• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penafsiran syaikh Muhammad hisyam kabbani terhadap ayat-ayat al-qur'an tentang dzikir dalam karyanya remembrance of Allah and praising the prophet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penafsiran syaikh Muhammad hisyam kabbani terhadap ayat-ayat al-qur'an tentang dzikir dalam karyanya remembrance of Allah and praising the prophet"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Ɩ

KARYANYA“REMEMBRANCE OF ALLAH AND PRAISING THE PROPHET”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th. I)

Oleh

Sofia Rosdanila Andri 107034001656

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDYATULLAH JAKARTA

(2)

iii

TERHADAP AYAT-AYAT AL-QUR’ƖN TENTANG DZIKIR DALAM KARYANYA“REMEMBRANCE OF ALLAH AND PRAISING THE

PROPHET”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th. I)

Oleh

Sofia Rosdanila Andri 107034001656

Pembimbing

Drs. Zahruddin AR. M. Si. NIP: 19520419 198103 1 005

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDYATULLAH JAKARTA

(3)

v

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Jakarta, 02 Juni 2011

(4)

ii

Skripsi ini telah diuji pada Sidang Terbuka pada:

Hari, tanggal : Selasa, 21 Juni 2011

Pukul : 14. 30- 16. 00 WIB

Pembimbing : Zahruddin AR., MM. Si

Ketua Sidang : Prof. Dr. M. Ikhsan Tangok

Sekretaris : Dr. Lilik Ummi Kalsum, MA

Tim Penguji : 1. Dr. Mafri Amir, MA

(5)

iv

Skripsi berjudul PENAFSIRAN SYAIKH HISYÂM KABBÂNÎ

TERHADAP AYAT-AYAT AL-QUR’ƖN TENTANG DZIKIR DALAM KARYANYA “REMEMBRANCE OF ALLAH AND PRAISING THE PROPHET” telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan FIlsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 21 Juni 2011. Skripsi ini telah diterimah sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) pada Program Studi Tafsir-Hadis.

Jakarta, 21 Juni 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Prof. Dr. M. Ikhsan Tangok Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA

NIP. 19651129 1994031 002 NIP. 19711003 1999032 001

Anggota,

Penguji I Penguji II

Dr. Mafri Amir, MA Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA

NIP. 19580301 199203 1 001 NIP. 19711003 1999032 001

Pembimbing,

(6)

vii

Skripsi ini penulis dedikasikan kepada Hadlratu Syaikh Abdul Malik

al-Dien, guru sekaligus guru spiritualku, yang tidak pernah bosan dan lelah

membimbingku dalam proses penulisan skripsi dan menjembataniku zahir dan

batin menuju cinta Ilahi. Terima kasih banyak Ya Hadlrata Syaikh…..

Bimbing kami selalu Ya Syaikh….

Ayahanda H. Adnan Idris Kaisan

yang sosoknya selalu menjadi inspirasi bagiku, yang jiwa dan raganya

dipersembahkan untuk umat, untuk berdakwah di jalan-Nya

Mamanda Hj. Mahfuza Adnan

(7)

viii

˶Ϣ˸δ˶Α

˶Ϫ͉Ϡϟ΍

˶Ϧ˴Ϥ˸Σ͉ήϟ΍

˶Ϣϴ˶Σ͉ήϟ΍

˴Ϯ˵ϫ˴ϭ

ϱ˶ά͉ϟ΍

˴Ϟ˴ό˴Ο

˴Ϟ˸ϴ͉Ϡϟ΍

˴έΎ˴Ϭ͉Ϩϟ΍˴ϭ

˱Δ˴ϔ˸Ϡ˶Χ

˸Ϧ˴Ϥ˶ϟ

˴Ω΍˴έ˴΃

˸ϥ˴΃

˴ή͉ϛ͉ά˴ϳ

˸ϭ˴΃

˴Ω΍˴έ˴΃

΍˱έϮ˵Ϝ˵η

.

Ύ͉ϧ˶·

˵ϩΎ˴Ϩ˸ϳ˴Ϊ˴ϫ

˴Ϟϴ˶Β͉δϟ΍

Ύ͉ϣ˶·

΍˱ή˶ϛΎ˴η

Ύ͉ϣ˶·˴ϭ

΍˱έϮ˵ϔ˴ϛ

Puji Syukur kehadirat Allah Swt., Dzat yang memberikan hembusan nafas kepada para hamba-Nya. Penulis panjatkan atas segala rahmat dan karunia-Nya, Wahai Kekasihku…, betapa ngeri akan kehilangan-Mu… Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada sosok Rahmatan li al-‘ lamîn, cahaya di atas cahaya, manusia paling sempurna, Nabi Muhammad saw., Rasul penutup para Nabi, serta doa untuk keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga zaman menutup mata.

Melalui upaya dan usaha yang melelahkan, akhirnya dengan limpahan karunia-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Berbagai kesulitan dan hambatan yang penulis rasakan dalam penyusunan skripsi ini, alhamdulillah dapat teratasi berkat tuntunan serta bimbingan-Nya dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zainun Kamal, M.A,. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para pembantu Dekan. 2. Bapak Dr. Bustamin, M. Si., selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis dan kepada

(8)

ix

bersabar memberikan ilmu dan bimbingannya selama penulis berada di bawah bimbingannya.

4. Bapak Drs. Ahmad Rifqi Mukhtar, MA., Bapak Anwar Syarifuddin, MA., dan Ibu Dr. Sri Mulyati, MA., selaku penasehat akademik yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah, pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kepala dan staff karyawan Perpustakaan Umum dan Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Yayasan Haqqani Indonesia, Iman Jama’, dan Nasional.

7. Yayasan Haqqani Indonesia, yang selalu bersedia dengan keramahan dan kemurahan hatinya memberikan informasi tentang tarekat Naqsyabandi Haqqani dan Syaikh Hisyam Kabbani.

(9)

x

Hadlratu Syaikh Abdul Malik, yang senantiasa memberikan dukungan moril kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

11. Ust. Afud, yang telah mengokohkan dan menguatkan kaki penulis, yang hadir untuk menutupi kelemahan-kelemahan, dan yang bisa menghapuskan semua gelisah penulis sehingga bisa sampai pada akhir perjalanan perkuliahan ini. Tanpanya, penulis hanya terperangkap dalam ruang hampa, dan skripsi ini tidak akan terealisasi.

12. Teruntuk kedua sahabat karib penulis, K’Imam dan Zahrul Athriah, yang senantiasa bersama-sama kita menyusun penulisan skripsi ini sampai titik darah penghabisan, susah senang, siang jadi malam, malam jadi siang, tanpa support kalian sahabat, penulis akan rapuh.

13. Sahabat-sahabat KKN “DAUN”. (Tiya, Ati, Lubna, Lala, Risda, Suci, Yulita, Fitri, Riesti, Febri, K’Imam, Bom-Bom, Bang Adin, Aqsho, Ilham, Hasim, Dian, Asep, dan Ucil), kalian adalah penyemangat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

14. Kawan-kawan Keluarga Besar “Mastha” (Mahasiswa Tafsir Hadis),

khususnya teman-teman seperjuangan di TH-A, tak terasa empat tahun kita hidup bersama-sama dalam perkuliahan ini, terima kasih atas kebersamaan, penuangan ide-ide, saran dan gagasan kawan-kawan yang membantu penyempurnaan penulisan skripsi penulis, semoga ilmu yang kita dapatkan selama perkuliahan bermanfaat untuk umat.

(10)

xi

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak pernah sedetikpun kabur di hati penulis untuk melupakan mereka, terima kasih atas ketidakjenuhan membantu dan mendoakan penulis menyelesaikan skripsi ini.

17. Akhirnya, rasa syukur dan bakti yang tak pernah luput penulis haturkan kepada kedua orang tua tercinta: Ayahanda H. Adnan Idris Kaisan, yang sosoknya selalu menjadi inspirasi bagi penulis, dan Mamanda Hj. Mahfuza Adnan yang tak pernah letih dan absen mulut dan hatinya mendoakan penulis dan semua anak kecintaannya. Kasih sayang, nasehat, dukungan, serta ridha keduanya merupakan akar fondasi bagi segala tekad penulis dalam menjalani bahtera kehidupan dan menuntut ilmu sedalam-dalamnya. Ayah, Mama, tidak ada kalian di sisi penulis, penulis akan runtuh. Semoga Allah mengampuni segala dosa keduanya.

Semoga Allah membalas dengan sebaik-baik balasan. Harapan penulis, mudah-mudahan karya tulis ini bermanfaat dan mempunyai kontribusi yang signifikan bagi penelitian selanjutnya.

Jakarta, 02 Juni 2011 Penulis

(11)

vi Sofia Rosdanila Andri

Penafsiran Syaikh Muhammad Hisyâm Kabbânî Terhadap Ayat-Ayat al-Qur’ân Tentang Dzikir dalam Karyanya, Encyclopedia of Islamic Doctrine, “Remembrance of Allah and Praising the Prophet.”

Skripsi ini membahas seputar ayat-ayat al-Qur’ân tentang dzikir dengan fokus telaahnya pada studi atas karya Syaikh Hisyâm Kabbânî, mursyid dari tarekat Naqsyabandi Haqqânî yang berjudul: Encyclopedia of Islamic Doctrine “Remembrance of Allah and Praising the Prophet”, volume 2.

Jika ditelaah secara seksama, Encyclopedia of Islamic Doctrine “Remembrance of Allah and Praising the Prophet” berisikan tentang bentangan dalil dan hujjah seputar dzikir dan salâwat yang ditentang keras oleh beberapa kaum muslim dengan mengatasnamakan pemurnian Islam. Kaum “Salafi” misalnya, menuding mereka yang berdzikir bersama – dengan suara keras maupun perlahan, seseorang yang melakukan gerakan gerakan ketika sedang berdzikir, seseorang yang menggunakan bulir-bulir tasbih yang digunakan untuk menghitung dzikir – sebagian kaum Salafi menuduh mereka yang berdzikir sebagai orang yang sesat dan ahli bid’ah.

