• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MATERI AKHLAK SEMESTER II DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS X AKUTANSI SMK PGRI 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MATERI AKHLAK SEMESTER II DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS X AKUTANSI SMK PGRI 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MATERI AKHLAK

SEMESTER II DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION

PADA SISWA KELAS X AKUTANSI SMK PGRI 2 SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

KHOTIJATUL ASNA NIM: 111-14-094

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO









“Maka sesungguhnya bersama Kesulitan pasti

ada Kemudahan”

(Al-Insyiroh:5)

َدَج َو َّدَج ْنَم

“Barangsiapa bersungguh

-sungguh maka dia akan

(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karunia-Nya,

skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan ibundaku tersayang, Bapak Ahmad Raji dan Ibu Asshobiyah Alm.

yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun materil terhadapku serta

selalu memberikan doa, kasih sayang, bimbingan, nasihat dan motivasi di

dalam hidupku. Dan semoga beliau ibuku diberikan tempat terindah oleh Allah

Swt, Aamiin.

2. Kakak dan adik tersayangku mbak Imut dan Dek Dewi, Mbah Putri, Mbah

Kakung, Pak Lek, Bu Lek, Pakdhe, Budhe, serta seluruh keluarga besar

terimakasih atas motivasi yang tak ada hentinya kepadaku sehingga proses

penempuhan gelar sarjana ini tercapai.

3. Ketua Jurusan PAI Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag.

4. Bapak Dr. Fatchurrohman S.Ag., M.Pd. selaku dosen pembimbing saya.

5. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag. selaku pembimbing akademik saya.

6. Keluarga besar Pondok Pesantren Putra-Putri Al-Hasan Sidorejo Lor Salatiga

7. Keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Huda serta Keluarga Besar Perguruan

Islam Darul Falah Sirahan Cluwak Pati.

8. Keluarga besar Organisasi PMII Rayon Tarbiyah Matoro Abdul Djalil

Komisariat Djoko Tingkir Kota Salatiga yang dengan semangat kebersamaan

(8)

9. Sahabat-sahabatku yang selalu sabar mendampingi, membantu,

menyemangatiku, dan teman berbagi ketika susah dan senang, Beti, Aisyah,

Mbak Diyah, Dilla, Mbak Fatqi dan Malik.

10. Teman-teman KKN Desa Krangkek posko 121 yang sudah banyak

memberikan pengalaman hidup untuk saya. Mami Fitri, Mbak Beti, Mbak Dini,

Mbak Shintia, Mbak Lilis, Mas Huda, Mas Rafael, dan Mas Bagus.

11. Teman-teman seperjuanganku angkatan PAI 2014 yang tidak bisa saya sebut

satu persatu.

12. Calon imamku Mas Irur terimakasih atas dukungan dan motivasi untuk

menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman pondok Al-Hasan yang tidak bisa saya sebutkan namanya

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi

beserta isinya yang telah memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta

hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul Peningkatan Hasil Belajar PAI Materi Akhlak Semester II Dengan

Metode Group Investigation Pada Siswa Kelas X Akutansi SMK PGRI 2 Salatiga

Tahun Pelajaran 2017/2018.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung

Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafa’atnya di

yaumul akhir.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari

berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa

membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbkingan akademik selama

(10)

5. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. selaku Pembimbing skripsi yang telah

membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk

penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

6. Kedua orangtuaku, beserta segenap keluarga besar atas segala do’a, perhatian

dan curahan kasih sayangnya yang tidak bisa penulis sebutkan dalam untaian

kata-kata.

7. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta

karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang

pendidikan S1.

8. Bapak Heriyanta, S.Pd selaku Kepala ekolah SMK PGRI 2 Salatiga dan ibu

Dewi Irmayanti K, S.Ag. selaku Guru Mata Pelajaran PAI yang telah

memberikan izin penelitian dan telah membimbing dan mengarahkan pada saat

melaksanakan penelitian.

9. Keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Huda serta Keluarga Besar Perguruan

Islam Darul Falah Sirahan Cluwak Pati.

10. Keluarga besar Pondok Pesantren Putra-Putri Al-Hasan Sidorejo Lor Salatiga.

Khususnya untuk KH. Ihsanuddin beserta keluarga yang senantiasa sabar,

ikhlas dalam membina para santri agar menjadi santri yang sukses, sholeh dan

selamat di dunia dan akhirat.

(11)
(12)

ABSTRAK

Asna, Khotijatul. 2018. Peningkatan Hasil Belajar PAI Materi Akhlak Semester II Dengan Metode Group Investigation pada Siswa Kelas X Akutansi SMK PGRI 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

Kata kunci : Hasil Belajar PAI, Group Investigation.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PAI materi

Akhlak Semester II dengan menggunakan metode pembelajaran group

investigation pada siswa kelas X Akutansi SMK PGRI 2 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018. Subyek peneliti sebanyak 28 siswa, terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2018 sampai dengan tanggal 16 Maret 2018.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahab yaitu perencanaan, aksi, observasi, dan refleksi. Motode pengumpulan data yang digunakan yaitu tes tertulis dan dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini yaitu dengan membandingkan pencapaian nilai dengan KKM dan ditandai dengan adanya peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal pada setiap siklusnya.

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Hipotesis Tindikan dan Indikator Keberhasilan ... 8

F. Metode Penulisan ... 9

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 27

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 29

1. Hasil Belajar PAI Mapel Akhlak ... 29

a. Penfertian Belajar ... 29

b. Hasil Belajar ... 31

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 35

d. Pendidikan Agama Islam ... 43

(14)

2. Metode Group Investigation ... 50

3. Kajian Materi Penelitian ... 60

B. Kajian Pustaka ... 71

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 77

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus ... 90

B. Pembahasan ... 99

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Lembar Observasi Kinerja Guru ... 21

Tabel 1.2 Lembar Observasi Keaktifan Peserta Didik ... 22

Tabel 3.1 Kompetensi Dasar dan Indikator ... 76

Tabel 3.2 Langkah-langkah Pembelajaran ... 78

Tabel 3.4 Kompetensi Dasar dan Indikator ... 83

Tabel 3.5 Langkah-langkah Pembelajaran ... 85

Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian Pra Siklus ... 90

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Pra Siklus ... 92

Tabel 4.3 Nilai Evaluasi Siklus I ... 92

Tabel 4.4 Lembar Observasi Siswa ... 94

Tabel 4.5 Nilai Evaluasi Siklus II ... 97

(16)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan wadah untuk melahirkan manusia yang

berpengetahuan dan berperilaku baik, dimana mereka dapat

mengembangkan potensi yang dimiliki seluas-luasnya sehingga mampu

ikut serta dalam pembangunan demi kemajuan suatu negara, karena

kemampuan, kecerdasan dan kepribadian suatu bangsa yang akan datang

banyak ditentukan oleh pendidikan yang ada sekarang ini. Bahkan

kemajuan suatu masyarakat atau bangsa banyak ditentukan oleh

pendidikannya. Oleh karena itu pendidikan memegang peranan sentral

dalam pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya, sebab

manusia selain subjek pembangunan juga sebagai obyek pembangunan,

serta manusia itu sendiri yang akan menikmati hasil pembangunan.

Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada Pasal 1 Ayat 1 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pegendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak

mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara (Depdiknas, 2003: 5).

(17)

maka dalam hal ini pendidikan agama islam mengambil peran yang sangat

penting dalam pembentukan watak siswa, dimana dalam membimbing anak

didik yang beragama Islam dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga

ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang

integral dalam pribadinya, dimana ajaran Islam itu benar- benar dipahami,

diyakini kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi

pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mentalnya.

Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat membimbing dan

melatih siswa agar cerdas secara lahir dan batin sehingga menjadi hamba

pengabdi kepada Allah SWT dari dunia hingga akhirat. Pendidikan

mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan

perwujudan individu. Pada prinsipnya pendidikan diselenggarakan sebagai

suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang

berlangsung sepanjang hayat dengan memberikan keteladanan, membangun

kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses

pembelajaran (Permendiknas, 2011:7).

Dengan akhlak seorang muslim yang sejati akan menjadi mulia

dihadapan Allah dan RasulNya juga dihadapan manusia. Bahkan Allah

subuhanahu wa ta’ala menjadikan akhlak yang baik sebagai barometer

sempurnanya iman seorang hamba, Rasulullah Shollallahu ‘alaihi Wasallam

(18)

Artinya: “Sesungguhnya orang yang terbaik dari kalian adalah orang yang

terbaik akhlaknya” (dikeluarkan oleh Al-Bukhari dalam

Shahihnya:Adab/39, 7/82. Muslim dalam Shahihnya: Al-Fadhail/16, hadis, (68), 4/1810.

Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa kita sebagai manusia

harus memiliki akhlak yang baik, sesuai dengan hadis di atas telah

disebutkan bahwa hendaknya kita selalu memanifestasikan hal tersebut agar

kita mendapatkan kedudukan yang mulia dihadapan Allah dan Rasul-Nya

serta manusia.

Dari hasil observasi penulis pada tanggal 20 Nopember 2017 sampai

dengan tanggal 25 Nopember 2017 di SMK PGRI 2 Salatiga, bahwa

pembelajaran PAI di sana masih kurang bervariasi dan kreatif. Metode yang

sering digunakan dalam pembelajaran PAI adalah ceramah, diskusi, dan

tanya jawab. Guru lebih banyak terfokus pada penyampaian materi dan

pengisian lembar kerja siswa sedangkan pembelajaran PAI secara praktek

tidak diaplikasikan sehingga berdampak pada pencapaian hasil

pembelajarannya. Metode pembelajaran yang sering digunakan hanya

itu-itu saja sehingga pembelajaran menjadi monoton. Penggunaan model

pembelajaran secara konvesional inilah yang membuat siswa menjadi pasif,

sehingga mengakibatkan kurang kreatif, menurunnya semangat siswa dan

rendahnya prestasi belajar PAI. Hal ini terlihat dari pencapaian hasil belajar

sebagian siswa yang belum memenuhi KKM yang telah ditentukan yaitu

(19)

Masih terdapat juga kegiatan belajar PAI yang bersifat teacer

centered dimana siswa hanya duduk dan diam, mendengarkan materi, serta

mengerjakan latihan soal dengan bimbingan guru. Kegiatan pembelajaran

seperti ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan, sehingga kurang

memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Situasi belajar yang

monoton tanpa melibatkan keaktifan dan kekreativitasan siswa akan

membuat siswa menjadi pasif. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran di

sekolahan dibutuhkan kreativitas dan keaktifan seorang pengajar dalam

membuat strategi belajar siswa khususnya mata pelajaran PAI.

Upaya untuk meningkatkan hasil pembelajaran tersebut diperlukan

upaya perbaikan dalam model pembelajarannya. Salah satu langkah untuk

memiliki model itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau

biasanya disebut metode mengajar. Metode mengajar adalah suatu cara atau

jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Sebagaimana dijelaskan bahwa

proses belajar yang aktif dan menarik merupakan keinginan setiap pendidik.

Metode mengajar digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu

menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang

dihadapi ataupun menjawab suatu pertanyaan yang bertujuan agar siswa

mampu berfikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam

menghadapi segala hal persoalan (Slameto, 2013: 65).

Demi meningkatkan prestasi belajar yang baik dan menciptakan

proses belajar mengajar yang kondusif seorang guru dituntut untuk

(20)

menarik dalam proses belajar mengajar adalah metode pembelajaran group

investigation. Group Investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun

dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar.

Pembelajaran Group Investigation (kelompok investigasi)

merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa

dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Dalam

model ini perlu partisipasi antar anggota kelompok untuk mencari

bahan-bahan materi dari berbagai sumber, seperti Al-Qur’an, buku, internet, dan

sebagainya. Guru hanya menjadi fasilitator bagi setiap kelompok. Selama

ini model pembelajaran tersebut belum pernah di teliti keefektifannya.

Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau

setidak-tidaknya sebagian peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik,

mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Di samping

menunjukkan semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri.

Berdasarkan hal tersebut, upaya guru mengembangkan keaktifan belajar

siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.

Oleh karena itu penulis memilih untuk menerapkan metode

pembelajaran group investigation tersebut, dimana pembelajaran ini melatih

siswa untuk belajar sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Sehingga

mendorong siswa untuk berkarakter dalam pembelajaran, meningkatkan

interaksi dan kerjasama diantara siswa, meningkatkan hasil belajar, serta

(21)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian yang berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MATERI AKHLAK SEMESTER II DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS X SMK PGRI 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini

peneliti merumuskan fokus penelitian sebagai berikut : Apakah metode

pembelajaran group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa

mata pelajaran PAI bidang Akhlak semester 2 pada siswa kelas X SMK

PGRI 2 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka

penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah

penggunaan metode group investigation dapat meningkatkan hasil belajar

siswa mata pelajaran PAI bidang Akhlak semester 2 pada siswa kelas X

SMK PGRI 2 Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat berguna sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat

(22)

dan literatur dalam penyempurnaan proses pembelajaran menuju

terciptanya proses belajar mengajar yang lebih inovatif, kreatif dan

menyenangkan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Memberikan kontribusi pengetahuan dan menambah wacana

keilmuan khususnya penggunaan metode pembelajaran group

investigation.

b. Bagi Siswa

1) Meningkatkan minat belajar dan meningkatkan keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran.

2) Siswa dapat belajar dengan perasaan senang melalui metode

group investigation.

3) Siswa dapat menyerap dan memahami materi pembelajaran

dengan lebih mudah.

4) Dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa.

c. Bagi Guru

1) Memberi masukan bagi guru untuk mengembangkan

ketrampilan dan variasi dalam proses pembelajaran.

2) Memberikan masukan bagi guru dalam memahami metode

group investigation sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar

siswa.

(23)

1) Sebagai salah satu acuan untuk menentukan kebijakan dalam

upaya meningkatkan mutu sekolah.

2) Memberikan masukan bagi sekolah dalam pelaksanaan dan

pengembangan kurikulum untuk meningkatkan mutu

pendidikan sekolah.

