• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema 2 Kegiatan Siang Hari mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema 2 Kegiatan Siang Hari mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar - USD Repository"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

INOVATIF DALAM SUB TEMA 2 KEGIATAN SIANG HARI

MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS 1

SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Diah Wahyu Utaminingtyas

NIM: 151134147

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii SKRIPSI

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF

DALAM SUB TEMA 2 KEGIATAN SIANG HARI MENGACU

KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR

Oleh:

Diah Wahyu Utaminingtyas NIM: 151134147

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

(3)

iii SKRIPSI

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF

DALAM SUB TEMA 2 KEGIATAN SIANG HARI MENGACU

KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Diah Wahyu Utaminingtyas

NIM: 151134147

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 14 Februari 2019

dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. ………. Sekretaris Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. ……….

Anggota 1 Drs. Puji Purnomo, M.Si. ……….

Anggota 2 Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. ………. Anggota 3 Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. ……….

Yogyakarta, 14 Februari 2019

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk:

Yang pertama dan utama

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya atas kekuatan, kemudahan, dan kelancarannya sehingga pengerjaan skripsi ini

dapat terselesaikan.

Kedua orangtua

Ibu Sutriyati dan Bapak Suharjo yang selalu memberikan dukungan, doa, semangat dan kasih sayang tak terhingga serta kedua kakakku Noor Wahyu Pujiastuti dan Restu Dwi Puji Astuti yang selalu membantu dan memotivasi untuk

penyelesaian skripsi.

Dosen Pembimbing

Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku dosen pembimbing yang selalu mengarahkan dan membimbing, terimakasih pak.

Sahabat dan teman terkasih yang telah membantu dan memberikan motivasi untuk mengerjakan serta menyelesaikan skripsi ini.

(5)

v MOTTO

“Ketika kau lelah dan seakan ingin menyerah

ketahuilah bahwa sesungguhnya pertolongan Allah SWT

hanya berjarak antara kening dan sajadah”

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.

(Terjemahan QS. Ar-Ra’d ayat 11)

“Selesaikan apa yang telah dimulai, jangan menyerah, dan yakinlah bahwa usaha

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 Februari 2019 Peneliti

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Diah Wahyu Utaminingtyas

Nomor Mahasiswa : 151134147

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inovatif Dalam Sub Tema 2

Kegiatan Siang Hari Mengacu Kurikulum 2013 Untuk Siswa Kelas I Sekolah

Dasar

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 14 Februari 2019 Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inovatif Dalam Sub Tema 2 Kegiatan Siang Hari Mengacu Kurikulum 2013 Untuk Siswa Kelas I Sekolah

Dasar

Diah Wahyu Utaminingtyas Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan yang menunjukkan perlunya contoh perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema kegiatan siang hari yang mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas I sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema kegiatan siang hari mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas I sekolah dasar.

Peneliti menggunakan langkah-langkah penelitian dari Borg dan Gall. Ada sepuluh langkah penelitian dari Borg dan Gall namun peneliti membatasi sampai tujuh langkah, yaitu (1) potensi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, sampai menghasilkan produk akhir berupa perangkat pembelajaran inovatif mengacu kurikulum 2013 meliputi: program tahunan, program semester, silabus, dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh dua validator, perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan Paradigma Pedagogi Reflektif dan

Problem Based Learning diperoleh skor 4,37 dengan kualitas “sangat baik”.

Berdasarkan hasil penilaian uji coba perangkat pembelajaran oleh guru kelas I dan satu calon guru sekolah dasar yang dikembangkan dengan Paradigma Pedagogi Reflektif dan Problem Based Learning diperoleh skor 4,36 dengan kategori “sangat baik”.

(9)

ix

ABSTRACT

Innovative Learning Tools Development in the Second Sub Theme Daytime Activities which Refer to 2013 Curriculum for the First Graders of

Elementary School Students

Diah Wahyu Utaminingtyas Sanata Dharma University

2019

This research is done based on the analysis of needs, that shows the necessity of the innovative learning tools examples in the subtheme daytime activities, which refer to 2013 curriculum for the first graders of elementary school students. The purpose of this research is to find out the quality of the innovative learning tools in the subtheme daytime activities which refer to 2013 curriculum for the first graders of elementary school students.

The researcher uses Borg’s and Gall’s methodology. From the total ten steps of their methodology, the researcher limits herself to do seven steps only, those are; (1) potential problem, (2) data collection, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision, (6) product trial, (7) design revision, until the final product in the form of innovative learning tools which refer to 2013 curriculum including annual program, program for each semester, syllabus, and Lesson Plan Design.

Based on the validation result done by two experts, the learning tool, developed by Reflective Pedagogy Paradigm and Problem Based Learning, producing 4.37 score as the result with a “very good” quality. Moreover, based on valuation result on learning tools trial done by an elementary school teacher for the first graders and a prospective elementary school teacher and was developed by Reflective Pedagogy Paradigm and Problem Based Learning, the score 4,36, categorized as a very good total score, is able to be produced.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, dengan judul “Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Inovatif Dalam Sub Tema 2 Kegiatan Siang Hari Mengacu

Kurikulum 2013 Untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar” dapat disusun sesuai dengan harapan. Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD. 3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi PGSD. 4. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Albertus Hartana, SJ., M.Pd., selaku dosen PGSD yang membantu dan memberikan bantuan penelitian menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif.

6. Suwansih, S.Pd. selaku guru kelas I SD Negeri Ngabean yang telah membantu penelitian ini dengan melakukan validasi produk dan memberikan nilai uji coba produk.

7. Suprihatin, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Ngabean yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD tersebut.

8. Ibunda Sutriyati dan Ayahanda Suharjo yang telah memberikan doa, kasih sayang, perhatian, dan dukungan baik moril maupun materil.

(11)

xi

10.Mei Dwi Cahyani, sebagai calon guru SD yang membantu melakukan penilaian saat mengajar dan sahabat yang memberikan dukungan.

11.Mega Setya Putri, Siti Lestari Pamungkas, Hilaria Heladita, sahabatku yang selalu mengajak, mendukung, membantu, dan memberikan semangat agar bisa menyelesaikan skripsi ini.

12.Mbak Susanna, Clara, Galih dan teman-teman payung pengembangan perangkat pembelajaran inovatif yang selalu memberi bantuan serta motivasi.

