• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas penggunaan model reciprocal teaching tipe diskusi kelompok dalam upaya peningkatan kualitas keterampilan berbicara siswa: sebuah penelitian tindakan pada sisw kelas VII SMP Negeri I Padaherang Ciamis tahun pelajaran 2010-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas penggunaan model reciprocal teaching tipe diskusi kelompok dalam upaya peningkatan kualitas keterampilan berbicara siswa: sebuah penelitian tindakan pada sisw kelas VII SMP Negeri I Padaherang Ciamis tahun pelajaran 2010-2011"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS

KETERAMPILAN BERBICARA SISWA

(

Sebuah Penelitian Tindakan Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Padaherang

Ciamis Tahun Pelajaran 2010-2011)

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

Nunung Nurjanah Widya NIM: 106013000308

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL

RECIPROCAL TEACHING TIPE DISKUSI KELOMPOK DALAM UPAYA

PENINGKATKAN KUALITAS KETERAMPILAN BERBICARA SISWA

(

Sebuah Penelitian Tindakan Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Padaherang

Ciamis Tahun Pelajaran 2010-2011)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Oleh:

Nunung Nurjanah Widya

Nim: 106013000308

Di bawah bimbingan

Pembimbing I

Drs. E Kusnadi.

NIP: 1946001 19650 1 001

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Penelitian ini berangkat dari rumusan masalas sebagai berikut : (1) Bagaimana perencanaan pembelajaran berbicara dengan model pembelajaran Reciprocal

Teaching (2) Bagaimana proses pembelajaran berbicara dengan model

pembelajaran Reciprocal Teaching (3) Bagaimana hasil pembelajaran bebicara dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching.

Oleh karena itu, melalui penelitian ini secara husus ingin dicapai tujuan penelitian antara lain : (1) Untuk menggambarkan perencanaan pembelajaran berbicara dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching (2) Untuk menggambarkan prosees pembelajaran berbicara dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching (3) Untuk menggambarkan hasil pembelajaran berbicara dengan model dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yaitu suatu penelitian yang dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul didalam kelas. Metode yang dilakukan peneliti terdiri atas tiga tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Ketiga tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah yang sama yang difokuskan pada pembelajaran diskusi sebagai aplikasi dari keterampilan berbicara melalui model Reciprocal Teaching.

(4)

7 BAB II

ACUAN TEORITIS

A. Keterampilan Berbahasa

Nida dan Karris mengemukakan bahwa keterampilan berbahasa

mempunyai empat komponen yaitu:

1. keterampilan menyimak (listening skills)

2. keterampilan berbicara (speaking skill)

3. keterampilan membaca (reading skills)

4. keterampilan menulis (writing skills.)1

Setiap keteramplan itu, berhubungan erat sekali dengan tigaketerampilan

lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Untuk memperoleh keterampilan

berbahasa, biasanya kita belajar menyimak dan berbicara. Membaca dan menulis

kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada

dasarnya merupakan satu kesatuan, dan merupakan catur tunggal.2

1. Berbicara Sebagai Sebuah Keterampilan Berbahasa

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau

kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan pikiran,

gagasan dan persaan.3 Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa

berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan

1

, Henry Guntur Taringan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1957&1977), hlm. 19&9

2

Taringan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), hlm. 1

3

(5)

yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh

manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide yang dikombinasikan.

Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak

hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan

pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah bersikap tenang serta dapat

menyesuaikan diri atau tidak. Pada saat dia mengkomunikasikan

gagasan-gagasannya; dan apakah dia antusias atau tidak. Menurut Mulgrave (dalam

Taringan).4

Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau

pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara

berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Moris dalam Novia (2002) menyatakan

bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota

masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah

laku sosial. Sedangkan, Wilkin dalam Maulida (2001) menyatakan bahwa tujuan

pengajaran bahasa Inggris dewasa ini adalah untuk berbicara. Lebih jauh lagi

Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah

kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui

kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari

masyarakat yang berbeda.5

2. Pengertian Berbicara

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tertulis bahwa berbicara adalah

berkata; bercakap; berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan,

tulisan, dsb.) atau berunding.6

Selain batasan di atas, tarigan degan titik berat kemampuan pembicara

memberikan batasan bahwa Berbicara adalah kemampuan mengucapkan

bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta

4

Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1954), hlm. 3—4

5

...Pengertian Keterampilan Berbicara [online]. Tersedia: http://google.com. [Juli 2010].

6

(6)

9

menyampikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sedangkan sebagai wujudnya

berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan

yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang

pendengar atau penyimak.

Sejalan dengan pendapat Tarigan, pendapat Mulgrave dalam Tarigan yang

mengacu pada kamus dan berbunyi:

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau

kata-kata untuk mengekspresikan pikiran. Keterangan lebih lanjut dari batasan ini

adalah, berbicara merupakan sistem tanda yang dapat didengar dan dilihat yang

memanfaatkan otot-otot dan jaringan otot manusia untuk mengkomunikasikan

ide-ide. Selanjutnya, berbicara merupakan bentuk prilaku manusia yang

memanfaatkan faktor fisik, psikisneorologis, semantik, dan linguistik secara

ekstensif sehingga dapat dianggap sebagai alat yang sangat penting untuk

melakukan kontrol sosial .7

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya,

berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk

bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan,

menyatakan, menyampaiakan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar

menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan

persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, berbicara ini dapat

dibantu dengan mimik dan pantomimik pembicara.

Beberapa prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara, antara lain:

a. Membutuhkan paling sedikit dua orang;

b. Mempergunakan suatau sandi linguistik yang dipahami bersama;

c. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum;

d. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan;

e. Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada

lingkungannya dengan segera;

f. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini;

7

(7)

g. Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara

atau bunyi bahasa dan pendengaran;

h. Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memerlakukan apa yang nyata

dan apa yang diterima sebagai dalil. Brooks (dalam Tarigan)8

3. Jenis-jenis Berbicara

Ada beberapa kegiatan berbicara ke dalam dua jenis, yaitu:

a. Berbicara di muka umum (public speaking)

Jenis-jenis pembicaraannya meliputi hal-hal berikut:

1. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau

melaporkan, yang bersifat informative (informative speaking)

2. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan, persahabatan

(fellowship speaking)

3. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk, mengajak,

mendesak, meyakinkan (persuasive speaking)

4. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang

dan hati-hati (deliberative speaking)

b. Berbicara pada konferensi (converence speaking)

Pembicaraan meliputi hal-hal berikut:

1. Diskusi kelompok (group discussion), yang terdiri atas:

a. Tidak resmi (informal), yang meliputi:

1) Kelompok studi (study group)

2) Klompok pembuat kebijaksanaan (police making groups)

3) Komik

b. Resmi (formal), yang dibagi atas:

1) Komperensi

2) Diskusi panel

3) Simposium

2. Prosedur parlementer (parliamentary procedure)

8

(8)

11

Secara singkat, albert dalam tarigan mengungkapkan prosedur parlementer

mempunyai dua maksud utama yaitu:

a. Meninjau serta mengarahkan urusan atau usaha secara efisien, secara

tepat guna.

b. Melindungi hak-hak semua anggota

3. Debat

Berdasarkan bentuk, maksud, dan metodenya, tarigan

mengklasifikasikan debat atas tipe-tipe atau kategori sebagai berikut:

a. Debat parlementer atau majelis (assembly or parlementary debating)

Debat parlementer atau majelis bertujuan untuk member dan

menambahi dukungan bagi suatu undang-undang tertentu dan semua

anggota yang ingin menyatakan pandangan atau pendapatnya pun

berbicara mendukung atau menentang usul tersebut setelah mendapat

usul tersebut setelah mendapat izin dari majelis.

b. Debat pemeriksaan ulang untuk mmengetahui kebenaran pemeriksaan

terdahulu (cross-examinaton debating)

Debat ini bertujuan untuk mengajukan serangkaian pertanyaan yang

saling berhubungan erat antara satu dengan yang lain, yang akan

menyebabkan para individu yang ditanya menunjanng posisi yang

hendak ditegakkan dan diperkokoh oleh sang penanya.

c. Debat formal, konvensional, atau debat pendidikan (formal,

conventional or educational debating)

Debat ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi dua tim

pembicara untuk mengemukakan kepada sejumlah endengar argument

yang menunjang atau membantah suatu usul. Setiap pihak diberi

jangka waktu yang sama bagi pembicara konstruktif dan bantahan.9

9

(9)

4. Tujuan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat

menyampaikan pikiran secara efektif, seyoginyalah sang pembicara memahami

makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu

mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya dan harus

mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik

secara umum maupun perorangan.

