dari pori-pori kayu. Cara aplikasinya dengan menyiram, merendam,
atau melumuri benda kerja dengan oil kemudian dibersihkan dengan kain
kering. Bahan ini tidak memberikan keawetan pada aspek benturan,
7
b. Politur
Bahan dasar finishing ini adalah shellac yang berwujud serpihan atau batangan kemudian dicairkan dengan alkohol. Dalam hal ini, alkohol
bekerja sebagai pencair (solvent). Setelah diaplikasikan ke benda kerja, alkohol akan menguap. Aplikasi dengan cara membasahi kain (sebaiknya
yang berbahan katun) dan memoleskannya secara berkala pada permukaan
kayu hingga mendapatkan lapisan tipis finishing (film) pada permukaan kayu. Semakin banyak polesan akan membuat lapisan semakin tebal.
c. Nitro Cellulose (NC)
Jenis yang saat ini populer dan mudah diaplikasikan adalah NC (Nitro Cellulose) lacquer. Bahan finishing ini terbuat dari resin
Nitrocellulose/alkyd yang dicampur dengan bahan solvent yang cepat kering, biasa disebut thinner. Bahan ini tahan air (tidak rusak apabila terkena air) tapi masih belum kuat menahan goresan. Kekerasan lapisan
film NC tidak cukup keras untuk menahan benturan fisik. Meskipun sudah
kering, NC bisa dikupas menggunakan bahan pencairnya (solvent/thinner).
Cara aplikasinya menggunakan sistem spray (semprot) dengan tekanan
udara.
d. Melamine
Sifatnya hampir sama dengan bahan lacquer. Memiliki tingkat kekerasan
lapisan film lebih tinggi dari lacquer akan tetapi bahan kimia yang digunakan akhir-akhir ini menjadi sorotan para konsumen karena
berbahaya bagi lingkungan. Melamine mengandung bahan Formaldehyde
paling tinggi di antara bahan finishing yang lain. Formaldehyde ini
digunakan untuk menambah daya ikat molekul bahan finishing. Pewarnaan
juga lebih bervariasi pada bahan ini.
e. Poly Urethane (PU)
Lebih awet dibandingkan dengan jenis finishing sebelumnya dan lebih
tebal lapisan filmnya. Bahan finishing membentuk lapisan yang
benar-benar menutup permukaan kayu sehingga terbentuk lapisan seperti plastik.
untuk finishing produk outdoor, kusen dan pintu luar atau pagar. Proses pengeringannya juga menggunakan bahan kimia cair yang cepat menguap.
f. Ultra Violet (UV) Lacquer
Satu-satunya aplikasi yang paling efektif saat ini dengan curtain method. Suatu metode aplikasi seperti air curahan yang membentuk tirai tersebut
dengan kecepatan tertentu sehingga membentuk lapisan yang cukup tipis
pada permukaan kayu. Disebut UV Lacquer karena bahan finishing ini
hanya bisa dikeringkan oleh sinar Ultra Violet (UV), paling tepat untuk
benda kerja dengan permukaan lebar papan atau plywood.
g. Waterbased Lacquer
Jenis finishing yang paling populer akhir-akhir ini bagi para konsumen di
Eropa. Menggunakan bahan pencair air murni (yang paling baik) dan resin
akan tertinggal di permukaan kayu. Proses pengeringannya otomatis lebih
lama dari jenis bahan finishing yang lain karena penguapan air jauh lebih
lambat daripada penguapan alkohol ataupun thinner. Namun kualitas
lapisan film yang diciptakan tidak kalah baik dengan NC atau melamine.
Tahan air dan bahkan sekarang sudah ada jenis waterbased lacquer yang
tahan goresan. Keuntungan utama yang diperoleh dari bahan jenis ini
adalah lingkungan dan sosial. Di samping para karyawan ruang finishing
lebih sehat, reaksi penguapan bahan kimia juga lebih kecil di rumah
konsumen.
(Wagner 1967, diacu dalam Syah 1991) menyatakan bahwa cat adalah
campuran dari minyak, pengemulsi, pengering, dan pigmen. Cat adalah campuran
zat padat dan zat cair. Zat padat disebut pigmen yang dapat memberikan
corak/warna, pemburam, dan sangat baik untuk perlindungan. Pigmen biasanya
dibuat dari metal atau mineral. Pigmen putih terbuat dari titanium seng dan timah
sedangkan pigmen hitam terbuat dari karbon. Zat cair terdiri dari getah (gum) dan
minyak yang menyebabkan zat padat dapat tersuspensi, cat lebih tahan lama,
mudah diaplikasikan, tahan terhadap asam dan basa, serta dapat mengikat
partikel-partikel pigmen. Cat dengan sistem pelarut berpenetrasi, baik pada kayu,
khususnya memperlambat perkembangan jamur atau menghalangi blue stain
9
diterangkan bahwa dari semua bahan finishing, cat memberikan perlindungan
terbaik pada kayu terhadap gesekan permukaan.
2.3 Metode Aplikasi Finishing-Spraying
Metode aplikasi finishing dengan alat semprot atau spraying merupakan metode aplikasi yang banyak digunakan di industri furniture saat ini. Hal ini
didukung pula dengan banyaknya bahan finishing yang dibuat dan disesuaikan
untuk aplikasi spraying. Alat kerja yang dipakai dalam spraying adalah
kompresor, selang angin dan spray gun sebagai alat kerja pokok untuk aplikasi
finishing metode spraying. Setelah itu, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih sempurna, diperlukan tambahan peralatan misalnya:
1. Spraybooth: Sebuah bidang penghisap yang terletak di depan aplikator,
berfungsi untuk menyerap overspray dan debu agar tidak menempel pada
benda kerja. Fungsi utamanya adalah agar percikan-percikan partikel finishing
dan debu bergerak menjauhi benda kerja yang sedang disemprot.
Partikel-partikel tersebut bisa mengakibatkan cacat gelembung dan kasar pada
permukaan finishing. Model spraybooth bisa berupa aliran air dan penghisap
udara sehingga partikel overspray bisa langsung menempel pada air. Ada juga
yang hanya aliran udara (tanpa air).
