ANALISIS PENGARUH PRICE EARNING RATIO DAN
DIVIDEN TUNAI TERHADAP HARGA SAHAM
PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh
DWI INDRIATI
087019015/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
SE K
O L
A H
P A
S C
A S A R JA
N
ANALISIS PENGARUH PRICE EARNING RATIO DAN
DIVIDEN TUNAI TERHADAP HARGA SAHAM
PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
DWI INDRIATI
087019015/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH PRICE EARNING RATIO
DAN DIVIDEN TUNAI TERHADAP HARGA
SAHAM PERUSAHAAN DI BURSA EFEK
INDONESIA
Nama Mahasiswa : Dwi Indriati
Nomor Pokok : 087019015
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Dr. Muslich Lufti, MBA) (Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc.Ac)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Paham Ginting, MS) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal : 29 Oktober 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Muslich Lufti, MBA
Anggota : 1. Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc.Ac
2. Prof. Dr. Rismayani, SE., MS
3. Drs. Syahyunan, M.Si
PERNYATAAN
Dengan ini saya nyatakan bahwa tesis saya yang berjudul:
“Analisis Pengaruh Price Earning Ratio dan Dividen Tunai terhadap Harga
Saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia”
adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun
juga sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Oktober 2010
Yang membuat pernyataan
Dwi Indriati
ANALISIS PENGARUH PRICE EARNING RATIO DAN DIVIDEN TUNAI TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Dwi Indriati, Dr. Muslich Lufti, MBA dan Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc.Ac
ABSTRAK
Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara perusahaan dengan pihak investor. Bagi investor yang menginvestasikan dananya pada saham suatu perusahaan bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang berupa dividen. Banyak faktor yang mempengaruhi harga saham di bursa efek, diantaranya adalah price earning ratio (PER) dan dividen tunai. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan dividen tunai terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan dividen tunai terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Manajemen Investasi yang berkaitan dengan harga saham, price earning ratio dan dividen.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survey. Sifat penelitian ini adalah explanatory. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui dan menganalisis price earning ratio dan dividen dihubungkan dengan harga saham perusahaan yang go public di BEI. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 42 perusahaan dengan kriteria membayar dividen tunai selama tiga tahun berturut-turut. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda melalui uji F dan uji t dengan maksud untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05).
Hasil uji hipotesis secara serentak menunjukkan price earning ratio dan dividen tunai berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2007. Nilai R Square sebesar 0,838 menunjukkan bahwa 83,8% variabel harga saham dapat dijelaskan oleh variabel Price Earning Ratio (PER) dan dividen tunai. Secara parsial variabel dividen tunai berpengaruh lebih dominan terhadap harga saham dibandingkan dengan price earning ratio.
THE EFFECT OF PRICE EARNING RATIO AND CASH DIVIDEND ON THE
COMPANY’S SHARE PRICE ON INDONESIA STOCK EXCHANGE
Dwi Indriati, Dr. Muslich Lufti, MBA and Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc.Ac
ABSTRACT
Capital market represent the market transactions between the company and investor. For investors who invest their funds in shares of a company aims to earn revenue namely dividends. Many factors affect the stock price on the stock exchange, such as price earnings ratio (PER) and cash dividends. The formulation of problem is how the effect of Price Earning Ratio (PER) and cash dividend on the company's share price listed on the Indonesia Stock Exchange. The aim of this research is to know and analyse the effect of Price Earning Ratio (PER) and cash dividend on the company's share price listed on the Indonesia Stock Exchange.
Using the investment management theory related to stock price, price earnings ratio and dividend.
This research using survey approach, and explanatory research. The technique of collecting data done by documentary study. The number of sampel of 42 companies with the criterion payed the cash dividend during three year successively. The test of hypotesis using multiple regression analysis, trough F and t test intended to know the effect of independent variable to dependent variable in the acceptance level of 95% ( 0.05).
The result of the simultaneous test shows that the price earning ratio and cash dividend had a singnifincantly effect on stock prices on companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2005-2007. Coeffient of determination (R2) equal to 0,838 indicating that 83,8 % explainable share price variable by variable of Price Earning Ratio (PER) and cash dividend. Partially, cash dividend more dominant effect on stock prices compared with price earnings ratio.
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya kepada Alah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, mengucapkan syukur kehadirat-Mu atas segala rahmad dan hidayah-Nya
yang telah Engkau limpahkan kepadaku, dan dari sebagian rahmad dan hidayah-Mu
pula tesis ini dapat rampung seluruhnya.
Tesis ini disusun guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi
di Program Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Pada
penulisan tesis ini, penulis memilih judul “Analisis Pengaruh Price Earning Ratio dan
Dividen Tunai terhadap Harga Saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia”.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan tesis ini penulis banyak
memperoleh bantuan, bimbingan, petunjuk, nasehat, dan dukungan dari berbagai
pihak, maka dari itu penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc, (CTM) Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Paham Ginting, MS., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan tesis ini.
5. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc.Ac., selaku anggota Komisi Pembimbing
6. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., M.Si, Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, dan Ibu Dr.
Isfenti Sadalia, ME, selaku Dosen Pembanding yang banyak memberikan
masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.
7. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Program Studi Ilmu Manajemen
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
8. Bapak Ir. Nanang Rahayu, MAPPI.Cert, selaku Kepala Kantor Jasa Penilai
Publik Nanang Rahayu & Rekan di Jakarta yang telah berkenan memberikan izin
belajar kepada penulis dan dorongan semangat dalam proses penulisan tesis ini.
9. Rekan-rekan kerja Kantor Jasa Penilai Publik Nanang Rahayu & Rekan
perwakilan Medan yang sangat membantu dalam proses penulisan tesis ini.
10. Suami tersayang, Bastoni dan anakku tercinta Mhd. Aric Fathoni dan Mhd. Bariq
Athallah, yang telah sabar dan memberikan do’anya selama penulis menjalani
masa pendidikan Strata 2 (S-2) ini.
11. Rekan-rekan Pascasarjana Ilmu Manajemen angkatan XIV sekelas yang telah
memberikan semangat dan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis yakin Allah SWT akan membalas seluruh amal dan melimpahkan
rahmad-Nya kepada kita semua. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak pada umumnya dan kepada penulis khususnya.
Amin ya rabbal’alamin - Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Medan, Oktober 2010
RIWAYAT HIDUP
Dwi Indriati lahir di Medan pada tanggal 29 Agustus 1977, anak kedua dari
enam bersaudara dari pasangan Ayahanda H. Surya Darma dan Ibunda Hj. Arsi
Halimah Siregar. Menikah pada tahun 2002 dengan Bastoni dan dikarunai dua orang
anak bernama Mhd. Aric Fathoni dan Mhd. Bariq Athallah.
