PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI
PERMAINAN
PLAYDOUGH
DI KELOMPOK A
RA MASYITOH KALIBENING SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
NISWA ULYA RAHMAWATI
NIM 116-14-017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
Yaqin, ikhlas dan istiqomah
Istiqomah dalam ibadah dalam taat kepada Alloh, dan hanya kepada Alloh sebaik-baiknya pemberi pertolongan
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Keluarga besar Bapak Khoirun dan Budi Utami yang senantiasa mendo'akan,
yang telah memberikan dukungan spiritual dan kasih sayang.
2. Emak Mertua Ibu Siti Khabibah yang senantiasa mendukung dan mendoakanku.
3. Suamiku tercinta M.Roikhudin Mahbub yang telah memberi dukungan spiritual,
material dan kasih sayang yang tak henti-hentinya menyemangatiku dan selalu
mendoakanku.
4. Buah hatiku tercinta Fatih, Aisyah dan Mahyan yang senantiasa menjadi sumber
penyemangatku.
5. Kakak ipar dan adik-adik semua yang selalu mendukung.
6. Keluarga besar Pondok Pesantren Ittihadul Asna.
7. Teman-teman seperjuangan, satu kelas PIAUD IAIN Salatiga Angkatan 2014
yang selalu memberikan motivasi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas segala rahmat dan hidayah-Nya skripsi
dengan judul Pengembangan Fisik Motorik Halus Melalui Permainan Playdough di Kelompok A RA Masyitoh Kalibening Tahun Pelajaran 2017/2018 telah selesai.
Shalawat salam senantiasa terlimpahkan kepangkuan baginda Nabi
Muhammad SAW semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT.
Penulisan ini tidak akan selesai tanpa dukungan, motivasi, dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini dan Dosen Pembimbing yang selalu sabar membimbing, serta
mengorbankan waktu, tenaga seta fikiran untuk membimbing penulisan
Skripsi hingga akhir.
4. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian
akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan
kepada penulis.
5. Dewan Guru RA Masyithoh Kalibening yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian dari awal hingga selesai.
6. Siswa-siswi RA Masyithoh Kalibening yang sudah berkenan menjadi subjek
7. Segenap keluarga tercinta yang selalu mendoakan.
8. Teman-teman PIAUD angkatan 2014 yang telah berjuang bersama-sama.
Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terimakasih.
Semoga amal yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik
dalam isi maupun metodologi. Kritik serta saran yang membangun penulis harapkan
bagi kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang budiman. Amin.
Salatiga, 16 Juli 2018
ABSTRAK
Rahmawati,Niswa Ulya. 2018Pengembangan Fisik Motorrik Halus Melalui Permainan Playdough di Kelompok A RA Masyitoh Kalibening Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018.Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing :Dra. Siti Asdiqoh, M.Si
Kata kunci: Fisik Motorik Halus, Permainan Playdough
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan fisik motorik halus melalui permainan playdough pada anak usia dini di RA Masyitoh Kalibening Salatiga tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah anak usia 4-5 tahun yang yang bergabung dalam kelompok A dan berjumlah 22 anak. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi yang terdiri dari lembar observasi guru dan lembar observasi anak, dokumentasi, serta hasil karya. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.
Hasil dari pengembangan fisik motorik halus melalui permainan playdough
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO……… . v
PERSEMBAHAN……… ... vi
KATA PENGANTAR……… ... vii
ABSTRAK……… ... ix
DAFTAR ISI……… ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN……… ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 9
F. Metode Penelitian ... 10
G. Sistematika Penulisan... 15
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 17
1.Pengembangan fisik motorik halus... . 17
2.Kajian materi penelitian ... 31
B. Kajian Pustaka ... 37
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian………. ... 42
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus ... 54
1.Hasil pra siklus... 54
2.Deskripsi pelaksanaan siklus I... 55
3.Deskripsi pelaksanaan siklus II... 60
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Siklus I ... 68
B. Deskripsi Siklus II... 72
C. Pembahasan... 75
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Ketentuan Penilaian Kemampuan Motorik Halus dengan Bermain
Playdough ... 9
Tabel 3.1 Daftar Guru RA Masyitoh RA Kalibening Berdasarkan Data Guru Tahun 2017/2018... 49
Tabel 3.2 Data Pendidik dan Data Tenaga Kependidikan ... 49
Tabel 3.3 Data Siswa RA Masyitoh Kalibening dalam Tiga Tahun Terakhir 50 Tabel 3.4 Daftar Siswa RA Masyitoh Berdasarkan Daftar Buku Induk dan Buku Absen Kelas Tahun Ajaran 2017/2018 ... 50
Tabel 3.5 Data Sarana Prasarana Pendukung ... 52
Tabel 3.6 Hasil Penilaian Pra Siklus ... 54
Tabel 4.1 Ketentuan Nilai Lembar Kerja Anak ... 66
Tabel 4.2 Indikator yang diamati Tiap Siklus ... 67
Tabel 4.3 Hasil Penilaian pada Siklus I ... 68
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ... 70
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I... 71
Tabel 4.6 Hasil Penilaian pada Siklus II ... 72
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Guru Siklus II ... 74
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II ... 75
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR
Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart ... 11
Grafik 3.1 Grafik Pertumbuhan Jumlah Siswa Per Kelas Per Tahun ... 53
Grafik 3.2 Grafik Pertumbuhan Siswa Per Tahun ... 53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 3 Surat Pengajuan Pembimbing
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 5 Indikator Tiap Siklus yang Diamati
Lampiran 6 Lembar Observasi
Lampiran 7 Wawancara
Lampiran 8 Cacatan Lapangan
Lampiran 9 RPPH
Lampiran 10 Dokumentasi Foto Penelitian
Lampiran 11 SKK
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Taman Kanak-kanak merupakan salah satu awal pendidikan formal
yang dikenal setelah keluarga dirumah. Orang tua adalah guru yang pertama
bagi anaknya sebelum memasuki pendidikan di taman kanak-kanak. TK
mempunyai tujuan untuk membimbing dan mengembangkan semua aspek
yang dimiliki menuju langkah awal pendidikan dasar melalui belajar sambil
bermain, memberikan pembinaan bagi anak melalui rangsangan, motivasi
pendidikan, membantu perkembangan jasmani, rohani anak agar tumbuh
secara maksimal dengan disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan
anak.
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sisdiknas bahwa
pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belaja rdan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan di dalam diri, masyarakat, bangsa, dan negara.
Menurut pakar psikologi, anak usia dini merupakan masa yang tepat
untuk melakukan pendidikan. Sebab, pada masa ini anak sedang mengalami
proses pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa. Anak belum memiliki
pengaruh negatif yang banyak dari luar atau lingkungan sehingga orang tua
maupun pendidik akan jauh lebih mudah dalam mengarahkan dan
Pandangan agama Islam, anak merupakan amanah atau titipan Allah
SWT, yang harus dijaga, dirawat, dan dipelihara dengan sebaik-baiknya oleh
setiap orang tua. dilahirkan seorang anak melainkan atas dasar fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi.(HR.