Menurut tarigan tujuan umum berbicara dapat diklasifikasikan menjadi

lima golongan, yaitu:

a. Menginformasikan

Kegiatan berbicara ini dilaksanakan bila seseorang ingin: a. menjelaskan suatu

proses, b. menguraikan, menafsirkan, atau menginterrestasikan suatu hal, c.

member, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan, d. menjelaskan

kaitan.

b. Menghibur

Kegiatan berbicara ini bertujuan untuk menimbulkan suasana gembira pada

pendengarnya yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti humor,

spontanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan sebagainya.

c. Menggerakkan

Dalam kegiatan berbicara ini diperlukan pembicara yyang berwibawa, panutan

atau tokoh idola masyarakat. Melalui kepintarannya dalam berbicara,

kecakapan memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa

massa, pembicara dapat menggerakkan pendengarnya.

d. Menstimulasi

Kegiatan berbicara ini pembicara harus pintar merayu, mempengaruhi, atau

meyakinkan pendengarnya.

(10)

13

Kegiatan berbicara ini bertujuan untuk meyakinkan pendengar akan sesuatu

melalui pembicaraan yang meyakinkan, disertai dengan pendapat, fakta atau

bukti sehingga diharapkan sikap pendengar bisa diubah.10

5. Rambu-Rambu dalam Berbicara

Hal-hal yang perlu diperhatikan agar sebuah pembicaraan suksess

disampaikan kepada pendengar adalah dengan menaati rambu-rambu bberbicara

berikut ini:

a. Menguasai masalah yang disampaikan. Penguasaan masalah akan

menumbuhkan keyakinan kepada pembicara. Sehingga akan tumbuh

keberanian karena keberanian adalah modal pokok bagi pembicara.

b. Mulai berbicara kalau situasi sudah mengizinkan. Sebelum memulai

pembicaraan, hendaknya pembicara memperhatikan situasi seluruhnya,

terutama pendengar. Sikap pembicara yang tenang, wajar, serta berpenampilan

yang rapi akan banyak membantu.

c. Pengarahan yang tepat akan dapat memancing perhatian pendengar.

Penginformasian tujuan setelah mengucapkan salam, dan menjelaskan

pentingnya pokok pembicaraanitu akan menarik perhatian pendengar.

d. Berbicara harus jelas dan tidak terlalu cepat. Bunyi-bunyi bahasa harus

diucapkan secara tepat dan jelas. Kalimat harus efektif dan pilihan kata harus

tepat.

e. Pandangan mata dan gerak-gerik yang membantu. Hendaknya terjadi kontak

batin antara pembicara dan pendengar. Pandangan mata yang menyeluruh

akan menyebabkan pendengar merasa diperhatikan.

f. Pembicara sopan, hormat, dan memperlihatkan rasa persaudaraan.

g. Dalam komunikasi dua arah mulailah berbicara kalau sudah dipersilahkan.

Berbicara langsung pada sasarannya.

h. Kenyaringan suara. Volume suara jangan terlalu lemah dan jangan terlalu

keras(berteriak)

10

(11)

i. Pendengar akan lebih terkesan kalau ia dapat menyaksikan pembicara

sepenuhnya. Usahakan berdiri atau duduk pada posisi yang dapat dilihat oleh

seluruh pendengar.

6. Hambatan-hambatan Berbicara

Berbicara itu mudah karena berbicara itu semudah membuka mulut.

Berbicara merupakan aktifitas kkita sehari-hari dari bangun tidur hingga saatnya

menutup mata. Berbicara jjuga digunakan untuk mencapai kesuksesan. Namun,

bicara yang demikian itu tidak mudah dilakukaan karena ada bebera hal yang

merupakan hambatan dalam kegiatan berbicara. Hambatan-hambatan tersebut

adalah sebagai berikut.

a. Hambatan Internal

Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri pembicara.

Hambatan ini berupa:

1. Ketidaksempurnaan alat ucap

Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna alat ucap akan

mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, pendengar pun akan salah

menafsirkan maksud pembicara.

2. Penguasaan komponen kebahasaan

Komponen kebahasaan melliputi:

a. lafal dan intonasi.

b. pilihan kata (diksi)

c. struktur bahasa

d. gaya bahasa

3. Penguasaan komponen isi

Komponen isi meliputi:

a. hubungan isi dengan topic.

b. struktur isi

c. kualitas isi

d. kuantitas isi

(12)

15

Seseorang yang tidak menguasai komponen bahasa dan komponen

isitersebut di atas akan menghambat keefektifan berbicara.

b. Hambatan Eksternal

Hambatan Eksternal adalah hambatan yang datang dari luar pembicara.

Hambatan ini berupa:

1. Suara atau bunyi

2. Kondisi ruangan

3. Media

4. Pengetahuan pendengar

7. Penilaian Keterampilan Berbicara

Ada beberapa prinsip umum dalam mengevaluasiketerampilan berbicara

seseorang, prinsif umum tersebut, yaitu:

a. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal, konsonan) diucapkan dengan tepat?

b. Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara serta tekanan suku kata,

memuaskan?

c. Apakah ketetepan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang

pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang dipergunakan?

d. Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat?

e. Sejauh manakah”kewajaran” atau”kelancaran” ataupun”ke-native-speaker-an” yang tercemin bila seseorang berbicara? Brooks (dalam tarigan).11

8. kaitan berbicara dengan keterampilan berbahasa lainnya

Selain penggunaan aspek-aspek kebahasaan dalam berbicara dapat

menunjukan relevansi keterampilan berbahasa lainnya dapat juga dikaitkan

dengan kemampuan menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan

berbicara bukan keterampilan yang berdiri sendiri melainkan suatu

keterampilan yang berkaitan dengan komponen bahasa lainnya.12

11

Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1990)., hlm. 28.

12

(13)

B. Model Reciprocal Teaching

1. Pengertian Model Reciprocal Teaching

Reciprocal Teaching yang pertama dikembangkan oleh Anne Marrie

Polincar dan Anne Brown merupakan suatu model pembelajaran yang digunakan

untuk mengingatkan pemahaman terhadap suatu topic, dalam pembelajaran ini

guru serta murid memegang peranan penting pada tahap dialog tentang suatu topik

(teks), model pembelajaran ini terdiri dari empat aktivitas yaitu memprediksi

(prediction), meringkas (summarizing), membuat pertanyaan (questioning), dan

menjelaskan (clarifing) Menurut Polincar.13

“Reciprocal teaching refers to anintructional activity that takes place in the form of a dialogue between teachers and student regarding segment of text.

The dialogue is structured by use of four stretegies: summarizing , question

generating, clarifying and predicting…”

“Bila diterjemahkan berarti reciprocal teaching digambarkan sebagai aktifitas pembelajaran yang berlangsungdalam bentuk dialog antara guru dengan

siswa-siswanya mengenai bagian dari suatu teks. Aktivitas dialg tersebut disusun

dengan empat strategi yaitu meranngkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan) dan memrediksi…”

Senada dengan pendapat Polinscar, Arend (dalam Ain Zaelan) Reciprocal

Teaching adalah prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk

mengajarkan kepada siswa tentang strategi kognitif, serta membantu siswa

memahami bacaan dengan baik.

