FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH :
NAMA : PAULUS ADHI PRAYOGO
NIM : 040503152
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “Pengaruh Capital Adequacy Ratio Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, November 2010
Yang Membuat Pernyataan,
Paulus Adhi Prayogo
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas
kelimpahan berkat dan kasih-Nya yang membimbing dan memampukan penulis
dengan segala hikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul : “Pengaruh Capital Adequacy Ratio Dan Debt To Equity
Ratio Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia”
Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan
penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selain
itu, penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini hingga selesai, penulis telah mendapat banyak
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Sekretaris Program
3. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan, saran dan bimbingan yang bermanfaat bagi
penulis selama penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Syahelmi, M.Si, Ak selaku dosen pembanding I dan Bapak
Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku dosen pembanding II yang telah
banyak memberikan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Orangtuaku yang tersayang, yang selalu mendukung untuk menyelesaikan
studi saya.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan
kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata penulis berharap agar skripsi
ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, November 2010
Penulis,
Paulus Adhi Prayogo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio dan Debt o Equity Ratio baik secara simultan maupun secara parsial, terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal, yang menguji pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lainnya.
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode yang diteliti, periode 2005-2008. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 16 bank, penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling (judgement sampling). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear berganda.
Uji statistik juga dilakukan dengan uji t dan uji F (ANOVA), dimana sebelum uji ini dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Uji t ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Sementara uji F (ANOVA) digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan maupun parsial, variabel Capital Adequacy Ratio dan Debt to Equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
The objectives of this research is to know the influence of Capital Adequacy Ratio and Debt to Equity Ratio both partially and simultantly to the Profit Growth of banking industries that were listing in Indonesian Stock Exchange. This research is causal research, which tested the influence of one variable to another.
The population of this research is banking companies which registered in Indonesian Stock Exchange among the period of 2006 until 2008. The research sample are 16 banks, it was done by using purposive sampling method (judgement sampling). The data were analyzed with multiple regressions analysis.
The statistic test also done t-test and F-test (ANOVA), where firstly did the classic assumption test before did the test. T-test is used to know the influence of independent variables to the dpendent variable partially, while the F-test (ANOVA) is used to know the influence of independent variables to the dependent variable simultantly.
The result of this research showed that both simultaneously and partially, independent variables Capital Adequacy Ratio and Debt to Equity ratio have non significant influence on Profit Growth of banking companies that were listing on Indonesian Stock Exchange.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan ... 7
2. Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 9
3. Debt To Equity Ratio (DER)... 11
4. Pengertian Laba ... 11
6. Pengertian Pertumbuhan Laba ... 14
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 15
C. Kerangka Konseptual ... 18
D. Hipotesis ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 21
B. Populasi dan Sampel ... 21
C. Jenis Data ... 24
D. Variabel Penelitian ... 24
E. Prosedur Pengambilan Data ... 27
F. Metode dan Teknik Analisis data ... 27
G. Jadwal Penelitian ... 31
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 33
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif ... 34
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas ... 34
b. Uji Multikolonieritas ... 38
c. Uji Heteroskedastisitas ... 40
d. Uji Autokorelasi ... 42
a. Persamaan Regresi ... 43
b. Analisis Koefisien dan Koefisien Determinasi ... 44
c. Pengujian Hipotesis ... 46
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53
B. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 55
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ……….... 16
Tabel 2.2 Tabel Rumus ... 19
Tabel 3.1 Daftar Populasi Bank ... 22
Tabel 3.2 Sampel Perusahaan Perbankan ... 23
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 32
Tabel 4.1 Sampel Perusahaan Perbankan ... 33
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel – Variabel …………... 34
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data ... 38
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas (1)... 39
Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas (2)... 39
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi ... 42
Tabel 4.7 Analisis Hasil Regresi ... 43
Tabel 4.8 Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 45
Tabel 4.9 Hasil Uji t ... 46
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 18
Gambar 4.1 Uji Normalitas Dengan Histogram ...………... 36
Gambar 4.2 Uji Normalitas dengan Plot ... 37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran i Daftar Sampel Perusahaan Perbankan ……….. 56
Lampiran ii Data Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 57
Lampiran iii Data Operation Cost Ratio (DER) ... 58
Lampiran iv Data Pertumbuhan Laba ... 59
Lampiran v Statistik Deskriptif ... 60
Lampiran vi Hasil Uji Normalitas ……… ... 61
Histogram ... ... 61
Grafik normal P-P Plot ... 62
Hasil Uji Multikolinearitas .. ... 63
Hasil Uji Heteroskedastisitas ... .. 64
Hasil Uji Autokorelasi... 65
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio dan Debt o Equity Ratio baik secara simultan maupun secara parsial, terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal, yang menguji pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lainnya.
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode yang diteliti, periode 2005-2008. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 16 bank, penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling (judgement sampling). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear berganda.
Uji statistik juga dilakukan dengan uji t dan uji F (ANOVA), dimana sebelum uji ini dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Uji t ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Sementara uji F (ANOVA) digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan maupun parsial, variabel Capital Adequacy Ratio dan Debt to Equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
The objectives of this research is to know the influence of Capital Adequacy Ratio and Debt to Equity Ratio both partially and simultantly to the Profit Growth of banking industries that were listing in Indonesian Stock Exchange. This research is causal research, which tested the influence of one variable to another.