Mutaffaqun „alaih - HR. Bukhori no 1296 dan HR. Muslim no 4803)
Sejak lahir anak telah diberikan berbagai potensi yang dapat
dikembangkan sebagai penunjang kehidupannya di masa depan. Bila potensi
yang dimiliki anak tidak diperhatikan, makanan si anak akan mengalami
hambatan-hambatan dalam pertumbuhan maupun perkembangan.
Pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 ayat 1, disebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini adalah anak yang
masuk dalam rentang usia 0 – 6 tahun. Menurut kajian rumpun ilmu
Pendidikan Anak Usia Din idan penyelenggaraannya di beberapa Negara
Pendidikan Anak Usia Dini dilaksanakan sejak 0-8 tahun. (Hasan, 2010:17).
Pendapat lain menyebutkan bahwa anak usia dini ialah kelompok anak
yang beradadalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik,
dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik
halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan
kecerdasan spiritual), social emosional (sikap dan perilaku serta agama),
bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
The golden Age adalah masa keemasan seorang anak, yaitu masa ketika anak mempunyai banyak potensi yang sangat baik untuk
dikembangkan. Anak usia dini memegang peranan penting karena
perkembangan otak manusia mengalami lompatan dan berkembang sangat
pesat, yaitu mencapai 80%. Ketika dilahirkan di dunia, telah mencapai
perkembangan otak 25% sampai usia 4 tahun perkembangannya mencapai
50%, dan sampai 8 tahun mencapai 80%, selebihnya berkembang sampai usia
18 tahun (Mulyasa, 2012:2).
Perkembangan motorik anak usia dini ditingkatkan melalui kegiatan
yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot, dan otak. Perkembangan fisik
motorik adalah perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat
saraf, dan otot yang terkoordinasi. Gerak tersebut berasal dari perkembangan
refleks dan kegiatan yang sudah ada sejak lahir. Dengan demikian, sebelum
perkembangan gerak motorik ini mulai berproses, maka anak tetap tak
berdaya. Kondisi ketidakberdayaan tersebut berubah secara cepat 4 atau 5
tahun pertama kehidupannya.
Perkembangan fisik motorik anak dibagi menjadi dua, yaitu perkembangan fisik motorik kasar dan perkembangan fisik motorik halus. Fisik motorik kasar cenderung dilakukan oleh otot-otot besar dan menghasilkan gerakan tubuh yang lebih besar seperti berlari dan melompat. Sedangkan fisik motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Keterampilan fisik motorik halus tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhan koordinasi mata dan tangan yang cermat, seperti menulis, menggunting, mewarnai, menjahit, menganyam, serta menajamkan pensil dengan rautan pensil (Sujiono, 2011).
Anak sebagai peserta didik untuk menjadi jiwa yang tangguh, mandiri
dan kreatif. Untuk itu penyelenggaraan program pendidikan akan lebih
mengajar di sekolah. Anak memerlukan kegiatan yang menyenangkan dalam
proses pembelajaran, bagi anak bermain merupakan sarana belajar bagi
mereka. Bermain merupakan proses persiapan diri untuk memasuki dunia
selanjutnya dan merupakan cara untuk mengembangkan berbagai aspek
perkembangan anak seperti aspek kognitif, social, emosi dan fisik motorik.
Dengan kegiatan bermain anak akan terstimulasi untuk berkembang dengan
baik. Bermain bagi anak adalah mutlak diperlukan untuk mengembangkan
daya cipta, imajinasi, perasaan, kemauan, motivasi dalam suasana riang
gembira.
Melalui bermain anak dapat mengembangkan fisik motorik baik
motorik kasar maupun motorik halus. Dalam permainan motorik kasar adanya
gerakan-gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot besar, seperti
berjalan, melompat, berlari dan melempar, sedangkan dalam permainan
motorik halus melatih koordinasi otot tangan dalam beraktivitas seperti
bermain playdough, melipat, menggunting, meronce, meremas dan sebagainya.
Playdough merupakan salah satu alat permainan edukatif yang aman untuk anak dan dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak usia
dini. Membuat playdough dapat melatih fisik motorik halus anak usia dini.
Anak-anak dapat menggunakan tangan dan peralatan untuk membentuk
adonan melalui pengalaman tersebut, anak-anak mengembangkan koordinasi
mata, tangan dan ketangkasan serta kekuatan tangan yang dapat menstimulasi
perkembangan motorik anak untuk menulis dan menggambar.
memperoleh kesenangan, tapi juga bermanfaat untuk meningkatkan
perkembangan otaknya. Dengan playdough, anak-anak bisa membuat bentuk apa pun dengan cetakan atau dengan kreativitasnya masing-masing (Haryani,
2014:59).
Hasil studi pendahuluan di RA Masyitoh Kalibening di kelompok A
menunjukkan bahwa masih rendahnya kemampuan fisik motorik halus anak.
Dari 22 anak, masih terdapat 14 anak atau 62% yang belum mampu
memegang crayon, cara memegang pensil masih ada yang belum benar,
menempel, mewarnai dan menggunting belum rapi. Kelincahan dan kelenturan
anak belum terlihat jelas, belum lancar menulis namanya sendiri.
Kondisi ini disebabkan oleh kemampuan motorik halus terutama
koordinasi mata tangan anak belum terarah dan terasah dengan baik karena
permainan yang diterapkan juga kurang kreatif, variatif, hanya menggunakan
lembar kerja (LKS) dan monoton. Selain itu alat peraga yang digunakan masih
terbatas mengakibatkan anak jenuh dan cepat bosan. Sehingga menjadikan
kelenturan, kelincahan otot-otot jari tangan dan koordinasi mata, tangan tidak
berfungsi dengan baik.
Kemampuan fisik motorik halus anak agar dapat optimal maka
diterapkan bermain sambil belajar. Ada jenis permainan yang menekankan
pada kemampuan tertentu. Salah satu permainan playdough dapat menekankan kemampuan fisik motorik halus anak. Dengan playdough anak dapat bermain
bentuk, warna, tekstur, melatih kelincahan, kelenturan jari-jari tangan dan
koordinasi antara mata dan tangan. Misal dengan cara anak memahami dan
tepung dan warna, selain itu anak dapat belajar cara membuat bentuk dengan
playdough. Dengan bermain playdough dapat melatih kelenturan pergelangan otot-otot tangan dan koordinasi mata tangan sehingga dapat mengasah
kemampuan fisik motorik halus anak untuk mempersiapkan menulis
simbol-simbol dalam rangka untuk memasuki jenjang selanjutnya.
Dari paparan diatas maka penulis membuat judul,
“PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI PERMAINAN
PLAYDOUGH DI KELOMPOK A RA MASYITOH KALIBENING SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka
dapat dirumuskan pokok permasalahan pada penelitian ini, yaitu: Apakah
permainan playdough dapat mengembangkan fisik motorik halus pada anak kelompok A di RA Masyithoh Kalibening Salatiga Tahun Pelajaran
2017/2018?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui permainan
plaudough dapat mengembangkan fisik motorik halus pada anak kelompok A di RA Masyithoh Kalibening Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018.