2. Hanging Conveyor: Alat bantu berupa rel panjang (hingga 1000 m) dengan gantungan pada setiap 30-50 cm dan digantung di plafon pabrik. Alat ini
berfungsi untuk menggantungkan benda kerja yang relatif kecil sehingga
operator finishing tidak perlu memegang benda kerja. Keuntungan alat bantu
ini adalah agar seluruh permukaan benda kerja bisa terlapisi bahan finishing
sekaligus tanpa harus menunggu bagian yang lain mengering. Dengan jumlah
gantungan yang cukup banyak, alat ini juga bisa berfungsi sebagai storage
pengeringan.
3. Table Conveyor: Beberapa meja kerja yang bisa berputar 360 derajat dan tersusun seperti kereta di atas rel di area finishing. Alat bantu ini memerlukan area finishing yang luas. Kelebihan alat ini adalah memberikan posisi yang
baik bagi operator untuk melakukan finishing pada bidang lebar karena posisi
Untuk mendapatkan hasil semprot yang lebih baik akan sangat
menguntungkan apabila sudut dan pengaturan spray gun diperhatikan. Pada
bidang yang lebar, sebaiknya diatur agar sudut semprot lebih lebar sehingga bahan
finishing bisa rata. Posisi spray gun juga sebaiknya tegak lurus dengan bidang kerja agar tidak terjadi penumpukkan bahan finishing pada satu area tertentu. Posisi semprot yang tidak tegak lurus akan mudah terlihat pada saat kita
melakukan proses pewarnaan. Pada sisi tertentu akan terlihat lebih gelap daripada
sisi lainnya. Untuk bidang yang sempit misalnya sisi tebal papan samping, kaki
meja atau permukaan kecil lainnya, spray gun bisa diatur agar sudut semprot lebih
kecil sehingga tidak banyak bahan finishing yang terbuang. Posisi dan sudut spray
gun yang baik dapat dilihat pada Gambar 1.
11
Hal yang perlu diperhatikan terutama pada proses aplikasi permukaan
lebar adalah overlap. Overlap artinya proses pengulangan atau penumpukkan
semprot. Dengan sudut semprot yang sudah diatur, untuk bidang di sebelahnya
lebih baik sudut semprot juga dikenakan sekitar 10-15% area semprot sebelumnya
sehingga pada area tersebut mendapatkan kualitas permukaan yang sama dengan
bagian tengahnya (STK 2009).
Secara lebih rinci, masalah-masalah yang sering terjadi pada metode
aplikasi spraying adalah :
1. Orange peel: atomisasi yang tidak memadai, tidak cukup pelarut atau tipis,
spray gun terlalu dekat dengan permukaan atau bergerak terlalu lambat
sehingga menyebabkan riak. Efek orange peel dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Orange peel.
2. Gun sputters : ventilasi udara tersumbat di cup lid, material finishing terlalu tebal, bahan tidak cukup dalam cup atau tipping pada acute angle, terjadi kebocoran pada fluid nozzle atau needle-valve packing nut.
3. Finish leaks from fluid nozzle of spray gun : needle-valve packing nut terlalu
ketat, needle-valve packing membutuhkan minyak, rusaknya batang
fluid-nozzle atau needle-valve, ukuran batang needle-valve salah, pegas dari batang
4. Dry spray: atomisasi berlebihan, ada permukaan yang mengalami
penyemproten berulang, spray gun terlalu jauh dari permukaan atau bergerak
terlalu cepat. Efek dry spray dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Dry spray.
5. Runs or sags: cat yang digunakan terlalu padat, spray gun terlalu dekat
dengan permukaan atau bergerak terlalu lambat, material finishing terlalu
tipis, pemicu tidak terlepas di akhir setiap semprotan ketika
semprotan tidak melampaui objek, spray gun tidak tegak lurus ke permukaan.
Efek ini dapat dilihat di Gambar 4.
Gambar 4. Runs or sags.
13
2.4 Spray Gun
Spray gun adalah alat finishing yang paling efisien dibandingkan dengan
alat-alat finishing lainnya. Kita dapat menghasilkan permukaan yang hampir
mulus dan dapat menyelesaikan permukaan kayu yang lebar dalam waktu singkat.
Spray gun memecah cairan menjadi tetesan kecil/semburan halus oleh dua jet udara yang keluar dari horns di air nozzle. Tetesan tersebut melumuri
permukaan kayu dan mengalir bersama-sama untuk membuat lapisan halus.
Terpecahnya cairan tersebut menjadi tetesan kecil/semburan
halus disebut atomisasi. Ini sangat penting bahwa atomisasi harus baik, atau
tetesan kecil tersebut tidak akan mengalir bersama-sama dengan sempurna
(Flexner 1994).
Hal senada juga diutarakan oleh Michalski (2001), atomisasi didefinisikan
sebagai suatu proses mereduksi cairan menjadi partikel penyemprot halus,
sehingga lapisan dapat diterapkan pada kayu dengan cara yang relatif terkendali.
Dengan tujuan melindungi dan memperindah kayu. Meskipun atomisasi yang
kurang baik akan mempengaruhi kualitas finishing dan menyebabkan orange peel,
namun kualitas finishing tidak semata-mata tergantung pada atomisasi. Hal ini mungkin saja terjadi selama menyemprotkan suatu cairan pelapis, sehingga
overspray dan dry spray. Kelebihan atomisasi menyebabkan beberapa pelarut menguap terlalu cepat. Hal ini menyebabkan partikel kering dan ketidakmampuan
lapisan untuk mengalir keluar. Penggunaan tekanan yang berlebihan dapat
memisahkan cairan dari padatan dalam lapisan. Hal ini disebut sebagai over
shearing atau dry spray.
