BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini bersifat penelitian eksperimental yang dilakukan untuk
mengetahui efektifitas gel rambut dari ekstrak seledri dan minyak kemiri
terhadap pertumbuhan rambut kelinci jantan galur lokal.
B. Variabel penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas : Basis gel, Gel dengan kadungan Regrou®, dan Gel
yang mengandung kombinasi ekstrak seledri dan
minyak kemiri.
2. Variabel tergantung : Pertumbuhan rambut kelinci
3. Variabel terkendali : Cara perlakuan pada kelinci, Kelinci jantan
galur lokal usia 5 bulan BB 1,5 - 2 kg, Nutrisi
kelinci dan Maksimalitas penempelan gel
C. Definisi variabel
1. Variabel bebas
Ekstrak seledri yang digunakan adalah ekstrak yang diperoleh dengan
metode ekstraksi remaserasi, dimana pelarut yang digunakan adalah
etanol 50%. Minyak kemiri yang digunakan diperoleh dengan cara
penekanan mekanis dengan alat pengepres biji kemiri.
2. Variabel tergantung
Pertumbuhan rambut kelinci diukur dengan melakukan pengukuran
setiap 3 hari sekali dengan menggunakan jangka sorong dengan satuan
milimeter (mm) selama 18 hari.
3. Variabel terkendali
Setiap hari kelinci diberikan bahan uji, berupa gel rambut dari ekstrak
seledri dan minyak kemiri, basis gel, gel yang mengandung minoksidil
2% serta kelinci yang tidak diberikan perlakuan apapun sebagai kontrol
netral. Selain itu juga spesifikasi kelinci percobaan yaitu kelinci dengan
1,5 – 2 kg. Kemudian setiap hari kelinci dibri makan berupa pelet dan
daun-daunan dua kali sehari dan selalu dikontrol air minumnya. Selain
itu dijaga juga gel rambut yang dioleskan tetap menempel sempurna di
kulit kelinci. Misal dengan menutup bagian yang dioleskan dengan
plastik atau alumunium foil.
D. Lokasi
Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Juni tahun 2017 di
Laboratorium Biologi Farmasi, Teknologi Farmasi, dan Farmakologi dan
Toksikologi fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
E. Bahan
Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens,L) ,Minyak Biji Kemiri
(Aleurites moluccanus,L), Karbomer 940, NaOH 60%, Metil paraben, Propil
paraben, Natrium metabisulfit, Etanol, Propilenglikol, dan Aquadest.
F. Alat
Pisau, blender, evaporator, jangka sorong, timbangan analitik, penyaring,
oven, lemari pendingin, dan seperangkat alat gelas.
G. Hewan uji
Pada penelitian ini digunakan hewan uji kelinci jantan galur lokal
sebanyak umur 4-5 bulan dengan berat 1,5-2,0 kg sebanyak 24 ekor.
H. Metode pelaksanaan
1. Ekstraksi seledri
1) Seledri di potong-potong dengan pisau, kemudian dikeringkan
dengan sinar matahari sampai menjadi simplisia kering.
2) Blender simplisia menjadi serbuk simplisia yang halus.
3) Masukan satu bagian serbuk kering herba seledri ke dalam maserator
4) Tambahkan 10 bagian etanol 50%, rendam selama 6 jam sambil
sesekali diaduk. Diamkan selama 24 jam
5) Pisahkan maserat dengan serbuk simplisia.
6) Ulangi proses maserasi dengan merendam serbuk simplisia
sebelumnya dengan etanol 50% pada perbandingan yang sama
sebanyak dua kali pengulangan.
8) Campurkan ketiga maserat dan diuapkan dengan penguap vakum
hingga diperoleh ekstrak kental (Anonim, 2004).
9) Ekstrak ditimbang untuk digunakan dalam formulasi gel.
