FAKTOR –FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU IBU TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PEUSANGAN SIBLAH KRUENG KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2014
TESIS
Oleh
JAMILAH 127032270/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
FAKTOR –FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU IBU TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PEUSANGAN SIBLAH KRUENG KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2014
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
JAMILAH 127032270/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : FAKTOR –FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU IBU TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEUSANGAN SIBLAH KRUENG KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2014
Nama Mahasiswa : Jamilah Nomor Induk Mahasiswa : 127032270
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
Ketua
(Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D)
Anggota
(dr. Halinda Sari Lubis, MKKK)
Telah Diuji
Pada Tanggal : 03 Februari 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D Anggota : 1. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK
PERNYATAAN
FAKTOR –FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU IBU TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PEUSANGAN SIBLAH KRUENG KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2014
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Februari 2015
Jamilah
RIWAYAT HIDUP
Jamilah binti Sofyan lahir di Luengkuli pada tanggal 28 Januari 1973 anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Sofyan Ahmad dan Barisah, menikah dengan Soni Budianto, Amd dan telah dikaruniai tiga putri dan satu putra yaitu : Jihan Safira, Dafitri Salsabila, Haikal Haririe Alfarabi, dan Halila Aqila Saffa.
Memulai pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta di Keude Asan dan lulus tahun 1985. Melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Matang Glumpang Dua dan lulus tahun 1988. Melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Bireuen dan lulus tahun 1991. Selanjutnya menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan lulus tahun 1996.
ABSTRAK
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat. Berdasarkan data yang didapatkan di Kabupaten Bireuen, Puskesmas Peusangan Siblah menempati urutan terbawah dalam pencapaian cakupan imunisasi dasar dengan tingkat pencapaian 35,5%.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross-sectional, untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi yang sudah berumur satu tahun sampai tiga tahun di wilayah kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen sebanyak 242 ibu dengan sampel 71 ibu. Penelitian ini dilakukan bulan April sampai Oktober 2014. Data diperoleh melalui wawancara dengan responden dan dianalisis dengan uji regresi logistik berganda pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, pendidikan, nilai dan penghasilan), faktor pemungkin (jarak dengan pelayanan kesehatan) dan faktor penguat (Dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan dan dukungan tokoh masyarakat) berhubungan dengan kelengkapan imunisasi. Variabel yang memberikan pengaruh paling besar adalah dukungan keluarga dengan Odd
Ratio 7,96.
Disarankan Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen agar dapat meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat Kabupaten Bireuen terutama di wilayah kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng melalui penyuluhan dan pelatihan kader dan Kepada Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen untuk meningkatkan kerja sama lintas sektoral yang bertujuan untuk mendukung ibu-ibu untuk melakukan imunisasi lengkap kepada bayinya.
ABSTRACT
Immunization is giving immunity to babies and children for preventing them from various illnesses so that they can grow up healthily. The data from Bireuen District Administration revealed that Peusangan Siblah Krueng Puskesmas ranked the lowest in achieving the coverage of basic immunization (only 35,5%)
The research was observational analytic with cross sectional design which was aimed to find out the influence of mother’s behavior toward of completeness of basic immunization in the working area of Peusangan Siblah Krueng Puskesmas, Bireuen District, in 2014. It was conducted from April, 2014 to January, 2015. The population was 242 mothers who had one of three years old babies in the working area of Siblah Krueng Peusangan Puskesmas, Bireuen District, and 71 of them were used as the samples. The data were gathered by conducting interviews with respondents and analyzed by using multiple logistic regression analysis at the reliability level of 95% The result of the research showed that disposition factors (knowledge, attitude, education, values, and income), possibility factor (distance from health care location), and supporting factors (family support, health care providers’ support, and public figures’ support) were correlated with immunization completeness. The variable which had the most dominant influence was family support at Odd Ration of 7,96%
It is recommended that the Healthy Service of Bireuen District increase health promotion for people in Bireuen District, Particularly in the working area of Peusangan Siblah Krueng Puskesmas by providing counseling, and families support the other family members in doing immunization completely
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT berkat Qudrah dan IradahNya penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Faktor –faktor yang memengaruhi perilaku ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja puskesmas Peusangan Siblah Krueng tahun 2014”.
Dalam menyusun tesis ini penulis mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengungkapkan terimakasih dan penghargaan kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yusnita, M.Si selaku ketua program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5. Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D, sebagai ketua komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyelesaian tesis ini. 6. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, selaku anggota komisi pembimbing yang telah
7. Drs. Tukiman, MKM, selaku ketua komisi penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
8. Dra. Syarifah, MS, selaku anggota Komisi penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
9. Mahdi, SKM, selaku kepala puskesmas Peusangan Siblah Krueng yang telah memberikan saya kesempatan, dukungan dan sarannya.
10. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada kedua orang tua, (alm). Bapak Sofyan Ahmad dan ibu Barisah, semoga selalu dalam lindungan ALLAH SWT. 11. Suami tercinta Soni Budianto, Amd dan anak-anakku tersayang Jihan Safira,
Dafitri Salsabila, Haikal Haririe Alfarabi dan Halila Aqila Saffa yang telah banyak memberikan semangat, motivasi dan do’a yang tulus sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.
