• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh media pembelajaran video dengan windows movie maker terhadap motivasi belajar metematika siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh media pembelajaran video dengan windows movie maker terhadap motivasi belajar metematika siswa"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

Windows Movie Maker Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa (Kuasi Eksperimen di SD Negeri Kutajaya I, Tangerang). Skripsi, Jurusan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar matematika siswa setelah menggunakan media pembelajaran video dengan windows movie maker. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Kutajaya I, Tangerang.

Metode yang digunakan adalah eksperimen semu dengan the post-test only control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik cluster random sampling.

Sampel penelitian yang pertama berjumlah 40 siswa untuk kelas eksperimen dengan menggunakan media pembelajaran video dengan windows movie maker. Sampel yang kedua berjumlah 40 siswa untuk kelas kontrol dengan media konvensional yaitu powerpoint.

Analisis data menggunakan uji-t dari kedua kelompok diperoleh nilai thitung

sebesar 8,57, sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan

(dk) = 78 yaitu sebesar 1,99, maka dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel. Hal ini

menunjukkan bahwa motivasi belajar matematika siswa yang diberikan media pembelajaran video dengan windows movie maker lebih tinggi dibandingkan motivasi belajar matematika siswa yang diberikan media konvensional yaitu

powerpoint.

Kata kunci : Media Pembelajaran Video, Windows Movie Maker. Motivasi Belajar.

(2)

Motivate Students to Learn Mathematics (Quasi Experiment in SD Negeri Kutajaya I, Tangerang). Thesis, Mathematics Education Department, Faculty Of Tarbiyah And Teachers Training of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

The study goal is determine how motivate students to learn mathematics after using media of video with windows movie maker. Research conducted at “SD Kutajaya I Tangerang”.

The method was used quasi experiment with the post-test only control group design. Sampling was done using cluster random sampling technique.

This experiment takes two sample classes. The first sample class is 40 students which are use media of video with windows movie maker. The second sample amounted to 40 students for conventional media in control class with power point.

Data analysis using t-tests of both groups obtained ttest of 8,57, while ttable at 5%

significance level with degrees of freedom (dk) = 78 is equal to 1,99, we can conclude that ttest > ttable. This shows that learning by media of video with windows

movie maker has significant effect to the student motivation on learning mathematics.

Key word: Instructional Media of Video, Windows Movie Maker, Learning Motivation

(3)

Rabbi, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya

kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang

pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi umatnya dihari akhir kelak.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis

untuk menyelesaikan studi S1 jurusan pendidikan matematika fakultas ilmu

tarbiyah dan keguruan, dengan judul “pengaruh media pembelajaran video dengan windows movie maker terhadap motivasi belajar matematika siswa”.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan.

2. Ibu Dra. Maifalinda Fatra, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika.

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika.

4. Ibu Tita Khalis Maryati, S.Si., M.Kom, selaku pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Dra. Afidah Mas’ud, selaku pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika.

7. Bapak Ujang Rahmat, S.Ag, selaku kepala sekolah SDN Kutajaya I, Kabupaten Tangerang yang telah banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung.

8. Ibu Mimin Rusmini, selaku guru pamong tempat penulis mengadakan penelitian.

(4)

10.Adik-adikku (Bayu Imannudin dan Tiara Nur Hidayati) tercinta yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.K.H. Bahrudin dan Umi Tuti selaku Pengasuh Pondok Pesantren Daar El Hikam Ciputat, yang telah banyak memberikan ilmu dan doa kepada penulis. 12.Siswa dan siswi kelas III SDN Kutajaya I Kabupaten Tangerang, yang telah

bersikap kooperatif selama penulis mengadakan penelitian.

13.Sahabat-sahabat terbaikku Dwi, Raswati, Achie, Elah, serta seluruh teman-teman ku tercinta, mahasiswa dan mahasiswi jurusan pendidikan matematika angkatan 2005, khususnya kelas B, semoga kebersamaan kita menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan dimasa mendatang.

14.Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.

Jakarta, Juli 2010

Penulis

Alief Suciati

(5)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ... 8

A. Kajian Teori ... 8

1. Pembelajaran Matematika ... 8

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika . 8 b. Karakteristik Pembelajaran Matematika ... 12

c. Pembelajaran Matematika di SD ... 13

2. Motivasi Belajar ... 14

a. Pengertian Motivasi ... 14

b. Pengertian Motivasi Belajar ... 17

c. Tujuan dan Fungsi Motivasi Belajar ... 18

d. Macam-Macam Motivasi ... 21

e. Teknik Memotivasi dalam Pembelajaran ... 24

(6)

a. Pengertian Media ... 27

b. Fungsi dan Manfaat Media ... 28

c. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 30

d. Gambaran Media Pembelajaran Video ... 31

e. Kelebihan dan Kekurangan dari Penggunaan Media Pembelajaran Video ... 32

f. Teknik dan strategi pemanfaatan program video pembelajaran ... 33

4. Media Berbasis Komputer ... 34

a. Pengertian Media Ajar Berbasis Komputer ... 34

b. Jenis-Jenis Media Ajar Berbasis Komputer ... 35

c. Keuntungan Menggunakan Komputer ... 35

5. Media Berbasis Multimedia ... 36

a. Gambaran Tentang Multimedia ... 36

b. Elemen-Elemen Multimedia ... 37

c. Multimedia Sebagai Media Pengajaran ... 38

6. Movie Maker ... 38

a. Gambaran Tentang Movie Maker ... 38

b. Cara Membuat Aplikasi dengan Movie Maker ... 45

7. Powerpoint ... 47

a. Gambaran Tentang Powerpoint ... 47

b. Cara Membuat Aplikasi dengan Powerpoint ... 49

B. Penelitian Yang Relevan ... 50

C. Kerangka Berpikir ... 50

D. Hipotesis ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 53

(7)

C. Populasi dan Tehnik Pengambilan Sampel ... 54

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 54

1. Variabel Penelitian ... 54

2. Sumber Data ... 54

3. Instrumen Penelitian ... 54

4. Uji Validitas ... 56

5. Uji Reabilitas ... 57

E. Tehnik Analisa Data ... 57

1. Uji Persyaratan Analisis ... 57

2. Pengujian Hipotesis ... 59

F. Hipotesis Statistik ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Deskripsi Data ... 62

1. Skor motivasi belajar matematika siswa yang menggunakan media pembelajaran movie maker (kelompok eksperimen) ... 62

2. Skor motivasi belajar matematika siswa yang menggunakan media pembelajaran powerpoint (kelompok kontrol) ... 64

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 66

1. Uji Normalitas ... 66

2. Uji Homogenitas ... 67

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 68

1. Pengujian Hipotesis ... 68

2. Pembahasan ... 69

D. Keterbatasan Penelitian ... 72

(8)

