TESIS
HUBUNGAN KEJADIAN ASMA DENGAN JUMLAH SAUDARA KANDUNG PADA ANAK DENGAN RIWAYAT ATOPI
JOHAN EL HAKIM SIREGAR 087103018 / IKA
PROGRAM MAGISTER KLINIS – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian : Hubungan kejadian asma dengan jumlah saudara
kandung pada anak dengan riwayat atopi
Nama Mahasiswa : Johan El Hakim Siregar
NIM : 087103018
Program Magister : Magister Klinis
Konsentrasi : Kesehatan Anak
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
dr. Lily Irsa, Sp.A(K) Ketua
dr. Supriatmo, Sp.A(K)
Anggota
Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS
dr Melda Deliana, Sp.A(K) dr. Zainuddin Amir, Sp.P(K)
Tanggal lulus : ...
Telah diuji pada
Tanggal:
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua: dr. Lily Irsa, SpA(K) ………
Anggota: 1. dr Supriatmo SpA(K) ………
2. Prof dr. Bidasari Lubis, SpA(K) ……… 3. dr. Tiangsa Sembiring, SpA(K) ……… 4. Prof.dr. Darwin Dalimunthe, PhD ………
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir
pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU
/ RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak
di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Pembimbing utama dr. Lily Irsa, SpA(K) dan dr. Supriatmo, SpA(K), yang
telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat
berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.
2. dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K), selaku Ketua Program Studi Pendidikan
sebagai Sekretaris Program Studi yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan tesis ini.
3. Prof dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah
memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.
4. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP
H. Adam Malik Medan dan RS. dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan
sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
5. Kepala Sekolah Dasar Negeri 060907, 064980 dan 064961 Kecamatan
Medan Maimun, Kelurahan Kampung Baru, Kotamadya Medan atas
keramahtamahan dan bantuannya selama penelitian.
6. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah membantu
saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, Beatrix,
Heriadi, Desi, Putri, Vivianna, Kak Kholidah, Schenny, Ade Rahmat, Mona,
Bang Indra. Terimakasih untuk kebersamaan kita dalam menjalani
pendidikan selama ini.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis
ini.
Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya Alm. dr. H
Lahmuddin Siregar dan Hj Farida Hanim Zein Situmorang, terima kasih atas
Istri saya dr Ira Praenanda Widiastuti dan putra saya Syafiq Danish Adz-Dzikri
Siregar yang selalu mendo’akan dan memberikan dorongan selama mengikuti pendidikan ini. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah
SWT.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan,
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan Tesis ii
Ucapan Terima Kasih iiii
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Singkatan dan Lambang xi
Abstrak xii
2.2. Efek jumlah saudara kandung terhadap kejadian alergi 5
2.3. Mendeteksi kelainan alergi dan asma 7
2.4. Kerangka konseptual 9
Bab 3. Metode penelitian
3.1. Desain penelitian 10
3.2. Tempat dan waktu penelitian 10
3.3. Populasi dan sampel 10
3.4. Besar sampel 11
3.5. Kriteria inklusi dan eksklusi 12
3.6. Cara kerja dan alur penelitian 12
3.7. Identifikasi variabel 15
3.8. Analisa data 15
3.9. Definisi operasional 15
3.10. Masalah etika 17
Bab 6. Kesimpulan dan saran 32
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Ringkasan 33 Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Karakteristik dasar
Tabel 4.2 . Hubungan jumlah saudara kandung dan kejadian asma
saudara kandung dan kejadian asma
Tabel 4.3 Hubungan urutan kelahiran anak dan kejadian asma
Tabel 4.4. Hubungan riwayat imunisasi DPT dengan kejadian asma
Tabel 4.5. Hubungan kepemilikan hewan peliharaan dengan kejadian asma
Tabel 4.6. Hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian asma
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka konsep penelitian 9
Gambar 4.1. Profil penelitian 23
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
ASI : Air Susu Ibu
PNAA : Pedoman Nasional Asma Anak
Ig : Imunoglobulin
IL : Interleukin
Th : T helper
TNF-α : Tumor Necrosis Factor-
GM-CSF : Granulocyte-Macrophage ColonyStimulating
Factor
IFN- : Interferon
> : Lebih besar dari
< : Lebih kecil dari
ISAAC : International Study of Asthma and Allergies in
Childhood
z : Deviat baku normal untuk
z : Deviat baku normal untuk
n : Jumlah subjek / sampel
α : Kesalahan tipe I
β : Kesalahan tipe II
P : Besarnya peluang untuk hasil yang diobservasi
BCG : Bacillus Calmette Guerin
DPT : Diphteria-Pertusis-Tetanus
HUBUNGAN KEJADIAN ASMA DENGAN JUMLAH SAUDARA KANDUNG PADA ANAK DENGAN RIWAYAT ATOPI
Johan El Hakim Siregar, Beatrix Siregar, Rita Evalina, Supriatmo, Lily Irsa,
Sjabaroeddin Loebis
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RS H. Adam Malik Medan
Abstrak
Latar Belakang. Prevalensi asma pada anak terus meningkat terutama dijumpai di negara berkembang. Faktor lingkungan diyakini berperan sangat penting dalam hal
ini dan ditemukan adanya hubungan terbalik antara jumlah saudara kandung yang
dimiliki anak dengan terjadinya kelainan atopi, walaupun mekanisme terjadinya
hubungan ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti
Tujuan. Mengetahui hubungan kejadian asma dengan jumlah saudara kandung pada anak dengan riwayat atopi
Metode. Studi cross sectional dilakukan pada Juni - November 2010 di tiga Sekolah Dasar di Medan, Sumatera Utara. Untuk skrining kelainan atopi digunakan trace
card UKK Alergi-Imunologi IDAI dan kuesioner riwayat klinis atopi. Kuesioner
International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) untuk skrining
kejadian asma disebarkan kepada siswa/siswi usia 7-10 tahun yang memiliki riwayat
asma, rinitis alergi dan dermatitis atopi. Sampel dibagi dalam dua kelompok yaitu
anak dengan jumlah saudara kandung < 3 dan ≥ 3. Selanjutnya perbandingan kejadian asma antara kedua kelompok dinilai dengan uji Chi-square
Hasil. Sembilan puluh enam subjek penelitian disertakan dalam studi ini (kelompok I n= 48, kelompok II n=48).Dijumpai hubungan antara kejjadian asma dengan jumlah
saudara kandung yang dimiliki. Kejadian asma secara signifikan dijumpai lebih tinggi
Kesimpulan. Dijumpai hubungan antara kejadian asma dengan jumlah saudara kandung pada anak dengan riwayat atopi. Pemberian ASI diduga dapat menurunkan
kejadian asma sementara sejumlah faktor lain seperti imunisasi, kepemilikan hewan
peliharaan, dan paparan polusi dijumpai tidak berhubungan dengan kejadian asma.
THEASSOCIATION BETWEEN PREVALENCE OF ASTHMA BRONCHIALE IN ATOPIC CHILDREN AND NUMBER OF THEIR SIBLINGS
Johan El Hakim Siregar, Beatrix Siregar, Rita Evalina, Supriatmo, Lily Irsa,
Sjabaroeddin Loebis
Department of Child Health, Medical School, University of Sumatera Utara /
H. Adam Malik Hospital, Medan-Indonesia
Abstract
Background. The prevalence of asthma in children continues to increase, especially in developed countries. It is believed that environmental factors is play important role
and there is inverse relationship between the number of siblings and atopic disorders
although it is still unkown how the relationship could happen.