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian

yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat

kebenarannya (Margono, 2009:67). Hipotesis dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah: Metode group investigation dapat meningkatkan hasil

belajar PAI Materi Akhlak Semester II Kelas X SMK PGRI Salatiga

Tahun Pelajaran 2017/2018.

2. Indikator Keberhasilan

Penerapan metode group investigation ini dikatakan efektif

apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang

dituliskan penulis dapat dirumuskan sebagai berikut: peserta belajar PAI

materi Akhlak setelah menggunakan metode group investigation

kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75, dimana untuk klasikal

(24)

mengacu pada KKM yang tercantum pada kurikulum SMK yang

bersangkutan, dalam hal ini SMK PGRI 2 Salatiga.

F. Metode Penulisan 1. Rencana Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

istilah dalam bahasa inggris adalah Classroom Action Research (CAR)

dilihat dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di

dalamnya, yaitu sebuah kegiatan yang dilakukan di dalam kelas.

Penelitian Tindakan kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang

meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan kearah

perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran

(Suharsimi,2009: 105). Penelitian Tindakan kelas (PTK) memiliki

empat tahap dalam tiap siklusnya yaitu perencanaan, pelaksanaan

tindakan, pengamatan dan reflekesi. Penelitian. Tindakan kelas ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian keaktifan dan hasil

belajar siswa pada materi akhlak dengan deberlakuakan suatu tindakan

model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).

Menurut Rapoport dalam Hopkins (1993), mendefinisikan

penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan

oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan,

mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara

kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau

(25)

penelitian dalam masing-masing tindakan terjadi secara berulang yang

akhirnya menghasilkan beberapa tindakan dalam penelitian tindakan

kelas. Tahap-tahap tersebut membentuk spiral. (Kunandar, 2008: 46).

Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus, peneliti

mengadakan survei awal untuk mengetahui kondisi awal siswa dalam

proses pembelajaran. Dalam survei awal ini diketahui bahwa siswa

kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran materi inflasi, hal ini

berdampak pada hasil nilai siswa yang belum mencapai kriteria

ketuntasan minimum (KKM). Dari segi guru dalam menyampaikan

materi pembelajaran guru hanya menggunakan model ceramah, dan hal

ini menyebabkan siswa merasa bosen dan malas saat mengikuti

pelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut maka peneliti dan guru secara

bersama-sama menganalisis segala kelemahan yang muncul kemudian

mencari solusi tersebut dalam analisis berikutnya.

Tindakan penelitian yang bersifat spiral tersebut dengan jelas

digambarkan oleh Hopkins (1985) sebagai berikut (Mansur Muslich,

(26)

Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut :

a. Pra Siklus

Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan observasi

pada tanggal 25 November 2017 terhadap proses belajar mengajar

(PBM) yang dilakukan oleh Ibu Dewi Irmayanti Kustatiningrum

S.Ag selaku pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

dengan memakai metode konvensional, yakni ceramah, dilanjutkan

tanya jawab dan di akhiri proses belajar mengajar. Guru melakukan

tes pilihan ganda untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami

dan menyerap materi pelajaran.

Disamping itu, peneliti juga melakukan observasi untuk

mengetahui situasi, minat, sikap dan antusias siswa dan observasi

terhadap guru pengampu selama proses belajar mengajar. Dimana

hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa 65% minat siswa

dalam belajar PAI masih sangat minim, dengan dibuktikannya dari

(27)

hasil tes dan observasi tersebut, peneliti mendapatkan data untuk

dijadikan pertimbangan untuk melakukan rencana penelitian.

b. Siklus I

Prosedur kerja dalam PTK ini direncanakan dalambentuk

siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan,

yaitu: menyusun rencana tindakan, melaksanakan

tindakan,melakukan pengamatan, dan melakukan refleksi. Tahap

kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus satu adalah sebagai

berikut:

1) Tahap I : Perencanaan Tindakan

Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan

yang dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh

siapa dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.

Untuk memperlancar tindakan, peneliti bersama guru

mempersiapkan instrumen pembelajaran berupa rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan juga mempersiapkan

instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat

pengumpul data.

2) Tahap II : Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan ini berupa pelaksanaan RPP

yang telah dibuat. Dengan gambaran umum sebagai berikut:

(28)

(1) Guru brsama peserta didik melakukan do’a

bersama untuk mengawalipembelajaran.

(2) Absensi untuk mengetahui kehadiran siswa

(3) Apresiasi.

b) Kegiatan Inti (30 menit)

(1) Guru menjelaskan prosedur mengenai cara

belajar dengan strategi group investigation

kepada siswa.

(2) Guru membagi siswa menjadi kelompok secara

hetrogen yang beranggotakan 6 siswa.

(3) Guru membagi topik diskusi setelah

menyajikan studi kasus tentang menitih hidup

dengan kemuliaan dengan pembagian berbeda

pada setiap kelompok.

(4) Guru mengarahkan siswa untuk mendiskusikan

materi dengan menggali informasi dari

berbagai sumber, internet maupun buku.

(5) Guru mengarahkan untuk diskusi dikelas dan

mempresentasikan hasil temuannya setelah

diskusi selesai

c) Kegiatan Akhir

(1) Guru memberi penguatan materi dan

(29)

pertemuan ini dan memberikan informasi

tentang apa yang akan dipelajari pada

pertemuan selanjutnya.

(2) Guru mengadakan post test untuk mengukur

pemahaman siswa.

(3) Guru memotivasi siswa untuk belajar.

(4) Menutup kegiatan pembelajaran dengan

berdo’a bersama.

3) Tahap III: Pengamatan

Pengamatan dilakukan bersama dengan waktu

pembelajaran, pengamatan yang dilakukan adalah

mengamati setiap tindakan meliputi: keaktifan siswa,

karakter siswa, interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa

dengan siswa, interaksi siswa dengan bahan ajar atau semua

fakta yang ada selama proses pembelajaran, dan kesesuaian

guru dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran.

4) Tahap IV: Refleksi

Guru menjelaskan dan menyimpulkan pelaksanaan

pembelajaran yang telah dilakukan berdasarkan hasil

pengamatan, meliputi: kesesuaian antara pelaksanaan dan

rencana pembelajaran yang dibuat, kekurangan yang ada

selama proses pembelajaran, kemajuan yang telah dicapai

(30)

c. Siklus II

Siklus ini merupakan perbaikan dari siklus I. Siklus II

dilakukan dengan maksud untuk menutupi kekurangan-kekurangan

yang terdapat pada siklus I. Tahapan pada siklus ini sama dengan

siklus I, hanya saja pada siklus II ditekankan pada perbaikan jika

indikator belum tercapai maka akan dilakukan siklus selanjutnya

hingga indikator yang diharapkan tercapai.

