• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Persepsi Wisatawan yang Berkunjung Ke Pulau Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Persepsi Wisatawan yang Berkunjung Ke Pulau Samosir"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISIS PERSEPSI WISATAWAN YANG

BERKUNJUNG KE PULAU SAMOSIR

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SHANTY

077018021/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PERSEPSI WISATAWAN YANG BERKUNJUNG KE PULAU SAMOSIR

Nama Mahasiswa : Shanty

Nomor Pokok : 077018021

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Kasyful Mahalli, SE, M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Sya’ad Afifuddin, M.Ec) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 11 Februari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, M.Si

Anggota : 1. Kasyful Mahalli, SE, M.Si

2. Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin M.Ec

3. Dr. Rahmanta Ginting, M.Si

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Analisis Persepsi

Wisatawan yang Berkunjung Ke Pulau Samosir”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, Februari 2011 Yang Membuat Pernyataan

(6)

ANALISIS PERSEPSI WISATAWAN YANG BERKUNJUNG KE PULAU SAMOSIR

ABSTRAK

Pariwisata adalah salah satu industri sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. Industri pariwisata diharapkan merupakan penggerak utama di abad ini di setiap negara bahkan di Indonesia, terutama Pulau Samosir yang memiliki banyak obyek dan daya tarik wisata (ODTW). Ada banyak persepsi wisatawan mengenai Pulau Samosir. Ini dilihat dari akomodasi hotel, restoran, aksesibilitas jalan, obyek dan daya tarik Wisata (ODTW) dan alat transportasi.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengambil sampel sebanyak 45 orang wisatawan mancanegara dan 45 orang wisatawan nusantara di mana kuesioner disebar di 3 kecamatan utama di Pulau Samosir yaitu Simanindo, Pangururan dan Onan Runggu.

Hasil penelitian mengatakan akomodasi Hotel yang sudah cukup memadai dinilai menjadi daya tarik yang penting bagi peningkatan jumlah wisatawan ke Pulau Samosir. Restoran dinilai sudah cukup memadai dengan menyediakan berbagai masakan tradisional dan internasional. Bahwa kurang bagusnya kondisi aksesibilitas jalan menyebabkan masih banyaknya tempat-tempat ODTW yang belum bisa dikunjungi oleh para wisatawan, sehingga masih banyak wisatawan yang belum mengetahui mengenai ODTW yang menarik di Pulau Samosir. Banyaknya ODTW yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan merupakan faktor terpenting untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang datang untuk melakukan berbagai kegiatan wisata baik itu wisata alam seperti di Pangururan terdapat Pasir Putih Parbaba yang dinilai sangat bagus, wisata sejarah seperti batu persidangan di Siallagan. Untuk melengkapi keseluruhan variabel diperlukan alat transportasi yang dapat mendukung semua itu. Wisatawan banyak berpendapat bahwa alat transportasi di Pulau Samosir masih sangat belum mencukupi, apalagi untuk menuju ke tempat-tempat wisata, sehingga tidak jarang wisatawan menggunakan alat transportasi sewaan berupa sepeda.

(7)

ANALYZE OF TOURIST PERCEPTION INTERESTING TO ISLAND OF SAMOSIR

ABSTRACT

Tourism is one industry that the service sector's fastest growth rates in the world today. The tourism industry is expected to be the prime mover in this centuries in every country even in Indonesia, especially Samosir Island has many objects and Attractions. There are many perceptions of tourists on the island of Samosir. This is seen from accommodation hotel, restaurants, access roads, object and tourist attractions also transportation.

This research is a qualitative study that takes a sample of 45 foreign tourists and domestic tourists in which 45 people questionnaires distributed in 3 main districts on the island of Samosir is Simanindo, Pangururan and Onan Runggu.

Research suggests that lack of good road accessibility condition causes many object and tourist attraction that can not be visited by the tourists. So many tourists who do not know about the object and an interesting tourist attraction on the island of Samosir. Accommodation Hotel that is a reasonable accommodation is considered to be an important attraction for an increasing number of tourists to the island of Samosir. Restaurant is considered to be quite adequate to provide a variety of traditional and international cuisine. Number of objects and attractions that can be visited by the tourists as an important factor to increase the number of tourist who come to perform various activities of both natural tourist attractions such as White Sands Parbaba Pangururan is considered to be very good, like a rock history tour in Siallagan trial. To support all the variable needs of transportation. Many of the tourists argue that the transportation on the Samosir Island is still not sufficient, let alone to go to tourist places, so it is not rare by foreign tourists and domestic tourists using rented such as a bicycle.

Keywords: Tourist perception, Hotel, Restaurant, Road Acessibility, Object and Tourist Attraction.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat Kasih dan

Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul Analisis Persepsi

Wisatawan yang Berkunjung Ke Pulau Samosir”. Penyusunan tesis ini merupakan

tugas akhir untuk mencapai derajat Strata Dua (S2) pada Magister Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini penulis mengalami berbagai macam kesulitan dan

kendala, namun penulis menyadari tugas ini dapat diselesaikan atas bantuan moril

maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifudin, M.Ec selaku Ketua Program Studi Magister

Ekonomi Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan

kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

4. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan

penulisan untuk menyusun tesis ini.

5. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan

penulisan untuk menyusun tesis ini.

6. Bapak Dr. Rahmanta Ginting selaku Dosen Pembanding yang telah banyak

(9)

7. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya, M.Si selaku Dosen Pembanding yang telah

banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya

tesis ini.

8. Bapak dan Ibu para dosen serta seluruh pegawai pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara atas ilmu dan bantuan yang diberikan.

9. Rekan-rekan pengelola Sekretariat Program Ekonomi Studi Pembangunan

yang telah banyak membantu administrasi penelitian ini.

10.Kedua orang tua tercinta, Bapak H. Wilson Hariandja dan Mama Rolida

Simangunsong yang telah banyak memberikan dukungan, doa, cinta dan kasih

sayang serta bantuan materil kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

Sekolah Pascasarjana ini.

11.Putra terkasih dan tersayang, Baginda Martin Exaudi Simbolon dan Brian

Aditya Simbolon, terima kasih anak-anakku atas kesabaran kalian dan

maafkan mama bila tak selalu berada disisi kalian.

12.Suamiku, Anthonius Simbolon, terima kasih atas dukungan dan doa hingga

mama dapat menyelesaikan sekolah ini.

13.Keluarga Besar Op. Benedictus Simbolon, terima kasih atas doa dan

dukungan yang diberikan kepada penulis, hingga dapat menyelesaikan

Sekolah Pascasarjana ini.

14.Pimpinan dan rekan-rekan kerja di Pemerintah Kabupaten Samosir, terima

kasih atas dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Sekolah

Pascasarjana ini.

15.Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan saran-saran

yang berarti bagi penulis serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan saran maupun

perhatiannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan berkat-Nya atas segala

perhatian dan bantuan yang telah diberikan. Akhirnya penulis menyadari dengan

(10)

kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

konstruktif demi kesempurnaan tesis ini, dan semoga dapat bermanfaat bagi

penulis serta berbagai pihak yang memerlukan.

