• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diabetik Ketoacidosis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Diabetik Ketoacidosis"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

D I ABETI K KETOACI D OSI S

D r . M H D .SYAH PUTRA

Ba gia n Biok im ia Fa k u lt a s Ke dok t e r a n Un ive r sit a s Su m a t e r a Ut a r a

I . PEN D AH ULUAN

Diabet ic k et oacidosis adalah k ondisi m edis darurat y ang dapat m engancam j iw a bila t idak dit angani secara t epat . lnsiden k ondisi ini bisa t erus m eningkat , dan t ingkat m ort alit as 1- 2 persen t elah dibukt ikan sej ak t ahun 1970-an. Diabet ic k et oacidosis paling sering t erj adi pada pasien penderit a diabet es t ipe 1 ( yang pada m ulanya disebut insulin- dependent diabet es m ellit us) , akan t et api k et erj adianny a pada pasien penderit a diabet es t ipe 2 ( y ang pada m ulany a disebut non- insulin dependent diabet es m ellit us) , t erut am a pasien kulit hit am y ang gem uk adalah t idak sej arang y ang diduga. Penanganan pasien penderit a Diabet ic k et oacidosis adalah dengan m em peroleh riw ay at m eny eluruh dan t epat sert a m elak sanak an pem erik saan fisik sebagai upay a unt uk m engident ifik asi k em ungk inan fak t or fak t or pem icu. Pengobat an ut am a t erhadap k ondisi ini adalah rehidrasi aw al ( dengan m enggunakan isot onic saline) dengan pergant ian pot assium sert a t erapi insulin dosis rendah. Penggunaan bik arbonat e t idak direk om endasikan pada k ebany ak an pasien. Cerebral edem a, sebagai salah sat u dari kom plikasi Diabet ic ket oacidosis yang paling langsung, lebih um um t erj adi pada anak anak dan anak rem aj a dibandingk an pada orang dew asa. Follow - up paisen secara kont inu dengan m enggunakan algorit m a pengobat an dan flow sheet s dapat m em bant u m em inim um k an ak ibat sebalikny a. Tindak an t indak an prevent if adalah pendidikan pasien sert a inst ruk si k epada pasien unt uk segera m enghubungi dokt er sej ak dini selam a t erj adinya penyakit

I I . M EKAN I SM E KERJA I N SULI N

(2)

Gam bar 1. Hubungan r esept or insulin dengan k er j a insulin. I nsulin t er ik at dengan r esept or m em br an dan int er ak si ini m enghasilk an sat u at au lebih siny al t r ansm em br an. Siny al ini m em odulasi sej um lah

besar per ist iw a int r asel

Penelit ian t erhadap resept or insulin t elah dilakukan secara rinci sekali dengan m enggunak an t ek nik biokim ia dan DNA rek om binan. Resept or ini m erupak an sebuah het erodim er y ang t erdiri at as dua sub unit y ang diberi sim bol α dan β, dalam konfigurasi α2β2, yang dihubungkan dengan ikat an disulfida ( Gam bar 2) .

Gam bar 2. Gam bar an sk em at ik st r uk t ur LDL, EGF dan r esept or insulin.

[image:2.595.154.452.72.355.2] [image:2.595.173.422.470.630.2]
(3)

sinyal dan kerj a insulin ( lihat dibaw ah) . Kesam aan yang m enakj ubkan ant ara t iga buah resept or dengan fungsi y ang sangat berbeda diluk iskan pada Gam bar 2. Beberapa regio subunit β sebenarnya m em iliki hom ologi rangkaian dengan rsept or EGG.

Resept or insulin secara konst an disint esis sert a diuraikan dan usia paruhnya adalah 7 - 12 j am . Resept or t ersebut disint esis sebagai pept ida rant ai t unggal dalam ret ik ulum endoplasm a k asar dan dengan cepat m engalam i glikolisasi dalam regio aparat us golgi. Prekursor rsept or insulin m anusia m em puny ai 1382 asam am ino, dengan berat m olek ul 190.0000 dan t erpecah hingga t erbent uk subunit α dan β yang m at ur. Gen resept o inuslin m anusia t erlet ak pada k rom osom 19.

