• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI PERMAINAN PLAYDOUGH DI KELOMPOK A RA MASYITOH KALIBENING SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI PERMAINAN PLAYDOUGH DI KELOMPOK A RA MASYITOH KALIBENING SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI

PERMAINAN

PLAYDOUGH

DI KELOMPOK A

RA MASYITOH KALIBENING SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

NISWA ULYA RAHMAWATI

NIM 116-14-017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Yaqin, ikhlas dan istiqomah

Istiqomah dalam ibadah dalam taat kepada Alloh, dan hanya kepada Alloh sebaik-baiknya pemberi pertolongan

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Keluarga besar Bapak Khoirun dan Budi Utami yang senantiasa mendo'akan,

yang telah memberikan dukungan spiritual dan kasih sayang.

2. Emak Mertua Ibu Siti Khabibah yang senantiasa mendukung dan mendoakanku.

3. Suamiku tercinta M.Roikhudin Mahbub yang telah memberi dukungan spiritual,

material dan kasih sayang yang tak henti-hentinya menyemangatiku dan selalu

mendoakanku.

4. Buah hatiku tercinta Fatih, Aisyah dan Mahyan yang senantiasa menjadi sumber

penyemangatku.

5. Kakak ipar dan adik-adik semua yang selalu mendukung.

6. Keluarga besar Pondok Pesantren Ittihadul Asna.

7. Teman-teman seperjuangan, satu kelas PIAUD IAIN Salatiga Angkatan 2014

yang selalu memberikan motivasi.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang

Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas segala rahmat dan hidayah-Nya skripsi

dengan judul Pengembangan Fisik Motorik Halus Melalui Permainan Playdough di Kelompok A RA Masyitoh Kalibening Tahun Pelajaran 2017/2018 telah selesai.

Shalawat salam senantiasa terlimpahkan kepangkuan baginda Nabi

Muhammad SAW semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT.

Penulisan ini tidak akan selesai tanpa dukungan, motivasi, dan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia

Dini dan Dosen Pembimbing yang selalu sabar membimbing, serta

mengorbankan waktu, tenaga seta fikiran untuk membimbing penulisan

Skripsi hingga akhir.

4. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian

akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan

kepada penulis.

5. Dewan Guru RA Masyithoh Kalibening yang telah membantu penulis dalam

melaksanakan penelitian dari awal hingga selesai.

6. Siswa-siswi RA Masyithoh Kalibening yang sudah berkenan menjadi subjek

(9)

7. Segenap keluarga tercinta yang selalu mendoakan.

8. Teman-teman PIAUD angkatan 2014 yang telah berjuang bersama-sama.

Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terimakasih.

Semoga amal yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik

dalam isi maupun metodologi. Kritik serta saran yang membangun penulis harapkan

bagi kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang budiman. Amin.

Salatiga, 16 Juli 2018

(10)

ABSTRAK

Rahmawati,Niswa Ulya. 2018Pengembangan Fisik Motorrik Halus Melalui Permainan Playdough di Kelompok A RA Masyitoh Kalibening Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018.Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing :Dra. Siti Asdiqoh, M.Si

Kata kunci: Fisik Motorik Halus, Permainan Playdough

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan fisik motorik halus melalui permainan playdough pada anak usia dini di RA Masyitoh Kalibening Salatiga tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah anak usia 4-5 tahun yang yang bergabung dalam kelompok A dan berjumlah 22 anak. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi yang terdiri dari lembar observasi guru dan lembar observasi anak, dokumentasi, serta hasil karya. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.

Hasil dari pengembangan fisik motorik halus melalui permainan playdough

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO……… . v

PERSEMBAHAN……… ... vi

KATA PENGANTAR……… ... vii

ABSTRAK……… ... ix

DAFTAR ISI……… ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN……… ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

(12)

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 9

F. Metode Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan... 15

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 17

1.Pengembangan fisik motorik halus... . 17

2.Kajian materi penelitian ... 31

B. Kajian Pustaka ... 37

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian………. ... 42

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus ... 54

1.Hasil pra siklus... 54

2.Deskripsi pelaksanaan siklus I... 55

3.Deskripsi pelaksanaan siklus II... 60

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Siklus I ... 68

B. Deskripsi Siklus II... 72

C. Pembahasan... 75

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77

(13)

Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ketentuan Penilaian Kemampuan Motorik Halus dengan Bermain

Playdough ... 9

Tabel 3.1 Daftar Guru RA Masyitoh RA Kalibening Berdasarkan Data Guru Tahun 2017/2018... 49

Tabel 3.2 Data Pendidik dan Data Tenaga Kependidikan ... 49

Tabel 3.3 Data Siswa RA Masyitoh Kalibening dalam Tiga Tahun Terakhir 50 Tabel 3.4 Daftar Siswa RA Masyitoh Berdasarkan Daftar Buku Induk dan Buku Absen Kelas Tahun Ajaran 2017/2018 ... 50

Tabel 3.5 Data Sarana Prasarana Pendukung ... 52

Tabel 3.6 Hasil Penilaian Pra Siklus ... 54

Tabel 4.1 Ketentuan Nilai Lembar Kerja Anak ... 66

Tabel 4.2 Indikator yang diamati Tiap Siklus ... 67

Tabel 4.3 Hasil Penilaian pada Siklus I ... 68

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ... 70

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I... 71

Tabel 4.6 Hasil Penilaian pada Siklus II ... 72

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Guru Siklus II ... 74

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II ... 75

(15)

DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR

Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart ... 11

Grafik 3.1 Grafik Pertumbuhan Jumlah Siswa Per Kelas Per Tahun ... 53

Grafik 3.2 Grafik Pertumbuhan Siswa Per Tahun ... 53

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Lampiran 3 Surat Pengajuan Pembimbing

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 5 Indikator Tiap Siklus yang Diamati

Lampiran 6 Lembar Observasi

Lampiran 7 Wawancara

Lampiran 8 Cacatan Lapangan

Lampiran 9 RPPH

Lampiran 10 Dokumentasi Foto Penelitian

Lampiran 11 SKK

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Taman Kanak-kanak merupakan salah satu awal pendidikan formal

yang dikenal setelah keluarga dirumah. Orang tua adalah guru yang pertama

bagi anaknya sebelum memasuki pendidikan di taman kanak-kanak. TK

mempunyai tujuan untuk membimbing dan mengembangkan semua aspek

yang dimiliki menuju langkah awal pendidikan dasar melalui belajar sambil

bermain, memberikan pembinaan bagi anak melalui rangsangan, motivasi

pendidikan, membantu perkembangan jasmani, rohani anak agar tumbuh

secara maksimal dengan disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan

anak.

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sisdiknas bahwa

pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belaja rdan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan di dalam diri, masyarakat, bangsa, dan negara.

Menurut pakar psikologi, anak usia dini merupakan masa yang tepat

untuk melakukan pendidikan. Sebab, pada masa ini anak sedang mengalami

proses pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa. Anak belum memiliki

pengaruh negatif yang banyak dari luar atau lingkungan sehingga orang tua

maupun pendidik akan jauh lebih mudah dalam mengarahkan dan

(18)

Pandangan agama Islam, anak merupakan amanah atau titipan Allah

SWT, yang harus dijaga, dirawat, dan dipelihara dengan sebaik-baiknya oleh

setiap orang tua. dilahirkan seorang anak melainkan atas dasar fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi.(HR.

