Windows Movie Maker Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa (Kuasi Eksperimen di SD Negeri Kutajaya I, Tangerang). Skripsi, Jurusan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar matematika siswa setelah menggunakan media pembelajaran video dengan windows movie maker. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Kutajaya I, Tangerang.
Metode yang digunakan adalah eksperimen semu dengan the post-test only control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik cluster random sampling.
Sampel penelitian yang pertama berjumlah 40 siswa untuk kelas eksperimen dengan menggunakan media pembelajaran video dengan windows movie maker. Sampel yang kedua berjumlah 40 siswa untuk kelas kontrol dengan media konvensional yaitu powerpoint.
Analisis data menggunakan uji-t dari kedua kelompok diperoleh nilai thitung
sebesar 8,57, sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan
(dk) = 78 yaitu sebesar 1,99, maka dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel. Hal ini
menunjukkan bahwa motivasi belajar matematika siswa yang diberikan media pembelajaran video dengan windows movie maker lebih tinggi dibandingkan motivasi belajar matematika siswa yang diberikan media konvensional yaitu
powerpoint.
Kata kunci : Media Pembelajaran Video, Windows Movie Maker. Motivasi Belajar.
Motivate Students to Learn Mathematics (Quasi Experiment in SD Negeri Kutajaya I, Tangerang). Thesis, Mathematics Education Department, Faculty Of Tarbiyah And Teachers Training of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
The study goal is determine how motivate students to learn mathematics after using media of video with windows movie maker. Research conducted at “SD Kutajaya I Tangerang”.
The method was used quasi experiment with the post-test only control group design. Sampling was done using cluster random sampling technique.
This experiment takes two sample classes. The first sample class is 40 students which are use media of video with windows movie maker. The second sample amounted to 40 students for conventional media in control class with power point.
Data analysis using t-tests of both groups obtained ttest of 8,57, while ttable at 5%
significance level with degrees of freedom (dk) = 78 is equal to 1,99, we can conclude that ttest > ttable. This shows that learning by media of video with windows
movie maker has significant effect to the student motivation on learning mathematics.
Key word: Instructional Media of Video, Windows Movie Maker, Learning Motivation
Rabbi, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya
kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang
pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi umatnya dihari akhir kelak.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis
untuk menyelesaikan studi S1 jurusan pendidikan matematika fakultas ilmu
tarbiyah dan keguruan, dengan judul “pengaruh media pembelajaran video dengan windows movie maker terhadap motivasi belajar matematika siswa”.
Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan.
2. Ibu Dra. Maifalinda Fatra, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika.
3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika.
4. Ibu Tita Khalis Maryati, S.Si., M.Kom, selaku pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Dra. Afidah Mas’ud, selaku pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika.
7. Bapak Ujang Rahmat, S.Ag, selaku kepala sekolah SDN Kutajaya I, Kabupaten Tangerang yang telah banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung.
8. Ibu Mimin Rusmini, selaku guru pamong tempat penulis mengadakan penelitian.
10.Adik-adikku (Bayu Imannudin dan Tiara Nur Hidayati) tercinta yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11.K.H. Bahrudin dan Umi Tuti selaku Pengasuh Pondok Pesantren Daar El Hikam Ciputat, yang telah banyak memberikan ilmu dan doa kepada penulis. 12.Siswa dan siswi kelas III SDN Kutajaya I Kabupaten Tangerang, yang telah
bersikap kooperatif selama penulis mengadakan penelitian.
13.Sahabat-sahabat terbaikku Dwi, Raswati, Achie, Elah, serta seluruh teman-teman ku tercinta, mahasiswa dan mahasiswi jurusan pendidikan matematika angkatan 2005, khususnya kelas B, semoga kebersamaan kita menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan dimasa mendatang.
14.Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.
Jakarta, Juli 2010
Penulis
Alief Suciati
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ... 8
A. Kajian Teori ... 8
1. Pembelajaran Matematika ... 8
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika . 8 b. Karakteristik Pembelajaran Matematika ... 12
c. Pembelajaran Matematika di SD ... 13
2. Motivasi Belajar ... 14
a. Pengertian Motivasi ... 14
b. Pengertian Motivasi Belajar ... 17
c. Tujuan dan Fungsi Motivasi Belajar ... 18
d. Macam-Macam Motivasi ... 21
e. Teknik Memotivasi dalam Pembelajaran ... 24
a. Pengertian Media ... 27
b. Fungsi dan Manfaat Media ... 28
c. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 30
d. Gambaran Media Pembelajaran Video ... 31
e. Kelebihan dan Kekurangan dari Penggunaan Media Pembelajaran Video ... 32
f. Teknik dan strategi pemanfaatan program video pembelajaran ... 33
4. Media Berbasis Komputer ... 34
a. Pengertian Media Ajar Berbasis Komputer ... 34
b. Jenis-Jenis Media Ajar Berbasis Komputer ... 35
c. Keuntungan Menggunakan Komputer ... 35
5. Media Berbasis Multimedia ... 36
a. Gambaran Tentang Multimedia ... 36
b. Elemen-Elemen Multimedia ... 37
c. Multimedia Sebagai Media Pengajaran ... 38
6. Movie Maker ... 38
a. Gambaran Tentang Movie Maker ... 38
b. Cara Membuat Aplikasi dengan Movie Maker ... 45
7. Powerpoint ... 47
a. Gambaran Tentang Powerpoint ... 47
b. Cara Membuat Aplikasi dengan Powerpoint ... 49
B. Penelitian Yang Relevan ... 50
C. Kerangka Berpikir ... 50
D. Hipotesis ... 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 53
C. Populasi dan Tehnik Pengambilan Sampel ... 54
D. Tehnik Pengumpulan Data ... 54
1. Variabel Penelitian ... 54
2. Sumber Data ... 54
3. Instrumen Penelitian ... 54
4. Uji Validitas ... 56
5. Uji Reabilitas ... 57
E. Tehnik Analisa Data ... 57
1. Uji Persyaratan Analisis ... 57
2. Pengujian Hipotesis ... 59
F. Hipotesis Statistik ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
A. Deskripsi Data ... 62
1. Skor motivasi belajar matematika siswa yang menggunakan media pembelajaran movie maker (kelompok eksperimen) ... 62
2. Skor motivasi belajar matematika siswa yang menggunakan media pembelajaran powerpoint (kelompok kontrol) ... 64