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur

untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun,

yang kembali kelangkah semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap

penyusunan rancangan samapai dengan refleksi, yang tidak lain adalah

evaluasi.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini meliputi:

a. Siswa kelas X Akutansi SMK PGRI 2 Salatiga Tahun pelajaran

2017/2018 yang terdiri dari 28 siswa, 2 siswa laki-laki dan 26 siswa

perempuan.

b. Peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan kolaborasi

antara Ibu Dewi Irmayanti Kustatiningrum S.Ag selaku guru PAI

dengan peneliti, sehingga penelitian tindakan kelas ini terdiri dari

dua orang peneliti sekaligus. Dimana guru PAI berperan dalam

(31)

Sedangkan peneliti mengamati dan membantu jalannya proses

pembelaaran dengan Metode Group Investigation.

c. Waktu dan tempat penelitian

1) Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Semester II tahun pelajaran

2017/2018, di mana siklus I dan siklus II akan dilaksanakan

tanggal 11 Februari 2018 sampai dengan tanggal 16 Maret 2018.

2) Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK PGRI 2 Salatiga Jl. Nakula

Sadewa Mangunsari, Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah

50722.

3. Langkah-langkah Penelitian

Dalam David A. Jacobsen (2009: 236) mengumukakan bahwa

terdapat enam langkah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan strategi

investigasi kelompok, yakni:

a. Pemilihan topic, Siswa memilih topik untuk di selidiki dalam satu

bidang umum

b. Perencanaan kooperatif, Siswa, dengan bantuan guru,

merencanakan bagaimana mengumpulkan data dan aktivitas

pembelajaran lain, seperti penelusuran secara online (internet) dan

(32)

c. Penerapan. Siswa melaksanakan rencana yang telah mereka buat,

dengan menggunakan strategi pembelajaran dan sumber

data-sumber data yang berbeda.

d. Analisis dan sintesis. Siswa menganalisis dan mengolah informasi

yang telah mereka kumpulkan untuk dipresentasikan pada kelompok

lain.

e. Penyajian hasil akhir. Siswa membagi dan mendiskusikan informasi

yang telah mereka kumpulkan

f. Evaluasi. Siswa membandingkan penemuan-penemuan dan

perspektif-perspektif dan mendiskusikan persamaan dan

perbedaannya,

Sedangkan dalam Robert E. Slavin (2008:218), mengemukakan

bahwa di dalam model Group Investigation memiliki enam langkah

pembelajaran, yaitu:

a. Mengidentifikasi topik dan mengatur murid kedalam kelompok

b. Merencanakan tugas yang akan dipelajari

c. Melaksanakan investigasi,

d. Menyiapkan laporan akhir,

e. Mempresentasikan laporan akhir

f. Evaluasi

Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang dipakai pada tipe

Group Investigation siswa kelas SMK PGRI 2 Salatiga, menggunakan

(33)

a. Identfikasi topic dan pembagian kelompok

Pembahasan materi pembelajaran Menitih Hidup dengan

Kemuliaan dilakukan pada tahap awal pelaksanaan pembelajaran.

Pembahasan materi bertujuan agar siswa mempunyai gambaran

yang jelas tentang materi yang akan didiskusikan. Sebelum

menjelaskan materi pembelajaran, guru terlebih dahulu menjelaskan

tujuan pembelajaran dalam materi Menitih Hidup dengan

Kemuliaan. kemudian guru menjelaskan materi Menitih Hidup

dengan Kemuliaan dan menerangkan secara garis besar dengan

menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI).

Selajnjutnya adalah pembentukan kelompok dan pembagian

topic, pembagian kelompok ini disesuaikan secara heterogen

mungkin baik di dasarkan pada nilai atau prestasi yang ditunjukkan

pada materi pembelajaran PAI. Dalam pembentukan kelompok,

guru membagi kelas menjadi enam kelompok dengan anggota

masing-masing kelompok berjumlah lima orang siswa.

b. Perencanaan Tugas

Guru menjelaskan kepada siswa terkait tentang tugas yang

diberikan terhadap setiap kelompok. Perencanaan tugas dilakukan

setelah guru menyajikan studi kasus tentang materi Menitih Hidup

dengan Kemuliaan dengan menggunakan model pembelajaran

(34)

berkelompok sesuai dengan pembagian kelompok yang telah

ditetapkan.

c. Melakukan Investigation/ Diskusi

Dalam pekerjaan topik diskusi materi Menitih Hidup dengan

Kemuliaan, siswa kelas X Akutansi harus mengerjakan dengan

diskusi kelompok. Mereka harus saling berbagi pengetahuan dan

pengalaman antara anggota kelompoknya, berbagi dan

menyimpulkan informasi, saling membantu untuk mencapai tujuan

bersama serta saling menghargai pendapat anggota kelompok yang

lain. Sedangkan peran guru hanya sebagai fasilitator dimana guru

akan membantu siswa jika mereka bener-bener membutuhkan

bantuan.

d. Menyiapkan Laporan

Setelah melakukan diskusi, setiap kelompok membuat hasil

dari diskusi tersebut dengan di tulis di dalam selembar kertas.

e. Pembahasan Hasil Diskusi/ Presentasi

Pembahasan hasil diskusi ini, guru memberikan kesempatan

kepada semua kelompok untuk membacakan hasil dari diskusi

kelompok mereka di depan kelas dan kelompok lain mendengarkan,

memberika tanggapan, maupun memberikan sanggahan. Diakhir

diskusi guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memberikan kesimpulan dari materi yang dipelajari yaitu Menitih

(35)

pembelajaran dengan penarikan kesimpulan yang dilakukan dalam

kedua siklus tersebut.

f. Evaluasi

Setelah siswa bekerjaa dalam kelompok perlu diadakan

evaluasi test, kemudian hasil dari evaluasi test itu diberi skor sebagai

acuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Test

evaluasi (evaluasi test) diberikan disetiap siklus untuk mengetahui

kemampuan siswa setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan

menggunakan Group Investigation (GI) dan untuk mengetahui

peningkatan kemampuan siswa dalam melaksanakan pembelajaran

materi Menitih Hidup dengan Kemuliaan. dalam mengerjakan test

evaluasi diwajibkan untuk mengerjakan secara individual.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan informasi atau data yang akan dibutuhkan dalam suatu

penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah

sebagai berikut:

a. Lembar Pengamatan

Digunakan untuk mengamati secara langsung kegiatan siswa

dan guru dalam proses pembelajaran Akhlak dengan metode group

investigation. Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang

harus diisi oleh observer. Lembar observasi berisi tentang kegiatan

(36)

ada beberapa aspek yang menjadi bahan pengamatan peneliti

diantaranya: lembar skala yang digunakan adalah skala penilaian

untuk mengukur penilaian guru pengampu mata pelajaran

pendidikan agama islam kelas X SMK PGRI 2 Salatiga dan skala

penilaian untuk mengukur tingkat partisipasi, sikap minat dan

perhatian siswa.