Medan, Februari 2011

(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Shanty

2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 01 September 1981

3. Alamat : Jl. Lumban Lintong Pangururan

4. Agama : Katholik

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Pekerjaan : PNS

7. Status : Menikah

8. No.Telepon/HP : 081263089303

9. Pendidikan :

a. Lulus SD Negeri Pondok Cempaka I Jatiwaringin tahun 1993

b. Lulus SMP Negeri 135 Jakarta Timur tahun 1996

c. Lulus SMU Katholik Santo Alexius Jakarta Timur tahun 1999

d. Lulus Universitas Sahid Jakarta tahun 2004

10.Riwayat Pekerjaan :

(12)

DAFTAR ISI

2.1.1 Hubungan Pariwisata dan Kebudayaan ... 13

2.2 Perencanaan Wisata... 15

2.2.1 Etika Perencanaan Suatu Kawasan Wisata ... 15

2.2.2 Pariwisata Berkelanjutan ... 17

2.2.3 Jenis-jenis Pariwisata ... 17

2.2.4 Topologi Wisatawan ... 21

2.2.5 Ekologi Pariwisata ... 22

2.2.6 Kajian Ekonomi Pariwisata ... 24

2.2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata .. 26

2.2.8 Motivasi Berwisata ... 28

2.2.9 Faktor-faktor Pendorong dan Penarik ... 29

2.3 Objek Wisata ... 30

2.3.1 Objek Wisata Alam ... 30

2.3.2 Pengembangan Objek Wisata ... 31

2.3.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengembangan Objek Wisata ... 31

2.3.4 Prasarana dan Sarana ... 31

2.4 Penelitian Terdahulu ... 33

(13)

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 36

3.2 Lokasi Penelitian ... 36

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 36

3.4 Populasi dan Sampel ... 37

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 38

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.7 Metode Analisis... 40

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Karakteristik Responden ... 41

4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 41

4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 42

4.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

4.2 Indikator Penyediaan Fasilitas ... 43

4.2.1 Indikator Objek Wisata ... 53

4.5.2 Peningkatan Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Samosir .... 82

4.5.3 Peningkatan Jumlah Fasilitas Pendukung ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

5.1 Kesimpulan... 85

5.2 Saran ... 86

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Total Kunjungan Wisatawan Ke Indonesia 2006-2009 ... 3

3.1 Pembagian Lembar Kuesioner ... 37

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 41

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 42

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

4.4 Jenis Transportasi di Kabupaten Samosir Tahun 2008 – 2010 ... 56

4.5 Data Jalan dan Kondisi Jalan Menurut Kecamatan di Kabupaten Samosir ... 58

4.6 Klasifikasi Hotel di Pulau Samosir ... 59

4.7 Preferensi Pilihan Hotel Menurut Wisman dan Wisnus di Pulau Samosir ... 62

4.8 Preferensi Berdasarkan Tarif Hotel Menurut Wisman dan Wisnus. 64 4.9 Preferensi Pilihan Restoran Menurut Wisman dan Wisnus di Pulau Samosir. ... 66

4.10 Preferensi Wisman dan Wisnus Mengenai Jenis Masakan yang Lebih Disukai ... 67

4.11 Preferensi Pilihan Wisman dan Wisnus Mengenai Jenis Angkutan 69 4.12 Tanggapan Wisman dan Wisnus Mengenai Tingkat Kemahalan Tarif Transportasi di Pulau Samosir ... 71

4.13 Tanggapan Wisman dan Wisnus Mengenai Aksesibilitas yang Harus Diperbaiki ... 72

4.14 Tanggapan Wisman dan Wisnus Mengenai Aksesibilitas Jalan Menuju ODTW di Pulau Samosir ... 74

4.15 Preferensi Pilihan ODTW di Kecamatan Simanindo Menurut WISMAN dan WISNUS ... 75

(15)

4.17 Preferensi Pilihan ODTW di Kecamatan Onan Runggu Menurut

Wisman dan Wisnus ... 77

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Peta Pariwisata Kabupaten Samosir... 7

2.1 Kerangka Pemikiran Persepsi Wisatawan ke Pulau Samosir ... 35

4.1 Tanggapan WISMAN Mengenai Transportasi Menuju Obyek Wisata di Pulau Samosir ... 44

4.2 Tanggapan WISNUS Mengenai Transportasi Menuju Obyek Wisata di Pulau Samosir ... 45

4.3 Tanggapan WISMAN Mengenai Aksesibilitas Jalan Menuju ODTW di Pulau Samosir ... 46

4.4 Tanggapan WISNUS Mengenai Aksesibilitas Jalan Menuju ODTW di Pulau Samosir ... 47

4.5 Tanggapan WISMAN Mengenai Waktu Tempuh Menuju Lokasi ODTW di Pulau Samosir ... 48

4.6 Tanggapan WISNUS Mengenai Waktu Tempuh Menuju Lokasi ODTW di Pulau Samosir ... 49

4.7 Tanggapan WISMAN Mengenai Jumlah Hotel dan Penginapan di Pulau Samosir ... 50

4.8 Jumlah Hotel dan Penginapan di Pulau Samosir Menurut Wisatawan Nusantara... 51

4.9 Tanggapan Wisman Mengenai Tarif Hotel dan Penginapan di Pulau Samosir ... 52

4.10 Tanggapan Wisnus Mengenai Kesesuaian Tarif Hotel dan Penginapan di Pulau Samosir... 53

4.11 Tanggapan Wisman Mengenai ODTW di Pulau Samosir ... 54

4.12 Tanggapan Wisman Mengenai ODTW di Pulau Samosir ... 55

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

I Lembar Kuesioner Penelitian ... 89

II Daftar Hotel dan Akomodasi yang Memiliki Izin ... 96

III Daftar Restoran/Rumah Makan di Kabupaten Samosir ... 99

(18)

ANALISIS PERSEPSI WISATAWAN YANG BERKUNJUNG KE PULAU SAMOSIR

ABSTRAK

Pariwisata adalah salah satu industri sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. Industri pariwisata diharapkan merupakan penggerak utama di abad ini di setiap negara bahkan di Indonesia, terutama Pulau Samosir yang memiliki banyak obyek dan daya tarik wisata (ODTW). Ada banyak persepsi wisatawan mengenai Pulau Samosir. Ini dilihat dari akomodasi hotel, restoran, aksesibilitas jalan, obyek dan daya tarik Wisata (ODTW) dan alat transportasi.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengambil sampel sebanyak 45 orang wisatawan mancanegara dan 45 orang wisatawan nusantara di mana kuesioner disebar di 3 kecamatan utama di Pulau Samosir yaitu Simanindo, Pangururan dan Onan Runggu.

Hasil penelitian mengatakan akomodasi Hotel yang sudah cukup memadai dinilai menjadi daya tarik yang penting bagi peningkatan jumlah wisatawan ke Pulau Samosir. Restoran dinilai sudah cukup memadai dengan menyediakan berbagai masakan tradisional dan internasional. Bahwa kurang bagusnya kondisi aksesibilitas jalan menyebabkan masih banyaknya tempat-tempat ODTW yang belum bisa dikunjungi oleh para wisatawan, sehingga masih banyak wisatawan yang belum mengetahui mengenai ODTW yang menarik di Pulau Samosir. Banyaknya ODTW yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan merupakan faktor terpenting untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang datang untuk melakukan berbagai kegiatan wisata baik itu wisata alam seperti di Pangururan terdapat Pasir Putih Parbaba yang dinilai sangat bagus, wisata sejarah seperti batu persidangan di Siallagan. Untuk melengkapi keseluruhan variabel diperlukan alat transportasi yang dapat mendukung semua itu. Wisatawan banyak berpendapat bahwa alat transportasi di Pulau Samosir masih sangat belum mencukupi, apalagi untuk menuju ke tempat-tempat wisata, sehingga tidak jarang wisatawan menggunakan alat transportasi sewaan berupa sepeda.