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 66
1. Uji Normalitas ... 66
2. Uji Homogenitas ... 67
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 68
1. Pengujian Hipotesis ... 68
2. Pembahasan ... 69
D. Keterbatasan Penelitian ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 78
Siswa ... 55
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 63
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 64
Tabel 4.3 Perbandingan Mottivasi Belajar Matematika Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 66
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 67
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 68
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ... 69
Gambar 2.2 Tampilan Menu Bar dan Toolbar ... 41
Gambar 2.3 Tampilan File, Edit, View, Taks, Clip, Play dan Help ... 41
Gambar 2.4 Tampilan Movie Task Pane ... 42
Gambar 2.5 Letak Collections Pane dan Contents Pane ... 42
Gambar 2.6 Tampilan Video Effects dan Contents Pane ... 43
Gambar 2.7 Tampilan Video Transitions dan Contents Pane ... 43
Gambar 2.8 Tampilan Area Monitor ... 43
Gambar 2.9 Tampilan Storyboard ... 44
Gambar 2.10 Tampilan Timeline ... 44
Gambar 2.11 Tampilan Capture Video ... 45
Gambar 2.12 Tampilan Import File ... 45
Gambar 2.13 Tampilan Program Powerpoint ... 48
Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 53
Gambar 4.1 Garfik Histogram dan Poligon Kelompok Eksperimen ... 63
Gambar 4.2 Garfik Histogram dan Poligon Kelompok Kontrol ... 65
xi
Lampiran 2 Angket Penelitian Sebelum Uji Validitas ... 80
Lampiran 3 Angket Penelitian Sebelum Uji Validitas ... 82
Lampiran 4 Perhitungan Validitas Instrumen Motivasi Belajar Matematika ... 84
Lampiran 5 Perhitungan Reabilitas Instrumen Motivasi Belajar Matematika ... 86
Lampiran 6 Perhitungan Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 88
Lampiran 7 Perhitungan Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 91
Lampiran 8 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Ekperimen ... 94
Lampiran 9 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 96
Lampiran 10 Langkah-Langkah Uji Homogenitas Dengan Menggunakan Uji Fisher ... 98
Lampiran 11 Uji Hipotesis Statistik ... 99
Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 101
Lampiran 13 Tabel Nilai-Nilai r Product Moment ... 142
Lampiran 14 Tabel Luas Dibawah Lengkungan Kurva Normal dari 0 S/D Z ... 143
Lampiran 15 Nilai-Nilai Distribusi F ... 145
Lampiran 16 Nilai-Nilai Dalam Distribusi t ... 147
[image:11.595.114.510.154.670.2]PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO
DENGAN
WINDOWS MOVIE MAKER
TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
ALIEF SUCIATI (105017000451)
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURURAN
UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki
peranan penting dalam pendidikan. Melalui pelajaran matematika, siswa
mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis,
analitis, kreatif, produktif yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
sejalan dengan tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah menurut Suherman adalah
Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan didalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak, atau dasar pemikiran yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efesien. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.1
Matematika juga dipandang sebagai ilmu universal yang mendasari
perkembangan ilmu modern dan memiliki berbagai peranan penting dalam
berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Peranan matematika
juga sebagai dasar dalam menguasai mata pelajaran lainnya dan menunjang
keberhasilan belajar dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Pada
kenyataannya, pada setiap kegiatan pendidikan formal, “matematika
merupakan bidang studi yang dipelajari oleh siswa dari SD hingga SMA dan
bahkan juga diperguruan tinggi”.2
Banyak mitos menyesatkan mengenai matematika. Salah satu mitos
tersebut diungkapkan oleh Wildaiman Firdaus bahwa “matematika
merupakan ilmu yang membosankan, kaku, dan tidak rekreatif.”3 Mitos yang salah ini memberi andil besar dalam membuat sebagian masyarakat merasa
1
Erman Suherman dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA-UPI, 2001), h. 56
2
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h. 253
3
http://himatika.mipa.ugm.ac.id/index.php?op=berita&id=130 1 Desember 2009, 17:00 wib
alergi bahkan tidak menyukai matematika. Akibatnya, mayoritas siswa kita
mendapat nilai buruk untuk bidang studi ini, bukan lantaran tidak mampu,
melainkan karena sejak awal sudah merasa alergi dan takut sehingga tidak
pernah atau malas untuk mempelajari matematika. Jika mitos sesat tersebut
sudah mengakar kemungkinan besar akan mengakibatkan siswa tidak
memiliki minat dan motivasi untuk mempelajari matematika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika pada
saat prapenelitian di SDN Kutajaya I didapat informasi bahwa motivasi
belajar siswa-siswi di sekolah ini cukup rendah. Hal itu dibuktikan dengan
banyaknya siswa yang sering tidak mengerjakan PR, menyotek pada saat
ulangan, sering keluar masuk kelas pada saat pembelajaran matematika
berlangsung, melamun, tidak memperhatikan ketika proses pembelajaran
berlangsung, lambat dalam melaksanakan tugas-tugas kegiatan belajar
matematika dan sikap siswa yang menunjukkan kurang semangat dalam
mengikuti proses pembelajaran matematika. Tidak hanya itu, nilai rata-rata
matematika siswa juga masih dibawah rata-rata.
Menurut Suherman bahwa siswa mempunyai masalah dalam motivasi
belajar matematikanya diantaranya “siswa membolos untuk menghindari
mengikuti pelajaran matematika, siswa gagal dalam melakukan tugas-tugas
matematika dan siswa menolak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
matematika, baik di dalam maupun di luar kelas.”4 Hal ini sejalan dengan hasil wawancara sehingga dapat diindikasikan bahwa SDN Kutajaya I
memiliki motivasi belajar yang rendah.
“Rendahnya motivasi untuk belajar matematika yang dimiliki oleh
siswa menurut Erman Suherman dikarenakan oleh pengalaman yang tidak
nyaman dalam belajar matematika”.5 Salah satu faktor yang membuat pengalaman tidak nyaman adalah guru. Hal ini bisa terjadi karena guru
menggunakan metode pembelajaran yang kurang tepat. Faktor lainnya adalah
4
Erman Suherman dkk., Strategi Pembelajaran ..., h. 197
5
materi pelajaran yang terlalu sulit bagi siswa sehingga anak kurang
termotivasi untuk belajar matematika.