Tabel. 1.1

Lembar Observasi Kinerja Guru

No Indikator

Skor

B S B C K

4 3 2 1

1 Guru menyiapkan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2 Menyiapkan buku pembelajaran

3 Membuat lembar observasi

4 Membuat lembar kerja belajar anak

5 Kemampuan Guru Menyiapkan

Kelas

6 Kemampuan Guru memberikan

Motivasi

7 Kemampuan Guru dalam

(37)

8 Kemampuan Guru membuka proses pembelajaran

9 Kemampuan Guru dalam

menjelaskan materi

10

Kemampuan Guru dalam

menerapkan metode pembelajaran

yaitu Group Investigation

11 Kemampuan Guru dalam

membimbing anak

12

Kemampuan Guru memotivasi

anak dalam KBM dengan

menggunakan metode pembelajaran

Group Investigation

13 Kemampuan Guru menumbuhkan

partisipasi anak

14 Kemampuan Guru melaksanakan

pembelajaran

15 Kemampuan Guru berkomunikasi

dengan anak

16 Kemampuan Guru membuat

kesimpulan hasil belajar

17 Kemampuan Guru melaksanakan

evaluasi

18 Kemampuan Guru menutup

pembelajaran

Jumlah

Tabel. 1. 2.

(38)

No. Aspek Pengamatan

Skor

B C K

1. Siswa menjawab salam dengan semangat

2. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru

3. Siswa memahami pembelajaran dengan

menggunakan metode group investigation

4. Siswa semangat mengikuti pembelajaran PAI

5. Siswa aktif saat diskusi berlangsung

6. Siswa menanggapi tanggapan dan sanggahan

dari kelompok lain

7. Siswa memberikan umpan balik dari penjelasan

guru

8. Siswa berani mengajukan pertanyaan kepada

guru

9. Siswa menjawab salam penutup

Jumlah Rata-rata

b. Lembar Soal Tes

Tes dalam hal ini adalah tes prestasi belajar yang digunakan

untuk mengukur penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi

sebagai hasil dari proses belajar dalam penelitian ini. Tes yang

(39)

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bahan tertulis atau benda dengan

suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Dokumen-dokumen yang

dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah

(Sukmadinanta, 2012: 222). Digunakan untuk penguatan data

misalnya gambaran umum SMK PGRI 2 Salatiga, sejarah

berdirinya, struktur organisasi, kegiatan-kegiatan yang diadakan

disekolah, sarana maupun fasilitasyang dimiliki, dan buku nilai.

5. Pengumpulan Data

a. Teknik Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek peneliti (S. Margono, 2009:

158). Pengamatan dan pencatatan dilakukan peneliti secara langsung

dimana peneliti berada bersama obyek yang diselidiki dan ikut

berpartisipasi dalam situasi yang sedang terjadi.

b. Teknik Pengukuran

Teknik pengukuran dimaksud mengumpulkan data yang

bersifat kuantitatif yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar

siswa sebelum dan sesudah mendapatkan materi melalui metode

group investigation, dan mengumpulkan data untuk mengukur sifat

nilai-nilaidan minat baik guru pengampu maupun siswa.

(40)

Cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti

arsip-arsip dan juga buku tentang pendapat, teori, dalil, atau

hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian

(S. Margono, 2009: 181)

Dokumentasi dapat berupa foto, daftar nilai siswa, lembar

tugas siswa, hasil tes siswa, susunan daftar guru, sarana dan

prasarana sekolah, keadaan siswa dan struktur organisasi sekolah.

6. Analisis Data

Data yang terkumpul lewat pengumpulan data dengan

menggunakan instrumen yang dipakai menghasilkan data mentah dan

masih harus diolah dan dianalisis lebih lanjut untuk menjawab masalah

yang diangkat dalam penelitian ini.

a. Penilaian tugas dan tes

Penilaian melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh

siswa yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di

kelas tersebut. Sehingga diperoleh rata-rata dengan rumus

sebagai berikut:

𝑥 =∑𝑥𝑛

𝑥 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 ∑𝑥= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

(41)

b. Penilaian untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu individual dan

klasikan, berdasarkan petunjuk Teknik penilaian dalam KTSP

seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar secara individual

jika mencapai KKM dari mata pelajaran yang ditentukan, dalam

hal ini mata pelajaran PAI yaitu 75. Selanjutnya kelas tersebut

dinyatakan tuntas belajar secara klasikal apabila jumlah siswa

yang mendapatkan nilai 75 ke atas 80% atau lebih. Untuk

menghitung presentase ketuntasan belajar digunakan rumus

sebagai berikut:

〱=∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑋 100%

Ketuntasan belajar secara klasikal akan digunakan untuk

menentukan banyaknya siklus penelitian, khususnya dalam

penelitian ini akan dilaksanakan beberapa siklus sampai

ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 85%.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan penelitian tindakan kelas ini adalah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator

keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional, penelitian terdahulu,

(42)

BAB II LANDASAN TEORI yang berisi tentang teori belajar, prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, mata

pelajaran PAI materi Akhlak, hasil belajar PAI materi Akhlak dan metode

group investigation.

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN pada bab ini berisi tentang gambaran umum SMK PGRI 2 Salatiga, Visi dan Misi sekolah,

keunggulan sekolah, deskripsi pelaksanaan pra siklus, dan deskripsi

pelaksanaan siklus I.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang analisis data yang terkumpul dalam

klasifikasi data. Selain itu untuk menjawab rumusan masalah tentang

peningkatan hasil belajar, dengan menggunakan metode group

investigation.

(43)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar PAI Mapel Akhlak a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2). Perubahan

itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini, proses

belajar dan perubahan merupakan bukti hasil yang diproses.

Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga

penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat,

penyesuaian sosial, bermacam-macam ketrampilan lain, dan

cita-cita (Hamalik, 2002:45). Dengan demikian, seseorang

dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat

adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan

lingkungan.

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

(Slameto, 2003: 2). Dari beberapa pendapat tentang belajar yang

(44)

suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur,

yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan

dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja

perubahan yang didapatkan bukanlah perubahan fisik melainkan

perubahan yang didapat adalah perubahan jiwa dengan sebab

masuknya kesan-kesan baru. Akhirnya dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman individu dan interaksi dengan lingkungan yang

menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2011:

13)

Darsono mengemukakan ciri-ciri belajar antara lain

sebagai berikut (2000: 30) :

1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan.

Tujuan ini digunakan sebagai arah kegiatan, sekaligus tolak

ukur keberhasilan belajar.

2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat

diwakilkan kepada orang lain. Jadi, belajar bersifat

individual.

3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan

lingkungan. Hal ini berarti individu harus aktif apabila

(45)

terwujud karena individu memiliki berbagai potensi untuk

belajar.

4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang

yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya

perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

yang terpisahkan satu dengan yang lain.

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk

meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan

tujuan intruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa, guru harus memerhatikan kondisi

internal dan eksternal siswa (Hamdani, 2011: 22).

Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas

dari komponen yang telah ada didalamnya, komponen dalam

belajar mengajar tersebut adalah peserta didik, guru. Tujuan

pembelajaran, materi/isi, metode, media dan evaluasi.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi

pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif,

dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian

tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan diatas dipertegas

lagi oleh Nawawi dalam bukunya Ibrahim (2007: 39) yang

(46)

keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran

disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil

tes mengenal sejumlah materi tertentu (Susanto, 2013: 5).