Resept o insulin dit em uk an pada sebagian besar sel m am alia dengan k onsent rasi sam pai 20.000 per sel, dan sering pula t erdapat pada sel y ang secara k husus t idak diperkirak an sebagai sasaran insulin. I nsulin m em puny ai seprangk at efek y ang dik et ahui benar t erhadap berbagai proses m et abolik k endat i j uga t erlibat dalam pert um buhan dan replikasi sel ( lihat at as) disam ping dalam organogenesis sert a difensiasi j anin dan dalam perbaikan sert a regenerasi j aringan. St rukt ur resept or insulin dan kem am puan insulin yang berbeda unt uk t erik at dengan resept or sert a m encet usk an berbagai respons biologik, pada hakekat nya ident ik dalam sem ua sel dan sem ua spesies. Jadi, insulin babi selalu lebih efekt if 20 k ali daripada proisulin habit y ang selanj ut ny a lebih efekt if 10-20 kali lipat daripada insulin m arm ut bahkan di dalam t ubuh m arm ut it u sendiri. Resept or insulin t am paknya sangat dilest arikan yang bahkan m elebihi insulinnya sendiri.

Kalau insulin t erik at dengan resept or, beberapa perist iw a ak an t erj adi ( 1) . Terj adi perubahan bent uk resept ort ( 2) , resept or ak an berik at an silang dan m em bent uk m ik roagregat , 3) . Resept or ak an m engalam i peny at uan ( int enalisasi) dan 4) . Dihasilkan sat u at au lebih sinyal. Kepent ingan perubahan bent uk t ersebut t idak diket ahui dan int eranlisasi m ungkin m erupakan sarana unt uk m engendalikan k onsent rasi sert a pergant ian resept or. Dalam k ondisi dengan k dar insulin y ang t inggi,m isalny a obesit as at au ak rom egaI i, j um lah resept or insulin berkurang dan j aringan sasaran m enj adi k urang pek a t erhadap insulin. Regulasi ke baw ah ini t erj adi akibat hilangnya resept or oleh proses int ernalisasi yang dengan proses ini, kom pleks resept or insulin akan m asuk ke dalam sellew at endosit osis dalam v esik e bersalut k lat rin. Regulasi k e baw ah m enj elask an bagian dari resist ansi insulin pada obesit as dan diabet es m elit us t ipe I I .

(4)

Gam bar 3. Pat ofisilogi defisiensi insulin

Poluria, polidipsia dan penurunan berat badan sekalipun asupan kalorinya m em adai, m erupakan gej ala ut am a defisiensi insulin. Bagaim ana hal ini dij elaskan? Kadar gluk osa plasm a j arang m elam paui 120 m g / dL pada m anusia norm al, k endat i k adar y ang j auh lebih t inggi selalu dij um pai pada pasien defisiensi k erj a insulin. Set elah k adar t erent u gluk osa plasm a dicapai ( pada m anusia um um ny a > 180 m g j dl) , t arat m ak sim al reabosrbsi gluk osa pada t ubulus renalis akan dilam paui, dan gula akan diekskresikan ke dalam urine ( glikogusria) . Volum e urine m eningkat akibat t erj adinya diuersis osm ot ik dan k ehilangan air y ang bersifat obligat orik pada saat y ang bersarnaan ( poliuria) , kej adian ini selanj ut nya akan m enim bulkan dehidrasi ( hiperosm olarit as) , bert am bahnya rasa haus dan gej ala banyak m inum ( oliipsia) . Glikosuria m enyebabkan kehilangan kalor i yang cukup besar ( 4.'1 kal bagi set iap gr am karbohidrat yang diekskresikan keluar) , kehilangan ini, kalau dit am bah lagi dengan deplesi j aringan ot ot and adiposa, ak an m engak ibat k an penurunan berat badan yang hebat kendat i t erdapat peningkat an selera m akan ( polifagia) dan asupan- k alori y ang norm al at au m eningk at .

Sint esis prot ein ak an m enurun dalam k eadaan t anpa insulin dan k eadaan ini sebagian t erj adi ak ibat berkurangny a pengangk ut an asam am ino k e dalam ot ot ( asam am ino berfungsi sebagai subst rat gluk oneogenik ) . Jadi, orang y ang k ek urangan insulin berada dalam k eseim bangan nit rogen y ang negat if. Kerj a ant ilipolisi insulin hilang sepert i halnya efek lipogenk yang dim iliknya, dengan dem ik ian, k adar asam lem ak plasm a ak an m eninggi. Kalau k em am puan hat i unt uk m engak osidasi asam lem ak t erlam paui, m ak a seny aw a asam β hidroksibut irat dan asam aset oaset at ak an bert um puk ( k et osis) . Mula m ula penderit a dapat m engim bangi pengum pulan asam organik ini dengan m eningkat an pengeluaran CO2 lew at sist em respirasi, nam un bila keadaan ini t idak dikendalikan dengan pem berian insulin, m aka akan t erj adi asidosi m et abolik dan pasien ak an m eninggal dalam k eadaan k om a diabet ik. Pat ofisiologi defisiensi insulin dirangkum dalam Gam bar 3.

