• Tidak ada hasil yang ditemukan

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

OUTLOOK

KOMODITI TEMBAKAU

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

2014

(3)
(4)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU

ISSN : 1907-1507

Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : … halaman

Penasehat : Ir. M. Tassim Billah, MSc.

Penyunting :

Ir. Dewa Ngakan Cakrabawa, MM. Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc.

Naskah :

Ir. Ekanantari

Design dan Layout :

Ir. Ekanantari

Design Sampul :

Suyati, S.Kom

Diterbitkan oleh :

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014

(5)
(6)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v

KATA PENGANTAR

Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya. Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook Komoditas Perkebunan.

Publikasi Outlook Komoditi Tembakau Tahun 2014 menyajikan keragaan data series komoditi tembakau secara nasional dan internasional selama 10-30 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan domestik dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019. Selain itu disajikan pula proyeksi ketersediaan tembakau di ASEAN dan dunia tahun 2012 sampai dengan tahun 2019.

Publikasi ini disajikan dalam bentuk buku dan dapat dengan mudah diperoleh

atau diakses melalui website Pusdatin yaitu

http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/.

Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi tembakau secara lebih lengkap dan menyeluruh.

Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.

Jakarta, Agustus 2014 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,

Ir. M. Tassim Billah, MSc. NIP.19570725.198203.1.002

(7)
(8)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. TUJUAN ... 2

1.3. RUANG LINGKUP ... 2

BAB II. METODOLOGI ... 3

2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI ... 3

2.2. METODE ANALISIS ... 4

2.2.1 Analisis Keragaan ... 4

2.2.2 Analisis Penawaran ... 5

2.2.3 Analisis Permintaan ... 6

2.2.4 Analisis Ketersediaan ASEAN dan Dunia ... 6

2.2.5 Program Pengolahan Data ... 7

BAB III. KERAGAAN TEMBAKAU NASIONAL ... 9

3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TEMBAKAU DI INDONESIA ... 9

3.1.1. Perkembangan Luas Areal Tembakau di Indonesia ... 9

3.1.2. Perkembangan Produksi dan Produktivitas di Indonesia ... 10

3.1.3. Sentra Luas Produksi Tembakau di Indonesia ... 12

3.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI TEMBAKAU DI INDONESIA ... 17

(9)

viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR TEMBAKAU INDONESIA ... 19

3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tembakau Indonesia ... 19

3.4.2. Neraca Perdagangan Tembakau Indonesia ... 20

BAB IV. KERAGAAN TEMBAKAU ASEAN DAN DUNIA ... 23

4.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TEMBAKAU ASEAN DAN DUNIA ... 23

4.1.1. Perkembangan Luas Panen Tembakau ASEAN ... 23

4.1.2. Perkembangan Produksi tembakau ASEAN ... 24

4.1.3. Perkembangan Produktivitas Tembakau ASEAN ... 25

4.1.4. Perkembangan Luas Panen Tembakau DuniaA ... 26

4.1.5. Perkembangan Produksi Tembakau Dunia ... 27

4.1.6. Perkembangan Produktivitas Tembakau Dunia ... 29

4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR TEMBAKAU ASEAN DAN DUNIA 30 4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor tembakau ASEAN 30 4.2.2. Perkembangan volume Ekspor dan Impor tembakau Dunia . 31 4.3. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN TEMBAKAU ASEAN DAN DUNIA ... 33

4.3.1. Perkembangan Ketersediaan Tembakau ASEAN ... 33

4.3.2. Perkembangan Ketersediaan Tembakau Dunia ... 34

BAB V. PENAWARAN DAN PERMINTAAN ... 37

5.1. PROYEKSI PENAWARAN TEMBAKAU 2014-2019 ... 37

5.2. PROYEKSI PERMINTAAN TEMBAKAU 2014-2019 ... 38

5.3. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT TEMBAKAU DI INDONESIA 2014-2019 ... 39

5.4. PROYEKSI KETERSEDIAAN TEMBAKAU ASEAN 2012-2019 ... 40

5.5. PROYEKSI KETERSEDIAAN TEMBAKAU DUNIA 2012-2019 ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(10)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data Nasional ... 3 Tabel 2.2. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data ASEAN dan Dunia ... 4 Tabel 2.3. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data Pendukung ... 4 Tabel 3.1. Kontribusi Rata-rata Luas Areal Tembakau di Indonesia Menurut

Status Pengusahaan, Tahun 1980-2013 ... 10 Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Produksi Tembakau di Indonesia,

Tahun 2014-2019 ... 38 Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Konsumsi Nasional Tembakau di Indonesia, Tahun

2014-2019 ... 40 Tabel 5.3. Proyeksi Surplus/Defisit Tembakau di Indonesia,

Tahun 2014-2019 ... 41 Tabel 5.4. Hasil Proyeksi Ketersediaan Tembakau ASEAN,

Tahun 2014-2019 ... 42 Tabel 5.5. Hasil Proyeksi Ketersediaan Tembakau Dunia,

(11)

x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Tembakau Menurut Status

pengusahaan di Indonesia, Tahun 1980-2013 ... 9 Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Tembakau Menurut Status Pengusahaan

di Indonesia, 1980-2013 ... 11 Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Tembakau di Indonesia,

Tahun 1995-2013 ... 12 Gambar 3.4. Provinsi Sentra Produksi Tembakau PR di Indonesia,

Rata-Rata 2009-2013 ... 13 Gambar 3.5. Jenis Tembakau PR di Jawa Timur, Tahun 2013 ... 13 Gambar 3.6. Kabupaten Sentra Produksi Tembakau Jawa di Jawa Timur,

Tahun 2013 ... 14 Gambar 3.7. Jenis Tembakau PR di NTB, Tahun 2013 ... 15 Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Tembakau Virginia di Nusa Tenggara

Barat, Tahun 2013 ... 16 Gambar 3.9. Kabupaten Sentra Produksi Tembakau PR di Jawa Barat,

Tahun 2013 ... 17 Gambar 3.10. Perkembangan Konsumsi Tembakau di Indonesia,

Tahun 1993-2013 ... 18 Gambar 3.11. Perkembangan Harga Tembakau di Indonesia Pada Tingkat

Konsumen, Tahun 1999-2012 ... 18 Gambar 3.12. Perkembangan Volume Ekspor Tembakau Indonesia,

Tahun 1980-2013 ... 19 Gambar 3.13. Perkembangan Neraca Perdagangan Tembakau Indonesia, Tahun

1980-2013 ... 20 Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Tembakau ASEAN,

Tahun 1980-2012 ... 23 Gambar 4.2. Perkembangan Produksi Tembakau ASEAN, Tahun 1980-2012... 24

(12)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi Gambar 4.3. Perkembangan Produktivitas Tembakau ASEAN,

Tahun 1980-2012 ... 25 Gambar 4.4. Perkembangan Luas Panen Tembakau Dunia,

Tahun 1980-2012 ... 26 Gambar 4.5. Negara-negara Luas Panen Tembakau Terbesar Dunia,

Rata-rata Tahun 2008-2012 ... 27 Gambar 4.6. Perkembangan Produksi Tembakau Dunia, Tahun 1980-2012 ... 28 Gambar 4.7. Negara-negara Produsen Tembakau di Dunia, Rata-rata Tahun

2008-2012 ... 29 Gambar 4.8. Perkembangan Produktivitas Tembakau Dunia,

Tahun 1980-2012 ... 29 Gambar 4.9. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tembakau ASEAN,

Tahun 1980-2012 ... 30 Gambar 4.10. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tembakau Dunia,

Tahun 1980-2011 ... 31 Gambar 4.11. Negara-negara Importir Tembakau Terbesar Dunia,

Rata-rata Tahun 2007-2011 ... 32 Gambar 4.12. Negara-negara Eksportir Tembakau Terbesar Dunia,

Rata-rata Tahun 2007-2011 ... 33 Gambar 4.13. Ketersediaan Tembakau ASEAN, Tahun 1980-2011 ... 34 Gambar 4.14. Ketersediaan Tembakau Dunia, Tahun 1980-2011 ... 34

(13)

xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal Tembakau di Indonesia Menurut

Status Pengusahaan, Tahun 1980-2013. ... 49 Lampiran 2. Perkembangan Produksi Tembakau di Indonesia Menurut

Status Pengusahaan, Tahun 1980-2013 ... 50 Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Tembakau di Indonesia,

Tahun 1980-2013 ... 51 Lampiran 4. Kontribusi Provinsi Sentra Produksi Tembakau PR di Indonesia,

Rata-rata Tahun 2009-2013 ... 52 Lampiran 5. Jenis Tembakau Terbesar di Jawa Timur, Tahun 2013 ... 52 Lampiran 6. Kontribusi Kabupaten Sentra Produksi Tembakau Jawa PR di