Menurut Poerwadarminta (2007: 121) hasil belajar

adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah melakukan

pekerjaan atau aktifitas tertentu, adapun arti belajar dalam

kamus besar bahasa indonesia adalah berusaha untuk

mendapatkan kepandaian. Sedang menurut Muhibbin Syah

(2009:69) Belajar adalah tahapan perubahan pada tingkah laku

individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan

interaksi lingkungan yang melibatkan proses kognitif, dengan

kata lain yang dimaksud hasil belajar adalah hasil yang telah

dicapai seseorang atau siswa setelah melalui proses belajar.

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar

siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah

melakukan kegiatan belajar, karena belajar sendiri merupakan

suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh

suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif mantap. Untuk

memperoleh hasil belajar dilakukan evaluasi atau tindak lanjut

atau cara untuk mengukur penguasaan siswa. Hasil belajar

termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan

(47)

ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar

(Purwanto, 2009: 47).

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan.

Merujuk pemikiran Syah (2003), menyatakan bahwa ada

sembilan wujud hasil belajar yaitu:

1) Kebiasaan, adalah adanya perubahan kebiasaan dalam diri

individu. Keberhasilan belajar akan menjadikan seseorang

berperilaku positif yang relatif menetap dan otomatis.

2) Ketrampilan, merupakan kegiatan yang berhubungan

dengan urat syaraf dan otot yang bersifat motorik. Kegiatan

ini membutuhkan kordinasi gerak yang teliti dan

memerlukan kesadaran yang tinggi. Oleh sebab itu, hasil

belajar dapat dilihat dari tingkat ketrampilan yang ada dalam

diri individu.

3) Pengamatan, dapat diartikan proses menerima, menafsirkan

dan mengartikan rangsangan yang masuk melalui panca

indra, terutama mata dan telinga.

4) Berpikir asosiatif dan daya ingat, maksudnya yaitu berpikir

untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya.

5) Berpikir rasional dan kritis, berpikir rasional berarti mampu

menggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat,

(48)

6) Sikap, adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk

mereaksi terhadap sesuatu hal. Hasil belajar akan ditandai

muncul kecenderungan baru dalam diri seseorang dalam

menghadapi suatu objek, tata nilai, peristiwa, dan

sebagainya.

7) Inhibisi dalam konteks belajar dapat diartikan kesanggupan

individu untuk mengurangi atau menghentikan tindakan

yang tidak perlu dan mampu memilih dan melakukan

tindakan lain yang lebih baik. hasil belajar dapat dilihat

adanya kesanggupan individu dalam melakukan sesuatu

secara baik.

8) Apresiasi merupakan kemampuan untuk menilai dan

menghargai terhadap suatu objek tertentu.

9) Tingkah laku efektif, yang mana tingkah laku ini dapat

dilihat sebagai wujud hasil belajar. Maksudnya, seseorang

dikatakan berhasil belajar jika orang tersebut memiliki

tingkah laku yang efektif, yaitu tingkah laku yang memiliki

manfaat (Lilik Sriyanti, dkk, 2009: 20-21).

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dijelaskan

pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang

dialami oleh subyek belajar di dalam suatu interaksi dengan

lingkungannya. Dalam kegiatan belajar mengajar, setelah

(49)

sebelumnya. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya

perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan

perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil proses pembelajaran diri

sendiri dari pengaruh lingkungan. Baik perubahan kognitif,

afektif, maupun pesikomotori dalam diri siswa.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Suryabrata (2005: 77), keberhasilan belajar

sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri

individu. Dalam proses belajar di sekolah, faktor eksternal

berarti faktor-faktor yang berada diluar diri siswa. Faktor

terdiri dari faktor nonsosial dan faktor sosial.

a) Faktor nonsosial

Merupakan faktor-faktor diluar individu yang

berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar.

Kondisi fisik berupa keadaan cuaca, alat belajar, gedung

sekolah, waktu yang digunakan belajar siswa dan metode

mengajar guru.

Metode pengajaran seorang guru akan sangat

mempengaruhi belajar siswa. Dimana metode mengajar

(50)

menjadi tidak baik pula. Dalam penggunaan metode

mengajar yang kurang baik itu dapat disbabkan karena

guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan

pelajaran sehingga guru tersebut menerangkannya tidak

jelas. Akibatnya siswa menjadi malas untuk belajar.

Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode

mengajar harus diusahakan yang setepat, seefisien, dan

seefektif mungkin. Sehingga siswa menjadi semangat

dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.

b) Faktor sosial

Merupakan faktor di luar individu yang berupa

manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa

dipilih menjadi faktor yang berasal dari keluarga,

lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat

(termasuk teman pergaulan anak). Misalnya, kehadiran

orang dalam belajar, kedekatan hubungan antara anak

dengan orang lain, keharmonisan atau pertengkaran

keluarga, hubungan antara personil sekolah dan

sebagainya (Hamadi, 2011: 144).

Faktor ini terdiri dari dua macam, yaitu:

(51)

Keluarga akan sangat memberikan pengaruh

kepada siswa yang belajar seperti : cara orang tua

mendidik, relasi antar anggota keluarga (relasi orang

tua dengan anaknya dan relasi anak dengan

saudaranya atau dengan anggota keluarga lainnya),

suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga.

Pola asuh keluarga yang berbeda akan

menghasilkan tingkah laku berbeda satu dengan yang

lain. Begitu juga dengan anak yang dibesarkan

dengan lingkungan manja, akan berbeda

perkembangan kognitif dan sikapnya dengan anak

yang dibesarkan dari lingkungan mandiri (Karwono,

2017: 51).

(b) Faktor masyarakat

Abu Ahmad mendefinisikan masyarakat

dengan suatu kelompok yang telah memiliki

tatanannkehidupan, norma-norma, adat istiadat yang

sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Masyarakat

merupakan faktor yang juga berpengaruh terhadap

belajar siswa. Kehidupan atau kebiasaan di sekitar

siswa seperti kebiasaan berjudi, suka mencuri, dan

kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik akan

(52)

lingkungan tersebut. Maka dari itu tugas orang tua,

pendidik untuk mengawasi dan memberi pengarahan

dan pembinaan kepada anak (siswa) agar tidak

terjerumus pada lingkkungan yang buruk.

Teman bergaul dalam lingkungan masyarakat

juga mempengaruhi belajar siswa, dimana teman

bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap

diri siswa dan teman bergaul yang buruk pasti akan

berpengaruh buruk pula. Agar siswa dapat belajar

dengan baik, maka perlula diusahakan agar siswa

memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan

pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua

dan pendidikan harus bijaksana ( Abu Ahmadi, 1997:

97).

Pola interaksi individu dengan lingkungan inilah

yang akan menghasilkn model tingkah laku individu. Jadi,

faktor eksternal dapat merubah tingkah laku individu,

mengubah karakter, bahkan dapat memodifikasi

temperamen/ karakter individu. Sebagai ilustrasi orang yang

hidup di lingkungan pesisir (pantai) akan memiliki tingkah

laku yang berbeda dengan orang yang hidup di daerah bukan

(53)

sebagainya. Orang yang hidup di daerah iklim tropis dan

subur akan memiliki perbedaan tingkah laku dengan orang

yang tinggal di daerah tandus dari sisi perkembangan

kognitifnya.