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti yang selama
ini bekerja dibidang pendidikan anak usia dini, yang selanjutnya hasil
penelitian dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan profesi dan
serta pengalaman dalam melakukan penelitian guna memperbaiki
metode pembelajaran kedepannya.
2.Manfaat praktis
a.Membantu kelenturan otot-otot halus anak
b.Membantu mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak
berkaitan dengan perkembangan motorik halus dalam berbagai bidang
sehingga siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang SD dan dalam
kehidupan anak sehari-hari.
c.Melatih kemandirian anak dalam kegiatan yang berhubungan dengan
motorik halus anak.
d.Memberikan gambaran kepada calon guru anak usia dini tentang media
pembelajaran yang tepat dalam upaya peningkatan motorik halus peserta
didik.
e.Untuk memotivasi para guru RA khususnya, agar terus berusaha
memberikan model pembelajarannya kepada anak didiknya jadi lebih
menyenangkan.
f. Guru dapat menambah wawasan betapa pentingnya memahami
karakteristik anak sehingga dapat menentukan metode pembelajaran yang
tepat yaitu dengan permainan playdough.
g. Proses belajar dan hasil kegiatan membentuk guru yang lebih kreatif
dalam merancang dan mengelola kegiatan yang menyenangkan untuk
anak didik.
h.Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk bisa menerapkan metode
i.Dapat membantu sekolah dalam mengatasi masalah perkembangan
motorik halus.
j.Sebagai evaluasi bagi sekolah untuk mengeidentifikasi hambatan atau
penyimpangan yang mungkin terjadi dalam proses pengembangan
kemampuan motorik halus sehingga jika terjadi hambatan dapat
dilakukan perbaikan sejak dini.
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji
kebenarannya melalui penelitian. Hipotesis yang dapat diartikan sebagai
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang yang terkumpul (Arikunto, 1996:67)
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah, “Adanya
pengembangan fisik motorik halus anak melalui metode permainan
playdough pada anak kelompok A di RA Masyitoh Kalibening Salatiga“.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Ketentuan Penilaian Kemampuan Motorik Halus dengan Bermain Playdough
Simbol Bintang Skor/
Nilai
Kategori Kriteria/Ketentuan
1 Belum Muncul (BM) Jika anak mencoba, kurang
tepat atau anak tidak mau
mencoba.
2 Mulai Muncul (MM) Jika anak bisa dengan
bantuan meniru teman
3 Berkembang Sesuai
Harapan (BSH)
Jika anak bisa dengan
bantuan awalan
4 Berkembang Sangat
Baik (BSB)
F. Metode Penelitian
1. Rancangan penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi
dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas (Wardhani, 2012:1.4).
Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung
berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Jadi penelitian tindakan kelas
merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk
memperbaiki praktik pembelajaran yang ada, meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar guru sehingga mampu menghasilkan anak didik yang
berprestasi.
2. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok A di RA Masyitoh
Kalibening yang berlokasi di Jalan Ja’far Shodiq no 16, Kelurahan
Kalibening Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah. tahun
pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 22 anak yang terdiri dari 12 laki-laki
dan 10 perempuan.
3. Langkah-langkah penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan
penting yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing)
dan refleksi (reflecting) (Arikunto, 2009:16).
Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas
Gambar 1.1. Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart
Pada tiap siklus terdiri dari 4 komponen yakni perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).
a. Tahap perencanaan
1) Membuat konsep atau skenario pembelajaran dengan penerapan metode
bermain playdough yaitu membuat (RKH) Rencana Kegiatan Harian.
2) Menyiapkan lembar tes buatan peneliti atau lembar penugasan, yang
mana hasil penugasan dari anak didik tersebut akan diberi nilai dan
dijadikan data untuk dianalisis lebih lanjut.
3) Membuat simulasi perbaikan
b. Tahap pelaksanaan
Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa penerapan
metode bermain playdough sesuai dengan konsep pembelajaran yang tertulis
c. Tahap pengamatan/observasi
Pada tahap ini segala aktivitas anak didik dalam proses pembelajaran
diamati, dicatat dan dinilai, kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan balik.
Pengamatan tersebut meliputi beberapa indikator yang telah ditentukan
penulis secara terlampir.
d. Tahap refleksi
Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan penelitian,
tahap refleksi meliputi:
1)Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.
2)Evaluasi hasil observasi.
3)Analisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan siklus I untuk
dilakukan perbaikan pada siklus II.
4. Teknik pengumpulan data
a. Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau standar yang telah ditetapkan (Depdiknas:2006).
Tes ini digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai
hasil penerapan permainan playdough, kemudian akan dianalisa dan diambil kesimpulannya.
b. Observasi
Observasi adalah instrumen yang sering digunakan dalam
penelitian di bidang pendidikan. Dalam penelitian ini peneliti
“Metode observasi adalah metode pengumpulan data penelitian dengan
melalui pengamatan terhadap objek yang diteliti” (Dimyati, 2014:92).
Metode ini digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran.
c. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data
penelitian mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat, koran, majalah, prasasti, notulen rapat, leger
nilai, agenda, dan lain-lain (Dimyati, 2014:100).
Dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan gambaran umum
sekolah, keadaan guru, keadaan sarana prasarana dan keadaan siswa.
5. Instrumen penelitian
Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian
tindakan kelas adalah:
a. Rencana kegiatan harian (RKH), yaitu seperangkat pembelajaran yang
digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan menyusun untuk
tiap putaran. Masing-masing RKH berisi tentang tingkat pencapaian
perkembangan, indikator, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber
belajar serta hasil penilaian.
b. Lembar observasi anak
Lembar observasi ini digunakan untuk memantau setiap perkembangan
motorik halus anak dalam permainan playdough. c. Lembar observasi guru
Lembar observasi ini disusun untuk memantau perkembangan dari
permainan playdough serta penguasaan guru dalam penerapan metode tersebut.
d. Lembar evaluasi siswa
Evaluasi siswa disusun dan digunakan oleh guru untuk mengevaluasi
anak guna mengetahui hasil dari metode yang dilaksanakan oleh guru,
agar dapat mengetahui perkembangan motoric halus anak selanjutnya.
6. Analisa data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana
yang harus dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami
oleh diri sendiri dan orang lain (Arikunto, 2008:128).
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis yang
bersifat diskriptif kualitatif, yaitu mendiskripsikan data yang diperoleh
melalui instrumen penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca untuk mengikuti
uraian penyajian data skripsi ini, penulis akan memaparkan sistematika
skripsi secara garis besar menjadi beberapa bagian:
Bagian awal yang terdiri dari sampul, halaman judul, lembar logo
IAIN, persetujuan pembimbing, pernyataan keaslian tulisan, pengesahan
penulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi,
BAB I : Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan, Kegunaan
Penelitian, Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan, Metode
Penelitian, Sistematika Penulisan
BAB II : Landasan Teori, yang meliputi Kajian Teori dan
Kajian Pustaka.
