HUBUNGAN BERBAGAI FAKTOR LINGKUNGAN DAN
UMUR TERHADAP BIOMASSA
Eucalyptus urograndis
SKRIPSI
RUDIANTO GURNING 091201152
Manajemen Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
HUBUNGAN BERBAGAI FAKTOR LINGKUNGAN DAN
UMUR TERHADAP BIOMASSA
Eucalyptus urograndis
SKRIPSI
Oleh:
RUDIANTO GURNING 091201152
Manajemen Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
HUBUNGAN BERBAGAI FAKTOR LINGKUNGAN DAN
UMUR TERHADAP BIOMASSA
Eucalyptus urograndis
SKRIPSI
RUDIANTO GURNING 091201152/Manajemen Hutan
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul : Hubungan Berbagai Faktor Lingkungan dan Umur Terhadap Biomassa Eucalyptus urograndis
Nama : Rudianto Gurning
NIM : 091201152
Program Studi : Kehutanan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut.,M.P
Ketua Anggota
Mengetahui
Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D Ketua Program Studi
ABSTRAK
RUDIANTO GURNING: Hubungan Berbagai Faktor Lingkungan dan Umur Tanaman Terhadap Biomassa Eucalyptus urograndis. Dibimbing oleh SITI LATIFAH dan KANSIH SRI HARTINI.
Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertambahan biomassa pohon yang tidak dapat dimodifikasi. Oleh sebab itu dilakukan penelitian terhadap Eucalyptus urograndis di Estate A, Sektor Aek Nauli, PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Untuk melihat besar hubungan antara variabel terikat yaitu biomassa E. urograndis dan variabel bebas yaitu curah hujan, elevasi, kelerengan, pH tanah, jenis tanah dan umur tanaman, maka dilakukan dengan analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang berpengaruh signifikan terhadap pertambahan biomassa Eucalyptus urograndis adalah curah hujan, elevasi dan umur tanaman, sedangkan pH tanah, kelerengan dan jenis tanah tidak berpengaruh signifikan. Nilai koefisien korelasinya adalah 0,88 yang menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat dan hubungan searah antara variabel terikat dan variabel bebas.
ABSTRACT
RUDIANTO GURNING : Relationships Various Environmental Factors and Age Against Biomass Plant Eucalyptus urograndis , Under the supervision of SITI LATIFAH and KANSIH SRI HARTINI.
Environmental factors is one of the factors that affect tree biomass increment that can not be modified . Therefore, a research had been conducted on Eucalyptus urograndis in Estate A , Sector Aek Nauli , PT Toba Pulp Lestari Tbk . To see the relationship between the dependent variable, is the biomass of E. urograndis and independent variable, is the rainfall , elevation , slope , soil pH , soil type and age of the plant , it is done by multiple linear regression analysis .
The results showed that a significant effect on the biomass increase was Eucalyptus urograndis rainfall , elevation and age of the plant , while soil pH , slope and soil type had no significant effect . Value of the correlation coefficient is 0.88 which indicates that there is a very strong relationship and a direct relationship between the dependent variable and independent variables .
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Beringin pada tanggal 12 januari 1989 dari
ayah Polin Gurning dan Ibu Lince Sihombing. Penulis merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara.
Tahun 2001 penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri No.030340 Tanjung beringin, tahun 2004 lulus dari SMP Negeri 2 Sumbul dan tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sumbul. Tahun 2009 masuk ke Program Studi
Kehutanan, Fakultas Pertanian, USU melalui ujian tertulis Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih minat Menejemen Hutan (MNH) pada semester VII.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS USU) dan menjadi asisten praktikum Pemanenan
Hasil Hutan pada tahun 2012. Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem
Hutan di hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di taman hutan raya (Tahura), Tongkoh, Brastagi pada tahun 2011.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT Musi Hutan
Persada, Palembang dari tanggal 4 Februari sampai 5 Maret 2013. Tahun 2013, penulis melakukan penelitian di PT Toba Pulp Lestari Tbk Sektor Aek Nauli dengan judul penelitian “Hubungan Berbagai Faktor Lingkungan dan Umur
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Hubungan Berbagai Faktor Lingkungan dan Umur Tanaman terhadap
Biomassa Eucalyptus urograndis”. Skripsi ini ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis P. Gurning dan L. Sihombing yang telah membesarkan, memelihara, mendidik dan mendukung penulis selama ini. Penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut., M.P selaku anggota komisi
pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari penetapan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Khusus untuk Bapak Gibson Manurung dan Ibu
Adventris Hutagaol di PT TPL, beserta pihak manajemen PT TPL Tbk, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuannya selama penelitian.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan
pegawai di Program Studi Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Oktober 2013
DAFTAR ISI
Deskripsi Eucalyptus urograndis... 5Faktor Pertumbuhan Pohon ... 6
Pengujian Parameter Persamaan ... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN Biomassa Eucalyptus urograndis ... 24
Pengaruh Faktor Lingkungan dan Umur Terhadap Biomassa ... 25
Hubungan Faktor Lingkungan dan Umur Terhadap Biomassa ... 28
Pengujian Parameter Persamaan ... 30
KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
Kesimpulan ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35
DAFTAR TABEL
Hal.
1. Data Penelitian... 15
2. Kompartemen Penentuan pH Tanah pada Berbagai Kelerengan ... 16
3. Skoring Jenis Tanah ... 17
4. Tabel regresi ... 18
5. Kriteria Nilai Koefisien Korelasi ... 19
6. Persamaan Regresi ... 25
7. Nilai Korelasi Parsial Variabel Bebas ... 29
8. Uji Parsial (Uji t) ... 31
9. Persamaan Regresi variabel Signifikan ... 32
viii
DAFTAR GAMBAR
Hal.
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
1. Biomassa Eucalyptus urograndis di Estate A ... 38
2. Perhitungan Biomassa Eucalyptus urograndis...39
3. Data Faktor Lingkungan dan Umur tanaman ... 41
4. Data pH Tanah ... 43
5. Dokumentasi Penelitian ... 44
i
ABSTRAK
RUDIANTO GURNING: Hubungan Berbagai Faktor Lingkungan dan Umur Tanaman Terhadap Biomassa Eucalyptus urograndis. Dibimbing oleh SITI LATIFAH dan KANSIH SRI HARTINI.
Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertambahan biomassa pohon yang tidak dapat dimodifikasi. Oleh sebab itu dilakukan penelitian terhadap Eucalyptus urograndis di Estate A, Sektor Aek Nauli, PT Toba Pulp Lestari, Tbk. Untuk melihat besar hubungan antara variabel terikat yaitu biomassa E. urograndis dan variabel bebas yaitu curah hujan, elevasi, kelerengan, pH tanah, jenis tanah dan umur tanaman, maka dilakukan dengan analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang berpengaruh signifikan terhadap pertambahan biomassa Eucalyptus urograndis adalah curah hujan, elevasi dan umur tanaman, sedangkan pH tanah, kelerengan dan jenis tanah tidak berpengaruh signifikan. Nilai koefisien korelasinya adalah 0,88 yang menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat dan hubungan searah antara variabel terikat dan variabel bebas.
ABSTRACT
RUDIANTO GURNING : Relationships Various Environmental Factors and Age Against Biomass Plant Eucalyptus urograndis , Under the supervision of SITI LATIFAH and KANSIH SRI HARTINI.
Environmental factors is one of the factors that affect tree biomass increment that can not be modified . Therefore, a research had been conducted on Eucalyptus urograndis in Estate A , Sector Aek Nauli , PT Toba Pulp Lestari Tbk . To see the relationship between the dependent variable, is the biomass of E. urograndis and independent variable, is the rainfall , elevation , slope , soil pH , soil type and age of the plant , it is done by multiple linear regression analysis .