Dalam menghadapi pelajaran matematika diperlukan suasana belajar
yang menyenangkan agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar serta
dapat menghilangkan kesan negatif terhadap pelajaran matematika. Sehingga,
perlu merubah pembelajaran dengan cara mengubah cara penyampaian, baik
metode maupun media pembelajarannya. Tidak hanya itu, guru juga
bertanggung jawab dalam proses pembelajaran karena memiliki andil yang
sangat besar.
Menurut Sardiman “pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah
proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan
melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan.”6 Kegiatan pembelajaran di kelas juga merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri
dimana guru dan siswa saling bertukar pikiran untuk mengembangkan ide
dan pengertian.
Proses komunikasi ini tidak selamanya berjalan lancar sesuai dengan
yang diinginkan. Tetapi dalam komunikasi juga sering terjadi
penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efesien, yang
biasanya disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan
siswa dalam belajar dan sebagainya. Komunikasi memegang peranan yang
penting dalam pembelajaran. Agar komunikasi antara guru dan siswa
berlangsung baik dan informasi yang disampaikan guru dapat diterima oleh
siswa, maka dalam kegiatan pembelajaran perlu menggunakan media
pembelajaran.7
Media yang efektif adalah media yang mampu mengkomunikasikan
sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi kepada penerima. Oleh karena
itu, dalam merancang pembelajaran hendaknya dipilih pula media yang
benar-benar efektif dan efisien atau media yang dirancang sendiri (media by
6
Maifalinda Fatra, “Penggunaan KOMAT (Komik Matematika) Pada Pembelajaran Matematika di MI” dalam ALGORITMA Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, No. 1, Juni 2008, h. 60-61
7
design) sehingga dapat menyampaikan pesan pembelajaran siswa dengan baik. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu efektifitas
proses pembelajaran serta penyampaian pesan dan isi pelajaran sehingga
dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman karena menyajikan
informasi secara menarik dan terpercaya. Selain itu, media pembelajaran juga
dapat memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi. Hal ini
sejalan dengan Hamalik yang mengemukakan bahwa “pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan
dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan
pembelajaran dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
siswa”.8 Akibat tercapainya tujuan pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan proses dan hasil belajar.
Perkembangan media pengajaran (instructional media) telah mampu mengintegrasi berbagi jenis media kedalam satu model pembelajaran, yang
disebut dengan computer aided instructional (CAI). Berbagai model pembelajaran berbasis komputer berkembang seiring dengan perjalanan
perkembangan teknologi komputer itu sendiri, seperti CAL (computer aided learning), CBT/L (computer-based training/learning), MBL ( Multimedia-based learning), WBT/L (web-based training/learning), dan kajian tentang
online learning dan e-learning. Dari berbagai pembelajaran berbasis komputer, pada dasarnya mempunyai satu konsep dasar yang sama yaitu
memanfaatkan teknologi komputer sebagai dasar teknologi multimedia dalam
pengembangan media pembelajaran.
Multimedia merupakan salah satu bentuk teknologi komputer yang
saat ini banyak digunakan dalam bidang pendidikan. Multimedia mencakup
berbagai media dalam satu perangkat lunak (software). Pemanfaatan multimedia dalam presentasi ini biasanya menggunakan perangkat lunak,
yakni PowerPoint, Macromedia Flash, Movie Maker dan perangkat lunak lainnnya.
8
Salah satu multimedia yang bisa dijadikan alternatif sebagai media
pengajaran adalah media pembelajaran video dengan windows movie maker.
Kelebihan windows movie maker dibandingkan dengan perangkat lunak lain adalah mampu menggabungkan semua unsur media seperti teks, video,
animasi, gambar dan sound menjadi satu kesatuan penyajian yang terintegrasi
dalam bentuk video. Sehingga, informasi atau pesan mudah dimengerti
karena ketika proses pembelajaran berlangsung dapat melibatkan banyak
indera dan organ tubuh.
Berdasarkan pemikiran yang telah diungkapkan diatas, penelitian ini
bermaksud mencari tahu pengaruh penggunaan media pembelajaran video
dengan windows movie maker dan peranannya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika. Sehingga, dapat diperoleh
sebuah judul yaitu: “PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO
DENGAN WINDOWS MOVIE MAKER TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR MATEMATIKA SISWA”.
B.
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan adalah :
1. Siswa kurang semangat dan gairah dalam mengikuti proses pembelajaran
matematika.
2. Perhatian siswa kurang terfokus ketika pembelajaran matematika
berlangsung.
3. Siswa lambat dalam melaksanakan tugas-tugas kegiatan belajar
matematika.
4. Siswa kurang antusias dalam mengerjakan tugas-tugas kegiatan belajar
matematika.
5. Siswa sering menyontek ketika ulangan atau ujian berlangsung.
6. Kurangnya minat siswa dalam belajar matematika.
C.
Pembatasan Masalah
Agar memudahkan dalam penyusunan skripsi ini dan tidak
menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka penulis membatasi
permasalahan skripsi ini sebagai berikut:
1. Media pembelajaran yang digunakan adalah media pembelajaran video
dengan windows movie maker dalam kegiatan pembelajaran matematika. 2. Pengaruh pembelajaran mengacu pada motivasi belajar matematika yang
diukur melalui angket dan diberikan setelah pembelajaran pada materi
pecahan sederhana selesai.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut: “Apakah motivasi belajar matematika siswa yang
menggunakan media pembelajaran video dengan windowsmovie maker lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan media konvensional
yaitu powerpoint?”.
E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menggambarkan
bagaimana motivasi belajar matematika siswa setelah menggunakan media
pembelajaran video dengan windowsmovie maker. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi sekolah, dengan penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah
2. Bagi Guru, hasil penelitian memberikan manfaat untuk mengetahui media
pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan motivasi belajar siswa serta
dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran di
3. Bagi siswa, dengan penggunaan media pembelajaran movie maker, sebagai informasi dan bahan pengembangan diri untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa, khususnya belajar matematika.
4. Bagi peneliti, sebagai umpan balik bagi peneliti dalam proses belajar
mengajar bidang studi matematika dan untuk menambah pengetahuan
serta pengalaman.
5. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan
bahan referensi untuk diadakan penelitian lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS
A.
Kajian Teori
1.