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 78

(9)
[image:9.595.111.522.148.562.2]

Siswa ... 55

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 63

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 64

Tabel 4.3 Perbandingan Mottivasi Belajar Matematika Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 66

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 67

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 68

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ... 69

(10)

Gambar 2.2 Tampilan Menu Bar dan Toolbar ... 41

Gambar 2.3 Tampilan File, Edit, View, Taks, Clip, Play dan Help ... 41

Gambar 2.4 Tampilan Movie Task Pane ... 42

Gambar 2.5 Letak Collections Pane dan Contents Pane ... 42

Gambar 2.6 Tampilan Video Effects dan Contents Pane ... 43

Gambar 2.7 Tampilan Video Transitions dan Contents Pane ... 43

Gambar 2.8 Tampilan Area Monitor ... 43

Gambar 2.9 Tampilan Storyboard ... 44

Gambar 2.10 Tampilan Timeline ... 44

Gambar 2.11 Tampilan Capture Video ... 45

Gambar 2.12 Tampilan Import File ... 45

Gambar 2.13 Tampilan Program Powerpoint ... 48

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 53

Gambar 4.1 Garfik Histogram dan Poligon Kelompok Eksperimen ... 63

Gambar 4.2 Garfik Histogram dan Poligon Kelompok Kontrol ... 65

(11)

xi

Lampiran 2 Angket Penelitian Sebelum Uji Validitas ... 80

Lampiran 3 Angket Penelitian Sebelum Uji Validitas ... 82

Lampiran 4 Perhitungan Validitas Instrumen Motivasi Belajar Matematika ... 84

Lampiran 5 Perhitungan Reabilitas Instrumen Motivasi Belajar Matematika ... 86

Lampiran 6 Perhitungan Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 88

Lampiran 7 Perhitungan Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 91

Lampiran 8 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Ekperimen ... 94

Lampiran 9 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 96

Lampiran 10 Langkah-Langkah Uji Homogenitas Dengan Menggunakan Uji Fisher ... 98

Lampiran 11 Uji Hipotesis Statistik ... 99

Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 101

Lampiran 13 Tabel Nilai-Nilai r Product Moment ... 142

Lampiran 14 Tabel Luas Dibawah Lengkungan Kurva Normal dari 0 S/D Z ... 143

Lampiran 15 Nilai-Nilai Distribusi F ... 145

Lampiran 16 Nilai-Nilai Dalam Distribusi t ... 147

[image:11.595.114.510.154.670.2]
(12)

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO

DENGAN

WINDOWS MOVIE MAKER

TERHADAP

MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

ALIEF SUCIATI (105017000451)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURURAN

UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki

peranan penting dalam pendidikan. Melalui pelajaran matematika, siswa

mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis,

analitis, kreatif, produktif yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan

praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

sejalan dengan tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah menurut Suherman adalah

Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan didalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak, atau dasar pemikiran yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efesien. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.1

Matematika juga dipandang sebagai ilmu universal yang mendasari

perkembangan ilmu modern dan memiliki berbagai peranan penting dalam

berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Peranan matematika

juga sebagai dasar dalam menguasai mata pelajaran lainnya dan menunjang

keberhasilan belajar dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Pada

kenyataannya, pada setiap kegiatan pendidikan formal, “matematika

merupakan bidang studi yang dipelajari oleh siswa dari SD hingga SMA dan

bahkan juga diperguruan tinggi”.2

Banyak mitos menyesatkan mengenai matematika. Salah satu mitos

tersebut diungkapkan oleh Wildaiman Firdaus bahwa “matematika

merupakan ilmu yang membosankan, kaku, dan tidak rekreatif.”3 Mitos yang salah ini memberi andil besar dalam membuat sebagian masyarakat merasa

1

Erman Suherman dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA-UPI, 2001), h. 56

2

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h. 253

3

http://himatika.mipa.ugm.ac.id/index.php?op=berita&id=130 1 Desember 2009, 17:00 wib

(14)

alergi bahkan tidak menyukai matematika. Akibatnya, mayoritas siswa kita

mendapat nilai buruk untuk bidang studi ini, bukan lantaran tidak mampu,

melainkan karena sejak awal sudah merasa alergi dan takut sehingga tidak

pernah atau malas untuk mempelajari matematika. Jika mitos sesat tersebut

sudah mengakar kemungkinan besar akan mengakibatkan siswa tidak

memiliki minat dan motivasi untuk mempelajari matematika.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika pada

saat prapenelitian di SDN Kutajaya I didapat informasi bahwa motivasi

belajar siswa-siswi di sekolah ini cukup rendah. Hal itu dibuktikan dengan

banyaknya siswa yang sering tidak mengerjakan PR, menyotek pada saat

ulangan, sering keluar masuk kelas pada saat pembelajaran matematika

berlangsung, melamun, tidak memperhatikan ketika proses pembelajaran

berlangsung, lambat dalam melaksanakan tugas-tugas kegiatan belajar

matematika dan sikap siswa yang menunjukkan kurang semangat dalam

mengikuti proses pembelajaran matematika. Tidak hanya itu, nilai rata-rata

matematika siswa juga masih dibawah rata-rata.

Menurut Suherman bahwa siswa mempunyai masalah dalam motivasi

belajar matematikanya diantaranya “siswa membolos untuk menghindari

mengikuti pelajaran matematika, siswa gagal dalam melakukan tugas-tugas

matematika dan siswa menolak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan

matematika, baik di dalam maupun di luar kelas.”4 Hal ini sejalan dengan hasil wawancara sehingga dapat diindikasikan bahwa SDN Kutajaya I

memiliki motivasi belajar yang rendah.

“Rendahnya motivasi untuk belajar matematika yang dimiliki oleh

siswa menurut Erman Suherman dikarenakan oleh pengalaman yang tidak

nyaman dalam belajar matematika”.5 Salah satu faktor yang membuat pengalaman tidak nyaman adalah guru. Hal ini bisa terjadi karena guru

menggunakan metode pembelajaran yang kurang tepat. Faktor lainnya adalah

4

Erman Suherman dkk., Strategi Pembelajaran ..., h. 197

5

(15)

materi pelajaran yang terlalu sulit bagi siswa sehingga anak kurang

termotivasi untuk belajar matematika.

Dalam menghadapi pelajaran matematika diperlukan suasana belajar

yang menyenangkan agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar serta

dapat menghilangkan kesan negatif terhadap pelajaran matematika. Sehingga,

perlu merubah pembelajaran dengan cara mengubah cara penyampaian, baik

metode maupun media pembelajarannya. Tidak hanya itu, guru juga

bertanggung jawab dalam proses pembelajaran karena memiliki andil yang

sangat besar.