Namun demikian, individu yang berbeda hidup

dalam lingkungan yang sama juga akan berbeda tingkah

lakunya, hal ini terjadi karena individu yang berbeda

merespons lingkungan yang sama dengan cara yang berbeda.

Jadi faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkah laku

individu adalah karena setiap individu berbeda satu dengan

yang lain, berinteraksi dengan lingkungan yang berbeda

serta merespons lingkungan dengan cara berbeda pula. Oleh

sebab itu, tingkah laku manusia adalah unik satu dengan

yang lain yang juga sangat mempengaruhi hasil belajar

mereka (Karwono, 2017: 51).

2) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam

diri individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari

faktor fisiologis dan faktor psikologis, yaitu:

a) Faktor fisiologis

Merupakan kondisi fisik yang terdapat dalam diri

individu. Faktor fisiologis terdiri dari:

(54)

Keadaan tonus jasmani secara umum yang

ada dalam diri individu sangat mempengaruhi hasil

belajar. Keadaan tonus jasmani secara umum ini,

misalnya tingkat kesehatan dan kebugaran fisik

individu. Apabila badan individu dalam keadaan

bugar dan sehat maka akan mendukung hasil belajar.

Sebaliknya, jika badan individu dalam keadaan

kurang bugar dan kurang sehat akan menghambat

hasil belajar. Oleh karena itu untuk mempertahankan

jasmani yang sehat maka siswa dianjurkan untuk

mengkonsumsi makan dan minum yang bergizi.

Selain itu siswa juga dianjurkan memilih pola

istirahat dan olah raga ringan yang

berkesinambungan.

(2) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu

Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu

adalah keadaan fungsi jasmani tertentu, terutama

yang terkait dengan fungsi panca indra yang ada

dalam diri individu. Panca indra merupakan pintu

gerbang masuknya pengetahuan dalam diri individu.

b) Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah faktor yang ada

(55)

antara lain intelegensi, motivasi,minat, bakat, sikap,

dan kepribadian (Lilik Sriyanti, dkk, 2009: 23-25).

c) Faktor kematangan fisik maupun psikis (kesiapan dan

kelelahan)

Faktor kematangan ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

(1) Kematangan

Kematangan merupakan suatu tingkatan atau

fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana seluruh

organ-organ biologisnya sudah siap untuk

melakukan kecakapan baru. Belajar akan lebih

berhasil apabila anak sudah siap (matang) untuk

belajar. Dalam konteks proses pembelajaran

kesiapan untuk belajar sangat menentukan aktivitas

belajar siswa.

(2) Kesiapan

Kesiapan atau readiness merupakan

kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi.

Kesediaan itu datang dari dalam diri siswa dan juga

berhubungan dengan kematangan. Kesiapan amat

perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika

siswa belajar dengan kesiapan, maka hasil belajarnya

akan lebih baik.

(56)

Kelelahan ada dua macam, yaitu jasmani

(fisik) dan kelelahan rohani (psikis). Kelelahan

jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan

muncul kecenderungan untuk membaringkan tubuh

(beristirahat). Sedangkan kelelahan rohani dapat

dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,

sehingga minat dan dorongan untuk berbuat sesuatu

termasuk belajar menjadi menurun dan hilang

(Tohirin, 2005: 136-137).

3) Faktor pendekatan belajar

Sebagai cara atau strategi yang digunakan siswa

untuk menunjukkan keefektifan dan efisiensi proses

mempelajari sesuatu. Strategi dalam hal ini menjadi

seperangkat langkah oprasional yang direkayasa sedemikian

rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan

belajar tertentu. Dalam hal ini faktor pendekatan belajar

diambil sebagai sarana untuk meningkatkan hasil belajar

PAI materi akhlak dengan menggunakan metodi group

investigation.

d. Pendidikan Agama Islam

1) Pengertian Pendidikan Agama Islam

Kata pendidikan (tarbiyah) menurut Suwaid (2004:

(57)

(bertambah dan berkembang), Rabaa- yarbii (tumbuh dan

mekar), dan Rabba-yarubbu (memperbaiki dan mengurus

suatu perkara). Menurut Yusuf Qaradhawy sebagaimana

dikutip Azyumardi Azra pendidikan agama Islam yaitu

pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan

jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karena pendidikan

islam menyiapkan manusia untuk hidup dan menyiapkan

untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan

kejahatannya, manis dan pahitnya (Azyumardi Azra, 2000:

5).

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan

terrencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan

berakhlakul karimah dalam mengamalkan ajaran agama

islam dari sumber utamanya kitab suci Qur’an dan

Al-Hadit, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta

penggunaan pengalaman (Majid, 2012: 11).

Menurut Zakiah Daradjat (1987: 87) pendidikan

agama islam adalah suatu usaha membina dan mengasuh

peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan

ajaran islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan,

yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan

(58)

suatu proses pembentukan individu berdasarkan

ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada

Muhammad SAW (Azyumardi Azra, 1998: 85). Seperti

firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21 sebagai berikut :

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu

suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bago orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat

dan Dia banyak menyebut Allah” (Q.S al-Ahzab : 21)

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa kita

sebagai manusia harus memiliki akhlak yang baik, sesuai

dengan ayat di atas telah disebutkan bahwa nabi Muhammad

merupakan suri teladan yang baik untuk kita contoh,agar kita

selamat dan bahagia di dunia dan akhirat.

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara

keseluruhannya meliputi dalam lingkup Al-Qur’an dan

Hadist, keimanan, akhlak, fiqih/ibadah, dan sejarah,

sekaligus menggambarkan bahwa keserasian, keselarasan,

dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT,

diri sendiri, sesama manusia, akhlak lainnya maupun

(59)

Salah satu fungsi pendidikan secara umum yaitu

proses memanusiakan manusia dalam rangka mewujudkan

budayanya. Manusia di ciptakan dalam keadaan fitrah

(Al-Qur’an). Fitrah dalam Al-Qur’an pada dasarnya memiliki

arti potensi yaitu kesiapan manusia untuk menerima kondisi

yang ada di sekelilingnya dan mampu menghadapi tantangan

serta mempertahankan dirinya untuk survive dengan tetap

berpedoman kepada Al-Qur’an dan sunnah.

Sedangkan menurut hasil rumusan Seminar

Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan

pengertian pendidikan Islam sebagai “bimbingan terhadap

pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam

dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,

mengasu7h dan mengawasi berlakuny6a semua ajaran

Islam”. (Muzayyin Arifin, 2003: 15). Jadi pendidikan Islam

adalah proses bimbingan kepada peserta didik secara sadar

dan terencana dalam rangka mengembangkan potensi

fitrahnya untuk mencapai kepribadian Islam berdasarkan

nilai-nilai ajaran Islam (Ahmad Taufiq, Dkk, 2011:

219-220).

2) Tujuan Pendidikan Agama Islam pada Jenjang SMA

Tujuan daripada pendidikan agama islam adalah

(60)

dapat menyesuaikan hidupnya dengan ajaran-ajaran islam.