The results showed that a significant effect on the biomass increase was Eucalyptus urograndis rainfall , elevation and age of the plant , while soil pH , slope and soil type had no significant effect . Value of the correlation coefficient is 0.88 which indicates that there is a very strong relationship and a direct relationship between the dependent variable and independent variables .
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam rangka peningkatan potensi dan kualitas hutan produksi guna pemenuhan kebutuhan bahan baku industri, dikembangkan bentuk pengusahaan
hutan yang disebut pengusahaan hutan tanaman industri (HTI). Sasaran pengelolaan diarahkan pada areal kawasan hutan produksi yang kurang produktif untuk dilakukan penanaman, pemeliharaan, pemungutan, pengolahan dan
pemasaran hasil hutan.
Hutan mengabsorpsi CO2 selama proses photosintesis dan menyimpannya
sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Banyaknya materi organik yang tersimpan dalam biomassa hutan per unit luas dan per unit waktu merupakan pokok dari produktivitas hutan (Budiyanto, 2006).
Selanjutnya berdasarkan PP No. 6 Tahun 1999 dinyatakan bahwa tujuan
pembangunan hutan tanaman adalah untuk memperbaiki potensi hutan yang terlanjur rusak dan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri, sehingga membangun HTI sama dengan merehabilitasi kawasan hutan produksi yang kritis
dan tidak produktif. Dalam PP No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan
Kawasan Hutan disebutkan bahwa sasaran pembangunan hutan tanaman adalah
pada kawasan hutan produksi yang tidak produktif seperti lahan kosong, padang alang-alang dan hutan rawang (potensi kurang dari 20 m3 dan tidak produktif).
atau HTI pulp. Salah satu hutan tanaman industri (HTI) pulp yang berkembang saat ini adalah HTI milik PT Toba Pulp Lestari Tbk. Eukaliptus yang ditanam di
lahan konsesi PT TPL Tbk ini terdiri dari berbagai jenis dan berbagai klon.
Eucalyptus spp seperti jenis Eucalyptus urophylla, Eucalyptus grandis, Eucalyptus pellita dan Eucalyptus hybrid merupakan jenis yang dikembangkan secara luas di PT Toba Pulp Lestari. Salah satu jenis yang sedang dikembangkan dalam skala operasional setelah melalui berbagai uji kualitas oleh pihak Research and Development adalah Eucalyptus hybrid hasil persilangan antara jenis Eucalyptus urophylla S.T. Blake dengan Eucalyptus grandis W.Hill ex Maid yang terkenal dengan nama hibrid Eucalyptus urograndis.
Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam
mengurangi emisi CO2 di atmosfir melalui aktivitas fisiologinya. Pengukuran
produktivitas hutan dalam konteks studi ini relevan dengan pengukuran biomassa.
Biomassa hutan menyediakan informasi penting dalam menduga besarnya potensi
penyerapan CO2 dan biomassa dalam umur tertentu yang dapat dipergunakan
untuk mengestimasi produktivitas hutan (Heriansyah et al., 2003).
Hutan mengabsorpsi CO2 selama proses fotosintesis dan menyimpannya
sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Banyaknya materi organik yang
tersimpan dalam biomassa hutan per unit luas dan per unit waktu merupakan
pokok dari produktivitas hutan (Budiyanto, 2006).
Selama ini, potensi pohon hanya dihitung berdasarkan besarnya volume
kayu batang pohon yang dimanfaatkan untuk industri-industri pengolahan kayu
besar dalam menyimpan karbon. Melalui studi biomassa, penaksiran potensi bagian pohon tersebut dalam menyimpan karbon dapat dilakukan
(Budiyanto, 2006).
Sementara itu, pertambahan biomassa pohon tidak lepas dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi biomassa tersebut. Kramer dan Kozlowski (1960) menyatakan bahwa pertumbuhan pohon sangat ditentukan oleh interaksi antara tiga faktor yaitu faktor keturunan/genetik, faktor lingkungan dan faktor
teknik budidaya atau silvikultur yang diterapkan.
Faktor genetik dan faktor teknik silvikultur adalah suatu hal yang mudah dimodifikasi untuk produktifitas dan peningkatan biomassa pohon, tetapi faktor lingkungan seperti iklim, topografi dan ketinggian tempat adalah hal alami tanpa
modifikasi. Namun, perlu diketahui seberapa besar sebenarnya pengaruh atau kontribusi faktor-faktor lingkungan tersebut terhadap peningkatan biomassa
pohon Eucalyptus urograndis di PT TPL Tbk khususnya Sektor Aek Nauli sehingga dapat dilakukan tindakan-tindakan yang tentunya untuk mengoptimalkan peningkatan biomassa Eucalyptus urophylla.
Faktor lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah curah hujan, pH tanah, jenis tanah, ketinggian tempat dan kelerengan. Curah hujan
berkaitan dengan ketersediaan air untuk proses pertumbuhan tanaman Eucalyptus urograndis. Nilai pH tanah selain menunjukkan derajat keasaman juga sebagai informasi sifat-sifat tanah yang lain seperti ketersediaan fospor, status
kation-kation basa, status kation-kation atau unsur beracun (Mukhlis, 2007). Jenis tanah
berhubungan dengan tingkat erosi atau pengikisan sehingga hilangnya unsur hara yang mungkin bermanfaat untuk pertumbuhan Eucalyptus urograndis.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui biomassa Eucalyptus urograndis di Estate A, Sektor Aek Nauli
2. Mengetahui persamaan regresi antara faktor-faktor lingkungan dan umur
tanaman dengan biomassa Eucalyptus urograndis
3. Mengetahui hubungan antara faktor-faktor lingkungan dan umur tanaman dengan biomassa Eucalyptus urograndis
4. Mengetahui apakah faktor lingkungan dan umur tanaman berpengaruh signifikan terhadap pertambahan biomassa Eucalyptus urograndis
Manfaat Penelitian
Akan diketahui persamaan linear berganda dengan variabel bebas adalah
faktor-faktor lingkungan dan umur tanaman, sehingga diperoleh korelasi dan signifikasi antara faktor-faktor lingkungan dan umur tanaman tersebut terhadap
biomassa Eucalyptus urograndis sehingga data ini dapat digunakan pihak pengelola PT TPL untuk kebijakan-kebijakan pengelolaan demi peningakatan
biomassa Eucalyptus urograndis.
Batasan Penelitian
1. Faktor-faktor lingkungan yang dimaksud adalah curah hujan, topografi (kelerengan dan ketinggian tempat), pH tanah, dan jenis tanah.
5
Genus Eucalyptus banyak dikembangkan karena memiliki jumlah jenis dan provenan yang sangat beragam, cepat tumbuh, umumnya memiliki bentuk batang yang baik dan lurus, produksi biji tinggi dan mudah bertunas serta memiliki 12 potensi adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang
berbeda (Campinhos et al., 1993). Persyaratan tumbuh, baik keadaan tanah maupun lingkungan berbeda-beda tergantung jenis. Eucalyptus urophylla merupakan jenis yang baik tumbuh pada tipe hujan C, D dan E dari Schmiit dan
Ferguson, ketinggian 200-1500 m dpl dengan curah hujan 1300-2400 mm/tahun, tumbuh baik pada tanah allivian dan toleran terhadap tanah padat dan asam, tanah
miskin zat mineral dan kandungan air kurang (Yulianti dan Kurniawati, 2003).