A. Efe k pa da Tr a n spor t a si M e m br a n e .

[image:4.595.191.416.79.251.2]
(5)

karier, yait u suat u proses yang dalam banyak sel digalakkan oleh insulin ( Gam bar 4) .

Gam bar 4. Masuk ny a gluk osa k edalar n sel- sel ot ot

Proses ini m eliput i efek V m aks ( peningkat an j um lah pengangkut ) dan bukan efek Km ( peningkat an afinit as pengikat an) . Dat a- dat a m enunj ukkan bahw a proses ini dalarn gel adiposa dilak sanak an dengan m enarik pengangk ut - gluk osa dari sebuah depot inak t if dalam frak si Golgi dan k em udian m enggerak k anny a k e t em pat inak t if dalam m em brane plasm a. Translokasi pengangkut at au t ransport er it u bergant ung pada suhu sert a energi dan t idak t ergant ung pada sinst esis prot ein ( Gam bar 5) .

Gam bar 5 .Tr anslok asi m olek ul pengangk ut gluk osa oleh insulin

[image:5.595.180.394.110.219.2] [image:5.595.182.396.351.642.2]
(6)

Fosforiliasi yang cepat ini akan m em pert ahankan kadar glukosa bebas agar t et ap rendah dalam hepat osit sehingga m em udahk an pem asuk anny a lew at difusi biasa k e baw ah gradien k onsent rasi.

I nsulin j uga m eningk at k an j um lah asam am ino y ang m asuk k e dalam sel, khususnya dalam ot ot dan m enggiat kan gerakan ion K+ , Na+ , nukleosida sert a fosfat anorganik . Efek ini t idak t ergant ung pada k erj a insulin t erhadap pem asuk an gluk osa.

B. Efe k pa da Pe n ggu n a a n Glu k osa .

I nsulin m em pengaruhi penggunaan gluk osa int rasel lew at sej um lah cara, sepert i diluk iskan di baw ah.

Pada orang y ang norm al, sek it ar separuh dari gluk osa y ang dim ak anny a akan diubah m enj adi energi lew at lint asan glikolisis dan sekit ar separuh lagi disim pan sebagai lem ak at au glikogen. Glikolisi akan m enurun dalam keadaan t anpa insulin, dan proses anabolik glikogenesi sert a lipogensis akan t erhalang. Sebenarnya, hanya 5% dari j um lah glukosa yang dikonsum si, diubah m enj adi lem ak pada penderit a diabet es yang kekurangan horm on insulin.

Horm on insulin m eningkat kan glikolisis hepaik dengan m enaikkan akt ivit as dan j um lah beberapa enzim y ang pent ing t erm asuk gluk okinase, fosfofruk t okinase dan piruv at k inase. Bert am bahny a glikolisis ak an m eningk at k an penggunaan glukosa dan dengan dem ikian secara t idak langsung m enurunkan pelepasan gluk osa k e dalam plasm a. I nsulin j uga m enurunk an ak t iv it as gluk osa 6- fosfat ase, y ait u suat u enzim y ang dit em uk an dalam hat i t et api t idak t erdapat pada ot ot . Karena gluk osa 6 fosfat t idak dapat k eluar dari m em bran plasm a, kerj a insulin ini m engakibat kan ret ensi glukosa dalam sel hat i.

