• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi kemandirian belajar pada siswa/siswi kelas VIII di SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap layanan bimbingan klasikal - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Deskripsi kemandirian belajar pada siswa/siswi kelas VIII di SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap layanan bimbingan klasikal - USD Repository"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA-SISWI SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA KELAS VIII TAHUN AJARAN

2013/2014 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Agus Wiji Yanto

NIM: 081114010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

DESKRIPSI KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA-SISWI SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA KELAS VIII TAHUN AJARAN

2013/2014 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Agus Wiji Yanto

NIM: 081114010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Masa depan adalah harapan, harapan untuk menuju sukses. Untuk menjadi orang

yang sukses dalam berkarir itu tidaklah mudah. Semua itu membutuhkan niat, usaha,

kemauan dan dukungan dari orang lain.

Berpikirlah positif untuk mewujudkan kesuksesanmu

Kesalahan yang sudah terjadi di masa lampau, tidaklah perlu untuk ditangisi dan

disesali.

Yang terpenting saat ini adalah berusahalah untuk meraih cita-cita…. SEMANGAT!!!!!!!!!!!!!

Karya ini saya persembahkan kepada orang-orang yang saya sayangi:

Orangtua saya, Bapak Yasak Budiyanto & Ibu Ngatirah

yang selalu mendukung dalam doa dan materi

Ayu Anggiani

yang menjadi sumber motivasi dan selalu mendampingi saya

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

DESKRIPSI KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA-SISWI SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA KELAS VIII TAHUN AJARAN

2013/2014 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

Oleh: Agus Wiji Yanto (081114010)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi kemandirian belajar siswa-siswi kelas VIII di SMP Joannes Bosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap layanan bimbingan klasikal. Jenis penelitian ini, merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei.

Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Jumlah subyek penelitian ini adalah 133 siswa dan siswi. Instrumen Penulisan ini berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh penulis dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Kuesioner yang disusun terdiri dari 41 item berdasarkan aspek-aspek kemandirian belajar oleh Mutadin yaitu tanggung jawab, percaya diri, disiplin, dan inisiatif.

Hasil kemandirian belajar di SMP Joannes Bosco Yogyakarta menunjukkan bahwa siswa-siswi kelas VIII, terdapat: 1) 75 siswa (56,39%) yang kemandirian belajarnya sangat tinggi, 39 siswa (29,32%) yang kemandirian belajarnya tinggi, 15 siswa (11,27%) yang kemandirian belajarnya cukup, dan 4 siswa (3%) yang kemandirian belajarnya rendah. Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa-siswi kelas VIII di SMP Joannes Bosco Yogyakarta memiliki sikap kemandirian belajar yang tinggi. 2) Berdasarkan analisis butir-butir kuesioner kemandirian belajar, nampak bahwa item-item yang mengungakap kemandirian belajar yang sangat tinggi ada 27 item, tinggi 7 item, dan cukup ada 6 item.

(9)

viii

ABSTRACT

DESCRIPTION OF STUDENTS IN LEARNING

OF THE EIGHTH GRADE STUDENTS ATSMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA IN 2013/2014 ACADEMIC YEARS AND THE

IMPLICATIONS FOR CLASSICAL GUIDANCE SERVICES

By: Agus Wiji Yanto (081114010)

This study aims to determine the description of students learning independence of the eighth grade students at SMP Joannes Bosco Yogyakarta in 2013/2014 academic years and its implications for classical guidance services. This type of research is a quantitative descriptive study using survey method.

The subjects of this study were the eighth grade students at SMP Joannes BoscoYogyakarta in 2013/2014 in academic years. The number of the subjects in this study is 133 both male and female students. This instrumenth in the form of questionnaire, compiled by the writer in consultation with the supervisor. The questionnaire consists of 41 items arranged on the aspects of learning independence byMutadinthat is responsibility, self-confidence, discipline, and initiative.

The results of students independent learning in SMP Joannes Bosco

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang

terlimpah, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar. Disadari bahwa

banyak pihak yang telah terlibat dalam membantu dan mendampingi penulis dalam

mengolah dan menyusun skripsi ini. Oleh karena itu secara khusus diucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin Penulisan.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin

untuk penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dra. M. J. Retno Priyani, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang

senantiasa berkenan membimbing saya dari awal hingga akhir ini dengan sabar.

4. Ibu Voni. S.Pd sebagai guru Bimbingan dan Konseling di SMP Joannes Bosco

Yogyakarta yang telah bersedia membantu dan mendampingi dalam

pengumpulan data Penulisan ini.

5. Siswa-siswi kelas VIII di SMP Joannes Bosco Tahun Ajaran 2013/2014 atas

bantuan dan kerja samanya sebagai responden yang bersedia mengisi instrumen

Penulisan ini, sehingga pengumpulan data dapat berjalan dengan lancar.

6. Orangtua saya Bapak Yasak Budiyanto dan Ibu Ngatirah yang telah memberikan

dukungan materi maupun doa, sehingga semua yang telah diberikan dapat

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

7. Saudara-saudara saya; Dwi Retno Asih (adik), dan Yuli Anita Sari (adik) yang

selalu menanyakan kapan saya selesai kuliah dan wisuda.

8. Ayu Anggiani yang telah memotivasi saya agar segera menyelesaikan skripsi ini

(11)
(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..………i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………ii

HALAMAN PENGESAHAN………..………iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASIError! Bookmark not defined. ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

(13)

xii

BAB II

KAJIAN TEORI ...7

A. Remaja... 7

B. Kemandirian Belajar ... 14

C. Bimbingan Klasikal... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...34

A. Jenis Penelitian... 34

B. Subjek Penelitian... 35

C. Instrumen Penelitian... 35

D. Pertanggung Jawaban Mutu Kuesioner... 38

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 42

F. Teknik Analisis Data... 43

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN...48

A. Hasil Penelitian ... 48

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 53

(14)

xiii

BAB V

PENUTUP………...………61

A. Kesimpulan….………..61

B. Saran….……….………...………...62

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1Kisi-kisi Kuesioner Kemandirian Belajar... 37

Tabel 2Rincian Item Valid dan Gugur………. 40

Tabel 3Kriteria Reabilitas Guilford………. 42

Tabel 4Norma Kriteria………. 44

Tabel 5Kategori yang Mengungkap Kemandirian Belajar……….. 46

Tabel 6Kategori Skor Item Kemandirian Belajar……… 47

Tabel 7Kategorisasi Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta………... 48

Tabel 8Kategori Item yang Mengungkap Kemandirian Belajar……….. 50

(16)

xv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1Hasil Analisis Kemandirian Belajar………. 50

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Angket Kemandirian Belajar……… 68 Lampiran 2Hasil Analisis Penelitian Melalui SPSS 16……….. 72 Lampiran 3 Usulan Topik Bimbingan Yang Meningkatkan Kemandirian Belajar

Siswa……….. 77

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini secara berurutan menguraikan latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa yang

mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial. Masa remaja pada umumnya

dimulai dari usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir kira-kira usia 18 sampai 22

tahun. Pada masa ini remaja mengalami banyak permasalahan karena

perkembangan zaman, misalnya kemajuan teknologi yang semakin berkembang

internet, jejaring sosial, pergaulan bebas dan pengaruh dunia maya (Santrock,

2003).

Orang tua yaitu ayah dan ibu merupakan orang yang bertanggung jawab atas

seluruh keluarga. Orang tua juga menentukan ke mana keluarga akan dibawa dan

apa yang harus diberikan sebelum anak-anak dapat bertanggung jawab pada

dirinya sendiri. Anak masih tergantung dan sangat memerlukan bekal dari

orangtuanya, sehingga orang tua harus mampu memberi bekal yang baik kepada

(19)

Jika kemandirian belajar anak diajarkan setelah anak besar, maka

anak tersebut akan mengalami kesulitan untuk belajar menjadi pribadi yang

mandiri dalam belajar. Kunci kemandirian belajar anak sebenarnya ada di

tangan orang tua. Kemandirian belajar yang dihasilkan dari kehadiran dan

bimbingan orang tua akan menghasilkan kemandirian belajar yang

sempurna (belajar atas kemauanya sendiri tanpa diperintah oleh orang lain).