Menempuh pendidikan Sekolah Dasar tahun 1983 di Sekolah Dasar (SD)
Pamardi Sunu Medan, tamat dan lulus tahun 1989. Melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Medan, tamat dan lulus tahun 1992.
Selanjutnya menempuh pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14
Medan, tamat dan lulus tahun 1995. Kemudian melanjutkan ke pendidikan Fakultas
Ekonomi Jurusan Manajemen tahun 1995 pada Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara di Medan tamat dan lulus pada tahun 2001. Tahun 2008 melanjutkan studi
Strata Dua (S-2) di Universitas Sumatera Utara pada Program Studi Magister Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana.
Pada tahun 2002 hingga saat ini bekerja sebagai Staf Appraisal (Penilai)
Kantor Jasa Penilai Publik Nanang Rahayu & Rekan dan ditempatkan sebagai
DAFTAR ISI
II.2.1. Pengertian dan Jenis-jenis Saham ... 12
II.2.2. Harga Saham ... 15
II.2.3. Analisis dan Penilaian Saham ... 17
II.3. Dividen ... 26
II.3.1. Pengertian dan Jenis-jenis Dividen ... 26
II.3.2. Kebijakan Dividen ... 29
II.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen ... 35
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 41
III.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
III.2. Metode Penelitian... 41
III.2.1. Pendekatan Penelitian ... 41
III.2.2. Jenis Penelitian ... 41
III.7. Definisi Operasional Variabel ... 45
III.8. Model Analisis Data ... 46
III.9. Uji Asumsi Klasik ... 48
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
IV.1. Perkembangan Harga Saham, PER dan Dividen Tunai ... 51
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1.1. Perkembangan Harga Saham Beberapa Perusahaan di BEI, 2005- 2007 ...
2
1.2. Perkembangan PER dan Dividen Beberapa Perusahaan di BEI,
2005-2007 ... 5
3.1. Target Populasi Perusahaan di BEI, 2005-2007 ... 43
3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 46
4.1. Perkembangan Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di BEI ... 52
4.2. Perkembangan Price Earning Ratio (PER) Perusahaan yang Terdaftar di BEI ... 54
4.3. Perkembangan Dividen Tunai Perusahaan yang Terdaftar di BEI ... 56
4.4. Statistik Deskriptif ... 57
4.5. Uji Normalitas dengan KS-Test ... 60
4.6. Uji Multikolinieritas ... 60
4.7. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser ... 62
4.8. Pengujian Kelayakan Model ... 63
4.9. Hasil Regresi Uji F ... 64
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1.1. Kerangka Berpikir ... 9
4.1. Grafik Normalitas Data ... 59
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Data Penelitian ... 79
2. Hasil Olah SPSS ... 82
ANALISIS PENGARUH PRICE EARNING RATIO DAN DIVIDEN TUNAI TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Dwi Indriati, Dr. Muslich Lufti, MBA dan Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc.Ac
ABSTRAK
Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara perusahaan dengan pihak investor. Bagi investor yang menginvestasikan dananya pada saham suatu perusahaan bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang berupa dividen. Banyak faktor yang mempengaruhi harga saham di bursa efek, diantaranya adalah price earning ratio (PER) dan dividen tunai. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan dividen tunai terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan dividen tunai terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Manajemen Investasi yang berkaitan dengan harga saham, price earning ratio dan dividen.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survey. Sifat penelitian ini adalah explanatory. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui dan menganalisis price earning ratio dan dividen dihubungkan dengan harga saham perusahaan yang go public di BEI. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 42 perusahaan dengan kriteria membayar dividen tunai selama tiga tahun berturut-turut. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda melalui uji F dan uji t dengan maksud untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05).
Hasil uji hipotesis secara serentak menunjukkan price earning ratio dan dividen tunai berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2007. Nilai R Square sebesar 0,838 menunjukkan bahwa 83,8% variabel harga saham dapat dijelaskan oleh variabel Price Earning Ratio (PER) dan dividen tunai. Secara parsial variabel dividen tunai berpengaruh lebih dominan terhadap harga saham dibandingkan dengan price earning ratio.
THE EFFECT OF PRICE EARNING RATIO AND CASH DIVIDEND ON THE
COMPANY’S SHARE PRICE ON INDONESIA STOCK EXCHANGE
Dwi Indriati, Dr. Muslich Lufti, MBA and Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc.Ac
ABSTRACT
Capital market represent the market transactions between the company and investor. For investors who invest their funds in shares of a company aims to earn revenue namely dividends. Many factors affect the stock price on the stock exchange, such as price earnings ratio (PER) and cash dividends. The formulation of problem is how the effect of Price Earning Ratio (PER) and cash dividend on the company's share price listed on the Indonesia Stock Exchange. The aim of this research is to know and analyse the effect of Price Earning Ratio (PER) and cash dividend on the company's share price listed on the Indonesia Stock Exchange.
Using the investment management theory related to stock price, price earnings ratio and dividend.
This research using survey approach, and explanatory research. The technique of collecting data done by documentary study. The number of sampel of 42 companies with the criterion payed the cash dividend during three year successively. The test of hypotesis using multiple regression analysis, trough F and t test intended to know the effect of independent variable to dependent variable in the acceptance level of 95% ( 0.05).
The result of the simultaneous test shows that the price earning ratio and cash dividend had a singnifincantly effect on stock prices on companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2005-2007. Coeffient of determination (R2) equal to 0,838 indicating that 83,8 % explainable share price variable by variable of Price Earning Ratio (PER) and cash dividend. Partially, cash dividend more dominant effect on stock prices compared with price earnings ratio.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi
antara pihak-pihak pencari dana (emiten) dengan pihak yang kelebihan dana (surplus
fund). Para pemegang saham dan calon investor mengharapkan penerimaan dividen
dan peningkatan nilai saham. Tujuan investor yang menginvestasikan dananya
di pasar modal adalah untuk memperoleh imbalan atau pendapatan dari dana yang
diinvestasikan. Bagi investor yang menginvestasikan dananya pada saham suatu
perusahaan bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang berupa dividen atau capital
gain. Dividen adalah pendapatan yang diperoleh setiap periode selama saham masih
dimiliki, sedangkan capital gain adalah pendapatan yang diperoleh karena harga jual
saham lebih tinggi daripada harga belinya, pendapatan ini baru diperoleh jika saham
dijual. Bagi investor yang bertujuan mendapatkan capital gains juga memerlukan
informasi tentang dividen, karena dividen merupakan salah satu faktor penting yang
dapat mempengaruhi harga saham. Oleh karena itu, perusahaan yang sudah go public
mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi mengenai kinerjanya kepada
investor dalam bentuk laporan keuangan dan pengumuman besarnya dividen yang
dibayarkan.
