DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
(
Sebuah Penelitian Tindakan Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri I PadaherangCiamis Tahun Pelajaran 2010-2011)
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
Nunung Nurjanah Widya NIM: 106013000308
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL
RECIPROCAL TEACHING TIPE DISKUSI KELOMPOK DALAM UPAYA
PENINGKATKAN KUALITAS KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
(
Sebuah Penelitian Tindakan Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri I PadaherangCiamis Tahun Pelajaran 2010-2011)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Oleh:
Nunung Nurjanah Widya
Nim: 106013000308
Di bawah bimbingan
Pembimbing I
Drs. E Kusnadi.
NIP: 1946001 19650 1 001
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Penelitian ini berangkat dari rumusan masalas sebagai berikut : (1) Bagaimana perencanaan pembelajaran berbicara dengan model pembelajaran Reciprocal
Teaching (2) Bagaimana proses pembelajaran berbicara dengan model
pembelajaran Reciprocal Teaching (3) Bagaimana hasil pembelajaran bebicara dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching.
Oleh karena itu, melalui penelitian ini secara husus ingin dicapai tujuan penelitian antara lain : (1) Untuk menggambarkan perencanaan pembelajaran berbicara dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching (2) Untuk menggambarkan prosees pembelajaran berbicara dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching (3) Untuk menggambarkan hasil pembelajaran berbicara dengan model dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yaitu suatu penelitian yang dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul didalam kelas. Metode yang dilakukan peneliti terdiri atas tiga tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Ketiga tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah yang sama yang difokuskan pada pembelajaran diskusi sebagai aplikasi dari keterampilan berbicara melalui model Reciprocal Teaching.
7 BAB II
ACUAN TEORITIS
A. Keterampilan Berbahasa
Nida dan Karris mengemukakan bahwa keterampilan berbahasa
mempunyai empat komponen yaitu:
1. keterampilan menyimak (listening skills)
2. keterampilan berbicara (speaking skill)
3. keterampilan membaca (reading skills)
4. keterampilan menulis (writing skills.)1
Setiap keteramplan itu, berhubungan erat sekali dengan tigaketerampilan
lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Untuk memperoleh keterampilan
berbahasa, biasanya kita belajar menyimak dan berbicara. Membaca dan menulis
kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada
dasarnya merupakan satu kesatuan, dan merupakan catur tunggal.2
1. Berbicara Sebagai Sebuah Keterampilan Berbahasa
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan pikiran,
gagasan dan persaan.3 Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa
berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan
1
, Henry Guntur Taringan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1957&1977), hlm. 19&9
2
Taringan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), hlm. 1
3
yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh
manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide yang dikombinasikan.
Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak
hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan
pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah bersikap tenang serta dapat
menyesuaikan diri atau tidak. Pada saat dia mengkomunikasikan
gagasan-gagasannya; dan apakah dia antusias atau tidak. Menurut Mulgrave (dalam
Taringan).4
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau
pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara
berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Moris dalam Novia (2002) menyatakan
bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota
masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah
laku sosial. Sedangkan, Wilkin dalam Maulida (2001) menyatakan bahwa tujuan
pengajaran bahasa Inggris dewasa ini adalah untuk berbicara. Lebih jauh lagi
Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah
kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui
kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari
masyarakat yang berbeda.5
2. Pengertian Berbicara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tertulis bahwa berbicara adalah
berkata; bercakap; berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan,
tulisan, dsb.) atau berunding.6
Selain batasan di atas, tarigan degan titik berat kemampuan pembicara
memberikan batasan bahwa Berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
4
Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1954), hlm. 3—4
5
...Pengertian Keterampilan Berbicara [online]. Tersedia: http://google.com. [Juli 2010].
6
9
menyampikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sedangkan sebagai wujudnya
berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan
yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang
pendengar atau penyimak.
Sejalan dengan pendapat Tarigan, pendapat Mulgrave dalam Tarigan yang
mengacu pada kamus dan berbunyi:
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau
kata-kata untuk mengekspresikan pikiran. Keterangan lebih lanjut dari batasan ini
adalah, berbicara merupakan sistem tanda yang dapat didengar dan dilihat yang
memanfaatkan otot-otot dan jaringan otot manusia untuk mengkomunikasikan
ide-ide. Selanjutnya, berbicara merupakan bentuk prilaku manusia yang
memanfaatkan faktor fisik, psikisneorologis, semantik, dan linguistik secara
ekstensif sehingga dapat dianggap sebagai alat yang sangat penting untuk
melakukan kontrol sosial .7
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya,
berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk
bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaiakan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar
menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan
persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, berbicara ini dapat
dibantu dengan mimik dan pantomimik pembicara.
Beberapa prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara, antara lain:
a. Membutuhkan paling sedikit dua orang;
b. Mempergunakan suatau sandi linguistik yang dipahami bersama;
c. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum;
d. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan;
e. Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada
lingkungannya dengan segera;
f. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini;
7
g. Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara
atau bunyi bahasa dan pendengaran;
h. Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memerlakukan apa yang nyata
dan apa yang diterima sebagai dalil. Brooks (dalam Tarigan)8
3. Jenis-jenis Berbicara
Ada beberapa kegiatan berbicara ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Berbicara di muka umum (public speaking)
Jenis-jenis pembicaraannya meliputi hal-hal berikut:
1. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau
melaporkan, yang bersifat informative (informative speaking)
2. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan, persahabatan
(fellowship speaking)
3. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk, mengajak,
mendesak, meyakinkan (persuasive speaking)
4. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang
dan hati-hati (deliberative speaking)
b. Berbicara pada konferensi (converence speaking)
Pembicaraan meliputi hal-hal berikut:
1. Diskusi kelompok (group discussion), yang terdiri atas:
a. Tidak resmi (informal), yang meliputi:
1) Kelompok studi (study group)
2) Klompok pembuat kebijaksanaan (police making groups)
3) Komik
b. Resmi (formal), yang dibagi atas:
1) Komperensi
2) Diskusi panel
3) Simposium
2. Prosedur parlementer (parliamentary procedure)
8
11
Secara singkat, albert dalam tarigan mengungkapkan prosedur parlementer
mempunyai dua maksud utama yaitu:
a. Meninjau serta mengarahkan urusan atau usaha secara efisien, secara
tepat guna.
b. Melindungi hak-hak semua anggota
3. Debat
Berdasarkan bentuk, maksud, dan metodenya, tarigan
mengklasifikasikan debat atas tipe-tipe atau kategori sebagai berikut:
a. Debat parlementer atau majelis (assembly or parlementary debating)
Debat parlementer atau majelis bertujuan untuk member dan
menambahi dukungan bagi suatu undang-undang tertentu dan semua
anggota yang ingin menyatakan pandangan atau pendapatnya pun
berbicara mendukung atau menentang usul tersebut setelah mendapat
usul tersebut setelah mendapat izin dari majelis.
b. Debat pemeriksaan ulang untuk mmengetahui kebenaran pemeriksaan
terdahulu (cross-examinaton debating)
Debat ini bertujuan untuk mengajukan serangkaian pertanyaan yang
saling berhubungan erat antara satu dengan yang lain, yang akan
menyebabkan para individu yang ditanya menunjanng posisi yang
hendak ditegakkan dan diperkokoh oleh sang penanya.
c. Debat formal, konvensional, atau debat pendidikan (formal,
conventional or educational debating)
Debat ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi dua tim
pembicara untuk mengemukakan kepada sejumlah endengar argument
yang menunjang atau membantah suatu usul. Setiap pihak diberi
jangka waktu yang sama bagi pembicara konstruktif dan bantahan.9
9
4. Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, seyoginyalah sang pembicara memahami
makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya dan harus
mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik
secara umum maupun perorangan.