Arends pun berbicara tentang keefektifan Reciprocal Teaching dalam

membentuk siswa yang belajar mandiri. Siswa yang belajar mandiri adalah siswa

yang tahu kapan saat yang tepat untuk meringkas atau mengajukan pertanyaan

sambil membaca suatu pokok bahasan dalam sebuah buku atau mendengarkan

penyampaian guru, dan siswa memiliki motivasi untuk memantau keberhasilan

belajarnya sendiri.

13

(14)

17

Karakteristik dari pembelajaran Reciprocal Teaching menurut Polinscar

dan Brown (dalam Hadiana Rosida, 2007:16) adalah (1) suatu dialog antara siswa

dengan guru dimana masing-masing mendapat giliran untuk meminpin diskusi,

(2) reciprocal merupakan suat interaksi tindakan seseorang untuk merespon orang

lain, (3) dialog yang terstruktur dengan menggunakan empat strategi, yaitu:

merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan) dan

memprediksi jawaban.14

Hal yang membedakan model pembelajaran reciprocal teaching dengan

model pembelajaran lain menurut Slavin: “pembelajaran rreciprocal teaching menurut siswa untuk mampu menjelaskan hasil wacana yang dibaca secara

mandiri kepada teman-temanya baik dalam bentk pertanyaan-pertanyaan yang

dimunculkan maupun prediksi-prediksi dari wacana tersebut”.15

Menurut Palinscar dan Brown setidaknya terdapat empat strategi dasar

yang terlibat dalam proses pembelajaran reciprocal yaitu, melakukan klarifikasi,

membuat prediksi, bertanya dan membuat kesimpulan. Adapun penjelasan untuk

masing-masing strategi sebagai berikut:

a. Klasifikasi

Dalam suatu aktifitas membaca mungkin saja seorang siswa

menganggap pengucapan kata yang bena adalah hal yang terpenting walaupun

mereka tidak memahami makna dari kata-kata yang diucapkan teersebut.

Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau kalimat-kalimat

yang familier, apakah mereka dapat memaknai maksud dari suatu paragraph.

Secara teknis hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan

perytanyaan-pertanyaan seperti;

“Kata apa yang dapat menggantikan kata tersebut”

“Kata atau konsep apa yang perlu diklarifikasi dari paragraph ini?” b. Membuat prediksi

Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang

sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang sudah

diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam

mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan

14

Polinscar dan Brown (dalam Hadiana Rosida, 2007), 16

15

(15)

informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa diharapkan dapat

membuat dugaan tentang topic dari paragraph selanjutnya.

Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan secara teknis adalah sebagai berikut:

“Dari judul dan ilustrasi gambar yang ada dapatkan kau menerka apa topic tulisan ini?”

“Coba pkirkan dari apa yang sudah kit abaca dan diskusikan kira-kira apa yang akan terjadi nanti?”

c. Bertanya

Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi

sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal

ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri, teknik ini

seperti sebuah proses metakognitif. Bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan

dapat beragam, berikut beberapa contohnya:

“Apa yang kau pikirkan ketika kau membaca teks tersebut?”

“Pertanyaan apa saja yang dapat kau ajaukan setelah membaca teks tersebut?”

“Topik apa yang membuatmu tertarik untuk membaca teks ini?” d. Membuat rangkuman

Dalam membuat tangkman dibutuhkan kemampuan untuk dapat

membedakan hal-hal yang penting dan hal-hal yang tidak penting.

Menentukan intisari dari teks bacaan tersebut. Beberapa

pertanyaan-pertanyaan umum yang dapat diajukan antara lain:

“apa yang penulis ingin sampaikan melalui teks tersebut?” “Apa informasi paling penting dari bacaan ini?”

“Dapatkah saya menggunakan bahasa saya sendiri untuk mengutarakan kembali isi dari tulisan ini?”

Pada dasarnya pembelajaran resiprokal menekankan pada siswa untuk

bekerja dalam rangka bertukar pengalaman keberhasilan belajar atau lainnya.

Salah satu dasar dari pembelajarannya resiprokal ini adalah reori Vygotsky

yaitu dialog dalam suattu interaksi social sebagai dasar pokok dalam proses

(16)

19

berfikir pada saat belajar. Dari beberapa sumber yang saya dapatkan, dalam

p[elaksanaan awalnnya guru menjadi leader atau contoh dalam mempraktekan

keempat strategi yang diuraikan di atas. Kemudian siswa diminta ntuk

melakukannya bersama teman-temannya edalam suatu kelompok yang tidak

kurang dari 4 orang dan tidak lebih dari 6 siswa. Sehingga jelas dalam

pelaksanaanya model ini tidak lepas dari pendekatan pembelajaran kooperatif.

Selain itu, yang perlu ditekannkan adalah pendekatan dialogis dalam

pembelajaran baik antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa.

Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dialog yang baik serta teliti dan

peka dalam mengamati. Pada prosesnya, mungkin saja siswa-siswa yang

memiliki kecenderungan diam. Guru harus melakukan teknik scaffolding

untuk membangkitkan keaktifan siswa.

2. Keuntungan Model Reciprocal Teaching

Model pembelajaran Reciprocal Teaching terdiri dari tiga fase, pertama

guru sebagai model dimana guru mencontohkan kepada siswa bagaimana

merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelasakan) serta

memprediksi. Kedua siswa yang akan melaksanakan keempat strategi pemahaman

tersebut dalam dalam kelompok kecil dan fase yang ketiga adalah diskusi antar

kelompok. Masing-masing dari strategi tersebut dapat memotivasi siswa untuk

aktif dan proses pembelajaran, berinteraksi dengan siswa lain dan membantu

siswa dalam membangyn pemahamannya secara mandiri terhadap suatu konsep

yang sedang dipelajarinya. Dengan kegiatan fisik merangkum, menyusun

pertanyaan, mengklarifikasikan dan mengerjakaN LKS dalam suatu proses

pembelajaran, dapat diperhatikan peran aktif dan inisiatif siswa dalam kelas yang

selanjutnya dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran berbicara di sekolah.

3. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Reciprocal Teaching

Nur dan Wikandari menjelaskan tahap pengajaran Terbalik melalui

(17)

a. Disediakan teks bacaan sesuai materi yang hendak diselesaikan dalam satu

kali pertemuan.

b. Dijelaskan bahwa pada segmen pertama guru bertindak sebagai guru (model)

c. Siswa diminta membaca dalam hati sebagian teks yang diterapkan. Untuk

memudahkan mula-mula bekerja paragraf demi paragraph.

d. Jika siswa telah menyelesaikan bagian p[ertama, lakukan pemodelan ini:

1. Pertanyaan yang saya perkirakan akan ditanyakan guru adalah: ………

2. Guru memberikan kesempatan siswa menjawab pertanyaan tersebut.

Bila perlu mereka boleh mengacu pada teks dengan kalimatnya sendiri: ………

3. Merangkum pokok pikiran yang terdapat dalam paragraph/sub bab.

Bila perlu dapat menunjuk salah seorang siswa untuk membacakan

rangkumannya.

………

4. Memberikan kesempatan siswa untuk memprediksikan hal yang akan

dibahas pada paragraph selanjutnya.

………

5. Memberikan kesempatan saiswa mengajukan komentar atau

menemukan hal yang tidak jelas pada bacaan.