Jenis Eucalyptus grandis menghendaki iklim C dan D, ketinggian tempat sekitar 0- 800 m dpl, curah hujan tahunan rata-rata 1000-3500 mm/tahun dengan
dengan kemiringan yang tidak curam, serta tumbuh pada tanah alluvial di tempat-tempat dekat air tetapi tidak tergenang air dan mengandung lempung (Boland et al. 1989).
Hibrid Eucalyptus urograndis merupakan hasil persilangan antara Eucalyptus urophylla S.T. Blake dan Eucalyptus grandis W.Hill ex Maid. Persilangan pertama kalinya dilakukan di Afrika Selatan dengan jenis tetua Eucalyptus grandis W.Hill ex Maid asal Australia dan Eucalyptus urophylla S.T. Blake dari Indonesia. Di Toba Pulp Lestari persilangan jenis ini dimulai sejak
tahun 1994 secara terkendali dan mulai diujicobakan dalam skala lapangan tahun 1996 di daerah Aek Nauli, Sumatera Utara tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian sekitar 250-1700 m di atas permukaan laut yang beriklim basah (tipe
A) menurut Schmidt dan Ferguson (1951), curah hujan rata-rata tahunan 2824 mm dengan rata-rata bulanan 235 mm. Suhu udara berkisar 18,7- 21,1oC dengan suhu
rata-rata tahunan 19,9oC dan suhu tanah rata-rata tahunan 22,9oC serta jenis tanah
termasuk group Inceptisol (TPL, 2010).
Faktor Pertumbuhan Pohon
Kramer dan Kozlowski (1960) menyatakan bahwa pertumbuhan pohon
sangat ditentukan oleh interaksi antara tiga faktor yaitu faktor keturunan/genetik, faktor lingkungan dan faktor teknik budidaya atau silvikultur yang diterapkan.
Berkaitan dengan faktor lingkungan, Bruce dan Schumacher (1950) memilah
faktor tersebut menjadi faktor kerapatan tegakan, faktor kondisi iklim dan faktor kondisi tanah. Sedangkan menurut Soepardi (1992), faktor yang mempengaruhi
Faktor genetik dapat dimanipulasi melalui kegiatan pemuliaan tanaman, sedangkan faktor tanah dapat dimanipulasi melalui kegiatan silvikultur.
Faktor kondisi iklim dan kondisi tanah digabungkan sebagai faktor
kualitas tempat tumbuh (Husch et al., 1982). Dengan demikian dapat ditarik pengertian bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi faktor genetik, umur, kualitas tempat tumbuh, kerapatan tegakan dan tindakan silvikultur.
Faktor Genetik
Peningkatan produktivitas tegakan perlu dibarengi dengan peningkatan
mutu genetik. Mutu genetik dapat dicapai melalui pemuliaan dengan modal utama keragaman genetik untuk tujuan pengembangan jenis dengan sifat unggul. Seleksi
dilakukan dalam rangka memilih sifat-sifat yang diinginkan dari suatu pohon,
seperti kecepatan pertumbuhan, kecepatan adaptasi lingkungan, dan adaptasi atau resisten hama dan penyakit dan lain-lain (Zobel dan Talbert, 1984).
Faktor Kualitas Tapak
Kualitas tapak atau tempat tumbuh adalah totalitas faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tegakan dan menunjukkan kapasitas produksi
tanah dalam menghasilkan masa kayu untuk jenis tertentu (Kramer dan
Kozlowski, 1860). Menurut Daniel et al., (1997) kualitas tempat tumbuh merupakan jumlah total faktor-faktor lingkungan (tanah, iklim mikro, kelerengan
yang memiliki tingkat keeratan hubungan yang cukup tinggi dengan dimensi tegakan (Suhendang, 1990).
Cara mengukur kualitas tempat tumbuh dapat melalui pengukuran satu
atau lebih sifat-sifat vegetasi yang mencerminkan pengaruh dari faktor lingkungan, melalui pengukuran faktor lingkungan yang berasosiasi dengan pertumbuhan atau melalui penggunaan indikator peninggi. Keadaan tempat tumbuh dicirikan oleh keadaan atau sifat-sifat tanah (Suhendang, 1990).
Menurut Tim Peneliti Puslitbang Hutan Bogor (1993), persyaratan tempat
tumbuh E. urophylla berdasarkan kondisi pada sebaran alaminya antara lain adalah iklimnya termasuk tipe E dengan curah hujan rata-rata per tahun 1574,8 mm dan hari hujan 102,2 hari, topografi bergelombang sampai berbukit, dengan
ketinggian tempat 1000-2400 m dpl. Jenis tanah termasuk mediteran merah dengan bahan induk endapan liat struktur gumpal bersudut, tekstur lempung liat
berpasir, konsistensi teguh, melekat dan plastis.
Tanah merupakan faktor edafis penting untuk pertumbuhan tanaman karena tanah merupakan perantara penyedia faktor-faktor suhu, udara, air dan
unsur-unsur hara yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Wasis, 2005). Pembangunan hutan tanaman industri memerlukan tanah yang subur agar hasil
tanaman dapat optimum. Produktivitas suatu ekosistem dapat dipertahankan jika
tanah dapat melakukan fungsinya secara optimal. Tanah merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan dapat
dimanipulasi melalui teknik silvikultur dalam rangka perbaikan kesuburan tanah.
tanaman; mendorong pertukaran gas terutama O2 dan CO2 secara teratur;
mendorong aktivitas biologi dalam tanah; serta menerima, menyimpan dan
melepaskan karbon (Fisher dan Binkley, 2000).
Tanah andisol adalah tanah yang berasal dari pelapukan abu vulkanik
gunung berapi, tergolong subur dengan unsur hara yang tinggi dan baik dalam
mengikat air (Jannah, 2011). Tanah oxisol lebih baik sedikit dibandingkan ultisol.
Tanah oxisol dicirikan dengan warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga
sering disebut tanah merah, ketersediaan unsur P dan K di tanah Oxisol sangat
rendah (Maidhal, 1993). Inceptisol merupakan tanah muda yang belum
berkembang lanjut sehingga bahan organik dan unsur hara tanahnya kurang tersedia (Irawan, 2013).
Tanah berordo Ultisol kebanyakan memiliki sifat tanah yang masam, karena material di dalam profil tanah banyak mengandung mineral kuarsa dan
seskuioksida besi (Fe) dan aluminium (Al), sementara mineral- mineral lainnya
amat sedikit. Berdasarkan hal ini ditambah beberapa ciri lainnya. Mineral-mineral tersebut memiliki kapasitas menahan hara (KTK) yang rendah, demikian pula
potensi kandungan hara rendah (Safriansyah, 2011).
Faktor Perlakuan Silvikultur
Produktivitas maksimum akan tercapai jika dalam pengelolaan hutan
dilakukan tindakan silvikultur intensif bersamaan dengan pemuliaan tanaman,
seperti penggunaan bibit yang mempunyai keragaman genetik tinggi. Tanpa perlakuan silvikultur yang intensif dalam pemeliharaan maka produksi maksimum
Berbagai teknik silvikultur dapat diterapkan terhadap tanah dan pengelolaan tegakan untuk meningkatkan ketersediaan air dan unsur hara selama
pertumbuhan. Pada hutan tanaman cepat tumbuh, penerapan pengelolaan dengan
teknik silvikultur intensif dapat menaikkan dan mempertahankan produktivitas. Pada umumnya pengelolaan intensif dilakukan pada fase persiapan bibit, persiapan lahan dan fase pemeliharaan tegakan berupa pemberian input hara atau pemupukan (Nambiar, 1996).