Menurut tarigan tujuan umum berbicara dapat diklasifikasikan menjadi
lima golongan, yaitu:
a. Menginformasikan
Kegiatan berbicara ini dilaksanakan bila seseorang ingin: a. menjelaskan suatu
proses, b. menguraikan, menafsirkan, atau menginterrestasikan suatu hal, c.
member, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan, d. menjelaskan
kaitan.
b. Menghibur
Kegiatan berbicara ini bertujuan untuk menimbulkan suasana gembira pada
pendengarnya yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti humor,
spontanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan sebagainya.
c. Menggerakkan
Dalam kegiatan berbicara ini diperlukan pembicara yyang berwibawa, panutan
atau tokoh idola masyarakat. Melalui kepintarannya dalam berbicara,
kecakapan memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa
massa, pembicara dapat menggerakkan pendengarnya.
d. Menstimulasi
Kegiatan berbicara ini pembicara harus pintar merayu, mempengaruhi, atau
meyakinkan pendengarnya.
13
Kegiatan berbicara ini bertujuan untuk meyakinkan pendengar akan sesuatu
melalui pembicaraan yang meyakinkan, disertai dengan pendapat, fakta atau
bukti sehingga diharapkan sikap pendengar bisa diubah.10
5. Rambu-Rambu dalam Berbicara
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar sebuah pembicaraan suksess
disampaikan kepada pendengar adalah dengan menaati rambu-rambu bberbicara
berikut ini:
a. Menguasai masalah yang disampaikan. Penguasaan masalah akan
menumbuhkan keyakinan kepada pembicara. Sehingga akan tumbuh
keberanian karena keberanian adalah modal pokok bagi pembicara.
b. Mulai berbicara kalau situasi sudah mengizinkan. Sebelum memulai
pembicaraan, hendaknya pembicara memperhatikan situasi seluruhnya,
terutama pendengar. Sikap pembicara yang tenang, wajar, serta berpenampilan
yang rapi akan banyak membantu.
c. Pengarahan yang tepat akan dapat memancing perhatian pendengar.
Penginformasian tujuan setelah mengucapkan salam, dan menjelaskan
pentingnya pokok pembicaraanitu akan menarik perhatian pendengar.
d. Berbicara harus jelas dan tidak terlalu cepat. Bunyi-bunyi bahasa harus
diucapkan secara tepat dan jelas. Kalimat harus efektif dan pilihan kata harus
tepat.
e. Pandangan mata dan gerak-gerik yang membantu. Hendaknya terjadi kontak
batin antara pembicara dan pendengar. Pandangan mata yang menyeluruh
akan menyebabkan pendengar merasa diperhatikan.
f. Pembicara sopan, hormat, dan memperlihatkan rasa persaudaraan.
g. Dalam komunikasi dua arah mulailah berbicara kalau sudah dipersilahkan.
Berbicara langsung pada sasarannya.
h. Kenyaringan suara. Volume suara jangan terlalu lemah dan jangan terlalu
keras(berteriak)
10
i. Pendengar akan lebih terkesan kalau ia dapat menyaksikan pembicara
sepenuhnya. Usahakan berdiri atau duduk pada posisi yang dapat dilihat oleh
seluruh pendengar.
6. Hambatan-hambatan Berbicara
Berbicara itu mudah karena berbicara itu semudah membuka mulut.
Berbicara merupakan aktifitas kkita sehari-hari dari bangun tidur hingga saatnya
menutup mata. Berbicara jjuga digunakan untuk mencapai kesuksesan. Namun,
bicara yang demikian itu tidak mudah dilakukaan karena ada bebera hal yang
merupakan hambatan dalam kegiatan berbicara. Hambatan-hambatan tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Hambatan Internal
Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri pembicara.
Hambatan ini berupa:
1. Ketidaksempurnaan alat ucap
Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna alat ucap akan
mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, pendengar pun akan salah
menafsirkan maksud pembicara.
2. Penguasaan komponen kebahasaan
Komponen kebahasaan melliputi:
a. lafal dan intonasi.
b. pilihan kata (diksi)
c. struktur bahasa
d. gaya bahasa
3. Penguasaan komponen isi
Komponen isi meliputi:
a. hubungan isi dengan topic.
b. struktur isi
c. kualitas isi
d. kuantitas isi
15
Seseorang yang tidak menguasai komponen bahasa dan komponen
isitersebut di atas akan menghambat keefektifan berbicara.
b. Hambatan Eksternal
Hambatan Eksternal adalah hambatan yang datang dari luar pembicara.
Hambatan ini berupa:
1. Suara atau bunyi
2. Kondisi ruangan
3. Media
4. Pengetahuan pendengar
7. Penilaian Keterampilan Berbicara
Ada beberapa prinsip umum dalam mengevaluasiketerampilan berbicara
seseorang, prinsif umum tersebut, yaitu:
a. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal, konsonan) diucapkan dengan tepat?
b. Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara serta tekanan suku kata,
memuaskan?
c. Apakah ketetepan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang
pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang dipergunakan?
d. Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat?
e. Sejauh manakah”kewajaran” atau”kelancaran” ataupun”ke-native-speaker-an” yang tercemin bila seseorang berbicara? Brooks (dalam tarigan).11
8. kaitan berbicara dengan keterampilan berbahasa lainnya
Selain penggunaan aspek-aspek kebahasaan dalam berbicara dapat
menunjukan relevansi keterampilan berbahasa lainnya dapat juga dikaitkan
dengan kemampuan menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan
berbicara bukan keterampilan yang berdiri sendiri melainkan suatu
keterampilan yang berkaitan dengan komponen bahasa lainnya.12
11
Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1990)., hlm. 28.
12
B. Model Reciprocal Teaching
1. Pengertian Model Reciprocal Teaching
Reciprocal Teaching yang pertama dikembangkan oleh Anne Marrie
Polincar dan Anne Brown merupakan suatu model pembelajaran yang digunakan
untuk mengingatkan pemahaman terhadap suatu topic, dalam pembelajaran ini
guru serta murid memegang peranan penting pada tahap dialog tentang suatu topik
(teks), model pembelajaran ini terdiri dari empat aktivitas yaitu memprediksi
(prediction), meringkas (summarizing), membuat pertanyaan (questioning), dan
menjelaskan (clarifing) Menurut Polincar.13
“Reciprocal teaching refers to anintructional activity that takes place in the form of a dialogue between teachers and student regarding segment of text.
The dialogue is structured by use of four stretegies: summarizing , question
generating, clarifying and predicting…”
“Bila diterjemahkan berarti reciprocal teaching digambarkan sebagai aktifitas pembelajaran yang berlangsungdalam bentuk dialog antara guru dengan
siswa-siswanya mengenai bagian dari suatu teks. Aktivitas dialg tersebut disusun
dengan empat strategi yaitu meranngkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan) dan memrediksi…”
Senada dengan pendapat Polinscar, Arend (dalam Ain Zaelan) Reciprocal
Teaching adalah prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk
mengajarkan kepada siswa tentang strategi kognitif, serta membantu siswa
memahami bacaan dengan baik.
