• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kemampuan Pustakawan Dalam Pengelolaan Database Pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kemampuan Pustakawan Dalam Pengelolaan Database Pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN PUSTAKAWAN DALAM PENGELOLAAN DATABASE PADA PERPUSTAKAAN POLITEKNIK

NEGERI MEDAN (POLMED)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi Untuk meraih gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam Bidang

Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Oleh :

JUNITA KHAIRANI CANIAGO 110709005

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Analisis Kemampuan Pustakawan Dalam Pengelolaan Database Pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED)

Oleh : Junita Khairani Caniago

NIM : 110709005

Pembimbing I : Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd NIP. 19511119 198601 2 001

Tanda Tangan :

Tanggal :

Pembimbing II : Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd NIP. 19570407 198603 2 001

Tanda Tangan :

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Kemampuan Pustakawan Dalam Pengelolaan Database Pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED)

Oleh : Junita Khairani Caniago

NIM : 110709005

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Ketua : Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd

NIP. 19511119 198601 2 001

Tanda Tangan :

Tanggal :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

Dekan : Dr. Syahron Lubis, M.A

NIP. 19511013 197603 1 001

Tanda Tangan :

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinil dan belum pernah disajikan sebagai tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat atau gagasan yang bukan dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip pada karya ini.

Medan, Juli 2015 Penulis,

(5)

ABSTRAK

Caniago, Junita Khairani. 2015. Analisis Kemampuan Pustakawan Dalam Pengelolaan Database Pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED) Medan: Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan database yang dilakukan oleh pustakawan di perpustakaan POLMED.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Untuk mengetahui kemampuan pustakawan dalam mengelola database di perpustakaan POLMED digunakan teknik berupa tes atau soal dalam bentuk pilihan ganda.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pustakawan yang bekerja pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan yang berjumlah 3 (tiga) orang. Karena jumlah populasi kurang dari 100 (seratus) orang maka seluruh populasi dijadikan sampel atau disebut total sampling yaitu 3 (tiga) orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan pustakawan dalam mengelola database CDS/ISIS sebesar 50% artinya pustakawan cukup memiliki kemampuan terhadap database CDS/ISIS, tetapi belum mahir, kemampuan pustakawan dalam mengelola microsoft access yaitu sebesar 25% artinya pustakawan masih kurang mampu menggunakan microsoft access, sebagian besar pustakawan benar-benar memiliki kemampuan dalam melakukan pengindeksan yaitu sebesar 100%, dan sebagian besar pustakawan juga mampu melakukan pengabstrakan sebesar 75%, sedangkan dalam melakukan penelusuran menunjukkan sebagian besar pustakawan kurang memiliki kemampuan dalam kegiatan penelusuran yaitu sebesar 25%.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Kemampuan Pustakawan Dalam

Pengelolaan Database Pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED)”.

Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dukungan ayahanda Khairuddin Caniago, ibunda tercinta Rosnita dan Jusniar yang telah banyak berkorban, membesarkan, mendidik dan memenuhi kebutuhan penulis dan terima kasih yang dalam untuk abanganda Rian Kurniawan, serta kakanda Revi Kumar yang telah banyak berkorban, memberikan perhatian, dukungan dan do’a, serta, kasih sayang dan motivasi sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik itu susunan kata demi kata maupun isinya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penulis dapat meningkatkan kemampuan menulis dimasa yang akan datang. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Perpustakaan dan Informasi.

(7)

3. memberikan bantuan, bimbingan dan arahan serta waktu dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Himma Dewiyana, S.T, M.Hum selaku sekretaris Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya USU.

5. Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan dan arahan serta waktu dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah memberikan ilmu dan bimbingan yang bermanfaat bagi penulis. 7. Seluruh pustakawan dan staf Perpustakaan Politeknik Negeri Medan

(POLMED) terima kasih atas kerjasamanya yang baik sehingga penulis dapat dengan mudah melakukan pengumpulan data.

8. Kepada teman-teman peneliti yaitu Jeni, Niki, Novia, Nola serta semua teman-teman seperjuangan ilmu perpustakaan yang memberikan bantuan, semangat dan dorongan serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skiripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, Juli 2015 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 7

2.1 Definisi Database ... 7

2.1.1 Aplikasi Database ... 9

2.1.2 Tipe Database ... 10

2.2 Repository ... 11

2.3 Database CDS/ISIS ... 13

2.4 Database Ms. Access ... 14

2.4.1 Pengembangan dengan Access ... 14

2.5 Pengindeksan (Indexing) ... 15

2.6 Pengabstrakan ... 22

2.7 Penelusuran (Search Engine) ... 25

2.8 Kemampuan Pustakawan ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Metode Penelitian ... 33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.3 Populasi ... 33

3.4 Sampel ... 34

3.5 Data dan Sumber Data ... 34

3.6 Instrumen Penelitian ... 34

3.6.1 Tes ... 35

3.6.2 Kisi-kisi Tes ... 36

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 36

(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 38

4.1 Pembahasan Data Deskriptif ... 38

4.1.1 Kemampuan Pustakawan I (Responden A) ... 38

4.1.2 Kemampuan Pustakawan II (Responden B) ... 43

4.1.3 Kemampuan Pustakawan III (Responden C) ... 48

4.1.4 Hasil Rekapitulasi Persentase Penilaian Responden ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Saran ... 56

(10)

DAFTAR TABEL

3.1 Kisi-kisi Tes ... 36

4.1 Kemampuan Database CDS/ISIS Responden A ... 38

4.2 Kemampuan Database Microsoft Access Responen A ... 39

4.3 Kemampuan Pengindeksan Responden A ... 40

4.4 Kemampuan Pengabstrakan Responden A ... 41

4.5 Kemampuan Penelusuran Responden A ... 42

4.6 Kemampuan Database CDS/ISIS Responden B ... 43

4.7 Kemampuan Database Microsoft Access Responen B ... 44

4.8 Kemampuan Pengindeksan Responden B... 45

4.9 Kemampuan Pengabstrakan Responden B ... 46

4.10 Kemampuan Penelusuran Responden B ... 47

4.11 Kemampuan Database CDS/ISIS Responden C ... 48

4.12 Kemampuan Database Microsoft Access Responen C ... 49

4.13 Kemampuan Pengindeksan Responden C ... 50

4.14 Kemampuan Pengabstrakan Responden C ... 51

4.15 Kemampuan Penelusuran Responden C ... 52

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

ABSTRAK

Caniago, Junita Khairani. 2015. Analisis Kemampuan Pustakawan Dalam Pengelolaan Database Pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED) Medan: Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan database yang dilakukan oleh pustakawan di perpustakaan POLMED.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Untuk mengetahui kemampuan pustakawan dalam mengelola database di perpustakaan POLMED digunakan teknik berupa tes atau soal dalam bentuk pilihan ganda.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pustakawan yang bekerja pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan yang berjumlah 3 (tiga) orang. Karena jumlah populasi kurang dari 100 (seratus) orang maka seluruh populasi dijadikan sampel atau disebut total sampling yaitu 3 (tiga) orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan pustakawan dalam mengelola database CDS/ISIS sebesar 50% artinya pustakawan cukup memiliki kemampuan terhadap database CDS/ISIS, tetapi belum mahir, kemampuan pustakawan dalam mengelola microsoft access yaitu sebesar 25% artinya pustakawan masih kurang mampu menggunakan microsoft access, sebagian besar pustakawan benar-benar memiliki kemampuan dalam melakukan pengindeksan yaitu sebesar 100%, dan sebagian besar pustakawan juga mampu melakukan pengabstrakan sebesar 75%, sedangkan dalam melakukan penelusuran menunjukkan sebagian besar pustakawan kurang memiliki kemampuan dalam kegiatan penelusuran yaitu sebesar 25%.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perpustakaan merupakan tempat yang menyediakan segala informasi, perpustakaan juga sering disebut gudang ilmu. Karena perpustakaan terdiri dari banyak koleksi bahan pustaka yang memuat banyak informasi. Apa lagi pada masyarakat informasi saat ini perpustakaan dimanfaatkan sebagai pusat informasi. Oleh karena itu banyak masyarakat yang mengakses informasi di perpustakaan sesuai dengan kebutuhannya. Perpustakaan sebagai pusat informasi menyediakan berbagai layanan untuk mendukung dalam menemukan informasi.

