I
!2-t??
I
J!f<:7
IF
I
PENGARUH PROFESIONALISME DAN INDEPENDENSI
AUDITOR TERRADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA
AUDITOR SEBAGAI V ARIABEL MODERATING
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di ][)KJ Jakarta)
1111 1111111
111
Disusun oleb:
AHMAD SANUSI
NIM:
QPTPXRPqヲゥセqヲヲN@·-·---:J. ; ZZNQUZZ[セᄋᄋZ@
..
c;«·c:··· ... _.
·'"· rn. rluk , .t@rc ..
イッNᄋᄋᄋᄋᄋZZN[Zᄋ
P
ᄋᄋᄋᄋZBGセYNlZイ[^@
k ヲ。セゥヲゥォ。ウゥ@ : .. ... I_.
...
···\. b1--41(1
,.JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILIVIU SOSIAL
UIN SYARIF IDDAYATUI,LAH
PENGARUH PROFESIONALISME DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA
AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Pubjikl;li.ui;.'.Ll.ll.K.al:ta). _ _ _ _ __,
Skripsi
PE"PUST AKAAN UT AMA UIN SVAHID JAKARTA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Pembimbing I
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP: 19570617 198503 1 002
Oleh: AHMAD SANUSI NIJVI: 104082002602
Dibawah Bimbingan
Pembimbing II
Am·l n SE,Ak,M.Si NIP: 19730615 2005011 009
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSJAL
Bari ini Jumat Tanggal Tiga Belas Bulan November Talrnn Dua Ribu Sembilan
telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ahmad Sanusi NlM
104082002602 dengan judul skripsi: "PENGARUH PROFESIONALISME
DA:: INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT
DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Pada Kantor Akuntan Publik Di DKI Jakarta)". Memperhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama tijian berlangsung, maka skripsi ini sudah
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Saijana Ekonomi
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 November 2009
Tim Pengnji Ujian Komprehensif
Afif Sulfa. SE, Msi, Al1
Kctirn S \
セWQN@
Prof. Dr. Ah mad Rod om Penguji Ahli
Hari ini Kamis Tanggal Sepuluh Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Ahmad Sanusi NIM 104082002602
dengan judul skripsi: "PENGARUH PROFESIONALISME DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERA1l1NG (Studi Empiris
Pada Kaiitor Af\:untau Publik Di DKI Jak:arta)". 1vfemperhatikan penan1pilan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Desember 2009
Tim Penguji Ujian Skripsi
\
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
DAFTAR RIWA YAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI1. Nama
2. Tempat & Tgl Lahir
3. Jenis Kelamin
4. Ag am a
5. Alamat
6. Telepon/HP
II. PENDIDIKAN
1. SD 2. SMP 3. SMU 4. Sl
Ahmad Sanusi
Jakarta, 19 Mei 1984 : Laki-laki
Islam
TI. Kayu Besar Rt. 002 Rw. 012
Tega! Alur Kalideres Jakarta Barat 11820
021-9854 4154 I 08568411354
MI Tarbiyatul Athfal Cengkareng (1991-1997)
SLTPNegeri 201 Cengkareng (1997-2000)
SMU Negeri 33 Cengkareng (2000-2003) : U1N SyarifHidayatullah Jakarta (2004-2009)
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
l. Ayah
2. Tempat & Tgl lahir
3. lbu
4. Tempat & Tgl lahir
5. Alamat
6. Anak ke dari
: Mutar
: Jakarta, 5 Januari 1960
: Mariyati
: Jakarta, 7 Mei 1962
: n.
Kayu BesarRt. 002 Rw. 012Tega! Alur Kalideres Jakarta Barat 11820
ABSTRACT
T71is study to examine the irifluences of auditor professionalism to the audit quality, the influences interaction of professionalism and auditor ethic to audit quality, i1ifluences auditor independency to the audit quality, and ilifluence interaction of independency and audilor ethic to audit quality.
This study uses primary data by questioner with Likert interval scale. Sampling methods was using Convenience Sampling. Analyzing methods were consisting of descriptive statistic, quality data test, classic 。セウオューエゥッョ@ test, and hypothesis test with absolute difference value test. SPSS I 5 Program for Windows is also used to tabulation data. T71is study did at the accounting firm which in Jakarta with 52 auditor, such as junior auditor, senior auditor, supervisor, and manager or partner.
The result of this study shows that professionalism effected to the audit quality, interaction of professionalism and auditor ethics effected to the audit quality, independency effected to the mtdit quality, but interaction of independency and auditor ethics it's not effected to the audit quality.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor terhadap kualitas audit, pengaruh interaksi profesionalisme dan etika auditor terhadap lnialitas audit, pengaruh independensi terhadap kualitas audit, serta pengaruh interaksi independensi dan etika auditor terhadap kualitas audit.
Penelltian ini men&,"Unakan data primer melalui kuesioner dengan skala interval Likert. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah convenience
sampling. Metode analisis data yang digunakan terdiri dari statistik deskriptif, uj i
kualitas data, uji asumsi klasik, uji hipotesis dengan uji residual. Program SPSS 15 digunakan untuk pengolahan data. Penelitian ini dilakukan pada kantor akuntan publik yang berada di jakarta dengan jumlah responden 52 orang auditor yang terdiri dari auditor junior, anditor senior, supervisor, serta manajer atau partner.
Basil penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit, interaksi profesionalisme dan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit, independesi berpengaruh terhadap kualitas audit, tetapi interaksi independensi dan etika auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Robbi Allah SWT yang telah mencurahkan segala nikmat yang tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua mendapat safa'at beliau di hari akhir.
Skripsi ini berjudul "Pengaruh Profesionalisme dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Vanabel Moderating (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di DK! Jakarta)". Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Dalam penyusunan skripsi ini telah banyak sekali pihak yang telah membantu sehingga penyusunan skripsi ini akbirnya bisa selesai. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik rnoril naupun materil. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, yang telah banyak berkorban guna memberikan yang terbaik. Sernoga jasa kalian selalu rnendapat balasan yang terbaik dari Allah SWT.
2. Kakak dan adikku serta seluruh karib kerabat yang selalu rnendukung dan mernberikan semangat.
3. Bapak Prof DR Abdul Hamid MS. Selaku Dekan dan pembirnbing I, terirna kasih atas ilmu, nasihat dan bimbingannya selama ini.
4. Bapak Arnilin SE, MSi, Ak. Selaku pembimbing II, terima kasih atas bimbingannya selama ini.
5. Bapak Prof Dr. Azzarn Jasin selaku dosen penguji ahli.
6. Seluruh Dosen, Staf, dan Karyawan FEIS UIN yang telah rnemberikan
keramahan ibu menghadapi mahasiswa, smoga Allah slalu melimpahkan
rnh111nt & bt:rknh pndn ibu dntt k"lunrgn).