Objective. To determine the association between prevalence of asthma bronchiale in atopic children and number of their siblings
Methods. A cross sectional study was conducted during June - November 2010 among three elementary schools in Medan, North Sumatera. Trace card of
allergy-immunology and questionnaire of clinical history of atopy used to screening the children with risk of atopy. Isaac’s questionnaire to predict asthma bronchiale distributed to 7-10 years of age children with history of asthma, rhinitis allergy and
atopic dermatitis. Subjects were divided into two groups (children with < 3 and ≥ 3 siblings). Asthma bronchiale between two groups was compared by chi-square test.
Results. Ninety six subjects enrolled in study (group I n= 48, group II n=48). There was an inverse relation between prevalence of asma bronchiale with number of
siblings. The prevalence of asthma bronchiale was significantly higher in children who have sibling < 3 than ≥ 3 (73,5% and 26.5%, respectively; P = 0.04).
Conclusions. There was an association between asthma bronchiale prevalence in children with atopic history and number of their siblings. Breastfeeding decreases
prevalence of asthma while other factors like vaccinations, pets and pollution
HUBUNGAN KEJADIAN ASMA DENGAN JUMLAH SAUDARA KANDUNG PADA ANAK DENGAN RIWAYAT ATOPI
Johan El Hakim Siregar, Beatrix Siregar, Rita Evalina, Supriatmo, Lily Irsa,
Sjabaroeddin Loebis
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RS H. Adam Malik Medan
Abstrak
Latar Belakang. Prevalensi asma pada anak terus meningkat terutama dijumpai di negara berkembang. Faktor lingkungan diyakini berperan sangat penting dalam hal
ini dan ditemukan adanya hubungan terbalik antara jumlah saudara kandung yang
dimiliki anak dengan terjadinya kelainan atopi, walaupun mekanisme terjadinya
hubungan ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti
Tujuan. Mengetahui hubungan kejadian asma dengan jumlah saudara kandung pada anak dengan riwayat atopi
Metode. Studi cross sectional dilakukan pada Juni - November 2010 di tiga Sekolah Dasar di Medan, Sumatera Utara. Untuk skrining kelainan atopi digunakan trace
card UKK Alergi-Imunologi IDAI dan kuesioner riwayat klinis atopi. Kuesioner
International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) untuk skrining
kejadian asma disebarkan kepada siswa/siswi usia 7-10 tahun yang memiliki riwayat
asma, rinitis alergi dan dermatitis atopi. Sampel dibagi dalam dua kelompok yaitu
anak dengan jumlah saudara kandung < 3 dan ≥ 3. Selanjutnya perbandingan kejadian asma antara kedua kelompok dinilai dengan uji Chi-square
Hasil. Sembilan puluh enam subjek penelitian disertakan dalam studi ini (kelompok I n= 48, kelompok II n=48).Dijumpai hubungan antara kejjadian asma dengan jumlah
saudara kandung yang dimiliki. Kejadian asma secara signifikan dijumpai lebih tinggi
Kesimpulan. Dijumpai hubungan antara kejadian asma dengan jumlah saudara kandung pada anak dengan riwayat atopi. Pemberian ASI diduga dapat menurunkan
kejadian asma sementara sejumlah faktor lain seperti imunisasi, kepemilikan hewan
peliharaan, dan paparan polusi dijumpai tidak berhubungan dengan kejadian asma.
THEASSOCIATION BETWEEN PREVALENCE OF ASTHMA BRONCHIALE IN ATOPIC CHILDREN AND NUMBER OF THEIR SIBLINGS
Johan El Hakim Siregar, Beatrix Siregar, Rita Evalina, Supriatmo, Lily Irsa,
Sjabaroeddin Loebis
Department of Child Health, Medical School, University of Sumatera Utara /
H. Adam Malik Hospital, Medan-Indonesia
Abstract
Background. The prevalence of asthma in children continues to increase, especially in developed countries. It is believed that environmental factors is play important role
and there is inverse relationship between the number of siblings and atopic disorders
although it is still unkown how the relationship could happen.
Objective. To determine the association between prevalence of asthma bronchiale in atopic children and number of their siblings
Methods. A cross sectional study was conducted during June - November 2010 among three elementary schools in Medan, North Sumatera. Trace card of
allergy-immunology and questionnaire of clinical history of atopy used to screening the children with risk of atopy. Isaac’s questionnaire to predict asthma bronchiale distributed to 7-10 years of age children with history of asthma, rhinitis allergy and
atopic dermatitis. Subjects were divided into two groups (children with < 3 and ≥ 3 siblings). Asthma bronchiale between two groups was compared by chi-square test.
Results. Ninety six subjects enrolled in study (group I n= 48, group II n=48). There was an inverse relation between prevalence of asma bronchiale with number of
siblings. The prevalence of asthma bronchiale was significantly higher in children who have sibling < 3 than ≥ 3 (73,5% and 26.5%, respectively; P = 0.04).
Conclusions. There was an association between asthma bronchiale prevalence in children with atopic history and number of their siblings. Breastfeeding decreases
prevalence of asthma while other factors like vaccinations, pets and pollution
exposure have no association with asthma prevalence.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Prevalensi penyakit asma pada anak terus meningkat, terutama di negara
maju dan negara barat.1 Alasan terjadinya peningkatan prevalensi ini masih
belum diketahui, namun diyakini kalau faktor lingkungan sangat berperan.2,3
Di tahun 1989, Strachan mengemukakan hubungan terbalik antara
kejadian alergi dengan jumlah saudara kandung melalui suatu studi di
Inggris. Ia menduga kejadian ini konsisten dengan hipotesis yang
menyatakan kalau infeksi saluran nafas akibat kontak dengan saudara
kandung di usia dini akan mencegah kejadian alergi.4 The National Study of
Health and Growth di Inggris dan Skotlandia mengumpulkan data gejala
gangguan respirasi pada anak usia 5-11 tahun dan penyakit atopi parental.
Hasilnya menyatakan bahwa asma lebih banyak diderita oleh anak tunggal.2
Peningkatan prevalensi asma diduga berhubungan dengan hygiene
hypothesis. Dalam hygiene hypothesis, dikatakan bahwa infeksi yang didapat
pada masa awal kanak-kanak akan melindungi terhadap terjadinya atopi.4
Hubungan yang terbalik antara jumlah anggota keluarga dengan kelainan
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kejadian asma dengan jumlah saudara kandung
pada anak dengan riwayat atopi
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui adanya hubungan kejadian asma dengan jumlah saudara
kandung
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian asma pada anak
1.5. Manfaat Penelitian
1. Di bidang akademik/ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti di
bidang alergi-imunologi anak, khususnya mengenai penyakit asma
anak.
2. Di bidang pelayanan masyarakat : dengan bertambahnya masukan
dari penelitian ini diharapkan hal ini dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan anak, khususnya di bidang alergi-imunologi
anak.
3. Di bidang pengembangan penelitian : memberikan masukan
terhadap bidang alergi-imunologi anak, khususnya mengenai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Asma merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak dinegara
maju. Dua dekade terakhir, dilaporkan prevalensi asma meningkat baik pada
anak maupun dewasa.8 Asma memberi dampak negatif bagi kehidupan
penderitanya, seperti menyebabkan anak tidak masuk sekolah dan
membatasi kegiatan olahraga serta aktivitas seluruh keluarga.9
Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa
dan 10% pada anak). Terdapat perbedaan prevalensi antar negara dan
bahkan perbedaan antar daerah di dalam suatu negara.7,10
Berbagai faktor risiko dapat mempengaruhi terjadinya serangan asma,
berat ringannya penyakit, serta kematian akibat asma.8,11 Faktor tersebut
antara lain adalah adanya riwayat atopi, lingkungan dengan alergen, anak
tunggal, anak dengan jumlah saudara kandung sedikit, paparan polusi,
riwayat imunisasi dan pemberian ASI serta kepemilikan hewan
2.1 Definisi Asma
Menurut Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) 2004 definisi asma adalah
mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik timbul secara
episodik, cenderung pada malam/dini hari, musiman, setelah aktivitas fisik,
serta dijumpai riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan/atau
keluarganya.8
2.2 Efek jumlah saudara kandung terhadap kejadian alergi
Efek jumlah saudara kandung terhadap kejadian alergi diyakini sudah ada
sejak masa fetus. Diketahui fetus mulai mensintesis IgE pada minggu ke-11
masa gestasi. Perubahan lingkungan uterus akibat faktor eksternal dapat
terjadi misalnya pada pengaruh gaya hidup ibu atau lingkungan keluarga.
