ABSTRACT
THE CORELATION OF LIQUID LIMIT AND PLASTICITY INDEX OF CLAY THAT STABILIZED WITH ISS 2500 TO COHESION VALUE IN
DIRECT SHEAR TEST AND UNCONFINED COMPRESSIVE TEST BY
MARKUS MANIK
Along with the times, human need a better means and facilities. This make human have no choice but to build a building or civil structure upon improper area, for example, build it on clay area. The clay is a cohesive soil which often undergoing a swelling-shrinking event in its subgrade. So, it needed to to carried out the stabilization, one of which is using ISS 2500, and research of liquid limit and plasticity index to know about their relationship with its cohesion in-depth study. The sample was taken from Margakaya village and Palputih village, District of Jati Agung, South Lampung and Blimbing Sari village, District of Jabung, East Lampung. The soil tested at original condition and mixed by ISS2500 with three variation of mixture, that is at 0,6 ml, 0,9 ml, and 1,2 ml. Mixing is conducted based on optimum moisture content of each kind of soil. Mechanical testing which is unconfined compressive test and direct shear test, using three sample for every soil and every mixture variation.
Test result show that the more volume of solution added into soil 1, soil 2 and soil 3, then it will increase value of soil cohesion (c), maximum stress (qu), the ISS
2500making clay has liquid limit (LL) between 42% - 47% .
HUBUNGAN BATAS CAIR DAN PLASTISITAS INDEKS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ISS 2500 TERHADAP
NILAI KOHESI PADA UJI GESER LANGSUNG DAN UJI TEKAN BEBAS
Oleh
MARKUS MANIK
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
Markus Manik lahir di Samosir, Sumatera Utara pada tanggal 11 April 1989, merupakan anak kelima dari enam bersaudara pasangan Alm. D. Manik dan Ibu R. Sidauruk. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 175836 Simanindo yang diselesaikan tahun 2001. Pendidikan tingkat pertama ditempuh di SMPN 04 Simanindo yang diselesaikan tahun 2004. Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMA ASSISI siantar yang diselesaikan tahun 2007, dan selanjutnya pada tahun 2007 melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung dan terdaftar pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil (S1) melalui jalur SPMB.
Persembahan
Sebuah karya kecil buah pemikiran dan kerja keras untuk keluargaku yang
senantiasa mengesampingkan segala urusan pribadinya demi masa depanku.
Bunda tersayang R. Sidauruk
Kakak-kakak tercinta Riapul Manik, Lenri Manik, Santi Sofia
Manik
Abang terkasih Marto Manik
Adik tersayang Leonardo Manik
Terimakasih untuk segala doa, dukungan, nasehat serta rezeki yang berkah
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kasih dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hubungan Batas Cair Dan Plastisitas Indeks Tanah Lempung Yang Distabilisasi Menggunakan ISS 2500 Terhadap Nilai Kohesi Pada
Uji Geser Langsung Dan Uji Tekan Bebas” ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kelancaran penyusunan laporan ini. Ucapan terima kasih yang tulus penulis haturkan kepada :
1. Bapak Prof. Drs. Suharno, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Lampung, atas kesabarannya memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis menjadi mahasiswa Teknik Sipil Universitas Lampung.
4. Bapak Ir. M. Jafri, M.T., selaku Dosen Pembimbing II skripsi, yang telah memberikan kesediaan waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan, nasehat dan semangat selama penulis menyusun skripsi dan perkuliahan. 5. Bapak Ir. Setyanto, M.T., selaku Dosen Penguji usul skripsi, atas pengarahan
dan bimbingan serta semangat dan saran yang diberikan kepada penulis menyusun skripsi.
6. Bapak Dwi Jokowinarno, S.T., M.Eng., selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
7. Seluruh Dosen, staf pengajar dan seluruh karyawan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
8. Seluruh karyawan di Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
9. Seluruh karyawan di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Lampung, Mas Pardin, Mas Miswanto, Mas Riyadi, Mas Syaiful, Mas Budi dan Andi yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.
10. Kepada kedua Orang Tuaku tercinta Ibu R. Sidauruk, Kakak-kakakku Riapul, Lenri, Santi, abangku Marto serta adikku Leonardo yang aku sayangi serta keluarga besar yang telah memberikan dorongan materiil dan spiritual dalam menyelesaikan kuliah di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
Serta Adek-adek kosan yang tersayang, Irma Agnes Banjarnahor dan Andika Simamora, Novelin Silalahi, Jestina Sidauruk, Prasasti Aritonang, Manotar Saulus Situmorang, Bulbul Sinurat yang selalu menyemangati dan menghibur dan Ibu kosan yang selalu menasehati.