Berbagai informasi dapat mempengaruhi harga dari sekuritas di antaranya
(2) informasi terkait dengan pendanaan (financing announcement) yang berhubungan
dengan ekuitas, utang, sewa-guna, persetujuan standby credit. Baik buruknya kinerja
perusahaan dapat dijadikan sebagai tolok ukur bagi investor dalam menentukan
pembelian saham perusahaan. Tentunya investor akan menjatuhkan pilihannya pada
saham yang memiliki reputasi yang baik karena investor ingin memperoleh tingkat
pengembalian yang tinggi dari investasinya.
Harga dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dan kemungkinan risiko yang
dihadapi perusahaan. Kinerja perusahaan dan risiko yang dihadapi perusahaan
tersebut dipengaruhi oleh faktor makro dan mikro ekonomi, seperti: tingkat bunga
umum domestik, tingkat inflasi, kebijakan pemerintah, kurs valuta asing, laba, arus
kas, nilai buku per saham, return on equity, dan lainnya.
Harga saham dapat berfluktuasi naik turun, sebagaimana yang ditunjukkan
oleh beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, selama tahun
2005-2007 yang hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1. Perkembangan Harga Saham Beberapa Perusahaan di BEI, 2005- 2007
No. Perusahaan Closing Price (Rp)
Berdasarkan dari data yang ada pada Tabel 1.1, maka dapat diketahui bahwa
harga saham menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, kecuali saham PT. Gudang
Garam, Tbk. Namun demikian presentase peningkatan bervariasi atau tidak sama
pada setiap perusahaan. Peningkatan harga saham tersebut karena terjadi kenaikan
permintaan saham suatu perusahaan. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan
mempunyai prospek jangka panjang yang akan meningkatkan nilai perusahaan
tersebut. Apabila keadaan yang terjadi sebaliknya, maka akan menurunkan nilai
perusahaan yang bersangkutan.
Dampak yang dirasakan oleh investor terhadap peningkatan harga saham
adalah dampak positif yang berarti menguntungkan. Keuntungan yang diperoleh
investor dengan membeli saham atau memiliki saham tersebut adalah tingkat
pengembalian yang lebih besar dari yang diisyaratkan yang diperoleh melalui
pembayaran dividen dan capital gain, dan berlaku juga untuk sebaliknya.
Setiap investor menaruh harapan akan mendapatkan manfaat dari setiap
transaksi penanaman modal. Investor harus memiliki sejumlah informasi sebelum
melakukan transaksi di pasar modal agar bisa mengambil keputusan yang tepat. Salah
satu informasi yang penting adalah pergerakan harga saham yang cenderung berubah,
terlebih ketika kondisi ekonomi sedang bergejolak. Ada dua macam analisis yang
banyak digunakan untuk menilai sebenarnya atau estimasi harga saham, yaitu analisis
fundamental dan analisis teknis. Analisis fundamental menggunakan data yang
dan lain sebagainya), sedangkan analisis teknis menggunakan data pasar dari saham
(misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk menentukan nilai saham.
Analisis teknis rawan melakukan kesalahan estimasi ketika keadaan ekonomi
sedang bergejolak, karena pergerakan harga saham tidak dipengaruhi oleh harga masa
lalu, tetapi oleh faktor makro dan mikro ekonomi yang tidak dapat diprediksi. Oleh
karena itu dibutuhkan analisis fundamental untuk mengestimasi pergerakan harga
saham. Walaupun faktor makro dan mikro ekonomi tidak dapat diprediksi, tetapi
analisis fundamental dapat membantu estimasi meskipun tidak 100% tepat. Untuk
analisis fundamental, salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung
nilai intrinsik saham, yaitu Price Earning Ratio (PER). PER adalah hasil bagi antara
harga saham dan laba bersih per saham. Harga saham di pasar merupakan harga yang
berlaku, sedangkan laba bersih merupakan laba bersih per saham proyeksi tahun
berjalan. Investor akan membeli suatu saham perusahaan dengan PER yang kecil,
karena PER yang kecil menggambarkan laba bersih per saham yang cukup tinggi dan
harga yang rendah.
Selain itu permintaan saham juga dipengaruhi oleh dividen tunai yang
dibayarkan perusahaan. Kenaikan dividen yang dibayarkan lebih tinggi dari yang
diperkirakan merupakan syarat bagi investor bahwa manajemen perusahaan
memperkirakan laba di masa datang meningkat, hal ini akan menimbulkan reaksi
positif sehingga harga saham naik. Perkembangan PER dan dividen beberapa
Tabel 1.2. Perkembangan PER dan Dividen Beberapa Perusahaan di BEI, 2005-2007
Sumber: Indonesian Capital Market Directory, 2000-2009.
Perkembangan PER sebagian perusahaan menunjukkan peningkatan, sebagian
menunjukkan penurunan selama periode 2005-2007. Demikian juga dengan dividen
tunai yang dibagikan perusahaan-perusahaan tersebut. Perkembangan PER dan
dividen tersebut diduga mempengaruhi harga saham perusahaan-perusahaan.
Berdasar uraian di atas, dilakukan suatu penelitian untuk mengkaji pengaruh price
earning ratio dan dividen tunai terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan
dividen tunai terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
I.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Price
Earning Ratio (PER) dan dividen tunai terhadap harga saham perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
I.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai masukan bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi pada
saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan bagi Program Studi Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Sebagai menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti di bidang ilmu
manajemen, khususnya dalam manajemen keuangan.
4. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian
yang sama di masa mendatang.
I.5. Kerangka Berpikir
Pasar modal adalah pelengkap di sektor keuangan terhadap dua lembaga
lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan, di mana pasar modal memberikan
jasanya sebagai jembatan penghubung antar pemilik modal (investor) dengan
Diantara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham
biasa adalah yang paling dikenal masyarakat. Di antara emiten, saham biasa juga
merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat.
Secara sederhana, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.
Pergerakan harga saham sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari
dalam perusahaan itu sendiri ataupun dari luar perusahaan. Hal ini disebabkan karena
investor memiliki harapan atas sejumlah pengembalian atas nilai investasinya di saat
ini. Pengembalian itu tergambar jelas pada performa perusahaan yang dapat dilihat
dari informasi keuangan perusahaan serperti earning serta besarnya dividen yang
dibayarkan.
Menurut Jones (2004), bahwa umumnya terdapat korelasi yang yang kuat
antara pertumbuhan laba (earning) dengan pertumbuhan harga saham. Dalam
hubungannya dengan harga saham, dapat dilihat dari salah satu rasio keuangan
perusahaan, yaitu Price Earning Ratio (PER).