Seperti yang terlihat pada studi yang menunjukkan peningkatan konsentrasi
IgE tali pusat pada ibu yang merokok selama hamil. Lingkungan uterus juga
dapat berubah dengan adanya perubahan paritas berupa penurunan
konsentrasi IgE tali pusat seiring dengan meningkatnya jumlah kelahiran.14
Studi lebih lanjut menemukan kalau organochlorin plasenta dapat
meningkatkan progesteron, testosteron, dan estrogen selama kehamilan dan
Dimana konsentrasi organochlorin plasenta berhubungan dengan konsentrasi
IgE tali pusat. 14,15
Faktor lain yang dapat mempengaruhi perubahan lingkungan uterus
yaitu infeksi selama hamil dan perubahan sistim endokrin. Penelitian
epidemiologi menemukan adanya efek protektif agen infeksius atau produk
mikroba terhadap sensitisasi dan penyakit alergi. Misalnya infeksi campak,
malaria, virus hepatitis A, Helicobacter pylori, flora normal usus, endotoksin
lingkungan dan produk mikroba lainnya serta kecacingan.16 Peningkatan
fasilitas peralatan rumah tangga dan standar kebersihan pribadi juga
dikatakan mengurangi kesempatan terjadinya infeksi silang terhadap bakteri
dan virus pada keluarga, yang berakibat meningkatnya penyakit atopi.14
Eksplorasi lebih jauh, menemukan bahwa paparan terhadap mikroba
yang kurang merupakan faktor penyebab utama peningkatan insidensi atopi.
Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan berkurangnya paparan
terhadap mikroba adalah air dan makanan yang bersih, sanitasi, penggunaan
antibiotika, vaksinasi pertusis, proses kelahiran, dan juga faktor insidental
seperti perpindahan tempat tinggal dari pedesaan ke perkotaan.16
Paparan terhadap lingkungan merupakan faktor utama sensitisasi
alergi terhadap alergen lingkungan dan munculnya penyakit alergi. Beberapa
binatang peliharaan dan ternak, tingkat sosio-ekonomi, status nutrisi, jumlah
saudara kandung, tempat penitipan anak, dan faktor gaya hidup seperti diet,
pemberian ASI, dan kebiasaan merokok orangtua. Pola pemaparan terhadap
faktor risiko dan faktor protektif di lingkungan akan menentukan prevalensi
penyakit alergi dan atopi pada populasi.6
2.3 Mendeteksi Kelainan Alergi Dan Asma
Salah satu alat diagnosis yang cukup efektif untuk membuktikan
adanya IgE spesifik yang terikat pada sel mastosit kulit adalah dengan uji
tusuk kulit.17 Dengan uji ini dapat ditentukan jenis alergen yang harus
dihindari oleh seorang penderita hipersensitivitas. Pada uji tusuk kulit, Th2
yang teraktivasi akan memproduksi IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, IL-13, TNF-α dan
GM-CSF yang akan menstimulasi limfosit B untuk berdiferensiasi menjadi sel
plasma yang selanjutnya akan memproduksi Ig E dan menimbulkan reaksi
peradangan. Ig E yang terikat pada mastosit akan memicu sekresi histamin
dan mediator lain yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah sehingga timbul flare/kemerahan dan
wheal/bentol pada kulit tersebut. 18,19
Untuk mendeteksi asma dan kelainan alergi lain juga dapat dilakukan
Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) yaitu suatu organisasi
internasional yang didirikan untuk menjadikan penelitian dan
penatalaksanaan asma serta penyakit alergi lain menjadi lebih global dan
terstandarisasi dengan melibatkan berbagai negara dan menggunakan
metodologi yang seragam. Didalam kuesioner ISAAC digunakan pertanyaan
standar yang telah disetujui bersama dalam konvensi ISAAC di Bochum,
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional untuk membandingkan
kejadian asma antara anak dengan jumlah saudara kandung <3 orang dan ≥3
orang.
.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 060907, 064980 dan 064961
Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun, Kotamadya Medan,
Propinsi Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-November
2010.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi target adalah anak yang berusia 7-10 tahun. Populasi terjangkau
adalah anak yang berusia 7-10 tahun yang bertempat tinggal di kota Medan,
Propinsi Sumatera Utara. Sampel adalah populasi terjangkau yang
3.4. Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus perkiraan besar
sampel untuk uji hipotesis terhadap 2 proporsi dengan dua kelompok
independen 20 :
n1 = n2 = (Z√2PQ + Z√P1Q1 + P2Q2 )2
(P1 – P2)2
n1 = Jumlah subjek yang memiliki saudara kandung < 3 orang
n2 = Jumlah subjek yang memiliki saudara kandung ≥ 3 orang
= Kesalahan tipe I = 0,05 → Tingkat kepercayaan 95%
Z = Nilai baku normal = 1,96
= Kesalahan tipe II = 0,2 → Power (kekuatan penelitian) 80%
Z = 0,842
P1 = Prevalensi anak penderita asma yang memiliki saudara kandung <
3 orang = 0,29
Q1 = 1 – P1 = 0,71
P2 = Prevalensi anak penderita asma yang memiliki saudara kandung ≥ 3
orang = 0,49
Q2 = 1 – P2 = 0,51
P = P1+P2 = 0,39
Q = Q1+Q2 = 0,61
2
Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel untuk
masing-masing kelompok sebanyak 48 orang.
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi :
- Anak usia 7-10 tahun
- Anak yang memiliki riwayat atopi
-
Kriteria Eksklusi :
Anak dengan kelainan paru lain :
- Infeksi paru seperti tuberkulosis, pneumonia, rinosinobronkitis, dan
sebagainya
- Penyakit paru obstruktif seperti emfisema, bronkitis, bronkiektasis dan
sebagainya.
3.6. Cara Kerja dan Alur Penelitian
- Peneliti memberikan penjelasan mengenai penelitian dan pemeriksaan
- Kepada subjek penelitian dan orangtua diberikan kuesioner untuk
skrining kelainan atopi (trace card) dan lembar persetujuan penelitian
untuk diisi oleh orangtua dan nantinya dikembalikan kepada peneliti
- Orang tua menanda tangani lembar persetujuan sebagai bukti
kesediaan anaknya diikutsertakan dalam penelitian ini.
- Dilakukan penimbangan berat badan dengan timbangan berat badan
merek Camry yang sebelumnya telah ditera dengan kapasitas
maksimal 125 kg. Anak mengenakan pakaian seminimal mungkin
tanpa memakai sepatu atau sandal.
- Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan microtoise
dengan kecermatan 0,1 cm dimana anak berdiri tegak dengan posisi
kaki sejajar; tumit, bokong, dan belakang kepala menyentuh dinding.
- Peneliti melakukan pemeriksaan fisik untuk menyingkirkan adanya
kelainan infeksi dan obstruksi paru.
- Anak yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan subjek penelitian
- Selanjutnya anak-anak yang terpilih sebagai sampel dibagi menjadi
dua kelompok yang dipilih secara consecutive sampling. Kelompok I
yaitu anak dengan jumlah saudara kandung < 3 orang sedangkan
kelompok II yaitu anak dengan jumlah saudara kandung ≥ 3 orang.