Era globalisasi saat ini terjadi perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat pada kehidupan manusia. Perkembangan ini juga terjadi pada bidang perpustakaan yang dapat berpengaruh terhadap berbagai kegiatan di perpustakaan. Perpustakaan sebagai pusat informasi tentunya harus mengikuti perkembangan teknologi untuk memudahkan penggunanya dalam mengakses informasi. Perpustakaan yang pada mulanya hanya terbatas pada bahan pustaka tercetak, namun dengan adanya perkembangan teknologi mulai mengalami perkembangan ke arah digitalisasi. Oleh karena itu perpustakaan dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan zaman agar tidak ditinggalkan oleh penggunanya.

Kemajuan suatu perpustakaan tidak terlepas dari peran seorang pustakawan. Menurut kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia dikatakan bahwa yang disebut pustakawan adalah “Seseorang yang melaksanakan kegiatan

(14)

dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dimiliki melalui pendidikan”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pustakawan adalah orang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi pengguna dengan keahliannya.

Perkembangan sumberdaya informasi baru ini, tidak terlepas dari daya dukung aplikasi TI yang menjadikan akses database elektronik sebagai salah satu alternatif yang semakin penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan informasi. Pertumbuhan produksi bahan-bahan berbasis elektronik (electronic-based) di perpustakaan melahirkan istilah perpustakaan digital (digital library). Perpustakaan digital merupakan perpustakaan dimana berbagai objek informasi khususnya laporan penelitian, thesis, disertasi dan artikel majalah ilmiah disimpan dalam bentuk elektronik. Sehingga koleksi data elektronik dapat diakses tanpa harus melalui proses peminjaman dengan adanya jaringan internet.

(15)

Berkaitan dengan hal tersebut, menjadi tuntutan bagi pustakawan untuk bersikap responsif terhadap perubahan yang terjadi, dan berupaya mencari metoda yang efektif dan efisien, kalau mungkin harus bersikap inovatif dalam memenuhi kepuasan pengguna. Hal ini penting agar perpustakaan tetap survive dalam lingkungannya yang terus berubah. Pemikiran Perpustakaan sebagai gedung yang berisi koleksi pustaka yang diatur dengan sistem tertentu supaya dapat ditemukan kembali dengan cepat, merubah pemikiran dengan kenyataan baru bahwa “perpustakaan sebagai suatu organisasi” yang harus mengembangkan dan

menyediakan berbagai jenis pelayanan termasuk akses informasi elektronik database.

(16)

Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED) merupakan perpustakaan yang sudah berbasis teknologi informasi. Perpustakaan POLMED berada di lantai dua pada gedung pusat daya penunjang kampusdan berada di lantai dua pada gedung pusat daya penunjang kampus. Pada awalnya Perpustakaan POLMED hanya dikelola satu orang saja. Pada awal 2006 sampai dengan sekarang ada penambahan pustakawan. Perpustakaan POLMED memiliki seorang pimpinan (kepala) dan 13 orang pegawai dalam melaksanakan kegiatan perpustakaan. Dari tiga belas pegawai tersebut 3 di antaranya adalah pustakawan. Data ini penulis dapat langsung dari sekretaris UPT perpustakaan POLMED.

Pada penelitian awal yang dilakukan di perpustakaan POLMED, penulis mendapatkan beberapa data yaitu perpustakaan memiliki buku teks tercetak sebanyak 4647 judul dan buku teks elektronik sebanyak 62 judul, jurnal yang dimiliki POLMED dalam bentuk tercetak sebanyak 6 judul dan jurnal elektronik sebanyak 3 judul, sementara majalah tercetak sebanyak 27 judul dan majalah elektronik sebanyak 10 judul, sementara e-book yang dimiliki sebanyak 1048 judul. Berdasarkan informasi yang dikemukakan oleh pustakawan yang juga menjabat sebagai sekretaris UPT perpustakaan bahwa pustakawan kurang berperan dalam memberikan sumber informasi elektronik, hanya terfokus pada bahan pustaka tercetak. Selain itu juga kebanyakan pustakawan kurang mahir menjalankan aplikasi komputer dalam pengolahan database seperti microsoft access. Padahal di era informasi ini hendaknya segala kebutuhan pengguna dapat

(17)

dalam sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Pustakawan Dalam

Pengelolaan Database di Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED).

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan penelitian ini ke dalam rumusan masalah yaitu “Bagaimanakah pengelolaan database yang dilakukan oleh pustakawan di perpustakaan POLMED?”

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan database yang dilakukan oleh pustakawan di perpustakaan POLMED.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Perpustakaan POLMED, sebagai bahan masukan untuk pengembangan kemampuan pustakawan khususnya dalam mengelola database.

2. Peneliti lanjutan, sebagai referensi untuk penelitian yang berkaitan dengan topik yang sama dan aspek yang berbeda.

(18)

1.5Ruang Lingkup

(19)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Definisi Database

Database atau sering kita kenal basis data merupakan sekumpulan data yang tersusun dan tersimpan rapi dalam computer, dan dapat diolah maupun dimanipulasi dengan menggunakan software atau perangkat lunak untuk dijadikan sebagai informasi. Database adalah kumpulan informasi atau data yang tersimpan secara sistematis sehingga temu kembali informasinya menjadi mudah dan cepat (Kusmayadi 2011).

(Fathansyah 2004, 2) menyatakan beberapa pengertian database yaitu sebagai berikut :

1. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang diorganiasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah.

2. Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (redundansasi) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

3. Kumpulan file/table/arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media penyimpanan elektronis.

Menurut Connolly dan Begg (2010, 65), database adalah sekumpulan data tersebar yang berhubungan secara logis, dan penjelasan dari data ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi.

(20)

Menurut Gottschalk dan Saether dalam jurnal (2010, 41), database adalah sekumpulan data yang terorganisir untuk mendukung banyak aplikasi secara efisien dengan memusatkan data dan mengontrol data redundant.

Menurut (Al-Bahra Bin Ladjamudin 2005, 129 ) terdapat beberapa definisi basis data dari beberapa orang ahli basis data sebagai berikut :

1. Database adalah sekumpulan data store (bisa dalam jumlah yang sangat besar) yang tersimpan dalam magnetic disk, optical disk, magnetic drum atau media penyimpanan sekunder lainnya.

2. Database adalah sekumpulan program – program aplikasi umum yang bersifat “batch” yang mengeksekusi dan memproses data secara umum (seperti pencarian, peremajaan, penambahan, dan penghapusan terhadap data ).

3. Database terdiri dari data yang akan digunakan atau diperuntukan terhadap banyak user, dimana masing – masing user ( baik menggunakan teknik pemrosesan yang bersifat batch atau on-line) akan menggunakan data tersebut sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan user lain dapat juga menggunakan data tersebut dalam waktu yang bersamaan.

4. Database adalah koneksi terpadu dari data – data yang saling berkaitan dari suatu enterprise ( perusahaan, instansi pemerintah atau swasta ).

Database adalah koleksi atau kumpulan data yang mekanis, terbagi/shared, terdefinisi secara formal dan dikontrol terpusat pada organisasi (Everest).

Selanjutnya menurut C.J. Date database adalah koleksi “data operasional” yang

tersimpan dan dipakai oleh sistem aplikasi dari suatu organisasi. 1. Data input adalah data yang masuk dari luar sistem 2. Data output adalah data yang dihasilkan sistem

3. Data operasional adalah data yang tersimpan pada sistem

(21)

2.1.1 Aplikasi Database

Berikut program aplikasi dalam mengolah database (Apradiz 2014) :

1. MySQL, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat open source, dikembangkan oleh Oracle (sebelumnya Sun dan MySQL AB). Merupakan pengolah database yang paling banyak digunakan di dunia dan lazim diterapkan untuk aplikasi web. Database mysql memang banyak di gunakan sekarang bahkan facebook juga menggunakannya. 2. SQLite, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat open

source, dikembangkan oleh D. Richard Hipp. Dikenal sebagai pengolah database yang sangat kecil ukuran programnya, sehingga lazim ditanamkan di berbagai aplikasi komputer, misalnya di web browser. Database jenis ini juga biasanya digunakan oleh orang untuk aplikasi android.