2. Uji identifikasi senyawa dan karakterisasi minyak
a. Uji identifikasi alkaloid
Uji Alkaloid dilakukan dengan metode Mayer,Wagner dan
Dragendorff. Sampel ekstrak kental seledri sebanyak 3 mL diletakkan
dalam cawan porselin kemudian ditambahkan 5 mL HCl 2 M , diaduk
dan kemudian didinginkan pada temperatur ruangan. Setelah sampel
dingin ditambahkan 0,5 g NaCl lalu diaduk dan disaring. Filtrat yang
diperoleh ditambahkan HCl 2M sebanyak 3 tetes, kemudian
dipisahkan menjadi 4 bagian A, B, C, D. Filtrat A sebagai blangko,
filtrat B ditambah pereaksi Mayer, filtrat C ditambah pereaksi
Wagner, sedangkan filtrat D digunakan untuk uji penegasan. Apabila
terbentuk endapan pada penambahan pereaksi Mayer dan Wagner
maka identifikasi menunjukkan adanya alkaloid. Uji penegasan
dilakukan dengan menambahkan amonia 25% pada filtrat D hingga
PH 8 - 9. Kemudian ditambahkan kloroform, dan diuapkan diatas
waterbath. Selanjutnya ditambahkan HCl 2M, diaduk dan disaring.
Filtratnya dibagi menjadi 3 bagian. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B
diuji dengan pereaksi Mayer, sedangkan filtrat C diuji dengan pereaksi
Dragendorff. Terbentuknya endapan menunjukkan adanya alkaloid.
b. Karakterisasi minyak kemiri
1) Bilangan asam (asam lemak bebas)
Kecuali dinyatakan lain, timbang saksama kurang lebih 10,0
gram zat, larutkan dalam labu yang berisi 50 ml campuran etanolP :
eterP (1:1) dan telah dinetralkan terhadap fenoftalein LP dengan
NaOH 0,1N. Bila sampel tidak larut dalam pelarut dingin,
hubungkan labu dengan pendingin yang sesuai kemudian
hangatkanlah perlahan-lahan sambil sering dikocok sampai sampel
larut. Tambahkan 1 mL=l fenoftalein LP, dan titrasi dengan NaOH
dikocok selama 30 detik. Hitung asam lemak bebas dengan
bilangan asam atau jumalh mili alkali 0,1 n yang diperlukan untuk
menetralkan 10,0 gram sampel.
Panaskan labu di atas penangas air, refluks dengan pendingin yang
sesuai selama 30 menit, sambil sering diputar. Kemudian
tambahkan 1 ml fenoftalein LP, dan titrasi kelebihan KOH dengan
HCl 0,5N LV. Lakukan penetapan blanko. Perbedaan volume
dalam ml dari HCl 0,5N yang digunakan untuk penetapan sampel
dan penetapan blanko, dikalikan dengan 28,05 dan dibagi dengan
bobot sampel yang digunakan dalam gram adalah bilangan
penyabunan.
Bilangan penyabunan = (titrasi blanko – titrasi sampel) x N HCl x BM NaOH
W sampel (gram)
3. Formulasi sediaan gel
Bahan yang akan digunakan adalah untuk membuat sediaan
sebanyak 100ml. Jadi perhitungan penggunaan bahannya adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Formulasi sediaan gel
Bahan Konsentrasi (gram)
Kontrol negatif Kontrol positif Gel kombinasi ekstrak seledri dan
Natrium metabisulfid 0,04 0,04 0,04
Etanol 20,00 20,00 20,00
Propilenglikol 13,00 13,00 13,00
Aqua destilata 61,87 60,89 30,82
4. Cara pembuatan
a. Melarutkan karbomer 940 dalam aquadest dengan suhu 70oC dan
diamkan sampai mengembang, aduk cepat dengan menggunakan
mortir stamper panas.
b. Menetralkan pH asam pada karbomer dengan NaOH 10% agar pH
gel sesuai dengan keasaman kulit, yaitu 4,5 – 6,5.
c. Terbentuk basis gel yang transparan.
d. Mencampurkan etanol dengan propilenglikol sampai homogen.
e. Mencampurkan metil paraben. Propil paraben, Natrium
metabisulfida, dan bahan uji (minyak kemiri dan ekstrak kental
seledri) kedalam campuran propilenglikol dan etanol
f. Menambahkan campuran etanol propilenglikol dan bahan lainnya ke
dalam basis gel yang sudah jadi dan diaduk cepat dengan
menggunakan mortir stamper panas. Gel yang dihasilkan disimpan
dalam wadah tidak tembus cahaya.
5. Evaluasi sediaan gel
a. Uji organoleptik
Uji organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan
dengan cara melakukan pengamatan terhadap bentuk, warna dan bau
dari sediaan yang telahdibuat (Anief, 1997).