- Kepada masing-masing kelompok dibagikan kuesioner ISAAC yang
kemudian dikumpulkan setelah diisi lengkap oleh orangtua untuk
dilakukan analisis selanjutnya.
Alur Penelitian
4444
Kuesioner ISAAC
Populasi terjangkau yang memenuhi
kriteria inklusi
48 anak dengan jumlah saudara kandung < 3 orang
48 anak dengan jumlah
saudara kandung ≥ 3 orang
Non-asma Asma
Non-asma Asma
Kuesioner ISAAC Populasi terjangkau
3.7. Identifikasi Variabel
Variabel bebas Skala
Jumlah saudara kandung Nominal dikotom
<3 dan ≥3 orang.
Variabel tergantung Skala
Kejadian asma Nominal dikotom
3.8. Analisis Data
Data diolah dengan analisis kai kuadrat untuk membandingkan kejadian
asma antara anak dengan jumlah saudara kandung < 3 dan ≥ 3 orang.
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan
perangkat lunak statistik. Interval kepercayaan yang digunakan adalah 95%
dengan tingkat kemaknaan P <0,05.
3.9. Definisi Operasional
1. Kejadian asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten
dengan karakteristik timbul secara episodik, cenderung pada
malam/dini hari, musiman, setelah aktivitas fisik, serta dijumpai riwayat
ibu dan satu asma atau atopi lain pada pasien dan/atau keluarganya.
Dalam studi ini kejadian asma dideteksi dengan menggunakan
2. Atopi diketahui dengan penilaian risiko alergi melalui trace card UKK
Alergi-Imunologi IDAI dan kuesioner riwayat klinis atopi.
3. Riwayat atopi pada keluarga adalah kelainan atopi yang dijumpai pada
ayah, ibu atau anak-anak yang menjadi saudara kandung.
4. Saudara kandung adalah individu yang memiliki ayah dan ibu yang
sama
5. Infeksi paru adalah kelainan paru dan saluran nafas yang diakibatkan
oleh infeksi bakteri, virus ataupun mikroorganisme lain seperti
tuberkulosis, pneumonia, rinosinobronkitis, dan sebagainya8
6. Kelainan paru obstruktif adalah kelainan paru dan saluran nafas yang
diakibatkan oleh terjadinya obstruksi yang menghambat saluran nafas
seperti pada emfisema, bronkitis dan sebagainya8
7. Paparan polusi pada studi ini didefinisikan sebagai terpapar polusi dari
jalanan, kendaraan bermotor, asap pabrik dan industri
8. Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian hanya air susu ibu saja
dalam periode 6 bulan pertama kehidupan
9. Riwayat imunisasi diketahui dengan kuesioner riwayat pemberian
3.10. Masalah Etika
- Persetujuan setelah penjelasan (Informed consent) dari orang tua
BAB 4
HASIL
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 060907, 064980 dan
064961 Kecamatan Medan Maimun, Kelurahan Kampung Baru, Kotamadya
Medan, Propinsi Sumatera Utara. Anak sekolah dasar yang dibagikan
kuisioner untuk skrining kelainan atopi sebanyak 705 anak, dimana 120
anak diantaranya tidak mengembalikan kuisioner. Dari 585 anak yang
mengembalikan kuisioner, terdapat 115 anak yang memiliki riwayat atopi.
Dari 115 anak tersebut dilakukan pengambilan sampel secara consecutive
yaitu 48 anak dengan jumlah saudara kandung < 3 orang dan 48 anak
dengan jumlah saudara kandung ≥ 3 orang. Selanjutnya kepada kedua
kelompok tersebut kemudian dibagikan kuesioner ISAAC untuk mendeteksi
kelainan asma. Hasilnya diperoleh dari 48 anak dengan jumlah saudara
kandung < 3 orang didapati 14 anak (29,16%) dengan hasil positif kelainan
asma. Sedangkan dari 48 anak dengan jumlah saudara kandung ≥ 3 orang
Gambar 4.1 Profil Penelitian 705 anak dibagikan kuisioner
585 anak mengembalikan kuisioner
120 anak tidak mengembalikan
kuesioner
115 anak dengan riwayat atopi
Kelompok I : 48 anak dengan jumlah saudara kandung < 3 orang
Kelompok II : 48 anak dengan jumlah saudara kandung ≥ 3 orang
Kuesioner ISAAC Kuesioner ISAAC
Tabel 4.1. Karakteristik dasar
Berat Badan (kg), rerata (SD) 24,96 (4,61) 25,29(8,63)
Tinggi Badan (m), rerata (SD) 129 (0,09) 127 (0,08)
Dalam tabel 4.1 ditampilkan karakteristik responden yang mengikuti
penelitian ini. Kedua kelompok responden sebagian besar berjenis kelamin
perempuan dengan rerata umur 9,56 tahun dan 8,98 tahun, masing-masing
untuk kelompok responden dengan saudara kandung < 3 orang dan ≥ 3
orang. Rerata berat badan adalah 24,96 kg dan 25,29 kg. Rerata tinggi
badan kedua kelompok responden adalah masing-masing 129 dan 127 cm.
Tabel 4.2 . Hubungan jumlah saudara kandung dan kejadian asma
Jumlah Saudara Kandung Asma P
Positif n(%) Negatif n(%)
< 3 orang 14 (73,5) 34 (44,2) 0,04
≥ 3 orang 5 (26,5) 43 (55,8)
Dari hasil pada tabel 4.2 terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah
Tabel 4.3 Hubungan urutan kelahiran anak dan kejadian asma
Dari hasil pada tabel 4.3 diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara
urutan kelahiran anak dan kejadian asma (p = 0,0001).
Tabel 4.4. Hubungan riwayat imunisasi DPT dengan kejadian asma
Tabel 4.4 menunjukkan kalau tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
Tabel 4.5. Hubungan kepemilikan hewan peliharaan dengan kejadian asma
Berdasarkan tabel 4.5 dijumpai tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara kepemilikan hewan peliharaan terhadap kejadian asma (p = 0,842).
Tabel 4.6. Hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian asma
Berdasarkan hasil pada tabel 4.6 diperoleh bahwa riwayat pemberian ASI
memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian asma (P = 0,001) Hewan peliharaan, (anjing, kucing)
Riwayat pemberian ASI eksklusif Asma Nilai p
Tabel 4.7. Hubungan paparan polusi dengan kejadian asma
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paparan polusi dengan
kejadian asma (p = 0,217) berdasarkan hasil pada tabel 4.7 Paparan Polusi
Asma Nilai p
Positif n(%)
Negatif n(%)
Ada 8 (42,1) 47 (62,1) 0,217
Tidak ada 11 (57,9) 30 (37,9)
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada studi ini ditemukan prevalensi asma pada anak laki-laki sebesar 52,6%
dan 47,4% pada anak perempuan. Tidak ditemukan adanya hubungan yang
bermakna antara jenis kelamin dan prevalensi asma pada sampel penelitian.
