• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRAUMA KEPALA PADA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRAUMA KEPALA PADA ANAK"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

TRAUMA

KEPALA

PADA

ANAK

Erny, Darto Saharso

(2)

Pendahuluan

USA

:

Trauma kepala : mortalitas utama pada anak >

1 tahun

Trauma kepala : >80% dari seluruh kasus trauma

Kematian seketika : 5%.

Dampak :

- Emosi

- Psikososial

(3)

EPIDEMIOLOGI

♂ > ♀

Puncak kejadian : bayi % 15 tahun

50% kasus

: usia < 5 tahun.

USA

: 1,6 juta kasus /tahun (anak &

remaja)

250.000 kasus

: perawatan di RS.

Kasus kematian : 60.000 dari seluruh kasus/tahun.

(4)

Morbiditas/mortalitas :

Hasil akhir lebih baik daripada dewasa.

Tetapi waktu pulih anak lebih lama

National Centre for Health Statistic

-

Mortalitas : 75-97%

-

10-20% cedera kepala sedang - berat

-

GCS 6-8 + koma ≥ 3 minggu : gangguan :

* Ingatan jangka pendek

* Respon lambat

(5)

Morbiditas jangka panjang / kerusakan

otak ireversibel :

1. Perubahan kepribadian, emosi &

kemampuan mental

2. Gangguan bicara dan bahasa

3. Hilangnya fungsi sensasi, pendengaran,

pengelihatan, merasa atau penciuman.

4. Kejang

5. Kelumpuhan

(6)

Faktor penyebab trauma kepala : usia & jenis kelamin

- Kendaraan bermotor (27-37%)

- Jatuh dari ketinggian > 15 kaki (24% pd usia <4 th)

- Aktivitas rekreasi (21% pada usia 10-14 th)

- Kekerasan pd anak (child abuse) (24% pada usia < 2 th)

- Kejang

- Proses persalinan operatif (VE & FE)

- Kecelakaan rumah tangga

(7)
(8)

Cedera primer Parenkim otak Sepanjang traktus white-matter Benturan otak dg protuberans tulang calvaria Penetrasi

bagian tulang / benda asing Coup injury

ICH

Robeknya traktus white-matter

aselerasi-deselerasi

(9)

Cedera sekunder cedera primer Coup injury ICH Robeknya traktus white-matter gangguan ditingkat mikrosirkulasi disintegrasi neuronal Proses inflamasi Radikal bebas zat besi bebas

neurotransmiter eksitatori (glutamat, aspartat) edema cerebral peningkatan TIK hyperemia iskemia gangguan sistemik Hipotensi hipoksia hiperkapnea CBF ↓

(10)

Otak

metabolisme aerobik

proses kerja optimal

CBF

tekanan darah rata-rata tekanan intrakranial viskositas darah produk metabolik

diameter pembuluh darah CBV

mekanisme autoregulasi

diameter

pembuluh darah intrakranial

stabil tekanan arteri 60-150 mmHg

produk metabolik

komponen gas darah arterial Myogenic Neurogenic endothelium-dependent factors perubahan tekanan parsial O2 atau CO2

(11)

Trauma penetrasi Fr os calvaria Hem epidural Perdrh subarach Contusio Concusion ICH Hem subdural Trauma difus axonal Fr tl basilar Trauma scalp Trauma primer

(12)

Subdural hematoma

epidural

Intracerebral hemorrhage

(13)

Pemeriksaan fisik

Pernafasan Pola nafas Sirkulasi darah Neurologi

Benda asing Laserasi fasial Deviasi trakea sianosis circumoral Apnea sekunder s/d paralise diafragma Cheyne-stokes periode alternating hiperpnea - apnea Hiperventilasi Apnea memanjang dg jeda akhir ekspirasi sekunder Cushing triad Bradikardi hipertensi Gangguan respirasi Kesadaran PGCS Ukuran pupil reflek cahaya Retina papil optikus Fungsi motorik sensorik Kepala

(14)

Pemeriksaan fisik

1. Pernafasan

* Identifikasi : - Benda asing, gigi tanggal,

- Laserasi fasial & tidak stabilnya tulang, - Deviasi trakea & sianosis circumoral * Menunjukkan : Hipoksia krn obstruksi saluran nafas atas