13.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih untuk dukungan dan bantuannya.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi masih banyak keterbatasan dan kekurangan, maka peneliti membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 14 Februari 2019 Peneliti

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

(13)

xiii

C. Prosedur pengembangan ... 51

D. Uji coba terbatas ... 54

1. Subjek Uji Coba Terbatas ... 54

2. Instrumen Penelitian ... 54

3. Teknik Pengumpulan Data... 55

4. Teknik Analisis Data ... 57

E. Jadwal penelitian ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Analisis Kebutuhan ... 61

1. Hasil observasi dan wawancara analisis kebutuhan ... 61

2. Pembahasan hasil observasi, wawancara, dan analisis kebutuhan . 69

B. Deskripsi Produk Awal ... 70

C. Validasi Mahasiswa PPG dan Revisi Produk ... 73

1. Data Validasi Mahasiswa PPG ... 73

2. Revisi Produk ... 80

D. Uji Coba Terbatas ... 81

1. Data Uji Coba Terbatas... 81

2. Revisi Produk ... 86

E. Kajian Produk Akhir, Hasil Penelitian, dan Pembahasan ... 89

1. Kajian Produk Akhir ... 90

2. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 92

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN, DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Keterbatasan Pengembangan ... 100

C. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) ... 38

Tabel 3.1 Konversi Nilai Skala Lima ... 58

Tabel 3.2 Data kualitatif konversi skala lima... 59

Tabel 3.3 Jadwal penelitian ... 60

Tabel 4.1 Saran validator SN dalam pembelajaran inovatif model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan revisi ... 76

Tabel 4.2 Saran validator SN dalam pembelajaran inovatif model Problem Based Learning (PBL) dan revisi ... 78

Tabel 4.3 Saran validator S dalam pembelajaran inovatif model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan revisi ... 86

Tabel 4.4 Saran validator S dalam pembelajaran inovatif model Problem Based Learning (PBL) dan revisi ... 88

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Dinamika PPR ... 30 Gambar 2.2 Penelitian yang relevan ... 43 Gambar 2.3 Kerangka berpikir ... 45 Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan metode Research and Development

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 105

Lampiran 2. Pedoman Observasi ... 106

Lampiran 3. Rangkuman Hasil Wawancara... 108

Lampiran 4. Hasil Observasi Guru ... 117

Lampiran 5. Hasil Observasi Siswa ... 121

Lampiran 6. Pernyataan Validasi Produk Perangkat Pembelajaran Inovatif .... 123

Lampiran 7. Pernyataan Uji Coba Produk Pada Guru ... 129

Lampiran 8. Pernyataan Uji Coba Produk Pada Siswa ... 130

Lampiran 9. Hasil Validasi Produk Mahasiswa PPG... 131

Lampiran 10. Hasil Validasi Produk Guru SD Kelas I ... 145

Lampiran 11. Hasil Uji Coba Dinilai Guru SD ... 159

Lampiran 12. Hasil Uji Coba Dinilai Calon Guru SD ... 167

Lampiran 13. Surat Izin Penelitian... 175

Lampiran 14. Surat Pernyataan Kepala Sekolah ... 176

Lampiran 15. Dokumentasi Uji Coba Produk ... 177

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa, dan negara. Usaha dalam pendidikan yang dilakukan oleh seorang pendidik haruslah yang berguna, dalam arti pendidikan yang dilakukan memang bermanfaat untuk ke depannya dan berarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Juga haruslah yang terencana, dalam hal ini pendidikan tidak mengenyampingkan proses belajar, dimana suatu proses inilah yang paling penting untuk siswa dapatkan dan dikembangkan sesuai potensi pemahaman yang dipunyai. Dalam hal ini proses pendidikan yang dimaksud yaitu pendidikan dasar dengan tujuan yang ingin dicapai untuk mendapatkan pembelajaran dasar bagi kehidupan dan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya.

(18)

2

oleh pemerintah, dimana siswa akan aktif belajar dan mencari informasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing (Suyatno, 2009:8). Jadi tidak hanya guru yang memberikan materi tetapi siswa berperan aktif dalam proses belajarnya. Untuk mengelola agar siswa berperan aktif, yang guru lakukan ialah meningkatkan pembuatan dan penerapan kualitas pada perangkat pembelajaran yang lebih kreatif dan aktif yang memungkinkan siswa dapat berkembang.

Dalam penggunaan kurikulum 2013 diharapkan siswa dapat meningkatkan kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang lebih baik melalui pembelajaran inovatif pada keterampilan abad 21 (4C:

Critical thinking, creative thinking, collaborative, communicative).

Menurut Nurdin dan Hamzah (2015: 106), pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Guru dapat membuat perangkat pembelajaran yang inovatif agar dapat menunjang proses pembelajaran kurikulum 2013 dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan. Pembelajaran inovatif diimplementasikan di sekolah karena siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, guru juga berperan sebagai fasilitator bagi siswa dalam setiap kegiatannya untuk menuntun siswa menuju berpikir tingkat tinggi. Untuk itu, dalam proses pembelajaran guru mempunyai peran penting dalam tahap perkembangan anak dan mutu pendidikan karena setiap sekolah mempunyai keinginan untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang inovatif, dalam hal ini guru secara tidak langsung memerlukan berbagai inovasi yang dapat menunjang pembelajaran.

(19)

3

pembelajaran inovatif mulai dari tujuan dan model-model yang digunakan didalamnya, untuk itu guru masih mengandalkan perangkat pembelajaran dari contoh berbagai sumber dan masih ada yang hanya terpaku pada buku pegangan guru yang diberikan dari pemerintah, sehingga guru tidak melakukan suatu inovasi atau mengembangkan kreativitas terhadap pembelajaran di dalam kelas.

Implementasi kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (SD) apabila dilihat dari fakta yang ditemukan di lapangan belum menekankan pembelajaran inovatif. Sehingga guru memerlukan contoh pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan Problem Based Learning (PBL). Peneliti memilih model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) karena model ini menekankan pendidikan karakter, bernuansa sosial, terdapat nilai-nilai kehidupan, belajar sesuai dengan saatnya, dan lebih kepada refleksi, jadi siswa dan guru dapat mengevaluasi hasil belajar bersama-sama. Semetara alasan peneliti memilih model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) karena siswa kelas bawah sangat ingin mengetahui segala hal yang ada disekitarnya, masalah pada model ini tidak harus terlalu rumit, tetapi segala sesuatu yang ada di sekitar yang dirasa belum familiar akan membuat pertanyaan bagi siswa tersebut. Sehingga siswa dapat belajar melalui hal yang terdekat namun bermakna.

(20)

4

dan lebih tertarik untuk belajar diselingi bermain. Dalam pembelajarannya maka siswa menjadi lebih antusias dan senang, sehingga belajar dapat bermakna bagi siswa.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dan berdasarkan kebutuhan yang guru alami dalam mengembangkan perangkat pembelajaran, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran inovatif yang mengacu pada kurikulum 2013 yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inovatif Dalam Sub Tema 2 Kegiatan Siang Hari Mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar”. Model pembelajaran inovatif ini akan membantu siswa dalam mempelajari konsep materi dalam pembelajaran dengan menarik, menyenangkan, dan bermakna, khususnya dengan menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan Problem Based Learning (PBL). Dengan demikian, pengembangan pembelajaran inovatif yang mengacu pada kurikulum 2013 ini akan membantu guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran dan menambah wawasan guru dalam melakukan pembelajaran inovatif yang mengacu pada kurikulum SD.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub Tema 2 kegiatan siang hari mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

(21)

5 D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat menambah pengalaman dalam hal mengembangkan perangkat melalui penelitian Research and

Development (R&D) yang dapat dijadikan bahan informasi, acuan, dan

bahan masukan dalam ilmu pengetahuan. 2. Bagi guru

Penelitian ini bermanfaat menambah referensi terbaru dalam mengembangkan pelajaran Sub Tema 2 kegiatan siang hari mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

3. Bagi sekolah

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pendidik melalui metode dan cara pengajaran yang baru.

