• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh profesionalisme dan independensi Auditor terhadap kualitas audit dengan etika Auditor sebagai variabel moderating (studi empiris pada kantor akuntan publik di dki jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh profesionalisme dan independensi Auditor terhadap kualitas audit dengan etika Auditor sebagai variabel moderating (studi empiris pada kantor akuntan publik di dki jakarta)"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

I

!2-t??

I

J!f<:7

IF

I

PENGARUH PROFESIONALISME DAN INDEPENDENSI

AUDITOR TERRADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA

AUDITOR SEBAGAI V ARIABEL MODERATING

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di ][)KJ Jakarta)

1111 1111111

111

Disusun oleb:

AHMAD SANUSI

NIM:

QPTPXRPqヲゥセqヲヲN@

·-·---:J. ; ZZNQUZZ[セᄋᄋZ@

..

c;«·c:··· ... _.

·'"· rn. rluk , .

t@rc ..

イッNᄋᄋᄋᄋᄋZZN[Zᄋ

ᄋᄋᄋᄋZBGセYNlZイ[^@

k ヲ。セゥヲゥォ。ウゥ@ : .. ... I_.

...

···\. b

1--41(1

,.

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILIVIU SOSIAL

UIN SYARIF IDDAYATUI,LAH

(2)

PENGARUH PROFESIONALISME DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA

AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERATING

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Pubjikl;li.ui;.'.Ll.ll.K.al:ta). _ _ _ _ __,

Skripsi

PE"PUST AKAAN UT AMA UIN SVAHID JAKARTA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Pembimbing I

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP: 19570617 198503 1 002

Oleh: AHMAD SANUSI NIJVI: 104082002602

Dibawah Bimbingan

Pembimbing II

Am·l n SE,Ak,M.Si NIP: 19730615 2005011 009

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSJAL

(3)

Bari ini Jumat Tanggal Tiga Belas Bulan November Talrnn Dua Ribu Sembilan

telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ahmad Sanusi NlM

104082002602 dengan judul skripsi: "PENGARUH PROFESIONALISME

DA:: INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT

DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERATING

(Studi Pada Kantor Akuntan Publik Di DKI Jakarta)". Memperhatikan

penampilan mahasiswa tersebut selama tijian berlangsung, maka skripsi ini sudah

dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Saijana Ekonomi

pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 November 2009

Tim Pengnji Ujian Komprehensif

Afif Sulfa. SE, Msi, Al1

Kctirn S \

セWQN@

Prof. Dr. Ah mad Rod om Penguji Ahli

(4)

Hari ini Kamis Tanggal Sepuluh Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Ahmad Sanusi NIM 104082002602

dengan judul skripsi: "PENGARUH PROFESIONALISME DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERA1l1NG (Studi Empiris

Pada Kaiitor Af\:untau Publik Di DKI Jak:arta)". 1vfemperhatikan penan1pilan

mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Desember 2009

Tim Penguji Ujian Skripsi

\

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS

(5)

DAFTAR RIWA YAT HIDUP

I.

IDENTITAS PRIBADI

1. Nama

2. Tempat & Tgl Lahir

3. Jenis Kelamin

4. Ag am a

5. Alamat

6. Telepon/HP

II. PENDIDIKAN

1. SD 2. SMP 3. SMU 4. Sl

Ahmad Sanusi

Jakarta, 19 Mei 1984 : Laki-laki

Islam

TI. Kayu Besar Rt. 002 Rw. 012

Tega! Alur Kalideres Jakarta Barat 11820

021-9854 4154 I 08568411354

MI Tarbiyatul Athfal Cengkareng (1991-1997)

SLTPNegeri 201 Cengkareng (1997-2000)

SMU Negeri 33 Cengkareng (2000-2003) : U1N SyarifHidayatullah Jakarta (2004-2009)

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

l. Ayah

2. Tempat & Tgl lahir

3. lbu

4. Tempat & Tgl lahir

5. Alamat

6. Anak ke dari

: Mutar

: Jakarta, 5 Januari 1960

: Mariyati

: Jakarta, 7 Mei 1962

: n.

Kayu BesarRt. 002 Rw. 012

Tega! Alur Kalideres Jakarta Barat 11820

(6)

ABSTRACT

T71is study to examine the irifluences of auditor professionalism to the audit quality, the influences interaction of professionalism and auditor ethic to audit quality, i1ifluences auditor independency to the audit quality, and ilifluence interaction of independency and audilor ethic to audit quality.

This study uses primary data by questioner with Likert interval scale. Sampling methods was using Convenience Sampling. Analyzing methods were consisting of descriptive statistic, quality data test, classic 。セウオューエゥッョ@ test, and hypothesis test with absolute difference value test. SPSS I 5 Program for Windows is also used to tabulation data. T71is study did at the accounting firm which in Jakarta with 52 auditor, such as junior auditor, senior auditor, supervisor, and manager or partner.

The result of this study shows that professionalism effected to the audit quality, interaction of professionalism and auditor ethics effected to the audit quality, independency effected to the mtdit quality, but interaction of independency and auditor ethics it's not effected to the audit quality.

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor terhadap kualitas audit, pengaruh interaksi profesionalisme dan etika auditor terhadap lnialitas audit, pengaruh independensi terhadap kualitas audit, serta pengaruh interaksi independensi dan etika auditor terhadap kualitas audit.

Penelltian ini men&,"Unakan data primer melalui kuesioner dengan skala interval Likert. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah convenience

sampling. Metode analisis data yang digunakan terdiri dari statistik deskriptif, uj i

kualitas data, uji asumsi klasik, uji hipotesis dengan uji residual. Program SPSS 15 digunakan untuk pengolahan data. Penelitian ini dilakukan pada kantor akuntan publik yang berada di jakarta dengan jumlah responden 52 orang auditor yang terdiri dari auditor junior, anditor senior, supervisor, serta manajer atau partner.

Basil penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit, interaksi profesionalisme dan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit, independesi berpengaruh terhadap kualitas audit, tetapi interaksi independensi dan etika auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

(8)

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Robbi Allah SWT yang telah mencurahkan segala nikmat yang tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua mendapat safa'at beliau di hari akhir.

Skripsi ini berjudul "Pengaruh Profesionalisme dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Vanabel Moderating (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di DK! Jakarta)". Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

Dalam penyusunan skripsi ini telah banyak sekali pihak yang telah membantu sehingga penyusunan skripsi ini akbirnya bisa selesai. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik rnoril naupun materil. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, yang telah banyak berkorban guna memberikan yang terbaik. Sernoga jasa kalian selalu rnendapat balasan yang terbaik dari Allah SWT.

2. Kakak dan adikku serta seluruh karib kerabat yang selalu rnendukung dan mernberikan semangat.

3. Bapak Prof DR Abdul Hamid MS. Selaku Dekan dan pembirnbing I, terirna kasih atas ilmu, nasihat dan bimbingannya selama ini.

4. Bapak Arnilin SE, MSi, Ak. Selaku pembimbing II, terima kasih atas bimbingannya selama ini.

5. Bapak Prof Dr. Azzarn Jasin selaku dosen penguji ahli.

6. Seluruh Dosen, Staf, dan Karyawan FEIS UIN yang telah rnemberikan

(9)

keramahan ibu menghadapi mahasiswa, smoga Allah slalu melimpahkan

rnh111nt & bt:rknh pndn ibu dntt k"lunrgn).