12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan tesis ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, Februari 2015
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Hipotesis ... 6
1.5. Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Perilaku ... 8
2.1.1. Pengetahuan ... 9
2.1.2. Sikap ... 14
2.1.3. Tindakan ... 17
2.1.4. Perilaku Kesehatan ... 18
2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... 19
2.2. Imunisasi ... 20
2.2.1. Vaksinasi ... 22
2.2.2. Tujuan Imunisasi ... 23
2.2.3. Jenis-jenis Imunisas ... 24
2.2.4. Sasaran Imunisasi ... 26
2.2.5. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ( KIPI ) ... 26
2.2.6. Tenaga Kerja yang Berhubungan dengan Imunisasi ... 27
2.3. Landasan Teori ... 27
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 32
3.1. Jenis Penelitian... 32
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
3.3. Populasi dan Sampel ... 32
3.3.1. Populasi ... 32
3.3.2. Sampel ... 32
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 34
3.4.1. Data Primer ... 34
3.4.2. Data Sekunder ... 35
3.4.3. Uji Validitas dan Reabilitas ... 35
3.5. Variable dan Definisi Operational ... 40
3.5.1. Variable Terikat ... 40
3.5.2. Variable Bebas ... 40
3.5.3. Definisi Operasional ... 40
3.6. Metode Pengukuran ... 41
3.6.1. Pengukuran Variable Independen ... 41
3.6.2. Pengukuran Variable Dependen ... 43
3.7. Metode Analisis Data ... 44
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 45
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45
4.2. Analisis Univariat ... 47
4.2.1. Karakteristik Responden ... 47
4.2.2. Gambaran Pengetahuan Responden ... 48
4.2.3. Gambaran Sikap Responden ... 49
4.2.4. Gambaran Dukungan Keluarga Responden ... 51
4.2.5. Gambaran Dukungan Petugas Kesehatan ... 53
4.2.6. Gambaran Dukungan Tokoh Masyarakat ... 54
4.2.7. Gambaran Nilai yang Berlaku pada Masyarakat ... 56
4.3. Analisis Bivariat ... 58
4.3.1. Hubungan Pendidikan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen Tahun 2014 ... 58
4.3.3. Hubungan Pengetahuan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Siblah Krueng,
Kabupaten Bireuen Tahun 2014 ... 60 4.3.4. Hubungan Sikap dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar
di Wilayah Kerja Puskesmas Siblah Krueng, Kabupaten
Bireuen Tahun 2014 ... 61 4.3.5. Hubungan Jarak Pelayanan Kesehatan dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen Tahun
2014 ... 62 4.3.6. Hubungan Dukungan Keluarga Responden dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen Tahun
2014 ... ... 63 4.3.7. Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen Tahun
2014 ... ... 64 4.3.8. Hubungan Dukungan Tokoh Masyarakat dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen Tahun
2014 ... ... 65 4.3.9. Hubungan Nilai yang Berlaku pada Masyarakat dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen Tahun
2014 ... ... 66 4.4. Analisis Multi Variat ... 67 BAB 5. PEMBAHASAN ... 70
5.1. Pengaruh Faktor Predisposisi dengan Kelengkapan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng
Kabupaten Bireuen ... 70 5.1.1. Pengaruh Pengetahuan dengan Kelengkapan Imunisasi
di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah
5.1.2. Pengaruh Sikap dengan Kelengkapan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng
Kabupaten Bireuen ... 71
5.1.3. Pengaruh Pendidikan dengan Kelengkapan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen... ... 72
5.1.4. Pengaruh Nilai yang Berlaku pada Masyarakat dengan Kelengkapan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen ... 74
5.1.5. Pengaruh Penghasilan dengan Kelengkapan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen... ... 74
5.2. Pengaruh Faktor Pemungkin dengan Kelengkapan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen ... 75
5.3. Pengaruh Faktor Penguat dengan Kelengkapan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen... ... 76
5.3.1. Pengaruh Dukungan Keluarga dengan Kelengkapan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen... ... 76
5.3.2. Pengaruh Dukungan Petugas Kesehatan dengan Kelengkapan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen ... 77
5.3.3. Pengaruh Dukungan Tokoh Masyarakat dengan Kelengkapan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen... ... 79
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 80
6.1. Kesimpulan ... 80
6.2. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman 3.1 Jumlah Sampel Masing-masing Desa... ... 33 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas pada Variabel Pengetahuan ... 36 3.3. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas pada Variabel Sikap ... 37 3.4. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas pada Variabel Dukungan
Keluarga ... 37 3.5. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas pada Variabel Dukungan
Petugas Kesehatan ... 38 3.6. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas pada Variabel Dukungan Tokoh
Masyarakat ... 39 3.7. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas pada Variabel Nilai ... 39 4.1. Distribusi Frekuensi Respon dan Berdasarkan Pendidikan
Penghasilan Perbulan dan Jarak dengan Pelayanan
Kesehatan... ... 47 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Imunisasi di
Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng di
Kabupaten Bireuen Tahun 2014 ... 48 4.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Imunisasi di
Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten
Bireuen Tahun 2014 ... 49 4.4. Distribusi Kategori Sikap Responden tentang Imunisasi di
Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten
Bireuen tahun 2014 ... 50 4.5. Distribusi Kategori Sikap Responden tentang Imunisasi di
Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng kabupaten
4.6. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Responden tentang Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng
Kabupaten Bireuen tahun 2014 ... 52 4.7. Distribusi Kategori Dukungan Keluarga Responden tentang
Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng
Tahun 2014 ... 53 4.8. Distribusi Frekuensi Dukungan Petugas Kesehatan tentang
Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng
Kabupaten Bireuen Tahun 2014 ... 53 4.9. Distribusi Kategori Dukungan Petugas Kesehatan tentang
Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng
Kabupaten Bireuen Tahun 2014 ... 54 4.10. Distribusi Frekuensi Dukungan Tokoh Masyarakat tentang
Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng
Kabupaten Bireuen Tahun 2014 ... 55 4.11. Distribusi Kategori Dukungan Tokoh Masyarakat tentang
Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng
Kabupaten Bireuen Tahun 2014 ... 56 4.12. Distribusi Frekuensi Nilai yang Berlaku pada Masyarakat tentang
Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Pusangan Siblah Krueng
Kabupaten BireuenTahun 2014 ... 56 4.13. Distribusi Kategori Nilai yang Berlaku pada Masyarakat tentang
Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Pusangan Siblah Krueng
Kabupaten BireuenTahun 2014 ... 58 4.14. Tabulasi Silang Pendidikan Responden dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah
Krueng Kabupaten Bireuen Tahun 2014 ... 58 4.15. Tabulasi Silang dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah
Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen
Tahun 2014 ... 59 4.16. Tubulasi Silang Pengetahun Responden dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah
4.17. Tabulasi Silang Sikap Responden dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng
Kabupaten Bireuen Tahun 2014 ... 61 4.18. Tabulasi Silang Jarak Pelayanan Kesehatan dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah
Krueng Kabupaten Bireuen Tahun 2014 ... 62 4.19. Tabulasi Silang Dukungan Keluarga Responden dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas
Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen Tahun 2014 ... 63 4.20. Tabulasi Silang Dukungan Petugas Kesehatan dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas
Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen Tahun 2014 ... 64 4.21. Tabulasi Silang Dukungan Tokoh Masyarakat dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas
Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen Tahun 2014 ... 65 4.22. Tabulasi Silang Nilai yang Berlaku pada Masyarakat dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas
Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen Tahun 2014 ... 66 4.23. Hasil Seleksi Bivariat antara Faktor Predisposisi, Faktor
Pemungkin dan Faktor Penguat dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskemas Peusangan Siblah Krueng
Kabupaten Bireuen Tahun 2014 ... 67 4.24. Hasil Akhir Analisa Multivariat Faktor-faktor yang Memengaruhi
Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 86
2 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ... 92
3. Uji Validitas dan Reabilitas ... 93
ABSTRAK
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat. Berdasarkan data yang didapatkan di Kabupaten Bireuen, Puskesmas Peusangan Siblah menempati urutan terbawah dalam pencapaian cakupan imunisasi dasar dengan tingkat pencapaian 35,5%.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross-sectional, untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi yang sudah berumur satu tahun sampai tiga tahun di wilayah kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen sebanyak 242 ibu dengan sampel 71 ibu. Penelitian ini dilakukan bulan April sampai Oktober 2014. Data diperoleh melalui wawancara dengan responden dan dianalisis dengan uji regresi logistik berganda pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, pendidikan, nilai dan penghasilan), faktor pemungkin (jarak dengan pelayanan kesehatan) dan faktor penguat (Dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan dan dukungan tokoh masyarakat) berhubungan dengan kelengkapan imunisasi. Variabel yang memberikan pengaruh paling besar adalah dukungan keluarga dengan Odd
Ratio 7,96.