7. Lidiyawati SE, M.Si. yang telah membantu memberikan masukan dalam membuat metode penelitian.
8. Mahdi Taufik dan Maulana Yusuf yang telah membantu menggunakan program SPSS.
9. Teman-teman akuntansi A, kalian semua adalah teman-teman yang sangat baik.
10. Teman-teman Auditing, waktu bersamakalian terlalu singkat.
11. Teman-teman seperjuangan Abdul Rozak, Ely Juliansyah, Wendy, Haris Ibrahim, Hidayatullah, Fajar, mayang, dkk.
12. Teman-teman di BLU, AA Yusar, Alfian, Irvan, Anis, Denok, serta yang lainnya, terima kasih ya.
Terima kasih yang tiada terkira juga penulis haturkan kepada segenap pihak yang begitu banyak membantu dalam berbagai ha! dalam hidup dan kehidupan penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat, cinta, dan terima kasih yang begitu besar sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Akhirnya penulis sangat menyadari berbagai keln1rangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis nantikan demi perbaikan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Hormat saya,
DAFTARISI
Hal. Lembar Pengesahan Skripsi ... .
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... .. . .. . . . .. .. . .. . .. . . .. . . 11
Lem bar Pengesahan Ujian Skripsi . .. .. .. ... ... .. ... ... . ... ... .. .. ... . .. .. . .. . . .. .. . ... . . iii
Daftar Riwayat Hidup . ... . . . .. . .. . .. . . ... . .. . .. . .. . . .. .. .. . . .. . ... .. ... . .. . . .. . . .. . . .. . . 1v
Abstract ... v
Abstrak ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi .. . . .. . . ... . .. . . .. .. . ... .. .. . . .. ... . ... .. ... ... .. . . .. .. ... ... ... .. . . ix
Daftar Tabel ... xii
Daftar Gambar ... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
BABI PENDAHULUAN ... . 1
A. La tar Belakang Penelitian... .... ... .. . . .. . . .. . . ... I B. Perumusan Masalah... .. . .. . . ... . .. . . .. .. . . .. . .. . .. . . 6
C. Tujuan dan Manfaat... ... 7
1. Tujuan... ... ... ... ... ... .... 7
2. Manfaat... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8
A. Pengertian dan tipe Audit... 8
D. Kualitas Audit... 19
E. Etika Auditor... 21
F. Hubuugan Profesionalisme dengan Kualitas Audit... 23
G. Hubungau Profesionalisme, Etika Auditor dan Kualitas Audit... 23
H. Hubungan Independensi dengan Kualitas Audit... 24
I. Hubungan Profesioualisme, Etika Auditor dan Kualitas Audit... 24
J. Kerangka Pemikiran... 25
K. Hipotesis... ... ... .. .... 27
BAB ill METODOLOGI PENELITIAN... ... ... ... ... 30
A. Ruang Lingkup Penelitian.... ... ... ... 30
B. Met ode Penentuan Sampel... .. . ... ... ... ... . ... .. . .. . .... 30
C. Metode Pengnmpnlan Data... 31
D. Metode Analisis.. .. . .. ... . ... .. . . . ...•... ... .. . ... .. ... 31
1. Uji Kualitas Data... 31
a. Uji Validitas... . . 31
b. Uji Reabilitas... 32
2. Uji Asumsi Klasik... . . 32
a. Uji Multikolinearitas... . . 32
b. Uji Heteroskedastisitas... .. . . .. . .. . . ... 33
3_ Analisis data ___ ···---· ______ ··--···---· _________ .·-. __ -·-· 34
E. Operasional Variabel Penelitian.. ... ... ... ... .. ... 40
BAB VI PENEMUAN DAN PEMBAHASAN. ••. •••.•.. .. .. .• .. . .• . . . •.. 41
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 41
L Tempat dan Waktu Penelitian---·---·-···---···---· 41
2. Tingkat Pengembalian Kuesioner__ ____ .. __________ .... _. __ .. 41
B. Penemuan dan Pembahasan... ...•••. .. ... 42
1. Statistik Desk:riptif Responden .. _______________ ··---··--··---··--·--·- 42
2. Hasil Uji Kualitas Data---·---·---·-·-···---·--- 44
a_ Uji Validitas___________________________________________________________________ 44 b_ Uji Reliabilitas._ ---· ______ --- ______________ ·---- ___ . __ __ 51 3. Hasil Uji Asumsi Klasik..__________________________________________________ 51 a. Multikolinearitas____________________________________________________________ 52 b. Heteroskedastisitas-·--·-··-··---·---···-·--···--·--- 52
c. Normalitas______________________________________________________________________ 54 4. Uji Hipotesis .. ·-·-·---·---·--·---·-·---··--··---- 55
a. Hasil Uji Hipotesis '---·---·-··---·-·-···---··-· 55
b. Hasil Uji Hipotesis 2---·---·-·-··-··-·--·-·--···---··--- 58
c. Hasil Uji Hipotesis 3---·---·--··-·-··---·---·--·---· 60
d_ Hasil Uji Hipotesis 4.·---·--·---·----·--··--·----·----·-- 63
BAB
V PENUTUP...
67
A.
KESJMPULAN...67
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal.
1. Operasionalisasi Variabel Penelitian 40
2. Distribusi dan Tingkat Pengembalian Kuesioner 41
3. DeskriptifDemografi Responden 33
4. Hasil Uji Validitas Instrumen Profesionalisme auditor 45
5. Hasil Uji Validitas Ulang Instrumen Profesionalisme auditor 46
6. Hasil Uji Validitas Ulang ke II Instrumen Profesionalisme auditor 47
7. Hasil Uji Validitas lnstrumen Indepenensi Auditor 47
8. Hasil Uji Validitas Ulang Instrumen Indepenensi Auditor 48
9. Hasil Uji Validitas Instrumen Etika Auditor 49
10. Hasil Uji Validitas Instrumen Kualitas Audit 50
11. Hasil Uji Validitas Ulang Instrumen Kualitas Audit 50
12. Hasil Uji Reliabilitas 51
13. Hasil Uji Multikolinearitas 52
14. Hasil Uji Koefisien Determinasi Hipotesis I 55
15. Hasil Uji t Hipotesis l 56
16. Hasil Uji Residual hipotesis2 59
17. Hasil Uji Koefisien Detenninasi Hipotesis 3 61
18. Hasil Uji t Hipotesis 3 62
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Hal.
1. Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit 28 2. Pengaruh Interaksi Antara Profesionalisme dan Etika Auditor
Terhadap Kualitas Audit 28
3. Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit 28
4. Pengaruh hlterakasi Antara Independensi dan Etika Auditor
Terhadap Kualitas Audit 29
5. Hasil Uji Heteroskedastisitas 53
BABI
PENDAHULUAN
A. J"atar Belalmng Penelitian
Seiring dengan tuntutan untuk menghadirkan suatu proses bisnis yang
terkelola dengan baik:, sorotan atas kinerja akuntan terjadi dengan begitu
tajamnya. Ini tidak dapat dilepaskan dari beberapa skandal besar yang telah
melibatkan profesional akuntan. Peristiwa bisnis yang melibatkan akuntan
tersebut sehamsnya memberikan pelajaran untuk mengutamakan etika dalam
melaksanakan praktik profesional akuntan. Krisis moral dalam dunia bisnis
yang sangat fenomenal pada dekade terakhir ini adalah kasus "Enron", yang di
dalamnya melibatkan salah satu the big five accounting jinn "Arthur
Anderson". Suatu kasus yang sedemikian kompleks, yang kemudian diikuti
mencuatnya kasus-kasus besar lainnya (Ludigdo, 2006:2).