7. Lidiyawati SE, M.Si. yang telah membantu memberikan masukan dalam membuat metode penelitian.

8. Mahdi Taufik dan Maulana Yusuf yang telah membantu menggunakan program SPSS.

9. Teman-teman akuntansi A, kalian semua adalah teman-teman yang sangat baik.

10. Teman-teman Auditing, waktu bersamakalian terlalu singkat.

11. Teman-teman seperjuangan Abdul Rozak, Ely Juliansyah, Wendy, Haris Ibrahim, Hidayatullah, Fajar, mayang, dkk.

12. Teman-teman di BLU, AA Yusar, Alfian, Irvan, Anis, Denok, serta yang lainnya, terima kasih ya.

Terima kasih yang tiada terkira juga penulis haturkan kepada segenap pihak yang begitu banyak membantu dalam berbagai ha! dalam hidup dan kehidupan penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat, cinta, dan terima kasih yang begitu besar sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Akhirnya penulis sangat menyadari berbagai keln1rangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis nantikan demi perbaikan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang.

Hormat saya,

(10)

DAFTARISI

Hal. Lembar Pengesahan Skripsi ... .

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... .. . .. . . . .. .. . .. . .. . . .. . . 11

Lem bar Pengesahan Ujian Skripsi . .. .. .. ... ... .. ... ... . ... ... .. .. ... . .. .. . .. . . .. .. . ... . . iii

Daftar Riwayat Hidup . ... . . . .. . .. . .. . . ... . .. . .. . .. . . .. .. .. . . .. . ... .. ... . .. . . .. . . .. . . .. . . 1v

Abstract ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi .. . . .. . . ... . .. . . .. .. . ... .. .. . . .. ... . ... .. ... ... .. . . .. .. ... ... ... .. . . ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BABI PENDAHULUAN ... . 1

A. La tar Belakang Penelitian... .... ... .. . . .. . . .. . . ... I B. Perumusan Masalah... .. . .. . . ... . .. . . .. .. . . .. . .. . .. . . 6

C. Tujuan dan Manfaat... ... 7

1. Tujuan... ... ... ... ... ... .... 7

2. Manfaat... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Pengertian dan tipe Audit... 8

(11)

D. Kualitas Audit... 19

E. Etika Auditor... 21

F. Hubuugan Profesionalisme dengan Kualitas Audit... 23

G. Hubungau Profesionalisme, Etika Auditor dan Kualitas Audit... 23

H. Hubungan Independensi dengan Kualitas Audit... 24

I. Hubungan Profesioualisme, Etika Auditor dan Kualitas Audit... 24

J. Kerangka Pemikiran... 25

K. Hipotesis... ... ... .. .... 27

BAB ill METODOLOGI PENELITIAN... ... ... ... ... 30

A. Ruang Lingkup Penelitian.... ... ... ... 30

B. Met ode Penentuan Sampel... .. . ... ... ... ... . ... .. . .. . .... 30

C. Metode Pengnmpnlan Data... 31

D. Metode Analisis.. .. . .. ... . ... .. . . . ...•... ... .. . ... .. ... 31

1. Uji Kualitas Data... 31

a. Uji Validitas... . . 31

b. Uji Reabilitas... 32

2. Uji Asumsi Klasik... . . 32

a. Uji Multikolinearitas... . . 32

b. Uji Heteroskedastisitas... .. . . .. . .. . . ... 33

(12)

3_ Analisis data ___ ···---· ______ ··--···---· _________ .·-. __ -·-· 34

E. Operasional Variabel Penelitian.. ... ... ... ... .. ... 40

BAB VI PENEMUAN DAN PEMBAHASAN. ••. •••.•.. .. .. .• .. . .• . . . •.. 41

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 41

L Tempat dan Waktu Penelitian---·---·-···---···---· 41

2. Tingkat Pengembalian Kuesioner__ ____ .. __________ .... _. __ .. 41

B. Penemuan dan Pembahasan... ...•••. .. ... 42

1. Statistik Desk:riptif Responden .. _______________ ··---··--··---··--·--·- 42

2. Hasil Uji Kualitas Data---·---·---·-·-···---·--- 44

a_ Uji Validitas___________________________________________________________________ 44 b_ Uji Reliabilitas._ ---· ______ --- ______________ ·---- ___ . __ __ 51 3. Hasil Uji Asumsi Klasik..__________________________________________________ 51 a. Multikolinearitas____________________________________________________________ 52 b. Heteroskedastisitas-·--·-··-··---·---···-·--···--·--- 52

c. Normalitas______________________________________________________________________ 54 4. Uji Hipotesis .. ·-·-·---·---·--·---·-·---··--··---- 55

a. Hasil Uji Hipotesis '---·---·-··---·-·-···---··-· 55

b. Hasil Uji Hipotesis 2---·---·-·-··-··-·--·-·--···---··--- 58

c. Hasil Uji Hipotesis 3---·---·--··-·-··---·---·--·---· 60

d_ Hasil Uji Hipotesis 4.·---·--·---·----·--··--·----·----·-- 63

BAB

V PENUTUP...

67

A.

KESJMPULAN...

67

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Hal.

1. Operasionalisasi Variabel Penelitian 40

2. Distribusi dan Tingkat Pengembalian Kuesioner 41

3. DeskriptifDemografi Responden 33

4. Hasil Uji Validitas Instrumen Profesionalisme auditor 45

5. Hasil Uji Validitas Ulang Instrumen Profesionalisme auditor 46

6. Hasil Uji Validitas Ulang ke II Instrumen Profesionalisme auditor 47

7. Hasil Uji Validitas lnstrumen Indepenensi Auditor 47

8. Hasil Uji Validitas Ulang Instrumen Indepenensi Auditor 48

9. Hasil Uji Validitas Instrumen Etika Auditor 49

10. Hasil Uji Validitas Instrumen Kualitas Audit 50

11. Hasil Uji Validitas Ulang Instrumen Kualitas Audit 50

12. Hasil Uji Reliabilitas 51

13. Hasil Uji Multikolinearitas 52

14. Hasil Uji Koefisien Determinasi Hipotesis I 55

15. Hasil Uji t Hipotesis l 56

16. Hasil Uji Residual hipotesis2 59

17. Hasil Uji Koefisien Detenninasi Hipotesis 3 61

18. Hasil Uji t Hipotesis 3 62

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Hal.

1. Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit 28 2. Pengaruh Interaksi Antara Profesionalisme dan Etika Auditor

Terhadap Kualitas Audit 28

3. Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit 28

4. Pengaruh hlterakasi Antara Independensi dan Etika Auditor

Terhadap Kualitas Audit 29

5. Hasil Uji Heteroskedastisitas 53

(15)

BABI

PENDAHULUAN

A. J"atar Belalmng Penelitian

Seiring dengan tuntutan untuk menghadirkan suatu proses bisnis yang

terkelola dengan baik:, sorotan atas kinerja akuntan terjadi dengan begitu

tajamnya. Ini tidak dapat dilepaskan dari beberapa skandal besar yang telah

melibatkan profesional akuntan. Peristiwa bisnis yang melibatkan akuntan

tersebut sehamsnya memberikan pelajaran untuk mengutamakan etika dalam

melaksanakan praktik profesional akuntan. Krisis moral dalam dunia bisnis

yang sangat fenomenal pada dekade terakhir ini adalah kasus "Enron", yang di

dalamnya melibatkan salah satu the big five accounting jinn "Arthur

Anderson". Suatu kasus yang sedemikian kompleks, yang kemudian diikuti

mencuatnya kasus-kasus besar lainnya (Ludigdo, 2006:2).