BAB III : Pelaksanaan Penelitian, berisi tentang Deskripsi
Pelaksanaan Siklus I (perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi
), Deskripsi Pelaksanaan Siklus II.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi Deskripsi Per
Siklus dan Pembahasan.
BAB V : Penutup, berisi tentang Kesimpulan dan Saran.
BAB II
LANDASAN TEORI A. Kajian Teori
1.Pengembangan fisik motorik halus
a. Fisik motorik
Fisik motorikhalusadalah pengorganisasian penggunaan sekelompok
otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan
kecermatan dan koordinasi mata dan tangan (Sumantri, 2005:143).
Motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil atau halus serta memerlukan koordinasi yang cermat seperti menggunting mengikuti garis, melukis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok, memasukkan kelereng ke lubang, membuka dan menutup objek dengan mudah, menaungkan air ke dalam gelas tanpa berceceran, menggunakan kuas, crayon dan spidol, serta melipat (Depdiknas, 2008:10).
Karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih ditekankan pada
gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, menggambar,
menggunting dan melipat. Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih
atau distimulasi agar dapat berkembang dengan baik. Tindakan pemberian
stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan
rasa kasih sayang, bermain dengan anak, dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan (Suyanto:2005).
Tujuan pengembangan motorik halus anak usia dini adalah untuk melatih
kemampuan koordinasi motorik anak. Pengembangan motorik halus akan
berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis, kegiatan melatih
koordinasi antara tangan dengan mata yang dianjurkan dalam jumlah waktu
yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin
Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan
bagian-bagin tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil,seperti
keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan
tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan
yang cermat. Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain
adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri,
dan sebagainya.
Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan
pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam kemampuan
motorik kasar anak belajar menggerakan seluruh atau sebagian besar anggota
tubuh, sedangkan dalam mempelajari kemampuan motorik halus anak belajar
ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakan
pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.
Jadi perkembangan fisik motorik halus adalah kegiatan yang
menggunakan otot halus pada bagian tubuh tertentu serta membutuhkan
koordinasi yang cermat. Perkembangan motorik adalah salah satu hal yang
penting dalam perkembangan individu. Setiap anak dapat mencapai
perkembangan motorik halus yang optimal asalkan mendapat stimulasi yang
tepat, semakin banyak kesempatan, praktek dan bimbingan yang kontinyu.
b. Prinsip pengembangan motorik halus
Pembelajaran yang mengembangkan motorik halus anak perlu
memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan motorik halus.
1)Berorientasi pada kebutuhan anak, kegiatan yang bertujuan untuk
mengembangkan motorik halus sebaiknya disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak.
2)Belajar sambil bermain, belajar sambil bermain merupakan hal yang
menyenangkan bagi anak, karena dunia anak adalah dunia bermain.
3)Kreatif dan inovatif, kegiatan yang dilakukan harus memunculkan rasa
ingin tahu yang besar pada anak dan memotivasi untuk berfikir kritis
sehingga anak akan menemukan hal-hal baru yang menambah
pengetahuannya.
4)Kondusif, lingkungan yang kondusif sangat berpengaruh terhadap
kegiatan pembelajaran sehingga menciptakan lingkungan yang
mempunyai keamanan dan kenyamanan sangat penting dilakukan.
5)Tema, dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya dimulai dengan hal-hal
yang dekat dengan anak dan menarik sehingga mudah dalam pengenalan
beberapa konsep.
6)Mengembangkan keterampilan hidup, kegiatan pembelajaran motorik
halus sebaiknya mengembangkan beberapa keterampilan hidup seperti
menolong diri sendiri, disiplin serta sosialisasi yang sangat berguna dan
penting untuk jenjang selanjutnya.
7)Menggunakan kegiatan tepadu, pembelajaran motorik halus yang
menggunakan model pembelajaran terpadu sangat cocok digunakan
karena tema yang diambil sangat menarik sehingga membuat anak
antusias.
8)Kegiatan berorientasi pada prinsip perkembangan anak, prinsip-prinsip
baik ketika kebutuhan fisiknya terpenuhi, aman dan tentram secara
psikologis.
Kegiatan pembelajaran motorik anak usia dini menggunakan prinsip
belajar sambil bermain. Pembelajaran yang disajikan guru sebaiknya
menyenangkan, menggembirakan dan demokratis dan hendaknya
mengarahkan anak menjadi pembelajar yang aktif dengan memberikan
kesempatan anak untuk mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan,
menyimpulkan, mengemukakan sendiri berbagai hal yang ada di sekitar
anak.
Prinsip-prinsip pengembangan motorik halus sesuai pendapat
Departemen pendidikan nasional (2007:11) adalah sebagai berikut:
1)Pengembangan motorik halus dilakukan secara bertahap serta
berulang-ulang sesuai kemampuan anak.
2)Kegiatan hendaknya diberikan sesuai tema dimana lingkungan tempat
tinggal anak.
3)Stimulasi yang diberikan hendaknya sesuai usia dan taraf pertumbuhan
dan perkembangan anak baik jasmani maupun rohani.
4)Pengembangan motorik anak dilakukan dengan kegiatan yang menarik dan
menyenangkan.
5)Memberikan pengawasan dan bimbingan kepada anak ketika melakukan
kegiatan motorik halus.
6)Kegiatan motorik halus hendaknya dilakukan secara bervariasi agar tidak
timbul kejenuhan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan prinsip-prinsip
perkembangan anak, belajar melalui bermain, memberikan kebebasan anak
untuk kreatif dan inovaif, menciptakan suasana lingkungan yang nyaman,
aman dan kondusif, memberikan stimulasi sesuai dengan pertumbuhan anak,
dan membimbing anak sesuai dengan kemampuannya.
c. Tahapan perkembangan fisik motorik halus
Tahapan perkembangan motorik halus berdasarkan usia (A. Martuti,
2009:164-168), antara lain:
1) Usia 2 tahun
Sudah mulai mampu memutar pegangan pintu dan keluar/masuk kamar, ada
yang mampu pegang alat tulis seperti orang dewasa, mampu membuat garis
vetikal, mampu membangun dua balok, dapat melihat benda dari jarak agak
jauh, mampu membuka dan menutup tempat yang dapat dipegang, kebanyakan
juga masih belum kokoh memegang benda.
2) Usia 3 tahun
Meningkat cara pegang media tulis, mampu pegang gunting, mampu meniru
bentuk lingkaran, mampu memungut benda kecil, mampu membuat garis palang
bila diberi contoh caranya, mampu memasang bentuk lingkaran, segi empat,
segitiga pada papan puzzle.
3) Usia 4 tahun
Mampu pegang media tulis, mampu menggunting garis lurus di kertas, mampu
mengikuti bentuk segi empat, mampu memasukkan tali ke lubang papan jahit,
tangan bergetar karena pertumbuhannya belum sempurna.
