BAB IV
HASIL ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Objek penelitian ini terdiri dari SD Negeri Kledung, SD Negeri Batursari, SD Negeri Tlahap, SD Negeri Jambu, SD Negeri 1 Kwadungan Gunung, SD Negeri 2 Kwadungan Gunung, dan SD Negeri Kruwisan. Jumlah guru di Gugus Ki Hajar Dewantara ini berjumlah 51 orang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli – Agustus tahun 2013
4.1.1 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi responden yang manjadi subjek pene-litian menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Subjek Penelitian menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
Laki-laki 12 23,5% Perempuan 39 76,5% Jumlah 51 100%
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa subjek penelitian ini yang terbanyak adalah perempu-an yaitu sebesar 76,5%, sedperempu-angkperempu-an laki-laki sebesar 23,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran distribusi subjek laki-laki dan perempuan tidak sama dalam penelitian ini. Namun demikian, jenis kelamin tidak menjadi variabel yang diteliti sehingga tidak berpenga-ruh pada hasil analisis penelitian ini.
4.1.2 Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Kelompok Umur
Distribusi responden yang menjadi subjek pene-litian ini menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Distribusi Subjek Penelittian menurut Kelompok Umur Kelompok Umur (Tahun) Frekuensi Prosentase 24 - 31 3 5,9% 32 - 38 1 1,9% 39 - 45 8 15,7% 46 – 52 22 43,1% 53 – 55 17 33,4% Jumlah 51 100%
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa subjek penelitian ini yang terbanyak adalah usia 46-52 yaitu sebesar 43,1%, sedangkan usia 24-31 sebesar 5,9%, usia 32-38 sebesar 1,9%, usia 39-45 sebesar
15,7% serta usia 53-55 sebesar 33,4%. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran distribusi subjek usia paling dominan usia 39-45 tahun. Namun demikian, usia tidak menjadi variabel yang diteliti sehingga tidak berpengaruh pada hasil analisis penelitian ini.
4.1.3 Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Lama Kerja
Distribusi responden yang menjadi subjek penelitian ini menurut lama kerja dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Distribusi Subjek Penelitian menurut Lama Kerja
Masa Kerja (Tahun ) Frekuensi Prosentase < 5 0 0% 5 – 8 7 13% 9 – 16 3 5,9% 17 – 24 11 21,6% > 24 31 60,7% Jumlah 51 100%
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa subjek penelitian ini terbanyak memiliki masa kerja 24 tahun ke atas yaitu sebesar 60% diikuti oleh guru yang telah memiliki masa kerja selama 17 - 24 tahun yaitu sebesar 21,6% dan guru yang memiliki masa kerja antara 5-8 tahun sebesar 13% dan paling sedikit adalah guru dengan masa kerja 9-16 tahun yaitu sebesar 5,9%. Distribusi ini menunjukkan bahwa para
guru yang menjadi subjek penelitian ini rata-rata telah memiliki masa kerja lebih dari 24 tahun.
4.2 Analisis Deskriptif Variabel
4.2.1 Kepuasan Kerja
Pada penelitian ini, kepuasan kerja didefinisikan sebagai sikap seseorang terhadap pekerjaanya setelah mengetahui perbandingan apa yang diinginkan dari pekerjaannya dan apa yang mereka peroleh.
Untuk melihat gambaran umum responden terhadap kuesioner pengukuran kepuasan kerja guru perlu ditetapkan standar penetapan klasifikasi jawab-an responden. Rentjawab-ang skor adalah 1 sampai 4. Jumlah item 34. Total Skor maksimal yang diperoleh responden adalah 119 sedang sekor minimal yang dapat diperoleh subyek adalah 73. Jumlah kategori ada 5 yaitu Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah, Sangat Rendah. Lebar interval masing-masing kategori dapat dihitung sebagai berikut:
Interval =
= 119 – 73 = 9,2 , dibulatkan = 9
5
Maka rentang skor tiap kategori dapat dibaca pada Tabel 4.4.