(19)

ANALYZE OF TOURIST PERCEPTION INTERESTING TO ISLAND OF SAMOSIR

ABSTRACT

Tourism is one industry that the service sector's fastest growth rates in the world today. The tourism industry is expected to be the prime mover in this centuries in every country even in Indonesia, especially Samosir Island has many objects and Attractions. There are many perceptions of tourists on the island of Samosir. This is seen from accommodation hotel, restaurants, access roads, object and tourist attractions also transportation.

This research is a qualitative study that takes a sample of 45 foreign tourists and domestic tourists in which 45 people questionnaires distributed in 3 main districts on the island of Samosir is Simanindo, Pangururan and Onan Runggu.

Research suggests that lack of good road accessibility condition causes many object and tourist attraction that can not be visited by the tourists. So many tourists who do not know about the object and an interesting tourist attraction on the island of Samosir. Accommodation Hotel that is a reasonable accommodation is considered to be an important attraction for an increasing number of tourists to the island of Samosir. Restaurant is considered to be quite adequate to provide a variety of traditional and international cuisine. Number of objects and attractions that can be visited by the tourists as an important factor to increase the number of tourist who come to perform various activities of both natural tourist attractions such as White Sands Parbaba Pangururan is considered to be very good, like a rock history tour in Siallagan trial. To support all the variable needs of transportation. Many of the tourists argue that the transportation on the Samosir Island is still not sufficient, let alone to go to tourist places, so it is not rare by foreign tourists and domestic tourists using rented such as a bicycle.

Keywords: Tourist perception, Hotel, Restaurant, Road Acessibility, Object and Tourist Attraction.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa

dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. Bersama dengan industri

teknologi dan informasi, industri pariwisata diperkirakan menjadi penggerak utama

perekonomian abad 21. Ini adalah sebuah optimisme.

Perkembangan pariwisata Indonesia tak terlepas dari perkembangan

pariwisata dunia. Dari sanalah optimisme ini tumbuh. Adalah World Tourism

Organization (WTO) yang melontarkan estimasi optimistik dalam WTO’s Tourism

2020 Vision. WTO memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional

di seluruh dunia akan mencapai 1.048.000.000 orang pada tahun 2010. Secara total,

tingkat pertumbuhan kunjungan wisatawan diperkirakan 4,1 persen per tahun. Untuk

wilayah Asia Timur dan Pasifik diperkirakan dapat dicapai pertumbuhan yang lebih

tinggi yaitu 6,5 persen.

Pertumbuhan pariwisata internasional seperti tersebut di atas juga

memberikan dampak positif pada sektor ekonomi. Pertumbuhan dimaksud sudah

tentu juga akan berpengaruh pada perekonomian Indonesia. Namun, untuk bisa

mendapatkan dampak positif pertumbuhan pariwisata internasional tersebut

(21)

kepariwisataan, harus dapat secara sistematis memperkenalkan aset-aset

kepariwisataan Indonesia, termasuk budaya lokal, sumber daya alam dan manusia

demikian juga dalam hal jasa dan barang. Menangani industri pariwisata memang

lebih rumit. Penanganan industri pariwisata melibatkan hampir semua sektor ekonomi

(multi sektor) baik yang tergolong tourism characteristic industry seperti hotel dan

restoran maupun tourism connected industry yaitu industri yang sepintas tak

berkaitan dengan industri pariwisata namun sebagian demand nya berasal dari

pariwisata. Jumlah industri berskala kecil dan menengah yang terkait dan menerima

dampak multiplier dari pariwisata sungguh tak terbilang.

Di Indonesia, pariwisata merupakan bagian dari sektor industri yang

prospeknya cerah, dan mempunyai potensi serta peluang yang sangat besar untuk

dikembangkan. Peluang dimaksud didukung oleh kondisi-kondisi alamiah seperti:

letak dan keadaan geografis (lautan dan daratan sekitar khatulistiwa), lapisan tanah

yang subur dan panoramis (akibat ekologi geologis), serta berbagai flora dan fauna

yang memperkaya isi daratan dan lautannya.

Berdasarkan letak dan keadaan geografisnya yang strategis maka dipastikan

akan ada banyak wisatawan asing untuk melakukan perjalanan ke Indonesia. Ini

dimungkinkan karena kepariwisataan Indonesia menawarkan keunikan tersendiri

yang nota bene mengakomodir keinginan wisatawan mancanegara. Walaupun

Indonesia memiliki banyak permasalahan seperti kasus Bom yang terjadi dua kali

di Bali namun itu tidak mengurangi minat para wisatawan untuk datang kembali ke

(22)

Tabel 1.1. Total Kunjungan Wisatawan Ke Indonesia 2006-2009

Jumlah Kunjungan Wisatawan

2006 2007 2008 2009

4.871.351 5.505.759 6.429.027 6.452.259

Sumber: Departemen Pariwisata dan Kebudayaan

Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa fluktuasi kedatangan wisatawan dari

tahun 2006-2009 mengalami peningkatan. Seperti di tahun 2007 jumlah kedatangan

wisatawan mengalami peningkatan sebesar 1,13% dari tahun 2006 dan pada tahun

2008 dan 2009 juga mengalami peningkatan kunjungan wisatawan setiap tahun.

Fluktuasi kunjungan wisatawan tentunya memberikan dampak yang sangat berarti

bagi Indonesia, mengingat sebagian besar dari pemasukan national account Indonesia

berasal dari sektor pariwisata, tetapi ini merupakan tugas yang menantang untuk

kembali mendongkrak kedatangan wisatawan.

Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Kebudayaan dan

Pariwisata mencanangkan Visit Indonesia Year 2008 atau Tahun Kunjungan Wisata

untuk mendorong meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.

Menurut Direktur Jenderal Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata trend

pariwisata dunia tahun 2020 adalah wisatawan nusantara dan fokus pariwisata tahun

2009 ini adalah leisure dan MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition).

Wisatawan didefinisikan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang melakukan

perjalanan ke sebuah atau beberapa daerah di luar tempat tinggal biasanya atau keluar

dari lingkungan tempat tinggalnya memiliki tujuan untuk melakukan berbagai

(23)

mempengaruhi kunjungan wisatawan ke suatu daerah. Di waktu senggangnya, orang

tersebut melakukan aktivitas berwisata.

Sehubungan dengan tingkat kesibukan manusia dalam kehidupan sehari-hari,

pariwisata atau berwisata sudah merupakan kebutuhan untuk pemulihan kesegaran

jasmani dan rohani. Seseorang/sekelompok orang yang membutuhkan pemulihan

kesegaran jasmani dan rohani dan memiliki minat untuk melakukan perjalanan wisata

disebut Wisatawan Potensial. Wisatawan potensial yang berminat melakukan

perjalanan wisata harus memenuhi persyaratan pokok yaitu memiliki waktu luang

yang cukup, memiliki uang atau dana yang cukup, memiliki kesehatan yang cukup

dan memenuhi aspek legalitas. Apabila seseorang/sekelompok orang wisatawan

potensial telah memenuhi persyaratan dasar dan mengambil keputusan untuk

berwisata maka selanjutnya dia membuat perencanaan perjalanannya atau membeli

paket wisata yang telah disusun oleh Biro Perjalanan Wisata. Dengan adanya rencana

perjalanan, maka seorang atau sekelompok wisatawan potensial tadi menjadi calon

wisatawan. Rencana perjalanan wisata biasanya memuat lokasi Obyek dan Daya

Tarik Wisata, lamanya kegiatan wisata yang dilakukan sejak keberangkatan sampai

dengan kembali ke rumah dan sarana apa saja yang digunakan (transportasi,

akomodasi, makan-minum, peralatan dan sebagainya).