Disarankan Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen agar dapat meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat Kabupaten Bireuen terutama di wilayah kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng melalui penyuluhan dan pelatihan kader dan Kepada Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen untuk meningkatkan kerja sama lintas sektoral yang bertujuan untuk mendukung ibu-ibu untuk melakukan imunisasi lengkap kepada bayinya.
ABSTRACT
Immunization is giving immunity to babies and children for preventing them from various illnesses so that they can grow up healthily. The data from Bireuen District Administration revealed that Peusangan Siblah Krueng Puskesmas ranked the lowest in achieving the coverage of basic immunization (only 35,5%)
The research was observational analytic with cross sectional design which was aimed to find out the influence of mother’s behavior toward of completeness of basic immunization in the working area of Peusangan Siblah Krueng Puskesmas, Bireuen District, in 2014. It was conducted from April, 2014 to January, 2015. The population was 242 mothers who had one of three years old babies in the working area of Siblah Krueng Peusangan Puskesmas, Bireuen District, and 71 of them were used as the samples. The data were gathered by conducting interviews with respondents and analyzed by using multiple logistic regression analysis at the reliability level of 95% The result of the research showed that disposition factors (knowledge, attitude, education, values, and income), possibility factor (distance from health care location), and supporting factors (family support, health care providers’ support, and public figures’ support) were correlated with immunization completeness. The variable which had the most dominant influence was family support at Odd Ration of 7,96%
It is recommended that the Healthy Service of Bireuen District increase health promotion for people in Bireuen District, Particularly in the working area of Peusangan Siblah Krueng Puskesmas by providing counseling, and families support the other family members in doing immunization completely
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu tujuan MDGs pada poin keempat adalah menurunkan angka kematian bayi adalah dengan meningkatkan status imunisasi terutama imunisasi dasar lengkap pada balita yang hingga saat ini status balita yang mendapatkan imunisasi lengkap belum optimal padahal imunisasi merupakan hal yang wajib untuk bayidengan imunisasi wajib maka bayi akan terlindung terhadap penyakit yang kerap menyerang (Priyono, 2010).
Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas utama. Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak atau balita, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh, 2008).
akibat yang fatal bagi tubuh (Rukiyah & Yulianti, 2010). Imunisasi juga merupakan upaya pencegahan primer yang sangat efektif untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi dengan demikian angka kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya pun akan berkurang (WHO, 2007).
Pada tahun 1974 cakupan imunisasi baru mencapai 5% dan setelah dilaksanakannya imunisasi global yang disebeut dengan Extended Program on
Immunization (EPI) cakupan terus meningkat (Ranuh, 2008). Tanpa imunisasi
kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, sebanyak 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan, satu dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus, dan darisetiap 200.00 anak, satu akan menderita penyakit polio (Proverawati & Andhini, 2010).
Dari tahun 1977, World Health Organization (WHO) mulai menetapkan program imunisasi sebagai upaya global dengan Expanded Program on Immunization (EPI), yang diresolusikan oleh World Health Assembly (WHA). Ini menempatkan EPI sebagai komponen penting pelayanan kesehatan. Pada tahun 1981 mulai dilakukan imunisasi polio, tahun 1982 imunisasi campak, dan tahun 1997 imunisasi hepatitis mulai dilaksanakan. Pada akhir tahun 1988 diperkirakan bahwa cakupan imunisasi di Indonesia cukup tinggi dibandingkan beberapa Negara berkembang lainnya (Proverawati & Andhini, 2010).
imunisasi menurut provinsi Papua mempunyai cakupan imunisasi yang terendah untuk semua jenis imunisasi yangmeliputi BCG (53,6%), campak (47,1%), dan polio 4 (40,5%), sedangkan persentase DPTHB3 terendah terdapat di Sulawesi Barat (35,7%). Provinsi DI Yogyakarta mempunyaicakupan imunisasi tertinggi untuk semua jenis imunisasi dasar yang meliputi BCG (100,0%),campak (96,4%), polio (96,4%), dan DPT-HB3 (96,4%).Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang mempunyai cakupan imunisasi di bawah capaian nasional, yaitu untuk BCG (57,3%), Polio (52,4%), DPT-HB (40,2%) dan campak (62,2%) (Kemenkes, 2010).
Puskesmas merupakan ujung tombak pelaksanaan program imunisasi. Program imunisasi di puskesmas dilaksanakan baik melalui program rutin maupun program tambahan untuk Penyakit-Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B (HB), dan Campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG satu kali, DPT tiga kali, Polio empat kali, HB tiga kali, dan Campak satu kali (Depkes RI, 2005).
Indikator program imunisasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian Indonesia Sehat 2010 adalah persentase desa yang mencapai Universal Child
Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi lengkap 100 % secara merata pada bayi
di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010 (Depkes RI, 2005).
Polio (50,1%), DPT-HB (39,0%) dan campak (55,4%) (Dinas kesehatan provinsi Aceh, 2013).
