• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT DIPERAIRAN KEPULAUAN RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT DIPERAIRAN KEPULAUAN RIAU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

25

KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT

DIPERAIRAN KEPULAUAN RIAU

Hari Saputro* , Adi Mulsandi

Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

*E-mail : hariesapoetro@ymail.com

ABSTRAK

Informasi meteorologi kelautan dan Informasi klimatologi kelautan berupa gelombang laut sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam aktifitas pelayaran Kepulauan Riau merupakan salah satu jalur pelayaran yang cukup ramai. Berbagai kegiatan ekonomi antar pulau bahkan antar negara sebagian besar mengandalkan transportasi laut yang melintasi kepulauan Riau. Untuk menggambarkan karakteristik gelombang, BMKG menggunakan parameter gelombang signifikan dan maksimum. Oleh karena itu dalam penelitian ini karakteristik gelombang di wilayah kepulauan Riau juga digambarkan dengan menggunakan parameter yang sama yaitu gelombang signifikan dan maksimum. Parameter gelombang yang disajikan dalam penelitian ini dihasilkan dari model gelombang windwave. Untuk mengetahui karakteristik gelombang secara musiman, simulasi gelombang disajikan secara bulanan. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa, karateristik gelombang di kepulauan Riau berkaitan dengan pola angin musiman. Pada saat masa peralihan (SON) rata-rata tinggi gelombang lebih tinggi dibanding pada saat monsun Asia dan Australia (DJF dan JJA). Pada saat masa peralihan (SON), puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Oktober bisa mencapai 5 meter. Sedangkan pada monsun Asia, puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Desember yang mencapai 3.5 meter, dan pada monsun Australia, puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Juli yang mencapai 2.5 meter.

.

Kata kunci : Kepulauan Riau, Gelombang Laut, Monsun ABSTRACT

Information marine meteorology and marine climatology information in the form of ocean waves is needed by the community in Riau Islands cruise activity is one of the cruise lines are quite crowded. Various economic activities between islands and even between countries largely rely on sea transportation across the Riau archipelago. To describe the characteristics of the wave, BMKG use and maximum significant wave parameters. Therefore, in this study the characteristics of the waves in the Riau archipelago is also described using the same parameters are significant and maximum wave. Wave parameters presented in this study resulted from windwave. To determine the seasonal characteristics of the wave, wave simulation is presented on a monthly basis. The results of this study show that, in the Riau Archipelago wave characteristics associated with the seasonal wind patterns. At the time of the transitional period (SON) average wave height higher than at the time of monsoon Asia and Australia (DJF and JJA). At the time of the transitional period (SON), the average peak of the highest waves occur in October can reach 5 m. while the monsoon Asia, the top of the average wave highest in December reached 3.5 am, and at the monsoon Australia, the top of the average wave highest in July reached 2.5 am.

Keywords : Riau Islands, Sea Wave, Monsooon

1. PENDAHULUAN

Kepulauan Riau merupakan daerah yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang merupakan pintu masuk segala akses transportasi laut ke Indonesia. Selain itu Kepulauan Riau terbagi menjadi beberapa pulau seperti pulau Batam, pulau Tanjung Balai Karimun, pulau Dabo Singkep, pulau

Tarempa, pulau Natuna dan pulau Tanjungpinang sebagai ibu kota provinsinya. Pelayaran merupakan salah satu alat transportasi yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar arus perpindahan orang maupun barang melalui perairan. Mengingat sensitivitas kegiatan pelayaran terhadap cuaca sangat tinggi, maka diperlukan

(2)

26 adanya informasi meteorologi kelautan

(Marine Meteorological Information) maupun Informasi klimatologi kelautan (Marine Climatological Information). Informasi klimatologi kelautan sangat berguna bagi perencanaan kegiatan pelayaran seperti penentuan waktu layar, penentuan kapasitas muatan, serta desain kapal agar dapat menyesuaikan dengan tinggi gelombang yang akan di jumpai di lautan.