Mutaffaqun „alaih - HR. Bukhori no 1296 dan HR. Muslim no 4803)

Sejak lahir anak telah diberikan berbagai potensi yang dapat

dikembangkan sebagai penunjang kehidupannya di masa depan. Bila potensi

yang dimiliki anak tidak diperhatikan, makanan si anak akan mengalami

hambatan-hambatan dalam pertumbuhan maupun perkembangan.

Pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003 ayat 1, disebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini adalah anak yang

masuk dalam rentang usia 0 – 6 tahun. Menurut kajian rumpun ilmu

Pendidikan Anak Usia Din idan penyelenggaraannya di beberapa Negara

Pendidikan Anak Usia Dini dilaksanakan sejak 0-8 tahun. (Hasan, 2010:17).

Pendapat lain menyebutkan bahwa anak usia dini ialah kelompok anak

yang beradadalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik,

dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik

halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan

kecerdasan spiritual), social emosional (sikap dan perilaku serta agama),

bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan

(19)

The golden Age adalah masa keemasan seorang anak, yaitu masa ketika anak mempunyai banyak potensi yang sangat baik untuk

dikembangkan. Anak usia dini memegang peranan penting karena

perkembangan otak manusia mengalami lompatan dan berkembang sangat

pesat, yaitu mencapai 80%. Ketika dilahirkan di dunia, telah mencapai

perkembangan otak 25% sampai usia 4 tahun perkembangannya mencapai

50%, dan sampai 8 tahun mencapai 80%, selebihnya berkembang sampai usia

18 tahun (Mulyasa, 2012:2).

Perkembangan motorik anak usia dini ditingkatkan melalui kegiatan

yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot, dan otak. Perkembangan fisik

motorik adalah perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat

saraf, dan otot yang terkoordinasi. Gerak tersebut berasal dari perkembangan

refleks dan kegiatan yang sudah ada sejak lahir. Dengan demikian, sebelum

perkembangan gerak motorik ini mulai berproses, maka anak tetap tak

berdaya. Kondisi ketidakberdayaan tersebut berubah secara cepat 4 atau 5

tahun pertama kehidupannya.

Perkembangan fisik motorik anak dibagi menjadi dua, yaitu perkembangan fisik motorik kasar dan perkembangan fisik motorik halus. Fisik motorik kasar cenderung dilakukan oleh otot-otot besar dan menghasilkan gerakan tubuh yang lebih besar seperti berlari dan melompat. Sedangkan fisik motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Keterampilan fisik motorik halus tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhan koordinasi mata dan tangan yang cermat, seperti menulis, menggunting, mewarnai, menjahit, menganyam, serta menajamkan pensil dengan rautan pensil (Sujiono, 2011).

Anak sebagai peserta didik untuk menjadi jiwa yang tangguh, mandiri

dan kreatif. Untuk itu penyelenggaraan program pendidikan akan lebih

(20)

mengajar di sekolah. Anak memerlukan kegiatan yang menyenangkan dalam

proses pembelajaran, bagi anak bermain merupakan sarana belajar bagi

mereka. Bermain merupakan proses persiapan diri untuk memasuki dunia

selanjutnya dan merupakan cara untuk mengembangkan berbagai aspek

perkembangan anak seperti aspek kognitif, social, emosi dan fisik motorik.

Dengan kegiatan bermain anak akan terstimulasi untuk berkembang dengan

baik. Bermain bagi anak adalah mutlak diperlukan untuk mengembangkan

daya cipta, imajinasi, perasaan, kemauan, motivasi dalam suasana riang

gembira.

Melalui bermain anak dapat mengembangkan fisik motorik baik

motorik kasar maupun motorik halus. Dalam permainan motorik kasar adanya

gerakan-gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot besar, seperti

berjalan, melompat, berlari dan melempar, sedangkan dalam permainan

motorik halus melatih koordinasi otot tangan dalam beraktivitas seperti

bermain playdough, melipat, menggunting, meronce, meremas dan sebagainya.

Playdough merupakan salah satu alat permainan edukatif yang aman untuk anak dan dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak usia

dini. Membuat playdough dapat melatih fisik motorik halus anak usia dini.

Anak-anak dapat menggunakan tangan dan peralatan untuk membentuk

adonan melalui pengalaman tersebut, anak-anak mengembangkan koordinasi

mata, tangan dan ketangkasan serta kekuatan tangan yang dapat menstimulasi

perkembangan motorik anak untuk menulis dan menggambar.

(21)

memperoleh kesenangan, tapi juga bermanfaat untuk meningkatkan

perkembangan otaknya. Dengan playdough, anak-anak bisa membuat bentuk apa pun dengan cetakan atau dengan kreativitasnya masing-masing (Haryani,

2014:59).

Hasil studi pendahuluan di RA Masyitoh Kalibening di kelompok A

menunjukkan bahwa masih rendahnya kemampuan fisik motorik halus anak.

Dari 22 anak, masih terdapat 14 anak atau 62% yang belum mampu

memegang crayon, cara memegang pensil masih ada yang belum benar,

menempel, mewarnai dan menggunting belum rapi. Kelincahan dan kelenturan

anak belum terlihat jelas, belum lancar menulis namanya sendiri.

Kondisi ini disebabkan oleh kemampuan motorik halus terutama

koordinasi mata tangan anak belum terarah dan terasah dengan baik karena

permainan yang diterapkan juga kurang kreatif, variatif, hanya menggunakan

lembar kerja (LKS) dan monoton. Selain itu alat peraga yang digunakan masih

terbatas mengakibatkan anak jenuh dan cepat bosan. Sehingga menjadikan

kelenturan, kelincahan otot-otot jari tangan dan koordinasi mata, tangan tidak

berfungsi dengan baik.

Kemampuan fisik motorik halus anak agar dapat optimal maka

diterapkan bermain sambil belajar. Ada jenis permainan yang menekankan

pada kemampuan tertentu. Salah satu permainan playdough dapat menekankan kemampuan fisik motorik halus anak. Dengan playdough anak dapat bermain

bentuk, warna, tekstur, melatih kelincahan, kelenturan jari-jari tangan dan

koordinasi antara mata dan tangan. Misal dengan cara anak memahami dan

(22)

tepung dan warna, selain itu anak dapat belajar cara membuat bentuk dengan

playdough. Dengan bermain playdough dapat melatih kelenturan pergelangan otot-otot tangan dan koordinasi mata tangan sehingga dapat mengasah

kemampuan fisik motorik halus anak untuk mempersiapkan menulis

simbol-simbol dalam rangka untuk memasuki jenjang selanjutnya.

Dari paparan diatas maka penulis membuat judul,

“PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI PERMAINAN

PLAYDOUGH DI KELOMPOK A RA MASYITOH KALIBENING SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka

dapat dirumuskan pokok permasalahan pada penelitian ini, yaitu: Apakah

permainan playdough dapat mengembangkan fisik motorik halus pada anak kelompok A di RA Masyithoh Kalibening Salatiga Tahun Pelajaran

2017/2018?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui permainan

plaudough dapat mengembangkan fisik motorik halus pada anak kelompok A di RA Masyithoh Kalibening Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018.

D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti yang selama

ini bekerja dibidang pendidikan anak usia dini, yang selanjutnya hasil

penelitian dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan profesi dan

(23)

serta pengalaman dalam melakukan penelitian guna memperbaiki

metode pembelajaran kedepannya.