Berdasarkan data yang didapatkan di Kabupaten Bireuen, Puskesmas Peusangan Siblah menempati urutan terbawah dalam pencapaian cakupan imunisasi dasar dengan tingkat pencapaian 35,5%. Rendahnya capaian cakupan imunisasi lengkap ini jauh dari target yang ditetapkan dari dinas kesehatan kabupaten dengan target 90% pada tahun 2014. Puskesmas dalam hal ini sudah banyak melalukan cara dan program untuk mengatasi masalah ini seperti menempatkan bidan desa yang bertempat tinggal di desa, mengadakan posyandu setiap bulan oleh petugas kesehatan puskesmas.
Rendahnya capaian cakupan imunisasi dasar ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010) faktor perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing
factors), faktor-faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor-faktor penguat
faktor pendukung atau faktor pemungkin. Faktor-faktor penguat meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pulungan (2012) menyimpulkan bahwa ada hubungan positif antara pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar dengan nilai p = 0,002. Hal ini sejalan dengan penelitian Sitompul (2011) yang menyimpulkan bahwaada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan nilai p=0,001, pendidikan dengan nilai p=0,004, pekerjaan dengan nilai p=0,001, dan pengetahuan dengan nilai p=0,000 terhadap status imunisasi dasar.Berdasarkan hasil penelitian Fitriyanti (2012), dukungan keluarga dan pelayanan petugas kesehatan berhubungan dengan imunisasi lengkap pada balita.
Imunisasi dasar yang diberikan mempunyai beberapa tujuan, antara lain melindungi anak dari penyakit TBC, tetanus, penyakit poliomielitis, campak dan Hepatitis B. Ketidaklengkapan imunisasi di Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen dapat dilihat dari efek yang ditimbulkan dimana berdasarkan data dinas kesehatan Kabupaten Bireuen diketahui bahwa di wilayah kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng terdapat penderita TBC terbanyak dengan jumlah 42 orang, untuk bayi dan balita belum ditemukan kasus..
1.2. Permasalahan
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah capaian cakupan imunisasi dasar lengkap masih rendah di wilayah kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen sehingga peneliti ingin melihat pengaruh faktor presdiposisi dan faktor penguat terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen Tahun 2014.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor presdiposisi dan faktor penguat terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen Tahun 2014.
1.4. Hipotesis
Ada pengaruh faktor presdiposisi (pengetahuan, sikap, nilai, pendidikan dan penghasilan) dan faktor penguat (dukungan keluarga dan petugas kesehatan) terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen Tahun 2014.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang positif terhadap berbagai pihak:
2. Dapat digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk kegiatan perencanaan program khusus program imunisasi dalam menentukan strategi dan kebijakan menanggulangi masalah kelengkapan imunisasi pada bayi dan balita.
3. Bagi puskesmas sebagai masukan khususnya program imunisasi supaya cakupan program lebih ditingkatkan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain,perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh individuyang bersangkutan (Winardi, 2004).
Skinner dalam Notoatmodjo (2012) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar),oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan organisme tersebut merespons. Respons dapat dibedakan menjadi dua,yaitu:
a. Respondent respons atau reflexive, yaitu respons yang timbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Misalnya cahaya terang menyebabkan mata tertutup. Respons ini mencakup perilaku emosional,misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih.
b. Operant respons atau instrumental respons, yaitu respons yang timbul dan
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakanmenjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentukterselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masihterbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, sikap yang terjadipada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuktindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelasdalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2012).
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Menurut Benjamin Bloom dalam Notoatmodjo ( 2012), ranah perilaku terbagi dalam 3 domain, yaitu : pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan tindakan (psikomotor).
2.1.1. Pengetahuan
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)
Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2010), pengetahuan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Awareness knowledge (Pengetahuan kesadaran), yaitu pengetahuan akan
keberadaan suatu inovasi. Pengetahuan jenis akan memotivasi individu untuk belajar lebih banyak tentang inovasi dan kemudian akan mengadopsinya. Pada ini inovasi diperkenalkan pada masyarakat tetapi tidak ada informasi yang pasti tentang produk tersebut. Karena kurangnya informasi tersebut maka masyarakat tidak merasa memerlukan inovasi tadi. Rogers menyatakan bahwa untuk menyampaikan keberadaan inovasi akan lebih efektif disampaikan melalui media massa seperti radio, televisi, koran atau majalah. Sehingga masyarakat akan lebih cepat mengetahui keberadaan suatu inovasi.
b. How-to-knowlegde (Pengetahuan pemahaman), yaitu pengetahuan tentang
bagaimana cara menggunakan suatu inovasi dengan benar. Rogers memandang pengetahuan jenis ini penting dalam proses keputusan inovasi. Untuk lebih meningkatkan peluang pemakaian sebuah inovasi maka individu harus memiliki pengetahuan ini dengan cukup tentang penggunaan inovasi ini.
c. Principles-knowledge (Prinsip dasar), yaitu pengetahuan tentang prinsip-prinsip
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat (Notoatmodjo, 2010), yaitu:
1. Mengetahui (knowledge)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, yang termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, menormalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau pengunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisa (analysis)
tersebut, dan masih dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesa (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu materi atau objek. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyakan isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat tersebut di atas.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan adalah : 1. Pendidikan
pengetahuan yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat melakukannya (Notoatmojo, 2007).
2. Sumber Informasi
Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu keseluruhan makna yang menunjang pesan atau amanat.Pengetahuan diperoleh melalui informasi yaitu kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar sendiri. Informasi kesehatan biasanya berasal dari petugas kesehatan atau instansi pemerintah atau media massa. Pada umumnya petugas kesehatan melakukan pendekatan dengan ceramah atau penyuluhan kesehatan, sedangkan melalui media massa dapat berupa elektronik seperti televisi, radio, dan lain-lain.Adapun media cetak seperti majalah, koran, buku, dan lain-lain. Sumber informasi kesehatan yang tepat mempunyai peran besar dalam meningkatkan pengetahuan seseorang.
3. Sosial Ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang. Sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi, sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga (Notoatmodjo, 2007)
4. Budaya
2.1.2. Sikap
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek ,baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari sikap yang tertutup tersebut. Notoatmodjo (2007) sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.Sedangkan menurut Winardi (2004) sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu, berupa respon tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu.Allport dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: 1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (Objek).