Teknik silvikultur yang intensif dalam pemeliharaan perlu untuk
pencapaian produksi maksimum. Teknik silvikultur dimulai dari sejak pembibitan, pemeliharaan bibit, penyiangan, penyapihan, penanaman, jarak tanam, pemangkasan dan penjarangan (Daniel et al., 1997).
Biomassa
Pengertian Biomassa
Biomassa adalah jumlah total bahan organik hidup di atas permukaan
tanah pada pohon yang dinyatakan dalam berat kering oven per unit luas (Brown,
1997). Jumlah karbon yang disimpan di dalam pohon atau hutan dapat dihitung jika diketahui jumlah biomassa atau jaringan hidup tumbuhan di hutan tersebut
dan memberlakukan suatu faktor konversi. Pengertian biomassa ditinjau dari asal kata bio dan massa, sehingga biomassa tanaman adalah massa dari bagian hidup
tanaman. Bio mengandung pengertian bagian dari makhluk hidup. Massa
mengandung pengertian yang sama dengan yang terdapat dalam fisika yaitu parameter kepadatan dari suatu benda atau zat yang memberikan unsur
sehingga nilainya tidak sama dengan berat yang tergantung kepada tempat penimbangan dan berhubungan dengan gaya gravitasi (Rusolono, 2006).
Biomassa adalah berat bahan organik persatuan unit luas pada waktu
tertentu yang dinyatakan dengan istilah berat kering (dry weight) atau biomassa dapat berupa berat bahan organik suatu organisme tertentu persatuan unit luas. Biomassa pohon merupakan ukuran yang sering digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa pendugaan biomassa relatif lebih rendah dan merupakan
akumulasi dari total proses metabolisme yang dialami oleh tanaman sehingga hal ini merupakan indikator pertumbuhan yang cukup representatif apabila dikaitkan dengan tampilan keseluruhan pertumbuhan tanaman (Rusolono, 2006).
Menurut Whitten et al., (1984) dalam Rizon (2005), biomassa hutan adalah jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup, baik untuk
seluruh atau sebagian tubuh organisme, produksi atau komunitas dan dinyatakan
dalam berat kering persatuan luas (ton/ha). Biomassa dibedakan ke dalam dua kategori yaitu biomassa di atas permukaan (above ground biomass) dan biomassa bawah permukaan (below ground biomass). Biomassa di atas permukaan tanah adalah berat bahan organik per unit area pada waktu tertentu yang dihubungkan ke
suatu fungsi sistem produktifitas, umur tegakan dan distribusi organik.
Diperkirakan 45%-50% komponen penyusun biomassa adalah karbon (Brown, 1997).
Pengukuran Biomassa
Biomassa dapat diukur secara akurat melalui penebangan, pengeringan, dan penimbangan. Akan tetapi cara tersebut tidak efisien dan membutuhkan biaya
yang cukup besar.
Menurut Ewusie (1980) dalam Jayasekara (1990), pengukuran biomassa dapat dilakukan melalui pengukuran diameter setinggi dada (dbh) dan tinggi pohon serta pengukuran volume kayu yang dikonversi menjadi berat kering. Kandungan biomassa di atas permukaan tanah dari berbagai spesies pohon dapat
diukur menggunakan persamaan allometrik.
Faktor yang Mempengaruhi Biomassa
Biomassa tegakan hutan dipengaruhi oleh umur tegakan hutan, sejarah perkembangan vegetasi, komposisi dan struktur tegakan. Faktor iklim seperti
curah hujan dan suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju peningkatan
biomassa pohon (Kusmana 1993). Produktivitas hibrid Eucalyptus urograndis sangat ditentukan oleh jenis tanah dan besarnya curah hujan tahunan
(Goncalves et al., 1997 dalam Mindawati, 2011).
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penyerapan karbon antara lain adalah: iklim, topografi, karakteristik tanah, spesies dan komposisi umur
pohon, serta tahap pertumbuhan pohon. Tingkat serapan karbon yang tinggi umumnya terjadi pada lokasi lahan dengan kesuburan yang tinggi dan tingkat
curah hujan cukup, dan pada tanaman yang cepat tumbuh, walaupun tingkat
dekomposisi juga cukup tinggi pada lokasi tersebut. Pengelolaan hutan yang baik seperti pengaturan penjarangan dan rotasi pohon juga mempengaruhi tingkat
terjadi pada lokasi dengan tingkat curah hujan dan kesuburan tanah rendah (Dury et al., 2002).
Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi biomassa tegakan hutan antara
lain seperti perkembangan vegetasi, komposisi dan struktur tegakan hutan, suhu dan curah hujan. Suhu dan curah hujan merupakan faktor penunjang agar vegetasi atau tegakan dapat tumbuh dengan baik. Suhu yang optimal dan ketersediaan air yang cukup akan mempercepat pertumbuhan vegetasi atau tegakan itu sendiri
sehingga jika dilihat perkembangan vegetasinya maka akan mengalami
peningkatan dimensi baik diameter, tinggi, volume, dan lainnya. Dengan peningkatan dimensi tersebut maka biomassa vegetasi atau tegakan pun akan semakin besar.
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
PT. Toba Pulp Lestari sektor Aek Nauli berada di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian berada 160 km dari kota Medan dan
35 km dari Pematang Siantar. Secara geografis lokasi penelitian berada antara
operasional dan 125 ha merupakan daerah enclave dimana penduduk bermukim. Areal kerja hutan tanaman dibagi ke dalam beberapa blok dan dari blok dibagi
menjadi beberapa petak (compartement) dengan luasan bervariasi. Sektor Aek Nauli terdiri dari 5 blok kerja (estate) yaitu estate A, estate B, estate C, estate D dan estate E (TPL, 2010).
15
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT Toba Pulp Lestari (TPL) Tbk. di Sektor Aek Nauli, Estate A, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Lampiran 6) pada
Bulan Mei sampai dengan Agustus 2013. Penetapan pH tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil secara langsung ke lapangan
sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait. Adapun rincian data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Data Penelitian
Alat yang digunakan adalah Global Positioning System (GPS) untuk pengambilan titik ketinggian di tiap kompartemen, cangkul dan plastik untuk
pengambilan contoh tanah di lapangan, perangkat keras (hardware) berupa seperangkat personal computer (PC) dan software SPSS untuk pengolahan data,
No Nama Data Jenis Data Sumber Data 1 Diameter E. urograndis Sekunder Riset PT TPL Tbk, Porsea 2 pH tanah Primer Pengambilan contoh tanah di
lapangan
3 Curah hujan Sekunder Perencanaan Sektor Aek Nauli
4 Kelerengan Sekunder Riset PT TPL Tbk, Porsea 5 Elevasi Primer Pengambilan titik ketinggian
software ArcView 3.0 untuk pembuatan layout peta, beserta kamera untuk
tanam, diameter pohon, kelerengan dan jenis tanah. Selanjutnya, dari data tersebut
ditentukan kompartemen yang akan didatangi yakni kompartemen yang ditanami jenis Eucalyptus urograndis di Estate A, pengambilan titik ketinggian yaitu keseluruhan kompartemen yang ditanami Eucalyptus urograndis di Estate A dan kompartemen yang akan didatangi untuk pengambilan contoh tanah untuk
pengukuran pH tanah yaitu masing-masing tiga kompartemen mewakili setiap kelas kelerengan (ada 15 kompartemen). Tahapan atau alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel 2. Kompartemen Pengambilan Sampel Tanah pada Berbagai Kelerengan No. Kelas Kelerengan (%) Kompartemen Pengambilan Sampel Tanah
1 0 – 3% 034, 057, 065
Penetapan pH tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Penetapan pH ini dikerjakan oleh asisten
laboratorium dari tanah yang diambil sebagai sampel dari lapangan.