Akhir kata, Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi dengan sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Februari 2015
Penulis
i
DAFTAR NOTASI ... . vii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Batasan Masalah... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Tanah ... 5
1. Defenisi Tanah ... 5
2. Komposisi Tanah ... 6
3. Batas-Batas Konsistensi Tanah ... 9
4. Klasifikasi Tanah ... 10
B. Tanah Lempung ... 19
C. Larutan ISS 2500(ionic soil stabilizer)... 21
D. Kuat Geser Tanah... 25
E. Kuat Tekan Bebas ... 27
III. METODE PENELITIAN ... 29
A. Bahan Penelitian ... 29
B. Metode Pengambilan Sampel ... 29
C. Metode Pencampuran Sampel ... 30
D. Pelaksanaan Pengujian ... 31
E. Uji Geser Langsung ... 31
F. Pengujian Kuat Tekan Bebas di Laboratorium ... 33
G. Pengolahan dan Analisis Data ... 34
2. Analisis Data ... 34
H.Diagram Alir... 36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Hasil Penelitian Sampel Tanah Asli ... 37
1. Uji Kadar Air... 38
2. Uji Berat Jenis ... 38
3. Uji Berat Volume ... 39
4. Uji Analisis Saringan... 40
5. Uji BatasAtterberg... 43
6. Uji Pemadatan Tanah ... 46
a. Kadar Air Optimum Tanah Lokasi 1 ... 47
b. Kadar Air Optimum Tanah Lokasi 2 ... 49
c. Kadar Air Optimum Tanah Lokasi 3 ... 50
7. Klasifikasi Tanah Asli ... 51
1.Sistem Klasifikasi AASTHO ... 52
2.Klasifikasi Sistem Unified (USCS) ... 54
8. Pencampuran ISS 2500 ... 57
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hubungan Nilai Indeks Plastisitas dengan Jenis Tanah ...10
2. Sistem Klasifikasi TanahUnified...14
3. Sistem Klasifikasi Tanah USCS...15
4. Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASTHO ...17
5. Sifat Tanah Lempung ...20
6. Analisis Laporan Kimia...23
7. Jumlah Sampel Kadar Campuran Uji Tekan Bebas ...30
8. Hasil Pengujian Kadar Air Tanah Asli ...38
9. Hasil Pengujian Berat Jenis (Gs) Tanah Asli ...39
10. Hasil Pengujian Berat Volume Tanah Asli ...39
11. Hasil Pengujian Analisis Saringan Sampel...41
12. Hasil Pengujian Batas Atterberg Tanah Lokasi 1...44
13. Hasil Pengujian Batas Atterberg Tanah Lokasi 2...44
14. Hasil Pengujian Batas Atterberg Tanah Lokasi 3...44
15. Hasil Pengujian Sampel Tanah Asli Lokasi 1 ...48
16. Hasil Pengujian Sampel Tanah Asli Lokasi 2 ...50
17. Hasil Pengujian Sampel Tanah Asli Lokasi 3 ...51
18. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah Lempung ...52
20. Hasil Pengujian Nilai Kohesi Tanah Campuran ...58
21. Hasil Pengujian Nilai Sudut Geser Tanah Asli ...60
22. Hasil Pengujian Nilai Sudut Geser Tanah Campuran...60
23. Hasil Pengujian Tegangan Maksimum Tanah Asli ...64
24. Hasil Pengujian Tegangan Maksimum Rata Rata Tanah Asli ...64
25. Hasil Pengujian Tegangan Maksimum Tanah Campuran ...65
26. Hasil Pengujian Tegangan Maksimum Rata Rata Tanah Asli...66
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tiga Fase Elemen Tanah... 6
2. Batas-BatasAtterberg... 9
3. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Tekstur ... 12
4. Nilai-Nilai BatasAtterberguntuk Subkelompok Tanah. (Harry Christady, 1992) ... 19
5. Partikel Tanah yang Bersifat Negatif dalam Keadaan Kering... 24
6. Tanah dalam kondisi basah... 24
7. Ikatan ionik ISS 2500 pada tanah... 25
8. Grafik Hasil Analisa Saringan Sampel Tanah 1 ... 41
9. Grafik Hasil Analisa Saringan Sampel Tanah 2 ... 42
10. Grafik Hasil Analisa Saringan Sampel Tanah 3 ... 42
11. Grafik Hubungan Kadar ISS Terhadap Nilai Plastisitas Indeks... 45
12. Grafik Hubungan Kadar ISS Terhadap Nilai Batas Cair ... 46
13. Hubungan Antara Berat Volume Kering Dengan Kadar Air Optimum Tanah Lokasi 1... 47
14. Hubungan Antara Berat Volume Kering Dengan Kadar Air Optimum Tanah Lokasi 2... 49
16. Rentang dari Batas Cair (LL) dan Indeks Plastisitas (PI) Untuk
Kelompok Tanah (Das, 1998)... 54
17. Diagram Plastisitas Berdasarkan USCS... 56
18 Grafik Hubungan Nilai Kohesi Dengan Kadar ISS 2500... 59
19. Hubungan Nilai Kohesi (c) Dengan Nilai Batas Cair... 61
20. Hubungan Kohesi (c) Dengan Nilai Plastisitas Indeks... 62
21. Hubungan Nilai Tegangan Maksimum Dengan Kadar ISS... 66
22. Grafik Hubungan Nilai Tegangan Geser Maksimum Dengan Nilai Plastisitas ... 68
23. Grafik Hubungan Nilai Batas Cair Dengan Tegangan Maksimum ... 69
24. Grafik Perbandingan Nilai c1 Dengan Cu 1 Tanah 1... 71
25. Grafik Perbandingan Nilai c2 Dengan Cu 2 Tanah 2... 71
26. Grafik Perbandingan Nilai c3 Dengan Cu 3 Tanah 3... 72
27. Grafik Hubungan Nilai Tegangan Maksimum (qu) Dengan Kohesi Tanah 1 ... 73
28. Grafik Hubungan Nilai Tegangan Maksimum (qu) Dengan Kohesi Tanah 2 ... 74