(7)

C. Efe k Te r h a da p Pr odu k si Glu k osa ( glu k on e oge n e sis) .

Kerj a insulin t erhadap pengangkut an glukosa, glikolisi dan glikogenesi t erj adi dalam w ak t u beberapa det ik at au beberapa m enit , k arena sem ua perist iw a ini t erut am a m elibat kan akit asi at au inakt ivasi enzim lew at reaksi fosfoiliasi at au defosforilasi. Efek y ang berlangsung lebih lam a t erhadap gluk osa plasm a m eliput i inhibisi gluk oneogenesis oleh insulin. Pem bent uk an gluk osa dari prekursor nonkarbohidrat m elibat kan serangkaian t ahap enzim at ik yang banyak diant ranya dirangsang oleh preparat α sert a β adrenergik, yait u angiot ensio I I dan vasopresin. I nsulin m engham ba t ahap yang sam a ini. Enzim glukoneopgenik yang m enj adi k unci di dalam hat i adalah phosfoenolpiruv at k arboksik inase ( PEPCK, phosphoenol pyr uvat car boxykinase) yang m engubah oksaloaset at m enj adi phosfoenolpiruvat . I nsulin m enurunkan j um lah enzim ini dengan m engham bat secara selek t if t ranskirpsi gen y ang m engk ode m RAN bagi PPCK.

D . Efe k Te r h a da p M e t a bolism e glu k osa .

Kerj a net t o sem ua efek insulin di at as adalah m enurunk an k adar gluk osa darah. Dalam kerj a ini, insulin berdiri sendiri dalam m enghadapi sekelom pok horm on yang berupaya unt uk m elaw an pengaruh insulin t ersebut . perist iw a ini j elas m enggam bark an salah sat u m ek ansim pert ahanan paling pent ing y ang dim iliki oleh organism e, m engingat hipoglikem ia yang berkepanj angan m erupak an ancam an y ang bisa m em baw a k em at ian bagi ot ak dan harus dihindari.

E. Efe k Te r h a da p M e t a bolism e Lipid.

Kerj a lipogenik insulin t elah dibicrakan dalam kont eks m engenai penggunaan gluk osa. I nsulin j uga m erupak an inhibit or k uat proses lipolisi dalam hat i sert a j aingan adiposa dan dengan dem ikian m em iliki efek anabolik t ak langsung. Hal ini sebagian disebabkan oleh kem am puan insulin unt uk m enurunkan kadar cAMP ( yang dalam j aringan ini dit ingkat kan oleh hom on lipolit ik gluok agon dan epinefrin) t et api j uga oleh k eny at aan bahw a insulin j uga m engham bat ak t iv it as enzim lipase y ang pek a t erhadap k erj a horm on I nhibisi ini agak ny a disebabk an oleh ak it asi fosfat ase y ang m elak uk an reak si defosforilasi dan dengan dem ik ian m eniadak an k eak t ifan enzim lipase at au enzim prot ein kinase yang bergant ung pada cAMP. Karena it u, insulin m enurunkan kadar asam lem ak bebas yang berbeda. Hal ini t urut m enghasilkan kerj a insulin t erhadap m et abolism e karbohidrat , m engingat asam lem ak m engham bat glikolisis pada beberapa t ahap dan m enst im ulasi gluk oneogeneis. Jadi, pengat uran m et abolik t idak dapat dibicarak an dalam k ont eks suat u horm on at au m et abolit y ang t unggal. Proses pengat uran m erupak an proses y ang k om plek s dim ana aliran suat u lint asan t ert ent u t erj adi ak ibat int erak si sej um lah horm on dan m et abolit .

Diubah m enj adi energi ( glikolisis)

Glokosa yang Dim akan Diubah m enj adi lem ak

Diubah m enj adi glikogen

(8)

sit rat . Pada pasien defisiensi insulin, k apasit as proses ini dengan cepat ak an dilam paui dan aset il KoA ak an diubah m enj adi aset oaset il KoA sert a k em udian

Gam bar 6. Pada defisiensi insulin yang ber at t er dapat pecepat an liposisis. Per ist iwa ini m engakibat kan kenaikan kadar t r iasil gliser ol plasm a ( hiper lipidem ia) . Sedikit aset il KOA dapat dim et abolisier lew at siklus asam sit r at sehingga sisanya har us diubah m enj adi asam asam ket o ( ket onem ia) dan sebagian diekskr esikan ( ket onur ia) . Kar ena glikolis diham bat , enzim Glukosa 6 fosfat yang t er bent uk dar i per cepat an glikogenelosis akan diubah m enj adi glukosa. Per ist iwa ini ber sam a dengan per cept ana glukoneogeneiss m engak ibat k an hiper glikem ia ( akibat ber t am bahnya asam am ino yang ada dan m eningkat nya j um lah enzim PEPCK) . I nsulin pada dasar nya m em balikkan sem ua pr oses ini.