Jawa Timur, Tahun 2013 ... 53 Lampiran 7. Jenis Tembakau di Nusa Tenggara Barat (NTB), Tahun 2013.... 53 Lampiran 8. Kabupaten Sentra Produksi Tembakau PR di NTB,

Tahun 2013 ... 54 Lampiran 9. Kabupaten Sentra Produksi Tembakau PR di Jawa Barat,

Tahun 2013 ... 54 Lampiran 10. Perkembangan Konsumsi Tembakau di Indonesia,

Tahun 1993-2013 ... 55 Lampiran 11. Perkembangan Harga Konsumen Tembakau Daun Kering di

Indonesia, Tahun 1999-2012 ... 56 Lampiran 12. Perkembangan Ekspor dan Impor Tembakau Indonesia,

Tahun 1980-2013 ... 57 Lampiran 13. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas

Tembakau ASEAN, Tahun 1980-2012 ... 58 Lampiran 14. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas

Tembakau Dunia, Tahun 1980-2012 ... 59 Lampiran 15. Negara Sentra Luas Panen Tembakau Dunia, Rata-rata Tahun

(14)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii Lampiran 16. Negara produsen Tembakau Dunia, Rata-rata

Tahun 2008-2012 ... 60 Lampiran 17. Perkembangan Volume Impor dan Ekspor Tembakau ASEAN,

Tahun 1980-2011 ... 61 Lampiran 18. Perkembangan Volume Impor dan Ekspor Tembakau Dunia,

Tahun 1980-2011 ... 62 Lampiran 19. Negara Importir Tembakau Dunia, Rata-rata

Tahun 2007-2011 ... 63 Lampiran 20. Negara Eksportir Tembakau Dunia, Rata-rata

Tahun 2007-2011 ... 63 Lampiran 21. Perkembangan Ketersediaan Tembakau ASEAN,

Tahun 1980-2011 ... 64 Lampiran 22. Perkembangan Ketersediaan Tembakau Dunia,

(15)
(16)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tanaman tembakau (Nicotiana tobacum.L.) merupakan tanaman semusim, tetapi di dunia pertanian termasuk dalam golongan tanaman perkebunan dan tidak termasuk golongan tanaman pangan. Tembakau (daunnya) digunakan sebagai bahan pembuatan rokok (Hanum, 2008).

Asal mula sejarah tembakau dimulai di Amerika Tengah pada masa sebelum masehi. Hal ini dapat dilacak dari ukiran peninggalan penduduk asli Amerika berupa pemuka agama yang merokok sebagai bagian dari ritual keagamaan. Sejarah tanaman tembakau mulai ditulis pada 12 Oktober 1492, yaitu saat pendaratan Christoper Columbus di Amerika. Awalnya tembakau adalah tanaman yang berkembang di daerah subtropis. Melalui rekayasa teknik bididaya, saat ini areal penanaman tembakau sudah menyebar dan berkembang pada daerah-daerah dengan batas lintang selatan (400S) sampai lintang utara (600N) (Hawks dan Collins 1986).

Spesies tembakau yang ada di dunia ini mencapai 50 (lima puluh) jenis. Diantara spesies yang dikenaL, terdapat 3 (tiga) spesies yang paling banyak dibudidayakan yaitu Nicotiana rustika, Nicotiana macrophylla, dan Nicotiana tabacum (Hartanti et all, 2012).

Penanaman dan penggunaan tembakau di Indonesia sudah dikenal sejak lama. Komoditi tembakau mempunyai arti yang cukup penting, tidak hanya sebagai sumber pendapatan bagi para petani, tetapi juga bagi Negara. Usaha pertanian tembakau merupakan usaha padat karya (Hanum, 2008).

Untuk mengetahui sejauh mana prospek komoditas tembakau dalam mendukung sektor pertanian di Indonesia, berikut ini akan disajikan perkembangan tembakau serta proyeksi penawaran dan permintaan tembakau untuk beberapa tahun ke depan.

(17)

2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1.2. TUJUAN

Melakukan Penyusunan Buku Outlook Komoditi Tembakau yang berisi keragaan data series secara nasional, ASEAN dan dunia, yang dilengkapi dengan hasil proyeksi penawaran dan permintaan nasional tahun 2014-2019, serta proyeksi ketersediaan ASEAN dan dunia tahun 2012-2019.

1.3. RUANG LINGKUP

Kegiatan yang dicakup dalam penyusunan outlook komoditi tembakau

adalah:

Identifikasi

peubah-peubah

yang

dianalisis

mencakup

luas

areal/panen, produksi, produktivitas, konsumsi, ekspor, impor, harga,

situasi komodi tembakau nasional, ASEAN dan dunia.

Penyusunan analisis komoditi pada situasi nasional, ASEAN dan

dunia serta penyusunan proyeksi penawaran dan permintaan nasional

komoditi tembakau tahun 2014-2019, dan proyeksi ketersediaan

tembakau ASEAN dan dunia tahun 2012-2019.

(18)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

BAB II. METODOLOGI

2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI

Outlook Komoditi Tembakau tahun 2014 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari data sekunder yang bersumber dari instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian yaitu Direktorat Jenderal Perkebunan, dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Secara rinci disajikan pada Tabel 2.1, Tabel 2.2 dan Tabel 2.3.

Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data Nasional

No Variabel Periode Sumber Data Keterangan

1. Luas areal, produksi & produktivitas 1980-2013*) Ditjen. Perkebunan Tahunan 2. Produksi Rata-rata 2009-2013*0 Ditjen. Perkebunan - Provinsi Sentra - Wujud: Daun Kering 3. Produksi 2013*) Ditjen. Perkebunan - Kabupaten Sentra - Wujud: Daun Kering 4. Harga Konsumen 1999-2012 BPS Tahunan 5. Konsumsi 1993-2013 BPS Susenas

6. Ekspor & Impor 1980-2013 Ditjen. Perkebunan dan Pusdatin (2013) Kode HS: 2401101000, 2401102000, 2401104000, 2401105000, 2401109000, 2401201000, 2401202000, 2401203000, 2401204000, 2401205000, 2401209000, 2401301000, 2401309000.

(19)

4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 2.2. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data ASEAN dan Dunia

No Variabel Periode Sumber Keterangan

1 Luas tanaman menghasilkan, produksi dan produktivitas 1980-2012 FAO Wujud produksi: Daun kering

2 Luas panen terbesar 2007-2012 FAO 3 Produsen terbesar 2007-2012 FAO 4 Eksportir-importir 1980-2011 FAO

Tabel 2.3. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data Pendukung

No Variabel Periode Sumber Keterangan

1 Jumlah Penduduk 2015-2019 BPS Prediksi BPS

2 IHK 1983-2013 BPS

2.2. METODE ANALISIS

Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditi Tembakau adalah sebagai berikut:

2.2.1. Analisis keragaan

Analisis keragaan atau perkembangan komoditi tembakau dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator luas areal dan luas panen, produktivitas, produksi, sentra produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga di tingkat produsen maupun konsumen dengan analisis deskriptif sederhana. Analisis keragaan dilakukan baik untuk data series nasional maupun internasional.

(20)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5 2.2.2. Analisis Penawaran

Penawaran tembakau dilakukan berdasarkan analisis fungsi produksi tembakau Indonesia. Penelusuran model untuk analisis fungsi produksi tersebut dilakukan dengan pendekatan persamaan Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression). Persamaan regresi tersebut memetakan peubah penjelas/bebas terhadap peubah respons/tak bebas. Dalam regresi linier berganda, parameter yang diduga bersifat linier serta jumlah peubah bebas dan atau tak bebas yang terlibat di dalamnya lebih dari satu.

Secara umum regresi linier berganda dapat dinyatakan dengan model berikut:

n j j j n n

X

b

b

X

b

X

b

X

b

b

Y

1 0 2 2 1 1 0

...

dimana : Y = Peubah respons/tak bebas Xn = Peubah penjelas/bebas

n = 1,2,…

b0 = nilai konstanta

bn = koefisien arah regresi atau parameter model regresi

untuk peubah xn

 = sisaan

Produksi pada periode ke-t diduga merupakan fungsi dari luas areal periode sebelumnya dan volume ekspor periode sebelumnya.

Dengan memperhatikan ketersediaan data, analisis penawaran dilakukan berdasarkan data produksi dalam periode tahunan. Untuk peubah-peubah bebas yang tidak tersedia datanya dalam periode waktu yang bersesuaian maka dilakukan proyeksi terlebih dahulu dengan menggunakan model analisis trend (trend analysis), model pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing) atau model time series lain yang sesuai.