Dengan tujuan ini diharapkan peserta didik juga mampu

untuk memiliki pengetahuan dan mampu mengamalkan

ajaran islam, karena manusia hidup di dunia ini tidak lain

adalah jembatan untuk menuju kehidupan di akhirat (Ahmad

Taufiq, dkk, 2011: 220-221).

Adapun Pendidikan Agama islam jenjang SMA

bertujuan untuk:

a. Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian,

pemupukan, dan pengembangan pengetahuan,

penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta

pengamalan peserta didik tentang agama islam sehingga

menjadi manusia muslim yang terus berkembang

keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT demi

mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia

dan akhirat.

b. Mewujudkan peserta didik yang taat beragama,

berakhlak mulia, berpengetahuan, rajin beribadah,

cerdas, produktif, jujur, adil, etis, santun, disiplin,

toleran, dan mengembangkan budaya islami dalam

komunitas sekolah.

(61)

dan aturan-aturan yang islami dalam hubungannya

dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, dan lingkungan

secara harmonis.

d. Mengembangkan nalar dan sikap moral yang selaras

dengan nilai-nilai islami dalam kehidupan sebagai warga

masyaratkat, warga negara, dan warga dunia (Novi,

2013: 44)

Tujuan khusus Pendidikan Agama adalah tujuan

yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan

anak sesuai dengan jenjang pendidikan yang dilaluinya,

sehingga setiap tujuan Pendidikan Agama pada setiap

jenjang sekolah mempunyai tujuan yang berbeda-beda,

seperti tujuan Pendidikan Agama di sekolah dasar berbeda

dengan tujuan Pendidikan Agama di SMP, SMA dan

berbeda pula dengan tujuan Pendidikan Agama di perguruan

tinggi.

Tujuan khusus pendidikan seperti di SMA adalah

untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut serta meningkatkan tata

cara membaca Al-Qur’an dan tajwid sampai kepada tata cara

menerapkan hukum bacaan mad dan wakaf. Membiasakan

(62)

diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab dan

namimah serta memahami dan meneladani tata cara mandi

wajib dan shalat-shalat wajib maupun shalat sunat.

3) Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup PAI meliputi perwujudan, keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan

Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya

maupun lingkungannya (Muhaimin, 2002: 75). Sedangkan

dalam PERMENDIKNAS RI NO 22 Tahun 2006 Ruang

lingkup PAI SMA meliputi Al-Qur’an dan Hadits, Aqidah,

Akhlak, Fiqih, Tarikh/Sejarah Islam (Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional RI Nomer 22 Tahun 2006)

Ruang lingkup pendidikan islam tidak hanya dalam

ranah keagamaan (ilmu-ilmu agama seperti akidah, ilmu

Al-Qur’an, hadits, fiqih, dan lain-lain), namun juga dalam aspek

yang lain dan lebih komprehensif sesuai dengan

perkembangan dan kebutuhan manusia. Abdullah Nashih

‘Ulwan (1981: xxxi) merumuskan ruang lingkup pendidikan

islam terdiri dari: pendidikan islam (akidah), pendidikan

akhlak/moral, pendidikan fisik/jasmani, pendidikan

intelektual/ akal, pendidikan psikhis/ jiwa, pendidikan sosial,

(63)

e. Mapel Akhlak

1) Pengertian Mata Pelajaran Akhlak

Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang

termasuk dalam rumpun Pendidikan Agama Islam.

Penekanan mata pelajaran Akhlak yang terfokus pada

penggalian pemahaman dan implementasi tentang akhlak

dan perilaku peserta didik, membuat mata pelajaran Akhlak

dianggap penting dalam membentuk karakter peserta didik.

Hal ini sesuai dengan tujuan yang tercantum Undang-undang

Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003.

Akhlak merupakan mata pelajaran rumpun Pendidikan

Agama Islam yang diajarkan di SMA. Secara bahasa

pengertian Akhlak dijabarkan melalui dua kata, yakni akidah

dan akhlak. Akidah secara umum membahas tentang

ketauhidan seseorang dan pengakuan ketaqwaan seseorang

terhadap Tuhannya. Sedangkan Akhlak dapat disimpulkan

sebagai perilaku manusia yang berfungsi sebagai sarana

berinteraksi sosial dengan sesamanya.

Adapun hakikat dan tujuan mata pelajaran Akhlak

secara garis besar adalah sebagai pedoman tertulis dan

penerapan dalam berperilaku sesuai ajaran Islam.

Karakteristik mata pelajaran Akhlak adalah penekanan

(64)

sifat Akhlaqul Madzmumah (Menteri Agama Republik

Indonesia Nomor 117 tahun 2014).

2) Ruang Lingkup Mapel Akhlak

Menurut Ibn Maskawaih dalam bukunya Ahmad

Taufiq (2011: 227), menyebut ada tiga hal pokok yang dapat

dipahami sebagai materi pendidikan akhlak yaitu :

a) Hal-hal yang wajib bagi kebutuhan tubuh

b) Hal-hal yang wajib bagi jiwa

c) Hal-hal yang wajib sebagai hubungannya dengan sesama

manusia.

Sedang ruang lingkup mapel Akhlak adalah sebagai berikut

:

a) Aspek aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat wajib,

mustahil dan jaiz Allah, keimanan kepada kitab Allah,

Rasul Allah, sifat-sifat dan mukjizatnya dan hari akhir.

b) Aspek Akhlak terpuji yang terdiri dari khauf, taubat,

tawadlu’, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri,

tekad yang kuat, ta’aruf, ta’awun, tafahum, tasamuh,

jujur, adil, amanah, menepati janji, dan bermusyawarah.

c) Aspek akhlak tercela yang meliputu kufue, syirik,

Gambar

Tabel. 1.1
Tabel. 1. 2.
Tabel 3.1 Kompetensi dasar dan indikator
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun alasan penulis memilih judul analsis efektifitas sistem pengendalian internal terhadap peningkatan kinerja keuangan perusahaan dalam perspektif ekonomi isLam (studi

(2013) juga menunjukkan bahwa baik manfaat pelatihan bagi diri sendiri, manfaat pelatihan bagi karir dan manfaat pelatihan bagi pekerjaan memiliki hubungan yang

Alhamdulillahhirobbil’alamin selalu penulis panjatkan atas nikmat dan berkah yang senantiasa Allah SWT limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Dari pembahasan-pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen waktu adalah pengaturan diri kita dalam bentuk menggunakan waktu yang seefektif dan seefisien mungkin

Pada penelitian ini diketahui bahwa gulma yang paling banyak ditemukan pada lahan persawahan Kecamatan Rimau Kabupaten Banyuasin adalah famili Poaceae yang terdiri

Pada tahap pembuatan tepung mocaf masyarakat Kaur menggunakan bakteri asam laktat yang harus dibeli diluar daerah, kemudian dilakukan perendaman ubi kayu yang mampu

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.43/PUU-XIII/2015 TENTANG PROSES REKRUTMEN HAKIM TINGKAT PERTAMA.. TANPA MELIBATKAN

Kemudian dipastikan bahwa seluruh titik bantu baru P tidak berdekatan dengan sumber keramaian maka, dapat ditentukan lokasi titik-titik bantu baru P yang akan menjadi lokasi