(12)

xii

HALAMAN JUDUL i

TIM PENGUJI SKRIPSI ii

PENGESAHAN PEMBIMBING iii

PERSETUJUAN PENGUJI iv

PERNYATAAN KEASLIAN v

ABSTRAK vi

LEMBAR PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xii

TRANSLITERASI xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 10

C. Tinjauan Kepustakaan 11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 12

E. Sistematika Penelitian 13

F. Metodologi Penulisan 14

BAB II BIOGRAFI SYAIKH MUHAMMAD HISYAM KABBÂNÎ 16

A. Riwayat Hidup 16

(13)

xiii

2. Silsilah Mata Rantai Emas Naqsyabandi 21

C. Beberapa Karya Syaikh Hisyam Kabbânî 24

D. Encyclopedia of Islamic Doctrine “Remembrance of Allâh

and Praising the Prophet 25

BAB III GAMBARAN UMUM DZIKIR 29

A. Pengertian Dzikir 29

B. Metode Dzikir yang Berkembang 34

1. DzikirKhafiy (Diam) 34

2. DzikirJahr (Keras) 37

C. Keutamaan dan Manfaat Dzikir 40

D. Hubungan Dzikir dengan Shalat 44

BAB IV PENAFSIRAN SYAIKH HISYÂM KABBÂNÎ TERHADAP

AYAT-AYATAL-QUR’ƖN TENTANG DZIKIR 47

A. Dzikir Kewajiban Terbesar dan Perintah Allah yang Kekal

(QS. Al-Ahzâb [33]: 41) 47

B. Perkumpulan Dzikir (QS. Al-Anbiyâ [21]: 20) 51

C. Penyebutanasmâ al-Husnâ (Allâhu, Allâhu, Allâhu HAQQ) dalam dzikir

(QS. Al-A’râf [7]: 180) 56

D. Gerakan dalam Dzikir (QS. Al-Zumar [39]: 23) 64

E. Bulir Tasbih dalam Dzikir (QS. Al-Dzâriyât [51]: 55) 68

(14)

xiv

B. Saran-Saran 75

DAFTAR PUSTAKA 77

(15)

xv A. Konsonan

΍ = Tidak dilambangkan ί = z ϕ = q

Ώ = b α = s ϙ = k

Ε = t ε = sy ϝ = l

Ι = ts ι = s ϡ = m

Ν = j ν = d ϥ = n

Ρ = h ρ = t ϭ = w

Υ = kh υ = z ˰ϫ = h

Ω = d ω = ‘ ˯ = a

Ϋ = dz ύ = gh ϱ = y

έ = r ϑ = f

B. Vokal

Vokal Tunggal : ˰˴˰ = a

˰˶˰ = i

˰˵˰ = u

Vokal Panjang : Ύ˴˰ = â

˸ϲ˶˰ = î

˸Ϯ˵˰ = û

Vokal Rangkap : ˸ϲ˴˰ = ai

(16)

xvi

- Transliterasi syaddah atau tasyd d (˷_) dilakukan dengan menggandakan huruf yang sama

- Transliterasi ta’marbuthah ( Γ ) adalah "h", termasuk ketika ia diikuti oleh kata sandang "al" ( ϝ΍ ), kecuali transliterasi ayat al-Quran.

- Kata sandang " ϝ΍" ditransliterasikan dengan "al" diikuti dengan kata penghubung "-", baik ketika bertemu dengan huruf qamariyah maupun huruf syamsiyyah, kecuali dalam transliterasi ayat al-Quran.

- Transliterasi ayat al-Quran dilakukan sesuai dengan bacaan aslinya dengan mengabaikan pemisahan antar kata.

Contoh:

˸ϴ˶Ϙ˴Θ˸δ˵Ϥ˰ϟ˸΍˴ρ˴ή͋μϟ΍Ύ˴ϧ˶Ϊ˸ϫ˶΍

˴Ϣ dibaca Ihdinas-sirâtal-mustaqîm, bukan

Ihdinâ al-sirât al-mustaqîm

- Transliterasi kata " Ϳ΍" dilakukan sesuai dengan bacaan aslinya dengan mengabaikan pemisahan antar kata.

Contoh:

Ϳ΍˵ΏΎ˴Θ˶ϛ dibaca kit bull h, bukan kit b All h

(17)

xvii

(18)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesadaran tentang adanya Tuhan yang telah terbangun sejak dalam kandungan, sedikit demi sedikit bisa terkikis. Akan tetapi kesadaran tersebut bisa juga bertambah dan terus bertambah. Realitas tersebut menunjukkan sifat kesadaran Ilâhiah (keimanan) seseorang yang labil. Ia bisa berkurang (yanqus) dan bisa pula bertambah (yazîd). Agar keimanan seseorang bisa stabil dan terus bertambah, maka diperlukan sebuah media untuk selalu mengingat-Nya. Itulah yang disebut dengan dzikrullâh. Karena dzikir merupakan salah satu proses stabilisasi keimanan.

Allah mewajibkan kepada umat Islam untuk selalu mengingat-Nya (dzikrullâh). Ini bukan karena ambisi untuk diingat oleh makhluk-Nya sehingga Allah memperingatkan seperti itu, tetapi ini semua karena kasih sayang Allah kepada manusia. Betapapun mandirinya kemauan, pikiran, dan ketetapan manusia, namun sangat penting gayutan spiritual yang paling meyakinkan, terutama mengahadapi lajunya modernisasi yang serba labil dan sering menipu. Gayutan ini yang kendatipun bersifat ghaib atau spiritualistik tetapi sangat menentukan bagi stabilitas jiwa dan ruhani manusia.

(19)

hamba-Nya. Seorang penyair berkata: “Tuhan yang telah berkorban di dunia ini; mulialah orang-orang yang selalu mengingat-Nya setiap saat.”

Bersamaan dengan itu, terdapat juga ayat-ayat al-Qur’ân dan hadis serta keterangan-keterangan para ulama yang tidak pernah berhenti memberikan semangat untuk selalu berdzikir kepada Allah ‘ zza wa Jalla, maka tidak ada lagi alasan bagi hamba-Nya. Banyak sekali nas-nas al-Qur’ân dan Sunnah Nabi Muhammad saw. yang menghimbau agar manusia selalu berdzikir kepada Allah. Misalnya firman Allah:

΍Ϯ˵Ϩ˴ϣ˴΁

˴Ϧϳ˶ά͉ϟ΍

Ύ˴Ϭ͊ϳ˴΃

Ύ˴ϳ

΍˱ήϴ˶Μ˴ϛ

΍˱ή˸ϛ˶Ϋ

˴Ϫ͉Ϡϟ΍

΍ϭ˵ή˵ϛ˸Ϋ΍

.

Ύ˱Ϡϴ˶λ˴΃˴ϭ

˱Γ˴ή˸Ϝ˵Α

˵ϩϮ˵Τ͋Β˴γ˴ϭ

“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbih lah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. “ (Q. S Al-Ahzâb [33]: 41-42)

Di dalam hadis diriwayatkan oleh Imam Bukhâri, Nabi mengatakan orang yang berdzikir hidup, sedangkan yang tidak berdzikir laksana orang yang telah mati.1

˵Ϊ͉Ϥ˴Τ˵ϣ

Ύ˴Ϩ˴Λ͉Ϊ˴Σ

˵Ϧ˸Α

ϲ˶Α˴΃

˸Ϧ˴ϋ

˴Γ˴Ω˸ή˵Α

ϲ˶Α˴΃

˸Ϧ˴ϋ

˶Ϫ͉Ϡϟ΍

˶Ϊ˸Β˴ϋ

˶Ϧ˸Α

˶Ϊ˸ϳ˴ή˵Α

˸Ϧ˴ϋ

˴Δ˴ϣΎ˴γ˵΃

Ϯ˵Α˴΃

Ύ˴Ϩ˴Λ͉Ϊ˴Σ

˶˯Ύ˴Ϡ˴ό˸ϟ΍

˴ϝΎ˴ϗ

˵Ϫ˸Ϩ˴ϋ

˵Ϫ͉Ϡϟ΍

˴ϲ˶ο˴έ

ϰ˴γϮ˵ϣ

˵ή˵ϛ˸ά˴ϳ

Ύ˴ϟ

ϱ˶ά͉ϟ΍˴ϭ

˵Ϫ͉Α˴έ

˵ή˵ϛ˸ά˴ϳ

ϱ˶ά͉ϟ΍

˵Ϟ˴Μ˴ϣ

˴Ϣ͉Ϡ˴γ˴ϭ

˶Ϫ˸ϴ˴Ϡ˴ϋ

˵Ϫ͉Ϡϟ΍

ϰ͉Ϡ˴λ

͊ϲ˶Β͉Ϩϟ΍

˴ϝΎ˴ϗ

˵Ϫ͉Α˴έ

˶Ζ͋ϴ˴Ϥ˸ϟ΍˴ϭ

͋ϲ˴Τ˸ϟ΍

˵Ϟ˴Μ˴ϣ

“Perumpamaan orang yang ingat akan Tuhannya dengan orang yang tidak ingat Tuhannya laksana orang yang hidup denga orang yang mati.” Ini semakin memperjelas bahwa segala ibadah yang dilakukan sebagai hamba adalah untuk diri sendiri, sekaligus sebagai tanda cinta dan kasih sayang Allah kepada seluruh makhluk-Nya.

1

(20)

Dzikir sangat lekat dengan kehidupan umat Islam. Siang dan malam dilantunkan, sendirian maupun bersamaan. Namun, seiring modernitas kehidupan, dzikir menjadi ritual yang mati, terus dipraktekkan tanpa pemaknaan mendalam. Memang sebagian orang lengah dan lalai dengan tuntunan al-Qur’ân; sebagian umat juga tidak memahami apa yang dimaksud dzikir; sebagian memahami dzikir dalam bentuk kalimat yang di ulang-ulang membacanya tanpa pemahaman atau penghayatan.

Salah satu tema yang dibicarakan di dalam al-Qur’ân adalah masalah dzikir. Syarî’at cukup jelas dan setiap orang mengetahui kewajiban ini.

΍˱ήϴ˶Μ˴ϛ

΍˱ή˸ϛ˶Ϋ

˴Ϫ͉Ϡϟ΍

΍ϭ˵ή˵ϛ˸Ϋ΍

΍Ϯ˵Ϩ˴ϣ˴΁

˴Ϧϳ˶ά͉ϟ΍

Ύ˴Ϭ͊ϳ˴΃

Ύ˴ϳ

“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzâb [33]: 41).

