• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kewenangan Keuchik di Gampong Tumpok Teungoh Kota Lhokseumawe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kewenangan Keuchik di Gampong Tumpok Teungoh Kota Lhokseumawe"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kewenangan Keuchik di Gampong

Tumpok Teungoh Kota Lhokseumawe

DWI PUTRI MASITAH

Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan, Jl. Dr. Sofyan No.1 Medan, 20155, Telepon: 061-8220760,

Email: dwiputrimasitah@ymail.com

Diterima tanggal 2 Juli 2015/Disetujui tanggal 4 Agustus 2015

Law on Governing Aceh (UU No. 11/2006) states that Gampong or by any other name is the un-ity of the legal communun-ity who are under Mukim and led by keuchik or by any other name has the right to administer its own internal affairs. This study is the study of the authority of keuchik in Gampong Tumpok Teungoh Banda Sakti sub-district of Lhokseumawe. The findings of this study are keuchik has seven kinds of authority. First, keuchik has the authority to lead the im-plementation of the Government Gampong; Second, fostering religious life and the implementa-tion of Islamic law as well as the preservaimplementa-tion of customs and tradiimplementa-tions in society; Third, foster the economy of the community; Fourth, maintain peace and order of society; Fifth, became jus-tice of the peace among the population in the village; Sixth, he proposed reusamGampong; se-venth, filed a Draft Budget Gampong; eighth, representing Gamponginside and outside the court and is entitled to appoint legal counsel to represent him. The method used is descriptive method.This research method isqualitative. Data collection techniques performed by the method of interviews.

Keywords: Lecal community, authority, keuchik.

Pendahuluan

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh disebutkan bahwa Gampong atau dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang berada di bawah mukim dan dipimpin oleh keuchik atau dengan nama lain yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri. Dengan demikian gampong merupakan salah satu strata pemerintahan dalam susunan Pemerintahan Aceh yang berada diwilayah Kabupaten/Kota. Gampong dalam konteks Qanun1 No. 5 Tahun 2003 merupakan kesatuan masyarakat hukum yang

1

Qanun, adalah sejenis peraturan daerah (Perda) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota . Tujua-nnnya untuk mengatur penyelenggaraan pemerin-tahan dan kehidupan masyarakat.

mempunyai organisasi pemerintahan (teren-dah), mempunyai pimpinan pemerintahan dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri. Sebagai kesatuan masyarakat hukum dan merupakan bagian dari struktur pemerintahan, gampong memiliki hak dan kekuasaan mengatur dan mengurus kepen-tingan masyarakat dalam lingkungannya guna meningkatkan kesejahteraan masyara-kat.

Gampong mempunyai tugas menyelenggara-kan pemerintahan, melaksanamenyelenggara-kan pembangu-nan, membina masyarakat dan meningkatkan pelaksanaan syariat Islam.2 Sebagai kesatuan

2

Abdurrahman, Reusam Gampong, (Majalah Jeumala, Edisi No. XXVII Juli 2008. Banda Aceh: Majelis Adat Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 2008), hal. 13.

(2)

wilayah adat terkecil di Aceh, gampong me-rupakan kumpulan hunian atau komunitas yang diikat oleh satu meunasah (madrasah). Gampong sendiri terdiri dari beberapa ju-rong, Tumpok (kumpulan rumah) atau ujong (ujung gampong).3 Penanda dari wilayah sua-tu gampong bisa dilihat dari keadaan fisik atau topografi alam setempat untuk menandai wilayah gampong yang satu dengan yang lain digunakan batas alam (sungai, tanah, gunung dan bukit). Gampong memiliki karakteristik yang ditandai dengan pola pemukiman yang padat dan terpusat dengan arah bangunan menghadap ke kiblat. Terdapat bangunan rumah berbentuk rumah panggung dengan meunasah sebagai tempat beribadah yang ter-letak di tengah-tengah gampong.4

Satuan komunitas tersebut merupakan entitas kolektif yang didasarkan pada hubungan saling mengenal dan saling membantu dalam ikatan geneologis maupun teritorial. Satuan komunitas ini membentuk kesatuan masyara-kat hukum yang pada asalnya bersifat komunal. Pada mulanya satuan-satuan ko-munitas tersebut terbentuk atas kebutuhan anggotanya sendiri. Untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya mereka membuat lembaga yang diperlukan. Lembaga yang dibentuk mencakup lembaga politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertaha-nan keamapertaha-nan. Dengan demikian, lembaga yang terbentuk sangat beragam, tergantung pada pola-model tertentu berdasarkan adat-istiadat komunitas yang bersangkutan. Karena konsep kekuasaan di Aceh tidak me-misakan antara adat dan agama, maka konsep kekuasaan ini dijabarkan dalam pemerinta-han hingga ke tingkat gampong. Gampong sendiri memiliki struktur pemerintahan yang dinamakan pemerintahan gampong. Gam-pong sebagai kesatuan masyarakat hukum memiliki hak dan kekuasaan dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat se-tempat terutama dalam meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan masyarakat.

