PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MATERI AKHLAK
SEMESTER II DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION
PADA SISWA KELAS X AKUTANSI SMK PGRI 2 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
KHOTIJATUL ASNA NIM: 111-14-094
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama Kesulitan pasti
ada Kemudahan”
(Al-Insyiroh:5)
َدَج َو َّدَج ْنَم
“Barangsiapa bersungguh
-sungguh maka dia akan
PERSEMBAHAN
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karunia-Nya,
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayah dan ibundaku tersayang, Bapak Ahmad Raji dan Ibu Asshobiyah Alm.
yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun materil terhadapku serta
selalu memberikan doa, kasih sayang, bimbingan, nasihat dan motivasi di
dalam hidupku. Dan semoga beliau ibuku diberikan tempat terindah oleh Allah
Swt, Aamiin.
2. Kakak dan adik tersayangku mbak Imut dan Dek Dewi, Mbah Putri, Mbah
Kakung, Pak Lek, Bu Lek, Pakdhe, Budhe, serta seluruh keluarga besar
terimakasih atas motivasi yang tak ada hentinya kepadaku sehingga proses
penempuhan gelar sarjana ini tercapai.
3. Ketua Jurusan PAI Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag.
4. Bapak Dr. Fatchurrohman S.Ag., M.Pd. selaku dosen pembimbing saya.
5. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag. selaku pembimbing akademik saya.
6. Keluarga besar Pondok Pesantren Putra-Putri Al-Hasan Sidorejo Lor Salatiga
7. Keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Huda serta Keluarga Besar Perguruan
Islam Darul Falah Sirahan Cluwak Pati.
8. Keluarga besar Organisasi PMII Rayon Tarbiyah Matoro Abdul Djalil
Komisariat Djoko Tingkir Kota Salatiga yang dengan semangat kebersamaan
9. Sahabat-sahabatku yang selalu sabar mendampingi, membantu,
menyemangatiku, dan teman berbagi ketika susah dan senang, Beti, Aisyah,
Mbak Diyah, Dilla, Mbak Fatqi dan Malik.
10. Teman-teman KKN Desa Krangkek posko 121 yang sudah banyak
memberikan pengalaman hidup untuk saya. Mami Fitri, Mbak Beti, Mbak Dini,
Mbak Shintia, Mbak Lilis, Mas Huda, Mas Rafael, dan Mas Bagus.
11. Teman-teman seperjuanganku angkatan PAI 2014 yang tidak bisa saya sebut
satu persatu.
12. Calon imamku Mas Irur terimakasih atas dukungan dan motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-teman pondok Al-Hasan yang tidak bisa saya sebutkan namanya
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi
beserta isinya yang telah memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta
hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul Peningkatan Hasil Belajar PAI Materi Akhlak Semester II Dengan
Metode Group Investigation Pada Siswa Kelas X Akutansi SMK PGRI 2 Salatiga
Tahun Pelajaran 2017/2018.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung
Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafa’atnya di
yaumul akhir.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbkingan akademik selama
5. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. selaku Pembimbing skripsi yang telah
membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk
penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
6. Kedua orangtuaku, beserta segenap keluarga besar atas segala do’a, perhatian
dan curahan kasih sayangnya yang tidak bisa penulis sebutkan dalam untaian
kata-kata.
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan S1.
8. Bapak Heriyanta, S.Pd selaku Kepala ekolah SMK PGRI 2 Salatiga dan ibu
Dewi Irmayanti K, S.Ag. selaku Guru Mata Pelajaran PAI yang telah
memberikan izin penelitian dan telah membimbing dan mengarahkan pada saat
melaksanakan penelitian.
9. Keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Huda serta Keluarga Besar Perguruan
Islam Darul Falah Sirahan Cluwak Pati.
10. Keluarga besar Pondok Pesantren Putra-Putri Al-Hasan Sidorejo Lor Salatiga.
Khususnya untuk KH. Ihsanuddin beserta keluarga yang senantiasa sabar,
ikhlas dalam membina para santri agar menjadi santri yang sukses, sholeh dan
selamat di dunia dan akhirat.
ABSTRAK
Asna, Khotijatul. 2018. Peningkatan Hasil Belajar PAI Materi Akhlak Semester II Dengan Metode Group Investigation pada Siswa Kelas X Akutansi SMK PGRI 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.
Kata kunci : Hasil Belajar PAI, Group Investigation.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PAI materi
Akhlak Semester II dengan menggunakan metode pembelajaran group
investigation pada siswa kelas X Akutansi SMK PGRI 2 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018. Subyek peneliti sebanyak 28 siswa, terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2018 sampai dengan tanggal 16 Maret 2018.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahab yaitu perencanaan, aksi, observasi, dan refleksi. Motode pengumpulan data yang digunakan yaitu tes tertulis dan dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini yaitu dengan membandingkan pencapaian nilai dengan KKM dan ditandai dengan adanya peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal pada setiap siklusnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Hipotesis Tindikan dan Indikator Keberhasilan ... 8
F. Metode Penulisan ... 9
G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 27
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 29
1. Hasil Belajar PAI Mapel Akhlak ... 29
a. Penfertian Belajar ... 29
b. Hasil Belajar ... 31
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 35
d. Pendidikan Agama Islam ... 43
2. Metode Group Investigation ... 50
3. Kajian Materi Penelitian ... 60
B. Kajian Pustaka ... 71
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 77
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus ... 90
B. Pembahasan ... 99
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 103
B. Saran ... 104
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Lembar Observasi Kinerja Guru ... 21
Tabel 1.2 Lembar Observasi Keaktifan Peserta Didik ... 22
Tabel 3.1 Kompetensi Dasar dan Indikator ... 76
Tabel 3.2 Langkah-langkah Pembelajaran ... 78
Tabel 3.4 Kompetensi Dasar dan Indikator ... 83
Tabel 3.5 Langkah-langkah Pembelajaran ... 85
Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian Pra Siklus ... 90
Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Pra Siklus ... 92
Tabel 4.3 Nilai Evaluasi Siklus I ... 92
Tabel 4.4 Lembar Observasi Siswa ... 94
Tabel 4.5 Nilai Evaluasi Siklus II ... 97
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan wadah untuk melahirkan manusia yang
berpengetahuan dan berperilaku baik, dimana mereka dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki seluas-luasnya sehingga mampu
ikut serta dalam pembangunan demi kemajuan suatu negara, karena
kemampuan, kecerdasan dan kepribadian suatu bangsa yang akan datang
banyak ditentukan oleh pendidikan yang ada sekarang ini. Bahkan
kemajuan suatu masyarakat atau bangsa banyak ditentukan oleh
pendidikannya. Oleh karena itu pendidikan memegang peranan sentral
dalam pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya, sebab
manusia selain subjek pembangunan juga sebagai obyek pembangunan,
serta manusia itu sendiri yang akan menikmati hasil pembangunan.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 1 Ayat 1 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pegendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Depdiknas, 2003: 5).
maka dalam hal ini pendidikan agama islam mengambil peran yang sangat
penting dalam pembentukan watak siswa, dimana dalam membimbing anak
didik yang beragama Islam dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga
ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang
integral dalam pribadinya, dimana ajaran Islam itu benar- benar dipahami,
diyakini kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi
pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mentalnya.
Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat membimbing dan
melatih siswa agar cerdas secara lahir dan batin sehingga menjadi hamba
pengabdi kepada Allah SWT dari dunia hingga akhirat. Pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan
perwujudan individu. Pada prinsipnya pendidikan diselenggarakan sebagai
suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat dengan memberikan keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (Permendiknas, 2011:7).
Dengan akhlak seorang muslim yang sejati akan menjadi mulia
dihadapan Allah dan RasulNya juga dihadapan manusia. Bahkan Allah
subuhanahu wa ta’ala menjadikan akhlak yang baik sebagai barometer
sempurnanya iman seorang hamba, Rasulullah Shollallahu ‘alaihi Wasallam
Artinya: “Sesungguhnya orang yang terbaik dari kalian adalah orang yang
terbaik akhlaknya” (dikeluarkan oleh Al-Bukhari dalam
Shahihnya:Adab/39, 7/82. Muslim dalam Shahihnya: Al-Fadhail/16, hadis, (68), 4/1810.
Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa kita sebagai manusia
harus memiliki akhlak yang baik, sesuai dengan hadis di atas telah
disebutkan bahwa hendaknya kita selalu memanifestasikan hal tersebut agar
kita mendapatkan kedudukan yang mulia dihadapan Allah dan Rasul-Nya
serta manusia.
Dari hasil observasi penulis pada tanggal 20 Nopember 2017 sampai
dengan tanggal 25 Nopember 2017 di SMK PGRI 2 Salatiga, bahwa
pembelajaran PAI di sana masih kurang bervariasi dan kreatif. Metode yang
sering digunakan dalam pembelajaran PAI adalah ceramah, diskusi, dan
tanya jawab. Guru lebih banyak terfokus pada penyampaian materi dan
pengisian lembar kerja siswa sedangkan pembelajaran PAI secara praktek
tidak diaplikasikan sehingga berdampak pada pencapaian hasil
pembelajarannya. Metode pembelajaran yang sering digunakan hanya
itu-itu saja sehingga pembelajaran menjadi monoton. Penggunaan model
pembelajaran secara konvesional inilah yang membuat siswa menjadi pasif,
sehingga mengakibatkan kurang kreatif, menurunnya semangat siswa dan
rendahnya prestasi belajar PAI. Hal ini terlihat dari pencapaian hasil belajar
sebagian siswa yang belum memenuhi KKM yang telah ditentukan yaitu
Masih terdapat juga kegiatan belajar PAI yang bersifat teacer
centered dimana siswa hanya duduk dan diam, mendengarkan materi, serta
mengerjakan latihan soal dengan bimbingan guru. Kegiatan pembelajaran
seperti ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan, sehingga kurang
memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Situasi belajar yang
monoton tanpa melibatkan keaktifan dan kekreativitasan siswa akan
membuat siswa menjadi pasif. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran di
sekolahan dibutuhkan kreativitas dan keaktifan seorang pengajar dalam
membuat strategi belajar siswa khususnya mata pelajaran PAI.
Upaya untuk meningkatkan hasil pembelajaran tersebut diperlukan
upaya perbaikan dalam model pembelajarannya. Salah satu langkah untuk
memiliki model itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau
biasanya disebut metode mengajar. Metode mengajar adalah suatu cara atau
jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Sebagaimana dijelaskan bahwa
proses belajar yang aktif dan menarik merupakan keinginan setiap pendidik.
Metode mengajar digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu
menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang
dihadapi ataupun menjawab suatu pertanyaan yang bertujuan agar siswa
mampu berfikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam
menghadapi segala hal persoalan (Slameto, 2013: 65).
Demi meningkatkan prestasi belajar yang baik dan menciptakan
proses belajar mengajar yang kondusif seorang guru dituntut untuk
menarik dalam proses belajar mengajar adalah metode pembelajaran group
investigation. Group Investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun
dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar.
Pembelajaran Group Investigation (kelompok investigasi)
merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Dalam
model ini perlu partisipasi antar anggota kelompok untuk mencari
bahan-bahan materi dari berbagai sumber, seperti Al-Qur’an, buku, internet, dan
sebagainya. Guru hanya menjadi fasilitator bagi setiap kelompok. Selama
ini model pembelajaran tersebut belum pernah di teliti keefektifannya.
Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau
setidak-tidaknya sebagian peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik,
mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Di samping
menunjukkan semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri.
Berdasarkan hal tersebut, upaya guru mengembangkan keaktifan belajar
siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.
Oleh karena itu penulis memilih untuk menerapkan metode
pembelajaran group investigation tersebut, dimana pembelajaran ini melatih
siswa untuk belajar sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Sehingga
mendorong siswa untuk berkarakter dalam pembelajaran, meningkatkan
interaksi dan kerjasama diantara siswa, meningkatkan hasil belajar, serta
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian yang berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MATERI AKHLAK SEMESTER II DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS X SMK PGRI 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini
peneliti merumuskan fokus penelitian sebagai berikut : Apakah metode
pembelajaran group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa
mata pelajaran PAI bidang Akhlak semester 2 pada siswa kelas X SMK
PGRI 2 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka
penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah
penggunaan metode group investigation dapat meningkatkan hasil belajar
siswa mata pelajaran PAI bidang Akhlak semester 2 pada siswa kelas X
SMK PGRI 2 Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat berguna sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat
dan literatur dalam penyempurnaan proses pembelajaran menuju
terciptanya proses belajar mengajar yang lebih inovatif, kreatif dan
menyenangkan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Memberikan kontribusi pengetahuan dan menambah wacana
keilmuan khususnya penggunaan metode pembelajaran group
investigation.
b. Bagi Siswa
1) Meningkatkan minat belajar dan meningkatkan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran.
2) Siswa dapat belajar dengan perasaan senang melalui metode
group investigation.
3) Siswa dapat menyerap dan memahami materi pembelajaran
dengan lebih mudah.
4) Dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa.
c. Bagi Guru
1) Memberi masukan bagi guru untuk mengembangkan
ketrampilan dan variasi dalam proses pembelajaran.