Pembelajaran Matemátika
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar
adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada lagi yang secara lebih
khusus mengartikan belajar adalah menyerap pengetahuan.
“Belajar adalah kata kunci (key term) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak
pernah ada pendidikan”.1 Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu
mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan
dengan upaya pendidikan.
Menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Sedangkan menurut para ahli
pendidikan modern, belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.2
Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup
manusia. Oleh karena itu, dengan belajar manusia dapat melakukan
perubahan-perubahan kualitas individu sehingga tingkah lakunya
berkembang. Allah berfirman dalam surat An-Nahl Ayat 78:
☺
⌧ ☺
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya,2008), Cet. Ke-14, h. 94.
2
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-3, h. 207
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.3
Manusia terlahir sebagai makhluk yang tidak mampu berbuat
apa-apa serta tidak mengetahui apa-apa-apa-apa. Akan tetapi melalui proses belajar
dalam fase perkembangannya, manusia bisa menguasai berbagai skiil
(keterampilan) maupun pengetahuan.
Dengan demikian dapat disimpulkan, belajar merupakan suatu
proses yang dilakukan setiap individu yang berusaha mencapai tujuan
dengan interaksi aktif dalam lingkungannya yang mengakibatkan
perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu dapat berupa
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang lebih baik intinya bahwa
belajar itu adalah proses perubahan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, secara global
faktor-faktor tersebut dibagi menjadi:
1) Faktor Internal
Faktor internal berasal dari diri siswa sendiri meliputi dua
aspek yaitu aspek fisiologis (bersifat jasmaniah) dan aspek
psikologis (bersifat rohaniah)
a) Aspek fisiologis
b) Aspek psikologis
Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar
siswa antara lain adalah:
(a) Tingkat kecerdasan atau intelegensi.
(b) Perhatian siswa
(c) Minat dan bakat siswa
(d) Motif dan motivasi siswa
(e) Kognitif dan daya nalar siswa
3
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri dari 2 macam yaitu:
a) Faktor lingkungan
b) Faktor Instrumental4
Proses yang membantu peserta didik agar dapat belajar dengan
baik disebut pembelajaran. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata
pembelajaran adalah kata benda yang diartikan “sebagai proses, cara,
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”.5 Kata ini berasal dari kata kerja belajar yang berarti “berusaha untuk memperoleh kepandaian
atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman”.6
Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 1 ayat 20 bahwa pembelajaran
adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar”.7 Sedangkan menurut Yudhi Munandi pembelajaran adalah “usaha-usaha yang terencana dalam
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam
diri siswa”.8
Dari pengertian-pengertian yang telah dikemukakan dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu
proses interaksi antara guru dengan murid, baik interaksi secara
langsung seperti tatap muka maupun kegiatan tidak langsung yaitu
dengan cara menggunakan berbagai media. Tidak hanya itu,
pembelajaran adalah suatu proses yang disengaja atau upaya yang
dirancang oleh pendidikan dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan siswa melakukan
4
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 24-35
5
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-2, h. 17
6
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar..., h. 17
7
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan: (Umum dan Agama Islam), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. Ke-4, h. 309
8
kegiatan belajar serta terjadinya interaksi optimal antara guru dengan
siswa serta antara siswa dengan siswa.
Mengenai definisi matematika, para ahli belum memiliki
kesepakatan bersama mengenai hal tersebut. Salah satunya menurut
“Lerner mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa
simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan
manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai
elemen dan kualitas.”9 Berbeda dengan Lener, menurut John dan Rising dalam bukunya mengatakan bahwa “matematika adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinikan dengan cermat, jelas dan akurat,
representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol
ide daripada mengenai bunyi.”10 Sedangkan menurut Kline matematika merupakan “bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah bernalar
deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.”11
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
“matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara
bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian
masalah bilangan”.12 Sedangkan James berpendapat bahwa “matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,
besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya
dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam 3 bidang, yaitu:
aljabar, analisis dan geometri.”13
Dari beberapa pengetian matematika yang dikemukakan di atas
dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cara berpikir dengan
bahasa simbolis yang bernalar deduktif dan tidak melupakan cara
bernalar induktif yang terdiri dari pengetahuan tentang bilangan,
9
Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak..., h. 252
10
Erman Suherman, dkkl., Strategi Pembelajaran Matematika..., h. 19
11
Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi …, h. 252
12
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar..., h. 637
13
bentuk, susunan besaran, konsep-konsep yang berhubungan dan terbagi
ke dalam 3 bagian, yaitu: aljabar, analisis dan geometri.
Pada hakekatnya pembelajaran matematika adalah proses yang
sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan kegiatan
belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru yang
mengajar matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan
peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang
matematika.
b. Karakteristik Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika di sekolah tidak bisa terlepas dari
sifat-sifat matematika yang abstrak dan sifat-sifat perkembangan intelektual siswa
yang kita ajar. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan beberapa sifat
atau karakteristik pembelajaran matematika di sekolah sebagai berikut:
1) Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap)
Bahan kajian matematika diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu dimulai dari hal yang kongkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Atau bisa dikatakan dari konsep yang mudah menuju konsep yang lebih sukar.
2) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral
Setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari dan sekaligus untuk meningkatkannya kembali pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika.
3) Pembelajaran matematika menekankan pola berpikir deduktif Matematika adalah ilmu deduktif. Matematika tersusun secara aksiomatif. Namun demikian kita harus dapat memilih pendekatan yang cocok dengan kondisi anak didik yang kita ajar.
4) Pembelajran matematika menganut kebenaran konsisten
atas pernyataan-pernyataan terdahulu yang telah diterima kebenarannya. 14
Berdasarkan hal tersebut di atas dalam pembelajaran matematika
perlu disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, dimulai dari
yang konkrit menuju abstrak. Namun demikian meskipun obyek
pembelajaran matematika adalah abstark, tetapi mengingat kemampuan
berpikir siswa Sekolah Dasar yang masih dalam tahap operasional
konkrit, maka untuk memahami konsep dan prinsip masih diperlukan
pengalaman melalui obyek konkrit.
c. Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran matematika di SD merupakan salah satu kajian
yang selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan
karakteristik khususnya hakekat anak dan hakekat matematika. Untuk
itu diperlukan adanya jembatan yang dapat menetralisis perbedaan atau
pertentangan tersebut.