3. Microsoft SQL Server, merupakan aplikasi pengolah database yang dikembangkan oleh Microsoft dan bersifat proprietary (komersial),namun tersedia juga versi freeware-nya. Lazim digunakan di berbagai versi Microsoft Windows. Database ini hampir sama dengan mysql tapi masih mudah mysql dalam pembuatannya.

4. Oracle, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat proprietary (komersial), dikembangkan oleh Oracle Corporation. Pengolah database ini terbagi dalam beberapa varian dengan segmen dan tujuan penggunaan yang berbeda-beda. Database jenis ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang besar karena database ini sangat mahal.

5. IBM DB2, merupakan aplikasi pengolah database yang dikembangkan IBM secara proprietary (komersial). DB2 terbagi menjadi 3 varian, yaitu DB2 untuk Linux – Unix – Windows, DB2 untuk z/OS (mainframe), dan DB2 untuk iSeries (OS/400).

6. PostgreSQL atau Postgres, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat open source, dikembangkan oleh PosgreSQL Global Development Group. Tersedia dalam berbagai platform sistem operasi seperti Linux, FreeBSD, Solaris, Windows, dan Mac OS.

7. MongoDB, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat open source, dikembangkan oleh 10gen. Tersedia untuk berbagai platform sistem operasi dan dikenal telah digunakan oleh situs Foursquare, MTV Networks, dan Craigslist.

8. WebDNA, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat freeware, dikembangkan oleh WebDNA Software Corporation. Didesain untuk digunakan di web.

(22)

10.Sybase, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat proprietary (komersial), dikembangkan oleh SAP. Ditargetkan untuk pengembangan aplikasi mobile.

11.CouchDB, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat open source, dikembangkan oleh Apache Software Foundation. Difokuskan untuk digunakan di server web.

12.Redis, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat open source, dikembangkan oleh Salvatore Sanfilippo (disponsori oleh VMware. Difungsikan untuk jaringan komputer.

13.Firebird, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat open source, dikembangkan oleh Firebird Project. Lazim dijalankan di Linux, Windows dan berbagai varian Unix.

2.1.2 Tipe Database

Untuk menyimpan ataupun mengambil data dari basis data kita memerlukan perangkat lunak yang sering disebut dengan DBMS (system managemen basis data). Adapun tipe database ada sekurang-kurangnya 12 tipe yaitu antara lain:

1. Analytical database, yang merupakan database untuk menyimpan informasi dan data yang diambil dari operasional dan eksternal database. Database ini terdiri dari data dan informasi yang diringkas dan paling banyak dibutuhkan oleh suatu organisasi manajemen maupun End-user lainnya.

2. Operational database ialah database yang menyimpan data secara rinci yang dibutuhkan untuk mendukung operasi dari seluruh organisasi. Biasa juga disebut dengan SADB (subject-area databases), transaksi, dan produksi database. Contohnya seperti : database inventaris, database pribadi, database pelanggan, akuntansi database.

3. Distributed database merupakan kelompok kerja lokal database dan departemen di kantor-kantor dan lokasi kerja yang lainnya. Dalam database ini terdapat dua segmen yaitu user database dan operasional yang datanya digunakan dan duhasilkan hanya pada pengguna situs itu sendiri. 4. Data warehouse yaitu sebuah data warehouse yang menyimpan data dari

(23)

5. End-user database yang terdiri dari file-file data yang dikembangkan dari end-user dalam workstation mereka. Contohnya berbagai koleksi dokumen dalam word processing, spreadsheet maupun download file.

6. Real time database merupakan sebuah sistem pengolahan yang dirancang dalam menangani beban kerja suatu negara yang bisa berubah-ubah, mengandung data terus menerus dan sebagian tidak berpengaruh terhadap waktu. database ini bermanfaat bagi orang-orang hukum, akuntansi, perbankan, multi media dan analisis dta yang ilmiah.

7. Document oriented database yang merupakan salah satu program komputer yang dirangkai untuk sebuah aplikasi yang berorientasi pada dokumen. Sistem ini dapat diterapkan sebagai lapisan diatas database relasional maupun objek database.

8. In memory database. Database ini bergantung pada memori untuk penyimpanan data dalam sebuah komputer.

9. Navigational database. Dalam navigasi database ini, queries menjumpai benda bagi yang mengikuti referensi dari objek tertentu.

10.Hypermedia database on the web merupakan sekumpulan halaman multimedia yang saling berkaitan dalam sebuah situs web, yang terdiri dari home page, dan hyperlink dari multimedia seperti gambar, teks, grafik audio dls.

11.External database. Adapun database tipe ini menyediakan akses ke eksternal, data milik pribadi online - tersedia untuk biaya pada pengguna akhir ataupun organisasi dari layanan komersial.

12.Relational database. Dari tahun 2009 rational database merupakan standar komputasi bisnis, dan database yang paling umum digunakan pada saat ini. 2.2 Repository

(24)

melakukan proses tersebut terpisah pada database yang berbeda. Database repository biasanya dibahas dan digunakan dalam data warehousing dan business intelligence. Repository biasanya membutuhkan proses agregasi data dimana pada tingkat database yang lebih rendah tidak dapat melakukannya, sehingga memerlukan tingkat pembuatan struktur data yang lebih tinggi (Hartono, 2013-2014).

Repository adalah suatu wadah atau tempat penyimpanan dari berbagai arsip software yang hendak diinstall dalam perangkat yang tersedia. Pengoperasiannya saat user hendak menginstall suatu aplikasi, dengan otomatis Ubuntu akan mencari software tersebut dalam repository, jika telah ditemukan maka Ubuntu akan menginstallnya dan untuk menginstall software tersebut diperlukan koneksi internet. Repositori umumnya mengacu ke lokasi untuk penyimpanan, sering untuk keselamatan atau pelestarian (Ardiansyah, 2015).

(25)

melakukan proses tersebut terpisah pada database yang berbeda. Database repository biasanya dibahas dan digunakan dalam data warehousing dan business intelligence. Repository biasanya membutuhkan proses agregasi data dimana pada tingkat database yang lebih rendah tidak dapat melakukannya, sehingga memerlukan tingkat pembuatan struktur data yang lebih tinggi (Hartono, 2013-2014).

2.3 Database CDS/ISIS

CDS/ISIS (Computerized Documentation Services / Integrated Set of Information System) merupakan perangkat lunak sistem penyimpanan dan temu kembali informasi (Information Storage and Retrieval System) yang dirancang untuk komputerisasi pengelolaan database non numerik yang terstruktur terutama yang berupa teks. CDS/ISIS ini sangat cocok digunakan untuk komputerisasi perpustakaan atau lembaga informasi lainnya yang banyak menggunakan data teks pada database yang dikelolanya.

(26)

untuk tukar-menukar informasi bibliografi melalui format digital yang terbacakan mesin (machine-readable) lainnya.

2.4 Database Ms.Access

Menurut Staven (2007, 72) Microsoft Access adalah suatu piranti lunak dari Microsoft Corporation yang membantu proses pembuatan database. Sedangkan menurut Supardi (2006, 07) microsoft Accsess salah satu pengolah database termudah dan handal, produk microsoft walaupun dalam penerapan program berorientasi objek mengalami kesulitan tetapi microsoft accses tercepat dan termudah dalam membuat program aplikasi bisnis.

Selain tabel, sebuah file database Access juga berisi bermacam-macam obyek database yang lain diantaranya:

1. Queri untuk mengorganisasi data,

2. Forms untuk berinteraksi dengan data pada layar, 3. Reports untuk mencetak hasil,

4. Macros dan program Visual Basic untuk memperluas fungsionalitas dari aplikasi database.

2.4.1 Pengembangan dengan Access

(27)

mengklik dan menyeretnya ke dalam grid. Join juga dapat dibuat dengan cara mengklik dan menyeret field-field dalam tabel ke dalam field dalam tabel lainnya. Access juga mengizinkan pengguna untuk melihat dan memanipulasi kode SQL jika memang diperlukan.

Bahasa pemrograman yang tersedia di dalam Access adalah Microsoft Visual Basic for Applications (VBA), seperti halnya dalam beberapa aplikasi Microsoft Office. Dua buah pustaka komponen Component Object Model (COM) untuk mengakses basis data pun disediakan, yakni Data Access Object (DAO), yang hanya terdapat di dalam Access 97, dan ActiveX Data Objects (ADO) yang tersedia dalam versi-versi Access terbaru.