2.Manfaat praktis

a.Membantu kelenturan otot-otot halus anak

b.Membantu mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak

berkaitan dengan perkembangan motorik halus dalam berbagai bidang

sehingga siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang SD dan dalam

kehidupan anak sehari-hari.

c.Melatih kemandirian anak dalam kegiatan yang berhubungan dengan

motorik halus anak.

d.Memberikan gambaran kepada calon guru anak usia dini tentang media

pembelajaran yang tepat dalam upaya peningkatan motorik halus peserta

didik.

e.Untuk memotivasi para guru RA khususnya, agar terus berusaha

memberikan model pembelajarannya kepada anak didiknya jadi lebih

menyenangkan.

f. Guru dapat menambah wawasan betapa pentingnya memahami

karakteristik anak sehingga dapat menentukan metode pembelajaran yang

tepat yaitu dengan permainan playdough.

g. Proses belajar dan hasil kegiatan membentuk guru yang lebih kreatif

dalam merancang dan mengelola kegiatan yang menyenangkan untuk

anak didik.

h.Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk bisa menerapkan metode

(24)

i.Dapat membantu sekolah dalam mengatasi masalah perkembangan

motorik halus.

j.Sebagai evaluasi bagi sekolah untuk mengeidentifikasi hambatan atau

penyimpangan yang mungkin terjadi dalam proses pengembangan

kemampuan motorik halus sehingga jika terjadi hambatan dapat

dilakukan perbaikan sejak dini.

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji

kebenarannya melalui penelitian. Hipotesis yang dapat diartikan sebagai

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai

terbukti melalui data yang yang terkumpul (Arikunto, 1996:67)

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah, “Adanya

pengembangan fisik motorik halus anak melalui metode permainan

playdough pada anak kelompok A di RA Masyitoh Kalibening Salatiga“.

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Ketentuan Penilaian Kemampuan Motorik Halus dengan Bermain Playdough

Simbol Bintang Skor/

Nilai

Kategori Kriteria/Ketentuan

1 Belum Muncul (BM) Jika anak mencoba, kurang

tepat atau anak tidak mau

mencoba.

2 Mulai Muncul (MM) Jika anak bisa dengan

bantuan meniru teman

3 Berkembang Sesuai

Harapan (BSH)

Jika anak bisa dengan

bantuan awalan

4 Berkembang Sangat

Baik (BSB)

(25)

F. Metode Penelitian

1. Rancangan penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi

dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan

meningkatkan mutu pembelajaran di kelas (Wardhani, 2012:1.4).

Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung

berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Jadi penelitian tindakan kelas

merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk

memperbaiki praktik pembelajaran yang ada, meningkatkan kualitas proses

belajar mengajar guru sehingga mampu menghasilkan anak didik yang

berprestasi.

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok A di RA Masyitoh

Kalibening yang berlokasi di Jalan Ja’far Shodiq no 16, Kelurahan

Kalibening Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah. tahun

pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 22 anak yang terdiri dari 12 laki-laki

dan 10 perempuan.

3. Langkah-langkah penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan

penting yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing)

dan refleksi (reflecting) (Arikunto, 2009:16).

Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas

(26)

Gambar 1.1. Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart

Pada tiap siklus terdiri dari 4 komponen yakni perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).

a. Tahap perencanaan

1) Membuat konsep atau skenario pembelajaran dengan penerapan metode

bermain playdough yaitu membuat (RKH) Rencana Kegiatan Harian.

2) Menyiapkan lembar tes buatan peneliti atau lembar penugasan, yang

mana hasil penugasan dari anak didik tersebut akan diberi nilai dan

dijadikan data untuk dianalisis lebih lanjut.

3) Membuat simulasi perbaikan

b. Tahap pelaksanaan

Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa penerapan

metode bermain playdough sesuai dengan konsep pembelajaran yang tertulis

(27)

c. Tahap pengamatan/observasi

Pada tahap ini segala aktivitas anak didik dalam proses pembelajaran

diamati, dicatat dan dinilai, kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan balik.

Pengamatan tersebut meliputi beberapa indikator yang telah ditentukan

penulis secara terlampir.

d. Tahap refleksi

Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan penelitian,

tahap refleksi meliputi:

1)Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.

2)Evaluasi hasil observasi.

3)Analisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan siklus I untuk

dilakukan perbaikan pada siklus II.

4. Teknik pengumpulan data

a. Tes

Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau standar yang telah ditetapkan (Depdiknas:2006).

Tes ini digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai

hasil penerapan permainan playdough, kemudian akan dianalisa dan diambil kesimpulannya.

b. Observasi

Observasi adalah instrumen yang sering digunakan dalam

penelitian di bidang pendidikan. Dalam penelitian ini peneliti

(28)

“Metode observasi adalah metode pengumpulan data penelitian dengan

melalui pengamatan terhadap objek yang diteliti” (Dimyati, 2014:92).

Metode ini digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa

selama proses pembelajaran.

c. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data

penelitian mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat, koran, majalah, prasasti, notulen rapat, leger

nilai, agenda, dan lain-lain (Dimyati, 2014:100).

Dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan gambaran umum

sekolah, keadaan guru, keadaan sarana prasarana dan keadaan siswa.

5. Instrumen penelitian

Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian

tindakan kelas adalah:

a. Rencana kegiatan harian (RKH), yaitu seperangkat pembelajaran yang

digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan menyusun untuk

tiap putaran. Masing-masing RKH berisi tentang tingkat pencapaian

perkembangan, indikator, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber

belajar serta hasil penilaian.

b. Lembar observasi anak

Lembar observasi ini digunakan untuk memantau setiap perkembangan

motorik halus anak dalam permainan playdough. c. Lembar observasi guru

Lembar observasi ini disusun untuk memantau perkembangan dari

(29)

permainan playdough serta penguasaan guru dalam penerapan metode tersebut.

d. Lembar evaluasi siswa

Evaluasi siswa disusun dan digunakan oleh guru untuk mengevaluasi

anak guna mengetahui hasil dari metode yang dilaksanakan oleh guru,

agar dapat mengetahui perkembangan motoric halus anak selanjutnya.

6. Analisa data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan cara mengorganisasikan

data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan

sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana

yang harus dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami

oleh diri sendiri dan orang lain (Arikunto, 2008:128).

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis yang

bersifat diskriptif kualitatif, yaitu mendiskripsikan data yang diperoleh

melalui instrumen penelitian.

G. Sistematika Penulisan

Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca untuk mengikuti

uraian penyajian data skripsi ini, penulis akan memaparkan sistematika

skripsi secara garis besar menjadi beberapa bagian:

Bagian awal yang terdiri dari sampul, halaman judul, lembar logo

IAIN, persetujuan pembimbing, pernyataan keaslian tulisan, pengesahan

penulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi,

(30)

BAB I : Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan, Kegunaan

Penelitian, Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan, Metode

Penelitian, Sistematika Penulisan

BAB II : Landasan Teori, yang meliputi Kajian Teori dan

Kajian Pustaka.

BAB III : Pelaksanaan Penelitian, berisi tentang Deskripsi

Pelaksanaan Siklus I (perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi

), Deskripsi Pelaksanaan Siklus II.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi Deskripsi Per

Siklus dan Pembahasan.

BAB V : Penutup, berisi tentang Kesimpulan dan Saran.

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1.Pengembangan fisik motorik halus

a. Fisik motorik

Fisik motorikhalusadalah pengorganisasian penggunaan sekelompok

otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan

kecermatan dan koordinasi mata dan tangan (Sumantri, 2005:143).

Motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil atau halus serta memerlukan koordinasi yang cermat seperti menggunting mengikuti garis, melukis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok, memasukkan kelereng ke lubang, membuka dan menutup objek dengan mudah, menaungkan air ke dalam gelas tanpa berceceran, menggunakan kuas, crayon dan spidol, serta melipat (Depdiknas, 2008:10).

Karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih ditekankan pada

gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, menggambar,

menggunting dan melipat. Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih

atau distimulasi agar dapat berkembang dengan baik. Tindakan pemberian

stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan

rasa kasih sayang, bermain dengan anak, dilakukan secara bertahap dan

berkelanjutan (Suyanto:2005).

Tujuan pengembangan motorik halus anak usia dini adalah untuk melatih

kemampuan koordinasi motorik anak. Pengembangan motorik halus akan

berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis, kegiatan melatih

koordinasi antara tangan dengan mata yang dianjurkan dalam jumlah waktu

yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin

(32)

Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan

bagian-bagin tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil,seperti

keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan

tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan

yang cermat. Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain

adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri,

dan sebagainya.

Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan

pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam kemampuan

motorik kasar anak belajar menggerakan seluruh atau sebagian besar anggota

tubuh, sedangkan dalam mempelajari kemampuan motorik halus anak belajar

ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakan

pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.

Jadi perkembangan fisik motorik halus adalah kegiatan yang

menggunakan otot halus pada bagian tubuh tertentu serta membutuhkan

koordinasi yang cermat. Perkembangan motorik adalah salah satu hal yang

penting dalam perkembangan individu. Setiap anak dapat mencapai

perkembangan motorik halus yang optimal asalkan mendapat stimulasi yang

tepat, semakin banyak kesempatan, praktek dan bimbingan yang kontinyu.

b. Prinsip pengembangan motorik halus

Pembelajaran yang mengembangkan motorik halus anak perlu

memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan motorik halus.

(33)

1)Berorientasi pada kebutuhan anak, kegiatan yang bertujuan untuk

mengembangkan motorik halus sebaiknya disesuaikan dengan tahap

perkembangan anak.

2)Belajar sambil bermain, belajar sambil bermain merupakan hal yang

menyenangkan bagi anak, karena dunia anak adalah dunia bermain.

3)Kreatif dan inovatif, kegiatan yang dilakukan harus memunculkan rasa

ingin tahu yang besar pada anak dan memotivasi untuk berfikir kritis

sehingga anak akan menemukan hal-hal baru yang menambah

pengetahuannya.

4)Kondusif, lingkungan yang kondusif sangat berpengaruh terhadap

kegiatan pembelajaran sehingga menciptakan lingkungan yang

mempunyai keamanan dan kenyamanan sangat penting dilakukan.

5)Tema, dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya dimulai dengan hal-hal

yang dekat dengan anak dan menarik sehingga mudah dalam pengenalan

beberapa konsep.

6)Mengembangkan keterampilan hidup, kegiatan pembelajaran motorik

halus sebaiknya mengembangkan beberapa keterampilan hidup seperti

menolong diri sendiri, disiplin serta sosialisasi yang sangat berguna dan

penting untuk jenjang selanjutnya.

7)Menggunakan kegiatan tepadu, pembelajaran motorik halus yang

menggunakan model pembelajaran terpadu sangat cocok digunakan

karena tema yang diambil sangat menarik sehingga membuat anak

antusias.

8)Kegiatan berorientasi pada prinsip perkembangan anak, prinsip-prinsip

(34)

baik ketika kebutuhan fisiknya terpenuhi, aman dan tentram secara

psikologis.

Kegiatan pembelajaran motorik anak usia dini menggunakan prinsip

belajar sambil bermain. Pembelajaran yang disajikan guru sebaiknya

menyenangkan, menggembirakan dan demokratis dan hendaknya

mengarahkan anak menjadi pembelajar yang aktif dengan memberikan

kesempatan anak untuk mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan,

menyimpulkan, mengemukakan sendiri berbagai hal yang ada di sekitar

anak.

Prinsip-prinsip pengembangan motorik halus sesuai pendapat

Departemen pendidikan nasional (2007:11) adalah sebagai berikut:

1)Pengembangan motorik halus dilakukan secara bertahap serta

berulang-ulang sesuai kemampuan anak.

2)Kegiatan hendaknya diberikan sesuai tema dimana lingkungan tempat

tinggal anak.

3)Stimulasi yang diberikan hendaknya sesuai usia dan taraf pertumbuhan

dan perkembangan anak baik jasmani maupun rohani.

4)Pengembangan motorik anak dilakukan dengan kegiatan yang menarik dan

menyenangkan.

5)Memberikan pengawasan dan bimbingan kepada anak ketika melakukan

kegiatan motorik halus.

6)Kegiatan motorik halus hendaknya dilakukan secara bervariasi agar tidak

timbul kejenuhan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan prinsip-prinsip

(35)

perkembangan anak, belajar melalui bermain, memberikan kebebasan anak

untuk kreatif dan inovaif, menciptakan suasana lingkungan yang nyaman,

aman dan kondusif, memberikan stimulasi sesuai dengan pertumbuhan anak,

dan membimbing anak sesuai dengan kemampuannya.

c. Tahapan perkembangan fisik motorik halus

Tahapan perkembangan motorik halus berdasarkan usia (A. Martuti,

2009:164-168), antara lain:

1) Usia 2 tahun

Sudah mulai mampu memutar pegangan pintu dan keluar/masuk kamar, ada

yang mampu pegang alat tulis seperti orang dewasa, mampu membuat garis

vetikal, mampu membangun dua balok, dapat melihat benda dari jarak agak

jauh, mampu membuka dan menutup tempat yang dapat dipegang, kebanyakan

juga masih belum kokoh memegang benda.

2) Usia 3 tahun

Meningkat cara pegang media tulis, mampu pegang gunting, mampu meniru

bentuk lingkaran, mampu memungut benda kecil, mampu membuat garis palang

bila diberi contoh caranya, mampu memasang bentuk lingkaran, segi empat,

segitiga pada papan puzzle.

3) Usia 4 tahun

Mampu pegang media tulis, mampu menggunting garis lurus di kertas, mampu

mengikuti bentuk segi empat, mampu memasukkan tali ke lubang papan jahit,

tangan bergetar karena pertumbuhannya belum sempurna.

4) Usia 5 tahun

Mampu menggunting dengan baik, mampu menggunting garis di kertas, mampu

(36)

5) Usia 6 tahun

Sudah terampil menggunakan tangan, mengetahui tangan kiri-kanan pada diri

sendiri tetapi tidak pada orang lain, mampu memegang alat tulis seperti orang

dewasa, menggambar manusia lengkap, menggambar rumah dengan pintu,

jendela, atap, mengatakan apa yang mau digambar sebelum mulai menggambar,

mampu mencontoh lingkaran, tanda silang, segi empat dan segitiga yang bisa

dikenal bentuknya, mampu mencontoh huruf besar V, T, H, O, X, L, Y, U, C,

A, mampu memasaukkan benang ke jarum besar, mampu menjahit kartu/kertas

besar.