Prevalensi asma di negara maju terus meningkat dalam dua dekade
terakhir. Pada dewasa diperkirakan prevalensinya mencapai 6% sedangkan
prevalensi pada anak sekitar 10%. Di Indonesia prevalensinya pada tahun
2002 dijumpai sekitar 3% pada anak usia 6-7 tahun dan 5,2% di usia 13-14
tahun. Pada kelompok usia dibawah 18 tahun prevalensi asma ditemukan
mencapai angka tertinggi dengan usia diatas lima tahun memiliki prevalensi
dan serangan asma yang lebih sering daripada kelompok usia dibawah lima
tahun sesuai dengan data asma di AS tahun 2000.8
Sejumlah studi sebelumnya menyatakan prevalensi asma pada anak
laki-laki sampai dengan usia 10 tahun adalah 1,5 sampai 2 kali lipat anak
perempuan. Sebuah studi lain di tahun 2001 juga sependapat dengan
menyatakan rasio anak laki-laki lebih tinggi antara 3:2 pada usia 6-11 tahun
ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan prevalensi asma berdasarkan
jenis kelamin yaitu pada laki-laki (51,1/1000) dan perempuan (56,2/1000). 8
Data prevalensi asma diseluruh dunia sangat bervariasi. Terdapat
perbedaan prevalensi antar negara dan antar daerah yang tidak dapat
dipastikan apakah timbul akibat perbedaan prevalensi atau akibat perbedaan
kriteria diagnosis yang digunakan. Berbagai penelitian tentang asma yang
ada saat ini umumnya menggunakan definisi penyakit asma yang berbeda
sehingga sulit untuk membandingkan hasil antar penelitian tersebut. Untuk
mengatasi hal tersebut, dilaksanakan penelitian multisentra dengan
menggunakan definisi asma yang seragam dan kuesioner yang standar yaitu
studi yang dilakukan oleh International Study of Asthma and Allergy in
Children (ISAAC).8
Bagaimana jumlah saudara kandung dapat berpengaruh terhadap
prevalensi asma pada anak masih belum dapat sepenuhnya dimengerti.
Namun diduga sesuai dengan konsep hygiene hypothesis yang mengatakan
paparan terhadap infeksi dimasa usia anak dini akan menimbulkan pengaruh
terhadap sel T regulator dan merubah keseimbangan T helper 1 (Th1) dan T
helper 2 (Th2). Paparan terhadap mikroba akan meningkatkan respons Th1
dan sebaliknya akibat sistim regulasi yang berlawanan akan menurunkan
respons terhadap infeksi dengan memproduksi interferon-∂, sementara sel
Th2 secara umum lebih berhubungan dengan respons imun atopi dengan
menginduksi produksi IgE dan maturasi sel mast, basofil dan eosinofil.1,21
Berkurangnya paparan terhadap mikroba dan infeksi merupakan faktor
penyebab utama meningkatnya insidens atopi. Melalui sejumlah penelitian
epidemiologi ditemukan adanya efek protektif agen infeksius dan produk
mikroba terhadap berkembangnya sensitisasi alergi atau penyakit alergi.
Berbagai produk mikroba dan infeksi yang telah diteliti dan dijumpai berkaitan
dengan menurunnya kejadian alergi adalah infeksi campak, malaria, virus
hepatitis A, Helicobacter pylori, flora normal usus, endotoksin lingkungan
serta kecacingan.13 Peningkatan kebersihan individu serta lingkungan yang
steril dan higiene diyakini menurunkan kesempatan terjadinya infeksi silang
dalam keluarga sehingga akan meningkatkan terjadinya alergi.6
Studi ISAAC fase I yang melibatkan 56 negara menemukan
prevalensi asma tertinggi adalah di United Kingdom (UK) sedangkan
prevalensi asma terendah dijumpai pada sejumlah negara berkembang.
Temuan ini sesuai dengan kenyataan tingginya prevalensi asma di negara
maju dan kemungkinan adanya efek protektif infeksi terhadap alergi
khususnya asma pada negara berkembang dengan angka penyakit infeksi
Studi ini mencoba menjelaskan hubungan antara prevalensi asma
pada anak dengan riwayat atopi terhadap jumlah saudara kandung yang
dimiliki. Pada penelitian ini ditemukan hubungan antara prevalensi asma
dengan jumlah saudara kandung, dimana 14 dari 48 anak dengan jumlah
saudara kandung < 3 orang ditemukan memiliki gejala asma berdasarkan
kuesioner ISAAC (P= 0.04).
Selain itu diketahui juga kalau terdapat hubungan yang signifikan
antara urutan kelahiran anak dan kejadian asma (p = 0,0001). Hal ini juga
dijumpai pada studi sebelumnya di Inggris yang menemukan penurunan
reaktivitas uji tusuk kulit dan kadar IgE tali pusat seiring dengan
bertambahnya urutan kelahiran. Kadar IgE tali pusat ≥0.5 kilounit/liter
dijumpai pada sejumlah 16,5% anak pertama di Inggris, namun pada anak
urutan ketiga dan seterusnya dijumpai hanya sejumlah 8%.23
Mekanisme lain yang mungkin dapat menjelaskan hubungan asma
dan alergi dengan jumlah saudara yang dimiliki adalah melalui perubahan
kadar IgE, respon atopi dan toleransi imun seiring dengan kehamilan.
Sebuah studi menyatakan tiap kehamilan yang dialami akan menurunkan
respons atopi ibu dengan menginduksi toleransi imun dan dapat menurunkan
risiko pada keturunan berikutnya untuk menjadi atopi.22 Studi di Inggris yang
penurunan kadar IgE seiring dengan meningkatnya jumlah kelahiran. Hal ini
mengindikasikan pengaruh jumlah saudara kandung terhadap kejadian alergi
sudah dimulai sejak masa in utero.23
Pada penelitian ini didapati 11 anak dengan riwayat imunisasi DPT
terbukti menderita asma berdasarkan kuesioner ISAAC namun tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara keduanya (P= 0.68).
Pada hygiene hypothesis sejumlah faktor seperti imunisasi, hewan
peliharaan, pemberian ASI dan paparan polusi dikatakan berpengaruh
terhadap timbulnya alergi. Hubungan antara imunisasi dan terjadinya alergi
sampai saat ini masih menjadi tanda tanya.24 Studi di Jepang terhadap 82
anak usia 0-3 tahun menemukan vaksinasi DPT memiliki efek meningkatkan
kejadian atopi dikemudian hari. Hasil ini tidak didukung oleh sejumlah studi
lain. Sebuah studi lain yang juga dilakukan di Jepang, sebaliknya
menyatakan vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) dapat menghambat
perkembangan kejadian atopi secara temporer.25
Studi di Denmark menemukan vaksinasi pertusis pada bayi tidak
berhubungan dengan kejadian alergi di usia 7 tahun. Demikian jugadengan
studi yang membandingkan risiko eczema dan wheezing berulang antara
dengan bayi yang tidak mendapat vaksinasi di Belanda juga menemukan
tidak ada perbedaan yang bermakna.26
Pada studi ini tidak didapati hubungan yang bermakna antara
kepemilikan binatang peliharaan (anjing, kucing) dengan prevalensi asma
dimana hanya terdapat 7 anak yang memiliki binatang peliharaan
(anjing,kucing) terbukti positif asma berdasarkan kuesioner ISAAC (P=
0.842).
Kontak yang erat dengan hewan peliharaan seperti anjing dan kucing
diyakini memiliki efek protektif terhadap terjadinya penyakit alergi. Penelitian
di Amerika Serikat melaporkan adanya peningkatan sekresi IL-10 dan IL-13
serta penurunan sensitisasi alergi dan dermatitis atopi pada anak yang
terpapar dengan hewan peliharaan anjing saat bayi.27 Sebuah studi di New
Zealand menemukan interaksi yang sinergis antara paparan terhadap anjing
dan kucing yang berhubungan dengan rendahnya risiko atopi pada anak dan
dewasa.28
Pada studi ini ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara
prevalensi asma dengan riwayat pemberian ASI eksklusif (p= 0,001).