(21)

6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2.2.3. Analisis Permintaan

Permintaan tembakau merupakan analisis permintaan langsung masyarakat terhadap komoditi perkebunan yang dikonsumsi oleh rumah tangga konsumen dalam bentuk tanpa diolah, telah diolah, maupun permintaan untuk kepentingan ekspor.

Konsumsi tembakau di Indonesia didekati dari konsumsi tembakau per kapita per tahun. Data tersebut diambil (bersumber) dari hasil Survey Sosial Ekonomi yang dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) setiap tahun sekali.

Sama halnya seperti pada analisis penawaran, analisis permintaan juga menggunakan Model Regresi Berganda menggunakan beberapa peubah penjelas, namun karena keterbatasan ketersediaan data, analisis permintaan untuk beberapa komoditi menggunakan model analisis trend (trend analysis), model pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing) atau model time series lain yang sesuai. Periode series data yang digunakan adalah tahunan.

2.2.4. Analisis Ketersediaan ASEAN dan Dunia

Analisis ketersediaan komoditi tembakau didapat dari perhitungan:

Ketersediaan = Produksi – Volume Ekspor + Volume Impor Maka proyeksi ketersediaan merupakan hasil perhitungan:

Proyeksi Ketersediaan = Proyeksi Produksi – Proyeksi Volume Ekspor + Proyeksi Volume Impor

Seperti halnya pada proyeksi produksi, proyeksi volume ekspor dan proyeksi volume impor juga menggunakan mopdel analisis trend (trend analysis) atau model pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing).

(22)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7 2.2.5. Program Pengolahan Data

Pengolahan data untuk analisis penawaran dan permintaan menggunakan software statistik Minitab Release 13.20. Software ini digunakan untuk pemodelan regresi berganda dan time series, seperti analisis trend atau pemulusan eksponensial berganda.

(23)
(24)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

BAB III. KERAGAAN TEMBAKAU NASIONAL

3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TEMBAKAU DI INDONESIA

3.1.1. Perkembangan Luas Areal Tembakau di Indonesia

Perkembangan luas areal tembakau di Indonesia menunjukkan peningkatan sejak tahun 1980-2013, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,12% per tahun dari 141.225 ha menjadi 270.232 ha. Pada periode 1980-1997 luas areal tembakau mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,25 % per tahun. Menginjak periode 1998 - 2013 terjadi pertumbuhan luas areal tembakau di Indonesia yang lebih kecil, hanya sebesar 1,87 % per tahun (Lampiran 1).

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (Ha) PR PBN PBS Indonesia

Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Tembakau Menurut Status Pengusahaan di Indonesia, Tahun 1980-2013 Bila dilihat berdasarkan status pengusahaannya, luas areal tembakau di Indonesia sangat didominasi oleh Perkebunan Rakyat (PR). Pada periode tahun 1980 - 2013, rata-rata luas areal tembakau PR mencapai 97,36% dari total luas areal tembakau Indonesia. Sementara Perkebunan Besar Negara (PBN) sebesar 2,57%, dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) hanya sebesar 0,06% (Tabel 3.1).

(25)

10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 3.1. Kontribusi Rata-rata Luas Areal Tembakau di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, Tahun 1980-2013*

PR PBN PBS Indonesia PR PBN PBS Indonesia

1980-2013*) 97,36 2,57 0,06 100,00 96,64 3,29 0,07 100,00

1980-1997 96,70 3,19 0,11 100,00 95,30 4,56 0,14 100,00

1998-2013*) 98,12 1,88 0,00 100,00 98,15 1,85 0,00 100,00

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Keterangan : *) : Angka Sementara

Tahun Luas Areal Produksi

Rata-rata Kontribusi (%)

Luas areal tembakau PR sejak tahun 1980 mengalami peningkatan hingga tahun 2013 menjadi 267.352 ha dari 127.103 ha seperti terlihat pada Gambar 3.1, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,56% per tahun (Lampiran 1). Pertumbuhan luas areal tembakau rakyat pada periode 1980-1997 lebih tinggi dibanding periode sesudahnya yaitu 1998-2013. Pada periode 1980-1997 pertumbuhan luas panen tembakau mencapai 7,01% per tahun, sementara pada periode 1998-2013 hanya sebesar 1,95% per tahun (Lampiran 1). Pertumbuhan yang lebih kecil pada periode 1998-2013 terjadi juga pada Perkebunan Besar Swasta (PBS) bahkan hilang sama sekali.

3.1.2. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Tembakau di Indonesia

Sejalan dengan pertumbuhan luas areal tembakau, pertumbuhan produksi tembakau di Indonesia juga mengalami peningkatan sejak tahun 1980 hingga 2013 (Gambar 3.2) dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,92% per tahun (Lampiran 2). Peningkatan produksi juga disebabkan tingginya perokok di Indonesia, karena sebagian besar produk tembakau digunakan sebagai bahan baku utama industri rokok. Berdasarkan Global Adult Tobacco Survey (GATS) Indonesia, terdapat sekitar 61 juta perokok di Indonesia (WHO,2011).

(26)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11 0 25.000 50.000 75.000 100.000 125.000 150.000 175.000 200.000 225.000 250.000 275.000 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (Ton) PR PBN PBS Indonesia

Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Tembakau Menurut Status Pengusahaan di Indonesia, Tahun 1980-2013 Seperti halnya luas areal, produksi tembakau di Indonesia juga didominasi oleh Perkebunan Rakyat (PR) dengan kontribusi rata-rata sebesar 96,64% terhadap produksi tembakau nasional pada periode 1980-2013. Sementara Perkebunan Negara (PBN) hanya sebesar 3,29%, dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) sama sekali tidak berkontribusi terhadap produksi tembakau nasional (Tabel 3.1).

Rata-rata pertumbuhan tembakau Indonesia pada periode 1980-1997 sebesar 10,80% per tahun lebih besar dari periode sesudahnya (1998)-2013 yaitu sebesar 4,86% per tahun (Lampiran 2). Karena tembakau PR mendominasi produksi tembakau nasional, maka pertumbuhan tembakau PR merupakan percerminan perkembangan tembakau nasional.

Secara umum produktivitas tembakau di Indonesia cukup fluktuatif namun cenderung meningkat (Gambar 3.3), walaupun sekitar 90% tanaman tembakau di Indonesia adalah milik rakyat yang kurang dipelihara dengan baik. Selama periode 1995-2013, rata-rata laju pertumbuhan produktivitas tembakau sebesar 0,82% per tahunnya. Produktivitas tertinggi selama periode tersebut terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 1,01 ton/ha. Pada tahun 1998 terjadi penurunan produktivitas tembakau sebesar 22,99%.

(27)

12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 0,60 0,65 0,70 0,75 0,80 0,85 0,90 0,95 1,00 1,05 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (Ton/Ha)

Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Tembakau di Indonesia, Tahun 1995-2013

3.1.3. Sentra Produksi Tembakau di Indonesia

Budidaya komoditi tembakau menyebar di sebagian provinsi (15 provinsi) di Indonesia. Berdasarkan data produksi tembakau Perkebunan Rakyat (PR) rata-rata tahun 2009-2013 terdapat (tiga) provinsi sentra produksi yang mempunyai kontribusi kumulatif hingga mencapai 90,76%, yaitu Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Jawa Tengah. Jawa Timur memberikan kontribusi terbesar yaitu 49,03% terhadap total produksi Indonesia atau sebesar 102.749 ton. Peringkat kedua adalah NTB sebesar 50.506 ton (24,10%), dan ketiga adalah Jawa Tengah sebesar 36.952 ton (17,63). Provinsi sentra produksi tembakau dapat dilihat pada Gambar 3.4. dan Lampiran 4.

(28)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13 49,03% 24,10%

17,63%

9,24%

Jawa Timur NTB Jawa Tengah Lainnya

Gambar 3.4. Provinsi Sentra Produksi Tembakau PR di Indonesia Rata-rata Tahun 2009-2013

Jawa Timur sebagai provinsi terbesar sentra produksi tembakau nasional memiliki 8 (delapan) jenis tembakau yaitu tembakau jawa, kasturi, Virginia, paiton, madura, besuki no, white burley dan lumajang. Jenis terbesar yang ada di Jawa Timur adalah tembakau jawa dengan share sebesar 30,60% dari total produksi tembakau di Jawa Timur. Secara rinci produksi masing-masing jenis tembakau ini tersaji pada Lampiran 5 dan Gambar 3.5.