PER sering dikelompokkan sebagai rasio nilai pasar perusahaan yang
membandingkan antara harga saham perusahaan dengan EPS perusahaan. Hal ini
berarti bahwa PER menunjukkan tingkat pengembalian per lembar saham yang akan
diterima pemegang saham dari pembelian satu lembar saham. Menurut Fabozzi
(2003) bahwa PER diartikan sebagai gambaran dari apresiasi pasar terhadap
ukuran relatif perusahaan karena nilai PER menunjukkan seberapa besar investor
ingin membayar untuk memperoleh laba perusahaan tersebut.
Investor melakukan investasi melalui saham adalah untuk memperoleh
dividen. Dividen (dividend) adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para
pemegang saham perusahaan. Salah satu jenis dividen adalah dividen tunai (cash
dividend), yaitu dividen yang dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk tunai
(cash). Dividen tunai (cash dividend) umumnya lebih menarik bagi pemegang saham
dibandingkan dengan dividen saham (stock dividend).
Menurut Brigham dan Houston dalam Mulyati (2003), kenaikan dividen yang
dibayarkan lebih tinggi dari yang diperkirakan merupakan isyarat bagi investor
bahwa manajemen perusahaan memperkirakan laba di masa datang meningkat, hal ini
akan menimbulkan reaksi positif sehingga harga saham naik. Sebaliknya, penurunan
dividen atau kenaikan dividen yang lebih kecil dari yang diperkirakan merupakan
suatu isyarat bahwa manajemen meramalkan laba di masa yang akan datang rendah,
hal ini akan menyebabkan reaksi negatif sehingga harga saham turun. Perubahan
harga saham setelah pembagian dividen menunjukkan bahwa dividen mengandung
informasi atau pengisyaratan yang penting dalam pengumuman dividen tersebut.
Keterkaitan ini dapat digambarkan secara sederhana melalui kerangka
Gambar I.1. Kerangka Berpikir
I.6. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir, maka dihipotesiskan sebagai berikut: Price
Earning Ratio (PER) dan dividen tunai berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Price Earning Ratio
Dividen Tunai
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. Penelitian Terdahulu
Nazwirman (2008), melakukan penelitian dengan judul: Penilaian Harga
Saham dengan Price Earning Ratio (PER) di Bursa Efek Indonesia. Dengan
menggunakan salah satu teknik analisis saham metode Price Earning Ratio (PER),
maka investor akan mudah mendapatkan mengenai saham mana yang harus mereka
beli. Metode Price Earning Ratio dalam menganalisis saham perusahaan industri
makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia menggunakan tiga alternatif (k*=
11%, k*=16%, dan k*=21%). Hasil penelitian diperoleh bahwa saham perusahaan
yang layak dibeli hanya saham satu perusahaan karena pada tiga alternatif tersebut
PER < PER* yang berarti tingkat earning dari saham tersebut lebih tinggi dari 11%,
16% atau 21% dan harga dari saham tersebut murah. Saham perusahaan yang lain
tidak layak dibeli ada 5 perusahaan, tetapi layak untuk dijual oleh investor, karena
pada tiga alternatif tersebut PER > PER* yang berarti tingkat keuntungan dari saham
tersebut lebih kecil dari 11%, 16% atau 21%.
Siaputra dan Atmadja (2006) melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh
Pengumuman Dividen terhadap Perubahan Harga Saham Sebelum dan Sesudah
Ex-Dividend Date di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
rata-rata harga saham sebelum ex-dividend date dan nilai rata-rata-rata-rata harga saham sesudah
terjadi pergerakan harga saham yang signifikan selama antara dua periode observasi
tersebut akibat pengumuman pembagian dividen. Lebih lanjut, besarnya perubahan
harga saham tersebut secara statistik tidak berbeda dengan nilai dividen per lembar
saham yang dibagikan.
Subiyantoro dan Andreani (2003) melakukan penelitian dengan judul:
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar
di BEI. Pendekatan constant growth of dividend discount model maka faktor-faktor
yang diduga mempengaruhi harga saham mencakup: return on asset, return on
equity, earning per share, book value equity per share, debt to equity ratio, return
saham, return bebas risiko, beta saham dan return market. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara umum faktor-faktor di atas tidak dapat digunakan
sepenuhnya untuk mengekspektasi variasi harga saham, tentu masih banyak
faktor-faktor lain di luar pendekatan dividend ini yang masih bisa dieksplorasi lebih lanjut
pada penelitian-penelitian berikutnya. Selanjutnya jika dikaji secara parsial yang
berpengaruh signifikan terhadap variasi harga saham adalah book value equity per
share dan return on equity.
Mulyati (2003) melakukan penelitian dengan mengenai Reaksi Harga Saham
terhadap Perubahan Dividen Tunai dan Dividen Yield di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 52 saham perusahaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) reaksi harga saham positif terhadap kenaikan dividen yang
dibayarkan, (2) reaksi harga saham tidak dipengaruhi oleh perubahan dividen yield,
II.2. Saham
II.2.1. Pengertian dan Jenis-jenis Saham
Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan
yang berbentuk perseroan terbatas (emiten) yang menyatakan bahwa pemilik saham
tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Husnan (2001)
menyebutkan bahwa sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan
hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian
dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan
berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.
Saham (stocks) adalah surat tanda bukti kepemilikan bagian modal suatu
perseroan terbatas. Dalam transaksi jual beli di bursa efek, saham atau sering disebut
shares merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Selanjutnya
saham dapat dibedakan menjadi saham biasa (common stock) dan saham preferen
(preffered stock) (Jogiyanto, 2003). Perbedaan kedua jenis saham ini antara lain
adalah sebagai berikut:
1) Saham Biasa (common stocks)
Pemegang saham ini adalah pemilik perusahaan yang mewakilkan kepada
manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. Sebagai pemilik perusahaan,
pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak yaitu:
a. Hak Kontrol
Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Hal ini
yang akan memimpin perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan hak
kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan
pemegang saham atau tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan
pemegang saham.
b. Hak menerima Pembagian Keuntungan
Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapatkan
bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, tetapi
sebagian laba akan ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Laba yang
ditahan ini (retained earning) merupakan sumber dana intern perusahaan
sedangkan laba yang tidak ditahan diberikan kepada pemilik saham dalam
bentuk dividen.
c. Hak Preemtive
Hak preemtive (preemtive right) merupakan hak untuk mendapatkan
persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan
lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham yang
beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase kepemilikan saham yang
lama akan turun. Hak preemtive memberi prioritas kepada pemegang saham
lama untuk membeli tambahan saham baru, sehingga persentase kepemilikan
tidak berubah.
2) Saham Preferen (preffered stocks)
Saham preferen mempunyai gabungan antara obligasi dan saham biasa. Seperti
preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. Seperti
saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen di bawah klaim
pemegang obligasi. Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen
mempunyai hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak atas pembayaran lebih
dahulu jika terjadi likuidasi.