Kasus seperti ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas.

Keterlibatan CEO, komisaris, komite audit, internal auditor, sampai kepada

eksternal auditor yang salah satunya dialami oleh Enron, cukup membuktikan

bahwa kecurangan banyak dilakukan oleh orang-orang dalam. Temngkapnya

skandal-skandal sejenis ini menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat

khususnya masyarakat kenangan, yang salah satunya ditandai dengan

turunnya harga saham secara drastis dari perusahaan yang terkena kasus

(16)

Pihak ekstemal auditor juga merupakau salah satu pihak yang turut

bertanggung jawab terhadap merebaknya kasus-kasus manipulasi akuntansi

seperti ini. Posisi akuntan publik sebagai pihak independen yang memberikan

opini kewajaran terhadap laporan keuangan serta profesi auditor yang

merupakan profesi kepercayaan masyarakat juga mulai banyak dipertanyakan

apalagi setelah didukung oleh bukti semakin meningkatnya tuntutan hukum

terhadap kantor akuntan. Padahal profesi akuntan mempunyai peranan penting

dalam penyediaan informasi keuangan yang handal bagi para pemakainya.

Kepercayaan terhadap k-ualitas jasa yang diberikan pada pengguna

merupakan hal yang diperlukan oleh auditor. Oleh karena itu, penting bagi

pemakai laporan keuangan untuk memandang Kantor Akuntan Publik (KAP)

sebagai pihak yang independen dan kompeten, karena. akan mempengamhi

berharga atau tidaknya jasa yang telah diberikan oleh KAP kepada pemakai.

Jika pemakai merasa KAP memberikan jasa yang berguna dan berharga, maka

nilai audit atau kualitas audit juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk

bertindak dengan profesionalisme tinggi.

Profesionalisme seorang auditor menurut Hall (1968) dalam Wahyudi

dan Mardiyah (2007) tercermin dalam lima ha! yaitu pengabdian pada profesi,

kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan

hubungan dengan rekan seprofesi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Wahyudi dan Mardiyah (2007) yang menguji pengaruh profesionalisme

auditor terhadap tingkat materialitas dalam laporan keuangan menunjukkan

(17)

pengabdian pada profesi, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan

profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi. Sedangkan dimensi kemajiban

sosial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat materialitas

dalam pemeriksaan laporan keuangan.

Dalam melaksanakan audit, kualitas audit yang dihasilkan sangat terkait

dengan tingkat profesionalisme dan independensi auditor. De Angelo (1981)

dalam Alim, Hapsari dan Purwanti (2007) mendefinisikan kualitas audit

sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan

pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Probabilitas untuk menemukan

pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas

melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor (Deis dan

Groux, 1992 dalam Alim et. al., 2007:2).

Penelitian mengenai independensi telah banyak dilakukan, diantaranya

oleh Lavin (1976) dalam Lastanti (2005) yang meneliti tiga faktor yang

mempengaruhi independensi akuntan publik. Ketiga faktor tersebut antara lain

ikatan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, pemberian jasa lain selain

jasa audit kepada klien, dan lamanya hubungan antara akuntan publik dengan

klien. Kemudian Pany dan Reckers (1980) dalam Alim et. al. (2007) yang

menemukan bahwa independensi auditor dipengaruhi ukuran klien dan

pemberian hadiah. Banyaknya penelitian mengenai independensi

menunjukkan bahwa faktor independensi merupakan faktor penting bagi

(18)

Profesionalisme dan independensi yang dimiliki auditor dalam

penerapannya akan terkait dengan etika. Penelitian tentang etika telah

dilakukan oleh Muawanah dan Indriantoro (1999) dalam Ludigdo (2006) yang

mengkonfirmasi pernyataan-pernyataan dalam literatur akuntansi keperilakuan

yang menyebutkan adanya interaksi antara aspek personalitas ( dalam ha! ini

locus of control dan komitmen profesi) dengan Cognitive Style ( dalam ha! ini

kesadaran etis), serta Khomsiyah dan Indriantoro (1998) dalam Ludigdo

(2006) yang menguji pengaruh orientasi etika terhadap komitmen dan

sensitivitas etika. Kemudian Payamta (2002) dalam Alim et. al. (2007)

menyatakan bahwa berdasarkan "Pedoman Etika" IF AC, maka syarat-syarat

etika suatu organisasi akuntan sebaiknya didasarkan pada prinsip-prinsip dasar

yang mengatur tindakan/perilal..-u seorang akuntan dalam melaksanakan tugas

profesionalnya. Prinsip tersebut adalah (1) integritas, (2) obyektifitas, (3)

independen, (4) kepercayaan, (5) standar-standar teknis, (6) kemampuan

profesional, dan (7) perilaku etika.

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu

pada variabel independen yang digunakan dan pada lokasi penelitian. Pada

penelitian sebelumnya menggunakan variabel independen kompetensi dan

independensi, sedangkan pada penelitian ini menggunakan variabel

independen profesionalisme dan independensi, karena pada hasil penelitian

sebelumnya yang menguji pengaruh interaksi antara kompetensi dan etika

(19)

Variables). Lokasi penelitian sebelumnya berada di daerah Jawa Timur,

sedangkan pada penelitian ini lokasi penelitian adalah di Jakarta.

Penelitian ini mengadopsi kerangka kontijensi untuk mengevaluasi

hubungan antara profesionalisme, independensi dan kualitas audit. Pendekatan

kontinjensi ini dilakukan dengan cara ditetapkannya variabel etika auditor

sebagai variabel moderating yang mungkin akan mempengamhi secara kuat

atau lemah hubungan antara profesionalisme, independensi dan kualitas audit.

Motivasinya adalah ingin mengetahui pengamh variabel moderating ( etika

auditor) terhadap profesionalisme, independensi dan k"Ualitas audit, mengingat

beberapa tahun belakangan ini profesi auditor kerap dikaitkan dengan

berbagai skandal yang menimpa pemsahaan-pemsahaan besar. Melihat

permasalahan tersebut, maka penulis mgm meneliti "Pengaruh

Profesionalisme <Ian lndependensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika

(20)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar balakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah profesionalisme auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?

2. Apakah interaksi profesionalisrne dan etika auditor berpengaruh terhadap

kualitas audit?

3. Apakah independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?

4. Apakah interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh terhadap

lcualitas audit?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tuj uan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor terhadap kualitas

audit.

b. Untuk mengetahui pengaruh interaksi profesionalisme dan etika

auditor terhadap kualitas audit.

c. Untuk mengetahui pengaruh independensi auditor terhadap kualitas

audit.

d. Untuk mengetahui pengaruh interaksi independensi dan etika auditor

(21)

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi Pengguna Jasa Auditor

Penelitian mt diharapkan dapat bermanfaat untuk menilai profesionalisme dan independensi auditor dalam memberikan basil audit yang berkualitas agar pengguna jasa auditor dapat memilih auditor yang tepat.

b. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)

Diharapkan dapat membe1ikan kontribusi dalam menilai profesionalisme dan independensi para ak-untan sehingga dapat menjaga kualitas profesionalisme dan independensinya dalam melaksanakan tugas audit.

c. Bagi Auditor

Penelitian m1 diharapkan dapat menJaga dan meningkatkan profesionalisme dan independensi para auditor dalam melaksanakan tugas audit.

d. Bagi Akademisi

(22)

e. Bagi Masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan kepustakaan,

sumbangan pemikiran, dan dijadikan bahan pembelajaran serta

penelitian selanjutnya demi berkembangnya ilmu pengetahuan

ditengah masyarakat.

f. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta

dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai

[image:22.595.92.460.104.577.2]
(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Tipe Audit

1. Pengertian Audit

Berikut ini dipaparkan beberapa pengertian audit yang dikemukakan

beberapa ahli, diantaranya:

Boynton (2004: 6) mendefinisikan audit adalah:

"A systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actiom and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and estabilished criteria and communicating the result to interested users".