Pada setiap kompartemen dilakukan perhitungan biomassa Eucalyptus urograndis dengan menggunakan model allometrik Eucalyptus hybrid menurut Latifah dan Sulistiyono (2011) yaitu:
pada jenis tanah berdasarkan kelas kesuburan tanah. Jenis tanah diurutkan mulai
dari yang paling subur di antara jenis tanah yang dijumpai hingga ke jenis yang
tidak subur dan pemberian skor dari angka paling besar untuk kelas kesuburan
tinggi dan yang paling urutan bawah diberi skor satu. Skoring ini dilakukan pada
penelitian kualitatif (Sarwono, 2006).
Tabel 3. Skoring Jenis Tanah
Keseluruhan data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan
regresi linear berganda dengan variabel terikat biomassa dan variabel bebas curah
hujan, elevasi, kelerengan, pH tanah, jenis tanah dan umur tanaman yang dapat
Tabel 4. Tabel Pengolahan Regresi
Analisis data yang digunakan adalah analisis dengan regresi linear berganda dengan persamaan berikut (Kutner et al., 2004).
β0 : Intercept atau koefisien konstanta β1, β2, β3,….. βn : Koefisien regresi variabel X
Hubungan antara faktor lingkungan dan umur tanaman terhadap biomassa Eucalyptus urograndis diuji secara serentak maupun secara parsial. Besar hubungan dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (multiple r). Nilai koefisien korelasi paling kecil adalah -1 dan paling besar adalah 1. Apabila r = -1 artinya korelasi negatif sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti
Besar pengaruh faktor lingkungan dan umur tanaman terhadap biomassa atau konstribusi faktor lingkungan dan umur tanaman terhadap biomassa dapat
dilihat dari nilai koefisien determinasi (R square). Nilainya berada pada interval 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati 1, berarti semakin besar konstribusi faktor lingkungan dan umur tanaman terhadap pertambahan biomassa Eucalyptus urograndis. Pengertian lain, semakin mendekati 1 maka semakin besar persamaan regresi dapat menjelaskan faktor lingkungan dan umur tanaman terhadap
pertambahan biomassa Eucalyptus urograndis. Dengan kata lain, semakin besar kemampuan model yang dihasilkan dalam menjelaskan perubahan nilai variabel terikat (Algifari, 2000).
Tabel 5. Kriteria Nilai Koefisien Korelasi
No. Nilai Koefisien Korelasi Kriteria Korelasi
1. 0 Tidak ada korelasi
Pengujian parameter ini dilakukan setelah diperoleh persamaan regresi dari pengolahan data di Microsoft excel. Pengujian parameter tersebut bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap
pertambahan biomassa Eucalyptus urograndis.
Langkah pengujian hipotesis secara serentak (uji F) adalah dengan
4. Menentukan daerah kritik (penolakan Ho)
Ho ditolak bila F hit > F tab
Ho diterima bila F hit≤ F tab
Jika H1 diterima dan H0 ditolak (F hit > F tab), maka selanjutnya dilakukan
pengujian parameter secara parsial (uji t).
Uji hipotesis parsial (uji t)
Ho ditolak bila –tstat < -ttabel atau t stat > ttabel
Ho diterima bila -ttabel≤ tstat ≤ ttabel
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Salah satu metode pengujiannya adalah
dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF lebih besar dari 5 maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
Pengujian Regresi:
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien korelasi (r)
Uji F dan Uji t
Tegakan Eucalyptus
urograndis
Model Allometrik Biomassa Data diameter pohon
Eucalyptus urograndis
Variabel Bebas
- CH
- Kelerengan (%)
- Tinggi Tempat (m)
- Jenis tanah
- pH
- umur tanaman
Biomassa Eucalyptus
urograndis
Penyusunan Persamaan Regresi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hutan Tanaman Industri (HTI) PT TPL khususnya di Sektor Aek Nauli, terbagi atas beberapa unit pengelolaan yang disebut estate dengan luas yang
masing-masing yang berbeda-beda. Estate yang berada di Sektor Aek Nauli
adalah estate A, B, C, D, E, F dan G. Sebagai unit pengelolaan terkecil dari setiap estate kemudian ada yang disebut dengan kompartemen. Luasan masing-masing
kompartemen juga berbeda-beda dengan topografi dan jenis tanaman yang berbeda juga.
Kompartemen-kompartemen yang berada di setiap estate ditanami jenis
yang berbeda dengan klon yang berbeda juga. Jenis yang ditemukan adalah Eucalyptus grandis, Eucalyptus pellita, Eucalyptus urophylla dan Eucalyptus hybrid. Klon yang ditanami di estate A terdiri dari IND 32, IND 47, IND 65, IND 33, IND 38, IND 46, IND 52, IND 48. Tetapi yang paling banyak dikembangkan saat ini adalah klon IND 47 yang merupakan persilangan antara Eucalyptus urophylla S.T. Blake dengan Eucalyptus grandis W.Hill ex Maid yang terkenal dengan nama hibrid Eucalyptus urograndis dan klon IND 32 yang merupakan persilangan Eucalyptus urophylla S.T. Blake dengan Eucalyptus pellita.
Biomassa dalam penelitian ini diduga dengan menggunakan persamaan
alometrik Eucalyptus hybrid dengan dimensi penduga adalah diameter pohon setinggi dada atau yang sering juga disebut dengan dbh (diameter breast height) Brown (1997) mengatakan bahwa diameter setinggi dada merupakan data
Biomassa Eucalyptus urograndis
Eucalyptus urograndis yang ditanam di estate A, Sektor Aek Nauli ditemukan dalam 38 kompartemen dengan luas masing-masing kompartemen
yang berbeda-beda. Data diameter pohon yang diperoleh dari bagian perencanaan hutanan tanaman industry PT TPL merupakan data rata-rata diameter pohon
dalam satu kompartemen. Diameter setiap kompartemen berbeda-beda menurut umur tanaman dalam satu kompartemen. Diameter terbesar yang ditemukan
adalah pada kompartemen dengan ID059 dengan diameter rata-rata 13,1 cm dan
umur pohon 3,1 tahun. Sedangkan diameter terkecil adalah pada kompartemen dengan ID162 dengan diameter rata-rata 1,4 cm dan umur tanaman 1,4 tahun.
Gambar 2. Tegakan Eucalyptus urograndis umur 2 tahun
Rata-rata biomassa Eucalyptus urograndis di Estate A dari 38 kompartemen tersebut adalah 22,95 ton/ha pada umur 1-3,3 tahun. Biomassa
tertinggi adalah kompartemen dengan ID018 sebesar 48,27 ton/ha, umur tanaman
terendah adalah berada pada kompartemen dengan ID162 sebesar 0,55 ton/ha, umur tanaman 1,4 tahun, diameter rata-rata 1,4 cm dan luas kompartemen 0,19 ha
(Lampiran 1).
Perbedaan biomassa antar kompartemen di estate A tersebut dikarenakan umur tanaman setiap kompartemen berbeda sehingga terjadi perbedaan diameter
rata-rata setiap tanaman antar kompartemen yang satu dengan yang lain dan jumlah tanaman setiap kompartemen. Selain itu, diduga ada faktor lain yang
mempengaruhi seperti curah hujan, elevasi, kelerengan, jenis tanah dan pH tanah
yang selanjutnya disebut sebagai faktor lingkungan. Oleh karena itu dilakukan analisis data lanjutan dengan analisis regresi linear berganda.