4. Bagi Prodi PGSD

Menambah bahan pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma untuk pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub Tema 2 kegiatan siang hari mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

E. Batasan Istilah

1. Pembelajaran inovatif merupakan suatu kegiatan pembelajaran dalam kaitannya dengan langkah-langkah yang dirancang secara berbeda dengan umumnya atau dengan pembaharuan metode yang digunakan. 2. Perangkat pembelajaran inovatif merupakan sebuah perangkat yang

(22)

6

3. Kurikulum SD 2013 merupakan seperangkat rencana dan cara yang telah ditetapkan sebagai tindak lanjut dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diperbaharui sesuai dengan kebutuhan siswa saat ini pada ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

4. Model pembelajaran inovatif Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan suatu cara untuk mendampingi siswa dalam pengembangan menjadi pribadi kemanusiaan sesuai dengan kepribadiannya yang secara menyeluruh melalui pendampingan secara langsung.

5. Model pembelajaran inovatif Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran dengan melatar belakangi permasalahan sehari-hari ataupun yang ada disekitar kita yang harus dipecahkan dengan beberapa konsep yang tercakup dalam pelajaran.

F. Spesifikasi produk yang dikembangkan

Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:

1. Cover

Cover depan produk terdiri dari judul Perangkat Pembelajaran Inovatif Dalam Sub Tema 2 Kegiatan Siang Hari Mengacu Kurikulum 2013 Untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar; logo universitas; nama penulis; keterangan yang berisi program studi yaitu Pendidikan Guru Sekolah Dasar; jurusan yaitu Ilmu Pendidikan; Fakultas yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan; Universitas yaitu Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; tahun pembuatan, yaitu 2019. Cover belakang berisi sinopsis dan biodata singkat penulis.

2. Ukuran kertas

(23)

7 3. Format penulisan

Produk ditulis menggunakan theme font “times new roman” dengan spasi 1,5 supaya setiap bagian dalam RPP terlihat jelas.

4. Kata pengantar

Kata pengantar terdiri dari ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa; penjelasan kerangka berpikir seputar pembelajaran inovatif; ucapan terimakasih kepada pihak yang membantu dan terlibat dalam penyusunan produk; dan kesediaan penulis menerima kritik dan saran terkait dengan produk yang dikembangkan.

5. Daftar isi

Daftar isi terdiri dari garis besar isi buku beserta nomor halaman. 6. Perangkat pembelajaran program tahunan untuk kelas I SD semester

gasal dan genap. Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen yang ada dalam penyusunan program tahunan adalah identitas (muatan pelajaran, kelas, tahun pelajaran) dan format isian (tema, sub tema, dan alokasi waktu).

7. Perangkat pembelajaran program semester untuk kelas I SD semester gasal. Program semester merupakan jabaran dari program tahunan yang disusun berdasarkan hasil analisis hari efektif dan program pembelajaran tahunan. Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester ini.

8. Perangkat pembelajaran silabus untuk kelas I SD semester gasal tahun 2018/2019. Silabus merupakan garis besar dari program pembelajaran yang dapat diamati mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

(24)

8

dan tujuan pembelajaran; 4) pendekatan, tipe, model dan metode; 5) alat dan bahan serta sumber belajar; 6) langkah pembelajaran; 7) penilaian; 8) rangkuman materi; 9) lampiran yang berisi lembar literasi, LKS, media, dan rubrik penskoran. Dalam satu subtema terdapat enam pembelajaran, sehingga menghasilkan enam pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

10. Model pembelajaran. Peneliti menggunakan 2 model pembelajaran dalam penelitian ini yaitu:

a. Model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Digunakan pada pembelajaran ke 2, 3, dan 6.

b. Problem Based Learning (PBL)

Digunakan pada pembelajaran ke 1, 4, dan 5.

11. Terdapat pendekatan scientific yang merupakan pendekatan yang dilakukan melalui proses ilmiah dimana siswa akan mempelajari secara langsung dalam proses mendapatkan ilmu.

12. Dikemas dalam pembelajaran terpadu yang mempunyai karakteristik berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas, bersifat fleksibel, dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain yang menyenangkan. 13. Penguatan pendidikan karakter memuat aspek spiritual dan aspek

sosial yang diintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran dalam bidang studi. Materi yang diberikan berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan dan dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

14. Menerapkan High Order Thinking Skill (HOTS) dimana siswa akan berpikir dalam level tingkat tinggi sesuai dengan Taksonomi Bloom yang sudah direvisi yaitu C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), C6 (membuat/mencipta).

(25)

9

instrumen penilaian yang memuat soal dan kunci jawaban, pedoman observasi, dan cara penilaian.

(26)

10 BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Karakteristik Kurikulum 2013

Fadlillah (2014: 13) menyatakan bahwa kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan dimana kurikulum ini sebagai ujung tombak bagi terlaksanya kegiatan pendidikan. Kurikulum ini sangat penting bagi pendidikan, sebab kurikulum merupakan salah satu penentu kunci keberhasilan dalam upaya untuk menggapai tujuan pendidikan. Menurut Saylor dalam Rusman (2011: 3), mengartikan bahwa kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa agar dapat belajar, baik dalam ruangan kelas maupun di luar sekolah. Sementara itu, Alberty dalam Rusman (2011: 3) memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan sebuah wadah dari segala kegiatan dan upaya untuk mendorong siswa agar belajar serta mencapai tujuan pendidikan. Dari adanya kurikulum ini siswa mendapat pengalaman yang bermakna dalam mendapatkan pembelajaran. Kurikulum yang berlaku di Indonesia untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) saat ini yaitu kurikulum 2013.

(27)

11

baik dan dapat siap untuk mengahadapi masalah dan tantangan di masa yang akan datang.