………

e. Siswa diminta untuk memberikan komentar tentang pengajaran yang baru

berlangsung dan mengenai bacaan.

f. Segmen berikutnya dilanjutkan dengan bacaan/paragraph berikutnya, dan dipilih satu siswa yang akan berperan sebagai “guru-siswa”

g. Siswa dilatih/diarahkan berperan sebagai “guru-siswa” untuk peran sertanya. h. Pada hari-hari berikutnya, semakin lama guru mengurangi peran dalam dialog,

sehingga “guru-siswa” dan siswa lain itu berinisiatif sendiri mengenai kegiatan itu. Peran guru selanjutnya sebagai moderator, menjaga agar siswa

(18)

21

Adapun langkah-langkah Reciprocal Teacing menurut Palinscar dan

Brown seperti Bagan 2.1

Gambar 2.1

Langkah-langkah pembelajaran Reciprocal Teaching menurut Palinscar dan Brown

Teacher model and explains the use of the four reading

strategies predicting, clarifying, questionsing, and

summarizing

The teacher instructs students on the four strategies and the use students are lead into a guided practice and receive feedback from the instructor

The teacher leads discussions about the text in

small groups. Repeatedly modeling the strategies. Student take turns leading

discussions and getting feedback from the teacher

Student take turns leading the discussion using the four

strategies is small groups with other students. Students take responsibility for giving feedback on the strategy use.

The teacher moves from group to group observing

the progress and giving

assistance as needed

Students use the four reading strategies on their own and provide their own

feedback Strage 1: Teacher

demonstration

Strage 2: Student learning and practicing

Strage 3: Teacher-student group

Strage 4: Student group

Strage 5: Student self-Regulation Basic strages of

(19)

Berdasarkan bagan 2.1, secara umum dapat dijelaskan bahwa

langkah-langkah model Reciprocal Teaching, adalah sebagai berikut:

1. Pada tahap awal pembelajaran, guru bertanggungjawab untuk memimpin

tenya jawab dan melaksanakan strategi pcmbelajaran Reciprocal teaching,

yaitu merangkum, membuat pertanyaaan, menjelaskan, dan membuat

prediksi jawaban.

2. Guru memeragakan cara merangkum, membuat pertanyaan, menjelaskan

kembali, dan memprediksi setelah selesai membaca.

3. Selama membimbing siswa melakukan tatihan menggunakan model ini,

guru membantu siswa dalam menyelesaikan permintaan dari tugas yang

diberikan pada siswa berdasarkan tingkat kepandaian siswa.

4. Selanjutnya, siswa belajar untuk memimpin tanya jawab dengan guru alau

tidak ada guru.

5. Guru bertindak sebagai fasilitator, dengan memberikan penilaian yang

berkenaan dengan penampilan siswa dan mendorong siswa untuk

berpartisipasi dalam tanya jawab ke tingkat yang lebih tinggi.

C. Pembelajaran Kelompok

Kelompok secara umum dapat diartikan sebagai beberapa individu yang

berkumpul dengan satu tujuan. Jadi, pembelajaran kelompok atau diskusi

kelompok dapat didefinisikan sebagai bentuk tukar pikiran dalam musyawarah

yang direncanakan atau dipersiapkan antara dua orang atau lebih tentang topik

tertentu dengan seorang pemimpin.

1. Pengertian Diskusi Kelompok

John Stuart Mill pernah mengatakan bahwa "satu-satunya cara, wadah

tempat manusia dapat mengemukakan beberapa pendekatan untuk mengetahui

(20)

23

sesuatu yang dapat dikatakan mengenai hal itu oleh orang-orang yang mempunyai

aneka ragam pendapat" Powers. 16

Kelompok diskusi berlangsung apabila orang-orang yang berminat dalam

suatu masalah khusus berkumpul mendiskusikan hal itu dengan sengaja dengan

harapan agar sampai pada suatu penyelesaian atau penjelasan. Suatu kelompok

adalah suatu keselumhan yang dinamis dengan sifat yang berbeda dari

sifat-sifat para anggotanya. Dengan perkataan lain, suatu kelompok menampiikan suatu

kejamakan pribadi-pribadi, tetapi tujuan akhir yang hendak dicapai adalah tunggal

bukan jamak. Untuk menghindari agar kelompok tidak sempat kehilangan arah,

maka salah seorang anggotanya ditunjuk dan diangkat sebagai ketua atau

pemimpin diskusi.

Berikut ini beberapa contoh pengaturan tempat yang dapat digunakan

untuk diskusi kelompok.

2. Manfaat Diskusi

Salah satu manfaat yang paling besar dari diskusi kelompok ialah

kemampuannya memberikan sumber-sumber yang lebih banyak bagi pemecahan

masalah (problem-solving) daripada yang tersedia atau memungkinkan diperoleh

apabila seorang pribadi membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi atau

merusak suatu kelompok. Diskusi kelompok ini juga berguna apabila dua

pandangan yang bertentangan harus diajukan dan suatu hasil yang bersifat

memilih.

"salah satu dari dua" yang segera akan dilaksanakan. Pengenalan terhadap

pandangan baru mungkin dapat menobros jalan baru itu.

Melalui pikiran dan rencana kelompok, maka ide-ide atau gagasan dapat

diuji secara lebih memadai dan tidak memihak, ketimbang kalau kelompok itu

berada di bawah pesona seorang pembicara yang meyakinkan walaupun

kadang-kadang yang bersifat berpandangan picik mengutamakan kepentingannya sendiri.

16

(21)

Gambar 2.2

Gambar Posisi Diskusi Kelompok

3. Keunggulan Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok dapat menciptakan iklim yang memudahkan

penerimaan bahan pelajaran serta dapat meningkatkan taraf berpikir siswa.

Diskusi kelompok juga lebih m.emungkinkan siswa memiliki pengalaman yang

lebih luas dan beraneka ragam, karena pengetahuan yang diperoleh dari berdiskusi

belum tentu didapat dari membaca atau mendengarkan guru.

Sebagai latihan dalam berbicara, diskusi memiliki beberapa keunggulan

seperti yang diungkapkan oleh Maidar dalam buku Pembinaan Kemampuan

Berbicara Bahasa Indonesia, antara lain:

a. Diskusi lebih banyak melatih siswa berpikir secara logis karena dalam

berdiskusi ada proses adu argumentasi.

b. Argumentasi yang dikemukakan mendapat penilaian dari anggota yang

lain, sehingga hal ini dapat meningkatkan kemarnpuan berpikir dalam

memecahkan suatu masalah.

c. Umpan balik dapat diterima secara langsung, sehingga hal ini dapat

memperbaiki cara berbicara si pembicara, baik yang menyangkut faktor

kebahasaan ataupun nonkebahasaan.

d. Peserta yang pasif dapat dirangsang supaya aktif berbicara oleh moderator

atau peserta yang lain.

(22)

25

gagasan yang berbeda-beda dan turut merumuskan persetujuan bersama

tanpa emosi untuk raenang sendiri.17

f. Dalam mempersiapkan diskusi ada tiga bidang yang perlu diperhatikan yaitu,

persiapan bahan, persiapan pribadi (personal) dan persiapan ruangan18

D. Pembelajaran Keterampilan Berdiskusi dengan Model Pembelajaran

Reciprocal Teaching

Model pembelajaran ini tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara

khususnya dalam berdiskusi, karena dengan model pembelajaran Ini siswa

dituntut untuk mengeluarkan pendapat, gagasan maupun pikirannya untuk

membatu rekannya dalam berdiskusi, sehingga semua anggota kelompok merata

mengeluarkan pendapatnya.

Pembelajaran keterampilan berbicara khususnya dalam berdiskusi dapat

dilakukan dengan cara:

1. Menjelaskan pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching.

2. Menjelaskan manfaat menggunakan model Reciprocal Teaching,

3. Tahap pertama:

Dibuat kelompok siswa, setiap kelompok terdiri dari lima - enam orang secara

heterogen dan kepada setiap anggota kelompok diberikan nomor sebagai

pembagian tugas (peran). Masing-masing anggota, siapa yang bagian

merangkum, yang memprediksi pertanyaan, menjawab pertanyaan dan

menjelaskan pertanyaan.