Bahkan, Nabi Muhammad saw., Beliau bersabda: “…Aku tergantung sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya apabila ia menyebut-Ku (berdzikir). Maka apabila ia mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku menyebutnya di dalam diri-Ku. Dan apabila ia mengingat-Ku di dalam suatu kelompok maka Aku menyebutnya dalam kelompok yang lebih baik dibanding mereka. Dan jika ia mendekatiku sejengkal, niscaya Aku mendekatinya sehasta...”2

Imam al-Nawâwî mengatakan di dalam Syarh Sahîh Muslim-nya, “Hadis ini termasuk hadis-hadis tentang sifat Allah dan mustahil bahwa yang dimaksud

2

(21)

kan adalah zahirnya. Maksud hadis tersebut adalah: Barang siapa yang mendekati-Ku dengan ketaatan kepada-Ku maka Aku akan mendekatinya dengan rahmat-Ku, taufik-Ku, dan pertolongan-Ku. Seandainya ia menambah kedekatannya, maka Aku pun menambah kedekatan-Ku. Maka jika ia datang mendekatiku dengan berjalan dan segera menaati-Ku maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. Yakni, aku limpahkan atasnya rahmat-Ku dan Aku mendahuluinya dengan memberikan-Nya. Yang dimaksud, pelipatgandaan ganjarannya adalah menurut kedekatan-Nya.”3 Artinya, dengan banyak mengingat dan berdzikir pada Allah, Allah pun akan senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada manusia.

Sedangkan dzikirsecara harfiah memiliki arti mengingat atau menyebut.4 Kegiatan “mengingat” memiliki dampak yang luar biasa dalam kehidupan. Ketika ingat sesuatu, maka ia akan mengingatkan pula pada rangkaian-rangkaian yang terkait dengannya. Ingatan bisa muncul karena manusia punya keinginan, harapan, cita-cita, dan kerinduan terhadap apa yang diingat. Kemudian bagaimana dengan mengingat Allah yang kekuasaan-Nya tidak terbatas? Secara logika tentu akan memberikan dampak positif luar biasa bagi kehidupan. Hanya persoalnnya, tidak semua orang mudah mengingat-Nya, walaupun potensi itu ada pada setiap jiwa manusia. Disinilah potensi “mengingat” Allah perlu digali dengan cara selalu menyebut-nyebut nama-Nya, dan untuk menggali potensi mengingat Allah (berdzikir) tersebut tentunya harus dengan kekhusyukan yang tinggi, karena dengan kekhusyukan ini maka ingatan tersebut akan terserap oleh hati dan akan

3

Imam an-Nawâwî, Syarh Sahîh Muslim, juz. 3, h. 17.

4

(22)

membuahkan tindakan-tindakan yang positif. Konteks bahasa mengatakan, dzikir mengandung beberapa pengertian, yakni mengandung arti:

1. Menceritakan5

2. Al-Qur’ân6 3. Shalat7

4. Wahyu8

Arti dzikir adalah suatu cara atau media untuk menyebut atau mengingat nama Allah, jadi semua bentuk aktivitas yang tujuannya mendekatkan diri kepada Allah dinamakan dzikir seperti shalat9, tetapi lebih spesifik lagi, dzikir dibatasi dengan kata mengingat Allah dengan lisan dan hati.

Ibnu Hajar al-‘Ɩsqalânî10 menjelaskan, yang dimaksud dengan dzikir adalah ucapan dan ungkapan yang di anjurkan untuk mengucapkannya banyak, misalnya amal saleh yang kekal (al-Bâqiyât al-Sâlihât), yaitu: subhânalâh, alhamdulillâh, lâ ilâha illallâh, Allâhu Akbar dan semua yang disampaikan kepada mereka seperti hawqala (lâ hawlâ wa lâ quwwata illâ billâh); basmalah (bismillâh al-Rahmân al-Rahîm); hasbalah (hasbunallâh wa ni’ma al-Wakîl), istighfâr, dan sebagainya, maupun dzikir untuk kebaikan dunia dan akhirat. Dzikrullâh juga berlaku bagi ketekunan dalam menjalankan perbuatan yang wajib

5

QS. Maryam [19]: 56

6

QS .Al-Anbiyâ[21]: 50

7

QS. Al-Baqarah [2]: 239

8

QS. Al-Qamar [54]: 25

9

Q. S Thâha [20]: 14

(23)

dan terpuji, misalnya membaca al-Qur’ân, membaca hadis , mempelajari ilmu-ilmu Islam, dan shalat sunnah.11

Apabila penulis melihat fenomena yang ada saat ini, terlihat begitu maraknya aktifitas berdzikir di berbagai tempat melalui forum-forum perkumpulan atau majelis dzikir sebagai media. Imam al-Qurtubi berpendapat bahwa, “Perkumpulan dzikir adalah perkumpulan bagi pengetahuan dan peringatan, yaitu yang di dalamnya firman Allah dan Rasul-Nya, riwayat tentang para pendahulu yang saleh dan ucapan para ulama akhirat dipelajari dan diamalkan tanpa tambahan atau bid’ah, dan tanpa niat berlebihan atau ketamakan.”12

Telah diketahui oleh masyarakat pada umumnya, di Indonesia terdapat berbagai macam forum-forum perkumpulan dzikir, seperti majelis dzikir “al-Dzikrâ” yang dipimpin oleh Arifin Ilham. Muhammad Arifin Ilham dengan metode dzikir mampu membangkitkan kesadaran banyak orang bahwa sesungguhnya mereka adalah makhluk spiritual. Orang yang pada awalnya merasa jauh dari Tuhan dibuatnya merasa dekat, yang tadinya merasa pesimis dari rahmat dan kasih sayang Allah menjadi optimis mendapatkannya.13

Kemudian majelis dzikir yang dipimpin oleh Ust. Haryono yang identik dengan pengobatan dan penyembuhan melalui media dzikir, majelis dzikir dan salâwat “Nûrul Musthafâ ” yang dikomandoi oleh al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf. Dengan karunia Allah, Majelis Nûrul Musthafâ yang beliau bina dengan

11

Syaikh Muhammad Hisyâm Kabbânî. Remembrance of Allâh and Praising the Prophet, vol. 2 (United Stated of America: al-Sunna Foundation of America), 1998, h. 8.

12

Syaikh Muhammad Hisyâm Kabbânî. Remembrance of Allâh and Praising the Prophet, vol. 2, h. 7.

13

(24)

cara mensyiarkan salâwat dan salam kepada Nabi Muhammad saw. serta mengenalkan pribadi Nabi Muhammad saw. sebagai suri tauladan manusia sehingga dapat merebut hati manusia sebanyak 50.00014 orang untuk bersalâwat kepada Nabi Muhammad saw. setiap minggunya. Juga ada “Majelis Rasulullah” yang dipimpin oleh al-Habib Munzir al-Musâwa, hingga perkumpulan dzikir yang sifatnya berbau mistik dan mengarah kepada tasawuf15 atau sufistik seperti kegiatan berdzikir yang dilakukan oleh jamâ’ah atau pengikut tarekat16 “Naqsyabandi Haqqânî.”

Tarekat Naqsyabandi Haqqânî saat ini dipimpin oleh Syaikh Muhammad Nâzim al-Haqqânî dan Syaikh Hisyâm Kabbânî sebagai muridnya. Sebagai seorang Syaikh Sufi, Syaikh Hisyâm telah diberi wewenang dan diperbolehkan untuk membimbing para pengikutnya menuju Cinta Ilâhi dan menuju maqâm spiritual yang telah digariskan oleh Sang Pencipta. Latihan spiritual yang berat yang telah ditempuhnya selama 40 tahun di bawah pengawasan Grandsyaikh dan

14

Wawancara Pribadi dengan penceramah tetap di majelis “Nûrul Musthafâ”, KH. Adnan Idris Kaisan. Jakarta, 31 Mei 2011.

15

Tasawuf berasal dari kata ΎϓϮμΗ -ϑϮμΘϳ-ϑϮμΗ . Kata kerja tasawwafa, yatasawwafu, tasawwufan, secara harfiah berarti memakai pakaian yang terbuat dari bulu domba. Pendapat yang mengatakan bahawa tasawwuf berasal dari suf dipandang paling tepat dari segi bahasa. Selain oleh alasan itu, alasan lainnya adalah bersifat historis, yaitu bahwa para sufi pada zaman dahulu mempunyai kebiasaan memakai jubah yang terbuat dari bulu domba. Di dalam literature tasawuf diriwayatkan bahwa para Nabi berpakaian suf. Ibnu khaldun menulis: Tasawuf itu semacam ilmu syari’at yang timbul kemudian di dalam agama. Asalnya adalah tekun beribadah dan memutuskan pertalian dengan segala sesuatu selain Allah, hanya menghadap kepada Allah saja. Menolak perhiasan-perhiasan dunia, serta membenci kepada perkara yang telah memperdayakan orang banyak, sebagaiamana kelezatan herta benda dan kemegahan, lagi memisahkan diri serta menuju kepada jalan Tuhan di dalam khalwat dan ibadah. Totok Jumantoro, dan Samsul Munir Amin, “Tasawuf” dalam Kamus Ilmu Tasawuf (T. tp: Amzah., 2005, h. 246-247.

16 Tarekat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab tarîqah (jama’: turuq atau tarâ’iq)

(25)

Syaikhnya, telah menganugerahinya kecakapan atau kualitas yang tinggi yang diperlukan oleh seorang Guru Sufi sejati, khususnya dalam hal kebijaksanaan, cahaya, kecerdasan, dan daya tarik.

Misi Syaikh Hisyâm Kabbânî yang jauh melampaui target adalah kontribusinya yang unik terhadap usaha umat manusia dalam mencapai takdir tertingginya, yaitu kedekatan dengan Tuhannya. Manusia yang diberkahi dengan pengetahuan batin memandang dzikir, “senantiasa dan terus menerus mengingat Allah, sebagai metode paling efektif untuk membersihkan hati dan mencapai Kehadiran Ilâhi. Objek segenap ibadah ialah mengingat Allah, dan terus menerus mengingat Allah (dzikir) sajalah yang bisa melahirkan cinta kepada Allah serta mengosongkan hati dari kecintaan dan keterikatan pada dunia fana ini”.