Selain Bali masih banyak lagi tempat wisata yang ada di Indonesia, contohnya

Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara. Di Provinsi Sumatera Utara, pariwisata

merupakan salah satu sektor andalan dalam memacu pembangunan perekonomian.

(24)

peninggalan purba kala, peninggalan sejarah, adat istiadat, budaya dan kesenian yang

dimiliki daerah ini. Dengan kata lain, di Sumatera Utara terdapat banyak obyek yang

sangat menarik bagi para wisatawan sepanjang tahun.

Salah satu Daerah Tujuan Wisata di Provinsi Sumatera Utara adalah

Kabupaten Samosir. Kabupaten ini dimekarkan dari Kabupaten Toba Samosir sesuai

dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003, terdiri

dari 9 kecamatan, 6 kecamatan berada di Pulau Samosir yaitu Kecamatan Simanindo,

Kecamatan Pangururan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kecamatan Nainggolan,

Kecamatan Palipi, Kecamatan Onan Runggu dan 3 kecamatan berada tepat pada

punggung pegunungan Bukit Barisan yaitu Kecamatan Sianjur Mula-Mula,

Kecamatan Harian dan Kecamatan Sitio-tio.

Pembangunan di Kabupaten Samosir didasarkan pada bidang ekonomi

dengan titik berat pada pengembangan sektor pariwisata dengan karakter kebudayaan

Batak Toba yang dijiwai oleh agama Kristen, serta sektor industri kecil dan kerajinan

yang berkaitan dengan sektor pertanian dan sektor perdagangan.

Sesuai dengan visi Kabupaten Samosir yaitu Samosir menjadi daerah tujuan

wisata lingkungan yang inovatif tahun 2015. Untuk mewujudkan visi tersebut

tentunya banyak hal yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Samosir, salah

satunya adalah mengembangkan seluruh potensi pariwisata yang ada dengan

panorama Danau Toba sebagai faktor utama nilai jual pariwisata. Suatu studi oleh

Goeldner dalam Kartawan (2008) mengatakan bahwa pariwisata adalah kombinasi

(25)

transportasi, akomodasi, usaha makanan dan minuman, toko, hiburan, fasilitas

aktivitas dan pelayanan lainnya yang tersedia bagi perorangan atau group yang

sedang melakukan perjalanan jauh dari rumah, sedangkan definisi pariwisata yang

tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 tentang

Kepariwisataan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan

wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang

terkait di bidang tersebut. Usaha sektor pariwisata memiliki peran strategis dan

potensial untuk dikembangkan serta berperan sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi.

Khusus untuk bidang kepariwisataan Pulau Samosir banyak mempunyai

potensi dan daya tarik yang masih belum dikelola secara optimal tetapi mempunyai

prospek pasar skala nasional dan internasional. Oleh karena itulah, Pemerintah

Kabupaten Samosir giat mengembangkan usaha-usaha sektor pariwisata di Samosir.

Usaha sektor pariwisata adalah usaha-usaha pada setiap sektor yang mendukung

langsung kegiatan kepariwisataan atau perjalanan wisatawan, antara lain yaitu:

(1) sektor hotel/penginapan (2) sektor restoran/rumah makan, (3) sektor transportasi,

(4) aksesibilitas. Seluruh sektor tersebut mendukung wisatawan untuk tinggal lebih

lama di suatu obyek wisata. Dengan lamanya wisatawan menetap di Pulau Samosir

maka akan memacu roda perekonomian karena industri pariwisata adalah industri

(26)

Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kab. Samosir (2007)

Gambar 1.1. Peta Pariwisata Kabupaten Samosir

Usaha sektor pariwisata di Pulau Samosir masih belum menyeluruh seperti

rumah makan, hotel, transportasi, obyek dan daya tarik wisata, kios souvenir namun

ini merupakan tantangan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan investasi dan

pembangunan pariwisata. Smith (1988) mengklasifikasikan berbagai kebutuhan

barang dan jasa yang harus disediakan oleh suatu daerah tujuan wisata menjadi enam

kelompok besar, yaitu:

1. Transportation.

2. Travel services.

(27)

4. Food service.

5. Activities and attractions (recreation/culture/entertainment).

6. Retail goods.

Dengan dilatarbelakangi oleh permasalahan mengenai persepsi wisatawan

yang berkunjung ke Pulau Samosir merupakan hal yang menarik untuk diteliti,

sehingga penulis tertarik untuk menganalisis persepsi wisatawan yang berkunjung ke

Pulau Samosir dengan mengaitkan sektor akomodasi hotel/penginapan,

restoran/rumah makan, transportasi, aksesibilitas, obyek dan daya tarik wisata sebagai

tolak ukur persepsi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Samosir.

1.2. Perumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang yang sudah disampaikan sebelumnya maka

perumusan masalah yang diketengahkan adalah:

1. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap akomodasi hotel/penginapan

di Pulau Samosir?

2. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap restoran/rumah makan di Pulau

Samosir?

3. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap transportasi di Pulau Samosir?

4. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap aksesibilitas di Pulau Samosir?

5. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap obyek dan daya tarik wisata

(28)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini, meliputi:

1. Untuk menganalisis persepsi wisatawan terhadap akomodasi hotel/penginapan

di Pulau Samosir.

2. Untuk menganalisis persepsi wisatawan terhadap restoran/rumah makan

di Pulau Samosir.

3. Untuk menganalisis persepsi wisatawan terhadap transportasi di Pulau

Samosir.

4. Untuk menganalisis persepsi wisatawan terhadap aksesibilitas di Pulau

Samosir.

5. Untuk menganalisis persepsi wisatawan terhadap obyek dan daya tarik wisata

di Pulau Samosir.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai kontribusi bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir dalam

melaksanakan kebijakan pembangunan sektor pariwisata daerah.

2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi masyarakat atau pihak–pihak yang ingin

mengetahui persepsi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Samosir dengan

memakai tolak ukur akomodasi hotel/penginapan, restoran/rumah makan,

transportasi, aksesibilitas, obyek dan daya tarik wisata.

3. Sebagai bahan informasi yang dapat memberikan gambaran bagi peneliti lain

(29)

4. Untuk menambah wawasan penulis tentang persepsi wisatawan yang

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pariwisata

Menurut Goeldner (2000) pariwisata adalah kombinasi aktivitas, pelayanan

dan industri yang menghantarkan pengalaman perjalanan: transportasi, akomodasi,

usaha makanan dan minimuan, toko, hiburan, fasilitas aktivitas dan pelayanan lainnya

yang tersedia bagi perorangan atau grup yang sedang melakukan perjalanan jauh dari

rumah.

Pariwisata dapat didefinisikan sebagai suatu ketertarikan terhadap sesuatu

hasil kebudayaan dan tata cara hidup suatu masyarakat, kekhasan suatu daerah atau

panorama alam yang jarang dijumpai di daerah (negara) lain. Dengan demikian maka

kondisi tersebut dapat mendorong terjadinya motivasi orang tertentu untuk datang

berkunjung. Adanya pengunjung ini akan terciptakan suatu kondisi yang

mengakibatkan terjadinya pertukaran barang atau informasi yang akan memberikan

keuntungan secara ekonomi bagi masyarakat setempat (Kusuma, 2008).

Menurut Gamal (2004: 3) berpariwisata adalah suatu proses kepergian

sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya.

Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena

kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun

kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun

(31)

karena itu, batasan tentang pariwisata belum ada keseragaman tergantung dari sudut

pandangnya. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara

waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan

untuk berusaha (business) atau untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi,

tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan

rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Yoeti, 1996).