Oleh karena itu kemandirian belajar itu harus diajarkan ketika anak mulai

masuk sekolah di Play Group, karena untuk dapat menjadi mandiri dalam belajar anak membutuhkan kesempatan, dukungan, serta dorongan dari

keluarga, khususnya orang tua serta lingkungan sekitarnya.

Kemandirian belajar pada anak berawal dari keluarga serta

dipengaruhi oleh sikap dan perilaku orang tua di dalam keluarga. Orang

tualah yang harus berperan aktif dalam mengasuh, membimbing, membantu,

dan mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Walaupun dunia pendidikan

(sekolah) berperan aktif dalam mengembangkan kemandirian belajar

siswa/anak, tetap saja orang tua merupakan pilar utama dan pertama dalam

membentuk anak agar menjadi mandiri. Orang tua mana yang tidak mau

melihat anaknya tumbuh menjadi anak mandiri? Tampaknya memang itulah

salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh orang tua dalam mendidik

(20)

Seseorang dapat dikatakan mandiri dalam belajar apabila ia mau

belajar atas keinginanya sendiri tanpa disuruh oleh orang lain. Berdasarkan

pengalaman pada waktu masih SMA, Ujian Nasional di tahun 2008 adalah

ujian yang berat, karena ada 6 mata pelajaran yang diujikan dan nilai

rata-rata lulus harus 5,26. Ini adalah ujian yang berat pada waktu itu, sehingga

kita semua menyusun rencana untuk menghadapi Ujian Nasional itu dengan

cara bekerja sama saat ujian. Tetapi, apa yang sudah direncanakan itu tidak

dapat berjalan dengan baik dan lancar, karena pada waktu itu ada beberapa

teman yang berkhianat. Mereka tidak mau memberikan contekan. Sehingga

teman-teman yang mengandalkan mereka menjadi panik, karena mereka

tidak bisa mengerjakan dan terlalu mengandalkan teman yang pintar

tersebut. Akibatnya banyak teman yang tidak lulus ujian.

Dari sinilah peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang

berjudul “Deskripsi Kemandirian Belajar Pada Siswa kelas 2 Di SMP

Joannes Bosco Yogyakarta Pada Tahun Ajaran 2013/2014 dan Implikasinya

Terhadap Layanan BK”. Alasan konkritnya yaitu, peneliti tidak ingin para

siswa di SMP Joannes Bosco Yogyakarta tidak lulus ujian hanya karena

kurang persiapan dan terlalu mengandalkan temannya, mereka harus

percaya diri kepada dirinya sendiri bahwa mereka dapat mengerjakan ujian

dan lulus dengan cara berlatih belajar mandiri sejak sekarang juga. Peneliti

(21)

ber PPL di SMP Joannes Bosco Yogyakarta, peneliti melihat ada beberapa

siswa yang bekerja sama dan saling mencontek saat mengerjakan tugas, dari

sinilah peneliti menduga bahwa kemandirian belajar di SMP Joannes Bosco

Yogyakarta positif kurang baik dan harus diadakan penelitian. Dari latar

belakang yang diuraikan di atas, diperlukan penelitian untuk mengungkap

kebenaran mengenai deskripsi kemandirian belajar para siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Seberapa tinggikah kemandirian belajar siswa kelas VIII di SMP Joannes

Bosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Topik-topik bimbingan apakah yang tepat untuk meningkatkan

kemandirian belajar pada siswa kelas VIII di SMP Joannes Bosco

Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui:

1. Memperoleh deskripsi tentang kemandirian belajar siswa kelas VIII di

(22)

2. Menyusun usulan topik bimbingan yang dapat meningkatkan

kemandirian belajar siswa kelas VIII di SMP Joannes Bosco Yogyakarta

Tahun Ajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat

sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berhubungan

dengan bimbingan dan konseling yang khususnya dapat dimanfaatkan

sebagai kajian bersama mengenai deskripsi kemandirian belajar, sehingga

dapat dijadikan sumber informasi yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.

2. Secara Praktis

a. Guru

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru

pembimbing di sekolah untuk lebih memperhatikan kemandirian yang

dimiliki oleh siswa dalam belajar. Sehingga dengan adanya penelitian

ini guru pembimbing dapat meningkatkan kemandirian siswa yang

(23)

b. Siswa

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh siswa SMP untuk memperoleh

pemahaman tentang kemandirian belajar.

c. Penulis

Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk berlatih

menulis karya ilmiah serta mendapat pengetahuan lebih dalam

mengenai deskripsi kemandirian belajar, sekaligus menjadi bekal jika

kelak menjadi guru pembimbing.

d. Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai

acuan tambahan atau pembanding untuk penelitian sejenis yang akan

dilakukannya.

E. Batasan Istilah

Kemandirian belajar adalah sikap yang dimiliki oleh seorang individu dalam

(24)

BAB II

KAJIAN TEORI

Bab ini memuat kajian teoritis yang berkaitan dengan remaja,

kemandirian belajar siswa dan implikasinya terhadap layanan bimbingan

klasikal.

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa,

meliputi perkembangan semua aspek diri yang dialami sebagai persiapan

memasuki masa dewasa (Gunarsa, 1983:17).

Menurut (Santrock, 2003) masa remaja adalah masa transisi antara

masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan

sosial. Kebanyakan budaya beranggapan bahwa remaja dimulai pada kira-kira

usia 10-13 tahun dan berakhir kira-kira usia 18 sampai 22.

Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan

terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja

bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Kalau remaja

berperilaku seperti anak-anak, ia akan didorong serta dibimbing untuk

“bertindak sesuai umurnya. ”Kalau remaja berperilaku seperti orang dewasa,

ia akan cenderung disalahkan atau dianggap sok pintar (Hurlock, 1999:58).

(25)

2. Ciri-ciri Remaja:

Menurut (Hurlock, 1999) ciri-ciri remaja yaitu remaja sebagai periode

yang penting, masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai

usia bermasalah dan masa remaja sebagai masa mencari identitas.

Masa remaja sebagai periode yang penting, dimana masa remaja

sebagai akibat fisik dan psikologis mempunyai persepsi yang sama penting.

Perkembangan fisik yang cepat disertai dengan cepatnya perkembangan

mental terutama pada awal masa remaja, dapat menimbulkan perlunya

membentuk sikap, nilai dan minat baru (Hurlock, 1999).

a. Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang terjadi

sebelumnya, tetapi peralihan yang dimaksud adalah dari satu tahap

perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya apa yang sudah terjadi

sebelumnya akan menimbulkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan

yang akan datang. Anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa,

harus meninggalkan sesuatu yang besifat kekanak-kanakan dan harus

mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku

dan sikap yang sudah ditinggalkan (Hurlock, 1999).

b. Masa remaja sebagai usia bermasalah, di mana masalah pada masa remaja

sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun

(26)

1) sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian

diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga masa remaja

kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah;

2) para remaja merasa mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi

masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.

Ketidakmampuan remaja untuk mengatasi sendiri masalahnya, maka

mereka memakai cara yang diyakini. Banyak remaja akhirnya

menemukan bahwa penyelesaikan tidak selalu sesuai dengan harapan

mereka. Banyak kegagalan yang seringkali disertai akibat tragis bukan

karena ketidakmampuan individu, tetapi kenyataan bahwa tuntutan

yang diaajukan kepadanya, justru pada saat semua tenaganya telah

dihabiskan untuk mencoba untuk mengatasi masalah pokok yang

disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal

(Hurlock, 1999).

c. Ciri masa remaja yang terakhir adalah masa remaja sebagai masa pencari

identitas. Sepanjang usia kelompok pada akhir masa kanak-kanak,

penyesuaian diri dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi

anak yang lebih besar daripada individualitas. Anak yang lebih besar

ingin cepat seperti teman-teman kelompoknya. Tiap penyimpangan dari

standar kelompok dapat mengancam keanggotaanya dalam kelompok

(27)

3. Tugas Perkembangan di Masa Remaja

Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan dalam

sikap dan pola perilaku anak. Semua tugas perkembangan pada masa remaja

dipusatkan pada perubahan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan

dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa.

a. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja (Hurlock, 1999) adalah:

1) Belajar menerima keadaan fisik.

Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima perubahan

keadaan fisik. Remaja seringkali merasa tidak nyaman dengan

perubahan yang baru dialaminya. Diperlukan waktu untuk

mempelajari, menerima dan menyenangi perubahan fisik yang

terjadi.

2) Belajar mencapai hubungan baru dan matang dengan teman sebaya

baik pria maupun wanita. Remaja memasuki pergaulan yang lebih

dalam lagi dengan teman sebayanya. Remaja mempelajari

hubungan baru terutama dengan lawan jenis.

3) Mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab.

Dalam hal ini remaja harus bisa bersikap tegas dengan pikiran,

perasaan dan nilai-nilai hidup yang diyakininya. Sikap tegas itu

tidak mudah dibangun tetapi bisa dilatih, karena itu asertivitas

(28)

pribadi yang disenangi karena ketegasannya bukan hanya

ikut-ikutan.

4) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lain. Remaja sangat mendambakan kemandirian secara emosional.

Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk

mandiri secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain

merupakan tugas perkembangan yang harus diselesaikannya.

5) Membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai orang dewasa.

Remaja belajar banyak untuk membentuk nilai-nilai dari sekolah,

orang tua, teman atau saudara yang lebih tua dari mereka.

6) Mengembangkan keterampilan intelektual yang penting bagi

kecakapan sosial. Remaja aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi,

ekstra kurikuler, lebih terampil dalam bersosialisasi, sedangkan

yang tidak mau terlibat dalam kegiatan-kegiatan sekolah dan luar

sekolah cenderung menjadi lebih pasif dalam sosialisasi.

7) Mencapai kemandirian ekonomik. Kemandirian ekonomik ini tidak

akan dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan

mempersiapkan diri untuk bekerja. Secara usia remaja masih harus

bergantung pada orang tua dalam hal ekonomi.

b. Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut Havighurst

(29)

1) Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman

sebaya, baik dengan teman-teman sejenis maupun dengan lain

jenis. Remaja dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama,

dapat menahan dan mengendalikan perasaan-perasaan pribadi dan

belajar memimpin orang lain dengan atau tanpa dominasi.

2) Memiliki kemampuan dalam menjalankan peranan-peranan sosial

menurut jenis kelamin masing-masing, artinya mempelajari dan

menerima peranan masing-masing sesuai dengan

ketentuan-ketentuan atau norma-norma masyarakat.

3) Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang

diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat. Maksudnya

ialah, bahwa untuk menjadi warga negara yang baik perlu dimiliki

tentang hukum, pemerintah, ekonomi, politik, geografi.

Kemampuan intelektual membantu remaja menghadapi berbagai

masalah kehidupan.

4) Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat

dipertanggungjawabkan, artinya remaja ikut serta dalam

kegiatan-kegiatan sosial sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab,

menghormati serta mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku dalam

lingkungannya. Semakin remaja bertambah dewasa, kebutuhan

(30)

5) Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup

berumah tangga. Bagi wanita harus dilengkapi dengan pengetahuan

dan keterampilan nmengurus rumah tangga (home management)

dan mendidik anak. Remaja putra adalah individu yang akan

menjadi ayah dan remaja putri merupakan calon ibu; keduanya

akan bertemu untuk membentuk komunitas kecil yaitu keluarga.

6) Memperoleh sejumlah norma sebagai pedoman dalam

tindakan-tindakan dan sebagai pandangan hidupnya. Norma-norma tersebut

secara sadar dikembangkan dan direalisasikan dalam huibungannya

dengan sang pencipta, alam semesta dan dalam hubungannya

dengan manusia-manusia lain.

Dari pendapat kedua ahli di atas, yaitu Hurlock dan Havighurst

mengenai tugas-tugas perkembangan pada masa remaja ada beberapa

pendapat yang sama, yaitu:

a. Menjalankan peranan sosial sebagai pria atau wanita.

b. Mengembangkan kecakapan intelektual.

c. Mencapai kematangan emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya.

d. Mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab.

e. Menjalankan peranan-peranan sosial berdasarkan nilai dan norma

(31)

B. Kemandirian Belajar

Kemandirian merupakan hal yang sangat penting bagi individu.

Seseorang dalam menjalani kehidupan ini tidak pernah lepas dari cobaan dan

tantangan. Individu yang memiliki kemandirian tinggi relatif mampu

menghadapi segala permasalahan karena individu yang mandiri tidak tergantung

pada orang lain, selalu berusaha menghadapi dan memecahkan masalah yang

ada.

Mujiman (2009: 1) mendefinisikan kemandirian belajar sebagai kegiatan

belajar aktif yang didorong oleh motif untuk menguasai suatu kompetensi dan

dibangun dengan bekal pengetahuan dan kompetensi yang telah dimiliki.

Kegiatan belajar aktif yang dimaksud adalah kegiatan belajar yang memiliki ciri

keaktifan pembelajar, ketekunan, keterarahan dan kreativitas untuk mencapai

tujuan tertentu. Tentu saja kegiatan belajar aktif ini perlu dibangun dengan suatu

kekuatan pendorong atau motif. Motif yang dimaksud adalah penguasaan

terhadap suatu kompetensi yang dibangun dengan bekal pengetahuan dan

kompetensi yang telah dimiliki.

Knowless (1975: 18) mengungkapkan bahwa kemandirian belajar adalah

sebuah proses di mana individu mengambil inisiatif sendiri, dengan atau tanpa

(32)

Herman (1994) menjelaskan bahwa kemandirian belajar merupakan

keharusan dalam belajar dewasa ini sejauh pelajaran itu diarahkan kepada hari

depan pelajar, yang dengan nyata dapat dilihat dalam keluarga dan masyarakat.

1. Ciri-ciri Kemandirian Belajar

Agar siswa dapat mandiri dalam belajar maka siswa harus mampu

berfikir kritis, bertanggung jawab atas tindakannya, tidak mudah

terpengaruh oleh orang lain, bekerja keras dan tidak tergantung pada orang

lain. Ciri-ciri kemandirian belajar merupakan faktor pembentuk dari

kemandirian belajar siswa.

Menurut Thoha (1996) membagi ciri-ciri kemandirian belajar

dalam delapan jenis, yaitu:

a. Mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif

b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.

c. Tidak lari atau menghindari masalah.

d. Memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam

e. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta

bantuan orang lain.

f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain

g. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan.

(33)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulan bahwa ciri-ciri

kemandirian belajar pada setiap siswa akan nampak jika siswa telah

menunjukkan perubahan dalam belajar. Siswa belajar untuk bertanggung

jawab terhadap tugas yang dibebankan padanya secara mandiri dan tidak

bergantung pada orang lain.

Sugilar (2000) menyatakan bahwa kerakteristik individu yang

memiliki kesiapan belajar mandiri dicirikan oleh: kecintaan terhadap

belajar, percaya diri, keterbukaan terhadap tantangan, sifat ingin tahu,

pemahaman diri dalam hal belajar dan menerima tanggung jawab untuk

kegiatan belajarnya.