Kasus seperti ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas.
Keterlibatan CEO, komisaris, komite audit, internal auditor, sampai kepada
eksternal auditor yang salah satunya dialami oleh Enron, cukup membuktikan
bahwa kecurangan banyak dilakukan oleh orang-orang dalam. Temngkapnya
skandal-skandal sejenis ini menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat
khususnya masyarakat kenangan, yang salah satunya ditandai dengan
turunnya harga saham secara drastis dari perusahaan yang terkena kasus
Pihak ekstemal auditor juga merupakau salah satu pihak yang turut
bertanggung jawab terhadap merebaknya kasus-kasus manipulasi akuntansi
seperti ini. Posisi akuntan publik sebagai pihak independen yang memberikan
opini kewajaran terhadap laporan keuangan serta profesi auditor yang
merupakan profesi kepercayaan masyarakat juga mulai banyak dipertanyakan
apalagi setelah didukung oleh bukti semakin meningkatnya tuntutan hukum
terhadap kantor akuntan. Padahal profesi akuntan mempunyai peranan penting
dalam penyediaan informasi keuangan yang handal bagi para pemakainya.
Kepercayaan terhadap k-ualitas jasa yang diberikan pada pengguna
merupakan hal yang diperlukan oleh auditor. Oleh karena itu, penting bagi
pemakai laporan keuangan untuk memandang Kantor Akuntan Publik (KAP)
sebagai pihak yang independen dan kompeten, karena. akan mempengamhi
berharga atau tidaknya jasa yang telah diberikan oleh KAP kepada pemakai.
Jika pemakai merasa KAP memberikan jasa yang berguna dan berharga, maka
nilai audit atau kualitas audit juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk
bertindak dengan profesionalisme tinggi.
Profesionalisme seorang auditor menurut Hall (1968) dalam Wahyudi
dan Mardiyah (2007) tercermin dalam lima ha! yaitu pengabdian pada profesi,
kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan
hubungan dengan rekan seprofesi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Wahyudi dan Mardiyah (2007) yang menguji pengaruh profesionalisme
auditor terhadap tingkat materialitas dalam laporan keuangan menunjukkan
pengabdian pada profesi, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan
profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi. Sedangkan dimensi kemajiban
sosial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat materialitas
dalam pemeriksaan laporan keuangan.
Dalam melaksanakan audit, kualitas audit yang dihasilkan sangat terkait
dengan tingkat profesionalisme dan independensi auditor. De Angelo (1981)
dalam Alim, Hapsari dan Purwanti (2007) mendefinisikan kualitas audit
sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan
pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Probabilitas untuk menemukan
pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas
melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor (Deis dan
Groux, 1992 dalam Alim et. al., 2007:2).
Penelitian mengenai independensi telah banyak dilakukan, diantaranya
oleh Lavin (1976) dalam Lastanti (2005) yang meneliti tiga faktor yang
mempengaruhi independensi akuntan publik. Ketiga faktor tersebut antara lain
ikatan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, pemberian jasa lain selain
jasa audit kepada klien, dan lamanya hubungan antara akuntan publik dengan
klien. Kemudian Pany dan Reckers (1980) dalam Alim et. al. (2007) yang
menemukan bahwa independensi auditor dipengaruhi ukuran klien dan
pemberian hadiah. Banyaknya penelitian mengenai independensi
menunjukkan bahwa faktor independensi merupakan faktor penting bagi
Profesionalisme dan independensi yang dimiliki auditor dalam
penerapannya akan terkait dengan etika. Penelitian tentang etika telah
dilakukan oleh Muawanah dan Indriantoro (1999) dalam Ludigdo (2006) yang
mengkonfirmasi pernyataan-pernyataan dalam literatur akuntansi keperilakuan
yang menyebutkan adanya interaksi antara aspek personalitas ( dalam ha! ini
locus of control dan komitmen profesi) dengan Cognitive Style ( dalam ha! ini
kesadaran etis), serta Khomsiyah dan Indriantoro (1998) dalam Ludigdo
(2006) yang menguji pengaruh orientasi etika terhadap komitmen dan
sensitivitas etika. Kemudian Payamta (2002) dalam Alim et. al. (2007)
menyatakan bahwa berdasarkan "Pedoman Etika" IF AC, maka syarat-syarat
etika suatu organisasi akuntan sebaiknya didasarkan pada prinsip-prinsip dasar
yang mengatur tindakan/perilal..-u seorang akuntan dalam melaksanakan tugas
profesionalnya. Prinsip tersebut adalah (1) integritas, (2) obyektifitas, (3)
independen, (4) kepercayaan, (5) standar-standar teknis, (6) kemampuan
profesional, dan (7) perilaku etika.
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu
pada variabel independen yang digunakan dan pada lokasi penelitian. Pada
penelitian sebelumnya menggunakan variabel independen kompetensi dan
independensi, sedangkan pada penelitian ini menggunakan variabel
independen profesionalisme dan independensi, karena pada hasil penelitian
sebelumnya yang menguji pengaruh interaksi antara kompetensi dan etika
Variables). Lokasi penelitian sebelumnya berada di daerah Jawa Timur,
sedangkan pada penelitian ini lokasi penelitian adalah di Jakarta.
Penelitian ini mengadopsi kerangka kontijensi untuk mengevaluasi
hubungan antara profesionalisme, independensi dan kualitas audit. Pendekatan
kontinjensi ini dilakukan dengan cara ditetapkannya variabel etika auditor
sebagai variabel moderating yang mungkin akan mempengamhi secara kuat
atau lemah hubungan antara profesionalisme, independensi dan kualitas audit.
Motivasinya adalah ingin mengetahui pengamh variabel moderating ( etika
auditor) terhadap profesionalisme, independensi dan k"Ualitas audit, mengingat
beberapa tahun belakangan ini profesi auditor kerap dikaitkan dengan
berbagai skandal yang menimpa pemsahaan-pemsahaan besar. Melihat
permasalahan tersebut, maka penulis mgm meneliti "Pengaruh
Profesionalisme <Ian lndependensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar balakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah profesionalisme auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?
2. Apakah interaksi profesionalisrne dan etika auditor berpengaruh terhadap
kualitas audit?