Menurut Sardiman “pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah

proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan

melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan.”6 Kegiatan pembelajaran di kelas juga merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri

dimana guru dan siswa saling bertukar pikiran untuk mengembangkan ide

dan pengertian.

Proses komunikasi ini tidak selamanya berjalan lancar sesuai dengan

yang diinginkan. Tetapi dalam komunikasi juga sering terjadi

penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efesien, yang

biasanya disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan

siswa dalam belajar dan sebagainya. Komunikasi memegang peranan yang

penting dalam pembelajaran. Agar komunikasi antara guru dan siswa

berlangsung baik dan informasi yang disampaikan guru dapat diterima oleh

siswa, maka dalam kegiatan pembelajaran perlu menggunakan media

pembelajaran.7

Media yang efektif adalah media yang mampu mengkomunikasikan

sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi kepada penerima. Oleh karena

itu, dalam merancang pembelajaran hendaknya dipilih pula media yang

benar-benar efektif dan efisien atau media yang dirancang sendiri (media by

6

Maifalinda Fatra, “Penggunaan KOMAT (Komik Matematika) Pada Pembelajaran Matematika di MI” dalam ALGORITMA Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, No. 1, Juni 2008, h. 60-61

7

(16)

design) sehingga dapat menyampaikan pesan pembelajaran siswa dengan baik. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu efektifitas

proses pembelajaran serta penyampaian pesan dan isi pelajaran sehingga

dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman karena menyajikan

informasi secara menarik dan terpercaya. Selain itu, media pembelajaran juga

dapat memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi. Hal ini

sejalan dengan Hamalik yang mengemukakan bahwa “pemakaian media

pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan

dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan

pembelajaran dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap

siswa”.8 Akibat tercapainya tujuan pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan proses dan hasil belajar.

Perkembangan media pengajaran (instructional media) telah mampu mengintegrasi berbagi jenis media kedalam satu model pembelajaran, yang

disebut dengan computer aided instructional (CAI). Berbagai model pembelajaran berbasis komputer berkembang seiring dengan perjalanan

perkembangan teknologi komputer itu sendiri, seperti CAL (computer aided learning), CBT/L (computer-based training/learning), MBL ( Multimedia-based learning), WBT/L (web-based training/learning), dan kajian tentang

online learning dan e-learning. Dari berbagai pembelajaran berbasis komputer, pada dasarnya mempunyai satu konsep dasar yang sama yaitu

memanfaatkan teknologi komputer sebagai dasar teknologi multimedia dalam

pengembangan media pembelajaran.

Multimedia merupakan salah satu bentuk teknologi komputer yang

saat ini banyak digunakan dalam bidang pendidikan. Multimedia mencakup

berbagai media dalam satu perangkat lunak (software). Pemanfaatan multimedia dalam presentasi ini biasanya menggunakan perangkat lunak,

yakni PowerPoint, Macromedia Flash, Movie Maker dan perangkat lunak lainnnya.

8

(17)

Salah satu multimedia yang bisa dijadikan alternatif sebagai media

pengajaran adalah media pembelajaran video dengan windows movie maker.

Kelebihan windows movie maker dibandingkan dengan perangkat lunak lain adalah mampu menggabungkan semua unsur media seperti teks, video,

animasi, gambar dan sound menjadi satu kesatuan penyajian yang terintegrasi

dalam bentuk video. Sehingga, informasi atau pesan mudah dimengerti

karena ketika proses pembelajaran berlangsung dapat melibatkan banyak

indera dan organ tubuh.

Berdasarkan pemikiran yang telah diungkapkan diatas, penelitian ini

bermaksud mencari tahu pengaruh penggunaan media pembelajaran video

dengan windows movie maker dan peranannya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika. Sehingga, dapat diperoleh

sebuah judul yaitu: “PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO

DENGAN WINDOWS MOVIE MAKER TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR MATEMATIKA SISWA”.

B.

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang dapat

diidentifikasikan adalah :

1. Siswa kurang semangat dan gairah dalam mengikuti proses pembelajaran

matematika.

2. Perhatian siswa kurang terfokus ketika pembelajaran matematika

berlangsung.

3. Siswa lambat dalam melaksanakan tugas-tugas kegiatan belajar

matematika.

4. Siswa kurang antusias dalam mengerjakan tugas-tugas kegiatan belajar

matematika.

5. Siswa sering menyontek ketika ulangan atau ujian berlangsung.

6. Kurangnya minat siswa dalam belajar matematika.

(18)

C.

Pembatasan Masalah

Agar memudahkan dalam penyusunan skripsi ini dan tidak

menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka penulis membatasi

permasalahan skripsi ini sebagai berikut:

1. Media pembelajaran yang digunakan adalah media pembelajaran video

dengan windows movie maker dalam kegiatan pembelajaran matematika. 2. Pengaruh pembelajaran mengacu pada motivasi belajar matematika yang

diukur melalui angket dan diberikan setelah pembelajaran pada materi

pecahan sederhana selesai.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut: “Apakah motivasi belajar matematika siswa yang

menggunakan media pembelajaran video dengan windowsmovie maker lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan media konvensional

yaitu powerpoint?”.

E.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menggambarkan

bagaimana motivasi belajar matematika siswa setelah menggunakan media

pembelajaran video dengan windowsmovie maker. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi sekolah, dengan penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan untuk memperbaiki dan

meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah

2. Bagi Guru, hasil penelitian memberikan manfaat untuk mengetahui media

pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan motivasi belajar siswa serta

dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran di

(19)

3. Bagi siswa, dengan penggunaan media pembelajaran movie maker, sebagai informasi dan bahan pengembangan diri untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa, khususnya belajar matematika.

4. Bagi peneliti, sebagai umpan balik bagi peneliti dalam proses belajar

mengajar bidang studi matematika dan untuk menambah pengetahuan

serta pengalaman.

5. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan

bahan referensi untuk diadakan penelitian lebih lanjut.

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS

A.

Kajian Teori

1.

Pembelajaran Matemátika

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika

Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar

adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada lagi yang secara lebih

khusus mengartikan belajar adalah menyerap pengetahuan.

“Belajar adalah kata kunci (key term) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak

pernah ada pendidikan”.1 Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu

mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan

dengan upaya pendidikan.

Menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan

mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Sedangkan menurut para ahli

pendidikan modern, belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau

perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara

bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.2

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup

manusia. Oleh karena itu, dengan belajar manusia dapat melakukan

perubahan-perubahan kualitas individu sehingga tingkah lakunya

berkembang. Allah berfirman dalam surat An-Nahl Ayat 78:

⌧ ☺

1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya,2008), Cet. Ke-14, h. 94.