2.5 Pengindeksan (Indexing)

Indeks merupakan alat bantu penelusuran yang paling banyak dikenal di masyarakat. Indeks berfungsi mempermudah mencari atau menelusuri kepingan-kepingan informasi spesifik dalam jajaran informasi yang besar jumlahnya. Indeks juga mudah digunakan karena tersusun menurut urutan abjad.

(28)

lengkap dapat ditemukan pada sumber yang ditunjuk tanda itu ( Lasa 1990, 42-43).

Yusup (Yusup dan Subekti 2010, 226) menyatakan bahwa bahan-bahan yang diindeks kebanyakan merupakan informasi yang terdapat dalam majalah-majalah, baik yang umum maupun yang khusus, informasi pada surat kabar, informasi yang terdapat pada buku-buku tertentu, dan informasi yang terdapat pada media lain, yang jelas termasuk indeks yang menunjuk ke halaman-halaman buku (concordance).

Menurut Silvana (2002, 17) ada dua macam indeks, yaitu: 1) indeks buku, yang mencakup isi buku tersebut dan kumpulan buku atau katalog buku; 2) indeks majalah, yang mencakup per-artikel dan kumpulan majalah atau katalog majalah. Selain itu indeks terdiri dari: 1) subjek, berisi susunan entri-entri materi yang dibahas, memungkinkan penelusuran informasi melalui pendekatan subjek; (2) pengarang atau nama, berisi susunan entri-entri materi yang indeks, pendekatannya melalui pengarang.

(29)

language (bahasa indeks alami), merupakan pemakaian kata atau istilah sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh pengarang atau dokumen tersebut.

Menurut Irma (2011) perkembangan pengindeksaan subyek yaitu sebagai berikut:

1. Pengindeksan

konsep Assignment indexing Bahasa indeks Indexing language (Controlled vocabulary atau kosakata terkendali Pengindeksan kata Derivative indexing Bahasa alami Natural language (Kosakata bebas, kata kunci atau keywords)

2. Pengindeksan

pralaras Pre-coordinated indexing Pengindeksan pascalaras Post-coordinated indexing

a. PENGINDEKSAN KONSEP Assignment indexing atau concept indexing

(30)

Dalam assignment indexing atau concept indexing pengindeks tidak sekedar mengambil kata-kata yang ditemukannya dalam dokumen, tetapi harus mengenali konsep-konsep yang berada di belakang kata-kata tsb. Dengan demikian pemakai atau penelusur sistem temu balik informasi dapat menemukan kembali (retrieve) semua dokumen tentang konsep tertentu, meskipun istilah yang ia gunakan untuk konsep tsb. berbeda dari istilah yang digunakan penyusun dokumen atau istilah yang digunakan dalam sistem temu kembali tsb. untuk konsep tsb.

Ciri-ciri:

1. Menggunakan bahasa indeks atau kosa kata terkendali (controlled vocabulary)

2. Gangguan atau noise akibat adanya sinonim dan homonim teratasi

3. Hubungan antar konsep terlihat lewat acuan “ lihat juga” atau “see also”,

sistem penunjukan lain, atau karena subyek yang berhubungan ditempatkan berdekatan dalam urutan sistematis

b. PENGINDEKSAN KATA Derivative indexing

Pengindeks mengambil kata/istilah sebagaimana adanya dari judul dokumen, abstrak dokumen atau teks seluruh dokumen. (to derive = mengambil atau memperoleh dari). Juga disebut term indexing atau keyword indexing.

Ciri-ciri:

1. Menggunakan bahasa dokumen, jadi bahasa alami (natural language) atau kosa kata tak terkendali

(31)

3. Hubungan antar subyek tidak terlihat/diperlihatkan

4. Mudah dikerjakan, tidak memerlukan kemampuan intelektual 5. Dapat dikerjakan secara mekanis oleh komputer

c. PENGINDEKSAN PRALARAS (PRA-KOORDINASI) Pre-coordinate indexing

Perbedaan utama antara pengindeksan pralaras dengan pascalaras terletak pada cara subyek majemuk diindeks.

Ciri utama: Penggabungan konsep-konsep untuk menyatakan suatu subyek majemuk dilakukan pada tahap pengindeksan (tahap input).

Disebut pre-coordinate, pra-koordinasi atau pralaras sebab koordinasi atau penggabungan istilah indeks untuk deskripsi indeks dilakukan pada tahap masukan atau input, jadi sebelum (= pra- ) penelusuran dilakukan. Terutama digunakan untuk indeks tercetak seperti dalam majalah indeks dan abstrak, bibliografi nasional, indeks majalah, dan juga katalog subyek perpustakaan yang belum berbentuk OPAC. Bahasa indeks yang cocok untuk pengindeksan pra-koordinasi adalah daftar tajuk subyek.

Ciri:

1. Subyek majemuk diperlakukan sebagai satu kesatuan

2. Pembentukan subyek majemuk dikerjakan pada tahap pengindeksan (input) 3. Perlu urutan sitiran (citation order) agar pengindeksan taat azas

4. Pendekatan terhadap subyek bersifat linear Contoh:

(32)

PERPUSTAKAAN KHUSUS – PETA – KLASIFIKASI – AUSTRALIA Topik: Konstruksi jembatan dengan beton bertulang

JEMBATAN – KONSTRUKSI – BETON BERTULANG Topik: Kiat pemasaran jamu di lingkungan masyarakat kota JAMU – PEMASARAN – MASYARAKAT KOTA

Konsep-konsep yang sudah diterjemahkan menjadi tajuk subyek disusun menurut urutan sitasi (urutan faset).

d. PENGINDEKSAN PASCALARAS (PASCA-KOORDINASI) Post-coordinate indexing

Ciri utama: Penggabungan konsep-konsep untuk menyatakan subyek majemuk dilakukan pada tahap penelusuran (output).

Disebut post-coordinate, pasca - koordinasi, sebab koordinasi atau penggabungan istilah indeks dilakukan pada tahap penelusuran. Pada tahap pengindeksan (= tahap masukan atau input) dokumen di-indeks dengan menggunakan istilah-istilah indeks yang mewakili konsep-konsep tunggal.

Pada tahap output (= penelusuran) penelusur menggabungkan istilah-istilah indeks sesuai dengan subyek yang dicarinya. Penggabungan ini tidak memerlukan urutan sitasi, karena pendekatan terhadap subyek majemuk dalam sistem pasca-koordinasi bersifat multi-dimensional. Bahasa indeks yang sesuai untuk sistem pasca-koordinasi adalah tesaurus.

Ciri:

(33)

3. Penggabungan atau kombinasi konsep dilakukan oleh penelusur pada tahap penelusuran

4. Pendekatan bersifat multidimensional

5. Sistem pasca-koordinasi baru bisa efektif apabila diterapkan dalam sistem berbantuan komputer

Contoh:

Topik: Klasifikasi peta di perpustakaan khusus di Australia. KLASIFIKASI

PETA

PERPUSTAKAAN KHUSUS AUSTRALIA

Dengan kemajuan teknologi maka muncul indeks web, kegiatan ini disebut pula pengindeksan internet, termasuk gaya indeks belakang buku pada setiap situs atau internet, dan pembuatan metadata kata kunci guna memberikan kosakata yang lebih bermanfaat untuk internet atau mesin pencari. Dengan peningkatan jumlah majalah yang memiliki artikel on-line pengindeksan web menjadi penting. Menurut Browne (Browne dan Jeremy 2004) mengkategorikan pengindeksan web sebagai berikut :

1. Granularity of indexes

(34)

dan untuk dokumen dalam situs web, juga untuk bahan non naskah seperti gambar dan presentasi multimedia dengan teks atau digabung dengan media lain.

2. Indeks bahan yang telah diketahui

Indeks itu mencocokan pencarian, dan indeks akan sesuai pencarian apabila pemustaka tahu persis yang mereke cari. Indeks yang bagus menyediakan berbagai sinonim sebagai titik akses dan membimbing pengguna antara istilah dengan menggunakan rujukan silang. Tentu saja pengguna cukup dengan beberapa titik entri kedalam indeks. Sementara dengan melihat-lihat memerlukan pengetahuan yang sama atau bahkan lebih. Lagi pula pandangan mereka tentang kategori yang tepat mungkin berbeda dengan pandangan yang dihadiran oleh taksonomi yang digunakan. Misalnya dalam direktori Yahoo (dir.yahoo.com) kita melihat bird (burung) dibawah binatang, akan tetapi jika kita tertarik pada kegiatan birding (mengamati dan mengidentifikasi burung dalam habitatnya ), kita harus mengikuti jejak rekreasi.