30,60% 18,09% 15,77% 12,81% 10,13% 10,05% 2,38% 0,16%

Jawa Kasturi Virginia Paiton

Madura Besuki N.O White Burley Lumajang

(29)

14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Pada tahun 2013, penanaman tembakau jawa di Jawa Timur tersebar di 26 (dua puluh enam) kabupaten. Dari 26 kabupaten yang memproduksi tembakau jawa tersebut, terdapat 6 (enam) kabupaten terbesar dengan total kontribusi mencapai 75,40% dari total produksi tembakau jawa di Jawa Timur yaitu Bondowoso, Jombang, Lamongan, Situbondo, Nganjuk dan Tulungagung. Kabupaten dengan kontribusi terbesar adalah Bondowoso sebesar 22,36% atau setara dengan 4.984 ton dati total produksi tembakau jawa di Jawa Timur sebesar 22.288 ton. Kabupaten kedua adalah Jombang sebesar 21,27% atau sebesar 4.740 ton. Dan kabupaten ketiga adalah Lamongan sebesar 15,60% atau setara 3.476 ton. Besarnya kontribusi masing-masing kabupaten tersebut tersaji pada Gambar 3.6 dan Lampiran 6.

22,36% 21,27% 15,60% 7,68% 4,33% 4,17% 24,60%

Bondowoso Jombang Lamongan Situbondo

Nganjuk Tulungagung Lainnya

Gambar 3.6. Kabupaten Sentra Produksi Tembakau Jawa di Jawa Timur, Tahun 2013

Provinsi kedua sentra produksi tembakau adalah Provinsi NTB, yang memiliki 2 (dua) jenis tembakau yaitu tembakau Rajang dan Virginia. Tembakau virginia merupakan jenis tembakau terbesar yang diproduksi di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tahun 2013, dengan share sebesar 86,84% atau setara 33.907 ton. Sementara tembakau rajang hanya sebesar 13,16% atau setara dengan 5.138 ton, dari total produksi tembakau sebesar 39.045 ton. Besarnya share masing-masing kedua jenis tembakau ini dapat dilihat pada Gambar 3.7 dan Lampiran 7.

(30)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15 86,84%

13,16% Virginia Rajang

Gambar 3.7. Jenis Tembakau PR di NTB, Tahun 2013

Berdasarkan data produksi yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2014, tembakau virginia merupakan produksi tembakau terbesar di NTB (Gambar 3.7). Pada tahun 2013 terdapat 5 (lima) kabupaten penghasil tembakau virginia yaitu Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara dan Sumbawa Barat. Kabupaten Lombok Timur merupakan kabupaten penghasil terbesar tembakau Virginia dengan hasil sebesar 19.774 ton atau sebesar 58,318% dari total produksi tembakau Virginia yaitu 33.907 ton. Kabupaten kedua penghasil tembakau Virginia adalah Lombok tengah sebesar 41,366% atau setara dengan 14.026 ton. Rincian besarnya produksi kelima kabupaten tersebut tersaji pada Gambar 3.8 dan Lampiran 8.

(31)

16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 58,318% 41,366% 0,265% 0,047% 0,003%

Lombok Timur Lombok Tengah Lombok Barat

Lombok Utara Sumbawa Barat

Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Tembakau Virginia di Nusa Tenggara Barat, Tahun 2013

Provinsi ketiga adalah Jawa Barat yang memiliki 4 (empat) kabupaten sentra produksi tembakau dengan total kontribusi sebesar 94,89% dari 13 (tiga belas) kabupaten penghasil tembakau (berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2014). Kabupaten tersebut adalah Garut, Sumedang, Bandung dan Majalengka, dengan masing-masing kontribusi sebesar 40,09% atau setara 3.507 ton, 26,82% atau sebesar 2.346 ton, 19,18% atau 1.678 ton dan 8,79% atau setara dengan 769 ton. Sementara sisanya sebesar 6,11% dari total pruduksi tembakau rakyat ( 8.747 ton) di Provinsi Jawa Barat, berasal dari kabupaten-kabupaten lainnya penghasil tembakau di Jawa Barat. Besarnya kontribusi kabupaten sentra produksi tembakau di Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 3.9 dan Lampiran 9.

(32)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17 40,09%

26,82%

19,18% 8,79%

5,11%

Garut Sumedang Bandung Majalengka Lainnya

Gambar 3.9. Kabupaten Sentra Produksi Tembakau PR di Jawa Barat, Tahun 2013

3.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI TEMBAKAU DI INDONESIA

Produk tembakau adalah suatu produk yang secara keseluruhan atau sebagian terbuat dari daun tembakau sebagai bahan bakunya yang diolah untuk digunakan dengan cara dibakar, dihisap dan dihirup atau dikunyah. Perkembangan konsumsi tembakau berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi (SUSENAS) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) selama tahun 1993 - 2013 sangatlah fluktuatif dan cenderung menurun dengan rata-rata pertumbuhan turun sebesar 3,11% per tahunnya, dari sebesar 0,318 kg/kapita/th pada tahun 1993 menjadi 0,146 kg/kapita/th pada tahun 2013 (Gambar 3.10 dan Lampiran 10).

Konsumsi tembakau per kapita terbesar pada periode ini terjadi pada tahun 2005 sebesar 0,334 kg/kapita/th. Namun pertumbuhan tertinggi pada periode ini terjadi pada tahun 2000 sebesar 20,51%.

(33)

18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 0,125 0,150 0,175 0,200 0,225 0,250 0,275 0,300 0,325 0,350 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (Kg/Kapita/Th)

Gambar 3.10. Perkembangan Konsumsi Tembakau di Indonesia, Tahun 1993-2013

3.3. PERKEMBANGAN HARGA TEMBAKAU DI INDONESIA

Berdasarkan data harga yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), harga tembakau di tingkat konsumen di Indonesia dalam wujud produksi tembakau daun kering terus mengalami peningkatan sejak tahun 1999 hingga tahun 2012 (Gambar 3.11), yaitu dari sebesar Rp. 15.613/kg hingga Rp. 56.150/kg, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10,74%/tahun. Namun demikian, pada tahun 2004 sempat mengalami penurunan harga sebesar 3,13% menjadi Rp. 31.552/kg dari sebesar Rp. 32.572/kg pada tahun 2003. Pada tahun 2005 harga tembakau kembali meningkat menjadi Rp. 328/kg (Lampiran 11). 15.000 18.000 21.000 24.000 27.000 30.000 33.000 36.000 39.000 42.000 45.000 48.000 51.000 54.000 57.000 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 (Rp/Kg)

Gambar 3.11. Perkembangan Harga Tembakau di Indonesia Pada Tingkat Konsumen, Tahun 1999-2012

(34)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19 3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR TEMBAKAU INDONESIA

3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tembakau Indonesia Perkembangan volume ekspor tembakau Indonesia sejak tahun 1980 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan walaupun berfluktuasi, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,00% per tahun(Gambar 3.12). Selain mengekspor tembakau, ternyata Indonesia juga melakukan impor tembakau. Berdasarkan data yang dipeoleh dari BPS, Impor tembakau Indonesia sejak tahun 1980 terus mengalami peningkatan hingga tahun 2013, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 9,99% pertahun walupun fluktuatif, dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspornya (Lampiran 12). 0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (Ton) Vol.Ekspor Vol.Impor

Gambar 3.12. Perkembangan Volume Ekspor Tembakau Indonesia, Tahun 1980-2013

Volume ekspor tembakau Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2010 dengan volume sebesar 57.408 ton. Pada tahun 2011 ekspor tembakau mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga 32,23% menjadi sebesar 38.110 ton, dan terus mengalami penurunan hingga tahun 2012. Namun pada tahun 2013, ekspor tembakau Indonesia kembali mengalami peningkatan sebesar 12,54% menjadi sebesar 41.765 ton.

(35)

20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Seperti halnya volume ekspor, perkembangan volume impor tembakau Indonesia juga sangat fluktuatif dan cenderung meningkat hingga melebihi volume ekspornya. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS, ternyata sejak tahun 2006 volume impor tembakau Indonesia melebihi volume ekspornya hingga tahun 2013. Volume impor tembakau Indonesia mengalami puncaknya pada tahun 2012 hingga mencapai 137.426 ton, dari hanya sebesar 20.047 pada tahun 1980. Namun pada tahun 2013 volume impor tembakau mengalami penurunan sebesar 11,79% menjadi 121.218 ton (Lampiran 12).