3

Sanusi M. Arief, Gampong dan Mukim di Aceh Menuju Rekronstruksi Pasca Tsunami. (Bogor: Pustaka Latin, 2005), hal 11.

4

Irine Hiraswari Gayatri dan Septi Satriani (ed). Dinamika Kelembagaan Gampong dan Kampung Aceh Era Otonomi Khusus. (Jakarta:LIPI Press. 2007), hal 48.

Oleh karena itu, gampong memiliki peran dan fungsi yang strategis, yakni gampong memiliki susunan pemerintahan yang asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa, penyelenggaraan pemerintah gam-pong merupakan subsistem dari penyeleng-garaan Pemerintahan Aceh dan juga subsistem Pemerintahan Nasional, Gampong juga dapat melakukan penyusunan produk hukum, baik hukum publik, hukum perdata maupun hukum adat yang dirumuskan dalam bentuk qanun gampong, memiliki harta kekayaan, harta benda atau aset, bangunan serta dapat dituntut dan menuntut di pengadilan.

Gampong sebagai perwujudan demokrasi. Di dalam gampong dibentuk lembaga Tuha peut atau dengan sebutan lain sebagai lembaga yang menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, menetapkan legislasi serta mengawasi jalannya pemerintahan gampong. Di Gampong juga dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat sesuai kebutuhan yang merupakan mitra kerja Pemerintah Gampong dan juga memiliki sumber pembiayaan sendiri.

Pemerintahan gampong merupakan penye-lenggara pemerintahan yang dilaksanakan oleh tiga pilar pemerintah gampong yaitu keuchik, Teungku imam meunasah, dan badan permusyawaratan gampong yang disebut Tuha peut (sekumpulan orang yang dituakan karena memiliki beberapa kelebihan). Tiga lembaga pemerintah gam-pong ini berfungsi sebagai penyelenggara pemerintahan gampong. Peranan masing-masing lembaga sudah diatur dimana keuchik mengurusi masalah pemerintahan, teungku imam meunasah dalam bidang keagamaan dan tuha peut sebagai perwakilan masyarakat gampong.5

Kekuasaan eksekutif berada pada kepala desa atau Keuchik. Keuchik merupakan represen-tatif dari masyarakat gampong yang diberi mandat dan kepercayaan untuk menjalankan roda pemerintahan, menetapkan berbagai kebijakan gampong dalan upaya men-sejahterakan masyarakat gampong. Urusan

5

C Snouck Hurgronje, Aceh Rakyat dan Adat Is-tiadatnya. (Jakarta: Indonesian–Netherlands Co-operation in Islamic Studies.1996), hal 53.

(3)

pemerintahan yang diselenggarakan oleh Keuhchik lebih banyak berorientasi pada adat. Hal itu sebagai implikasi dari kehidupan keseharian masyarakat gampong yang masih patuh menjalankan serta melestarikan nilai-nilai adat-istiadat dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut akan dibahas bagaimana kewenangan yang dimiliki keuchik sebagai pemimpin Gampong Tumpok Teungoh. Metode

Studi ini dilakukan dengan pendekatan kelembagaan. Fokusnya pada kewenangan yang dimiliki keuchik sebagai pemimpin Gampong Tumpok Teungoh. Studi ini ber-sifat diskriptif-kualitatif. Pengumpulan data dengan teknik penelitian lapangan (wawancara mendalam) serta dan studi do-kumen (library research). Analisis data menggunakan analisis kualitatif.

Keuchik di Gampong Tumpok Teungoh Keuchik merupakan representatif dari masya-rakat gampong yang diberi mandat dan ke-percayaan untuk menjalankan roda pemerin-tahan, menetapkan berbagai kebijakan gam-pong dalam upaya mensejahterakan masya-rakat gampong. Urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh Keuchik lebih banyak berorientasi pada adat. Hal itu sebagai impli-kasi dari kehidupan keseharian masyarakat gampong yang masih patuh menjalankan ser-ta melesser-tarikan nilai-nilai adat-istiadat dalam kehidupan bermasyarakat.

Keuchik selain menjalankan pemerintahan berdasarkan kebijakan tuha peut, ia juga mengajukan Rancangan Anggaran Pendapa-tan dan Belanja gampong kepada tuha peut gampong untuk mendapatkan persetujuan tu-ha peut sebelum ditetapkan menjadi Angga-ran Pendapatan dan Belanja Gampong (APBG). Selain itu pemerintah gampong ju-ga perlu membuat peraturan-peraturan (reu-sam) yang disebut Qanun Gampong untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat se-buah gampong.

Menyangkut penyusunan reusam atau qanun gampong, pemerintah gampong harus mem-perhatikan dengan sungguh-sungguh aspirasi yang berkembang dalam masyarakat. Untuk

menampung aspirasi masyarakat, pemerintah gampong dan atau tuha peut dapat mengada-kan rapat atau pertemuan dengan pemuka-pemuka masyarakat yang ada di gampong. Selanjutnya Rencana Reusam Gampong yang telah dirancang oleh keuchik kemudian di-ajukan kepada tuha peut gampong dan diba-has bersama. Keuchik kemudian baru bisa menetapkannya sebagai reusam gampong se-telah mendapatkan persetujuan dari tuha peut gampong.

Tuha peut juga menjalankan pengawasan, se-lain menyangkut penyusunan reusam gam-pong seperti mengaawasi pelaksanaan tugas keuchik, kebijakan keuchik, penerapan pera-turan atau reusam dalam masyarakat, juga pelaksanaan proses pemilihan keuchik serta mengusulkan pemberhentian keuchik apabila habis masa jabatan atau hal-hal tertentu. Istilah Keuchik mempunyai beberapa perbe-daan bila dibandingkan dengan pengertian Kepala Desa. Seorang Keuchik bukan saja dituntut oleh masyarakat untuk mampu me-mimpin suatu gampong, tetapi harus juga mengetahui secara mendalam tentang Hukum Agama Islam. Disamping itu juga seorang Keuchik harus mengetahui dengan baik hu-bungan kekerabatan antara penduduk dalam gampong yang dipimpinnya, maupun orang yang disegani dan berpengaruh di dalam gampong serta sejarah penduduk (asal-usul), batas gampong dan luas tanah yang dimiliki oleh masing-masing penduduk. Seorang Keuchik juga harus menguasai benar adat-istiadat dan hukum adat yang berlaku dalam masyarakat gampong yang di pimpinnya. Untuk memegang jabatan Keuchik, seseorang harus memenuhi beberapa persyaratan, teru-tama dalam menjalankan tugasnya sebagai Hakim gampong. Karena ketika terjadi suatu kejadian perselisihan diantara penduduk da-lam gampongnya, maka Keuchik harus mam-pu menyelesaikan secara damai. Keuchik me-lakukan musyawarah bersama dengan tuha peut sehingga persoalan yang ada bisa terse-lesaikan. Oleh karena itu, untuk menjadi Keuchik tidaklah semudah untuk menjadi Kepala Desa.

Seseorang yang ingin menjadi keuchik harus-lah yang teharus-lah mapan dan berpengalaman da-lam membina hubungan dada-lam keluarganya

(4)

dan dikenal baik dalam kehidupan, berma-syarakat, disegani, dihormati dan bertang-gungjawab, mau bekerja kepada orang lain tanpa dibayar.

Keuchik diberikan beberapa tugas dan kewa-jiban yang harus dijalankan. Adapun tugas dan kewajiban tersebut diatur dalam Pasal 12 Ayat (1) Qanun No. 5 Tahun 2003 Tentang Pemerintahan Gampong dinyatakan bahwa tugas dan kewajiban keuchik adalah: (a).Memimpin penyelenggaraan Pemerinta-han Gampong; (b).Membina kehidupan be-ragama dan pelaksanaan Syari’at Islam da-lam masyarakat; (c).Menjaga dan memeliha-ra kelestarian adat dan istiadat, kebiasaan-kebiasaan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat; (d).Membina dan memajukan perekonomian masyarakat serta memlihara kelestarian lingkungan hidup; (e).Memeli-hara ketentraman dan ketertiban serta men-cegah munculnya perbuatan maksiat dalam masyarakat, (f).Menjadi hakim perdamaian antara penduduk dalam gampong; (g).Meng-ajukan Rencana Reusam Gampong kepada Tuha peut Gampong untuk mendapatkan per-setujuan dan selanjutnya ditetapkan menjadi Reusam Gampong; (h).Mengajukan Rancan-gan Anggaran Pendapatan Belanja Gampong kepada Tuha peut Gampong untuk menda-patkan persetujuan dan selanjutnya dite-tapkan menjadi Anggaran Pendapatan Belan-ja Gampong; (i)Keuchik mewakili gampong-nya di dalam dan di luar pengadilan dan ber-hak menunjuk kuasa hukum untuk mewaki-linya.

Pemilihan Keuchik sesuai dengan yang diatur dalam Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Da-russalam keuchik dipilih secara langsung oleh penduduk Gampong melalui pemilihan demokratis, bebas, rahasia serta dilaksanakan secara jujur dan adil. Masa jabatan keuchik adalah 5 (lima) tahun, terhitung mulai tang-gal pelantikan dan dapat kembali dipilih un-tuk satu kali masa jabatan berikutnya. Syarat-syarat untuk seseorang dapat dite-tapkan menjadi seorang keuchik adalah war-ga newar-gara Republik Indonesia yang meme-nuhi syarat-syarat: (a).Taat dalam menjalan-kan syari’at Islam secara benar dan sungguh-sungguh; (b).Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia atau Pemerintah yang sah; (c).Telah tinggal menetap di gampong

sekurang-kurangnya selama lima tahun seca-ra terus-menerus; (d).Telah berumur seku-rang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun dan setinggi-tingginya 60 (enam puluh) ta-hun pada saat pencalonan; (e).Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Ting-kat Pertama atau berpengetahuan sederajat; (f).Sehat jasmani dan rohani; (g).Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya; (h).Berkelakuan baik, jujur, dan adil serta bersikap tegas, arif dan bijaksana; (i).Tidak pernah dicabut hak pilihnya berdasarkan ke-putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap; (j).Tidak pernah dihukum penjara, kurungan percobaan kare-na melakukan suatu tindak pidana; (k).Mengenal kondisi geografis, kondisi so-sial ekonomi dan kondisi soso-sial budaya gam-pong serta dikenal secara luas oleh masyara-kat setempat; (l).Memahami dengan baik qa-nun, reusam dan adat istiadat serta tidak per-nah melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan tersebut; (m).Bersedia mencalon-kan diri atau dicalonmencalon-kan pihak lain.

Proses pemilihan keuchik dilaksanakan seca-ra langsung secaseca-ra demokseca-ratis/ untuk melak-sanakan pemilihan keuchik, tuha peut gam-pong membentuk komisi atau panitia Inde-penden Pemilihan Keuchik yang terdiri dari anggota masyarakat.

Pemilihan keuchik dilaksanakan melalui be-berapa tahap yaitu: Pertama, tahap Pencalo-nan; (a).pendaftaran pemilih yang dilaksana-kan oleh Panitia Pemilih Keuchik; (b).pendaftaran dan seleksi administratif bakal calon oleh Panitia Pemilih Keuchik; (c).pemaparan rencana kerja (program) oleh bakal calon dihadapan Tuha Peuet Gampong; (d).penetapan bakal calon oleh Tuha Peuet Gampong sekurang-kurangnya 2 orang dan sebanyak-banyaknya 5 orang; (e).penetapan calon oleh Tuha Peuet Gampong.

Tahap Pelaksanaan terdiri dari beberapa ta-hap yakni: (a).pemungutan suara untuk pemi-lihan calon Keuchik dilaksanakan oleh Pani-tia Pemilihan Keuchik; (b).perhitungan suara di Tempat Pemungutan suara segera setelah pemungutan suara dinyatakan selesai, yang dilaksanakan oleh Panitia Pemilih Keuchik secara terbuka, disaksikan oleh Imeum Mu-kim, Imeum meunasah dan Tuha Peuet

(5)

Gam-pong serta dapat dihadiri oleh para pemilih; (c).pembuatan Laporan dan Berita Acara Ha-sil Perhitungan Suara yang ditanda-tangani oleh Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Wa-kil Sekretaris Panitia Pemilihan Keuchik dan para saksi; (d).penyampaian Laporan dan Be-rita Acara Hasil Perhitungan Suara oleh Pani-tia Pemilihan Keuchik kepada Tuha Peuet Gampong; (e).penyampaian Laporan dan Be-rita Acara Hasil Perhitungan Suara oleh Tuha Peuet Gampong, didampingi Imeum Mukim kepada Bupati atau Walikota melalui Camat. Ketiga, tahap pengesahan dan pelantikan Keuchik terpilih. (a).pengesahan Keuchik ter-pilih oleh Bupati atau Walikota dengan me-nerbitkan keputusan pengangkatannya; (b).Keuchik dilantik oleh Bupati atau Wali-kota atau pejabat lain yang ditunjuk untuk bertindak atas nama Bupati atau Wali Kota dalam suatu upacara yang khusus diadakan untuk itu di Gampong yang bersangkutan. Seorang Keuchik berhenti dari jabatannya ka-rena meninggal dunia atau mengajukan per-mohonan berhenti atas permintaan sendiri, berakhir masa jabatan dan telah dilantik keu-chik baru, dan tidak lagi memenuhi syarat seperti yang dimaksud dalam syarat-syarat keuchik, serta Mengalami krisis kepercayaan publik yang luas akibat kasus-kasus yang melibatkan tanggung-jawabnya dan keteran-gannya atas kasus itu ditolak oleh Tuha peut Gampong.

Keuchik Gampong Tumpok Teungoh saat ini sudah menjabat selama 4 tahun di periode pertamanya. Keuchik memiliki kekuasaan yang besar dalam memerintah dan mengatur masyarakat Gampong Tumpok Teungoh. Kekuasaan yang dimiliki seorang keuchik mencakup seluruh aspek dalam pemerintahan gampong, baik dalam bidang sosial, keaga-maan, maupun urusan pemerintahan. Kewenangan Seorang Keuchik

Gampong dipimpin oleh keuchik yang dipilih secara langsung dan oleh anggota masyarakat untuk masa jabatan enam tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan. Sebagai kepala eksekutif gampong, keuchik dalam menyelenggarakan pemerin-tahan merupakan representatif dari masyara-kat gampong yang diberi mandat dan kepercayaan untuk menjalankan roda

pemerintahan, menetapkan berbagai kebija-kan gampong dalam upaya mensejahterakebija-kan masyarakat gampong.

Gampong Tumpok Teungoh saat ini dipimpin oleh seorang keuchik yang sudah menjabat selama 4 tahun, yakni Bapak H. Hermansyah, S.Ag. Keuchik dipilih secara langsung melalui pemilihan keuchik yang dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2010 dan terpilihlah Bapak H. Hermansyah, S.Ag sebagai keuchik Gampong Tumpok Teungoh periode 2010 sampai 2015. Bapak H. Hermansyah, S.Ag sendiri adalah penduduk Gampong Tumpok Teungoh yang sudah berdomisili selama 30 tahun. Sebelum menjabat sebagai keuchik Gampong Tumpok Teungoh, beliau adalah seorang guru. Hingga pada saat pembukaan pendaftaran keuchik yang baru Bapak H. Hermansyah, S.Ag mencalonkan diri sebagai keuchik. Dukungan untuk menjadi keuchik datang dari segala lapisan masyarakat terutama masyarakat lingkungan pesantren di Gampong Tumpok Teungoh. Beliau memenangkan pemilihan keuchik dengan perolehan suara mencapai 1283 suara dari total pemilih 3925. Dan resmi dilantik untuk menjabat sebagai keuchik Gampong Tumpok Teungoh pada tanggal 20 Agustus 2010. Keuchik H. Hermansyah, S.Ag menjalankan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan gampong dengan visi agar terwujud Gampong Tumpok Teungoh yang memiliki masyarakat yang mandiri, sejahtera dalam arti mapan dalam ekonomi dan memiliki rasa tenggang rasa untuk dapat saling gotong royong dalam menjaga kesejahteraan gampong.

Berdasarkan teori kekuasaan yang dipaparkan dalam kerangka teori, keuchik merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam gampong yang memiliki wewenang dalam penyelenggaraan pemerintahan di Gampong Tumpok Teungoh. Urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh Keuchik lebih banyak berorientasi pada adat. Hal itu sebagai implikasi dari kehidupan keseharian masyarakat gampong yang masih patuh menjalankan serta melestarikan nilai-nilai adat-istiadat dalam kehidupan bermasyarakat. Ada beberapa kewenangan yang dimiliki Keuchik dalam memerintah gampong. Pertama, keuchik memimpin

(6)

penyelenggaraan pemerintah gampong. Se-bagai kepala eksekutif gampong, keuchik dalam menyelenggarakan pemerintahan me-rupakan representatif dari masyarakat gampong yang diberi mandat dan kepercaya-an untuk menjalkepercaya-ankkepercaya-an roda pemerintahkepercaya-an, menetapkan berbagai kebijakan gampong dalam upaya mensejahterakan masyarakat gampong. Segala urusan pemerintahan gampong harus diketahui dan disetujui oleh keuchik.

Kedua, Keuchik memiliki kewenangan untuk membina kehidupan masyarakat gampong yang beragama dalam pelaksanaan Syari’at Islam dalam masyarakat. Keuchik menjaga dan memelihara kelestarian adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan yang hidup dan berkem-bang dalam masyarakat, sepanjang tidak bertentangan dalam agama dan adat istiadat. Kebiasaan-kebiasaan ini yang mempererat hubungan antar warga sehingga timbul rasa solidaritas sesama warga satu gampong. Gampong Tumpok Teungoh sendiri memiliki beberapa adat dan kebiasaan yang masih berlanjut sampai saat ini, misalnya melak-sanakan shalat pada malam Lailatul Qadr sesama warga gampong, menghimpun dana sosial untuk menyantuni anak yatim yang berada di Gampong Tumpok Teungoh, serta kegiatan-kegiatan sosial lainnya seperti gotong-royong dan kepanitian dalam acara-acara hajatan warga.

Ketiga, kewenangan seorang keuchik untuk membina dan memajukan perekonomian masyarakat serta memelihara kelestarian lingkungan hidup warga gampong. Hal ini diwujudkan dengan beberapa kebijakan keuchik untuk memajukan kegiatan per-ekonomian yang ada di gampong seperti pemugaran pasar yang ada di gampong, mengingat Gampong Tumpok Teungoh berada di pusat kota dan menjadi pusat kegiatan pasar di kota Lhokseumawe.

Keempat, memelihara ketentraman serta mencegah munculnya perbuatan maksiat dalam masyarakat. Sebagai daerah bergelar “serambi mekkah”, syariat islam sangat dijunjung tinggi. Menjaga ketentraman gampong dari perbuatan-perbuatan yang meresahkan masyarakat dan melenceng dari syariat islam menjadi tugas keuchik dalam menjalankan pemerintahannya.

Kelima, keuchik memiliki kewenangan untuk menjadi hakim perdamaian antara penduduk dalam Gampong bersama dengan tuha peut dan imeum meunasah. Dalam Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kehidupan Adat dan Adat Istiadat, diatur secara tegas dalam bab tersendiri mengenai jenis-jenis sengketa/perselisihan adat yang dapat diselesaikan melalui lembaga adat. Dalam Pasal 13 ayat (1) qanun tersebut, diatur bahwa setidaknya terdapat 18 (delapan belas) jenis sengketa/perselisihan adat yang dapat diselesaikan melalui lembaga adat, yaitu:

1. Perselisihan dalam rumah tangga 2. Sengketa antara keluarga yang

berkaitan dengan faraidh6 3. Perselisihan antar warga 4. Khalwat (mesum)

5. Perselisihan tentang hak milik 6. Pencurian dalam keluarga 7. Perselisihan harta se-hareukat 8. Pencurian ringan

9. Pencurian ternak peliharaan

10. Pelanggaran adat tentang ternak, pertanian dan hutan

11. Persengketaan di laut 12. Persengketaan di pasar 13. Penganiayaan ringan

14. Pembakaran hutan (dalam skala kecil) 15. Fitnah. Hasut, dan pencemaran nama

baik

16. Pencemaran lingkungan 17. Pengancaman

18. Perselisihan lain yang melanggar adat dan istiadat

Sebagai Keuchik Gampong Tumpok Teungoh, Bapak H. Hermansyah, S.Ag memiliki otoritas dalam gampong untuk menjaga keamanan gampong serta ketentra-man masyarakat gampong. Dalam fungsinya sebagai hakim gampong, sehari-hari keuchik memiliki kewenangan untuk mendamaikan perkara-perkara yang terjadi di lingkungan gampong. Bersama dengan Tuha peut, Keuchik berwewenang untuk mendamaikan perkara-perkara yang termasuk ke dalam 18

6

pembahagian harta seorang Islam yang telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan wasiat sebelum kematiannya. Maka harta peninggalan-nya akan dibagikan kepada ahli warispeninggalan-nya (seperti anak, isteri, suami, ibu dll), menurut hukum Is-lam.

(7)

perkara yang menjadi wewenang gampong. Keuchik memiliki kekuasaan tertinggi dalam Gampong Tumpok Teungoh akan menjadi hakim dalam setiap perkara dibantu dengan tuha peut yang terkait dalam perkara.

“ Misalkan perkara yang terjadi adalah perselisihan antar pemuda yang terjadi di wilayah Gampong Tumpok Teungoh , maka keuchik akan meminta

tuha peut gampong yakni tokoh pemuda untuk

dapat membantu menyelesaikan perkara. Posisi

keuchik dan tuha peut dalam memecahkan masalah

adalah netral, dan tidak mengintimidasi dengan memegang teguh prinsip peradilan adat, keterbukaan untuk umum, jujur, dan kompetensi. Penyelesaian perkara di Gampong Tumpok Teungoh adalah melalui musyawarah dan mufakat. Dalam 1 hari paling tidak ada dua perkara yang dilaporkan ke kantor keuchik“7

Keenam, keuchik memiliki wewenang dalam menyusun peraturan (reusam) yang disebut Qanun Gampong untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat sebuah gampong. Menyangkut penyusunan reusam atau qanun gampong, pemerintah gampong harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh aspirasi yang berkembang dalam masyarakat. Untuk menampung aspirasi masyarakat, pemerintah gampong dan atau tuha peut dapat mengadakan rapat atau pertemuan dengan pemuka-pemuka masyarakat yang ada di gampong. Selanjutnya Rencana Reusam Gampong yang telah dirancang oleh keuchik kemudian diajukan kepada tuha peut gampong dan dibahas bersama. Keuchik kemudian baru bisa menetapkannya sebagai reusam gampong setelah mendapatkan persetujuan dari tuha peut gampong. Tuha peut juga menjalankan pengawasan, selain menyangkut penyusunan reusam gampong. Ketujuh, keuchik juga bertanggung jawab untuk mengajukan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Gampong kepada tuha peut gampong untuk mendapatkan per-setujuan tuha peut sebelum ditetapkan men-jadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong (APBG). Keuchik juga memiliki wewenang untuk dapat menetapkan sebuah Rancangan Qanun tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong menjadi

7

Wawancara dengan Bapak H. Hermansyah S.Ag, (Keuchik Gampong Tumpok Teungoh) tanggal 14 Mei 2014, pukul 10.00 di Kantor Keuchik Gampong Tumpok Teungoh.

apabila sebuah Qanun Gampong apabila rancangan tersebut tidak memperoleh evaluasi dari walikota dalam waktu yang ditentukan. Keuchik memiliki kekuasaan tersebut tanpa harus mengantongi izin dari walikota. Tetapi, apabila walikota sudah menyerahkan hasil evaluasi dalam waktu yang sudah ditentukan, menjadi tugas keuchik dan tuha peut untuk menindaklanjuti rancangan, apabila sesuai dilanjutkan untuk sosialisasi kepada masyarakat, apabila walikota menyatakan rancangan qanun tersebut tidak sesuai, maka keuchik dan tuha peut harus melakukan penyempurnaan rancangan dalam waktu yang sudah ditetapkan.

Kedelapan, keuchik berwenang untuk mewakili Gampong di dalam dan di luar Pengadilan apabila Gampong Tumpok Teungoh tersangkut dalam sebuah perkara hukum dan keuchik berhak menunjuk kuasa hukum untuk mewakili gampongnya. Keuchik dalam menjalankan roda pemerinta-han gampong dan menetapkan suatu kebija-kan tidak boleh sekehendak hati tanpa meminta persetujuan dari tuha peut gampong, dan setelah itu harus memper-tanggungjawabkan kepada rakyat gampong dan tuha peut gampong. Hal ini karena tuha peut dibentuk untuk menjadi sarana dalam mewujudkan demokrasi, keterbukaan dan partisipasi rakyat dalam sistem penyelengga-raan pemerintahan gampong. Di samping itu tuha peut juga berfungsi sebagai pemberi nasehat dan pertimbangan kepada keuchik dalam bidang hukum adat, adat-istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat. Hal itu sebagai implikasi dari kehidupan keseharian masyarakat gampong yang masih patuh menjalankan serta melestarikan nilai-nilai adat-istiadat dalam kehidupan bermasyarakat.

Sebagai penasehat keuchik, tuha peut dalam menganalisa setiap persoalan dan masalah yang timbul dalam masyarakat harus memberikan nasehat saran dan pertimbangan kepada keuchik baik diminta ataupun tidak. Dengan demikian, maka suatu keputusan dan kebijakan gampong yang belum diketahui tuha peut belum sempurna dan pelaksanaannya akan kurang berwibawa, keputusan yang demikian akan hambar dalam pelaksanaannya.

(8)

Bersama dengan tuha peut menyelenggara-kan pemerintahan dan pembangunan gampong, dan dalam memimpin penyelenggaraan pemerintahan dan pem-bangunan gampong berdasarkan kebijakan yang ditetapkan dengan persetujuan tuha peut gampong dan bertanggung jawab kepada rakyat gampong pada akhir masa jabatannya atau sewaktu-waktu diminta oleh tuha peut. Selain itu keuchik juga wajib menyampaikan laporan pelaksanaan tugas-nya kepada imeum mukim, sekurang-kurangnya sekali dalam setahun yaitu pada akhir tahun anggaran atau sewaktu-waktu diminta oleh imeum mukim.

Penutup

Dalam sebuah gampong, kewenanganyang dimiliki keuchik sangat dominan dalam sebuah penyelenggaraan pemerintahan gampong. Di Gampong Tumpok Teungoh Kota Lhokseumawe, keuchik memiliki beberapa kewenangan, antara lain pertama, memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Gampong; kedua, membina kehidupan beragama dan pelaksanaan Syari’at Islam serta kelestarian adat dan istiadat dalam masyarakat; ketiga, membina dan memajukan perekonomian masyarakat; keempat, memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat; kelima, menjadi hakim perdamaian antara penduduk dalam gampong; keenam, mengajukan Rencana Reusam Gampong; ketujuh, mengajukan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Gampong; kedelapan, mewakili gampongnya di dalam dan di luar pengadilan dan berhak menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya. Daftar Pustaka

Abdurrahman. 2008. Reusam Gampong. Majalah Jeumala, Edisi No. XXVII Juli 2008. Banda Aceh: Majelis Adat Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,

M. Arief, Sanusi. 2005. Gampong dan Mukim di Aceh Menuju Rekronstruksi Pasca Tsuna-mi, Bogor: Pustaka Latin.

Hiraswari Gayatri, Irine dan Septi Satriani (ed). , 2007. Dinamika Kelembagaan Gampong dan Kampung Aceh Era Otonomi Khusus. Jakarta: LIPI Press.

Hurgronje, C Snouck. 1996. Aceh Rakyat dan Adat Istiadatnya. Jakarta: Indonesian–

Netherlands Cooperation in Islamic Stu-dies.

Wawancara dengan Bapak H. Hermansyah S.Ag, (Keuchik Gampong Tumpok Teungoh) tanggal 14 Mei 2014, pukul 10.00 di Kantor Keuchik Gampong Tumpok Teungoh.

Referensi

Dokumen terkait

2 Berkembangbiak di air jernih 4 Lain-lain, sebutkan: 10. Apakah saudara pernah mendengar/mengetahui tentang penyakit DBD?.. Tindakan apa yang dilakukan Jika ada anggota

Pada penelitian ini budaya keselamatan kerja dibagi menjadi enam faktor utama yaitu (1) komitmen top manajemen, (2) peraturan dan prosedur keselamatan kerja, (3) komunikasi,

fundamental ini dimaksudkan untuk mendapatkan modal ilmiah dalam upaya pengembangan budaya wisata global dari seni budaya etnik sebagai tambang budaya yang

Pada akhir September 2005, PT TELKOM memiliki jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 12,4 juta, sementara pelanggan seluler Telkomsel berjumlah 23,5 juta dan menjadi pemegang

Beberapa faktor penyebab pre- eklampsia disampaikan oleh Trongstad (2001) mengungkapkan bahwa pasangan yang berbeda pada kehamilan kedua menurunkan risiko

Carilah perbedaan dari dua biaya terkecil (dalam nilai absolut), yaitu biaya terkecil dan terkecil kedua untuk tiap baris dan kolom pada matrik (Cij). Pilihlah 1

Berdasarkan hasil pengamatan laju pertumbuhan relatif menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan ekstrak buah nanas dalam pakan buatan dengan dosis masing-masing (0%; 0,75%;