Tahap kedua:

a. Guru membagi LKS yang memuat tugas-tugas menyimpulkan

(merangkum), menyusun pertanyaan dan menjawab atau menjelaskannya

serta memprediksi jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Sebagai bahan bacaan guru membagikan teks bacaan yang memuat

rangkuman mated yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut.

b. Siswa ditugaskan untuk membaca teks bacaan yang telah disediakan,

17

Maedar, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia ( 1993 ), hlm. 40.

18

(23)

menggaris bawahi hal-hal yang penting dari bacaan menurut siswa

untuk memudahkan siswa dahm kegiatan merangkum.

c. Pada tahap awal model pembelajaran, guru memperagakan bagaimana

merangkum, membuat pertanyan, memprediksi jawaban dan menjelaskan

kembali hasil pekerjaan kelompok di depan kelas. Pada tahap ini guru

yang bersangkutan sebagai model.

d. Setelah selesai membaca, siswa ditugaskan untuk merangkum bagian-

bagian penting dari bacaan, menyusun pertanyaan dan memprediksi

jawaban dengan cara menyelesaikan pertanyaan (masalah) yang telah

dibuatnya atau pertanyaan (masalah) yang telah ada dalam LKS yang

telah diberikan menurut hipotesisnya sendiri dari hasil membaca.

e. Setelah selesai membaca, siswa ditugaskan untuk merangkum

bagian-bagian penting dari bacaan, menyusun pertanyaan dan memprediksi

jawaban dengan cara menyelesaikan pertanyaan yang telah dibuatnya

atau pertanyaan yang telah ada dalam LKS yang telah diberikan.

f. Siswa dilatih berperan sebagai seorang guru melalui kegiatan-kegiatan

menjelaskan hasil pekerjaan yang sudah tertuang dalam LKS hasil kerja

kelompok, siswa lain diminta untuk berpartisipasi dalam dialog dan selalu

diingatkan, bahwa pada segmen ini siswa berperan sebagai guru. Guru

berperan menuntun dialog untuk meyakinkan siswa dengan banyak

memberi umpan balik dan pujian untuk partisipasinya.

g. Pada hari-hari berikutnya dicoba lebih banyak dialog, sehingga pada saat

siswa berperan sebagai guru, siswa sudah mulai berinisiatif kegiatan

mereka sendiri.

E. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat didefinisikan sebagai penelitian

yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantife, suatu

tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk

(24)

27

perbaikan dan perubahan.19 Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa PTK merupakan studi sistematis terhadap praktek pembelajaran di kelas

dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil

belajar siswa dengan melakukan tindakan tertentu.

Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action

research, yaitu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan di kelas.

Arikunto menjelaskan PTK melalui paparan gabungan defmisi dari tiga kata,

Penelitian, Tindakan dan Kelas sebagai berikut:

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan

metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang

bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan

penting bagi peneliti.

2. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan

tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas adalah sckelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru.

Dengan menggabungkan batasan pengertian dari tiga kata inti, yaitu (1)

penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari gum

yang dilakukan oleh siswa.20

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mempunyai beberapa tujuan, yakni: (1)

memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan

yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi profesionalitas pendidikan

yang diemban guru, (2) menumbuhkan budaya meneliti dikalangan pendidik

dengan memberikan kesempatan kepada guru/dosen untuk melakukan pengkajian

terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya, (3) meningkatkan kolaborasi

antara guru dan guru, guru dan dosen dalam memecahkan masalah pembelajaran.

19

Rochiati, Hopkins (2008), hlm. 11

20

(25)

Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajarannya harus mengikuti sistem dengan

proses pengkajian berdaur (cyclical), yang setiap langkahnya terdiri dari empat

tahap, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (action), (3) observasi

(observation), dan refleksi (reflection). Sebagaimana tergambar secara jelas pada

bagan berikut.

Proses Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 2.3

Model visual Bagan PTK

(adaptasi dari Hopkins, 1993 dalam Arikunto, 2008: 105) RENCANA

REFLEKSI

TINDAKAN/

OBSERVASI PERBAIKAN

RENCANA

PERBAIKAN RENCANA

DAN SETERUSNYA REFLEKSI

TINDAKAN/ OBSERVASI

REFLEKSI

(26)

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian mengenai pembelajaran diskusi dengan menggunakan model

pembelajaran Reciprocal Teaching dilakukan menggunakan metode penelitian

tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini berusaha mengkaji dan

merefleksi suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan meningkatkan proses

dan produk pengajaran di kelas. Proses pembelajaran ini tidak terlepas dari

adanya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan

siswa, materi, dan sumber belajar yang digunakan sehingga dalam penelitian ini

yang diteliti adalah proses dan hasil belajar siswa.

1. Komposisi dan Karakteristik Subjek Penelitian

a. Komposisi Siswa

Pertemuan pertama dalam penelitian ini dilakukan sebelum UAS, sehingga

diperkirakan semua siswa dapat mengikuti penelitian ini. Jika dalam kelas

tersebut ada siswa yang tidak mengikuti kegiatan pertemuan 1 atau tindakan 1, ia

tidak menjadi tolak ukur keberhasilan metode ini. Siswa yang mengikuti ketiga

pertemuan atau tiga tindakan inilah yang akan dijadikan tolak ukur keberhasilan

model Reciprocal Teaching. Namun, perlu diingat bahwa penerapan metode ini

tidak diajukan untuk mengukur keefektifan sebuah metode, namun metode ini

diterapkan untuk meningkatkan kualitas siswa setelah menerima tindakan.

(27)

SMP Negeri 1 Padaherang Ciamis dengan subjek penelitian adalah siswa-siswa

kelas VIII-C semester 1 tahun ajaran 2010/2011. Jumlah siswa yang menjadi

subjek penelitian adalah sebanyak 42 dengan jumlah siswa perempuan 26 orang

dan siswa laki-laki 16 orang, yang dibentuk menjadi 6 kelompok. Di bawah ini

tercantum daftar subjek penelitian.

Tabel 1

DAFTAR SUBJEK PENELITIAN

No Nama No Nama

1 Adam Maulana 22 Moch. Birama Agustian

2 Aditria Nuimita Dewi 23 Mohamad Bayu Nugraha

3 Anastasha Azizah M 24 Miih Giffary MH

4 Anggia Fitri M 25 Muhamad Yaser A

5 Ardeliana Rizkita P 26 Nadya Arystia

6 Atari Rizki Naulia 27 Nanda Fadhil Azman

7 Dheya Shafira A. 28 Pranesha Wahyu S A

8 Dinda Sukmadewi 29 R. Nadila Andiani K

9 Fahmi Bagus Pratama 30 Rahmadewi Budiningtyas

10 Fannisa Salma Shafira 31 Rayka Wildan AiidhiK

11 Fathya Nabila Gifani 32 Rd. Alvin Kurnia Putra

12 Fatma Saviera 33 Regina Emanuella Gusti P

13 China Bani Azifah 34 Roufisma Abdi Pratama

14 Gina Ariela 35 Shah Dehan L

15 Giyana Priliya 36 Shita Rai Putri

16 Hinda 37 Sitti Nabillah Putri

17 Ilham Dwi Putranto 38 Tiara Fariza

18 Karma Agnia 39 Trifitri Muhammadita

19 Ki Agus Hafizh Kidayat 40 Utin Alvina Nunuliawati

20 M Rifan Fauzan 41 Yoan Martha Azlia

(28)

32

Adapun alasan dipilihnya kelas VIII-C sebagai sasaran penelitian ini

adalah karena siswa kelas VIII-C tergolong dalam kategori siswa yang kurang

aktif. Walaupun ada beberapa siswa yang menonjol, namun daya kritis mereka

terhadap suatu masalah kurang terlihat, sehingga ini menjadi daya tarik untuk

mengadakan penelitian di kelas tersebut.

b. Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa kelas VIII C sangat beraneka ragam. Siswa-siswa kelas

VIII C umumnya berusia sekitar 13-15 tahun. Jika dilihat dan segi usia, siswa VIII

C termasuk ke dalam periode penemuan diri, pembentukan watak, dan pendidikan

agama.