Menumt Konrath (2002:5) dalam Agoes (2004: 1), audit adalah:

"Suatu proses sistematis untuk secara obyektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan lingkat keterkaitan antara asersi tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan ".

Sedangkan menumt Mulyadi (2002:9), audit adalah:

"Suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pemyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pemyataan-pemyataan tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingm1 ".

Menumt Agoes (2004:3), audit adalah:

"Suatu pemerikasaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan pembukuan dan bukti-bukti

(24)

Dari beberapa pengertian diatas, dapatlah diambil suatu garis besar

mengenai definisi audit yang menjadi substansi dari beberapa pengertian

tersebut diatas yakni:

a. Audit merupakan suatu proses yang sistematis.

b. Bagaimana mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara objektif

c. Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representasi

yang dibuat oleh perorangan atau entitas.

d. Dilaksanakan oleh pihak yang kompeten dan memiliki keahlian cukup

yang disebut auditor.

e. Harus didasarkan pada standar, regulasi, dan praktik yang telah

disetujui dan diterima secara umum.

f. Melaporkan hasilnya. Laporan berisi informasi tentang kesesuaian

antara informasi yang diuji dengan kriterianya,. atau ketidaksesuaian

informasi yang diuji dengan kriterianya serta menunjukkan fakta atas

ketidaksesuaian tersebut.

g. Hasil dari pemeriksaan memiliki keandalan informasi, benar, dan dapat

dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.

2. Tipe Audit

Menurut Mulyadi (2002) auditing umumnya digolongkan menjadi 3

yaitu: (a) Audit Keuangan (Financial Audit), (b) Audit Operasional

(Operational Audit), dan (c) Audit Kepatuhan (Compliance Audit).

(25)

terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk

menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen menilai

kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuainya dengan prinsip

akuntansi berterima umum. Hasil auditing terhadap laporan keuangan

tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit. Laporan

audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan sepe1ti

pemegang saham, kreditur, dan kantor pelayanan pajak

b. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional merupakan review secara sistematis kegiatan

organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan

tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk:

I. Mengevaluasi kinerja

2. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan

3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.

Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau

pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang

meminta dilaksanakannya audit tersebut.

c. Audit Ketaatan (Compliance Audit)

Audit ketaatan adalah yang tujuannya untuk menentukan apakah yang

diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan te1tentu. Hasil audit ini

(26)

B. Profesionalisme

1. Pengertian Profesionalisme

Pofesi lebih mudah dipahami sebagai suatu pekerjaan. Profesional

pula memjuk kepada orang yang menganggap profesi individu itu sebagai

suatu pekerjaan tetap dan sumber pendapatan utamanya. Profesionalisme

adalah tahap kecakapan dan kemampuan yang sehamsnya didukung oleh

seseorang yang profesional tersebut.

Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual.

Menumt Kalbers dan Fogarty (1995:72) dalam Wahyudi dan Mardiyah

(2006:4), profesi mempakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa

kriteria, sedangkan profesionalisme mempakan suatu atribut individual

yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan mempakan suatu profesi atau

tidak. Sebagai profesional, seorang auditor memiliki tanggung jawab

terhadap masyarakat, auditan, dan terhadap rekan seprofesi, termasuk

untuk berpeiilakn yang terhormat sekalipun kepentinga.n priba.di menjadi

korban karenanya.

Menumt Poerwopoespito & Utomo (2000:266) da.la.m Rinaldi

(2008: 18), profesionalisme berarti fa.ham yang menempatkan profesi

sebagai titik perhatian utama. dalam hidup seseorang. Orang yang

menganut fa.ham profesionalisme selalu menunjukkan sikap profesional

(27)

2. Konsep Profesionalisme

Profesional adalah orang yang terampil, handal, dan sangat bertanggungjawab dalam menjalankan profesinya. Orang yang tidak mempunyai integritas biasanya tidak profesional. Menurut Pamungkas (1996:206-207) dalam Rinaldi (2008:18), bahwa manusia profesional dianggap manusia yang berkualitas yang memiliki keahlian se11a kemampuan mengekspresikan keahliannya itu bagi kepuasan orang lain atau masyarakat dengan memperoleh pujian. Ekspresi keahlian tersebut tampak dalam perilaku analisis dan keputusan-keputusannya. Dengan demikian hasil kerja profesional selalu memuaskan orang lain dan mempunyai nilai tambah yang tinggi. Profesionalisme selalu dikaitkan dengan efisiensi dan keberhasilannya, dan menjadi sumber bagi peningkatan produksi, pertumbuhan, kemakmuran dan kesejahteraan baik dari individu pemilik profesi maupun masyarakat lingkungannya.

Menurut Hall (1968) dalam Wahyudi dan Mardiyah (2006:5) terdapat lima dimensi profesionalisme, yaitu: (a) pengabdian pada profesi, (b) kewajiban sosial, (c) kemandirian, (d) keyakinan terhadap peraturan Profesi, dan ( e) hubungan dengan sesama profesi.

a. Pengabdian pada profesi

Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan

(28)

pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan

sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi

utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru

kemudian kepuasan materi.

b. Kewajiban sosial

Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan

profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun

profesional karena adanya pekerjaan tersebut.

c. Kemandirian

Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seseorang yang

profesional hams mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan

dari pihak lain (pemerintah, klien, dan bukan anggota profesi). Setiap

ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian

secara profesional.

d. Keyakinan terhadap peraturan profesi

Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling

berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi,

bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang

ilmu dan pekerjaan mereka.

e. Hubungan dengan sesarna profesi

(29)

kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan

profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional.

Menurut Affandi (2002:88-89) dalam Rinaldi (2008: 18), ada empat

ciri-ciri yang bisa ditengarai sebagai petunjuk atau indikator untuk melihat

tingkat profesionalitas seseorang, yaitu:

a. Penguasaan ilmu pengetahuan seseorang dibidang tertentu, dan

ketekunan mengikuti perkembangan ilmu yang dikuasai.

b. Kemampuan seseorang dalam menerapkan ilmu yang dikuasai,

khususnya yang berguna bagi kepentingan sesama.

c. Ketaatan dalam melaksanakan dan menjunjung tinggi etika keilmuan,

serta kemampuannya nntnk memahami dan menghormati nilai-nilai

sosial yang berlaku dilingknngannya.

d. Besarnya rasa tanggungjawab terhadap Tuha.n, bangsa dan negara,

masyarakat, kelua.rga, serta diri sendiri atas segala tindak lanjut dan

perilaku dalam mengemban tugas berkaitan dengan penngasan dan

penerapan bidang ilmu yang dimiliki.

C. Independensi

1. Pengertian Independensi

Menurut Halim (2001:18), independen beraiti bebas dari pengaruh,

tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung kepada pihak Iain.