Arends pun berbicara tentang keefektifan Reciprocal Teaching dalam
membentuk siswa yang belajar mandiri. Siswa yang belajar mandiri adalah siswa
yang tahu kapan saat yang tepat untuk meringkas atau mengajukan pertanyaan
sambil membaca suatu pokok bahasan dalam sebuah buku atau mendengarkan
penyampaian guru, dan siswa memiliki motivasi untuk memantau keberhasilan
belajarnya sendiri.
13
17
Karakteristik dari pembelajaran Reciprocal Teaching menurut Polinscar
dan Brown (dalam Hadiana Rosida, 2007:16) adalah (1) suatu dialog antara siswa
dengan guru dimana masing-masing mendapat giliran untuk meminpin diskusi,
(2) reciprocal merupakan suat interaksi tindakan seseorang untuk merespon orang
lain, (3) dialog yang terstruktur dengan menggunakan empat strategi, yaitu:
merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan) dan
memprediksi jawaban.14
Hal yang membedakan model pembelajaran reciprocal teaching dengan
model pembelajaran lain menurut Slavin: “pembelajaran rreciprocal teaching menurut siswa untuk mampu menjelaskan hasil wacana yang dibaca secara
mandiri kepada teman-temanya baik dalam bentk pertanyaan-pertanyaan yang
dimunculkan maupun prediksi-prediksi dari wacana tersebut”.15
Menurut Palinscar dan Brown setidaknya terdapat empat strategi dasar
yang terlibat dalam proses pembelajaran reciprocal yaitu, melakukan klarifikasi,
membuat prediksi, bertanya dan membuat kesimpulan. Adapun penjelasan untuk
masing-masing strategi sebagai berikut:
a. Klasifikasi
Dalam suatu aktifitas membaca mungkin saja seorang siswa
menganggap pengucapan kata yang bena adalah hal yang terpenting walaupun
mereka tidak memahami makna dari kata-kata yang diucapkan teersebut.
Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau kalimat-kalimat
yang familier, apakah mereka dapat memaknai maksud dari suatu paragraph.
Secara teknis hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan
perytanyaan-pertanyaan seperti;
“Kata apa yang dapat menggantikan kata tersebut”
“Kata atau konsep apa yang perlu diklarifikasi dari paragraph ini?” b. Membuat prediksi
Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang
sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang sudah
diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam
mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan
14
Polinscar dan Brown (dalam Hadiana Rosida, 2007), 16
15
informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa diharapkan dapat
membuat dugaan tentang topic dari paragraph selanjutnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan secara teknis adalah sebagai berikut:
“Dari judul dan ilustrasi gambar yang ada dapatkan kau menerka apa topic tulisan ini?”
“Coba pkirkan dari apa yang sudah kit abaca dan diskusikan kira-kira apa yang akan terjadi nanti?”
c. Bertanya
Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi
sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal
ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri, teknik ini
seperti sebuah proses metakognitif. Bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan
dapat beragam, berikut beberapa contohnya:
“Apa yang kau pikirkan ketika kau membaca teks tersebut?”
“Pertanyaan apa saja yang dapat kau ajaukan setelah membaca teks tersebut?”
“Topik apa yang membuatmu tertarik untuk membaca teks ini?” d. Membuat rangkuman
Dalam membuat tangkman dibutuhkan kemampuan untuk dapat
membedakan hal-hal yang penting dan hal-hal yang tidak penting.
Menentukan intisari dari teks bacaan tersebut. Beberapa
pertanyaan-pertanyaan umum yang dapat diajukan antara lain:
“apa yang penulis ingin sampaikan melalui teks tersebut?” “Apa informasi paling penting dari bacaan ini?”
“Dapatkah saya menggunakan bahasa saya sendiri untuk mengutarakan kembali isi dari tulisan ini?”
Pada dasarnya pembelajaran resiprokal menekankan pada siswa untuk
bekerja dalam rangka bertukar pengalaman keberhasilan belajar atau lainnya.
Salah satu dasar dari pembelajarannya resiprokal ini adalah reori Vygotsky
yaitu dialog dalam suattu interaksi social sebagai dasar pokok dalam proses
19
berfikir pada saat belajar. Dari beberapa sumber yang saya dapatkan, dalam
p[elaksanaan awalnnya guru menjadi leader atau contoh dalam mempraktekan
keempat strategi yang diuraikan di atas. Kemudian siswa diminta ntuk
melakukannya bersama teman-temannya edalam suatu kelompok yang tidak
kurang dari 4 orang dan tidak lebih dari 6 siswa. Sehingga jelas dalam
pelaksanaanya model ini tidak lepas dari pendekatan pembelajaran kooperatif.
Selain itu, yang perlu ditekannkan adalah pendekatan dialogis dalam
pembelajaran baik antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa.
Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dialog yang baik serta teliti dan
peka dalam mengamati. Pada prosesnya, mungkin saja siswa-siswa yang
memiliki kecenderungan diam. Guru harus melakukan teknik scaffolding
untuk membangkitkan keaktifan siswa.
2. Keuntungan Model Reciprocal Teaching
Model pembelajaran Reciprocal Teaching terdiri dari tiga fase, pertama
guru sebagai model dimana guru mencontohkan kepada siswa bagaimana
merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelasakan) serta
memprediksi. Kedua siswa yang akan melaksanakan keempat strategi pemahaman
tersebut dalam dalam kelompok kecil dan fase yang ketiga adalah diskusi antar
kelompok. Masing-masing dari strategi tersebut dapat memotivasi siswa untuk
aktif dan proses pembelajaran, berinteraksi dengan siswa lain dan membantu
siswa dalam membangyn pemahamannya secara mandiri terhadap suatu konsep
yang sedang dipelajarinya. Dengan kegiatan fisik merangkum, menyusun
pertanyaan, mengklarifikasikan dan mengerjakaN LKS dalam suatu proses
pembelajaran, dapat diperhatikan peran aktif dan inisiatif siswa dalam kelas yang
selanjutnya dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran berbicara di sekolah.
3. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Reciprocal Teaching
Nur dan Wikandari menjelaskan tahap pengajaran Terbalik melalui
a. Disediakan teks bacaan sesuai materi yang hendak diselesaikan dalam satu
kali pertemuan.
b. Dijelaskan bahwa pada segmen pertama guru bertindak sebagai guru (model)
c. Siswa diminta membaca dalam hati sebagian teks yang diterapkan. Untuk
memudahkan mula-mula bekerja paragraf demi paragraph.
d. Jika siswa telah menyelesaikan bagian p[ertama, lakukan pemodelan ini:
1. Pertanyaan yang saya perkirakan akan ditanyakan guru adalah: ………
2. Guru memberikan kesempatan siswa menjawab pertanyaan tersebut.
Bila perlu mereka boleh mengacu pada teks dengan kalimatnya sendiri: ………
3. Merangkum pokok pikiran yang terdapat dalam paragraph/sub bab.
Bila perlu dapat menunjuk salah seorang siswa untuk membacakan
rangkumannya.
………
4. Memberikan kesempatan siswa untuk memprediksikan hal yang akan
dibahas pada paragraph selanjutnya.
………
5. Memberikan kesempatan saiswa mengajukan komentar atau
menemukan hal yang tidak jelas pada bacaan.