Spray gun biasa digunakan untuk pengecatan bagian komponen yang mempunyai luasan permukaan yang luas, karena biasanya cat akan menyebar
merata saat disemprotkan dari sprayer. Spray gun dapat menyemprotkan cat
dengan bantuan angin dari kompresor, yang disalurkan melalui selang yang
berada pada bagian bawah handle. Secara lebih rinci, bagian-bagian spray gun
dapat dilihat pada Gambar 5. Pada dasarnya terdapat tiga kontrol utama pada
setiap spray gun (pistol angin), yaitu:
1. Pengatur Volume Bahan Finishing
Kontrol ini berfungsi untuk mengatur besar-kecilnya jumlah bahan yang
keluar dalam sekali tekan/semprot. Sebenarnya knob ini mengatur jarak
lubang nozzle dengan jarum nozzle ketika pelatuk spray gun ditekan. Jarak
tersebut yang membuat udara bertekanan menarik bahan finishing keluar.
Memutar knob tersebut ke kiri (berlawanan arah jarum jam) akan
memperbesar jarak jarum nozzle sehingga bahan finishing lebih banyak keluar.
Tekan pelatuk hingga menyentuh batasnya (penting sekali dalam setiap
penyemprotan) lalu putar knob pada saat yang sama searah jarum jam untuk
mengatur jumlah bahan finishing.
2. Pengatur Jumlah Udara Keluar
Biasanya terletak di samping spray gun dan berfungsi untuk mengatur jumlah
udara yang keluar dalam sekali tekanan pelatuk. Udara bertekanan tersebut
akan keluar melalui lubang di ujung spray gun dan segera bercampur dengan
bahan finishing menjadi partikel yang kecil (atomized). Arah dan ukuran
bahan yang bercampur udara tadi diatur oleh lubang angin di ujung spray gun
(Air Horn). Knob ini pula yang mengatur lebar dan arah semprotan. Dasar
pengaturannya sama dengan Pengatur Bahan Finishing.
3. Pengatur Tekanan udara
Ini adalah kontrol terakhir yang bisa digunakan untuk mengatur semprotan
finishing. Kontrol ini mengatur besar kecilnya tekanan udara yang masuk
melalui spray gun. Semakin kecil tekanan yang akan digunakan, semakin
15
Berbagai produsen spray gun memiliki desain berbeda walaupun prinsip alat kontrolnya masih sama. Jenis-jenis tersebut memiliki fungsi dan kelebihan
masing-masing. Berbagai bentuk spray gun, antara lain :
1. Tabung di bawah pistol: Sering disebut HVLP (High Volume Low Pressure),
paling banyak digunakan untuk aplikasi base coat yang menuntut jumlah
bahan lebih banyak sebagai penutup pori-pori kayu.
2. GravitySpray Gun: Tabung terletak di atas spray gun dan biasanya digunakan untuk finishing akhir (top coat) dengan viscositas yang lebih tinggi.
3. Airless Spray Gun terhubung langsung dengan tabung besar (20 liter) bahan
finishing dan langsung memiliki dua saluran pada pangkalnya. Jenis ini biasanya digunakan untuk pewarnaan dalam jumlah besar agar pencampuran
bahan warna finishing tidak terdapat deviasi yang terlalu besar (STK 2008).
Gambar 6. Berbagai bentuk spray gun.
Adapun prinsip kerja spray gun adalah angin yang berasal dari kompresor
masuk melalui selang input, dan angin akan mengalir melalui pipa kecil ke
sprayer saat picu (trigger) ditekan untuk mengalirkan angin dari kompresor. Saat
angin mengalir menuju sprayer, angin akan menyedot udara atau cat dalam
tabung karena perbedaan tekanan, sehingga cat dapat tersedot dan mengalir
bersama angin menuju sprayer dengan kecepatan tinggi dan disemprotkan untuk
pelapisan benda kerja.
Pengoperasian spray gun biasanya dilakukan dengan cara mencampurkan
cat dengan pelarut untuk mengencerkannya agar cat lebih mudah disedot. Setelah
campuran sesuai, cat dimasukkan ke dalam tabung cat, dan pasang tabung cat ke
spray gun dengan kencang agar terjadi kevakuman dalam tabung cat. Setelah itu,
sampai cat bisa tersemprot dengan lancar. Langkah selanjutnya atur penyemprot
(sprayer) agar cat bisa tersebar dengan merata.
Pemeliharaan spray gun tergolong mudah, agar spray gun dapat digunakan
pada setiap saat dengan lancar, maka setelah pemakaian, spray gun harus
dibersihkan dengan menggunakan thinner atau pelarut cat, agar sisa-sisa cat yang
ada pada ujung sprayer maupun pada pipa penyedot cat tidak kering dan
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu
Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dari
bulan Mei sampai November 2011.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Bahan finishing kayu yang dipakai pada penelitian ini adalah Propran PU
sebagai bahan finishing kayu pelarut minyak dan Impra Aqua sebagai bahan
finishing kayu pelarut air. Bahan pengencer untuk Propan PU adalah thinner
sedangkan bahan pengencer untuk Impra Aqua adalah air bersih. Jenis kayu
rakyat yang dipakai adalah Akasia (A. mangium), Nangka (A. heterophyllus), Jati (T. grandis), Mindi (M. azedarach), dan Mahoni (S. macrophylla). Papan contoh uji dibedakan berdasarkan papan tangensial dan papan radial serta kadar air basah
(± 20-25%) dan kadar air kering udara (± 10-12%). Contoh uji yang dibuat
berukuran 20 cm x 10 cm x 2 cm.
Beberapa bahan dan peralatan lainnya yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kaliper, kipas angin, moisture meter, kape, kertas amplas (no 180, 240 dan
400), kuas, majun atau kain halus, kompresor, spray gun, alat tulis, peralatan keselamatan berupa masker, kamera Casio Exilim, gelas, pipet, es batu, air panas,
pemanas air, kecap, minyak sayur, cuka makan, kopi, oven, desikator, aquades,
jampot atau botol kaca, pasir steril, rayap tanah (Coptotermes curvignatus
Holmgren), neraca elektrik, dan seperangkat komputer dengan aplikasi Microsoft
Kayu diamplas dengan 3.3 Proses Finishing Kayu
Tahapan aplikasi Propan PU dan Impra Aqua dapat dilihat pada diagram
alir yang masing-masing tersaji pada Gambar 7 dan 8.