Fadlillah (2014: 175), menyatakan bahwa dalam kurikulum terdapat karakteristik yang menjadi pembeda dengan kurikulum lain yang ada. Karakteristik tersebut yaitu:

a. Pendekatan pembelajaran menggunakan pendekatan

Scientific dan tematik-integratif. Di Indonesia, pembelajaran

saintifik direkomendasikan untuk digunakan di setiap mata pelajaran dan pada semua jenjang pendidikan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah. Pendekatan Scientific yaitu pendekatan yang dilakukan melalui proses ilmiah dimana siswa akan mempelajari secara langsung dalam proses mendapatkan ilmu. Menurut Daryanto (2014:51), pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

(28)

12

a) Mengamati (observing)

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

b) Menanya (questioning)

Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas, dan belajar sepanjang hayat.

c) Menalar (associating)

(29)

13

maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

d) Mencoba (experimenting)

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.

e) Mengkomunikasikan (communicating)

Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

(30)

14

pada pembelajaran akan dibuat per-tema dengan mengacu pada karakteristik peserta didik dan dilaksanakan secara integrasi (satu tema dengan yang lainnya). Maka dari itu akan terjadi keterpaduan antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang didapat.

b. Kompetensi lulusan, ditentukan dari teori tentang taksonomi tujuan pendidikan yang dikenal luas di kalangan para ahli. Capaian pembelajaran menurut taksonomi ini dikelompokan dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penerapan teori ini dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Ketiga ranah tersebut diharapkan dapat berjalan secara seimbang dan setelah selesai menempuh bangku pendidikan peserta didik mempunyai kemampuan hard skill dan soft skill yang mumpuni.

c. Penilaian, pada kurikulum 2013 dalam pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic

assessment). Dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013

tentang Standar Penilaian Pendidikan, arti penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komperhensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran

(output) pembelajaran. Sunarti (2014: 27) menyatakan bahwa

(31)

15

pencapaian belajar peserta didik. Dari penilaian itulah guru dapat mengetahui proses yang dilakukan siswanya dan dengan begitu kemampuan siswa akan terpantau dengan akurat.

Selain hal tersebut, karakteristik kurikulum 2013 mengembangkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS). Menurut Saputra (2016: 91), HOTS merupakan suatu proses berpikir anak didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving Krulik dan Rudnick (1998), Taksonomi Bloom (1956), dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian dari Anderson dan Krathwohl (2001). Menurut Yani (2014: 73), kurikulum 2013 mengembangkan berpikir tingkat tinggi sesuai dengan Taksonomi Bloom yang sudah direvisi yaitu C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), C6 (membuat/mencipta). Siswa akan dianggap berhasil apabila memiliki kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan membuat/mencipta. Dari hasil berpikir tingkat tinggi siswa akan menemukan tantangan baru dalam memperoleh informasi. Kemampuan tersebut akan melibatkan aktivitas mental dalam mengeksplorasi pengalamannya, sehingga siswa dapat memecahkan masalah dengan berpedoman pada materi pembelajaran yang didapatkan.

2. Keterampilan Dasar Belajar Abad 21

(32)

16

kemampuan kolaborasi dan kemampuan berkomunikasi, serta kemampuan berpikir kritis (dalam Abidin, 2014: 8).

Menurut Trilling (2009: 48), fokus kompetensi pembelajaran abad ke-21 adalah keterampilan dalam menguasai media, informasi, dan teknologi atau TIK (dalam Abidin, 2014: 10). Keterampilan ini menghendaki siswa untuk melek informasi, media, dan TIK. Sejalan dengan hal itu, Kemdikbud merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan bekerjasama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Litbang Kemdikbud, 2013 dalam Daryanto, 2017: 2). Menurut Abidin (2015: 4), pendidikan abad 21 adalah pendidikan yang kritis dalam intelektual, kreatif dalam pemikiran, etis dalam pergaulan, dan berkarakter dalam kehidupan.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan abad 21 adalah suatu keterampilan dalam pendidikan dimana siswa dituntut kritis, kerja keras, tangguh, handal, disiplin, dan tidak pernah menyerah mencari sumber informasi melalui berbagai media dimana teknologi masih terus berkembang. Dalam abad 21, pendidik juga harus mengimbangi peserta didik, hal ini dikarenakan tuntutan penggunaan IT yang semakin meluas. Siswa membutuhkan suatu pembelajaran yang membuat mereka tertarik untuk dilakukan dan diamati secara langsung. Untuk itu kurikulum yang digunakan sangat berpengaruh dengan tantangan pada abad ke-21 ini, tidak hanya pada IT tetapi pada fenomena yang terjadi di lapangan.

(33)

17

ada lebih banyak hal yang harus dipelajari daripada yang pernah terjadi dalam sejarah planet ini, dan pengetahuan yang semakin eksponensial. Mengingat pembelajaran dan kemudian menyebutkannya kembali sudah tidak cukup lagi. Para siswa tidak hanya perlu mendapatkan keterampiln abad ke-21, misalnya, yang mencakup 3R (reading, writing, and arithmetic), namun lebih jauh lagi dari itu, maka penting bahwa kurikulum itu relevan dan bermakna untuk memastikan bahwa para siswa mencapai potensi pembelajaran mereka secara penuh, juga kultur penilaian perlu diganti dengan kultur belajar.

Menurut Yani dan mamat (2018: 44), abad ke-21 juga

menyinggung tentang pendidikan “karakter” dengan indikator pada

kesadaran global, kesadaran ekonomi dan bisnis, literasi wirausaha, literasi kewarganegaraan, literasi kesehatan, dan literasi lingkungan. Kurikulum 2013 mengadopsi pendidikan karakter dari yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan Tahun 2010. Nilai karakter yang dikembangkan ada 18 butir yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan atau nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Untuk itu pentinglah kurikulum 2013 ini dilaksanakan agar bisa menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini.

Sebagaimana kompetensi abad ke-21 yang meliputi keterampilan hidup dan karier; keterampilan inovasi dan belajar yang kemudian dikenal dengan istilah 4C, yang meliputi:

a. Critical thinking and problem solving skill. Berpikir kritis

(34)

18

membuat pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antar sistem. Menurut Ruland (2003:1-3), berpikir kritis selalu mengacu dan berdasar kepada suatu standar yang disebut standar intelektual yang bersifat universal. Intelektual standar adalah standarisasi dalam berpikir kritis yaitu kejelasan

(clarity), akurat, teliti, keseksamaan (accurary), kecepatan

(precision), relevansi, keterkaitan (relevance), dan kedalaman

(depth).

b. Communication skill. Kompetensi komunikasi adalah

kemampuan seseorang dalam berkomunikasi. Kompetensi komunikasi meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang sesuai dalam mengelola pertukaran pesan verbal dan nonverbal berdasarkan patokan-patokan tertentu. Tuntutan siswa untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia.

c. Collaboration skill. Kolaborasi adalah bentuk interaksi sosial

yaitu aktivitas kerjasama yang ditunjukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami tugasnya masing-masing. Dalam kolaborasi melibatkan pembagian tugas, dimana setiap orang mengerjakan pekerjaannya sesuai tanggung jawabnya demi tercapainya tujuan bersama. Siswa menunjukan kemampuan dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif satu sama lain, menempatkan empati pada tempatnya, dan menghormati perspektif yang berbeda.

d. Creativity and innovation skill. Kreativitas atau daya cipta

(35)

19

meninggalkan perlakuan yang bersifat menyamakan semua siswa tetapi lebih bersikap individual.

