• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. (1997: 5) tumbuhan rotan merupakan jenis tanaman yang merambat panjangnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. (1997: 5) tumbuhan rotan merupakan jenis tanaman yang merambat panjangnya"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Berbagai jenis tumbuhan tersebut memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, salah satu jenis tumbuhan tersebut adalah rotan. Menurut G. Margono (1997: 5) tumbuhan rotan merupakan jenis tanaman yang merambat panjangnya sampai 100 metar, batang yang beruas panjang, kulit licin, mengkilap, dan bersifat elastis kuat dan kokoh.

Adapun menurut Januminro (2000: 37) bahwa tumbuhan rotan merupakan jenis tanaman yang elastis dan kenyal, memiliki keunikan dan ciri khas yang berfungsi sebagai tali pengikat yang ulet dan kuat yang ternyata tidak dimiliki oleh jenis tumbuhan lainnya. Dengan adanya sifat rotan tersebut sehingga rotan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Tumbuhan rotan di Indonesia dimanfaatkan untuk beberapa kegunaan yaitu bahan baku kerajinan dan bahan baku kuliner, terutama pada bagian batang rotan. Di daerah Palangkaraya dan Subulusalam (Kalimantan) serta Tapanuli (Aceh) tumbuhan rotan dijadikan bahan baku utama kuliner. Tumbuhan rotan yang dapat digunakan sebagai bahan baku kuliner yaitu rotan yang berdiameter kecil dengan batang rotan yang masih muda dan rotan yang berdiameter besar hanya pada bagian pucuk batang rotan yang panjangnya sekitar 100 cm dari batang rotan dewasa (Sanusi, 2012:134-135).

Untuk pengolahan bahan kuliner, pengolahan rotan dilakukan dengan cara dibakar sampai hitam kemudian dibersihkan kulitnya ataupun langsung dikupas

(2)

bagian kulit rotan tanpa dibakar terlebih dahulu. Kemudian rotan tersebut hanya diambil pada bagian dalam rotan yang berwarna putih dan lunak. Selanjutnya rotan tersebut siap untuk diolah sebagai sayur, atau yang dinamakan umbut rotan.

Untuk bahan baku kerajinan seperti di daerah Jawa yang merupakan pusat perdagangan produk-produk rotan dengan pelabuhan berfasilitas container, yang dapat mendukung transportasi pengiriman barang ke daerah lain hingga ke manca negara, pengolahan dilakukan secara sistematis. Selain memerlukan keahlian dan keterampilan tenaga kerja yang lebih tinggi, serta sarana dan prasarana yang lengkap seperti mesin pembelah rotan, pengulit rotan, pelurus rotan, gergaji potong, pengamplas rotan, mesin pengulit rotan dan sejenisnya. Hal ini sangat mendukung pengolahan bahan baku rotan secara maksimal, sehingga dapat menghasilkan produk yang bervariasi jenis dan bentuknya, seperti meja, kursi, aneka keranjang, kap lampu, tas, sandal, topi dan sejenisnya.

Di Gorontalo umumnya tumbuhan rotan dimanfaatkan sebagai bahan baku produk kerajinan. Keterbatasan alat untuk mengolah rotan, berimbas pada kurangnya beragam jenis dan bentuk produk kerajinan yang dihasilkan seperti meja, kursi, aneka keranjang dan kap lampu. Walaupun produk yang dihasilkan terbatas, namun hal tersebut mampu menopang perekonomian masyarakat (pengrajin rotan) di Gorontalo.

Di daerah ini terdapat beberapa titik yang merupakan penghasil produk kerajinan berbahan rotan yaitu di Jln Prof. HB. Jassin yang dikenal dengan Jln. KH. Agus Salim kota Gorontalo, di Desa Tolongio Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara dan Beberapa di Kabupaten Gorontalo. Industri

(3)

pengolahan rotan menjadi produk kerajinan di beberapa wilayah tersebut merupakan industri turun temurun.

Khususnya di Kabupaten Gorontalo, menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Provinsi Gorontalo pada tahun 2012, terdapat 81 industri bambu dan rotan. Industri-industri tersebut menyebar di beberapa daerah yang ada di Kabupaten Gorontalo, seperti di Desa Molas Kecamatan Bongomeme, Desa Motoduto Kecamatan Boliyohuto, Desa Haya-Haya Kecamatan Limboto Barat, Desa Huyula Kecamatan Motilango, Desa Talumopatu Kecamatan Motilango, Desa Botumoputi’o Kecamatan Tibawa, Desa Tenggela Kecamatan Tilango dan Desa Luwo’o Kecamatan Telaga Jaya yang merupakan sentra kerajinan rotan yang dikenal.