4) Usia 5 tahun
Mampu menggunting dengan baik, mampu menggunting garis di kertas, mampu
5) Usia 6 tahun
Sudah terampil menggunakan tangan, mengetahui tangan kiri-kanan pada diri
sendiri tetapi tidak pada orang lain, mampu memegang alat tulis seperti orang
dewasa, menggambar manusia lengkap, menggambar rumah dengan pintu,
jendela, atap, mengatakan apa yang mau digambar sebelum mulai menggambar,
mampu mencontoh lingkaran, tanda silang, segi empat dan segitiga yang bisa
dikenal bentuknya, mampu mencontoh huruf besar V, T, H, O, X, L, Y, U, C,
A, mampu memasaukkan benang ke jarum besar, mampu menjahit kartu/kertas
besar.
Setiap anak memiliki kecerdasan motorik yang berbeda-beda, baik dalam
kekuatan maupun dalam ketepatan. Setiap anak mampu mencapai motorik
halusnya secara optimal apabila ia mendapatkan stimulasi yang tepat dan
maksimal. Di setiap fase perkembangannya, anak membutuhkan rangsangan
untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin
banyak yang dilihat dan didengar oleh anak, maka akan semakin banyak pula
yang ingin diketahuinya. Apabila kurang mendapat rangsangan, anak akan
menjadi mudah bosan. Perkembangan motorik halus anak akan terus
meningkat seiiring dengan bertambahnya usia anak.
Bagi pendidik dan orang tau hendaknya memperhatikan, memantau, dan
turut serta menstimulasi motorik halus agar anak dapat mencapai titik optimal
perkembangan motorik halusnya. Hal ini akan membantunya untuk beraktivitas
dan ketika anak memasuki usia sekolah nantinya.
d. Faktor -faktor perkembangan fisik motorik halus
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak (Fadlillah
1)Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai
pengaruh yang menonjol terhadap laju perkembangan motorik.
2)Jika dalam awal kehidupan pasca-lahir tidak ada hambatan maka semakin
aktif janin semakin cepat perkembangan motorik anak.
3)Kondisi pralahir ibu, ketika anak berada dalam kandungan pertumbuhan
fisiknya sangat tergantung pada suplai gizi yang diperolehnya dari ibunya.
Jika kondisi fisik seorang ibu yang sedang mengandung terganggu karena
kurang gizi, maka anak yang dikandungnya pun akan mengalami
pertumbuhan fisik yang tidak sempurna. Contohnya ibu hamil yang
kekurangan asam folat akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan otak
dan cacat pada janin. Kelahiran sukar, khususnya apabila ada kerusakan
pada otak akan memperlambat perkembangan motorik.
4)Anak yang IQ-nya tinggi menujukkan perkembangan yang lebih cepat
ketimbang anak yang IQ-nya rendah. Kecerdasan intelektual yang ditandai
dengan tinggi rendahnya skor IQ secara tidak langsung membuktikan
tingkat perkembangan otak anak dan perkembangan otak anak sangat
mempengaruhi kemampuan gerakan yang dapat dilakukan oleh anak,
mengingat bahwa salah satu fungsi bagian otak adalah mengatur dan
mengendalikan yang dilakukan anak. Sekecil apapun gerakan yang
dilakukan anak, merupakan hasil kerjasama antara 3 unsur, yaitu otak, urat
saraf dan otot, yang berinteraksi secara positif.
5)Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan perkembangan
kemampuan motorik. Orang tua yang otoriter cenderung tidak
memberikan kebebasan pada anak, dimana anak dapat dianggap sebagai
asuh yang terbaik adalah demokratis dimana orang tua akan memberikan
kebebasan yang terarah artinya orang tua memberikan arahan, bimbingan
dan stimulasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Jadi orang
tua berupaya memberdayakan anak.
6)Ransangan, dorongan/stimulasi, dan kesempatan untuk menggerakkan
semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik.
Perkembangan motorik anak sangat tergantung pada seberapa banyak
stimulasi dan dorongan yang diberikan. Hal ini disebabkan karena
otot-otot anak baik otot-otot halus maupun kasar belum mencapai kematangan.
Gerakan otot yang dilakukan anak masih sangat kasar. Dengan
latihan-latihan yang cukup akan membantu anak untuk mengendalikan gerakan
ototnya sehingga mencapai kondisi motoris yang sempurna yang ditandai
dengan gerakan yang lancar dan luwes.
7)Kelahiran sebelum waktunya biasanya memperlambat perkembangan
motorik. Sebab tingkat perkembangan motorik pada waktu lahir berada di
bawah tingkat perkembangan bayi yang lahir tepat waktu.
8)Cacat fisik
Kondisi cacat fisik yang dialami oleh anak akan mempengaruhi
kemampuan gerak anak. Kecacatan ini akan menghambat kelancaran dan
keluwesan anak dalam bergerak. Contoh sederhana seorang anak yang
mengalami cacat tuna netra cenderung terlihat kaku dalam bergerak, atau
anak yang mengalami kelumpuhan mengalami gangguan dalam
keseimbangan badan.
Perkembangan motorik sangat penting karena dengan menguasainya anak
motorik yang normal memungkinkan anak dapat bergaul dengan teman
sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat
bergaul dengan teman sebaya bahkan dia akan terkucilkan.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhiperkembanganmotorik halus pada
anak usia dini (Wiyani, 2014: 38-41), adalah sebagai berikut:
1)Faktor makanan
Pemberian makanan yang bergizi oleh orang tua kepada anak usia dini
sangat penting untuk memberikan energi pada anak yang sangat aktif di usia
dini. Pertumbuhan gizi atau nutrisi yang cukup dapat merangsang
pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh manusia. Mengingat
akan adanya pengaruh permberian makanan yang bergizi terhadap
perkembangan fisik manusia. Salah satu makanan yang paling bergizi bagi
anak usia dini, khususnya anak yang berusia 0-2 tahun adalah air susu ibu
(ASI). Pemberian ASI eksklusif telah diketahui memiliki berbagai
keuntungan gizi dan kesehatan di antaranya adalah pembangunan sistem
kekebalan tubuh, suplay energi, protein dan zat gizi lain dalam komposisi
yang berimbang, serta keuntungan psiko-emosi berupa kedekatan
(attachment) bayi dengan ibunya. Dalam hal perkembangan kognitif dan kemampuan intelektualitasnya, bayi yang mendapat ASI memiliki IQ lebi
tinggi 3,2 point dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula.
2)Faktor pemberian stimulus
Pemberian stimulasi seperti dengan mengajak anak untuk melakukan
kegiatan bermain, khususnya kegiatan bermain yang melibakan gerak fisik
anak usia dini juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik motorik
berulang-ulang dapat meningkatkan kekuatan fisik, kelenturan otot maupun
keterampilan motorik.
3)Kesiapan fisik
Pada usia 0-2 tahun perkembangan kemampuan kasar dan motorik halus
seorang anak terlihat sangat pesat dan luar biasa. Tadinya seorang bayi tidak
berdaya dan tidak mampu mengendalikan gerakannya, dalam waktu 12 bulan
mereka mengembangkan kemampuan fisik-motorik yang luar biasa.