3. Perangkat Pembelajaran

Perangkat adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk, dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pencapaian kegiatan yang diinginkan. Sementara pembelajaran adalah proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki (Sanjaya, 2010: 26). Menurut Zuhdan, dkk (2011: 16), perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Dari pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran merupakan suatu perlengkapan yang digunakan guru untuk melakukan pengajaran, dimana bahan, alat, media, petunjuk, dan pedoman menjadi hal yang berguna dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Dalam perangkat pembelajaran terdapat berbagai jenisnya, perangkat pembelajaran yang dimaksudkan adalah Prota (Program Tahunan), Prosem (Program Semester), Silabus, RPPTH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian).

a. Program Tahunan dan Semester

(36)

20

Menurut Marno (2014: 165), penyusunan program pembelajaran selama tahun pelajaran dimaksudkan agar keutuhan dan kesinambungan program pembelajaran atau topik pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam dua semester tetap terjaga. Berdasarkan pendapat para ahli, program tahunan merupakan rencana umum program pembelajaran yang dilaksanakan dalam satu tahun atau dua semester yang dibuat setiap awal tahun ajaran. Komponen yang berada dalam program tahunan yaitu identitas (berisikan muatan pelajaran, kelas, tahun pelajaran) dan format isian (berisikan tema, sub tema, dan alokasi waktu).

Menurut Marno (2014: 166), penyusunan program semester didasarkan pada hasil analisis hari efektif dan program pembelajaran tahunan. Menurut Mulyasa (2013: 68), program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli, program semester merupakan penjabaran dari program tahunan yang hendak dilaksanakan dalam satu semester.

b. Silabus

(37)

21

adalah salah satu produk nyata yang dapat diamati sebagai hasil dari aktivitas pengembangan kurikulum. Dari pendapat para ahli tersebut dapat diartikan bahwa silabus merupakan produk nyata berupa rencana pembelajaran dari program pembelajaran untuk peserta didik yang mencangkup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Komponen yang biasanya ada dalam silabus yaitu: identitas (mata pelajaran, kelas, semester, waktu), kompetensi dasar, indikator hasil belajar, kegiatan belajar, sarana/ sumber, dan penilaian (bentuk/teknik), dimana penyajiannya dalam bentuk uraian naratif dan matriks (Kurniawan, 2014: 116). Dalam pengembangan silabus ini harus memperhatikan prinsip-prinsipnya antara lain ilmiah, memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa, sistematis, relevan, konsisten, dan cukup (Marno, 2014: 169). Untuk itu pembuatan silabus harus diperhatikan dengan seksama. Penggunaan silabus ini berguna sebagai acuan atau secara tidak langsung merupakan garis besar dalam pembelajaran.

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(38)

22

pembelajaran. Menurut Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, disebutkan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah detail rencana aktivitas pembelajaran untuk mencapai satu KD tertentu atau gabungan KD apabila dalam pembelajaran terpadu (Kurniawan, 2014: 122). Dari pendapat para ahli tersebut dapat diartikan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran yang detail dalam suatu kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pendidik secara langsung bertatap muka dengan peserta didik.

(39)

23

(5) penjabaran jenis penilaian; (6) menentukan alokasi waktu; (7) menentukan sumber belajar.

Dalam istilah Suparan (dalam Prastowo, 2015: 170), unsur A, B, C, D berasal dari empat kata sebagai berikut: A

(Audience), B (Behavioral), C (Condition), D (Degree).

A = Audience adalah peserta didik yang akan belajar. B =

Behavior adalah perilaku yang spesifik yang akan

dimunculkan oleh peserta didik setelah selesai proses belajarnya dalam pelajaran tersebut. Perilaku ini terdiri atas dua bagian penting, yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja menunjukkan bagaimana peserta didik mendemonstrasikan sesuatu, seperti menyebutkan, menjelaskan, menganalisis, menggergaji, dan melompat. Objek menunjukkan apa yang akan didemonstrasikan itu, misalnya, definisi demokrasi, cara menganalisis tumbuhan monokotil menjadi komponen dasarnya, dan gaya gravitasi.

C = Condition. Komponen ketiga dalam indikator adalah C

(Condition). C adalah kondisi, yang berarti batasan yang

dikenakan pada peserta didik atau alat yang digunakan peserta didik pada saat ia di tes.

D = Degree adalah tingkat keberhasilan peserta didik dalam

(40)

24 4.Pembelajaran Inovatif

a. Hakikat pembelajaran inovatif

Menurut Suyatno (2009: 6), pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional) (Nurdin dan Hamzah, 2015: 106). Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar belajar.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan jika pembelajaran inovatif merupakan suatu kegiatan pembelajaran dalam kaitannya dengan langkah-langkah yang dirancang secara berbeda dengan umumnya atau dengan pembaharuan metode yang digunakan.

b. Karakteristik pembelajaran inovatif

Suyatno (2009: 3) berpendapat, karakteristik dalam pembelajaran inovatif adalah:

1) Berpusat pada siswa.

(41)

25 2) Berbasis masalah.

Pembelajaran hendaknya dimulai dari masalah-masalah aktual, otentik, relevan, dan bermakna bagi siswa. Dengan pembelajaran yang dimulai dari masalah, siswa belajar suatu konsep dan prinsip sekaligus memecahkan masalah. Dengan demikian, sekurang-kurangnya ada dua hasil belajar yang dicapai, yaitu jawaban terhadap masalah (produk) dan cara memecahkan masalah (proses).

3) Terintegrasi.

Di dalam inovasi pembelajaran, pendekatan terintegrasi lebih diharapkan daripada pendekatan disiplin ilmu. Kelemahan pendekatan disiplin ilmu adalah siswa tidak dapat melihat sistem, mereka akan terkotak pada satu disiplin.

4) Berbasis masyarakat.

Di masyarakat, segala bahan pembelajaran tersedia dari ilmu sosial sampai pada ilmu eksakta. Masyarakat juga merupakan cermin pembaharuan karena masyarakat selalu mengikuti perubahan zaman. Jadi pembelajaran inovatif tentunya harus berbasis masyarakat.

5) Memberikan pilihan.

Pembelajaran harus menyediakan alternatif yang dipilih oleh siswa. Proses belajar adalah proses aktif yang harus dilakukan oleh siswa. Keharusan menyediakan pilihan juga berkaitan dengan karakteristik substansi ilmu yang disampaikan dan pengaruh strategi yang digunakan terhadap retensi siswa.

6) Tersistem.

(42)

26

prosedural, memiliki langkah-langkah yang harus dilakukan secara sekuensial sebelum dapat menuntaskannya dengan baik.

7) Berkelanjutan.