2) Memberikan masukan bagi guru dalam memahami metode
group investigation sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar
siswa.
1) Sebagai salah satu acuan untuk menentukan kebijakan dalam
upaya meningkatkan mutu sekolah.
2) Memberikan masukan bagi sekolah dalam pelaksanaan dan
pengembangan kurikulum untuk meningkatkan mutu
pendidikan sekolah.
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian
yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat
kebenarannya (Margono, 2009:67). Hipotesis dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah: Metode group investigation dapat meningkatkan hasil
belajar PAI Materi Akhlak Semester II Kelas X SMK PGRI Salatiga
Tahun Pelajaran 2017/2018.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan metode group investigation ini dikatakan efektif
apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang
dituliskan penulis dapat dirumuskan sebagai berikut: peserta belajar PAI
materi Akhlak setelah menggunakan metode group investigation
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75, dimana untuk klasikal
mengacu pada KKM yang tercantum pada kurikulum SMK yang
bersangkutan, dalam hal ini SMK PGRI 2 Salatiga.
F. Metode Penulisan 1. Rencana Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
istilah dalam bahasa inggris adalah Classroom Action Research (CAR)
dilihat dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di
dalamnya, yaitu sebuah kegiatan yang dilakukan di dalam kelas.
Penelitian Tindakan kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang
meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan kearah
perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran
(Suharsimi,2009: 105). Penelitian Tindakan kelas (PTK) memiliki
empat tahap dalam tiap siklusnya yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan dan reflekesi. Penelitian. Tindakan kelas ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian keaktifan dan hasil
belajar siswa pada materi akhlak dengan deberlakuakan suatu tindakan
model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
Menurut Rapoport dalam Hopkins (1993), mendefinisikan
penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan
oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan,
mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara
kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau
penelitian dalam masing-masing tindakan terjadi secara berulang yang
akhirnya menghasilkan beberapa tindakan dalam penelitian tindakan
kelas. Tahap-tahap tersebut membentuk spiral. (Kunandar, 2008: 46).
Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus, peneliti
mengadakan survei awal untuk mengetahui kondisi awal siswa dalam
proses pembelajaran. Dalam survei awal ini diketahui bahwa siswa
kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran materi inflasi, hal ini
berdampak pada hasil nilai siswa yang belum mencapai kriteria
ketuntasan minimum (KKM). Dari segi guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran guru hanya menggunakan model ceramah, dan hal
ini menyebabkan siswa merasa bosen dan malas saat mengikuti
pelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut maka peneliti dan guru secara
bersama-sama menganalisis segala kelemahan yang muncul kemudian
mencari solusi tersebut dalam analisis berikutnya.
Tindakan penelitian yang bersifat spiral tersebut dengan jelas
digambarkan oleh Hopkins (1985) sebagai berikut (Mansur Muslich,
Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut :
a. Pra Siklus
Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan observasi
pada tanggal 25 November 2017 terhadap proses belajar mengajar
(PBM) yang dilakukan oleh Ibu Dewi Irmayanti Kustatiningrum
S.Ag selaku pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan memakai metode konvensional, yakni ceramah, dilanjutkan
tanya jawab dan di akhiri proses belajar mengajar. Guru melakukan
tes pilihan ganda untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami
dan menyerap materi pelajaran.
Disamping itu, peneliti juga melakukan observasi untuk
mengetahui situasi, minat, sikap dan antusias siswa dan observasi
terhadap guru pengampu selama proses belajar mengajar. Dimana
hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa 65% minat siswa
dalam belajar PAI masih sangat minim, dengan dibuktikannya dari
hasil tes dan observasi tersebut, peneliti mendapatkan data untuk
dijadikan pertimbangan untuk melakukan rencana penelitian.
b. Siklus I
Prosedur kerja dalam PTK ini direncanakan dalambentuk
siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan,
yaitu: menyusun rencana tindakan, melaksanakan
tindakan,melakukan pengamatan, dan melakukan refleksi. Tahap
kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus satu adalah sebagai
berikut:
1) Tahap I : Perencanaan Tindakan
Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan
yang dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh
siapa dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.
Untuk memperlancar tindakan, peneliti bersama guru
mempersiapkan instrumen pembelajaran berupa rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan juga mempersiapkan
instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat
pengumpul data.
2) Tahap II : Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini berupa pelaksanaan RPP
yang telah dibuat. Dengan gambaran umum sebagai berikut:
(1) Guru brsama peserta didik melakukan do’a
bersama untuk mengawalipembelajaran.
(2) Absensi untuk mengetahui kehadiran siswa
(3) Apresiasi.
b) Kegiatan Inti (30 menit)
(1) Guru menjelaskan prosedur mengenai cara
belajar dengan strategi group investigation
kepada siswa.
(2) Guru membagi siswa menjadi kelompok secara
hetrogen yang beranggotakan 6 siswa.
(3) Guru membagi topik diskusi setelah
menyajikan studi kasus tentang menitih hidup
dengan kemuliaan dengan pembagian berbeda
pada setiap kelompok.
(4) Guru mengarahkan siswa untuk mendiskusikan
materi dengan menggali informasi dari
berbagai sumber, internet maupun buku.
(5) Guru mengarahkan untuk diskusi dikelas dan
mempresentasikan hasil temuannya setelah
diskusi selesai
c) Kegiatan Akhir
(1) Guru memberi penguatan materi dan
pertemuan ini dan memberikan informasi
tentang apa yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya.
(2) Guru mengadakan post test untuk mengukur
pemahaman siswa.
(3) Guru memotivasi siswa untuk belajar.
(4) Menutup kegiatan pembelajaran dengan
berdo’a bersama.
3) Tahap III: Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersama dengan waktu
pembelajaran, pengamatan yang dilakukan adalah
mengamati setiap tindakan meliputi: keaktifan siswa,
karakter siswa, interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa
dengan siswa, interaksi siswa dengan bahan ajar atau semua
fakta yang ada selama proses pembelajaran, dan kesesuaian
guru dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran.