The population of this research is banking companies which registered in Indonesian Stock Exchange among the period of 2006 until 2008. The research sample are 16 banks, it was done by using purposive sampling method (judgement sampling). The data were analyzed with multiple regressions analysis.
The statistic test also done t-test and F-test (ANOVA), where firstly did the classic assumption test before did the test. T-test is used to know the influence of independent variables to the dpendent variable partially, while the F-test (ANOVA) is used to know the influence of independent variables to the dependent variable simultantly.
The result of this research showed that both simultaneously and partially, independent variables Capital Adequacy Ratio and Debt to Equity ratio have non significant influence on Profit Growth of banking companies that were listing on Indonesian Stock Exchange.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akuntansi berfungsi menyediakan informasi kuantitatif terutama informasi
keuangan mengenai suatu entitas. Informasi tersebut disajikan dalam bentuk
laporan keuangan. Informasi dalam laporan keuangan yang digunakan dalam
pihak – pihak yang berkepentingan ( stakeholders ) dalam proses dalam
pengambilan keputusan bisnis. Pihak – pihak yang berkepentingan terhadap
informasi keuangan suatu entitas secara umum dapat diklarifikasikan menjadi dua
kelompok. Pertama, adalah pihak internal perusahaan dan kedua, adlah pihak
eksternal seperti kreditor, investor, pemasok, pemerintah, dan lain – lain.
Untuk memperoleh informasi keuangan yang relefan dengan tujuan dan
kepentingan pemakai, maka informasi keuangan yang disajikan harus terlebih
dahulu dianalisis sehingga dihasilkan keputusan bisnis yang tepat. Analisis yang
biasa dilakukan adalah analisis keuangan. Analisis keuangan mencoba
menghubungkan perkiraan – perkiraan yang terdapat dalam laporan untuk
mengetahui bagaimana kinerja perusahaan.
Bank sebagai lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam
perekonomian dan berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara
pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang sangat memerlukan
dana (defisit unit). Bank diharapkan mampu memobilisasi dana tabungan
Adapun pengertian bank menurut Undang-undang Perbankan No.10
Tahun 1998 adalah sebagai berikut : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Industri perbankan di Indonesia dalam perkembangannya telah mengalami
pasang surut. Krisis perbankan yang terjadi pada tahun 1997, telah menghadapi
sejumlah permasalahan mendasar. Masalah tersebut meliputi lemahnya corporate
governance, buruknya manajemen risiko, besarnya eksposur pinjaman valuta
asing, tingginya kredit bermasalah (non-performing loans) yang timbul akibat
pemberian pinjaman yang tidak berhati-hati khususnya kepada kelompok bisnis
terkait dan sektor properti, serta adanya pinjaman luar negeri sektor swasta dalam
jumlah besar.
Sistem perbankan yang rentan tersebut berpengaruh terhadap kinerja bank
yaitu banyak debitur yang tidak mampu membayar hutangnya baik bunga maupun
pokok pinjaman yang akhirnya dikategorikan sebagai kredit macet, sehingga bank
mengalami kerugian sampai pada batas yang maksimal menggerogoti modal
setornya. Puncaknya pada saat Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1997,
ada beberapa bank yang mengalami kesulitan likuiditas bahkan ditutup oleh Bank
Indonesia sebagai otoritas perbankan. Pemerintah perlu melakukan restrukturisasi
kredit dan pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) untuk
Pengalaman dari krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 telah menyadarkan
kita bahwa sektor perbankan pada akhirnya harus dirombak untuk menumbuhkan
kembali citra perbankan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat tehadap
sektor perbankan sehingga ketika menghadapi krisis global saat ini, industri
perbankan bisa tetap eksis dan kuat dilihat dari segi permodalan, kualitas aset,
pendapatan, dan likuiditas. Hal ini penting untuk diperhatikan karena salah satu
faktor penting yang mendukung sistem perbankan yang kuat, berkualitas, tetap
berlandaskan pada prinsip terpercaya, dan dapat memenuhi ketentuan prudential
banking regulation dengan baik adalah terwujudnya bank yang sehat. Peraturan
Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem
penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menetapkan bank wajib melakukan
penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulanan.
Bank-bank yang ada di Indonesia tidak semua dapat dikatakan sehat,
khususnya di bidang permodalan. Peranan modal sangat penting dalam usaha
perbankan. Bank Indonesia telah menaikkan bobot CAR yang pada awalnya
hanya 4% menjadi 8% yang berlaku sejak tahun 2001. Kegiatan operasional bank
dapat berjalan dengan lancar apabila bank tersebut memiliki modal yang cukup
sehingga pada saat-saat kritis, bank tetap dalam posisi aman karena memiliki
cadangan modal di Bank Indonesia. Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban
penyediaan modal inti minimum bank umum sebesar Rp.80 Milyar pada akhir
tahun 2007 dan akan meningkat menjadi Rp.100 Milyar pada akhir tahun 2010.
Kecukupan modal pada penelitian ini diwakili oleh Capital Adequacy Ratio dan
Sementara itu, dengan menggunakan rasio–rasio tersebut di dalam
melakukan penilaian kesehatan perbankan maka akan dapat diketahui prestasi dan
kelemahan yang dimiliki masing-masing perusahaan perbankan, sehingga akan
menjadi suatu informasi yang sangat berharga bagi pihak–pihak yang
berkepentingan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rikky (2009) menunjukkan bahwa rasio
keuangan tidak dapat mempediksi pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sementara itu penelitian yang dilakukan
oleh Rahayu (2007) menyatakan bahwa rasio keuangan dapat mempediksi
pertumbuhan laba. Hal ini menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penelitian –
penelitian terdahulu mengenai pengaruh beberapa rasio keuangan tertentu
terhadap pertumbuhan laba.