DAFTAR NOTASI
γ = Berat Volume
γu = Berat Volume Maksimum
ω = Kadar Air
Gs = Berat Jenis
LL = Batas Cair
PI = Indeks Plastisitas
PL = Batas Plastis
q = Persentase Berat Tanah yang Lolos Saringan
Ww = Berat Air
Wc = BeratContainer
Wcs = BeratContainer+ Sampel Tanah Sebelum dioven
Wds = BeratContainer+ Sampel Tanah Setelah dioven
Wn = Kadar Air Pada Ketukan ke-n
W1 = BeratPicnometer
W2 = BeratPicnometer+ Tanah Kering
W3 = BeratPicnometer+ Tanah Kering + Air
W4 = BeratPicnometer+ Air
Wci = Berat Saringan
Wai = Berat Tanah Tertahan
C = Kohesi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengakibatkan terjadinya penurunan setelah pembangunan selesai. Oleh karena terbatasnya lahan dan tidak dapat dihindarinya pembangunan diatas tanah lunak maka perlu diadakannya perbaikan pada tanah lunak. Sebagai upaya untuk mengatasi masalah tanah lempung perlu dilakukan stabilisasi, salah satunya ialah ISS 2500. Larutan ISS 2500 ini sangat baik untuk meningkatkan kondisi tanah atau material tanah jelek dalam stabilisasi tanah secara elektro-kimiawi. Stabilisasi tanah itu sendiri adalah suatu proses untuk memperbaiki sifat – sifat tanah dengan menambahkan sesuatu pada tanah tersebut, agar dapat menaikan kekuatan tanah dan mempertahankan kekuatan geser. Stabilisasi dengan larutan ISS 2500 ini merupakan stabilisasi yang memadatkan tanah secara ionisasi pertukaran ion ISS 2500 dengan ion partikel tanah sehingga partikel air tidak dapat menyatu dengan partikel tanah lagi dan ikatan partikel tersebut akan lebih padat dan kuat, bahan merupakan bahan kimia yang larut didalam air. Dengan demikian, dalam pengujian menggunakan campuran ISS 2500 diharapkan tanah lempung menjadi lebih padat dan memperbaiki sifat tanah tersebut.
3
pengujian terhadap sifat-sifat fisik tanah lunak termasuk pengujian kekuatan gesernya. Jadi hasil pengujian tanah dari suatu laporan pengujian laboratorium seringkali tidak mewakili kondisi sesungguhnya tanah tersebut di lapangan (in situ). Tentunya hal ini merupakan suatu tantangan untuk dapat merencanakan suatu bangunan di atas tanah lunak secara aman dan ekonomis, termasuk dalam hal ini adalah menentukan parameter kekuatan tanahnya.
Pengujian kekuatan geser tanah di laboratorium dapat dilakukan dengan memakai berbagai peralatan uji geser, seperti Unconfined Compression, Laboratory Vane Shear, Direct Shear,danTriaxial Apparatus.Sesuai dengan karakteristik peralatan tersebut, setiap pengujian dapat menghasilkan hasil uji yang berbeda untuk benda uji yang sama. Hal ini dapat terjadi karena prosedur pengujian dan cara kerja alat yang berbeda-beda serta target hasil uji utama dari masing-masing peralatan dalam penentuan parameter tanah. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian uji geser langsung untuk menentukan nilai kohesi tanah lempung (c) dan akan dihubungkan dengan hasil dari pengujian uji tekan bebas.
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
Adapun ruang lingkup dan batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Sampel tanah yang diambil adalah jenis lempung yang berasal Bandar
lampung
2. Pengujian–pengujian yang dilakukan dilaboratorium adalah : 1) Uji analisis saringan
2) Uji berat jenis 3) Uji kadar air
4) Uji batas batas atterberg 5) Uji geser langsung
6) Uji kuat tekan bebas (UCS) D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui nilai batas cair dan batas plastis tanah lempung 2. Mengetahui nilai kohesi tanah lempung
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah
1. Definisi Tanah
Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das, 1995).Tanah (soil) menurut teknik sipil dapat didefinisikan sebagai sisa atau produk yang dibawa dari pelapukan batuan dalam proses geologi yang dapat digali tanpa peledakan dan dapat ditembus dengan peralatan pengambilan contoh (sampling) pada saat pemboran (Hendarsin, 2000).
Bowles(1991), tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut :
b. Kerikil (gravel), yaitu partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.
c. Pasir (sand), yaitu batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm. Berkisar dari kasar (3 mm sampai 5 mm) sampai halus (< 1mm). d. Lanau (silt), yaitu partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm
sampai 0,074 mm.
e. Lempung (clay), yaitu partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm.
f. Koloid (colloids), partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,001 mm.
2. Komposisi Tanah
Tiga fase elemen tanah seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.