2

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-3, h. 207

(21)

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.3

Manusia terlahir sebagai makhluk yang tidak mampu berbuat

apa-apa serta tidak mengetahui apa-apa-apa-apa. Akan tetapi melalui proses belajar

dalam fase perkembangannya, manusia bisa menguasai berbagai skiil

(keterampilan) maupun pengetahuan.

Dengan demikian dapat disimpulkan, belajar merupakan suatu

proses yang dilakukan setiap individu yang berusaha mencapai tujuan

dengan interaksi aktif dalam lingkungannya yang mengakibatkan

perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu dapat berupa

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang lebih baik intinya bahwa

belajar itu adalah proses perubahan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, secara global

faktor-faktor tersebut dibagi menjadi:

1) Faktor Internal

Faktor internal berasal dari diri siswa sendiri meliputi dua

aspek yaitu aspek fisiologis (bersifat jasmaniah) dan aspek

psikologis (bersifat rohaniah)

a) Aspek fisiologis

b) Aspek psikologis

Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar

siswa antara lain adalah:

(a) Tingkat kecerdasan atau intelegensi.

(b) Perhatian siswa

(c) Minat dan bakat siswa

(d) Motif dan motivasi siswa

(e) Kognitif dan daya nalar siswa

3

(22)

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri dari 2 macam yaitu:

a) Faktor lingkungan

b) Faktor Instrumental4

Proses yang membantu peserta didik agar dapat belajar dengan

baik disebut pembelajaran. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata

pembelajaran adalah kata benda yang diartikan “sebagai proses, cara,

menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”.5 Kata ini berasal dari kata kerja belajar yang berarti “berusaha untuk memperoleh kepandaian

atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman”.6

Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 1 ayat 20 bahwa pembelajaran

adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar”.7 Sedangkan menurut Yudhi Munandi pembelajaran adalah “usaha-usaha yang terencana dalam

memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam

diri siswa”.8

Dari pengertian-pengertian yang telah dikemukakan dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu

proses interaksi antara guru dengan murid, baik interaksi secara

langsung seperti tatap muka maupun kegiatan tidak langsung yaitu

dengan cara menggunakan berbagai media. Tidak hanya itu,

pembelajaran adalah suatu proses yang disengaja atau upaya yang

dirancang oleh pendidikan dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan siswa melakukan

4

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 24-35

5

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-2, h. 17

6

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar..., h. 17

7

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan: (Umum dan Agama Islam), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. Ke-4, h. 309

8

(23)

kegiatan belajar serta terjadinya interaksi optimal antara guru dengan

siswa serta antara siswa dengan siswa.

Mengenai definisi matematika, para ahli belum memiliki

kesepakatan bersama mengenai hal tersebut. Salah satunya menurut

“Lerner mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa

simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan

manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai

elemen dan kualitas.”9 Berbeda dengan Lener, menurut John dan Rising dalam bukunya mengatakan bahwa “matematika adalah bahasa yang

menggunakan istilah yang didefinikan dengan cermat, jelas dan akurat,

representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol

ide daripada mengenai bunyi.”10 Sedangkan menurut Kline matematika merupakan “bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah bernalar

deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.”11

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa

“matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara

bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian

masalah bilangan”.12 Sedangkan James berpendapat bahwa “matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,

besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya

dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam 3 bidang, yaitu:

aljabar, analisis dan geometri.”13

Dari beberapa pengetian matematika yang dikemukakan di atas

dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cara berpikir dengan

bahasa simbolis yang bernalar deduktif dan tidak melupakan cara

bernalar induktif yang terdiri dari pengetahuan tentang bilangan,

9

Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak..., h. 252

10

Erman Suherman, dkkl., Strategi Pembelajaran Matematika..., h. 19

11

Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi …, h. 252

12

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar..., h. 637

13

(24)

bentuk, susunan besaran, konsep-konsep yang berhubungan dan terbagi

ke dalam 3 bagian, yaitu: aljabar, analisis dan geometri.

Pada hakekatnya pembelajaran matematika adalah proses yang

sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan kegiatan

belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru yang

mengajar matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan

peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang

matematika.

b. Karakteristik Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika di sekolah tidak bisa terlepas dari

sifat-sifat matematika yang abstrak dan sifat-sifat perkembangan intelektual siswa

yang kita ajar. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan beberapa sifat

atau karakteristik pembelajaran matematika di sekolah sebagai berikut:

1) Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap)

Bahan kajian matematika diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu dimulai dari hal yang kongkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Atau bisa dikatakan dari konsep yang mudah menuju konsep yang lebih sukar.

2) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral

Setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari dan sekaligus untuk meningkatkannya kembali pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika.

3) Pembelajaran matematika menekankan pola berpikir deduktif Matematika adalah ilmu deduktif. Matematika tersusun secara aksiomatif. Namun demikian kita harus dapat memilih pendekatan yang cocok dengan kondisi anak didik yang kita ajar.

4) Pembelajran matematika menganut kebenaran konsisten

(25)

atas pernyataan-pernyataan terdahulu yang telah diterima kebenarannya. 14

Berdasarkan hal tersebut di atas dalam pembelajaran matematika

perlu disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, dimulai dari

yang konkrit menuju abstrak. Namun demikian meskipun obyek

pembelajaran matematika adalah abstark, tetapi mengingat kemampuan

berpikir siswa Sekolah Dasar yang masih dalam tahap operasional

konkrit, maka untuk memahami konsep dan prinsip masih diperlukan

pengalaman melalui obyek konkrit.

c. Pembelajaran Matematika di SD

Pembelajaran matematika di SD merupakan salah satu kajian

yang selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan

karakteristik khususnya hakekat anak dan hakekat matematika. Untuk

itu diperlukan adanya jembatan yang dapat menetralisis perbedaan atau

pertentangan tersebut.

Siswa Sekolah Dasar mempunyai tahap perkembangan kognitif

yang berbeda dengan siswa sekolah pada jenjang berikutnya. Ini karena

tahap berpikir mereka masih belum formal, malahan para siswa SD di

kelas-kelas rendah mungkin sebagian dari mereka berpikirnya masih

berada pada tahapan (prakonkret). Hal ini sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Piaget “siswa Sekolah Dasar berada pada tahap

operasi konkrit, maka bila diberikan konsep matematika tanpa contoh

konkrit siswa akan merasa kesulitan dalam mempelajarinya”.15

Pada tingkatan inilah mulai diberikan dasar pengetahuan

matematika yang memegang peranan penting dalam mempersiapkan

siswa untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. Sehingga siswa

tidak kesulitan menerima pengetahuan matematika baru yang lebih luas

dan mendalam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena

itu, dalam pembelajaran matematika tidak dapat dilakukan secara

14

Erman Suherman, et al., Strategi Pembelajaran Matematika..., h. 64-66

15

(26)

melompat-lompat, tetapi harus tahap demi tahap. Dimulai dengan

pemahaman ide dan konsep yang sederhana sampai kejenjang yang

lebih kompleks.