Mujiman, (2009: 9-10) mengemukakan ciri-ciri individu yang belajar mandiri sebagai berikut:

a. Kegiatan belajarnya bersifat self directing mengarahkan diri sendiri, tidakdependentatau tidak tergantung pada orang lain.

b. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses belajar dijawab sendiri atas dasar pengalaman, bukan mengharapkan jawaban dari guru atau orang lain.

c. Tidak mau didekte guru, karena mereka tidak mengharapkan secara terus menerus diberitahu apa yang harus mereka lakukan.

d. Mengharapkan penerapan dengan segera dari apa yang mereka pelajari; mereka tidak dapat menerima penerapan yang tertunda. e. Lebih senang dengan problem-centered learning daripada

content-centered learning.

f. Lebih senang dengan partisipasi aktif daripada pasif mendengarkan ceramah guru.

g. Selalu memanfaatkan pengalaman yang telah dimiliki, karena mereka percaya bahwa mereka tidak datang dengan” kepala kosong”(datang dengan kesiapan dan mempunyai ide-ide dalam kepalanya)

h. Lebih menyukai collaborative learning, karena belajar dan tukar pengalaman adalah hal yang menyenangkan.

(34)

j. Bagi mereka belajar harus dengan berbuat tidak cukup hanya dengan mendengarkan dan menyerap.

2. Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Kemandirian balajar sebagai sebuah proses dipengaruhi oleh banyak

faktor. Namun, faktor-faktor itu biasanya dibagi menjadi dua, yaitu faktor

dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal).

a. Faktor dari dalam

Menurut Mu’tadin (2002) siswa yang memiliki kemandirian

belajar mempunyai kecenderungan tingkah laku indikator sebagai

berikut:

1) Memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan

dirinya. Proses belajar mengajar terjadinya interaksi antara

siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa yang

lainnya. Adanya interaksi antara siswa dengan siswa

lainnya dapat menyebabkan siswa tersebut dapat

mengetahui tingkat kemampuannya dibanding dengan

kemampuan temannya. Apabila siswa merasa

kemampuannya masih kurang dibanding temannya, ia akan

termotivasi untuk bersaing dalam mempelajari suatu pokok

bahasan. Setiap siswa yang melibatkan dirinya dalam suatu

(35)

tersebut harus berusaha keras untuk membangkitkan

keberanian, semangat juang dan rasa percaya diri yang

maksimal. Aplikasi pada siswa adalah bersaing dalam

upaya memahami materi yang dipelajari dengan

memperbanyak sumber literatur dari berbagai media

(misalnya perpustakaan, internet, dll) serta mempunyai

waktu khusus untuk mempelajari meteri tersebut di luar jam

sekolah sehingga siswa dapat mencapai prestasi dalam

belajar dan memenangkan persaingan tersebut.

2) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi

masalah yang dihadapi. Siswa yang mempunyai inisiatif

senantiasa tidak menunggu orang lain untuk melakukan

sesuatu. Ia mampu bergerak di depan dan seringkali

menjadi contoh perubahan di dalam kelompoknya.

Kemampuan mengambil keputusan dan inisiatif

dipengaruhi oleh respon siswa terhadap apa yang ada dan

terjadi di sekitar untuk dijadikan bahan kajian belajar.

Inisiatif sebagai prakasa yang disertai dengan langkah

konkrit selalu ditunggu kehadirannya pada segala macam

kepentingan hidup baik di tengah masyarakat maupun

(36)

mempunyai inisiatif untuk mempelajari dahulu materi

sebelum diajarkan oleh guru serta berinisiatif mengerjakan

soal-soal sendiri pada mata pelajaran yang diterimanya di

sekolah dengan memanfaatkan seluruh kemampuan yang

dimilikinya, termasuk dlam memecahkan setiap

permasalahan yang dihadapi dilapangan yang berkaitan

dengan kehidupan bermasyarakat.

3) Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan

tugas-tugasnya siswa yang memiliki kepercayaan diri tidak

mudah terpengaruh oleh apa yang dilakukan orang lain.

Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi cenderung

memiliki rasa percaya diri, yaitu selalu bersikap tenang

dalam mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan guru

dengan memanfaatkan segala potensi atau kemampuan

yang dimiliki dan tidak mudah terpengaruh orang lain

dalam mengerjakan tugas-tugasnya serta tidak mencontek.

4) Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Siswa

yang bertanggung jawab adalah siswa yang menyadari hak

dan kewajibannya sebagai seorang peserta didik. Tanggung

jawab seorang siswa adalah belajar dan mengerjakan setiap

(37)

dan kesadaran, selain itu siswa yang bertanggung jawab

adalah yang mampu mempertanggung jawabkan proses

belajar berupa nilai dan perubahan tingkah laku.

b. Faktor dari luar diri siswa

Kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh lingkungan keluarga.

Menurut Slamento (2003:60-62) hal yang dapat mempengaruhi

kemandirian belajar yaitu:

1) Lingkungan Keluarga

a) Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya

terhadap belajar anak dan akhirnya akan membentuk

kemandirian belajar pada anak. Ada orang tua yang

mendidik secara diktator militer, demokratis, dan ada

keluarga yang acuh tak acuh dengan pendapat setiap

keluarga. Orang tua sebaiknya memberikan kebebasan

kepada anak dalam belajar, biarkan anak belajar sesuai

dengan minat dan kemampuannya. Tetapi walaupun

diberikan kesempatan, orang tua tetap memberikan

arahan dan bimbingan pada belajar anak, sehingga

kemandirian belajar anak senantiasa dapat tercipta.

b) Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah

(38)

dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang

lain turut menentukan kemandirian belajar pada anak.

Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak perlu

adanya relasi yang baik di dalam keluarga. Hubungan

yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan

kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu

hukuman-hukuman. Adanya hubungan yang baik

tersebut selanjutnya akan membentuk pribadi siswa

yang mandiri dalam proses belajar dan kemandirian

belajar siswa dapat meningkat.

c) Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan

kemandirian belajar anak. Pada keluarga yang kondisi

ekonominya relatif kurang, menyebabkan orang tua

tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok anak,

seperti makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan

pemenuhan fasilitas belajar. Tak jarang faktor

ekonomi justru bisa menjadi motivator atau dorongan

anak untuk berhasil. Keadaan ekonomi yang

berlebihan juga menimbulkan masalah dalam

kemandirian belajar. Pada keluarga yang ekonominya

(39)

segala kebutuhan anak, termasuk fasilitas belajar.

Kadangkala kondisi serba kecukupan tersebut

membuat orang tua kurang perhatian pada anak karena

sudah merasa memenuhi semua kebutuhan anaknya,

akibatnya anak menjadi malas untuk belajar dan

tingkat kemandirian dalam belajarnya pun cenderung

rendah.

2) Lingkungan Sekolah

Dukungan lingkungan sekolah yang mempengaruhi kemandirian

belajar siswa meliputi guru dan perangkat lain yang ikut

berperang penting dalam proses belajar siswa. Menurut Slamento

(2003:64-65):

a) Kemampuan guru di dalam proses pembelajaran.

Kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh

aktivitas dan kreatifitas guru, di samping

kompetensi profesionalnya. Kemampuan guru

dalam mengimplementasikan kurikulum kedalam

proses pembelajaran dengan cara meningkatkan

motivasi dan kreativitas belajar siswa yang

selanjutnya akan mendorong siswa untuk lebih aktif

(40)

b) Ketersediaan sarana dan prasarana sebagai media

dan sumber belajar. Pengelolaan saranan dan

prasarana belajar sudah sewajarnya dilakukan oleh

sekolah mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan

perbaikan hingga sampai pengembangan. Hal yang

mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran

digunakan buku teks, sarana dan media belajar

sebagai sumber belajar sesuai dengan tujuan dan

kompetensi yang ingin dicapai dalam kurikulum.

Peserta didik dapat menggunakan buku teks yang

disediakan sekolah baik buku pemerintah maupun

buku yang diterbitkan oleh penerbit non

pemerintah. Kemampuan sekolah dalam

menyediakan dan mengelola sarana dan prasarana

secara professional akan berperan positif terhadap

proses pembelajaran, karena siswa dapat

memanfaatkannya sebagai media dan sumber

belajar siswa.

c) Hubungan yang harmonis antar anggota sekolah.