Gambar 7. Tahapan aplikasi Propan PU.
19
3.4 Pengujian Daya Tahan Lapisan Finishing
3.4.1 Uji Ketahanan terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga
Pengujian ini mengacu pada ASTM D 1308-02 dengan menggunakan
larutan bahan kimia rumah tangga seperti kecap, minyak sayur, cuka, dan kopi
sebagai reagents (Gambar 9). Sebelum dilakukan pengujian, contoh uji
dikeringudarakan terlebih dahulu selama satu minggu. Langkah awal pengujian
adalah membagi permukaan contoh uji dengan spidol dan penggaris ke dalam
lima (5) bagian. Setelah itu, melaburkan bahan kimia rumah tangga pada setiap
bagian dengan menggunakan pipet sebanyak dua tetes lalu didiamkan selama 10
menit. Setelah 10 menit, contoh uji dibersihkan dengan menggunakan kain bersih,
kemudian mengamati perubahan fisik cat yang terjadi dengan interval pengamatan
1 jam dan 24 jam. Perubahan fisik (cacat) yang diamati adalah besar permukaan
bercacat akibat aplikasi bahan kimia rumah tangga. Selanjutnya persentase
permukaan bercacat hasil pengamatan tersebut diklasifikasikan dalam 10 kelas
seperti yang tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Kondisi Permukaan dalam 10 Kelas
Kecap Cuka Kopi Minyak Kontrol
Gambar 9. Pembagian bidang labur bahan kimia rumah tangga.
3.4.2 Uji terhadap Panas dan Dingin
Dalam pengujian ketahanan terhadap bahan rumah tangga, material
pengotor (reagents) hanya menyentuh permukaan saja. Sementara itu, pada
penggunaannya nanti seringkali perabot rumah tangga mendapat kontak dengan
bahan panas ataupun dingin. Panas dan dingin ini dapat merambat melalui lapisan
bahan finishing sehingga dapat mempengaruhi ikatan antar material finishing dan
kayu (mengembang atau menyusut). Oleh karena itu perlu dilakukan pengujan ini.
Pengujian panas dilakukan dengan cara meletakkan gelas kecil berisi air
panas (mendidih) di atas permukaan contoh uji, kemudian didiamkan sampai air
di dalam gelas kembali pada suhu normal. Pengujian dingin dilakukan dengan
meletakkan es dalam gelas di atas permukaan contoh uji, kemudian tunggu sampai
seluruh es mencair dan suhu air kembali normal. Setelah itu dilakukan
pengamatan terhadap permukaan contoh uji. Perubahan fisik (cacat) yang diamati
adalah besar permukaan bercacat akibat pengujian panas dan dingin. Selanjutnya
persentase permukaan bercacat hasil pengamatan tersebut diklasifikasikan dalam
21
3.5 Pengujian Ketahanan Kayu terhadap Rayap Tanah
Proses pengujian ketahanan kayu terhadap rayap tanah (Coptotermes
curvignathus Holmgren) diawali dengan memasukkan jampot dan pasir ke oven pada suhu 60 0C selama tujuh hari agar steril. Selain itu, contoh uji dipotong dengan ukuran 1 cm x 1 cm x 1 cm kemudian dimasukkan ke oven dengan suhu
60 0C selama dua hari. Setelah dua hari, contoh uji dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke desikator selama 15 menit kemudian ditimbang sehingga
mendapatkan berat kayu kering oven sebelum diumpankan (W1). Setelah itu,
dalam setiap jampot dimasukkan dua buah contoh uji, 50 g pasir, 15 ml aquades
dan rayap tanah (C. curvignathus) yang sehat dan aktif sebanyak 50 ekor dengan
komposisi rayap pekerja sebanyak 45 ekor dan rayap prajurit sebanyak 5 ekor,
kemudian contoh uji tersebut disimpan di tempat gelap selama 4 minggu. Setiap
minggu aktivitas rayap dalam jampot diamati. Jika kadar air pasir berkurang,
maka ke dalam jampot tersebut ditambahkan air secukupnya sehingga kadar
airnya kembali seperti semula (pasir kembali lembab).
Pada minggu keempat, contoh uji dibersihkan kemudian dimasukkan ke
dalam oven dengan suhu 60 0C selama dua hari. Setelah dua hari, contoh uji dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke desikator selama 15 menit kemudian
ditimbang sehingga mendapatkan berat kayu kering oven setelah diumpankan
(W2). Hasil uji ketahanan kayu terhadap rayap tanah (C. curvignathus) dinyatakan
berdasarkan kehilangan berat kayu akibat dimakan oleh rayap tanah (C.
curvignathus) dan dihitung dengan rumus:
keterangan:
P adalah penurunan berat, dinyatakan dengan (%);
W1 adalah berat kayu kering oven sebelum diumpankan, dinyatakan
dengan (g);
W2 adalah berat kayu kering oven setelah diumpankan, dinyatakan dengan
Penentuan ketahanan kayu terhadap rayap tanah (C. curvignathus) yang dinyatakan berdasarkan kehilangan berat kayu akibat dimakan oleh rayap tanah
(C. curvignathus) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan kehilangan
berat
Kelas Ketahanan Penurunan berat (%)
I Sangat tahan < 3,52
II Tahan 3,52 – 7,50
III Sedang 7,30 – 10,96
IV Buruk 10,96 – 18,94
V Sangat buruk 18,94 – 31,89
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penampilan Kayu Hasil Finishing
Penelitian ini memakai dua bahan finishing kayu, yaitu Impra Aqua Wood
Finishing dan Propan PU. Tahapan aplikasi Impra Aqua adalah Impra Aqua Wood Filler (AWF-911), Impra Aqua Wood Stain (AWS-921), Impra Aqua Sanding Sealer (ASS-941) dan Impra Aqua Lacquer (AL-961) Clear Gloss
sedangkan aplikasi Propan PU dimulai dari Impra Wood Filler (WF-115),
Propan PU Sanding Sealer (PUSS-740-2K) dan Propan PU Lacquer (PUL-745-2K) Clear Gloss. Berat labur rata-rata pada tiap tahapan aplikasi bahan finishing
dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 3. Berat Labur Rata-rata pada Pengaplikasian Impra Aqua (g/cm2)
Jenis Kayu Jenis
Radial Kering 0,00193 0,00180 0,00142 0,00067
Basah 0,00025 0,00118 0,00118 0,00066
Tangensial Kering 0,00161 0,00101 0,00049 0,00083
Basah 0,00050 0,00069 0,00013 0,00033
Rata-rata 0,00107 0,00117 0,00081 0,00062
Nangka (A.