Salah satu unsur meteorologi kelautan yang mempengaruhi kegiatan pelayaran adalah gelombang. Ditinjau dari gaya

pembangkitnya, gelombang laut

dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu: Gelombang Tsunami, Gelombang Pasang Surut dan Gelombang Angin. Berdasarkan ketentuan WMO No.471 (Guide to marine meteorological services), dalam pelayanan Informasi meteorologi kelautan yang disebut dengan gelombang adalah gelombang yang terjadi akibat tiupan angin (windwaves). Kepulauan Riau merupakan salah satu jalur pelayaran yang cukup ramai. Berbagai kegiatan ekonomi antar pulau bahkan antar negara sebagian besar mengandalkan transportasi laut yang melintasi kepulauan Riau. Dengan mengetahui karakteristik gelombang di Kepulauan Riau dari bulan ke bulan sepanjang tahun, kita dapat mengetahui daerah-daerah rawan gelombang tinggi, frekuensi kejadian serta waktu terjadinya gelombang tinggi tersebut. Karakteristik gelombang perlu dipelajari karena informasi klimatologi kelautan sangat diperlukan untuk perencanaan berbagai kegiatan kelautan. 2. DATA DAN METODE

Data dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Tinggi gelombang dihitung dengan menggunakan model windwave-05, dengan setting data sebagai berikut :  Periode data tahun : 2010 – 2015  Domain running model : 25° LU - 25°

LS, 60° BT - 150° BT

 Domain penelitian : 6° LU – 4° LS, 102° BT - 112° BT

 Resolusi : 5 x 5 menit

b. Melakukan inisialisasi (zero forecasting), setelah selesai inisialisasi selanjutnya melakukan proses monthly mapping, yaitu

dilakukan pada setiap bulan dalam periode 2010-2015.

c. Pembuatan peta gelombang dari hasil running model windwave-05 dibuat menggunakan Arcview 3.3.

d. Selanjutnya melakukan analisis.

e. Membuat kesimpulan dari apa yang telah dihasilkan

Gambar 1. Diagram alir

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut adalah hasil penelitian Karakteristik Gelombang Laut di Perairan Kepulauan Riau.

Gambar 4.1 Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Desember.

(3)

27 Gelombang signifikan pada bulan Desember

memiliki ketinggian rata-rata 0.00 – 2.00 m. Beberapa wilayah di kepulauan Riau memiliki ketinggian gelombang yang berbeda-beda, untuk di kepulauan Tarempa dan kepulauan Natuna tinggi gelombang mencapai 1.50 – 2.00 m, di kepulauan Tanjungpinang tinggi gelombang mencapai 0.75 – 1.25 m, kepulauan Batam dengan tinggi gelombang 0.75 – 1.25 m, kepulauan Dabo Singkep tinggi gelombang 1.25 – 1.50 m dan kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi gelombang 0.50 -0.75 m.

Pada bulan Desember tinggi gelombang maksimum di kepulauan Riau mencapai 3.50 m, untuk kepuluan Natuna tinggi gelombang maksimum dengan ketinggian 2.50 – 3.50 m, kepulauan Tarempa memiliki ketinggian gelomobang maksimum 2.50-3.00 m, di kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo singkep memiliki ketinggian gelombang maksimum yang sama yaitu 2.00 – 2.50 m, tinggi gelombang maksimum di kepulauan Batam mencapai 1.50 – 2.00 m, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki ketinggian 0.75 – 1.25 m.

Gambar 4.2. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Januari

Gelombang signifikan pada bulan Januari memiliki ketinggian rata-rata 1.25 – 1.50 m. Untuk di wilayah kepulauan Natuna dan kepulauan Tarempa memiliki ketinggian gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, kepulauan Batam dan Tanjung Balai Karimun memiliki tinggi gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m, dan di kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep tinggi gelombang mencapai 0.75 – 1.25 m.

Untuk tinggi gelombang maksimum pada bulan Januari di kepulauan Natuna dan kepulauan Tarempa mencapai 2.00 – 2.50 m, kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep mencapai 1.50 – 2.00 m, di

kepulauan Batam memiliki tinggi gelombang 1.25 – 1.50 m, dan di kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi gelombang mencapai 0.75 – 1.25 m.

Gambar 4.3. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Februari.

Gelombang signifikan pada pada bulan Februari di kepulauan Natuna memiliki ketinggian 0.75 – 1.25 m, untuk wilayah kepulauan Tarempa, Kepulauan Batam, kepulauan Tanjungpinang, kepulauan Dobo Singkep, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki tinggi gelombang yang sama mencapai 0.00 – 0.50 m.

Gelombang maksimum pada bulan Februari untuk kepulauan Natuna dan Tarempa memiliki tinggi gelombang yang mencapai 0.75 – 1.25 m, di kepulauan Tanjungpinang memiliki tinggi gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m, sedangkan untuk beberapa wilayah memiliki ketinggian yang sama, yaitu di kepulauan Batam, Kepulauan Dabo Singkep, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki tinggi gelombang mencapai 0.00 – 0.50 m.