Bebarapa karakteristik saham preferen adalah sebagai berikut:
1) Preferen terhadap dividen
a. Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen
terlebih dahulu dibandingkan pemegang saham biasa.
b. Saham preferen umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu
memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen
tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan, dan dibayarkan sebelum
pemegang saham biasa menerima dividennya.
2) Preferen pada waktu likuidasi
Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan
dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi
likuidasi. Besarnya hak atas aktiva adalah sebesar nilai nominal saham
preferennya termasuk semua dividen yang belum dibayarkan jika bersifat
II.2.2. Harga Saham
Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan berbentuk
Perseroan Terbatas. Harga suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar
suatu saham. Harga dasar suatu saham merupakan harga perdananya. Perubahan
harga saham dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi
di pasar sekunder. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan
suatu saham, maka harganya akan semakin naik, sebaliknya jika semakin banyak
investor yang menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada turunnya harga
saham. Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan
perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut.
Secara umum semakin baik keuangan perusahaan dan semakin banyak
keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham, kemungkinan harga saham akan
naik. Tetapi saham yang memiliki tingkat keuntungan yang baik juga bisa mengalami
penurunan harga. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan pasar saham. Hal seperti ini
tidak akan hilang jika kepercayaan pemodal belum pulih, kondisi ekonomi belum
membaik ataupun hal-hal lain yang membaik. Salah satu resiko dari pemegang saham
adalah menurunnya harga saham. Hal ini dapat diatasi dengan cara menahan saham
tersebut sampai keadaan pasar membaik.
Analisis saham merupakan salah satu dari sekian tahapan dalam proses
investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok
sekuritas. Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu saham yaitu analisis
1. Analisis fundamental, mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan
datang dengan:
a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham di masa yang akan datang.
b. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran
harga saham.
Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari
suatu perusahaan yang sering disebut company analysis. Data yang digunakan
adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan
keuangan yang telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan yang
sebenarnya pada saat analisis (Husnan, 2001). Dalam company analysis para
pemodal (investor) akan mempelajari laporan keuangan perusahaan yang salah
satunya dengan menggunakan analisis rasio keuangan, mengidentifikasi
kecenderungan atau pertumbuhan yang mungkin ada, mengevaluasi efisiensi
operasional dan memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari
perusahaan tersebut.
Para analis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa datang
dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi
harga saham di masa datang, dan menempatkan hubungan faktor-faktor tersebut
2. Analisis teknikal
Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang menggunakan data atau catatan
pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham, volume
perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan, serta
faktor-faktor lain yang bersifat teknis (Husnan, 2001). Model analisis teknikal lebih
menekankan pada perilaku pasar modal di masa datang berdasarkan kebiasaan
di masa lalu. Analisis ini berupaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi
pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar)
di waktu lalu. Para penganut analisis ini, menyatakan bahwa:
a. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.
b. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga saham di waktu lalu.
c. Karena perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, maka pola
tersebut akan berulang.
Sasaran yang ingin dicapai dari analisis adalah ketepatan waktu dalam
memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham. Oleh karena itu,
informasi yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting bagi pemodal
untuk menentukan kapan suatu saham dibeli atau harus dijual.
II.2.3. Analisis dan Penilaian Saham
Harga saham merupakan pencerminan besarnya pengorbanan yang harus
dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Pada pasar
sekunder harga saham bergerak mengikuti kekuatan permintaan dan penawaran yang
transaksi di bursa efek juga dapat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga
saham.
Analisa saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik suatu saham, dan
kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini dari saham tersebut. Nilai
intrinsik menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut.
Menurut Kertonegoro (1995), pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
1. Apabila nilai intrinsik > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai
undervalued (harganya terlalu rendah), oleh sebab itu seharusnya dibeli atau
ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
2. Apabila nilai intrinsik < harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai
overvalued (harganya terlalu mahal), oleh sebab itu saham sebaiknya dijual.
3. Apabila nilai intrinsik = harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai wajar
harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.
Menurut Lubis (2008), bahwa fluktuasi harga saham mengikuti random walk
theory. Teori ini ditemukan oleh Louis dan Bachelier pada tahun 1900, yang
menyatakan bahwa harga saham dari hari ke hari akan bergerak secara random.
Sedangkan para teknisi melihat adanya pola (bentuk) dalam grafik harga tersebut.
Banyak analis yang beranggapan bahwa harga dari saham tersebut ditentukan oleh
nilai dari saham tersebut.
Paul Corner’s dalam Lubis (2008) mengatakan bahwa harga saham
di sekitar nilai intrinsiknya (nilai sebenarnya). Batasan tersebut terjadi disebabkan
oleh tindakan dua group investor, yaitu:
a. Group pertama adalah investor yang mempunyai kelebihan kas, disebut
liquidity trader dan investor yang akan melikuidasi beberapa investasinya
karena membutuhkan dana untuk membayar pembiayaan yang mendadak.
b. Group kedua disebut dengan information trader yaitu mereka yang mencari
informasi baru, mengembangkannya dalam melakukan estimasi terhadap nilai
saham tersebut.
Menurut Jogiyanto (2003), ada dua pendekatan dalam penentuan nilai
intrinsik saham yang sering digunakan berdasarkan analisis fundamental, yaitu:
a. Pendekatan Present value, mencoba menaksir Present value, dengan
menggunakan tingkat bunga tertentu, manfaat yang akan diterima oleh pemilik
saham.
b. Pendekatan Price earning ratio, menaksir nilai saham dengan mengalikan laba
perlembar saham dengan kelipatan tertentu.
1) Pendekatan Present Value
Berdasarkan pendekatan ini maka nilai saat ini dari suatu saham adalah sama
dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham
tersebut (Husnan, 2003). Metode ini digunakan untuk mengetahui nilai perusahaan
di masa datang, dengan cara mendiskontokan nilai-nilai arus kas (cash flow) di masa
Proses penilaian saham akan meliputi:
a. Estimasi aliran kas saham di masa depan. Hal ini dilakukan dengan menentukan
jumlah dan waktu aliran kas yang diharapkan.
b. Estimasi tingkat return yang disyaratkan. Estimasi ini dibuat dengan
mempertimbangkan risiko aliran kas di masa depan dan besarnya return dari
alternatif investasi lain akibat pemilihan investasi pada saham, atau disebut
sebagai biaya kesempatan (opportunity cost). Tingkat return yang diharapkan dari
setiap aliran kas bisa bersifat konstan sepanjang waktu atau berubah-ubah.
Dinyatakan dalam bentuk formula sebagai berikut:
Nilai Saham =
bagi investasi tersebut, sedangkan bagi perusahaan ini merupakan cost of equity,
karena merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal
sendiri.