4) Tahap IV: Refleksi
Guru menjelaskan dan menyimpulkan pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilakukan berdasarkan hasil
pengamatan, meliputi: kesesuaian antara pelaksanaan dan
rencana pembelajaran yang dibuat, kekurangan yang ada
selama proses pembelajaran, kemajuan yang telah dicapai
c. Siklus II
Siklus ini merupakan perbaikan dari siklus I. Siklus II
dilakukan dengan maksud untuk menutupi kekurangan-kekurangan
yang terdapat pada siklus I. Tahapan pada siklus ini sama dengan
siklus I, hanya saja pada siklus II ditekankan pada perbaikan jika
indikator belum tercapai maka akan dilakukan siklus selanjutnya
hingga indikator yang diharapkan tercapai.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur
untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun,
yang kembali kelangkah semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap
penyusunan rancangan samapai dengan refleksi, yang tidak lain adalah
evaluasi.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini meliputi:
a. Siswa kelas X Akutansi SMK PGRI 2 Salatiga Tahun pelajaran
2017/2018 yang terdiri dari 28 siswa, 2 siswa laki-laki dan 26 siswa
perempuan.
b. Peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan kolaborasi
antara Ibu Dewi Irmayanti Kustatiningrum S.Ag selaku guru PAI
dengan peneliti, sehingga penelitian tindakan kelas ini terdiri dari
dua orang peneliti sekaligus. Dimana guru PAI berperan dalam
Sedangkan peneliti mengamati dan membantu jalannya proses
pembelaaran dengan Metode Group Investigation.
c. Waktu dan tempat penelitian
1) Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Semester II tahun pelajaran
2017/2018, di mana siklus I dan siklus II akan dilaksanakan
tanggal 11 Februari 2018 sampai dengan tanggal 16 Maret 2018.
2) Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMK PGRI 2 Salatiga Jl. Nakula
Sadewa Mangunsari, Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah
50722.
3. Langkah-langkah Penelitian
Dalam David A. Jacobsen (2009: 236) mengumukakan bahwa
terdapat enam langkah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan strategi
investigasi kelompok, yakni:
a. Pemilihan topic, Siswa memilih topik untuk di selidiki dalam satu
bidang umum
b. Perencanaan kooperatif, Siswa, dengan bantuan guru,
merencanakan bagaimana mengumpulkan data dan aktivitas
pembelajaran lain, seperti penelusuran secara online (internet) dan
c. Penerapan. Siswa melaksanakan rencana yang telah mereka buat,
dengan menggunakan strategi pembelajaran dan sumber
data-sumber data yang berbeda.
d. Analisis dan sintesis. Siswa menganalisis dan mengolah informasi
yang telah mereka kumpulkan untuk dipresentasikan pada kelompok
lain.
e. Penyajian hasil akhir. Siswa membagi dan mendiskusikan informasi
yang telah mereka kumpulkan
f. Evaluasi. Siswa membandingkan penemuan-penemuan dan
perspektif-perspektif dan mendiskusikan persamaan dan
perbedaannya,
Sedangkan dalam Robert E. Slavin (2008:218), mengemukakan
bahwa di dalam model Group Investigation memiliki enam langkah
pembelajaran, yaitu:
a. Mengidentifikasi topik dan mengatur murid kedalam kelompok
b. Merencanakan tugas yang akan dipelajari
c. Melaksanakan investigasi,
d. Menyiapkan laporan akhir,
e. Mempresentasikan laporan akhir
f. Evaluasi
Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang dipakai pada tipe
Group Investigation siswa kelas SMK PGRI 2 Salatiga, menggunakan
a. Identfikasi topic dan pembagian kelompok
Pembahasan materi pembelajaran Menitih Hidup dengan
Kemuliaan dilakukan pada tahap awal pelaksanaan pembelajaran.
Pembahasan materi bertujuan agar siswa mempunyai gambaran
yang jelas tentang materi yang akan didiskusikan. Sebelum
menjelaskan materi pembelajaran, guru terlebih dahulu menjelaskan
tujuan pembelajaran dalam materi Menitih Hidup dengan
Kemuliaan. kemudian guru menjelaskan materi Menitih Hidup
dengan Kemuliaan dan menerangkan secara garis besar dengan
menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI).
Selajnjutnya adalah pembentukan kelompok dan pembagian
topic, pembagian kelompok ini disesuaikan secara heterogen
mungkin baik di dasarkan pada nilai atau prestasi yang ditunjukkan
pada materi pembelajaran PAI. Dalam pembentukan kelompok,
guru membagi kelas menjadi enam kelompok dengan anggota
masing-masing kelompok berjumlah lima orang siswa.
b. Perencanaan Tugas
Guru menjelaskan kepada siswa terkait tentang tugas yang
diberikan terhadap setiap kelompok. Perencanaan tugas dilakukan
setelah guru menyajikan studi kasus tentang materi Menitih Hidup
dengan Kemuliaan dengan menggunakan model pembelajaran
berkelompok sesuai dengan pembagian kelompok yang telah
ditetapkan.
c. Melakukan Investigation/ Diskusi
Dalam pekerjaan topik diskusi materi Menitih Hidup dengan
Kemuliaan, siswa kelas X Akutansi harus mengerjakan dengan
diskusi kelompok. Mereka harus saling berbagi pengetahuan dan
pengalaman antara anggota kelompoknya, berbagi dan
menyimpulkan informasi, saling membantu untuk mencapai tujuan
bersama serta saling menghargai pendapat anggota kelompok yang
lain. Sedangkan peran guru hanya sebagai fasilitator dimana guru
akan membantu siswa jika mereka bener-bener membutuhkan
bantuan.
d. Menyiapkan Laporan
Setelah melakukan diskusi, setiap kelompok membuat hasil
dari diskusi tersebut dengan di tulis di dalam selembar kertas.
e. Pembahasan Hasil Diskusi/ Presentasi
Pembahasan hasil diskusi ini, guru memberikan kesempatan
kepada semua kelompok untuk membacakan hasil dari diskusi
kelompok mereka di depan kelas dan kelompok lain mendengarkan,
memberika tanggapan, maupun memberikan sanggahan. Diakhir
diskusi guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memberikan kesimpulan dari materi yang dipelajari yaitu Menitih
pembelajaran dengan penarikan kesimpulan yang dilakukan dalam
kedua siklus tersebut.
f. Evaluasi
Setelah siswa bekerjaa dalam kelompok perlu diadakan
evaluasi test, kemudian hasil dari evaluasi test itu diberi skor sebagai
acuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Test
evaluasi (evaluasi test) diberikan disetiap siklus untuk mengetahui
kemampuan siswa setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan
menggunakan Group Investigation (GI) dan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan siswa dalam melaksanakan pembelajaran
materi Menitih Hidup dengan Kemuliaan. dalam mengerjakan test
evaluasi diwajibkan untuk mengerjakan secara individual.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi atau data yang akan dibutuhkan dalam suatu
penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a. Lembar Pengamatan
Digunakan untuk mengamati secara langsung kegiatan siswa
dan guru dalam proses pembelajaran Akhlak dengan metode group
investigation. Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang
harus diisi oleh observer. Lembar observasi berisi tentang kegiatan
ada beberapa aspek yang menjadi bahan pengamatan peneliti
diantaranya: lembar skala yang digunakan adalah skala penilaian
untuk mengukur penilaian guru pengampu mata pelajaran
pendidikan agama islam kelas X SMK PGRI 2 Salatiga dan skala
penilaian untuk mengukur tingkat partisipasi, sikap minat dan
perhatian siswa.