Selain itu pada fase ini pun biasanya seseorang memiliki sifat "ingin

menjadi yang ter" dan cenderung ekstravers. Maksudnya, sikap, tingkah laku dan

perbuatan anak puber ditujukan untuk berkuasa; apa yang diinginkan, yang

dijadikannya idam-idaman adalah si kuat, si menang, sikap, tingkah laku

perbuatan anak-anak puber berorientasi ke luar, hal ini mendorong dirinya untuk

menyaksikan keadaan-keadaan dunia di luar dirinya dan mencari teman sebaya

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jiwanya.

Oleh karena itu, anak-anak pada masa ini cenderung membentuk

kelompok-kelompok sebaya untuk dapat menang dan kuat. Pembentukan

kelompok-kelompok dalara berteman begitu terlihat pada kelas VIII C.

Siswa-siswanya memiliki kelompok bermain berbeda. Kelompok-kelompok tersebut

terbentuk dari rasa kebutuhan jiwa antar pribadinya, sehingga setiap kelompok

memiliki karakteristik yang beranekaragam.

Karakteristik siswa yang teramati oleh peneliti terbagi dalam tiga bagian,

yakni kelompok intelektual, kelompok tenang, dan kelompok yang ribut tak

terkendalikan, tak konsekuen, tak sadar. Pada setiap pertemuan proses

pembelajaran ini ternyata dapat peneliti simpulkan bahwa tipe kelompok yang

peribut begitu mendominasi PBM yang memakai metode (diskusi atau belajar

kelompok). Saat PBM berlangsung siswa merasa lebih bebas untuk

(29)

2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian pada penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa

pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang telah

dicapai. Jumlah pertemuan dalam penelitian dilakukan dalam tiga pertemuan.

Dalam penelitian ini prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut.

a. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui gambaran

pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam pembelajaran bahasa

Indonesia.

b. Perencanaan Tindakan Penelitian

Perencanaan tindakan penelitian dilakukan berdasarkan hasil identiflkasi

temuan awal terhadap pengajaran diskusi di kelas VIII di SMP Negeri 1

Padaherang Ciamis. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap-tahap ini

adalah sebagai berikut.

1) Menetapkan prioritas permasalahan dari sejumlah masalah pengajaran berbicara pada proses diskusi yang ditemukan pada tahap identifikasi temuan awal, yaitu pada bidang pemilihan bahan tema wacana untuk diskusi.

2) Membicarakan rencana penelitian tindakan kelas yang telah disusun penulis sebagai peneliti dalam upaya meningkatkan efektifitas pengajaran berbicara

dalam proses diskusi.

3) Memperkenalkan pemilihan bahan diskusi dengan objek kajian wacana serta penggunaan model mengajar Reciprocal Teaching untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

(30)

34

c. Pelaksanaan Tindakan Penelitian

Pelaksanaan tindakan penelitian dilakukan berdasarkan perencanaan

penelitian tindakan kelas yang telah ditetapkan, yaitu dengan pemilihan bahan

berupa wacana dan penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching. Pada

pertemuan 1, pengajaran diskusi model Reciprocal Teaching menggunakan

wacana dengan tema dan judul yang sama yaitu "Kesehatan"; (2) pertemuan 2,

pengajaran diskusi model Reciprocal Teaching menggunakan wacana dengan

tema dan judul yang sama yaitu "Kenakalan Remaja"; (3) pengajaran diskusi

model Reciprocal Teaching menggunakan wacana dengan tema yang sama yaitu

"kenakalan remaja" dan judul yang berbeda yang diberikan pada tiap

kelompoknya. Penetapan ini dimaksudkan sebagai alternatif solusi terhadap

pemilihan bahan wacana untuk pengajaran diskusi di SMP serta untuk melihat

kesesuaian bahan secara empiris dengan tingkatan siswa SMP kelas delapan.

Selanjutnya, pada setiap tindakan pembelajaran pada masing-masing

pertemuan penelitian, melalui empat tahapan kegiatan, yaitu (a) perencanaan

pembelajaran, (b) pelaksanaan pembelajaran, (c) observasi dan pencatatan

pelaksanaan pembelajaran, dan (4) analisis serta refleksi pembelajaran pada setiap

tindakan pembelajaran, dijadikan rekomendasi untuk perencanaan tindakan

pembelajaran berikutnya sampai akhirnya menetapkan rekomendasi hasil

kesimpulan tindakan penelitian untuk semua pertemuan penelitian.

1) Perencanaan Pembelajaran

Kegiatan dalam perencanaan pembelajaran meliputi (1) menentukan kelas

penelitian dan waktu penelitian, (2) menyusun silabus dan rencana pembelajaran

yang berpedoman pada KTSP dan sesuai model pembelajaran Reciprocal

teaching, (3) mentntukan metode dan pendekatan dalam pembelajaran yang

disesuaikan dengan karakter siswa dan materi, (4) menentukan topik wacana yang

akan digunakan sebagai bahan pembelajaran diskusi, (5) membuat pedoman

observasi yang akan digunakan untuk mengamati aktifitas guru dan siswa selama

proses belajar mengajar berlangsung serta menyusun angket, sikap siswa dan

jurnal siswa yang akan diberikan kepada. siswa pada setiap akhir pembelajaran,

(31)

berdiskusi dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal teaching, (7)

merencanakar. dan melaksanakan diskusi dengan guru dan peneliti serta para

observer untuk melihat perkembangan aktivitas siswa dan guru selama KBM

berlangsung.

2) Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran berbicara pada proses diskusi untuk

meningkatkan keterampilan berbicara siswa menggunakan model pembelajaran

Reciprocal Teaching. Dalam pelaksanaannya, model ini menekankan peran aktif

siswa untuk memahami sebuah wacana dengan cara merangkum, membuat

pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan) serta memprediksi jawaban dan siswa

juga dilatih untuk berperan sebagai seorang guru melalui kegiatan-kegiatan

menjelaskan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, tanya jawab dan diskusi.

Sementara, peran guru hanya sebagai fasilitator atau motivator.

Tabel 2

KEGIATAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES PENGAJARAN

BERBICARA (DISKUSI) DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING

KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

1 2

1.Guru mengawali pengajaran dengan menyampaikan rencana kegiatan pengajaran diskusi dengan

menggunakan model Reciprocal Teaching.

1. Siswa memerhatikan dengan seksama penjelasan guru dan mengajukan pertanyaan bila kurang jelas terhadap prosedur pengajaran yang akan dilalui dan dijeiaskan guru.

2.Guru membagi siswa dalam kelompok untuk melakukan diskusi memahami sebuah wacana.

2. Siswa berkelompok berdasarkan kelompok diskusinya dan

berusaha memahami wacana yang dibacanya.

3.Guru membagikan sebuah wacana pada tiap kelompok

3. Siswa membaca wacana yang telah dibagikan.

4.Guru memeragakan bagaimana merangkum, membuat pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi setelah selesai membaca serta

bagaimana berperan seperti seorang guru dalam menjelaskan hasil diskusi kelompoknya.

(32)

36

KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

1 2

5.Guru berkeliling membimbing siswa dalam melakukan diskusi kelompok.

5. Siswa dengan bimbingan melakukan diskusi kelompok. 6.Setelah diskusi kelompok selesai, guru

membimbing siswa melakukan diskusi kelas untuk membahas hasil diskusi.

6. Wakil dari masing-masing kelompok siswa menyampaikan hasil diskusi kelompoknya, selanjutnya mereka terlibat dalam diskusi kelao untuk membahas dan meyimpulkan hasil membaca wacana serta menjelaskannya dengan berperan sebagaj seorang guru.

7.Guru menutup pelajaran dan

memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari di rumah tentang teknik-teknik diskusi hal ini dimasudkan agar siswa mampu berdiskusi dengan baik dan komunikatif.