(30)

Holmes et. al. (1996) dalam \Vulandari (2007) menyatakan bahwa

independensi harus ditafsirkan sebagai bebas dari bujukan, pengaruh, atau

pengendalian klien atau siapapun juga yang mempunyai kepentingan

dengan audit. Jika auditor mengik-uti kemauan klien yang berlawanan

dengan pertimbangannya sendiri, maka pendapat auditor itu tidak ada

artinya.

Menurut lkatan Akuntan Indonesia (2001) dalam SPAP seksi 220

No. 04 Alinea 2 menjelaskan bahwa independensi itu berarti tidak mudah

dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan

umum ( dibedakan dalam ha! berpraktik sebagai auditor intern). Dengan

demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun,

sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya

keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak

yang jnstru paling penting untuk mempertahankan kebebasan

pendapatnya.

2. Komponen Independensi

Menurut Taylor (1997) dalam Susiana dan Herawaty (2007:6), ada

dua aspek independensi, yaitu: (a) independensi sikap mental

(independence of mind/independence of mental altitude), dan (b)

independensi penampilan (image projected to the public/appearance of

independence).

(31)

akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen. Independensi

sikap mental lebih banyak berfokus pada moral seorang auditor. Moral

adalah kondisi jiwa dan perbuatan hati yang berakibat pada perbuatan

lahiriah. Moral yang baik pasti akan membuahkan perbuatan lahiriah

yang baik. Tetapi, perbuatan yang kelihatan baik belum tentu

didasarkan pada moral yang baik. Seorang auditor akan memiliki

moral yang baik apabila dalam jiwanya terdapat pengakuan secara

jujur terhadap adanya kelniatan Maha Besar yang mengatur denyut

jantungnya. Sehingga, rela untuk mematuhi aturan Yang Maha Kuasa.

Dengan pengakuan dan kerelaan tersebut, maka akan muncul sikap

jujur, amanah, adil, dan lain-lain. Sikap"sikap tersebut akan menjamin

perilaku yang obyektif, independen, taat pada kesepakatan, dan

melindungi kepentingan banyak pihak dari diri seorang akuntan

publik. Dengan adanya moral yang baik, tanpa kode etik, tanpa dewan

kehormatan, tanpa peraturan pasar modal yang detail pun akuntan

publik akan menghindari malprak-tik dan menghianati banyak pihak.

Permasalahannya adalah moral tidak bisa ditumbuhkembangkan hanya

dari proses perkuliahan dan seminar semata.

b. Independensi Penampilan (image projected to the public/appearance of

independence), independensi penampilan ditentukan oleh kesan

masyarakat terhadap independensi akuntan publik. Artinya ada kesan

(32)

mengakibatkan masyarakat mera,,<>ukan kebebasannya. Jadi, independensi penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan publik. Oleh karena itu, msaknya independensi penampilan akuntan publik akan memsak kepercayaan masyarakat terhadap akuntan publik yang bersangkutan. Bahkan, terhadap profesi akuntan secara keselumhan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi

Penelitian mengenai independensi akuntan publik sudah banyak dilakukan, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002) dalam Lastanti (2005:93). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam mengambil keputusan akuntan publik dipengamhi oleh dorongan untuk mempertahankan klien auditnya. Tetapi disisi lain terdapat kekuatan yang bisa meredakan pengarnh tersebut. Hasil penelitian tesebut juga memberikan bukti bahwa pemisahan staf audit yang melakukan jasa konsultasi dirasakan oleh pemakai laporan akan meningkatkan independensi akuntan publik.

(33)

diaudit dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi yang lebih besar

dibandingkan yang tidak memberikan jasa tersebut. Tingkat persaingan

antar KAP juga dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi akuntan

publik. KAP yang lebih kecil mempunyai risiko kehilangan independensi

yang lebih besar dibandingkan KAP yang lebih besar. Sedangkan faktor

lama ikatan hubungan dengan klien tertentu tidak mempengaruhi secara

sifnifikan terhadap independensi akuntan publik.

Supriyono (1986) dalam Lastanti (2005:93) telah melakukan

penelitian mengenai independensi auditor di Indonesia. Penelitian ini

mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor yaitu

(1) ikatan keputusan keuangan dan hubungan usaha dengan klien; (2)

persaingan antar KAP; (3) pemberian jasa lain selain jasa audit; ( 4) lama

penugasan audit; (5) besar kantor aknntan; dan (6) besarnya audit fee.

Responden yang dipilih meliputi direkwr keuangan perusahaan yang telah

go public, partner KAP, pejabat kredit bank dan lembaga keuangan non

bank, dan Bapepam.

D. Kualitas Audit

De Angelo ( 1981) dalam Alim et. al. (2007: 4) mendefinisikan kualitas

audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan

melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi

(34)

berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil.

Terdapat empat ha! yang dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu ( l) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka k'Ualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan ( 4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga (Deis dan Giroux, 1992 dalam Alim et. al, 2007:4).

Menurut Tan dan Alison (1999) dalam Mardisar dan Sari (2007) kualitas audit dinilai dari seberapa banyak auditor memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit yang diselesaikan. Sementara itu, menurut Tawaf (1999) dalam Mardisar dan Sari (2007) agar audit yang dihasilkan berkualitas, supervisi hams dilakukan secara berkesinambungan dimulai dari

awal hingga akhir penugasan audit.

(35)

digunakan dalam penelitian ini, yaitu (l) pengalaman melakukan audit, (2)

memahami industri klien, (3) responsif atas kebutuhan klien, ( 4) taat pada

standar umum, (5) independensi, (6) sikap ィ。エゥMィ。エセ@ (7) komitmen terhadap

kualitas audit, (8) keterlibatan pimpinan KAP, (9) melala1kan pekerjaan

lapangan dengan tepat, (10) keterlibatan komite audit, (11) standar etika yang

tinggi, dan (12) tidak mudah percaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada 7 atribut kualitas audit yang berpengaruh terhadap kepuasan klien, antara

lain pengalaman melakukan audit, mernahami industri klien, responsif atas

kebutuhan klien, taat pada standar umum, komitmen terhadap kualitas audit

dan keterlibatan komite audit. Sedangkan 5 atribut lainnya yaitu independensi,

sikap hati-hati, rnelakukan peke1jaan lapangan dengan tepat, standar etika

yang tinggi dan tidak rnudah percaya, tidak berpengaruh terhadap kepuasan

klien.

E. Etika Auditor

Etika sebenarnya meliputi suatu proses penentuan yang komplek

tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi te1tentu, proses itu

sendiri meliputi kombinasi unik dari pengalaman dan pembelajaran

masing-masing individu seperti yang dikernukakan oleh ·word et. al. (1993) dalarn

Marlianto (2005). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) etika berarti

ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan

(36)

norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusrn, baik yang hams

dilakukan maupun yang hams ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau

segolongan manusia atau masyarakat atau profesi.

Menumt Keraf ( 1998} dalam Prastamawati (2009} etika dapat dibagi

menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Etika umum

Etika umum berkaitan dengan bagaimana manusia mengambil keputusan

etis, teori-teori etika dan prinsip modal dasar yang menjadi pegangan bagi

manusia dalam bertindak. Etika umum dapat digolongkan dengan ilmu

pengetahuan yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.