2. Menanggapi (Responding)
3. Menghargai (Valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasanya dengan orang lain, bahkan mengajak atau memengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. 4. Bertanggung jawab (Responsible)
Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain. Bertanggungjawab merupakan sikap yang paling tinggi tingkatannya (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Azwar (2005) ada beberapa faktor yang memengaruhi sikap terhadap obyek sikap antara lain :
1. Pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghargai konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut.
sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
4. Media massa dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhui oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruhui terhadap sikap konsumenya.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidak mengherankan jika pada giliranya konsep tersebut mempengaruhui sikap.
Menurut Mar’at dalam Rahayuningsih (2008), Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan sikap adalah :
1. Pengalaman pribadi
Dasar pembentukan sikap: pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat dan sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional.
2. Kebudayaan
Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan, contoh pada sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan.
3. Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)
individu tersebut akan memiliki sikap yang searah (konformis) dengan orang yang dianggap penting.
4. Media massa
Media massa berupa media cetak dan elektronik. Dalam penyampaian pesan, media massa membawa pesan-pesan sugestif yang dapat memengaruhi opini kita. Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal hingga membentuk sikap tertentu.
5. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama
Institusi yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan seseoranghingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang
6. Faktor Emosional
Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego sehingga dapat bersifat sementara ataupun menetap (persisten/tahan lama).Contoh: Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair).
2.1.3. Tindakan
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2007).
Adapun tingkatan dari tindakan adalah : 1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek yang pertama.
2. Respon Terpimpin (Guide Response)
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah indikator tingkat kedua.
3. Mekanisme (Mechanisme)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai tingkat ketiga. 4. Adaptasi (Adaptation)
Tindakan yang sudah berkembang dengan baik (Notoatmodjo, 2007). 2.1.4. Perilaku Kesehatan
seperti mengobati sendiri (self treatment) dan pengobatan di dalam/luar negeri. Ketiga, perilaku kesehatan lingkungan, yang meliputi:
1. Perilaku hidup sehat, seperti : makan dengan menu seimbang (appropriate diet), olahraga teratur, tidak merokok dan tidak minum-minuman keras, istirahat cukup, mengendalikan stres, gaya hidup yang positif.
2. Perilaku sakit, yaitu pengetahuan tentang penyebab, gejala, dan pengobatan 3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
3. Peran pasien yaitu hak-hak orang sakit (right) seperti : memeperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dan lain-lain, kewajiban orang sakit
(obligation) seperti : memberitahukan penyakit kepada orang lain terutama
kepada dokter, tidak menularkan penyakit kepada orang lain, dan lain-lain, perilaku peran orang sakit (the sick role) seperti : tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengenal fasilitas penyembuhan yang layak, megetahui hak dan kewajiban orang sakit dan lain-lain (Mubarak, 2009).
2.1.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku
a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan,sikap, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,tingkat sosial ekonomi dan sebagainya
b. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik,tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas
c. Faktor penguat (reinforcement factor), yang meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
2.2. Imunisasi
Imunisasimerupakan suatu usaha untuk meningkatkan kekebalan aktif seseorang terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh bayi dan anak. Sedangkan imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan (Depkes RI, 2005). Imunisasi lanjutan adalah imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan di atas ambang perlindungan atau untuk memperpanjang masa perlindungan.
bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti imunisasi campak. Memberikan kekebalan terhadap penyakit yag dapat dicegah dengan imunisasi yaitu Polio, Campak , Difteri, Pertusis, Tetanus, TBCdan Hepatitis B.
Menurut Lisnawati (2011) tujuan dari pemberian imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan maksud angka kematian dan kesakitan serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Menurut Mulyani dan Rinawati (2013), imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut karena sistem imun tubuh mempunyai sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh maka akan dibentuk natibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman.
2.2.1. Vaksinasi
Vaksinasi merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan dengan antigen yang berasal dari suatu patogen. Antigen yang diberikan telah dibuat demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu memproduksi limfosit yang peka sebagai anti bodi dan sel memori. Cara ini meniru infeksi alamiah yang tidak menimbulkan sakit namun cukup memberikan kekebalan. Tujuan nya adalah memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun cukup unutuk menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang sesungguhnya di kemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat membentuk anti bodi dan mematikan penyakit (antigen)yang masuk kedalam tubuh.
Berbagai jenis vaksin yang beredar di masyarakat sejak sepuluh tahun terakhir, merupakan vaksin yang aman dan ampuh. Berarti, vaksin yang dipergunakan seluruh dunia mempunyai keamanan yang sama karna mempergunakan standar internasional. Vaksin tersebut juga dapat menimbulkan kekebalan yang lebih baik dan lebih tinggi kadarnya, sehingga bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama dari pada vaksin terdahulu.
Vaksin adalah mikroorganisme atau toksoit yang diubah sedemkian rupa sehingga patogenisitas atau toksisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenisitas (Hadinegroho,2011).
Berbagai keuntungan vaksinansi antara lain: (1) pertahanan tubuh yang dibentuk olehbeberapa vaksin akan dibawa seumur hidupnya, (2) vaksinasi adalah
reaksi yang serius sangat jarang terjadi jauh lebih jarang terjadi dari komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alami.
2.2.2. Tujuan Imunisasi
Tujuan utama kegiatan imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31).PD31 adalah penyakit-penyakit menular yang sangat potensial untuk menimbulkan wabah dan kematian balita .Sebelum kegiatan-kegiatan imunisasi dipergunakan luas di dunia, banyak anak yang terinfeksi penyakit seperti polio, campak, pertussis dan difteri yang dapat berakibat kematian dan kecacatan. Keadaan tersebut akan diperberat bila disertai dengan gizi buruk dan menyebabkan peningkatan Case fatality rate (CFR) penyakit PD31 tersebut (Depkes RI, 2010).
2.2.3. Jenis-Jenis Imunisasi
Menurut Wahab (2002), beberapa imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah adalah sebaga iberikut :
a) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin )
Merupakanimunisasi yang paling banyak digunakandi dunia untukmencegahpenyakit TBC. BCG mampu melindungi anak dari meningitis tuberkulosis dan tuberkulosis milier dengan derajat proteksi sekitar 86% . BCG melindungi terhadap penyebaran bakteri secara hematogen, tetapi tidak mampu membatasi pertumbuhan fokus yang terlokalisasi seperti pada tuberkolusis paru. BCG juga melindungi anak dari lepra dengan perkiraan kemampuan proteksi dari 20% di Birma, sampai 80% di Uganda.
b) Imunisasi DPT (Diphteria, Pertusis, Tetanus)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit difteri,
pertusis dantetanus. Difteri adalah preparat toksin difteri yang di non aktifkan
seluruh vaksin vertusis yang dimatikan dengan bahan kimia atau panas, 2 vaksin a seluler yang baru baru ini diperkenalkan di beberapa negara maju. c) Imunisasi Polio.