Setiap proses pembelajaran yang dilakukan meletakan dasar bagi pembelajaran berikutnya. Setiap konsep yang diperoleh pada pembelajaran sebelumnya harus dirangkai dengan kontinyu (berkelanjutan) dengan konsep baru yang diperoleh sehingga membentuk jalinan konsep di dalam benak seseorang.

c. Keunggulan pembelajaran inovatif

Menurut Tegeh (2016: 2541-2361), dari pembelajaran inovatif ini diperoleh dampak:

1) Pembelajaran yang dilakukan akan berubah dari berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada siswa. 2) Dari pembelajaran yang dilakukan, dapat membangun

pengetahuan siswa lewat transfer pengetahuan.

3) Dari pembaruan pembelajaran yang dilakukan, siswa memperoleh pengalaman baru dan berkesan.

4) Dari konsep yang diajarkan membuat siswa disiapkan untuk siap menghadapi abad belajar.

Dari dampat tersebut dapat disimpulkan jika pembelajaran inovatif lebih sesuai dengan kondisi siswa saat ini dan pembelajaran inovatif ini sejalan dengan apa yang ada di kurikulum 2013.

d. Model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

(43)

27

digunakan guru dalam mendampingi siswa sehingga siswa dapat berkembang menjadi pribadi yang utuh. Menurut tim redaksi Kanisius (2008: 39), Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah pola pikir dalam menumbuh kembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kemanusiaan. Menurut Subagya (2010: 9), pedagogi merupakan suatu cara seseorang pendidik menemani peserta didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kepribadiannya. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah cara untuk mendapingi siswa dalam pengembangan menjadi pribadi kemanusiaan sesuai dengan kepribadiannya yang secara menyeluruh melalui pendampingan secara langsung.

Dalam hal ini pendidik melakukan pendampingan terhadap siswa yang diharapkan dapat mengalami secara langsung, yakin terhadap diri sendiri, dan memiliki keinginan untuk berjuang. Dalam PPR tujuan seluruh pendidikan adalah agar menjadi manusiaia yang utuh. Siswa yang hanya pandai dan mendapat nilai tinggi tetapi kalau dia egois, tidak rela membantu orang lain, dan tidak mau hidup bersama dengan temannya, dianggap belum menjadi manusia penuh dan utuh. Keutuhan pribadi bagi Pedro Arrupe adalah bernuansa integrasi, yaitu peka dan rela membantu dan hidup bersama oranglain (Suparno, 2015: 18).

Oleh Kovenbach (dalam Subagya, dkk, 2010: 23), tujuan manusia utuh dalam pendidikan itu diterjemahkan dalam rumusan 3C berikut: menguasai ilmu pengetahuan/ keterampilan (competence), mempunyai hati nurani

(conscience), dan mempunyai kepekaan untuk berbuat baik

(44)

28

1) Competence (ilmu pengetahuan)

Competence berarti menguasai ilmu pengetahuan/

keterampilan sesuai bidangnya. Secara sederhana siswa telah mendalami dan mengolah bahan yang dipelajari, siswa menjadi kompeten dalam bidang tersebut. Secara kognitif, siswa menguasai bahannya, dapat menjelaskan bahan tesebut dengan benar, dan secara lebih mendalam siswa juga dapat melakukan sesuatu hal yang berkaitan dengan bidangnya tersebut.

2) Conscience (hati nurani)

Conscience berarti mempunyai hati nurani yang dapat

membedakan baik dan tidak baik. Selain mengetahui dan mempunyai kompetensi dalam bidangnya, siswa juga berkembang kompetensinya dalam hal membedakan baik dan tidak baiknya bidang tersebut, serta mempunyai kemampuan mengambil keputusan dengan benar. Secara sederhana, siswa dapat menganalisis segi baik dan buruknya bahan yang dipelajari, mengerti alasan moral dibaliknya, dan hatinya tergerak untuk memilih yang baik dari hal-hal yang dipelajari.

3) Compassion (kepedulian)

Compassion berarti siswa mempunyai kepekaan untuk

(45)

29

Menurut Suparno (2015:11-12), Paradigma Pedagogi Reflektif sebenarnya suatu pedagogi pembelajaran atau pendidikan yang diambil alih dari suatu pendekatan Latihan Rohani (retret pribadi), yaitu usaha orang yang retret untuk dapat mengenal kehendak Tuhan dan berjumpa dengan Tuhan sendiri. Gallagher dan Musso mengungkapkan, PPR sebagai seni menajar dan cara belajar yang diambil dari Latihan Rohani St. Ignatius (2006). Dalam proses usaha bertemu dengan Tuhan itu seseorang yang retret dibantu oleh pembimbing retret. Tanpa keaktifan peserta retret untuk menemukan Tuhan, maka ia tidak akan menemukan apapun. Sedangkan pembimbing retret lebih membantu saja, sebagai

fasilitator. Hubungan antara si retretan dan pemimbing adalah

dialogis, sehingga si retretan dapat lebih terbuka untuk dibantu

maju.

Model pembelajaran dan bimbingan dalam retret oleh PPR diambil alih dalam bidang pengajaran dan pendidikan ilmu pengetahuan dan nilai di Perguruan Tinggi. Dalam lingkup Perguruan Tinggi, si retretan adalah mahasiswa yang sedang belajar. Sedangkan yang dicari adalah ilmu pengetahuan,

keterampilan, atau nilai hidup yang dipelajari. Sedangkan

pembimbingnya adalah dosen atau pendidik. Oleh karena itu PPR sejalan dengan kurikulum 2013, kesamaan untuk mewujudkan siswa yang aktif dan mau berproses melalui usaha, agar nantinya siswa terbiasa untuk mencari pengetahuan. Apabila dalam lingkup Sekolah Dasar (SD), si retretan adalah siswa yang sedang belajar dan pembimbing adalah guru kelas.

(46)

30

pembelajaran yaitu melihat konteks, dan dibantu oleh unsur setelah pembelajaran dengan evaluasi. Maka secara garis besar PPR mempunyai dinamika sebagai berikut: (1) konteks, (2) pengalaman, (3) refleksi, (4) aksi, dan (5) evaluasi. Dinamika itu dapat digambarkan seperti gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1. Dinamika PPR

1) Konteks

(47)

31

“dengan siapa” berinteraksi, “bagaimana” latar belakang dan “seperti apa” lingkungan tempatnya berinteraksi, “apa” yang diharapkan muncul dari interaksi tersebut, serta “mengapa” mengikuti kuliah ini. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran PPR ini diperlukan konteks agar guru dapat mengerti konteks yang terkait dengan siswa dalam proses pembelajarannya, karena jika konteks yang diberikan sesuai maka siswa akan lebih mudah memahami materi yang diberikan.

2) Pengalaman

(48)

32

yang didapatkan secara langsung, yang dapat dipetik untuk dirinya sendiri.