7. Siswa mendengarkan penjelasan guru.

Selain melakukan kegiatan dalam proses pengajaran sebagaimana di atas,

guru juga melakukan pengamatan dan pencataan terhadap segala temuan dalam

proses pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan masing-masing fokus

penelitian.

d. Observasi

Observasi dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan dilaksanakan

mulai bulan Oktober-November 2010 yang diharapkan tercapai. Pemantauan yang

dilakukan dalam satu pertemuan memberikan pengaruh pada penyusunan

tindakan yang dilakukan pada pertemuan berikutnya. Hasil pemantauan ini

didiskusikan bersama guru sehingga menghasilkan refleksi yang berpengaruh

pada pelaksanaan selanjutnya. Pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan ini

menggunakan instrumen pengumpulan data yang teiah ditetapkan.

e. Refleksi

Pada bagian refleksi dilakukan kegiatan menganalisis, interpretasi, dan

eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari

(33)

Secara keseluruhan, keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu

pertemuan (daur) PTK. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan

lebih dari satu pertemuan. Pertemuan-pertemuan tersebut saling terkait dan

berkelanjutan.

Pertemuan dua dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil

dalam pertemuan satu. Pertemuan tiga dilaksanakan karena pertemuan dua belum

mengatasi masalah.

3. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan beberapa instrumen, yaitu lembar observasi, jurnal siswa, angket,

dan catatan lapangan.

a. Observasi

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk memperoleh data

mengenai aktifitas siswa dan aktifitas guru selama proses pembelajaran

berlangsung. Setiap observer mengamati setiap perilaku siswa dan guru dikelas

dalam memanfaatkan wacana sebagai media pembelajaran berdiskusi. Lembar

observasi secara jelas dapat dilihat dalam lampiran.

b. Jurnal Siswa

Jurnal siswa diberikan kepada siswa setelah mendapatkan pembelajaran.

Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui respon serta gambaran siswa setelah

mendapatkan proses pembeiajaran, kemudian data tersebut digunakan dalam

upaya perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran beriutnya. Jurnal yang digunakan

dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.

c. Angket

Angket diberikan pada pertemuan ketiga untuk mengetahui tanggapan

siswa mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung. Angket yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.

d. Catatan Lapangan

Catalan lapangan yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengungkapkan aktivitas siswa dalam berkomunikasi dan mengemukakan

(34)

38

proses pembelajaran berakhir. Dengan catatan lapangan ini, guru bisa mencatat

peristiwa-peristiwa yang terjadi di kelas selama pembelajaran berlangsung.

e. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru kelas berdasarkan pedoman

wawancara. Wawancara dengan guru dilakukan sebelum dan sesudah penelitian.

Sementara dengan siswa dilakukan setelah kegiatan penelitian. Siswa yang

diwawancarai sebanyak 6 orang, yang masing-masing terdiri atas 2 orang dari

kelompok tinggi, sedang, dan rendah, yang diperoleh berdasarkan informasi dari

guru kelas.

4. Prosedur Pengolahan Data

a. Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui kegiatan pembelajaran

mengemukakan pendapat dalam diskusi. yaitu settap aktivitas yang dilakukan

selama penelitian berlangsung.

Adapun jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data

kualitatif. Data kuantitatif meliputi data kemampuan berbicara pada saat siswa

mengemukakan pendapatnya setelah membaca wacana yang diperoleh dari

penilaian selama pembelajaran berlangsung, sedangkan data kualitatif meliputi

aktivitas siswa dan guru selama pemebelajaran berlangsung.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan perhitungan

persentase. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini

dijelaskan dalam tabel berikut.

(35)

b. Analisis Data

Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data deskriptif

kualitatif. Data kuantitatif meliputi data kemampuan berbicara pada saat siswa

mengemukakan pendapatnya setelah membaca wacana yang diperoleh dari

penilaian selama pembelajaran berlangsung, sedangkan data deskriptif kualitatif

meliputi aktivitas siswa dan kegiatan guru selama pembelajaran berlangsung.

Analisis data dilakukan setiap akhir pertemuan sesuai dengan prosedur analisis

berikut ini.

c. Aktivitas Guru

Pengolahan untuk mengukui tingkat keefektifan siswa selama

pembelajaran diolah secara kualitatif langsung melalui penskoran dalam skala

ordinal. Tingkat keberhasilan akan dibagi menjadi empat kategori, yaitu kurang,

cukup, baik, dan baik sekali seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 4

KLASIFIKASI AKTIVITAS GURU

Skor Kategori

4 Sangat baik

3 Baik

2 Cukup

1 kurang

d. Aktivitas Siswa

Pengolahan data untuk mengukur keefektifan siswa diolah secara kualitatif

dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif. Penskoran Icuantitatif dibagi

menajadi lima kategori skala ordinal, yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan

sangat kurang. Data untuk mengukur aktivitas siswa selarna pembelajaran diolah

setelah pengumpulan data yang dilakukan melalui pedoman observasi aktivitas

siswa.

Keaktifan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Reciprocal Teaching dihitung berdasarkan persentase siswa yang aktif dalam

(36)

40

(diskusi) dihitung berdasarkan kualitas penampilan (ekspresi), ketepatan serta

kreatifltas siswa dalam mer.uangkan ide-idenya. Klasifikasi aktivitas siswa dapat

diklasifikasikan pada tabel 5.

Tabel 5

KUASIFIKASI AKTIVITAS SISWA

Persentase Rata-rata (%) Kategori

80 atau lebih Sangat baik

60 - 79,99 Baik

40 - 59,99 Cuknp

20 -39,99 Kurang

0 - 19,99 Sangat kurang

c. Hasil Belajar

Pengolahan data untuk aspek kognitif siswa diolah secara kuantitatif

langsung melalui penskoran dalam skala ordinal. Tingkat keberhasilan akan dibag'

menjadi lima kategori ordinal. Tingkat keberhasilan akan dibagi menjadi lima

kategori skala ordinal, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat

rendah, sedangkan pengolahan data untuk adpek afektif siswa diolah secara

kualitatif, kemudian dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif. Penskoran

kuantitatif untuk aspek afektif siswa dibagi menjadi lima kategori skala ordinal,

yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang.

5. Kategorisasi Data dan Interpretasi Data

Semua data yang diperoleh terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan

fokus penelitian. Kemudian peneliti menginterpretasikan data yang telah

dikumpulkan, ada beberapa hal yang dilakukan peneliti, yaitu:

a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan.

b. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan setiap pertemuan.

c. Menganalisis data berupa hasil belajar siswa dari setiap tindakan untuk

(37)

d. Menganalisis hasil observasi aktivitas guru dan siswa dengan cara

menghitung persentase tiap kategori uniuk setiap tindakan yang dilakukan

oleh observer dan menghitung persentase dari pengamat.

100

e. Menganalisis jurnal kesan dengan mengelompokkan kesan pendapat siswa

ke dalam kelompok komentar pcsitif, nsure i, biasa dan tidak

berkomentar. Kemudian dihitung jumlah frekuensinya dan langkah

selanjutnya dipersentasekan.

Bagus tidaknya penampilan seseorang tentu dinilai berdasarkan nsure i

tertentu. Begitu pula untuk mengukur kemampuan berbicara siswa diperlukan

penilaian tersendiri. Alat penilaian yang akan dipergunakan untuk mengukur

kemampuan berbicara siswa harus disiapkan sebelum pembelajaran berbicara

dimulai.

Sebelumnya telah diungkapkan dua aspek yang rnenjadi penunjang

keefektifan berbicara menurut Arsjad dan Mukti, yaitu aspek kebahasaan dan non

kebahasaan. Hal senada diungkapkan Nurgiyantoro (2001: 291) bahwa model

penilaian yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan berbicara seseorang

harus sesuai dengan pendekatan nsure ic, mempertimbangkan nsure bahasa

dan nsure di luar bahasa.