3. Apakah independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?
4. Apakah interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh terhadap
lcualitas audit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tuj uan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor terhadap kualitas
audit.
b. Untuk mengetahui pengaruh interaksi profesionalisme dan etika
auditor terhadap kualitas audit.
c. Untuk mengetahui pengaruh independensi auditor terhadap kualitas
audit.
d. Untuk mengetahui pengaruh interaksi independensi dan etika auditor
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi Pengguna Jasa Auditor
Penelitian mt diharapkan dapat bermanfaat untuk menilai profesionalisme dan independensi auditor dalam memberikan basil audit yang berkualitas agar pengguna jasa auditor dapat memilih auditor yang tepat.
b. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)
Diharapkan dapat membe1ikan kontribusi dalam menilai profesionalisme dan independensi para ak-untan sehingga dapat menjaga kualitas profesionalisme dan independensinya dalam melaksanakan tugas audit.
c. Bagi Auditor
Penelitian m1 diharapkan dapat menJaga dan meningkatkan profesionalisme dan independensi para auditor dalam melaksanakan tugas audit.
d. Bagi Akademisi
e. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan kepustakaan,
sumbangan pemikiran, dan dijadikan bahan pembelajaran serta
penelitian selanjutnya demi berkembangnya ilmu pengetahuan
ditengah masyarakat.
f. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta
dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
[image:22.595.92.460.104.577.2]BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Tipe Audit
1. Pengertian Audit
Berikut ini dipaparkan beberapa pengertian audit yang dikemukakan
beberapa ahli, diantaranya:
Boynton (2004: 6) mendefinisikan audit adalah:
"A systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actiom and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and estabilished criteria and communicating the result to interested users".
Menumt Konrath (2002:5) dalam Agoes (2004: 1), audit adalah:
"Suatu proses sistematis untuk secara obyektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan lingkat keterkaitan antara asersi tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan ".
Sedangkan menumt Mulyadi (2002:9), audit adalah:
"Suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pemyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pemyataan-pemyataan tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingm1 ".
Menumt Agoes (2004:3), audit adalah:
"Suatu pemerikasaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan pembukuan dan bukti-bukti
•
Dari beberapa pengertian diatas, dapatlah diambil suatu garis besar
mengenai definisi audit yang menjadi substansi dari beberapa pengertian
tersebut diatas yakni:
a. Audit merupakan suatu proses yang sistematis.
b. Bagaimana mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara objektif
c. Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representasi
yang dibuat oleh perorangan atau entitas.
d. Dilaksanakan oleh pihak yang kompeten dan memiliki keahlian cukup
yang disebut auditor.
e. Harus didasarkan pada standar, regulasi, dan praktik yang telah
disetujui dan diterima secara umum.
f. Melaporkan hasilnya. Laporan berisi informasi tentang kesesuaian
antara informasi yang diuji dengan kriterianya,. atau ketidaksesuaian
informasi yang diuji dengan kriterianya serta menunjukkan fakta atas
ketidaksesuaian tersebut.
g. Hasil dari pemeriksaan memiliki keandalan informasi, benar, dan dapat
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
2. Tipe Audit
Menurut Mulyadi (2002) auditing umumnya digolongkan menjadi 3
yaitu: (a) Audit Keuangan (Financial Audit), (b) Audit Operasional
(Operational Audit), dan (c) Audit Kepatuhan (Compliance Audit).
terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk
menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen menilai
kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuainya dengan prinsip
akuntansi berterima umum. Hasil auditing terhadap laporan keuangan
tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit. Laporan
audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan sepe1ti
pemegang saham, kreditur, dan kantor pelayanan pajak
b. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional merupakan review secara sistematis kegiatan
organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan
tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk:
I. Mengevaluasi kinerja
2. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau
pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang
meminta dilaksanakannya audit tersebut.
c. Audit Ketaatan (Compliance Audit)
Audit ketaatan adalah yang tujuannya untuk menentukan apakah yang
diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan te1tentu. Hasil audit ini
B. Profesionalisme
1. Pengertian Profesionalisme
Pofesi lebih mudah dipahami sebagai suatu pekerjaan. Profesional
pula memjuk kepada orang yang menganggap profesi individu itu sebagai
suatu pekerjaan tetap dan sumber pendapatan utamanya. Profesionalisme
adalah tahap kecakapan dan kemampuan yang sehamsnya didukung oleh
seseorang yang profesional tersebut.
Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual.
Menumt Kalbers dan Fogarty (1995:72) dalam Wahyudi dan Mardiyah
(2006:4), profesi mempakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa
kriteria, sedangkan profesionalisme mempakan suatu atribut individual
yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan mempakan suatu profesi atau
tidak. Sebagai profesional, seorang auditor memiliki tanggung jawab
terhadap masyarakat, auditan, dan terhadap rekan seprofesi, termasuk
untuk berpeiilakn yang terhormat sekalipun kepentinga.n priba.di menjadi
korban karenanya.
Menumt Poerwopoespito & Utomo (2000:266) da.la.m Rinaldi
(2008: 18), profesionalisme berarti fa.ham yang menempatkan profesi
sebagai titik perhatian utama. dalam hidup seseorang. Orang yang
menganut fa.ham profesionalisme selalu menunjukkan sikap profesional
2. Konsep Profesionalisme
Profesional adalah orang yang terampil, handal, dan sangat bertanggungjawab dalam menjalankan profesinya. Orang yang tidak mempunyai integritas biasanya tidak profesional. Menurut Pamungkas (1996:206-207) dalam Rinaldi (2008:18), bahwa manusia profesional dianggap manusia yang berkualitas yang memiliki keahlian se11a kemampuan mengekspresikan keahliannya itu bagi kepuasan orang lain atau masyarakat dengan memperoleh pujian. Ekspresi keahlian tersebut tampak dalam perilaku analisis dan keputusan-keputusannya. Dengan demikian hasil kerja profesional selalu memuaskan orang lain dan mempunyai nilai tambah yang tinggi. Profesionalisme selalu dikaitkan dengan efisiensi dan keberhasilannya, dan menjadi sumber bagi peningkatan produksi, pertumbuhan, kemakmuran dan kesejahteraan baik dari individu pemilik profesi maupun masyarakat lingkungannya.
Menurut Hall (1968) dalam Wahyudi dan Mardiyah (2006:5) terdapat lima dimensi profesionalisme, yaitu: (a) pengabdian pada profesi, (b) kewajiban sosial, (c) kemandirian, (d) keyakinan terhadap peraturan Profesi, dan ( e) hubungan dengan sesama profesi.
a. Pengabdian pada profesi
Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan
pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan
sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi
utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru
kemudian kepuasan materi.
b. Kewajiban sosial
Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan
profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun
profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
c. Kemandirian
Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seseorang yang
profesional hams mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan
dari pihak lain (pemerintah, klien, dan bukan anggota profesi). Setiap
ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian
secara profesional.
d. Keyakinan terhadap peraturan profesi
Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling
berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi,
bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang
ilmu dan pekerjaan mereka.
e. Hubungan dengan sesarna profesi
kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan
profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional.