Berdasarkan hal tersebut mengakibatkan pembelajaran

berkembang dari yang mudah ke yang sukar. Sehingga, dalam

memberikan contoh guru juga harus memperhatikan tentang tingkat

kesukaran dari materi yang disampaikan, dengan demikian dalam

pembelajaran matematika contoh-contoh yang diberikan harus

bervariasi dan tidak cukup hanya satu contoh. Dari pengertian tersebut

jelas kiranya bahwa unsur pokok dalam pembelajaran matematika SD

adalah guru sebagai salah satu perancang proses pembelajaran, siswa

sebagai pelaksana kegiatan belajar dan matematika sekolah sebagai

obyek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi

dalam pelajaran

.

2.

Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Istilah “motif” berasal dari kata bahasa Inggris “motive” yang berasal dari kata “motion” yang berarti “gerakan atau sesuatu yang bergerak”.16 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “motif” diartikan sebagai ”alasan (sebab) seseorang melakukan sesuatu”.17

Menurut Ngalim, “motif adalah menunjukkan suatu dorongan

yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang

tersebut mau bertindak melakukan sesuatu”.18 Sementara menurut

Sarlito Wirawan Sarwono, “motif berarti rangsangan, dorongan atau

pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku”.19 Pengertian tersebut

menggambarkan bahwa motif tidak sebatas pada pelaksanaan prilaku,

16

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), Cet. 8, h. 56-57

17

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar..., h. 756

18

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakaryah, 2007), Cet. 22, h. 60

19

(27)

tetapi juga berkenaan dengan keadaan organisme yang menerangkan

mengapa tingkah laku terarah kepada suatu tujuan tertentu. Jadi, motif

merupakan latar belakang atau alasan mengapa seseorang melakukan

suatu kegiatan tertentu.

“Istilah motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang bermakna bergerak, mendorong, mengarahkan tingkah laku manusia.”20

Suatu pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh John W.

Santrock, “motivation is the processes that energize, direct and sustain behavior”.21

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan

ingin melakukuan sesuatu dan jika ia tidak suka maka akan berusaha

untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Jadi,

motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor diluar dan motivasi juga

tumbuh didalam diri seseorang.

Menurut Mc.Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang

dikemukakan Mc.Donald ini mengandung tiga elemen penting, yaitu:

1) Bahwa motivasi itu mengalami perubahan energi pada diri setiap

individu manusia.

2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau “feeling”, afeksi seseorang.

3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi, motivasi

dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yakni

tujuan.22

20

Iskandar, Psikologi Pendidikan (SebuahOrientasi Baru), (Ciputat: Gaung Persada Press, 2009),h. 180

21

John W. Santrock, Educational Psychology, (Amerika, The MGraw Hill Companies, 2004), h. 414

22

(28)

Dengan ketiga elemen yang dikemukakan Mc.Donald dapat

dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi

akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada

diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan,

perasaan dan juga emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan

sesuatu. Semua ini dorongan karena adanya tujuan, kebutuhan atau

keinginan.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

motivasi adalah suatu reaksi berantai yang mulai dari adanya suatu

penggerak atau pendorong pada diri seseorang sampai dengan

perubahan tingkah laku. Sehingga, menimbulkan pernyataan batin yang

berwujud daya kekuatan dan perubahan energi untuk melakukan suatu

usaha atau tindakan yang ditandai dengan munculnya perasaan atau

keinginan untuk bertindak melakukan sesuatu yang didasari oleh

pengaruh dari dalam atau luar dirinya diarahkan bagi tercapainya tujuan

yang berakhir pada pemuasan kebutuhan.

Setiap orang memiliki motivasi yang berbeda-beda untuk berbuat

sesuatu. Menurut Sardiman motivasi yang ada pada diri setiap orang

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam

waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

3) Menunjukkan minat.

4) Lebih senang bekerja mandiri.

5) Cepat bosan.

6) Dapat mempertahankan pendapatnya

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.

8) Senang mencari dan memecahkan soal-soal.23

23

(29)

Sedangkan menurut Iskandar dan Hamzah B. Uno, indikator atau

petunjuk yaang dapat dijadikan sebagai acuan bagi motivasi belajar

siswa adalah sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar.

2) Adanya keinginan, semangat dan kebutuhan dalam belajar.

3) Memiliki harapan dan cita-cita masa depan.

4) Adanya pemberian penghargaan dalam proses belajar.

5) Adanya lingkungan yang kondusif untuk belajar dengan baik.24 Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa indikator motivasi

belajar yang saya gunakan sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam

waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

3) Menunjukkan minat.

4) Lebih senang bekerja mandiri.

5) Senang mencari dan memecahkan soal-soal (menyukai tantangan).

6) Berkeinginan untuk berhasil dalam belajar (berusaha unggul).

b. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling mempengaruhi.

Motivasi adalah salah satu alat untuk mendorong siswa agar giat

belajar. Sedangkan belajar adalah kegiatan yang mengubah tingkah laku

melalui latihan dan pengalaman sehingga menjadi lebih baik sebagai

hasil dari penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan.

”Motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu

untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan

keterampilan serta pengalaman”.25 Sedikit berbeda dengan Agus Suprijono mengatakan bahwa “motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk

24

Iskandar, Psikologi Pendidikan…, h. 184

25

(30)

mengadakan perubahan perilaku.26 Jadi, motivasi ini tumbuh karena adanya keinginan untuk bisa mengetahui dan memahami sesuatu dan

dorongan serta mengarahkan minat belajar siswa sehingga

sungguh-sungguh untuk belajar dan termotivasi untuk mencapai prestasi.

Peran motivasi bagi siswa sangat penting dalam pencapaian hasil

belajar yang maksimal. Seorang yang memiliki motivasi belajar yang

tinggi akan memiliki kekuatan untuk melakukan perilaku belajar.

Walaupun misalnya ia tidak menyukai matematika, ia akan berusaha

untuk mempelajari dan untuk mengetahui apa isi pelajaran tersebut.