I nsulin t am pak ny a m em pengaruhi pem bent uk an at au k lirens VLDL sert a LDL< m enginRat k adar part ikel ini dan sebagai k onsekuensiny a j uga k adar k olest erol, sering m engalam i k enaikan pada penderit a diabet es y ang t idak t erkont rol. Percepat an proses at erosk leosis y ang m enj adi perm asalahan serius pada bany ak penderit a diabet es, dit im bulk an oleh cacat m et abolik ini.

Kerj a insulin dapat dipaham i dengan m elihat Gam bar 6 y ang m eluk iskan aliran lew at beberapa lint asan pent ing t anpa adany a horm on t ersebut .

F. Efe k Te r h a da p M e t a bolism e Pr ot e in .

I nsulin um um ny a m em puny ai efek anabolik t erhadap m et abolism e prot ein, yait u m erangsang sint esis prot ein dan m engham bat proses penguraian prot ein. I nsulin m est im ulasi pengam bilan am ino net ral oleh ot ot , yait u suat u efek y ang t idak berkait an dengan pengam bilan gluk osa at au dengan peny at aun selanj ut nya sist em m anufact uring am ino ke dalam prot ein. Efek prot ein t erhadap sint esis prot ein yang um um di dalam ot ot kerangka sert a j ant ung dan di dalam hat i diperkirak an t et j adi pada t ingk at t ranslasi m RNA.

[image:8.595.98.488.97.439.2]
(9)

perubahan pada m RNA yang bersesuaian. Kerj a isulin inilah yang akhirnya dapat m enerangkan banyak efek yang dim iliki horm on t ersebut t erhadap akt ifit as at au j um lah prot ein yang spesifik.

G. Efe k Te r h a da p Re plik a si Se l

I nsulin m erangsang proliferasi sej um lah sel dalam m edia perbenihan, dan m ungkin pula t erlibat dalam pengat uran pert um buhan secara in vivo. Sel fibroblast yang dikult ur m erupakan sel yang paling sering digunakan dalam sej um lah penelit ian t erhadap pengendalian pert um buhan. Pada sel t ersebut , insulin akan m enam bah kem am puan yang dim iliki oleh fakt or pert um buhan broblast ( FGF, fibrobalst grow t h fact or) , fak t or pert um buhan y ang berasal dari plat elet ( PDGF; plat elet deriv ed grow t h fact or) , fak t or pert um buhan epiderm is ( EGF, epiderm al grow t h fact or) , est er phorbol y ang m eningk at k an pert um buhan t um or, prost aglandin F2a ( PGF 2AO) , v asopresin sert a analog cAMP unt uk m erangsang kelanj ut an proses siklus sel bagi sel- sel yang t ert ahan dalam fase G1 sik lus t ersebut ak ibat depiv asi serum .

Bidang riset baru yang m enarik m eliput i penyelidikan t erhadap akivit as t irosin k inase. Ersept or insulin, bersam a dengan resept or bagi bany ak pept ida pet um buhan lainnya yang m encakup resept or PDGF dan EGF, m em iliki akt ivit as t irosin kinase. Yang m enarik, banyak produk onkogen yang sebagian diant aranya dicurigai t erlibat dalam st im ulasi replikasi sel m alignan, j uga m erupakan t irosin kinase. Sel m am alia m engandung analog produk onkogen ini ( prot oonkogen) yang m ungkin t erlibat dalam replikasi sel norm al. Dukungan t erhadap t eori yang m enyat akan ket erlibaan sel t ersebut berasal dari hasil observasi yang dilakukan ak hir ak hir ini bahw a ekspresi sedik it ny a dua produk prot oonk ogen y ait u c- fos dan c- m y c, ak an m eningk at dengan penam bahan PDGF serum at au insulin pada sel yang t erham bat pert um buhannya.

I I I . D I ABETES M ELLI TUS

Diabet es m ellit us adalah gangguan endokrine yang paling um um dit em uk an dalam prak t ek k linis. Gangguan ini dapat idefenisikan sebagai suat u sindrom e yang dit andai oleh hyperglycem ia akibat kelem ahan at au kekurangan absolut at au relat if dari insulin dan / at au resist ansi insulin.