Berdasarkan data yang ada di Desa Luwo’o pada tahun 2012 Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo terdapat 5 industri kerajian rotan, salah satunya adalah industri kerajinan Aneka Rotan yang dikelola oleh Alfian Nggule. Didirikan pada tahun 2002 setelah Alfian Nggule mengundurkan diri bekerja di industri kerajinan Sepakat milik orang tuanya. Dan, mulai bekerja sama dengan DISPERINDAG pada tahun 2004, keberadaan industri ini terbilang baru dibandingkan industri-industri lainnya. Walaupun terbilang masih baru, industri kerajinan Aneka Rotan dapat terus bertahan dan bersaing dengan industri kerajinan lainnya di Gorontalo hingga saat ini.

Produk-produk yang dihasilkan oleh industri kerajinan Aneka Rotan sejak tahun 2002 terus mengalami perubahan jenis dan bentuknya. Hal ini berimbas pada pemasaran yang tidak hanya terbatas di Gorontalo akan tapi hingga ke luar

(4)

daerah, bahkan pernah ada konsumen dari luar negeri yang memesan langsung produk di industri kerajinan Aneka Rotan tersebut.

Dalam pengolahan bahan baku rotan menjadi produk kerajinan, awalnya industri aneka rotan menggunakan bahan setengah jadi menjadi produk kerajinan, namun naiknya harga barang dan ketersediaan alat yang kurang memadai menyebabkan Alfian Nggule harus membeli bahan baku yang siap pakai pada industri pengolahan rotan mentah CV. Surya Sakti. Hal ini menyebabkan biaya produksi untuk sebuah produk kerajinan rotan menjadi lebih tinggi.

Demikian halnya dengan peralatan yang digunakan oleh industri Aneka Rotan dalam pengolahan bahan baku, masih menggunakan peralatan sederhana seperti alat pemotong menggunakan gergaji manual, mengamplas dengan menggunakan kertas pasir amplas dan sejenisnya. Hal ini berimbas pada pengolahan bahan baku kurang maksimal dibandingkan dengan peralatan yang digunakan oleh industri kerajinan rotan di Jawa yang memiliki mesin pengamplas, mesin potong, mesin pelurus dan sejenisnya, yang dapat memaksimalkan hasil produk menjadi lebih bervariasai jenis dan bentuknya.

Ditengah keterbatasan peralatan dan minimnya bahan baku rotan siap olah, industri kerajinan Aneka Rotan tetap eksis dan berkembang dari waktu ke waktu. Terbukti sejak tahun 2002, Aneka Rotan terus memproduksi aneka produk kerajinan dan mampu mempekerjakan pengrajin/tenaga kerja dengan jumlah yang terus bertambah. Hingga saat ini tercatat ada 13 orang tenaga kerja yang siap membantu Alfian Nggule dalam menghasilkan produk kerajinan. Dimana 7

(5)

diantaranya merupakan pengrajin tetap dan sisanya merupakan pekerja yang siap dilibatkan apabila banyak pesanan yang datang.

Berdasarkan observasi di lapangan, produk kerajinan yang dihasilkan oleh industri kerajinan Aneka Rotan lebih bervariasi jenis dan bentuknya dibandingkan dengan industri kerajinan rotan Sepakat tempat Alfian bekerja sebelumnya sejak tahun 1974. Saat ini sebagian besar produk industri kerajinan dari Aneka Rotan seperti meja, kursi, aneka keranjang, kap lampu, miniatur, dan sejenisnya juga dipasarkan oleh industri Sepakat. Oleh karena itu, produksi pada industri kerajinan Aneka Rotan secara tidak langsung terus bertambah dan memperluas jaringan pemasaran produksi.

Industri kerajinan Aneka Rotan juga pernah meraih beberapa prestasi, diantaranya, menjadi pemenang lomba cipta desain handycraft terbaik 1 tingkat Provinsi Gorontalo (2005), terbaik 1 konvensi GKM se-provinsi Gorontalo, dan terbaik 1 pekan kreatif RRI se-provinsi Gorontalo (2010). Industri kerajinan Aneka Rotan juga pernah mengikuti pameran produk ekspor Indonesian Solo Exhibition di Shianghai Cina (2006), pameran nasional di Jakarta (2008) dan pernah mengikuti pameran Festival Tong-Tong di Denhag Belanda (2009).