Tabel. 1.1
Lembar Observasi Kinerja Guru
No Indikator
Skor
B S B C K
4 3 2 1
1 Guru menyiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2 Menyiapkan buku pembelajaran
3 Membuat lembar observasi
4 Membuat lembar kerja belajar anak
5 Kemampuan Guru Menyiapkan
Kelas
6 Kemampuan Guru memberikan
Motivasi
7 Kemampuan Guru dalam
8 Kemampuan Guru membuka proses pembelajaran
9 Kemampuan Guru dalam
menjelaskan materi
10
Kemampuan Guru dalam
menerapkan metode pembelajaran
yaitu Group Investigation
11 Kemampuan Guru dalam
membimbing anak
12
Kemampuan Guru memotivasi
anak dalam KBM dengan
menggunakan metode pembelajaran
Group Investigation
13 Kemampuan Guru menumbuhkan
partisipasi anak
14 Kemampuan Guru melaksanakan
pembelajaran
15 Kemampuan Guru berkomunikasi
dengan anak
16 Kemampuan Guru membuat
kesimpulan hasil belajar
17 Kemampuan Guru melaksanakan
evaluasi
18 Kemampuan Guru menutup
pembelajaran
Jumlah
Tabel. 1. 2.
No. Aspek Pengamatan
Skor
B C K
1. Siswa menjawab salam dengan semangat
2. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
3. Siswa memahami pembelajaran dengan
menggunakan metode group investigation
4. Siswa semangat mengikuti pembelajaran PAI
5. Siswa aktif saat diskusi berlangsung
6. Siswa menanggapi tanggapan dan sanggahan
dari kelompok lain
7. Siswa memberikan umpan balik dari penjelasan
guru
8. Siswa berani mengajukan pertanyaan kepada
guru
9. Siswa menjawab salam penutup
Jumlah Rata-rata
b. Lembar Soal Tes
Tes dalam hal ini adalah tes prestasi belajar yang digunakan
untuk mengukur penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi
sebagai hasil dari proses belajar dalam penelitian ini. Tes yang
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bahan tertulis atau benda dengan
suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Dokumen-dokumen yang
dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah
(Sukmadinanta, 2012: 222). Digunakan untuk penguatan data
misalnya gambaran umum SMK PGRI 2 Salatiga, sejarah
berdirinya, struktur organisasi, kegiatan-kegiatan yang diadakan
disekolah, sarana maupun fasilitasyang dimiliki, dan buku nilai.
5. Pengumpulan Data
a. Teknik Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek peneliti (S. Margono, 2009:
158). Pengamatan dan pencatatan dilakukan peneliti secara langsung
dimana peneliti berada bersama obyek yang diselidiki dan ikut
berpartisipasi dalam situasi yang sedang terjadi.
b. Teknik Pengukuran
Teknik pengukuran dimaksud mengumpulkan data yang
bersifat kuantitatif yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar
siswa sebelum dan sesudah mendapatkan materi melalui metode
group investigation, dan mengumpulkan data untuk mengukur sifat
nilai-nilaidan minat baik guru pengampu maupun siswa.
Cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti
arsip-arsip dan juga buku tentang pendapat, teori, dalil, atau
hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian
(S. Margono, 2009: 181)
Dokumentasi dapat berupa foto, daftar nilai siswa, lembar
tugas siswa, hasil tes siswa, susunan daftar guru, sarana dan
prasarana sekolah, keadaan siswa dan struktur organisasi sekolah.
6. Analisis Data
Data yang terkumpul lewat pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen yang dipakai menghasilkan data mentah dan
masih harus diolah dan dianalisis lebih lanjut untuk menjawab masalah
yang diangkat dalam penelitian ini.
a. Penilaian tugas dan tes
Penilaian melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh
siswa yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di
kelas tersebut. Sehingga diperoleh rata-rata dengan rumus
sebagai berikut:
𝑥 =∑∑𝑥𝑛
𝑥 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 ∑𝑥= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
b. Penilaian untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu individual dan
klasikan, berdasarkan petunjuk Teknik penilaian dalam KTSP
seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar secara individual
jika mencapai KKM dari mata pelajaran yang ditentukan, dalam
hal ini mata pelajaran PAI yaitu 75. Selanjutnya kelas tersebut
dinyatakan tuntas belajar secara klasikal apabila jumlah siswa
yang mendapatkan nilai 75 ke atas 80% atau lebih. Untuk
menghitung presentase ketuntasan belajar digunakan rumus
sebagai berikut:
〱=∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑋 100%
Ketuntasan belajar secara klasikal akan digunakan untuk
menentukan banyaknya siklus penelitian, khususnya dalam
penelitian ini akan dilaksanakan beberapa siklus sampai
ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 85%.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator
keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional, penelitian terdahulu,
BAB II LANDASAN TEORI yang berisi tentang teori belajar, prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, mata
pelajaran PAI materi Akhlak, hasil belajar PAI materi Akhlak dan metode
group investigation.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN pada bab ini berisi tentang gambaran umum SMK PGRI 2 Salatiga, Visi dan Misi sekolah,
keunggulan sekolah, deskripsi pelaksanaan pra siklus, dan deskripsi
pelaksanaan siklus I.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang analisis data yang terkumpul dalam
klasifikasi data. Selain itu untuk menjawab rumusan masalah tentang
peningkatan hasil belajar, dengan menggunakan metode group
investigation.
BAB II
LANDASAN TEORI A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar PAI Mapel Akhlak a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2). Perubahan
itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini, proses
belajar dan perubahan merupakan bukti hasil yang diproses.
Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga
penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat,
penyesuaian sosial, bermacam-macam ketrampilan lain, dan
cita-cita (Hamalik, 2002:45). Dengan demikian, seseorang
dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat
adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan
lingkungan.
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
(Slameto, 2003: 2). Dari beberapa pendapat tentang belajar yang
suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur,
yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan
dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja
perubahan yang didapatkan bukanlah perubahan fisik melainkan
perubahan yang didapat adalah perubahan jiwa dengan sebab
masuknya kesan-kesan baru. Akhirnya dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dan interaksi dengan lingkungan yang
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2011:
13)
Darsono mengemukakan ciri-ciri belajar antara lain
sebagai berikut (2000: 30) :
1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan.
Tujuan ini digunakan sebagai arah kegiatan, sekaligus tolak
ukur keberhasilan belajar.
2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat
diwakilkan kepada orang lain. Jadi, belajar bersifat
individual.