Ada 2 jenis vaksin polio poliomielitis, yaitu vaksin yang di berikan per oral dan diberikan secara suntikan. Antibodi terhadap virus folio dapat ditransmisikan melalui plasenta. imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit poliomielitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
d) Imunisasi Campak
Vaksin campak adalah preparad virus hidup yang dilemahkan dan berasal dari berbagai strain virus campak yang diisolasi pada tahun 1950. Pada umur 9 bulan, sekitar 10% bayi dibeberapa negara masih mempunyai anti bodi dari ibu yang dapat menganggu respon terhadap imunisasi merupakanimunisasi yang digunakanuntukmencegahpenyakitcampakpadaanak.
e) Imunisasi Hepatitis B
2.2.4. Sasaran Imunisasi
Seseorang yang beresiko untuk terkena penyakit dapat dicegah dengan pemberian imunisasi, yaitu :
1. Bayi dan anak balita, anak sekolah dan remaja 2. Calon jemaah haji/ umroh
3. Orang tua, manula
4. Orang yang bepergian ke luar negeri
Imunisasi yang dilakukan akan melindungi anak terhadap penyakit. Walaupun pada saat ini fasilitas ini telah tersedia dimasyarakat, akan tetapi tidak semua bayi telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap.
2.2.5. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ( KIPI )
Menurut Chen dalam Purnamaningrum(2014) ada beberapa penyebab KIPI diantaranya adalah :
1. Kesalahan program atau teknik pelaksanaan
Sebagian besar kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin.
2. Reaksi suntikan
3. Reaksi vaksin
Gejala KIPI yang disebkan oleh induksivaksin pada umumnyasudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi samping vaksin dan secara klinis biasanya ringan.
4. Faktor kebetulan (koinsiden)
Kejadian yang timbul secara kebetulansaja setelah imunisasi. Indikator faktor kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat.
5. Penyebab tidak diketahui
Kejadian atau masalah yang tidak diketahui sebelumnya. 2.2.6. Tenaga Kerja yang Berhubungan dengan Imunisasi
l. Jurim ( Juru Imunisasi )
Petugas imunisasi yang ditunjuk langsung oleh dinas kesehatan untuk berperan langsung mengambil vaksin di dinas kesehatan dan mendatangi tiap –tiap yang mengadakan posyandu.
2. Petugas kesehatan di bagian poliklinik anak di puskesmas 3. Bidan baik yang ada di puskesmas maupun yang ada di desa.
2.3. Landasan Teori
aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya, yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, berpersepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia (Notoatmodjo, 2010).
saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu :
a. Faktor perilaku (behavioral causes)
b. Faktor diluar perilaku (non behavioral causes)
Selanjutnya faktor perilaku di pengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor-faktor-faktor pemungkin (enabling
factors), dan faktor-faktor penguat (reinforcing factors).Faktor-faktor predisposisi
mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.Faktor-faktor pemungkin mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung.Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung untuk mewujudkan perilaku kesehatan, maka faktor ini disebut dengan faktor pendukung atau faktor pemungkin.Misalnya termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit.
pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas terutama petugas kesehatan.
Gambar 2.1 Landasan teori
2.4. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka penulis dapat merumuskan kerangka konsep penelitian, yaitu faktor presdiposisi dan faktor penguat memengaruhi kelengkapan imunisasi dasar di Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen. Kerangka konsep dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Faktor Predisposisi - Pengetahuan - Sikap - Nilai - Pendidikan - Penghasilan
Faktor Penguat
- Dukungan Keluarga
- Dukungan Petugas Kesehatan - Dukungan Tokoh Masyarakat Faktor Pemungkin
- Ketersediaan fasilitas - Jarak pelayanan kesehatan
dengan tempat tinggal
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa variabel independen terdiri dari faktor presdiposisi (pengetahuan, sikap, pendidikan dan penghasilan) dan faktor penguat (dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan dan dukungan tokoh masyarakat) memengaruhi variabel dependen yaitu kelengkapan imunisasi dasar.
Faktor Predisposisi - Pengetahuan - Sikap - Pendidikan - Nilai
- Penghasilan
Faktor Penguat - Dukungan Keluarga
- Dukungan petugas kesehatan - Dukungan tokoh masyarakat
KelengkapanImunisasi Dasar
Faktor Pemungkin
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross-sectional, untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen tahun 2014.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuin yang terdiri dari 21 desa. Penelitian ini dilakukan mulai bulan April
sampai November 2014.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini ibu yang mempunyai bayi yang sudah berumur satu tahun di wilayah kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen sebanyak 200 ibu .
3.3.2. Sampel
Dimana :
n = Jumlah sampel N= Jumlah populasi
d = Galat Pendugaan (galat pendugaan yang digunakan 10% = 0,10)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh jumlah sampel sebanyak 71 ibu. Penentuan sampel dengan menggunakan proporsional stratified random
sampling dimana masing-masing desa mempunyai perwakilan untuk dijadikan
[image:54.612.117.524.537.690.2]sampel. Besarnya sampel masing-masing desa dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.1. Jumlah Sampel Masing-masing Desa
No Nama Desa Jumlah Ibu yang
mempunyai bayi Jumlah Sampel
1 Alue Glumpang 9 3
2 Alue Let 16 5
3 Alue Kupula 6 2
4 Alue Krueb 11 3
5 Awe Geutah 10 3
6 Awe Geutah Payah 14 4
7 Blang Cireh 6 2
8 Buket Sudan 21 6
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No Nama Desa Jumlah Ibu yang
mempunyai bayi Jumlah Sampel
10 Cot Saleut 18 5
11 Kubu 8 2
12 Teupin Daya 7 2
13 Kubu Raya 8 2
14 Lueng Daneuen 9 3
15 Paloh Mampree 12 4
16 Pante Baro Buket Panyang 4 1
17 Pante Baro Gle Siblah 6 2
18 Pante Baro Kumbang 8 2
19 Pante Karya 45 13
20 Rambong Payong 8 2
21 Dayah Baroe 9 3
Jumlah 242 71
Pemilihan responden di masing-masing desa dilakukan secara simple random
sampling. Cara pengambilan sampel dilakukan pada saat kegiatan posyandu dan pada
ibu-ibu yang mempunyai kartu menuju sehat ( KMS).