3.4.2. Neraca Perdagangan Tembakau Indonesia

-600.000 -400.000 -200.000 0 200.000 400.000 600.000 800.000 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (000 US$)

Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca

Gambar 3.13. Perkembangan Neraca Perdagangan Tembakau Indonesia, Tahun 1980-2013

Berdasarkan Gambar 3.13 terlihat pada periode 1980-2013 neraca tembakau Indonesia semakin lama semakin besar bergeser ke arah negatif. Ini menandakan bahwa nilai impor tembakau Indonesia semakin lama semakin besar dibandingkan nilai ekspornya. Pada tahun 1980 neraca tembakau Indonesia sebesar 32.332.000 US$, dan pada tahun 2013 turun hingga minus 499.357.000 US$. Hal ini terjadi dikarenakan nilai impor yang jauh lebih tinggi dibandingkan nilai ekspornya. Peningkatan nilai impor tembakau yang melebihi nilai ekspornya, mulai terjadi pada tahun 1991 sebesar 58.430.000 US$ lebih besar

(36)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21 dibandingkan nilai ekspornya pada tahun yang sama yaitu sebesar 57.862.000 US$. Kondisi ini terus berlanjut hingga pada tahun 2013 dimana nilai impor tembakau Indonesia mencapai 627.301.000 US$. Sementara nilai ekspor tembakau Indonesia hanya sebesar 199.589 US$. Nilai yang berbeda tersebut memang disebabkan oleh perbedaan volumenya (Lampiran 12).

(37)
(38)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

BAB IV. KERAGAAN TEMBAKAU ASEAN dan DUNIA

4.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TEMBAKAU ASEAN dan DUNIA

4.1.1. Perkembangan Luas Panen Tembakau ASEAN

300.000 320.000 340.000 360.000 380.000 400.000 420.000 440.000 460.000 480.000 500.000 520.000 540.000 560.000 580.000 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 (Ha) Luas TM

Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Tembakau ASEAN, Tahun 1980-2012

Berdasarkan data yang dihimpun dari website Food And Agriculture Organization Of The United Nation (FAO), perkembangan luas panen tembakau di ASEAN (Brunei Darusalam, Cambodia, Laos, Malaysia, Myanmar, Philippina, Singapura, Thailand dan Vietnam) sangat fluktuatif dan cenderung terus mengalami penurunan sejak tahun 1980 hingga tahun 2008, seperti terlihat pada Gambar 4.1. Namun pada tahun 2009 luas tanam tembakau di ASEAN kembali meningkat hingga tahun 2012. Laju pertumbuhan tanaman menghasilkan tembakau di ASEAN pada periode 1980-2012 sebesar 0,31% per tahun. Pertumbuhan yang sangat kecil ini dipicu oleh turunnya pertumbuhan pada periode 1998-2012 sebesar 0,11% per tahun, sedangkan pertumbuhan pada periode sebelumnya yaitu 1980-1997 adalah sebesar 0,68% per tahun. Luas

(39)

24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

panen tertinggi pada periode 1980-2012 di ASEAN terjadi pada tahun 1987 sebesar 477.337 hektar, dan terendah terjadi pada tahun 2008 sebesar 304.183 hektar (Lampiran 13). Bila kita cermati pertumbuhan pertahun, beberapa tahun terakhir yaitu sejak tahun 2009, luas tanam menghasilkan tembakau terus mengalami peningkatan hingga tahun 2012.

4.1.2. Perkembangan Produksi Tembakau ASEAN

300.000 320.000 340.000 360.000 380.000 400.000 420.000 440.000 460.000 480.000 500.000 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 (Ton)

Gambar 4.2. Perkembangan Produksi Tembakau ASEAN, Tahun 1980-2012

Perkembangan produksi tembakau di ASEAN periode 1980-2012 sangatlah fluktuatif, namun secara umum mengalami peningkatan (Gambar 4.2) dari sebesar 319.594 ton pada tahun 1980 menjadi 478.754 ton pada tahun 2012, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,67% per tahun (Lampiran 13), berbeda dengan perkembangan luas tanam menghasilkannya yang cenderung menurun. Selama periode ini, terjadi peningkatan luas tanam menghasilkan tembakau tertinggi pada tahun 1990 sebesar 25,78% menjadi 421.548 ton dari sebesar 335.155 ton pada tahun 1989. Sedangkan penurunan tertinggi terjadi pada tahun 1994 sebesar 17,98% menjadi 364.105 ton dari sebesar 443.909 ton pada tahun 1993. Bila dibandingkan dengan pertumbuhan luas tanaman

(40)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25 menghasilkannya, perkembangan produksi tembakau ASEAN sedikit lebih baik. Ini terlihat dari rata-rata persentase pertumbuhan produksi yang lebih besar dari rata-rata pertumbuhan luas tanaman menghasilkannya. 4.1.3. Perkembangan Produktivitas Tembakau ASEAN

700 800 900 1.000 1.100 1.200 1.300 1.400 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 (Kg/Ha) Produktivitas

Gambar 4.3. Perkembangan Produktivitas Tembakau ASEAN, Tahun 1980-2012

Sejalan dengan pekembangan produksinya, perkembangan produktivitas tembakau ASEAN juga memiliki kecenderungan meningkat, walaupun sangat fluktuatif (Gambar 4.3). Rata-rata pertumbuhan produktivitas tembakau ASEAN selama periode 1980-2012 sebesar 1,94% per tahun (Lampiran 13). Produktivitas tertinggi pada periode ini terjadi pada tahun 2000 sebesar 1.369 kg/ha. Bila periode ini kita bagi menjadi dua bagian yaitu periode 1980-1997 dan periode 1998-2012, maka perkembangan produktivitas tembakau ASEAN pada periode 1998-2012 lebih tinggi dari periode sebelumnya yaitu 2,36% per tahun, sementara periode 1980-1997 sebesar 1,575 per tahun. Pertumbuhan produktivitas sebesar 2,36% per tahun pada periode 1998-2012 menyebabkan peningkatan produksi pada periode tersebut sebesar 1,46% per tahun. Padahal luas panenpada periode tersebut justru mengalami penurunan sebesar 0,11% per tahunnya (Lampiran 13).

(41)

26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

4.1.4. Perkembangan Luas Panen Tembakau Dunia

3.500.000 3.750.000 4.000.000 4.250.000 4.500.000 4.750.000 5.000.000 5.250.000 5.500.000 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 (Ha) Luas TM

Gambar 4.4. Perkembangan Luas Panen Tembakau Dunia, Tahun 1980-2012

Pada Gambar 4.4 terlihat bahwa perkembangan luas panen tembakau dunia periode tahun 1980-2012 sangat fluktuatif menyebabkan rata-rata pertumbuhan pada periode ini sangat rendah hanya sebesar 0,62% per tahun (Lampiran 14). Pada tahun 1997 luas panen tembakau dunia merupakan luas panen terbesar pada periode 1980-2012 mencapai 5.427.339 ton, dan merupakan tahun dengan pertumbuhan tertinggi mencapai 15,55% dari sebesar 4.697.057 ton pada tahun 1996.

Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Food Agriculture Organization (FAO) terdapat 9 (sembilan) negara yang memiliki luas panen terbesar dengan total kontribusi sebesar 76,58 % (rata-rata tahun 2008-2012). Posisi pertama dan terbesar adalah China dengan kontribusi sebesar 34,68 % atau setara dengan 1.401.384 ha. Kedua adalah Brazil sebesar 10,83 % atau sebesar 437.787 ha dan ketiga adalah India yang memberikan kontridusi luas panen sebesar 10,74 % atau setara dengan 433.994 ha. Indonesia berada di posisi keempat dengan kontribusi sebesar 5,42% atau setara dengan 219.195 ha. Berikutnya berturut turut adalah Malawi, USA, Turki, Tanzania dan Zimbabwe, masing-masing sebesar 4,12%, 3,42%, 2,62%, 2,50% dan 2,24%. Sementara sisanya

(42)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27 sebesar 23,42% disumbang oleh Negara-negara lainnya (Gambar 4.5 dan Lampiran 15). 34,68 % 10,83% 10,74% 5,42% 4,12% 3,42% 2,62% 2,50% 2,24% 23,42%

China Brazil India Indonesia

Malawi U.S.A Turkey Tanzania

Zimbabwe Negara Lainnya

Gambar 4.5. Negara-negara Luas Panen Tembakau Terbesar Dunia, Rata-rata Tahun 2008-2012

4.1.5. Perkembangan Produksi Tembakau Dunia

Secara umum perkembangan produksi tembakau dunia periode tahun 1980-2012 mengalami peningkatan walaupun sangat fluktuatif (Gambar 5.12), dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,68% per tahun (Lampiran 14). Apabila dilihat lebih rinci, pada tahun 1998 produksi tembakau dunia sempat mengalami penurunan hingga 23,13% menjadi 6.940.433 ton, dari sebesar 9.028.214 ton pada tahun 1997, dimana tahun 1997 merupakan tahun dengan produksi tembakau dunia tertinggi. Penurunan yang cukup tinggi pada tahu 1998 menyebabkan rata-rata pertumbuhan periode 1998-2012 turun sebesar 0,87% per tahunnya. Penurunan produksi pada periode 1998-2012 disebabkan turunnya luas panentembakau dunia sebesar 1,35%.