3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan
lingkungan. Hal ini berarti individu harus aktif apabila
terwujud karena individu memiliki berbagai potensi untuk
belajar.
4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang
yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya
perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
yang terpisahkan satu dengan yang lain.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk
meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan
tujuan intruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa, guru harus memerhatikan kondisi
internal dan eksternal siswa (Hamdani, 2011: 22).
Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas
dari komponen yang telah ada didalamnya, komponen dalam
belajar mengajar tersebut adalah peserta didik, guru. Tujuan
pembelajaran, materi/isi, metode, media dan evaluasi.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi
pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian
tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan diatas dipertegas
lagi oleh Nawawi dalam bukunya Ibrahim (2007: 39) yang
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran
disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil
tes mengenal sejumlah materi tertentu (Susanto, 2013: 5).
Menurut Poerwadarminta (2007: 121) hasil belajar
adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah melakukan
pekerjaan atau aktifitas tertentu, adapun arti belajar dalam
kamus besar bahasa indonesia adalah berusaha untuk
mendapatkan kepandaian. Sedang menurut Muhibbin Syah
(2009:69) Belajar adalah tahapan perubahan pada tingkah laku
individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi lingkungan yang melibatkan proses kognitif, dengan
kata lain yang dimaksud hasil belajar adalah hasil yang telah
dicapai seseorang atau siswa setelah melalui proses belajar.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar
siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melakukan kegiatan belajar, karena belajar sendiri merupakan
suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh
suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif mantap. Untuk
memperoleh hasil belajar dilakukan evaluasi atau tindak lanjut
atau cara untuk mengukur penguasaan siswa. Hasil belajar
termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan
ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar
(Purwanto, 2009: 47).
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan.
Merujuk pemikiran Syah (2003), menyatakan bahwa ada
sembilan wujud hasil belajar yaitu:
1) Kebiasaan, adalah adanya perubahan kebiasaan dalam diri
individu. Keberhasilan belajar akan menjadikan seseorang
berperilaku positif yang relatif menetap dan otomatis.
2) Ketrampilan, merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan urat syaraf dan otot yang bersifat motorik. Kegiatan
ini membutuhkan kordinasi gerak yang teliti dan
memerlukan kesadaran yang tinggi. Oleh sebab itu, hasil
belajar dapat dilihat dari tingkat ketrampilan yang ada dalam
diri individu.
3) Pengamatan, dapat diartikan proses menerima, menafsirkan
dan mengartikan rangsangan yang masuk melalui panca
indra, terutama mata dan telinga.
4) Berpikir asosiatif dan daya ingat, maksudnya yaitu berpikir
untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya.
5) Berpikir rasional dan kritis, berpikir rasional berarti mampu
menggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat,
6) Sikap, adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk
mereaksi terhadap sesuatu hal. Hasil belajar akan ditandai
muncul kecenderungan baru dalam diri seseorang dalam
menghadapi suatu objek, tata nilai, peristiwa, dan
sebagainya.
7) Inhibisi dalam konteks belajar dapat diartikan kesanggupan
individu untuk mengurangi atau menghentikan tindakan
yang tidak perlu dan mampu memilih dan melakukan
tindakan lain yang lebih baik. hasil belajar dapat dilihat
adanya kesanggupan individu dalam melakukan sesuatu
secara baik.
8) Apresiasi merupakan kemampuan untuk menilai dan
menghargai terhadap suatu objek tertentu.
9) Tingkah laku efektif, yang mana tingkah laku ini dapat
dilihat sebagai wujud hasil belajar. Maksudnya, seseorang
dikatakan berhasil belajar jika orang tersebut memiliki
tingkah laku yang efektif, yaitu tingkah laku yang memiliki
manfaat (Lilik Sriyanti, dkk, 2009: 20-21).
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dijelaskan
pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang
dialami oleh subyek belajar di dalam suatu interaksi dengan
lingkungannya. Dalam kegiatan belajar mengajar, setelah
sebelumnya. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya
perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan
perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil proses pembelajaran diri
sendiri dari pengaruh lingkungan. Baik perubahan kognitif,
afektif, maupun pesikomotori dalam diri siswa.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Suryabrata (2005: 77), keberhasilan belajar
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri
individu. Dalam proses belajar di sekolah, faktor eksternal
berarti faktor-faktor yang berada diluar diri siswa. Faktor
terdiri dari faktor nonsosial dan faktor sosial.
a) Faktor nonsosial
Merupakan faktor-faktor diluar individu yang
berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar.
Kondisi fisik berupa keadaan cuaca, alat belajar, gedung
sekolah, waktu yang digunakan belajar siswa dan metode
mengajar guru.
Metode pengajaran seorang guru akan sangat
mempengaruhi belajar siswa. Dimana metode mengajar
menjadi tidak baik pula. Dalam penggunaan metode
mengajar yang kurang baik itu dapat disbabkan karena
guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan
pelajaran sehingga guru tersebut menerangkannya tidak
jelas. Akibatnya siswa menjadi malas untuk belajar.
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode
mengajar harus diusahakan yang setepat, seefisien, dan
seefektif mungkin. Sehingga siswa menjadi semangat
dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.
b) Faktor sosial
Merupakan faktor di luar individu yang berupa
manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa
dipilih menjadi faktor yang berasal dari keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat
(termasuk teman pergaulan anak). Misalnya, kehadiran
orang dalam belajar, kedekatan hubungan antara anak
dengan orang lain, keharmonisan atau pertengkaran
keluarga, hubungan antara personil sekolah dan
sebagainya (Hamadi, 2011: 144).
Faktor ini terdiri dari dua macam, yaitu:
Keluarga akan sangat memberikan pengaruh
kepada siswa yang belajar seperti : cara orang tua
mendidik, relasi antar anggota keluarga (relasi orang
tua dengan anaknya dan relasi anak dengan
saudaranya atau dengan anggota keluarga lainnya),
suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga.
Pola asuh keluarga yang berbeda akan
menghasilkan tingkah laku berbeda satu dengan yang
lain. Begitu juga dengan anak yang dibesarkan
dengan lingkungan manja, akan berbeda
perkembangan kognitif dan sikapnya dengan anak
yang dibesarkan dari lingkungan mandiri (Karwono,
2017: 51).
(b) Faktor masyarakat
Abu Ahmad mendefinisikan masyarakat
dengan suatu kelompok yang telah memiliki
tatanannkehidupan, norma-norma, adat istiadat yang
sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Masyarakat
merupakan faktor yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Kehidupan atau kebiasaan di sekitar
siswa seperti kebiasaan berjudi, suka mencuri, dan
kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik akan
lingkungan tersebut. Maka dari itu tugas orang tua,
pendidik untuk mengawasi dan memberi pengarahan
dan pembinaan kepada anak (siswa) agar tidak
terjerumus pada lingkkungan yang buruk.