Siswa Sekolah Dasar mempunyai tahap perkembangan kognitif
yang berbeda dengan siswa sekolah pada jenjang berikutnya. Ini karena
tahap berpikir mereka masih belum formal, malahan para siswa SD di
kelas-kelas rendah mungkin sebagian dari mereka berpikirnya masih
berada pada tahapan (prakonkret). Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Piaget “siswa Sekolah Dasar berada pada tahap
operasi konkrit, maka bila diberikan konsep matematika tanpa contoh
konkrit siswa akan merasa kesulitan dalam mempelajarinya”.15
Pada tingkatan inilah mulai diberikan dasar pengetahuan
matematika yang memegang peranan penting dalam mempersiapkan
siswa untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. Sehingga siswa
tidak kesulitan menerima pengetahuan matematika baru yang lebih luas
dan mendalam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena
itu, dalam pembelajaran matematika tidak dapat dilakukan secara
14
Erman Suherman, et al., Strategi Pembelajaran Matematika..., h. 64-66
15
melompat-lompat, tetapi harus tahap demi tahap. Dimulai dengan
pemahaman ide dan konsep yang sederhana sampai kejenjang yang
lebih kompleks.
Berdasarkan hal tersebut mengakibatkan pembelajaran
berkembang dari yang mudah ke yang sukar. Sehingga, dalam
memberikan contoh guru juga harus memperhatikan tentang tingkat
kesukaran dari materi yang disampaikan, dengan demikian dalam
pembelajaran matematika contoh-contoh yang diberikan harus
bervariasi dan tidak cukup hanya satu contoh. Dari pengertian tersebut
jelas kiranya bahwa unsur pokok dalam pembelajaran matematika SD
adalah guru sebagai salah satu perancang proses pembelajaran, siswa
sebagai pelaksana kegiatan belajar dan matematika sekolah sebagai
obyek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi
dalam pelajaran
.
2.
Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Istilah “motif” berasal dari kata bahasa Inggris “motive” yang berasal dari kata “motion” yang berarti “gerakan atau sesuatu yang bergerak”.16 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “motif” diartikan sebagai ”alasan (sebab) seseorang melakukan sesuatu”.17
Menurut Ngalim, “motif adalah menunjukkan suatu dorongan
yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang
tersebut mau bertindak melakukan sesuatu”.18 Sementara menurut
Sarlito Wirawan Sarwono, “motif berarti rangsangan, dorongan atau
pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku”.19 Pengertian tersebut
menggambarkan bahwa motif tidak sebatas pada pelaksanaan prilaku,
16
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), Cet. 8, h. 56-57
17
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar..., h. 756
18
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakaryah, 2007), Cet. 22, h. 60
19
tetapi juga berkenaan dengan keadaan organisme yang menerangkan
mengapa tingkah laku terarah kepada suatu tujuan tertentu. Jadi, motif
merupakan latar belakang atau alasan mengapa seseorang melakukan
suatu kegiatan tertentu.
“Istilah motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang bermakna bergerak, mendorong, mengarahkan tingkah laku manusia.”20
Suatu pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh John W.
Santrock, “motivation is the processes that energize, direct and sustain behavior”.21
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan
ingin melakukuan sesuatu dan jika ia tidak suka maka akan berusaha
untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Jadi,
motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor diluar dan motivasi juga
tumbuh didalam diri seseorang.
Menurut Mc.Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang
dikemukakan Mc.Donald ini mengandung tiga elemen penting, yaitu:
1) Bahwa motivasi itu mengalami perubahan energi pada diri setiap
individu manusia.
2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau “feeling”, afeksi seseorang.
3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi, motivasi
dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yakni
tujuan.22
20
Iskandar, Psikologi Pendidikan (SebuahOrientasi Baru), (Ciputat: Gaung Persada Press, 2009),h. 180
21
John W. Santrock, Educational Psychology, (Amerika, The MGraw Hill Companies, 2004), h. 414
22
Dengan ketiga elemen yang dikemukakan Mc.Donald dapat
dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi
akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada
diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan,
perasaan dan juga emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan
sesuatu. Semua ini dorongan karena adanya tujuan, kebutuhan atau
keinginan.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
motivasi adalah suatu reaksi berantai yang mulai dari adanya suatu
penggerak atau pendorong pada diri seseorang sampai dengan
perubahan tingkah laku. Sehingga, menimbulkan pernyataan batin yang
berwujud daya kekuatan dan perubahan energi untuk melakukan suatu
usaha atau tindakan yang ditandai dengan munculnya perasaan atau
keinginan untuk bertindak melakukan sesuatu yang didasari oleh
pengaruh dari dalam atau luar dirinya diarahkan bagi tercapainya tujuan
yang berakhir pada pemuasan kebutuhan.
Setiap orang memiliki motivasi yang berbeda-beda untuk berbuat
sesuatu. Menurut Sardiman motivasi yang ada pada diri setiap orang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam
waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
3) Menunjukkan minat.
4) Lebih senang bekerja mandiri.
5) Cepat bosan.
6) Dapat mempertahankan pendapatnya
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.
8) Senang mencari dan memecahkan soal-soal.23
23
Sedangkan menurut Iskandar dan Hamzah B. Uno, indikator atau
petunjuk yaang dapat dijadikan sebagai acuan bagi motivasi belajar
siswa adalah sebagai berikut:
1) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar.
2) Adanya keinginan, semangat dan kebutuhan dalam belajar.
3) Memiliki harapan dan cita-cita masa depan.
4) Adanya pemberian penghargaan dalam proses belajar.
5) Adanya lingkungan yang kondusif untuk belajar dengan baik.24 Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa indikator motivasi
belajar yang saya gunakan sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam
waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
3) Menunjukkan minat.
4) Lebih senang bekerja mandiri.
5) Senang mencari dan memecahkan soal-soal (menyukai tantangan).
6) Berkeinginan untuk berhasil dalam belajar (berusaha unggul).
b. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling mempengaruhi.
Motivasi adalah salah satu alat untuk mendorong siswa agar giat
belajar. Sedangkan belajar adalah kegiatan yang mengubah tingkah laku
melalui latihan dan pengalaman sehingga menjadi lebih baik sebagai
hasil dari penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan.
”Motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu
untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan serta pengalaman”.25 Sedikit berbeda dengan Agus Suprijono mengatakan bahwa “motivasi belajar adalah dorongan
internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk
24
Iskandar, Psikologi Pendidikan…, h. 184
25
mengadakan perubahan perilaku.26 Jadi, motivasi ini tumbuh karena adanya keinginan untuk bisa mengetahui dan memahami sesuatu dan
dorongan serta mengarahkan minat belajar siswa sehingga
sungguh-sungguh untuk belajar dan termotivasi untuk mencapai prestasi.
Peran motivasi bagi siswa sangat penting dalam pencapaian hasil
belajar yang maksimal. Seorang yang memiliki motivasi belajar yang
tinggi akan memiliki kekuatan untuk melakukan perilaku belajar.
Walaupun misalnya ia tidak menyukai matematika, ia akan berusaha
untuk mempelajari dan untuk mengetahui apa isi pelajaran tersebut.
Sebaliknya orang yang tidak memiliki motivasi belajar tentang suatu
hal, maka ia tidak akan mau berusaha untuk mempelajari tentang hal
tersebut. Dan terkadang orang yang memiliki intelengensi tinggi bisa
gagal dalam pencapaian hasil belajar maksimal dikarenakan ia tidak
mempunyai motivasi belajar.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu
dorongan pada diri seseorang sehingga menimbulkan pernyataan batin
yang berwujud daya kekuatan dan perubahan energi untuk melakukan
suatu usaha yaitu belajar yang dipengaruhi dari luar dan dalam dirinya,
diarahkan bagi tercapai tujuan yang berakhir pada pemuasan kebutuhan.
Siswa yang memiliki motivasi yang kuat, akan mempunyai banyak
energi untuk melakukan kegiatan belajar. Didalam kegiatan belajar,
seorang siswa harus mendapatkan motivasi yaitu dengan cara
memberikan jawaban kepada siswa bahwa dirinya adalah seseorang
yang harus berhasil dan mendapatkan prestasi yang baik.
c. Tujuan dan Fungsi Motivasi Belajar
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan memotivasi adalah
untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan
dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil atau tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan memotivasi adalah
26
untuk menggerakan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan
dan kemauan untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai
tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan
didalam kurikulum sekolah.27
Dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasi itu bertalian erat
dengan suatu tujuan, suatu cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi
yang bersangkutan makin kuat pula motivasinya. Jadi, motivasi itu
sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang.
Sedangkan tujuan belajar ada 3 jenis, yaitu:
1) Untuk mendapatka pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan
pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai sesuatu yang tidak
dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan
kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya
kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah
yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya
didalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peran guru sebagai
pengajar lebih menonjol.
2) Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga
memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan itu akan menuruti
kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-mata hanya menghafal
atau meniru.
3) Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi
anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam
pendekatanya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan dalam
mengarahkan motivasi berpikir dengan tidak lupa menggunakan
pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. 28
27
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan…, h. 73
28
Dari penjelasan diatas jelas bahwa setiap motivasi mempunyai
tujuan. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai,
makin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan.
Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan
didasari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang
dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan
motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang
kehidupan, kebutuhan dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.
Jadi, tujuan memotivasi belajar adalah untuk menggerakkan siswa
dalam usaha meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan
pendidikan sesuai dengan yang diharapkan.
Motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait
dengan hal tesebut motivasi mempunyai fungsi:
1) Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai
pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar.
2) Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan
belajar yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah
dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan
pembelajaran.
3) Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan
kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai
tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang
tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.29
Sedangkan menurut Nana Syaodih, fungsi motivasi antara lain:
1) Mengarahkan kegiatan, artinya motivasi berperan mendekatkan
atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai.
29
2) Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan, artinya kegiatan yang
motifnya sangat lemah akan dapat diaktifkan dan ditingkatkan
kembali.30
Dengan demikian, jelaslah bahwa motivasi mempengaruhi tingkah
laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan
sesuatu sampai mencapai hasil atau tujuan tertentu. Bagi seorang siswa
motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi inilah siswa
menjadi tekun dan bersemangat dalam belajar. Dengan ketekuan dan
semangatnya siswa dapat terus berusaha untuk berhasil dalam
belajarnya. Dengan demikian, motivasi seorang siswa akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
d. Macam-macam Motivasi
Menurut Sardiman dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar mengatakan bahwa macam atau jenis motivasi dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau
motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi, diantaranya:
1) Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
a) Motif atau kebutuhan organis, yaitu motivasi yang berkaitan
dengan dalam, seperti: makan, minum, bernafas, seksual,
berbuat dan kebutuhan untuk istirahat.
b) Motif-motif darurat, yaitu: motivasi yang mencakup dorongan
untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas,
dorongan untuk berusaha, dorongan untuk mengejar, dan
sebagainya. Dalam hal ini, motivasi timbul bukan atas
keinginan seseorang tetapi karena perangsang dari luar.
c) Motif-motif objektif, yaitu motivasi yang diarahkan kepada
objek atau tujuan tertentu disekitar kita, motif ini mencakup:
kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, untuk menaruh minat.
30
Motivasi ini timbul karena dorongan untuk menghadapi dunia
secara efektif.31
2) Sartain membagi motif itu menjadi dua golongan sebagai berikut:
a) Physiological drive
Yang dimaksud dengan physiological drive ialah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis/jasmaniah, seperti
lapar, haus, lapar seks dan sebagainya.
b) Social motives
Social motives adalah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat seperti
dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik (etika)
dan sebagainya. Tidak dapat kita ingkari bahwa yang kedua ini
adalah timbul dan berkembang karena adanya yang pertama.
Jadi, kedua golongan motif tersebut berhubungan satu sama
lain.32
3) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
a) Motivasi instrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif yang berasal dari diri
seseorang itu sendiri tidak perlu dirangsang dari luar.
Misalnya orang yang gemar membaca, tidak perlu ada yang
mendorongnya atau menyuruhnya, ia telah mencari sendiri
buku-buku untuk dibacanya. Hal yang sama dikemukakakan
oleh Alisuf Sabri bahwa “motivasi intrinsik adalah motivasi
yang timbul dari dalam diri seseorang yang erat hubunganna
dengan tujuan belajar”.33 Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan
31
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar..., h. 193
32
Ngalim, Psikologi Pendidikan,..., h. 62
33
dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas
belajarnya.