Berdasarkan pertimbangan perumusan masalah di atas, penulis merasa
tertarik untuk membuat suatu penelitian tentang “ Pengaruh Capital Adequacy
Ratio dan Debt to Equity Ratio Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Secara khusus, penelitian ini menggunakan Capital Adequacy Ratio dan
Debt to Equity Ratio sebagai variabel bebas dan pertumbuhan laba sebagai
variabel terikat sementara penelitian yg dilakukan oleh Rikky (2009)
menggunakan Capital Adequacy Ratio dan Loan to Deposit Ratio sebagai variabel
bebas dan pertumbuhan laba sebagai variabel terikat. Rahayu (2007)
menggunakan Capital Adequacy Ratio dan pendapatan operasional sebagai
Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mengeluarkan
laporan keuangan sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
Penulis melakukan penelitian yang berbentuk replikasi dengan meng-update atau
memodifikasi data dari penelitian terdahulu dengan menggunakan sampel yang
lebih luas dan variabel yang berbeda dari penelitian sebelumnya.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
Capital Adequacy Ratio dan Debt to Equity Ratio secara parsial maupun simultan
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Capital
Adequacy Ratio dan Debt to Equity Ratio secara parsial maupun simultan
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang
D. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila suatu saat dimintai pendapat
atau diminta masukan mengenai Pengaruh Capital Adequacy Ratio dan Debt
to Equity Ratio secara parsial,
2. bagi perusahaan, sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi pihak
perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya,
3. bagi peneliti lainnya, sebagai bahan masukan dan sumber informasi dalam
melakukan penelitian selanjutnya sehingga hasilnya dapat lebih baik dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam
menganalisis laporan keuangan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai
perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan
hasil operasi suatu perusahaan dapat diinterpretasikan. Menurut Simamora (2000 :
822) “rasio merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan
operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil – hasil
dari tahun – tahun sebelumnya atau perusahaan lain”.
Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengetahui apakah telah terjadi
penyimpangan dalam melaksanakan aktifitas operasional perusahaan. Menurut
Wild (2005 : 36) “rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhdap
kondisi yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir.
Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengindikasikan area yang
memerlukan investigasi lebih lanjut”. Dari defenisi ini dapat diketahui bahwa
rasio keuangan dapat dipergunakan untuk mengetahui apakah terdapat
penyimpangan – penyimpangan dengan cara membandingkan rasio keuangan
pada tahun berjalan dengan tahun – tahun sebelumnya.
Rasio keuangan menunjukkan hubungan sistematis dalam bentuk
perbandingan antara perkiraan – perkiraan laporan keuangan. Agar hasil
dibandingkan harus mengarah pada hubungan ekonomis yang penting. Contoh
perbandingan yang tidak dapat diinterpretasikan adalah perbadingan antara beban
perlengkapan dengan harga saham karena beban perlengkapan tidak ada kaitannya
dengan faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut.
Untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka
diperlukan adanya pembanding. Ada dua metode perbandingan rasio keuangan
menurut Syamsuddin (2000 : 39) yaitu:
- Cross-sectional approach
Cross-sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio- rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan.
- Time Series Analysis
Time Series Analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio – rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.
Rasio keuangan merupakan alat utama untuk melakukan analisis keuangan
dan memiliki beberapa kegunaan. Menurut Keomn (2005 ; 108)
Rasio keuangan dapat digunakan untuk menjawab setidaknya empat pertanyaan: bagaimana tingkat likuiditas perusahaan, apakah manajemen efektif dalam menghasilkan laba operasi dalam aktiva yang dimiliki perusahaan, bagaimana perusahaan didanai, apakah pemegang saham biasa mendapat tingkat pengembalian yang cukup.
Terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan ketika melakukan
perhitungan rasio keuangan agar diperoleh hasil perhitungan rasio lebih tepat.
Pertama, untuk beberapa pengecualian, tidak ada ketentuan – ketentuan baku dan cepat untuk komputasi rasio. Kedua, dalam perhitungan banyak rasio, angka – angka laporan laba rugi dibandingkan dengan angka – angka neraca. Karena laporan laba rugi mengacu pada suatu periode waktu dan neraca mengacu pada suatu titik waktu, maka dalam perhitungan rasio – rasio adalah baik untuk menghitung rata – rata untulk angka – angka neraca.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan rasio
keuangan sebagai alat analisis. Hal – hal tersebut akan membantu analisis dalam
menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan
kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin (2000 : 40) mengemukakan beberapa
hal yang harua diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat
analisis.
• Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan, sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama – sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan
• Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan sejenis dan pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio finansial perusahaan A pada tahun 19X0 dengan rasio finansial perusahaan A pada tahun 19X1.
• Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio – rasio yang dihitung juga kurang akurat.
• Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.
2. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Bank Indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu
kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh
setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut
x100%
Komponen modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.
Modal inti yang harus dipertahankan oleh bank terdiri dari modal disetor, agio
saham, modal sumbangan, cadangan umum, cadangan tujuan, saldo laba, laba
tahun lalu, dan laba tahun berjalan. Sedangkan modal pelengkap yang dimaksud
terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva
produktif, modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi.