Pengaruh Faktor Lingkungan dan Umur Terhadap Biomassa
Pengaruh faktor lingkungan dan umur terhadap biomassa Eucalyptus urograndis dilakukan dengan analisis regresi linear berganda. Persamaan regresi yang terbentuk (Tabel 6) menunjukkan bahwa persamaan tersebut dapat
menjelaskan faktor lingkungan dan umur tanaman terhadap biomassa Eucalyptus urograndis sebesar 80,79%. Artinya bahwa pertambahan biomassa Eucalyptus urograndis 80,79% dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan umur tanaman.
Tabel 6. Persamaan Regresi
Dimana Y : Biomassa Eucalyptus urograndis (ton/ha) X1 : Rata-rata curah hujan (mm/hari)
X2 : Ketinggian tempat (m dpl)
X3 : pH
X5 : Jenis tanah
X6 : Umur tanaman (tahun)
-49,175 : Intercept atau koefisien konstanta
Rata-rata curah hujan pertahunnya berkontribusi dalam pertambahan biomassa Eucalyptus urograndis. Setiap pertambahan curah hujan 1 mm/bulan akan menaikkan biomassa Eucalyptus urograndis sebesar 8,268 gram/kompartemen. Hal ini diduga karena pertambahan curah hujan ini maka akan tersedia dalam jumlah yang cukup air untuk pertumbuhan Eucalyptus urograndis dimana air berfungsi sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke bagian-bagian lainnya. Sehingga jika tersedia dalam jumlah yang cukup akan
membantu pertumbuhan pohon sedangkan jika berlebih atau kurang akan menjadi
factor pembatas bagi pertumbuhan tanaman (Runtunuwu dan Syahbuddin, 2007). Rata-rata curah hujan di Estate A berada pada selang 6,97-8,92 mm/bulan,
berarti rata-rata curah hujan tahunannya adalah 83,64-107,04 mm/tahun. TPL (2010), Eucalyptus urograndis tumbuh dengan baik pada curah hujan rata-rata tahunan 2824 mm dengan rata-rata bulanan 235 mm. Jadi, pertambahan biomassa
ini sebesar 8,268 gr/pohon untuk setiap kenaikan 1 mm curah hujan per bulan
berlaku ketika rata-rata curah hujan tahunan masih sesuai dengan syarat tumbuh Eucalyptus urograndis yaitu 2824 mm/tahun.
Curah hujan yang baik tentunya akan berpengaruh terhadap pertambahan biomassa. Dimana bahwa curah hujan berkaitan dengan ketersediaan air untuk
proses fotosintesis sehingga hasil fotosintesis ini nantinya akan berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
dari permukaan laut untuk setiap kompartemen yang ditanami Eucalyptus urograndis di estate A, kompartemen berada pada ketinggian 1160-1376 m di atas permukaan laut (Lampiran 3). Tetapi dari persamaan yang diperoleh bahwa setiap
kenaikan 1 m di atas permukaan laut akan menurunkan biomassa Eucalyptus urograndis sebesar 0,053 gr/pohon. Hal ini berkaitan dengan syarat tumbuh Eucalyptus urograndis yang tumbuh baik pada ketinggian 250-1700 m dpl.
Persamaan (Tabel 6) menunjukkan bahwa setiap kenaikan pH tanah 1
satuan akan menaikkan biomassa Eucalyptus urograndis sebesar 7,694 gr/pohon. Kenaikan pH satu satuan tentunya akan memperbaiki pH tanah (mendekati netral) dimana Eucalyptus urograndis akan lebih optimal lagi pertumbuhannya jika pH netral yaitu pH 6,5-7,0. Karena pada pH netral ketersediaan hara yang dibutuhkan
tanaman lebih tersedia dalam jumlah cukup (Mukhlis, 2007).
Peneliti sebelumnya, Mindawati (2011) mengatakan bahwa Eucalyptus urograndis dapat tumbuh baik pada pH rendah, yaitu pada pH 3,9-4,7. Sementara dalam penelitian ini ditemukan pH tanahnya adalah 5,22-5,57, sedikit lebih baik
jika dibandingkan dengan pH dari penelitian sebelumnya Mindawati (2011). Nilai
pH tidak hanya menunjukkan suatu tanah masam atau alkali, tetapi juga informasi tentang sifat-sifat tanah yang lain seperti ketersediaan fospor, status kation-kation
basa, status kation atau unsur beracun lainnya (Mukhlis, 2007). Nilai pH yang rendah akan membatasi pertumbuhan tanaman, menurunkan ketersediaan hara, menurunkan aktivitas biologi tanah, dan meningkatkan keracunan aluminium
(Damanik et al., 2010).
sebesar 0,006 gr/pohon. Kenaikan kelerengan ini tentunya tidak mutlak berlaku akan kenaikan biomasssa Eucalyptus urograndis dikarenakan kelerengan ataupun kemiringan lahan berhubungan erat dengan tingkat erosi. Semakin tinggi
kelerengan suatu lahan maka akan lebih rentan terhadap erosi sehingga mengakibatkan pengikisan unsur-unsur hara yang berguna bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Damanik et al., 2010).
Jenis tanah yang ditemukan di kompartemen yang ditanami Eucalyptus urograndis terdiri dari jenis tanah andisol, inceptisol, oxisol, dan ultisol. Setelah keempat jenis tanah tersebut diurutkan dari kelas tanah yang paling subur ke tanah yang kurang subur dan diregresikan bersamaan dengan faktor lingkungan lainnya,
maka ditemukan bahwa setiap kenaikan 1 skor kesuburan tanah (misalnya dari
ultisol ke oxisol ataupun dari inceptisol ke andisol) akan menaikkan biomassa Eucalyptus urograndis sebesar 2,150 gr/pohon. Tanah merupakan faktor edafis penting untuk pertumbuhan tanaman karena tanah merupakan perantara penyedia faktor-faktor suhu, udara, air dan unsur-unsur hara yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman (Wasis, 2005).
Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Umur Terhadap Biomassa
Hubungan ataupun korelasi antara faktor lingkungan dan umur tanaman
terhadap biomassa Eucalyptus urograndis menyatakan seberapa kuat hubungan faktor lingkungan dan umur tanaman (sebagai variabel bebas) terhadap biomassa Eucalyptus urograndis (sebagai variabel terikat). Besar hubungan ini diuji dengan dua tahapan. Pertama, hubungan secara bersama-sama antara faktor lingkungan dan umur tanaman dengan biomassa E. urograndis. Kedua, hubungan secara parsial masing-masing faktor lingkungan dan umur tanaman dengan biomassa E. urograndis.
Hubungan ataupun korelasi secara bersama-sama diperoleh nilainya 0,89
(Tabel 6). Menurut Sarwono (2006) bahwa koefisien korelasi 0,75-0,99
dikategorikan korelasinya sangat kuat. Nilai hubungan positif maka antara faktor lingkungan dan umur terhadap biomassa Eucalyptus urograndis terjadi hubungan searah. Artinya jika nilai variabel bebas (faktor lingkungan dan umur) bertambah, maka nilai variabel terikat (biomassa) akan bertambah juga. Hal ini sesuai dengan
Burhanuddin (2012) bahwa nilai koefisien korelasi positif berarti antara variabel
bebas dan variabel terikat terjadi hubungan searah dan sebaliknya jika nilai koefisien korelasi negatif maka antara variabel bebas dan variabel terikat memiliki
hubungan terbalik.
pertambahan nilai dari faktor lingkungan dan umur tanaman terjadi hingga batas yang sesui dengan syarat tumbuh yang baik untuk jenis Eucalyptus urograndis. Tabel 7. Nilai Korelasi Parsial Variabel Bebas
No Variabel Bebas Nilai r Kriteria Hubungan
Terlihat bahwa hubungan secara parsial tergolong cukup, kuat dan sangat
kuat berdasarkan kriteria menurut Sarwono (2006). Variabel bebas yang hubungannya sangat kuat terhadap pertumbuhan biomassa E. urograndis adalah curah hujan dan umur tanaman, sedangkan elevasi memiliki hubungan yang kuat.
