SKRIPSI
PENGARUH AUDIT OPERASIONAL TERHADAP KINERJA NON KEUANGAN DENGAN AUDIT ATAS PERSEDIAAN SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Tangerang)
Oleh:
Lion Saiful Mukminin
NIM: 105082002761
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH AUDIT OPERASIONAL TERHADAP KINERJA NON KEUANGAN DENGAN AUDIT ATAS PERSEDIAAN SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI TANGERANG)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat
Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Lion Saiful Mukminin NIM : 105082002761
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617 198503 1 002
Pembimbing II
Rini, SE, AK, M.Si NIP. 19760315 200501 2 002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Hari ini Jum’at Tanggal 29 Januari Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan ujian
komprehensif atas nama Lion Saiful Mukminin NIM : 105082002761 dengan
judul ”PENGARUH AUDIT OPERASIONAL TERHADAP KINERJA NON
KEUANGAN DENGAN AUDIT ATAS PERSEDIAAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING” (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Tangerang) Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama
ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 januari 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Rahmawati, SE, MM Reskino, SE, Ak, M.Si
Ketua Sekretaris
Hari ini Rabu Tanggal 17 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Lion Saiful Mukminin NIM: 105082002761 dengan judul Skripsi “Pengaruh Audit Operasional Terhadap Kinerja Non Keuangan Dengan Audit Atas Persediaan Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Tangerang)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Maret 2010
Tim Penguji Skripsi
Prof. Dr.Abdul Hamid, MS Rini, SE., Ak., M.Si.
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Lion Saiful Mukminin
2. Tempat & Tanggal Lahir : Lamongan, 03 November 1986
3. Alamat : Villa Tangerang Elok Blok
E2/12,
Kutajaya, Pasar Kemis, Tangerang
4. Telepon : 085711176074
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 08 Lamongan 1994 –
1999
2. SMP Muhammadiyah 04 Lamongan 1999 – 2002
3. SMU Agape BKKK Tangerang 2002 – 2005
4. Strata 1 Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi 2005 – 2010
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Staff Devisi Kesorga BEM FEIS 2006 - 2007
2. Kord. Keamanan Propesa 2006 2006
3. Kord. Acara Propesa 2007 2007
4. Kord.Lab.Musik RIAK 2007 - 2008
5. Jenlap Outdoor Progeni 8 RIAK 2009
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Marhaban Mashur
2. Ibu : Maesaroh
3. Alamat : Villa Tangerang Elok Blok E2/12, Kutajaya,
Pasar Kemis, Tangerang
4. Telepon : 085711176074
ABSTRACT
The objective of this research aim to determine the influence of the performence audit to performance non-financial directly or through an audit of inventory, and also to determine simultaneously the influence of the performance audit and audit of inventory to performance non-financial.Object in this research are firms manufactur in Tangerang. This research is using three variable, which is performance non-financial as the dependent variable, the audit of inventory as intervening variable and the performance audit as an independent variable.
The number of samples submitted are 100 questionnaires to 17 firms manufactur in Tangerang, but only 70 questionnaires from 13 companies has been returned that can be processed. The methods of sampling is using purposive sampling/judgement sampling, while the method of data analysis is using the methods of analysis multiple regression.
The results of this research indicate that the performance audit in partial way, not causing some effect to the performance of non-financial, while the audit of inventory cause some effect to the performance of non-financial. And according to the result of research with using F Test symultant shows that the performance audit and the audit of inventory have symultantly affected toward to the non- financial performance
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh audit operasional terhadap kinerja non keuangan secara langsung maupun melalui audit atas persediaan, dan juga untuk mengetahui secara simultan pengaruh audit operasional dan audit atas persediaan terhadap kinerja non keuangan. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Tangerang. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja non keuangan sebagai variabel dependen, audit atas persediaan sebagai variabel intervening dan audit operasional sebagai variabel independen.
Jumlah sampel yang dikirimkan adalah 100 kuesioner kepada 17 perusahaan manufaktur di Tangerang, sedangkan yang kembali dan dapat diolah sebanyak 70 kuesioner dari 13 perusahaan. Metode pengambilan sampel menggunakan metode
purposive sampling/judgement sampling, sedangkan metode analisis data
menggunakan metode analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa audit operasional secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja non keuangan, sedangkan melalui audit atas persediaan berpengaruh terhadap kinerja non keuangan. Dan menurut hasil penelitian yang diperoleh dalam Uji F (simultan), audit operasional dan audit atas persediaan berpengaruh secara simultan terhadap kinerja non keuangan.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengkaruniakan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
Pengaruh Audit Operasional Terhadap Kinerja Non Keuangan Dengan Audit atas Persediaan Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Tangerang).
Penyusuanan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat -
syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa syukur atas rahmat dan
karunia Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta tak
lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Keluargaku, Ayah dan Mama atas setiap helaan kasih sayangnya, semua
perhatian dan dukungannya, kedua kakakku Mbak Indah dan Masdulloh, serta
kedua keponakanku Nizar Zukhruf Haqillah dan Adib Roshan Albasyari,
kalian penghibur sekaligus penyemangatku.
2. Bpk Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan dan pembimbing I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. Yang
telah meluangkan waktu, memberikan arahan dan bimbingan.
3. Ibu Rini, SE., Ak., MSi selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan
dan bimbingan dengan bersedia meluangkan waktunya.
4. Bpk Afif Sulfa., SE., Ak., MSi selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., Msi selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
mencurahkan dan mengamalkan ilmunya, serta Karyawan Universitas Islam
7. Nurul Fitriani, makasi atas semua dorongan dan motivasinya, tetep semangat
yah neng...Saranghyeoo.
8. Teman–teman terbaikku, Iskandar Baha, Rika Amalia, Iin Maryunani, Azharul
Fikri ”aphiek”, Nugrahaeni ”ai”, Oktaviani ”opi”, Ryan , Fandi, Andrew
gondrong dan Irfan. Thanks banget brader2 n sista2 tetep semangat.
9. Kosan Green Castle, Marcos, Uyet (special Thanks wat komputernya), Z’onk,
Gatsu, Jodi, Ambon, Chiekal, Fikrom, Ibenk, Olan, dan Habieb Nouva.
10. Brader-brader Dakosta, Beser, Buchenk, Amung, Linglung, Q-bleh (master of
black and white Magic), Ancha, Adi faqdhi, Syarif, Samsoel, dan semuanya
yang tak terabsen hehe.
11. Teman sepaerjuangan, Tajir, reza, Uti, Ara, Romi, Opung, Ribut, Polo,Ucup
Tile, dan Penjol.thanks sob!!
12. KMM RIAK : Bang Ahmed, Bang Igo, Bang Ochiem, Bang Cmol, Progeni 7
Irek, Rvan, kahfi,Erza, Iip jablay, Paul”Angga”, Ncek, Heru, Evi, Zaura,
Chaca superstar, teman2 Deras, Fortuna band dan Blueshine, abang2 The Red
Molotov dan The Needles, dan semua teman-teman progeni 8.
13. Seluruh teman2 akuntansi E 2005 dan temen2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
serta teman seperjuangan yang tak bisa disebut satu persatu. Matur suwun
sanget geh cah-cah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Dengan segala Kerendahan hati penulis memohon maaf dan
mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis dan
bermanfaat bagi semua.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Jakarta, 10 Maret 2010
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
Bab II: Tinjauan Pustaka ... 8
A. Audit ... 8
1. Pengertian Audit ... 8
2. Jenis-jenis Audit... 10
B. Audit Operasional ... 12
1. Pengertian Audit Operasional ... 12
2. Jenis-jenis Audit Operasional ... 14
3. Tahapan Audit Operasional ... 15
4. Tujuan Audit Operasional ... 19
C. Audit Atas persediaan ... 20
2. Jenis-jenis Persediaan ... 21
3. Metode Pencatatan Persediaan ... 22
4. Metode Penilaian Persediaan ... 23
Bab III: Metodologi Penelitian ... 35
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 35
B. Metode Penentuan sampel ... 35
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 43
Bab IV: Penemuan dan Pembahasan ... 49
A. Sekilas Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 49
1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49
3. Profil Responden ... 51
B. Penemuan ... 54
1. Statistik Deskriptif ... 54
2. Uji Kualitas data ... 55
a. Uji Reliabilitas ... 55
b. Uji Validitas ... 56
3. Pengujian Asumsi Klasik ... 58
a. Uji Multikolinieritas ... 59
b. Uji Heterokedastisitas ... 59
c. Uji Normalitas ... 60
4. Uji Hipotesis ... 62
a. Uji Koefisien Determinasi ... 62
b. Uji Statistik F ... 63
c. Uji Statistik t ... 65
Bab V: Kesimpulan dan Implikasi ... 69
A. Kesimpulan ... 69
B. Implikasi ... 70
C. Keterbatasan ... 70
D. Saran... 71
Daftar Pustaka ... 72
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 47
4.1 Daftar Nama Perusahaan Manufaktur ... 49
4.2 Distribusi Kuesioner Penelitian ... 50
4.3 Data Statistik Responden ... 52
4.4 Statistik Deskriptif ... 54
4.5-1 Uji Reliabilitas Audit Operasional ... 55
4.5-2 Uji Reliabilitas Audit Atas Persediaan ... 55
4.5-3 Uji Reliabilitas Kinerja Non Keuangan ... 56
4.6-1 Uji Validitas Audit Operasional ... 57
4.6-2 Uji Validitas Audit Atas Persediaan... 57
4.6-3 Uji Validitas Kinerja Non Keuangan ... 58
4.7 Uji Multikolineritas ... 59
4.8 Uji Koefisian Determinasi ... 62
4.9 Uji Statistik F ... 64
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ... 33
3.1 Hubungan Struktural X1, X2 Dan Y ... 42
4.1 Persentase Pengembalian Kuesioner ... 51
4.2 Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52
4.3 Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Usia ... 53
4.4 Persentase Jumlah Responden Berdasarkan PendidikanTerakhir ... 53
4.5 Scatterplot ... 60
4.6 Normal Plot ... 61
4.7 Grafik Histogram ... 62
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya suatu perusahaan menuntut pula perkembangan
di bidang pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan tidak hanya pemeriksaan
keuangan saja tetapi juga pemeriksaan yang menekankan penilaian sistematis
dan objektif serta berorientasi pada tujuan untuk memperoleh keyakinan
tentang keefektifan dan memberikan pendapat atas kewajaran laporan
keuangan yang diperiksa. Pimpinan perusahaan memerlukan audit operasional
yang menyajikan informasi mengenai aktivitas operasional perusahaan dan
tidak terbatas pada informasi keuangan dan akuntansi saja. Suatu organisasi
yang dikendalikan dengan efektif terletak pada sikap manajemen. Manajemen
adalah pihak yang mengelola serta mengendalikan perusahaan.
Audit operasional merupakan evaluasi atas berbagai kegiatan operasional
perusahaan sedangkan sasarannya adalah untuk menilai apakah pelaksanaan
kegiatan operasional telah dilaksanakan secara ekonomis, efektif dan efisien.
Apabila belum dilaksanakan seperti seharusnya, maka auditor akan
memberikan rekomendasi atau saran agar pada masa yang akan datang menjadi
lebih baik, yakni dapat memperbaiki kinerja serta pengendalian intern dan
meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.
Salah satu faktor dilakukannya audit operasional adalah untuk menilai
efektifitas, efisiensi dan keekonomisan dalam operasional dan pengendalian
intern perusahaan. Pengendalian intern berperan untuk melindungi kekayaan
perusahaan dan menjamin kecermatan serta keandalan laporan keuangan.
Pengendalian intern pada perusahaan yang diaudit, besar sekali pengaruhnya
atas kelayakan pelaporan laporan keuangan yang disajikan, sehingga dengan
adanya pengendalian tersebut akan tercipta suatu alat yang cocok untuk
mengorganisir atau menyusun, mengumpulkan dan mengikhtisarkan
keterangan-keterangan yang menyangkut seluruh transaksi perusahaan.
Menurut Pratolo (2007) tentang good corporate governance dan kinerja
BUMN di Indonesia: aspek audit operasional dan pengendalian intern sebagai
variabel eksogen serta tinjauannya pada jenis perusahaan. Hasilnya, pertama,
audit manajemen dan pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap
good corporate governance baik secara parsial maupun simultan. Kedua, audit
manajemen, pengendalian intern dan good corporate governance berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan baik secara parsial maupun simultan. Ketiga,
audit manajemen berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja
perusahaan melalui penerapan prinsip-prinsip good corporate governance, dan
juga pengendalian intern berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja
perusahaan melalui prinsip-prinsip good corporate governance.
Dalam penelitian Iriyadi (2004) tentang evaluasi pemeriksaan operasional
dalam meningkatkan efektifitas pengendalian intern penjualan. Hasilnya
menunjukkan bahwa dengan adanya pemeriksaan operasional, pengendalian
Dalam perusahaan manufaktur persediaan merupakan akun yang sangat
materiil dan mempunyai risiko bawaan yang tinggi, yang menyebabkan
perusahaan memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian intern
siklus produksi dan persediaan untuk mencegah dan mendeteksi salah saji. Hal
ini secara signifikan mengurangi risiko pengendalian keberadaan dan
keterjadian, kelengkapan, penilaian dan pengalokasian yang berkaitan dengan
transaksi dan rekening siklus produksi dan persediaan.
Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatan pemasaran tidak terlepas
akan kebutuhan akan barang-barang dagangan yang menjadi faktor utama
dalam menunjang jalannya aktivitas pemasaran perusahaan. Dengan
terpenuhinya akan barang tepat pada waktunya, maka kegiatan suatu
perusahaan akan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Tanpa adanya persediaan barang dagangan, perusahaan akan
menghadapi risiko dimana pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan
dari para pelanggannya. Oleh sebab itu, audit operasional atas persediaan
barang sangat diperlukan untuk mengurangi risiko terjadinya selisih,
kehilangan, mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan
memastikan bahwa prosedur telah dilakukan dengan baik sehingga kemudian
dapat dibuatlah suatu usulan perbaikan.
Beberapa peneliti diantaranya Hambaly (2002) dalam Setiyawan (2007)
telah melakukan penelitian tentang audit operasional atas pengelolaan
simultan maupun secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan
persediaan.
Hal demikian tidak berbeda jauh dengan yang diutarakan Hakim (2003)
yang meneliti tentang peranan sistem serta prosedur pencatatan persediaan
barang pada perusahaan dalam pelaksanaan pengendalian intern. Hasilnya
menunjukkan bahwa sistem dan prosedur pencatatan persediaan sangat
berpengaruh dalam pelaksanaan pengendalian intern.
Penelitian diatas juga diperkuat dengan hasil penelitian serupa yang
dilakukan oleh Mudricah (2005) tentang sistem akuntansi persediaan bahan
baku pada PT Sinar Lendoh Terang Ambarawa, hasil dari penelitian ini
menyatakan sistem akuntansi persediaan pada perusahaan tersebut sudah cukup
baik. Penelitian ini menunjukkan pentingnya suatu sistem akuntansi
persediaan, khususnya persediaan bahan baku dalam perusahaan manufaktur
Hal serupa pernah diteliti oleh Hendarty tentang audit sistem informasi
persediaan, Hasil yang dicapai dari proses audit berfokus pada kelemahan-
kelemahan yang ada pada sistem dimana kelemahan-kelemahan tersebut
disajikan dalam bentuk matriks risiko dan pengendalian yang terdiri dari
temuan masalah, potensi risiko (Impact dan Likelihood), keandalan
pengendalian yang ada (Design dan Effectiveness).
Peneliti yang lain diantaranya Setiyawan (2007) yang meneliti tentang
pengaruh sistem pengendalian internal, pengelolaan persediaan terhadap audit
operasional. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sistem pengendalian
persediaan berpengaruh terhadap audit operasional, dan dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel sistem pengendalian intern dan pengelolaan
persediaan mampu menjelaskan atau mempengaruhi audit operasional sebesar
65%, sedangkan sisanya dijelaskan variabel lainnya.
Selain itu pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor dimana dapat
dilakukan pengevaluasian. Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi
personel mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang
telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang
diinginkan oleh organisasi.
Pada umumnya pengukuran kinerja organisasi perusahaan hanya
ditekankan pada sudut pandang keuangan, hal ini menghilangkan sudut
pandang lain yaitu pengukuran kinerja non keuangan. Pengukuran kinerja non
keuangan dipercaya bisa digunakan untuk melengkapi figur pengukuran kinerja
keuangan jangka pendek dan sebagai indikator kinerja jangka panjang. Kinerja
non keuangan didesain untuk menilai seberapa baik aktivitas yang berhasil
dicapai dan dipusatkan pada tiga dimensi utama yaitu efisiensi, kualitas dan
waktu.
Melihat fenomena tersebut peneliti dapat menyimpulkan, pertama, audit
operasional merupakan suatu tinjauan terhadap setiap bagian secara prosedur
dan metode organisasi dengan tujuan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan
keekonomisan suatu prosedur atau kegiatan suatu organisasi/perusahaan, selain
itu pengendalian intern merupakan sistem dan prosedur secara otomatis dapat
fungsi lainnya didalam suatu organisasi/perusahaan. Kedua, persediaan
merupakan salah satu unsur umum yang memegang peranan penting dalam
operasi suatu perusahaan, yang secara kontinyu diperoleh atau diproduksi, oleh
karena itu sangat penting dalam, oleh karena itu sangat penting dalam
perlakuan persediaan termasuk dalam pemeriksaan/audit mendalam mengenai
persediaan tersebut. Ketiga, kinerja non keuangan yakni didesain untuk menilai
seberapa baik aktivitas yang berhasil dicapai dan dipusatkan pada tiga dimensi
utama yaitu efisiensi, kualitas dan waktu, termasuk didalamnya mengenai
kinerja manajemen perusahaan itu sendiri.
Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Audit Operasional Terhadap Kinerja Non Keuangan Dengan Audit atas Persediaan Sebagai Variabel Intervening”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara audit operasional terhadap
kinerja non keuangan?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara audit operasional terhadap
kinerja non keuangan melaui audit atas persediaan?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara audit operasional dan
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh audit operasional terhadap kinerja non
keuangan.
b. Untuk mengetahui pengaruh audit operasional dan terhadap kinerja non
keuangan melalui audit atas persediaan.
c. Untuk mengetahui pengaruh audit operasional dan audit atas persediaan
terhadap kinerja non keuangan secara simultan.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan serta
pertimbangan dalam mengevaluasi kebijakan yang berkaitan dengan
audit operasional, audit atas persediaan, pengendalian internal,
pengukuran kinerja ataupun kebijakan- kebijakan lain dalam perusahaan.
b. Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi
baik dari segi perspektif internal maupun eksternal juga berguna sebagai
bahan referensi selanjutnya.
c. Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai wahana
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh diperguruan tinggi serta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Audit
1. Pengertian Audit
Auditing adalah sebuah proses sistematis yang dilakukan oleh
seseorang yang memiliki kompetensi dan independensi, mengenai perolehan
dan penilaian atas bukti secara objektif yang dilakukan dengan
pengumpulan dan penilaian atas bukti-bukti informasi yang dapat
dikuantifikasikan dan terkait dengan suatu entitas suatu ekonomi tertentu,
berkenaan dengan pernyataan mengenai tindakan-tindakan dan kejadian-
kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian
antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta untuk
mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan (Purwono, 2004:18).
Menurut Halim (2003:1), untuk mempelajari auditing, dan profesi
akuntan secara mendalam, perlu kiranya diketahui definisi audit. Definisi
audit yang sangat terkenal adalah definisi yang berasal dari ASOBAC
(A Statement of Basic Auditing Concepts) yang mendefinisikan auditing
sebagai berikut:
Menurut Arens, Elder, Beasley (2004:15):
“Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.
Dari definisi-definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa audit
adalah menyangkut hal-hal sebagai berikut:
a. Informasi-informasi yang dapat diukur dan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan syarat dalam melakukan pemeriksaan adalah informasi yang
terpercaya atau dapat dibuktikan kebenarannya dan kriteria standar yang
dapat digunakan oleh auditor sebagai pedoman dalam mengevalusi
informasi-informasi tersebut.
b. Entitas Ekonomi, ruang lingkup tanggung jawab auditor yang jelas
mengenai penerapan entitas ekonomi dan periode waktu diaudit. Entitas
ekonomi merupakan satuan legal misalnya perseroan terbatas (PT),
lembaga pemerintah, persekutuan komenditer (CV), koperasi,
persekutuan firma (FA) atau perusahaan perseorangan, tetapi dalam
waktu yang diaudit umumnya satu tahun, tetapi ada pula yang satu bulan,
satu kuartal atau beberapa tahun.
c. Pengumpulan dan pengevaluasian bukti, adanya bukti-bukti yang
memadai baik dari segi jumlah maupun dari segi menu sangat diperlukan
untuk menentukan kegiatan audit. Bahan bukti dapat terdiri dari
bermacam bentuk yang berbeda termasuk peringatan lisan dari pihak
yang diaudit (klien). Komunitas dengan pihak ketiga dan hasil
pengamatan auditor.
d. Auditor harus independen dan kompeten, independen berarti bebas dari
pengaruh-pengaruh hingga batas-batas tertentu. Sedangkan kompeten
berarti auditor harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang
cukup agar dapat memahami kriteria-kriteria yang dipergunakan.
e. Pelaporan, Pelaporan hasil audit harus mampu memberikan informasi
mengenai kesesuaian informasi yang diperiksa dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
2. Jenis-jenis Audit
Menurut Boynton, Johnson, Kell (2003 : 490) ada tiga jenis audit, yaitu:
a. Audit laporan keuangan (financial audit)
Audit laporan keuangan merupakan proses yang mencakup
memperoleh dan menilai bukti tentang laporan keuangan suatu entitas
untuk tujuan menyatakan pendapat apakah informasi keuangan disajikan
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dimuat dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). b.
Audit operasional (Performance Audit)
Audit operasional adalah proses mencakup, memperoleh, dan
menilai bukti tentang aktivitas operasi suatu entitas berkenaan dengan
tujuan khusus yang sering berkaitan baik penilaian kinerja maupun
pengambilan keputusan manajemen. Umumnya, pada saat selesainya
audit operasional auditor akan memberikan sejumlah saran kepada para
manajemen untuk memperbaiki operasional perusahaan. Dalam
operasional tujuan yang dilakukan tidak terbatas pada masalah-masalah
akuntansi, tetapi juga meliputi evaluasi terhadap struktur organisasi
pemanfaat komputer, metode produksi, pemasaran, dan bidang-bidang
lain sesuai dengan keahlian auditor.
c. Audit ketaatan (Compliance Audit)
Audit ketaatan merupakan proses yang menilai bukti untuk
menentukan apakah aktivitas keuangan dalam operasi tertentu dari suatu
entitas sesuai dengan kondisi yang ditetapkan dalam peraturan dan
kebijakan. Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah audit
(klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah
ditetapakan pihak yang memiliki otorisasi lebih tinggi. Hasil audit
ketaatan biasanya tidak dilaporkan kepada pihak luar tetapi kepada pihak
paling berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan aturan yang telah
ditetapkan.
B. Audit Operasional
1. Pengertian Audit Operasional
Audit operasional seringkali diartikan sama dengan audit manajemen.
Pengertian sederhana dari audit manajemen adalah investigasi dari suatu
organisasi dalam semua aspek kegiatan manajemen dari yang paling tinggi
sampai dengan ke bawah dan pembuatan laporan audit mengenai
efektifitasnya atau dari segi profitabilitas dan efisiensi kegiatan bisnisnya.
Sedangkan pengertian sederhana audit operasional adalah uraian aktifitas
perusahaan yang sistematis dalam hubungannya dengan tujuan untuk
melihat, mengidentifikasikan peluang perbaikan, atau mengembangkan
rekomendasi untuk perbaikan. Jelas kedua pengertian serupa karena
pemeriksaan manajemen dilakukan saat manajemen beroperasi.
Menurut Agoes (2008:173) mendefinisikan:
“Audit operasional adalah pemeriksaan terhadap kegiatan perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasional yang telah ditentukan manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasional tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis”.
Menurut William P. Leonard dalam Tunggal (2008 : 11):
suatu divisi atau depertemen, dan tujuannya, alat operasinya, dan utilisasi manusia dan fasilitas fisik.
Menurut Taylor dan Perry dalam Tunggal (2008 : 12):
“Audit manajemen adalah metoda untuk menilai efesiensi manajemen pada seluruh tingkat organisasi, atau secara lebih khusus, audit manajemen mencakup penyidikan suatu usaha oleh suatu badan yang independen dari tingkat eksekutif yang paling tinggi kebawah, agar meyakinkan apakah manajemen yang sehat berlaku seluruhnya, dan untuk melaporkan efesiensi atau sebaliknya dengan rekomendasi untuk memastikan efektifitasnya”.
Dari definisi yang diuraikan maka diperoleh beberapa karakteristik
audit operasional yaitu :
a. Audit operasional merupakan suatu proses yang sistematis seperti dalam
audit laporan keuangan, audit operasional mencakup serangakaian
langkah atau prosedur yang terstruktur dan diorganisasi. Aspek ini
mencakup perencanaan yang tepat dan juga mendapatkan dan secara
objektif menilai bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit.
b. Penilaian operasi organisasi yang berdasarkan pada suatu kriteria yang
ditetapkan atau disetujui. Dalam audit operasional, kriteria sering
dinyatakan dalam standar kinerja (performance standars) yang
ditetapkan manajemen. Namun dalam beberapa hal, standar-standar
mungkin ditetapkan industri. Audit operasional mengukur tingkat
hubungan antara kinerja aktual dengan kriteria.
c. Tujuan utama dari audit operasional adalah membantu manajemen dari
organisasi yang diaudit untuk memperbaiki effectiveness, efficiency, dan
memfokus pada masa yang akan dengan prinsip datang, ini berlawanan
langsung dengan audit keuangan yang memepunyai fokus historis.
d. Penerima yang tepat dari laporan audit operasional adalah manajemen
atau individu yang meminta diadakannya audit. Kecuali jika diminta oleh
pihak ketiga, pembagian laporan tetap dalam entitas. Dalam kebanyakan
hal, dewan komisaris atau panitia audit menerima copy laporan audit
operasional.
e. Tidak seperti audit laporan keuangan, suatu audit operasional tidak
berakhir dengan laporan atas temuan. Audit operasional memperluas
dengan memberikan rekomendasi untuk perbaikan. Dalam kenyataannya,
mengembangkan rekomendasi merupakan salah satu aspek yang peling
menantang dalam audit operasional.
2. Jenis- jenis Audit Operasional
Menurut Arens, Elder, Beasley (2004) pada dasarnya audit operasional
teebagi menjadi tiga jenis yaitu: fungsional, organisasi, dan penugasan
khusus. Ketiga jenis audit operasional itu dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Fungsional
Audit fungsional berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebih dalam
suatu organisasi. Ini dapat berhubungan misalnya dengan fungsi
penggajian suatu divisi atau untuk perusahaan secara keseluruhan.
Keunggulan audit fungsional adalah memungkinkan adanya spesialiasasi
oleh auditor, kekurangan audit operasional adalah tidak dievaluasinya
b. Organisasi
Audit operasional tata suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit
organisasi, seperti departemen cabang atau anak perusahaan. Penekanan
dana suatu organisasi adalah seberapa efisien fungsi-fungsi saling
berinteraksi. Cara organisasi dan metode-metode untuk
mengkoordinasikan yang ada sangat penting dalam audit jenis organisasi.
c. Penugasan khusus
Penugasan audit khusus timbul atas permintaan manajemen. Adanya
variasi dalam audit seperti itu, contohnya mencakup penentuan penyebab
tidak efektifnya sistem pengelolaan data elektronik (PDE), penyelidikan
kemungkinan kecurangan dalam suatu divisi, dan membuat rekomendasi
untuk mengurangi biaya produksi suatu barang.
3. Tahapan Audit Operasional
Tahapan dasar dalam melaksanakan audit operasional menurut
Bayangkara (2008), yaitu:
a. Audit Pendahuluan
Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar
belakang terhadap objek yang diaudit. Disamping itu, pada tahapan ini
juga dilakukan penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan, dan
kebijakan berkaitan dengan aktivitas yang diaudit, serta menganalisis
berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mengindikasikan hal-hal
Dalam audit ini auditor dapat menentukan beberapa tujuan audit
sementara (tentative audit objective).
b. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen
Pada tahapan ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap
pengendalian manajemen objek audit, dengan tujuan untuk menilai
efektifitas pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian
tujuan perusahaan. Hasil pengujian pengendalian manajemen ini dapat
mendukung tujuan audit sementara menjadi tujuan audit yang
sesungguhnya (definitive audit objective), atau mungkin ada beberapa
tujuan audit sementara yang gugur, karena tidak cukup bukti untuk
mendukung tujuan audit tersebut.
c. Audit Terinci
Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup
dan kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditentukan. Pada
tahap ini dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan
antara satu temuan dengan temua yang lain dalam menguji permasalahan
yang berkaitan dengan tujuan audit. Temuan yang cukup, relevan, dan
kompeten dalam tahap ini disajikan dalam suatu kertas kerja audit (KKA)
untuk mendukung kesimpulan audit yang dibuat dan rekomendasi yang
diberikan.
d. Pelaporan
Tahapan ini bertujuan mengkomunikasikan hasil audit termasuk
Rekomendasi harus disajikan dalam bahasa operasional dan mudah
dimengerti serta menarik untuk ditindaklanjuti.
e. Tindak Lanjut
Sebagai tahap akhir dari audit operasional, tindak lanjut bertujuan
untuk mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan
tindak lanjut (perbaikan) sesuai dengan rekomendasi yang diberikan.
Menurut Setiyawan (2007), dimensi atau sub variabel dalam audit
operasional adalah sebagai berikut:
a. Operasi Manajemen
Operasi manajemen merupakan pendekatan untuk memantau risiko
bisnis yang dihadapi perusahaan dan penekanan pada pencapaian
anggaran dan laba perusahaan. Manajemen Operasi bertanggung jawab
untuk menghasilkan barang atau jasa dalam organisasi. Manajer operasi
mengambil keputusan yang berkenaan dengan suatu fungsi operasi dan
sistem transformasi yang digunakan. Manajemen operasi merupakan
kajian pengambilan keputusan dari suatu fungsi operasi.
b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah adanya rangkaian yang menyeluruh untuk
perencanaan,koordinasi, dan pengendalian operasi. Dalam hal ini auditor
hendaknya mamahami struktur organisasi perusahaan berkaitan tata suatu
organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi, seperti departemen
organisasi. Penekanan dana suatu organisasi adalah seberapa efisien
fungsi-fungsi saling berinteraksi
c. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan keberhasilan pengendalian dalam
perusahaan tercapai jika pertanggunjawaban secara jelas ditetapkan dan
dikomunikasikan pada seluruh bagian organisasi. Pada masing-masing
bagian suatu organisasi mempunyai tanggung jawab masing-masing
berkaitan dengan bidang yang dilakukan baik dalam tanggung jawab
pelaporan maupun pengawasan aktivitas operasional.
d. Kinerja
Performance atau kinerja merupakan suatu pola tindakan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang diukur dengan mendasarkan
pada suatu perbandingan dengan berbagai standar. Kinerja adalah
pencapaian suatu tujuan dari suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu
untuk mencapai tujuan perusahaan yang diukur dengan standar.
Penilaian kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui efektivitas
operasional perusahaan.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah pemeriksaan setiap akhir kerja untuk
mengintrospeksi struktur perusahaan. Evaluasi dilakukan dengan cara
memeriksa laporan keuangan secara berkala, serta mengevaluasi kinerja
4. Tujuan Audit Operasional
Beberapa tujuan audit operasional adalah sebagai berikut:
a. Objek dari audit operasional adalah mengunkapkan kekurangan dan
ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor operasional
hadan untuk menunjukkan perbaikan apa yang mungkin untuk
memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan.
b. Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling
efisien.
c. Untuk mengusulkan kepada manajemen, cara-cara dan alat-alat untuk
mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang
pengetahuan mengenai pengelolaan yang efisien.
Menurut Lindberg dan Calin dalam Tunggal (2008 : 40), beberapa
alasan tentan diadakannya audit operasional adalah:
a. Manajemen puncak ingin mendapatkan kepastian tentang keefektifan
unit, fungsi, atau perusahaan walaupun semua tampak dalam keadaan
baik, seperti halnya para pemimpin menjalani “medical checkups” secara
rutin.
b. Audit operasional dilakukan karena ditemukan atau dirasakan adanya
masalah.
c. Pihak luar (kreditor) ingin mndapat kepastian bahwa dana yang diberikan
digunakan dengan baik dan sesuai dengan persyaratan yang telah
d. Badan pemerintah yang mengelola peraturan laporan audit operasional
sebagai masukan atau dasar tambahan untuk menilai prestasi operasi dan
posisi keuangan dari suatu lembaga.
C. Audit Atas Persediaan 1. Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan suatu unsur umum yang memegang peranan
penting dalam operasi perusahaan,yang secara kontinyu diperoleh atau
diproduksi dan dijual mempunyai efek langsung terhadap laba perusahaan.
Oleh karena itu para pemimpin perusahaan baik perusahaan dagang
maupun industri selalu berusaha untuk mengelola persediaannya sebaik
mungkin. Para ahli mendefinisikan persediaan bermacam-macam sebagai
berikut:
Hendriksen (2001:570) menyatakan bahwa:
“Persediaan meliputi barang perdagangan yang dimaksudkan untuk dijual dalam kondisi usaha normal dan bahan baku serta dalam pembantu yang digunakan dalam proses produksi untuk dijual”.
Menurut PSAK No. 14 tahun 2007 persediaan adalah aktiva:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan;
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplier) untuk digunakan dalam
Pengertian persediaan menurut Kieso, Weygand, Warfield (2007 : 444),
menyatakan bahwa:
“Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”.
Dari beberapa pengertian persediaan diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa persediaan adalah aktiva milik perusahaan yang akan
dijual dalam kegiatan normal perusahaan, persediaan juga sangat
berpengaruh besar di dalam laporan laba- rugi didalam suatu perusahaan.
2. Jenis-jenis Persediaan
Penggolongan persediaan dapat dibagi sebagai berikut:
a. Persediaan bahan baku (raw material stock)
Bahan baku merupakan barang-barang yang diperoleh untuk
digunakan dalam proses produksi, beberapa bahan baku diperoleh secara
langsung dari sumber-sumber alam.
b. Persediaan barang dalam proses (good in process)
Barang dalam proses sering dinamakan barang setengah jadi yang
berarti bahan baku yang telah dimasukkan dalam proses produksi tetapi
belum selesai diolah menjadi barang jadi, ini berarti diperlukan
pengelolaan lebih lanjut untuk dijual kemudian untuk dijual kemudian
sebagai barang jadi.
c. Persediaan barang jadi (finished good)
Barang jadi merupakan produk yang telah selesai diproduksi dan
d. Persediaan bagian produk (purchased stock /component stock)
Yaitu persediaan barang yang terdiri bagian produk yang diterima
perusahaan lain, tanpa melalui proses sebelumnya.
e. Persediaan bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan
Yaitu bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi tetapi tidak
secara langsung mengambil bagian dalam barang jadi, atau jumlah
pemakaiannya pada proses produksi tidak begitu beda.
3. Metode Pencatatan Persediaan
Menurut Kieso, Weygand, Warfield (2007 : 446), metode pencatatan
persediaan ada dua, yaitu:
a. Metode fisik (physical inventory method)
Pada metode ini, jumlah persediaan yang ada tidak dapat diketahui
setiap saat. Jika penjelasan ingin mengetahui jumlah persediaan yang
masih ada, terpaksa harus dilakukan perhitungan fisik ditempat
penyimpanan/gudang.umumnya, perhitungan fisik persediaan secara
lengkap hanya mungkin diadakan pada tahun fiskal. Perhitungan ini
penting dilaksanakan karena untuk memperoleh pengendalian intern yang
baik, apakah saldo persediaan akhir itu sesuai dengan keadaan
sebenarnya, sebab mungkin barang itu ada yang hilang, dicuri, ataupun
diselewengkan.
b. Metode perpetual
Yaitu metode pencatatan persediaan yang selalu mengikuti setiap
menggunakan metode ini maka setiap pesediaan dicatat secara terperinci
pada kartu persediaan atau pada kartu stock yang dibuat untuk setiap
jenis persediaan yang ada. Oleh karena itu jumlah fisik dan nilai
persediaan dapat diketahui setiap saat dari pencatatan persediaan yang
diselenggarakan tanpa harus melakukan perhitungan fisik, tetapi tetap
perlu dilakukan minimal setahun sekali. Bila dilihat dari segi
pengendalian intern, maka metode perpetual lebih baik, karena setiap saat
persediaan diikuti ada kemungkinan secara berkala dilakukan pencatatan
antara saldo gudang dengan saldo menurut buku, bila terdapat selisih
maka dapat dilakukan tindakan secepatnya.
4. Metode Penilaian Persediaan
Menurut Kieso, Weygand, Warfield (2007 : 456), ada empat metode
penilaian persediaan, yaitu:
a. Metode identifikasi khusus (Spectif Identification)
Metode ini memerlukan pengidentifikasian biaya historis dari
masing-masing unit persediaan sampai saat penggunaan dengan metode
identifikasi khusus. Arus biaya yang selalu dibandingkan dengan arus
biaya barang. Metode identifikasi khusus merupakan suatu pendekatan
yang sangat objektif untuk membandingkan biaya historis dengan
pendapatan. Biasanya prosedur identifikasi khusus menggunakan bantuan
sistem akuntansi yang terkomputerisasi dan peralatan yang mampu
membaca laba persediaan. Tetapi prosedur ini biasanya terlalu mahal dan
b. Metode FIFO (First In First Out)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa pembebanan biaya dalam
perhitungan harga pokok persediaan adalah harga perolehan barang yang
terlebih dahulu masuk. Secara umum dapat dikatakan bahwa barang yang
pertama kali masuk akan dikeluarkan terlebih dahulu sebagai nilai
perolehan barang, yang terakhir masuk akan menjadi nilai persediaan
akhir.
c. Metode LIFO (Last In First Out)
Metode ini didasarkan pada asumsi pembebanan biaya dalam
perhitungan harga pokok penjualan adalah harga perolehan barang yang
terakhir diperoleh. Dengan demikian nilai persediaan akhir, merupakan
nilai akhir dari saldo awal ditambah pembelian pada awal periode,
metode ini akan mencerminkan harga operasional yang lebih wajar
karena menilai persediaan pada periode-periode berjalan mencerminkan
nilai pembelian terakhir sehingga telah mencerminkan keadaan
sebenarnya.
d. Metode harga pokok rata-rata (Average Cost Method)
Metode ini akan selalu menghitung kembali nilai rata-rata dari
persediaan setiap kali ada pembelian. Harga rata-rata persediaan dihitung
5. Prosedur Audit Atas Persediaan
Prosedur mengenai audit siklus persediaan dan pergudangan adalah
sebagai berikut: (Arens, Elder, Beasley 2006 : 305)
a. Prosedur Inisial
Prosedur meliputi penentuan bahwa skedul persediaan sesuai
dengan saldo yang ada di dalam buku besar. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menyelidiki jurnal persediaan atau dengan penyesuaian
catatan perpectual dengan skedul persediaan.
b. Prosedur Analisis
Prosedur analisis rasio yang diperoleh kemudian dibandingkan
dengan rasio sebelumnya, anggaran, dan data persediaan rata-rata, yakni
membandingkan persediaan dan penjualan, selain itu juga melihat
hubungan persediaan, produksi, dan penjualan.
c. Detil Transaksi
Detail transaksi merupakan prosedur untuk menelusuri dan mengusut
data-data persediaan untuk mendapatkan bukti-bukti mengenai
pemrosesan transaksi. Dalam melakukan detil transaksi dapat dilakukan
dengan cara memeriksa penyelesaian produksi dan penjualan serta
pergerakan barang dan produksi.
d. Perhitungan Fisik
Perhitungan fisik merupakan prosedur untuk memperoleh keyakinan
mengenai efektifitas perhitungan persediaan, dan mengukur reliabilitas
Perhitungan fisik dapat dilakukan melalui perhitungan kecukupan
persediaan atau meneliti pergerakan produksi.
e. Keakuratan Persediaan
Keakuratan persediaan merupakan perhitungan kembali keseluruhan
item yang ada didalam daftar persediaan dan memverifikasi
keakuratannya. Hal ini dilakukan dengan cara penghitungan kartu
persediaan dan mangusut perhitungan persediaan.
D. Kinerja Non Keuangan 1. Pengertian Kinerja
Performance atau kinerja merupakan suatu pola tindakan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang diukur dengan mendasarkan pada
suatu perbandingan dengan berbagai standar. Kinerja adalah pencapaian
suatu tujuan dari suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu untuk mencapai
tujuan perusahaan yang diukur dengan standar. Penilaian kinerja
perusahaan bertujuan untuk mengetahui efektivitas operasional perusahaan.
Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan ukuran keuangan dan
non keuangan. Ukuran keuangan untuk mengetahui hasil tindakan yang
telah dilakukan dimasa lalu dan ukuran keuangan tersebut dilengkapi
dengan ukuran non keuangan tentang kepuasan customer, produktivitas dan
cost effectiveness proses bisnis/intern serta produktivitas dan komitmen
personel yang akan menentukan kinerja keuangan masa yang akan datang.
diluar non keuangan. Peningkatan financial returns yang ditunjukkan
dengan ukuran ROE merupakan akibat dari berbagai kinerja operasional
seperti: (1) meningkatnya kepercayaan customer terhadap produk yang
dihasilkan perusahaan, (2) meningkatnya produktivitas dan cost
effectiveness proses bisnis/intern yang digunakan oleh perusahaan untuk
menghasilkan produk dan jasa, (3) meningkatnya produktivitas dan
komitment personel. Jadi jika manejemen puncak berkehendak untuk
melipatgandakan kinerja keuangan perusahaannya, maka fokus perhatian
seharusnya ditujukan untuk memotivasi personel dalam melipatgandakan
kinerja di perspektif non keuangan atau operasional, karena disitulah
terdapat pemacu sesungguhnya (the real drivers) kinerja keuangan
berjangka panjang.
2. Balance Scorecard
Dalam pengukuran kinerja menggunakan empat perspektif balance
scorecard , yaitu:
a. Perspektif Keuangan
Balance scorecard tetap menggunakan perspektif keuangan karena
ukuran keuangan sangat penting bagi perusahaan. Ukuran keuangan
memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi dan
pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan
laba perusahaan. Pada saat perusahaan melakukan pengukuran secara
financial, maka hal pertama yang dilakukan adalah mendeteksi
growth, sustain, atau harvest. Ketiga tahapan tersebut mempunyai
konsekuensi yang berbeda terhadap ukuran penelitian. Dalam perspektif
financial, scorecard memungkinkan para eksekutif senior setiap unit
bisnis untuk menetapkan bukan hanya ukuran yang mengevaluasi
keberhasilan jangka panjang perusahaan, tetapi juga berbagai variabel
yang dianggap paling penting untuk menciptakan dan mendorong
tercapainya tujuan jangka panjang.
b. Perspektif Pelanggan
Perusahaan melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar
yang akan dimasuki. Segmen pasar merupakan sumber yang akan
menjadi komponen penghasilan tujuan financial perusahan. Perspektif
pelanggan memungkinkan perusahaan menyelaraskan berbagai ukuran
pelanggan penting-kepuasan, loyalitas, retensi, akuisisi, dan probabilitas
dengan pelanggan dan segmen pasar sasaran. Para manager juga harus
mengenali apa yang dinilai tinggi oleh para segmen sasaran dan memilih
proposisi nilai apa yang akan diberikan. Mereka kemudian dapat memilih
tujuan dan ukuran dari tiga kelompok atribut, yang jika memuaskan
memungkinkan perusahaan mempertahankan dan memperluas bisnis
dengan pelanggan sasaran. Ketiga atribut itu adalah: atribut produk dan
jasa, hubungan pelanggan serta citra dan reputasi.
c. Perspektif Proses Bisnis Internal
Pada perspektif proses bisnis internal dalam balanced scorecard,
diunggulkan perusahaan. Dalam perspektif ini memungkinkan manajer
untuk mengetahui seberapa baik bisnis berjalan dan apakah produk atau
jasa sudah sesuai dengan spesifikasi pelanggan.
Dalam pendekatan Balanced Scorecard pengukuran perspektif
proses bisnis internal dalam sebuah organisasi secara umum dapat dibagi
menjadi tiga tahap (Kaplan dan Norton 2000:83), yaitu:
1) Proses Inovasi
Dalam proses inovasi, unit bisnis meneliti kebutuhan pelanggan yang
sedang berkembang atau yang masih tersembunyi, kemudian
menciptakan produk atau jasa yang akan memenuhi kebutuhan
tersebut. Proses inovasi dibagi menjadi dua bagian yaitu
mengidentifikasi kebutuhan pasar dan menciptakan produk atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan pasar.
2) Proses Operasi
Proses operasi perusahaan menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan dimulai dari diterimanya pesanan pelanggan dan diakhiri
dengan penyampaian produk atau jasa kepada pelanggan.
3) Proses Pelayanan Purna Jual
Proses ini merupakan jasa pelayanan kepada pelanggan setelah
penjualan produk atau jasa tersebut dilakukan. Layanan purna jual
mencakup garansi dan berbagai aktivitas perbaikan, penggantian
produk yang rusak dan yang dikembalikan serta pemrosesan
d. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor
sumber daya manusia, sistem, dan prosedur organisasi yang berperan
dalam pertumbuhan jangka panjang. Kaplan dan Norton (2000:110)
dalam menyebutkan bahwa ada tiga kategori dalam perspektif ini, yaitu:
1) Kapabilitas pekerja
Salah satu perubahan yang paling dramatis dalam pemikiran
manajemen selama 15 tahun terakhir adalah pergeseran peran para
pekerja perusahaan. Saat ini pekerja dituntut untuk lebih kritis dan
melakukan evaluasi terhadap proses dan lingkungan, dan memberikan
usulan perbaikan bagi perusahaan di masa depan.
2) Kapabilitas sistem informasi
Motivasi dan keahlian pekerja saja tidak cukup dalam menunjang
pencapaian tujuan proses bisnis internal, tanpa adanya informasi yang
tepat waktu, cepat dan akurat sebagai umpan balik. Dengan
kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan seluruh
tingkatan manajemen dan pekerja atas informasi yang akurat dan tepat
waktu dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.
3) Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan
Pegawai yang memiliki informasi yang berlimpah tidak akan
memberikan kontribusi pada keberhasilan usaha, apabila mereka tidak
perusahaan atau tidak diberi kebebasan dalam pengambilan keputusan
atau bertindak.
Dan dalam kinerja non keuangan ini penulis menggunakan dua
perspektif yakni perspektif proses bisnis internal dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh Agus Setiyawan (2007)
dengan judul “ Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Pengelolaan Persediaan
tehadap Audit Operasional”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sistem
pengendalian internal tidak berpengaruh signifikan terhadap audit operasional,
sedangkan pengelolaan persediaan berpengaruh signifikan terhadap audit
operasional, dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sistem
pengendalian intern dan pengelolaan persediaan mampu menjelaskan atau
mempengaruhi audit operasional sebesar 65%, sedangkan sisanya dijelaskan
variabel lainnya.
Beberapa peneliti sebelumya diantaranya Hambaly (2002) dalam
Setiyawan (2007) telah melakukan penelitian tentang audit operasional atas
pengelolaan persediaan. Hasilnya menunjukkan bahwa audit operasional baik
secara simultan maupun secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
pengelolaan persediaan.
Peneliti yang lain diantaranya Soetjipto (2001) dalam Setiyawan (2007)
manajemen dalam rangka peningkatan ketaatan pada peraturan kehematan,
efisiensi, dan keefektifan kinerja manajemen. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa audit operasional berpengaruh signifikan, baik secara simultan maupun
parsial terhadap sistem pengendalian manajemen dalam rangka peningkatan
ketaatan pada peraturan kehematan, efisiensi, dan kefektifan kinerja
manajemen.
Hal demikian tidak berbeda jauh dengan yang diutarakan Hakim (2003)
yang meneliti tentang peranan sistem serta prosedur pencatatan persediaan
barang pada perusahaan dalam pelaksanaan pengendalian intern. Hasilnya
menunjukkan bahwa sistem dan prosedur pencatatan persediaan sangat
berpengaruh dalam pelaksanaan pengendalian intern.
Dalam penelitian Iriyadi (2004) tentang evaluasi pemeriksaan operasional
dalam meningkatkat efektifitas pengendalian intern penjualan. Hasilnya
menunjukkan bahwa dengan adanya pemeriksaan operasional, pengendalian
intern penjualan dapat berjalan secara efektif.
Hal serupa pernah diteliti oleh Hendarty tentang audit sistem informasi
persediaan, Hasil yang dicapai dari proses audit berfokus pada kelemahan-
kelemahan yang ada pada sistem dimana kelemahan-kelemahan tersebut
disajikan dalam bentuk matriks risiko dan pengendalian yang terdiri dari
temuan masalah, potensi risiko (Impact dan Likelihood), keandalan
pengendalian yang ada (Design dan Effectiveness).
Hal itu didukung pula dalam penelitian Pratolo (2007) tentang good
operasional dan pengendalian intern sebagai variabel eksogen serta tinjauannya
pada jenis perusahaan. Hasilnya menyatakan bahwa pengujian korelasi antara
variabel audit operasional dan pengendalian intern menunjukkan bahwa kedua
variabel tersebut berkorelasi secara signifikan.
F. Kerangka Penelitian
Berdasarkan kerangka teori diatas, maka kerangka pemikiran yang
akan diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Variabel intervening
Variabel Independen Variabel Dependen
Audit atas Persediaan
Audit Operasional Kinerja Non
Keuangan
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas agar sesuai dengan tujuan
penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka hipotesis yang diuji
adalah sebagai berikut:
Ha1: Terdapat pengaruh audit operasional terhadap kinerja non
keuangan.
Ha2: Terdapat pengaruh audit operasional terhadap kinerja non
keuangan melalui audit atas persediaan.
Ha3: Terdapat pengaruh secara simultan audit operasional dan audit
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang
menjelaskan hubungan variabel independen yaitu, audit operasional terhadap
variabel dependennya yaitu kinerja non keuangan melalui variabel
intervening yaitu, audit atas persediaan. Tempat melakukan penelitian ini
dilaksanakan pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Tangerang.
C. Metode Penentuan Sampel
Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel ini adalah Purposive
Sampling atau Judgement Sampling, yakni teknik yang dilakukan
berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau
pertimbangan dari peneliti. Dengan kata lain, asal saja calon responden
tersebut sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan, siapapun
responden yang bersangkutan, dimana dan kapan saja ditemui dapat dijadikan
sebagai elemen-elemen sampel penelitian (Hamid, 2005).
Berdasarkan kriteria tersebut, responden yang diteliti adalah para pejabat
yang menjabat keahlian masing-masing dan juga pegawai yang memegang
D. Metode Pengambilan Data
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli
(tidak melalui media perantara) yang dikumpulkan secara khusus oleh peneliti
untuk menjawab pertanyaan penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2006:147).
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Tangerang.
Metode yang mendukung dalam pengumpulan data guna melengkapi
penelitian ini digunakan serangkaian kegiatan sebagai berikut:
1. Observasi
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara langsung terhadap objek penelitian.
2. Wawancara
Yaitu suatu cara pengumpulan dan melalui tanya jawab dengan pihak-
pihak tertentu yang berhubungan dengan penelitian.
3. Kuisioner
Dalam penelitian ini penulis mengajukan pernyataan secara tertulis
maupun secara lisan.
Untuk memperoleh dan konsep yang akurat, sehingga dapat memecahkan
masalah penulis mengadakan penelitian kepustakaan dengan membaca dan
mengumpulkan buku-buku, artikel, jurnal-jurnal, surat kabar, majalah serta
bacaan lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
E. Teknik Analisa Data 1. Statistik Diskriptif
Statistik diskriptif digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi
mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi
responden. Statistic deskripti. Memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)
(Imam Ghozali, 2005).
2. Uji Kualitas Data
Metode analisis data yang digunakan di penelitian ini adalah metode
analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS
versi 17.0. Analisis ini bertujuan untuk menentukan pengaruh antara
variabel audit operasional (X1) terhadap variabel kinerja non keuangan (Y)
dengan variabel audit atas persediaan (X2),.
Reliabilitas berkaitan dengan keterandalan suatu indikator. Informasi
yang ada pada indikator ini tidak berubah-ubah, atau biasa disebut
dengan konsisten. Uji reabilitas dilakukan untuk menguji apakah
jawaban dari responden konsisten atau stabil. Suatu angket dikatakan
reliable (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. SPSS memberikan fasilitas
untuk mengukur reliabilitas dengan uji Cronbach Alpha ( ). Suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai
Cronbach Alpha >0,6 (Ghozali, 2005).
b. Uji Validitas
Validitas adalah untuk melihat kecermatan alat ukur yaitu mengukur
apa yang akan diukur. Dalam penelitian ini, suatu kuesioner dinyatakan
valid, jika pertanyaan maupun pernyataan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
Person Correlation yang terdapat dalam program SPSS 17.0. Suatu
pertanyaan dikatakan valid jika tingkat signifikasinya dibawah 0,05.
3. Uji Asumsi Klasik
Adapun pengujian yang dilakukan sebagai berikut:
a. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model
terjadi maka terdapat problem multikolinieritas (multiko). Model
regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi diantara variabel
independen. Deteksi adanya multikolinieritas dengan perhitungan
besaran Variance Inflation faktor (VIF) dan Tolerance (Tol). Dimana
model regersi yang bebas multiko adalah mempunyai nilai VIF
disekitar angka 1 dan mempunyai angka Tolerance mendekati 1.
Persamaan regresi yang bebas multiko juga ditujukan dengan koefisien
korelasi antara variabel independen haruslah lemah atau dibawah 0,5
(Santoso, 2002:2003).
b. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas menunjukkan bahwa variasi variabel tidak sama
untuk semua pengamatan pada heterokedastisitas kesalahan yang terjadi
tidak random, tetapi menunjukan hubungan yang sistematis sesuai
dengan besarnya satu atau lebih variabel. Heterokedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variasi dari residual dan satu pengamatan kepengamatan lainnya. Jika
varian dari residual dan satu pengamatan kepengamatan lainnya tetap
maka homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.
Model regresi yang baik yang homokedastisitas dan tidak terjadi
heterokedastisitas. Untuk mengetahui ada atau tidaknya