Skor maksimal-skor minimum Jumlah kategori
Tabel 4.4
Deskripsi Frekuensi Kepuasan KerjaGuru
Kategori Interval f % Mean Maks Min
Sangat Tinggi 111 -119 7 13,7 98,86 119 73 Tinggi 103 -110 8 15,6 Sedang 92 - 102 29 56,9 Rendah 83 - 93 2 3,9 Sangat Rendah 73 - 82 5 9,8 Jumlah 100
Kepuasan kerja guru adalah sekumpulan pera-saan menyenangkan dan tidak menyenangkan terha-dap pekerjaan mereka. Banyak faktor yang mempe-ngaruhi kepuasan kerja guru.
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kepuasan kerja guru sebagian besar dalam kategori sedang yaitu sebesar 56,9%. Guru yang memiliki tingkat kepuasan kerja sangat tinggi sebesar 13,7%, guru yang memiliki kepuasan kerja tinggi sebesar 15,6%. Guru yang memiliki tingkat kepuasan kerja rendah sebanyak 3,9% sedangkan yang memiliki kepuasan kerja sangat rendah sebesar 9,8%. Rata-rata kepuasan kerja guru masuk pada kategori kepuasan kerja yang sedang dengan skor 98,86. Ini berarti bahwa guru memiliki perasaan senang pada pekerjaan yang dilakukannya.
4.2.2 Motivasi Kerja Guru
Motivasi pada penelitian ini didefinisikan sebagai rangkaian pemberian dorongan kepada seseorang
untuk melakukan tindakan pencapaian tujuan (Maslow, 1993), yang diukur dari aspek-aspek keterli-batan terhadap kerja/profesi, keinginan mobilitas ke atas, pandangan ke dalam karir, ketahanan karier, kemampuan mengambil resiko, kemampuan untuk bersaing.
Untuk melihat gambaran umum responden terhadap skala pengukuran Motivasi Kerja Guru perlu ditetapkan standar penetapan klasifikasi jawaban responden. Rentang skor adalah 1 sampai 4 dan jumlah item 25. Jumlah kategori ada 5 yaitu Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah, Sangat Rendah. Total skor maksimal yang diperoleh responden adalah 95 sedangkan skor minimal yang diperoleh responden adalah 80. Lebar interval masing –masing kategori dapat dihitung sebagai berikut:
Interval =
= 95 – 80 = 3
5
Maka rentang skor tiap kategori dapat dibaca pada Tabel 4.5.
Skor maksimum-skor minimum Jumlah kategori
Tabel 4.5
Deskripsi Frekuensi Motivasi Kerja Guru
Kategori Interval f % Mean Maks Min
Sangat Tinggi 93-95 4 7,8 87,18 95 80 Tinggi 89-92 16 31,4 Sedang 86-88 15 29,4 Rendah 83-85 8 15,7 Sangat Rendah 80-82 8 15,7 Jumlah 100 %
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa motivasi kerja guru 31,4% dalam kategori Tinggi, dalam kategori Tinggi sebesar 7,8%, guru yang memiliki motivasi kerja sedang sebesar 29,4%, guru yang memiliki motivasi kerja rendah sebesar 15,7%, sadang guru yang memiliki motivasi kerja sangat rendah sebesar 15,7 sedangkan rata-rata motivasi kerja guru memiliki skor 87,18 dalam kategori Tinggi. Data tersebut bermakna bahwa guru dalam bekerja sebagian memiliki motivasi yang beragam, kebanyakan tinggi sebanyak 31 orang, tetapi yang memiliki moti-vasi kerja rendah dan sangat rendah 16 orang. Mereka memiliki motivasi yang cukup untuk menjalankan pekerjaanya sebagai guru, tetapi untuk mencapai prestasi yang lebih baik, sehingga perlu dorongan dari kepala sekolah untuk meningkatkan motivasi guru. 4.2.3 Kenerja Mengajar Guru
Untuk melihat gambaran umum responden ter-hadap skala pengukuran Kinerja Mengajar Guru perlu