7
Hubungan volume-berat :
V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va Dimana :
Vs = volume butiran padat
Vv = volume pori
Vw = volume air di dalam pori Va = volume udara di dalam pori
Apabila udara dianggap tidak memiliki berat, maka berat total dari contoh tanah dapat dinyatakan dengan :
W = Ws +Ww Dimana :
Ws = berat butiran padat Ww = berat air
Hubungan volume yang umum dipakai untuk suatu elemen tanah adalah angka pori (void ratio), porositas (porosity) dan derajat kejenuhan (degree of saturation) sebagai berikut ini :
a. Angka Pori
Angka pori atau void ratio (e) adalah perbandingan antara volume pori dan volume butiran padat, atau :
=
Porositas atau porosity (n) adalah perbandingan antara volume pori dan volume tanah total, atau :
=
c. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan atau degree of saturation (S) adalah perbandingan antara volume air dengan volume pori, atau :
=
Hubungan antara angka pori dan porositas dapat diturunkan dari persamaan, dengan hasil sebagai berikut :
= =
= +
d. Kadar Air
Kadar air atauwater content(w) adalah perbandingan antara berat air dan berat butiran padat dari volume tanah yang diselidiki, atau :
=
e. Berat Volume
Berat volume (γ) adalah berat tanah per satuan volume, atau :
=
f. Berat Spesifik
9
=
3. Batas-Batas Konsistensi Tanah
Seorang ilmuwan dari Swedia yang bernama Atterberg berhasil mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan sifat konsistensi tanah berbutir halus pada kadar air yang bervariasi, sehingga batas konsistensi tanah disebut dengan batas-batas Atterberg. Kegunaan batas-batas
Atterberg dalam perencanaan adalah memberikan gambaran secara garis
besar akan sifat-sifat tanah yang bersangkutan. Bilamana kadar airnya sangat tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat lembek. Tanah yang batas cairnya tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang buruk yaitu kekuatannya rendah, sedangkan kompresibilitas tinggi sehingga sulit dalam hal pemadatannya. Oleh karena itu, atas dasar air yang dikandung tanah, tanah dapat diklasifikasikan ke dalam empat keadaan dasar, yaitu : padat, semi padat, plastis dan cair, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.
a. Batas cair (LL) adalah kadar air tanah antara keadaan cair dan keadaan plastis.
b. Batas plastis (PL) adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis. c. Indeks plastisitas (PI) adalah selisih antara batas cair dan batas plastis,
dimana tanah tersebut dalam keadaan plastis, atau : PI = LL–PL
Indeks plastisitas (PI) menunjukkan tingkat keplastisan tanah. Apabila nilai indeks plastisitas tinggi, maka tanah banyak megandung butiran lempung. Klasifikasi jenis tanah menurut Atterberg berdasarkan nilai indeks plastisitas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hubungan Nilai Indeks Plastisitas dengan Jenis Tanah
IP Jenis Tanah Plastisitas Kohesi
0 Pasir Non Plastis Non Kohesif
< 7 Lanau Rendah Agak Kohesif
7 - 17 Lempung Berlanau Sedang Kohesif
> 17 Lempung Murni Tinggi Kohesif
Sumber : Bowles, 1989.
4. Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam
kelompok dan subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem
11
secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang terinci (Das, 1995).
Sistem klasifikasi dimaksudkan untuk menentukan dan
mengidentifikasikan tanah dengan cara sistematis guna menentukan kesesuaian terhadap pemakaian tertentu dan juga berguna untuk menyampaikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisik tanah, serta mengelompokkannnya berdasarkan suatu kondisi fisik tertentu dari tanah tersebut dari suatu daerah ke daerah lain dalam bentuk suatu data dasar.
Sistem klasifikasi tanah yang ada mempunyai beberapa versi, hal ini disebabkan karena tanah memiliki sifat-sifat yang bervariasi. Adapun beberapa metode klasifikasi tanah yang ada antara lain :
a. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Tekstur
Departemen Pertanian AS telah mengembangkan suatu sistem klasifikasi ukuran butir melalui prosentase pasir, lanau dan lempung yang digambar pada grafik segitiga Gambar 3.
Sistem ini relatif sederhana karena hanya didasarkan pada sistem distribusi ukuran butiran tanah yang membagi tanah dalam beberapa kelompok, yaitu :
Pasir : Butiran dengan diameter 2,0–0,05 mm, Lanau : Butiran dengan diameter 0,05–0,02 mm.
Lempung : Butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,02 mm.
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Sumber : Braja M. Das (1998)
Gambar 3.Klasifikasi Tanah Berdasarkan Tekstur
b. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (Unified Soil Classification System/ USCS)
13
pada tahun 1942 untuk mengelompokkan tanah berdasarkan sifat teksturnya dan selanjutnya dikembangkan olehUnited State Bureau of
Reclamation (USBR) dan United State Army Corps of Engineer
(USACE). Kemudian American Society for Testing and Materials
(ASTM) memakai USCS sebagai metode standar untuk
mengklasifikasikan tanah. Menurut sistem ini tanah dikelompokkan dalam tiga kelompok yang masing-masing diuraikan lebih spesifik lagi dengan memberi simbol pada setiap jenis (Hendarsin, 2000), yaitu :
1) Tanah berbutir kasar, yaitu tanah yang mempunyai prosentase lolos ayakan No.200 < 50 %.
Klasifikasi tanah berbutir kasar terutama tergantung pada analisa ukuran butiran dan distribusi ukuran partikel. Tanah berbutir kasar dapat berupa salah satu dari hal di bawah ini :
a) Kerikil (G) apabila lebih dari setengah fraksi kasar tertahan pada saringan No. 4.
b) Pasir (S) apabila lebih dari setengah fraksi kasar berada diantara ukuran saringan No. 4 dan No. 200.
2) Tanah berbutir halus, adalah tanah dengan persentase lolos ayakan No. 200 > 50 %.
3) Tanah Organis
Tanah ini tidak dibagi lagi tetapi diklasifikasikan dalam satu kelompok Pt. Biasanya jenis ini sangat mudah ditekan dan tidak mempunyai sifat sebagai bahan bangunan yang diinginkan. Tanah khusus dari kelompok ini adalah peat, humus, tanah lumpur dengan tekstur organis yang tinggi. Komponen umum dari tanah ini adalah partikel-partikel daun, rumput, dahan atau bahan-bahan yang regas lainnya.