Komponen lainnya dalam penentuan nilai saham dengan pendekatan nilai
sekarang adalah arus kas (cash flow). Dalam komponen ini, permasalahannya adalah:
(1) arus kas dalam bentuk apa yang akan digunakan dalam penilaian saham,
(2) berapa jumlah kas yang diharapkan, (3) kapan arus kas tersebut diperoleh. Arus
kas (cash flow) dari suatu saham meliputi dividen, capital gain, dan earning. Dari
ketiga unsur yang ada di dalam arus kas tersebut earning-lah yang menjadi unsur
perusahaan untuk diinvestasikan kembali maka akan menghasilkan earning dan
dividen.
Disebabkan dividen sebagai aliran kas yang diterima secara langsung oleh
investor, maka dikembangkan suatu model yang disebut Dividend Discount Model
(DDM). Secara umum harga saham merupakan net present value dari arus dividen
yang akan diperoleh ke depan (dividend discounted models/DDMs). Maka
berdasarkan kepada hal tersebut, harga saham adalah:
P = D1/(1+k)1+D2(1+k)2+D3(1+k)3+...+Dn(1+k)n
atau
P = Ó Dt/(1+k)t
Di mana Dt = dividen yang diterima pada periode t
r = tingkat suku bunga yang digunakan
Penilaian harga saham tersebut akan tergantung pada asumsi pertumbuhan
dividen kedepan [Dt = Dt-1(1+g)]. Apabila jumlah dividen yang diterima
diasumsikan sama (zero growth model) untuk seluruh periode (atau g1 = 0), sehingga:
D0 = D1 = D2 = D3 =………Dt
Maka harga saham adalah:
P = D/k
Apabila Expected Internal Rate of Return (IRR) ditentukan k* maka expected harga
saham adalah P* = D/k*. Jika harga saham di pasar lebih rendah dari Expected Price
(P<P*) maka dapat dibeli. Sebaliknya jika harga saham di pasar lebih tinggi (P>P*)
Apabila diasumsikan bahwa dividen tumbuh dengan pertumbuhan yang tetap
(costant-growth models) sehingga:
Dt=Dt-1 (1+g) = D0 (1+g)t
Maka harga saham adalah:
P = D0 (1+g)/(k+g)
Di mana:
P = harga saham
Dt = dividen yang diterima pada periode t
k = tingkat bunga atau internal rate of return
g = pertumbuhan dividen.
2) Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Pendekatan price earning ratio ini merupakan pendekatan yang cukup populer
dipakai di kalangan analisis saham dan praktisi saham. Menurut Manurung (2004),
secara teknis PER adalah hasil bagi antara harga saham dan laba bersih per saham.
Harga saham di pasar merupakan harga yang berlaku, sedangkan laba bersih
merupakan laba bersih per saham proyeksi tahun berjalan. Selanjutnya dikemukakan
bahwa PER dipergunakan oleh berbagai pihak atau investor untuk membeli saham.
Investor akan membeli suatu saham perusahaan dengan PER yang kecil, karena PER
yang kecil menggambarkan laba bersih per saham yang cukup tinggi dan harga yang
rendah.
Pendekatan ini mendasarkan diri atas rasio antara harga saham per lembar
memanglah tidak sekuat model berdasarkan dividen. Analis sekuritas kadang-kadang
menyukai penggunaan PER dalam menilai kewajaran harga saham. Saham yang
mempunyai PER yang tinggi diduga terlalu tinggi harganya.
Brigham & Gapenski dalam Nuraini (2000) mengemukakan bahwa PER
menunjukkan besarnya harga yang bersedia dibayarkan oleh investor untuk setiap
dollar laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Sedangkan Jones (2004)
mengemukakan bahwa PER menunjukkan optimisme dan pesimisme para investor
terhadap prospek perusahaan di masa yang akan datang. Selanjutnya Jogiyanto (2003)
menyatakan bahwa PER menunjukkan rasio harga saham terhadap Earning atau
dengan kata lain menunjukkan berapa besar pemodal menilai harga saham terhadap
kelipatan dari Earnings.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa harapan investor terhadap
Earning perusahaan pada masa yang akan datang, direfleksikan pada harga saham
yang bersedia mereka bayar atas saham perusahaan tersebut yang selanjutnya
berpengaruh terhadap PER dengan mengetahui besarnya PER suatu perusahaan,
analis bisa memperkirakan bagaimana posisi suatu saham relatif terhadap
saham-saham lainnya, apakah saham-saham tersebut dibeli atau tidak. Besarnya nilai PER biasanya
terkait dengan tahap pertumbuhan perusahaan, sehingga perusahaan-perusahaan yang
berada dalam tahap pertumbuhan biasanya memiliki PER yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang berada dalam kondisi yang sudah mapan.
Menurut Halim (2005): PER dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Di mana:
P0 = harga saham yang layak dibeli
EPS1 = laba per saham – LPS (earning per share) tahun mendatang
RR = bagian dari laba yang ditahan dalam perusahaan (Retention Ratio)
i = tingkat pengembalian yang diminta
g = pertumbuhan dividen
EPS = (Laba bersih setelah pajak/Jumlah lembar saham)
Harga saham akan tergantung pada asumsi:
Suku bunga (r) yang digunakan.
Proyeksi dividen kedepan
Sesuai dengan pandangan bahwa harga saham mencerminkan harapan para
investor atau pasar terhadap prospek suatu perusahaan. Maka faktor-faktor harga
saham juga akan mempengaruhi PER. Maka pendekatan lain dalam menilai harga
saham adalah dengan mencari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi PER secara
nyata, kemudian dibuat suatu model tersebut untuk menilai PER perusahaan di masa
yang akan datang, sehingga dapat dinilai pada kewajaran harga saham perusahaan.
Menurut Manurung (2004) dan Karvof (2004), variabel-varibel yang
mempengaruhi PER adalah sebagai berikut: Dividen Pay Out Ratio (DPOR)
perusahaan yang bersangkutan, tingkat yield yang diharapkan dan pertumbuhan
dividen. Kebijaksanaan dividen secara umum dapat diartikan sebagai pembayaran
Kebijaksanaan dividen adalah keputusan keuangan, yaitu dengan mempertimbangkan
apakah pembayaran dividen akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
Selanjutnya Ahmad (2004) menjelaskan jenis kebijaksanaan dividen, yaitu
sebagai berikut: Dividen per saham yang stabil, Dividen Pay Out (DPO) yang stabil,
kombinasi dan Dividen Residual.