ditetapkan standar penetapan klasifikasi jawaban responden. Rentang skor adalah 1 sampai 4 dan jumlah item sebanyak 50. Total skor maksimal yang diperoleh responden adalah 174 sedangkan skor minimal yang diperoleh responden adalah 123. Jumlah kategori ada 5 yaitu Sangat Baik, Baik, Sedang, Buruk, Sangat Buruk. Panjang interval masing-masing kategori dapat dihitung sebagai berikut:
Panjang Interval =
= 173–121 = 10,2 dibulatkan 10
5
Maka rentang skor tiap kategori dapat dibaca pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Deskripsi Frekuensi Kinerja Mengajar Guru
Kategori Interval f % Mean Maks Min
Sangat Baik 163-173 8 15,7 148,7 173 121 Baik 152-162 5 9,8 Sedang 142-151 28 54,9 Buruk 132-141 8 15,7 Sangat Buruk 121- 131 2 3,9 Jumlah 51 100
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa skor kinerja mengajar guru sebagian besar berada pada kategori Sedang yaitu 54,9%, dan 15,7% pada kategori
Skor maksimum-skor minimum Jumlah kategori
Sangat Baik, sedangkan untuk kategori tinggi seba-nyak 9,8%. Untuk guru yang memiliki kinerja menga-jar Buruk sebanyak 15,7% dan yang sangat buruk sebesar 3,9%. Skor rata-rata sebesar 148,7 menunjuk-kan bahwa kinerja mengajar guru di Gugus Ki Hajar Dewantara berada pada kategori Baik. Data tersebut bermakna bahwa guru di gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kledung memiliki Kinerja mengajar yang beragam. Yang memiliki kinerja mengajar Sedang sebanyak 28 orang, yang memiliki kinerja mengajar Baik 5 orang dan yang Sangat Baik 8 orang, tetapi yang memiliki kinerja mengajar Buruk 8 orang dan yang Sangat Buruk 2 orang.
Data tersebut bermakna bahwa guru dalam bekerja memiliki kinerja mengajar yang baik untuk menjalankan pekerjaannya sebagai guru, tetapi bebe-rapa orang perlu meningkatkan kinerja mengajarnya. Kepala sekolah perlu untuk memberikan motivasi kepada guru.
4.3
Analisis Korelasi
Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, se-hingga dapat diketahui apakah data sampel yang ada menyediakan bukti cukup bahwa ada kaitan antara variabel-variabel dalam populasi asal sampel, serta dapat diketahui seberapa kuat hubungan antar variabel tersebut yang disebut koevisien korelasi atau
disebut korelasi saja (Santoso, 2001). Hasil analisis korelasi, dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Analisis Korelasi Spearman’s rho
Correlations
Y_Kinerja X1_Motivasi
X2_Kep. Kerja Spearman's rho Y_Kinerja Correlation
Coefficient 1.000 .462 ** .393** Sig. (2-tailed) . .001 .004 N 51 51 51 X1_Motivasi Correlation Coefficient .462 ** 1.000 .115 Sig. (2-tailed) .001 . .420 N 51 51 51 X2_Kep.Kerja Correlation Coefficient .393** .115 1.000 Sig. (2-tailed) .004 .420 . N 51 51 51 **. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
Tabel 4.7 menunjukkan koefisien korelasi Spearman’s rho antara Kinerja dengan Kepuasan Kerja menunjukkan angka 0,393 >rtabel= 0,2732 signifikan.
Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa koefisien korelasi kepuasan kerja dengan kinerja mengajar guru = 0,393 > rtabel = 0,2732, artinya semakin tinggi
kepuasan kerja guru maka semakin tinggi pula skor kinerja mengajar guru. Sebaliknya semakin rendah skor kepuasan kerja guru maka semakin rendah pula skor kinerja mengajar guru.
Koefisien antara motivasi kerja gurudengan kinerja mengajar guru = 0, 462 > rtabel = 0,2732,
artinya semakin tinggi motivasi kerja guru semakin tinggi pula kinerja mengajar guru, sebaliknya semakin rendah skor motivasi kerja guru maka semakin rendah skor kinerja mengajar guru.