Kesemuanya ini berangkat dari betapa pentingnya manusia “mengingat” Tuhannya, karena di dalam hati manusia ada kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi kecuali dengan dzikrullâh, karena dengan dzikir inilah yang membangunkan hati dari tidur dan kelalaiannya, dan dzikir pula yang melunakkan kerasnya hati dari berbagai penyakit yang di deritanya.

Berkaitan dengan hal ini, bahwasannya begitu banyak ayat-ayat al-Qur’ân tentang dzikir yang dijelaskan oleh Syaikh Hisyâm Kabbânî di dalam

salah satu karyanya yang berjudul Encyclopedia of Islamic Doctrine

“Remembrance of Allah and Praising the Prophet.”17

Sebab, meskipun Syaikh Hisyâm Kabbânî bukanlah seorang ulama yang memiliki sebuah karya tafsir, ia memiliki cara pandang tersendiri dan berbeda terhadap ayat-ayat al-Qur’ân jika dibandingkan dengan ahli tafsir lainnya. Syaikh

17

(26)

Hisyâm Kabbânî di dalam tarekatnya pun memiliki cara berbeda dengan perkumpulan atau majelis-majelis dzikir yang sedang marak di Indonesia saat ini. Begitu banyak jamâ’ah dan pengikut ajarannya melalui Tarekat Naqsyabandî

Haqqânî, mereka secara konstan mengikuti ritual Sohbet (zâwiyah dzikir atau kegiatan dzikir) Naqsyabandi Haqqânî disertai dengan gerakan-gerakannya, dzikir Khatm Kwajagan18, dan lain sebagainya.

Syaikh Hisyâm Kabbânî dan juga Tarekat Naqsyabandi Haqqânî begitu dikenal oleh masyarakat di seluruh dunia. Penulis begitu kagum ketika mengetahui bahwa ia memiliki kharismatik yang amat mempesona dengan kedalaman ilmu yang dimiliki, terutama dengan pandangan-pandangannya terhadap ayat-ayat al-Qur’ân, sehingga mampu menarik perhatian orang banyak untuk mengikuti Tarekat ini. Hal inilah yang membuat penulis tertarik membahas pandangan Syaikh Hisyâm Kabbânî mengenai ayat-ayat al-Qur’ân, terutama tentang dzikir.

Mengingat ketertarikan penulis mengenai uraian di atas, dan melihat belum adanya karya yang membahas mengenai penafsiran Syaikh Hisyâm Kabbânî terhadap ayat-ayat al-Qur’ân tentang dzikir secara komprehensip di dalam karyanya tersebut, maka, oleh karena itu penulis akan mengangkat sebuah

18

(27)

judul dalam karya ilmiah ini tentang Penafsiran Syaikh Hisyâm Kabbânî Terhadap Ayat-Ayat al-Qur’ân Tentang Dzikir dalam Karyanya, Encyclopedia of Islamic Doctrine, “Remembrance of Allah and Praising the Prophet.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk menghindari kesalahpahaman serta mencapai persepsi dalam masalah yang hendak ditulis dan agar permasalahan tidak melebar pembahasannya, maka penulis merasa perlu memberikan batasan dan rumusan terhadap masalah yang dikaji.

1. Pembatasan Masalah

Penulis akan membatasi masalah ini hanya pada ayat-ayat al-Qur’ân tentang dzikir; Dzikir Kewajiban Terbesar dan Perintah Allah yang Kekal (surat al-Ahzâb [33]:41, Perkumpulan Dzikir (surat al-Anbiyâ [21]: 20), Penyebutan asmâ al-Husnâ (Allâhu, Allâhu, Allâhu HAQQ)(surat al-A’râf [7]: 180), Gerakan dalam Dzikir (surat Zumar [39]: 23), dan Bulir Tasbih dalam Dzikir (surat al-Dzâriyât [51]: 55) perspektif Syaikh Hisyâm Kabbânî di dalam karyanya, yaitu Encyclopedia of Islamic Doctrine “Remembrance of Allah and Praising the Prophet”. Penulis memilih ayat-ayat di atas di dalam karyanya karena penulis melihat bahwa pandangannya yang unik dan menarik terhadap ayat-ayat tersebut untuk dikaji lebih mendalam.

2. Perumusan Masalah

(28)

Bagaimanakah penafsiran Syaikh Hisyâm Kabbânî terhadap ayat-ayat al-Qur’ân tentang dzikir di dalam karyanya Encyclopedia of Islamic Doctrine “Remembrance of Allah and Praising the Prophet”?

C. Tinjauan Kepustakaan

Begitu banyak permasalahan dan persoalan mengenai dzikir yang dituangkan oleh para penulis lewat karya-karyanya. Penulis telah menelusuri dan meninjau ulang karya-karya mereka tentang dzikir. Jika penulis melihat skripsi-skripsi yang ada, telah banyak pembahasan dan penelitian para penulis yang membahas perihal dzikir. Diantaranya: “Konsep Dzikir dalam al-Qur’ân (Kajian Tafsir al-Alûsî),”19 di dalamnya dijelaskan bagaimana penafsiran ayat-ayat dzikir

menurut pandangan Imam al-Alûsi, “Ayat-Ayat Dikir menurut Muhammad rifin

Ilhâm”20, penelitian ini membahas tentang ayat-ayat dzikir yang dilakukan oleh para jamâ’ah dzikir yang dipimpin oleh Muhammad Ɩrifin Ilhâm, serta bagaimana penafsiran para ulama mengenai ayat-ayat tersebut, “Konsep Dzikir menurut Quraish Shihab,”21 dalam skripsi ini telah disinggung permasalan dzikir menurut pandangan Quraish Shihab dala Tafsir al-Mishbah yang di dalamnya dibahas tentang bacaan-bacaan dzikir yang dianjurkan dalam al-Qur’ân dan Tafsir al-Mishbah.

Penulis juga meihat karya-karya skripsi lainnya mengenai dzikir, diantaranya: “Dzikir Berjamaah (Tinjauan Hukum Islam Terhadap Dzikir

19

Dzikrullâh. “Konsep Dzikir dalam al-Qur’an (Kajian Tafsîr al-Alûsi),” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filasafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2007).

20

Yanto Abdul Lathîf. “Ayat-Ayat Dzikir menurut Muhammad Ɩrifin Ilhâm.” (Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filasafat Universitas Islam Negeri Jakarta, 2003).

21

(29)

Berjamâ’ah yang Dilakukan Oleh Muhammad rifin Ilhâm,”22 skripsi ini membahas tentang tinjauan hukum terhadap dzikir berjamâ’ah yang dilakukan oleh Muhammad Ɩrifin Ilhâm yang meliputi mengenai praktik dzikir berjamâ’ah yang dilakukan oleh Muhammad Ɩrifin Ilhâm, dan juga menjelaskan dalil-dalil dan pandangan para ulama terhadap praktik dzikir berjamâ’ah yang dilakulan oleh Muhammad Ɩrifin Ilhâm.

Apabila penulis melihat pernyataan di atas, bahwasannya belum ada pembahasan mengenai ayat-ayat al-Qur’ân tentang dzikir perspektif Syaikh

Hisyâm Kabbânî. di dalam karyanya Encyclopedia of Islamic Doctrine

“Remembrance of Allah and Praising the Prophet,” telah banyak dibahas ayat-ayat al-Qur’ân mengenai dzikir dengan berbagai sub poin yang penulis teliti memiliki perbedaan dengan pemahaman para ahli dzikir lainnya.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai ayat-ayat al-Qur’ân tentang dzikir perspektif Syaikh Hisyâm Kabbânî dalam karyanya Encyclopedia of Islamic Doctrine “Remembrance of Allah and Praising the Prophet.”

Secara khusus, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk memperbanyak dan memperluas pengetahuan mengenai ayat-ayat

al-Qur’ân, terutama tentang dzikir.

22

(30)

2. Untuk menambah wawasan mengenai Syaikh Hisyâm Kabbânî beserta karya-karyanya.

3. Untuk memenuhi tugas dan syarat kelulusan mencapai gelar sarjana strata satu (S1) atas fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Mengetahui lebih banyak khazanah kajian tafsir dan keilmuan Islam di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah khususnya, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi problematika masyarakat pada umumnya.

E. Sistematika Penulisan

Bab pertama pendahuluan, bab ini menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, kajian pustaka, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian.

Bab kedua, bab ini menguraikan tentang profil dan biografi dari Syaikh Hisyâm Kabbânî, yang mencakup riwayat hidup, sekilas tentang tarekat Naqsyabandi Haqqânî; yang mencakup sejarah, pengertian, dan silsilah mata rantai emas tarekat Naqsyabandi, karya-karya Syaikh Hisyâm Kabbânî, dan tentang Encyclopedia of Islamic Doctrine “Remembrance of Allah and Praising the Prophet.”

(31)

Bab keempat, akan membahas seputar ayat-ayat al-Qur’ân tentang dzikir perspektif Syaikh Hisyâm Kabbânî, yang mencakup dzikir kewajiban dan perintah Allah yang kekal (QS. Al-Ahzâb [33]: 41) , perkumpulan dzikir (QS. Al-Anbiyâ, [21]: 20), penyebutan asmâ al-Husnâ (Allâhu, Allahu, Allahu HAQQ) dalam dzikir (QS. Al-A’râf [7]: 180), gerakan dalam dzikir (QS. Al-Zumar [39]: 23), dan bulir tasbih dalam dzikir (QS. Al-Dzâriyât [51]: 55).

Bab kelima penutup, yang mencakup kesimpulan dan saran-saran.

F. Metodologi Penulisan

(32)

Sumber primer dikhususkan pada buku karya Syaikh Hisyâm Kabbânî yang berjudul Encyclopedia of Islamic Doctrine “Remembrance of Allah and Praising the Prophet.” Sedangkan sumber sekunder adalah yang berkaitan dengan karya-karya Syaikh Hisyâm Kabbânî lainnya juga karya-karya lain tentang dzikir serta kitab-kitab tafsir.

Penulis juga menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dengan teknik penulisan, yakni wawancara. Wawancara (interview adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat.23

Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penulisan penelitian, maka penulis menggunakan buku pedoman karya ilmiah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007 untuk skripsi, tesis, dan disertasi.