Menurut Affandi (2002:88-89) dalam Rinaldi (2008: 18), ada empat
ciri-ciri yang bisa ditengarai sebagai petunjuk atau indikator untuk melihat
tingkat profesionalitas seseorang, yaitu:
a. Penguasaan ilmu pengetahuan seseorang dibidang tertentu, dan
ketekunan mengikuti perkembangan ilmu yang dikuasai.
b. Kemampuan seseorang dalam menerapkan ilmu yang dikuasai,
khususnya yang berguna bagi kepentingan sesama.
c. Ketaatan dalam melaksanakan dan menjunjung tinggi etika keilmuan,
serta kemampuannya nntnk memahami dan menghormati nilai-nilai
sosial yang berlaku dilingknngannya.
d. Besarnya rasa tanggungjawab terhadap Tuha.n, bangsa dan negara,
masyarakat, kelua.rga, serta diri sendiri atas segala tindak lanjut dan
perilaku dalam mengemban tugas berkaitan dengan penngasan dan
penerapan bidang ilmu yang dimiliki.
C. Independensi
1. Pengertian Independensi
Menurut Halim (2001:18), independen beraiti bebas dari pengaruh,
tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung kepada pihak Iain.
Holmes et. al. (1996) dalam \Vulandari (2007) menyatakan bahwa
independensi harus ditafsirkan sebagai bebas dari bujukan, pengaruh, atau
pengendalian klien atau siapapun juga yang mempunyai kepentingan
dengan audit. Jika auditor mengik-uti kemauan klien yang berlawanan
dengan pertimbangannya sendiri, maka pendapat auditor itu tidak ada
artinya.
Menurut lkatan Akuntan Indonesia (2001) dalam SPAP seksi 220
No. 04 Alinea 2 menjelaskan bahwa independensi itu berarti tidak mudah
dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
umum ( dibedakan dalam ha! berpraktik sebagai auditor intern). Dengan
demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun,
sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya
keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak
yang jnstru paling penting untuk mempertahankan kebebasan
pendapatnya.
2. Komponen Independensi
Menurut Taylor (1997) dalam Susiana dan Herawaty (2007:6), ada
dua aspek independensi, yaitu: (a) independensi sikap mental
(independence of mind/independence of mental altitude), dan (b)
independensi penampilan (image projected to the public/appearance of
independence).
akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen. Independensi
sikap mental lebih banyak berfokus pada moral seorang auditor. Moral
adalah kondisi jiwa dan perbuatan hati yang berakibat pada perbuatan
lahiriah. Moral yang baik pasti akan membuahkan perbuatan lahiriah
yang baik. Tetapi, perbuatan yang kelihatan baik belum tentu
didasarkan pada moral yang baik. Seorang auditor akan memiliki
moral yang baik apabila dalam jiwanya terdapat pengakuan secara
jujur terhadap adanya kelniatan Maha Besar yang mengatur denyut
jantungnya. Sehingga, rela untuk mematuhi aturan Yang Maha Kuasa.
Dengan pengakuan dan kerelaan tersebut, maka akan muncul sikap
jujur, amanah, adil, dan lain-lain. Sikap"sikap tersebut akan menjamin
perilaku yang obyektif, independen, taat pada kesepakatan, dan
melindungi kepentingan banyak pihak dari diri seorang akuntan
publik. Dengan adanya moral yang baik, tanpa kode etik, tanpa dewan
kehormatan, tanpa peraturan pasar modal yang detail pun akuntan
publik akan menghindari malprak-tik dan menghianati banyak pihak.
Permasalahannya adalah moral tidak bisa ditumbuhkembangkan hanya
dari proses perkuliahan dan seminar semata.
b. Independensi Penampilan (image projected to the public/appearance of
independence), independensi penampilan ditentukan oleh kesan
masyarakat terhadap independensi akuntan publik. Artinya ada kesan
mengakibatkan masyarakat mera,,<>ukan kebebasannya. Jadi, independensi penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan publik. Oleh karena itu, msaknya independensi penampilan akuntan publik akan memsak kepercayaan masyarakat terhadap akuntan publik yang bersangkutan. Bahkan, terhadap profesi akuntan secara keselumhan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi
Penelitian mengenai independensi akuntan publik sudah banyak dilakukan, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002) dalam Lastanti (2005:93). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam mengambil keputusan akuntan publik dipengamhi oleh dorongan untuk mempertahankan klien auditnya. Tetapi disisi lain terdapat kekuatan yang bisa meredakan pengarnh tersebut. Hasil penelitian tesebut juga memberikan bukti bahwa pemisahan staf audit yang melakukan jasa konsultasi dirasakan oleh pemakai laporan akan meningkatkan independensi akuntan publik.
diaudit dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi yang lebih besar
dibandingkan yang tidak memberikan jasa tersebut. Tingkat persaingan
antar KAP juga dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi akuntan
publik. KAP yang lebih kecil mempunyai risiko kehilangan independensi
yang lebih besar dibandingkan KAP yang lebih besar. Sedangkan faktor
lama ikatan hubungan dengan klien tertentu tidak mempengaruhi secara
sifnifikan terhadap independensi akuntan publik.
Supriyono (1986) dalam Lastanti (2005:93) telah melakukan
penelitian mengenai independensi auditor di Indonesia. Penelitian ini
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor yaitu
(1) ikatan keputusan keuangan dan hubungan usaha dengan klien; (2)
persaingan antar KAP; (3) pemberian jasa lain selain jasa audit; ( 4) lama
penugasan audit; (5) besar kantor aknntan; dan (6) besarnya audit fee.
Responden yang dipilih meliputi direkwr keuangan perusahaan yang telah
go public, partner KAP, pejabat kredit bank dan lembaga keuangan non
bank, dan Bapepam.
D. Kualitas Audit
De Angelo ( 1981) dalam Alim et. al. (2007: 4) mendefinisikan kualitas
audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan
melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi
berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil.
Terdapat empat ha! yang dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu ( l) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka k'Ualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan ( 4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga (Deis dan Giroux, 1992 dalam Alim et. al, 2007:4).
Menurut Tan dan Alison (1999) dalam Mardisar dan Sari (2007) kualitas audit dinilai dari seberapa banyak auditor memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit yang diselesaikan. Sementara itu, menurut Tawaf (1999) dalam Mardisar dan Sari (2007) agar audit yang dihasilkan berkualitas, supervisi hams dilakukan secara berkesinambungan dimulai dari
awal hingga akhir penugasan audit.
digunakan dalam penelitian ini, yaitu (l) pengalaman melakukan audit, (2)
memahami industri klien, (3) responsif atas kebutuhan klien, ( 4) taat pada
standar umum, (5) independensi, (6) sikap ィ。エゥMィ。エセ@ (7) komitmen terhadap
kualitas audit, (8) keterlibatan pimpinan KAP, (9) melala1kan pekerjaan
lapangan dengan tepat, (10) keterlibatan komite audit, (11) standar etika yang
tinggi, dan (12) tidak mudah percaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada 7 atribut kualitas audit yang berpengaruh terhadap kepuasan klien, antara
lain pengalaman melakukan audit, mernahami industri klien, responsif atas
kebutuhan klien, taat pada standar umum, komitmen terhadap kualitas audit
dan keterlibatan komite audit. Sedangkan 5 atribut lainnya yaitu independensi,
sikap hati-hati, rnelakukan peke1jaan lapangan dengan tepat, standar etika
yang tinggi dan tidak rnudah percaya, tidak berpengaruh terhadap kepuasan
klien.