Capital adequacy ratio memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh
aktiva perusahaan yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga,
tagihan pada perusahaan lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri di samping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar perusahaan.
Aspek permodalan bagi perbankan nasional sangatlah penting dalam
persaingan global. Di samping itu, permodalan bagi bank juga merupakan faktor
penting dalam pengembangan usaha yaitu untuk menampung kerugian. Siswanto
Sutojo (1997: 398) bahwa:
3. Debt to Equity Ratio (DER)
“Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik
jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal
bank sendiri”. (Dendawijaya,2005:121). Menurut Tangkilisan (2003:155),
“perhitungan yang menggunakan hutang jangka pendek maupun jangka panjang
disebut juga dengan istilah struktur keuangan (financial structure)”.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
100%
Semakin besar DER menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak
memanfaatkan hutang dibandingkan dengan ekuitas. Artinya, semakin besar Debt
Equity Rasio mencerminkan solvabilitas perusahaan semakin rendah sehingga
kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya rendah, hal ini berarti bahwa
risiko perusahaan (financial risk) relatif tinggi. Adanya risiko yang tinggi
menyebabkan investasi pada suatu saham akan kurang menarik terutama bagi
investor yang bukan risk taker, akibatnya harga saham akan turun .
4. Pengertian Laba
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Wild (2005 : 25)
mendefinisikan laba sebagai berikut:
penurunan) ekuitas sebelum distribusi kepada dan kontribusi dari pemegang ekuitas.
Terdapat empat elemen utama untuk membentuk laba yaitu pendapatan
(revenue), beban (expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Defenisi dari
elemen – elemen laba tersebut telah dikemukakan oleh Financial Accounting
Standard Board dalam Stice(2004 : 230).
a. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.
b. Beban (expense) adalah arus keluar atau pengunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.
c. Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.
d. Kerugian (loss) adalah penuruan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.
Informasi tentang komponen – komponen laba merupakan hal yang penting
karena kita dapat mengetahui dari mana perusahaan memperoleh labanya.
Informasi tentang komponen – komponen laba akan membantu pemakai laporan
5. Istilah Laba yang Digunakan
a. Laba kotor
Menurut Wild (2005 : 120) laba kotor merupakan ”pendapatan dikurangi
harga pokok penjualan”. Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak
dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa
tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan
tersenut untuk bertahan.
b. Laba operasi
Menurut Stice(2004 : 243) ” laba operasi mengukur kinerja operasi bisnis
fundamental yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan didapat dari laba
kotor dikurangi beban operasi”. Laba operasi menunjukkan seberapa
efisien dan efektif perusahaan melakukan aktivitas operasinya.
c. Laba sebelum pajak
Laba sebelum pajak menurut Wild (2005 : 25) merupakan ”laba dari
operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak penghasilan”.
d. Laba dari operasi berjalan
Laba dari operasi berjalan menurut Wild (2005 : 25) merupakan ”laba dari
bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak”.
e. Laba bersih
Laba atau rugi bersih menurut Stice (2004 : 258) adalah ”laba atau rugi
operasi berkelanjutan dikombinasikan dengan hasil operasi yang
akuntansi, memberi pemakai laporan ikhtisar pengukuran kinerja
perusahaan untuk periode berjalan”.
6. Pengertian Pertumbuhan Laba
Laba merupakan tujuan akhir semua perusahaan. Namun, perhitungan laba
untuk suatu waktu tertentu hanya dapat mewakili tepat atau layak saja, karena
perhitungan yang tetap baru dapat terjadi jika perusahaan mengakhiri kegiatan
usahanya, serta menjual seluruh aktiva yang dimilikinya. Dengan
mengindikasikan ’X’ sebagai laba satu tahun, dan ’n’ sebagai periode dari suatu
tahun, maka tingkat pertumbuhan laba dapat dihitung dengan rumus:
100
%
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004: 18) yang diterbitkan oleh
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dijelaskan bahwa :
”Definisi penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa, dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa. Keuntungan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian pada hakikatnya tidak berbeda dengan pendapatan. Oleh karena itu, pos tersebut tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka dasar ini”.
Harnanto (1994: 431) mengatakan bahwa: ”Analisa terhadap laba perlu
dilakukan secara mendalam dalam tata laporan laba rugi, yang meliputi beberapa
akhir”. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa analisa yang mencakup
beberapa periode tahun buku dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba normal.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian di bidang perbankan sudah sering dilakukan. Luri Lidia Rahayu
mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Tingkat Capital Adequacy Ratio
dan Pendapatan Operasional terhadap Tingkat Pertumbuhan Laba Operasional
Perbankan, menggunakan metode Analis Regresi Berganda, Uji t, dan Korelasi
Parsial Sederhana, dengan hasil Tingkat Kecukupan Modal dan Pendapatan
Operasional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat Pertumbuhan
Laba. Sedangkan R. Arif Ginanjar melakukan penelitian dengan judul Pengaruh
Tingkat Kecukupan Modal terhadap Profitabilitas Bank (Penelitian pada Bank –
Bank Go Public yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta). Menggunakan metode
Regresi Linear Sederhana dan Uji t. Hasil penelitiannya adalah CAR mempunyai
pengaruh sebesar 16,81% terhadap tingkat profitabilitas Bank. Lain pula pada
Rikky Gusmanto, dengan judul Pengaruh Loan to Deposit Ratio dan Capital
Adequacy Ratio terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Menggunakan metode Analisis Regresi
Berganda, Uji t dan Uji f. Hasil penelitian adalah LDR dan CAR tidak memiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan Laba. Adapun ringkasan penelitian terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel
C. Kerangka Konseptual
H1
H1
H1
H2
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor–faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu (Erlina dan Mulyani,2007:28).