Setiap anak memiliki kecerdasan motorik yang berbeda-beda, baik dalam

kekuatan maupun dalam ketepatan. Setiap anak mampu mencapai motorik

halusnya secara optimal apabila ia mendapatkan stimulasi yang tepat dan

maksimal. Di setiap fase perkembangannya, anak membutuhkan rangsangan

untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin

banyak yang dilihat dan didengar oleh anak, maka akan semakin banyak pula

yang ingin diketahuinya. Apabila kurang mendapat rangsangan, anak akan

menjadi mudah bosan. Perkembangan motorik halus anak akan terus

meningkat seiiring dengan bertambahnya usia anak.

Bagi pendidik dan orang tau hendaknya memperhatikan, memantau, dan

turut serta menstimulasi motorik halus agar anak dapat mencapai titik optimal

perkembangan motorik halusnya. Hal ini akan membantunya untuk beraktivitas

dan ketika anak memasuki usia sekolah nantinya.

d. Faktor -faktor perkembangan fisik motorik halus

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak (Fadlillah

(37)

1)Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai

pengaruh yang menonjol terhadap laju perkembangan motorik.

2)Jika dalam awal kehidupan pasca-lahir tidak ada hambatan maka semakin

aktif janin semakin cepat perkembangan motorik anak.

3)Kondisi pralahir ibu, ketika anak berada dalam kandungan pertumbuhan

fisiknya sangat tergantung pada suplai gizi yang diperolehnya dari ibunya.

Jika kondisi fisik seorang ibu yang sedang mengandung terganggu karena

kurang gizi, maka anak yang dikandungnya pun akan mengalami

pertumbuhan fisik yang tidak sempurna. Contohnya ibu hamil yang

kekurangan asam folat akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan otak

dan cacat pada janin. Kelahiran sukar, khususnya apabila ada kerusakan

pada otak akan memperlambat perkembangan motorik.

4)Anak yang IQ-nya tinggi menujukkan perkembangan yang lebih cepat

ketimbang anak yang IQ-nya rendah. Kecerdasan intelektual yang ditandai

dengan tinggi rendahnya skor IQ secara tidak langsung membuktikan

tingkat perkembangan otak anak dan perkembangan otak anak sangat

mempengaruhi kemampuan gerakan yang dapat dilakukan oleh anak,

mengingat bahwa salah satu fungsi bagian otak adalah mengatur dan

mengendalikan yang dilakukan anak. Sekecil apapun gerakan yang

dilakukan anak, merupakan hasil kerjasama antara 3 unsur, yaitu otak, urat

saraf dan otot, yang berinteraksi secara positif.

5)Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan perkembangan

kemampuan motorik. Orang tua yang otoriter cenderung tidak

memberikan kebebasan pada anak, dimana anak dapat dianggap sebagai

(38)

asuh yang terbaik adalah demokratis dimana orang tua akan memberikan

kebebasan yang terarah artinya orang tua memberikan arahan, bimbingan

dan stimulasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Jadi orang

tua berupaya memberdayakan anak.

6)Ransangan, dorongan/stimulasi, dan kesempatan untuk menggerakkan

semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik.

Perkembangan motorik anak sangat tergantung pada seberapa banyak

stimulasi dan dorongan yang diberikan. Hal ini disebabkan karena

otot-otot anak baik otot-otot halus maupun kasar belum mencapai kematangan.

Gerakan otot yang dilakukan anak masih sangat kasar. Dengan

latihan-latihan yang cukup akan membantu anak untuk mengendalikan gerakan

ototnya sehingga mencapai kondisi motoris yang sempurna yang ditandai

dengan gerakan yang lancar dan luwes.

7)Kelahiran sebelum waktunya biasanya memperlambat perkembangan

motorik. Sebab tingkat perkembangan motorik pada waktu lahir berada di

bawah tingkat perkembangan bayi yang lahir tepat waktu.

8)Cacat fisik

Kondisi cacat fisik yang dialami oleh anak akan mempengaruhi

kemampuan gerak anak. Kecacatan ini akan menghambat kelancaran dan

keluwesan anak dalam bergerak. Contoh sederhana seorang anak yang

mengalami cacat tuna netra cenderung terlihat kaku dalam bergerak, atau

anak yang mengalami kelumpuhan mengalami gangguan dalam

keseimbangan badan.

Perkembangan motorik sangat penting karena dengan menguasainya anak

(39)

motorik yang normal memungkinkan anak dapat bergaul dengan teman

sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat

bergaul dengan teman sebaya bahkan dia akan terkucilkan.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhiperkembanganmotorik halus pada

anak usia dini (Wiyani, 2014: 38-41), adalah sebagai berikut:

1)Faktor makanan

Pemberian makanan yang bergizi oleh orang tua kepada anak usia dini

sangat penting untuk memberikan energi pada anak yang sangat aktif di usia

dini. Pertumbuhan gizi atau nutrisi yang cukup dapat merangsang

pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh manusia. Mengingat

akan adanya pengaruh permberian makanan yang bergizi terhadap

perkembangan fisik manusia. Salah satu makanan yang paling bergizi bagi

anak usia dini, khususnya anak yang berusia 0-2 tahun adalah air susu ibu

(ASI). Pemberian ASI eksklusif telah diketahui memiliki berbagai

keuntungan gizi dan kesehatan di antaranya adalah pembangunan sistem

kekebalan tubuh, suplay energi, protein dan zat gizi lain dalam komposisi

yang berimbang, serta keuntungan psiko-emosi berupa kedekatan

(attachment) bayi dengan ibunya. Dalam hal perkembangan kognitif dan kemampuan intelektualitasnya, bayi yang mendapat ASI memiliki IQ lebi

tinggi 3,2 point dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula.

2)Faktor pemberian stimulus

Pemberian stimulasi seperti dengan mengajak anak untuk melakukan

kegiatan bermain, khususnya kegiatan bermain yang melibakan gerak fisik

anak usia dini juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik motorik

(40)

berulang-ulang dapat meningkatkan kekuatan fisik, kelenturan otot maupun

keterampilan motorik.

3)Kesiapan fisik

Pada usia 0-2 tahun perkembangan kemampuan kasar dan motorik halus

seorang anak terlihat sangat pesat dan luar biasa. Tadinya seorang bayi tidak

berdaya dan tidak mampu mengendalikan gerakannya, dalam waktu 12 bulan

mereka mengembangkan kemampuan fisik-motorik yang luar biasa.

Kuncinya terletak pada kematangan fisik dan syaraf-syarafnya. Hal itu

terbukti, meskipun orang tua sudah melatih anaknya yang berusia 2 bulan

untuk berjalan tetapi tetap saja si anak belum bisa berjalan meskipun

kemampuan melangkahkan kaki sudah dimiliki anak sejak lahir. Jadi

perkembangan fisik-motorik tidak semata karena pemberian stimulus (latihan

berjalan), tetapi juga melibatkan faktor kesiapan fisik.

4)Faktor jenis kelamin

Jika kita perhatikan dengan seksama, anak perempuan lebih suka

melakukan aktivitas yang melibatkan keterampilan motorik halusnya

sedangkan anak laki-laki cenderung suka melakukan aktivitas yang

melibatkan keterampilan motorik kasarnya dan tentu saja hal itu dapat

mempengaruhi perkembangan fisik-motorik halus mereka.