………
e. Siswa diminta untuk memberikan komentar tentang pengajaran yang baru
berlangsung dan mengenai bacaan.
f. Segmen berikutnya dilanjutkan dengan bacaan/paragraph berikutnya, dan dipilih satu siswa yang akan berperan sebagai “guru-siswa”
g. Siswa dilatih/diarahkan berperan sebagai “guru-siswa” untuk peran sertanya. h. Pada hari-hari berikutnya, semakin lama guru mengurangi peran dalam dialog,
sehingga “guru-siswa” dan siswa lain itu berinisiatif sendiri mengenai kegiatan itu. Peran guru selanjutnya sebagai moderator, menjaga agar siswa
21
Adapun langkah-langkah Reciprocal Teacing menurut Palinscar dan
Brown seperti Bagan 2.1
Gambar 2.1
Langkah-langkah pembelajaran Reciprocal Teaching menurut Palinscar dan Brown
Teacher model and explains the use of the four reading
strategies predicting, clarifying, questionsing, and
summarizing
The teacher instructs students on the four strategies and the use students are lead into a guided practice and receive feedback from the instructor
The teacher leads discussions about the text in
small groups. Repeatedly modeling the strategies. Student take turns leading
discussions and getting feedback from the teacher
Student take turns leading the discussion using the four
strategies is small groups with other students. Students take responsibility for giving feedback on the strategy use.
The teacher moves from group to group observing
the progress and giving
assistance as needed
Students use the four reading strategies on their own and provide their own
feedback Strage 1: Teacher
demonstration
Strage 2: Student learning and practicing
Strage 3: Teacher-student group
Strage 4: Student group
Strage 5: Student self-Regulation Basic strages of
Berdasarkan bagan 2.1, secara umum dapat dijelaskan bahwa
langkah-langkah model Reciprocal Teaching, adalah sebagai berikut:
1. Pada tahap awal pembelajaran, guru bertanggungjawab untuk memimpin
tenya jawab dan melaksanakan strategi pcmbelajaran Reciprocal teaching,
yaitu merangkum, membuat pertanyaaan, menjelaskan, dan membuat
prediksi jawaban.
2. Guru memeragakan cara merangkum, membuat pertanyaan, menjelaskan
kembali, dan memprediksi setelah selesai membaca.
3. Selama membimbing siswa melakukan tatihan menggunakan model ini,
guru membantu siswa dalam menyelesaikan permintaan dari tugas yang
diberikan pada siswa berdasarkan tingkat kepandaian siswa.
4. Selanjutnya, siswa belajar untuk memimpin tanya jawab dengan guru alau
tidak ada guru.
5. Guru bertindak sebagai fasilitator, dengan memberikan penilaian yang
berkenaan dengan penampilan siswa dan mendorong siswa untuk
berpartisipasi dalam tanya jawab ke tingkat yang lebih tinggi.
C. Pembelajaran Kelompok
Kelompok secara umum dapat diartikan sebagai beberapa individu yang
berkumpul dengan satu tujuan. Jadi, pembelajaran kelompok atau diskusi
kelompok dapat didefinisikan sebagai bentuk tukar pikiran dalam musyawarah
yang direncanakan atau dipersiapkan antara dua orang atau lebih tentang topik
tertentu dengan seorang pemimpin.
1. Pengertian Diskusi Kelompok
John Stuart Mill pernah mengatakan bahwa "satu-satunya cara, wadah
tempat manusia dapat mengemukakan beberapa pendekatan untuk mengetahui
23
sesuatu yang dapat dikatakan mengenai hal itu oleh orang-orang yang mempunyai
aneka ragam pendapat" Powers. 16
Kelompok diskusi berlangsung apabila orang-orang yang berminat dalam
suatu masalah khusus berkumpul mendiskusikan hal itu dengan sengaja dengan
harapan agar sampai pada suatu penyelesaian atau penjelasan. Suatu kelompok
adalah suatu keselumhan yang dinamis dengan sifat yang berbeda dari
sifat-sifat para anggotanya. Dengan perkataan lain, suatu kelompok menampiikan suatu
kejamakan pribadi-pribadi, tetapi tujuan akhir yang hendak dicapai adalah tunggal
bukan jamak. Untuk menghindari agar kelompok tidak sempat kehilangan arah,
maka salah seorang anggotanya ditunjuk dan diangkat sebagai ketua atau
pemimpin diskusi.
Berikut ini beberapa contoh pengaturan tempat yang dapat digunakan
untuk diskusi kelompok.
2. Manfaat Diskusi
Salah satu manfaat yang paling besar dari diskusi kelompok ialah
kemampuannya memberikan sumber-sumber yang lebih banyak bagi pemecahan
masalah (problem-solving) daripada yang tersedia atau memungkinkan diperoleh
apabila seorang pribadi membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi atau
merusak suatu kelompok. Diskusi kelompok ini juga berguna apabila dua
pandangan yang bertentangan harus diajukan dan suatu hasil yang bersifat
memilih.
"salah satu dari dua" yang segera akan dilaksanakan. Pengenalan terhadap
pandangan baru mungkin dapat menobros jalan baru itu.
Melalui pikiran dan rencana kelompok, maka ide-ide atau gagasan dapat
diuji secara lebih memadai dan tidak memihak, ketimbang kalau kelompok itu
berada di bawah pesona seorang pembicara yang meyakinkan walaupun
kadang-kadang yang bersifat berpandangan picik mengutamakan kepentingannya sendiri.
16
Gambar 2.2
Gambar Posisi Diskusi Kelompok
3. Keunggulan Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok dapat menciptakan iklim yang memudahkan
penerimaan bahan pelajaran serta dapat meningkatkan taraf berpikir siswa.
Diskusi kelompok juga lebih m.emungkinkan siswa memiliki pengalaman yang
lebih luas dan beraneka ragam, karena pengetahuan yang diperoleh dari berdiskusi
belum tentu didapat dari membaca atau mendengarkan guru.
Sebagai latihan dalam berbicara, diskusi memiliki beberapa keunggulan
seperti yang diungkapkan oleh Maidar dalam buku Pembinaan Kemampuan
Berbicara Bahasa Indonesia, antara lain:
a. Diskusi lebih banyak melatih siswa berpikir secara logis karena dalam
berdiskusi ada proses adu argumentasi.
b. Argumentasi yang dikemukakan mendapat penilaian dari anggota yang
lain, sehingga hal ini dapat meningkatkan kemarnpuan berpikir dalam
memecahkan suatu masalah.
c. Umpan balik dapat diterima secara langsung, sehingga hal ini dapat
memperbaiki cara berbicara si pembicara, baik yang menyangkut faktor
kebahasaan ataupun nonkebahasaan.
d. Peserta yang pasif dapat dirangsang supaya aktif berbicara oleh moderator
atau peserta yang lain.
25
gagasan yang berbeda-beda dan turut merumuskan persetujuan bersama
tanpa emosi untuk raenang sendiri.17
f. Dalam mempersiapkan diskusi ada tiga bidang yang perlu diperhatikan yaitu,
persiapan bahan, persiapan pribadi (personal) dan persiapan ruangan18
D. Pembelajaran Keterampilan Berdiskusi dengan Model Pembelajaran
Reciprocal Teaching
Model pembelajaran ini tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara
khususnya dalam berdiskusi, karena dengan model pembelajaran Ini siswa
dituntut untuk mengeluarkan pendapat, gagasan maupun pikirannya untuk
membatu rekannya dalam berdiskusi, sehingga semua anggota kelompok merata
mengeluarkan pendapatnya.