3) Refleksi

Langkah yang sangat penting dalam dinamika PPR adalah refleksi. Dalam tahap refleksi, mahasiswa dibantu untuk menggali pengalaman mereka sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, dan mengambil makna bagi hidup pribadi, hidup bersama, dan hidup kemasyarakatan (Suparno, 2015: 28). Refleksi berarti mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai hakiki dari apa yang dipelajari (P3MP dan LPM Universitas Sanata Dharma, 2008: 13). Dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa refleksi adalah kegiatan menggali kembali informasi atau nilai-nilai yang didapatkan untuk mendapatkan makna yang seluas-luasnya dari apa yang telah dipelajari.

4) Aksi

(49)

33

pengalaman) dan manifestasi lahiriahnya (perwujudan nyata) yang dapat dipertanggungjawabkan. Dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa aksi adalah tindakan yang direalisasikan setelah kegiatan refleksi, dimana tindakan itu harus dapat dipertanggungjawabkan.

5) Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan untuk melihat secara keseluruhan bagaimana seluruh proses PPR itu terjadi dan berkembang. Dapat terjadi prosesnya tidak berjalan lancar, sehingga hasilnya memang tidak kelihatan. Bisa jadi ketidaklancaran karena konteks mahasiswa kurang diperhatikan oleh dosen, sehingga mahasiswa tidak sungguh mengalami sesuatu yang mendalam, tetapi hanya menghafalkan atau asal melakukan sesuatu (Suparno, 2015: 40). Dalam pedagogi ignasian, evaluasi tidak hanya dilakukan pada aspek akademis mahasiswa tetapi juga pada aspek kemanusiaan. Evaluasi dilaksanakan secara integratif untuk mendorong dosen dan mahasiswa memperhatikan pertumbuhan intelektual, sikap, dan tindakan-tindakan yang selaras dengan prinsip men and women for and with others (P3MP dan LPM Universitas Sanata Dharma, 2008: 19). Dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa evaluasi dilakukan oleh guru maupun siswa baik dalam proses keberhasilan atau kegagalan dalam pembelajaran maupun akademisnya.

Kelebihan–kelebihan PPR (Tim Redaksi Kanisius, 2008: 58):

1) Dari segi integrasi:

(50)

34

b) Tidak terhambat kurikulum baru, para pengawas, atau Diknas;

c) Mengajarkan dan melatihkan nilai-nilai kristiani 42 jam per minggu.

2) Dari segi pengalaman, refleksi, dan aksi:

a) Tidak terlalu banyak aturan, banyak sanksi, dan macam-macam pemaksaan seperti lazim di sekolah lain;

b) Pendidikan yang otentik.

3) Dari segi pendidikan kristiani/pendidikan kemanusiaan: a) Ciri khas sekkolah Kristen/Katolik dapat

diwujudkan dalam kegiatan kelas sehari-hari;

b) Menjadikan keunggulan sekolah yang tidak dapat diungguli sekolah lainnya.

4) Dampak lain.

a) Menambah calon siswa dalam PSB. b) Lebih mudah menepis isu kristenisasi.

Dari kelebihan tersebut dapat disimpulkan jika PPR baik untuk diterapkan dalam pembelajaran siswa. Dalam penggunaannya dapat dipadukan dengan kurikulum terbaru saat ini dan semakin memperkuat aspek kemanusiaan pada siswa sejak dini.

e. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Duch (dalam Shoimin, 2014: 130), Problem Based

Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

(51)

35

Masalah (PBM) merupakan pengembangan secara stimulan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam berperan aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik. Menurut Sani (2014: 127),

Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang

penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog.

(52)

36

a) Non-algoritmik yaitu proses berpikir yang tidak sistematis, tidak tahap demi tahap, tidak linier, divergen, menuju beberapa target tujuan sekaligus. b) Kompleks artinya, dapat dilihat dari sudut pandang

manapun.

c) Jawaban multi solusi.

d) Bernuansa judgment dan interpretasi. e) Multikriteria.

f) Melibatkan self regulation proses berpikir. g) Melibatkan penentuan makna.

h) Melibatkan keditakpastian. i) Melibatkan banyak usaha.

Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (dalam Shoimin, 2014: 130), karakteristik dari Problem Based

Learning (PBL) yaitu:

a) Learning in student-centered

Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori kontruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.

b) Authentic problems form the organizing focus for

learning

Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkan dalam kehidupan profesionalnya nanti.

c) New information is acquired through self-directed

learning

(53)

37

prasyaratnya sehingga siswa berusaha mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.

d) Learning occurs in small groups

Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, PBL dilaksanakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.

e) Teachers act as facilitators

Pada pelaksanaan PBL, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Meskipun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai.

(54)

38

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning

No. Fase Kegiatan Guru

1. Memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik

Menyajikan permasalahan,

membahas tujuan

pembelajaran, memaparkan kebutuhan logistik untuk pembelajaran, memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif

2. Mengorganisasikan peserta didik untuk penyelidikan

Membantu peserta didik dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar/penyelidikan untuk menyelesaikan permasalahan 3. Pelaksanaan investigasi Mendorong peserta didik

untuk memperoleh informasi yang tepat, melaksanakan penyelidikan, dan mencari penjelasan solusi

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil

Membantu peserta didik untuk merencanakan produk yang tepat dan relevan, seperti laporan, rekaman video, dan sebagainya untuk keperluan penyampaian hasil 5. Menganalisis dan

mengevaluasi proses penyelidikan

Membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses yang mereka lakukan

(55)

39

diharapkan dilakukan peserta didik. Tak kalah penting pada tahap ini adalah guru menyampaikan makna dari pembelajaran berbasis masalah (Suprijono, 2016: 205).

Tahap kedua, mengorganisasikan peserta didik belajar. Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahan yang hendak diinvestigasi. Dalam fase ini penting juga dilakukan guru adalah mengembangkan keterampilan kolaborasi, membantu peserta didik merencanakan tugas investigasi dan pelaporannya (Suprijono, 2016: 206).

Tahap ketiga, membantu investigasi mandiri dan kelompok (pelaksanaan investigasi). Guru mendorong peserta didik mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, menguji hipotesis, dan mencari penjelasan serta solusi (Suprijono, 2016: 206).

Tahap keempat, mengembangkan dan mempresentasikan dan memamerkan hasil kerja. Artefak yang dimaksud tidak sekedar laporan tertulis hasil investigasi. Termasuk artefak adalah rekaman video yang memperlihatkan situasi bermasalah dan solusi yang diusulkan. Setelah artefak dikembangkan guru mengorganisasian peserta didiknya mengadakan pameran (Suprijono, 2016: 207).

(56)

40

Dalam penggunaannya, Problem Based Learning (PBL) mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Shoimin (2014: 132), kelebihan PBL yaitu:

a) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata.

b) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.

c) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi.

d) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.

e) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi.

f) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.

g) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching. Menurut Shoimin (2014: 132) kekurangan dalam PBL yaitu:

a) PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran. Ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.