5)Faktor budaya

Budaya masyarakat kita yang patriarkhi juga ikut berpengaruh dalam

perkembangan fisik-motorik anak. Pada masa anak usia dini, faktor budaya

yang patriarkhi menjadikan anak laki-laki bermain dengan anak laki-laki

lainnya dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan budaya mereka,

(41)

lainnya. Mereka didorong untuk melakukan berbagai kegiatan bermain

tersebut dan dilarang untuk melakukan kegiatan bermain yang lazim

dilakukan oleh anak perempuan, seperti bermain boneka, bermain

masak-masakan dan lainnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, faktor yang mempengaruhi

perkembangan fisik motorik halus pada anak usia dini motivasi, usia,

ransangan, makanan, kesiapan fisik, jenis kelamin, faktor budaya, genetik

dan kesehatan. Perkembangan fisik motorik sangat berperan penting bagi

seorang anak. Selain melatih kelincahan dan kecekatan, juga dapat

memberikan motivasi kepada anak dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Bahkan, bila difungsikan dengan baik perkembangan fisik

motorik ini mampu meningkatkan kecerdasan seseorang. Orang tua maupun

pendidik perlu memberikan motivasi, bimbingan, latihan dan sebagainya.

e. Fungsi perkembangan motorik

Fungsi perkembangan motorik bagi perkembangan individu menurut Yusuf

(2011:104-105), antara lain:

1)Melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh

perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan

memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat

mainan.

2)Melalui keterampilan, motorik anak dapat beranjak dari kondisi “helplessness”

(tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya, ke kondisi yang

“independence” (bebas, tidak tergantung). Anak dapat bergerak dari satu

tempat ke tempat lainnya, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini

(42)

3)Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan sekolah. Pada usia pra sekolah (taman kanak-kanak) atau usia

kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis,

menggambar, melukis, dan baris-berbaris.

4)Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat

bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal

akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan

dia akan terkucil atau menjadi anak yang“fringer” (terpinggirkan).

5)Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan “self

-concept” atau kepribadian anak. Pengaruh perkembangan motorik yang

terlambat berbahaya bagi penyesuaian sosial dan kepribadian anak. Alasannya

karena hal itu dapat menimbulkan masalah perilaku dan emosi antara lain

karena rasa putus asa dan adanya perasaan rendah diri. Selain itu

keterlambatan perkembangan motorik berbahaya karena tidak menyediakan

landasan bagi keterampilan motorik sehingga mengalami kerugian pada saat

mereka mulai bermain dengan anak lainnya.

Keterampilan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda pula

dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak. Sebagai contoh, sebagian

keterampilan berfungsi membantu anak dalam kemandiriannya, sedangkan

sebagian lainnya, berfungsi untuk membantu mendapatkan penerimaan sosial.

Dikarenakan tidak mungkin mempelajari keterampilan motorik secara serempak,

anak akan memusatkan perhatian untuk mempelajari keterampilan yang akan

membantu mereka memperoleh bentuk penyesuaian yang penting pada saat itu.

(43)

perhatian untuk menguasai keterampilan yang memungkinkan mereka dapat

mandiri.

Semakin banyak dan semakin baik keterampilan yang dimiliki, semakin baik

pula penyesuaian sosial yang dilakukan semakin baik prestasi sekolahnya, baik

dalam prestasi akademis maupun prestasi yang bukan akademis.

2. Kajian materi penelitian

a. Pengertian permainan playdough

Playdough merupakan adonan mainan yang terbuat dari tepung. Alat permainan ini aman untuk anak dan dapat mengembangkan seluruh aspek

perkembangan anak usia dini. Membuat playdough dapat melatih fisik motorik halus anak usia dini. Anak-anak dapat menggunakan tangan dan peralatan untuk

membentuk adonan melalui pengalaman tersebut, anak-anak mengembangkan

koordinasi mata, tangan dan ketangkasan serta kekuatan tangan yang dapat

menstimulasi perkembangan motorik anak untuk menulis dan mewarnai.

Playdough (play-dough) adalah adonan mainan (play=bermain,

dough=adonan) atau plastisin mainan yang merupakan bentuk modern dari mainan tanah liat (lempung). Playdough mudah dimainkan dan disukai oleh balita dan anak-anak. Dengan menggunakan playdough, anak-anak dapat mengekspresikan kreativitas mereka melalui kreasi tiga dimensi. Berikut cara

membuat playdough yang higienis dan dengan warna serta aroma yang bisa

dipilih sendiri.

Permainan playdough adalah salah satu aktifitas yang bermanfaat untuk perkembangan otak anak. Dengan bermain playdough, anak tak hanya memperoleh kesenangan, tapi juga bermanfaat untuk meningkatkan perkembangan otak nya. Dengan playdough, anak-anak bisa membuat bentuk apa pun dengan cetakan, mewarnai plydogh dan mebentuk pola.

(44)

fleksibilitas dalam merancang pola-pola yang hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi (Haryani, 2014:59).

b. Manfaat permainan playdough

1)Permainan playdough memiliki manfaat bagi anak (Jutmika, 2012:84), yaitu: a) Melatih kemampuan sensorik. Salah satu cara anak mengenal sesuatu

adalah melalui sentuhan. Dengan bermain playdough, ia belajar tentang tekstur dan cara menciptakan sesuatu.

b) Mengembangkan kemampuan berfikir. Bermain playdough bisa mengasah kemampuan berfikir anak. Latihlah dengan memberi contoh

cara bermain dan menciptakan sesuatu dengan playdough.

c) Self esteem. Permainan playdough adalah permainan yang tanpa aturan sehingga berguna mengembangkan kemampuan imajinasi dan kreativitas

anak. Dengan bermain playdough, ia dapat meningkatkan rasa ingin tahu, sekaligus mengajarkannya tentang problem solving yang berguna untuk meningkatkan self esteem-nya.

d) Mengasah kemampuan berbahasa. Meremas, berguling membuat bola,

dan berputar adalah beberapa kata yang sering di dengar anak saat

bermain playdough. Gunakan kata-kata untuk mendeskripsikan kegiatan bermain playdough

2) Manfaat playdough menurut pendapat lain (Difatiguna, 2015:31), adalah sebagai berikut:

a) Berkreasi dengan playdough dapat mencerdaskan anak, selain mengasah imajinasi, keterampilan motorik halus, berfikir logis dan sistematis, juga

dapat merangsang indera perabanya.

(45)

perlu menekan lembut dan hati-hati. Melalui bermain playdough bisa melatih motorik halus, membangun kekuatan otot tangan anak yang kelak

bermanfaat saat belajar menggunakan pensil dan gunting

Berdasarakan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan

playdough dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan motorik, kemampuan berfikir, kemampuan imajinasi, kemampuan kreativitas,

kemampuan bahasa dan dapat melatih otot-otot pada jari tangan.

c. Cara memainkan playdough

Bermain playdough adalah salah satu aktivitas yang bermanfaat untuk perkembangan fisik motorik anak. Guru bisa mengenalkan berbagai macam

konsep melalui playdough, antara lain: tekstur, warna, ukuran, serta merangsang kreativitas (anak berlatih untuk menciptakan sesuatu). Adapun cara membuat

playdough adalah: 1) Bahan yang digunakan:

a) 2 gelas tepung terigu

b) 1 gelas garam halus

c) Minyak goreng 2 sendok makan

d) Air secukupnya

e) Pewarna makanan

f) Tepung maezena 3 sendok makan

2) Alat yang dibutuhkan:

a) Baskom

b) Berbagai macam alat cetakan

(46)

3) Langkah-langkah membuat permainan playdough:

a) Campurkan terigu, garam dan tepung maizena dalam sebuah baskom. Aduk

dengan tangan sampai tercampur

b) Tuangkan air pada campuran bahan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk

sampai menjadi adonan yang lembut dengan tekstur halus dan kalis (tidak

lengket)

c) Beri minyak goreng, lalu adonan diolah lagi sampai lembut

d) Bagi adonan sesuai jumlah warna

e) Ambil satu bagian diberi beberapa tetes pewarna lalu diaduk lagi sampai

warna merata. Lakukan hal sama terhadap adonan lainnya.

d. Kelebihan dan kekurangan permainan playdough

Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah, adalah tergolong

sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa harus memerlukan

keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya mudah diperoleh di

lingkungan sekitar. Media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan–kelebihan:

memberikan pengalaman secara langsung, dan konkrit, tidak adanya verbalisme,

obyek dapat ditunjukkan secara utuh baik konstruksinya atau cara kerjanya dari

segi struktur organisasi dan alur proses secara jelas. Sedangkan

kelemahan-kelemahannya adalah: tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar,

penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit.