Rasio kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam
rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian serta mencerminkan
kesehatan bank yang bertujuan untuk menjaga kepercayaan masyarakat kepada
perbankan dan melindungi dana masyarakat pada bank yang bersangkutan.
Dana yang terhimpun akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dengan memperoleh laba berupa pendapatan bunga. Dengan tingkat CAR
(X1)
DER (X2)
laba inilah bank dapat meningkatkan struktur permodalan yang kuat sehingga
dapat memciptakan pencapaian laba yang besar, yang secara langsung dapat
meningkatkan pertumbuhan laba perusahaan.
“Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik
jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal
bank sendiri”. (Dendawijaya,2005:121). Semakin tinggi DER maka modal yang
digunakan untuk menutupi hutang perusahaan akan semakin besar dan secara
tidak langsung akan mengurangi jumlah modal yang akan digunakan untuk kredit
yang nantinya akan mengurangi laba.
Adapun menurut penulis, Capital Adequacy Ratio dan Debt to Equity
Ratio memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba. Karena semakin besar
modal yang tersedia maka sewajarnya laba yang dihasilkan akan menjadi semakin
besar pula. Sebaliknya dengan DER, semakin kecil rasio Utang di dalam Modal,
maka semakin besar pula Laba yang akan dihasilkan.
Variabel Rumus
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas
suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis.
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis
penelitian ini adalah:
H1 : Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba.
H2 : Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan kausal atau hubungan sebab akibat,
yang berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya dan bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya
(Umar, 2001:63).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
“Populasi adalah wiayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. (Sugiyono,2006:55). Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi jumlah perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 33 perusahaan
(Indonesia Capital Market Directory, 2008).
Masalah dalam regresi berganda cross-sectional diatasi dengan membatasi
populasi penelitian pada industri tertentu. Dalam hal ini peneliti memilih
perusahaan publik yang bergerak diindustri perbankan dengan pertimbangan
banyaknya sampel yang dapat diperoleh dan keandalan laporan keuangan yang
Tabel 3.1
Daftar Populasi Bank
No Kode Nama Emiten
1 AGRO Bank Agroniaga Tbk.
2 ANKB Bank Arta Niaga Kencana Tbk. 3 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk.
4 BBKP Bank Bukopin Tbk.
5 BNBA Bank Bumi Arta Tbk.
6 BABP Bank Bumiputera Tbk. 7 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 8 BBCA Bank Central Asia Tbk.
9 BCIC Bank Century Tbk.
10 BDMN Bank Danamon Tbk.
11 BDPC Bank Danpac Tbk.
12 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk. 13 BEKS Bank Eksekutif Internasional Tbk. 14 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk. 15 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk.
16 BKSW Bank Kesawan Tbk.
17 LPBN Bank Lippo Tbk. 18 BMRI Bank Mandiri Tbk.
19 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk.
20 MEGA Bank Mega Tbk.
21 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk.
22 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk.
23 NISP Bank OCBC NISP Tbk.
24 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 25 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk.
26 BNLI Bank Permata Tbk. 27 BNPK Bank Pikko Tbk.
28 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 29 BSWD Bank Swadesi Tbk.
30 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.
31 BBIA Bank UOB BuanaTbk.
32 BVIC Bank Victoria International Tbk.
33 MCOR Bank Windu Kentjana Internasional Tbk.
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili
penelitian. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling,
2004:79). Adapun kriteria yang menjadi pertimbangan penulis dalam pengambilan
sampel adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan – perusahaan go public yang masih terdaftar di BEI pada tahun
2005 sampai dengan tahun 2008,
2. Perusahaan tersebut memberikan laporan keuangan yang lengkap dan
audited kepada BEI selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2008,
3. Perusahaan tersebut menghasilkan laba setiap tahunnya.
Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh banyaknya sampel yaitu 16
perusahaan yang diperlihatkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.2
Sampel Perusahaan Perbankan
No Kode Nama Emiten
1 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 2 BBCA Bank Central Asia Tbk.
3 BDMN Bank Danamon Tbk.
4 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk.
5 BKSW Bank Kesawan Tbk.
6 BMRI Bank Mandiri Tbk.
7 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk.
8 MEGA Bank Mega Tbk.
9 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk.
10 NISP Bank OCBC NISP Tbk.
11 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 12 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk.
13 BNLI Bank Permata Tbk.
14 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 15 BSWD Bank Swadesi Tbk.
C. Jenis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang
diukur dalam suatu skala numerik (Kuncoro, 2003:124) dan merupakan data
sekunder, yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
penelitian (Hadi, 2006:41).
Data sekunder tersebut diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory
2008, website Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan berupa:
1. informasi mengenai laba bersih perusahaan,
2. informasi mengenai neraca perusahaan,
3. informasi mengenai pertumbuhan laba.
Data yang diperoleh adalah kombinasi antara data time series dan data
cross-section. Data time-series adalah data yang secara kronologis disusun menurut
waktu pada suatu variabel tertentu dan data cross-section yaitu data yang
dikumpulkan pada suatu titik tertentu (Kuncoro, 2003:125) yang disebut dengan
pooling data atau combined model.