Tabel 2. Sistem Klasifikasi TanahUnified
Jenis Tanah Simbol Sub Kelompok Simbol
Kerikil
W =Well Graded(tanah dengan gradasi baik),
P =Poorly Graded(tanah dengan gradasi buruk),
L =Low Plasticity(plastisitas rendah, LL<50),
15
Tabel 3.Sistem Klasifikasi Tanah USCS
Ta
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW
s GM Kerikil berlanau, campuran kerikil-pasir-lanau
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW
SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau sekali, serbuk batuan, pasir halus berlanau atau berlempung
Diagram Plastisitas:
Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar. BatasAtterbergyang termasuk dalam daerah yang di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan dua simbol.
berlanau, lempung “kurus” (lean clays)
Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae, kandungan organik sangat tinggi
PT
Peat(gambut),muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan organik tinggi
Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat di ASTM Designation D-2488 Sumber : Hary Christady, 1996.
c. Sistem klasifikasi AASHTO
Sistem Klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Official) dikembangkan pada tahun 1929 dan mengalami beberapa kali revisi hingga tahun 1945 dan dipergunakan hingga sekarang, yang diajukan oleh Commite on Classification of Material for Subgrade and Granular Type Road of
the Highway Research Board(ASTM Standar No. D-3282, AASHTO
model M145). Sistem klasifikasi ini bertujuan untuk menentukan kualitas tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (sub-base) dan tanah dasar (subgrade).
17
Tabel 4. Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASTHO
Klasifikasi umum Tanah berbutir
(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200
Klasifikasi kelompok A-1 A-3 A-2
A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7 Analisis ayakan (%
Maks 10 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Sifat fraksi yang lolos
ayakan No.40 Batas Cair (LL)
Indeks Plastisitas (PI) Maks 6 NP
Maks 40
Kerikil dan pasir yang berlanau atau berlempung
Penilaian sebagai bahan
tanah dasar Baik sekali sampai baik
Klasifikasi umum Tanah berbutir
(Lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200
Klasifikasi kelompok A-4 A-5 A-6
A-7
paling dominan Tanah berlanau Tanah Berlempung
Penilaian sebagai bahan
tanah dasar Biasa sampai jelek * untuk A-7-5 : PI LL–30
** untuk A-7-6 : PI > LL - 30 Sumber : Das (1998).
Sistem klasifikasi ini didasarkan pada kriteria di bawah ini : 1. Ukuran Butir
Kerikil : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter
Pasir : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter 2 mm dan tertahan pada saringan diameter 0,0075 mm (no. 200)
Lanau dan lempung : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter 0,075 (No. 200).
2. Plastisitas
Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastis sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung dipakai bilamana bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastis indeks plastisnya 11 atau lebih.
3. Apabila batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) di temukan di dalam contoh tanah yang akan ditentukan klasifikasi tanahnya, maka batuan-batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu. Tetapi, persentase dari batuan yang dikeluarkan tersebut harus dicatat.
Data yang akan didapat dari percobaan laboratorium telah ditabulasikan pada Tabel 4. Kelompok tanah yang paling kiri kualitasnya paling baik, makin ke kanan semakin berkurang kualitasnya.
19
Gambar 4. Nilai-Nilai Batas Atterberg untuk Subkelompok Tanah. (Hary Christady, 1992).
B. Tanah Lempung
Tanah lempung merupakan agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai luas. Dalam keadaan kering sangat keras, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan. Selain itu, permeabilitas lempung sangat rendah (Terzaghi dan Peck, 1987).
Tanah lempung terdiri sekumpulan partikel-partikel mineral lempung dan pada intinya adalah hidrat aluminium silikat yang mengandung ion-ion Mg, K, Ca, Na dan Fe. Mineral-mineral lempung digolongkan ke dalam empat golongan besar, yaitu kaolinit, smectit(montmorillonit),illit (mika hidrat) dan
chlorite. Tanah lempung lunak mempunyai karakteristik yang khusus
diantaranya kemampatan yang tinggi, indeks plastisitas yang tinggi, kadar air yang relatif tinggi, dan mempunyai gaya geser yang kecil.
Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung adalah sebagai berikut (Hardiyatmo, 1999) :
a. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm. b. Permeabilitas rendah.
c. Kenaikan air kapiler tinggi. d. Bersifat sangat kohesif.
e. Kadar kembang susut yang tinggi.
Adapun cara mengidentifikasi sifat tanah lempung langsung dari uji lapangan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.Sifat Tanah Lempung
Tipe Tanah Sifat Uji Lapangan
Lempung
Sangat Lunak Meleleh diantara jari ketika diperas
Lunak Dapat diperas dengan mudah
Keras Dapat diperas dengan tekanan jari yang kuat
Kaku Tidak dapat diperas dengan jari, tapi dapat ditekan dengan jari
Sangat Kaku Dapat ditekan dengan jari
21
C. Larutan ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer)
Larutan ISS 2500 ini sangat baik untuk meningkatkan kondisi tanah atau material tanah jelek dalam stabilisasi tanah secara elektro-kimiawi. Stabilisasi tanah itu sendiri adalah suatu proses untuk memperbaiki sifat – sifat tanah dengan menambahkan sesuatu pada tanah tersebut, agar dapat menaikan kekuatan tanah dan mempertahankan kekuatan geser. Stabilisasi dengan larutan ISS 2500 ini merupakan stabilisasi yang memadatkan tanah secara ionisasi pertukaran ion ISS 2500 dengan ion partikel tanah sehingga partikel air tidak dapat menyatu dengan partikel tanah lagi dan ikatan partikel tersebut akan lebih padat dan kuat, bahan merupakan bahan kimia yang larut didalam air.