heterophyllus)
Radial Kering 0,00167 0,00132 0,00133 0,00137
Basah 0,00040 0,00100 0,00133 0,00088
Tangensial Kering 0,00035 0,00136 0,00119 0,00085
Basah 0,00040 0,00102 0,00101 0,00081
Jenis Kayu Jenis
Radial Kering 0,00046 0,00052 0,00169 0,00277
Basah 0,00051 0,00101 0,00044 0,00157
Tangensial Kering 0,00073 0,00171 0,00187 0,00204
Basah 0,00036 0,00097 0,00100 0,00104
Rata-rata 0,00052 0,00105 0,00125 0,00185
Mahoni (S. macrophylla)
Radial Kering 0,00035 0,00085 0,00135 0,00066
Basah 0,00057 0,00100 0,00109 0,00149
Tangensial Kering 0,00058 0,00054 0,00199 0,00101
Basah 0,00050 0,00115 0,00078 0,00079
Rata-rata 0,00050 0,00088 0,00130 0,00099
Jati (T. grandis)
Radial
Kering 0,00062 0,00085 0,00198 0,00129
Basah 0,00035 0,00092 0,00092 0,00175
Tangensial
Kering 0,00127 0,00288 0,00228 0,00075
Basah 0,00030 0,00142 0,00087 0,00093
Rata-rata 0,00063 0,00152 0,00151 0,00118
Berat Labur Rata-rata Minimal 0,00050 0,00088 0,00081 0,00062
Berat Labur Rata-rata Maksimal 0,00107 0,00152 0,00151 0,00185
Tahapan awal pada Impra Aqua adalah pengaplikasian filler dari jenis
AWF-911. AWF-911 terbuat dari ekstender, pigmen, dan emulsi acrylic water
base. Produk ini didesain untuk mengisi pori-pori kayu. Sebelum pengaplikasian
AWF-911, contoh uji diamplas dengan kertas amplas No. 180 agar permukaannya
halus. Pengaplikasian AWF-911 ke contoh uji dilakukan dengan menggunakan
kape. Berat labur rata-rata terkecil dan terbesar pada aplikasi AWF-911, secara
berurutan, Mahoni (S. macrophylla) sebesar 0,00050 g/cm2 dan Mindi (M. azedarach)
sebesar 0,00107 g/cm2.
Tahapan selanjutnya adalah pengaplikasian wood stain, AWS-921.
25
1. Pengaplikasian Impra Aqua Wood Stain dengan cara dikuas kemudian dibal
dengan kain halus untuk meratakan catnya. Hasil aplikasinya dapat dilihat
pada Gambar 10.
Gambar 10. Penampilan contoh uji yang menggunakan AWS-921 dengan cara
dikuas sebanyak satu kali.
2. Pengaplikasian Impra Aqua Wood Stain dengan cara dispray pada tekanan 4-5
bar (KPa) dan jarak penyemprotan 6”-10”. Posisi spray gun dibuat tegak lurus dengan contoh uji. Hasil aplikasinya disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11. Penampilan contoh uji yang menggunakan AWS-921 dengan cara
Secara berurutan, contoh uji yang memiliki berat labur rata-rata terkecil
dan terbesar pada aplikasi AWS-921 adalah Mahoni (S. macrophylla) sebesar
0,00088 g/cm2 dan Jati (T. grandis) sebesar 0,00152 g/cm2. Langkah selanjutnya
adalah aplikasi Impra Aqua Sanding Sealer (ASS-941). Impra Aqua Sanding
Sealer (ASS-941) adalah sanding sealer berbahan dasar air yang terbuat dari resin acrylic.Pengaplikasiannya dengan menggunakan spray gun pada tekanan 4-5 bar (KPa). Sebelum diaplikasikan ke contoh uji, 10% volume air bersih ditambahkan
ke ASS-941. Pada tahap aplikasi ASS-941, berat labur rata-rata terkecil dan
terbesar dimiliki oleh Mindi (M. azedarach) sebesar 0,00081 g/cm2 dan Jati (T. grandis) sebesar 0,00151 g/cm2. Tahap terakhir adalah pengaplikasian Impra Aqua Lacquer (AL-961). Pengaplikasiannya dicampur dengan 30% volume air bersih dan disemprot dengan spray gun pada tekanan 4-5 bar (KPa). Contoh uji yang memiliki berat labur rata-rata terbesar dan terkecil pada aplikasi AL-961 secara
berurutan adalah Akasia (A. mangium) sebesar 0,00185 g/cm2 dan Mindi (M. azedarach) sebesar 0,00062g/cm2.