E. Etika Auditor
Etika sebenarnya meliputi suatu proses penentuan yang komplek
tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi te1tentu, proses itu
sendiri meliputi kombinasi unik dari pengalaman dan pembelajaran
masing-masing individu seperti yang dikernukakan oleh ·word et. al. (1993) dalarn
Marlianto (2005). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) etika berarti
ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusrn, baik yang hams
dilakukan maupun yang hams ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau
segolongan manusia atau masyarakat atau profesi.
Menumt Keraf ( 1998} dalam Prastamawati (2009} etika dapat dibagi
menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Etika umum
Etika umum berkaitan dengan bagaimana manusia mengambil keputusan
etis, teori-teori etika dan prinsip modal dasar yang menjadi pegangan bagi
manusia dalam bertindak. Etika umum dapat digolongkan dengan ilmu
pengetahuan yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika khusu s
Adalah penerapan prinsip-prinsip modal dasar dalam bidang kehidnpan
yang khusus. Etika khusus dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Etika individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri.
b. Etika sosial, berkaitan dengan kewajiban, sikap dan perilaku manusia
terhadap manusia lainnya. Salah satu bagian dari etika sosial adalah
etika profesi.
Prinsip-prinsip etika profesi yang tertuang dalam kode etik Ikatan
a. Tanggungjawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap
anggota harus menggunakan pe1timbangan moral dan profesional dalam
kegiatan yang dilakukannya.
b. Kepentingan publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme.
c. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.
d. Objektivitas
Setiap anggota harus men1aga objektivitas dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dalam
kehati-hatian, kompetensi dan ketelnman, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat
yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesionalnya yang kompeten berdasarkan
£
KerahasiaanSetiap anggota hams menghonnati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban atau hukum untuk mengungkapkannya.
g. Perilaku profesional
Setiap anggota hams berperilakll yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
h. Standar teknis
Setiap anggota hams melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan, sesuai dengan
keahliannya dan berhati-hati. Anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penngasan tersebut
sejalan dengan prinsip integritas dan objektivitas.
Salah satu penelitian mengenai sikap dan perilaku auditor adalah
penelitian yang dilakukan oleh Maryani dan Ludigdo (200 l) dalam Lastanti
(2005:92). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengamhi sikap dan perilaku etis akuntan serta faktor yang dianggap
paling dominan pengamhnya terhadap sikap dan perilaku tidak etis akuntan.
Hasil yang diperoleh dari kuesioner tertutup menunjukkan bahwa terdapat
sepuluh faktor yang dianggap oleh sebagian besar akuntan mempengaruhi
pengalaman hidup, imbalan yang diterima, hukum, dan posisi atau kedudukan.
Sedangkan hasil yang diperoleh dari kuesioner terbuka. menunjukkan bahwa
terdapat 24 faktor tambahan yang juga dianggap berpengaruh terhadap sikap
dan perilaku etis akuntan dirnana faktor religiusitas tetap merupakan faktor
yang dominan.
F. Hubungan Profesionalisme Dengan Kualitas Audit
Penelitian tentang profesionalisme sebelumnya telah dilakukan oleh
Mock dan Samet (1982), Schroder (1986), Corcello (1992), Sutton (1993),
serta Sutton dan Lampe (1991) yang menguji pengaruh profesionalisme
rnengenai kualitas audit yang ada. Kernudian \Vahyudi dan Mardiyah (2006)
meneliti pengaruh profesionalisme terhadap tingkat rnaterialitas Banyaknya
penelitian tentang profesionalisme menunjukkan pentingnya aspek ini bagi
para auditor.
Alasan yang mendasari diperlakukannya perilaku profesional yang
tinggi pada setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap
kualitas jasa yang diberikan profesi. Bagi akuntan publik, penting untuk
rneyakinkan klien dan pemakai laporan keuangan akan kualitas audit dan jasa
lainnya. Jika pemakai jasa tidak memiliki keyakinan pada akuntan publik,
kemampuan para profesional itu untuk memberikan jasa kepada klien dan
G. Hubungan Profesionalisme, Etika Auditor dan Kualitas Audit
Profesionalisme auditor yang diterapkan dalam dunia bisnis akan
menghadapi dilema etika. Bemegosiasi dengan klien yang mengancam untuk
mencari auditor barn kalau perusahaan tidak memperoleh pendapat wajar
tanpa pengecualian, j el as merupakan dilema etika karena pendapat seperti itu
belum memuaskannya. Memutuskan akan menegur supervisor yang telah
melakukan lebih saji secara material nilai pendapatan departemen untuk
mendapatkan bonus yang lebih besar merupakan dilema etika yang sulit.
Melanjutkan bergabung dengan perusahaan yang melecehkan dan
memperlakukan pegawai dan pelanggan secara tidak jujur juga mernpakan
dilema moral, khususnya apabila orang itu memiliki saudara yang
mendukung, serta ketatnya pemasaran pada waktu tersebut (Wahyudi dan
Mardiyah, 2006:9).
H. Hubungan Independensi Dengan Kualitas Audit
Kemampuan auditor dalam bertahan menghadapi tekanan dari klien
akan menentukan tingkat independensi seorang auditor. Auditor yang baik
seharusnya dapat bertahan dari tekanan klien. Penelitian yang dilakukan oleh
Knapp (1985) dalam Alim et. al. (2007:9) rnenunjukkan bahwa subyektivitas
terbesar dalam teknik standar mengurangi kemampuan auditor untuk bertahan
dalam tekanan klien dan posisi keuangan yang sehat mempunyai kemampuan
I. Hubungan Indepeudensi, Etika Auditm· dau Kualitas Audit
Nichols dan Price (1976) dalam Alim et. al (2007:10) menemukan
bahwa ketika auditor dan manajemen tidak mencapai kata sepakat dalam
aspek kinerja, maka kondisi ini dapat mendorong manajemen untuk memaksa
auditor melakukan tindakan yang melawan standar, termasnk dalam
pemberian opini. Kondisi ini akan sangat menyudutkan auditor sehingga ada
kemungkinan bahwa auditor akan melak-ukan apa yang diinginkan oleh pihak
manaJemen.