23

(33)

16

BIOGRAFI SYAIKH MUHAMMAD HISYÂM KABBÂNÎ

A. Riwayat Hidup

Nama lengkap Syaikh Muhammad Hisyâm Kabbânî adalah Syaikh Hisyâm bin Muhammad bin Hajj Sâlim Muhammad Kabbânî Husaini al-Naqsyabandi al-Haqqânî al-Syâfi’î al-Lubnâni.26 Ia lahir di Beirut, Lebanon27, pada 28 Januari 1945 (13 Safar 1364 H). Nama ibunya adalah al-Hajjah Yusrâ

'Utsmân al-`Alayli al-Hasaniyyâ. Sejak kanak-kanak ia sudah diasuh oleh Mursyid Tarekat Naqsyabandi ‘Ɩliyyah, Syaikh Abdullâh Fâiz al-Dâghestâni,28 dan ia diangkat menjadi khalifahnya. Kemudian ia menikah dengan Hajjah Nâziha ‘Adil, putri dari gurunya, Syaikh Muhammad Nâzim ‘Adil al-Haqqânî.29 Mereka

26

Haqqani Fellowsip, “A Glimpse at Our Beloved Mawlana Syaykh Hisyam by Syaykh Gibril Fouad Haddad,” artikel ini di akses pada tanggal 25 Februari 2011 dari

http://www.haqqanisoul.com/forum/topics/a-glimpse-at-our-beloved

27

Lebanon adalah sebuah Negara di Afrika Barat, di pantai Timur Laut Mediterania. Hal ini berbatasan dengan Suriah di Utara, Timur, dan Israel Selatan. Lebanon berlokasi di persimpangan Basin Mediterania dan pedalaman Arab yang telah didikte oleh sejarah adalah Negara yang kaya, dan membentuk identitas budaya, keragaman, dan etnik. Lihat, Wikipedia Bahasa Indonesia, “Lebanon,” artikel ini di akses pada tanggal 15 Mei 2011 dari

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:HJSMjb6F3U8J:id.wikipedia.org/wiki/Le banon+lebanon&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&source=www.google.co.id

28

Syaikh Abdullâh Fâiz al-Dâghestâni lahir pada tanggal 13 Desember 1941 di wilayah Kaukasia, Daghestan (bagian dari kekaisaran Rusia) pada tahun 1891. Ia adalah Syaikh dari Tarekat Naqsyabandi. Ayah dan kakaknya adalah dokter bedah pada Angkatan Darat Kekaisaran Rusia. Syaikh Abdullâh dibesarkan dan dilatih oleh pamannya dari pihak ibunya, Syaikh Syarafuddîn al-Daghestâni (1875-1936). Ia menunjukkan kecerdasan spiritual pada usia yang muda dan banyak menarik perhatian masyarakat lokal. Lihat, Syaikh Muhammad Hisyâm Kabbânî. Classical Islam and the Naqsbandi Sufi Orde, (United States of America: Islamic Supreme Council of America, t. t), h. 391.

29

(34)

memiliki empat anak, tiga anak laki-laki dan seorang gadis, serta beberapa cucu yang semuanya menetap di Fenton, Michigan, Amerika Serikat.30

Syaikh Hisyâm Kabbânî menamatkan kesarjanaannya dalam bidang kimia di American University College of Beirut, dan kemudian pergi ke Louvain, Belgia, untuk melanjutkan studi medisnya. ia menerima gelar di bidang hukum Islam (syarî’at) dari Damaskus.31

Syaikh Hisyâm Kabbânî adalah salah satu ulama dunia yang paling terkenal dari sejarah Islam dan ilmu spiritual tasawuf. Sebagai wakil pemimpin Sufi Naqsyabandi Haqqânî, ia juga berfungsi sebagai panduan dan guru untuk sekitar 2 juta umat Islam di seluruh dunia, terutama di Amerika Serikat, Inggris, dan Asia Tenggara. Ia telah mendapatkan lisensi untuk mengajar siswa panduan dan nasihat dalam spiritualitas Islam dari guru dan khalifahnya, Syaikh Muhammad Nâzim ‘Adil al-Haqqânî yang terkenal memiliki wewenang atas sekolah Hanâfî hukum Islam di Timur Tengah. Dan selama lebih dari 50 tahun Syaikh Hisyâm Kabbânî telah menjadi muridnya di Amerika Serikat.

Atas perintah gurunya – Syaikh Muhammad Nâzim ‘Adil Haqqânî al-Qubrusi, Syaikh Hisyâm Kabbânî ke Amerika Serikat pada tahun 1991 dan mendirikan yayasan bagi Tarekat Naqsyabandi Haqqânî di sana.32 Sejak saat itu, ia telah membuka 23 Pusat Sufi di Kanada dan Amerika Serikat. Ia telah mengajar di sejumlah universitas di Amerika, seperti: The University of Chicago, Columbia

Kabbânî. Classical Islam and the Naqsbandi Sufi Order, (United States of America: Islamic Supreme Council of America, t. t), h. 535.

30

Syaikh Muhammad Hisyâm Kabbânî. Classical Islam and the Naqsbandi Sufi Order.

31

The Naqshbandi Sufi Way dan History and Guide Book of the Saints of the Golden Chain. Silsilah Rantai Emas Naqsbandi Haqqani, (Jakarta: Rabbani Sufi Institute of Indonesia, t.t).

32

(35)

University, Howard, Berkeley, McGill, Concordia, dan Dawson College, demikian pula dengan sejumlah pusat keagamaan dan spiritual di seluruh Amerika Utara, Eropa, Timur Jauh dan Timur Tengah.

Beberapa posisi yang saat ini ia miliki di Amerika Serikat, antara lain: ketua Islamic Supreme Council of America (ISCA),33 ketua Naqsyabandi Haqqânî Sufi Order of America, ketua al-Sunnah Foundation of America,34 pendiri Dewan Sufi Muslim Inggris dan Pusat Spiritualitas dan Kemajuan Budaya Inggris. Ia juga menjadi penasehat dalam Unity One, yaitu sebuah organisasi yang ditujukan untuk perdamaian antar gang di Amerika, penasehat dalam Human Rights Council, penasehat dalam American Islamic Association of Mental Health Providers, dan penasehat dalam Office of Religious Persecution, US Department of State.

B. Sekilas Tentang Tarekat Naqsyabandi Haqqânî 1. Sejarah dan Pengertian Naqsyabandi

33

Islamic Supreme Council of America (ISCA) adalah organisasi keagamaan non-pemerintah yang didedikasikan untuk mendidik Muslîm dan non-Muslîm, dan mengembangkan warga Negara yang baik melalui pengajaran keunggulan moral. ISCA bertujuan untuk menjadi sumber daya yang baik bagi individu Muslîm dan organisasi-organisasi di Amerika untuk mendapatkan nasehat hukum dari para ulama dan lembaga keagamaan di seluruh dunia tentang isu-isu yang timbul sebagai tradisi Islam yang bersentuhan dengan budaya Amerika. Organisasi ini bermaksud untuk bekerja sama dengan individu non-Muslîm dan organisasi untuk menyajikan Islam sebagai agama moderasi, toleransi perdamaian, dan keadilan. ISCA akan menekankan warisan Islam. Kristen, dan Yahudi dalam upaya mendorong untuk saling menghormati antara semua budaya dan agama. Lihat, Islamic Supreme Council of America, “About us,” artikel di akses pada tanggal 15 Mei 2011 dari

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ZShmjLu2Kz4J:www.islamicsupremecou

ncil.org/home/about-us.html+islamic+supreme+council+of+america&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&source=www.goo gle.co.id

34

(36)

Tarekat Naqsyabandi adalah sebuah tarekat besar yang didirikan oleh Muhammad Bahâ’uddin al-Uwaisi al-Bukhâri al-Naqsyabandi (717-719/1317-1389 H) di Bukhâra.35 Tarekat Naqsyabandiyyah mempunyai kedudukan yang istimewa karena berasal dari Sayyidinâ Abû Bakar al-Siddiq. Tarekat ini mengajarkan tentang adab dan dzikir, tawassul dalam tarekat, adab suluk36, tentang maqâm.37 Sebagai metode pengingatan dan konsentrasi, pengasingan diri merupakan metode yang khas dalam tarekat ini, yang tersebar di kota Kaukasus dan Asia tengah. Satu di antara upacara tarekat Naqsyabandi dinamakan Khatm al-Khawajagan (Penutup seluruh Guru Sufi) dan selalu dibaca setiap selesai mengerjakan shalat wajib. Prinsip metode spiritual tarekat Naqsyabandi adalah dzikir dalam hati (bil khafîy). Nama-nama Tuhan tidak diucapkan melalui lisan tetapi melalui kesadaran yang menembus ke dalam hati, di mana simbol-simbol keghaiban masuk ke dalam pribadi seseorang, hal ini berbeda dengan kesadaran hati secara fisik. Ia merupakan pemusatan secara spiritual dimana panggilan terhadap Tuhan lebih cenderung pada kesadaran eksistensial daripada pengingatan secara mental.38

35

Moh. Toriquddin. Sekularitas Tasawuf, Membumikan Tasawuf dalam Dunia Modern, (Malang: April, 2008), h. 127.

36

Suluk atau perjalanan adalah perjalanan menuju Tuhan. Perjalanan spiritual menuju sang sumber. Suluk merupakan metode perjalanan melalui seorang guru spiritual. Sesorang yang menempuh jalan ini disebut salik. Seorang murid kadang-kadang disebut salik, manakala ia sedang melakukan suluk, yakni suatu ikhtiar menempuh jalan tertentu yang beragam bentuknya dalam rangka untuk mancapai tujuan tarekat. Totok Jumantoro, dan Samsul Munir Amin, “Suluk” dalam Kamus Ilmu Tasawuf (T. tp: Amzah., 2005, h. 211.

37

Secara etimologi, maqâm berarti kedudukan, posisi, tingkatan (station) dan tahapan dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. Maqâm yang arti dasarnya “tempat berdiri”dalam terminologi sufistik berarti tempat atau martabat seorang hamba di hadapan Allah Swt. pada saat ia berdiri menghadap kepada-Nya. Sedangkan secara terminologi, maqam adalah suatu tahap yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk sampai kepada Allah Swt. Totok Jumantoro, dan Samsul Munir Amin, “Maqam” dalam Kamus Ilmu Tasawuf (T. tp: Amzah., 2005, h. 136.