3. Indeks berdasarkan jenis dokumen

Kebanyakan indeks situs web adalah indeks untuk keseluruhan web. Prinsip yang sama utama dalam kasus ini adalah konten yang diindeks, pengguna, frekuensi pemutakhiran, dan khalayak yang diharapkan. Indeks pada buku memerlukan pertimbangan penyediaan teks (apakah kita akan mengakses bab secara keseluruhan sekaligus) dan tingkat kerincian pengindeksan (misalnya, apakah anda akan menautkan pada paraggraf secara individual). Para pengindeks jurnal perlu menentukan beberapa informasi sitran yang disediakan (misalnya, apakah taut menyatakan volume, issue, dan tahun pengindeksan).

2.6 Pengabstrakan

(35)

Bernier (2003), menyatakan setidaknya ada 7 manfaat terpenting kegiatan pembuatan abstrak, yaitu:

1. Memudahkan pembaca (terutama peneliti dan akademisi) menentukan dokumen yang akan dibacanya, sebab perkembangan ilmu pengetahuan demikian pesat dan luas, melibatkan lebih dari 50 bahasa dunia. Pembuatan abstrak dalam bahasa yang dikenali pengguna akan sangat membantu proses penentuan apakah sebuah dokumen perlu diambil untuk dibaca atau tidak.

2. Jumlah jurnal ilmiah dan akademik terlalu banyak untuk diperiksa satu persatu oleh para ilmuwan, sehingga sebuah kumpulan abstrak akan sangat membantu proses pemutakhiran pengetahuan. Ilmuwan tidak perlu membaca dulu satu per satu artikel di bidangnya, sebelum memutuskan untuk memilih artikel yang paling dia perlukan.

3. Seringkali abstrak dapat menggantikan fungsi artikel aslinya, terutama kalau jenis abstrak itu adalah abstrak informatif (lihat penjelasan tentang jenis abstrak di bawah).

4. Dengan membaca abstrak terlebih dahulu, para peneliti dan akademisi dapat menghemat banyak waktu sebelum membaca artikel aslinya. Tanpa abstrak yang berkualitas, seringkali artikel yang dipilih untuk dibaca belum tentu benar-benar relevan.

5. Kumpulan abstrak seringkali lebih mudah dihimpun ke dalam satu bidang atau sub-bidang yang sejenis dan saling berkait, daripada kumpulan artikel di jurnal yang seringkali tidak selalu benar-benar berkaitan satu sama lainnya. Kumpulan abstrak, dengan demikian, sangat membantu peneliti dan akademisi memahami bidang pengetahuan dan batas-batasnya.

6. Abstrak semakin “ampuh” jika disertai indeks dan klasifikasi yang

semakin memudahkan pencari menelusuri belantara artikel ilmiah. Tanpa abstrak yang demikian, sangatlah tidak praktis jika seorang peneliti harus menelusuri setiap bidang pengetahuan secara satu per satu.

7. Tanpa abstrak yang berkualitas, pemilihan artikel atau dokumen untuk diambil dan dibaca menjadi kurang akurat. Abstrak yang baik akan sangat meningkatkan akurasi pemilihan dokumen.

Berikut adalah langkah-langkah dalam membuat abstrak menurut (Setiawati):

1. Baca dokumen secara sekilas untuk mendapatkan pemahaman tentang isi dan cakupan dari dokumen tersebut. Seorang pengabstrak yang terlatih tidak membaca setiap kata tetapi memilih kata dari bagian dokumen atau dengan kata lain mengambil keyword/kata kunci.

(36)

3. Buat suatu konsep kasar dari catatan yang dibuat pada langkah ke-2 dengan tidak terlalu banyak menggunakan ungkapan dari dokumen aslinya.

4. Periksa konsep kasar tersebut. Setelah perbaikan/koreksi perlu dilakukan edit konsep abstrak dan buat dalam gaya penyajiannya. (kesalahan dalam abstrak biasanya memberikan nama, rumus, penggunaan kata yang berulang-ulang/pengulangan kata atau kalimat).

Pengabstrakan secara otomatis dilakukan oleh suatu program komputer yang pada dasarnya untuk menjalankan fungsi-fungsi sebagai berikut (Davis dan Rush, 1979):

1. Membaca dokumen yang akan dibuatkan abstrak 2. Menganalisis dokumen

3. Mengaplikasikan aturan-aturan seleksi dan transformasi untuk menghasilkan abstrak

4. Memformat abstrak yang dihasilkan 5. Mencetak abstrak

Prinsip dasar pengabstrakan otomatis adalah pemilihan kalimat –kalimat penting yang akan digunakan untuk menyusun abstrak. Kalimat-kalimat penting tersebut dapat ditentukan dengan teknik penskoran kalimat yang didasarkan pada frekuensi kemunculan kata. Teknik tersebut secara sederhana dapat digambarkan dengan prosedur sebagai berikut (Lancaster, 1990):

1. Membuang kata-kata buangan dan istilah-istilah yang tidak mempunyai arti substantif.

2. Menghitung frekuensi kemunculan kata dan setiap kata diperingkatkan berdasarkan frekuensi kemunculannya.

3. Kata-kata dengan frekuensi kemunculan lebih besar dari rata-rata dianggap sebagai kata-kata dengan frekuensi tinggi atau kata-kata penting.

4. Mengidentifikasi kalimat-kalimat yang mengandung kata-kata penting. 5. Menghitung faktor signifikansi masing-masing kalimat dengan cara

sebagai berikut:

(37)

f. Menghitung jumlah kata penting dalam kelompok (cluster) dan kuadratnya dibagi dengan jumlah total kata dalam kelompok merupakan nilai kelompok.

g. Faktor signifikansi kalimat adalah nilai kelompok yang tertinggi atau jumlah dari nilai-nilai kelompok dalam kalimat.

Sebagai sumber informasi, abstrak mempunyai banyak keuntungan khususnya bagi pencari informasi yang mempunyai banyak kegiatan. Dengan membaca indeks dapat menghemat waktu karena dapat merasa cukup apabila hanya membaca indeks saja.

2.7 Penelusuran (Search Engine)

Setelah data disimpan dalam database, maka sistem informasi harus mampu menemukan kembali secara cepat dan tepat. Penelusuran informasi merupakan bagian dari sistem temu kembali informasi yang mempunyai peranan penting dalam melakukan akses terhadap informasi. Sehingga apabila ingin menghasilkan tingkat presisi informasi yang tinggi maka perlu dilakukan penelusuran dengan tepat.

Menurut Prasetiawan (2011) penelusuran informasi merupakan kegiatan menelusur kembali seluruh atau sebagian informasi yang pernah ditulis atau diterbitkan melalui sarana temu kembali informasi yang tersedia. Sedangkan strategi penelusuran adalah penelusuran yangdilakukan secara sistematis (systematic searching), yang meliputi cara-cara bagaimana menggunakan kata

kunci (keyword), frase, subjek dokumen, menggunakan logika boolean (boolean logic) serta fasilitas-fasilitas penelusuran lain yang tersedia padamasing-masing

(38)

menemukan dokumen atau informasi yang diperlukan secara cepat dan tepat/relevan.”

Chowdhury (2001) menyatakan bahwa dalam mengatasi permasalahan dalam penelusuran harus memiliki 6 kemampuan untuk melakukan penelusuran informasi, antara lain sebagai berikut:

1. Penentuan perintah

Mengatasi permasalahan informasi dimulai dengan memahami dengan jelas masalah yang ada dari sudut pandang informasi yang dibutuhkan. (Eisenberg and Berkowitz yang dikutip oleh Chowdhury, 2004). Jadi, ketika akan mencari informasi kita harus terlebih dahulu menentukan topik yang tepat.

2. Strategi pencarian informasi

Strategi pencarian adalah suatu proses untuk bisa mendapatkan dokumen yang benar-benar relevan sesuai dengan kebutuhan pengguna.