Sekolah yang efektif umumnya memiliki

(41)

sekolah, sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh masing-masing warga sekolah dapat diketahui.

Hubungan harmonis antar anggota sekolah adalah

hubungan antara guru dan siswa, siswa dan siswa

maupun antar anggota sekolah lainnya. Hubungan

harmonis yang dimaksud adalah bagaimana

anggota sekolah dapat saling membina hubungan

secara professional, dengan memperhatikan hak

dan kewajiban dari masing-masing pihak.

Berdasarkan peran positif dari pihak guru dan pihak

sekolah, selanjutnya akan membentuk pribadi siswa

yang mandiri dalam proses belajarnya sehingga

tingkat kemandirian belajar siswa dapat melaju

seiring dengan laju profesionalisme dan kualitas

disekolah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai

kemandirian belajar seseorang tidak terlepas dari faktor-faktor yang

mendasari terbentuknya kemandirian belajar itu sendiri. Faktor-faktor

tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

(42)

berfikir secara mandiri dalam belajarnya. Kemandirian belajar siswa dalam

belajar akan terwujud sangat bergantung pada siswa tersebut melihat,

merasakan, dan melakukan aktifitas belajar atau kegiatan belajar

sehari-hari di dalam lingkungan tempat tinggalnya.

3. Aspek-aspek Kemandirian Belajar

Mu’tadin (2002) menyatakan bahwa aspek-aspek kemandirian

belajar adalah:

a. Tanggung jawab

Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Siswa yang

bertanggung jawab adalah siswa yang menyadari hak dan

kewajibannya sebagai seorang peserta didik. Tanggung jawab seorang

siswa adalah belajar dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh

guru dengan penuh keikhlasan dan kesadaran, selain itu siswa yang

bertanggung jawab adalah yang mampu mempertanggung jawabkan

proses belajar berupa nilai dan perubahan tingkah laku.

b. Percaya Diri

Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya siswa

yang memiliki kepercayaan diri tidak mudah terpengaruh oleh apa

yang dilakukan orang lain. Siswa yang memiliki kemandirian belajar

(43)

tenang dalam mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan guru

dengan memanfaatkan segala potensi atau kemampuan yang dimiliki

dan tidak mudah terpengaruh orang lain dalam mengerjakan

tugas-tugasnya serta tidak mencontek.

c. Disiplin

Menurut Moelino (1993) disiplin adalah ketaatan (kepatuhan)

kepada peraturan, tata tertib, dan norma. Sedangkan siswa adalah

pelajar atau anak yang melakukan aktifitas belajar. Dengan demikian

disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap peraturan,

tata tertib dan norma di sekolah yang berkaitan dengan belajar

mengajar.

d. Inisiatif

Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah

yang dihadapi. Siswa yang mempunyai inisiatif senantiasa tidak

menunggu orang lain untuk melakukan sesuatu. Ia mampu bergerak di

depan dan seringkali menjadi contoh perubahan di dalam

kelompoknya. Kemampuan mengambil keputusan dan inisiatif

dipengaruhi oleh respon siswa terhadap apa yang ada dan terjadi di

sekitar untuk dijadikan bahan kajian belajar. Inisiatif sebagai prakasa

yang disertai dengan langkah konkrit selalu ditunggu kehadirannya

(44)

maupun disekolah terutama siswa. Aplikasinya pada siswa adalah

mempunyai inisiatif untuk mempelajari dahulu materi sebelum

diajarkan oleh guru serta berinisiatif mengerjakan soal-soal sendiri

pada mata pelajaran yang diterimanya di sekolah dengan

memanfaatkan seluruh kemampuan yang dimilikinya, termasuk dlam

memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi dilapangan yang

berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009) “Inisiatif

adalah kemampuan untuk mencipta atau daya cipta”. Suryana (2006)

mengungkapkan bahwa inisiatif adalah kemampuan mengembangkan

ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan

peluang (thinking new things).

Ciri-ciri orang yang inisiatif menurut Sund dalam Slameto (2003:147) adalah sebagai berikut:

1. Hasrat keingintahuan yang besar

2. Bersikap terbuka dalam pengalaman baru 3. Panjang akal

4. Keinginan untuk menemukan dan meneliti 5. Cenderung menyukai tugas yang berat dan sulit

6. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan.

7. Memiliki dedikasi bergairah secara aktif dalam melaksanakan tugas

8. Berfikir fleksibel

(45)

C. Bimbingan Klasikal 1. Pengertian

Bimbingan dan penyuluhan merupakan terjemahan dari istilah

guidance” yang berarti bimbingan dan “counseling” yang berarti penyuluhan

(Walgito, 1995 : 1).

Menurut Smith (1999:94) mengatakan bahwa “bimbingan adalah

proses layanan yang diberikan kepada individu guna membantu mereka

memperolaeh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam membuat

pilihan-pilihan, rencana-rencana dan interpretasi yang diperlukan untuk

menyesuaikan diri dengan baik”.

Bimbingan adalah “Proses pemberian bantuan yang terus menerus dan

sistematis, dari konselor kepada klien sehingga tercapai kemandirian dalam

pemahaman diri, dan penerimaam diri, pengarahan diri dan perwujudan diri

dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal”. Jadi bantuan yang

diberikan hendaknya dilakukan secara terus menerus sebab proses pendidikan

pada manusia berlangsung seumur hidup.

Bimbingan klasikal adalah bantuan yang diberikan kepada siswa yang

pelaksanaanya dilakukan di dalam kelas (Prayitno, 2004:9). Adapun obyek

yang dibahas dalam kelas ini seperti contoh, gambar, tampilan video dan lain

sebagainya yang kemudian didiskusikan dan dicermati dengan baik. Jadi

(46)

kegiatan yang kemudian dibahas secara terbuka dan bebas oleh semua peserta

yang ada di dalam kelas tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan

klasikal merupakan bimbingan yang diberikan di dalam kelas dalam bentuk

diskusi (bertukan pikiran) untuk mendapat pengalaman dan pengetahuan.

Inilah sebagian kecil strategi atau cara-cara dalam memberiakan bantuan dan

layanan dalam bimbingan dan layanan dalam bimbingan dan penyuluhan.

Winkel & Hastuti (2004: 111) menjelaskan bahwa menurut

bentuknya, bimbingan dibedakan menjadi dua yaitu bimbingan individual dan

bimbingan kelompok. Bimbingan individual menunjuk pada pelayanan

bimbingan yang diberikan pada satu orang saja, sedangkan bimbingan

kelompok menunjuk pada pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih

dari satu orang pada waktu yang bersamaan.

2. Tujuan Bimbingan Kelompok/Klasikal

Tujuan pelayanan bimbingan kelompok yaitu agar orang yang

dilayani (binimbing) menjadi mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki

pandangannya sendiri dan tidak sekedar mengikuti pendapat orang lain,

mengambil sikap sendiri, dan berani menanggung sendiri efek serta

konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Namun, yang utama dituju bukanlah

perkembangan kelompok sebagai kelompok, melainkan perkembangan

optimal dari masing-masing individu yang tergabung sebagai anggota

(47)

3. Manfaat Bimbingan Kelompok/Klasikal

Menurut Winkel & Hastuti (2004: 565-566) bimbingan kelompok di

jenjang pendidikan menengah mempunyai manfaat bagi konselor maupun

siswa. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Manfaat bagi tenaga pembimbing (konselor)

1) Mendapat kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa

sekaligus, sehingga konselor menjadi lebih dikenal dan lebih dekat

dengan para siswanya.

2) Lebih efisien dalam hal waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dapat

dilakukan dalam suatu kelompok, misalnya memberikan informasi

yang memang dibutuhkan oleh semua siswa.

3) Memperluas ruang gerak konselor, apalagi jika jumlah konselor di

sekolah hanya satu atau dua orang saja.

b. Manfaat bagi siswa (binimbing)

1) Menjadi lebih sadar akan tantangan yang sedang dihadapi, sehingga

mereka dapat memutuskan untuk wawancara sendiri dengan konselor

jika memang perlu.