(43)

28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5.000.000 5.500.000 6.000.000 6.500.000 7.000.000 7.500.000 8.000.000 8.500.000 9.000.000 9.500.000 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 (Ton)

Gambar 4.6. Perkembangan Produksi Tembakau Dunia, Tahun 1980-2012

Berdasarkan rata-rata produksi tembakau dunia periode 2008-2012, terdapat 7 (tujuh) negara produsen tembakau dunia dengan total kontribusi sebesar 76,60 % (Lampiran 16). Pada posisi pertama adalah China yang memberikan kontribusi terbesar sebesar 43,00% atau sebesar 3.054.878 ton. Posisi kedua dan ketiga sama dengan posisi lua TM yaitu Brazil dan India. Masing-masing sebesar 12,00% dan 9,87%. Indonesia berada di posisi kelima dengan kontribusi sebesar 2,59% atau sebesar 184.309 ton. Posisi Indonesia tergesar oleh USA yang memberikan kontribusi sebesar 4,73% atau sebesar 335.837 ton. Berbeda dengan posisi luas TM dimana posisi Indonesia keempat dan USA pada posisi keenam. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas tembakau Indonesia jauh lebih rendah dibanding USA, karena walaupun luasan TMnya tinggi, namun produksinya lebih rendah. Posisi keenam dan ketujuh ditempati oleh Malawi dan Argentina dengan kontribusi masing-masing sebesar 2,44% dan 1,96%. Secara rinci negara sentra produksi tembakau dunia dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan Lampiran 16.

(44)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29 43,00% 12,00% 9,87% 4,73% 2,59% 2,44% 1,96% 23,40%

China Brazil India U.S.A.

Indonesia Malawi Argentina Negara Lainnya

Gambar 4.7. Negara-negara Produsen Tembakau di Dunia, Rata-rata Tahun 2008-2012

4.1.6. Perkembangan Produktivitas Tembakau Dunia

Perkembangan produktivitas tembakau dunia cenderung meningkat selama periode tahun 1980-2012 (Gambar 4.8) dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,89% per tahun (Lampiran 14). Produktivitas tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 1.787 kg/ha. Sementara pertumbuhan produktivitas tertinggi terjadi pada tahun 1984 sebesar 10,60%. Selama periode ini juga mengalami penurunan, dan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2003 sebesar 4,47%.

1.300 1.400 1.500 1.600 1.700 1.800 1.900 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 (Kg/Ha) Produktivitas

Gambar 4.8. Perkembangan Produktivitas Tembakau Dunia, Tahun 1980-2012

(45)

30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR TEMBAKAU ASEAN DAN DUNIA 4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tembakau ASEAN

25000 50000 75000 100000 125000 150000 175000 200000 225000 250000 275000 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 (Ton)

Volume Ekspor Volume Impor

Gambar 4.9. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tembakau ASEAN, Tahun 1980-2011

Ekspor impor tembakau ASEAN merupakan produk tembakau

unmanufactor.

Selama periode 1980-2011, baik volume impor maupun

ekspor tembakau ASEAN memiliki tren yang meningkat, dengan

pertumbuhan masing-masing sebesar 6,79% dan 2,50% per tahun

(Lampioran 17). Bila kita rinci per tahun berdasarkan Gambar 4.9,

sampai tahun 1989, volume ekspor tembakau ASEAN lebih tinggi

dibandingkan volume impornya. Namun mulai tahun 1994 volume

impor tembakau ASEAN lebih tinggi disbanding ekspornya hingga

tahun 2011. Hal ini tercermin dari rata-rata pertumbuhan volume impor

yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan volume ekspor. Selama

periode 1980-2011, pada tahun 2011 merupakan volume impor

tembakau ASEAN tertinggi yaitu sebesar 262.400 ton, dengan

pertumbuhan sebesar 37,17%. Sedangkan pertumbuhan tertinggi

selama periode tersebut terjadi pada tahun 1990 sebesar 62,90%.

(46)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31

Volume ekspor tembakau ASEAN tertinggi selama periode

1990-2011 terjadi pada tahun 2010 sebesar 138.071 ton, dengan

pertumbuhan sebesar 15,27%. Sementara pertumbuhan tertinggi terjadi

pada tahun 1991 sebesar 44,98% menjadi 94.487 ton, dari sebesar

65.173 ton pada tahun 1990 (Lampiran 17).

4.2.2. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tembakau Dunia

1.250.000 1.450.000 1.650.000 1.850.000 2.050.000 2.250.000 2.450.000 2.650.000 2.850.000 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 (Ton)

Volume Ekspor Volume Impor

Gambar 4.10. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tembakau Dunia, Tahun 1980-2011

Seperti halnya ekspor dan impor tembakau ASEAN, impor dan ekspor tembakau duniapun merupakan produk tembakau unmanufactor. Pada Gambar 4.10 terlihat perkembangan volume ekspor dan impor tembakau dunia periode 1980-2011 cenderung meningkat walaupun fluktuatif, dengan rata-rata pertumbuhan masing-masing sebesar 2,13% dan 1,92% per tahun (Lampiran 18). Tahun 1996 merupakan tahun dengan pertumbuhan tertinggi baik untuk volume ekspor maupun impor, dengan masing-masing pertumbuhan sebesar 19,05% dan 14,96%. Sementara volume tertinggi baik ekspor maupun impor tembakau dunia

(47)

32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

terjadi pada tahun 2008, masing-masing sebesar 2.651.525 ton dan 2.563.328 ton (Lampiran 18).

Berdasarkan data FAO rata-rata tahun 2007-2011, terdapat 13 (tiga belas) negara importir tembakau terbesar dari 173 (seratus tuhun puluh tiga) dengan total kontribusi sebesar 60,64%. Dari ketiga belas negara tersebut, Rusialah yang memberikan kontribusi terbesar, itupun hanya sebesar 10,84% dari total impor tembakau dunia atau setara dengan 270.298 ton, dari sebesar 2.494.161 ton. Sementara Indonesia berada pada posisi ke 9 (sembilan), dengan kontribusi sebesar 2,29% atau setara dengan 72.888 ton. Besarnya kontribusi dari masing-masing negara dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan Lampiran 19.

10,84% 7,80% 7,42% 5,28 5% 5,22 5% 4,29 4% 4,12 4% 3,01% 2,92 3% 2,56% 2,54% 2,46% 2,19% 39,36%

Rusia U.S. A Jerman Belanda China Perancis Belgia Poland Indonesia Ukraine UK Jepang Turkey Negara Lainnya

Gambar 4.11. Negara-negara Importir Tembakau Terbesar Dunia, Rata-rata Tahun 2007-2011

Selama lima tahun terakhir (2007-20011), ekspor tembakau terbesar dunia berasal dari Brazil, dengan kontribusi sebesar 23,82% atau setara dengan 612.104 ton. Terdapat 7 (tujuh) negara lainnya sebagai eksportir tembakau terbesar dunia, dari sejumlah 135 (seratus tiga puluh lima) negara eksportir tembakau dunia yang memberikan total kontribusi sebesar 63,65%. Ketujuh negara tersebut adalah China (8,29%), India (7,93%), USA (6,98%), Malawi (5,89%), Turki (3,96%), Argentina (3,42%) dan Italia (3,35%). Sementara sisanya sebesar 36,35% berasal dari negara lainnya selain kedelapan negara-negara tersebut.

(48)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33 Indonesaia sendiri berada pada posisi ke 15 (lima belas) dengan kontribusi sebesar 1,91% atau sebesar 48.995 ton dari total ekspor tembakau dunia. Besarnya kontribusi Negara-negara eksportir tembakau terbesar di dunia dapat dilihat pada Gambar 4.12 dan Lampiran 20 23,82% 8,29% 7,93% 6,98% 5,89% 47,08% 3,42% 3,35% 36,35%

Brazil China India

U.S.A Malawi Turkey

Argentina Italy Negara Lainnya

Gambar 4.12. Negara-negara Eksportir Tembakau Terbesar Dunia, Rata-rata Tahun 2007-2011

4.3. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN TEMBAKAU ASEAN DAN DUNIA 4.3.1. Perkembangan Ketersediaan Tembakau ASEAN

Ketersediaan tembakau ASEAN didekati dari perhitungan Produksi ditambah volume impor dan dikurangi volume ekspor tembakau ASEAN. Selama periode 1980-2011 ketersedian tembakau ASEAN terlihat meningkat walaupun fluktuatif (Gambar 4.13), dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,95% per tahun menjadi 600.441 ton pada tahun 2011 dari sebesar 288.390 ton pada tahun 1980 (Lampiran 21). Terjadi pertumbuhan yang cukup signifikan pada tahun 2011 sebesar 37,45% menjadi 600.441 ton, dari sebesar 436.849 ton pada tahun 2010. Pertumbuhan yang cukup signifikan selama periode ini juga terjadi pada tahun 1990 sebesar 32,57% menjadi 435.212 ton dari sebesar 328.291 ton pada tahun 1989. Ketersediaan tembakau ASEAN selama periode ini