Tiga faktor lingkungan lainnya yakni kelerengan, pH tanah dan jenis tanah
memiliki hubungan cukup.
Pengujian Parameter Persamaan
Pengujian parameter persamaan yang telah diperoleh dilakukan dengan
dua tahap, yaitu pengujian secara serempak yang disebut dengan uji F dan
pengujian secara parsial atau yang disebut dengan uji t. Uji t dilakukan ketika uji secara serempak (uji F) berpengaruh signifikan terhadap biomassa Eucalyptus urograndis.
Uji serempak (uji F) dimaksudkan untuk mengetahui apakah faktor-faktor
lingkungan (curah hujan, elevasi, pH, kelerengan, jenis tanah) dan umur secara
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (21,73 > 2,41). Hal ini berarti bahwa ada pengaruh signifikan antara curah hujan,
elevasi, kelerengan, pH tanah, jenis tanah dan umur tanaman secara
bersama-sama terhadap biomassa Eucalyptus urograndis. Dikarenakan pengaruh signifikan antara curah hujan, elevasi, kelerengan, pH tanah, jenis tanah dan umur tanaman
secara bersama-sama terhadap biomassa Eucalyptus urograndis maka dilakukan selanjutnya pengujian parameter secara parsial.
Uji parsial adalah pengujian satu persatu faktor-faktor lingkungan dan
umur tanaman (variabel bebas) terhadap biomassa Eucalyptus urograndis. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah masing-masing faktor-faktor
lingkungan dan umur tanaman (variabel bebas) tersebut berpengaruh signifikan
terhadap biomassa Eucalyptus urograndis. Pengujian secara parsial diperlukan setelah terbukti bahwa ada pengaruh signifikan antara curah hujan, elevasi,
kelerengan, pH tanah, jenis tanah dan umur tanaman secara bersama-sama terhadap biomassa Eucalyptus urograndis.
Tabel 8. Uji parsial (uji t)
No Variabel Bebas t-stat T tabel Uji t 1 Curah hujan 3.646662 2.039513 Signifikan
2 Elevasi 2.21401 Signifikan
3 Kelerengan 0.412376 Tidak signifikan 4 pH tanah 0.035114 Tidak signifikan 5 Jenis tanah 1.312909 Tidak signifikan 6 Umur tanaman 3.227425 Signifikan
masing-masing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap biomassa Eucalyptus urograndis.
Ditinjau dari hubungan atau korelasi (Tabel 7) terlihat juga bahwa ketiga
faktor ini yakni kelerengan, pH tanah dan jenis tanah memiliki hubungan yang tidak kuat (cukup) dan pada pengujian secara parsial pada tingkat signifikasinya
ternyata ditemukan ketiga factor ini tidak berpengaruh signifikan. Dikarenakan tidak berpengaruhnya secara signifikan yaitu kelerengan, pH tanah dan jenis tanah
masing-masing terhadap biomassa Eucalyptus urograndis setelah dilakukan pengujian secara parsial, maka ketiga faktor lingkungan ini dikeluarkan dari analisis untuk memperoleh persamaan regresi yang baru untuk melihat seberapa
besar hubungan antara curah hujan, elevasi dan umur tanaman (yang telah teruji
berpengaruh signifikan) terhadap biomassa Eucalyptus urograndis yang dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Persamaan Regresi Variabel Signifikan
Persamaan regresi Y = 11,261 + 9,039 X1 – 0,068X2 + 8,283X3
R 0.884425
R2 0,7822
F hitung 40.70385 F table 2.882604
Dimana Y : Biomassa Eucalyptus urograndis (ton/ha) X1 : Rata-rata curah hujan (mm/bulan)
X2 : Ketinggian tempat/elevasi (m dpl) X3 : Umur tanaman
11,261 : Intercept atau koefisien konstanta
Nilai hubungan keeratan antara curah hujan, elevasi dan umur tanaman
78,22%, artinya bahwa pertambahan biomassa Eucalyptus urograndis dipengaruhi 78,22% oleh curah hujan, ketinggian tempat dan umur tanaman.
Nilai koefisien konstanta dari Tabel 9 bernilai positif (11,261) berbeda
dengan nilai koefisen konstanta pada Tabel 6 yang bernilai negatif (-49,175). Hal ini dikarenakan pada persamaan pada Tabel 6 masih menggunakan faktor
lingkungan tidak signifikan sementara pada persamaan pada Tabel 9 hanya regresi dari faktor-faktor signifikan saja.
Pengujian selanjutnya adalah uji multikolinearitas yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu
adanya hubungan linear antar variabel bebas dalam model regresi. Uji
multikolinearitas ini dapat dilihat dari nilai VIF pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai VIF Variabel Bebas
No Variabel Bebas VIF Uji Multikolinearitas
1. Curah hujan 1.854 Tidak terjadi multikolinearitas
2. Elevasi 1.424 Tidak terjadi multikolinearitas
3. Kelerengan 4.448 Tidak terjadi multikolinearitas
4. pH tanah 4.567 Tidak terjadi multikolinearitas
5. Jenis tanah 1.728 Tidak terjadi multikolinearitas
6. Umur tanaman 2.248 Tidak terjadi multikolinearitas
Hasil uji multikolinearitas memperlihatkan bahwa tidak ada terjadi
penyimpangan multikolinearitas atau hubungan linear antara variabel bebas yakni faktor lingkungan dan umur tanaman. Hal ini dilihat dari nilai VIF masing-masing
variabel bebas yang kurang dari 5 berarti tidak terjadi multikolinearitas (Santoso,
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Rata-rata biomassa Eucalyptus urograndis IND 47 paada umur 1 s/d 3,3 tahun di estate A adalah 22,95 ton/ha.
2. Model yang terbentuk adalah Y = 11,261 + 9,039 X1 – 0,068 X2 +
8,238 X3, model dapat menjelaskan biomassa Eucalyptus urograndis
sebesar 78,22%.
3. Hubungan antara faktor lingkungan dan umur dengan biomassa Eucalyptus urograndis tergolong sangat kuat dan terjadi hubungan searah. 4. Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap biomassa Eucalyptus
urograndis adalah curah hujan, elevasi dan umur tanaman, yang tidak berpengaruh signifikan adalah pH tanah, jenis tanah dan kelerengan.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Algrifari. 2000. Analisis Regresi. 2nd Edition. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta
Boland DJ, Brooker MIH, Chippendale GM, Hall N, Hyland BPM, Johnston RD, Kleinig DA, Turner JD. 1989. Forest trees of Australia. Over 200 of Australia’s most important native trees described & illustrated. Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization – CSIRO. Australia
Brown, S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forest. A Forest Resources Assesment Publication. FAO Forestry Paper 134
Bruce, D. dan F. X. Schumacher. 1950. Forest Mensuration. 3rd Edition.