Penentuan sampel menggunakan stratifield random sampling, jumlah total ibu yang mempunyai bayi di tiap desa dibagi dengan jumlah seluruhtotal populasi dikali dengan seluruh sampel.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
[image:55.612.113.527.140.351.2]3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen .
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas alat ukur adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditasannya atau kesahihan sesuatu instrument. Uji validitas instrumen penelitian yang digunakan adalah validitas konstruk dengan mengetahui nilai total setiap item pada analisis reliability yang tercantum pada nilai correlation corrected item. Suatu pertanyaan valid atau bermakna sebagai alat pengumpul dan bila korelasi hasil hitung (r-hitung) lebih besar dari angka kritik nilai korelasi (r-tabel), pada taraf significan 95% (Riduwan, 2005).
Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan saebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Kuesioner penelitian adalah tehnik Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba instrument kepada sekelompok responden pada sutu kali pengukuran, juga pada taraf kepercayaan pengujian adalah 95% (Riduwan, 2005). Uji Validitas Reliabilitas akan dilakukan pada 30 responden di wilayah yang mempunyai karakteristik yang sama dengan wilayah penelitian. Jarak lokasi penelitian dengan diadakan uji validitas ada tujuh belas kilometer.
Cronbach Alpha > 0,6 sehingga semua pertanyaan dinyatakan valid dan reliabel.
[image:57.612.117.528.195.424.2]Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Pengetahuan Pertanyaan Nilai Corrected Item – Total Keterangan
Pengetahuan 1 0,763 Valid
Pengetahuan 2 0,592 Valid
Pengetahuan 3 0,780 Valid
Pengetahuan 4 0,786 Valid
Pengetahuan 5 0,614 Valid
Pengetahuan 6 0,650 Valid
Pengetahuan 7 0,700 Valid
Pengetahuan 8 0,854 Valid
Pengetahuan 9 0,701 Valid
Pengetahuan 10 0,613 Valid
Pengetahuan 11 0,721 Valid
Pengetahuan 12 0,674 Valid
Cronbach Alpha 0,922 Reliabel
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Sikap Pernyataan Nilai Corrected Item – Total Keterangan
Sikap 1 0,821 Valid
Sikap 2 0,795 Valid
Sikap 3 0,851 Valid
Sikap 4 0,804 Valid
Sikap 5 0,867 Valid
Sikap 6 0,657 Valid
Sikap 7 0,846 Valid
Sikap 8 0,888 Valid
Sikap 9 0,700 Valid
Sikap 10 0,796 Valid
Cronbach Alpha 0,954 Reliabel
[image:58.612.112.529.488.683.2]Pada tabel 3.3 di atas diketahui bahwa dari seluruh pernyataan variabel sikap sebanyak 10 pernyataan mempunyai nilai corrected item – total lebih besar dari nilai tabel (r tabel = 0,361) dengan nilai cronbach alpha 0,954 lebih besar dari 0,60 yang berarti bahwa seluruh pernyataan variabel sikap semuanya adalah valid dan reliabel. Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Dukungan Keluarga
Pernyataan Nilai Corrected Item – Total Keterangan
Dukungan Keluarga 1 0,734 Valid
Dukungan Keluarga 2 0,461 Valid
Dukungan Keluarga 3 0,666 Valid
Dukungan Keluarga 4 0,773 Valid
Dukungan Keluarga 5 0,505 Valid
Dukungan Keluarga 6 0,644 Valid
Dukungan Keluarga 7 0,525 Valid
Dukungan Keluarga 8 0,787 Valid
Dukungan Keluarga 9 0,690 Valid
Dukungan Keluarga 10 0,646 Valid
Pada tabel 3.4 di atas diketahui bahwa dari seluruh pertanyaan variabel dukungan keluarga sebanyak 10 pertanyaan mempunyai nilai corrected item – total lebih besar dari nilai tabel (r tabel = 0,361) dengan nilai cronbach alpha 0,897 lebih besar dari 0,60 yang berarti bahwa seluruh pertanyaan variabel dukungan keluarga semuanya adalah valid dan reliabel.
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Dukungan Petugas Kesehatan
Pernyataan Nilai Corrected Item – Total Keterangan
Dukungan Petugas Kes 1 0,583 Valid
Dukungan Petugas Kes 2 0,481 Valid
Dukungan Petugas Kes 3 0,527 Valid
Dukungan Petugas Kes 4 0,785 Valid
Dukungan Petugas Kes 5 0,411 Valid
Dukungan Petugas Kes 6 0,578 Valid
Dukungan Petugas Kes 7 0,510 Valid
Dukungan Petugas Kes 8 0,725 Valid
Dukungan Petugas Kes 9 0,609 Valid
Dukungan Petugas Kes 10 0,551 Valid
Cronbach Alpha 0,864 Reliabel
Pada tabel 3.5 di atas diketahui bahwa dari seluruh pertanyaan variabel dukungan petugas kesehatan sebanyak 10 pertanyaan mempunyai nilai corrected item
– total lebih besar dari nilai tabel (r tabel = 0,361) dengan nilai cronbach alpha 0,864
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Dukungan Tokoh Masyarakat
Pernyataan Nilai Corrected Item – Total Keterangan
Dukungan Tokoh Masy 1 0,947 Valid
Dukungan Tokoh Masy 2 0,701 Valid
Dukungan Tokoh Masy 3 0,780 Valid
Dukungan Tokoh Masy 4 0,875 Valid
Dukungan Tokoh Masy 5 0,622 Valid
Dukungan Tokoh Masy 6 0,746 Valid
Dukungan Tokoh Masy 7 0,721 Valid
Dukungan Tokoh Masy 8 0,947 Valid
Dukungan Tokoh Masy 9 0,785 Valid
Dukungan Tokoh Masy 10 0,646 Valid
Cronbach Alpha 0,947 Reliabel
Pada tabel 3.6 di atas diketahui bahwa dari seluruh pertanyaan variabel dukungan tokoh masyarakat sebanyak 10 pertanyaan mempunyai nilai corrected item
– total lebih besar dari nilai tabel (r tabel = 0,361) dengan nilai cronbach alpha 0,947
lebih besar dari 0,60 yang berarti bahwa seluruh pertanyaan variabel dukungan tokoh masyarakat semuanya adalah valid dan reliabel.