Pariwisata dikatakan sebagai industri, karena di dalamnya terdapat berbagai

aktivitas yang bisa menghasilkan produk berupa barang dan jasa. Akan tetapi, makna

industri di sini bukan sebagaimana pengertian industri pada umumnya yaitu adanya

pabrik atau mesin-mesin yang besar atau kecil yang penuh dengan asap. Industri

pariwisata tidak seperti pengertian industri pada umumnya, sehingga industri

pariwisata disebut industri tanpa asap.

Uraian di atas sejalan dengan konsep industri pariwisata yang dikemukakan

oleh Yoeti (1996) yang menyatakan: “Industri pariwisata adalah kumpulan dari

macam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang

dan jasa-jasa (goods and services) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan

traveller pada umumnya, selama dalam perjalanannya”.

Pengertian lain yang sejalan dengan uraian di atas tentang industri pariwisata

adalah yang dikemukakan oleh Sihite (2000). Menurutnya, “industri pariwisata

adalah rangkuman dari berbagai macam yang secara bersama-sama menghasilkan

(32)

langsung ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama

perjalanannya”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapatlah dikatakan bahwa industri

pariwisata adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara

bersama-sama menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan

maupun traveller selama dalam perjalanannya.

2.1.1. Hubungan Pariwisata dan Kebudayaan

Pariwisata merupakan suatu fenomena yang terdiri dari berbagai aspek,

seperti: ekonomi, teknologi, politik, keagamaan, kebudayaan, ekologi, dan pertahanan

dan keamanan. Melalui pariwisata berkembang keterbukaan dan komunikasi secara

lintas budaya, melalui pariwisata juga berkembang komunikasi yang makin meluas

antara komponen-komponen lain dalam kerangka hubungan yang bersifat saling

mempengaruhi (Geriya, 1996)

Kebudayaan sebagai salah satu aspek dalam pariwisata yang dapat dijadikan

sebagai suatu potensi dalam pengembangan pariwisata. Hal ini disebabkan, dalam

pengembangan pariwisata pada suatu negara atau suatu daerah sangat terkait dengan

potensi yang dimiliki oleh suatu daerah atau suatu negara. Indonesia, misalnya

dengan bermodalkan kekayaan kebudayaan nasional yang dilatari oleh keunikan

berbagai kebudayaan daerah bisa menggunakan kebudayaan sebagai salah satu daya

tarik wisatawan.

Pengembangan kepariwisataan yang bertumpu pada kebudayaan lebih lanjut

(33)

satu jenis kepariwisataan yang dikembangkan bertumpu pada kebudayaan (Geriya,

1996). Kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan Indonesia yang

dibangun dari berbagai kebudayaan daerah yang ada di Indonesia. Ini artinya, setiap

langkah yang dilakukan dalam usaha pengembangan pariwisata di Indonesia selalu

bertumpu pada kebudayaan nasional Indonesia. Segala aspek yang berhubungan

dengan pariwisata, seperti: promosi, atraksi, manajemen, makanan, cindera mata,

hendaknya selalu mendayagunakan potensi-potensi kebudayaan nasional Indonesia.

Dengan demikian nantinya pariwisata Indonesia mempunyai ciri tersendiri yang dapat

dibedakan dari pariwisata negara lain.

Uraian di atas menunjukkan betapa eratnya hubungan antara pariwisata dan

kebudayaan nasional Indonesia. Pariwisata Indonesia dikembangkan berdasarkan

potensi kebudayaan nasional yang ada dan kebudayaan nasional akan berkembang

seiring dengan perkembangan pariwisata. Di samping itu, pengembangan pariwisata

yang berkelanjutan dengan konsep pariwisata budaya akan dapat memperkokoh

kebudayaan nasional Indonesia.

Dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap budaya masyarakat lokal

antara lain; munculnya kreativitas dan inovasi budaya, akulturasi budaya, dan

revitalisasi budaya. Sedangkan dampak negatif yang sering dikhawatirkan terdapat

budaya masyarakat lokal antara lain; proses komodifikasi, peniruan, dan profanisasi

Dampak pariwisata terhadap budaya masyarakat lokal sebagaimana tersebut di atas

disebabkan oleh tiga hal yakni: (1) masyarakat lokal ingin memberikan hasil karya

(34)

menjaga citra dan menunjukkan identitas budaya masyarakat lokal kepada dunia luar;

(3) masyarakat ingin memperoleh uang akibat meningkatnya komersialisasi

Subadra (2006) memberikan batasan yang lebih jelas mengenai dampak

sosial-budaya pariwisata. Dampak positif sosial budaya pengembangan pariwisata

dapat dilihat dari adanya pelestarian budaya-budaya masyarakat lokal seperti kegiatan

keagamaan, adat istiadat, dan tradisi, dan diterimanya pengembangan obyek wisata

dan kedatangan wisatawan oleh masyarakat lokal. Sedangkan dampak negatif sosial

budaya pengembangan pariwisata dilihat dari respon masyarakat lokal terhadap

keberadaan pariwisata seperti adanya perselisihan atau konflik kepentingan di antara

para stakeholders, kebencian dan penolakan terhadap pengembangan pariwisata, dan

munculnya masalah-masalah sosial seperti praktek perjudian, prostitusi dan

penyalahgunaan seks (sexual abuse).

2.2. Perencanaan Wisata

2.2.1. Etika Perencanaan Suatu Kawasan Wisata

Syamsu, dkk (2001) mengatakan bahwa Perencanaan pengembangan suatu

kawasan wisata memerlukan tahapan-tahapan pelaksanaan seperti: marketing

research, situational analysis, marketing target, tourism promotion, pemberdayaan

masyarakat dan swasta dalam promosi dan marketing. Lebih lanjut dijelaskan, untuk

menjadikan suatu kawasan menjadi obyek wisata yang berhasil haruslah

(35)

1. Faktor Kelangkaan (Scarcity) yakni: sifat obyek/atraksi wisata yang tidak

dapat dijumpai di tempat lain, termasuk kelangkaan alami maupun kelangkaan

ciptaan.

2. Faktor Kealamiahan (Naturalism) yakni: sifat dari obyek/atraksi wisata yang

belum tersentuh oleh perubahan akibat perilaku manusia. Atraksi wisata bisa

berwujud suatu warisan budaya, atraksi alam yang belum mengalami banyak

perubahan oleh perilaku manusia.

3. Faktor Keunikan (Uniqueness) yakni sifat obyek/atraksi wisata yang memiliki

keunggulan komparatif dibanding dengan obyek lain yang ada di sekitarnya.

4. Faktor Pemberdayaan Masyarakat (Community empowerment). Faktor ini

menghimbau agar masyarakat lokal benar-benar dapat diberdayakan dengan

keberadaan suatu obyek wisata di daerahnya, sehingga masyarakat akan

merasa memiliki agar menimbulkan keramahtamahan bagi wisatawan yang

berkunjung.

5. Faktor Optimalisasi Lahan (Area optimalsation) maksudnya adalah lahan

yang dipakai sebagai kawasan wisata alam digunakan berdasarkan

pertimbangan optimalisasi sesuai dengan mekanisme pasar. Tanpa melupakan

pertimbangan konservasi, preservasi, dan proteksi.

6. Faktor Pemerataan harus diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan

manfaat terbesar untuk kelompok masyarakat yang paling tidak beruntung

(36)

ketertiban masyarakat tuan rumah menjadi utuh dan padu dengan pengelola

kawasan wisata.