(Moedjiono, 1992 dalam Dwijunianto.wordpress.com diakses tanggal 21 Maret

2018)

Media plastisin yang merupakan salah satu media yang digunakan dalam

kegiatan membentuk berbagai miniatur atau benda sesuai dengan imajinasi dan

(47)

pembelajaran di sekolah adalah (http://alaksamana.blogspot.co.id diakses tanggal

22 Maret 2018):

1) Anak memiliki keterampilan ruang yang baik

Misalnya anak dapat membuat miniature rumah, pohon, bunga, ayah, ibu dan

anak yang dibentuk dari plastisin kemudian dikemas dalam sebuah cerita

didalam ruangan.

2) Menantang keterampilan tangan anak

Media plastisin merupakan media yang awalnya tanpa bentuk apapun, disini

anak dituntut memiliki kreativitas dan keterampilan untuk membentuk sesuatu

yang sesuai dengan keinginan anak, hal ini berguna untuk anak dalammelatih

keterampilan tangannya.

3)Anak dapat membuat sendiri hasil karya melalui plastisin yang memuaskan dan

hal ini akan membangun kepercayaan dirinya bahwa ia bisa berbuat.

4)Bersama-sama dengan guru dapat melakukan berbagai hal untuk menciptakan

berbagai benda yang tahan lama.

Permainan playdough dapat memberikan banyak jangkauan kreatif untuk aktivitas yang akan dilakukan anak. Media permainan playdough merupakan bahan lunak tidak membahayakan anak dalam melakukan berbagai aktivitas proses

pembelajaran untuk membentuk miniatur sesuai dengan kreativitas anak dan

imajinasinya tentang apa yang ingin dilakukan. Permainan playdough dirasakan sangat tepat diterapkan dalam proses belajar mengajar anak Taman Kanak-Kanak

karena media tersebut dapat menimbulkan kreatif dan imajinatif anak itu

sendiri. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan permainan playdough memiliki kelemahan antara lain karena bentuknya yang lunak dan memiliki beraneka warna,

(48)

dari guru, apa bila jumlah anak banyak maka sekolah harus menyediakan

playdough yang sesuai dengan jumlah anak yang terkadang sekolah tidak memiliki dana dalam pengadaan karena harga playdough yang mahal. Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah menggunakan permainan playdough, dalam kegiatannya anak harus selalu dibawah pengawasan guru karena kegiatan permainan playdough

merupakan kegiatan dimana anak membentuk sesuai dengan contoh atau apa yang

dilihatnya. Hasil yang diharapkan terkadang tidak sesuai dengan harapan karena

anak masih pada usia dini, keterampilan motoriknya belum terlatih dan terampil.

e. Langkah-langkah pembelajaran dengan playdough

Dalam penggunaan permainan playdough, guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1)Guru menyiapkan tema pembelajaran

2)Guru menjelaskan tema pembelajaran dihubungkan dengan playdough

3)Guru menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam membuat playdough

4)Guru menyediakan bahan-bahan untuk dibuat menjadi mainan playdough

5)Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menakar, menuangkan

bahan-bahan playdough dan kemudian mencampur dan mengaduknya hingga kalis (tidak lengket)

6)Guru memberikan bimbingan, motivasi dan dorongan kepada anak

7)Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan kembali pengalaman selama membuat playdough

B. Kajian Pustaka

Setelah peneliti melakukan telaah terhadap beberapa penelitian, ada beberapa

yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian yang

(49)

oleh Difatiguna dkk (2015) yang berjudul “Pengaruh Aktivitas Bermain

Menggunakan Playdough Terhadap Kemampuan Motorik Halus Pada Anak di TK

Dharma Wanita Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Pesisir Barat” . Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktivitas bermain menggunakan

playdough terhadap kemampuan motorik halus anak. Metode penelitian yang

digunakan adalah Pre-Experimental dengan desain One GrupPretest-Posttes.

Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh.Teknik pengumpulan

data yang digunakan adalah teknik observasi atau pedoman observasi. Teknik

analisis data menggunakan analisis data silang dan analisis uji regresi linier

sederhana. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh antara aktivitas bermain

menggunakan playdough terhadap kemampuan motorik halus anak, dibuktikan

dengan adanya peningkatan kemampuan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun di

TK Dharma Wanita Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Pesisir Barat sebanyak 4-5

capain indikator setiap pertemuan.

Ada perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

ialah penelitian ini difokuskan pada pengaruh aktivitas bermain menggunakan

playdough terhadap kemampuan motorik halus sedangkan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti ialah tentang pengembangan fisik motorik halus melalui

permainan playdough.

Sedangan persamaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti ialah sama-sama membahas tentang motorik halus dan

playdough.

Penelitian yang kedua yang berhasil peneliti temukan adalah penelitian dari

Siti Rochayah (2012) yang berjudul “Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui

(50)

Cilacap Semester Genap Tahun Pelajaran 20011/2012”. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui bahwa dengan metode bermain plastisin dapat

meningkatkan kreativitas anak khususnya di Kelompok B TK Masyitoh 02

Kawunganten Cilacap Semester Genap Tahun Pelajaran 20011/2012. Subyek

penelitian adalah anak kelompok B TK Masyitoh 02 Kawunganten Cilacap, yang

jumlahnya 23 anak. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu siklus I dan

siklus II, dengan masing-masing tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah observasi

yang berupa lembar pengamatan, dokumentasi, hasil karya. Metode analisis data

yang digunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

Tindakan Kelas dilaksanakan secara kolaboratif dengan teman sejawat, peneliti di

sini bertindak sebagai guru dan teman sejawat bertindak sebagai

observer/pengamat.

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa bermain plastisin dari tanah liat dapat meningkatkan kreativitas

pada siswa TK Masyitoh 02 kelompok B pada semester genap tahun pelajaran

2011/2012 Desa Kalijeruk Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap. Hal ini

dapat dilihat pada kenaikan frekuensi dan persentase yang terjadi pada kondisi awal

dari 23 siswa yang kreatif hanya 3 anak (13%), pada siklus I meningkat menjadi 14

siswa (61%) dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 21 siswa (90%). Tindak

lanjut untuk kedua anak yang belum berhasil, peneliti lebih optimal dalam

membimbing, peneliti mengadakan home visit ke rumah siswa, peneliti

menyarankan kepada orang tua siswa untuk lebih memperhatikan anak dengan

(51)

Ada perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

ialah penelitian ini difokuskan pada kreativitas anak melalui metode bermain

plastisin, sedangkan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti ialah tentang

pengembangan fisik motorik halus melalui permainan playdough, medianya

menggunakan playdough yang dibuat sendiri dari adonan tepung.