38

(37)

Tarekat ini merupakan sebuah sekolah pemikiran dan praktek yang berdiri pada kelompok yang menyebarluaskan kebenaran dan berperang melawan ketidakadilan dan kejahatan, terutama di Asia tengah dan India pada masa lalu, di Cina dan Uni Soviet pada zaman modern, dan juga di Eropa. Secara khusus – dalam tarekat ini Syaikh Naqsyabandi mengangkat politik, sosial, pendidikan, dan spiritual peran dalam komunitas mereka, bertindak sesuai dengan al-Qur’ân suci dan Sunnah Nabi.

Tarekat Naqsyabandi adalah jalan yang dianut oleh sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka. Cara ini terdiri dari ibadah terus menerus dalam setiap tindakan, baik eksternal dan internal dengan disiplin yang lengkap dan sempurna sesuai dengan sunnah Nabi. Tarekat didirikan dalam rangka mempertahankan tingkat tertinggi dan dengan tegas meninggalkan inovasi dan interpretasi bebas dalam kebiasaan-kebiasaan umum dan prilaku pribadi, juga menjaga kesadaran akan kehadiran Tuhan yang Maha Kuasa menuju peniadaan diri sendiri dan pengalaman yang sempurna dari kehadiran Illahi. Tarekat ini adalah refleksi lengkap derajat tertinggi atau kesempurnaan dan menguduskan diri melalui perjuangan yang paling sulit, yaitu perjuangan melawan diri dan pergulatan melawan ego. Ia dimulai dimana yang lainnya berakhir, dalam daya tarik cinta Ilâhî yang sempurna, yang diberikan kepada sahabat pertama dari Nabi Muhammad saw., yakni Sayyidinâ Abû Bakar al-Siddiq.39

Sayyed Hossein Nasr, ed., Ensiklopedi Tematis Spiritual Islam: Manifestasi, vol. 2 (Bandung: Mizan., 2003), h. 219. Lihat juga, Abdul Mun’im al-Hafni, “Naqsyabandiyyah,” dalam Ensiklopedia Golongan, Kelompok, Aliran, Mazhab, Partai, dan Gerakan Islam (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu., 2006), h. 933.

39

(38)

“Naqsyabandi” berarti “lukisan”40 “The Naqsy” adalah ukiran sempurna

nama Allah di jantung murid. Mata rantai Naqsyabandi telah berubah dari abad ke abad. Berawal dari masa Sayyidinâ Abû Bakar Siddiq ke masa Bayâzid al-Bistâmi yang disebut Naqsyabandi Siddiqiyyâ, dari masa Bayazid ke masa Abdul Khâliq al-Ghujduwâni disebut Naqsyabandi Tayfûriyyâ, dari masa Abdul Khâliq al-Ghujdawâni ke masa Shah Naqsyband disebut Naqsyabandi Khwajaganiyyâ, kemudian dari waktu Shah Naqsyband ke masa Ubaidullâh al-Ahrâr dan Ahmad Farûqi dinamakan Naqsyabandiyyah.41

Dilanjutkan pada masa Ahmâd Farûqi dengan masa Syaikh Khâlid al-Baghdâdi yang dinamakan Naqsybandi Mujaddidiyyâ, sejak masa Khâlid al-Baghdâdi sampai saat Syaikh Ismâil Sirwâni disebut Naqsyabandi Khalidiyyâ. Dan pada masa Isma'il Sirwâni sampai saat Abdullâh Fâiz al-Daghestâni, disebut Naqsyabandi Daghestaniyyâ,42 dan sekarang ini dimasa Syaikh Nâzim ‘Adil al-Haqqânî dikenal dengan nama Naqsyabandi Haqqânî.43

2. Silsilah Mata Rantai Emas Naqsyabandi

Dipandang sebagai salah satu madzhab paling terkemuka dalam spiritualitas Islam, tarekat Sufi Naqsyabandi memiliki sejarah yang panjang yang bila ditelusuri akan sampai kepada masa-masa awal Islam. Dipimpin oleh para

40

Moh. Toriquddin. Sekularitas Tasawuf, Membumikan Tasawuf dalam Dunia Modern (Malang: April, 2008), h. 127.

41

Abdul Mun’im al-Hafni, “Naqsabandiyyah,” dalam Ensiklopedia Golongan, Kelompok, Aliran, Mazhab, Partai, dan Gerakan Islam, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu., 2006), h. 933. Lihat juga, Yayasan Haqqani Indonesia, “Sejarah Naqsabandi Haqqani,” diakses pada 13 Februari 2011 dari alhaqqani@gmail.com.

42

Naqhsbandi Sufi Way, “The Titles of Naqhshbandi Golden Chain, “ artikel diakses pada 11 Februari 2011 dari http://www.naqsbandi.org/about/titlesof.htm.

43

(39)
(40)

Ahmad Farûqi al-Sirhindiϕ

Nûr Muhammad al-Badawâniϕ Tayfûr Abû Yazid

al-Bistâmiϕ

Abû Hasan al-Kharqâniϕ

Abû Ali al-Farmâdiϕ

Abû Ya’qûb Yûsuf al-Hamadâniϕ

Abd Khâliq al-Ghujduwâniϕ

‘Ɩrif al-Riwakriϕ

Abû al-Abbâs al-Khidr

Muhammad Nâzim Ɩdil al-Haqqânîϕ Muhammad bin Abdullâh

saw.

Abû Bakar al-Siddîq Salmân al-Fârisi

Qâsim bin Muhammad bin Abû Bakar

Ja’far al-Sâdiq ‘Alauddin al-Attârϕ

Muhammad Bahâ’uddin Shah Naqsband ϕ

Khwaja Mahmûd al-Injir al-Faghmâwiϕ

‘Ɩli al-Ramitani ϕ

Muhammad Baba al-Samâsiϕ Sayyîd Amir Kulalϕ

Ubaidillah al-Ahrârϕ

Muhammad al-Zâhid ϕ Darwis Muhammad ϕ

Muhammad Khwaja al-Amkanâkiϕ

Muhammad al-Bâqi Billâhϕ

Alauddin al-Attârϕ Ya’qûb al-Kharkhiϕ

Muhammad Ma’sûmϕ

Muhammad Syaifuddînϕ Syamsuddin Habîbullâhϕ

Abdullâh al-Dahlâwi (Shah

Ghulâm Ali) ϕ Khalîd al-Baghdâdiϕ Ismaîl al-Sirwaniϕ

Khâs Muhammad al-Sirwâniϕ Muhammad Affandi

al-Yarâghiϕ Jamâluddin al-Ghumûqi

al-Husainiϕ

Abû Ahmad al-Sughûri Abû Muhammad al-Madâniϕ

Syarafuddin al-Daghestâniϕ

(41)

C. Beberapa Karya Syaikh Hisyâm Kabbânî

Syaikh Hisyâm Kabbânî juga dikenal sebagai seorang penulis, ia telah banyak melahirkan karya-karya yang mendapatkan sambutan sangat baik dan hangat bagi para pembacanya, sebagian karyanya telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, diantaranya adalah Bahasa Indonesia. Buku-bukunya antara lain:44

1. Pearls and Coral – Secret of the Sufi Way. (Islamic Supreme Council of America: 2005).

2. Keys to the Divine Kingdom – Lessons in Classical Islam’s Spiritual Science. (Islamic Supreme Council of America: 2005).

3. Liberating the Soul – A Guide for Spiritual Growth. Syaikh Hisyâm Kabbânî sebagai editor. (Islamic Supreme Council of America: 2005). 4. The Approach of Armageddon – An Islamic Perspective. (Islamic

Supreme Council of America: 2003).

5. Classical Islam and The Naqhabandi Sufi Tradition. (Islamic Supreme Council of America: 2003).

6. Muhammad the Messanger of Allah – His Life and Prophecy. (Islamic Supreme Council of America: 2002).

7. In the Mystic Footsteps of Sains, jilid 1 dan 2. Syaikh Hisyâm Kabbânî selaku editor. (Islamic Supreme Council of America: 2002).

44

(42)

8. Encyclopedia of Muhammad’s Women Companions and the Tradition they Related. Karya Syaikh Hisyâm Kabbânî dan Dr. Laleh Bachtiar. (Defenders Publications: 1998).

9. Remembrance of God Liturgy of the Naqsyabandi Masters. (Kazi Publications: 1998).

10. Angels Unveiled: A Sufi Perspective. (Kazi Publications: 1996).

11. The Naqsyabandi Sufi Way – History and Guidebook of the Saints of the Golden Chain. (Kazi Publications: 1995).

12. Encyclopedia of Islamic Doctrine. (al-Sunna Foundation of America: 1998). Berjumlah 7 jilid, diantaranya:

x Jilid 1: Beliefs

x Jilid 2: Remembrance of Allah and Praising the Prophet

x Jilid 3: The Prophet: Cemmomerations, Visitation, and His Knowledge of the Unseen (Mawlid, Ziyara, Ilm al-Ghayb)

x Jilid 4: Intercession (Shafaa, Tawassul, Istighatha)

x Jilid 5: Self – Purifications and the State of Excellent (Tazkiyât al-Nafs/Tasawuf, Ihsân)

x Jilid 6: Forgotten Aspect of Islamic Workship, bagian 1

x Jilid 7: Forgotten Aspect of Islamic Workship, bagian 2

D. Encyclopedia of Islamic Doctrine “Remembrance of Allah and Praising the Prophet”

(43)

Buku yang diterbitkan oleh al-Sunna Foundation dibawah pengawasan Syaikh Hisyâm Kabbânî sendiri ini yang berjumlah 7 jilid, dan setiap jilidnya memiliki tema yang sangat menarik bagi pemaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembacanya.