Motivasi ini sering disebut ”motivasi murni” atau
motivasi yang sebenarnya yang timbul dari dalam diri peserta
didik, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan
tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman,
mengembangkan sikap untuk berhasil, menikmati kehidupan,
secara sadar memberikan sumbangan kepada, keinginan untuk
diterima orang lain dan sebagainya. Dalam hal ini, pujian atau
hadiah atau yang sejenisnya tidak diperlukan, karena tidak
akan menyebabkan peserta didik bekerja atau belajar untuk
mendapatkan pujian atas hadiah itu.
Siswa yang memiliki motivasi intriknsik akan memiliki
tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan,
yang ahli dalam bidang studi tertentu. Salah satu jalan untuk
mencapai tujuan tersebut adalah dengan cara belajar, tanpa
belajar tidak mungkin akan mendapat pengetahuan, tidak
mungkin menjadi ahli.
b) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh
seseorang itu belajar, karena tahu besok akan ada ujian dengan
harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh
temannya. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang
dilakukannya, tidak secara langsung berkaitan dengan aktivitas
belajar.34
Sedangkan menurut Oemar Hamalik dalam bukunya
Proses Belajar Mengajar bahwa motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi
belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah,
34
persaingan yang bersifat negatif ialah sarcaum (sindiran),
ridicule (ejekan) dan hukuman. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak
semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan
siswa. Karena itu motivasi terhadap pelajaran perlu
dibangkitkan oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin
belajar.35
Jadi, secara umum motivasi bertujuan mengarahkan atau
menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan
untuk melakukan sesuatu sehigga dapat memperoleh hasil atau
mencapai tujuan.
e. Teknik Memotivasi Dalam Pembelajaran
Di dalam kegiatan belajar belajar mengajar peranan motivasi baik
intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar
dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarah dan
memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Ada beberapa teknik memotivasi yang dapat dilakukan dalam
pembelajaran, antara lain:
1) Pernyataan penghargaan secara verbal.
2) Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.
3) Menimbulkan rasa ingin tahu.
4) Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa.
5) Menjadikan tahapan dini dalam belajar mudah bagi siswa.
6) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam
belajar.
7) Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu
konsep dan prinsip yang telah dipahami.
8) Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya.
35
9) Menggunakan simulasi dan permainan. Mengemas pembelajaran
dengan menciptakan suasana yang menarik sehingga proses
pembelajaran menjadi menyenangkan dan dapat melibatkan afektif
dan psikomotorik siswa. Disinilah diperlukannya peran media
pembelajaran.
10) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan
kemahirannya didepan umum.
11) Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan
siswa dalam kegiatan belajar.
12) Memahami iklim sosial dalam sekolah.
13) Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat.
14) Memperpadukan motif-motif yang kuat.
15) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.
16) Merumuskan tujuan-tujuan sementara.
17) Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai.
18) Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa.
19) Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri.
20) Memberikan contoh yang positif.36
f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Nur Huda menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1) Cita-cita atau Aspirasi
Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin
dicapai. Yang dimaksud dengan cita-cita atau aspirasi di sini ialah
tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung
makna bagi seseorang. Taraf aspirasi atau taraf keberhasilan ini
dapat dipakai sebagai ukuran untuk menentukaan apakah siswa
mencapai sukses atau tidak.
36
2) Kamampuan Belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan.
Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat
dalam diri siswa, misalnya pengamatan, ingatan, daya pikir, fantasi.
Jadi, siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi, biasanya
lebih bermotivasi dalam belajar, karena siswa seperti itu lebih
sering memperoleh sukses, sehingga kesuksesan ini memperkuat
motivasinya.
3) Kondisi Siswa
Siswa adalah makhluk hidup yang terdiri dari kesatuan
psikofisik. Jadi, kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar
disini berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikologis. Tetapi
biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas
menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologisnya.
4) Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari
luar diri siswa. Lingkungan siswa, sebagaimana juga lingkungan
individu pada umumnya, ada tiga, yaitu lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Guru harus berusaha mengelola kelas,
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik,
dalam membantu siswa agar dapat termotivasi dalam belajar.
Media pembelajaran merupakan salah satu upaya yang dapat
dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana belajar yang
menarik dan menyenangkan.
5) Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang
keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang
kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali.
Khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional. Misalnya
6) Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru
mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari
penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian
siswa, mengevaluasi belajar siswa. Bila upaya-upaya tersebut
dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan siswa, maka
diharapkan upaya tersebut dapat menimbulkan motivasi belajar
siswa. Bila upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya
keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan
siswa tidak tertarik untuk belajar. Dengan kata lain motivasi belajar
siswa melemah atau hilang. 37
3.
Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan.38
Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (Association for Education and Communication Tecnology/AECT) di Amerika mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk
suatu proses penyaluran informasi.39 Sedangkan Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam
37
Nur Huda, “Survei Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Siswa Kelas XI dalam Mengikuti Pelajaran Pendidikan Jasmani di SMA Muhammadiyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007”, Skripsi, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2007) dari
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/hashb23e/d0234642.dir/doc.pdf 1 Juli 2010, 19:46 wib
38
Arief S. Sardiman, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007), Cet. Ke-16, h. 6
39
kegiatan belajar mengajar dapat mempengaruhi efektivitas program
instruksional.40
Menurut Yudhi Munadi, media dalam aktivitas pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai “segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan
menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta
lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat
melakukan proses belajar secara efektif”.41 Sedangkan menurut Sardiman, “media pengajaran sebagai salah satu sumber belajar yang
dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi perbedaan
gaya belajar, minat, intelijensi, keterbatasan daya indera dan
lain-lain”.42
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas
dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk mengalirkan pesan dari pengirim ke penerima.
Sedangkan media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi
untuk menampaikan pesan pembelajaran. Sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian
rupa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
b. Fungsi dan Manfaat Media
Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan
belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.43 Sedangkan menurut
Sardiman secara umum media pembelajaran mempunyai
kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
40
H. Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran,…, h. 14
41
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran..., h. 7-8
42
Arief S. Sardiman, Media Pendidikan..., h. 14
43
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap positif anak didik.44
Dan secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi sebagai
berikut:
1) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu.
2) Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu.
3) Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.
4) Media Pembelajaran memiliki nilai praktis, sebagai berikut:
(a) Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang
dimiliki siswa.