Sedangan persamaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti ialah sama-sama membahas tentang motorik halus dan

sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian yang ketiga yang berhasil peneliti temukan adalah penelitian dari

Chica Haryani (2014) yang berjudul “Penerapan Metode Bermain dengan Media

Playdough dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan dan

Lambang Bilangan pada Anak Usia Dini Pada Kelompok B1 di PAUD Assalam

Kota Bengkulu Tahun Pelajaran 2013/2014”. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui bahwa dengan Metode Bermain dengan Media Playdough dapat

meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan dan Lambang Bilangan

pada Anak Usia Dini Pada Kelompok B1 di PAUD Assalam Kota Bengkulu Tahun

Pelajaran 2013/2014. Subyek penelitian adalah anak kelompok B1 PAUD Assalam

Kelurahan Pematang Gubernur Kecamatan Muara Bengkahulu Kota Bengkulu,

yang berjumlah 11 anak. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, yaitu siklus I,

siklus II, siklus III, dengan masing-masing tahapan, yaitu perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang dipakai

adalah observasi yang berupa lembar pengamatan, dokumentasi. Metode analisis

data yang digunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

Tindakan Kelas dilaksanakan secara kolaboratif dengan teman sejawat, peneliti di

(52)

observer/pengamat 2. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya dapat disimpulkan bahwa metode bermain dengan media playdough

sebagai media belajar anak usia dini dapat meningkatkan kemampuan mengenal

konsep bilangan dan lambang bilangan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya

persentase hasil belajar anak yang pada kondisi awal dari jumlah 11 anak, anak

yang sudah mampu melaksanakan kegiatan secara mandiri hanya 1 anak (9,09%),

pada siklus I meningkat menjadi 6 anak (54,55%) dan pada siklus II meningkat lagi

menjadi 8 anak (72,73%), sedangkan pada siklus 3 meningkat lagi menjadi 9 anak

(81,82%). Sehingga menurut peneliti sebaiknya diterapkan metode bermain dengan

media playdough dalam meningkatkan kecerdasan jamak pada anak usia dini dan

dalam meningkatkan berbagai aspek perkembangan pada anak.

Ada perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

ialah penelitian ini difokuskan pada penerapan metode bermain dengan media

playdough dalam meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan dan

lambang bilangan, sedangkan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti ialah

tentang pengembangan fisik motorik halus melalui permainan playdough. Ada

perbedaan arah variabel dalam penelitian ini.

Sedangan persamaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti ialah sama-sama membahas tentang playdough dan

(53)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. DeskripsiLokasiPenelitian

1. Gambaran umum RA Masyitoh Kalibening

a. Letak geografis

RA Masyitoh Kalibening terletak di tengah perkampungan yang strategis.

Berjarak sekitar 4km dari arah tenggara kota Salatiga, desa Kalibening

berbatasan dengan wilayah:

Sebelah timur : Desa Kalilondo

Sebelah selatan : Desa Tingkir Lor

Sebelah barat : Desa Krasak

Sebelah utara : Desa Sidorejo Kidul

Lokasinya mudah terjangkau dan sangat mendukung proses belajar mengajar

karena berada dalam satu komplek lingkungan sekolah. RA Masyitoh Kalibening

dikelilingi oleh beberapa satuan lembaga pendidikan diantaranya:

Sebelah utara : MI Asas Islam Kalibening

Sebelah selatan : SMK Negeri 3 Salatiga

Sebelah barat : SMP Sunan Giri

Selain berada dalam satu komplek sekolah, RA Masyitoh Kalibening juga

sangat dekat dengan sarana kesehatan yaitu puskesmas pembantu yang melayani

kesehatan masyarakat setiap hari Senin, Rabu dan Sabtu, sehingga memudahkan

(54)

pelayanan kesehatan. Disamping itu, kantor kelurahan hanya berjarak sekitar 50m

yang memudahkan akses wali murid untuk mengurus keperluan di kelurahan,

sementara anaknya bersekolah.

b.Sejarah berdiri dan perkembangannya

RA Masyitoh Kalibening merupakan lembaga pendidikan formal di bawah

pengelolaan Kementrian Agama yang menyediakan layanan pendidikan anak usia dini

dan mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter anak yang berakhlak

mulia dan siap untuk memasuki ke jenjang pendidikan selanjutnya.

Awal berdiri lembaga ini adalah atas inisiatif dari Ibu H. Umi Faizah yang

merupakan seorang tokoh yang disegani di desa Kalibening. Sebagai seorang guru

ngaji, tentunya beliau sangat dekat dengan dunia anak-anak. Beliau sangat prihatin

dengan perkembangan pendidikan bagi anak-anak dilingkungan tempat tinggalnya,

dimana saat itu Kalibening merupakan desa yang termasuk jauh dari kemakmuran,

masih banyak penduduk yang berpendidikan rendah dan belum ada lembaga

pendidikan anak usia dini yang marak seperti sekarang ini.

Tahun 1979 merupakan tonggak sejarah berdirinya lembaga pendidikan bagi

anak usia dini di desa Kalibening yaitu RA Masyitoh. Selain donatur dari yayasan

Muslimat, peran serta masyarakat sangat mendukung terselenggaranya sekolah ini.

Selain tenaga, mereka bahu membahu menyumbangkan material diantaranya bambu

untuk bisa mendirikan sebuah gedung yang layak bagi anak-anak, karena awalnya

sekolah ini berpindah-pindah tempat dari satu rumah ke rumah lain.

Antusiasme masyarakat pun sangat besar, terbukti di awal didirikannya sekolah

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 1.1. Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis
Tabel 3.1
Tabel 3.4 Daftar Siswa A1 RA Masyitoh berdasarkan daftar buku induk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Clustering merupakan teknik umum untuk analisis data statistik yang digunakan dalam berbagai bidang, termasuk machine learning, data mining (penggalian data) ,

Panitera Pengadilan Negeri Padangsidimpuan pada hari Rabu tanggal 05 September 2012, Nomor : 34/Akta.Pid/2012/PN-PSP, yang menerangkan bahwa Para Terdakwa telah

Selanjutnya dipanaskan dengan autoclave selama 45 menit, dan langsung digiling menjadi bentuk pasta Direndam dengan larutan filtrat air abu sekam (FAAS) 20% selama 48 jam.

Agar estimasi biaya dapat berjalan dengan baik maka di perlukan manajemen waktu yang dapat mendukung jalannya suatu proyek, manajemen waktu di gunakan untuk melihat berapa lama

Purchases yang digunakan adalah enter purchases dengan status order (merupakan proses pesanan yang berisi barang-barang yang diminta untuk dibeli dan jumlah kuantitas

Dampak penerapan strategi mengajar ekspositori ( expository teaching) dalam pembelajaran aqidah akhlak di MI Matholi’ul Huda 02 Srikandang Bangsri Jepara adalah guru aktif

Dalam pelaksanaannya penulis menggunakan wawancara tidak struktur, dengan metode wawancara ini, penulis dapat mengetahui informasi dengan melakukan tanya jawab

untuk mencurahkan semua perhatian terhadap usaha. 190 Kelompok dampingan dalam memulai kegiatan wirausahanya telah mampu berkomitmen dengan menyatukan visi, cita-cita, dan