Hubungan pemberian ASI dengan kejadian alergi telah banyak dibahas
dalam berbagai studi. Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan akan
menyatakan pemberian ASI eksklusif selama 4-6 bulan akan mencegah
timbulnya atopi dan asma pada anak.29 Studi ini didukung oleh sebuah studi
di Swedia yang menemukan bahwa ASI eksklusif mencegah berkembangnya
penyakit alergi seperti dermatitis atopi, asma, dan rhinitis alergi.30 Namun
sebuah studi lain terhadap 200 bayi baru lahir sebaliknya menemukan bahwa
pemberian ASI eksklusif ≥ 9 bulan berhubungan dengan peningkatan
dermatitis atopi dan gejala hipersensitifitas terhadap makanan pada anak.31
Dan sebuah studi di Denmark menyatakan tidak ada pengaruh menyusui
secara eksklusif ataupun tidak terhadap perkembangan penyakit alergi.32
Pada penelitian ini sejumlah 8 anak yang mengalami paparan polusi
dijumpai memiliki hasil positif asma berdasarkan kuesioner ISAAC namun
tidak didapati adanya hubungan yang bermakna antara keduanya (P=
0.217). Paparan polusi diduga memiliki pengaruh terhadap timbulnya
penyakit alergi. Studi yang menilai hubungan paparan polusi dan asap rokok
terhadap kejadian alergi menemukan kalau paparan polusi dan asap rokok
dimasa prenatal adalah faktor risiko terjadinya wheezing dan asma pada
anak di usia prasekolah.33
Kelainan atopi dapat didiagnosis dengan adanya riwayat individu atau
keluarga yang dikonfirmasikan dengan adanya IgE alergen spesifik atau
keluarga (trace card) sebagai acuan penilaian risiko atopi, dimana sesuai
dengan rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP) dan European
committees riwayat atopi pada keluarga dapat digunakan untuk identifikasi
bayi / anak risiko tinggi yang layak mendapat pencegahan alergi.
Keterbatasan pada studi ini adalah tidak digunakannya pemeriksaan
standar emas untuk memastikan diagnosis asma pada anak yaitu dengan
spirometri, sehingga kemungkinan kesalahan diagnosis dapat terjadi.
Studi lebih lanjut dengan pemantauan jangka panjang yang
menyeluruh serta menggunakan pemeriksaan yang lebih lengkap seperti,
spirometri, peak flow meter dan uji tusuk kulit dibutuhkan untuk memastikan
diagnosis asma dan alergi dalam rangka menelusuri hubungan asma dan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat hubungan antara kejadian asma
dengan jumlah saudara kandung pada anak usia sekolah dasar dengan
riwayat atopi. Pemberian ASI dapat menurunkan kejadian asma sementara
sejumlah faktor lain seperti imunisasi, kepemilikan hewan peliharaan, dan
paparan polusi dijumpai tidak berhubungan dengan kejadian asma.
Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan pengamatan yang menyeluruh dan
jangka panjang untuk evaluasi hubungan jumlah saudara kandung terhadap
kejadian asma.
RINGKASAN
Prevalensi asma anak terus meningkat, khususnya dijumpai di negara maju
dan berkembang. Penyebab peningkatan prevalensi ini belum diketahui,
namun diyakini faktor lingkungan berperan sangat penting. Sejumlah studi
terdahulu telah menemukan adanya antara jumlah saudara kandung yang
dimiliki oleh seorang anak dengan terjadinya kelainan atopi, dimana sesuai
dengan hygiene hypothesis oleh Strachan dikatakan kalau jumlah saudara
kandung yang lebih banyak akan menekan terhadap terjadinya kelainan
atopi. Sampai saat ini mekanisme pasti terjadinya hubungan ini belum dapat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kejadian asma
dengan jumlah saudara kandung pada anak dengan riwayat atopi dimana
dikatakan anak yang memiliki saudara kandung yang lebih banyak akan lebih
sering terpapar infeksi sehingga lebih jarang menderita kelainan atopi, salah
satunya asma. Penelitian cross sectional ini dilakukan pada bulan Juni -
November 2010 di tiga Sekolah Dasar di Medan, Sumatera Utara.
Populasi penelitian adalah anak sekolah dasar berusia 7-10 tahun
yang memiliki riwayat atopi. Untuk skrining kelainan atopi digunakan trace
card UKK Alergi-Immunologi IDAI dan kuesioner riwayat klinis atopi.
Kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC)
untuk skrining kejadian asma disebarkan kepada siswa/siswi yang memiliki
riwayat asma, rinitis alergi dan dermatitis atopi. Sampel dibagi dalam dua
kelompok yaitu anak dengan jumlah saudara kandung < 3 dan ≥ 3.
Selanjutnya dilakukan perbandingan kejadian asma antara kedua kelompok.
Hasil pada penelitian ini dijumpai prevalensi asma secara signifikan lebih
tinggi pada anak dengan jumlah saudara kandung < 3 dibandingkan anak
dengan jumlah saudara kandung ≥ 3 ( 73,5% dan 26.5%, P = 0.04).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada anak dengan riwayat atopi,
SUMMARY
The prevalence of asthma in children continues to increase, especially in
developing and developed countries. It is believed that environmental factors
is play important role. Previous studies have found relations between the
number of siblings and atopic disorders, such as Strachan in hygiene
hypothesis that said more siblings will protect children from atophy. Until now,
the mechanism of this association is still unkown.
The aim of this study is to determine the association between
prevalence of asthma bronchiale in atopic children and number of their
A cross sectional study was conducted during June - November 2010
among three elementary schools in Medan, North Sumatera. Trace card of
allergy-immunology and questionnaire of clinical history of atopy used to
screening the children with risk of atopy. Isaac’s questionnaire to predict
asthma bronchiale distributed to 7-10 years of age children with history of
asthma, rhinitis allergy and atopic dermatitis. Subjects were divided into two
groups (children with < 3 and ≥ 3 siblings) and the occurrence of asthma
bronchiale between two groups were compared.
This study found the prevalence of asthma bronchiale was significantly
higher in children who have sibling < 3 than ≥ 3 (73,5% and 26.5%,
respectively; P = 0.04).
So we conclude that in children with atopic history, there were
association between asthma bronchiale prevalence and number of their
DAFTAR PUSTAKA
1. Ponsonby AL, Couper D, Dwyer T, Carmichael A. Cross sectional study of the relation between sibling number and asthma, hay fever, and eczema. Arch Dis Child. 1998; 79:328-33
2. Karmous W, Botezan C. Does a higher number of siblings protect against the development of allergy and asthma? A review. J Epidemiol Community Health. 2002; 56:209-17
3. Ball TM, Castro-Rodriguez JA, Griffith KA, Holberg CJ, Martinez FD, Wright AL. Siblings, day care attendance, and the risk of asthma and wheezing during childhood. N Engl J Med 2000; 343:538-43
4. Strachan DP. Family size, infection, and atopy : the first decade of the
“hygiene hypothesis”. Thorax. 2000; 55(suppl 1):s2-10.
5. McRae WM. Asthma, allergy and the hygiene hypothesis. NZFP. 2002; 2:31-7.
6. Bloomfield SF, Smith RS, Crevel RWR, Pickup J. Too clean, or not too clean : the hygiene hypothesis and home hygiene. Clin Exp Allergy. 2006; 36:402-25.
8. Nataprawira HMD. Diagnosis asma pada anak. Dalam : Rahajoe NN, Supriatno B, Setyanto DB, penyunting. Buku ajar respirologi anak. Edisi Pertama. Jakarta: IDAI; 2008. h. 105-19
9. Prescott SL, Tang MLK. The Australasian society of clinical immunology and allergy position statement : summary of allergy prevention in children. MJA. 2005; 182:464- 7.
10. Nicolaou N, Siddique N, Coustovic A. Allergic disease in urban and rural populations: increasing prevalence with increasing urbanization. Allergy. 2005; 60:1357-60.
11. Han YS, Park HY, Ahn KM, Lee JS, Choi HM, Lee SL. Short-term effect of partially hydrolyzed formula on the prevention of development of atopic dermatitis in infant at high risk. J Korean Med Sci. 2003; 18:547-51.