2. Etika khusu s

Adalah penerapan prinsip-prinsip modal dasar dalam bidang kehidnpan

yang khusus. Etika khusus dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Etika individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap

dirinya sendiri.

b. Etika sosial, berkaitan dengan kewajiban, sikap dan perilaku manusia

terhadap manusia lainnya. Salah satu bagian dari etika sosial adalah

etika profesi.

Prinsip-prinsip etika profesi yang tertuang dalam kode etik Ikatan

(37)

a. Tanggungjawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap

anggota harus menggunakan pe1timbangan moral dan profesional dalam

kegiatan yang dilakukannya.

b. Kepentingan publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka

pelayanan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan

komitmen atas profesionalisme.

c. Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota

harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi

mungkin.

d. Objektivitas

Setiap anggota harus men1aga objektivitas dan bebas dari benturan

kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dalam

kehati-hatian, kompetensi dan ketelnman, serta mempunyai kewajiban untuk

mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat

yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja

memperoleh manfaat dari jasa profesionalnya yang kompeten berdasarkan

(38)

£

Kerahasiaan

Setiap anggota hams menghonnati kerahasiaan informasi yang diperoleh

selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau

mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak

atau kewajiban atau hukum untuk mengungkapkannya.

g. Perilaku profesional

Setiap anggota hams berperilakll yang konsisten dengan reputasi profesi

yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

h. Standar teknis

Setiap anggota hams melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan

standar teknis dan standar profesional yang relevan, sesuai dengan

keahliannya dan berhati-hati. Anggota mempunyai kewajiban untuk

melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penngasan tersebut

sejalan dengan prinsip integritas dan objektivitas.

Salah satu penelitian mengenai sikap dan perilaku auditor adalah

penelitian yang dilakukan oleh Maryani dan Ludigdo (200 l) dalam Lastanti

(2005:92). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengamhi sikap dan perilaku etis akuntan serta faktor yang dianggap

paling dominan pengamhnya terhadap sikap dan perilaku tidak etis akuntan.

Hasil yang diperoleh dari kuesioner tertutup menunjukkan bahwa terdapat

sepuluh faktor yang dianggap oleh sebagian besar akuntan mempengaruhi

(39)

pengalaman hidup, imbalan yang diterima, hukum, dan posisi atau kedudukan.

Sedangkan hasil yang diperoleh dari kuesioner terbuka. menunjukkan bahwa

terdapat 24 faktor tambahan yang juga dianggap berpengaruh terhadap sikap

dan perilaku etis akuntan dirnana faktor religiusitas tetap merupakan faktor

yang dominan.

F. Hubungan Profesionalisme Dengan Kualitas Audit

Penelitian tentang profesionalisme sebelumnya telah dilakukan oleh

Mock dan Samet (1982), Schroder (1986), Corcello (1992), Sutton (1993),

serta Sutton dan Lampe (1991) yang menguji pengaruh profesionalisme

rnengenai kualitas audit yang ada. Kernudian \Vahyudi dan Mardiyah (2006)

meneliti pengaruh profesionalisme terhadap tingkat rnaterialitas Banyaknya

penelitian tentang profesionalisme menunjukkan pentingnya aspek ini bagi

para auditor.

Alasan yang mendasari diperlakukannya perilaku profesional yang

tinggi pada setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap

kualitas jasa yang diberikan profesi. Bagi akuntan publik, penting untuk

rneyakinkan klien dan pemakai laporan keuangan akan kualitas audit dan jasa

lainnya. Jika pemakai jasa tidak memiliki keyakinan pada akuntan publik,

kemampuan para profesional itu untuk memberikan jasa kepada klien dan

(40)

G. Hubungan Profesionalisme, Etika Auditor dan Kualitas Audit

Profesionalisme auditor yang diterapkan dalam dunia bisnis akan

menghadapi dilema etika. Bemegosiasi dengan klien yang mengancam untuk

mencari auditor barn kalau perusahaan tidak memperoleh pendapat wajar

tanpa pengecualian, j el as merupakan dilema etika karena pendapat seperti itu

belum memuaskannya. Memutuskan akan menegur supervisor yang telah

melakukan lebih saji secara material nilai pendapatan departemen untuk

mendapatkan bonus yang lebih besar merupakan dilema etika yang sulit.

Melanjutkan bergabung dengan perusahaan yang melecehkan dan

memperlakukan pegawai dan pelanggan secara tidak jujur juga mernpakan

dilema moral, khususnya apabila orang itu memiliki saudara yang

mendukung, serta ketatnya pemasaran pada waktu tersebut (Wahyudi dan

Mardiyah, 2006:9).

H. Hubungan Independensi Dengan Kualitas Audit

Kemampuan auditor dalam bertahan menghadapi tekanan dari klien

akan menentukan tingkat independensi seorang auditor. Auditor yang baik

seharusnya dapat bertahan dari tekanan klien. Penelitian yang dilakukan oleh

Knapp (1985) dalam Alim et. al. (2007:9) rnenunjukkan bahwa subyektivitas

terbesar dalam teknik standar mengurangi kemampuan auditor untuk bertahan

dalam tekanan klien dan posisi keuangan yang sehat mempunyai kemampuan

(41)

I. Hubungan Indepeudensi, Etika Auditm· dau Kualitas Audit

Nichols dan Price (1976) dalam Alim et. al (2007:10) menemukan

bahwa ketika auditor dan manajemen tidak mencapai kata sepakat dalam

aspek kinerja, maka kondisi ini dapat mendorong manajemen untuk memaksa

auditor melakukan tindakan yang melawan standar, termasnk dalam

pemberian opini. Kondisi ini akan sangat menyudutkan auditor sehingga ada

kemungkinan bahwa auditor akan melak-ukan apa yang diinginkan oleh pihak

manaJemen.

Deis dan Giroux (1992) dalam Alim et. al (2007:10) mengatakan bahwa

pada konflik kekuatan, klien dapat menekan auditor untuk melawan standar

profesional dan dalam ukuran yang besar, kondisi keuangan klien yang sehat

dapat digunakan sebagai alat untuk menekan auditor dengan cara melakukan

pergantian auditor. Hal ini dapat membuat auditor tidak akan dapat bertahan

dengan tekanan klien tersebut sehingga menyebabkan independensi mereka

melemah. Posisi auditor juga sangat dilematis dimana mereka dituntut untuk

memenuhi keinginan klien namun di satu sisi tindakan auditor dapat

melanggar standar profesi sebagai acuan kerja mereka. Hipotesis dalam

penelitian mereka terdapat argumen bahwa kemampuan auditor untuk dapat

be1tahan di bawah tekanan klien mereka tergantung dari kesepakatan

ekonomi, lingkungan tertentu, dan perilaku termasuk di dalamnya mencak-up

(42)

J. Keranglm Pemikiran

Kerangka pemikiran dari penelitian ini yang meneliti pengaruh

profesionalisme dan independesi terhadap lrualitas audit dengan etika auditor

sebagai variabel moderasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

[image:42.595.81.514.188.597.2]

セp⦅r⦅ッ⦅f⦅eウ⦅Q⦅ッ⦅n⦅a⦅l⦅Qウ⦅m⦅eセエMMMMMM

... \ KUALITAS AUDIT

Gambar. 2.1

Pengarnh Profesionalisme Auditor Terhadap Knalitas Audit

profesionalismeセQMMMMMNMMMセ{ゥゥオalitas@

AUDIT

I

-I

FERPUSTAKAAN UTAMA .l

' ,. - ··I .JA!-<ARTA

セMMMMMGMMセMセ@

ETIKA AUDITOR

Gambar. 2.2

Pengaruh Interaksi Antara Profesionalisme dan Etika Auditor Te1·hadap Kualitas Audit

1---l>l1>[KUALITAS AUDIT

セMMMMMMMMセ@

JNDEPENDENSI

Gambar. 2.3

(43)

INDEPENDENSI - KUALITAS AUDIT

[image:43.595.69.535.97.688.2]

ETIKA AUDITOR

Gambar. 2.4

Pengaruh Interaksi Antara Independensi dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit

K. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam

penelitian ini dirulnuskan sebagai berikut:

Ha1 : Profesionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit

Ha2 : Interaksi profesionalisme dan etika auditor berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit.