Sebaliknya orang yang tidak memiliki motivasi belajar tentang suatu

hal, maka ia tidak akan mau berusaha untuk mempelajari tentang hal

tersebut. Dan terkadang orang yang memiliki intelengensi tinggi bisa

gagal dalam pencapaian hasil belajar maksimal dikarenakan ia tidak

mempunyai motivasi belajar.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu

dorongan pada diri seseorang sehingga menimbulkan pernyataan batin

yang berwujud daya kekuatan dan perubahan energi untuk melakukan

suatu usaha yaitu belajar yang dipengaruhi dari luar dan dalam dirinya,

diarahkan bagi tercapai tujuan yang berakhir pada pemuasan kebutuhan.

Siswa yang memiliki motivasi yang kuat, akan mempunyai banyak

energi untuk melakukan kegiatan belajar. Didalam kegiatan belajar,

seorang siswa harus mendapatkan motivasi yaitu dengan cara

memberikan jawaban kepada siswa bahwa dirinya adalah seseorang

yang harus berhasil dan mendapatkan prestasi yang baik.

c. Tujuan dan Fungsi Motivasi Belajar

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan memotivasi adalah

untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan

dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh

hasil atau tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan memotivasi adalah

26

(31)

untuk menggerakan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan

dan kemauan untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai

tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan

didalam kurikulum sekolah.27

Dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasi itu bertalian erat

dengan suatu tujuan, suatu cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi

yang bersangkutan makin kuat pula motivasinya. Jadi, motivasi itu

sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang.

Sedangkan tujuan belajar ada 3 jenis, yaitu:

1) Untuk mendapatka pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan

pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai sesuatu yang tidak

dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan

kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya

kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah

yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya

didalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peran guru sebagai

pengajar lebih menonjol.

2) Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga

memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan itu akan menuruti

kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-mata hanya menghafal

atau meniru.

3) Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi

anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam

pendekatanya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan dalam

mengarahkan motivasi berpikir dengan tidak lupa menggunakan

pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. 28

27

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan…, h. 73

28

(32)

Dari penjelasan diatas jelas bahwa setiap motivasi mempunyai

tujuan. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai,

makin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan.

Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan

didasari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang

dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan

motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang

kehidupan, kebutuhan dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.

Jadi, tujuan memotivasi belajar adalah untuk menggerakkan siswa

dalam usaha meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan

pendidikan sesuai dengan yang diharapkan.

Motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait

dengan hal tesebut motivasi mempunyai fungsi:

1) Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai

pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar.

2) Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan

belajar yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah

dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan

pembelajaran.

3) Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan

kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai

tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang

tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.29

Sedangkan menurut Nana Syaodih, fungsi motivasi antara lain:

1) Mengarahkan kegiatan, artinya motivasi berperan mendekatkan

atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai.

29

(33)

2) Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan, artinya kegiatan yang

motifnya sangat lemah akan dapat diaktifkan dan ditingkatkan

kembali.30

Dengan demikian, jelaslah bahwa motivasi mempengaruhi tingkah

laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan

sesuatu sampai mencapai hasil atau tujuan tertentu. Bagi seorang siswa

motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi inilah siswa

menjadi tekun dan bersemangat dalam belajar. Dengan ketekuan dan

semangatnya siswa dapat terus berusaha untuk berhasil dalam

belajarnya. Dengan demikian, motivasi seorang siswa akan sangat

menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

d. Macam-macam Motivasi

Menurut Sardiman dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar

Mengajar mengatakan bahwa macam atau jenis motivasi dapat dilihat

dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau

motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi, diantaranya:

1) Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis

a) Motif atau kebutuhan organis, yaitu motivasi yang berkaitan

dengan dalam, seperti: makan, minum, bernafas, seksual,

berbuat dan kebutuhan untuk istirahat.

b) Motif-motif darurat, yaitu: motivasi yang mencakup dorongan

untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas,

dorongan untuk berusaha, dorongan untuk mengejar, dan

sebagainya. Dalam hal ini, motivasi timbul bukan atas

keinginan seseorang tetapi karena perangsang dari luar.

c) Motif-motif objektif, yaitu motivasi yang diarahkan kepada

objek atau tujuan tertentu disekitar kita, motif ini mencakup:

kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, untuk menaruh minat.

30

(34)

Motivasi ini timbul karena dorongan untuk menghadapi dunia

secara efektif.31

2) Sartain membagi motif itu menjadi dua golongan sebagai berikut:

a) Physiological drive

Yang dimaksud dengan physiological drive ialah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis/jasmaniah, seperti

lapar, haus, lapar seks dan sebagainya.

b) Social motives

Social motives adalah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat seperti

dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik (etika)

dan sebagainya. Tidak dapat kita ingkari bahwa yang kedua ini

adalah timbul dan berkembang karena adanya yang pertama.

Jadi, kedua golongan motif tersebut berhubungan satu sama

lain.32

3) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

a) Motivasi instrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif yang berasal dari diri

seseorang itu sendiri tidak perlu dirangsang dari luar.

Misalnya orang yang gemar membaca, tidak perlu ada yang

mendorongnya atau menyuruhnya, ia telah mencari sendiri

buku-buku untuk dibacanya. Hal yang sama dikemukakakan

oleh Alisuf Sabri bahwa “motivasi intrinsik adalah motivasi

yang timbul dari dalam diri seseorang yang erat hubunganna

dengan tujuan belajar”.33 Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas

belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan

31

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar..., h. 193

32

Ngalim, Psikologi Pendidikan,..., h. 62

33

(35)

dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas

belajarnya.

Motivasi ini sering disebut ”motivasi murni” atau

motivasi yang sebenarnya yang timbul dari dalam diri peserta

didik, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan

tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman,

mengembangkan sikap untuk berhasil, menikmati kehidupan,

secara sadar memberikan sumbangan kepada, keinginan untuk

diterima orang lain dan sebagainya. Dalam hal ini, pujian atau

hadiah atau yang sejenisnya tidak diperlukan, karena tidak

akan menyebabkan peserta didik bekerja atau belajar untuk

mendapatkan pujian atas hadiah itu.

Siswa yang memiliki motivasi intriknsik akan memiliki

tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan,

yang ahli dalam bidang studi tertentu. Salah satu jalan untuk

mencapai tujuan tersebut adalah dengan cara belajar, tanpa

belajar tidak mungkin akan mendapat pengetahuan, tidak

mungkin menjadi ahli.

b) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh

seseorang itu belajar, karena tahu besok akan ada ujian dengan

harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh

temannya. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang

dilakukannya, tidak secara langsung berkaitan dengan aktivitas

belajar.34

Sedangkan menurut Oemar Hamalik dalam bukunya

Proses Belajar Mengajar bahwa motivasi ekstrinsik adalah

motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi

belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah,

34

(36)

persaingan yang bersifat negatif ialah sarcaum (sindiran),

ridicule (ejekan) dan hukuman. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak

semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan

siswa. Karena itu motivasi terhadap pelajaran perlu

dibangkitkan oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin

belajar.35

Jadi, secara umum motivasi bertujuan mengarahkan atau

menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan

untuk melakukan sesuatu sehigga dapat memperoleh hasil atau

mencapai tujuan.

e. Teknik Memotivasi Dalam Pembelajaran

Di dalam kegiatan belajar belajar mengajar peranan motivasi baik

intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar

dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarah dan

memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

Ada beberapa teknik memotivasi yang dapat dilakukan dalam

pembelajaran, antara lain:

1) Pernyataan penghargaan secara verbal.

2) Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.

3) Menimbulkan rasa ingin tahu.

4) Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa.

5) Menjadikan tahapan dini dalam belajar mudah bagi siswa.

6) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam

belajar.

7) Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu

konsep dan prinsip yang telah dipahami.

8) Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari

sebelumnya.

35

(37)

9) Menggunakan simulasi dan permainan. Mengemas pembelajaran

dengan menciptakan suasana yang menarik sehingga proses

pembelajaran menjadi menyenangkan dan dapat melibatkan afektif

dan psikomotorik siswa. Disinilah diperlukannya peran media

pembelajaran.

10) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan

kemahirannya didepan umum.

11) Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan

siswa dalam kegiatan belajar.

12) Memahami iklim sosial dalam sekolah.

13) Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat.

14) Memperpadukan motif-motif yang kuat.

15) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.

16) Merumuskan tujuan-tujuan sementara.

17) Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai.

18) Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa.

19) Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri.

20) Memberikan contoh yang positif.36

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Nur Huda menyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut:

1) Cita-cita atau Aspirasi

Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin

dicapai. Yang dimaksud dengan cita-cita atau aspirasi di sini ialah

tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung

makna bagi seseorang. Taraf aspirasi atau taraf keberhasilan ini

dapat dipakai sebagai ukuran untuk menentukaan apakah siswa

mencapai sukses atau tidak.

36

(38)

2) Kamampuan Belajar

Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan.

Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat

dalam diri siswa, misalnya pengamatan, ingatan, daya pikir, fantasi.

Jadi, siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi, biasanya

lebih bermotivasi dalam belajar, karena siswa seperti itu lebih

sering memperoleh sukses, sehingga kesuksesan ini memperkuat

motivasinya.

3) Kondisi Siswa

Siswa adalah makhluk hidup yang terdiri dari kesatuan

psikofisik. Jadi, kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar

disini berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikologis. Tetapi

biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas

menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologisnya.

4) Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari

luar diri siswa. Lingkungan siswa, sebagaimana juga lingkungan

individu pada umumnya, ada tiga, yaitu lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat. Guru harus berusaha mengelola kelas,

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik,

dalam membantu siswa agar dapat termotivasi dalam belajar.

Media pembelajaran merupakan salah satu upaya yang dapat

dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana belajar yang

menarik dan menyenangkan.

5) Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang

keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang

kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali.

Khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional. Misalnya

(39)

6) Upaya Guru Membelajarkan Siswa

Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru

mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari

penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian

siswa, mengevaluasi belajar siswa. Bila upaya-upaya tersebut

dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan siswa, maka

diharapkan upaya tersebut dapat menimbulkan motivasi belajar

siswa. Bila upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya

keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan

siswa tidak tertarik untuk belajar. Dengan kata lain motivasi belajar

siswa melemah atau hilang. 37

3.

Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak

dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima

pesan.38

Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (Association for Education and Communication Tecnology/AECT) di Amerika mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk

suatu proses penyaluran informasi.39 Sedangkan Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, didengar, dibaca atau

dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam

37

Nur Huda, “Survei Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Siswa Kelas XI dalam Mengikuti Pelajaran Pendidikan Jasmani di SMA Muhammadiyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007”, Skripsi, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2007) dari

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/hashb23e/d0234642.dir/doc.pdf 1 Juli 2010, 19:46 wib

38

Arief S. Sardiman, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007), Cet. Ke-16, h. 6

39

(40)

kegiatan belajar mengajar dapat mempengaruhi efektivitas program

instruksional.40

Menurut Yudhi Munadi, media dalam aktivitas pembelajaran dapat

didefinisikan sebagai “segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan

menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta

lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat

melakukan proses belajar secara efektif”.41 Sedangkan menurut Sardiman, “media pengajaran sebagai salah satu sumber belajar yang

dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi perbedaan

gaya belajar, minat, intelijensi, keterbatasan daya indera dan

lain-lain”.42

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas

dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk mengalirkan pesan dari pengirim ke penerima.

Sedangkan media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi

untuk menampaikan pesan pembelajaran. Sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian

rupa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

b. Fungsi dan Manfaat Media

Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu

mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan

belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.43 Sedangkan menurut

Sardiman secara umum media pembelajaran mempunyai

kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

40

H. Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran,…, h. 14

41

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran..., h. 7-8

42

Arief S. Sardiman, Media Pendidikan..., h. 14

43

(41)

3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat

mengatasi sikap positif anak didik.44

Dan secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi sebagai

berikut:

1) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu.

2) Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu.

3) Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.

4) Media Pembelajaran memiliki nilai praktis, sebagai berikut:

(a) Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang

dimiliki siswa.

(b) Media dapat mengatasi ruang kelas.

(c) Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa

dengan lingkungan.

(d) Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

(e) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan

realistis.

(f) Media dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan siswa

untuk belajar.

(g) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru.

(h) Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.

(i) Media dapat memberikan pengalamna yang menyeluruh dari

suatu yang konkret sampai kepada yang abstrak. 45

Dari uraian dan pendapat diatas, dapatlah disimpulkan beberapa

manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran didalam proses

pembelajaran, yaitu:

1) Media pengajaran dapat membantu memudahkan belajar bagi siswa

dan membantu memudahkan mengajar bagi guru.

2) Media pengajaran dapat memperjelas pesan dan informasi sehingga

dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

44

Arief S. Sardiman, Media Pendidikan..., h. 17-18

45

(42)

3) Media belajar dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa

sehingga termotivasi dalam belajar sesuai dengan kemampuan dan

minatnya.

4) Media pengajaran dapat memberikan pengalaman yang nyata kepada

siswa dari suatu yang konkrit sampai kepada yang abstrak.

5) Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan

waktu.

6) Semua indra siswa dapat diaktifkan. Kelemahan satu indra dapat

diimbangi oleh kekuatan indra lainnya.

c. Klasifikasi Media Pembelajaran

Menurut Seels dan Glasgow seperti yang dikutip oleh Azhar

Arsyad, pengelompokkan media dibagi kedalam dua kategori luas, yaitu

pilihan media tradisional dan pilihan media mutakhir.