2. Pola nafas :

• Apnea sekunder s/d paralise diafragma : trauma tulang belakang superior

• Cheyne-stokes / periode alternating hiperpnea - apnea : hemisfer cerebri / diencepalon

• Hiperventilasi : rostral batang otak / tegmentum

• Apnea memanjang dg jeda akhir ekspirasi sekunder : pontine medial / kaudal

(15)

3. Sirkulasi darah :

Identifikasi :

- Cushing triad

- Bradikardi, hipertensi

- Gangguan respirasi

Menunjukkan

: Manifestasi lambat herniasi

Penyebab :

- Perdarahan intrakranial

- Perdarahan internal

- Trauma pada tulang belakang

- Contusio kardiak

- Disritmia sekunder akibat gangguan

cardiac output

(16)

4. Neurologi :

a. Kesadaran

b. Kemampuan verbal, nyeri

c. Pediatic GCS (PGCS) : < 5 tahun

* 13-15

: trauma ringan

* 8-12

: trauma sedang

* < 8

: trauma berat

(17)

d. Ukuran pupil & reflek cahaya :

1. Dilatasi pupil ipsilateral, refleks cahaya (+)

- herniasi transtentorial

- kompresi serabut parasimpatik N III

2. Dilatasi bilateral, refleks cahaya (-)

kompresi bilateral NIII / anoksia global cerebral & iskemia

3. Pin-point : kerusakan pontine

4. Posisi tengah & refleks cahaya (-) R akomodasi (+) : trauma tectum midbrain.

5. Sindroma horner (konstriksi pupil ipsilateral, ptosis & anhidrosis) :

- hipotalamus & disrupsi jalur simpatetik - Tanda awal herniasi transtentorial

6. Nystagmus : cerebelar / vestibular 7. Deviasi mata terjadi sekunder akibat :

- Lesi kortikal

- Disfungsi saraf otak - Bangkitan kejang

(18)

e. Retina & papil optikus :

1. Perdarahan retina: trauma kepala non-acidental/TIK ↑

2. Papil bendung, pulsasi vena (-) : TIK ↑

3. Refleks kornea, muntah & oculovestibular & nafas

spontan : menunjukkan lokasi tingkat kerusakan

f. Fungsi motorik & sensorik :

1. Refleks tendon profundus :

simetris & hiperaktif : trauma kepala / tulang belakang

asimetris : lesi unilateral

(19)

3. Pergerakan spontan & simetris atau dengan penekanan pd nail bed / sternum :

- pergerakan spontan ↓ dengan / tanpa flasiditas : trauma tulang belakang

- Postur decerebrasi : kerusakan pada otak tengah - Postur decortikasi : kerusakan cortex cerebral, white matter / basal ganglia

(20)

g. Kepala :

- Deformitas cervical, pembengkakan - Nyeri perabaan

- Berpindahnya bagian tubuh : tdk stabil os cervical - Laserasi & depresi

- Benda asing & disrupsi tulang & duramater

- Tanda battle / ekimosis retroaurikuler & mastoid : tanda

patognomonis fr. Os basiler.

- Mata racoon / ekimosis periorbita : fr.os basiler

- Hemotipanum : fr. os temporal, berhubungan dg distrupsi N VII & VIII

- Otorhea CSS rhinorea : fr. os basiler, akibat disrupsi

leptomeningen & os cribiformis.

(21)

Resume Pemeriksaan fisik dan status

neurologis

Pemeriksaan umum

Tanda vital

Tanda fraktur tulang kepala Hematotympanum

Ekimosis periorbital atau postauricular otorrhea atau rhinorrhea CSS

Fraktur impresi atau cedera penetrasi

Pemeriksaan Neurologi GCS/PGCS

Refleks cahaya pupil

Pemeriksaan nervi cranialis

(22)

Klasifikasi derajat cedera intrakranial

Ringan

Asimptomatis

Nyeri kepala ringan Muntah < 3 kali GCS 15 Penurunan kesadaran < 5 menit Sedang Letargi progresif