Ha3 : Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit

Hai : Interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan

(44)

BABITI

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Peuelitian

Penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh profesionalisme dan

independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel

moderasi. Dalam penelitian ini data diambil dari sejumlah sampel yang ada

dalam populasi. Populasi dari penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik

(KAP) yang berada di Jakarta.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah Kantor A1..-untan Publik (KAP) yang

berada di Jakarta yang terdaftar di directo1y Kantor Akuntan Publik (KAP)

tahun 2008. Sampel dalam penelitian ini adalah kantor akuntan publik yang

berada di Jakarta dengan metode penentuan sampel menggunakan metode

Convenience Sampling Design dimana unit sampel yang ditarik mudah

dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat

kooperatif (Hamid, 2007:30). Teknik ini digunakan karena melihat dari

(45)

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut

Indriantoro dan Supomo (2002) data primer adalah data yang diperoleh secara

langsung dari sumbernya (tanpa melalui media perantara). Data primer dalam

penelitian ini berbentuk kuesioner. Auditor yang menjadi sampel, akan

diberikan kuesioner yang berisi kumpulan pertanyaan tentang profesionalisme,

independensi, etika auditor dan kualitas audit. Apabila diperlukan, peneliti

juga akan melak"Ukan konfirmasi melalui kontak telepon pada KAP untuk

mengingatkan dan percepatan pengembalian k"Uesioner.

D. Metode Analisis

l. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menguk"Ur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

k"Uesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

oleh kuisioner tersebut. Jadi validitas ingin mengukur apakah

· pertanyaan dalam kuesioner yang kita buat betul-betul dapat mengukur

apa yang hendak kita ukur (Ghozali, 2006: 45).

Salah satu cara untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu

kuesioner dapat dilakukan dengan melaknkan korelasi bivariate antara

(46)

korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor konstruk

menunjukkan basil signifikan maka indikator tersebut adalah valid.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas sebenamya adalah alat untuk mengukur suatu

kuisioner yang merupakan indikator dari vaiiabel atau konstruk. Suatu

kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Pengujian ini dilakukan dengan menggnnakan teknik cronbach

alpha, dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliable bila memiliki

koefisien kehandalan atau alpha kurang dari 0,6 tidak reliable, 0,6

sampai dengan 0, 7 acceptable, 0, 7 sampai dengan 0,8 baik, dan lebih

dari 0,8 sangat baik (Ghozali, 2006: 42).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusya tidak terjadi korelasi diantara

variabel bebas. (Ghozali, 2006:91 ). Deteksi terhadap ada tidaknya

multikolonieritas yaitu dengan menganalisis matriks korelasi

variable-variabel bebas, dapat juga dengan melihat nilai tolerance serta nilai

variance Inflation factor (VJF). Nilai cut off yang umum dipakai

untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance

<

(47)

tingkat kolonieritas 0,95, dengan kata lain tingkat kolonieritas tidak boleh melebih 0,95 atau 95%. (Ghozali, 2006: 92).

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians tersebut tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika varians tersebut berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Pedoman dalam mendeteksi uji heteroskedastisitas antara lain: (a) jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar) maka terjadi heteroskedastisitas, (b) jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: I 05).

c. Uji Normalitas

(48)
[image:48.595.81.463.210.552.2]

dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari

grafik.

Dasar pengambilan keputusan dari analisa grafik tersebut

ad al ah:

1 ). Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2). Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak

mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas.

3. Analisis Data

Penelitian ini menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan dengan

bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS). Untuk menguji

Ha1 dan Ha3 dilakukan dengan analisis regresi sederhana (simple

regression analysis). Sedangkan, Ha2 dan H14 menggunakan analisis

regresi berganda (multiple regression) dengan uji residual.

Pengujian variabel moderating dengan uji interaksi maupun UJ 1

selisih nilai absolut mempunyai kecendemngan akan terjadi

multikolonieritas yang tinggi antar variabel independen dan hal ini akan

menyalahi asumsi klasik daJalll regresi ordinary least square (OLS). Untuk

mengatasi multikolonieritas ini, maka dikembangkan metode lain yang

disebut uji residual. Analisis residual ingin menguji pengamh deviasi

(49)

Dimana:

a = konstanta

b = koefisien regresi

e = standard error

Dalam melakukan pengujian hipotesis analisis dilakukan melalui:

a. Uji Koefisien Detenninasi

Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat

menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien

determinasi. Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel

dependen. Dalam pengujian hipotesis pe1tama koefisien determinasi

dilihat dari besarnya nilai R Square (R.2) untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas yaitu partisipasi anggaran menjelaskan variabel

dependen yaitu kinerja manajerial. Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai I (OS:R2:51). Jika nilai R2bernilai besar (mendekati 1) berarti variabel bebas dapat memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkanjika R2 bernilai kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan

variabel dependen sangat terbatas (Ghozali, 2005:83).

Dalam pengujian hipotesis koefisien determinasi dilihat dari

besamya nilai Adjusted R-Square. Kelemahan mendasar penggunaan

R2 adalah bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan ke

(50)

meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel terikat. Tidak seperti R2, nilai Adjusted

R-Square dapat naik atau turun apabila satu variabel independen

ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2006:83). Oleh karena itu

digunakanlah adjusted R-Square pada saat mengevaluasi model

regresi Iinier berganda.

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statisik t digunakan untuk mengetahui hubungan

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen digunakan

tingkat signifikan 0,05. Jika nilai probabilitas t-statistik lebih besar

dari 0,05, maka tidak ada pengamh variabel independen terhadap

variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan). Sedangkan jika

nilai probabilitas t lebih kecil dari 0,05, maka terdapat pengaruh dari

variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006:85).

Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis 1 dan 3.

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen yaitu kualitas

audit, dua variabel independen yaitu profesionalisme dan independensi, serta

satu variabel moderating yaitu etika auditor. Secara operasional

(51)

l. Variabel Independen

Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Indriantoro dan Supomo, 2002). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen yaitu:

a. Profesionalisme

Profesionalisme dalam penelitian ini mengacu pada dimensi yang dikembangkan oleh Hall (1968). Profesionalisme menurut Hall (1968) dalam Wahyudi dan Mardiyah (2006:5) terdapat lima dimensi yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi. b. Independensi

Independensi dalam penelitian ini menggunakan dimensi yang dikembangkan peneliti sebelumnya yaitu oleh Alim et. al. (2007). Ada dua dimensi yang digunakan dalam variabel ini yaitu dimensi tekanan klien dan lama kerjasama dengan klien. Pada variabel ini terdapat 5 pertanyaan sebagai indikator. Semua item pertanyaan diukur pada skala Likert l sampai 5.