Pada dasarnya penilaian keterampilan berbicara memiliki kesamaan nada

setiap komponennya. Akan tetapi, jika dianggap ada aspek-aspek tertentu yang

dianggap penting belum terungkap, kita dapat saja menyusun model sendiri,

misalnya meliputi aspek-aspek:

a. Kejelasan mengemukakan pendapat

(38)

42

c. Menguasai masalah yang didiskusikan

d. Ketepatan menyimpulkan hasil diskusi

e. Keberanian mengemukakan pendapat

Selanjutnya, penulis menggabungkan pendapat di atas sebagai acuan untuk

dijadikan kriteria penilaian berbicara dengan menggunakan model Reciprocal

Teaching, dengan beberapa aspek tambahan. Kriteria ini merupakan acuan

peneliti dalam menganalisis kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat

dalam proses diskusi sehingga siswa tersebut terukur atau terlihat kemajuannya.

Adapun penilaian yang dilakukan berbentuk lisan. Kriteria yang dijadikan

pedomannya adalah (1) Kejelasan mengemukakan pendapat (jelas, tidak jelas,

tidak jelas), (2) Kaitan pendapat dan gagasan dengan tema yang sedang dibahas

(berkaitan, agak berkaitan, tidak berkaitan), (3) Menguasai masalah yang

didiskusikan (menguasai, agak menguasai, tidak menguasai), (4) Ketepatan

menyimpulkan hasil diskusi (tepat, agak tepat, tidak tepat), (5) Keberanian

mengemukakan pendapat (berani, agak berani, tidak tepat). Adapun kriteria

penilaian yang diberikan adalah sebagai berikut.

Tabel 6

TABEL PEMBOBOTAN PENILAIAN DISKUSI

No Aspek Deskripsi kriteria Bobot

1. Kejelasan mengemukakan Pendapat

gagasan dengan tema yang sedang dibahas 4. Ketepatan menyimpulkan

(39)

43 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan mulai 1 Oktober 2010 yang meliputi observasi

langsung terhadap pembelajaran di dalam kelas serta melakukan wawancara

kepada guru bidang studi bahasa Indonesia dan mewawancarai beberapa orang

siswa untuk dimintai komentarnya mengenai pembelajaran bahasa Indonesia

khususnya keterampilan berbicara.

Wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui kondisi pembelajaran di kelas, khususnya yang

berkaitan dengan keaktifan siswa dalam berbicara. Adapun wawancara dengan

beberapa orang siswa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana guru

merancang pembelajaran di dalam kelas khususnya yang berkaitan dengan

keterampilan berbicara. Selain itu, penulis melakukan proses pengamatan

terhadap pembelajaran yang berfokus pada kemampuan berbicara siswa masih

rendah serta kurannya rancangan pembelajaran yang menunjukan keterampilan

siswa secara aktif.

Data pembelajaran keterampilan berbicara melalui model Reciprocal

Teaching yang mencakup data proses dan data hasil keterampilam berbicara

diperoleh berdasarkan hasil pengamatan dan pembelajaran berbicara di kelas.

Data tersebut mencakup tiga tahap, yaitu perencanaan, tahap pelaksanaan, dan

tahap refleksi sebagai bentuk pelaksanaan tindakan yang diperoleh melalui hasil

(40)

44

Tiga tahap di atas difokuskan pada pembelajaran diskusi sebagai aplikasi

dari keterampilan berbicara melalui model Reciprocal Teaching. Pada tahap ini

siswa diharapkan mampu berbicara dengan jelas saat mengemukakan pendapat,

mengaitkan pendapat dan gagasan dengan tema yang sedang dibahas, menguasai

masalah yang sedang didiskusikan, menyimpulkan hasil diskusi secara tepat, dan

berani mengemukakan pendapat.

Untuk melaksanakan tindakan di atas, peneliti menyusun suatu rencana

pembelajaran sesuai dengan jumlah Pertemuan tindakan berdasarkan kriteria

penelitian tindakan kelas.

Tabel 4.1

RENCANA TINDAKAN TIAP PERTEMUAN

Pertemuan Tindakan Manfaat Materi Pokok

I Memberikan pengetahuan awal

mengenai materi diskusi

kelompok dan memotivasi siswa

untuk mengemukakan pendapat

saat diskusi. Siswa menyimak peragaan

tentang cara merangkum,

membuat pertanyaan,

menjelaskan kembali dan

memprediksi jawaban setelah

selesai membaca serta bagaimana

berperan seperti seorang guru

dalam menjelaskan hasil diskusi

kelompoknya.

Merangsang siswa

untuk dapat berbicara

(41)

Memberi kesempatan kepada

siswa secara berkelompok untuk

untuk melakukan diskusi

memahami sebuah wacana.

wacana yang kira-kira

akan ditanyakan dalam

diskusi kelas.

Meminta siswa secara

berkelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya di depan kelas

Meningkatkan aktivitas

siswa dalam berbicara

II Memberikan pengetahuan awal

mengenai materi diskusi

kelompok dan memotivasi siswa

untuk mengemukakan pendapat

saat diskusi. Siswa menyimak peragaan

tentang cara merangkum,

membuat pertanyaan,

menjelaskan kembali dan

memprediksi jawaban setelah

selesai membaca serta bagaimana

berperan seperti seorang guru

dalam menjelaskan hasil diskusi

kelompoknya.

Merangsang siswa

untuk dapat berbicara

dalam

(42)

46

Memberi kesempatan kepada

siswa secara berkelompok untuk

melakukan diskusi memahami

sebuah wacana.

wacana yang kira-kira

akan ditanyakan dalam

diskusi kelas.

Meminta siswa secara

berkelompokuntuk

mempresentasikanhasil diskusi

kelompoknya di depan kelas

Meningkatkan aktivitas

siswa dalam berbicara

Memberikan pengetahuan awal

mengenai materi diskusi

kelompok dan memotivasi siswa

untuk mengemukakan pendapat

saat diskusi.

keakatifan siswa dalam

diskusi kelompok.

III Siswa menyimak peragaan

tentang cara merangkum,

membuat pertanyaan,

menjelaskan kembali dan

memprediksi jawaban setelah

selesai membaca serta bagaimana

berperan seperti seorang guru

dalam menjelaskan hasil diskusi

kelompoknya.

Merangsang siswa

untuk dapat berbicara

Gambar

Gambar 2.1
Gambar Posisi Diskusi KelompokGambar 2.2
Gambar 2.3 Model visual Bagan PTK
Tabel 1  DAFTAR SUBJEK PENELITIAN
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Bapak Rudy Susanto, S.Kom., selaku Kepala Laboratorium Penelitian dan Pengem- bangan Jurusan Sistem Komputer, beserta seluruh karyawan, yang telah memberikan pelayanan yang

Tujuan dari penelitian ini adalah mendesain dan menguji kinerja unit penjatah pupuk tipe ulir ( auger ) dan tipe edge cell untuk mendapatkan penjatahan pupuk dengan

Saluran media massa yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah surat kabar. Mengenai pengertian surat kabar ini, Onong U. Effendi mengartikannya sebagai sarana

selaku Ketua Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran

pernyataan tersebut TBL berarti metode pengajaran bahasa yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi (lebih efektif dan akurat) dalam

Berdasarkan Tabel 33, dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan ujicoba AUTP di kelompok tani Ngudi Mulyo

PENGARUH METODE LATIHAN PLYOMETRIC DAN PYRAMID SYSTEM TERHADAP PENINGKATAN POWER ENDURANCE DAN HASIL KECEPATAN NOMOR 50 m SURFACE MONOFIN CABOR SELAM Universitas Pendidikan Indonesia

Unsur kesalahan yang dimaksud adalah unsur yang bertentangan dengan hukum. Hukum dalam hal ini tidak hanya berkaitan dengan peraturan perundang-undangan tetapi juga