3. Lokasi dan aksesnya

Tahapan ini penerapan strategi penelusuran informasi digunakan. Setelah sumber informasi yang akan dicari telah diketahui, pengguna harus menggunakan strategi pencarían untuk menemukan kembali informasi yang dibutuhkan. Pada saat kemampuan penelusuran mencari informasi yang dibutuhkan pengguna harus mengerti bagian dari strategi penelusuran yaitu penggunaan sarana pencarían seperti mesin pencari pada website, CD-ROMs, basis data online atau jurnal online, indeks, abstrak, dan berbagai macam sumber informasi online.

4. Penggunaan informasi

Setelah lokasi informasi telah ditentukan, pengguna membutuhkan informasi tersebut untuk digunakan. Informasi memiliki berbagai macam bentuk dan formatnya. Akan tetapi, setiap bentuk atau format membutuhkan kemampuan dalam penggunaanya.

5. Perpaduan informasi

Konteks yang dimaksud perpaduannya adalah semua aplikasi sistem temu kembali informasi disesuaikan dengan perintah yang dicari. Misalkan informasi yang dicari melalui mesin pencari, maka disesuaikan juga kebutuhan informasinya contoh menurut formatnya. Pada mesin pencari ada sarana dan teknik yang digunakan untuk memadukan informasi yang diinginkan agar keluaran yang didapat sesuai.

6. Evaluasi

(39)

a) Apakah cara yang digunakan sesuai ?

b) Apakah informasi yang diinginkan berhasil ditemukan ?

c) Apakah ada pemecahan masalah ketika informasi tidak ditemukan ?

Dari uraian di atas, ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam melakukan proses penelusuran informasi antara lain :

1. Memahami query

2. Menganalisis dan menggambarkan query yang dapat digunakan untuk menerangkan tipe sumbernya

3. Menyeleksi sumber informasi yang tepat

4. Menyeleksi dan menggunakan sarana (indeks/kamus, thesaurus, daftar tajuk subyek, dan lain lain

5. Temu kembali informasi

6. Memeriksa temu kembali informasi

7. Memodifikasi query, mengganti basis data, dll.

Formulasi query diperlukan dalam penelusuran, menurut W. B. Croft (2010, 114) dalam query representation and understanding workshop report, mengemukakan bahwa :

The process of query formulation (also referred to as query rewriting or query transformation modifies the original keyword query submitted by the user to the search engine in order to better represent the underlying intent of the query. The formulated query is then used as an input to the search engine’s ranking algorithm. Thus, the primary goal of query formulation is to improve the overall quality of the ranking presented to the user in response to her query.

(40)

Ada dua tahapan dalam memformulasikan query seperti menurut. Guo (2008: 379) :

Query formulation is usually divided into two main processing stages. The first processing stage, which is usually referred to as query refinement, alters the query on the morphological level (e.g., tokenization, spelling corrections, stemming, etc.). After the query refinement stage is completed, the sec ond processing stage alters the query on the structural level. Such structural alterations may include, among other actions, segmenting the query into atomic concepts (i.e., combinations of terms), assigning weights to these concepts, or expanding the query with related weighted concepts.

Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa formulasi query biasanya dibagi menjadi dua tahapan proses utama. Tahapan pertama, yang biasanya disebut sebagai perbaikan query, mengubah query pada tingkat morfologi (misalnya, tokenization, koreksi ejaan, stemming, dan lain lain). Setelah tahap perbaikan permintaan selesai, tahap kedua, mengubah query pada tingkat struktural.

Perubahan struktural tersebut dapat mencakup, antara lain tindakan, segmentasi query ke dalam konsep atom (yaitu, pengkombinasian istilah), pemberian bobot konsep-konsep, atau memperluas query dengan konsep tertimbang terkait.

2.8 Kemampuan Pustakawan

(41)

dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.

Kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang (Robbin 2007, 57). Selanjutnya definisi pustakawan dalam Undang-undang R.I No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 1 ayat 8 dinyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Menurut Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) mengatakan pustakawan adalah orang yang memberikan dan melaksanakan kegiatan perpustakaan dalam usaha pemberian pelayanan/jasa kepada masyarakat sesuai dengan misi yang diemban oleh badan induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang diperolehnya melalui pendidikan.

(42)

Pengelola informasi sebaiknya terus berusaha untuk memupuk kemampuannya agar memiliki daya dan kekuatan dalam menjalankan seluruh aktivitasnya misalnya dengan memanfaatkan secara cepat dan tepat guna teknologi, terutama teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi, membuka jaringan yang luas, meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan, mengikuti temu karya ilmiah, mengadakan studi banding ke berbagai perpustakaan yang sudah maju (Suwarno 2010, 7).

Menurut Mary Lynn Rice-Lively dalam (Naibaho, 2014) seorang pustakawan akademik harus memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Continuous improvement

Maksudnya adalah pustakawan harus terus melakukan perbaikan yang berkesinambungan agar dapat mengembangkan dan memperbaiki profesionalitas diri yang bertujuan mendapatkan hasil terbaik dari usaha tersebut, yang memberikan solusi terbaik bagi masalah yang ada, yang hasilnya dapat bertahan dan bahan berkembang menjadi lebih baik lagi.

2. Asertif

Adalah kemampuan seseorang untuk berperilaku secara jujur, terbuka, tegas dan langsung pada tujuan. Maksudnya pustakawan harus dapat berperilaku jujur, terbuka dan tegas ketika berkenaan dengan pemberian layanan pada pemustaka. 3. Information literate

Pustakawan harus dapat meakukan penelususran informasi yang tepat guna bagi pemustakanya serta pustakawan juga dapat memberikan materi literasi informasi kepada pemustaka agar ia dapat menelusur informasi secara mandiri.

4. Paham sistem akademik

Pustakawan harus mampu memberikan informasi akademik bagi pemustaka yang membutuhkan karena pustakawan akan menjadi pusat informasi bagi seluruh civitas akademika.

5. Mengerti proses penelitian

Pustakawan di era informasi dituntut harus paham akan proses penelitian karena selain dituntut untuk melakukan penelitian dalam lingkungannya pustakawan juga dapat memberikan bimbingan penelitian bagi pemustaka yang mendukung fungsi perpustakaan sebagai research centre.

6. Percaya diri

(43)

Sedangkan menurut Ned Potter dalam Naibaho (2014) menyatakan ada 10 hal yang diketahui oleh seseorang yang ingin bekerja di perpustakaan, yaitu :

1. Tidak semua tentang buku

Bekerja di perpustakaan tidak hanya tentang buku tetapi tentang semua hal.

2. Bekerja di perpustakaan adalah tentang orang

Dibutuhkan keterampilan berkomunikasi yang baik dan tidak boleh menjadi pemalu karena kita bertugas memberikan pelayanan informasi kepada pemustaka.

3. Bekerja dengan teknologi

Pustakawan harus berkawan dengan teknologi dan mampu menerapkannya.

4. Diperlukan kualifikasi

Bekerja di perpustakaan memerlukan keahlian dan kemampuan yang terus ditingkatkan secara berkelanjutan.

5. Persaingan yang sulit

Setiap tahunnya lulusan pustakawan lebih banyak dibanding dengan pensiun dan banyak orang yang memiliki kualifikasi yang sangat bagus dalam profesi ini. Singkatnya, profesi pustakawan adalah profesi yang sulit sehingga kita harus bekerja keras untuk mendapatkannya.

6. Sosial media adalah teman pustakawan

Pekerja informasi menyukai sosil media. Tempt sosial media seperti twitter dan jejaring profesi dapat memberikan dukungan, bimbingan, dorongan dan tempat untuk bertukar pikiran.

7. Harus siap untuk melawan

Harus siap melawan stereottip “pustakawan tua” yang dapat menghambat kemampuan pekerjaan kita. Jika orang tidak menghargai kita, maka mereka tidak akan mendapatkan layanan yang maksimal.

8. Harus dapat menerima perubahan

Dalam dua dekade terakhir, perpustakaan telah mengalami banyak perubahan. Perubahan adalah hal yang pasti terjadi termasuk dalam lingkungan informasi dan perpustakaan, sehingga kita harus nyaman dan siap dengan hal-hal baru sepanjang waktu.

9. You can pursue existing passion

Salah satu hal terpenting mengenai kepustakawanan aalah seberapa sering kita merasa bersemangat (passion) dalam kapasitas profesionalisme. 10.Ada begitu banyak peran yang berbeda

(44)

Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa kemampuan pustakawan adalah penilaian atas kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan seorang pustakawan dari pelaksanaan berbagai pekerjaannya.