Berdasarkan uraian tersebut, maka pengaruh masing-masing faktor terhadap
Price Earning Ratio dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Dividend Payout Ratio yaitu bagian dari laba perusahaan yang dibayarkan
sebagai dividen. Faktor ini mempunyai pengaruh yang positif terhadap PER
karena besarnya Dividend Payout Ratio menentukan besarnya dividen yang
diterima oleh pemilik saham di mana besarnya dividen ini secara positif dapat
mempengaruhi harga suatu saham terutama pada pasar modal yang didominasi
oleh investor yang berorientasi pada pendapatan dividen. Dengan demikian
apabila faktor-faktor lain yang mempengaruhi PER konstan, semakin tinggi
Dividend Payout Ratio, maka semakin tinggi PER.
b. Tingkat keuntungan yang disyaratkan pemodal (Rate of Return/r) yaitu tingkat
keuntungan yang dianggap layak bagi investasi pada suatu saham. Faktor ini
mempunyai pengaruh yang negatif dengan PER, karena apabila keuntungan
yang diperoleh atas suatu saham lebih kecil dari tingkat keuntungan yang
disyaratkan (r) hal ini akan menurunkan harga dari suatu saham karena investasi
pada saham tersebut dianggap kurang menarik. Dengan demikian semakin
faktor yang lain konstan. Reilly (1994) menyebutkan bahwa Rate of Return
merupakan fungsi dari The Economy's Risk Free Rate of Return (Rf), The
Expected Rate of Inflation (I), dan Market Risk For Common Stock Easured As
The Variance of Return.
c. Pertumbuhan Dividen (g). Pengaruh faktor ini adalah positif terhadap PER
karena dividen yang meningkat dapat dijadikan sebagai cerminan prospek
perusahaan yang baik sehingga investasi pada suatu saham akan semakin
menarik. Dengan demikian apabila faktor yang lain konstan maka semakin
tinggi pertumbuhan dividen, semakin tinggi PER.
Upaya tentang Price Earning Ratio tersebut dapat digunakan sebagai
pedoman untuk melakukan penilaian terhadap PER suatu saham. Apabila ada suatu
saham yang mempunyai PER = 10, maka dapat diperkirakan berapa pertumbuhan
laba perusahaan tersebut, berapa r yang layak untuk saham tersebut, dan berapa
kebijakan dividen perusahaan tersebut.
II.3. Dividen
II.3.1. Pengertian dan Jenis-jenis Dividen
Dividen (dividend) adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para
pemegang saham perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai (kas),
saham perusahaan, ataupun aktiva lainnya. Semua dividen haruslah diumumkan oleh
dewan direksi sebelum dividen tersebut menjadi kewajiban perusahaan (Simamora,
Stice et al. (2005) mengartikan dividen sebagai pembagian laba kepada para
pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh
masing-masing pemilik. Selanjutnya Ikatan Akuntan Indonesia (2004), dalam PSAK
No. 23, merumuskan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang saham sesuai
dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Laba bersih perusahaan akan
berdampak berupa peningkatan saldo laba (retained earnings) perusahaan. Apabila
saldo laba didistribusikan kepada pemegang saham maka saldo laba akan berkurang
sebesar nilai yang didistribusikan tersebut. Ross (1977) mendefinisikan dividen
sebagai pembayaran kepada pemilik perusahaan yang diambil dari keuntungan
perusahaan, baik dalam bentuk saham maupun tunai. Artinya hanya perusahaan yang
membukukan keuntungan dapat membagikan dividen karena dividen diambil dari
keuntungan perusahaan.
Menurut Simamora (2000), terdapat beberapa tanggal penting yang menjadi
perhatian dalam prosedur pembagian dividen.
1) Tanggal Pengumuman (declaration date) adalah tanggal pada saat direksi
mengumumkan dividen. Pada tanggal tersebut dividen menjadi kewajiban
perusahaan dan dicatat pada buku perusahaan. Tanggal pengumuman ini
biasanya beberapa minggu sebelum tanggal pembayaran dividen.
2) Cum Dividend adalah tanggal di mana seluruh pemegang saham perusahaan
sampai batas tanggal tersebut berhak mendapatkan dividen.
3) Tanggal pencatatan (date of record) merupakan tanggal yang dipilih oleh
dividen. Karena waktu yang tersita untuk menyusun daftar para pemegang
saham, maka tanggal pencatatan biasanya dua atau tiga minggu setelah
tanggal pengumuman dividen, namun sebelum tanggal pembayaran dividen.
4) Ex Dividend yaitu tanggal dimana pemegang saham tidak lagi berhak
mendapat dividen.
5) Tanggal Pembayaran (date of payment) adalah tanggal dividen benar-benar
dibayarkan. Pembayaran biasanya berlangsung beberapa minggu setelah
tanggal pengumuman dividen.
Istilah dividen biasanya dipahami sebagai distribusi kas oleh perseroan kepada
pemegang sahamnya. Dividen dinyatakan sebagai jumlah spesifik per lembar saham
biasa. Dividen kas adalah pembagian laba oleh perusahaan kepada para pemegang
sahamnya. Jumlah yang diterima sepadan dengan banyaknya jumlah lembar saham
yang dimilikinya.
Menurut Fakhruddin (2008), dilihat dari bentuk dividen yang didistribusikan
kepada pemegang saham, dividen dapat dibedakan menjadi beberapa jenis:
1. Dividen tunai (cash dividend), yaitu dividen yang dibagi kepada pemegang
saham dalam bentuk tunai (cash).
2. Dividen saham (stock dividend), yaitu dividen yang dibagi bukan dalam
bentuk tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut.
3. Property dividend, yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain
4. Liquidating dividend, yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham
sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah
selisih nilai realisasi aset perusahaan dikurangi dengan semua kewajibannya.
Dividen tunai (cash dividend) umumnya lebih menarik bagi pemegang saham
dibandingkan dengan dividen saham (stock dividend). Syarat-syarat dilakukannya
dividen tunai adalah: memiliki dana kas yang cukup, memiliki saldo laba ditahan
yang cukup, dan telah disetujui oleh RUPS (Fakhruddin, 2008).
II.3.2. Kebijakan Dividen
Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen adalah memutuskan
apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau
dibagi sebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba
ditahan. Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh
sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba yang ditahan yang akhirnya
juga mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan
perusahaan. Sedang apabila perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen
akan bisa memperbesar sumber dana intern perusahaan dan akan meningkatkan
kemampuan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan (Sutrisno, 2003).
Kebijakan dividen kas sebuah perusahaan memiliki dampak penting bagi
banyak pihak yang terlibat di masyarakat (Suharli, 2004). Bagi para pemegang saham
atau investor, dividen kas merupakan tingkat pengembalian investasi mereka berupa
kepemilikan saham yang diterbitkan perusahaan lain. Bagi pihak manajemen, dividen
kesempatan untuk melakukan investasi dengan kas yang dibagikan sebagai dividen
tersebut menjadi berkurang. Bagi kreditor, dividen kas dapat menjadi signal
mengenai kecukupan kas perusahaan untuk membayar bunga atau bahkan melunasi
pokok pinjaman. Kebijakan dividen kas yang cenderung membayarkan dividen dalam
jumlah relatif besar akan mampu memotivasi pemerhati untuk membeli saham
perusahaan. Perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan
masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan.