Pembelajaran keterampilan berbicara khususnya dalam berdiskusi dapat
dilakukan dengan cara:
1. Menjelaskan pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching.
2. Menjelaskan manfaat menggunakan model Reciprocal Teaching,
3. Tahap pertama:
Dibuat kelompok siswa, setiap kelompok terdiri dari lima - enam orang secara
heterogen dan kepada setiap anggota kelompok diberikan nomor sebagai
pembagian tugas (peran). Masing-masing anggota, siapa yang bagian
merangkum, yang memprediksi pertanyaan, menjawab pertanyaan dan
menjelaskan pertanyaan.
Tahap kedua:
a. Guru membagi LKS yang memuat tugas-tugas menyimpulkan
(merangkum), menyusun pertanyaan dan menjawab atau menjelaskannya
serta memprediksi jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Sebagai bahan bacaan guru membagikan teks bacaan yang memuat
rangkuman mated yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut.
b. Siswa ditugaskan untuk membaca teks bacaan yang telah disediakan,
17
Maedar, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia ( 1993 ), hlm. 40.
18
menggaris bawahi hal-hal yang penting dari bacaan menurut siswa
untuk memudahkan siswa dahm kegiatan merangkum.
c. Pada tahap awal model pembelajaran, guru memperagakan bagaimana
merangkum, membuat pertanyan, memprediksi jawaban dan menjelaskan
kembali hasil pekerjaan kelompok di depan kelas. Pada tahap ini guru
yang bersangkutan sebagai model.
d. Setelah selesai membaca, siswa ditugaskan untuk merangkum bagian-
bagian penting dari bacaan, menyusun pertanyaan dan memprediksi
jawaban dengan cara menyelesaikan pertanyaan (masalah) yang telah
dibuatnya atau pertanyaan (masalah) yang telah ada dalam LKS yang
telah diberikan menurut hipotesisnya sendiri dari hasil membaca.
e. Setelah selesai membaca, siswa ditugaskan untuk merangkum
bagian-bagian penting dari bacaan, menyusun pertanyaan dan memprediksi
jawaban dengan cara menyelesaikan pertanyaan yang telah dibuatnya
atau pertanyaan yang telah ada dalam LKS yang telah diberikan.
f. Siswa dilatih berperan sebagai seorang guru melalui kegiatan-kegiatan
menjelaskan hasil pekerjaan yang sudah tertuang dalam LKS hasil kerja
kelompok, siswa lain diminta untuk berpartisipasi dalam dialog dan selalu
diingatkan, bahwa pada segmen ini siswa berperan sebagai guru. Guru
berperan menuntun dialog untuk meyakinkan siswa dengan banyak
memberi umpan balik dan pujian untuk partisipasinya.
g. Pada hari-hari berikutnya dicoba lebih banyak dialog, sehingga pada saat
siswa berperan sebagai guru, siswa sudah mulai berinisiatif kegiatan
mereka sendiri.
E. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat didefinisikan sebagai penelitian
yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantife, suatu
tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk
27
perbaikan dan perubahan.19 Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa PTK merupakan studi sistematis terhadap praktek pembelajaran di kelas
dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar siswa dengan melakukan tindakan tertentu.
Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action
research, yaitu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan di kelas.
Arikunto menjelaskan PTK melalui paparan gabungan defmisi dari tiga kata,
Penelitian, Tindakan dan Kelas sebagai berikut:
1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan
penting bagi peneliti.
2. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas adalah sckelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dari seorang guru.
Dengan menggabungkan batasan pengertian dari tiga kata inti, yaitu (1)
penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari gum
yang dilakukan oleh siswa.20
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mempunyai beberapa tujuan, yakni: (1)
memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan
yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi profesionalitas pendidikan
yang diemban guru, (2) menumbuhkan budaya meneliti dikalangan pendidik
dengan memberikan kesempatan kepada guru/dosen untuk melakukan pengkajian
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya, (3) meningkatkan kolaborasi
antara guru dan guru, guru dan dosen dalam memecahkan masalah pembelajaran.
19
Rochiati, Hopkins (2008), hlm. 11
20
Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajarannya harus mengikuti sistem dengan
proses pengkajian berdaur (cyclical), yang setiap langkahnya terdiri dari empat
tahap, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (action), (3) observasi
(observation), dan refleksi (reflection). Sebagaimana tergambar secara jelas pada
bagan berikut.
Proses Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 2.3
Model visual Bagan PTK
(adaptasi dari Hopkins, 1993 dalam Arikunto, 2008: 105) RENCANA
REFLEKSI
TINDAKAN/
OBSERVASI PERBAIKAN
RENCANA
PERBAIKAN RENCANA
DAN SETERUSNYA REFLEKSI
TINDAKAN/ OBSERVASI
REFLEKSI
30 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian mengenai pembelajaran diskusi dengan menggunakan model
pembelajaran Reciprocal Teaching dilakukan menggunakan metode penelitian
tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini berusaha mengkaji dan
merefleksi suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan meningkatkan proses
dan produk pengajaran di kelas. Proses pembelajaran ini tidak terlepas dari
adanya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan
siswa, materi, dan sumber belajar yang digunakan sehingga dalam penelitian ini
yang diteliti adalah proses dan hasil belajar siswa.
1. Komposisi dan Karakteristik Subjek Penelitian
a. Komposisi Siswa
Pertemuan pertama dalam penelitian ini dilakukan sebelum UAS, sehingga
diperkirakan semua siswa dapat mengikuti penelitian ini. Jika dalam kelas
tersebut ada siswa yang tidak mengikuti kegiatan pertemuan 1 atau tindakan 1, ia
tidak menjadi tolak ukur keberhasilan metode ini. Siswa yang mengikuti ketiga
pertemuan atau tiga tindakan inilah yang akan dijadikan tolak ukur keberhasilan
model Reciprocal Teaching. Namun, perlu diingat bahwa penerapan metode ini
tidak diajukan untuk mengukur keefektifan sebuah metode, namun metode ini
diterapkan untuk meningkatkan kualitas siswa setelah menerima tindakan.
SMP Negeri 1 Padaherang Ciamis dengan subjek penelitian adalah siswa-siswa
kelas VIII-C semester 1 tahun ajaran 2010/2011. Jumlah siswa yang menjadi
subjek penelitian adalah sebanyak 42 dengan jumlah siswa perempuan 26 orang
dan siswa laki-laki 16 orang, yang dibentuk menjadi 6 kelompok. Di bawah ini
tercantum daftar subjek penelitian.
Tabel 1
DAFTAR SUBJEK PENELITIAN
No Nama No Nama
1 Adam Maulana 22 Moch. Birama Agustian
2 Aditria Nuimita Dewi 23 Mohamad Bayu Nugraha
3 Anastasha Azizah M 24 Miih Giffary MH
4 Anggia Fitri M 25 Muhamad Yaser A
5 Ardeliana Rizkita P 26 Nadya Arystia
6 Atari Rizki Naulia 27 Nanda Fadhil Azman
7 Dheya Shafira A. 28 Pranesha Wahyu S A
8 Dinda Sukmadewi 29 R. Nadila Andiani K
9 Fahmi Bagus Pratama 30 Rahmadewi Budiningtyas
10 Fannisa Salma Shafira 31 Rayka Wildan AiidhiK
11 Fathya Nabila Gifani 32 Rd. Alvin Kurnia Putra
12 Fatma Saviera 33 Regina Emanuella Gusti P
13 China Bani Azifah 34 Roufisma Abdi Pratama
14 Gina Ariela 35 Shah Dehan L
15 Giyana Priliya 36 Shita Rai Putri
16 Hinda 37 Sitti Nabillah Putri
17 Ilham Dwi Putranto 38 Tiara Fariza
18 Karma Agnia 39 Trifitri Muhammadita
19 Ki Agus Hafizh Kidayat 40 Utin Alvina Nunuliawati
20 M Rifan Fauzan 41 Yoan Martha Azlia
32
Adapun alasan dipilihnya kelas VIII-C sebagai sasaran penelitian ini
adalah karena siswa kelas VIII-C tergolong dalam kategori siswa yang kurang
aktif. Walaupun ada beberapa siswa yang menonjol, namun daya kritis mereka
terhadap suatu masalah kurang terlihat, sehingga ini menjadi daya tarik untuk
mengadakan penelitian di kelas tersebut.
b. Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa kelas VIII C sangat beraneka ragam. Siswa-siswa kelas
VIII C umumnya berusia sekitar 13-15 tahun. Jika dilihat dan segi usia, siswa VIII
C termasuk ke dalam periode penemuan diri, pembentukan watak, dan pendidikan
agama.