D. Variabel Penelitian 1. Klasifikasi Variabel
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel lainnya. Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity
b. Variabel terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel ynag
dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel terikat dalam penilitian ini
adalah pertumbuhan laba.
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan penjelasan-penjelasan variabel yang telah
dipilih. Definisi operasional pada penelitian ini adalah:
a. Variabel Bebas (independen =X)
1) Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital adequacy ratio dihitung dengan membandingkan total kewajiban
penyediaan modal minimum dengan aktiva tertimbang menurut risiko,
yang dapat dihitung dengan menggunakan formula:
100%
2) Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio dihitung dengan perbandingan antara jumlah hutang
dengan jumlah equity, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
b. Variabel Terikat (Dependent =Y)
Dalam penelitian ini, yang menjadi variable terikat adalah pertumbuhan
laba. Pertumbuhan laba merupakan selisih antara laba satu tahun dengan
laba tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini dinyatakan dalam persen.
Tingkat pertumbuhan laba dapat dihitung dengan rumus:
1
x
100
%
X
X
X
n n
n+
−
dimana ’X’ diindikasikan sebagai laba satu tahun, dan ’n’ diindikasikan
E. Prosedur Pengambilan Data
Jenis data yang digunakan berupa data sekunder yaitu data yang diperoleh
dalam bentuk yang sudah jadi dan tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut
seperti laporan keuangan tahunan. Data yang diperoleh dengan cara
mendapatkannya dari luar perusahaan disebut data eksternal (Umar, 2001: 70).
Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap, tahap
pertama dilakukan melalui studi pustaka, yakni jurnal akuntansi dan buku-buku
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Pada tahap kedua, pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari media
internet dengan mendownload melaui situs
mengenai laporan keuangan yang telah dipublikasikan.
F. Metode dan Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik
dengan menggunakan software SPSS 16. Sebelum data dianalisis, maka untuk
keperluan analisis data tersebut terlebuh dahulu dilakukan uji asumsi klasik.
1. Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas data, uji
multikolonieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau nilai
jumlah sampel kecil (Ghozali, 2005:110). Menurut Ghozali (2005:110), ”cara
untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak ada dua, yaitu
analisis grafik dan analisis statistik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram
dari residualnya”. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1) jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas,
2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
”Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah
uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh Ghozali
(2005:115). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:
Ho : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
Bila signifikansi >0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan Ho
diterima, sebaliknya bila nilai signifikan <0,05 berarti distribusi data tidak normal
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan korelasi antar variabel bebas. Pengujian ini dapat dilihat dari nilai VIF
dan korelasi di antara variablel bebas. Jika terjadi korelasi di antara variabel
bebas lebih besar dari 0,9 berarti terjadi masalah multikolinieritas. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya (Ghozali,
2005: 91).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Menurut Erlina (2007:108) “jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sebaliknya jika
varians berbeda, maka disebut heterokedasitas”. Ada tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan melihat grafik Scaterplot antar nilai prediksi variabel
independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk
menentukan heteroskedastisitas, antara lain:
1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,
2) jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi
d. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear
ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari
autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya
time series. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah
dalam autokorelasi di antaranya adalah dengan Uji Durbin Watson pada buku
stastistik relevan. Namun, secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut:
1. angka D-W di bawah –2 berarti ada autokorelasi positif,
2. angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,
3. angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
2. Uji Hipotesis
Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linear berganda,
dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana:
Y = Variable dependen (Pertumbuhan Laba = PL)
a = Konstanta
X1 = Variabel independen 1 (CAR)
X2 = Variabel independen 2 (DER)
b1, b 2, b 3 = Koefisien regresi CAR, DER
Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji F dan Uji t.
a. Uji F
Uji ini dilakukan untuk menilai pengaruh variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesa yang akan diuji
adalah sebagai berikut :
H0 : b1=b2=0, artinya tidak semua variabel independen berpengaruh
simultan.
Ha : b1≠b2≠0, artinya semua variabel independen berpengaruh secara
simultan.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F-hitung dengan
F-tabel dengan ketentuan :
Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak.
b. Uji t
Uji t (t-test) digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hipotesa
yang akan diuji adalah sebagai berikut :
H0 : b1=b2=0, artinya tidak semua variabel independen berpengaruh
parsial.
Ha : b1≠b2≠0, artinya semua variabel independen berpengaruh secara
parsial.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel dengan
Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data
dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft excel, selanjutnya
dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi berganda.
Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan
software SPSS versi 16. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel
penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai
metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan, didapat 16 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel
Tabel 4.1
Sampel Perusahaan Perbankan
No Kode Nama Emiten
1 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 2 BBCA Bank Central Asia Tbk.
3 BDMN Bank Danamon Tbk.
4 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk.
5 BKSW Bank Kesawan Tbk.
6 BMRI Bank Mandiri Tbk.
7 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk.
8 MEGA Bank Mega Tbk.
9 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk.
10 NISP Bank OCBC NISP Tbk.
11 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 12 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk.
13 BNLI Bank Permata Tbk.
14 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 15 BSWD Bank Swadesi Tbk.
16 BVIC Bank Victoria International Tbk. Sumber : Data yang diolah penulis, 2011.
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif
Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang diperoleh dari www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory
berupa data keuangan sampel perusahaan perbankan dari tahun 2006 sampai tahun
2008 yang dijabarkan dalam bentuk statistik.