Tabel 4. Berat Labur Rata-rata pada Pengaplikasian Propan PU (g/cm2)
Jenis Kayu Jenis
Papan
Kadar
Air
Tahapan Aplikasi Propan PU
Filler Sanding Sealer Top Coat
Mindi (M. azedarach)
Radial Kering 0,00076 0,00125 0,00190 Basah 0,00266 0,00164 0,00120
Tangensial Kering 0,00089 0,00134 0,00247 Basah 0,00152 0,00193 0,00075
Rata-rata 0,00146 0,00154 0,00158
Nangka (A. heterophyllus)
Radial Kering 0,00019 0,00061 0,00116 Basah 0,00075 0,00078 0,00061
Tangensial Kering 0,00147 0,00160 0,00242 Basah 0,00097 0,00136 0,00061
27
Jenis Kayu Jenis Papan Kadar Air Tahapan Aplikasi Propan PU Filler Sanding Sealer Top Coat
Akasia (A. mangium)
Radial Kering 0,00150 0,00076 0,00264 Basah 0,00074 0,00097 0,00086
Tangensial Kering 0,00097 0,00076 0,00245 Basah 0,00132 0,00125 0,00076
Rata-rata 0,00113 0,00094 0,00168
Mahoni (S. macrophylla)
Radial Kering 0,00109 0,00119 0,00277 Basah 0,00179 0,00143 0,00040
Tangensial Kering 0,00141 0,00158 0,00178 Basah 0,00157 0,00174 0,00119
Rata-rata 0,00146 0,00149 0,00154
Jati (T. grandis)
Radial
Kering 0,00102 0,00128 0,00194 Basah 0,00147 0,00103 0,00039
Tangensial
Kering 0,00159 0,00246 0,00086 Basah 0,00100 0,00108 0,00077
Rata-rata 0,00127 0,00147 0,00099
Berat Labur Rata-rata Minimal 0,00085 0,00094 0,00099 Berat Labur Rata-rata Maksimal 0,00146 0,00154 0,00168
Proses pengaplikasian Propan PU dimulai dengan pengaplikasian Impra
Wood Filler (WF-115). Sebelum pelaburan WF-115, permukaan contoh uji diamplas dengan kertas amplas No. 180 agar halus dan menghilangkan
kotoran-kotoran yang menempel di permukaan. Pelaburan WF-115 ke permukaan contoh
uji dilakukan dengan menggunakan kape. Berat labur rata-rata terkecil dan
terbesar dimilki oleh Nangka (A. heterophyllus) sebesar 0,00085 g/cm2 dan Mahoni (S. macrophylla) sebesar 0,00146 g/cm2. Tahapan selanjutnya adalah
pengaplikasian PUSS-740-2K dengan menggunakan spray gun pada tekanan 5-7
bar (KPa). Perbandingan komponen PUSS-740-2K, hardener, dan thinner
polyurethane adalah 2 : 1 : 1. Contoh uji yang memiliki berat labur rata-rata terkecil dan terbesar adalah Akasia (A. mangium) sebesar 0,00094 g/cm2 dan Mindi (M. azedarach) sebesar 0,00154 g/cm2. Tahap aplikasi terakhir adalah
5-7 bar (KPa). Perbandingan komponen PUL-5-745-2K, hardener, dan thinner polyurethane adalah 2 : 1 : 1, sama dengan PUSS-740-2K. Berat labur rata-rata terkecil dan terbesar dimiliki oleh contoh uji Jati (T. grandis) sebesar 0,00099 g/cm2 dan Akasia (A. mangium) sebesar 0,00168 g/cm2.
Perbedaan tekanan yang dipakai pada saat spray gun menyemprotkan cat
ke permukaan contoh uji dapat mempengaruhi hasil akhir dari pengecatan contoh
uji tersebut. Pada Tabel 5 dan 6 disajikan hasil yang menjelaskan tentang
perbedaan tekanan tersebut.
Tabel 5. Penampilan Contoh Uji yang Mengalami Perbedaan Tekanan pada Tiap
Tahapan Aplikasi PU dan Impra Aqua
4 bar (KPa) 5 bar (KPa) 7 bar (KPa)
Wood Filler
WF-115
AWF-911
Wood Stain
Propan PU tidak memakai wood stain
AWS-921
Sanding Sealer
29
4 bar (KPa) 5 bar (KPa) 7 bar (KPa)
Sanding Sealer
ASS-941
Top Coat/ Lacquer
PUL-745-2K
AL-961
Pada aplikasi Impra Aqua, spray gun sudah dapat digunakan pada tekanan
4-5 bar (KPa). Hal ini disebabkan karena Impra Aqua berbahan dasar air sehingga
jika mendapat tekanan yang terlalu besar maka lapisan bahan finishing tersebut dapat terpisah antara cairan dengan padatannya. Hal ini dapat mengakibatkan
over shearing atau dry spray (Gambar 3). Semakin besar tekanan pada spray gun
maka warna yang dihasilkan pada contoh uji akan semakin gelap. Untuk aplikasi
Propan PU, tekanan ideal yang dipakai adalah 5-7 bar (KPa). Pada tekanan 7 bar
(KPa), daya kilap cat lebih terlihat sehingga menghasilkan hasil akhir yang lebih
baik. Propan PU berbahan dasar polyurethane sehingga lebih kental dibandingkan
Impra Aqua. Jika tekanan yang digunakan pada spray gun terlalu kecil maka atomisasi tidak cukup besar, dan lapisan cat tidak akan melaburi seluruh
permukaan contoh uji. Hal ini akan menyebabkan tampilan permukaan contoh uji
Tabel 6. Penampilan Contoh Uji pada Tiap Tahapan Aplikasi Propan PU dan
Impra Aqua
Bahan
Finishing 4 bar (KPa) 5 bar (KPa) 7 bar (KPa)
Propan
PU Normal
Filler Sanding sealer
Top coat
Impra
Aqua Normal
Filler Wood stain
Sanding sealer
31
Jenis spray gun yang digunakan pada penelitian ini adalah spray gun
dengan tabung di bawah pistol atau sering disebut HVLP (High Volume Low
Pressure). Spray gun ini memiliki dua tombol pengaturan yaitu sekrup penyetel
fan speader yang mengatur besar-kecilnya udara yang keluar dari spray gun dan
sekrup penyetel fluida yang mengatur banyaknya fluida/cat yang keluar dari spray
gun.
Gambar 12. HVLP Gun.
Pada proses pengaplikasian Impra Aqua dan Propan PU terjadi beberapa
kesalahan metode pengecatan sehingga menyebabkan cacat pada contoh uji,
antara lain :
1. Runs or sags, cacat ini terjadi karena spray gun terlalu dekat
dengan permukaan atau bergerak terlalu lambat dan spray gun tidak tegak
lurus ke permukaan. Hal ini tersaji di Gambar 13.