Gambar 4.4. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Maret

Gelombang signifikan pada bulan Maret untuk kepulauan Natuna memiliki ketinggian gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, di kepulauan Tarempa dan kepulauan Batam ketinggian gelombang mencapai 0.75 – 1.25

(4)

28 Tanjungpinang, kepulauan Dabo Singkep, dan

kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki ketinggian yang sama mencapai 0.50 – 0.75 m.

Gelombang maksimum pada bulan Maret untuk kepulaua Natuna dan Tarempa memiliki ketinggian gelombang mencapai 2.00 – 2.50 m, di wilayahTanjungpinang ketinggian gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, kepulauan Batam dengan tinggi gelombang 0.75 – 1.25 m, kepulauan Dabo Singkep dengan tinggi gelombang 1.50 – 2.00 m, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki tinggi gelombang 0.50 – 0.75 m.

Gambar 4.5. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan April

Gelombang signifikan pada bulan April untuk kepulauan Natuna dan kepulauan Tarempa memiliki ketinggian gelombang yang mencapai 0.50 – 0.75 m, di kepulauan Tanjungpinang, kepulauan Batam, kepulauan Dabo Singkep, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki tinggi gelombang mencapai 0.00 – 0.50 m.

Gelombang maksimum pada bulan April di kepulauan Tarempa memiliki ketinggian gelombang mencapai 0.75 – 1.50 m, untuk kepuluan Natuna, kepulauan Tanjungpinang, dan kepulauan Dabo Singkep memiliki ketinggian gelombang 0.75 – 1.25 m, sedangkan di kepulauan Batam dan kepulauan Tanjung Balai Karimun ketinggian gelombang mencapai 0.50 -0.75 m.

Gambar 4.6. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Mei.

Gelombang signifikan pada bulan Mei untuk wilayah kepulauan Natuna, kepulauan Tarempa, kepulauan Tanjungpinang, kepulauan Batam, kepulauan Dabo Singkep dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki ketinggian gelombang 0.00 – 0.50 m.

Gelombang maksimum pada bulan Mei di wilayah Dabo Singkep memiliki ketinggian gelombang mencapai 0.00 – 0.75 m, sedangkan untuk wilayah kepulauan Natuna,

kepulauan Tarempa, kepulauan

Tanjungpinang, kepulauan Batam, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki ketinggian gelombang 0.00 – 0.50 m.

Gambar 4.7. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Juni

Gelombang signifikan pada bulan Juni untuk wilayah kepulauan Natuna, kepulauan Tarempa, kepulauan Tanjungpinang, kepulauan Batam, kepulauan Dabo Singkep dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki ketinggian gelombang 0.00 – 0.50 m.

Gelombang maksimum pada bulan Juni di wilayah Dabo Singkep memiliki ketinggian gelombang mencapai 0.00 – 0.75 m, sedangkan untuk wilayah kepulauan Natuna,

kepulauan Tarempa, kepulauan

Tanjungpinang, kepulauan Batam, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki ketinggian gelombang 0.00 – 0.50 m.

Gambar 4.8. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Juli.

(5)

29 Gelombang signifikan pada bulan Juli untuk

wilayah kepulauan Natuna memiliki ketinggian gelombang 0.75 – 1.50 m, di kepulauan Tarempa memiliki ketinggian gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, untuk wilayah kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep memiliki ketinggian gelombang 0.75 – 1.25 m, dan di kepulauan Batam dan kepulauan Tanjung Balai Karimun memiliki tinggi gelombang yang mencapai 0.50 – 0.75 m.

Gelombang maksimum pada bulan Juli di wilayah kepulauan Natuna dan Tarempa memiliki ketinggian gelombang 2.00 – 2.50 m, di kepulauan Dabo Singkep dan kepulauan Tanjungpinang dengan tinggi gelombang mencapai 1.50 – 2.00 m, untuk wilayah kepulauan Batam tinggi gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, dan wilayah Tanjung Balai Karimun dengan tinggi gelombang 0.75 – 1.25 m.

Gambar 4.9. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Agustus.

Gelombang signifikan pada bulan Agustus untuk wilayah kepulauan Dabo Singkep memiliki ketinggian gelombang mencapai 0.75 – 1.25 m, sedangkan di wilayah kepulauan Natuna, kepulauan Tarempa, kepulauan Tanjungpinang, kepuluan Batam, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m.

Gelombang maksimum pada bulan Agustus di wilayah kepulauan Dabo Singkep memiliki ketinggian gelombang mencapai 1.50 -.2.00 m, kepulauan Tanjungpinang dengan tinggi gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, untuk kepulauan Natuna, kepulauan Tarempa, kepulauan Batam, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi gelombang mencapai 0.75 – 1.25 m.

Gambar 4.10. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan September

Gelombang signifikan pada bulan September untuk wilayah kepulauan Natuna dan kepulauan Tarempa memiliki ketinggian gelombang yang mencapain 0.75 – 1.25 m, di kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep tinggi gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m, dan di kepulauan Batam dan kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi gelombang mencapai 0.00 -.0.50 m.

Gelombang maksimum pada bulan September untuk wilayah Natuna memiliki ketinggian gelombang 1.25 – 2.00 m, di wilayah kepulauan Tarempa tinggi gelombang mencapai 1.25 – 1.50 m, kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep memiliki tinggi gelombang 0.75 – 1.25 m, dan kepulauan Batam dan kepuauan Tanjung Balai Karimun ketinggian gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m.

Gambar 4.11. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Oktober

Gelombang signifikan pada bulan Oktober untuk wilayah kepulauan Natuna memiliki ketinggian gelombang 2.50 – 3.00 m, di wilayah kepulauan Tarempa tinggi gelombang mencapai 2.00 – 2.50 m, kepualauan Dabo Singkep tinggi gelombangnya 1.50 – 2.00 m, kepulauan Tanjungpinang tinggi gelombang 1.25 – 1.50 m, kepulauan Batam tinggi gelombang mencapai 0.75 – 1.25 m, dan

(6)

30 kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi

gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m.

Gelombang maksimum pada bulan Oktober untuk wilyah kepulauan Natuna memiliki ketinggian gelombang 4.00 – 5.00 m, di wilayah kepulauan Tarempa tinggi gelombang mencapai 3.50 – 4.00 m, di kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep memiliki tinggi gelombang yang mencapai 2.50 – 3.00 m, kepulauan Batam tinggi gelombang mencapai 1.50 – 2.00 m, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi gelombangnya 1.25 – 1.50 m.

Gambar 4.12. Peta tinggi gelombang signifikan (kiri) dan maksimum (kanan) bulan November.

Gelombang signifikan pada bulan November untuk wilayah kepulauan Natuna memiliki tinggi gelombang 1.25 – 1.50 m, wilayah kepulauan Tarempa tinggi gelombang 0.75 – 1.50 m, kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep tinggi gelombang mencapai 0.75 – 1.25 m, kepulauan batam tinggi gelombang mencapai 0.50 – 0.75 m, dan kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi gelombang yang mencapai 0.00 – 0.50 m. Gelombang maksimum pada bulan November untuk wilayah kepulauan Natuna dan kepulauan Tarempa tinggi gelombang mencapai 2.00 – 2.50 m, di wilayah kepulauan Tanjungpinang dan kepulauan Dabo Singkep tinggi gelombang mencapai 1.50 – 2.00 m, dan di wilayah kepulauan Batam dan kepulauan Tanjung Balai Karimun tinggi gelombang mencapai 0.75 – 1.25 m.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Karateristik gelombang di kepulauan

Riau berkaitan dengan pola angin musiman.

2. Pada saat masa peralihan (SON) rata-rata tinggi gelombang lebih tinggi dibanding pada saat monsun Asia dan Australia

(DJF dan JJA). Pada saat masa peralihan (SON), puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Oktober bisa mencapai 5 meter. Sedangkan pada monsun Asia, puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Desember yang mencapai 3.5 meter, dan pada monsun Australia, puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Juli yang mencapai 2.5 meter.

5. DAFTAR PUSTAKA

Cruz J. 2008. Ocean Wave Energy : Current Status and Future Perspectives. Springer-Verlag Berlin Heidelberg 427 pp, Jakarta.

Dahuri R. 2004., Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Habibie, Najib, M., Permana, S, Donaldi., Kurniawan, Roni., Suratno., 2013, Verifikasi Luaran Model Gelombang Windwave-05 Dengan Satelit Altimeter, Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, Jakarta.

Hutabarat, S., dan Evans, S., 1985, Pengantar Oseanografi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Isozaki, I., and Uji, T., 1973, “Numerical Prediction of Ocean Wind Waves”, Papers in Meteorology and Geophysics, Vol. 24, No. 2, pp. 207-231.

Khotimah, K.M., 2012, Validasi Tinggi Gelombang Signifikan Model Gelombang Windwave-05 Dengan Menggunakan Hasil Pengamatan Satelit Altimetri Multimisi, Thesis : Universitas Indonesia

Kurniawan, Roni., Habibie, Najib, M., 2011, Variasi Bulanan Gelombang Laut di Indonesia, Puslitbang, BMKG, Jakarta. Miles J.W., 1957, On the generation of

surface waves by shear flows, Journal of Fluid Mechanics, 3(2) 185–204. Permana, S, Donaldi., Kurniawan, Roni.,

Habibie, Najib, M., 2012, Kajian Daerah Rawan Gelombang Tinggi di Perairan Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, Jakarta.

(7)

31 Pramujo, B., 2014, Variabilitas Gelombang

Pada Perairan Laut Selatan Jawa Di Samudra Hindia Dalam Perspektif Dinamika Meteorologis, Tesis, Fakultas Geografi/Program Pascasarjana Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Prawirowardoyo, S., 1996, Meteorologi, Institut Teknoloi Bandung, Bandung. Ramage, C.S, 1971, Monsoon Meteorology,

Academic Press, San Diego.

Suratno., Harsa, Hastuadi., Habibie, Nadjib, M., Linarka, Ajie, Utoyo., Kurniawan, Roni., 2011, Pemanfaatan Data Luaran Model Prakiraan Cuaca Conformal-Cubic Atmospheric Model (CCAM) Sebagai Input Model Gelombang Windwave-05, Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, Jakarta. Suratno, 1997, Model Numerik Prakiraan

Gelombang Permukaan Laut untuk Perairan Indonesia dan Sekitarnya, Thesis: Universitas Indonesia.

Suratno, 2008, Interpretasi Produk Windwave-05, Materi Training Forecaster Meteorologi Maritim, BMKG, Jakarta.

Tjasyono, B., 2008, Meteorologi Terapan, Penerbit ITB, Bandung.

Wirjohamidjojo, S., dan Swarinoto, Y,. 2010, Iklim Kawasan Indonesia, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta.

WMO No.471, 2001, Guide To Marine Meteorological Services, Secretariat of

the World Meteorological

Organization, Geneva-Switzerland. WMO No.702, 1998, Guide To Wave Analysis

and Forecasting, Secretariat of the World Meteorological Organization, Geneva-Switzerland.

WMO, 1995, Manual On Codes International Codes, WMO-No. 306, Vol.1, Geneva-Switzerland: Secretariat of WMO. Wyrtki K. 1961. Physical Oceanography of

the Southeast Asian Water. California : The University of California.

Yuwono N & Kodoatie RJ. 2004. Pengembangan Reklamasi Pantai dan Perencanaan Bangunan Pengamannya. Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Departeman Pekerjaan Umum, Jakarta.

Gambar

Gambar 4.1 Peta tinggi gelombang signifikan  (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Desember
Gambar  4.2.  Peta  tinggi  gelombang  signifikan  (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Januari  Gelombang  signifikan  pada  bulan  Januari  memiliki  ketinggian  rata-rata  1.25  –  1.50  m
Gambar  4.6.  Peta  tinggi  gelombang  signifikan  (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Mei
Gambar  4.9.  Peta  tinggi  gelombang  signifikan  (kiri) dan maksimum (kanan) bulan Agustus
+2

Referensi

Dokumen terkait

Karyawan PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor yang bertugas sebagai sopir angkutan produksi dari lubang CEKER bekerjasama denga PETI

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa pemodelan matematis sudah dapat digunakan dalam menentukan daerah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah yang berada

Tokoh yang mempelopori postmodern adalah Francois Lyotard (1942), yang menerbitkan buku yang berjudul THE POST MODERN CONDITION.. Rosenau (dalam Ritzer,1997:8-9)

Dari 46 guru SDLB yang berpartisipasi sebagai sampel penelitian dalam pelatihan multimedia, mereka memberikan pendapatnya bahwa pelatihan tentang media pembelajaran

Berangkat dari permasalahan di atas maka dalam Undang-Undang Narkotika sendiri perlulah memiliki suatu kebijakan tertulis mengenai tindak pidana yang berkaitan dengan

Dari gambar 1 dapat dijelaskan bahwa variabel nilai fungsional, nilai sosial, nilai emosional, nilai kondisional, dan nilai epistemik dapat mempengaruhi niat pembelian kembali

Rasa dan aroma susu pasteurisasi dalam penelitian ini masih normal dan mempunyai rasa sedikit manis yang menunjukkan sampel susu masih segar tetapi setelah dilakukan

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMK Negeri 1 Kasihan terdapat beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran, salah satunya prestasi belajar di kelas XI