Selain itu pada fase ini pun biasanya seseorang memiliki sifat "ingin
menjadi yang ter" dan cenderung ekstravers. Maksudnya, sikap, tingkah laku dan
perbuatan anak puber ditujukan untuk berkuasa; apa yang diinginkan, yang
dijadikannya idam-idaman adalah si kuat, si menang, sikap, tingkah laku
perbuatan anak-anak puber berorientasi ke luar, hal ini mendorong dirinya untuk
menyaksikan keadaan-keadaan dunia di luar dirinya dan mencari teman sebaya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jiwanya.
Oleh karena itu, anak-anak pada masa ini cenderung membentuk
kelompok-kelompok sebaya untuk dapat menang dan kuat. Pembentukan
kelompok-kelompok dalara berteman begitu terlihat pada kelas VIII C.
Siswa-siswanya memiliki kelompok bermain berbeda. Kelompok-kelompok tersebut
terbentuk dari rasa kebutuhan jiwa antar pribadinya, sehingga setiap kelompok
memiliki karakteristik yang beranekaragam.
Karakteristik siswa yang teramati oleh peneliti terbagi dalam tiga bagian,
yakni kelompok intelektual, kelompok tenang, dan kelompok yang ribut tak
terkendalikan, tak konsekuen, tak sadar. Pada setiap pertemuan proses
pembelajaran ini ternyata dapat peneliti simpulkan bahwa tipe kelompok yang
peribut begitu mendominasi PBM yang memakai metode (diskusi atau belajar
kelompok). Saat PBM berlangsung siswa merasa lebih bebas untuk
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian pada penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa
pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang telah
dicapai. Jumlah pertemuan dalam penelitian dilakukan dalam tiga pertemuan.
Dalam penelitian ini prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut.
a. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui gambaran
pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
b. Perencanaan Tindakan Penelitian
Perencanaan tindakan penelitian dilakukan berdasarkan hasil identiflkasi
temuan awal terhadap pengajaran diskusi di kelas VIII di SMP Negeri 1
Padaherang Ciamis. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap-tahap ini
adalah sebagai berikut.
1) Menetapkan prioritas permasalahan dari sejumlah masalah pengajaran berbicara pada proses diskusi yang ditemukan pada tahap identifikasi temuan awal, yaitu pada bidang pemilihan bahan tema wacana untuk diskusi.
2) Membicarakan rencana penelitian tindakan kelas yang telah disusun penulis sebagai peneliti dalam upaya meningkatkan efektifitas pengajaran berbicara
dalam proses diskusi.
3) Memperkenalkan pemilihan bahan diskusi dengan objek kajian wacana serta penggunaan model mengajar Reciprocal Teaching untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
34
c. Pelaksanaan Tindakan Penelitian
Pelaksanaan tindakan penelitian dilakukan berdasarkan perencanaan
penelitian tindakan kelas yang telah ditetapkan, yaitu dengan pemilihan bahan
berupa wacana dan penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching. Pada
pertemuan 1, pengajaran diskusi model Reciprocal Teaching menggunakan
wacana dengan tema dan judul yang sama yaitu "Kesehatan"; (2) pertemuan 2,
pengajaran diskusi model Reciprocal Teaching menggunakan wacana dengan
tema dan judul yang sama yaitu "Kenakalan Remaja"; (3) pengajaran diskusi
model Reciprocal Teaching menggunakan wacana dengan tema yang sama yaitu
"kenakalan remaja" dan judul yang berbeda yang diberikan pada tiap
kelompoknya. Penetapan ini dimaksudkan sebagai alternatif solusi terhadap
pemilihan bahan wacana untuk pengajaran diskusi di SMP serta untuk melihat
kesesuaian bahan secara empiris dengan tingkatan siswa SMP kelas delapan.
Selanjutnya, pada setiap tindakan pembelajaran pada masing-masing
pertemuan penelitian, melalui empat tahapan kegiatan, yaitu (a) perencanaan
pembelajaran, (b) pelaksanaan pembelajaran, (c) observasi dan pencatatan
pelaksanaan pembelajaran, dan (4) analisis serta refleksi pembelajaran pada setiap
tindakan pembelajaran, dijadikan rekomendasi untuk perencanaan tindakan
pembelajaran berikutnya sampai akhirnya menetapkan rekomendasi hasil
kesimpulan tindakan penelitian untuk semua pertemuan penelitian.
1) Perencanaan Pembelajaran
Kegiatan dalam perencanaan pembelajaran meliputi (1) menentukan kelas
penelitian dan waktu penelitian, (2) menyusun silabus dan rencana pembelajaran
yang berpedoman pada KTSP dan sesuai model pembelajaran Reciprocal
teaching, (3) mentntukan metode dan pendekatan dalam pembelajaran yang
disesuaikan dengan karakter siswa dan materi, (4) menentukan topik wacana yang
akan digunakan sebagai bahan pembelajaran diskusi, (5) membuat pedoman
observasi yang akan digunakan untuk mengamati aktifitas guru dan siswa selama
proses belajar mengajar berlangsung serta menyusun angket, sikap siswa dan
jurnal siswa yang akan diberikan kepada. siswa pada setiap akhir pembelajaran,
berdiskusi dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal teaching, (7)
merencanakar. dan melaksanakan diskusi dengan guru dan peneliti serta para
observer untuk melihat perkembangan aktivitas siswa dan guru selama KBM
berlangsung.
2) Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran berbicara pada proses diskusi untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa menggunakan model pembelajaran
Reciprocal Teaching. Dalam pelaksanaannya, model ini menekankan peran aktif
siswa untuk memahami sebuah wacana dengan cara merangkum, membuat
pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan) serta memprediksi jawaban dan siswa
juga dilatih untuk berperan sebagai seorang guru melalui kegiatan-kegiatan
menjelaskan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, tanya jawab dan diskusi.
Sementara, peran guru hanya sebagai fasilitator atau motivator.
Tabel 2
KEGIATAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES PENGAJARAN
BERBICARA (DISKUSI) DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
1 2
1.Guru mengawali pengajaran dengan menyampaikan rencana kegiatan pengajaran diskusi dengan
menggunakan model Reciprocal Teaching.
1. Siswa memerhatikan dengan seksama penjelasan guru dan mengajukan pertanyaan bila kurang jelas terhadap prosedur pengajaran yang akan dilalui dan dijeiaskan guru.
2.Guru membagi siswa dalam kelompok untuk melakukan diskusi memahami sebuah wacana.
2. Siswa berkelompok berdasarkan kelompok diskusinya dan
berusaha memahami wacana yang dibacanya.