Deis dan Giroux (1992) dalam Alim et. al (2007:10) mengatakan bahwa
pada konflik kekuatan, klien dapat menekan auditor untuk melawan standar
profesional dan dalam ukuran yang besar, kondisi keuangan klien yang sehat
dapat digunakan sebagai alat untuk menekan auditor dengan cara melakukan
pergantian auditor. Hal ini dapat membuat auditor tidak akan dapat bertahan
dengan tekanan klien tersebut sehingga menyebabkan independensi mereka
melemah. Posisi auditor juga sangat dilematis dimana mereka dituntut untuk
memenuhi keinginan klien namun di satu sisi tindakan auditor dapat
melanggar standar profesi sebagai acuan kerja mereka. Hipotesis dalam
penelitian mereka terdapat argumen bahwa kemampuan auditor untuk dapat
be1tahan di bawah tekanan klien mereka tergantung dari kesepakatan
ekonomi, lingkungan tertentu, dan perilaku termasuk di dalamnya mencak-up
J. Keranglm Pemikiran
Kerangka pemikiran dari penelitian ini yang meneliti pengaruh
profesionalisme dan independesi terhadap lrualitas audit dengan etika auditor
sebagai variabel moderasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
[image:42.595.81.514.188.597.2]セp⦅r⦅ッ⦅f⦅eウ⦅Q⦅ッ⦅n⦅a⦅l⦅Qウ⦅m⦅eセエMMMMMM
... \ KUALITAS AUDITGambar. 2.1
Pengarnh Profesionalisme Auditor Terhadap Knalitas Audit
profesionalismeセQMMMMMNMMMセ{ゥゥオalitas@
AUDITI
-I
FERPUSTAKAAN UTAMA .l' ,. - ··I .JA!-<ARTA
セMMMMMGMMセMセ@
ETIKA AUDITOR
Gambar. 2.2
Pengaruh Interaksi Antara Profesionalisme dan Etika Auditor Te1·hadap Kualitas Audit
1---l>l1>[KUALITAS AUDIT
セMMMMMMMMセ@
JNDEPENDENSI
Gambar. 2.3
INDEPENDENSI - KUALITAS AUDIT
[image:43.595.69.535.97.688.2]ETIKA AUDITOR
Gambar. 2.4
Pengaruh Interaksi Antara Independensi dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit
K. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam
penelitian ini dirulnuskan sebagai berikut:
Ha1 : Profesionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit
Ha2 : Interaksi profesionalisme dan etika auditor berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
Ha3 : Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit
Hai : Interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan
BABITI
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Peuelitian
Penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh profesionalisme dan
independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel
moderasi. Dalam penelitian ini data diambil dari sejumlah sampel yang ada
dalam populasi. Populasi dari penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang berada di Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah Kantor A1..-untan Publik (KAP) yang
berada di Jakarta yang terdaftar di directo1y Kantor Akuntan Publik (KAP)
tahun 2008. Sampel dalam penelitian ini adalah kantor akuntan publik yang
berada di Jakarta dengan metode penentuan sampel menggunakan metode
Convenience Sampling Design dimana unit sampel yang ditarik mudah
dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat
kooperatif (Hamid, 2007:30). Teknik ini digunakan karena melihat dari
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut
Indriantoro dan Supomo (2002) data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari sumbernya (tanpa melalui media perantara). Data primer dalam
penelitian ini berbentuk kuesioner. Auditor yang menjadi sampel, akan
diberikan kuesioner yang berisi kumpulan pertanyaan tentang profesionalisme,
independensi, etika auditor dan kualitas audit. Apabila diperlukan, peneliti
juga akan melak"Ukan konfirmasi melalui kontak telepon pada KAP untuk
mengingatkan dan percepatan pengembalian k"Uesioner.
D. Metode Analisis
l. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menguk"Ur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
k"Uesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuisioner tersebut. Jadi validitas ingin mengukur apakah
· pertanyaan dalam kuesioner yang kita buat betul-betul dapat mengukur
apa yang hendak kita ukur (Ghozali, 2006: 45).
Salah satu cara untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu
kuesioner dapat dilakukan dengan melaknkan korelasi bivariate antara
korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor konstruk
menunjukkan basil signifikan maka indikator tersebut adalah valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenamya adalah alat untuk mengukur suatu
kuisioner yang merupakan indikator dari vaiiabel atau konstruk. Suatu
kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Pengujian ini dilakukan dengan menggnnakan teknik cronbach
alpha, dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliable bila memiliki
koefisien kehandalan atau alpha kurang dari 0,6 tidak reliable, 0,6
sampai dengan 0, 7 acceptable, 0, 7 sampai dengan 0,8 baik, dan lebih
dari 0,8 sangat baik (Ghozali, 2006: 42).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusya tidak terjadi korelasi diantara
variabel bebas. (Ghozali, 2006:91 ). Deteksi terhadap ada tidaknya
multikolonieritas yaitu dengan menganalisis matriks korelasi
variable-variabel bebas, dapat juga dengan melihat nilai tolerance serta nilai
variance Inflation factor (VJF). Nilai cut off yang umum dipakai
untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance
<
tingkat kolonieritas 0,95, dengan kata lain tingkat kolonieritas tidak boleh melebih 0,95 atau 95%. (Ghozali, 2006: 92).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians tersebut tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika varians tersebut berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pedoman dalam mendeteksi uji heteroskedastisitas antara lain: (a) jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar) maka terjadi heteroskedastisitas, (b) jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: I 05).
c. Uji Normalitas
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari
grafik.
Dasar pengambilan keputusan dari analisa grafik tersebut
ad al ah:
1 ). Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2). Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
3. Analisis Data
Penelitian ini menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan dengan
bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS). Untuk menguji
Ha1 dan Ha3 dilakukan dengan analisis regresi sederhana (simple
regression analysis). Sedangkan, Ha2 dan H14 menggunakan analisis
regresi berganda (multiple regression) dengan uji residual.
Pengujian variabel moderating dengan uji interaksi maupun UJ 1
selisih nilai absolut mempunyai kecendemngan akan terjadi
multikolonieritas yang tinggi antar variabel independen dan hal ini akan
menyalahi asumsi klasik daJalll regresi ordinary least square (OLS). Untuk
mengatasi multikolonieritas ini, maka dikembangkan metode lain yang
disebut uji residual. Analisis residual ingin menguji pengamh deviasi
Dimana:
a = konstanta
b = koefisien regresi
e = standard error
Dalam melakukan pengujian hipotesis analisis dilakukan melalui:
a. Uji Koefisien Detenninasi
Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat
menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien
determinasi. Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel
dependen. Dalam pengujian hipotesis pe1tama koefisien determinasi
dilihat dari besarnya nilai R Square (R.2) untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas yaitu partisipasi anggaran menjelaskan variabel
dependen yaitu kinerja manajerial. Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai I (OS:R2:51). Jika nilai R2bernilai besar (mendekati 1) berarti variabel bebas dapat memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkanjika R2 bernilai kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan
variabel dependen sangat terbatas (Ghozali, 2005:83).
Dalam pengujian hipotesis koefisien determinasi dilihat dari
besamya nilai Adjusted R-Square. Kelemahan mendasar penggunaan
R2 adalah bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan ke
meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel terikat. Tidak seperti R2, nilai Adjusted
R-Square dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2006:83). Oleh karena itu
digunakanlah adjusted R-Square pada saat mengevaluasi model
regresi Iinier berganda.
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statisik t digunakan untuk mengetahui hubungan
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen digunakan
tingkat signifikan 0,05. Jika nilai probabilitas t-statistik lebih besar
dari 0,05, maka tidak ada pengamh variabel independen terhadap
variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan). Sedangkan jika
nilai probabilitas t lebih kecil dari 0,05, maka terdapat pengaruh dari
variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006:85).
Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis 1 dan 3.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen yaitu kualitas
audit, dua variabel independen yaitu profesionalisme dan independensi, serta
satu variabel moderating yaitu etika auditor. Secara operasional
l. Variabel Independen
Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Indriantoro dan Supomo, 2002). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen yaitu:
a. Profesionalisme
Profesionalisme dalam penelitian ini mengacu pada dimensi yang dikembangkan oleh Hall (1968). Profesionalisme menurut Hall (1968) dalam Wahyudi dan Mardiyah (2006:5) terdapat lima dimensi yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi. b. Independensi
Independensi dalam penelitian ini menggunakan dimensi yang dikembangkan peneliti sebelumnya yaitu oleh Alim et. al. (2007). Ada dua dimensi yang digunakan dalam variabel ini yaitu dimensi tekanan klien dan lama kerjasama dengan klien. Pada variabel ini terdapat 5 pertanyaan sebagai indikator. Semua item pertanyaan diukur pada skala Likert l sampai 5.
2. V ariabel Depend en
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dipengamhi atau dijelaskan oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002). Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah kualitas audit. Penelitian ini menggunakan faktor-faktor yang dikembangkan oleh
tersebut dalam penelitian ini digunakan sebagai indikator dalam pertanyaan. Semua item pertanyaan diukur pada skala Likert I sampai 5. 3. Variabel Moderating
No. Variabel
l. Profesionalisme Auditor (Wahyudi dan Mardiyah,
2006:25)
2. Independensi Auditor (Alim et
al., 2007:12)
3. Etika Auditor (Alim et al, 2007)
[image:53.595.34.538.121.700.2]4. Kualitas Audit (Alim et al., 2007)
Tabel. 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Dimensi Indikator
a. Pengabdian - Menggunakan pengetahuan pada profesi
-
Teguh pada profesilliskan meninggalkan pekerjaan
-
Bekerja diatas normal-
Membaca publikasi secara rutinb. Kewajiban
-
Menciptakan transparasi Sosial - Menjaga kekayaan negara-
Dasar kepercayaan masyarakatc. Kemandirian ,_ Pendapat atas laporan keuangan ,_ Hasil audit sesuai fakta
-
Tidak ada tekanan manajer d. Kepercayaan Audit oleh eksternal auditorterhadap
-
Menilai auditor laim1ya peraturan-
Penentuan ketepatan profesie. Hubungan
,_
Tukar pendapat dengan rekan - Mendukn11g organisasi seurofesi,_
Partisipasi pertemua11a. Tekanan klien
-
Pe11gungkapa11 kecurangan klien - Besarnya fee audit- Pemberian fasilitas dari klien
b. Lama kerja - Penggantian auditor sama dengan - Penggunaan jasa 11011 audit klien
,_ Imbalan yang diterima
,_ Organisasional
-
Lingknngan keluarga ,_ Kecerdasan emosional- Deteksi salah saji
-
Kesesuaian dengan SPAP - Kepatuhan terhadap SOP - llisiko audit- Prinsip kehati-hatian
-
Proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor - Perhatian yang diberikan oleh..- .. セB[LNNNNNLNNN@ ,...-1-... .- .. ...._.,,,...fnor
Skala Pen<>nknran
Interval
Interval
Interval
BAB IV
PENEl\'lUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kantor akuntan publik yang berada di
'
wilayah DKI Jakarta. Proses pengiriman kuesioner dan pengumpulan data
dilakukan dari tanggal 12 februari 2009 sampai dengan akhir juni 2009.
Kuesioner yang disebarkan sebanyak 70 eksemplar dengan jumlah
pengembalian sebanyak 55 eksemplar.
2. Tingkat .Pengembalian Kuesioner
Kuesioner dalam penelitian m1 berisi pertanyaan tentang
profesionalisme, independensi, etika auditor dan kualitas audit. Pertanyaan
tentang profesionalisme berjumlah 17 pertanyaan, independensi 5
pertanyaan, etika auditor 4 pertanyaan dan kualitas audit 7 pertanyaan.
[image:54.595.69.547.25.721.2]Berikut ini disajikan data tingkat pengembalian kuesioner:
Tabel.4.1.
Distribusi dan Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah Perseutase (%)
Kuesioner yang dikirim 70 100%
Kuesioner yang tidak kembali 15 21,4%
Kuesioner yang kembali 55 78,6%
Kuesioner yang tidak dapat diolah 3 5,5%
Kuesioner yang dikirim ke kantor akuntan publik tesebut
berjumlah 70 lembar eksemplar. Total kuesioner yang dikembalikan
sebanyak 55 lembar eksemplar atau dengan tingkat pengembalian 78,6%.
Setelah diseleksi terdapat 3 kuesioner (5,5%) yang tidak dapat diolah
akibat pengisian yang kurang lengkap, sehingga kuesioner yang memenuhi
syarat dan dapat diolah sebanyak 52 buah dengan tingkat persentase
(94,5%) dmi kuesioner yang dikirim. Menurut Gay (1987) dalam Anggoro
dkk (2007:4.14) persyaratan sampel untuk sebuah penelitian korelasional
minimal sebanyak 30 buah subjek dari populasi. Dengan demikian jumlah
data yang dapat diolah dalam penelitian ini telah memenubi syarat
minimal dalam penelitian korelasional.
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Statistik Deskriptif
Deskriptif demografi responden memberikan gambaran
mengenai karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal
yang menunjukkan besamya frekuensi absolut dan persentase jenis
kelamin, umur, pendidikan, lamanya bekerja pada jabatau saat ini.
Tabel.4.2.
Deskriptif Demografi Responden
Dasar Frelniensi
Sub Klasifikasi
Klasifikasi Absolut Persentase
Jenis Pria 25 orang 48%
Kelamin Wanita 27 orang 52%
20-25 tahun 36 orang 69,23%
26-30tahun 10 orang 19,23%
Umur
30-35 tahun 5 orang 9,61%
Di at as 3 5 tahun I orang I,93%
D3 8 orang 15,38%
SI 41 orang 78,85%
Pendidikan
S2 3 orang 5,77%
S3
-
-Manajer/Partner I orang 1,93%
Jabatan Supervisor 2orang 3,85%
Auditor Senior 12 orang 23,07%
Auditor Junior 37 orang 71,15%
Sumber: Data primer yang diolah.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden wanita lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah responden pria, yakni jumlah
wanita sebanyak 27 orang (52%), sedangkan pria banya 25 orang
(48%). Usia responden yang paling mendominasi adalah responden
yang berumur antara 20-25 tahun sebesar 36 orang (69,23%),
kemudian responden usia antara 26-30 tahun sebanyak 10 orang
orang (9,61%), sedangkan proporsi yang paling kecil bemsia diatas 35
tahun yaitu sebanyak l orang (1,93%).
Jenjang pendidikan responden S 1 merupakan jumlah terbesar
yaitu sebanyak 41 orang (78