Diabet es m ellit us prim er pad a um um nya disubklasit ikasikan kedalam insulin dependent diabet es m ellit us ( diabet es m ellit us yang bergant ung kepada insulin at au I DDM) dan non- insulin dependent diabet es m ellit us ( NI DDM) at au diabet es m ellit us yang t idak bergant ung kepada insulin. Gugus gugus klinis ini berbeda dalam epidem iologiny a sifat - sifat k linis dan pat ot isiologiny a. Sifat - sifat y ang paling k ont ras dari I DDM dan NI DDM diperlihat k an pada t abel1.

Diabet es m ellit us sekunder dapat t erj adi dari penyakit pankreat ik, peny ak it endok ine sepert i sindorm e Cushng, t erapi obat , dan j arang disebabk an oleh abnorm alit as resept or insulin.

I n su lin D e pe n de n t dia be t e s m e llit u s ( dia be t e s m e llit u s y a n g be r ga n t u n g k e pa da in su lin )

(10)

Tabel 1. I nsulin Dependent Diabet es Mellit us ( I DDM) kont ra Non I nsulin Dependent Diabet es Mellit us ( NI DDM)

Sifa t - Sifa t Ut a m a I D D M N I D D M

Epidem iologi Frekuensi di Eropah

Ut ara

Dom inansi 0.02- 0.4% 1- 3%

Eropah ut ara Seluruh dunia

Kaukasian Terendah pada daerah

pedesaan dari

negara-negara sedang berkem bang

Karakt erist ik klinis

Usia < 30 t ahun < 40 t ahun

Berat Rendah Norm al at au m eningk at

Serangan Cepat Lam bat

Ket osis Um um Dibaw ah st ress

I nsulin endogenous Rendah/ t idak ada Ada

Asosiasi HLA Ya Tidak

Ant ibodi sel islet Ya Tidak

Pat ofisiologi/ et oogi Penusukan aut oim m une dari sel- sel islet ankerat ik

Tidak j elas, sekresi insulin t erganggu dan resist ansi insulin

Asosiasi genet ik Poligenik Kuat

Fak t or- fak t or lingk ungan Virus dan t ok sin y ang t erim plikasi

Kegem ukan non ak t ifit as fisik

Non- insulin dependent diabet es m ellit us ( NI DDM) ( Diabet es m ellit us m g t idak bergant ung k epada insulin

NI DDM t urut berperan t erhadap 85% dari sem ua j enis diabet ik dan bisa t erj adi pada sem ua usia. Diabet ik paling um um t erj adi pada usia 40- 80 t ahun. Dalam k ondisi ini, ada resist ansi j aringan peripheral t erhadap ak si insulin, sehingga k adar insulin dapat m encapai norm al at au bahk an t inggi. Obesit as adalah sifat k linis ang paling berkait an secara um um .

I V . KOM PLI KASI TERLAM BAT D ARI D I ABETES M ELLI TUS

Diabet es m ellit us bukan hanya dit andai oleh keberadaan hyperglycem ia m elainkan j uga oleh insiden kom plikasi yang t erlam bat :

- Microangipat hy , didefenisik an sebagai abnorm alit as pada dinding pem buluh darah kecil, yang sifat paling dom inannya adalah penebalan m em brane basem ent .

- Ret inopat hy , dapat m enim bulk an k ebut aan k arena pendarahaan dari pem buluh ret ina proliferasi, dan m ak ulapt hy sebagai ak ibat eksudasi dari pem buluh at au edem a yang m em pengaruhi m akula ( gam bar 3) .

- Nephropat hy ak an m enim bulk an k egagalan ginj al. Pada t ahap dini ak an t erj adi hiperfungsi ginj al, sehubungan dengan kenaikan GFR, m eningkat nya ukuran glom erular dan m ikroalbum inuria. Pada t ahap akhir, t erj adi peningkat an prot einuria dan penurunan t aj am fungsi ginj al ,yang m enyebakan urem ia.

- Neuropat hy dapat t erbuk t i sebagai diarhea, hipot ensi post ural, im pot ensi, kant ong kem ih neurogenik dan borok kaki neuropat ik akibat m ikroangiopat hy dari pem buluh darah saraf dan m et abolism e gluk osa dalam sel- sel darah.

[image:10.595.91.505.106.409.2]
(11)

Bent uk yang paling um um dari hiperlipidem ia yang diam at i dalam diabet ik adalah hipert rigliseridem ia dengan peningk at an k olest erol VLDL plasm a dan penurunan kolest erol HDL.