(b) Media dapat mengatasi ruang kelas.
(c) Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa
dengan lingkungan.
(d) Media menghasilkan keseragaman pengamatan.
(e) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan
realistis.
(f) Media dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan siswa
untuk belajar.
(g) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru.
(h) Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.
(i) Media dapat memberikan pengalamna yang menyeluruh dari
suatu yang konkret sampai kepada yang abstrak. 45
Dari uraian dan pendapat diatas, dapatlah disimpulkan beberapa
manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran didalam proses
pembelajaran, yaitu:
1) Media pengajaran dapat membantu memudahkan belajar bagi siswa
dan membantu memudahkan mengajar bagi guru.
2) Media pengajaran dapat memperjelas pesan dan informasi sehingga
dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
44
Arief S. Sardiman, Media Pendidikan..., h. 17-18
45
3) Media belajar dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa
sehingga termotivasi dalam belajar sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.
4) Media pengajaran dapat memberikan pengalaman yang nyata kepada
siswa dari suatu yang konkrit sampai kepada yang abstrak.
5) Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan
waktu.
6) Semua indra siswa dapat diaktifkan. Kelemahan satu indra dapat
diimbangi oleh kekuatan indra lainnya.
c. Klasifikasi Media Pembelajaran
Menurut Seels dan Glasgow seperti yang dikutip oleh Azhar
Arsyad, pengelompokkan media dibagi kedalam dua kategori luas, yaitu
pilihan media tradisional dan pilihan media mutakhir.
1) Pilihan media tradisional
a) Media visual diam yang diproyeksikan, contohnya antara lain:
proyeksi opaque, proyeksi overhad dan slide film trips.
b)Media visual yang tidak diproyeksikan, contohnya antara lain:
realia, model, gambar, poster, foto, chart, grafis, diagram,
pameran, papan info dan display.
c) Media audio, contohnya antara lain: rekaman piringan, pita
chalet, reel dan cartridge.
d)Penyajian visual dinamis yang diproyeksikan, contohnya antara
lain: film, televisi dan video
e) Media cetak, contohnya antara lain: buku teks, modul, teks
terprogram, work multimedia, contohnya antara lain: slide plus
suara (tape) dan multi-image.
f) Media book, majalah ilmiah dan handout.
2) Pilihan media teknologi mutakhir
a) Media berbasis telekomunikasi, contohnya antara lain:
telekonteren, kuliah jarak jauh atau menggunakan media
internet dalam pengiriman pesan yang bersifat edukatif maupun
intruksional.
b)Media berbasis mikroprosesor, contohnya antara lain: Computer Assisted Intruction (CAI), permainan komputer, sistem tutor intelijen, hypermedia dan compact (video) disc.46
Klasifikasi jenis-jenis media yang lazim dipakai dalam kegiatan
pembelajaran khususnya di Indonesia, antara lain:
1) Media grafis, contohnya adalah gambar atau foto, sketsa, diagram,
bagan atau chart, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan
flanes dan papan buletin.
2) Media audio, contohnya adalah radio, alat perekam pita magnetik
dan laboratorium bahasa.
3) Media proyeksi diam, contohnya adalah film bingkai, film rangkai,
media transparansi, proyektor tak tembus pandang, mikrofis, film,
film gelang, televisi, video, permainana dan stimulasi.
4) Media komputer, contohnya adalah penggunaan multimedia
presentasi, CD interaktif dan pemanfaatan internet.47
d. Gambaran Media Pembelajaran Video
Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak,
semakin lama semakin popular dalam penyajian pesan kepada penerima
pesan. Karena pesan yang disajikan bisa bersifat fakta
(kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif bila bersifat
informatif, edukatif maupun instruksional.
Video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak
bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video
melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik sendiri.
46
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,…, h. 33-35
47
Umumnya media video digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan,
dokumentasi dan pendidikan. Media video dapat menyajikan informasi,
memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,
mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan
mempengaruhi sikap.
e. Kelebihan dan Kekurangan dari Penggunaan Media Video
Kelebihan dari penggunaan media video, antara lain:
1) Dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika
mereka membaca, berdiskusi dan berpraktik video merupakan
pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek yang
secara normal tidak dapat dilihat.
2) Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat disaksikan
secara berulang-ulang jika dipandang perlu.
3) Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, video
menanamkan sikap dan dapat mengundang pemikiran dan
pembahasan dalam kelompok siswa serta menanamkan segi-segi
efektif lainnya.
4) Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara
langsung.
5) Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok
kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan.48 Keterbatasan dari pemakian media video, antara lain:
1) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang
diperhatikan.
2) Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan
pencarian bentuk umpan balik yang lain.
3) Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara
sempurna.
4) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.49
48
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,…, h. 49-50
49
f. Teknik dan strategi pemanfaatan program video pembelajaran
Video pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara
sistematis dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku dan
dalam pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip
pembelajaran sehingga program tersebut memungkinkan peserta didik
mencerna materi pelajaran secara lebih mudah dan menarik.50 Media pembelajaran dapat digunakan jika media tersebut mendukung
tercapainya tujuan instruksional yang telah dirumuskan serta sesuai
dengan sifat materi instruksionalnya telah dirumuskan.51
Selama memanfaatkan program video pembelajaran, guru
hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Sebelum menghidupkan atau memulai program video pembelajaran
mengajak siswa agar memperhatikan materi yang akan dipelajari
dengan baik.
2) Menjelaskan tujuan dan materi pokok dari program yang akan
dimanfaatkan.
3) Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan.
4) Memberikan prasyarat atau apresiasi pengetahuan/pelajaran
sebelumnya.
5) Mengoperasikan program sesuai dengan petunjuk pemanfaatan atau
petunjuk teknis dan bahan penyerta.
6) Mengamati/memantau kegiatan siswa selama mengikuti program.
[image:45.595.109.516.131.700.2]Selama program diputar, guru tidak perlu maju ke depan menunjuk
gambar dilayer atau mondar-mandir berkeliling kelas lebih baik
guru mengerjakan hal
Menjaga agar suasana kelas tetap tertib.
Usahakan agar volume suara (narasi) jelas terdengar oleh
seluruh siswa yang ada diruangan.
50
Putekom, Pedoman Pemanfaatan Program Video/VCD Pembelajaran, Pustekom, h. 6
51