12. Oldaeus G, Anjou K, Bjorksten, Moran JR, Kjellman N-IM. Extensively and partially hydrolysed infant formulas for allergy prophylaxis. Arch Dis Child. 1997; 77:4-10.
13. Cooper PJ. Intestinal worms and human allergy. Parasite Immunology. 2004; 26:455-67.
14. Romagnani S. The increased prevalence of allergy and the hygiene hypothesis: missing immune deviation, reduced immune suppression or both?. Immunology. 2004; 112:352-63.
15. Manjra AI, Plessis PD, Weiss R, Motala CM, Potter PC, Raboobee N, et al. Childhood atopic eczema consensus document. Current allergy & clinical immunology. 2005; 18:121-5
16. Elston DM. The hygiene hypothesis and atopy : bring back the parasites? J Am Acad Dermatol. 2006; 54:172-9.
17. Munasir Z. Pemeriksaan penunjang klinis : uji kulit terhadap alergen. Dalam : Akib AAP, Munasir Z, Kurniati N, penyunting. Buku ajar alergi imunologi anak. Edisi ke-2. Jakarta : IDAI; 2007. h. 445-7.
18. Celedón JC, Palmer LJ, Weiss ST, Wang B, Fang Z, Xu X. Asthma, rhinitis, and skin test reactivity to aeroallergens in families of asthmatic subjects in anqing, china. Am J Respir Crit Care Med. 2001; 163:1108-20
19. Morris A, Potter P, Lockey R. ALLSA position statement : allergen skin-pricktesting. Curr Allergy Clin Immunol. 2006; 19:22-5.
21. Naleway AL. Asthma and atopy in rural children : is farmingprotective?. Clin Med & Res. 2004; 2:5-12
22. Karmaus W, Arshad SH, Sadeghnejad A, Twiselton R. Does maternal immunoglobulin E decrease with increasing order of live offspring? Investigation into maternal immune tolerance. Clin Exp Allergy. 2004; 34:853-9
23. Karmaus W, Arshad H, Mattes J. Does the sibling effect have its origin inutero? Investigating birth order, cord blood immunoglobulin E concentration, and allergic sensitization at age 4 years. Am J Epidemiol. 2001; 154:909-14
24. Offit PA, Hacket CJ. Addressing parent’s concerns: Do vaccines cause allergic or autoimmune diseases?. Pediatrics. 2003; 111:653-9
25. Yoneyama H, Suzuki M, Fujii K, Odajima Y. The effect of DPT and BCG vaccinations on atopic disorders. Arerugi. 2000;49:585-92
26. Kummeling I, Thijs C, Stelma F, Huber M, Van Den Brandt PA, Dagnelie PC. Diphteria, Pertussis, Poliomyelitis, Tetanus and Haemophylus influenzae Type B Vaccinations and Risk of Eczema and Recurrent Wheeze in The First Year of Life: The KOALA Birth Cohort Study. Pediatrics. 2007; 119:e367-73
27. Gern JE, Reardon CL, Hoffjan S, Nicolae D, Li Z, Roberg KA et al. Effects of dog ownership and genotype on immnune development and atopy in infancy. J Allergy Clin Immunol. 2004; 113:307-14
28. Mandhane PJ, Sears MR, Poulton R, Greene JM, DipcomSys, Lou WY, T et al. Cats and dogs and the risk of atopy in childhood and adulthood. J Allergy Clin Immunol. 2009; 124:745-50
29. Matondang CS, Munasir Z, Sumadiono. Aspek imunologi air susu ibu. Dalam: Akib AAP, Munasir Z, Kurniati N, penyunting. Buku ajar alergi imunologi anak. Edisi ke-2. Jakarta : IDAI; 2007. h. 199
30. Kull I, Wickman M, Lilja G, Nordvall SL, Pershagen G. Breastfeeding and allergic diseases in infants-a prospective birth cohort study. Arch Dis Child. 2002; 87:478-81
31. Pesonen M, Kallio M, Ranki A, Siimes M. Prolonged exclusive breastfeeding is associated with increased atopic dermatitis: a prospective follow-up study of unselected healthy newborns from birth to age 20 years. Clinical and Experimental Allergy. 2006; 36:1011-18 32. Benn CS, Wohlfahrt J, Aaby P, Westergaard T, Benfeldt E, Michaelsen
33. Horak E, Morass B, Ulmer H. Association between environmental tobacco smoke exposure and wheezing disorders in Australian preschool children. Swiss Med WKLY. 2007; 137:608-13
34. Arshad SH, Tariq SM, Matthews S, Hakim E. Sensitization to common allergens and its association with allergic disorders at age 4 years: a whole population birth cohort study. Pediatrics. 2001; 108:1-8
35. Zeiger RS. Food allergen avoidance in the prevention of food allergy in infants and children. Pediatrics. 2003; 111:1662-7
Lampiran 1
I. Personalia Penelitian 1. Ketua penelitian
Nama : dr. Johan El Hakim Siregar
Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSHAM
2. Supervisor penelitian
33. Horak E, Morass B, Ulmer H. Association between environmental tobacco smoke exposure and wheezing disorders in Australian preschool children. Swiss Med WKLY. 2007; 137:608-13
34. Arshad SH, Tariq SM, Matthews S, Hakim E. Sensitization to common allergens and its association with allergic disorders at age 4 years: a whole population birth cohort study. Pediatrics. 2001; 108:1-8
35. Zeiger RS. Food allergen avoidance in the prevention of food allergy in infants and children. Pediatrics. 2003; 111:1662-7
Lampiran 1
I. Personalia Penelitian 1. Ketua penelitian
Nama : dr. Johan El Hakim Siregar
Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSHAM
2. Supervisor penelitian
2. Ibu : ... 9. Penghasilan orang tua : 1. Ayah :...
2. Ibu :... 10. Anggota keluarga selain keluarga inti yang tinggal satu rumah(Ada/Tidak) Jika ada, sebutkan : ...
DATA KHUSUS
1. Risiko Atopi (Trace-card UKK Alergi – Imunologi IDAI)
Berikan nilai terhadap semua anggota keluarga dengan tanda-tanda
alergi : Dermatitis/ Eksim/ Kemerahan/ Diare/ Muntah/ Kolik/ Pilek/
Nafas berbunyi/ Asma sesuai dengan petunjuk berikut :
Nilai Kondisi
2 ibu, bapak dan/atau salah satu saudara sekandung anak yang
dinyatakan terkena alergi
1 ibu, bapak dan/atau salah satu saudara sekandung anak diduga
0 ibu, bapak dan/atau salah satu saudara sekandung anak tanpa
riwayat alergi apapun
Jumlahkan nilai tersebut, kemudian gunakan tabel di bawah ini untuk memeriksa tingkat risiko alergi : (berilah tanda pada kolom yang
sesuai)
Keluarga Dinyatakan Diduga Tanpa
riwayat
Nilai keluarga yang diprediksikan digunakan untuk menentukan
kemungkinan terkena alergi
Nilai Keluarga Tingkat Risiko terkena alergi
0
Diadaptasi dari M Yadav, Causal Triggers of Allergy & Asthma, 2004
No. Pertanyaan Tidak terasa gatal pada pipi, leher atau lipatan kulit siku atau antara paha dan betis?
2. Terjadi pada usia : …... tahun / bulan, dan apakah berulang?
3. Apakah kini sedang kambuh ?
4. Pernahkah diperiksa / diobati dokter
atas keluhan tersebut?
terutama pada saat malam atau pagi hari ?