Sek it ar 60% dari pasien diabet ik m eninggal k arena peny ak it v askular dan 3% m eninggal karena penyakit j ant ung koronari. Kebut aan adalah 25 kali lebih t inggi dan gagal ginj al k ronis adalah 17 k ali lebih um um pada dibet ik . Ada buk t i yang sem akin luas bahw a kont rol glikem ik yang ket at akan m enunda serangan penyakit ini.

V . PATOGEN ESE D I ABETI C KETOACI SOD I S

Fak t or fak t or pem icu y ang paling um um dalam perkem bangan Diabet ic Ket oacidosis ( DKA) adalah infek si, infark m iokardial, t raum a, at aupun k ehilangan insulin. Sem ua gangguan gangguan m et abolik y ang dit em uk an pada DKA ( diabet ic k et oacidosis) adalah t ergolong k onsekuensi langsung at au t idak langsung dari kekurangan insulin ( Gam bar 7)

Menurunnya t ransport glukosa kedalam j aringan j aringan t ubuh akan m enim bulkan hyperglycaem ia yang m eningkat kan glycosuria. Meningkat nya lipoly sis ak an m eny ebabk an over- produk si asam asam lem ak , y ang sebagian diant aranya akan dikonversi ( dirubah) m enj adi ket one, m enim bulkan ket onnaem ia, asidosis m et ablik dan ket onuria. Glycosuria akan m enyebabkan diuresis osm ot ik, yang m enim bulkan kehilangan air dan elekt rolit e- sepert i sodium , pot assium , k alsium , m agnesium , fosfat dan k lorida. Dehidrasi, bila t erj adi secara hebat , ak an m enim bulk an urem ia pra renal dan dapat m enim bulkan shock hypofolem ik. Asidodis m et abolik yang hebat sebagian akan dikom pensasi oleh peningkat an deraj ad vent ilasi ( peranfasan Kussm aul) . Munt ah-m unt ah j uga biasany a sering t erj adi dan ak an ah-m eah-m percepat k ehilangan air dan elekt rolit e. Sehingga, perkem bangan DKA adalah m erupak an rangk aian dari iklus int erlocking vicious yang seluruhnya harus diput uskan unt uk m em bant u pem ulihan m et abolism e karbohidrat dan lipid norm al.

V I I . PEN YELI D I KAN LABORATORI UM

(12)

Adalah pent ing unt uk m enj elaskan konsekuensi m et odologi laborat orium y ang dem ik ian pent ing secara k linis. Keberadaan gugus k et one dalam serum akan m em pengaruhi pengukuran kreat inine, oleh karena it u, kreat inine serum dapat m eningk at dengan t aj am pada t ahap ak ut . Nilai- nilai k reat inine y ang baik hanya dapat diperoleh set elah ket onem ia m enurun.

Ak t ifit as am y lase dalam serum j uga ak an m eningk at dalam diabet ic k et oacidosis Pank reat it is harus dipandang sebagai fak t or pem icu hany a apabila t erj adi rasa sak it abdom en y ang persist en.

Gluk osa darah harus dim onit or set iap j am di t em pat t idur sam pai k urang dari 15 m m ol/ l. set elah it u, pem erik saan dapat dit eruskan set iap 2 j am sek ali. gluk osa plasm a harus dik onfirm asik an di laborat orium set iap 2- 4 j am . Frekuensi m onit or gas darah ak an bergant ung k epada k ehebat an DKA ( diabet ic ket oacidosis) . Pada kasus- kasus yang hebat har us dilaksanakan set iap 2 j am sek ali sedik it ny a selam a 4 j am pert am a. Kadar pot asium serum harus diperik sa set iap 2 j am selam a 6 j am pert am a, sedangkan urea dan elekt rolit e harus diukur dalam int erval set iap 4 j am sek ali ( Gam bar 8) .

Gam bar 8. Pengobat an efekt if k asus diabet ic k et oacidosis y ang hebat

[image:12.595.182.412.274.422.2]

Dua bent uk lainny a dari dek om pensasi m ert abolik y ang hebat , dapat t erj adi pada diabet ik. Bent uk - bent uk ini adalah hy persosm olar non- k et ot ic com a ( HONK) dan asidosis lakt ik. Tabel 2 m em perlihat kan sifat sifat ut am a dari kondisi ini dibandingk an dengan OKA.

Tabel 2. Sifat - sifat pent ing dari t iga bent uk dek om pensasi ( peruraian) m et abolik pada diabet es.