4.4 Uji Hipotesis
Setelah nilai korelasi didapat kemudian kita menguji apakah hasil korelasi yang didapat signifikan atau dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua variabel. Dalam penelitian ini merumus-kan hipotesis sebagai berikut:
1. H0 : rx1y = 0. Tidak ada hubungan yang signifikan
antara kepuasan kerja dengan kinerja mengajar guru Sekolah Dasar di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung
H1 : rx2y ≠ 0. Ada hubungan antara antara Kepuasan Kerja dengan kinerja mengajar guru Sekolah Dasar di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kledung Kabu-paten Temanggung.
Hasil penelitian diperoleh rx1y = 0,462 > 0 artinya
hipotesis 1, H0 ditolak dan H1 diterima. Karena ada
hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja mengajar guru.
2. H0 : rX2Y = 0. Tidak ada hubungan yang signifikan
antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar mengajar guru Sekolah Dasar di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamat-an Kledung Kabupaten TemKecamat-anggung H1 : rx2y ≠ 0. Ada hubungan antara antara Motivasi
Kerja dengan kinerja mengajar guru Sekolah Dasar di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kledung Kabu-paten Temanggung
Hasil penelitian diperoleh rx1y = 0,393 > 0 artinya
hipotesis 2, H0ditolak dan H1 diterima. Karena ada
hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru.
4.5 Pembahasan
4.5.1 Hubungan Kepuasan Kerja Guru dan Kinerja Mengajar Guru
Hasil penelitian yang kami lakukan menunjuk-kan bahwa kepuasan kerja dan kinerja mengajar pada guru Sekolah Dasar Negeri di Gugus Kihajar Dewan-tara Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung, memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan koefi-sien korelasi sebesar 0,462 >rtabel = 0,2732. Ini berarti
bahwa semakin tinggi kepuasan kerja kerja seorang guru pada pekerjaannya maka semakin tinggi
kinerja-nya. Dengan kata lain, kenaikan kepuasan kerja para guru akan diikuti kenaikan kinerja dalam mengajar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yudianto (2008) yang menemukan bahwa kepuasan kerja guru berpengaruh secara signifikan dengan p =0,014 < 0,05 dan berarti ada korelasi antar dua variable tersebut. Hal ini sesuai dengan yang ditemukan pada guru-guru yang menjadi sampel pada penelitian ini.
Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil peneli-tian Warsidi (2004) yang menyimpulkan bahwa kepu-asan kerja tidak berkorelasi secara signifikan dengan
kinerja mengajar guru dengan koefisien korelasi r =-0,014. Dalam penelitian Warsidi, kepuasan kerja
yang diteliti terkait dengan kompensasi yang mereka terima dan tidak memperhatikan faktor-faktor yang lain seperti pengakuan dari pimpinan, kesempatan untuk berkembang dan kondisi kerja.
Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja mengajar guru. Pada penelitian ini penilaian kinerja mengajar dilakukan pada pelaksa-naan tugas pokok guru dalam kurun waktu tertentu dengan format penilaian tertentu pula. Semakin tinggi kepuasan kerja guru maka semakin baik kinerja mengajar guru. Untuk meningkatkan kinerja mengajar guru perlu meningkatkan kepuasan kerja mereka. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkat-kan kepuasan kerja guru antara lain menciptameningkat-kan hubungan yang baik dengan teman kerja, mencipta-kan kondisi kerja yang baik, memberi tanggung jawab dan memberi pengakuan atas prestasi kerjanya.
Guru yang memiliki kinerja mengajar yang tinggi adalah guru yang mengutamakan tugasnya, sehingga secara kontinyu akan mewujudkan dan meningkatkan prestasi kerja yang dimanifestasikan dalam bentuk kerja keras, disiplin, tekun, dan berwawasan ke depan. Dapat dipastikan bahwa guru yang memiliki kinerja mengajar tinggi akan mampu melaksanakan pekerjaannya secara maksimal (Masidjo, 1985). Kepuasan Kerja guru ditunjukkan bahwa guru merasa senang melakukan tugas-tugasnya di sekolah. Rasa senang pada pekerjaan ini akan terlihat dari kemam-puannya untuk bekerja keras mencapai tujuan pen-didikan.