6. Terjadi pada usia : ...… tahun / bulan, dan apakah berulang?
7. Apakah kini sedang kambuh ?
8. Pernahkah diperiksa / diobati dokter
11. Apakah kini sedang kambuh ?
12. Pernahkah diperiksa / diobati dokter atas keluhan tersebut?
Makanan padat diberikan mulai usia ... bulan / tahun
4. Riwayat Imunisasi :
5. Paparan hewan peliharaan dan ternak
Apakah di rumah Bapak / Ibu terdapat hewan peliharaan ? ... (ya / tidak)
Jika ya, hewan peliharaan tersebut adalah : [ ] anjing [ ] kucing [ ] ayam
Apakah hewan tersebut sudah dipelihara saat usia anak < 1 tahun? (ya / tidak)
6. Paparan polusi
Apakah letak rumah anda dekat ke jalan raya? (ya/tidak)
Apakah terdapat pabrik di sekitar rumah anda ? (Ada/tidak ada)
10. Kuesioner ISAAC’S
Berilah tanda (x) pada kolom yang menurut anda sesuai
1. Pernahkah anda mendengar suara mengi (seperti suara bersiul) pada dada anak anda?
Ya ( ) Tidak ( )
Jika tidak,silahkan langsung ke pertanyaan no 6.
2. Apakah suara mengi itu pernah terdengar dalam 1 tahun ini? Ya ( ) Tidak ( )
Jika tidak,silahkan langsung ke pertanyaan no 6.
3. Berapa kali kejadian suara mengi tersebut terjadi dalam 1 tahun terakhir?
Tidak ada ( ) 1-3 kali ( ) 4-12 kali ( ) Lebih dari 12 kali ( )
4. Dalam 1 tahun ini, berapa kali kira-kira anak anda terbangun dari tidur akibat serangan mengi? Tidak pernah ( ) Kurang dari 1x seminggu ( ) Lebih dari 1x seminggu ( )
5. Dalam 1 tahun ini, apakah serangan mengi membuat anak anda menjadi sulit berbicara (hanya bisa bicara sepatah dua patah kata) karena sesak?
Ya ( ) Tidak ( )
6. Apakah anak anda pernah menderita asma? Ya ( ) Tidak ( )
7. Apakah 1 tahun ini pernah terdengar suara mengi dari dada anak anda saat sedang beraktivitas ataupun setelah beraktivitas? Ya ( ) Tidak( )
Diadaptasi dari Asher MI, Keil U, Anderson HR, Beasley R, Crane J, Martinez F,Mitchell EA et al. International study of asthma and allergies in childhood (ISAAC):rationale and methods. Eur Respir J, 1995, 8, 483–491
Lampiran 4
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ... Umur : ... tahun (L / P)
Alamat : ...
Selaku orangtua dari,
Nama : ... Umur : ... tahun (L / P)
Alamat rumah : ...
Alamat sekolah : ...
dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan
untuk mengikuti penelitian dan bersedia untuk mengisi lembaran kuesioner
yang diberikan Segala sesuatu mengenai tujuan, sifat, dan perlunya
penelitian tersebut telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya
mengerti sepenuhnya. Demikianlah pernyataan persetujuan ini saya perbuat.
Medan, ...
2010
Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan
dr. ... ...
Saksi-saksi : Tanda tangan
1. ... ...
2. ... ...
Lampiran 5
LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANGTUA
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Perkenankan saya untuk memperkenalkan diri. Nama saya dr Johan El
Hakim Siregar, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan sebagai
dokter spesialis anak dan kali ini saya sedang melakukan penelitian untuk
menilai kejadian penyakit asma pada anak dihubungkan dengan jumlah
saudara kandung yang dimiliki.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan
kejadian asma pada anak yang memiliki jumlah saudara kandung yang
Manfaat penelitian ini adalah antara lain dapat membantu mendeteksi
penyakit-penyakit ataupun kelainan alergi yang diderita oleh anak sehingga
dapat dilakukan tindak lanjut yang tepat untuk mengatasi kelainan alergi
tersebut.
Cara kerja penelitian ini adalah Bapak/Ibu diharapkan mengisi sejumlah
daftar isian (kuesioner) yang nantinya akan dikumpulkan dan dianalisa oleh
peneliti. Kusioner terdiri dari dua bagian, yaitu kuesioner mengenai riwayat
alergi dan kuesioner Isaacs untuk mendeteksi ada tidaknya penyakit asma.
Adapun cara mengisi kuesioner adalah dengan memberikan tanda (x) pada
kolom yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai dengan kondisi yang ditemukan
pada anak Bapak/Ibu.
Sedikit keterangan mengenai penyakit asma dan kelainan alergi lain,
Asma dan penyakit alergi lainnya telah menjadi suatu penyakit umum yang
cenderung meningkat. Alergi adalah kelainan keturunan yang mempunyai
gejala klinis seperti rinitis alergi (pilek), asma (bengek) dan dermatitis atopik
(ruam susu). Namun alergi dapat juga bersifat tanpa gejala. Anak yang lahir
dari keluarga dengan riwayat alergi pada kedua orang tua mempunyai resiko
hingga 50-80% untuk terkena penyakit alergi dibanding dengan anak tanpa
riwayat keluarga (resiko hanya sebesar 20%). Resiko akan jadi lebih tinggi
jika penyakit alergi diderita oleh ibu dibanding ayah.
Penyakit asma dan alergi lainnya diduga lebih sering terjadi pada anak yang
tidak pernah/jarang terkena penyakit infeksi. Pada anak yang mempunyai
saudara kandung yang sedikit umumnya akan jarang terkena penularan
penyakit dari saudara-saudaranya sehingga disangkakan akan lebih sering
terkena penyakit alergi.
Pada penyakit asma biasanya akan terjadi sesak nafas, batuk, nafas
gangguan pertumbuhan dan gangguan dalam belajar di sekolah. Karena itu
penyakit ini harus dapat segera diketahui dan ditangani dengan sebaik
mungkin. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mendeteksi penyakit asma
pada anak sehingga dapat segera dilakukan pengobatan. Jika ada
pertanyaan lebih lanjut mengenai penelitian ini, silahkan menghubungi :
dr. Johan El Hakim Siregar (HP: 061-69699356 / 081263340033)
dr. Lily Irsa, SpAK (HP : 0811 636 456)
dr. Rita Evalina, SpA (HP : 0816 3131 981)
Segala informasi yang diperoleh selama penelitian ini dijamin kerahasiaannya
dan seluruh biaya didalam penelitian tidak akan dibebankan kepada Bapak /
Ibu. Demikian informasi ini kami sampaikan. Atas bantuan dan partisipasinya
kami ucapkan terima kasih.
Tempat dan Tanggal Lahir : Kisaran, 6 Oktober 1982
Alamat : Jln. Karyawisata komp. Johor Indah Permai I
blok J no 4 Medan, 20144, Indonesia
PENDIDIKAN
Sekolah Dasar : SD Negeri 060929 Medan, tamat tahun 1994
Sekolah Menengah Pertama : SLTP Negeri 2 Medan, tamat tahun 1997
Dokter Umum : Fakultas Kedokteran USU Medan, tamat
tahun 2006
Magister Kedokteran Klinik : Fakultas Kedokteran USU Medan, tahun 2008
s/d sekarang
RIWAYAT PEKERJAAN : -PTT di Puskesmas Meureubo, Meulaboh, Kabupaten aceh Barat 2007-2008
-PNS di Puskesmas MU Damanik Kotamadya
Tanjung Balai 2009-sekarang
PERTEMUAN ILMIAH / PELATIHAN
1. Evidence-based Medicine Workshop di Medan, 14 – 16 Maret 2008, sebagai peserta.
2. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) di Manado sebagai
peserta
PENELITIAN
1. Hubungan kejadian asma dengan jumlah saudara kandung pada anak
dengan riwayat atopi
ORGANISASI