Nyeri kepala progresif Amnesia pasca-trauma Kejang pasca-trauma Multiple trauma

Cedera fasial GCS 11 – 14

Tanda fraktur basis

Penurunan kesadaran ≥ 5 menit Kemungkinan cedera penetrasi / fraktur impresi tulang kepala Muntah sering (>3 kali) / bersama dengan gejala lainnya

Berat

GCS ≤ 10 /

penurunan ≥2 poin tidak jelas

penyebabnya

Tanda neurologi fokal cedera tulang kepala penetrasi

Teraba garis

fraktur impresi skull

Compound skull fracture

(23)

Pemeriksaan penunjang Laboratorium DL serial Profil koagulasi Golongan darah BGA Pemeriksaan imaging CT Scan

kejang post trauma Amnesia

nyeri kepala progresif anamnesa tidak jelas penurunan kesadaran > 5 menit

muntah berulang > 8jam pasca trauma

keadaan tidak stabil

MRI lebih sensitif estimasi mekanisme awal cedera lanjut prediksi hasil akhir Foto kepala < 1 tahun ↓ kesad ≥ 3 menit. Penetrasi tl kepala post shunt Hematoma Scalp depresi skalp Otorrhea rhinorrhea Hemotympanum Tanda Battle Mata Raccoon

Perub status mental Kel neurologis fokal

USG

(24)

Hal yang dievaluasi pada CT Scan :

- Integritas jaringan lunak - Fontanella, garis sutura - Benda asing

- Gambaran struktur - Perdarahan

- Tanda pembengkakan - Infark

- efek massa : pergeseran garis tengah - ventrikel & kista

* Kompresi ventrikel : efek masa

* Pembesaran ventrikel : hidrosefalus

* Edema cerebral : hilangnya demarkasi white matter

(25)

Tindakan pada trauma kepala

Trauma kepala ringan

diobservasi di rumah

RS 72 jam I

Perilaku aneh

Disorientasi nama & tempat Tidak dapat dibangunkan Nyeri kepala progresif Kejang

berdiri tegak (-)

Tidur & mengantuk berlebihan

Cedera sedang observasi ketat minl 6 jam pasca-trauma progresif membaik di rumah belum baik Perawatan diperpanjang hingga 24 jam CT scan bedah saraf

Cedera berat

Harus dirawat

di RS dg fasilitas lengkap supervisi dokter NS.

(26)

Terapi gawat darurat peningkatan TIK

Kontrol hiperventilasi ( Pa CO2 pada 25 - 30 mm Hg)

Elevasi kepala dari tempat tidur derajat 30° - 45°

Menempatkan kepala & tubuh pada posisi tengah

Meminimalisasi stimulus (mis menghisap lendir dengan alat )

Restriksi cairan s/d 60% dari kebutuhan (kecuali dalam keadaan shock)

Memberi diuretik (mannitol 0.5 - 1 g/kg iv, atau furosemide 1 - 2 mg/kg iv) pada kasus yang mengalami perburukan

(27)

Penanganan Gawat darurat :

1. External Ventrikuler Drain (EVD) : - Tujuan : * monitoring TIK

* evakuasi CSS selama TIK ↑ * evakuasi darah

- Harus dilakukan pada fase awal

- sisterna basiler harus di evaluasi dg CT Scan untuk mengevaluasi ujung drain

- Indikasi:

* Trauma kepala berat (GCS < 8)

* Kelainan CT Scan saat MRS & mengalami

deteriorasi cepat pemeriksaan neurologi

(28)

2. Lumbar drain :

Indikasi : - TIK ↑ refrakter,

- mengikuti pembuangan CSS berikutnya 3. Monitoring subarachnoid & epidural :

- Indikasi : pemasangan kateter intraventrikuler - Secara teoritis :

* pemasangannya mudah * menurunkan resiko infeksi

* menurunkan resiko perdarahan

(29)

Penatalaksanaan trauma kepala :

1. Terapi medis

Tujuan utama :

- menemukan & menangani kondisi kritis

- menghilangkan / meminimalkan cedera sekunder

Brain Trauma Foundation :

Landasan : - Resusitasi jantung paru

- tanda TIK ↑ tidak jelas : terapi propilaksis ↑ TIK tidak boleh dilakukan karena bertentangan dengan proses resusitasi optimal.