2.2.2. Pariwisata Berkelanjutan

Menurut Ardiwidjaja (2003), berkelanjutan dapat diartikan kelestarian yang

menyangkut aspek fisik, sosial, dan politik dengan memperhatikan pengelolaan

sumber daya alam (resources management) yang mencakup hutan, tanah, dan air,

pengelolaan dampak pembangunan terhadap lingkungan, serta pembangunan sumber

daya manusia (human resource development). Selanjutnya berdasarkan konteks

pembangunan berkelanjutan, pariwisata berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai:

pembangunan kepariwisataan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan dengan tetap

memperhatikan kelestarian (conservation, environmental dimention), memberi

peluang bagi generasi muda untuk memanfaatkan (economic dimention) dan

mengembangkannya berdasarkan tatanan sosial (social dimention) yang telah ada.

2.2.3. Jenis-jenis Pariwisata

Menurut Pendit (1994), pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan

untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut adalah sebagai

berikut.

1. Wisata budaya

Yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas

pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau

(37)

kebiasaan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka.

Seiring perjalanan serupa ini disatukan dengan kesempatan-kesempatan

mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya, seperti eksposisi seni

(seni tari, seni drama, seni musik dan seni suara) atau kegiatan yang

bermotif kesejarahan dan sebagainya.

2. Wisata maritim atau bahari

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air,

lebih-lebih di danau, pantai, teluk atau laut seperti memancing, berlayar, meyelam

sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung,

melihat-lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan

air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di daerah-daerah

atau negara-negara maritim, di laut Karibia, Hawai, Tahiti, Fiji dan

sebagainya. Di Indonesia banyak daerah yang memiliki potensi wisata

maritim ini seperti Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta, Danau Toba, pantai

Pulau Bali dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, taman laut di Kepulauan

Maluku dan sebagainya. Jenis ini disebut pula wisata tirta.

3. Wisata cagar alam (taman konservasi)

Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro

perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata

ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan

dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. Wisata

(38)

dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa

serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang mendapat

perlindungan dari pemerintah dan masyarakat. Wisata ini banyak dikaitkan

dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara

di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga satwa serta

tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat lain. Misalnya, Taman

Nasional Bali Barat dan Kebun Raya Bogor.

4. Wisata konvensi

Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan

menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan-ruangan tempat bersidang

bagi para peserta konfrensi, musyawarah atau pertemuan lainnya baik yang

bersifat nasional maupun internasional. Wisata konvensi merupakan jenis

wisata yang sedang marak dilaksanakan tentu saja dengan melengkapi

fasilitas akomodasi dan sarana pengangkutan yang menarik.

5. Wisata pertanian (agro wisata)

Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian

perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang

pembibitan dan sebagainya di mana wisatawan rombongan dapat

mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun

melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan

suburnya pembibitan berbagai jenis sayur-mayur dan palawija di sekitar

(39)

6. Wisata buru

Jenis ini banyak dilakukan di negara yang memang memiliki daerah atau

hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh

berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk

safari buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah

negara yang bersangkutan, seperti negara di Afrika untuk berburu gajah,

singa dan lainnya.

7. Wisata ziarah

Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan

kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak

dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke

makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau

gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin

sebagai manusia ajaib penuh legenda. Wisata ziarah ini banyak dihubungkan

dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan

batin, keteguhan iman dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh

berkah dan kekayaan melimpah. Dalam hubungan ini, orang-orang Katolik

misalnya melakukan wisata ziarah ke istana Vatikan di Roma, umat Budha

ke tempat suci agama Budha di India, Nepal, Tibet dan sebagainya.

Di Indonesia sendiri misalnya Candi Borobudur, Pura Besakih di Bali,

(40)

Sesungguhnya daftar jenis-jenis wisata lain dapat saja ditambahkan di sini,

tergantung kepada kondisi dan situasi perkembangan dunia kepariwisataan di suatu

daerah atau negera yang memang mendambakan industri pariwisatanya dapat menjadi

berkembang. Pada hakikatnya semua ini tergantung kepada selera atau daya

kreativitas para ahli profesional yang berkecimpung dalam bisnis industri pariwisata

ini. Makin kreatif dan banyak gagasan-gagasan yang dimiliki oleh mereka yang

mendedikasikan hidup mereka bagi perkembangan dunia kepariwisataan di dunia ini,

makin bertambah pula bentuk dan jenis wisata yang dapat diciptakan bagi kemajuan

industri ini, karena industri pariwisata pada hakikatnya kalau ditangani dengan

kesungguhan hati mempunyai prospektif dan kemungkinan sangat luas, seluas

cakrawala pemikiran manusia yang melahirkan gagasan-gagasan baru dari waktu ke

waktu. Termasuk gagasan-gagasan untuk menciptakan bentuk dan jenis wisata baru

tentunya.

2.2.4. Topologi Wisatawan

Menurut Plog (1972) tipologi wisatawan sebagai berikut:

1. Allocentris, yaitu wisatawan hanya ingin mengunjungi tempat-tempat yang

belum diketahui, bersifat petualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas yang

disediakan oleh masyarakat lokal.

2. Psycocentris, yaitu wisatawan yang hanya ingin mengunjungi daerah tujuan

wisata sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang sama dengan

(41)

3. Mid-Centris, yaitu terletak diantara tipologi Allocentris dan Psycocentris

Menurut Pitana (2005), tipologi wisatawan perlu diketahui untuk tujuan

perencanaan, termasuk dalam pengembangan kepariwisataan, tipologi yang

lebih sesuai adalah tipologi berdasarkan atas kebutuhan riil wisatawan

sehingga pengelola dalam melakukan pengembangan obyek wisata sesuai

dengan segmentasi wisatawan. Pada umumnya kelompok wisatawan yang

datang ke Indonesia terdiri dari kelompok wisatawan psikosentris

(Psycocentris). Kelompok ini sangat peka pada keadaan yang dipandang tidak

aman dan sangsi akan keselamatan dirinya, sehingga wisatawan tersebut

enggan datang atau membatalkan kunjungannya yang sudah dijadualkan

(Darsoprayitno, 2001). Berdasarkan hal inilah, teori di atas ditulis kembali

dengan harapan untuk mengingatkan kembali bahwa wisatawan yang datang

ke Indonesia dari kelompok Psycocentris sehingga siapapun yang menjadi

pengelola obyek wisata di Indonesia dapat memperhatikan karakteristik

di atas, termasuk juga pengelola Kebun Raya Eka Karya, Bali.

2.2.5. Ekologi Pariwisata

Menurut Darsoprayitno (2001), ekologi didefinisikan sebagai ilmu mengenai

hubungan timbal balik antar unsur hayati dengan tata alam di sekitarnya, hubungan

timbal balik ini merupakan irama kehidupan alami yang disebut ekosistem. Lebih

lanjut beliau mengatakan bahwa lingkungan hidup manusia dibentuk oleh dua

(42)

Pada kelompok hayati seperti tumbuhan dan hewan yang belum

dibudidayakan oleh manusia sangat tergantung pada tata alam. Dari definisi di atas

dapat dikatakan ekologi pariwisata adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal

balik antar unsur hayati yang dapat dibudidayakan dan nonhayati yang dapat dikelola

untuk kegiatan pariwisata tanpa harus menyimpang dari tata alam yang ada

(Pencagaran). Dalam konteks ekologi pariwisata alam dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan pariwisata dengan menerapkan asas pencagaran sebagai berikut:

1. Benefisiasi; kegiatan kerja meningkatkan manfaat tata lingkungan dengan

teknologi tepat guna, sehingga yang semula tidak bernilai yang

menguntungkan, menjadi meningkat nilainya secara sosial, ekonomi, dan

budaya.