Kepuasan kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dalam dirinya sendiri maupun dari lingkungannya. Kepuasan kerja guru yang berhubungan dengan pekerjaannya dapat di-pengaruhi enam factor utama yaitu tingkat upah dan gaji yang diterima, pekerjaan itu sendiri, pengawasan, promosi karir, kelompok kerja, dan kondisi kerja. Faktor tersebut akan menentukan sejauh mana seorang guru merasa senang dengan profesi yang dijalankan. Guru Sekolah Dasar Negeri di Gugus Kihajar Dewantara Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung, sebagian sudah mendapatkan tunjangan
sertifikasi sehingga memiliki upah dan gaji yang diterima cukup layak, hal ini memberikan pengaruh yang baik pada kepuasan kerja guru. Di samping itu promosi karir bagi guru juga diperhatikan oleh atasan, terbukti dengan adanya pengiriman guru pada seleksi Kepala sekolah, yang secara langsung berdampak pada kepuasan guru pada pekerjaannya, karena karir-nya dapat meningkat.
4.5.2 Hubungan Motivasi Kerja dan Kinerja Meng-ajar
Motivasi kerja adalah dorongan yang muncul dari dalam dan dari luar individu untuk melakukan suatu pekerjaan dengan keinginan untuk mencapai keberhasilan, kesuksesan atau kesempurnaan. Dorongan dari dalam diri (instrinsik) dimanifestasikan dalam keinginan untuk mengetahui visi dan misi kerja, keinginan untuk mencapai penghargaan, ke-inginan untuk berprestasi, keke-inginan mendapat upah, keinginan meningkatkan karir, dan keinginan untuk bersosialisasi dengan mitra kerja. Sedangkan dorong-an dari luar diri (Ekstrinsik) dimdorong-anifestasikdorong-an dalam suasana yang baik di tempat kerja, pemberian upah atau gaji yang layak, penghargaan dan pengakuan atas pekerjaan dan adanya kode etik dalam bekerja.
Hasil penelitian guru Sekolah Dasar Negeri di Gugus Kihajar Dewantara Kecamatan Kledung Kabu-paten Temanggung, menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara motivasi kerja terha-dap kinerja mengajar guru Sekolah Dasar Negeri di Gugus Kihajar Dewantara Kecamatan Kledung Kabu-paten Temanggung, dengan koefisien korelasi sebesar 0,393 >rtabel = 0,2732.Ini berarti bahwa jika kebutuhan
guru itu, banyak dipenuhi maka mampu mendorong semangat kerjannya, sehingga kinerja mengajar men-jadi meningkat. Kinerja yang meningkat itu akan menguntugkan guru itu sendiri, murid, dan dunia pendidikan. Maka pemberian motivasi dari Kepala Sekolah akan berpengaruh terhadap tingginya kinerja guru dan prestasi kerja guru.
Dari hasil analisis korelasi dalam penelitian ini mendukung hasi penelitian yang dikemukakan oleh Harsanto (2003) bahwa ada hubungan yang signifikan terhadap kinerja mengajar. Penelitian Kusmadi (2013) juga membuktikan adanya hubungan yang signifikan motivasi kerja terhadap prestasi kinerja. Dari kedua peneliti ini dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja meng-ajar guru. Namun Kamla (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifi-kan antara motivasi kerja dengan kinerja tenaga puskesmas dalam pencapaian cakupan program imu-nisasi tingkat puskesmas. Adanya perbedaan temuan penelitian ini disebabkan perbedaan lingkungan kerja secara tidak langsung juga berpengaruh pada perilaku individu dalam bekerja.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa hubung-an hubung-antara motivasi kerja denghubung-an kinerja mengajar guru ditemukan lebih rendah dibandingkan kepuasan kerja dengan kenerja mengajar guru. Hal ini terjadi karena faktor kepuasan kerja secara langsung berhubungan dengan pekerjaan, sedangkan motivasi lebih cende-rung pada pemenuhan kebutuhan masing-masing individu. Kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat berdampak pada penurunan kinerja, karena apa yang diharapkan oleh para guru tidak tercapai. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru dibandingkan dengan kepuasan kerja pada penelitian ini.