Dengan demikian, dalam pengujian menggunakan campuran ISS 2500 diharapkan tanah lempung menjadi lebih padat dan memperbaiki sifat tanah tersebut.
Produk bahan larutan ISS 2500 ini dapat meningkatkan :
1. Kepadatan
2. CBR (kekuatan menahan beban)
Produk bahan larutan ISS 2500 ini juga dapat mengurangi :
1 Pemuaian dan Kelembaban 2. Penyusutan danAbrasi
3. Biaya pemeliharaan
4. Debu
5. Indeks plastisitas / PI (tingkat penyerapan air)
Adapun keuntungan dari ISS 2500 adalah sebagai berikut :
1. Hemat biaya
2. Pemeliharaan jalan mudah dan sederhana 3. Aplikasi mudah
4. Meningkatkan standar jalan 5. Tidak ada masa perawatan
Komposisi kimia ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer)adalah sebagai
berikut : Berdasarkan Hasil pengujian telah dilakukan di
Laboratorium yang telah terakreditasi secara internasional dan
sesuai dengan International Laboratory Accreditation
Cooperation (ILAC). Untuk laporan analisis kimia berdasarkan
SGS South Africa (Pty) Ltd Agricultural & Food Services
(SANAS Accredited Laboratory T0114) SGS Reference No.
23
Adapun cara kerja ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer) adalah sebagai berikut:
1. Tanah lempung memiliki partikel - partikel halus yang
terdiri dari lempengan – lempengan kecil dengan susunan
yang beraturan mengandung ion positif (+)
permukaannya dan ion negatif (-) bagian tepinya. Tabel 6. Analisis Laporan Kimia
Analysis Performed Units Method Result
Pesticides
Organo Chlorides P/ND PAM (304) ND
Organo Phospates P/ND PAM (304) ND
Carbamates P/ND PAM (401) ND
Pyrethroids P/ND PAM (304) ND
Organo Compounds
PAHs µg/L APHA 6440B ND
VOCs µg/L APHA 6200C ND
Gambar 5. Partikel Tanah yang Bersifat Negatif dalam Keadaan Kering
2. Ketika hujan turun partikel air yang positif (+) akan
membentuk ikatan ionik dengan partikel yang negatif (-), diperlihatkan pada Gambar 3, dibawah ini.
Gambar 6. Tanah dalam kondisi basah
25
Gambar 7. Ikatan ionik ISS 2500 pada tanah
D. Kuat Geser Tanah
Kekuatan geser tanah ditentukan untuk mengukur kemampuan tanah menahan tekanan tanpa terjadi keruntuhan. Seperti material teknik lainnya, tanah mengalami penyusutan volume jika menderita tekanan merata disekelilingnya. Apabila menerima tegangan geser, tanah akan mengalami distorsi dan apabila distorsi yang terjadi cukup besar, maka partikel-partikelnya akan terpeleset satu sama lain dan tanah akan dikatakan gagal dalam geser. Dalam hampir semua jenis tanah daya dukungnya terhadap tegangan tarik sangat kecil atau bahkan tidak mampu sama sekali.
Parameter kuat geser tanah diperlukan untuk analisa-analisa daya dukung tanah (bearing capacity), tegangan tanah terhadap dinding penahan (earth preassure) dan kestabilan lereng (slope stability). Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir
tanah terhadap desakan atau tarikan. Dengan dasar seperti ini, bila tanah mengalami pembebanan akan ditahan oleh :
a. Kohesi tanah yang tergantung pada jenis tanah dan pemadatannya, tetapi tidak tergantung dari tegangan vertikal yang bekerja pada gesernya
b. Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan tegangan vertikal pada bidang gesernya
Oleh karena itu kekuatan geser tanah dapat diukur dengan rumus :
τ = c + (σ- u) tanφ ... (2.1) Keterangan :
τ : Kekuatan geser tanah
σ : Tegangan normal total
u : Tegangan air pori c : Kohesi tanah efektif
φ : Sudut perlawanan geser efektif
Ada beberapa cara untuk menentukan kuat geser tanah, antara lain :
a. Pengujian geser langsung (Direct shear test) b. Pengujian triaksial (Triaxial test)
27
d. Pengujian Kipas Geser (Vane shear test)
Namun dalam penelitian ini yang digunakan untuk menentukan kuat geser tanah adalah pengujian kipas geser (Vane shear test) di lapangan dan pengujian geser langsung (Direct shear test) di laboratorium. Pengujian kuat geser ini dilakukan untuk mendapatkan parameter kuat geser tanah berupa nilai kuat geser, tegangan normal dan kohesi tanah.
E. Kuat Tekan Bebas
Kuat tekan bebas adalah besarnya gaya aksial per satuan luas pada saat sampel tanah mengalami keruntuhan atau pada saat regangan aksial telah mencapai 20% (pilih yang lebih dahulu tercapai saat pengujian). Uji tekan bebas termasuk hal yang khusus dari uji triaksial unconsolidated undrained,UU(tak terkonsolidasi-tak terdrainase). Kondisi pembebanan sama
dengan yang terjadi pada uji triaksial, hanya tekanan selnya nol (σ3 = 0).