2. Optimalisasi; usaha mencapai manfaat seoptimal mungkin dengan mencegah

kemungkinan terbuangnya salah satu unsur sumber daya alam dan sekaligus

meningkatkan mutunya.

3. Alokasi; suatu usaha yang berkaitan dengan kebijakan pembangunan dalam

menentukan peringkat untuk mengusahakan suatu tata lingkungan sesuai

dengan fungsinya, tanpa mengganggu atau merusak tata alamnya.

4. Reklamasi; memanfaatkan kembali bekas atau sisa suatu kegiatan kerja yang

sudah ditinggalkan untuk dimanfaatkan kembali bagi kesejahteraan hidup

manusia.

5. Substitusi; suatu usaha mengganti atau mengubah tata lingkungan yang sudah

(43)

sekali baru sebagai tiruannya atau lainnya dengan mengacu pada tata

lingkungannya

6. Restorasi; mengembalikan fungsi dan kemampuan tata lingkungan alam atau

budayanya yang sudah rusak atau terbengkalai, agar kembali bermanfaat bagi

kesejahteraan hidup manusia.

7. Integrasi; pemanfaatan tata lingkungan secara terpadu hingga satu dengan

yang lainnya saling menunjang, setidaknya antara perilaku budaya manusia

dengan unsur lingkungannya baik bentukan alam, ataupun hasil binaannya.

8. Preservasi; suatu usaha mempertahankan atau mengawetkan runtunan alami

yang ada, sesuai dengan hukum alam yang berlaku hingga dapat dimanfaatkan

secara berkelanjutan.

2.2.6. Kajian Ekonomi Pariwisata

A. Aspek Penawaran Pariwisata

Menurut Medlik dalam Ariyanto (2005) ada empat aspek yang harus

diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek tersebut adalah:

1. Attraction (daya tarik), di mana daerah tujuan wisata dalam menarik

wisatawan hendaknya memiliki daya tarik baik daya tarik berupa alam

maupun masyarakat dan budayanya.

2. Accesable (bisa dicapai), hal ini dimaksudkan agar wisata domestik dan

mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat

(44)

3. Amenities (fasilitas), syarat yang ketiga ini memang menjadi salah satu

syarat Daerah Tujuan Wisata (DTW) di mana wisatawan dapat dengan

kerasan tinggal lebih lama di daerah tersebut.

4. Ancillary (lembaga pariwisata). Wisatawan akan semakin sering

mengunjungi dan mencari DTW (Daerah Tujuan Wisata) apabila

di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan, (Protection of

Tourism) dan terlindungi baik melaporkan maupun mengajukan suatu

kritik dan saran mengenai keberadaan mereka selaku pengunjung/orang

bepergian.

B. Aspek Permintaan Pariwisata

Lebih lanjut Menurut Ariyanto (2005), menjelaskan ada tiga pendekatan yang

digunakan untuk menggambarkan permintaan pariwisata, tiga pendekatan tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan ekonomi, pendapat para ekonom mengatakan di mana

permintaan pariwisata menggunakan pendekatan elastisitas permintaan/

pendapatan dalam menggambarkan hubungan antara permintaan dengan

tingkat harap ataukah permintaan dengan variabel lainnya.

2. Pendekatan geografi, sedangkan para ahli geografi berpendapat bahwa

untuk menafsirkan permintaan harus berpikir lebih luas dari sekedar

penaruh harga, sebagai penentu permintaan karena termasuk yang telah

melakukan perjalanan maupun yang karena suatu hal belum mampu

(45)

3. Pendekatan psikologi, para ahli psikologi berpikir lebih dalam melihat

permintaan pariwisata, termasuk interaksi antara kepribadian calon

wisatawan, lingkungan dan dorongan dari dalam jiwanya untuk

melakukan kepariwisataan.

2.2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata

Menurut Ariyanto (2005), faktor-faktor utama dan faktor lain yang

mempengaruhi permintaan pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Harga, harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata maka akan

memberikan imbas/timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian/calon

wisata, sehingga permintaan wisatapun akan berkurang begitupula sebaliknya.

2. Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecenderungan

untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin

tinggi dan bisa jadi mereka membuat sebuah usaha pada DTW jika dianggap

menguntungkan.

3. Sosial Budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau

dengan kata lain berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal

maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan

membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah

kekayaan pola pikir budaya mereka.

4. Sospol (Sosial Politik), dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan

(46)

berseberangan dengan kenyataan, maka Sospol akan sangat terasa

dampak/pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.

5. Intensitas Keluarga, banyak/sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam

permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga yang

banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan

semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.

6. Harga Barang Substitusi, di samping kelima aspek di atas, harga barang

pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, di mana barang-barang

pengganti dimisalkan sebagai pengganti DTW yang dijadikan cadangan dalam

berwisata seperti: Bali sebagai tujuan Wisata utama di Indonesia, akibat suatu

dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi

syarat-syarat DTW sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah

tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia (Kuala Lumpur dan Singapura).

7. Harga barang Komplementer, merupakan sebuah barang yang saling

membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang

saling melengkapi, di mana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang

komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan obyek

wisata lainnya.

Dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang menentukan wisatawan untuk

membeli atau mengunjungi obyek wisata, ada lima faktor yang menentukan

seseorang untuk membeli jasa atau mengunjungi obyek wisata, yaitu: (1) lokasi,

(47)

2.2.8. Motivasi Berwisata

Menurut Pitana (2005) menekankan bahwa: motivasi merupakan hal yang

sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata, karena motivasi

merupakan “Trigger” dari proses perjalanan wisata, walau motivasi ini acapkali tidak

disadari secara penuh oleh wisatawan itu sendiri. Pada dasarnya seseorang melakukan

perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal, motivasi-motivasi tersebut dapat

dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut:

1. Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik atau

fisologis, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi

dalam kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya.

2. Cultural motivation yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi

dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai obyek

tinggalan budaya.

3. Social or interpersonal motivation yaitu motivasi yang bersifat sosial, seperti

mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal

yang dianggap mendatangkan gengsi (prestige), melakukan ziarah, pelarian

dari situasi yang membosankan dan seterusnya.

4. Fantasy motivation yaitu adanya motivasi bahwa di daerah lain seseorang

akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan dan yang

memberikan kepuasan psikologis. Menurut Pitana (2005), berpendapat bahwa

(48)

faktor yakni: Kebutuan fisiologis, keamanan, sosial, prestise, dan aktualiasi

diri.

2.2.9. Faktor-faktor Pendorong dan Penarik

Faktor-faktor pendorong dan penarik untuk berwisata sangatlah penting untuk

diketahui oleh siapapun yang berkecimpung dalam industri pariwisata. Dengan

adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tetapi

belum jelas mana daerah yang akan dituju. Berbagai faktor pendorong seseorang

melakukan perjalanan wisata menurut Pitana (2005), menjelaskan sebagai berikut:

1. Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan,

atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.

2. Relaxtion. Keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan

motivasi untuk escape di atas.

3. Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang

merupakan kemunculan kembali sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan diri

sejenak dari berbagai urusan yang serius.

4. Strengthening family bond. Ingin mempererat hubungan kekerabatan,

khususnya dalam konteks (visiting, friends and relatives). Biasanya wisata ini

dilakukan bersama-sama (group tour).

5. Prestige. Ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang

menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk

(49)

6. Social interaction. Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman

sejawat, atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi.