3.Guru membagikan sebuah wacana pada tiap kelompok
3. Siswa membaca wacana yang telah dibagikan.
4.Guru memeragakan bagaimana merangkum, membuat pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi setelah selesai membaca serta
bagaimana berperan seperti seorang guru dalam menjelaskan hasil diskusi kelompoknya.
36
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
1 2
5.Guru berkeliling membimbing siswa dalam melakukan diskusi kelompok.
5. Siswa dengan bimbingan melakukan diskusi kelompok. 6.Setelah diskusi kelompok selesai, guru
membimbing siswa melakukan diskusi kelas untuk membahas hasil diskusi.
6. Wakil dari masing-masing kelompok siswa menyampaikan hasil diskusi kelompoknya, selanjutnya mereka terlibat dalam diskusi kelao untuk membahas dan meyimpulkan hasil membaca wacana serta menjelaskannya dengan berperan sebagaj seorang guru.
7.Guru menutup pelajaran dan
memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari di rumah tentang teknik-teknik diskusi hal ini dimasudkan agar siswa mampu berdiskusi dengan baik dan komunikatif.
7. Siswa mendengarkan penjelasan guru.
Selain melakukan kegiatan dalam proses pengajaran sebagaimana di atas,
guru juga melakukan pengamatan dan pencataan terhadap segala temuan dalam
proses pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan masing-masing fokus
penelitian.
d. Observasi
Observasi dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan dilaksanakan
mulai bulan Oktober-November 2010 yang diharapkan tercapai. Pemantauan yang
dilakukan dalam satu pertemuan memberikan pengaruh pada penyusunan
tindakan yang dilakukan pada pertemuan berikutnya. Hasil pemantauan ini
didiskusikan bersama guru sehingga menghasilkan refleksi yang berpengaruh
pada pelaksanaan selanjutnya. Pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan ini
menggunakan instrumen pengumpulan data yang teiah ditetapkan.
e. Refleksi
Pada bagian refleksi dilakukan kegiatan menganalisis, interpretasi, dan
eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari
Secara keseluruhan, keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu
pertemuan (daur) PTK. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan
lebih dari satu pertemuan. Pertemuan-pertemuan tersebut saling terkait dan
berkelanjutan.
Pertemuan dua dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil
dalam pertemuan satu. Pertemuan tiga dilaksanakan karena pertemuan dua belum
mengatasi masalah.
3. Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan beberapa instrumen, yaitu lembar observasi, jurnal siswa, angket,
dan catatan lapangan.
a. Observasi
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk memperoleh data
mengenai aktifitas siswa dan aktifitas guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Setiap observer mengamati setiap perilaku siswa dan guru dikelas
dalam memanfaatkan wacana sebagai media pembelajaran berdiskusi. Lembar
observasi secara jelas dapat dilihat dalam lampiran.
b. Jurnal Siswa
Jurnal siswa diberikan kepada siswa setelah mendapatkan pembelajaran.
Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui respon serta gambaran siswa setelah
mendapatkan proses pembeiajaran, kemudian data tersebut digunakan dalam
upaya perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran beriutnya. Jurnal yang digunakan
dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.
c. Angket
Angket diberikan pada pertemuan ketiga untuk mengetahui tanggapan
siswa mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung. Angket yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.
d. Catatan Lapangan
Catalan lapangan yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan aktivitas siswa dalam berkomunikasi dan mengemukakan
38
proses pembelajaran berakhir. Dengan catatan lapangan ini, guru bisa mencatat
peristiwa-peristiwa yang terjadi di kelas selama pembelajaran berlangsung.
e. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru kelas berdasarkan pedoman
wawancara. Wawancara dengan guru dilakukan sebelum dan sesudah penelitian.
Sementara dengan siswa dilakukan setelah kegiatan penelitian. Siswa yang
diwawancarai sebanyak 6 orang, yang masing-masing terdiri atas 2 orang dari
kelompok tinggi, sedang, dan rendah, yang diperoleh berdasarkan informasi dari
guru kelas.
4. Prosedur Pengolahan Data
a. Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui kegiatan pembelajaran
mengemukakan pendapat dalam diskusi. yaitu settap aktivitas yang dilakukan
selama penelitian berlangsung.
Adapun jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif meliputi data kemampuan berbicara pada saat siswa
mengemukakan pendapatnya setelah membaca wacana yang diperoleh dari
penilaian selama pembelajaran berlangsung, sedangkan data kualitatif meliputi
aktivitas siswa dan guru selama pemebelajaran berlangsung.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan perhitungan
persentase. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini
dijelaskan dalam tabel berikut.
b. Analisis Data
Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data deskriptif
kualitatif. Data kuantitatif meliputi data kemampuan berbicara pada saat siswa
mengemukakan pendapatnya setelah membaca wacana yang diperoleh dari
penilaian selama pembelajaran berlangsung, sedangkan data deskriptif kualitatif
meliputi aktivitas siswa dan kegiatan guru selama pembelajaran berlangsung.
Analisis data dilakukan setiap akhir pertemuan sesuai dengan prosedur analisis
berikut ini.
c. Aktivitas Guru
Pengolahan untuk mengukui tingkat keefektifan siswa selama
pembelajaran diolah secara kualitatif langsung melalui penskoran dalam skala
ordinal. Tingkat keberhasilan akan dibagi menjadi empat kategori, yaitu kurang,
cukup, baik, dan baik sekali seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 4
KLASIFIKASI AKTIVITAS GURU
Skor Kategori
4 Sangat baik
3 Baik
2 Cukup
1 kurang
d. Aktivitas Siswa
Pengolahan data untuk mengukur keefektifan siswa diolah secara kualitatif
dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif. Penskoran Icuantitatif dibagi
menajadi lima kategori skala ordinal, yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan
sangat kurang. Data untuk mengukur aktivitas siswa selarna pembelajaran diolah
setelah pengumpulan data yang dilakukan melalui pedoman observasi aktivitas
siswa.
Keaktifan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Reciprocal Teaching dihitung berdasarkan persentase siswa yang aktif dalam
40
(diskusi) dihitung berdasarkan kualitas penampilan (ekspresi), ketepatan serta
kreatifltas siswa dalam mer.uangkan ide-idenya. Klasifikasi aktivitas siswa dapat
diklasifikasikan pada tabel 5.
Tabel 5
KUASIFIKASI AKTIVITAS SISWA
Persentase Rata-rata (%) Kategori
80 atau lebih Sangat baik
60 - 79,99 Baik
40 - 59,99 Cuknp
20 -39,99 Kurang
0 - 19,99 Sangat kurang
c. Hasil Belajar
Pengolahan data untuk aspek kognitif siswa diolah secara kuantitatif
langsung melalui penskoran dalam skala ordinal. Tingkat keberhasilan akan dibag'
menjadi lima kategori ordinal. Tingkat keberhasilan akan dibagi menjadi lima
kategori skala ordinal, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat
rendah, sedangkan pengolahan data untuk adpek afektif siswa diolah secara
kualitatif, kemudian dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif. Penskoran
kuantitatif untuk aspek afektif siswa dibagi menjadi lima kategori skala ordinal,
yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang.
5. Kategorisasi Data dan Interpretasi Data
Semua data yang diperoleh terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan
fokus penelitian. Kemudian peneliti menginterpretasikan data yang telah
dikumpulkan, ada beberapa hal yang dilakukan peneliti, yaitu:
a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan.
b. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan setiap pertemuan.
c. Menganalisis data berupa hasil belajar siswa dari setiap tindakan untuk
d. Menganalisis hasil observasi aktivitas guru dan siswa dengan cara
menghitung persentase tiap kategori uniuk setiap tindakan yang dilakukan
oleh observer dan menghitung persentase dari pengamat.