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah sediaan yang
telah dibuat homogen atau tidak. Caranya, gel dioleskan pada kaca
transparan dimana sediaan diambil 3 bagian yaitu atas, tengah dan
bawah. Homogenitas ditunjukkan dengan tidak adanya butiran kasar
(Ditjen POM, 2000).
c. Uji pH
Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan gel
untuk menjamin sediaan gel tidak menyebabkan iritasi pada kulit.
pH sediaan gel diukur dengan menggunakan stik pH universal. Stik
pH universal dicelupkan ke dalam sampel gel yang telah diencerkan,
universal. pH sediaan yang memenuhi kriteria pH kulit yaitu dalam
interval 4,5 – 6,5 (Tranggono dan Latifa, 2007)
d. Uji daya sebar
Uji daya sebar dilakukan untuk menjamin pemerataan gel saat
diaplikasikan pada kulit yang dilakukan segera setelah gel dibuat.
Gel ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian diletakkan ditengah kaca
bulat berskala. Di atas gel diletakkan kaca bulat lain atau bahan
transparan lain dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat
150 gram, didiamkan 1 menit, kemudian dicatat diameter
penyebarannya. Daya sebar gel yang baik antara 5-7 cm (Garg et al.,
2002).
6. Uji aktifitas pertumbuhan rambut kelinci
a. Rancangan penelitian
Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini
sebelum kelinci uji diberi perlakuuan uji adalah rancangan acak
lengkap. Jumlah kelinci jantan yang dibutuhkan dalam penelitian ini
ditentukan dengan menggunakan rumus empiris Federer; (n-1)(t-1)
15, dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n merupakan
jumlah hewan uji tiap perlakuan (Prastito,2009). Dalam penelitian
ini terdapat 4 perlakuan. Jadi jumlah kelinci jantan yang dibutuhkan
adalah :
(n-1)(t-1) 15
(n-1)(4-1) 15
(n-1)(4) 15
(n-1) 5
N 6
Jadi jumlah kelinci yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 6
ekor tiap perlakuannya. Terdapat 4 perlakuan dalam penelitian ini,
jadi dibutuhkan kelinci jantan sebanyak 24 ekor.
b. Penyiapan hewan uji
Sebelum pengujian aktifitas pada kelinci dilakukan, kelinci
minggu, kemudian kelinci-kelinci jantan tersebut dibagi menjadi 4
kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 6 ekor kelinci.
Rambut pada bagian punggung masing-masing kelinci dicukur
dengan alat pencukur rambut dengan luas 4x4 cm2. Setelah
diperoleh hasil berupa kuli kelinci yang dapat disentuh langsung
tanpa terhalang rambutnya. Pada bagian tengah punggung kelinci
yang dicukur tersebut dibuat kotak dengan luas 2x2 cm2 untuk tiap
daerah uji dengan menggunakan spidol. Kelinci didiamkan selama
24 jam, kemudian bahan uji dioleskan.
Tabel 3.2kelompok perlakuan terhadap hewan uji
Kelompok Jumlah kelinci Perlakuan
Kontrol normal 6 ekor Tidak diberikan
perlakuan khusus
Kontrol negatif 6 ekor Dioleskan basis gel
Kontrol positif 6 ekor Dioleskan hair tonic
yang mengandung
minoksidil 2%
Perlakuan 6 ekor Dioleskan gel rambut
ekstrak seledri dan
minyak kemiri
c. Uji Aktifitas terhadap Pertumbuhan Rambut
Sediaan uji dioleskan ke punggung kelinci sebanyak 0,25 gram
dua kali sehari tiap pagi dan sore hari selama 18 hari. Pengamatan
daya pertumbuhan rambut dengan mencabut secara acak 20 helai
rambut kelinci, kemudian ambil 10 helai rambut kelinci yang paling
panjang dan diukur dengan menggunakan jangka sorong atau
mikrometer. Pengukuran dilakukan setiap tiga hari sekali, yaitu pada
hari ke 3, 6, 9, 12, 15, dan 18 (Tanaka,1980 dalam Wulansari). Data
rata-rata panjang rambut kelinci dihitung dan diolah secara statistik
untuk melihat apakah ada perbedaan yang bermakna antara daerah