McGraw-Hill Book Company, Inc. new York
Budiyanto, R. 2006. Kadar karbon pohon Sengon (Paraserienthes falcataria L. Nielsen) pada berbagai bagian dan diameter pohon. Skripsi. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Burhanuddin, M. 2012. Koefisien korelasi, signifikansi dan determinasi. http://alvinburhani.wordpress.com[27 Juli 2013]
Campinhos, E.N. 1993. A Brazillian Example of a Large Forestry Plantation in tropical Region: Aracruz. Di dalam: Davinson J (ed.). Proc. Of the regional symposium on recent advances in mass clonal multiplication of forest trees for plantation programmes. FAO. Los Banos. Philipines, pp, 46-59
Damanik, M.M.B., E.H. Bachtiar, Fauzi., Sarifuddin., H. Hamidah. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan
Daniel, T.W., J.A. Helms., F.S. Baker. 1997. Prinsip-Prinsip Silvikultur. 2nd
Edition. UGM Press. Yogyakarta
Eldridge,K., J. Davidson., C. Harwood., G.V. Wyk. 1993. Eucalypt domestication and breeding. Clarendon Press. Oxford
Fisher, R.F., D. Binkley. 2000. Ecology and management of forest soil. John Willey & Sons, Inc. New York
Heriansyah, I., N.M. Heriyanto, C.A. Siregar., M. Kiyoshi. 2003. Estimating carbon fixaxion potential of plantation forests: case study on Acacia mangium plantations. Forest Research. Bulletin 634:1-14
Husch, B., C.I. Miller., T.W. Beers. 1982. Forest mensuration. 3rd Edition. John
Irawan, D. 2013. Sifat dan karakteristik tanah inceptisol. http://dediirawan66.blogspot.com[ 4 Juli 2013]
Jannah, R. 2011. Tanah andisol. http://semangatgeos.blogspot.com[ 28 Juni 2013] Kramer, P.J., T.T. Kozlowski. 1960. Physiology of trees. Mc Graw-Hill Book Co.
New York Toronto. London
Latifah, S dan N. Sulistiyono. 2011. Potensi Simpanan Karbon Pada Hutan Tanaman Industri Eucalyptus hybrid dalam Upaya Mitigasi dan Adaptasi Terhadap Pemanasan Global di Sumatera Utara. Hibah Penelitian Bersaing. Medan.
Maidhal. 1993. Perbandingan sifat fisika tanah lapisan atas oxisol di dataran tinggi dan dataran rendah. Skripsi. Universitas Andalas Fakultas Pertanian. Padang
Mindawati, N. 2011. Kajian tapak hutan tanaman industri hibrid Eucayptus urograndis sebagai bahan baku industri pulp. Disertasi. IPB Press. Bogor Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press. Medan
Nambiar, E.K.S. 1996. Sustained productivity of forest is a continuing challenge to soil science. Soil Science Society of America 60:1629-1642.
Runtunuwu,E dan H. Syahbuddin. 2007. Perubahan pola curah hujan dan dampaknya terhadap periode masa tanam. Agroklimat dan Hidrologi. Buletin 9:53-54
Santoso, S. 2001. Buku Latihan SPSS: Statistika Multivariat. Elex Media Komputindo. Jakarta
Safriansyah, D. 2011. Sifat fisika dan kimia tanah ultisol. http://dsafriansyah.blogspot.com[28 Juli 2013]
Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta
Schmidt, F.H., J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall types based on wet and dry period ratios for Indonesia with Western New Guinee. Verhandelingen No.42. Kementrian Perhubungan, Jawatan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta Soepardi, G. 1992. Kesuburan tanah. Program Studi Ilmu Tanah. Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor
merkusii Jungh. et de Vriese di Pulau Jawa. Disertasi. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor
Tim Peneliti Puslitbang Hutan Bogor. 1993. Laporan persyaratan tempat tumbuh jenis pohon industri (Eucalyptus urophylla, Duabanga moluccana, Acacia mangium, dan Paraserianthes falcataria). Puslitbang Hutan. Bogor
Toba Pulp Lestari. 2010. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (RKUPHHK-HT) untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun Periode 2010-2019. PT Toba Pulp Lestari. Porsea
Wasis, B. 2005. Kajian perbandingan kualitas tempat tumbuh antara rotasi pertama dan rotasi kedua pada hutan tanaman Acacia mangium Willd: studi kasus di HTI Musi Hutan Persada, Propinsi Sumatera Selatan. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Yulianti dan P.P. Kurniawati. 2003. Ampupu ( Eucalyptus urophylla S.T. Blake). atlas benih tanaman hutan Indonesia. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Bogor. Bogor
39
Lampiran 2. Perhitungan biomassa Eucalyptus urograndis
Misalkan contoh diambil dari perhitungan biomassa pada kompartemen
A.001 dengan diameter rata-rata 2,9 cm, jumlah pohon hidup 1718 pohon (87,1%) dan luas kompartemen 1,18 ha. Maka biomassanya berdasarkan model allometrik
Latifah dan Sulistiyono (2011) Y = 1351,09 . D0,87 . e 0,094D dimana e = 2,718282.
Y = 1351,09 . (2,9)0,87 . (2,718282)(0,094) . (2,9)
Y = 2528,08 gr/pohon
Dikarenakan persentase pohon hidup 87,1% dengan luas kompartemen 1,18 ha dan jarak tanam 3 x 2 m, maka jumlah pohon hidup adalah:
= 4343964,3 gram/kompartemen
Biomassa dalam ton/kompartemen diperoleh dengan cara mengalikan biomassa
dalam satuan gram/kompartemen dengan 10-6.
= 4343964,3 gram/kompartemen x 10-6
= 4,34 ton/kompartemen
Biomassa dalam ton/ha diperoleh dengan cara membagikan biomassa dalam
satuan ton/kompartemen dibagi luas kompartemen (ha).
Total biomassa dari 38 kompartemen adalah 8431,25 ton. Rata-rata biomassanya adalah :
AEN.A.161 4.289516 8/15/2011 Inceptisol 2.05 7.73 1237 5.22 40.00 3 1.4
AEN.A.162 0.198218 8/15/2011 Inceptisol 0.55 7.73 1245 5.22 40.00 3 1.4
AEN.A.163 1.914408 9/15/2011 Inceptisol 0.95 7.67 1371 5.57 5.50 3 1.2
AEN.A.170 5.090383 11/15/2011 Inceptisol 7 7.88 1248 5.57 5.50 3 2.1
AEN.A.171 5.543715 10/15/2011 Oxisol 9.4 7.77 1256 5.22 40.00 2 2.2
AEN.A.206 2.683244 10/15/2011 Inceptisol 4.28 7.77 1361 5.31 22.50 3 2.2
AEN.A.221 1.728162 10/15/2009 Andisol 30.9 8.92 1187 5.34 11.50 4 3.2
AEN.A.226 0.234147 5/15/2011 Ultisol 6.65 6.97 1249 5.22 40.00 1 1.7
AEN.A.232 4.222778 11/15/2011 Inceptisol 5.24 7.88 1269 5.31 22.50 3 1.1
AEN.A.233 1.477657 11/15/2011 Inceptisol 11.46 7.88 1268 5.22 40.00 3 1.1
AEN.A.236 2.329049 11/15/2011 Inceptisol 2.08 7.88 1258 5.34 11.50 3 1.1
Lampiran 4. Data pH Tanah
ID Kompartemen Kemiringan (%) pH Tanah
007 8-15 5.54
016 3-8 5.18
021 30-50 5.59
032 15-30 5.42
034 0-3 5.28
041 3-8 5.70
057 0-3 5.78
065 0-3 5.65
088 8-15 5.03
147 15-30 5.51
151 8-15 5.45
170 3-8 5.83
171 30-50 4.30
206 15-30 5.00
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
Pengambilan Titik Elevasi Pengambilan Sampel Tanah
B
Batang Eucalyptus urograndis