Tegangan aksial yang diterapkan di atas benda uji berangsur-angsur ditambah sampai benda uji mengalami keruntuhan. Pada saat keruntuhannya, karena σ3 = 0, maka:
σ1 =σ3 + Δ σf= Δ σf= qu,
dengan qu adalah kuat tekan bebas (unconfined compression strength). Secara
su= cu= qu/2,
III. METODE PENELITIAN
A. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang berasal dari Desa Margakaya Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan, Desa Palputih Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan dan Desa Blimbingan Sari Kecamatan Jabung Lampung Timur.
b. Air yang digunakan berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah dan Mushalla Fakultas Teknik Universitas Lampung.
c. Zat Additif yaitu berupa larutan ISS-2500 (ionic soil stabilizer)
B. Metode Pengambilan Sampel
C. Metode Pencampuran Sampel
Pada penelitian ini digunakan 2 macam sampel yaitu sampel tanah asli dan sampel tanah campuran. Setelah dilakukan uji pemadatan, maka didapatakan nilai KAO tiap tanah. Kadar air optimum inilah yang digunakan sebagai kadar air yang akan dicampurkan dengan larutan ISS 2500. Tanah yang sudah dikeringkan kemudian diayak dengan ayakan No. 40. Tanah ini kemudian diberi air sebesar nilai KAO tanah yang sudah tercampur dengan larutan ISS dan diaduk secara merata. Tanpa pemeraman, tanah ini langsung dipadatkan sesuai modified proctor dan dicetak sampel untuk uji geser langsung dan uji tekan bebas. Adapun campuran , yaitu :
a. Campuran 1 terdiri dari tanah + KAO+ larutan 0,6 mL b. Campuran 2 terdiri dari tanah + KAO + larutan 0,9 mL c. Campuran 3 terdiri dari tanah + KAO + larutan 1,2 mL
Jumlah sampel untuk masing-masing campuran, diperlihatkan pada table dibawah ini :
Tabel 7. Jumlah Sampel Masing-masing Kadar Campuran untuk uji tekan bebas
Jenis Tanah Tanah asli Tanah Campuran
Campuran 1 Campuran 2 Campuran 3
Tanah 1 3 3 3 3
Tanah 2 3 3 3 3
Tanah 3 3 3 3 3
31
Sedangkan sampel untuk tanah geser adalah 3 sampel tiap tanah, jumlah total adalah 3 x 4 kondisi tanah x 3 jenis tanah = 36 sampel. Sehingga total keselurahan sampel adalah 36 + 36 = 72 sampel.
D. Pelaksanaan Pengujian
Pengujian ini dilaksanakan terhadap semua sampel tanah yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas Lampung, yang meliputi :
a. Pengujian Kadar Air. b. Pengujian Berat Jenis. c. Pengujian Berat Volume.
d. Pengujian Batas - Batas Atterberg. e. Pengujian Analisa Saringan. f. Pengujian Geser Langsung g. Pengujian Kuat Tekan Bebas
E. Uji Geser Langsung
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan sudut geser dalam ( ) dan nilai kohesi (c) dari suatu jenis tanah.
1. Langkah Kerja
a. Mengeluarkan sampel dari tabung sampel, kemudian memasukkan sampel ke dalam cetakan benda uji dengan menekan ke sampel tanah sehingga cetakan penuh dengan sampel.
c. Mengeluarkan benda uji dari cetakkan dengan extruder. d. Menimbang benda uji.
e. Memasukkan benda uji ke dalam cinicn geser yang masih terkunci dan menutup kedua cincin geser sehingga menjadi satu bagian, posisi benda uji berada di antara dua batu pori dan kertas saring.
f. Meletakkan cincin geser beserta sampel tanah pada shear box.
g. Mengatur stang penekan dalam psoisi vertikal dan tepat menyentuh stang penggeser benda uji (Dial Proving tepat mulai bergerak).
h. Membuka kunci cincin geser.
i. Memberikan beban pertama seberat 3320 gram dan mengisi shear box dengan air sampai penuh sehingga benda uji terendam.
j. Memutar enggkol pendorong dengan konstan dan stabil perlahan-lahan selama 15 detik sambil membaca dial pergeseran.
k. Melakukan terus menerus pembacaan Dial Proving Ring, dalam selisih waktu 15 menit (waktu dari stopwatch).
l. Setelah pembacaan Proving Ring maksimum dan mulai turun dua kali atau tiga kali pembacaan, percobaan dihentikan.
m.Membersihkan cincin geser dan shear box dari kotoran sampel tanah didalamnya.
n. Mengulang langkah kerja 5 sampai langkah 14 untuk sampel tanah yang kedua dengan berat dua kali beban pertama (6640 gram).
o. Untuk sampel ketiga, berat beban adalah tiga kali beban pertama (9960 gram).
33
a. Perhitungan luas permukaan sampel :
b. Perhitungan tegangan normal :
c. Pembacaan dial maksimum :
d. Menentukan nilai kohesi (c) dan sudut geser ( ) dari grafik.
Dimana :
D = Diameter sampel (cm)
P = Beban yang diberikan (gram) A = Luas permukaan sampel (cm2)
F. Pengujian Kuat Tekan Bebas di Laboratorium
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan bebas suatu jenis tanah yang berisfat kohesif.
Langkah kerja :
1. Mengeluarkan sampel tanah dari tabung contoh dan memasukkan cetakan benda uji dengan menekan pada sampel tanah, sehingga cetakan terisi penuh.