Pihak manajemen akan membatasi arus kas keluar berupa dividen kas yang
berjumlah terlalu besar dengan alasan mempertahankan kelangsungan hidup,
menambah investasi untuk pertumbuhan atau melunasi hutang (Suharli dan Oktorina,
2005). Ketiga pertimbangan tersebut dikatakan sebagai upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham. Namun pihak manajemen umumnya tetap
mempertahankan kebijakan pembayaran dividen, sekurang-kurang pembagian
dividen saham (stock dividend) untuk menjaga kestabilan harga saham. Kebijakan
stabilitas dividen tentu memiliki daya tarik tersendiri yang dapat menjaga harga pasar
saham pada kondisi terbaik. Pertimbangan pada kondisi terbaik ini yang disebutkan
pihak manajemen sebagai upaya peningkatan kesejahteraan pemegang saham.
Berbagai pertimbangan mengenai penetapan jumlah yang tepat untuk
dibayarkan sebagai dividen adalah sebuah keputusan finansial yang sulit bagi pihak
manajemen (Ross, 1977). Keputusan suatu perusahaan mengenai dividen terkadang
diintegrasikan dengan keputusan pendanaan dan keputusan investasi. Semakin rumit
manajemen semakin banyak. Perusahaan memiliki pemisahan yang jelas antara
kepemilikan (ownership), pengoperasian (operation), dan pengendalian (control).
Pemisahan antara fungsi kepemilikan, pengoperasian, dan pengendalian
memungkinkan manajemen lebih mementingkan kepentingan mereka daripada
kepentingan perusahaan atau para pemilik.
Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba akan dibagikan
kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk pembiayaan investasi di masa
datang (Sartono, 1995). Ada beberapa teori mengenai kebijakan dividen, yaitu:
a. Dividend Irrelevance Theory
Teori yang dianjurkan oleh Madigliani-Miller (MM) ini menyatakan bahwa
kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh, baik terhadap harga saham maupun
biaya modalnya atau dapat dikatakan bahwa kebijakan dividen sebenarnya tidak
relevan. Menurut Weston dan Brighman dalam Sartono (1995) nilai suatu
perusahaan hanya tergantung pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya,
bukan pada keputusan untuk membagi pendapatan tersebut dalam bentuk dividen
atau menahannya dalam bentuk laba ditahan. Berbagai asumsi untuk mendukung
teori ketidakrelevanan dividen yang digunakan oleh MM adalah sebagai berikut:
1. Tidak terdapat pajak pendapatan perorangan atau perusahaan.
2. Tidak terdapat biaya emisi atau jual beli saham.
3. Financial leverage tidak mempunyai pengaruh terhadap biaya modal
4. Para investor dan manajer perusahaan informasi tentang prospek perusahaan
di masa datang.
5. Distribusi pendapatan antara dividen dan laba ditahan tidak mempunyai
pengaruh.
6. Kebijakan pengangguran modal perusahaan tidak tergantung pada kebijakan
dividennya.
b. Bird in the Hand Theory
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Linther ini menyanggah
asumsi kelima dari teori ketidakrelevanan dividen yaitu bahwa kebijakan dividen
tidak mempengaruhi tingkat return saham yang diisyaratkan oleh investor yang
dinotasikan ks. Gordon dan Linther dalam Sartono (1995) berpendapat bahwa ks
akan meningkat jika pembagian dividen dikurangi, karena investor merasa lebih
yakin terhadap pembiayaan dividen dari pada capital again, yang akan dihasilkan
dari laba. Mereka menyatakan bahwa investor menilai uang yang akan diharapkan
dari kenaikan capital again, karena komponen hasil dividen (DO/PO) lebih kecil
resikonya dari pada komponen pertumbuhan (g) pada persamaan total laba untuk
diharapkan oleh investor,
ks = (D1/P0) + g
Modigliani – Miller tidak setuju dengan pernyataan tersebut dan mereka
menyatakan bahwa ks tidak tergantung pada kebijakan dividen. Oleh karena itu
investor indefernt antara D1 + P0 dan g, juga antara dividend dan capital again.
dividen mereka kedalam perusahaan yang bersangkutan atau perusahaan sejenis,
dan tingkat resiko pendapatan investor di masa depan tidak ditentukan oleh
kebijakan dividen melainkan ditentukan oleh resiko investasi dihadapan
perusahaan.
c. Tax Differential Theory
Tax Difference Theory menyatakan jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif
lebih rendah daripada pajak atas deviden, maka saham yang akan memiliki tingkat
pertumbuhan yang tinggi menjadi lebih menarik. Tetapi sebaliknya jika capital
again dikenakan pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka
keuntungan dividen akan berkurang (Sartono, 1995).
Namun demikian pajak atas capital gain masih lebih baik dibandingkan pajak atas
dividen, karena pajak atas capital gain baru dibayar setelah saham dijual,
sementara pajak atas dividen harus dibyar setiap tahun setelah pembayaran
dividen. Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika
investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada
bedanya antara pajak capital gain dan pajak dividen. Kemudian dividen cenderung
dikenakan pajak lebih tinggi dari pada capital gain, maka investor akan meminta
tingkat keuntungan yang lebih tinggi, sehingga disarankan agar perusahaan lebih
baik menentukan dividend payout ratio yang lebih rendah atau bahkan tidak
membagikan sama sekali untuk meminimkan biaya modal dan memaksimalkan
Selain ketiga teori yang saling bertentangan satu sama lain tersebut, masih terdapat
dua teori kebijakan pembayaran dividen yang signaling hypotesis dan teori
clientele effect.
d. Teori Signaling hypotesis
Jika pada teori kebijakan dividen tidak relevan menyatakan bahwa baik investor
maupun manajer memiliki penilaian yang sama terhadap perusahaan. Akan tetap,
kenyataannya manajer cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang
prospek perusahaan dibandingkan dengan investor. Akibatnya investor menilai
bahwa capital gain lebih beresiko dibandingkan dengan dividen. Sedangkan teori
kebijakan ini menyatakan bahwa kenaikan dividen merupkan suatu sinyal bagi
investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang lebih
baik. Sebaliknya penurunan dividen diyakini oleh investor sebagai sinyal prospek
perusahaan menurun atau perusahaan mungkin akan mengalami kerugian di waktu
mendatang.
e. Teori Clientele Effect
Teori ini menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki
preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok
pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai
suatu dividend payout yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang
tidak begitu membutuhkan uang pada saat ini lebih senang jika perusahaan
menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi