IDENTITAS
PERUSAHAAN
TI-D3 UDINUS
SEMESTER GENAP 2011-2012
Pengertian Lambang
Kata lambang merupakan terjemahan dari kata symbol (Inggris) yang berasal dari kata
symbolum (Latin) atau symbolon (Yunani) yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan
sesuatu hal kepada seseorang.
Edwin Djuanda (1988:8) menuliskan lambang adalah suatu wujud tertentu dan mengandung maksud atau memiliki pengertian dan ide tertentu untuk menyatakan atau memberi kesan sesuatu yang lain. Lambang atau simbol dapat berupa benda-benda atau bentuk-bentuk misalnya lambang partai, palang merah, garuda pancasila, salib, bulan bintang, lambang matematika dan logika, lambang dari badan atau organisasi seperti PBB, departeman, sekolah/ universitas/ institut.
Ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk dari lambang berkembang terus. Teori yang mempelajari lambang secara umum dinamakan semiotics (semiotika-Indonesia). Segi yang dipelajari adalah hubungan antar lambang, penafsiran lambang, maksud dan cara pemakaian lambang.
Lambang Sebagai Bahasa Rupa
Menurut DR. Agus Sachari dalam bukunya yang berjudul Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Nilai-nilai estetika yang menyerupai budaya rupa dapat pula dicermati sebagai analogi ilmu linguistik. Unsur-unsur ungkapan yang hadir dalam satu artifak dapat dinilai sebagai ‘bahasa rupa’ yang mengkomunikasikan satu narasi ataupun simbol. Dengan demikian dalam konteks bahasa rupa, unsur-unsur rupa dapat dianalogikan sebagai satu gramatika bentuk, warna, dan nilai yang mengungkapkan suatu komunikasi verbal.
Ungkapan-ungkapan gambar, baik yang merupakan karya seniman besar, anak-anak, masyarakat primitive maupun karya seorang perancang dapat kita nilai misi dan sasaran komunikasinya. Sebuah relief pada dinding candi Borobudur misalnya, dapat dicermati sebagai sebuah narasi verbal tentang peristiwa yang terjadi dalam masyarakat pada waktu tertentu.
Lambang universal adalah sesuatu yang berangkat dari pengalaman semua orang. Upaya untuk memahami lambang atau simbol seringkali rumit atau kompleks, oleh karena itu dalam kenyataannya logika dibalik pemahaman lambang seringkali tidak sama dengan logika yang digunakan orang setiap hari. Contoh dari kasus ini misalnya, tato secara universal
melambangkan sebuah pemberontakan. Akan tetapi di Kalimantan, penggunaan tato merupakan sebuah tradisi.
Tradisi perwujudan dalam Lambang rupa tidak selalu sama di setiap Daerah, tergantung pada lingkungan tempat tinggal dan mata pencaharian masyarakat setempat. Masyarakat yang bertempat tinggal disekitar pesisir pantai dan bermata pencaharian nelayan ungkapan lambangnya selalu menampilkan suatu obyek yang berkaitan dengan kelautan, seperti perahu, dan ikan-ikan laut. Demikian pula halnya pada masyarakat yang berada dipedalaman dan bermata pencaharian agraris, perlambangannya banyak menampilkan obyek-obyek yang berhubungan dengan agraris.
Lambang merupakan pengenalan sesuatu bentuk yang mengalami perlambangan, serta mempunyai arti dan makna. Lambang tersebut terdiri dari bentuk-bentuk sederhana seperti lingkaran, Segitiga, dan persegi yang mengalami perkembangan. Pemakaian Lambang dengan bentuk yang bervariasi telah digunakan sejak dahulu sampai waktu sekarang ini.
Indonesia merupakan Negara dengan berbagai macam suku, adat dan budaya. Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa, dengan latar belakang sosio-budaya yang beraneka ragam. Selain itu legenda (cerita rakyat) yang bermacam-macam sejarahnya. Kemajemukan tersebut tercermin dalam berbagai aspek kehidupan oleh karena itu diperlukan sikap yang mempengaruhi ikatan-ikatan kesukuan dan kedaerahan, semua itu bisa terwakili oleh suatu lambang.
Sebuah lambang dikenal baik dan dikenal luas apabila lambang tersebut sering muncul di masyarakat, baik itu diberbagai tempat maupun setiap waktu kemunculan lambang tersebut sering diperhatikan. Apalagi lambang yang menarik dari segi visualnya, besar kemungkinan akan jadi pusat perhatian orang yang melihat, ketimbang lambang yang biasa-biasa saja.
Bahasa Rupa
Salah satu karya yang ditemukan dalam karya rupa atau artifak manusia purba adalah ungkapan bahasa rupa. Hal ini terbukti dengan ditemukannya ungkapan rupa yang paling tua, berupa gambar – gambar dengan teknik cukil dan guratan batu tajam pada dinding – dinding gua yang gelap dan lembab. Penemuan ini terdapat di Perancis Selatan dan Spanyol Utara pada akhir abad ke – 19, dan masih banyak lagi temuan mengenai ungkapan bahasa melalui ungkapan gambar seperti di Mesir yang terletak pada dinding Piramid, atau yang paling dekat dengan kita, kita dapat melihat bahasa rupa pada dinding relief Candi Borobudur
Menurut Jacobson dalam Agus Sachari (2005:71), bahasa rupa adalah suatu sistem tanda yang berupa visual , baik berupa kumpulan tanda ataupun tanda tunggal yang merupakan tanda komunikasi simbolik atau komunikasi rupa.
Dengan demikian manusia pada jaman dulu sebenarnya telah mengkomunikasikan tanda rupa dari peradaban manusia yang hidup beberapa ribu tahun yang silam. Sehingga kita tahu bahwa pada waktu itu telah hidup sekelompok manusia yang memiliki keterampilan dalam menggambar. Secara tidak langsung, sebenarnya mereka telah membuat tanda rupa mengekspresikan jamannya kepada masyarakat saat ini.
Masyarakat pada saat ini disadari atau tidak, dalam kesehariannya dikelilingi oleh beribu – ribu jenis tanda rupa. Mulai dari bangun tidur, dijalan raya, di tempat tempat umum, bahkan hingga di tempat tempat yang bersifat khusus seperti ruang operasi, ruang gawat darurat, banyak tertadapat tanda tanda rupa. Misalkan saja di tempat – tempat umum seperti jalan raya, sering ditemukan tandarupa berupa lingkaran berwarna merah dengan garis putih yang melintang ditengahnya, tanda tersebut dipahami sebagai tanda dilarang masuk bagi kendaraan.
Seiring dengan perkembangan peradaban manusia pada saat ini dan kajian ilmu mengenai bahasa rupa semakin berkembang, khususnya karya desain. Karya desain erat kaitannya dengan bahasa rupa, karya desain tersebut merupakan sistem tanda dari perkembangan estetik, teknologi, ilmu pengetahuan, aspek – aspek kemanusiaan, ideologi hingga kebudayaan.
Teori Bahasa Rupa
Unsur –unsur ungkapan yang hadir dalam satu artifak dapat dinilai sebagai bahasa rupa yang mengkomunikasikan satu cerita ataupun simbol. Dengan demikian dalam konteks bahasa rupa, unsur – unsur rupa dapat dianalogikan sebagai satu gramatika bentuk, warna dan nilai, yang mengungkapkan satu komunikasi verbal.
Ungkapan – ungkapan gambar, baik yang merupakan karya seniman besar, anak – anak, masyarakat primitif maupun karya seorang perancang, dapat kita nilai misi dan sasaran komunikasinya. Sebuah relief pada Candi Borobudur misalnya dapat dicermati sebagai sebuah narasi verbal tentang peristiwa yang terjadi pada masyarakat tertentu. Demikian juga dengan pesawat Concorde yang dicermati sebagai sebuah komunikasi masyarakat perancangnya dalam menguasai teknologi dan tingkat peradaban dimasa moderen.
Bahasa Rupa Gambar
Bahasa rupa gambar dalam arti yang luas, sering di gunakan untuk menyebut seluruh hal yang berhubungan dengan ‘rupa’ suatu gambar. Yang di maksud dengan gambar adalah sesuatu yang tampak pada sesuatu bidang yang relatif datar ; sketsa, lukisan, foto, karya grafis dan sebagainya.
Desain Dalam Bahasa Rupa
Alat komunikasi manusia pada dasarnya tidak hanya bahasa tulisan, bahasa lisan atau bahasa isyarat melainkan juga bahasa rupa yang merupakan alat komunikasi simbolik atau komunikasi rupa. Salah satu unsur penting dalam komunikasi rupa adalah bahasa rupa.
Menurut Wucius Wong dalam Agus Sachari (2005:71), bahasa rupa merupakan kerangka dasar dari desain. Bahasa rupa seperti bahasa yang lain, juga memiliki apa yang dikenal dengan kaidah atau konsep desain. Desain, sebagai bahasa rupa pada umumnya memiliki empat kelompok unsur, yaitu :
a. Unsur Konsep, yang terdiri dari titik, garis dan bidang b. Unsur Rupa, yang terdiri dari bentuk, ukuran dan warna
c. Unsur Pertalian, yang terdiri dari arah, kedudukan, ruang dan gaya d. Unsur Peranan, yang terdiri dari makna.
Keempat unsur diatas sebenarnya saling berkaitan dan berhubungan, karena suatu tanda yang tidak memiliki makna, gaya dan fungsi hanya merupakan bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh penafsir. Pemahaman mengenai makna sebuah bahasa, menurut de Saussure, dapat dilihat dari dua bentuk pemahaman, yaitu konotasi dan denotasi.
Denotasi adalah makna kata atau tanda yang didasarkan pada penunjukan yang lugas, pada sesuatu diluar bahasa atau yang didasarkan atas konversi tertentu dan bersifat objektif, denotasi dapat dikatakan pula sebagai makna sebenarnnya dari suatu tanda. Sedangkan konotasi adalah pengungkapan bahasa melalui ekspresi, dapat dikatakan makna bukan sebenarnya dari suatu tanda namun berkaitan dengan denotasi (Saussure dalam Sobur, 2006 : 126).
Unsur Konsep
Konsep dapat pula di sebut dengan rancangan, perencanaan, yang dikaitkan secara langsung untuk pemecahan sebuah gagasan atau ide. Menurut Wucius Wong konsep terdiri atas, titik, garis dan bidang, dimana ketiganya memiliki hubungan.
1. Titik
Menurut Maurice dalam bukunya Basic Design : The Dinamic Of Visual Form mengatakan titik, dalam penggambarannya tidak saja berindikasi sebagai lokasi, tetapi jauh didalamnya, titik juga memiliki daya tarik dan berhubungan dengan sebuah bidang. Jika ada dua buah titik yang berdekatan, maka makna dari sebuah titik akan berubah, dimana peranannya tidak saja kepada bidang, melainkan akan memberikan pengaruh diantara keduanya. Begitupun jika titik yang berada dalam satu bidang lebih dari dua (Maurice :1990:24).
2. Garis
Secara umum garis terdiri dari unsur-unsur titik yang juga mempunyai peran tersendiri, unsur titik bisa juga mendukung keindahan. Bentuk garis bisa bersifat lurus atau lengkung, namun keduanya mempunyai bentuk dan karakter yang berbeda. Antara garis lurus dengan garis lurus lainnya juga bisa berbeda, misalnya berbeda dalam tekanan, ketebalan dan letak. Masing-masing akan memiliki karakter tersendiri. Sifat garis yang umum dikenal yaitu lurus, lengkung dan bersudut. Dalam penggunaan, mempunyai arah seperti horisontal, vertikal, diagonal atau miring. Garispun mempunyai dimensi seperti tebal, tipis, panjang dan pendek, juga saling berhubungan dalam bentuk garis paralel atau sejajar, garis memancar atau radiasi dan garis yang saling berlawanan.
3. Bidang
Bidang terjadi karena persepsi dari apa yang kita lihat, bidang merupakan bagian datar yang memberikan pengaruh terhadap apa yang ada di sekitarnya (Kusmiati, 1999:6).
Unsur Rupa
Rupa dapat dikatakan pula sebagai perwajahan, berkaitan dengan karya menurut Wucius Wong, unsur rupa terdiri atas :
1. Bentuk
Istilah bentuk atau form digunakan untuk menyatakan suatu bangun (shape) yang tampak dari suatu benda. Sebenarnya bentuk, massa dan area, mempunyai arti yang sama. Begitu juga shape bila diartikan sebagai form, khususnya untuk benda-benda yang sifatnya dua demensional. Istilah “massa” lebih dikaitkan dengan benda-benda yang berbentuk dua maupun tiga dimensional. Bentuk (form) adalah tubuh atau massa yang berisi garis-garis, sedangkan garis adalah bagian tepi atau garis tepi atau garis pinggir bentuk suatu benda atau biasa disebut “kontur benda”. Berdasarkan jenisnya bentuk dasar dapat dibagi menjadi:
Segitiga, merupakan lambang dari konsep trinitas, sebuah konsep religius yang berdasarkan pada tiga unsur alam semesta yaitu Tuhan, manusia dan alam. Secara umum bentuk dari segitiga mencerminkan asosiasi kekuatan, agresi, pergerakan, dinamis dan perasaan maskulin. Selain itu segitiga juga bisa melambangkan unsur api, agung, bijaksana, agama, energi dan kekuatan.
Segiempat, secara umum bentuk segiempat memiliki asosiasi keteraturan dan keamanan, selain itu bentuk segiempat bisa juga melambangkan tanah dan perasaan maskulin.
Lingkaran, Bentuk lingkaran memiliki asosiasi menyeluruh atau keseluruhan, keamanan, kesatuan dan ketahanan. Selain itu lingkaran juga bisa melambangkan kehangatan, perasaan wanita, kenyamanan dan cinta (Iip, 1999:6).
2. Ukuran
Ukuran sangat berhubungan erat dengan panjang, lebar, tinggi, luas dan isi. Dengan kata lain ukuran dapat seberapa besar, luas, tinggi, dan berat sebuah bentuk.
3. Warna
Sebagai bagian dari elemen logo, memegang peran sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari logo tersebut. Dalam perencanaan corporate identity, warna mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek identitas. Lebih lanjut dikatakan oleh Henry Dreyfuss bahwa : warna digunakan dalam simbol-simbol grafis untuk mempertegas maksud dari simbol -simbol tersebut Sebagai contoh adalah penggunaan warna merah pada segitiga pengaman, warna-warna yang digunakan untuk traffic light merah untuk berhenti, kuning untuk bersiap-siap dan hijau untuk jalan. Dari contoh tersebut ternyata pengaruh warna mampu memberikan impresi yang cepat dan kuat.
Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek – efek tertentu. Secara psikologis diuraikan oleh J. Linschoten dan Drs. Mansyur dalam Kusmiati (1999 : 25) tentang warna sbb: Warna – warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam-macam benda.
Unsur Pertalian
Seperti yang di ungkapkan sebelumnya bahwa unsur pertalian menurut Wucius Wong berkaitan dengan arah, kedudukan, ruang dan gaya, dimana keempatnya saling berhubungan.
Arah dapat diartikan dengan menunjukan kepada sesuatu, seperti keatas, kebawah, kekanan atau kekiri atau dalam karya visual dapat pula memberi sebuah kesan seperti terpusat, menyebar dan sebagainya. Kedudukan berfungsi pula sebagai peranan, dalam karya desain dapat dikatakan bagaimana peranan karya desain tersebut terhadap sebuah lembaga.
Ruang terjadi karena adanya presepsi mengenai kedalaman sehingga terasa jauh dan dekat, tinggi dan rendah, tampak melalui indra penglihatan. Ruang kedalaman memang tidak terlihat, tetapi bisa menjadi nyata, dengan keberadaan benda-benda serta permukaan yang membatasi dan menegaskannya (Kusmiati 1999:8).
Unsur Peranan
Unsur peranan ini sangat berkaitan erat dengan pemaknaan. Dalam ilmu linguistik, pemaknanaan terhadap sebuah kata terdapat pemahaman pemaknaan denotasi dan konotasi. Namun hal ini juga dalam perkembangan bahasa rupa dimana unsur rupa merupakan sebuah ungkapan ekspresi maka pemaknaan terhadap sebuah rupa dapat fahami baik denotasi maupun konotasi (Sachari, 2005 :70).
Makna Dalam Bahasa Rupa
Dalam pandangan Saussure, makna sebuah tanda sangat dipengaruhi oleh suatu tanda yang lain. Sementara itu, Umar Junus menyatakan bahwa makna dianggap sebagai fenomena yang bisa dilihat sebagai kombinasi beberapa unsur dengan setiap unsur itu. Secara sendiri – sendiri, unsur tersebut tidak mempunyai makna sebenarnya (Sobur, 2006 : 126).
Pemaknaan dalam bahasa rupa menuru Agus Sachari dalam bukunya Budaya Rupa, terdiri atas makna denotasi atau pemaknaan dalam makna sebenarnya, dan makna konotasi yaitu pemaknaan melalui ungkapan atau ekspresi.
Denotasi dalam bahasa rupa dapat dimaknai dengan memperhatikan kepada informasi, fungsi ataupun aspek – aspek lainya yang berkaitan dengan produksi. Sedangkan untuk hal – hal yang bermuatan ekspresi, seperti bentuk, citra, ataupun hal – hal yang bersentuhan dengan aspek humanitis, cenderung diterapkan tanda – tanda konotatif .
Logo Sebagai Salah Satu Karya Desain
Di era perkembangan karya desain seperti yang telah terjadi dewasa ini, dalam dunia seni rupa Indonesia, desain kerap dikaitkan dengan reka bentuk, reka rupa, tata rupa, perupaan, rancang bangun, perencanaan, sketsa ide, gambar, busana, hasil keterampilan, kriya, penggayaan, komunikasi rupa, denah, lay out, ruang (interior), benda yang bagus, pemecahan masalah rupa, seni rupa, tata bentuk, tata warna, ukiran, motif, ornamen, dekorasi (desain sebagai kata benda) atau; menata merancang, mengkomposisi, menghias, menyususun, mencipta, berkreasi, menggambar, menginstalasi, menyajikan karya (desain sebagai kata kerja) dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kerupaan dalam arti luas.
Pengertian Logo
Munculnya logo sudah ada sejak jaman dahulu yang sering disebut simbol atau lambang, yang digunakan sebagai pembeda atau identitas dari kelompok satu dengan kelompok lain (Didit Widiatmoko Suwardikun, 2009). Sedangkan di Indonesia pada masa lalu garis telah menjadi salah satu penanda objek ritual didinding gua. Seperti yang ditorehkan di gua Leang-leang Sulawesi. Ini merupakan salah satu bukti perjalanan logo, kini peradaban telah sampai pada fase penempatan logo sebagai lambang yang menjual.
Kata logo sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu logos yang sampai saat ini mengalami perkembangan pengertian yang signifikan. Saat ini logo telah menjadi sebuah bendera, tanda tangan, yang secara langsung tidak menjual namun memberi suatu identitas, informasi, persuasi yang pada akhirnya sebagai alat pemasaran (Safanayong, 2009 ).
Banyak pendapat para ahli yang menyebutkan beragam pengertian mengenai logo namun secara umum logo adalah sebuah identitas berupa bentuk visual yang tidak hanya terlihat bagus, indah dan mudah diingat namun juga memiliki arti tertentu yang mewakili dari suatu kelompok, golongan, perusahaan, daerah, produk, negara yang membedakan yang satu dengan yang lain. Sebagai tambahan persepsi logo sering juga disebut dengan brand,
trademark atau merek. Istilah-istilah ini muncul ketika logo digunakan dalam sebuah
perusahaan atau produk dagang. Jika brand diartikan dengan sebuah kelompok yang didalamnya tidak hanya terdiri dari logo yang terlihat secara fisik namun juga mencakup secara keseluruhan non fisik, pengalaman dan asosiasi.
Sedangakan trademark atau merek merupakan logo yang erat hubungannya dengan hukum dan legal. Logo yang menjadi trademark atau merek merupakan logo yang telah dipetenkan dan dilindungi oleh pemerintah.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, logo adalah huruf atau lambang yang mengandung suatu makna, terdiri atas satu kata atau lebih, sebagai identitas lembaga dan atau nama lembaga.
Logo dalam peranannya sebagai salah satu identitas yang dimiliki oleh sebuah lembaga, merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk dan karya desain yang ada saat ini.
Desain tidak berkaitan secara langsung dengan pembuatnya, tetapi berkaitan erat dengan proses dan hasil kerjanya.
Terkadang sering kali seseorang sulit untuk membedakan istilah dalam logo, bahkan kebanyakan orang menyebut pengertian yang sama terhadap logo, padahal logo terdiri atas beberapa jenis dan tipenya, berikut pengertian logo berdasarkan jenisnya :
Logotype/Word Marks/Brand Name
Pada awalnya logo disebut dengan istilah logotype yaitu sebuah tulisan yang memiliki etintas atau mewakili dari objek (barang, manusia, tempat, organisasi, ide). Sehubungan dengan perkembangan dan pengetahuan sehingga orang menambahkan tulisan tersebut dengan visual, yang saat ini disebut dengan logo.
Logogram/Device Marks/Brand Mark
Kebanyakan orang yang beranggapan logogram adalah elemen dari logo yang berbentuk visual, namun sebenarnya logogram adalah simbol-simbol yang mewakili dari sebuah tulisan yang menjadi sebuah gambar yang memiliki makna.
Fungsi dan Tujuan Logo
Logo tidak semeta begitu saja dibuat, namun didalamnya terdapat fungsi dan tujuan. Saat ini logo banyak digunakan dalam bidang pemasaran atau perusahaan. Berikut fungsi logo menurut Murphy dan Rowe (1993) :
1. Sebagai identifikasi
Logo merupakan wajah awal yang dilihat oleh masyarakat. Tahapan untuk
mencitrakan logo dapat mudah diingan serta mengidentifikasikan latar belakang dari perusahaan. Tahap ini telah dibangun sejak awal logo dibuat, atau dipublikasikan. Sehingga selanjutnya masyarakat dapat mengidentifikasikan perusahaan tersebut bergerak dibidang apa, produk dan jasa apa saja yang dihasilkan.
2. Sebagai pembeda
Logo sebagai pembeda produk dan layanan yang diberikan satu dengan yang lain.
3. Sebagai komunikasi
Logo sebagai pemberi informasi kepada konsumen atau masyarakat akan halnya keaslian, nilai dan kualitas produk.
Dengan adanya logo dan merek maka produk dapat mudah dikenal serta dapat serta masyarakat lebih menghargai keberadaannya.
5. Sebagai aset berharga
Jika produk telah dikenal hingga mancanegara, maka merek/logo tersebut akan mendapatkan hak untuk pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir.
6. Mempunyai kekuatan hukum
Jika logo telah terdaftar maka dapat dijadikan jaminan sebagai kualitas produk yang dilindungi oleh undang-undang.
Dari sisi pemasaran juga logo juga dapat berfungsi sebagai, membangun AIDA
(Attraction, Interest, Desire, Action) konsumen/khalayak. Sedangkan dari sisi brand image, untuk membangun citra mindset konsumen mulai tahap introduction,
positioning, loyalty dan aura.
Menurut Hanny Kardinata dalam buku mendesain logo (Surianto Rustan, 2009) tujuan membuat desain logo tentunya untuk memperoleh respon yang positif. Tentunya respon yang positif ini merupakan timbal balik dari apa yang diberikan atau dicitrakan perusahaan melalui logo terhadap masyarakat yang menggunakan produk/jasa. Maka tujuan yang dapat
diterapkan dalam sebuah logo yaitu :
1. Menciptakan brand awareness/kesadaran merek 2. Membangun market identity
3. Membangun consumer awareness 4. Membangun corporate identity
Elemen – Elemen Estetis Pembentuk Logo
Logo, baik itu logo type maupun logo gram atau penggabungan keduanya merupakan bentukan dari elemen-elemen grafis, meskipun sering digunakan sebagai arahan saja, elemen grafis mampu mencapai bentuk abstrak, alamiah, non-objektif, ornamental maupun struktural. Elemen grafis terdiri dari atas
a. Garis b. Bentuk c. Warna d. Tipografi.
Pengertian garis, bentuk dan warna sudah dibahas pada pembahasan sebelumnya. Peranan ketiganya merupakan unsur penting dalam membentuk sebuah logo. Penggabungan ketiganya, yang dapat menyimpukan serta memberikan pemahaman kepada yang menikmatinya
Tipografi dalam logo berperan sebagai penguat dalam memahami pemaknaan mengenai nama sebuah lembaga. Huruf sebagai sebuah bentuk dapat diolah atau ditata menjadi lebih indah atau didesain sedemikian rupa sesua dengan nilai estetika dan fungsinya dengan membuat berbagai macam ekspresi (Kusmiati, 1999 :38).
Pengertian tipograpi yang di kutip dari Manuale Typographicum yaitu seni memilih dan menata huruf dengan mengatur penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan khusus, sehingga dapat menolong dalam kenyamanan membaca. Huruf merupakan elemen dasar dari tipograpi yang digunakan dalam berkomunikasi.
Logo yang Efektif
Untuk menentukan keberhasilan logo sulit dilakukan karena sebuah logo y ang sukses tidak dapat berdiri sendiri. Logo harus didukung dengan kinerja dan citra perusahaan yang baik. Idealnya logo yang efektif akan mampu diterima masyarakat dengan baik. Menurut Carter pakar corporate identity menyatakan dalam bukunya The Big Book Of Logo, logo yang baik harus memiliki pertimbangan seperti berikut ini :
1. Original dan Destinctive atau memiliki nilai kekhasan, keunikan dan daya pembeda yang jelas.
2. Legible, atau memiliki tingkat keterbacaan yang cukup tinggi meskipun diaplikasikan pada berbagai media dan ukuran.
3. Simple, atau logo dimengerti dalam waktu yang singkat
4.Memorable, atau logo memiliki keunikan sehingga logo dapat diingat dalam waktu yang
relatif lama .
5. Easily associated with the company, atau logo yang baik akan lebih mudah untuk
diasosiasikan dengan jenis usaha atau citra perusahaan .
6. Easily adabtable for all graphic media, pemilihan warna dan bentuk fisik yang tepat akan mempermudah logo diaplikasikan diberbagai media.
Tahap Pembuatan Logo Secara Umum
Menurut Adi Kusrianto (2007) untuk mendapatkan logo yang efektif perlu beberapa tahapan dan proses, karena logo tidak bisa begitu saja dibuat. Perlu tahapan kerja yang benar agar mendapatkan hasil dengan kualitas yang optimal. Dalam membuat desain logo juga diperlukan untuk mempunyai tim kerja, sehingga dapat membantu mempermudah
pengerjaan. Tahapan pengerjaan dibawah ini merupakan tahapan dasar dalam pengerjaan sebuah logo :
1. Riset dan Analisa
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah riset dan analisa data fakta tentang etintas dari perusahaan. Riset bisa berupa visi, misi perusahaan, tujuan, serta analisa keunggulan dan kelemahan melalui analisis S.W.O.T. Data bisa didapat melalui wawancara langsung kepada pihak perusahaan. Dalam tahap ini sebisa mungkin untuk mendapatkan data dengan lengkap, agar dapat mempermudah menemukan gagasan ide. Keseluruhan hasil riset dan analisa dirangkum dalam creative brief yang akan digunakan untuk tahap berikutnya.
Pada tahap ini juga dapat langsung menentukan tagline, salah satu atribut dalam sistem identitas, berupa kata satu atau lebih yang menggambarkan esensi, personality maupun
positioning brand (Surianto Rustan, 2007)
2. Tumbnails
Tumbnails atau kumpulan sketsa logo secara manual dibuat dengan pensil atau bolpen. Tahap
kedua ini merupakan tahap untuk brainstorming visual logo dari rangkuman creative brief atau transfer dari data menjadi bentuk visual logo.
3. Digitalisasi
Beberapa tumbnails yang terbaik kemudian dipilih untuk dibuat ulang dalam media
komputer. Tahap ini merupakan tahap penyempurnaan bentuk dan warna agar terlihat lebih jelas.
4.Review
Review merupakan tahap untuk menunjukan hasil logo yang telah dibuat kepada klien.
Tentunya dalam tahap ini desainer atau yang memegang kuasa merhak untuk menjelaskan arti dan makna yang terkandung dalam logo. Biasanya dalam tahap ini klien tidak langsung menentukan pilihannya. Perlu beberapa perubahan hingga akhirnya mendapatkan
persetujuan.
5. Pendaftaran Merek
Logo yang telah disetujui kemudian didaftarkan ke Direktorat Jendral Hak Kekayaan
Intelektual (Dirjen HAKI), Departemen Hukum dan HAM untuk mandapatkan perlindungan apabila terjadi penggunaan secara tidak sah oleh pihak lain. Pendaftaran merek atau registrasi ini bisa dilakukan pada tahap awal ketika perusahaan menentukan nama merek.
6. Sistem Identitas
Pada tahap ini desainer membuat manual guides yang berisikan semua panduan untuk menggunakan logo serta sistematika bentuk dan warna logo.
7. Produksi
Tahap ini merupakan tahap untuk mengaplikasikan logo pada media-media yang telah ditentukan.