2. V ariabel Depend en

Variabel dependen adalah tipe variabel yang dipengamhi atau dijelaskan oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002). Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah kualitas audit. Penelitian ini menggunakan faktor-faktor yang dikembangkan oleh

(52)

tersebut dalam penelitian ini digunakan sebagai indikator dalam pertanyaan. Semua item pertanyaan diukur pada skala Likert I sampai 5. 3. Variabel Moderating

(53)

No. Variabel

l. Profesionalisme Auditor (Wahyudi dan Mardiyah,

2006:25)

2. Independensi Auditor (Alim et

al., 2007:12)

3. Etika Auditor (Alim et al, 2007)

[image:53.595.34.538.121.700.2]

4. Kualitas Audit (Alim et al., 2007)

Tabel. 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Dimensi Indikator

a. Pengabdian - Menggunakan pengetahuan pada profesi

-

Teguh pada profesi

lliskan meninggalkan pekerjaan

-

Bekerja diatas normal

-

Membaca publikasi secara rutin

b. Kewajiban

-

Menciptakan transparasi Sosial - Menjaga kekayaan negara

-

Dasar kepercayaan masyarakat

c. Kemandirian ,_ Pendapat atas laporan keuangan ,_ Hasil audit sesuai fakta

-

Tidak ada tekanan manajer d. Kepercayaan Audit oleh eksternal auditor

terhadap

-

Menilai auditor laim1ya peraturan

-

Penentuan ketepatan profesi

e. Hubungan

,_

Tukar pendapat dengan rekan - Mendukn11g organisasi seurofesi

,_

Partisipasi pertemua11

a. Tekanan klien

-

Pe11gungkapa11 kecurangan klien - Besarnya fee audit

- Pemberian fasilitas dari klien

b. Lama kerja - Penggantian auditor sama dengan - Penggunaan jasa 11011 audit klien

,_ Imbalan yang diterima

,_ Organisasional

-

Lingknngan keluarga ,_ Kecerdasan emosional

- Deteksi salah saji

-

Kesesuaian dengan SPAP - Kepatuhan terhadap SOP - llisiko audit

- Prinsip kehati-hatian

-

Proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor - Perhatian yang diberikan oleh

..- .. セB[LNNNNNLNNN@ ,...-1-... .- .. ...._.,,,...fnor

Skala Pen<>nknran

Interval

Interval

Interval

(54)

BAB IV

PENEl\'lUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kantor akuntan publik yang berada di

'

wilayah DKI Jakarta. Proses pengiriman kuesioner dan pengumpulan data

dilakukan dari tanggal 12 februari 2009 sampai dengan akhir juni 2009.

Kuesioner yang disebarkan sebanyak 70 eksemplar dengan jumlah

pengembalian sebanyak 55 eksemplar.

2. Tingkat .Pengembalian Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian m1 berisi pertanyaan tentang

profesionalisme, independensi, etika auditor dan kualitas audit. Pertanyaan

tentang profesionalisme berjumlah 17 pertanyaan, independensi 5

pertanyaan, etika auditor 4 pertanyaan dan kualitas audit 7 pertanyaan.

[image:54.595.69.547.25.721.2]

Berikut ini disajikan data tingkat pengembalian kuesioner:

Tabel.4.1.

Distribusi dan Tingkat Pengembalian Kuesioner

Keterangan Jumlah Perseutase (%)

Kuesioner yang dikirim 70 100%

Kuesioner yang tidak kembali 15 21,4%

Kuesioner yang kembali 55 78,6%

Kuesioner yang tidak dapat diolah 3 5,5%

(55)

Kuesioner yang dikirim ke kantor akuntan publik tesebut

berjumlah 70 lembar eksemplar. Total kuesioner yang dikembalikan

sebanyak 55 lembar eksemplar atau dengan tingkat pengembalian 78,6%.

Setelah diseleksi terdapat 3 kuesioner (5,5%) yang tidak dapat diolah

akibat pengisian yang kurang lengkap, sehingga kuesioner yang memenuhi

syarat dan dapat diolah sebanyak 52 buah dengan tingkat persentase

(94,5%) dmi kuesioner yang dikirim. Menurut Gay (1987) dalam Anggoro

dkk (2007:4.14) persyaratan sampel untuk sebuah penelitian korelasional

minimal sebanyak 30 buah subjek dari populasi. Dengan demikian jumlah

data yang dapat diolah dalam penelitian ini telah memenubi syarat

minimal dalam penelitian korelasional.

B. Penemuan dan Pembahasan

1. Statistik Deskriptif

Deskriptif demografi responden memberikan gambaran

mengenai karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal

yang menunjukkan besamya frekuensi absolut dan persentase jenis

kelamin, umur, pendidikan, lamanya bekerja pada jabatau saat ini.

(56)
[image:56.595.97.469.90.543.2]

Tabel.4.2.

Deskriptif Demografi Responden

Dasar Frelniensi

Sub Klasifikasi

Klasifikasi Absolut Persentase

Jenis Pria 25 orang 48%

Kelamin Wanita 27 orang 52%

20-25 tahun 36 orang 69,23%

26-30tahun 10 orang 19,23%

Umur

30-35 tahun 5 orang 9,61%

Di at as 3 5 tahun I orang I,93%

D3 8 orang 15,38%

SI 41 orang 78,85%

Pendidikan

S2 3 orang 5,77%

S3

-

-Manajer/Partner I orang 1,93%

Jabatan Supervisor 2orang 3,85%

Auditor Senior 12 orang 23,07%

Auditor Junior 37 orang 71,15%

Sumber: Data primer yang diolah.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden wanita lebih

banyak dibandingkan dengan jumlah responden pria, yakni jumlah

wanita sebanyak 27 orang (52%), sedangkan pria banya 25 orang

(48%). Usia responden yang paling mendominasi adalah responden

yang berumur antara 20-25 tahun sebesar 36 orang (69,23%),

kemudian responden usia antara 26-30 tahun sebanyak 10 orang

(57)

orang (9,61%), sedangkan proporsi yang paling kecil bemsia diatas 35

tahun yaitu sebanyak l orang (1,93%).

Jenjang pendidikan responden S 1 merupakan jumlah terbesar

yaitu sebanyak 41 orang (78

Gambar

gambaran yang
Gambar. 2.1
Gambar. 2.4
grafik.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan masukan bagi pihak perusahaan tersebut untuk dapat memanfaatkan metode

[r]

Komponen evaluasi dalam kurikulum ialah memeriksa tingkat ketercapaian tujuan suatu kurikulum dalam proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki peranan penting dalam

Yang harus diungkapkan antara lain rincian dan jumlah berdasarkan kelompok pendapatan komisi dan beban komisi untuk setiap jenis asuransi.  Perusahaan bukan merupakan

(WSN) adalah peralatan sistem embedded (tertanam) yang di dalamnya terdapat satu atau lebih sensor dan dilengkapi dengan sistem komunikasi. Pada penelitian ini node dan

Risiko nilai tukar timbul sebagai akibat adanya Posisi Devisa Neto (PDN) laporan posisi keuangan konsolidasian dan rekening administratif baik pada sisi aset maupun

Title: * Abstract test suite seems to imply that a &#34;Simple WFS&#34; must implement remote resolve.. Seems reasonable to require A.2.17.1 - basically

Skripsi saudari MUNAWATI dengan Nomor Induk Mahasiswa 11407185 yang beijudul ’ PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK