HUBUNGAN MEDIA SOSIAL DAN TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA SMA NEGERI 1 BANDAR
KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014
SKRIPSI
Oleh : DEWI SARAH
(101000154)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN MEDIA SOSIAL DAN TEMAN SEBAYA
DENGANPERILAKU SEKS BEBASPADA SISWA SMA NEGERI 1 BANDAR KABUPATENSIMALUNGUN
TAHUN 2014
SKRIPSI
DiajukanSebagai Salah SatuSyarat UntukMemperolehGelar SarjanaKesehatanMasyarakat
Oleh :
DEWI SARAH (101000154)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Perilaku seks bebas yang remaja lakukan memang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan terutama pengaruh dari media sosial dan teman-teman sebayanya. Hal tersebut dikarenakan remaja lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk bersama dengan teman teman sebayanya dibanding dengan keluarga ditambah lagi dengan pesatnya perkembangan era globalisasi yang membawa remaja pada fenomena maraknya penggunaan media sosial.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Bandar yang berjumlah 1098 siswa dengan sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 responden. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner sebagai panduan.
Data hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan Uji Chi Square dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian penggunaan media sosial berada dalam kategori lemah (82.2%) dan ada hubungan signifikan penggunaan media sosial dengan perilaku seks bebas dengan nilai p sebesar 0.043 (p<0.05). Konformitas teman sebaya sebagian besar berada dalam kategori kuat (64.4%) dan ada hubungan signifikan konformitas dengan perilaku seks bebas dengan nilai p sebesar 0.001 (p<0.05). Sebagian besar adaptasi teman sebaya berada dalam kategori lemah (71.1%) dan tidak terdapat hubungan signifikan antara adaptasi teman sebaya dengan perilaku seks bebas dengan nilai p sebesar 0.328 (p>0.05).
Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada pihak sekolah SMA Negeri 1 Bandar hendaknya dapat melakukan kerjasama dengan pihak terkait untuk dapat memberikan penyuluhan tentang pendidikan seksual kepada siswa dan siswinya, serta diharapakan peran aktif orang tua siswa dan siswi untuk meningkatkan pengawasan dalam penggunaan media sosial dan teman sebaya anak-anaknya untuk meminimalisir bahaya perilaku seks bebas.
ABSTRACT
Adolescence free sex cannot be separated from environmental influences especially the influence of social media and the peer group. That is because teenagers spend more of their time to be together with their peer group compared with the family, the era of globalization also brings teenagers on the use of social media phenomenon.
This reseach is descriptive analytic based on cross sectional design. Population in this study were all students of SMA Negeri 1 Bandar that amounting to 1098 students with the number of sample in this study were 90 respondents. The sample technique using purposive sampling. The data was collected by interviews using questionnaire as a guide.
The research results data were analysed using Chi Square test with the results showed that the use of social media mostly located in the weak category (82.2%) and there is significant relations between the use of social media with free sex behaviour with p value 0.043 (p<0.05). Peer group conformity mostly located in the strong category (64.4%) and there is significant relations between conformity with free sex behaviour with p value 0.001 (p<0.05). Most of peer group adaptation located in the weak category (71.1%) and there is not significant relations between peer group relationship with free sex behaviour with p value 0.328 (p>0.05).
Based on the results of this research, SMA Negeri 1 Bandar are expected to make a collaboration with the related parties to make counseling on sex education for the students, and parents are expected can play an active role to monitoring their children in the use of social media dan their peer group to minimize the dangers of free sex.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dewi Sarah
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 02 Agustus 1992
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Nama Orang Tua
Ayah : Drs. Kasim
Ibu : Wardiah Lubis (Alm.)
Jumlah Anggota Keluarga : 3 (tiga) orang
Alamat Rumah : Jl. Amal No. 5 Perdagangan, Kec. Bandar,
Kab. Simalungun
Riwayat Pendidikan
Tahun 1996-1998 : TK. ABA (Aisyiyah Bustanul Athfal) Perdagangan
Tahun 1998-2004 : SD Negeri No. 091618 Perdagangan
Tahun 2004-2007 : SMP Negeri 1 Bandar
Tahun 2007-2010 : SMA Negeri 1 Bandar
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Media Sosial dan Teman Sebaya dengan Perilaku Seks Bebas pada Siswa SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun Tahun 2014”.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat
kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi. MKM dan Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku dosen pembimbing yang telah meluahkan waktu dan pemikirannya dengan keikhlasan untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Eddy Syahrial dan Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi
kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Rommel, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bandar dan seluruh staf pegawai SMA Negeri 1 Bandar.
6. Yang terbaik dan teristimewa untuk Ayahanda Drs. Kasim dan Ibunda Wardiah Lubis (Alm) untuk cinta kasih, do’a, dukungan dan kepercayaannya kepada penulis. Dan Ibunda Ema Janiar Kirana yang senantiasa mendoakan, mendukung dan mengingatkan penulis.
7. Bapak Warsito selaku staf administrasi Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
8. Untuk sahabat-sahabatku (Zeri Winda Ayu, Fanry Maulana, Dina Mustika, Imam Khusnan Syafii, Cut Tatiana Rosa dan Anggi Mutiah Sakdiyah) terima kasih untuk semua bantuan dan motivasinya.
9. Untuk saudari-saudariku (Aina Krizelle Santos, Nur Ardila, Nuzulia Rahayu, Febe Liana, Julia Betty dan Resham Masood) yang selalu mendukung dan membuat hari-hari penulis lebih berwarna.
10. Teman-teman peminatan PKIP 2010 (Bernike Sofia, Effi Janiarti, Lidya
Situmorang, Asnija Sinambela, dan Siti Kurniawati) terima kasih banyak untuk semangat yang kalian berikan.
12. Untuk semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan, kerja
sama dan do’anya.
Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunianya kepada
kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Desember 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7
1.4 Hipotesis ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Remaja ... 9
2.1.1 Pengertian Remaja ... 9
2.1.2 Ciri-ciri Masa Remaja ... 10
2.1.3 Tahap Perkembangan Remaja ... 11
2.1.4 Perkembangan Fisik ... 12
2.2 Perilaku Seks Bebas ... 14
2.2.1 Pengertian Perilaku ... 14
2.2.2 Perilaku Seks Bebas pada Remaja ... 16
2.2.3 Perkembangan Perilaku Seks Bebas Remaja ... 17
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas ... 18
2.3 Media Sosial ... 21
2.3.1 Defenisi ... 21
2.3.2 Karakteristik Media Sosial ... 23
2.4 Teman Sebaya ... 25
2.4.1 Defenisi ... 25
2.4.2 Karakteristik Teman Sebaya ... 27
2.4.3 Konformitas ... 29
2.4.5 Adaptasi... 30
2.5 Kerangka Konsep ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 34
3.2 Lokasi dan waktu penelitian ... 34
3.2.2 Waktu Penelitian... 34
3.3 Populasi dan Sampel ... 34
3.3.1 Populasi ... 34
3.3.2 Sampel ... 35
3.4 Metode Pengumpulan Data... 36
3.4.1 Data Primer... 36
3.4.2 Data Sekunder ... 36
3.5 Uji Validitas dan Reabilitas ... 36
3.6 Instrumen Penelitian ... 37
3.7 Defenisi Operasional ... 37
3.8 Metode Pengukuran... 38
3.8.1 Variabel Independen ... 38
3.8.2 Variabel Dependen ... 39
3.9 Metode Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41
4.2 Analisis Univariat... 42
4.2.1 Distribusi Karakteristik Identitas Responden ... 42
4.2.2 Media Sosial ... 43
4.2.3 Konformitas ... 48
4.2.4 Adaptasi... 53
4.2.5 Perilaku Seks Bebas ... 58
4.3 Analisis Bivariat ... 63
4.3.1 Hubungan Media Sosial dan Teman Sebaya (Konformitas & Adaptasi) dengan Perilaku Seks Bebas ... 63
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Identitas Responden ... 65
5.2 Penggunaan Media Sosial ... 66
5.3 Konformitas (Tekanan Teman Sebaya) ... 68
5.4 Adaptasi Teman Sebaya ... 70
5.5 Perilaku Seks Bebas ... 72
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 78
6.2 Saran ... 79
LAMPIRAN :
Lampiran 1 : Surat Keterangan Telah Selesai Pengumpulan Data Lampiran 2 : Kuesioner
Lampiran 3 : Master Data
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Data Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Bandar Per Oktober 2014 ... 40
Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Indentitas Responden Berdasarkan Umur, Jenis
Kelamin, Tinggal dengan, dan Uang Saku Per Minggu ... 41
Tabel 4.3. Distribusi Jawaban Responden tentang Penggunaan Media Sosial ... 42
Tabel 4.4. Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Anda sering mengakses media sosial”... 43
Tabel 4.5 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Anda mem-follow situs informasi seks di media sosial” 44 Tabel 4.6 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Anda menerima informasi seksual dari media sosial”.... 44
Tabel 4.7 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Anda dan teman sering berbagi dan menyebarluaskan
informasi seksual di media sosial”... ... 45
Tabel 4.8 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Informasi seksual tersebut membuat Anda terangsang”... 45
Tabel 4.9 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Informasi seksual tersebut mempengaruhi tindakan seksual
Anda”... ... 46
Tabel 4.10 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Anda dan pacar pernah melakukan chat sex (percakapan
Tabel 4.11 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Anda dan pacar pernah mengaplikasikan informasi seksual
yang anda peroleh di media sosial”... 47
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Media Sosial... 47
Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Responden tentang Konformitas... 48
Tabel 4.14 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Teman-teman mengejek Anda karena Anda belum pernah
melakukan hubungan seks”... 49
Tabel 4.15 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Anda dan pacar Anda melakukan mastrubasi jika
terangsang”... 49
Tabel 4.16 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Teman-teman Anda melakukan hubungan seks dengan
pacarnya”... 50
Tabel 4.17 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Teman-teman Anda pernah menonton video porno bersama-
sama”... 50
Tabel 4.18 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Teman-teman Anda menganggap bahwa untuk menjadi
anggota geng mereka harus melakukan hubungan seks.”... 51
Tabel 4.19 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Teman-teman Anda menawari Anda untuk mencopy video
Tabel 4.20 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Teman-teman Anda memberitahu situs-situs porno (situs dewasa)
kepada Anda”... 52
Tabel 4.21 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Teman-teman Anda pernah mengajak Anda untuk melakukan
hubungan seks dengan pelacur sebagai eksperimen”... 52
Tabel 4.22 Distribusi Responden Berdasarkan Konformitas Teman Sebaya 53
Tabel 4.23 Distribusi Jawaban Responden tentang Adaptasi... 53
Tabel 4.24 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Anda mengikuti gaya teman-teman Anda dalam
berpenampilan”... 54
Tabel 4.25 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Teman-teman dekat Anda sering membicarakan
seks saat berkumpul”... 54
Tabel 4.26 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Teman-teman dekat Anda pernah bercerita pada Anda
bahwa dia pernah melakukan hubungan seks.”... 55
Tabel 4.27 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Anda selalu berusaha menyesuaikan sikap Anda dengan
sikap teman-teman Anda dalam segala hal.”... 55
Tabel 4.28 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Teman-teman Anda terbuka membicarakan masalah
Tabel 4.29 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Anda menyesuaikan kebiasaan teman-teman Anda
dengan kebiasaan Anda dalam berpacaran”... 56
Tabel 4.30 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Anda mengikuti gaya teman-teman Anda dalam
berpacaran.”... ... 57
Tabel 4.31 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Anda menerima ajakan teman-teman Anda kepada
kegiatan yang mengarah kepada pemuasan birahi, seperti di
kafe remang-remang, clubbing, dan lain-lain.”... 57 Tabel 4.32 Distribusi Responden Berdasarkan Adaptasi Teman Sebaya.. 57
Tabel 4.33. Distribusi Jawaban Responden tentang Perilaku Seks Bebas 58
Tabel 4.34 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Apakah anda dan pacar pernah atau selalu
berpelukan ketika pacaran?”... 59
Tabel 4.35. Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Apakah Anda berciuman bibir/mulut dan lidah
dengan pacar saat berpacaran?”... 59
Tabel 4.36. Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Apakah anda meremas/diremas payudara oleh
pacar saat pacaran?”... 60
Tabel 4.37. Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
(melakukan masturbasi) saat pacaran?”... 60
Tabel 4.38. Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Apakah anda dan pacar saling merangsang dari daerah
leher ke bawah (necking)?”... 61
Tabel 4.39. Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Apakah anda dan pacar saling menggesek/
menempelkan kelamin (petting) ketika pacaran?”... 61
Tabel 4.40. Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan
Pertanyaan “Apakah anda dan pacar sekarang ataupun pacar
sebelumnya pernah melakukan seks oral (berhubungan alat kelamin
dengan mulut)?”... 62
Tabel 4.41. Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan Pertanyaan
“Apakah anda dan pacar sekarang ataupun pacar sebelumnya pernah
hubungan seksual (berhubungan badan)?”... 62
Tabel 4.42. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Seks Bebas... 63
Tabel 4.43. Tabulasi Silang Hubungan Media Sosial dan Teman Sebaya (Konfirmasi
ABSTRAK
Perilaku seks bebas yang remaja lakukan memang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan terutama pengaruh dari media sosial dan teman-teman sebayanya. Hal tersebut dikarenakan remaja lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk bersama dengan teman teman sebayanya dibanding dengan keluarga ditambah lagi dengan pesatnya perkembangan era globalisasi yang membawa remaja pada fenomena maraknya penggunaan media sosial.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Bandar yang berjumlah 1098 siswa dengan sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 responden. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner sebagai panduan.
Data hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan Uji Chi Square dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian penggunaan media sosial berada dalam kategori lemah (82.2%) dan ada hubungan signifikan penggunaan media sosial dengan perilaku seks bebas dengan nilai p sebesar 0.043 (p<0.05). Konformitas teman sebaya sebagian besar berada dalam kategori kuat (64.4%) dan ada hubungan signifikan konformitas dengan perilaku seks bebas dengan nilai p sebesar 0.001 (p<0.05). Sebagian besar adaptasi teman sebaya berada dalam kategori lemah (71.1%) dan tidak terdapat hubungan signifikan antara adaptasi teman sebaya dengan perilaku seks bebas dengan nilai p sebesar 0.328 (p>0.05).
Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada pihak sekolah SMA Negeri 1 Bandar hendaknya dapat melakukan kerjasama dengan pihak terkait untuk dapat memberikan penyuluhan tentang pendidikan seksual kepada siswa dan siswinya, serta diharapakan peran aktif orang tua siswa dan siswi untuk meningkatkan pengawasan dalam penggunaan media sosial dan teman sebaya anak-anaknya untuk meminimalisir bahaya perilaku seks bebas.
ABSTRACT
Adolescence free sex cannot be separated from environmental influences especially the influence of social media and the peer group. That is because teenagers spend more of their time to be together with their peer group compared with the family, the era of globalization also brings teenagers on the use of social media phenomenon.
This reseach is descriptive analytic based on cross sectional design. Population in this study were all students of SMA Negeri 1 Bandar that amounting to 1098 students with the number of sample in this study were 90 respondents. The sample technique using purposive sampling. The data was collected by interviews using questionnaire as a guide.
The research results data were analysed using Chi Square test with the results showed that the use of social media mostly located in the weak category (82.2%) and there is significant relations between the use of social media with free sex behaviour with p value 0.043 (p<0.05). Peer group conformity mostly located in the strong category (64.4%) and there is significant relations between conformity with free sex behaviour with p value 0.001 (p<0.05). Most of peer group adaptation located in the weak category (71.1%) and there is not significant relations between peer group relationship with free sex behaviour with p value 0.328 (p>0.05).
Based on the results of this research, SMA Negeri 1 Bandar are expected to make a collaboration with the related parties to make counseling on sex education for the students, and parents are expected can play an active role to monitoring their children in the use of social media dan their peer group to minimize the dangers of free sex.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya
pengggunaan media sosial. Media sosial merupakan media yang dapat diperoleh dari
internet. Media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Youtube digunakan mulai untuk
sekadar berkomunikasi hingga mengakses informasi dan data yang penting. Namun
kegunaan dari media sosial tersebut sekarang banyak disalah gunakan untuk
menyebarkan hal-hal atau informasi negatif seperti penyebarluasan situs video porno
yang mendukung remaja untuk melakukan free sex atau seks bebas (Rosmawati, 2014).
Selain media sosial, perilaku seks bebas pada remaja biasanya juga
dilatarbelakangi oleh pengaruh pergaulan dengan teman sebaya. Teman sebaya
adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang
sama.Teman sebaya sangatlah menentukan perilaku-perilaku yang sering ditunjukan
remaja dalam keseharian mereka bergaul dengan teman-temannya (Santrock, 2007).
Bentuk-bentuk perilaku seks bebas yang tampak dalam aktivitas kehidupan
remaja yang dapat kita lihat selama ini adalah aktivitas-aktivitas yang berhubungan
dengan kedekatan remaja dengan lawan jenisnya. Dalam usia remaja, mengenal
lawan jenis lebih dekat sudah umum terjadi dan sering kita kenal dengan istilah
Saat ini pacaran sudah dikonotasikan dengan “menjamah pacar”. Banyak
remaja yang berpikir kalau pacaran tidak seru bila tidak dibumbui dengan berciuman,
pegangan tangan, pelukan, saling menjamah, dan bila kebablasan maka hubungan
seks bebas pun bisa terjadi. Pemaparan diatas diperkuat oleh hasil penelitian Dwi
Putri Apriyanthi (2011) “Seks bebas dilatarbelakangi oleh pengaruh lingkungan
pergaulan dengan teman, dan kurangnya komunikasi orang tua di dalam keluarga”.
Menurut Papalia (2008) ada 2 (dua) aspek dalam interaksi teman sebaya yang
dapat dirumuskan sebagai berikut: Tuntutan Konformitas dan Penyesuaian diri
terhadap teman (adaptasi). Konformitas adalah kondisi dimana remaja mengadopsi
sikap atau perilaku remaja lain (teman sebaya) dalam kelompoknya karena tekanan
dari kenyataan atau kesan yang diberikan oleh kelompoknya tersebut.Adaptasi adalah
proses penyesuaian diri remaja dengan remaja lain (teman sebaya).
Kristy Juing (2004) yang menyatakan “Peran teman sebaya sangatlah tinggi
dalam mempengaruhi perilaku remaja”. Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja
memang sangatlah menonjol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat individu
dalam persahabatan serta keikutsertaan dalam kelompok. Sebagai akibatnya, mereka
akan merasa senang apabila diterima (Adaptasi) atau sebaliknya akan merasa tertekan
dan cemas apabila di keluarkan dan diremehkan oleh teman-teman sebayanya
(Konformitas). “Bagi remaja pandangan teman-teman terhadap dirinya merupakan
hal yang paling penting”. (Santrock, 2007). Maka, dapatlah dimengerti bahwa peran
teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar
daripada peran keluarga.(Hurlock, 2003).Bukan hanya itu remaja merasakan bahwa
menyenangkan dibanding harus bercerita dengan orang tua. Hal ini dapat
mengakibatkan anak memperoleh informasi yang salah mengenai seks yang diperoleh
dari teman sebayanya serta muculnya permasalahan seksual pada remaja.
Menurut (Sarwono, 2011) ada beberapa faktor yang dianggap berperan dalam
munculnya permasalahan seksual pada remaja, diantaranya:Perubahan-perubahan
hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja, penyebaran
informasi melalui media sosial (Facebook, Twitter, Youtube) dan rangsangan seksual
melalui media massa yang dengan adanya teknologi canggih (VCD, Video, internet),
remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa
yang dilihat atau di dengarnya dari media massa. Khususnya karena merekapada
umumnya belum pernahmengetahui masalah seksual secaralengkap dari orang tuanya
hal itu disebabkan karena orang tuamenganggap tabu masalah seksual.
Berdasarkan hasil survey di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemenkominfo) pada tahun 2013 menyatakan bahwa pengguna internet
di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang dimana 75 persennya adalah remaja.
Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring
sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan Komunikasi
Publik (IKP), Selamat Sembiring mengatakan, situs jejaring sosial yang paling
banyak diakses adalah facebook dan twitter. Indonesia menempati peringkat 4
pengguna facebook terbesar setelah USA, Brazil, dan India.
Fenomena perilaku seks bebas di kalangan remaja mengakibatkan terjadinya
Betapa remaja yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual
tanpa merasa ada beban moral. Hal ini terjadi dikarenakan sikap remaja sekarang
cenderung permisif (serba boleh) terhadap perilaku seks bebas. Melakukan seks tidak
lagi dipandang tabu meski usia masih belasan tahun (Masyithah, 2010).
Sebuah survey yang dilakukan oleh Youth Risk Behavior Survey (YRBS) secara Nasional di Amerika Serikat pada tahun 2006 mendapati bahwa 47,8% pelajar yang
duduk di kelas 9-12 telah melakukan hubungan seks sebelum menikah, 35% pelajar
SMA telah aktif secara seksual (Daili,2009).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
tercatat 4,2% dari remaja telah melakukan hubungan seks sebelum mereka menikah
dan data menunjukkan bahwa para remaja melakukan seks untuk pertama kali dalam
usia relatif muda. 70,2% dilakukan oleh remaja berusia antara 15-19 tahun dan 24,4%
dilakukan oleh remaja usia 20-24 tahun. Meskipun demikian, 5,4% remaja yang
berusia 10-14 tahun juga ada dalam kelompok dimaksud.
Menurut Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN 2010),
diketahui sebanyak 51% remaja di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi
(JABODETABEK) telah melakukan hubungan seks pranikah. Dari kota-kota lain di
Indonesia juga didapatkan data remaja yang sudah melakukan seks pranikah tercatat
54% di Surabaya, 47% di Bandung, dan 52% di Medan (BKKBN, 2010).
Di wilayah Asia Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan
setiap tahun, dan sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia, dimana 2.500 di
antaranya berakhir dengan kematian. Resiko kematian akibat aborsi yang tidak aman
aman. Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun. Sekitar
750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja (Soetjiningsih, 2004).
Menurut data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) pada
tahun 2002 penderita HIV/AIDS ada sebanyak 110.000 dan pada 2006 naik menjadi
193.000 dan pada tahun 2007-2008 jumlah kasus ini ditaksir menjadi 270.000 orang.
Salah satu penyebab peningkatan ini adalah perilaku seks bebas yang didominasi oleh
kelompok usia remaja (Depkes RI, 2008).
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Simalungun tahun 2008 jumlah remaja
laki-laki 16.940 jiwa dan perempuan 16.400 jiwa. Jumlah HIV/AIDS di Kabupaten
Simalungun mencapai 102 kasus dimana pada tahun 2010 terdapat 99 kasus dan di
tahun 2011 terdapat 3 kasus. (Harian Sumut Pos, 1 Juni 2011).
Berdasarkan Survey Sumber Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI)
ditahun 2002-2003 (dalam www.news.okezone.com diakses pada tanggal 14 maret
2012), remaja mempunyai teman yang pernah berhubungan seksual pada usia 14-19
tahun, perempuan 34,7 %, laki-laki 30,9 %. Sedangkan pada usia 20-24 tahun
perempuan 48.6 % dan laki-laki 46.5 %. SKRRI pun melanjutkan analisisnya pada
tahun 2003 dengan menetapkan beberapa faktor yang paling mempengaruhi remaja
melakukan hubungan seksual antara lain : pertama karena pengaruh teman sebaya
atau pacar, kedua, punya teman yang setuju dengan hubungan seks bebas (free sex). Ketiga, punya teman yang mendorong untuk melakukan seks bebas.
Rangsangan dari berbagai kemajuan modernisasi seperti media sosial dan
budaya permisif tidak mungkindapat dihindari oleh remaja, akibatnya dalam diri
timbul gejala-gejala yang mengakibatkan pergaulan seks bebas, aborsi, hamil diluar
nikah serta kasus-kasus kejahatan seksual yang dilakukan oleh remaja. Dari survei
kesehatan reproduksi menunjukkan: dari 19.173 responden, 92% remaja sudah
berpacaran, dan pada saat berpacaran melakukan pegang-pegangan tangan, 82%
berciuman, 62% melakukan petting, dan 10,2% sudah melakukan seks bebas (Myke,
2014).
Dalam penelitian ini peneliti mengambil objek SMA Negeri 1 Bandar. SMA
Negeri 1 Bandar merupakan SMA yang terletak di Kota Perdagangan, Kabupaten
Simalungun dengan jumlah siswa keseluruhan adalah sebanyak 1098 siswa. Di SMA
Negeri 1 Bandar ini peneliti menemukan masalah seperti siswa yang menyimpan dan
menonton film porno dari hand phonenya. Menyimpan dan menonton film porno
merupakan salah satu bentuk dari kegiatan yang berhubungan dengan perilaku seks
bebas. Dengan kebiasaan menonton video porno, akan memancing seseorang untuk
mencoba melakukan kegiatan seksual. Di lapangan juga peneliti melihat maraknya
fenomena penggunaan media sosial seperti Facebook dan Twitter. Hampir seluruh
siswa memiliki akun jejaring sosial mereka masing-masing. Sekarang video porno
sangat mudah diakses oleh remaja melalui media sosialdan kemudian
menyebarkannya bahkan berbagi dengan teman sebayanya. Peneliti juga menemukan
adanya kasus Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) yang berujung aborsi pada tahun
2012 sejumlah 3 kasus dari jumlah siswa yang ada, dimana kasuss ini terulang
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul “HubunganMedia Sosial dan Teman Sebaya dengan Perilaku
Seks Bebaspada Siswa SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun Tahun 2014”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian
ini yaitu “Apakah ada hubunganmedia sosial dan teman sebaya dengan perilaku seks
bebas pada siswa SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun tahun 2014.”
1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui gambaran perilaku seks bebas pada siswa SMA.
b. Faktor-faktor pendukung perilaku seks bebaspada siswa SMA.
c. Mengetahui apakah ada hubungan media sosial dengan perilaku seks
bebas di SMA Negeri 1 Bandar.
d. Mengetahui apakah adahubungan teman sebaya dengan perilaku Seks
Bebasdi SMA Negeri 1 Bandar.
1.3.2 Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan informasi instansi terkait dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan
b. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dalam menerapkan ilmu yang telah
1.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubunganmedia sosial dan teman
sebaya terhadap perilaku seks bebas pada remaja kelas 2 SMA Negeri 1 Bandar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dimana terjadi perubahan secara fisik dan
psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan
psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan
kehidupan sosial. Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi
sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik (Sarwono, 2011). Hal
senada diungkapkan oleh Santrock (2007) bahwa adolescence diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Muangman (1980) dalam Sarwono (2011) mendefinisikan remaja berdasarkan
defenisi konseptual World Health Organization (WHO) yang mendefinisikan remaja berdasarkan 3 (tiga) criteria, yaitu: biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.
1. Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai kematangan
seksual
2. Remaja adalah suatu masa ketiaka individu mengalami perkembangan psikologis
dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa
3. Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan
2.1.2 Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode
sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2003), antara lain:
1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang
dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang
bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa
kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak
jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang
berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan
dirinya
3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi, perubahan
tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada
nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha
untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian
karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang
membuat banyak orang tua menjadi takut
6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistic. Remaja cenderung memandang
kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan
orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih
7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau
kesulitan di dalam usaha meninggalkan kebiasaaan pada usia sebelumnya dan di
dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan
merokok, minum-minuman keras, meggunakan obat-obatan dan terlibat dalam
perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra
yang mereka inginkan.
Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja,
kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan
lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan
dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.
2.1.3 Tahap Perkembangan Masa Remaja
Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung
antar umur 12 – 21 tahun, dengan pembagian usia 12 – 15 tahun adalah remaja awal,
15 – 18 tahun adalah remaja pertengahan, 18 – 21 tahun adalah masa remaja akhir
(Monks, et al. 2006).
Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap
perkembangan yaitu :
1. Masa remaja awal (12 – 15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
a. Lebih dekat dengan teman sebaya
b. Ingin bebas
c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir
2. Masa remaja tengah (15 – 18 tahun), dengan ciri khas antara lain:
a. Mencari identitas diri
b. Timbulnya keinginan untuk kencan
c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d. Mengembangkan kemampuan berfikir abstrak
e. Berkhayal tentang aktifitas seks
3. Masa remaja akhir (18 – 21 tahun), dengan ciri khas antara lain:
a. Pengungkapan identitas diri
b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c. Mempunyai citra jasmani dirinya
d. Dapat mewujudkan rasa cinta
e. Mampu berfikir abstrak
2.1.4 Perkembangan Fisik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Dalam
perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer
dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai kedua hal
tersebut.
a. Ciri-ciri seks primer
Dalam modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes, 2002) disebutkan bahwa ciri-ciri
1. Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah
mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja
laki-laki usia antara 10-15 tahun.
2. Remaja perempuan
Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstruasi). Menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin
perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak
mengandung darah.
b. Ciri-ciri seks sekunder
Menurut Sarwono (2011), ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah sebagai
berikut:
1. Remaja laki-laki
a. Bahu melebar, pinggul menyempit
b. Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan, dan
kaki
c. Kulit menjadi lebih kasar dan tebal
d. Produksi keringat menjadi lebih banyak
2. Remaja perempuan
a. Pinggul lebar, bulat, dan membesar, putih susu membesar dan
menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih
b. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori
bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih
aktif lagi.
c. Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan
menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu,
lengan, dan tungkai.
d. Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
2.2 Perilaku Seks Bebas 2.2.1 Pengertian Perilaku
Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2010) seorang ahli psikologi,
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia dari segi biologis adalah tindakan
atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas
seperti berjalan, berbicara, menangis, bekerja dan sebagainya. Dilihat dari bentuk
respon terhadap stimulus Skinner membedakan perilaku menjadi dua:
a. Perilaku tertutup (Covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup.
Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang
b. Perilaku terbuka (Overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakn nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. Skinner
dalam Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan
hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan atau respon,
respon dibedakan menjadi dua respon :
1) Respondent response atau reflexive response, ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang relative tetap.
Responden respon (Respondent behavior) mencakup juga emosi respon dan emotional behavior.
2) Operant response atau instrumental respon adalah respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang ini disebut
reinforcing stimuly atau reinforcer. Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun
dari luar individu. Aspek-aspek dalam diri individu yang sangat
berperan/berpengaruh dalam perubahan perilaku adalah persepsi, motivasi
dan emosi. Persepsi adalah pengamatan yang merupakan kombinasi dari
penglihatan, pendengaran, penciuman serta pengalaman masa lalu.
Motivasi adalah dorongan bertindak untuk memuaskan sesuatu kebutuhan.
Dorongan dalam motivasi diwujudkan dalam bentuk tindakan (Sarwono,
2.2.2 Perilaku Seks Bebas pada Remaja
Menurut Sarwono (2011), perilaku seks bebas adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun
sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama. Menurut Stuart dan
Sundeen (1999), perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan di tempat pribadi
dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah
merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang
resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing
(Mu’tadin, 2002).
Daniawati dalam Utari (2012) menyatakan remaja melakukan berbagai
macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu
dimulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang
atau meraba bagian sensitive, petting, oral sex, dan bersenggama (sexual intercourse). Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri.
L”Engle et.al. dalam Tjiptaningrum (2009) mengatakan bahwa perilaku
seksual ringan mencakup : 1) menaksir; 2) pergi berkencan; 3) menghayal; 4)
berpegangan tangan. Yang termasuk dalam seksual sedang mencakup: 1) berciuman
kening dan pipi; 2)memeluk, sedangkan yang termasuk dalam kategori berat adalah:
1) berciuman bibir/mulut dan lidah; 2) meraba dan mencium bagian sensitive seperti
payudara, alat kelamin; 3) menempelkan atau menggesekkan alat kelamin; 4) oral
2.2.3 Perkembangan Perilaku Seks Bebas Remaja
Perkembangan fisik termasuk organ seksual yaitu terjadinya kematangan serta
peningkatan kadar hormone reproduksi atau hormone seks baik pada laki-laki
maupun pada perempuan yang akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja
secara keseluruhan. Pada kehidupan psikologis remaja, perkembangan organ seksual
mempunyai pengaruh kuat dalam minta remaja terhadap lawan jenis. Terjadinya
peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat dipengaruhi oleh factor
perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas (Santrock, 2007).
Remaja perempuan lebih memperlihatkan bentuk tubuh yang menarik bagi
remaja laki-laki, demikian pula remaja laki-laki tubuhnya menjadi kekar yang
menarik bagi remaja perempuan (Rumini dan Sundari, 2004). Pada masa remaja rasa
ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan
yang lebih matang dengan lawan jenis. Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul
pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual. Sebagian
besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan
jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja
melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan
kadang-kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual
(Pangkahila dalam Soetjiningsih, 2004).
Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada
remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih aktif secara
adanya perbedaan sosialisasi seksual antara remaja perempuan dan remaja laki-laki.
Bahkan hubungan seks sebelum menikah dianggap “benar” apabila orang-orang yang
terlibat saling mencintai ataupun saling terikat. Mereka sering merasionalisasikan
tingkah laku seksual mereka dengan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa
mereka terhanyut cinta. Sejumlah peneliti menemukan bahwa remaja perempuan,
lebih daripada remaja laki-laki, mengatakan bahwa alas an utama mereka aktif secara
seksual adalah karena jatuh cinta (Santrock, 2007).
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dwi PutriApriyanthi(2011) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di Jawa Tengah adalah,
(1) faktor internal (pengetahuan, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap
layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang dirasakan
terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas
sosial, rasa percaya diri, usia, agama, dan status perkawinan), (2) faktor eksternal
(kontak dengan sumber-sumber informasi, keluarga, sosial-budaya, nilai dan norma
sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu).
Berdasarkan hasil penelitianKristyJuing (2004)sebanyak 450 sampel tentang
perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun mengungkapkan 64% remaja mengakui
secara sadar bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah melanggar nilai
dan moral agama. Sedangkan 31% menyatakan bahwa melakukan hubungan seks
sebelum menikah adalah biasa atau sudah wajar dilakukan dan tidak melanggar nilai
agama berpengaruh terhadap perilaku seks bebas (free sex) (Media Indonesia, 27 Januari 2005).
Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah
seks sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti
teman atau media sosial (Gultom, 2011). Beberapa kajian menunjukkan bahwa
remaja sangat membutuhkan informasi mengenai persoalan seksual dan reproduksi.
Remaja seringkali memeperoleh informasi yang tidak akurat mengenai seks dari
teman-teman mereka, bukan dari petugas kesehatan, guru atau orang tua
(Soetjiningsih, 2006).
Faktor lingkungan yang sangat mendukung perilaku reproduksi remaja
diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan seksual
sebelum menikah banyak diantaranya berasal dari keluarga yang bercerai atau
pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan. Hubungan orang tua
yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap
perkembangan kepribadian anak dan sebaliknya. Orang tua yang sering bertengkar
akan menghambat komunikasi dalam keluarga, dan akan “melarikan diri” dari
keluarga. Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena perceraian, kematian, dan
keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi
perkembangan jiwa anak (Rumini dan Sundari S, 2004)
Faktor-faktor pendukung perilaku seks bebas pada remaja yang paling tinggi
adalah hubungan antara orang tua dengan remaja, diikuti karena tekanan teman
sebaya, religiusitas, dan eksposur media pornografi (Soetjiningsih, 2006). Beberapa
hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media massa,
tabu-larangan, norma-norma di masyarakat, serta pergaulan yang makin bebas
antara laki-laki dan perempuan (Sarwono, 2011).
Perilaku seks bebas dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja,
diantaranya sebagai berikut :
a. Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seks bebas pada remaja diantaranya perasaan
marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.
b. Dampak fisiologis
Dampak fisiologis dari perilaku seks bebastersebut diantaranya dapat
menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.
c. Dampak sosial
Dampak sosial yang timbul akibat perilakuseks bebas yang dilakukan sebelum
saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang
hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat
yang mencela dan menolak keadaan tersebut (Sarwono, 2011).
d. Dampak fisik
Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2011) adalah berkembangnya
penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita
penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi
penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis
2.3 Media Sosial 2.3.1 Defenisi
Menurut “What is”, media sosial adalah “saluran komunikasi online kolektif
yang didedikasikan untuk input, interaksi berbagai konten, dan kolaborasi berbasis
masyarakat”. Situs web dan aplikasi yang didedikasikan untuk forum, microblogging,
jaringan sosial, bookmark sosial, kurasi sosial, dan wiki adalah salah satu jenis media
sosial (Laksono, dkk, 2014).
Social media atau dalam Bahasa Indonesia disebut media sosial adalah media yang didesain untuk mempermudah interaksi sosial yang bersifat interaktif atau dua
arah. Media sosial berbasis pada tegnologi internet yang mengubah pola penyebaran
informasi dari yang sebelumnya bersifat satu ke banyak audiens, banyak audiens ke
banyak audiens (Paramitha, 2011).
Menurut Juju (2010), Media sosial adalah sebuat media online yang
memungkinkan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan suatu karya. Dewasa ini jenis media sosial yang berkembang saat ini
antara lain Facebook, Twitter, Google+, Tumblr, Youtube, Blogger, dan lain lain.
Media sosial mengusung kombinasi antara ruang lingkup elemen dunia maya, dalam
produk-produk layanan online seperti blog, forum diskusi, chat rooms, email, website
dan juga kekuatan komunitas yang dibangun melalui jejaring sosial. Juju juga
mengatakan bahwa apa yang disampaikan dalam media sosial memberikan efek
kekuatan (power) tersendiri karena berbasis pembangunannya berupa teknologi dan
maupun video. Tambahan pula, elemen jejaring sosial yang memang ditujukan untuk
terus terkoneksi, berkomunikasi bahkan saling berbagi (sharing).
Media sosial dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian besar, yaitu:
1. Social Networks, media sosial untuk bersosialisasi dan berinteraksi (Facebook,
Myspace, Hi5, Linked in, Bebo, dan sebagainya)
2. Discuss, media sosial yang memfasilitasi sekelompok orang untuk melakukan
obrolan dan diskusi (Google Talk, Yahoo! M, Skype, Phorum, dan sebagainya)
3. Share, media sosial yang memfasilitasi kita untuk saling berbagi file, video,
music (Youtube, Slideshare, Feedback, Flickr, Crowdstorm, dan sebagainya)
4. Publish, (Wordpress, Wikipedia, Blog, Wikia, Digg, dan sebagainya)
5. Social Game, media sosial berupa game yang dapat dilakukan atau dimainkan
bersama-sama (Koongregate, Doof, Pogo, Café.com, dan sebagainya)
6. MMO (Kartrider, Warcraft, Neopets, Conan, dan sebagainya)
7. Virtual Worlds (Habbo, Imvu, Starday, dan sebagainya)
8. Livecast (Y! Live, Blog TV, Justin TV, Listream TV, Livecastr, dan
sebagainya)
9. Livestream (Socializr, Friendsfreed, dan sebagainya)
10. Micro Blog (Twitter, Plurk, Pownce, Ttwirxr, Plazes, Tweetpeek, dan
2.3.2 Karakteristik Media Sosial
Media sosial paling baik dipahami sebagai sekelompok jenis baru media online
dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Partisipasi
Media sosial mendorong kontribusi dan umpan balik dari semua orang yang
tertarik. Ini mengaburka batas antara media dan khalayak
2. Keterbukaan
Kebanyakan layanan media sosial yang terbuka untuk umpan balik dan
partisipasi. Mereka mendorong voting, komentar dan berbagi informasi.
Hamper tidak ada hambatan untuk mengakses dan memanfaatkan kontensandi
melindungi konten disukai
3. Percakapan
Sedangkan media tradisional adalah tentang “broadcast” (konten
ditransmisikan atau didistribusikan kepada khalayak) media sosial lebih baik
dilihat sebagai dua arah percakapan.
4. Komunitas
Media sosial memungkinkan masyarakat untuk membentuk cepat dan
berkomunikasi secara efektif. Masyarakat berbagi kepentingan bersama,
seperti kecintaan terhadap fotografi, isu politik, acara TV favorit, atau bahkan
Kemunculan media sosial memiliki dampak positif dan negatif. Dampak negatif
dari penggunaan media sosial adalah mendorong remaja untuk melakukan free sex. Penelitian yang dilakukan Carthi (2009), menunjukkan bahwa sebagian besar
pengetahuan seksual pada seseorang banyak diperoleh dari media sosial seperti
Facebook, Twitter, dan Youtube. Rasa keingintahuan remaja yang begitu besar akan
mendorong remaja untuk lebih jauh mengakses informasi seks dan melakukan
berbagai percobaan sesuai dengan informasi yang didapatkannya.
Setiap remaja kini dapat menciptakan akun pribadi mereka sendiri di Facebook,
Twitter, dan Youtube dan dapat dengan mudah mengakses informasi tentang seks di
media sosialnya. Saat ini handphone menjadi sarana yang sangat sering digunakan
remaja untuk menggunakan jejaring sosial.
Selain itu media juga dapat digunakan sebagai alat interaksi antar individu
seperti anatara remaja dengan teman sebaya diantarannya dengan lawan jenisnya.
Kegiatan saling merangsang juga dapat terjadi melalui chat room antar remaja dengan
pacar. Hal ini dapat mendorong untuk terjadinya seks bebas.
Media sosial juga memiliki peran sebagai kontrol sosial. Kontrol sosial oleh
media sosial ini begitu ekstenstif dan efektif yang memiliki kekuatan sangat besar.
Media sosial dapat mengubah opini individu serta menghaluskan paksaan sehingga
tampak sebagai bujukan. Video-video porno sudah sangat mudah diakses melalui
media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial mengakibatkan pergeseran
2.4 Teman Sebaya 2.4.1 Defenisi
Teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat
kedewasaan yang sama (Santrock, 2007). Salah satu fungsi teman sebaya adalah
untuk memberikan berbagai informasi dan perbandingan tentang dunia di luar
keluarga.
Dalam perbincangan sehari-hari, topik seksualitas bukanlah topik yang umum
dibicarakan, tidak terkecuali dalam perbincangan antara orang tua dan anak.
Padahal menurut Sarwono (2011), komunikasi orang tua dan anak dapat
menentukan seberapa besar kemungkinan anak tersebut melakukan tindakan
seksual, semakin rendah komunikasi tersebut, maka akan semakin besar
kemungkinan anak tersebut melakukan tindakan seksual. Rice (1999) dalam
Sarwono (2011), menjelaskan bahwa pada usia remaja, kebutuhan emosional
individu beralih dari orang tua kepada teman sebaya. Pada masa ini, teman sebaya
juag merupakan sumber informasi. Tidak terkecuali dalam perilaku seksual,
sayangnya informasi yang diberikan oleh teman sebaya cenderung salah. Teman
sebaya memainkan peran yang signifikan dalam kehidupan remaja, tidak terkecuali
dalam hal seksualitas. Newcomb, Huba, and Hubler (1986) dalam Hurlock (2003),
mengatakan bahwa perilaku seksual juga dipengaruhi secara positif oleh teman
sebaya yang juga aktif secara seksual. Jika seorang remaja memiliki teman yang
aktif secara seksual maka akan semakin besar pula kemungkinan remaja tersebut
untuk juga aktif secara seksual mengingat bahwa pada usia tersebut remaja ingin
Teman sebaya mendukung sebagai agen sosialisasi melalui reinforcement (penguat), modelling, tekanan langsung terhadap perilaku sosial anak untuk memenuhi tuntutan konformitas. Konformitas teman sebaya lebih erat pada awal
masa remaja. Tapi bagaimanapun juga, teman sebaya jarang menuntut konformitas
total, dan tekanan teman sebaya kebanyakan terfokus pada waktu yang singkat dan
masalah harian seperti pakaian serta selera musik. Mereka tidak memiliki konflik
yang menggunakan nilai orang dewasa. Dibandingkan teman sebaya, orangtua
memiliki peran yang lebih pada hal-hal yang mendasar seperti penanaman nilai dan
rencana pendidikan.
Remaja berusaha menemukan konsep dirinya di dalam kelompok sebaya. Disini
ia dinilai oleh teman sebayanya tanpa memperdulikan sanksi-sanksi dunia dewasa.
Kelompok sebaya memberikan lingkungan, yaitu dunia tempat remaja dapat
melakukan sosialisasi di mana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan
oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seuisianya. Inilah letak berbahayanya
bagi perkembangan jiwa remaja, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok
sebaya ini cenderung tertutup, di mana setiap anggota tidak dapat terlepas dari
kelompoknya dan harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh pimpinan
kelompok. Sikap, pikiran, perilaku, dan gaya hidupnya merupakan perilaku dan
gaya hidup kelompoknya.
Remaja teman sebaya dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah
masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun.
Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12 – 15 tahun, masa remaja
pertengahan usia 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18 – 21 tahun (Monks,
et al.2006). Masa remaja tersebut juga sebagai periode perubahan, tingkat
perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan
fisik (Hurlock, 2003).
2.4.2 Karakteristik Teman Sebaya
Menurut Makmun (2003) karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja
terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan 14-15 tahun) dan
remaja akhir (14-16 dan 18-20 tahun) meliputi aspek :
1. Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proporsi ukuran
tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang dan munculnya ciri-ciri
sekunder.
2. Psikomotorik, gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan
secara aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
3. Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik
mempelajari bahasa asing, menggemari literature yang bernafaskan dan
mengandung segi erotic, fantastic, dan estetik.
4. Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat
temporer, serta adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya
5. Perilaku kognitif
a. Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika
formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak,
meskipun relative terbatas.
b. Kecakapan dasar intelektual menjalani lajuperkembangan yng terpesat.
c. Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menunjukkan
kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.
6. Moralitas
a. Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang
tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.
b. Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah
atau system nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh
para pendukungnya.
c. Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan
tipe idolanya.
7. Perilaku keagamaan
a. Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai
dipertanyakan secara kritis dan skeptic.
b. Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
c. Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas
8. Kognitif, emosi, afektif, dan kepribadian
a. Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan
aktualisasi diri) menunjukkan arah kecenderungannya.
b. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labih dan belum
terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih
dapat berubah-ubah dan silih berganti.
c. Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya yang
sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk
kepribadiannya.
d. Kecenderungan kearah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomi, estetis,
sosial, politis, dan religious), meski masih dalam taraf eksplorasi dan
mencoba-coba.
2.4.3 Konformitas
Santrock (2007) mengatakan, bahwa konformitas kelompok bisa berarti kondisi
dimana seseorang mengadopsi sikap atau perilaku dari orang lain dalam
kelompoknya karena tekanan dari kenyataan atau kesan yang diberikan oleh
kelompoknya tersebut. Sarwono (2011) menjelaskan karena kuatnya ikatan emosi dan
konformitas kelompok pada remaja, maka biasanya hal ini sering dianggap juga
sebagai faktor yang menyebabkan munculnya tingkah laku remaja yang buruk.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Condry, Simon, & Bronffenbrenner,
1968 (Santrock, 2007) menyatakan bahwa bagi remaja, hubungan teman sebaya
merupakan bagian yang paling besar dalam kehidupannya. Selama satu minggu,
remaja muda laki-laki dan perempuan menghabiskan waktu 2 kali lebih banyak
dengan teman sebayanya daripada waktu dengan orang tuanya.
Skala konformitas dengan perilaku seks bebas diukur berdasarkan aspek-aspek
konformitas yang disusun oleh Wiggins dkk (1994) yaitu menuruti keinginan
kelompok dan internalisasi. Ringan beratnya perilaku seks bebas dapat diketahui
berdasarkan skor total yang diperoleh dari skala konformitas terhadap perilaku seks
bebas. Semakin tinggi skor, maka semakin kuat hubungan konformitas teman sebaya
terhadap perilaku seks bebas.
2.4.4 Adaptasi
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri responden dengan remaja lain (teman
sebaya). Teman sebaya dapat memberi pengaruh positif atau negative pada remaja.
Memiliki teman-teman yang nakal meningkatkan resiko remaja menjadi nakal pula
(Santrock 2007). Remaja menjadi nakal karena mereka tersosialisasi dan beradaptasi
ke dalam kenakalan, terutama oleh kelompok pertemanan (Rice dan Dolgin, 2008).
Sebaliknya secara positif, menurut Vembriarto dalam Bantarti (2000) kelompok
teman sebaya adalah tempat terjadinya proses belajar sosial atau adaptasi, yakni suatu
proses dimana individu mengadopsi dan beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan,
sikap, gagasan, keyakinan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku dalam bermasyarakat,
Pada masa remaja, individu mulai merasakan identitas dirinya (ego), dimana
dirinya adalah manusia unik yang sudah siap masuk ke dalam peran tertentu di tengah
masyarakat. Pada masa inilah individu mulai menyadari sifat-sifat yang melekat
dalam dirinya sendiri, seperti aneka kesukaan dan ketidaksukaannya, tujuan-tujuan
yang dikejar di masa depan, kekuatan dan keinginan mengontrol nasibnya sendiri.
Inilah masa atau tahap Identitas versus Kekacauan Identitas, seperti dikemukakakan
Erikson (1983), pada tahap ini ego memiliki kapasitas untuk memiliki dan
mengintegrasikan bakat, kemampuan, dan ketrampila-ketrampilan dalam melakukan
identifikasi dengan orang-orang yang sependapat, dan dalam melakukan adaptasi
dengan lingkungan sosial, serta menjaga pertahanan dirinya terhadap berbagai
ancaman dan kecemasan.
Melalui proses tersebut remaja akhirnya mampu memutuskan impuls-impuls,
kebutuhan-kebutuhan, dan peranan-peranan manakah yang paling cocok dan efektif
bagi diri mereka. Semua ciri tersebut dipilih dan dihimpun pada masa remaja, untuk
kemudian nantinya diitegrasikan dalam rangka membentuk identitas psikososial
sebagai orang dewasa (Supratiknya, 1993).
Teman sebaya merupakan acuan penting bagi remaja untuk dapat melewati
dengan baik masa-masa sulit dan periode transisi dan pembentukan identitas tersebut.
Dalam pergaulan sehari-sehari, remaja sangat terikat pada kelompok sebayanya,
dimana semua tindakan atau perbuatan perlu memperoleh dukungan dan persetujuan
sebayanya. Dikemukakan oleh Ballatine dalam Bantari (2000) bahwa ikatan ini
khusus remaj (youth sub-culture), dimana di dalamnya mereka memiliki ungkapan-ungkapan dan bahasa yang khas, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma tersendiri.
Skala adapatasi dengan perilaku seks bebas diukur berdasarkan aspek-aspek
adapatsi yang disusun oleh Wiggins dkk (1994) yaitu kemampuan penyesuaian diri
dan pengakuan dari kelompok. Ringan beratnya perilaku seks bebas dapat diketahui
berdasarkan skor total yang diperoleh dari skala adaptasi terhadap perilaku seks
bebas. Semakin tinggi skor, maka semakin kuat hubungan adapatasi teman sebaya
terhadap perilaku seks bebas
2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat disusun kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:Media
sosial (Faceboo, Twitter, Youtube) dan Teman sebaya (konformitas dan adaptasi)
akan mendapat perhatian kemudian dimengerti dan diterima oleh individu. Setelah itu
individu akan mengolah stimulus (media sosial, teman sebaya) tersebut sehingga