(49)

34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

juga mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 1986 sebesar 13,93% menjadi 365.602 ton, dari sebesar 424.782 ton pada tahun 1985 (Lampiran 21). 250000 300000 350000 400000 450000 500000 550000 600000 650000 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 (Ton)

Gambar 4.13. Ketersediaan Tembakau ASEAN, Tahun 1980-2011

4.3.2. Perkembangan Ketersediaan Tembakau Dunia

5.000.000 5.500.000 6.000.000 6.500.000 7.000.000 7.500.000 8.000.000 8.500.000 9.000.000 9.500.000 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 (Ton)

Gambar 4.14. Ketersediaan Tembakau Dunia, Tahun 1980-2011 Seperti halnya ketersediaan tembakau ASEAN, ketersediaan tembakau duniapun didapat berdasarkan hitungan produksi ditambah volume impor dan dikurangi volume ekspor. Berdasarkan Gambar 4.14, terlihat bahwa ketersediaan tembakau dunia sangatlah fluktuatif sejak

(50)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35 tahun 1980 hingga 2011, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,65% per tahun (Lampiran 22). Bila dilihat secara rinci per tahun, ketersediaan tembakau dunia pernah mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 1997 sebesar 21,79% menjadi 9.038.039 ton dari sebesar 7.420.881 ton pada tahun 1996. Tahun 1997 merupakan ketersediaan tembakau dunia tertinggi. Sayangnya pada tahunberikutnya yaitu 1998, ketersedian tembakau dunia mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 22,14% menjadi 7.036.909 ton. Dan ini merupakan tahun dengan penurunan ketersediaan tembakau dunia terbesar.

(51)
(52)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37

BAB V. PENAWARAN DAN PERMINTAAN

5.1. PROYEKSI PENAWARAN TEMBAKAU 2015-2019

Penawaran tembakau Indonesia merupakan representasi dari produksi tembakau (dalam wujud daun kering) di Indonesia. Proyeksi penawaran tembakau dilakukan dengan metode analisis deret waktu (time series analysis). Data yang digunakan pada proyeksi ini adalah data Angka Tetap produksi daun kering tembakau tahun 1980-2013, dimana data tahun 2013 merupakan angka Sementara yang bersumber dari Direktorat Jenderal Perkebunan.

Dari hasil penilaian terhadap keragaan produksi, terlihat bahwa series data produksi tembakau Indonesia memiliki trend meningkat tanpa adanya indikasi musim (seasonal factor). Dengan demikian metode yang digunakan adalah analisis Pemulusan Eksponensial Berganda (Double Exponential Smoothing) dengan jumlah series data sebanyak 34 titik. Meskipun demikian penulis juga mencoba melakukan proyeksi dengan menggunakan metode analisis Trend, namun analisis Trend kurang memenuhi criteria kelayakan untuk series data produksi tembakau.

Hasil analisis pemulusan Berganda untuk produksi tembakau tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

Double Exponential Smoothing : Produksi

Data produksi Length 34,0000 NMissing 0

Smoothing Constants Forecasts

Alpha (level): 0,545866 Period Forecast Lower Upper

Gamma (trend): 0,090246 2015 264488 191129 337847 2016 272317 187825 356809 Accuracy Measures 2017 280146 183849 376442 MAPE: 18 2018 287975 179420 396529 MAD: 25818 2019 295804 174676 416931 MSD: 1,19E+09

(53)

38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Produksi Tembakau di Indonesia, Tahun 2014-2019 Produksi Pertumbuhan (Ton) (%) 2014*) 261.659 2015 264.488 1,08 2016 272.317 2,96 2017 280.146 2,87 2018 287.975 2,79 2019 295.804 2,72 2,49

Ket : *) : Tahun 2014 Angka Estimasi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 Proyeksi Pusdatin

Tahun

Rata-rata Pertumb. (%/tahun)

Dari model yang dilakukan diperkirakan produksi tembakau akan terus mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2019 hingga mencapai 295.804 ton, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,49% per tahun (Tabel 5.1). Pada tahun 2014, produksi tembakau diperkirakan akan sebesar 261.659 ton, dan pada tahun berikutnya diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,08% menjadi 264.488 ton. Tahun 2016 merupakan perkiraan pertumbuhan terbesar selama periode 2014-2019 yaitu sebesar 2,96% menjadi sebesar 272.317 ton, seperti tersaji pada Tabel 5.1.

5.2. PROYEKSI PERMINTAAN TEMBAKAU 2014-2019

Proyeksi permintaan tembakau merupakan representasi dari konsumsi nasional, dimana konsumsi nasional tembakau merupakan hasil perkalian antara konsumsi tembakau per kapita per tahun, yang datanya didapat dari hasil Survey Sosial Ekonomi (SUSENAS) yang dilakukan oleh BPS, dengan jumlah penduduk. Jumlah penduduk tahun 2014-2019 merupakan angka proyeksi yang dilakukan oleh Bappenas.

(54)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39 Proyeksi konsumsi diperoleh denan melakukan analisis Pemulusan Exponential Tunggal terhadap data konsumsi langsung rumah tangga. Data yang digunakan dalam proyeksi ini adalah data konsumsi tembakau tahun 1993-2013 yang bersumber dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS. Pemilihan analisis Pemulusan Eksponensial Tunggal dikarenakan analisis ini mampu memberikan nilai akurasi terbaik.

Hasil analisis pemulusan Eksponensial Tunggal konsumsi tembakau tahun 2014-2019 adalah sebagai berikut:

Trend Analysis

Data Konsumsi Length 21,0000 NMissing 0

Fitted Trend Equation

Yt = 0,226968 + 7,02E-03*t - 4,19E-04*t**2

Accuracy Measures Forecasts Period Forecast MAPE : 19,2972 2014 0,178483 MAD : 0,0430820 2015 0,166633 MSD : 0,00264723 2016 0,153944 2017 0,140416 2018 0,126049 2019 0,126049

Berdasarkan model yang telah dilakukan, diperoleh angka proyeksi konsumsi nasional tembakau tahun 2014 yang terus mengalami penurunan hingga tahun 2019, dengan rata-rata pertumbuhan turun sebesar 7,61% per tahun. Konsumsi tembakau nasional tahun 2014 diperkirakan akan sebesar 44.933 ton dan terus turun hingga mencapai 30.217 ton pada tahun 2019. Penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2019 sebesar 10,56%. Penurunan konsumsi tembakau di Indonesia menunjukkan semakin tingginya pengetahuan dan kesadaran masyarakat Indonesia tentang dampak bahaya mengkonsumsi rokok terhadap kesehatan, mengingat konsumsi daun tembakau ini mayoritas digunakan sebagai rokok.

(55)

40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Konsumsi Nasional Tembakau di Indonesia, Tahun 2014-2019

Konsumsi Jml Penduduk Konsumsi Pertumb. Kg/Kapita/Th (Orang) Nasional (Ton) (%)

2014 0,178 252.434.517 44.933 2015 0,167 256.274.522 42.798 -4,75 2016 0,154 260.172.940 40.067 -6,38 2017 0,14 264.130.661 36.978 -7,71 2018 0,126 268.148.586 33.787 -8,63 2019 0,111 272.227.631 30.217 -10,56 -7,61 Tahun

Rata-rata Pertumb. (%/tahun)

5.3. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT TEMBAKAU DI INDONESIA 2013-2015 Berdasarkan hasil proyeksi penawaran dan permintaan tembakau di Indonesia, selama periode tahun 2014-2019 tembakau Indonesia diperkirakan tetap berada pada posisi surplus. Pada tahun 2014 surplus tembakau diperkirakan sebesar 216.726 ton, dan pada tahun 2015 diperkirakan akan meningkat menjadi sebesar 221.690 ton, akhirnya pada tahun 2019 diperkirakan akan meningkat lagi menjadi sebesar 265.587 ton (Tabel 5.3).

Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia termasuk Indonesia. Produk tembakau utama yang diperdagangkan adalah daun tembakau dan rokok (Muchjidin, 2009). Berdasarkan informasi yang terdapat pada Tabel Input Output (I/O) tahun 2005 yang diterbitkan oleh BPS, sebanyak 87,60% tembakau di Indonesia digunakan untuk keperluan industri rokok dan pengolahan tembakau lainnya. Sementara sisanya digunakan untuk konsumsi rumah tangga.