(30)

Penatalaksanaan Medis

:

-

Managemen saluran pernafasan

:

*

pernafasan stabil

* Stabilisasi tulang cervical

-

Cardiovascular management

:

* Tujuan : Mencapai normotensi & euvolemia

* variabel fisiologis: Cranial perfusion pressure

(CPP) : 70-80mmhg

(31)

- Peningkatan TIK & managemen perfusi cerebral

* pengaturan posisi tidur

* cegah agitasi & ↑ aktivitas motorik

* ↓ produksi CSS, memperbaiki kompliance cerebral, ↓CBF & ↓ CBV

* Cara : - diuretika : menjaga status euvolemia - Hiperventilasi

- Barbiturat - CSS drainage

- Managemen kejang post trauma : 10% anak : antikonvulsan - Managemen perdarahan : DIC

- Terapi bedah :

- Dekompresi bedah - Elevasi fr kompresi

(32)

Managemen nutrisi

Tujuan :

1. Cegah hipoglikemia / hiperglikemia

2. Cegah katabolisme & balans negatif nitrogen

Cara :

1. Enteral

2. Parenteral

(33)

Kriteria perawatan poliklinis:

1. Cedera kepala ringan (PGCS 14-15) dgn instruksi

observasi ketat oleh orang yang dapat diandalkan

2. - Penurunan kesadaran <5 menit

- status neurologi normal

- gejala peningkatan TIK (-) mis muntah atau

nyeri kepala

- tanda fraktur basis (-)

- CT scan normal

(34)

Terapi pada perawatan poliklinis

:

1. Imunisasi Tetanus harus diperiksa & diperbaharui,

jika laserasi (+) atau kontaminasi pada luka.

2. Antikonvulsan untuk profilaksis kejang.

3. NSAIDs : kontrol nyeri yang ringan.

4. Beta-blockers : migren yang diinduksi oleh

trauma.

(35)

Komplikasi

Kejang

Kista Leptomeningeal

Meningitis sekunder

Cedera N Cranial sekunder

Post-traumatic syndrome

Buta Cortical

Migren

(36)

Prognosis

PGCS 3-5 : mortalitas 6-35%, 50-60%

PGCS 3 : mortalitas 50-60%

PGCS 3-5 : morbiditas 90% perlu rehabilitasi &

sebagian besar dapat membaik.

PGCS 3 : prognosa neurologis buruk.

PGCS 6-8 : 1/3 kasus deficit neurologis fokal &

kesulitan belajar, terutama penderita dengan koma yang

persisten <3 minggu.

(37)

Referensi

Dokumen terkait

Fraktur dinding soket alveolar maksila dan mandibula, yaitu fraktur tulang alveolar pada rahang atas atau rahang bawah yang melibatkan dinding soket labial atau

 Radiografi kranium, untuk mencari adanya fraktur, jika pasien mengalami gangguan kesadaran sementara atau persisten setelah cedera, adanya tanda fisik eksternal

PTDK bagian tengah yang melibatkan cedera saraf fasialis paling banyak terjadi pada fraktur longitudinal dengan keterlibatan tulang labirin pada telinga bagian dalam namun

Fraktur radius-ulna tertutup adalah terputusnya hubungan tulang radius dan ulna yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah, baik trauma langsung maupun

Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung,

Gejala klinis muntah dan penurunan kesadaran mempunyai hubungan dengan tekanan tinggi intrakranial sehingga dapat digunakan sebagai deteksi dint pada pasien

 Fraktur depresi terbuka dapat diterapi tanpa tindakan operatif bila tidak didapatkan bukti penetrasi dural, intraparenkim hematom, depresi lebih dari 1 cm, keterlibatan sinus

Pada keadaan penetrasi cedera otak, terjadi ketika benda asing masuk menembus tengkorak melintasi lapisan duramater melalui parenkim otak yang dapat menyebabkan kerusakan fokal,