Karya Syaikh Hisyâm Kabbânî ini memiliki kebajikan yang amat besar dengan memulai kembali ajaran-ajaran Islam tradisional dengan jalan keluar kompromi dengan modernisme atau disebut reformisme. Berakar pada interpretasi tradisional dari syarî’at dan sekolah teologi Islam serta urutan Naqsyabandiyah yang telah membawa penghalang interpretasi ortodoks ketat sufisme selama berabad-abad, volume ini mencerminkan pandangan dari otoritas terbesar dalam doktrin syarî’at dalam sejarah Islam. Ia membawa pengetahuan yang luas, yang hanya dapat dikuasai dalam suasana tradisional. Untuk menanggung setiap diskusi, ia membawa keluar dirinya dari sifat Tuhan untuk mengimbangi suatu kondisi. Setiap volume dikhususkan untuk satu set keyakinan tertentu mulai dengan “akidah” atau yang disebut dengan tauhîd.45

Volume selanjutnya mencakup unsur-unsur praksis Islam yang terkenal dan juga orang-orang yang telah hampir terlupakan pada masa kini. Suatu pekerjaan juga sangat berkaitan dengan keyakinan Islam penting seperti "syafâ’at" (Tawassul) yang diserang oleh mereka – yang disebut sebagai reformis. Dalam setiap diskusi, Syaikh Hisyâm Kabbânî mendampingkan pandangan Islam tradisional yang diuraikan oleh tokoh-tokoh seperti Imam Syâfî'î, Imam Abû Hanîfah, Imam al-Ghazâlî dan Imam Abû Hasan al-Asy'ârî dengan inovasi

45

(44)

memahami ajaran-ajaran dasar yang sebagian kembali ke Ibnu Taimiyyah.46 Kemudian dilanjutkan dengan volume-volume selanjutnya yang juga tidak kalah menarik untuk dijadikan sebuah penelitian bagi para ilmuan.

Penulis mencoba menguraikan apa-apa yang tersimpan di dalam salah satu karya Syaikh Hisyâm Kabbânî ini pada volume kedua yang berjudul “Remembrance of Allah and Praising the Prophet.” Buku ini membentangkan dalil-dalil dan hujjah-hujjah seputar masalah dzikir dan salâwat yang dimana hal ini juga ditentang keras oleh beberapa kelompok Muslîm dengan mengatasnamakan pemurnian Islam. Kaum “Salafi” misalnya, menuding mereka yang berdzikir bersama – dengan suara keras maupun perlahan – sebagai ahli bid’ah. Syaikh Hisyâm Kabbânî mencoba mengurai secara gamblang bahwa dzikir merupakan kewajiban terbesar dan perintah Allah yang kekal. Pembahasan dalam buku ini terdiri dari 5 bab.47

Dzikir kewajiban terbesar dan perintah Allah yang kekal mengawali ulasan dzikir dalam bab satu buku ini. Menggunakan bulir-bulir tasbih juga dijadikan pembahasan yang menarik di dalam buku ini bagi para pembacanya. Dapatkah bulir tasbih digunakan untuk menghitung jumlah dzikir, sebelum atau sesudah salat wajib, siang atau malam? Sebegitu terbentang luas pembahasan mengenai dzikir dalam bab satu karya Syaikh Hisyâm Kabbânî ini. Salâwat kepada Nabi Muhammad saw., ringkasan tentang dzikir dari karya Abdurrahman al-Sufuri dalam Nuzhah al-Majâlis wa Muntakhab al-Nafâ’is (Perkumpulan

46

Encyclopedia of Islamic Doctrine “Beliefs” (Aqida), vol. 1 (United States of America: al-Sunna Foundation of America, 1998), h. XIII-XIV.

47

(45)

menyenangkan dan hal-hal berharga yang terpilih), dan perumpaan Allah terhadap kalimat tauhîd juga menjadi pembahasan pertama dalam buku ini.

Membaca syair pujian kepada Nabi Muhammad saw. melengkapi pembahasan buku ini dalam bab dua. Di dalamnya dijelaskan tentang pujian terhadap na’at di kalangan para Sahabat Nabi Muhammad saw., kemudian dilengkapi dengan biografi dan kisah Hasan bin Tsabit, seorang penyair Nabi Muhammad saw. disertai syair K’ab bin Zuhair dan syair pujiannya Abdul Hamîd terhadap Nabi Muhammad saw..

Dalam bab 3 karya Syaikh Hisyâm Kabbânî berisikan tentang syair pujian al-Busiri (Qasîdah al-Burdah) kepada Nabi Muhammad saw., yang didalamnya dijabarkan perihal kemuliaan qasîdah al-Burdah karya Imam al-Busiri disertai dengan pelajaran dari karyanya, penolakan kaum salafi terhadap wasilah kepada Nabi Muhammad saw. dan al-Burdah yang juga disertai dengan bantahan mereka terhadap pujian terhadap Nabi Muhammad saw., dan penolakan mereka terhadap gelar Nabi Muhammad saw. sebagai sumber-sumber cahaya nabi-nabi yang lain. Dalam bab 3 ini juga diberikan perincian penjelasan tentang nama “Cahaya” (nûr), penolakan kaum salafi terhadap keunggulan pengetahuan dan kebaikan Nabi Muhammad saw., kaum salafi yang membatasi ampunan Allah, dan pendirian Abdul Wahâb terhadap qasîdah al-Burdah.

(46)

29

GAMBARAN UMUM DZIKIR

A. Pengertian Dzikir

Dzikir sangat lekat dengan kehidupan umat Islam. Siang dan malam dilantunkan, sendirian maupun bersamaan. Namun, seiring modernitas kehidupan, dzikir menjadi ritual yang mati, terus dipraktekkan tanpa pemaknaan mendalam. Memang sebagian orang lengah dan lalai dengan tuntunan al-Qur’ân; sebagian umat juga tidak memahami apa yang dimaksud dzikir; sebagian memahami dzikir dalam bentuk kalimat yang di ulang-ulang membacanya tanpa pemahaman atau penghayatan.

Kata dzikir adalah bentuk tunggal (mufrâd), sedangkan bentuk jamaknya adalah al-Adzkâr. Dalam al-Qur’ân, kata dzikir dan yang berakar kata sama disebutkan sebanyak 292 kali, termuat dalam 36 surat (25 surat Makkah dan 11 surat Madâniah).47 Kata-kata dzikir sendiri, dalam bentuk masdar (kata kerja benda), terulang sebanyak 76 kali.48

Secara etimologis atau bahasa, dzikir merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja dzakara-yadzkuru-dzikran. Dalam Lisân al-Arab karya Ibn Manzhûr, ia memberikan pengertian, dzakara berarti menjaga sesuatu dengan menyebut atau mengingatnya. Dzikir juga berarti kerhormatan atau kemuliaan (al-Syaraf), nama

47

Muhammad Fuâd Abd al-Bâqi. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâdz al-Qur’ân al-Karim (Beirut: Dâr al-Fikr, 1981), h. 270-275.

48

(47)

baik (al-Sit), al-Kitâb yang isinya menjelaskan agama (al-Dîn), Shalat dan doa serta pujian (al-Tsana)atasnya.49

Dalam Kamus Istilah Tasawuf, dzikir secara etimologi berarti mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti.50 Dzikir itu bahasa umumnya sama dengan ingat yang berarti dapat dilakukan di mana saja dan dalam semua keadaan. Ia dapat diucapkan oleh hati (dzikir khafîy), dan dapat diucapkan oleh (dzikir lisan), dapat diucapkan oleh anggota badan lainnya (dengan prilaku dan akhlak mahmûdah).

Sedangkan pengertian dzikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah puji-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang atau doa dan puji-pujian berlagu.51 Dzikir di dalam syarî’at Islam mempunyai makna yang banyak, antara lain: semata-mata pengungkapan tentang dzat Allah (menyebut), tentang sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, atau hukum-hukum-Nya; atau dengan membaca kitab-Nya, memohon dan berdoa kepada-Nya, , memuliakan-Nya, mengesakan-memuliakan-Nya, memuji-memuliakan-Nya, bersyukur pada-memuliakan-Nya, dan mengagungkan-Nya.52

Kata dzikir sebenarnya mulai digunakan oleh pengguna bahasa Arab dalam antonim lupa. Sebagian pakar yang mengatakan bahwa kata itu pada mulanya berarti mengucapkan dengan lidah/menyebut sesuatu. Makna ini kemudian berkembang menjadi “mengingat” sesuatu seringkali mengantar lidah

49

Ibn Manzhur, Lisân al-‘Arab (Beirut: Dâr al-Sâdir, 1990), jilid IV, h. 308-333. Lihat juga, Louis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa I’lâm (Beirut: Kattulikiyah, t. t), h. 236.

50

Totok Jumantoro, dan Samsul Munir Amin, “Dzikir” dalam Kamus Ilmu Tasawuf (T. tp: Amzah., 2005, h. 34.

51

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 1280.

52

(48)

menyebutnya. Begitu juga, menyebut dengan lidah dapat mengantar hati untuk lebih mengingat lebih banyak lagi apa yang disebut-sebut itu.53

Kata “menyebut” sangat dikait-kaitkan dengan sesuatu, maka apa yang disebut itu adalah namanya. Pada sisi lain, bila nama sesuatu terucapkan, maka pemilik nama yang diingat itu disebut sifat, perbuatan, peristiwa yang berkaitan dengannya. Sedangkan “mengingat” adalah satu nikmat yang sangat besar, sebagaimana “lupa”pun merupakan nikmat yang tidak kurang besarnya. Dari sini kata dzikir dapat mencakup penyebutan nama Allah atau ingatan menyangkut sifat-sifat atau perbuatan-perbuatan Allah, surga atau neraka-Nya, rahmat atau siksa-Nya, perintah atau larangan-Nya, dan juga wahyu-wahyu-Nya, bahkan segala yang dikaitkan dengan-Nya.54

Mengingat adalah suatu nikmat yang sangat besar, sebagaimana lupa pun merupakan nikmat yang tidak kurang besarnya. Ini tergantung dari objek yang diingat. Sungguh besar nikmat lupa bila yang dilupakan adalah kesalahan orang lain, atau kesedihan atau luputnya nikmat. Dan sungguh besar pula keistimewaan.

Al-Farrâ dan Ibnu Qutaibah memberikan pengertian mengenai dzikrullâh, menurut keduanya dzikrullâh adalah tasbih dan tahlîl lebih besar dan menjauhkan dari kejahatan dan kemungkaran dan jika seorang hamba mengingat Allah, maka Allah memberikan pahala untuknya, disebutkan di dalam hadis qudsî,

ϲ˶ϓ

ϲ˶ϧ˴ή˴ϛ˴Ϋ

˸ϥ˶Έ˴ϓ

˶Ϫ˶δ˸ϔ˴ϧ

ϲ˶δ˸ϔ˴ϧ

ϲ˶ϓ

˵Ϫ˵Η˸ή˴ϛ˴Ϋ

53

Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an Tentang Dzikir dan Doa, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), h. 9.

54

(49)

“Jika hamba-Ku mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diriku.”55

Dzikir menurut Spencer Trimingham adalah, “…Recollection, a spiritual exercise design to render God’s presence troughout one’s being. The method employed (rhythmical repetitive invocation of God’s name) to attain this spiritual concentration…” Maksudnya adalah “…ingatan atau suatu latihan spiritual yang bertujuan untuk menyatakan kehadiran Tuhan serayakan membayangkan wujud-Nya. Atau suatu metode yang dipergunakan untuk mencapai konsentrasi spiritual (dengan menyebut nama Tuhan berulang-ulang...”56

Dalam Ensklopedi Islam Ringkas dijelaskan bahwa dzikir adalah

mengingat, dzikrullâh atau mengingat kepada Allah, berkaitan dengan

penyebutan-penyebutan nama-nama Allah, atau untuk doa pujian kepada-Nya. Al-Qur’ân sering menyebut dzikir sebagai amal ibadah:57

˸Ϣ˵ϛ˸ή˵ϛ˸Ϋ˴΃

ϲ˶ϧϭ˵ή˵ϛ˸ΫΎ˴ϓ

“Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingatmu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 152).

Ύ˱Ϡϴ˶Θ˸Β˴Η

˶Ϫ˸ϴ˴ϟ˶·

˸Ϟ͉Θ˴Β˴Η˴ϭ

˴Ϛ͋Α˴έ

˴Ϣ˸γ΍

˶ή˵ϛ˸Ϋ΍˴ϭ

Sebutlah nama Tuhan dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (QS. Al-Muzammil [73]: 8).

Dzikir mengandung arti pengingatan kepada Allah Swt. Adapun dalam bahasa Arab, pengingatan kepada Allah Swt. diistilahkan dengan dzikrullâh. Dzikir dalam pengertian khusus adalah latihan rohani untuk ingat kepada Allah

55

Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an Tentang Dzikir dan Doa (Jakarta: Lentera Hati, 2008), h. 9.

56

Totok Jumantoro, dan Samsul Munir Amin, “Dzikir” dalam Kamus Ilmu Tasawuf (T. tp: Amzah., 2005, h. 34-35.

57

(50)

Swt. yang dilakukan dengan membaca kalimat tauhid (tahlîl ) “Lâ Ilâha Illallâh” atau lafal al-Jalâlah “Allah” atau nama-nama yang tersebut di dalam asmâ al-Husnâ. Kata ingat di sini dapat diartikan dengan hadirnya Allah dalam hati atau menghadirkan Allah dalam hati, sehingga keberadaan Allah itu disadari sebenar-benarnya oleh orang yang berdzikir dan mempengaruhi segala perbuatannya.

Bagi kalangan sufi, dzikir merupakan metode spiritual dalam pendekatan diri kepada Allah, penyebutan nama-nama Allah atau beberapa formula kalimat suci, di bawah bimbingan guru tarekat memiliki rangkaian (silsilah) yang otentik. Guru spiritual, atau al-Syaikh58 menyampaikan bai’at.59 Kata dzikir sering digunakan secara khusus untuk setiap upacara di mana para sufi membentuk lingkaran dalam sebuah pertemuan sufi (majelis), di mana dzikir yang benar hanyalah sebuah elemen, untuk menuju kepada Pusat yang Satu.

Menurut Sara Sviri, dzikir merupakan praktik sekali sekaligus keadaan esoterik. Sebagai keadaan esoterik dzikir mengandung paradoks, karena sekalipun dzikir berarti ingat, tetapi pengalaman puncak yang dituju praktik dzikir adalah

58

Syaikh adalah guru spiritual. Syaikh merupakan pembimbing otentik dan satu-satunya yang dituju oleh sang pencari kebenaran dalam pencariannya. Dengan berpaling kepada guru spiritual, sang pencari pun berpaling kepada Allah Swt. Yang Maha Kuasa. Pengertian secara khusu adalah gelar bagi pimpinan spiritual, guru, pimpinan tarekat, yang dalam bahsa Arabnya mursyid (penunjuk). Totok Jumantoro, dan Samsul Munir Amin, “Syaikh” dalam Kamus Ilmu Tasawuf (T. tp: Amzah., 2005, h. 215.

59

(51)

segenap perhatian tercurah untuk menyebut nama Allah, segalanya hilang dari orbit persepsi dan imajinasi.60

Hal di atas sama dengan pengertian dzikir yang dijelaskan oleh guru

penulis, Syaikh Ɩbdul Mâlik al-Dien, selaku mursyid dari Tarekat

Naqsyabandiyyah Husainiyyah, Madura. Ia menjelaskan bahwa, “hakikat dzikir adalah lupa, lupa akan sesuatu yang lain selain yang diingat, dalam hal ini adalah Dzat Allah yang Maha Suci.61

Dalam aliran spiritual, pengingatan berkaitan dengan apa yang ada di alam batin adalah pengingatan kepada sumber dari segala perwujudan dan segala sifat-sifat.

B. Metode Dzikir yang Berkembang

Telah diketahui oleh masyarakat pada umumnya, di Indonesia terdapat berbagai macam forum-forum perkumpulan dzikir dan tarekat dengan berbagai macam metodenya. Jika dilihat dari bentuk dzikir, sebagian ulama mengklarifikasikan dzikir kepada dua metode, yaitu dzikir bil khafîy (tersembunyi), dan bil jahr (keras). Mereka memperdebatkan mana yang lebih utama antara dzikir bil khafîy dan bil jahr

1. Dzikir Khafîy

Dzikir khafîy atau dzikir diam. Ini adalah visi cahaya keindahan kesatuan. Dzikir diam yang lembut, nikmat dan sangat manis. Dinamakan juga dengan

60

Sudirman Tebba. Meditasi Sufistik, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2004), h. 77. Lihat juga, Abi al-Qâsim Abdul Karîm bin Hawâzin al-Qusyairi. Risâlah al-Qusyairiyyah (Beirut: Dâr Kutub al-‘Ilmiyyah, 2001), h. 257.

61

(52)

dzikir tidak bersuara, hanya hati yang mengucapkan lafaz ismu dzat “Allah.” Pada awalnya mulut berdzikir diikuti hati, kemudian lidah berdzikir sendiri sampai lancar, akal pikiran diikuti rasa kenikmatan, sehingga cahaya Ilâhi masuk ke dalam hati, ingatan semata-mata hanya kepada Allah, dan akhirnya seakan-akan seluruh badan dipenuhi oleh dzikir. Dzikir khafîy biasa dipraktekkan pada Tarekat Naqsyabandi, dengan alasan dzikir khafîy terelatak di dalam hati, tidak mudah diganggu oleh kesibukan-kesibukan, dan juga mengingat perasaan hati dalam kehidupan sangat menentukan.62

Telah disebutkan di dalam Makânat al-Dzikr baina al-Ibâdât karya ‘Utsmân Sa’îd al-Syarqâwi, “…orang-orang arif di jalan Allah mengatakan tentang dzikir khafîy , bahwa dzikir khafîy lebih utama...”63

Firman Allah:

˱Δ˴ϔϴ˶Χ˴ϭ

Ύ˱ϋ͊ή˴π˴Η

˴Ϛ˶δ˸ϔ˴ϧ

ϲ˶ϓ

˴Ϛ͉Α˴έ

˸ή˵ϛ˸Ϋ΍˴ϭ

“Sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut.” (QS. Al-A’râf [7]: 205).

Sabda Nabi Muhammad saw.:

˴Δ˴ϳ˶ϭΎ˴ό˵ϣ

Ϯ˵Α˴΃

Ύ˴Ϩ˴Λ͉Ϊ˴Σ

Ύ˴ϟΎ˴ϗ

˳ΐ˸ϳ˴ή˵ϛ

ϲ˶Α˴΄˶ϟ

˵φ˸ϔ͉Ϡϟ΍˴ϭ

˳ΐ˸ϳ˴ή˵ϛ

Ϯ˵Α˴΃˴ϭ

˴Δ˴Β˸ϴ˴η

ϲ˶Α˴΃

˵Ϧ˸Α

˶ή˸Ϝ˴Α

Ϯ˵Α˴΃

Ύ˴Ϩ˴Λ͉Ϊ˴Σ

˸Ϧ˴ϋ

˴ϝΎ˴ϗ

˴Γ˴ή˸ϳ˴ή˵ϫ

ϲ˶Α˴΃

˸Ϧ˴ϋ

˳΢˶ϟΎ˴λ

ϲ˶Α˴΃

˸Ϧ˴ϋ

˶ζ˴Ϥ˸ϋ˴΄˸ϟ΍

˴γ˴ϭ

˶Ϫ˸ϴ˴Ϡ˴ϋ

˵Ϫ͉Ϡϟ΍

ϰ͉Ϡ˴λ

˶Ϫ͉Ϡϟ΍

˵ϝϮ˵γ˴έ

˴ϝΎ˴ϗ

˵Ϫ͉Ϡϟ΍

˵ϝϮ˵Ϙ˴ϳ

Gambar

Gambar Halaqah dzikir tarekat Naqsyabandi Haqqani, atau yang biasa

Referensi

Dokumen terkait

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur didorong utamanya oleh komponen Konsumsi yang pada triwulan III-2008 ini mampu tumbuh lebih tinggi.. Di sisi lain,

Sasaran dari kegiatan Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke Blok Migas Sijunjung PT Rizki Bukit Barisan Energi Provinsi Sumatera Barat adalah melihat langsung

Usia yang masih muda pada umumnya belum mempunyai pegangan dalam hal sosial-ekonomi, padahal jika seseorang telah menikah, maka keluarga tersebut harus dapat berdiri sendiri

memberikan nikmatnya kepada mereka hingga mereka lupa diri, bahwa nikmat yang Allah Swt berikan adalah sebuah peringatan yang menjadikan mereka sebagai orang yang

Setiap pergantian semester, mahasiswa wajib melakukan pendaftaran ulang dan mengajukan rencana studi selama kurun waktu yang telah ditentukan dalam

Pada tahap ini aka dikaji apa saja yang telah dilakukan pada siklus II ini untuk megetahui keberhasilan dalam penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

(3) Model pembelajaran quantum teaching berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis untuk setiap aspek yang diteliti (kemampuan tata bahasa yaitu penggunaan

Secara umum terdapat perbedaan pemikiran Quraish Shihab terhadap pandangan fuqaha klasik mengenai masalah hukum keluarga diantaranya Nusyuz, persamaan hak dan