Kuncinya terletak pada kematangan fisik dan syaraf-syarafnya. Hal itu
terbukti, meskipun orang tua sudah melatih anaknya yang berusia 2 bulan
untuk berjalan tetapi tetap saja si anak belum bisa berjalan meskipun
kemampuan melangkahkan kaki sudah dimiliki anak sejak lahir. Jadi
perkembangan fisik-motorik tidak semata karena pemberian stimulus (latihan
berjalan), tetapi juga melibatkan faktor kesiapan fisik.
4)Faktor jenis kelamin
Jika kita perhatikan dengan seksama, anak perempuan lebih suka
melakukan aktivitas yang melibatkan keterampilan motorik halusnya
sedangkan anak laki-laki cenderung suka melakukan aktivitas yang
melibatkan keterampilan motorik kasarnya dan tentu saja hal itu dapat
mempengaruhi perkembangan fisik-motorik halus mereka.
5)Faktor budaya
Budaya masyarakat kita yang patriarkhi juga ikut berpengaruh dalam
perkembangan fisik-motorik anak. Pada masa anak usia dini, faktor budaya
yang patriarkhi menjadikan anak laki-laki bermain dengan anak laki-laki
lainnya dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan budaya mereka,
lainnya. Mereka didorong untuk melakukan berbagai kegiatan bermain
tersebut dan dilarang untuk melakukan kegiatan bermain yang lazim
dilakukan oleh anak perempuan, seperti bermain boneka, bermain
masak-masakan dan lainnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, faktor yang mempengaruhi
perkembangan fisik motorik halus pada anak usia dini motivasi, usia,
ransangan, makanan, kesiapan fisik, jenis kelamin, faktor budaya, genetik
dan kesehatan. Perkembangan fisik motorik sangat berperan penting bagi
seorang anak. Selain melatih kelincahan dan kecekatan, juga dapat
memberikan motivasi kepada anak dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Bahkan, bila difungsikan dengan baik perkembangan fisik
motorik ini mampu meningkatkan kecerdasan seseorang. Orang tua maupun
pendidik perlu memberikan motivasi, bimbingan, latihan dan sebagainya.
e. Fungsi perkembangan motorik
Fungsi perkembangan motorik bagi perkembangan individu menurut Yusuf
(2011:104-105), antara lain:
1)Melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh
perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan
memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat
mainan.
2)Melalui keterampilan, motorik anak dapat beranjak dari kondisi “helplessness”
(tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya, ke kondisi yang
“independence” (bebas, tidak tergantung). Anak dapat bergerak dari satu
tempat ke tempat lainnya, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini
3)Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sekolah. Pada usia pra sekolah (taman kanak-kanak) atau usia
kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis,
menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
4)Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat
bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal
akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan
dia akan terkucil atau menjadi anak yang“fringer” (terpinggirkan).
5)Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan “self
-concept” atau kepribadian anak. Pengaruh perkembangan motorik yang
terlambat berbahaya bagi penyesuaian sosial dan kepribadian anak. Alasannya
karena hal itu dapat menimbulkan masalah perilaku dan emosi antara lain
karena rasa putus asa dan adanya perasaan rendah diri. Selain itu
keterlambatan perkembangan motorik berbahaya karena tidak menyediakan
landasan bagi keterampilan motorik sehingga mengalami kerugian pada saat
mereka mulai bermain dengan anak lainnya.
Keterampilan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda pula
dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak. Sebagai contoh, sebagian
keterampilan berfungsi membantu anak dalam kemandiriannya, sedangkan
sebagian lainnya, berfungsi untuk membantu mendapatkan penerimaan sosial.
Dikarenakan tidak mungkin mempelajari keterampilan motorik secara serempak,
anak akan memusatkan perhatian untuk mempelajari keterampilan yang akan
membantu mereka memperoleh bentuk penyesuaian yang penting pada saat itu.
perhatian untuk menguasai keterampilan yang memungkinkan mereka dapat
mandiri.
Semakin banyak dan semakin baik keterampilan yang dimiliki, semakin baik
pula penyesuaian sosial yang dilakukan semakin baik prestasi sekolahnya, baik
dalam prestasi akademis maupun prestasi yang bukan akademis.
2. Kajian materi penelitian
a. Pengertian permainan playdough
Playdough merupakan adonan mainan yang terbuat dari tepung. Alat permainan ini aman untuk anak dan dapat mengembangkan seluruh aspek
perkembangan anak usia dini. Membuat playdough dapat melatih fisik motorik halus anak usia dini. Anak-anak dapat menggunakan tangan dan peralatan untuk
membentuk adonan melalui pengalaman tersebut, anak-anak mengembangkan
koordinasi mata, tangan dan ketangkasan serta kekuatan tangan yang dapat
menstimulasi perkembangan motorik anak untuk menulis dan mewarnai.
Playdough (play-dough) adalah adonan mainan (play=bermain,
dough=adonan) atau plastisin mainan yang merupakan bentuk modern dari mainan tanah liat (lempung). Playdough mudah dimainkan dan disukai oleh balita dan anak-anak. Dengan menggunakan playdough, anak-anak dapat mengekspresikan kreativitas mereka melalui kreasi tiga dimensi. Berikut cara
membuat playdough yang higienis dan dengan warna serta aroma yang bisa
dipilih sendiri.
Permainan playdough adalah salah satu aktifitas yang bermanfaat untuk perkembangan otak anak. Dengan bermain playdough, anak tak hanya memperoleh kesenangan, tapi juga bermanfaat untuk meningkatkan perkembangan otak nya. Dengan playdough, anak-anak bisa membuat bentuk apa pun dengan cetakan, mewarnai plydogh dan mebentuk pola.
fleksibilitas dalam merancang pola-pola yang hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi (Haryani, 2014:59).
b. Manfaat permainan playdough
1)Permainan playdough memiliki manfaat bagi anak (Jutmika, 2012:84), yaitu: a) Melatih kemampuan sensorik. Salah satu cara anak mengenal sesuatu
adalah melalui sentuhan. Dengan bermain playdough, ia belajar tentang tekstur dan cara menciptakan sesuatu.
b) Mengembangkan kemampuan berfikir. Bermain playdough bisa mengasah kemampuan berfikir anak. Latihlah dengan memberi contoh
cara bermain dan menciptakan sesuatu dengan playdough.
c) Self esteem. Permainan playdough adalah permainan yang tanpa aturan sehingga berguna mengembangkan kemampuan imajinasi dan kreativitas
anak. Dengan bermain playdough, ia dapat meningkatkan rasa ingin tahu, sekaligus mengajarkannya tentang problem solving yang berguna untuk meningkatkan self esteem-nya.
d) Mengasah kemampuan berbahasa. Meremas, berguling membuat bola,
dan berputar adalah beberapa kata yang sering di dengar anak saat
bermain playdough. Gunakan kata-kata untuk mendeskripsikan kegiatan bermain playdough
2) Manfaat playdough menurut pendapat lain (Difatiguna, 2015:31), adalah sebagai berikut:
a) Berkreasi dengan playdough dapat mencerdaskan anak, selain mengasah imajinasi, keterampilan motorik halus, berfikir logis dan sistematis, juga
dapat merangsang indera perabanya.