2) Lebih mampu dan rela untuk menerima dirinya sendiri setelah

(48)

teman-temannya yang sering menghadapi masalah, kesulitan, dan

tantangan yang kerap kali serupa.

3) Lebih berani untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri dalam

kelompok daripada dengan konselor yang mungkin membuat

canggung.

4) Mendapat kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama dan

dengan demikian mendapat latihan untuk bergerak dalam kelompok.

5) Lebih bersedia untuk menerima pendapat yang dikemukakan oleh

seorang teman, daripada bila pendapat yang sama disampaikan oleh

konselor saja.

6) Tertolong untuk mengatasi suatu masalah yang sekiranya sulit untuk

dibicarakan secara langsung dengan konselor, misalnya karena malu

atau bersifat agak rahasia.

4. Tujuan dari Bimbingan Klasikal

a. Siswa dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif

b. Siswa dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan

c. Siswa mampu belajar secara efektif

(49)

5. Cara untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa

Cara untuk meningkatkan kemandirian belajar yaitu melalui pembinaan

kelompok dan setiap siswa menjadi patner sesamanya. (Holstein, 1986).

Dalam meningkatkan nilai kemandirian belajar siswa, peneliti menggunakan

salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling, yaitu bimbingan

kelompok/ klasikal. Adapun alasan peneliti menggunakan layanan ini adalah sesuai dengan upaya pengembangan kemandirian belajar yang dikemukakan

oleh Ali dan Asrori (2005) bahwa untuk meningkatkan kemandirian belajar

dapat dilakukan dengan cara yaitu: penciptaan partisipasi dan keterlibatan

remaja, penciptaan keterbukaan, penciptaan kebebasan untuk berpendapat,

menciptakan empati, serta menciptakan hubungan yang hangat melalui

bimbingan kelompok. Dalam kegiatan bimbingan kelompok, siswa dilatih

untuk berpatisipasi, aktif mengemukakan pendapat terhadap topik yang

dibahas berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

Hal tersebut membuat siswa terlibat dalam suasana yang tumbuh dan

berkembang dalam kelompok. Keterlibatan siswa dalam kegiatan bimbingan

kelompok akan mempengaruhi timbulnya dinamika kelompok. Dinamika

kelompok membuat anggota kelompok mampu berdiri sebagai perseorangan

yang sedang mengembangkan kediriannya dalam hubungannya dengan orang

lain. Melalui dinamika kelompok tersebut, siswa memiliki hubungan yang

(50)

keterbukaan di antara siswa. Keterbukaan merupakan asas yang utama dalam

bimbingan kelompok karena apabila dalam kegiatan bimbingan kelompok

tidak terdapat keterbukaan maka kegiatan bimbingan kelompok tidak akan

dapat berjalan secara efektif dan pastinya dinamika kelompok tidak akan

muncul. Secara langsung dalam bimbingan kelompok mengajarkan kepada

(51)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan metodologi

penelitian, yaitu jenis penelitian, subjek penelitian, instrument penelitian, prosedur

pengumpulan data, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti termasuk dalam penelitian

deskriptif dengan metode survey. Penelitian deskriptif merupakan gambaran

situasi dan kondisi yang akan di paparkan oleh penulis dalam kurun waktu

tertentu sesuai dengan waktu penelitian berlangsung. Penelitian deskriptif

merupakan sarana untuk mendapatkan informasi suatu gejala pada saat

penelitian dilakukan.

Penelitian deskriptif diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada

waktu penelitian itu dilakukan. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk

melukiskan variable atau kondisi yang sebenarnya dalam situasi (Furchan, 2005:

415). Penelitian ini dimasudkan untuk mengetahui gambaran kemandirian

belajar siswa-siswi kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran

2013/2014, serta memberikan masukan tentang topik-topik bimbingan kelompok

untuk meningkatkan kemandirian belajar pada siswa-siswi kelas VIII SMP

(52)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco

Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. Seluruh data yang diperoleh adalah data

tahun 2013/2014 mencangkup data uji coba terpakai 5 kelas berjumlah 133

siswa-siswi dan data untuk penelitian kelas 8 Democration 30 siswa, Respon 30

siswa, Simply 28 siswa, Tolerance 27 siswa, dan Happines 28 siswa. Penelitian

ini menggunakan uji coba terpakai yang artinya data yang digunakan sebagai uji

coba akan digunakan kembali sebagai data penelitian.

C. Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner.

Kuesioner adalah kumpulan daftar penulisan yang diberikan kepala subjek

penelitian (Furchan, 2005:249). Kuesioner ini dirancang oleh peneliti dalam

bentuk tertutup. “ Kuesioner berbentuk tertutup berisi pernyataan-pernyataaan

yang disertai dengan pilihan jawaban untuk pernyataan-pernyataan tersebut”

(Furchan, 2005:260).

Penentuan skor untuk setiap jawaban dari item-item pernyataan adalah

“Sangat setuju” (SS) diberikan skor 4. “Setuju” (ST) diberikan skor 3, “Tidak

setuju” (TS) diberi skor 2, dan “Sangat tidak setuju”(STS) diberi skor 1 untuk

pernyataan positif (Favorable item) dan untuk pernyataan negatif (Unfavorable

item) adalah:“Sangat setuju”(SS) diberi skor 1, “Setuju”(ST) diberikan skor 2,

(53)

Subjek diminta untuk memilih satu dari empat alternatif jawaban yang

disediakan peneliti pada setiap pernyataan, dengan cara memberikan tanda

centang () pada kolom alternatif jawaban. Setelah jawaban-jawaban tersebut

diberi skor, skor-skor yang diperoleh pada setiap jawaban pernyataan

diakumulasi menggunakan apa yang hendak diteliti. Semakin tinggi skor pada

total item Favorable mengindikasikan semakin tinggi kemandirian belajar. Semakin tinggi skor pada total item Unfavorable mengidikasikan semakin

rendah kemandirian belajar.

Alternatif tengah (sedang/cukup) dalam skala ini tidak dipakai untuk

mengurangi kecenderungan responden dalam memberikan jawaban yang netral.

Menurut Azwar (2007:34) bila pilihan tengah disediakan makan responden akan

cenderung memilihnya sehingga data mengenai perbedaan diantara responden

menjadi kurang inovative jadi, penggunaan empat alternatif jawaban

dimaksudtkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima

tingkat, dimana alternatif jawaban yang netral (di tengah) mempunyai arti ganda

bias diartikan belum dapat memutuskan atau ragu-ragu.

Seluruh item dalam penelitian dirumuskan dalam bentuk pernyataan

bersifat Favorable (pernyataan positif) dan Unfavourable (pernyataan negatif). Pernyataan positif artinya pernyataan yang diharapkan pada objek ukur atau

(54)

negatif artinya pernyataan yang tidak diharapkan pada objek atau yang

mengindikasikan rendahnya atribut yang diukur (Azwar. 2007:47).

Struktur kisi-kisi kuesioner kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP

Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

Tabel 1

Kisi-kisi Kuesioner Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

Kisi-kisi kuisioner kemandirian belajar

dalam belajar 1,15,25,31,34 2,13,38,51 9

b. Mampu mengambil keputusan dalam

belajar dan bertindak 10,11,21,24 4,56,22 7

4 Disiplin

b. Dapat dipercaya 33,50,52 5,9,12 6

(55)

D. Pertanggung Jawaban Mutu Kuesioner 1. Validitas Instrumen

Validitas instrument yang diuji adalah validitas isi (content validity). Azwar (2012:42) menjelaskan: Validitas isi merupakan validitas yang

diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui

analisis rasional atau expert judgment. Validitas isi berkenaan dengan isi instrument: diperiksa untuk melihat sejauh mana item-item dalam alat

penelitian (kuesioner) telah mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang

hendak diukur atau sejauh mana isi alat penelitian mengungkapkan atribut

yang hendak diukur.