Teman bergaul dalam lingkungan masyarakat
juga mempengaruhi belajar siswa, dimana teman
bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap
diri siswa dan teman bergaul yang buruk pasti akan
berpengaruh buruk pula. Agar siswa dapat belajar
dengan baik, maka perlula diusahakan agar siswa
memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan
pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua
dan pendidikan harus bijaksana ( Abu Ahmadi, 1997:
97).
Pola interaksi individu dengan lingkungan inilah
yang akan menghasilkn model tingkah laku individu. Jadi,
faktor eksternal dapat merubah tingkah laku individu,
mengubah karakter, bahkan dapat memodifikasi
temperamen/ karakter individu. Sebagai ilustrasi orang yang
hidup di lingkungan pesisir (pantai) akan memiliki tingkah
laku yang berbeda dengan orang yang hidup di daerah bukan
sebagainya. Orang yang hidup di daerah iklim tropis dan
subur akan memiliki perbedaan tingkah laku dengan orang
yang tinggal di daerah tandus dari sisi perkembangan
kognitifnya.
Namun demikian, individu yang berbeda hidup
dalam lingkungan yang sama juga akan berbeda tingkah
lakunya, hal ini terjadi karena individu yang berbeda
merespons lingkungan yang sama dengan cara yang berbeda.
Jadi faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkah laku
individu adalah karena setiap individu berbeda satu dengan
yang lain, berinteraksi dengan lingkungan yang berbeda
serta merespons lingkungan dengan cara berbeda pula. Oleh
sebab itu, tingkah laku manusia adalah unik satu dengan
yang lain yang juga sangat mempengaruhi hasil belajar
mereka (Karwono, 2017: 51).
2) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam
diri individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari
faktor fisiologis dan faktor psikologis, yaitu:
a) Faktor fisiologis
Merupakan kondisi fisik yang terdapat dalam diri
individu. Faktor fisiologis terdiri dari:
Keadaan tonus jasmani secara umum yang
ada dalam diri individu sangat mempengaruhi hasil
belajar. Keadaan tonus jasmani secara umum ini,
misalnya tingkat kesehatan dan kebugaran fisik
individu. Apabila badan individu dalam keadaan
bugar dan sehat maka akan mendukung hasil belajar.
Sebaliknya, jika badan individu dalam keadaan
kurang bugar dan kurang sehat akan menghambat
hasil belajar. Oleh karena itu untuk mempertahankan
jasmani yang sehat maka siswa dianjurkan untuk
mengkonsumsi makan dan minum yang bergizi.
Selain itu siswa juga dianjurkan memilih pola
istirahat dan olah raga ringan yang
berkesinambungan.
(2) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu
adalah keadaan fungsi jasmani tertentu, terutama
yang terkait dengan fungsi panca indra yang ada
dalam diri individu. Panca indra merupakan pintu
gerbang masuknya pengetahuan dalam diri individu.
b) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor yang ada
antara lain intelegensi, motivasi,minat, bakat, sikap,
dan kepribadian (Lilik Sriyanti, dkk, 2009: 23-25).
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis (kesiapan dan
kelelahan)
Faktor kematangan ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
(1) Kematangan
Kematangan merupakan suatu tingkatan atau
fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana seluruh
organ-organ biologisnya sudah siap untuk
melakukan kecakapan baru. Belajar akan lebih
berhasil apabila anak sudah siap (matang) untuk
belajar. Dalam konteks proses pembelajaran
kesiapan untuk belajar sangat menentukan aktivitas
belajar siswa.
(2) Kesiapan
Kesiapan atau readiness merupakan
kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi.
Kesediaan itu datang dari dalam diri siswa dan juga
berhubungan dengan kematangan. Kesiapan amat
perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika
siswa belajar dengan kesiapan, maka hasil belajarnya
akan lebih baik.
Kelelahan ada dua macam, yaitu jasmani
(fisik) dan kelelahan rohani (psikis). Kelelahan
jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
muncul kecenderungan untuk membaringkan tubuh
(beristirahat). Sedangkan kelelahan rohani dapat
dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk berbuat sesuatu
termasuk belajar menjadi menurun dan hilang
(Tohirin, 2005: 136-137).
3) Faktor pendekatan belajar
Sebagai cara atau strategi yang digunakan siswa
untuk menunjukkan keefektifan dan efisiensi proses
mempelajari sesuatu. Strategi dalam hal ini menjadi
seperangkat langkah oprasional yang direkayasa sedemikian
rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan
belajar tertentu. Dalam hal ini faktor pendekatan belajar
diambil sebagai sarana untuk meningkatkan hasil belajar
PAI materi akhlak dengan menggunakan metodi group
investigation.
d. Pendidikan Agama Islam
1) Pengertian Pendidikan Agama Islam
Kata pendidikan (tarbiyah) menurut Suwaid (2004:
(bertambah dan berkembang), Rabaa- yarbii (tumbuh dan
mekar), dan Rabba-yarubbu (memperbaiki dan mengurus
suatu perkara). Menurut Yusuf Qaradhawy sebagaimana
dikutip Azyumardi Azra pendidikan agama Islam yaitu
pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan
jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karena pendidikan
islam menyiapkan manusia untuk hidup dan menyiapkan
untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan
kejahatannya, manis dan pahitnya (Azyumardi Azra, 2000:
5).
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan
terrencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan
berakhlakul karimah dalam mengamalkan ajaran agama
islam dari sumber utamanya kitab suci Qur’an dan
Al-Hadit, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman (Majid, 2012: 11).
Menurut Zakiah Daradjat (1987: 87) pendidikan
agama islam adalah suatu usaha membina dan mengasuh
peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan
ajaran islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan,
yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan
suatu proses pembentukan individu berdasarkan
ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada
Muhammad SAW (Azyumardi Azra, 1998: 85). Seperti
firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21 sebagai berikut :
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bago orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah” (Q.S al-Ahzab : 21)
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa kita
sebagai manusia harus memiliki akhlak yang baik, sesuai
dengan ayat di atas telah disebutkan bahwa nabi Muhammad
merupakan suri teladan yang baik untuk kita contoh,agar kita
selamat dan bahagia di dunia dan akhirat.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara
keseluruhannya meliputi dalam lingkup Al-Qur’an dan
Hadist, keimanan, akhlak, fiqih/ibadah, dan sejarah,
sekaligus menggambarkan bahwa keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT,
diri sendiri, sesama manusia, akhlak lainnya maupun
Salah satu fungsi pendidikan secara umum yaitu
proses memanusiakan manusia dalam rangka mewujudkan
budayanya. Manusia di ciptakan dalam keadaan fitrah
(Al-Qur’an). Fitrah dalam Al-Qur’an pada dasarnya memiliki
arti potensi yaitu kesiapan manusia untuk menerima kondisi
yang ada di sekelilingnya dan mampu menghadapi tantangan
serta mempertahankan dirinya untuk survive dengan tetap
berpedoman kepada Al-Qur’an dan sunnah.