perlu menekan lembut dan hati-hati. Melalui bermain playdough bisa melatih motorik halus, membangun kekuatan otot tangan anak yang kelak
bermanfaat saat belajar menggunakan pensil dan gunting
Berdasarakan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan
playdough dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan motorik, kemampuan berfikir, kemampuan imajinasi, kemampuan kreativitas,
kemampuan bahasa dan dapat melatih otot-otot pada jari tangan.
c. Cara memainkan playdough
Bermain playdough adalah salah satu aktivitas yang bermanfaat untuk perkembangan fisik motorik anak. Guru bisa mengenalkan berbagai macam
konsep melalui playdough, antara lain: tekstur, warna, ukuran, serta merangsang kreativitas (anak berlatih untuk menciptakan sesuatu). Adapun cara membuat
playdough adalah: 1) Bahan yang digunakan:
a) 2 gelas tepung terigu
b) 1 gelas garam halus
c) Minyak goreng 2 sendok makan
d) Air secukupnya
e) Pewarna makanan
f) Tepung maezena 3 sendok makan
2) Alat yang dibutuhkan:
a) Baskom
b) Berbagai macam alat cetakan
3) Langkah-langkah membuat permainan playdough:
a) Campurkan terigu, garam dan tepung maizena dalam sebuah baskom. Aduk
dengan tangan sampai tercampur
b) Tuangkan air pada campuran bahan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk
sampai menjadi adonan yang lembut dengan tekstur halus dan kalis (tidak
lengket)
c) Beri minyak goreng, lalu adonan diolah lagi sampai lembut
d) Bagi adonan sesuai jumlah warna
e) Ambil satu bagian diberi beberapa tetes pewarna lalu diaduk lagi sampai
warna merata. Lakukan hal sama terhadap adonan lainnya.
d. Kelebihan dan kekurangan permainan playdough
Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah, adalah tergolong
sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa harus memerlukan
keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya mudah diperoleh di
lingkungan sekitar. Media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan–kelebihan:
memberikan pengalaman secara langsung, dan konkrit, tidak adanya verbalisme,
obyek dapat ditunjukkan secara utuh baik konstruksinya atau cara kerjanya dari
segi struktur organisasi dan alur proses secara jelas. Sedangkan
kelemahan-kelemahannya adalah: tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar,
penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit.
(Moedjiono, 1992 dalam Dwijunianto.wordpress.com diakses tanggal 21 Maret
2018)
Media plastisin yang merupakan salah satu media yang digunakan dalam
kegiatan membentuk berbagai miniatur atau benda sesuai dengan imajinasi dan
pembelajaran di sekolah adalah (http://alaksamana.blogspot.co.id diakses tanggal
22 Maret 2018):
1) Anak memiliki keterampilan ruang yang baik
Misalnya anak dapat membuat miniature rumah, pohon, bunga, ayah, ibu dan
anak yang dibentuk dari plastisin kemudian dikemas dalam sebuah cerita
didalam ruangan.
2) Menantang keterampilan tangan anak
Media plastisin merupakan media yang awalnya tanpa bentuk apapun, disini
anak dituntut memiliki kreativitas dan keterampilan untuk membentuk sesuatu
yang sesuai dengan keinginan anak, hal ini berguna untuk anak dalammelatih
keterampilan tangannya.
3)Anak dapat membuat sendiri hasil karya melalui plastisin yang memuaskan dan
hal ini akan membangun kepercayaan dirinya bahwa ia bisa berbuat.
4)Bersama-sama dengan guru dapat melakukan berbagai hal untuk menciptakan
berbagai benda yang tahan lama.
Permainan playdough dapat memberikan banyak jangkauan kreatif untuk aktivitas yang akan dilakukan anak. Media permainan playdough merupakan bahan lunak tidak membahayakan anak dalam melakukan berbagai aktivitas proses
pembelajaran untuk membentuk miniatur sesuai dengan kreativitas anak dan
imajinasinya tentang apa yang ingin dilakukan. Permainan playdough dirasakan sangat tepat diterapkan dalam proses belajar mengajar anak Taman Kanak-Kanak
karena media tersebut dapat menimbulkan kreatif dan imajinatif anak itu
sendiri. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan permainan playdough memiliki kelemahan antara lain karena bentuknya yang lunak dan memiliki beraneka warna,
dari guru, apa bila jumlah anak banyak maka sekolah harus menyediakan
playdough yang sesuai dengan jumlah anak yang terkadang sekolah tidak memiliki dana dalam pengadaan karena harga playdough yang mahal. Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah menggunakan permainan playdough, dalam kegiatannya anak harus selalu dibawah pengawasan guru karena kegiatan permainan playdough
merupakan kegiatan dimana anak membentuk sesuai dengan contoh atau apa yang
dilihatnya. Hasil yang diharapkan terkadang tidak sesuai dengan harapan karena
anak masih pada usia dini, keterampilan motoriknya belum terlatih dan terampil.
e. Langkah-langkah pembelajaran dengan playdough
Dalam penggunaan permainan playdough, guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1)Guru menyiapkan tema pembelajaran
2)Guru menjelaskan tema pembelajaran dihubungkan dengan playdough
3)Guru menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam membuat playdough
4)Guru menyediakan bahan-bahan untuk dibuat menjadi mainan playdough
5)Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menakar, menuangkan
bahan-bahan playdough dan kemudian mencampur dan mengaduknya hingga kalis (tidak lengket)
6)Guru memberikan bimbingan, motivasi dan dorongan kepada anak
7)Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan kembali pengalaman selama membuat playdough
B. Kajian Pustaka
Setelah peneliti melakukan telaah terhadap beberapa penelitian, ada beberapa
yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian yang
oleh Difatiguna dkk (2015) yang berjudul “Pengaruh Aktivitas Bermain
Menggunakan Playdough Terhadap Kemampuan Motorik Halus Pada Anak di TK
Dharma Wanita Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Pesisir Barat” . Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktivitas bermain menggunakan
playdough terhadap kemampuan motorik halus anak. Metode penelitian yang
digunakan adalah Pre-Experimental dengan desain One GrupPretest-Posttes.
Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh.Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah teknik observasi atau pedoman observasi. Teknik
analisis data menggunakan analisis data silang dan analisis uji regresi linier
sederhana. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh antara aktivitas bermain
menggunakan playdough terhadap kemampuan motorik halus anak, dibuktikan
dengan adanya peningkatan kemampuan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun di
TK Dharma Wanita Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Pesisir Barat sebanyak 4-5
capain indikator setiap pertemuan.
Ada perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
ialah penelitian ini difokuskan pada pengaruh aktivitas bermain menggunakan
playdough terhadap kemampuan motorik halus sedangkan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti ialah tentang pengembangan fisik motorik halus melalui
permainan playdough.
Sedangan persamaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti ialah sama-sama membahas tentang motorik halus dan
playdough.