(57)

41 B. Penelitian yang Relevan

Yunanto. (2015). Melakukan penelitian mengenai pengembangan perangkat pembelajaran sub tema kegiatan malam hari mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas satu (I) sekolah dasar. Tujuan: untuk mengembangkan perangkat pembelajaran sub tema “kegiatan malam hari” mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (I) sekolah dasar dan untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur perangkat pembelajaran

sub tema “kegiatan malam hari” mengacu kurikulum 2013 untuk siswa

kelas satu (I) sekolah dasar. Hasil analisis: perolehan skor rerata produk yang telah di validasi oleh pakar kurikulum 2013 dan dua guru kelas 1 Sekolah Dasar (SD) yaitu 4,27. Kesimpulan: berdasarkan hasil skor tersebut menunjukan bahwa kualitas perangkat pembelajaran yang mengacu kurikulum 2013 sub tema “kegiatan malam hari” mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (I) sekolah dasar memiliki

kualitas “sangat baik” ditinjau dari (1) identitas RPPTH, (2) perumusan

indikator, (3) perumusan tujuan pembelajaran, (4) pemilihan materi ajar, (5) pemilihan sumber belajar, (6) pemilihan media belajar, (7) metode pembelajaran, (8) skenario pembelajaran, (9) penilaian, (10) lembar kerja siswa, dan (11) bahasa.

(58)

42

dengan karakteristik siswa serta mengintegrasikan metode dan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan karakter, motivasi, dan prestasi siswa efektif dan memudahkan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kesimpulan: (1) produk perangkat pembelajaran tematik integratif yang dikembangkan secara umum layak digunakan sebagai sumber belajar untuk kelas II SD. Hal ini dapat dilihat dari hasil validasi ahli materi dan ahli media pembelajaran yakni silabus mendapat skor 65 kategori cukup baik, RPP mendapat skor 100 kategori baik, LKS mendapat skor 71 kategori baik, media mendapat skor 48 kategori sangat baik, dan soal tes prestasi belajar mendapat skor 61 kategori baik; (2) Produk yang dikembangkan memiliki keefektifan dalam peningkatan karakter, motivasi, dan prestasi belajar siswa. Hal ini ditinjau dari hasil pengamatan terhadap karakter dan motivasi serta hasil tes prestasi belajar pada tiap tahap uji coba produk.

Susilowati. (2018). Pengembangan Perangkat pembelajaran terpadu tipe Treaded untuk siswa kelas IV SD mengacu kurikulum 2013. Bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas produk perangkat pembelajaran terpadu tipe Threaded untuk siswa kelas IV SD mengacu kurikulum 2013. Hasil analisis: Dari keseluruhan hasil validasi yang dilakukan oleh pakar pembelajaran terpadu dan guru kelas IV SD pelaksana kurikulum 2013 didapatkan skor rata-rata 4,26 dengan kategori “sangat baik”. Kesimpulan: Kualitas perangkat pembelajaran terpadu tipe Threaded untuk siswa kelas IV di sekolah dasar menurut pakar pembelajaran terpadu (A) termasuk

dalam kategori “sangat baik” dan kualitas perangkat pembelajaran terpadu

tipe Threaded untuk siswa kelas IV menurut guru sekolah dasar melalui uji coba terbatas, guru kelas IV SD (A) memberikan skor 4,03 dengan kategori “baik” dan guru kelas IV SD (B) memberikan skor 4,15 dengan

kategori “baik”.

(59)

43

dilakukan sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, pada kebutuhan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Relevansi dari pemaparan penelitian yang pernah dilakukan yaitu:

Gambar 2.2 Penelitian yang relevan

C. Kerangka Berpikir

(60)

44

mempunyai peran penting dalam mutu pendidikan. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk mengembangkan materi yang akan diberikan, dimana pembelajaran inovatif dirasa sangat perlu untuk digunakan demi kemajuan proses belajar peserta didik. Perangkat pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013 ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan mengajar. Untuk mengembangkan pembelajaran inovatif, perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai acuan melaksanakan kegiatan belajar mengajar tentu diperlukan.

Perangkat belajar yang dibuat harus disesuaikan dengan pembelajaran inovatif yang mengacu pada kurikulum 2013. Sementara guru belum mengetahui secara keseluruhan pembelajaran inovatif yang dimaksudkan. Dari hasil wawancara yang dilakukan, guru masih memerlukan waktu untuk menyesuaikan kurikulum 2013 dan dalam pembuatan perangkat pembelajaran guru mengalami kesulitan. Kurikulum 2013 yang mengharuskan guru membuat perangkat pembelajaran inovatif dengan berbagai model pembelajaran dan kurangnya referensi membuat guru belum menguasai lebih mendalam makna dalam pembelajaran inovatif serta model-modelnya. Guru membutuhkan contoh berupa perangkat pembelajaran inovatif dengan model pembelajaran yang inovatif, untuk itu peneliti menggunakan model pembeljaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan Problem Based Learning (PBL) karena sesuai dengan kebutuhan siswa akan pendidikan karakter yang bernuansa sosial, terdapat nilai-nilai kehidupan, dan keingintahuan siswa mengenai hal-hal yang ada disekitar, yang merujuk pada permasalahan dengan berbagai pertanyaan.

Gambar

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) ...............................      38
Gambar 2.1 Dinamika PPR .............................................................................
Gambar 2.1. Dinamika PPR
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini akan dilakukan kajian secara eksperimen tentang pengaruh kecepatan dan besarnya data yang dikirim terhadap performansi jaringan peer-to-peer

Perancangan dan Penerapan Alat Ukur Kecepatan Aliran Air Sungai pada Sungai Sebenarnya dengan Menggunakan Efek Doppler; Hendra Bagus Arie Wicaksana; 081910201031;

Analisis atas pencapaian kinerja pelaksanaan program dan kegiatan selama tahun 2013, sesuai dengan materi yang termuat pada Dokumen Penetapan Kinerja, Indikator

Terbanding 3, agama Islam, Pendidikan SD, Pekerjaan Tani, bertempat tinggal di Kabupaten Barito Timur, Selanjutnya disebut sebagai Turut Tergugat I/Turut

NANI dan APEL dirujuk dua kali (makna referensial), tetapi untuk membentuk struktur gramatikal yang benar, kita juga harus tahu apakah makna konteks linguistis itu mencakup hanya

Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sistem dapat mempersingkat waktu yang diperlukan dalam pemeriksaan setiap mahasiswa yang akan masuk ke ruang ujian dan pencatatan

Profesi sebagai polisi dalam dunia hukum tidak dapat dipisahkan dengan etika profesi polisi sebagai aparat penegak hukum dan aparat negara terkait dengan fungsi dari

Pada penelitian Kania (2013) tentang Determinan Pilhan Karir Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Diponegoro menghasilkan kesimpulan bahwa tingkatan mahasiswa dan