Sintesis :

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain (Sugiyono 2002, 6).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perpustakaan POLMED yang beralamat di Jalan Almamater No.1 Kampus USU Medan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2015.

3.3 Populasi

Untuk memudahkan penelitian ini, maka penulis menetapkan populasi penelitian. Populasi merupakan “keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh‐tumbuhan, udara,gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek‐objek ini dapat menjadi

sumber data penelitian” (Lasa 2011,109). Berdasarkan pendapat tersebut, maka

populasi penelitian ini adalah seluruh pustakawan yang bekerja dilingkungan Perpustakaan POLMED yang berjumlah 3 (tiga) orang.

(46)

3.4 Sampel

Dalam penelitian penentuan sampel merupakan langkah awal berhasilnya suatu penelitian. Menurut Arikunto (2002, 112) “Sampel adalah sebahagian atau wakil yang diteliti”. Arikunto (2002, 112) mengungkapkan bahwa “Untuk sekedar ancer-anser maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Oleh karena jumlah

populasi kurang dari 100 orang maka seluruh populasi dijadikan sampel atau disebut total sampling yaitu seluruh pustakawan yang bekerja dilingkungan Perpustakaan POLMED yang berjumlah 3 (tiga) orang.

3.5 Data dan Sumber Data

Data dan sumber data penelitian ini adalah:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui tes.

2. Data Sekunder, yaitu data yang bersumber dari jurnal, buku, majalah, laporan tahunan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

3.6 Instrumen Penelitian

(47)

dengan sifat penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan Arikunto (1998, 138) sebagai berikut:

1. Instrumen untuk metode tes atau soal

2. Instrumen untuk metode angket atau kuesioner adalah angket atau kuesioner

3. Instrumen untuk metode observasi adalah chek list

4. Instrumen untuk metode dokumentasi adalah pedoman dokumentasi atau chek list.

Adapun instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data pada penelitian ini menggunakan tes.

3.6.1 Tes

Tes merupakan suatu pengukuran yang berisi serangkaian pertanyaan, dimana masing-masing pertanyaan memiliki jawaban yang benar (Ebel & Eriesbie, 1986). Tes yang diberikan kepada pustakawan yaitu berupa bentuk soal pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban yaitu satu jawaban yang benar dan tiga jawaban yang salah. Adapun langkah-langkah dalam menyusun tes adalah sebagai berikut:

a. Menentukan indikator kisi-kisi tes terlebih dahulu

(48)

3.6.2 Kisi-kisi Tes

[image:48.595.117.534.253.381.2]

Berikut ini adalah tabel mengenai kisi-kisi tes untuk mengetahui kemampuan pustakawan dalam mengelola database.

Tabel-3.1 : Kisi-kisi Tes

Variabel Penelitian

Indikator No.Item

Angket Jumlah Item Kemampuan Pustakawan dalam mengelola database

Kemampuan dalam mengelola: 1. Database CDS/ISIS 2. Database Access 3. Pengindeksaan 4. Pengabstrakan 5. Penelusuran 1,2,3,4 5,6,7,8 9,10,11,12 13,14,15,16 17,18,19,20 4 4 4 4 4

Total Item 20

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, teknik yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tes yaitu berupa soal pilihan ganda untuk mengukur kemampuan pustakawan dalam mengelola database.

2. Studi kepustakaan dan pemeriksaan dokumen, yaitu data yang diperoleh melalui berbagai bahan perpustakaan dan dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.8 Teknik Analisis Data

(49)

menggunakan tafsiran data dengan menggunakan rumus. Setelah data dipersentasekan kemudian dikelompokkan atau ditabulasikan.

Adapun rumus dalam menghitung persentase data yaitu:

P = f

n x 100%

Keterangan: P = Persentase

F = Jumlah jawaban yang diperoleh n = Jumlah responden (Hadi 1981, 421)

Untuk menginterpretasikan persentasi yang didapat dari tabulasi data, penulis menggunakan metode Supardi (1979, 20) yaitu:

1-25 % : Sebagian kecil 26%-49% : Hampir setengah 50% : Setengah

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Pembahasan Data Deskriptif

Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian dan hasil pembahasan tentang penelitian, data diperoleh dari penyebaran tes kepada 3 (tiga) responden yaitu Ka.UPT Perpustakaan, Sekretaris UPT Perpustakaan, dan Staf Pengadaan. Ketiga responden tersebut selanjutnya akan disebut sebagai responden A, B, dan C. Pertanyaan tes dapat dilihat juga pada lampiran. Untuk mengetahui kemampuan pustakawan POLMED dalam pengelolaan database dapat dilihat dari jawaban responden berikut ini.

4.1.1 Kemampuan Pustakawan I (Responden A)

[image:50.595.105.520.560.746.2]

Berikut ini merupakan tabel mengenai kemampuan responden A dalam mengelola database.

Tabel-4.1 : Kemampuan Database CDS/ISIS

No Tes

Jawaban responden

Penilaian Benar Salah 1 CDS/ISIS merupakan perangkat lunak

yang dirancang dalam pengelolaan database . Dalam bentuk apakah perangkat ini digunakan....

c. Komponen √

2 CDS/ISIS merupakan perangkat untuk mengelola database bibliografi

secara....

d. Elektronik √

3 CDS/ISIS terdiri dari beberapa versi yaitu....

c. DOS dan Windows

4 Sistim yang digunakan CDS/ISIS dalam merancang database yaitu....

(51)

Berdasarkan jawaban responden A pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pustakawan menjawab pertanyaan yang benar sebanyak 2 (dua) pertanyaan dan pertanyaan yang salah sebanyak 2 (dua). Dengan demikan untuk mengetahui kemampuan responden A terhadap database CDS/ISIS, maka dapat diketahui melalui penghitungan persentase menggunakan rumus sebagai berikut :

P = � % =50%

[image:51.595.112.515.461.668.2]

Hasil penghitungan persentase adalah 50 %. Dari hasil persentase di atas dapat dianalisis bahwa pustakawan cukup memiliki kemampuan menggunakan database CDS/ISIS, artinya pustakawan belum sepenuhnya mahir dalam mengelola database CDS/ISIS.

Tabel-4.2 : Kemampuan Microsoft Access

No Tes

Jawaban responden

Penilaian Benar Salah 5 Dalam pengolahan database Ms.

Access bagian apakah yang digunakan untuk memasukkan keterangan apabila dianggap perlu?

a. Data type √

6 Manakah yang termasuk dalam struktur dabatabase Ms. Access?

a. Table, query, form, report, relation

7 Dalam Microsoft Access, query digunakan sebagai....

b. Membuat aplikasi

8 Bahasa pemprograman dalam Access yaitu...

b. SQL √

(52)

pertanyaan yang salah sebanyak 3 (tiga). Dengan demikan untuk mengetahui kemampuan responden A terhadap microsoft access, maka dapat diketahui melalui penghitungan persentase menggunakan rumus sebagai berikut :

P = � % =25%

[image:52.595.113.512.405.624.2]

Hasil penghitungan persentase adalah 25 %. Dari hasil persentase di atas dapat dianalisis bahwa pustakawan kurang memiliki kemampuan menggunakan microsoft access, artinya pustakawan hanya memiliki sedikit saja kemampuan dalam mengelola microsoft access.

Tabel-4.3 : Kemampuan Pengindeksan

No Tes

Jawaban responden

Penilaian Benar Salah 9 Pilihlah salah satu peraturan yang

perlu diperhatikan dalam penyusunan indeks yang benar dibawah ini!

a. Entri disusun berdasarkan abjad

10 Bahasa yang digunakan dalam pembuatan indeks yaitu....

c. Bahasa indeks terkendali dan bahasa indeks bebas

11 Gaya indeks belakang buku pada indeks web disebut dengan istilah...

d. Indeks situs web A-Z

12 Pengindeksan web disebut juga dengan pengindeksan....

c. Internet √

(53)

kemampuan responden A dalam melakukan pengindeksan, maka dapat diketahui melalui penghitungan persentase menggunakan rumus sebagai berikut :

P = � % =100%

[image:53.595.111.515.379.673.2]

Hasil penghitungan persentase adalah 100%. Dari hasil persentase di atas dapat dianalisis bahwa pustakawan memiliki sepenuhnya kemampuan melakukan pengindeksan, artinya pustakawan mahir dalam melakukan kegiatan pengindeksan.