Penelitian yang kedua yang berhasil peneliti temukan adalah penelitian dari
Siti Rochayah (2012) yang berjudul “Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui
Cilacap Semester Genap Tahun Pelajaran 20011/2012”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bahwa dengan metode bermain plastisin dapat
meningkatkan kreativitas anak khususnya di Kelompok B TK Masyitoh 02
Kawunganten Cilacap Semester Genap Tahun Pelajaran 20011/2012. Subyek
penelitian adalah anak kelompok B TK Masyitoh 02 Kawunganten Cilacap, yang
jumlahnya 23 anak. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu siklus I dan
siklus II, dengan masing-masing tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah observasi
yang berupa lembar pengamatan, dokumentasi, hasil karya. Metode analisis data
yang digunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
Tindakan Kelas dilaksanakan secara kolaboratif dengan teman sejawat, peneliti di
sini bertindak sebagai guru dan teman sejawat bertindak sebagai
observer/pengamat.
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa bermain plastisin dari tanah liat dapat meningkatkan kreativitas
pada siswa TK Masyitoh 02 kelompok B pada semester genap tahun pelajaran
2011/2012 Desa Kalijeruk Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap. Hal ini
dapat dilihat pada kenaikan frekuensi dan persentase yang terjadi pada kondisi awal
dari 23 siswa yang kreatif hanya 3 anak (13%), pada siklus I meningkat menjadi 14
siswa (61%) dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 21 siswa (90%). Tindak
lanjut untuk kedua anak yang belum berhasil, peneliti lebih optimal dalam
membimbing, peneliti mengadakan home visit ke rumah siswa, peneliti
menyarankan kepada orang tua siswa untuk lebih memperhatikan anak dengan
Ada perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
ialah penelitian ini difokuskan pada kreativitas anak melalui metode bermain
plastisin, sedangkan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti ialah tentang
pengembangan fisik motorik halus melalui permainan playdough, medianya
menggunakan playdough yang dibuat sendiri dari adonan tepung.
Sedangan persamaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti ialah sama-sama membahas tentang motorik halus dan
sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian yang ketiga yang berhasil peneliti temukan adalah penelitian dari
Chica Haryani (2014) yang berjudul “Penerapan Metode Bermain dengan Media
Playdough dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan dan
Lambang Bilangan pada Anak Usia Dini Pada Kelompok B1 di PAUD Assalam
Kota Bengkulu Tahun Pelajaran 2013/2014”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bahwa dengan Metode Bermain dengan Media Playdough dapat
meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan dan Lambang Bilangan
pada Anak Usia Dini Pada Kelompok B1 di PAUD Assalam Kota Bengkulu Tahun
Pelajaran 2013/2014. Subyek penelitian adalah anak kelompok B1 PAUD Assalam
Kelurahan Pematang Gubernur Kecamatan Muara Bengkahulu Kota Bengkulu,
yang berjumlah 11 anak. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, yaitu siklus I,
siklus II, siklus III, dengan masing-masing tahapan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang dipakai
adalah observasi yang berupa lembar pengamatan, dokumentasi. Metode analisis
data yang digunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
Tindakan Kelas dilaksanakan secara kolaboratif dengan teman sejawat, peneliti di
observer/pengamat 2. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa metode bermain dengan media playdough
sebagai media belajar anak usia dini dapat meningkatkan kemampuan mengenal
konsep bilangan dan lambang bilangan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya
persentase hasil belajar anak yang pada kondisi awal dari jumlah 11 anak, anak
yang sudah mampu melaksanakan kegiatan secara mandiri hanya 1 anak (9,09%),
pada siklus I meningkat menjadi 6 anak (54,55%) dan pada siklus II meningkat lagi
menjadi 8 anak (72,73%), sedangkan pada siklus 3 meningkat lagi menjadi 9 anak
(81,82%). Sehingga menurut peneliti sebaiknya diterapkan metode bermain dengan
media playdough dalam meningkatkan kecerdasan jamak pada anak usia dini dan
dalam meningkatkan berbagai aspek perkembangan pada anak.
Ada perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
ialah penelitian ini difokuskan pada penerapan metode bermain dengan media
playdough dalam meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan dan
lambang bilangan, sedangkan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti ialah
tentang pengembangan fisik motorik halus melalui permainan playdough. Ada
perbedaan arah variabel dalam penelitian ini.
Sedangan persamaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti ialah sama-sama membahas tentang playdough dan
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. DeskripsiLokasiPenelitian
1. Gambaran umum RA Masyitoh Kalibening
a. Letak geografis
RA Masyitoh Kalibening terletak di tengah perkampungan yang strategis.
Berjarak sekitar 4km dari arah tenggara kota Salatiga, desa Kalibening
berbatasan dengan wilayah:
Sebelah timur : Desa Kalilondo
Sebelah selatan : Desa Tingkir Lor
Sebelah barat : Desa Krasak
Sebelah utara : Desa Sidorejo Kidul
Lokasinya mudah terjangkau dan sangat mendukung proses belajar mengajar
karena berada dalam satu komplek lingkungan sekolah. RA Masyitoh Kalibening
dikelilingi oleh beberapa satuan lembaga pendidikan diantaranya:
Sebelah utara : MI Asas Islam Kalibening
Sebelah selatan : SMK Negeri 3 Salatiga
Sebelah barat : SMP Sunan Giri
Selain berada dalam satu komplek sekolah, RA Masyitoh Kalibening juga
sangat dekat dengan sarana kesehatan yaitu puskesmas pembantu yang melayani
kesehatan masyarakat setiap hari Senin, Rabu dan Sabtu, sehingga memudahkan
pelayanan kesehatan. Disamping itu, kantor kelurahan hanya berjarak sekitar 50m
yang memudahkan akses wali murid untuk mengurus keperluan di kelurahan,
sementara anaknya bersekolah.
b.Sejarah berdiri dan perkembangannya
RA Masyitoh Kalibening merupakan lembaga pendidikan formal di bawah
pengelolaan Kementrian Agama yang menyediakan layanan pendidikan anak usia dini
dan mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter anak yang berakhlak
mulia dan siap untuk memasuki ke jenjang pendidikan selanjutnya.
Awal berdiri lembaga ini adalah atas inisiatif dari Ibu H. Umi Faizah yang
merupakan seorang tokoh yang disegani di desa Kalibening. Sebagai seorang guru
ngaji, tentunya beliau sangat dekat dengan dunia anak-anak. Beliau sangat prihatin
dengan perkembangan pendidikan bagi anak-anak dilingkungan tempat tinggalnya,
dimana saat itu Kalibening merupakan desa yang termasuk jauh dari kemakmuran,
masih banyak penduduk yang berpendidikan rendah dan belum ada lembaga
pendidikan anak usia dini yang marak seperti sekarang ini.
Tahun 1979 merupakan tonggak sejarah berdirinya lembaga pendidikan bagi
anak usia dini di desa Kalibening yaitu RA Masyitoh. Selain donatur dari yayasan
Muslimat, peran serta masyarakat sangat mendukung terselenggaranya sekolah ini.
Selain tenaga, mereka bahu membahu menyumbangkan material diantaranya bambu
untuk bisa mendirikan sebuah gedung yang layak bagi anak-anak, karena awalnya
sekolah ini berpindah-pindah tempat dari satu rumah ke rumah lain.
Antusiasme masyarakat pun sangat besar, terbukti di awal didirikannya sekolah