1) Pilihan media tradisional

a) Media visual diam yang diproyeksikan, contohnya antara lain:

proyeksi opaque, proyeksi overhad dan slide film trips.

b)Media visual yang tidak diproyeksikan, contohnya antara lain:

realia, model, gambar, poster, foto, chart, grafis, diagram,

pameran, papan info dan display.

c) Media audio, contohnya antara lain: rekaman piringan, pita

chalet, reel dan cartridge.

d)Penyajian visual dinamis yang diproyeksikan, contohnya antara

lain: film, televisi dan video

e) Media cetak, contohnya antara lain: buku teks, modul, teks

terprogram, work multimedia, contohnya antara lain: slide plus

suara (tape) dan multi-image.

f) Media book, majalah ilmiah dan handout.

(43)

2) Pilihan media teknologi mutakhir

a) Media berbasis telekomunikasi, contohnya antara lain:

telekonteren, kuliah jarak jauh atau menggunakan media

internet dalam pengiriman pesan yang bersifat edukatif maupun

intruksional.

b)Media berbasis mikroprosesor, contohnya antara lain: Computer Assisted Intruction (CAI), permainan komputer, sistem tutor intelijen, hypermedia dan compact (video) disc.46

Klasifikasi jenis-jenis media yang lazim dipakai dalam kegiatan

pembelajaran khususnya di Indonesia, antara lain:

1) Media grafis, contohnya adalah gambar atau foto, sketsa, diagram,

bagan atau chart, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan

flanes dan papan buletin.

2) Media audio, contohnya adalah radio, alat perekam pita magnetik

dan laboratorium bahasa.

3) Media proyeksi diam, contohnya adalah film bingkai, film rangkai,

media transparansi, proyektor tak tembus pandang, mikrofis, film,

film gelang, televisi, video, permainana dan stimulasi.

4) Media komputer, contohnya adalah penggunaan multimedia

presentasi, CD interaktif dan pemanfaatan internet.47

d. Gambaran Media Pembelajaran Video

Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak,

semakin lama semakin popular dalam penyajian pesan kepada penerima

pesan. Karena pesan yang disajikan bisa bersifat fakta

(kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif bila bersifat

informatif, edukatif maupun instruksional.

Video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak

bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video

melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik sendiri.

46

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,…, h. 33-35

47

(44)

Umumnya media video digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan,

dokumentasi dan pendidikan. Media video dapat menyajikan informasi,

memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,

mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan

mempengaruhi sikap.

e. Kelebihan dan Kekurangan dari Penggunaan Media Video

Kelebihan dari penggunaan media video, antara lain:

1) Dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika

mereka membaca, berdiskusi dan berpraktik video merupakan

pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek yang

secara normal tidak dapat dilihat.

2) Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat disaksikan

secara berulang-ulang jika dipandang perlu.

3) Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, video

menanamkan sikap dan dapat mengundang pemikiran dan

pembahasan dalam kelompok siswa serta menanamkan segi-segi

efektif lainnya.

4) Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara

langsung.

5) Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok

kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan.48 Keterbatasan dari pemakian media video, antara lain:

1) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang

diperhatikan.

2) Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan

pencarian bentuk umpan balik yang lain.

3) Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara

sempurna.

4) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.49

48

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,…, h. 49-50

49

(45)

f. Teknik dan strategi pemanfaatan program video pembelajaran

Video pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara

sistematis dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku dan

dalam pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip

pembelajaran sehingga program tersebut memungkinkan peserta didik

mencerna materi pelajaran secara lebih mudah dan menarik.50 Media pembelajaran dapat digunakan jika media tersebut mendukung

tercapainya tujuan instruksional yang telah dirumuskan serta sesuai

dengan sifat materi instruksionalnya telah dirumuskan.51

Selama memanfaatkan program video pembelajaran, guru

hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Sebelum menghidupkan atau memulai program video pembelajaran

mengajak siswa agar memperhatikan materi yang akan dipelajari

dengan baik.

2) Menjelaskan tujuan dan materi pokok dari program yang akan

dimanfaatkan.

3) Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan.

4) Memberikan prasyarat atau apresiasi pengetahuan/pelajaran

sebelumnya.

5) Mengoperasikan program sesuai dengan petunjuk pemanfaatan atau

petunjuk teknis dan bahan penyerta.

6) Mengamati/memantau kegiatan siswa selama mengikuti program.

[image:45.595.109.516.131.700.2]

Selama program diputar, guru tidak perlu maju ke depan menunjuk

gambar dilayer atau mondar-mandir berkeliling kelas lebih baik

guru mengerjakan hal

Menjaga agar suasana kelas tetap tertib.

Usahakan agar volume suara (narasi) jelas terdengar oleh

seluruh siswa yang ada diruangan.

50

Putekom, Pedoman Pemanfaatan Program Video/VCD Pembelajaran, Pustekom, h. 6

51

(46)

Gambar

Tabel  3.1
Tabel Nilai-Nilai r Product Moment  .....................................  142
gambar dilayer atau mondar-mandir berkeliling kelas lebih baik
Gambar merupakan sarana yang sangat baik untuk menyajikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun startegi ini perlu dilakukan dengan harapan, Roy Genggam mampu mengatasi kendala yang khas pada anak-anak saat pemotretan iklan Cussons, walaupun tidak ada

Asumsi yang digunakan menyatakan bahwa pola permintaan ayam pedaging untuk wilayah Kabupaten Kuantan Singingi sama dengan pola permintaan Propinsi Riau, se-

Untuk mendapatkan nilai delay , terlebih dahulu tentukan banyaknya paket (jumlah paket) yang terjadi selang masa pengambilan data (waktu video chatting ).Untuk

Ada 5 pemenang yang beruntung dari acara Ranch Market Discover Thailand , pemenang yang beruntung berhak untuk mendapatkan paket perjalanan ke Thailand untuk dua

Proses mobilitas sosial yang dialami oleh juragan laut ada yang bersifat vertikal ke atas dan vertikal ke bawah, tetapi perlu diketahui bahwa pekerjaan sebagai juragan

23 Peserta didik mampu menunjukkan pasangan kata dan artinya yang sesuai (QS. Al-Lail) 24 Disajikan sebuah ayat dari surat Al-Lail peserta didik mampu menerjemahkan dengan benar 25

Dari uraian Latar Belakang Penelitian diatas,maka Peneliti mengambil Judul Penelitian adalah sebagai berikut: Pengaruh Kompetensi Individu, Komitmen Organisasional dan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk memberikan bukti empiris bahwa Pemanfaatan Teknologi Informasi pada