Sifa t - sifa t D ia be t ic k e t oa cidosis

( D KA)

H y pe r osm ola r n on k e t ot iccom a

( H ON K)

Asidosis la k t a t

Gluk osa plasm a Tinggi Sangat t inggi Bervariasi

Ket one Ada Tidak ada Bervariasi

Asidosis Sedang/ hebat Tidak ada Hebat

Dehidrasi Dom inan Dom inan Bervariasi

Hipervent ilasi Ada Tidak ada Ada

X I . PEN GOBATAN D I ABETI C KETOACI D OSI S

Penanganan DKA ( diabet ic k et oacidosis) m em erluk an pem berian t iga agent berik ut :

- Cairan: pasien penderit a DKA biasany a m engalam i deplesi cairan y ang hebat dan adalah pent ing unt uk m engekspansi nilai ECF nya dengan saline unt uk m em ulihkan sirkulasinya.

[image:12.595.91.506.534.636.2]
(13)

- Pot assium . Meskipun ada kadar pot assium serum norm al, nam un sem ua pasien penderit a DKA m engalam i deplesi kalium t ubuh yang m ungkin t erj adi secara hebat .

Dalam k ebany ak an k asus, t erapi rehidrasi dan insulin ak an m engat asi asidosis m et abolik, dan t idak act a t erapi lanj ut an ak an diindik asik an. Nam un dem ik ian, dalam k asus k asus y ang paling parah, bila k onsent rasi ion hidronRen lebih t inggi dari 100 nm ol/ l, m ak a k aium bik arbonat dapat diindik asik an.

Penanganan diabet ic k et oacidosis secara rinci diperlihat k an pada gam bar 9, yakni 0.9% akan pulih kem bali selam a defisit cairan dan elekt rolit e pasien sem akin baik. I nsulin int ravena diberikan m elalui infusi kont inu dengan m enggunak an pom pa ot om at is, dan suplem ent pot asium dit am bahk an k edalam regim en cairan. Bent uk penanganan yang baik at as seorang pasien penderit a DKA ( diabet ic ket oacidosis) adalah m elalui m onit oring klinis dan biokim ia yang cerm at .

Gam bar 9. Penanganan diabet ic k et oacidosis

[image:13.595.99.501.243.665.2]
(14)

at as seorang pasien penderit a DKA ( diabet ic k et oacidosis) adalah m elalui m onit oring klinis dan biokim ia yang cerm at .

D AFTAR PUSTAKA

Kit abchi AE, Managem ent of Diabet ic Ket oacidosis, Diabet ic Care Updat e, Am erican Fam ily Phy sician, Vol. 60. Num ber 2, 1999.

Murray , Robert K. Harpers biochem ist ry, Ed. 25, Applet on and Lange, 2000: 603-609.

Allan Graw , et .al, Clinical Biochem ist ry, Churchill Livingst one, Toront o, 1999; 56-63.

Gambar

Gambar 2. Gambaran skematik struktur LDL, EGF dan reseptor insulin.
Gambar 3. Patofisilogi defisiensi insulin
Gambar 4. Masuknya glukosa kedalarn sel-sel otot
Gambar 6. Pada defisiensi insulin yang berat terdapat pecepatan liposisis. Peristiwa ini mengakibatkan kenaikan kadar triasil gliserol plasma ( hiperlipidemia)
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Faktor sosial ekonomi ditinjau dari: modal, 41 responden (68,33%) memiliki modal tanah sendiri dan sisanya dari sewa; tenaga kerja, yang digunakan ada 2 macam yaitu tenaga

Uji sensoris secara keseluruhan menempatkan beras organik mentik susu giling sebagai nasi yang lebih disukai oleh panelis, karena memiliki (warna, rasa, aroma dan tekstur)

[r]

To enter the ASEAN's free Trade or which known as AFTA, the foreign trade has become more important role,The competition and the challenge of foreign trade will be difficult To

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: Faktor yang Mempengaruhi Waktu Perolehan Pekerjaan Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Jember pada Sektor

Yudi Wicaksono, S.Si., Apt., M.Si. Dwi Nurahmanto,

More selective mapping of Global Health Initiative (GHI) and specifically PEPFAR-funded HIV/AIDS activities should also be completed in order to ensure that activities are

Hasil penelitian menunjukkan: (1) uji kompetensi guru prajabatan Model – 3 dinyatakan layak oleh 73% responden; (2) sasaran pendidikan profesi guru dari lulusan