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Nilai
Pernyataan Nilai Corrected Item – Total Keterangan
Nilai 1 0,441 Valid
Nilai 2 0,775 Valid
Nilai 3 0,436 Valid
Nilai 4 0,631 Valid
Nilai 5 0,562 Valid
Nilai 6 0,735 Valid
[image:60.612.115.528.529.661.2]Pada tabel 3.7 di atas diketahui bahwa dari seluruh pertanyaan variabel nilai sebanyak 6 pertanyaan mempunyai nilai corrected item – total lebih besar dari nilai tabel (r tabel = 0,361) dengan nilai cronbach alpha 0,825 lebih besar dari 0,60 yang berarti bahwa seluruh pertanyaan variabel nilai semuanya adalah valid dan reliabel.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Terikat
Variabel terikat (variabel dependen) adalah variabel yang dialami dan diukur yang disebabkan oleh pengaruh variabel bebas yaitu pemberian imunisasi dasar. 3.5.2. Variabel Bebas
Variabel bebas (variabel independen) adalah variabel yang memengaruhi objek penelitian yaitu dari faktor presdiposisi (pengetahuan, sikap, pendidikan, dan penghasilan) dan faktor penguat (dukungan keluarga dan petugas kesehatan).
3.5.3. Definisi Operasional
1. Kelengkapan Imunisasi dasar adalah imunisasi dasar yang diberikan kepada bayi secara lengkap yang didapatkan dari kartu menuju sehat ( KMS ).
2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang imunisasi dasar.
3. Sikap adalah reaksi/respon tertutup dari responden terhadap imunisasi dasar. 4. Pendidikan adalah proses keilmuan belajar mengajar untuk memberikan informasi
5. Penghasilan adalah pendapatan ibu pada waktu bekerja dinilai dengan satuan uang selama satu bulan.
6. Jarak dengan pelayanan kesehatan adalah jauh atau dekat yang dijalani pada saat posyandu di lakukan di desa
7. Dukungan keluarga adalah pendapat responden tentang upaya (tindakan) yang dilakukan anggota keluarga yang berhubungan dengan imunisasi dasar.
8. Dukungan petugas kesehatan adalah pendapat responden tentang upaya (tindakan) yang dilakukan petugas kesehatan yang berhubungan dengan imunisasi dasar. 9. Dukungan tokoh masyarakat adalah pendapat responden tentang upaya (tindakan)
yang dilakukan tokoh masyarakat yang berhubungan dengan imunisasi dasar. 10.Nilai adalah tradisi dan kepercayaan yang dianut di masyarakat terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan masalah kesehatan.
3.6. Metode Pengukuran
3.6.1. Pengukuran Variabel Independen
1. Tingkat Pendidikan responden dikatagorikan berdasarkan keputusan kementrian pendidikan menjadi :
1 = Pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) 0 = Pendidikan dasar (SD, SMP)
Skala : Ordinal
1 = Tinggi (jika pendapatan keluarga melebihi UMR)
0 = Rendah (jika pendapatan keluarga sama dengan atau kurang dari UMR) Skala : Ordinal
3. Pengetahuan diukur dengan menggunakan 12 pertanyaan. Benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0. Khusus untuk pertanyaan nomor 2 menjawab > 2 bernilai 1 dan ≤ 2 diberi nilai 0. Dengan nilai terendah 0 dan tertinggi 12 sehingga dapat dikategorikan menjadi 2 (Arikunto, 2006) :
1 = Baik (Memiliki skor 70%-100% dari nilai tertinggi) yaitu skor 9-12 0 = Kurang (Memiliki skor <70% dari nilai tertinggi) yaitu skor 0-8 Skala : Ordinal
4. Sikap diukur dengan menggunakan 10 pernyataan. Setuju diberi nilai 1 dan tidak setuju diberi nilai 0 untuk pernyataan positif dan setuju diberi nilai 0 dan tidak setuju diberi nilai 1 untuk pernyataan negatif. Dengan nilai terendah 0 dan tertinggi 10 sehingga dapat dikategorikan menjadi 2 (Arikunto, 2006) :
1 = Baik (Memiliki skor 70%-100% dari nilai tertinggi) yaitu skor 7-10 0 = Kurang (Memiliki skor <70% dari nilai tertinggi) yaitu skor 0-6 Skala : Ordinal
5. Jarak dengan pelayanan kesehatan diukur berdasarkan jarak rumah responden dengan posyandu, ukurannya kilometer.
6. Dukungan keluarga diukur dengan menggunakan 10 pernyataan. Ya diberi nilai 1 dan tidak diberi nilai 0. Dengan nilai terendah 0 dan tertinggi 10 sehingga dapat dikategorikan menjadi 2 (Arikunto, 2006) :
1 = Mendukung (Memiliki skor 70%-100% dari nilai tertinggi) yaitu skor 7-10 0 = Kurang Mendukung (Memiliki skor <70% dari nilai tertinggi) yaitu skor 0-6 Skala : Ordinal
7. Dukungan petugas kesehatan diukur dengan menggunakan 10 pernyataan. Ya diberi nilai 1 dan tidak diberi nilai 0. Dengan nilai terendah 0 dan tertinggi 10 sehingga dapat dikategorikan menjadi 2 (Arikunto, 2006) :
1 = Mendukung (Memiliki skor 70%-100% dari nilai tertinggi) yaitu skor 7-10 0 = Kurang Mendukung (Memiliki skor <70% dari nilai tertinggi) yaitu skor 0-6 Skala : Ordinal
8. Dukungan tokoh masyarakat diukur dengan menggunakan 10 pernyataan. Ya diberi nilai 1 dan tidak diberi nilai 0. Dengan nilai terendah 0 dan tertinggi 10 sehingga dapat dikategorikan menjadi 2 (Arikunto, 2006) :
1 = Mendukung (Memiliki skor 70%-100% dari nilai tertinggi) yaitu skor 7-10 0 = Kurang Mendukung (Memiliki skor <70% dari nilai tertinggi) yaitu skor 0-6 Skala : Ordinal
9. Nilai diukur dengan menggunakan 6 pernyataan. Tidak diberi nilai 0 dan Ya diberi nilai 1. Dengan nilai terendah 0 dan tertinggi 6 sehingga dapat dikategorikan menjadi 2 (Arikunto, 2006) :
0 = Kurang Mendukung (Memiliki skor <70% dari nilai tertinggi) yaitu skor 0-4 Skala : Ordinal