(56)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41 Tabel 5.3. Proyeksi Surplus/Defisit Tembakau di Indonesia,

Tahun 2014-2019

Penawaran Permintaan Surplus/Defisit

(Ton) (Ton) (Ton)

2014*) 261.659 44.933 216.726 2015 264.488 42.798 221.690 2016 272.317 40.067 232.250 2017 280.146 36.978 243.168 2018 287.975 33.787 254.188 2019 295.804 30.217 265.587 Rata-rata Pertumb. (%/tahun) 2,49 -7,61

Keterangan : *) : Penawaran Angka Estimasi Direktorat Jenderal Perkebunan

Tahun

Menurut Muchjidin dalam Dinamika Agribisnis Tembakau Dunia dan Implikasinya Bagi Indonesia, tembakau dan rokok merupakan produk bernilai tinggi, sehingga bagi beberapa negara termasuk Indonesia berperan dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai salah satu sumber devisa, sumber penerimaan pemerintah dan pajak (cukai), sumber pendapatan petani dan lapangan kerja masyarakat (usahatani dan pengolahan rokok). Untuk itu selayaknya hasil produk tembakau Indonesia sebesar besarnya diprioritaskan untuk ekspor. Upaya peningkatan ekspor juga dapat dilakukan dengan cara: (a) memperkuat prioritas produk yang telah mempunyai pasar, (b) memprioritaskan pengembangan tembakau NO (tembakau cerutu), karena pasar dan daya saing yang cukup besar, dan (c) mengalihkan produksi rokok dari dominasi rokok kretek (yang pasarnya hanya di dalam negeri) ke rokok putih dan cerutu yang pasarnya kea rah ekspor (M. Rachmat, 2014).

5.4. PROYEKSI KETERSEDIAAN TEMBAKAU ASEAN 2012-2019

Ketersediaan tembakau ASEAN diperoleh berdasarkan perhitungan produksi ditambah impor dan dikurangi ekspor tembakau. Oleh sebab itu untuk mengetahui proyeksi ketersediaan tembakau ASEAN tahun 2012 hingga

(57)

42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

2019, terlebih dahulu dilakukan proyeksi terhadap produksi, volume impor dan volume ekspor tembakau ASEAN.

Tabel 5.4. Hasil Proyeksi Ketersedian Tembakau ASEAN, Tahun 2012-2019

Produksi Volume Impor Volume Ekspor Ketersediaan Pertumb.

(Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (%)

2012 478.754 241.531 131.518 588.767 2013 480.706 250.565 133.860 597.411 1,47 2014 482.326 259.600 136.201 605.725 1,39 2015 483.946 268.635 138.542 614.039 1,37 2016 485.566 277.669 140.883 622.352 1,35 2017 487.186 286.704 143.225 630.665 1,34 2018 488.807 295.739 145.566 638.980 1,32 2019 490.427 304.773 147.907 647.293 1,30 1,36 Tahun Rata-rata Pertumb. ( %/th )

Berdasarkan data yang tersedia, proyeksi produksi tembakau ASEAN dilakukan dengan deret waktu yaitu Double Exponential Smoothing, dengan MAPE sebesar 6,09. Begitu juga proyeksi volume impor dan ekspor, dilakukan dengan menggunakan Double Exponential Smoothing dengan MAPE masing-masing sebesar 13,696 dan 12,370.

Berdasarkan model yang dilakukan, didapatkan hasil proyeksi ketersediaan tembakau ASEAN seperti tersaji pada Tabel 5.4. Ketersediaan tembakau ASEAN diperkirakan akan terus mengalami peningkatan sejak tahun 2012 hingga tahun 2019, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,26% per tahun. Pada tahun 2012 ketersediaan tembakau ASEAN diperkirakan akan sebesar 588.767 ton, dan terus meningkat hingga mencapai 647.293 ton pada tahun 2019.

(58)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43 5.5. PROYEKSI KETERSEDIAAN TEMBAKAU DUNIA 2012-2019

Tabel 5.5. Hasil Proyeksi Ketersedian Tembakau Dunia, Tahun 2012-2019

Produksi Volume Impor Volume Ekspor Ketersediaan Pertumb.

(Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (%)

2012 7.029.745 2.488.530 2.507.863 7.010.412 2013 7.042.889 2.514.595 2.538.823 7.018.661 0,12 2014 7.056.033 2.540.660 2.569.782 7.026.911 0,12 2015 7.069.177 2.566.714 2.600.742 7.035.149 0,12 2016 7.082.320 2.592.789 2.631.702 7.043.407 0,12 2017 7.095.464 2.618.853 2.662.661 7.051.656 0,12 2018 7.108.608 2.644.918 2.693.621 7.059.905 0,12 2019 7.121.752 2.670.983 2.724.581 7.068.154 0,12 0,12 Tahun Rata-rata Pertumb. ( %/th )

Seperti halnya ASEAN, ketersediaan tembakau dunia juga didapatkan dari hasil perhitungan produksi ditambah volume impor dan dikurangi volume ekspor tembakau dunia. Produksi tembakau dunia diproyeksikan dengan menggunakan model deret waktu yaitu Trend Linear, dengan MAPE sebesar 8,186. Sementara volume impor dan ekspor diproyeksikan dengan menggunakan deret waktu Double Exponential Smoothing dengan MAPE masing-masing sebesar 4 dan 5.

Berdasarkan model yang dilakukan, didapatkan hasil proyeksi ketersediaan tembakau dunia seperti tersaji pada Tabel 5.5. Ketersediaan tembakau dunia diperkirakan akan terus mengalami peningkatan sejak tahun 2012 hingga tahun 2019, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,12% per tahun. Pada tahun 2012 ketersediaan tembakau dunia diperkirakan akan sebesar 7.010.412 ton, dan terus meningkat hingga mencapai 7.068.154 ton pada tahun 2019.

(59)
(60)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Tembakau. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.

Badan Pusat Statistik. 2013. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statik.

Badan Pusat Statistik. 2007. Tabel Input Output Indonesia Tahun 2005 Jilid 1. Jakarta: Badan Pusat Statik.

Budiman, A & Ongkokhan.1977. Rokok Keretek dan Lintasan Sejarah dan Artinya bagi Pembangunan Bangsa dan Negara. PT. Djarum, Kudus Hawks, SN & WK. Collins. 1986. Principles of Flue-Curted Tobacco Production.

NC. State University Raleigh, North Carolina.

Hartanti, et all. 2012. Budidaya Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum. L. var. Prancak 95) Pada Cekaman Kekeringan Polyethilene Glycol (PEG) Secara in Vitro. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Surabaya

Muchjidin Rachmat dan Sri Nuryati. Desember 2009. Dinamika Agribisnis Tembakau Dunia dan Implikasinya Bagi Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 27 No. 2.

(61)
(62)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47

LAMPIRAN

(63)

Gambar

Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data Nasional  No  Variabel  Periode  Sumber Data  Keterangan
Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Tembakau Menurut Status  Pengusahaan di Indonesia, Tahun 1980-2013
Tabel 3.1. Kontribusi Rata-rata Luas Areal Tembakau di           Indonesia Menurut Status Pengusahaan, Tahun 1980-2013*
Gambar 3.2.  Perkembangan Produksi Tembakau Menurut Status  Pengusahaan di Indonesia, Tahun 1980-2013  Seperti  halnya  luas  areal,  produksi  tembakau  di  Indonesia  juga  didominasi  oleh  Perkebunan  Rakyat  (PR)  dengan  kontribusi  rata-rata  sebesa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses ini dilakukan dengan metode spray deposition , yaitu dengan menyemprotkan larutan prekursor yang digunakan ke atas permukaan kaca preparat berukuran 2,5

Berdasarkan uraian di atas, akan dilaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul peningkatan keterampilan proses dan hasil belajar

94 1 Mampu menggunakan alat ukur keakuratan mesin Disiplin Mampu menggunakan alat ukur yang berhubungan dengan listrik 2 Memiliki kemampuan matematika Memahami

Training internal antara lain men- cakup pelatihan sekaligus sosialisasi tentang keberadaan program Kredit Mikro Sambungan Air. Tahapan ini bisa dilakukan di internal PDAM atau

(v) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas; (Buku I, Bab 6.5.3) (vi) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas; (Buku I, Bab 6.5.3)

Hingga saat ini peneliti belum menemukan adanya penelitian tentang faktor-faktor yang berkorelasi dengan kadar antibodi antitetanus, pertimbangan pentingnya

Dalam GT, apapun yang dilakukan oleh perusahaan yang lain, kedua perusahaan akan lebih baik jika mereka menerapkan harga murah dari pada harga mahal.. Jika pesaing

memerintahkan motor driver untuk membelokkan Robot Mobil ke kanan, apabila yang diterima kurang dari 120, maka Arduino memerintahkan motor driver untuk membelokkan Robot