Pada penelitian ini expert judgment dilakukan dengan meminta tanggapan dari dosen pembimbing Ibu Dra. M. J. Retno Priyani, M.Si dan Ibu

Vonny S.Pd selaku guru Bimbingan dan Konseling di SMP Joannes Bosco

Yogyakarta. Setelah mendapatkan tanggapan dari beberapa ahli, kuesioner

diujicobakan pada sebagian siswa kelas VIII di SMP Joannes Bosco

Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Uji coba dilakukan pada hari kamis, 17

Oktober 2013. Jumlah siswa yang mengisi kuesioner adalah 36 siswa.

Teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis item-item

(56)

Rumus teknikProduct-Momentdari Pearson adalah:

Keterangan:

xy

r

: koefisien korelasi antara X dan Y

N : jumlah subjek

X : jumlah skor item

Y : jumlah skor total

Proses penghitungan indeks validitas item pada alat ukur penelitian ini

dilakukan dengan cara memberi skor terlebih dahulu setiap item dan

mentabulasi ke dalam tabulasi data uji coba instrumen penelitian. Perhitungan

indeks validitas intrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan program

komputerStatistic Program for Social Science(SPSS) versi 16.0.

Menurut Azwar (2012: 95), item yang mencapai koefisien korelasi

minimal 0,30 dianggap memuaskan. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat

(57)

Tabel 2 (Rincian Item yang Valid dan Gugur)

a.Tanggung jawab di rumah 7,8,17,18,40 3,28,29,42,5 7,60

a. Kreatif dan aktif dalam belajar

b.Dapat dipercaya 33,50,52 5,9,12 52

Jumlah Masing-masing Item 30 30 19

Jumlah Total Item 60

(58)

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah “sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya” (Azwar, 2012: 7). Tingkat reliabilitas instrumen diungkapkan

dengan koefisien alpha (). Untuk menghitung indeks reliabilitas kuesioner

keberhasilan dalam melaksanakan kemandirian belajar digunakan program

SPSS (Statistic Programme for Social Science) versi 16.0.

Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner tingkat kemandirian belajar

siswa menggunakan program komputer SPSS, dilakukan dengan menghitung

korelasi item ganjil dan item genap dengan menggunakan teknik product moment dari pearson. Hasil perhitungan product moment ganjil genap

kemudian dikoreksi dengan formula Spearman-Brown sebagai berikut: (Masidjo 1995;218)

α =

2[1-

S 2 2 S + 2 S

x i x

]

Keterangan rumus :

S12dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

(59)

Dari hasil uji coba terpakai di SMP Joannes Bosco diperoleh

perhitungan koefisien reliabilitas seluruh instrument dengan menggunakan

rumus koefisien alpha () yaitu 0,933. Hasil perhitungan berpedoman pada

daftar indeks reliabilitas Guilford (Masidjo, 1995: 209) seperti yang disajikan

dalam tabel 3.

Tabel 3 Kriteria Guilford

Koefisien Korelasi Kualifikasi

± 0,91–±1,00 Sangat Tinggi ± 0,71–± 0,90 Tinggi ± 0,41–± 0,70 Cukup Tinggi ± 1,21–± 0,40 Rendah

0,00–± 0,20 Sangat Rendah

E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti menyusun kuesioner kemandirian belajar.

b. Peneliti mengkonsultasikan kembali pada dosen pembimbing.

c. Peneliti datang ke SMP Joannes Bosco Yogyakarta dengan maksud

meminta ijin ujicoba sekaligus penelitian kepada kepala sekolah dan

guru pembimbing untuk mengadakan penelitian serta menentukan waktu

(60)

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 17, 19 dan 21

Oktober 2013 kepada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta

tahun Ajaran 2013/2014.

b. Peneliti masuk kelas dengan didampingi oleh guru pembimbing dan

diawali dengan perkenalan.

c. Peneliti memberikan pengantar dan penjelasan maksud diadakan

penelitian dan meminta siswa untuk membantu mengisi kuesioner

kebiasaan belajar.

d. Peneliti membagikan kuesioner dan menjelaskan petunjuk pengisian.

e. Setelah siswa mengisi kuesioner selama kurang lebih 30-35 menit siswa

menyerahkan kembali kuesioner tersebut.

f. Selama proses pengisisan kuesioner tidak adak siswa yang bertanya.

F. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah sebagai berikut.

1. Memeriksa keabsahan administratif dari jawaban responden untuk diolah

lebih lanjut.

2. Memberikan skor pada masing-masing alternatif jawaban.

3. Membuat tabulasi data, menghitung skor total dari masing-masing subyek

maupun item kuesioner dan skor rata-rata subyek maupun rata-rata butir.

(61)

a. Kategori kebiasaan belajar siswa.

Kategori ini disusun berdasarkan model distribusi normal

dengan kategorisasi jenjang (ordinal). Tujuan kategori ini adalah

untuk menempatkan subyek penelitian kedalam kelompok-kelompok

yang terpisah secara jenjang menurut kontinum berdasarkan atribut

yang diukur (Azwar, 2012:147).

Normal kategorisasi dibuat dengan berpedoman pada normal

kategori Azwar (2012:147-148) dengan lima kategori yaitu sangat

baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik.

Tabel 4 Norma Kategorisasi Perhitungan Skor Keterangan

µ+1.5X Sangat Tinggi

µ+0.5Xµ+1.5 Tinggi

µ-0.5Xµ+0.5 Cukup Tinggi

µ-1.5Xµ-0.5 Rendah

(62)

Keterangan:

X maksimum teoritik: Skor tertinggi yang diperoleh subjek

penelitian dalam skala

X minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek

penelitian dalam skala

σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6

satuan deviasi sebaran.

µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor maksimum

dan minimum.

Kategori di atas dijadikan sebagai patokan/norma dalam

pengelompokan skor subyek penelitian. Selanjutnya kategori ini

dijadikan patokan dalam pengelompokan skor subyek penelitian

berdasarkan tingkat kebiasaan belajarnya. Kategorisasi tinggi rendah

kebiasaan belajar siswa secara keseluruhan diperoleh melalui

perhitungan sebagai berikut. Jumlah item 41; nilai tertinggi 41x4=

164 nilai terendah 41x1=41, jika luas jarak sebenarnya: 164-41= 123.

Satuan deviasi standarnya adalah 123/6= 20,5 dan mean teoritisnya

adalah (164+41):2= 102,5. Penentuan kategorisasi kemandirian

(63)

Tabel 5

Kategori yang mengungkap kemandirian belajar siswa No Formula kriteria Rentangan skor Kategori

1. µ+1.5X >133,25 Sangat Tinggi

2. µ+0.5Xµ+1.5 114,25-133,25 Tinggi

3. µ-0.5Xµ+0.5 92,75-114,25 Cukup Tinggi

4. µ-1.5Xµ-0.5 71,25-92,75 Rendah

5. Xµ-1.5 <71,25 Sangat Rendah

Keterangan :

X : Rata-rata skor total subyek

x : Mean teoritis

sd : Standar deviasi

Selanjutnya, data setiap subyek penelitian dikelompokkan

berdasarkan skor total yang mereka peroleh kedalam kategori diatas,

sehingga dapat dihitung jumlah presentase siswa dalam kategori

kebiasaan belajar secara umum.

b. Kategorisasi skor item.

Kategori skor dari setiap item dalam skala penelitian

dilakukan untuk mendapatkan item-item skala yang dijadikan dasar

penyusunan topik-topik bimbingan untuk pendampingan di SMP

Joannes Bosco Yogyakarta.

Kategori skor tiap item skala adalah berdasarkan distribusi

normal dengan kontimum jenjang yang berpedoman pada Azwar

(64)

sangat rendah. Kategorisasi tersebut diterapkan sebagai patokan

dalam pengelompokan skor item.