Melihat beberapa prestasi yang pernah diraih industri kerajinan Aneka Rotan, dan bagaimana mereka mampu bertahan tetap eksis dan berkembang dalam hal ketersediaan bahan baku, jenis/bentuk produk, keterlibatan pengrajin/tenaga kerja serta proses pemasaran produk tentu karena ada sejumlah faktor yang mempengaruhi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang faktor–faktor yang mempengaruhi eksistensi dan perkembangan

(6)

kerajinan rotan pada industri Aneka Rotan di Desa Luwo’o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Diharapkan kedepannya industri kerajinan Aneka Rotan dapat terus bertahan dan bersaing dalam dunia industri kerajinan di Gorontalo maupun di luar Gorontalo, dan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu kontribusi dalam mengembangkan kerajinan rotan yang ada di Gorontalo.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang, maka teridentifikasi beberapa masalah yang lebih menarik untuk dikaji sebagai berikut:

1. Proses pengolahan bahan kerajinan anyam pada industri kerajinan Aneka Rotan di Desa Luwo’o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo mengalami keberlanjutan dan perubahan sesuai dengan kondisi zaman.

2. Jenis produk yang dihasilkan oleh industri kerajinan Aneka Rotan mengalami keberlanjutan dan perubahan bentuk teknik pembuatannya. 3. Keterlibatan pengrajin/karyawan pada industri kerajinan Aneka Rotan di Desa Luwo’o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo bertambah dari waktu ke waktu.

4. Proses pemasaran produk kerajinan anyaman pada industri kerajinan Aneka Rotan di Desa Luwo’o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo mengalami perluasan baik dalam hal strategi maupun segmen yang ditempuh.

(7)

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas, maka peneliti dapat merumusan permasalahan dalam penelitian yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi eksistensi dan perkembangan kerajinan rotan pada industri kerajinan Aneka Rotan di Desa Luwo’o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi dan perkembangan industri kerajinan Aneka Rotan di Desa Luwo’o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo, akan digolongkan menjadi 2 periode. Periode I dimulai sejak tahun 2002-2007 dan periode II dimulai sejak tahun 2008-2013. Pembagian periode ini didasarkan adanya perubahan bahan baku yang digunakan, jenis/bentuk produk yang dihasilkan, keterlibatan pengrajin/tenaga kerja dan pemasaran produk yang mengalami perkembangan.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi dan perkembangan kerajinan rotan pada industri kerajinan Aneka Rotan di Desa Luwo’o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo.

1.5. Manfaat Penelitian.

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut; 1. Manfaat Teoritis

(8)

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang industri kerajinan, khususnya kerajinan rotan dan eceng gondok di Gorontalo.

2. Manfaat praktis

a. Bagi penulis, hasil penelitian dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan kerajinan rotan di Gorontalo.

b. Bagi lembaga UNG, menjadi literatur tambahan tentang perkembangan industri kerajinan di Gorontalo.

c. Bagi pemerintah, sebagai data dasar dalam pengembangan industri kerajinan di Gorontalo.

d. Bagi masyarakat, menjadi salah satu sumber informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi dan perkembangan kerajinan rotan pada Aneka Rotan di Desa Luwo’o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengolahan data yang ada, 100 responden yang terdiri dari mahasiswa laki-laki dan perempuan FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta menyatakan bahwa

Dari hasil perhitungan analisa pengolahan data dengan model optimasi produksi keripik daun singkong menggunakan Linier programming melalui metode simpleks maka

Jadi dari pembahasan di atas dapat disimpulkan toilet training itu adalah proses pengajaran untuk mengontrol buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB)

P1 Terlaksananya kegiatan tersebut dapat meningkatkan kesehatan masyarakat desa Dinas Kesehatan 1 B 8 pos POSYANDU se Desa Cluring 75.000.000 0 0 0 - Peningkatan pelatanan POSYANDU

Dalam menganalisis data akan digunakan prosedur dan teknikteknik yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, yakni memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa untuk

Kepemilikan saham anggota direksi yang mencapai 5% atau lebih dari modal disetor, meliputi jenis dan lembar saham pada BUS yang bersangkutan, bank lain atau

maten yang dibenkan, terlibat dalam mendiskusikan suatu materi prasyarat yang dibicarakan, terlibat dalam mendiskusikan suatu materi pokok yang dibicarakan, memberi tanggapan

Gagasan mengenai kesetaraan gender yang banyak diadopsi dari kaum feminis Barat tidak selamanya mencerminkan apa yang terjadi di berbagai daerah Indonesia, misalnya