7. Romance. Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa

memberikan suasana romantis atau untuk memenuhi kebutuhan seksual.

8. Educational opportunity. Keinginan untuk melihat suatu yang baru,

mempelajari orang lain dan/atau daerah lain atau mengetahui kebudayaan

etnis lain. Ini merupakan pendorong dominan dalam pariwisata.

9. Self-fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri, karena diri sendiri

biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang

baru.

10.Wish-fulfilment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama

dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar

bisa melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam perjalanan wisata

religius, sebagai bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam

diri.

2.3. Obyek Wisata

2.3.1. Obyek Wisata Alam

Obyek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi dan berdaya

tarik bagi wisatawan serta yang ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam

kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan (Suwantoro, 1997) contohnya goa,

(50)

2.3.2. Pengembangan Obyek Wisata

Suatu obyek wisata tidak akan bisa menarik pengunjung apabila potensi dari

obyek wisata tersebut tidak dikembangkan. Pengembangan obyek wisata adalah suatu

usaha untuk dapat meningkatkan pendapatan ekonomi nasional di bidang pariwisata

sebagai suatu industri penghasil devisa (Yoeti, 1985).

2.3.3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengembangan Obyek Wisata

Menurut Yoeti (2008) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pengembangan obyek wisata. Hal-hal tersebut adalah:

1. Obyek wisata itu harus ada apa yang disebut sebagai “something to see”.

Artinya di tempat tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang berbeda

dengan apa yang dimiliki tempat lain.

2. Obyek wisata itu harus mempunyai apa yang disebut “something to do”.

Artinya di tempat tersebut selain banyak yang dilihat dan disaksikan harus

pula ada kegiatan lain yang dapat dilakukan.

3. Obyek wisata itu harus ada yang disebut sebagai “something to buy”. Artinya

di tempat tersebut harus terdapat fasilitas belanja (shopping) terutama

souvenir sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang.

2.3.4. Prasarana dan Sarana

Adapun hal-hal yang dapat menunjang pengembangan suatu obyek wisata

(51)

1. Prasarana

Prasarana adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses

perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat

memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya.

Prasarana Perekonomian (Economic Infrastructure), yang dibagi atas:

a) Pengangkutan (Transportasi)

Yang dimaksud dengan pengangkutan di sini adalah pengangkutan yang

dapat membawa para wisatawan dari negeri di mana ia biasanya tinggal, ke

tempat atau negara yang rnerupakan daerah tujuan wisata, seperti pesawat

udara untuk jarak jauh, kapal laut, kereta api, bus, taxi dan kendaraan

lainnya.

b) Prasarana Komunikasi (Communication Infrasturcture)

Termasuk ke dalam kelompok ini diantaranya ialah telepon, telegraf, radio

dan TV, surat kabar dan pelayanan kantor pos.

c) Prasarana yang langsung melayani wisatawan

Termasuk di dalam kelompok ini adalah guide lokal yang memberikan

pelayanan informasi tentang obyek wisata tersebut kepada para wisatawan.

2. Sarana

Sarana adalah semua bentuk perusahaan yang dapat memberikan pelayanan

pada wisatawan, tetapi hidup dan kehidupannya tidak selamanya tergantung

(52)

Sarana terbagi atas:

a. Sarana Pokok Kepariwisataan

Yaitu perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada

arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata. Termasuk

kedalam kelompok ini adalah kantin dan restoran.

b. Sarana Penunjang Kepariwisataan

Yaitu fasilitas yang diperlukan wisatawan yang berfungsi tidak hanya

melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap dan agar wisatawan lebih

banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya tersebut.

Yang termasuk dalam sarana penunjang kepariwisataan; souvenir shop dan

penjual makanan khas daerah setempat.

2.4. Penelitian terdahulu

Ujang (2007) tentang Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan

mancanegara yang datang ke Pulau Batam, menjelaskan ada empat faktor yang

berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah wisatawan yang datang pada daerah

tujuan yaitu hotel, restoran, traveling dan biaya promosi. Penelitian ini menggunakan

hipotesis yang memiliki empat variabel independen dan satu variabel dependen. Dari

analisis regresi dapat disimpulkan bahwa empat variabel dependen yang

(53)

yang mempunyai pengaruh signifikan, yaitu variabel hotel dan biaya promosi. Dan

dari dua variabel ini yang sangat berpengaruh adalah variabel hotel.

Lubis (2003) tentang analisis beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan

pariwisata Kota Medan, menjelaskan ada 4 faktor yang mempengaruhi permintaan

pariwisata yaitu jumlah pengeluaran wisatawan, kurs valuta asing, pendapatan per

kapita, dan kebijakan pemerintah Indonesia dalam promosi. Hasil yang ditemukan

adalah bahwa jumlah pengeluaran, kurs dan pendapatan per kapita berpengaruh

terhadap permintaan pariwisata Kota Medan.

Suradnya (2008) tentang Analisis Faktor-faktor daya tarik Wisata Bali dan

implikasinya terhadap perencanaan pariwisata daerah Bali, menjelaskan bahwa

Berdasarkan hasil-hasil analisis dan pembahasan di atas dapat dibuat beberapa

simpulan dan saran-saran kebijakan dalam perencanaan pengembangan pariwisata

Bali yakni sebagai berikut. Melalui analisis faktor (factor analysis) berhasil

diidentifikasi 8 faktor yang menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara memilih

Bali sebagai daerah tujuan wisata untuk dikunjungi, yakni; (1) Harga (price),

(2) Budaya (culture), (3) Pantai (beach), (4) Kenyamanan (convenience),

(5) Relaksasi (relaxation), (6) Citra (image), (7) Keindahan alam (natural beauty),

dan (8) Penduduk setempat (local people). Temuan di atas berimplikasi terhadap

perencanaan pariwisata Bali. Semua ini akan bermuara kepada peningkatan kualitas

pariwisata Bali dan tetap terjaganya citra (image) Bali sebagai salah satu daerah

tujuan wisata dunia. Temuan penting lainnya yang juga berimplikasi terhadap

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Persepsi Wisatawan ke Pulau Samosir
Tabel 3.1. Pembagian Lembar Kuesioner
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

dengan topik “ Analisis Faktor-Faktor yang Menarik Minat Wisatawan Mancanegara Terhadap Produk Wisata Kuliner Unggulan Bandung di Wilayah Cibeunying ”.. 1.2

4.19 Tanggapan Responden Terhadap Jumlah Kunjungan Dalam Keputusan Berkunjung Wisatawan Pada Daya Tarik Wisata Puncak Darajat

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor pendorong dan penarik yang memotivasi wisatawan yang berkunjung ke Curug Malela Kabupaten Bandung Barat dan menganalisis

Atribut-atribut yang perlu diperbaiki dalam hal meningkatkan daya tarik obyek wisata untuk mempengaruhi wisatawan agar bersedia berkunjung kembali adalah tiga atribut yang

Adapun permasalahan di lapangan (ulasan beberapa user google): 1) Pengelolaan tempat wisata yang masih kurang baik (Derbya). 2)Adanya pungutan biaya tak terduga

Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa pengaruh motivasi eksternal terhadap wisatawan yang berkunjung ke wisata Sacred Monkey Forest Ubud yakni, atraksi/daya

Penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah wisata telah dilakukan oleh Suyoga (2015) dia menganalisis

2 Hasil yang didapatkan pada peneliian ini adalah : (1) Karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Taman Rekreasi Pantai Kartini sebagian besar berasal dari