Variabel dari penelitian ini terdiri dari Capital Adequacy Ratio dan Debt to
Equity Ratio sebagai variabel bebas (independent variable) dan Pertumbuhan
Laba (Laba) sebagai variabel terikat (dependent variable). Statistik deskriptif dari
variabel tersebut dari sampel perusahaan perbankan selama periode 2006 sampai
dengan tahun 2008 disajikan dalam tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel-Variabel
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CAR 48 .0937 .3327 .177417 .0534702
DER 48 3.7520 19.0413 9.874269 3.1313976
PrtmbhnLaba 48 -.9478 2.3607 .218973 .5481315
Valid N (listwise) 48
Sumber : Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2011.
Dari tabel 4.2 dijelaskan bahwa :
1. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki nilai minimum 0,0937
dan nilai maksimum 0,3327. Nilai rata-rata CAR 0,177417 dengan standar
deviasi 0,0534702.
2. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) memiliki nilai minimum 3,7520 dan
nilai maksimum 19,0413. Nilai rata-rata DER 9,874269 dengan standar
deviasi 3,1313976.
3. Variabel Pertumbuhan Laba (Laba) memiliki nilai minimum -0.9478 dan
nilai maksimum 2,3607. Nilai rata-rata Laba 0,218973 dengan standar
deviasi 0,5481315.
4. Observasi berjumlah 48
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
diketahui bahwa uji-t dan uji-F mengasumsikan bahwa residual mengikuti
distribusi normal.
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu
analisis grafik, yang terdiri dari histogram dan normal probability plot, serta
analisis statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Hasil uji grafik dalam penelitian ini menunjukkan distribusi residual yang
relatif normal, hal ini dapat ditunjukkan oleh grafik histogram yang tidak
menceng ke kiri atau ke kanan. Selain itu, normal probability plot menunjukkan
pola titik-titik yang menyebar mendekati dan searah garis diagonal grafik, hal ini
mengindikasikan data sudah relatif normal.
Gambar 4.1
Uji Normalitas dengan Histogram
Gambar 4.2
Uji Normalitas dengan Plot
Sumber : Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2011.
Untuk memastikan lebih akuratnya prediksi asumsi normalitas, maka
selain uji grafik, dilakukan juga uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini mensyaratkan
nilai signifikansi residual lebih besar dari 0,005 agar suatu distribusi residual
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 48
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .62141428
Most Extreme Differences Absolute .191
Positive .191
Negative -.116
Kolmogorov-Smirnov Z 1.326
Asymp. Sig. (2-tailed) .059
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2011.
Dari tabel diatas, besarnya Kolmogorv-Smirnov (K-S) adalah 1,326 dan
signifikansi pada 0,059 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model
regresi telah terdistribusi secara normal, dimana nilai signifikansinya lebih dari
0,005 (p=0,059 > 0,005). Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat
dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya.
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Akibat dari terjadinya korelasi antar variabel bebas ini adalah
koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standart error bagi setiap
koefisien menjadi tidak terhingga. Hasil uji multikolinearitas disajikan dalam
tabel 4.4 dan tabel 4.5.
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas (1)
Model CAR DER
1 Correlations CAR 1.000 .767
DER .767 1.000
Covariances CAR .002 .073
DER .073 5.605
a. Dependent Variable: Laba
Sumber : Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2011.
Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas (2)
Coefficientsa
a. Dependent Variable: Laba
Sumber : Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2011.
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil besaran korelasi antar variabel
bebas masih di bawah 95 %, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
Hasil perhitungan nilai tolerance pada tabel 4.5 menunjukkan tidak ada
variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 yang berarti
tidak terjadi korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%.
Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal
yang sama, tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas
antar variabel independen dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali, 2005: 105). Untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas, dapat dilihat dari grafik scatterplot antara nilai prediksi
variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu
seperti titik-titik yang teratur, maka telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya
jika tidak ada pola yan gjelas serta titik-titik yang menyebar, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Hasil dari Uji Heteroskedastisitas dapat ditunjukkan dalam grafik
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil olah data statistik, 2010
Suatu regresi dikatakan terdeteksi heteroskedastisitas apabila diagram
pencar residual membentuk pola tertentu. Tampak pada pola output di atas,
diagram pencar residual tidak membentuk pola tertentu serta titik-titik menyebar
di atas dan di bawah angka 0 baik pada sumbu Y maupun sumbu X.
Kesimpulannya adalah bahwa regresi terbebas dari kasus heteroskedastisitas dan
d. Uji Autokorelasi
Ghozali (2005:95) menyatakan bahwa :
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya.
Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson (D-W) dengan ketentuan sebagai berikut :
1) angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,
2) angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,
3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .101a .010 -.034 .5572947 2.269
a. Predictors: (Constant), CAR, DER
b. Dependent Variable: Laba
Sumber : Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2011.
Tabel 4.7 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 2,269. Angka ini
terletak di atas +2, dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
3. Pengujian Hipotesis
Melalui hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa bahwa model
regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang
Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dan layak dilakukan analisis regresi.
Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 16, maka diperoleh
hasil sebagai berikut:
a. Persamaan Regresi
Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan
beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen, melalui pengaruh CAR dan DER terhadap Laba. Hasil regresi
dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.7 Analisis Hasil Regresi
Coefficientsa
a. Dependent Variable: Laba
Berdasarkan tabel 4.7, didapat persamaan regresi sebagai beikut:
Y = 0,505 - 0,376 CAR – 0,022 DER + ε
Keterangan :
1) konstanta sebesar 0,505 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel
independen (CAR = DER = 0) maka Pertumbuhan Laba sebesar 0,505.
2) b1 sebesar -0,376 menunjukkan bahwa setiap penambahan Capital
Adequacy Ratio sebesar 1% akan diikuti oleh penurunan Pertumbuhan
Laba sebesar 0,376 dengan asumsi variabel lain tetap.
3) b2 sebesar -0.022 menunjukkan bahwa setiap penambahan Debt to Equity
Ratio sebesar 1% akan diikuti oleh penurunan Pertumbuhan Laba sebesar
0.022 dengan asumsi variabel lain tetap.
b. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau
hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen.
Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0.5 dan
mendekati 1.
Koefisien determinasi (R square) menunjukkan seberapa besar variabel
independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah nol sampai
dengan satu. Apabila nilai R square semakin mendekati satu, maka
memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R square,
maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen semakin terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan yaitu
nilai R square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel independen
meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Tabel 4.8
Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .101a .010 -.034 .5572947 2.269
a. Predictors: (Constant), CAR, DER
b. Dependent Variable: Laba
Sumber : Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2011.
Dari hasil pengolahan regresi berganda pada tabel 4.6, dapat diketahui
bahwa nilai R adalah 0,101 atau 10,1 %. Nilai R pada intinya mengukur seberapa
besar hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Sedangkan
nilai R Square (R2= koefisien determinasi) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai R Square (R2)
berada di antara 0 dan 1. Nilai R2yang kecil berarti kemampuan variabel
independen dalam menerangkan variasi variabel dependen sangat terbatas.
Nilai R-square dari output di atas adalah sebesar 0,010. ini berarti bahwa
variasi dari variabel independen yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio dan
(Pertumbuhan Laba) sebesar 1 %. Selebihnya dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam model regresi.
c. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi
berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan
menggunakan uji t (t test) dan uji F (F test).
1) Uji t (t Test)
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel
independennya. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS versi 16, diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.9
a. Dependent Variable: Laba
Sumber : Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2011.
a. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba
H0 : CAR = 0, artinya variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak
berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (Laba).
Ha : CAR ≠ 0, artinya variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (Laba).
Kriteria :
H0 diterima jika t hitung < t tabel untuk α = 5% atau signifikansi > 0,05
Ha diterima jika t hitung > t tabel untuk α = 5% atau signifikansi < 0,05
Nilai t hitung untuk variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)
sebesar -0,159, dan t tabel untuk df = N-5 dan α = 5% diketahui sebesar
2,016692173. Dengan demikian, nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel (-0,159
< 2,016692173). Dengan melihat nilai signifikansi CAR, hasil hipotesis
menunjukkan hasil dimana nilai signifikansi sebesar 0,875 lebih besar dari 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio secara individu
(parsial) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba.
b. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Pertumbuhan Laba (Laba)
diuji dengan menggunakan hipotesis berikut:
H0 : DER = 0, artinya variabel Debt to Equity Ratio (DER) tidak
berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (Laba).
Ha : DER ≠ 0, artinya variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (Laba).
Kriteria:
H0 diterima jika t hitung < t tabel untuk α = 5% atau signifikansi > 0,05
Nilai t hitung untuk variabel Debt to Equity Ratio (DER) sebesar -0,549,
dan t tabel untuk df = N-5 dan α = 5% diketahui sebesar 2,016692173. Dengan
demikian, nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel (-0,549 < 2,016692173).
Dengan melihat nilai signifikansi DER, hasil hipotesis menunjukkan hasil dimana
nilai signifikansi sebesar 0,586 lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa Debt to Equity Ratio secara individu (parsial) tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba.
2) Uji F (F Test)
Untuk melihat pengaruh Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio,
Operating Cost Ratio, dan Loan to Deposit Ratio terhadap Pertumbuhan Laba
secara simultan dapat dihitung dengan menggunakan F test. Berdasarkan hasil
pengolahan data dengan program SPSS 16, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.10 Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .145 2 .073 .234 .793a
Residual 13.976 45 .311
Total 14.121 47
a. Predictors: (Constant), CAR, DER
b. Dependent Variable: Laba
Sumber: Diolah oleh penulis dengan SPSS, 2011.
Untuk memprediksi pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap
variabel terikat secara simultan, digunakan hipotesis sebagai berikut:
H0 : CAR = DER = 0, artinya variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) dan
Debt to Equity Ratio (DER) secara bersama-sama (simultan) tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Laba (Laba).
Ha : CAR = DER ≠ 0, artinya variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) dan
Debt to Equity Ratio (DER) secara bersama-sama (simultan) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Laba (Laba).
Dengan kriteria:
H0 diterima jika f hitung < f tabel untuk α = 5%
Ha diterima jika f hitung > f tabel untuk α = 5%
Dari uji ANOVA atau F test, diperoleh F hitung sebesar 0,234 dengan
tingkat signifikansi 0,793, sedangkan F tabel sebesar 2,588836146 dengan
signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Capital
Adequacy Ratio dan Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh secara simultan dan
signifikan terhadap Pertumbuhan Laba karena F hitung < F tabel (0,234 <