Sedangkan menurut hasil rumusan Seminar
Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan
pengertian pendidikan Islam sebagai “bimbingan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam
dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,
mengasu7h dan mengawasi berlakuny6a semua ajaran
Islam”. (Muzayyin Arifin, 2003: 15). Jadi pendidikan Islam
adalah proses bimbingan kepada peserta didik secara sadar
dan terencana dalam rangka mengembangkan potensi
fitrahnya untuk mencapai kepribadian Islam berdasarkan
nilai-nilai ajaran Islam (Ahmad Taufiq, Dkk, 2011:
219-220).
2) Tujuan Pendidikan Agama Islam pada Jenjang SMA
Tujuan daripada pendidikan agama islam adalah
dapat menyesuaikan hidupnya dengan ajaran-ajaran islam.
Dengan tujuan ini diharapkan peserta didik juga mampu
untuk memiliki pengetahuan dan mampu mengamalkan
ajaran islam, karena manusia hidup di dunia ini tidak lain
adalah jembatan untuk menuju kehidupan di akhirat (Ahmad
Taufiq, dkk, 2011: 220-221).
Adapun Pendidikan Agama islam jenjang SMA
bertujuan untuk:
a. Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian,
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengamalan peserta didik tentang agama islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang
keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT demi
mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.
b. Mewujudkan peserta didik yang taat beragama,
berakhlak mulia, berpengetahuan, rajin beribadah,
cerdas, produktif, jujur, adil, etis, santun, disiplin,
toleran, dan mengembangkan budaya islami dalam
komunitas sekolah.
dan aturan-aturan yang islami dalam hubungannya
dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, dan lingkungan
secara harmonis.
d. Mengembangkan nalar dan sikap moral yang selaras
dengan nilai-nilai islami dalam kehidupan sebagai warga
masyaratkat, warga negara, dan warga dunia (Novi,
2013: 44)
Tujuan khusus Pendidikan Agama adalah tujuan
yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan
anak sesuai dengan jenjang pendidikan yang dilaluinya,
sehingga setiap tujuan Pendidikan Agama pada setiap
jenjang sekolah mempunyai tujuan yang berbeda-beda,
seperti tujuan Pendidikan Agama di sekolah dasar berbeda
dengan tujuan Pendidikan Agama di SMP, SMA dan
berbeda pula dengan tujuan Pendidikan Agama di perguruan
tinggi.
Tujuan khusus pendidikan seperti di SMA adalah
untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut serta meningkatkan tata
cara membaca Al-Qur’an dan tajwid sampai kepada tata cara
menerapkan hukum bacaan mad dan wakaf. Membiasakan
diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab dan
namimah serta memahami dan meneladani tata cara mandi
wajib dan shalat-shalat wajib maupun shalat sunat.
3) Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup PAI meliputi perwujudan, keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan
Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya
maupun lingkungannya (Muhaimin, 2002: 75). Sedangkan
dalam PERMENDIKNAS RI NO 22 Tahun 2006 Ruang
lingkup PAI SMA meliputi Al-Qur’an dan Hadits, Aqidah,
Akhlak, Fiqih, Tarikh/Sejarah Islam (Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional RI Nomer 22 Tahun 2006)
Ruang lingkup pendidikan islam tidak hanya dalam
ranah keagamaan (ilmu-ilmu agama seperti akidah, ilmu
Al-Qur’an, hadits, fiqih, dan lain-lain), namun juga dalam aspek
yang lain dan lebih komprehensif sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan manusia. Abdullah Nashih
‘Ulwan (1981: xxxi) merumuskan ruang lingkup pendidikan
islam terdiri dari: pendidikan islam (akidah), pendidikan
akhlak/moral, pendidikan fisik/jasmani, pendidikan
intelektual/ akal, pendidikan psikhis/ jiwa, pendidikan sosial,
e. Mapel Akhlak
1) Pengertian Mata Pelajaran Akhlak
Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang
termasuk dalam rumpun Pendidikan Agama Islam.
Penekanan mata pelajaran Akhlak yang terfokus pada
penggalian pemahaman dan implementasi tentang akhlak
dan perilaku peserta didik, membuat mata pelajaran Akhlak
dianggap penting dalam membentuk karakter peserta didik.
Hal ini sesuai dengan tujuan yang tercantum Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003.
Akhlak merupakan mata pelajaran rumpun Pendidikan
Agama Islam yang diajarkan di SMA. Secara bahasa
pengertian Akhlak dijabarkan melalui dua kata, yakni akidah
dan akhlak. Akidah secara umum membahas tentang
ketauhidan seseorang dan pengakuan ketaqwaan seseorang
terhadap Tuhannya. Sedangkan Akhlak dapat disimpulkan
sebagai perilaku manusia yang berfungsi sebagai sarana
berinteraksi sosial dengan sesamanya.
Adapun hakikat dan tujuan mata pelajaran Akhlak
secara garis besar adalah sebagai pedoman tertulis dan
penerapan dalam berperilaku sesuai ajaran Islam.
Karakteristik mata pelajaran Akhlak adalah penekanan
sifat Akhlaqul Madzmumah (Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 117 tahun 2014).
2) Ruang Lingkup Mapel Akhlak
Menurut Ibn Maskawaih dalam bukunya Ahmad
Taufiq (2011: 227), menyebut ada tiga hal pokok yang dapat
dipahami sebagai materi pendidikan akhlak yaitu :
a) Hal-hal yang wajib bagi kebutuhan tubuh
b) Hal-hal yang wajib bagi jiwa
c) Hal-hal yang wajib sebagai hubungannya dengan sesama
manusia.
Sedang ruang lingkup mapel Akhlak adalah sebagai berikut
:
a) Aspek aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat wajib,
mustahil dan jaiz Allah, keimanan kepada kitab Allah,
Rasul Allah, sifat-sifat dan mukjizatnya dan hari akhir.
b) Aspek Akhlak terpuji yang terdiri dari khauf, taubat,
tawadlu’, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri,
tekad yang kuat, ta’aruf, ta’awun, tafahum, tasamuh,
jujur, adil, amanah, menepati janji, dan bermusyawarah.
c) Aspek akhlak tercela yang meliputu kufue, syirik,