100
e. Menganalisis jurnal kesan dengan mengelompokkan kesan pendapat siswa
ke dalam kelompok komentar pcsitif, nsure i, biasa dan tidak
berkomentar. Kemudian dihitung jumlah frekuensinya dan langkah
selanjutnya dipersentasekan.
Bagus tidaknya penampilan seseorang tentu dinilai berdasarkan nsure i
tertentu. Begitu pula untuk mengukur kemampuan berbicara siswa diperlukan
penilaian tersendiri. Alat penilaian yang akan dipergunakan untuk mengukur
kemampuan berbicara siswa harus disiapkan sebelum pembelajaran berbicara
dimulai.
Sebelumnya telah diungkapkan dua aspek yang rnenjadi penunjang
keefektifan berbicara menurut Arsjad dan Mukti, yaitu aspek kebahasaan dan non
kebahasaan. Hal senada diungkapkan Nurgiyantoro (2001: 291) bahwa model
penilaian yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan berbicara seseorang
harus sesuai dengan pendekatan nsure ic, mempertimbangkan nsure bahasa
dan nsure di luar bahasa.
Pada dasarnya penilaian keterampilan berbicara memiliki kesamaan nada
setiap komponennya. Akan tetapi, jika dianggap ada aspek-aspek tertentu yang
dianggap penting belum terungkap, kita dapat saja menyusun model sendiri,
misalnya meliputi aspek-aspek:
a. Kejelasan mengemukakan pendapat
42
c. Menguasai masalah yang didiskusikan
d. Ketepatan menyimpulkan hasil diskusi
e. Keberanian mengemukakan pendapat
Selanjutnya, penulis menggabungkan pendapat di atas sebagai acuan untuk
dijadikan kriteria penilaian berbicara dengan menggunakan model Reciprocal
Teaching, dengan beberapa aspek tambahan. Kriteria ini merupakan acuan
peneliti dalam menganalisis kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat
dalam proses diskusi sehingga siswa tersebut terukur atau terlihat kemajuannya.
Adapun penilaian yang dilakukan berbentuk lisan. Kriteria yang dijadikan
pedomannya adalah (1) Kejelasan mengemukakan pendapat (jelas, tidak jelas,
tidak jelas), (2) Kaitan pendapat dan gagasan dengan tema yang sedang dibahas
(berkaitan, agak berkaitan, tidak berkaitan), (3) Menguasai masalah yang
didiskusikan (menguasai, agak menguasai, tidak menguasai), (4) Ketepatan
menyimpulkan hasil diskusi (tepat, agak tepat, tidak tepat), (5) Keberanian
mengemukakan pendapat (berani, agak berani, tidak tepat). Adapun kriteria
penilaian yang diberikan adalah sebagai berikut.
Tabel 6
TABEL PEMBOBOTAN PENILAIAN DISKUSI
No Aspek Deskripsi kriteria Bobot
1. Kejelasan mengemukakan Pendapat
gagasan dengan tema yang sedang dibahas 4. Ketepatan menyimpulkan
43 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan mulai 1 Oktober 2010 yang meliputi observasi
langsung terhadap pembelajaran di dalam kelas serta melakukan wawancara
kepada guru bidang studi bahasa Indonesia dan mewawancarai beberapa orang
siswa untuk dimintai komentarnya mengenai pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya keterampilan berbicara.
Wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi pembelajaran di kelas, khususnya yang
berkaitan dengan keaktifan siswa dalam berbicara. Adapun wawancara dengan
beberapa orang siswa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana guru
merancang pembelajaran di dalam kelas khususnya yang berkaitan dengan
keterampilan berbicara. Selain itu, penulis melakukan proses pengamatan
terhadap pembelajaran yang berfokus pada kemampuan berbicara siswa masih
rendah serta kurannya rancangan pembelajaran yang menunjukan keterampilan
siswa secara aktif.
Data pembelajaran keterampilan berbicara melalui model Reciprocal
Teaching yang mencakup data proses dan data hasil keterampilam berbicara
diperoleh berdasarkan hasil pengamatan dan pembelajaran berbicara di kelas.
Data tersebut mencakup tiga tahap, yaitu perencanaan, tahap pelaksanaan, dan
tahap refleksi sebagai bentuk pelaksanaan tindakan yang diperoleh melalui hasil
44
Tiga tahap di atas difokuskan pada pembelajaran diskusi sebagai aplikasi
dari keterampilan berbicara melalui model Reciprocal Teaching. Pada tahap ini
siswa diharapkan mampu berbicara dengan jelas saat mengemukakan pendapat,
mengaitkan pendapat dan gagasan dengan tema yang sedang dibahas, menguasai
masalah yang sedang didiskusikan, menyimpulkan hasil diskusi secara tepat, dan
berani mengemukakan pendapat.
Untuk melaksanakan tindakan di atas, peneliti menyusun suatu rencana
pembelajaran sesuai dengan jumlah Pertemuan tindakan berdasarkan kriteria
penelitian tindakan kelas.
Tabel 4.1
RENCANA TINDAKAN TIAP PERTEMUAN
Pertemuan Tindakan Manfaat Materi Pokok
I Memberikan pengetahuan awal
mengenai materi diskusi
kelompok dan memotivasi siswa
untuk mengemukakan pendapat
saat diskusi. Siswa menyimak peragaan
tentang cara merangkum,
membuat pertanyaan,
menjelaskan kembali dan
memprediksi jawaban setelah
selesai membaca serta bagaimana
berperan seperti seorang guru
dalam menjelaskan hasil diskusi
kelompoknya.
Merangsang siswa
untuk dapat berbicara
Memberi kesempatan kepada
siswa secara berkelompok untuk
untuk melakukan diskusi
memahami sebuah wacana.
wacana yang kira-kira
akan ditanyakan dalam
diskusi kelas.
Meminta siswa secara
berkelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas
Meningkatkan aktivitas
siswa dalam berbicara
II Memberikan pengetahuan awal
mengenai materi diskusi
kelompok dan memotivasi siswa
untuk mengemukakan pendapat
saat diskusi. Siswa menyimak peragaan
tentang cara merangkum,
membuat pertanyaan,
menjelaskan kembali dan
memprediksi jawaban setelah
selesai membaca serta bagaimana
berperan seperti seorang guru
dalam menjelaskan hasil diskusi
kelompoknya.
Merangsang siswa
untuk dapat berbicara
dalam
46
Memberi kesempatan kepada
siswa secara berkelompok untuk
melakukan diskusi memahami
sebuah wacana.
wacana yang kira-kira
akan ditanyakan dalam
diskusi kelas.
Meminta siswa secara
berkelompokuntuk
mempresentasikanhasil diskusi
kelompoknya di depan kelas
Meningkatkan aktivitas
siswa dalam berbicara
Memberikan pengetahuan awal
mengenai materi diskusi
kelompok dan memotivasi siswa
untuk mengemukakan pendapat
saat diskusi.
keakatifan siswa dalam
diskusi kelompok.
III Siswa menyimak peragaan
tentang cara merangkum,
membuat pertanyaan,
menjelaskan kembali dan
memprediksi jawaban setelah
selesai membaca serta bagaimana
berperan seperti seorang guru
dalam menjelaskan hasil diskusi
kelompoknya.
Merangsang siswa
untuk dapat berbicara