2. Poor adhesion, menempelnya benda asing seperti debu, kotoran, lemak, dust spray, silicon, oli dll pada permukaan kayu. Penyebab terjadinya poor adheshion adalah kondisi ruangan. Permukaan film menjadi kasar yang menyebabkan daya rekat antara cat dan kayu berkurang. Untuk itu dianjurkan
kondisi ruang pengeringan hasil aplikasi harus bersih dari debu dan memiliki
sirkulasi udara yang baik, serta permukaan kayu harus dibersihkan dari
kotoran dan lemak. Penampilan contoh uji yang mengalami poor adhesion
dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Poor adhesion pada permukaan kayu.
4.2 Daya Tahan Lapisan Finishing terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga dan Panas-Dingin
Pengujian daya tahan lapisan finishing dilakukan dengan dua metode yaitu
pengujian daya tahan lapisan finishing terhadap bahan kimia rumah tangga dan
pengujian daya tahan lapisan finishing terhadap panas dan dingin. Uji bahan kimia
rumah tangga dilakukan dengan meneteskan zat pengotor seperti kopi, kecap,
minyak, dan cuka pada permukaan contoh uji (Gambar 15). Setelah didiamkan
selama 10 menit, kayu dilap dengan kain bersih dan dilakukan pengamatan
perubahan fisik dengan interval pengamatan 1 jam dan 24 jam. Hasil pengamatan
33
Tabel 7. Nilai Uji Daya Tahan Lapisan Finishing terhadap Bahan Kimia Rumah
Tangga menggunakan Propan PU dan Impra Aqua
Jenis Kayu Jenis Papan Kadar Air
Nilai Uji Daya Tahan Lapisan
Finishing terhadap Bahan
Berdasarkan tabel 7, nilai rata-rata uji lapisan finishing Impra Aqua
sebesar 9,3 sedangkan nilai rata-rata uji lapisan finishing Propan PU sebesar 9,2.
Nilai ini membuktikan bahwa lapisan finishing Impra Aqua lebih tahan terhadap
bahan kimia rumah tangga dibanding Propan PU. Namun, secara keseluruhan,
rata-rata kelas yang didapat dari hasil pengujian ketahanan lapisan finishing
terhadap bahan kimia rumah tangga yang menggunakan Propan PU dan Impra
Aqua masuk ke dalam kelas 9 karena cacatnya hanya sekitar 0-1% (lihat Tabel 1).
Kontrol Kopi Kecap Minyak Cuka
Gambar 15. Pengujian ketahanan lapisan cat terhadap bahan kimia rumah
tangga
Uji panas dilakukan dengan meletakkan segelas air panas pada permukaan
contoh uji hingga suhu air tersebut kembali normal. Uji dingin dilakukan dengan
meletakkan segelas es di atas permukaan contoh uji hingga es tersebut mencair
dan suhu airnya kembali normal (Gambar 16). Setelah itu, dilakukan pengamatan
perubahan fisik terhadap permukaan contoh uji.
35
Tabel 8. Nilai Uji Daya Tahan Lapisan Finishing terhadap Panas menggunakan Propan PU dan Impra Aqua
Jenis Kayu Jenis Papan Kadar Air
Uji Daya Tahan Lapisan
Berdasarkan tabel 8, nilai rata-rata uji lapisan finishing Impra Aqua
sebesar 9,3 sedangkan nilai rata-rata uji lapisan finishing Propan PU sebesar 9,0.
Hal ini membuktikan bahwa lapisan finishing Impra Aqua lebih tahan terhadap
panas dibandingkan Propan PU. Secara keseluruhan, nilai uji ketahanan lapisan
cat terhadap panas digolongkan ke dalam kelas 9-8 karena cacatnya hanya sekitar
1-3% (lihat tabel 1).
Tabel 9. Nilai Uji Daya Tahan Lapisan Finishing terhadap Dingin menggunakan
Propan PU dan Impra Aqua
Jenis Kayu Jenis Papan Kadar Air
37
Jenis Kayu Jenis Papan Kadar Air
Uji Daya Tahan
Rata-rata Nilai Uji Keseluruhan 9,0 9,6
Dari tabel 9 dapat dilihat nilai rata-rata uji lapisan finishing Impra Aqua
sebesar 9,6 sedangkan nilai rata-rata uji lapisan finishing Propan PU sebesar 9,0.
Berdasarkan nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa lapisan finishing Impra Aqua
lebih tahan terhadap dingin dibandingkan Propan PU. Namun, secara keseluruhan,
nilai uji ketahanan lapisan cat terhadap dingin digolongkan ke dalam kelas 9-8
karena cacatnya hanya sekitar 1-3% (lihat tabel 1).
4.3 Ketahanan Kayu Hasil Finishing terhadap Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)
Uji terakhir yang dilakukan pada contoh uji adalah uji ketahanan kayu
hasil finishing terhadap rayap tanah (C. curvignathus) dengan menggunakan
media pasir dan ditaruh di dalam jampot (Gambar 17). Uji ini dilakukan untuk
Gambar 17. Uji ketahanan kayu terhadap rayap tanah (C. curvignathus).
Tabel 10. Nilai Kehilangan Berat Kayu Hasil Finishing terhadap Rayap Tanah (C.
curvignathus) menggunakan Propan PU dan Impra Aqua
Jenis Kayu Jenis Papan Kadar Air
Uji Ketahanan Kayu Hasil Finishing terhadap Rayap Tanah (C. curvignathus),
dalam g
Propan PU Impra Aqua
Mindi (M.
azedarach) Tangensial Kering 0,190 0.201
Nangka (A.
heterophyllus) Tangensial Kering 1,702 2,222
Akasia (A.
mangium) Tangensial Kering 0,140 0,383
Mahoni (S.
macrophylla) Tangensial Kering 0,181 0,000
Jati (T.
39
Berdasarkan tabel 10, total nilai rata-rata kehilangan berat kayu hasil
finishing yang menggunakan Propan PU sebesar 0,853% sedangkan total nilai
rata-rata kehilangan berat kayu hasil finishing yang menggunakan Impra Aqua
sebesar 1,029%. Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa kayu hasil
finishing yang menggunakan Propan PU lebih tahan terhadap serangan rayap tanah (C. curvignathus) dibandingkan kayu hasil finishing yang menggunakan
Impra Aqua karena bahan finishing Propan PU memiliki bau yang menyengat
sehingga tidak disukai oleh rayap tanah (C. curvignathus).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data-data hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Peralatan yang paling baik digunakan pada pengaplikasikan Impra Aqua
adalah spray gun.