Kategorisasi skor item secara keseluruhan diperoleh melalui

perhitungan sebagai berikut. Jumlah subyek 133; nilai tertinggi:

133x4=532; nilai terendah 133x1=133, sehingga luas jarak

sebenarnya: 532-133=399. Satuan deviasi standarnya 399/6=66,5 dan

mean teoritisnya adalah (532+133)/2= 332,5 Pengkategorisasian dapat

dilihat dalam tabel.

Tabel 6

Kategorisasi skor item kemandirian belajar

No Formula kriteria Rentangan skor Kategori

1 µ+1.5α<X ≥435,25 Sangat Tinggi

2 µ+0.5α<X≤µ+1.5α 365,75-435,25 Tinggi 3 µ-0.5α<X≤µ+0.5α 299,25-365,75 Cukup Tinggi 4 µ-1.5α<X≤µ-0.5 232,75-299,25 Rendah

5 X≤µ-1.5α ≤232,75 Sangat Rendah

Kemudian data skor total item dikelompokan ke dalam

kategori di atas. Item yang masuk dalam kategori tidak baik-cukup

baik selanjutnya akan dibahas menjadi usulan topik bimbingan

(65)

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan hasil dari penelitian dan pembahasan dengan

mengikuti sistematika rumusan masalah pada Bab I, (1) Seberapa tinggikah

kemandirian belajar siswa kelas VIII di SMP Joannes Bosco Yogyakarta Tahun

Ajaran 2013/2014? (2) Topik-topik bimbingan apakah yang tepat untuk

meningkatkan kemandirian belajar pada siswa kelas VIII di SMP Joannes Bosco

Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014?

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kemandirian Belajar

Berdasarkan data yang terkumpul dan diolah dengan menggunakan

kriteria Azwar, dapat diketahui kemandirian belajar siswa kelas VIII di

SMP Joannes Bosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 seperti yang

disajikan di tabel.

Tabel 7

Kategorisasi Kemandirian Belajar

Siswa Kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta No Formula Kriteria Rerata skor Frekuensi Persentase

(%) Kualifikasi

1 µ+1.5α<X >133,25 75 56,39 % Sangat Tinggi

2 µ+0.5α<X≤µ+1.5α 114,25-113,25 39 29,32% Tinggi

3 µ-0.5α<X≤µ+0.5α 92,75-114,25 15 11,27% Cukup

4 µ-1.5α<X≤µ-0.5α 71,25-92,75 4 3,00% Rendah

(66)

Dari tabel di atas, tampak bahwa:

1. Ada 75 siswa (56% ) siswa yang memiliki kemandirian belajar sangat

tinggi.

2. Ada 39 siswa ( 29%) yang memiliki kemandirian tinggi.

3. Ada 15 siswa ( 11% ) yang memiliki kemandirian cukup.

4. Ada 4 siswa ( 3% ) yang memiliki kemandirian belajar rendah.

5. Tidak ada siswa ( 0% ) yang memiliki kemandirian belajar sangat rendah.

Dapat disimpulkan bahwa siswa-siswi kelas VIII di SMP Joannes Bosco

Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 memiliki kemandirian belajar yang sangat

tinggi, akan tetapi masih ada yang kemandirian belajarnya itu cukup dan rendah.

Agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pembahasan ini, penulis menggabungkan

kelima kategori menjadi tiga kategori. Kategori sangat tinggi, tinggi dan cukup.

Kategori ini menunjukan bahwa siswa memiliki kemandirian belajar yang tinggi

berjumlah 75 siswa (56%). Kategori cukup, rendah, dan rendah sekali dijadikan satu

menjadi cukup. Kategori ini menunjukan bahwa siswa belum memiliki kemandirian

belajar yang tinggi, itu berarti belum sesuai dengan yang diharapkan. Jadi siswa yang

(67)

Diagram 1

Hasil Analisis Kemandirian Belajar Siswa-siswi SMP Joannes Bosco Yogyakarta

2. Hasil Analisis Butir-butir Instrumen Kemandirian Belajar.

Data hasil analisis butir-butir istrumen penelitian kemandirian belajar

ini, akan digunakan sebagai dasar penyusunan topik bimbingan yang

diperoleh dengan cara mengelompokkan item. Dari pengelompokkan tampak

kelompok yang kemandiran belajarnya sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah,

dan sangat rendah yang disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 8

Kategirosasi Item yang Mengungkapkan Kemandirian Belajar Siswa

No Rentangan skor Kategori Jumlah presentase

1 435,25 Sangat tinggi 28 68,3%

2 365,75-435,25 Tinggi 7 17% 3 299,25-365,75 Cukup 6 14,7%

(68)

Dari tabel 8 tampak bahwa item-item yang mengungkapkan kemandirian

belajar yang sangat tinggi ada 28; item-item yang mengungkap kemandirian

belajar tinggi ada 7, dan item yang mengungkap kemandirian belajar cukup ada

6. Dari 41 item yang mengungkapkan kemandirian belajar, peneliti mengambil 6

item terbawah yang akan dijadikan dasar penyusunan usulan topik-topik

bimbingan.

Diagram II

(69)

Berikut ini disajikan tabel penyusunan usulan topik-topik bimbingan:

Tabel 9

Rumusan Item-item Kemandirian Belajar yang Tergolong Cukup

No Indikator Item No Item

1 Dapat dipercaya

Ketika guru meminta untuk mengumpulkan tugas/PR, saya mencari alas an kalau PR saya ketinggalan (padahal belum dikerjakan)

Ketika guru memberi tugas, maka saya

langsung mengerjakanya 19

3 Kreatif dan aktif dalam belajar

Saya berusaha mengikuti les/kursus untuk

menambah pengetahuan dalam belajar saya 31

4

Memiliki

keyakinan dalam melakukan/meng erjakan sesuatu

Ketika ujian, saya lebih percaya pada kemampuan teman dibanding dengan kemampuan saya sendiri

32

5 Tanggung jawab di sekolah

Saya terlibat aktif dalam mengikuti pelajaran

di kelas (tanya jawab) 39

6

Percaya pada kemampuan yang dimilikinya

Saya merasa kurang yakin pada saat

mengerjakan soal-soal latihan apabila tanpa dituntun guru

46

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ada 6 item yang

tergolong cukup rendah, dan 6 item terbawah ini akan dijadikan usulan

topik-topik bimbingan supaya siswa-siswi kelas VIII di SMP Joannes Bosco

Gambar

Tabel 1 Kisi-kisi Kuesioner Kemandirian Belajar...............................................
Tabel 1Kisi-kisi Kuesioner Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Joannes Bosco
Tabel 2 (Rincian Item yang Valid dan Gugur)
Tabel 3Kriteria Guilford
+7

Referensi

Dokumen terkait

Populasi dalam penelitian ini adalah anak jalanan yang telah terorganisir dalam Rumah Singgah Yayasan SPMAA Surabaya, sedangkan sampel yang digunakan adalah 60 anak jalanan

Berdasarkan hal di atas, telah dilakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Jaringan yang Digunakan sebagai Bahan Setek terhadap Pertumbuhan Beberapa Tipe Tanaman Gambir.”

aom ya asrk rajam dibandnB jahe gajah, dan nsnya p.das Jahe remh ncnrpunyai rimpang lebih kecil dibrddinlkai jahc lajan n.upun jahc k.cil.. Rcspimsi akan

[r]

Spaceborne Optical Data: For satellite based stereo DSMs (Krauss et al., 2011) evaluated three DTM generation approaches based on morphology, geodesic dilation and steep

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI SUMATERA BARAT 165 Dari kegiatan yang dilaksanakan maka hasil yang dicapai Dinas Kelautan dan. Perikanan Provinsi Sumatera Barat dalam Tahun

Untuk mengatasinya digunakan alat yang memakai prinsip pantulan dari cermin, dimana perubahan posisi cermin yang sangat kecil ( akibat perpanjangan batang) menyebabkan

Untuk mengetahui strategi, cara berpikir, langkah-langkah pemecahan masalah, serta kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal- soal tes, peneliti