Tabel-4.4 : Kemampuan Pengabstrakan

No Tes

Jawaban responden

Penilaian Benar Salah 13 Yang dimaksud dengan abstrak

yaitu....

c. Ringkasan isi sebuah tulisan

14 Salah satu langkah membuat abstrak dibawah ini benar, kecuali...

d. periksa konsep dasar tersebut dalam hal kalimat, pengucapan dan ketepatan sebuah kalimat √

15 Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dihindarkan dalam membuat abstrak, kecuali...

d. Jangan memberikan tafsiran dari arti artikel asli

16 Pengabstrakan secara otomatis dilakukan oleh program komputer dengan menjalankan beberapa fungsi-fungsi, salah satunya yaitu....

a. Memformat abstrak yang dihasilkan

(54)

yang salah sebanyak 1 (satu). Dengan demikan untuk mengetahui kemampuan responden A dalam melakukan pengabstrakan, maka dapat diketahui melalui penghitungan persentase menggunakan rumus sebagai berikut :

P = � % =75%

[image:54.595.113.511.407.734.2]

Hasil penghitungan persentase adalah 75%. Dari hasil persentase di atas dapat dianalisis bahwa pustakawan memiliki kemampuan lebih melakukan pengabstrakan, artinya pustakawan memiliki kemampuan dalam melakukan kegiatan pengabstrakan akan tetapi belum mahir.

Tabel-4.5 : Kemampuan Penelusuran

No Tes

Jawaban responden Penilaian Benar Salah 17 Berikut definisi penelusuran

yang benar, kecuali....

b. kegiatan menulis ringkasan isi sebuah tulisan

18 Berikut merupakan tahapan dalam melakukan proses penelusuran yang benar, kecuali.... b. Menyeleksi sumber informasi yang tepat √

19 Dalam melakukan penelusuran informasi pada search engine, dapat dilakukan dengan strategi case sensitive. Bagaimanakah strategi dengan cara case sensitive? b. Menelusur dengan melakukan pemenggalan kata √

20 Pilihlah salah satu cara

penelusuran informasi dengan program Winisis yang dianggap benar!

a. Sorot/klik icon START, lalu PROGRAM, klik ganda icon WINISIS lalu PROGRAM dan sorot/klik CDS/ISIS for Windows

(55)

Berdasarkan jawaban responden A pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pustakawan menjawab pertanyaan yang benar sebanyak 1 (satu) pertanyaan dan pertanyaan yang salah sebanyak 3 (tiga). Dengan demikan untuk mengetahui kemampuan responden A dalam melakukan penelusuran, maka dapat diketahui melalui penghitungan persentase menggunakan rumus sebagai berikut :

P = � % =25%

Hasil penghitungan persentase adalah 25 %. Dari hasil persentase di atas dapat dianalisis bahwa pustakawan kurang mampu melakukan penelusuran, artinya pustakawan hanya sedikit saja memiliki kemampuan dalam melakukan kegiatan penelusuran.

4.1.2 Kemampuan Pustakawan II (Responden B)

[image:55.595.105.521.566.752.2]

Berikut ini merupakan tabel mengenai kemamuan responden B dalam mengelola database.

Tabel-4.6 : Kemampuan Database CDS/ISIS

No Tes

Jawaban responden

Penilaian Benar Salah 1 CDS/ISIS merupakan perangkat lunak

yang dirancang dalam pengelolaan database . Dalam bentuk apakah perangkat ini digunakan....

c. Komponen √

2 CDS/ISIS merupakan perangkat untuk mengelola database bibliografi

secara....

d. Elektronik √

3 CDS/ISIS terdiri dari beberapa versi yaitu....

c. DOS dan Windows

4 Sistim yang digunakan CDS/ISIS dalam merancang database yaitu....

(56)

Berdasarkan jawaban responden B pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pustakawan menjawab pertanyaan yang benar sebanyak 2 (dua) pertanyaan dan pertanyaan yang salah sebanyak 2 (dua). Dengan demikan untuk mengetahui kemampuan responden B terhadap database CDS/ISIS, maka dapat diketahui melalui penghitungan persentase menggunakan rumus sebagai berikut :

P = � % =50%

[image:56.595.113.514.460.668.2]

Hasil penghitungan persentase adalah 50 %. Dari hasil persentase di atas dapat dianalisis bahwa pustakawan cukup mampu mengelola database CDS/ISIS, artinya pustakawan memiliki kemampuan dalam menggunakan database CDS/ISIS.

Tabel-4.7 : Kemampuan Microsoft Access

No Tes

Jawaban responden

Penilaian Benar Salah 5 Dalam pengolahan database Ms.

Access bagian apakah yang digunakan untuk memasukkan keterangan apabila dianggap perlu?

a. Data type √

6 Manakah yang termasuk dalam struktur dabatabase Ms. Access?

a. Table, query, form, report, relation

7 Dalam Microsoft Access, query digunakan sebagai....

b. Membuat aplikasi

8 Bahasa pemprograman dalam Access yaitu...

b. SQL √

(57)

pertanyaan yang salah sebanyak 3 (tiga). Dengan demikan untuk mengetahui kemampuan responden B terhadap microsoft access, maka dapat diketahui melalui penghitungan persentase menggunakan rumus sebagai berikut :

P = � % =25%

[image:57.595.112.514.407.624.2]

Hasil penghitungan persentase adalah 25 %. Dari hasil persentase di atas dapat dianalisis bahwa pustakawan kurang memiliki kemampuan microsoft access, artinya pustakawan hanya memiliki sedikit saja kemampuan dalam mengelola microsoft access.

Tabel-4.8 : Kemampuan Pengindeksan

No Tes

Jawaban responden

Penilaian Benar Salah 9 Pilihlah salah satu peraturan yang

perlu diperhatikan dalam penyusunan indeks yang benar dibawah ini!

a. Entri disusun berdasarkan abjad

10 Bahasa yang digunakan dalam pembuatan indeks yaitu....

c. Bahasa indeks terkendali dan bahasa indeks bebas

11 Gaya indeks belakang buku pada indeks web disebut dengan istilah...

d. Indeks situs web A-Z

12 Pengindeksan web disebut juga dengan pengindeksan....

c. Internet √

(58)

kemampuan responden B dalam melakukan pengindeksan, maka dapat diketahui melalui penghitungan persentase menggunakan rumus sebagai berikut :

P = � % =100%

[image:58.595.113.514.352.630.2]

Hasil penghitungan persentase adalah 100%. Dari hasil persentase di atas dapat dianalisis bahwa pustakawan sepenuhnya mampu mengindeks, artinya pustakawan benar-benar mampu melakukan kegiatan pengindeksan.

Tabel-4.9 : Kemampuan Pengabstrakan

No Tes

Jawaban responden

Penilaian Benar Salah 13 Yang d

Gambar

Tabel-3.1 : Kisi-kisi Tes
Tabel-4.1 : Kemampuan Database CDS/ISIS
Tabel-4.2 : Kemampuan Microsoft Access
Tabel-4.3 : Kemampuan Pengindeksan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu pembagian ruangan harus disesuaikan juga dengan sifat kegiatan, sistem kegiatan, jumlah pengguna, jumlah staf dan keamanan tata kerja, sehingga kelancaran kegiatan

komunikasi..    4) Pustakawan harus menerapkan konsep dan  teknik pemasaran untuk menyediakan layanan 

Daur hidup pengembangan sistem (SDLC) merupakan suatu bentuk yang digunakan untuk menggambarkan tahapan utama dan langkah-langkah pada tahapan tersebut ke dalam proses

Gambar 3 : Pengguna Melakukan Penelusuran Informasi

Untuk dapat memberikan pelayanan informasi secara maksimal maka perpustakaan harus menyediakan berbagai informasi atau bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan pengguna..

Bukan hanya penelusuran dan pengambilan bahan rujukan yang nantinya digunakan sebagai pendukung konsep karya tulis namun juga harus mampu mengutipnya dengan benar. Sumber

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pustakawan dalam melayani pengguna melalui penelusuran atau temu kembali informasi adalah: (1) mengetahui latar belakang pengguna,

Peran pustakawan sebagai pengelola sumber informasi atau menyediakan dan mengembangkan koleksi sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan pengguna, mutakhir, dan