2. Produk Impra Aqua tidak mengeluarkan bau dan tidak mengakibatkan iritasi
pada mata sehingga aman bagi kesehatan dan peralatan yang digunakan pada
proses pengecatan mudah untuk dibersihkan.
3. Warna lacquer/top coat yang dihasilkan dengan memakai Aqua Lacquer
kurang mengkilap dibandingkan dengan memakai Poly Urethane Lacquer
meskipun sama-sama Clear Gloss.
4. Daya tahan contoh uji terhadap bahan kimia rumah tangga, panas dan dingin
baik yang memakai Propan Poly Urethane maupun Impra Aqua tidak
menunjukkan perbedaan yang mencolok karena keduanya sama-sama masuk
ke dalam kelas 9-8.
5. Contoh uji yang memakai Propan Poly Urethane lebih tahan terhadap
serangan rayap tanah (C. curvignathus) dibandingkan contoh uji yang
memakai Impra Aqua karena bahan finishing Propan Poly Urethane memiliki
bau yang menyengat sehingga tidak disukai oleh rayap tanah (C.
curvignathus).
5.2 Saran
Beberapa saran yang berguna untuk keberlanjutan penelitian dengan tema
ini, antara lain :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya rekat cat terhadap
substrat dengan menggunakan cross cutter dan uji kilap dengan memakai
microgloss reflektometer.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang ketahanan kayu hasil
APLIKASI BAHAN FINISHING PELARUT AIR DAN
PELARUT MINYAK PADA LIMA JENIS KAYU RAKYAT
IKA NUR APRILIA NINGTYAS
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2009. Mengenali komponen spray gun.
http://pakarcat-myblog.blogspot.com/2009/09/mengenali-komponen-spraygun.html [21
September 2011].
[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2000. Standart Test
Methode for Effect of Household Chemicals on Clear and Pigmented Organic Finishes. ASTM D 1308-02.
[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2000. Standart Test
Methode for Evaluation of Paintered or Coated Speciment Subject to Corrosive Environments. ASTM D 1654-92.
[DEPHUT] Departemen Kehutanan, Pusat Informasi Kehutanan. 2008. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Jakarta: Departemen Kehutanan.
Feirer JL. 1979. Woodworking For Industry Technology and Practice. Third
Edition Chas A. Bennet Co. Inc.
Flexner B. 1994. Understanding Wood Finishing: How to Select and Apply The Right Finish. United State of America: Rodale Press, Inc.
Forest Procucts Laboratory. 1974. Wood Handbook : Wood as Engineering
Material, volume 1. No 72. New York. USA.
Kennedy et al. 1987. Wood and Sellulosies; Industrial Utilisation, Biotechnology,
Strukture and Properties. Ellis Hordood Limite. Chicester West Susex. England.
Kurniawan DS. 2006. Peningkatan Nilai Estetis Kayu melalui Finishing Teknik Batik Kayu [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Luza W. 2009. Pewarnaan Alami Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.)
dengan Teknik Fumigasi Amonia [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Martawijaya A et al. 1981. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Bogor: Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
42
Michalski MV. 2001. Wood Finishing Training Program: Markets, Needs,
Prospecting and Supporting the Wood Finishing Industry.
http://www.slideshare.net/adfintectraining-12671476742159-phpapp01.ppt [26 Oktober 2011].
Mulyana D. 2007. Kajian Sifat-sifat Finishing Interior pada Beberapa Jenis Kayu Cepat Tumbuh [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Nugroho HA. 2010. Spray Gun.
http://www.facebook.com/topic.php?uid=366830970417&topic=15641 [21 September 2011].
Pandit IKN, Kurniawan D. 2008. Struktur Kayu: Sifat Kayu Sebagai Bahan Baku dan Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Prawiro TT. 2008. Belajar dari Masa Lalu Pembangunan Hutan Indonesia. Di
dalam: Bashri Y, editor. Kebangkitan HTI Indonesia: Refleksi Pemikiran
dan Pengabdian Ir. Joedarso Djojosoebroto, MMA. Jakarta: Pustaka Bangsa. hlm 201-206.
Sein M. 1998. Pengujian Efikasi Campuran Beberapa Jenis Bahan Finishing dan
Formulasi Alfametrin terhadap Rayap Kayu Kering Cryptotermes
cynocephalus Light [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
[STK] Semua Tentang Kayu. 2009. Metode Aplikasi Finishing-Spraying.
http://www.tentangkayu.com/2009/04/metode-aplikasi-finishing-spraying.html [23 Oktober 2010].
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2006. Uji Ketahanan Kayu dan Produk Kayu terhadap Organisme Perusak Kayu. BSN: Badan Standardisasi Nasional. SNI 01.7207-2006
Syah R. 1991. Pengujian Efikasi Beberapa Jenis Bahan Finishing Dicampur
Insektisida Stedfast 15 EC terhadap Rayap Kayu Kering Cryptotermes
cynocephalus Light [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Verheij EWM, Coronel RE. 1992. Prosea : Plant Resources of South-East Asia 2
Edible Fruits and Nuts. Coronel [editor]. Bogor.
Wagner WH. 1967. Modern Woodworking : Tools, Material and Procedures. The
Goodheart-Wicox Company, Inc.
Wardani M. 2008. Pemanfaatan dan Prospek Pengembangan Jenis-jenis Pohon di
Hutan Rimba Sayu, Kalimantan Barat.
APLIKASI BAHAN FINISHING PELARUT AIR DAN
PELARUT MINYAK PADA LIMA JENIS KAYU RAKYAT
IKA NUR APRILIA NINGTYAS
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Aplikasi Bahan
Finishing Pelarut Air dan Pelarut Minyak pada Lima Jenis Kayu Rakyat adalah
benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan
belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2012
Ika Nur Aprilia Ningtyas