2. Meratakan kedua permukaan tanah dengan pisau pemotong dan keluarkan dari extruder, sedikit tanah yang tidak terpakai digunakan untuk pemeriksaan kadar air.
4. Meletakkan sampel tanah diatas plat penekan bawah secara sentries. 5. Mengatur ketinggian plat ats dan mengatur dial beban dan dial deformasi
pada posisi nol.
6. Membaca dial beban dan mencatat pada regangan 0,5%, 1%, 2% dan seterusnya sampai tanah mengalami keruntuhan. Jika regangan sudah mecapai 20%, tetapi sampel belum mengalami keruntuhan, percobaan akan dihentikan.
7. Menggambar pola keruntuhan tanah setelah didapat beban
batas(maksimum) atau regangan telah mencapai 20%.
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan dan di laboratorium diolah menurut klasifikasi data dengan menggunakan persamaan-persamaan dan rumus-rumus yang berlaku. Hasil dari pengolahan data tersebut diuraikan dalam bentuk tabel dan grafik.
2. Analisis Data
Dari rangkaian pengujian-pengujian yang dilaksanakan di lapangan dan di laboratorium, maka :
a. Dari pengujian kadar air sampel tanah, diperoleh nilai kadar air tanah dalam persentase.
b. Dari pengujian berat jenis sampel tanah, diperoleh berat jenis tanah. c. Dari pengujian batas-batas Attenberg, diperoleh nilai batas cair (liquid
35
yang digunakan untuk mengklasifikasikan tanah dengan Sistem Klasifikasi Unified.
d. Dari pengujian analisis saringan (sieve analysis), diperoleh persentase pembagian ukuran butiran tanah, yang akan digunakan untuk mengklasifikasikan tanah dengan Sistem Klasifikasi Unified.
e. Dari pengujian Geser Langsung di laboratorium, diperoleh hubungan tegangan regangan, dan kuat geser jenis tanah.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap sampel tanah lempung yang telah distabilisasi menggunakan larutan ISS 2500, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tanah I termasuk dalam golongan A-6 dan tanah II tersebut termasuk dalam golongan 6 sedangkan tanah III termasuk dalam golongan A-7-5 yang berarti termasuk dalam golongan tanah berlempung. Ketiga jenis tanah ini termasuk tanah lempung yang biasa sampai dengan jelek sebagai bahan tanah dasar (Das,1995).
2. Semakin banyak volume larutan yang dicampurkan pada tanah I, tanah 2 dan tanah 3 maka akan meningkatkan nilai kohesi tanah (c), tegangan maksimum (Qu).
3. Pencampuran ISS dengan lempung mengakibatkan nilai batas cair (LL) berada pada 42% - 47%.
4. Persamaan cu = qu/2 atau y = 2c tidak berlaku pada hubungan antara kohesi (c) pada pengujian geser dan qu pada pengujian kuat tekan.
Dengan :
qu = Kuat tekan maksimum dari pengujian tekan bebas c = Kohesi dari uji geser langsung
B. Saran
Untuk penelitian selanjutnya mengenai penggunaan larutan ISS 2500 sebagai stabilisasi disaran hal - hal dibawah ini untuk dipertimbangkan :
1. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya campuran 2500 perlu diteliti lebih lanjut untuk tanah dari daerah lain atau jenis tanah lainnya dengan menggunakan komposisi campuran ISS 2500 yang berbeda dan jumlah pencampuran yang lebih banyak, sehingga akan diketahui perilaku tanah yang terjadi dan perubahan sifat fisik/mekanik akibat pengaruh penambahan ISS 2500 ke dalam campuran tanah lempung.
2. Disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh larutan ISS 2500 pada hubungan batas cair dan plastisitas indeks terhadap nilai kohesi pada uji geser langsung dan uji tekan bebas yang menggunakan sampel yang lebih banyak agar didapatkan hubungan yang lebih akurat.
3. Disarankan lebih teliti pada pengujian geser langsung dan uji tekan bebas di laboratorium karena pembentukan sampel sangat mempengaruhi nilai kohesi dan nilai tegangan maksimum
DAFTAR PUSTAKA
Arora. 2004.Soil Mechanics And Foundation Engineering. Standard Publisher. Delhi.
Bowles, Joseph E. 1991.Sifat-Sifat Fisis Dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah). Erlangga. Jakarta.
Bowles, Joseph E. 1997.Foundation Analysis and Design Fifth Edition.The
McGraw-Hill Companies, Inc. Singapore.
Craig, R.F. 1991.Mekanika Tanah. PT. Erlangga. Jakarta.
Das, B. M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid I . PT. Erlangga. Jakarta.
Das, B. M. 2007. Advanced Soil Mechanics Third Edition. Taylor and Francis. London and Newyork.
Das, B. M. 2008. Fundamentals of Geotechnical Engineering Third Edition.
Online Book. United State.
Hardiyatmo, H.C. 1996. Mekanika Tanah 1. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hardiyatmo, H.C. 2002. Mekanika Tanah 2. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Anonymous. 2013. Cornice Adhesive. Boral Australian Gypsum Limited. Port Melbourne.Http://www.boral.com.au/plasterboard/msds/pdfs/Cornice_Adhe sive.pdf
Kaniraj, Shenbag R. 2008. Design Aids In Soil Mechanics And Foundation Engineering. Tata Mc Graw-Hill. Delhi.
Smith, G.N. and Smith, Ian G.N. 1998. Elements of Soil Mechanics Seventh Edition. Blacwell Science. United Kingdom.