• Tidak ada hasil yang ditemukan

OUTLOOK KOMODITI MANGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OUTLOOK KOMODITI MANGGA"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

                                           

(2)

                                           

(3)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

OUTLOOK

KOMODITI MANGGA

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

2014

(4)
(5)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii

OUTLOOK KOMODITI MANGGA

ISSN : 1907-1507

Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 46 halaman

Penasehat : Ir. M. Tassim Billah, MSc. Penyunting :

Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc. Ir. Noviati, MS

Naskah :

Rhendy Kencanaputra W, S.Si Design dan Layout :

Rhendy Kencanaputra W, S.Si Design Sampul :

Suyati, S.Kom

Diterbitkan oleh :

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2014

(6)
(7)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v

KATA PENGANTAR

Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya. Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook Komoditas Hortikultura.

Publikasi Outlook Komoditi Mangga Tahun 2014 menyajikan keragaan data series komoditi mangga secara nasional dan internasional selama 10-30 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan domestik dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019.

Publikasi ini disajikan dalam bentuk buku dan softcopy yang dapat dengan

mudah diperoleh atau diakses melalui website Pusdatin yaitu

http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/.

Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi mangga secara lebih lengkap dan menyeluruh.

Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.

Jakarta, Desember 2014 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,

Ir. M. Tassim Billah, MSc. NIP.19570725.198203.1.002

(8)
(9)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. TUJUAN ... 2

1.3. RUANG LINGKUP ... 2

BAB II. METODOLOGI ... 3

2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI ... 3

2.2. METODE ANALISIS ... 3

2.2.1 Analisis Keragaan ... 4

2.2.2 Analisis Penawaran ... 4

2.2.3 Analisis Permintaan ... 6

2.2.4 Kelayakan Model ... 7

2.2.5 Program Pengolahan Data ... 8

BAB III. KERAGAAN MANGGA NASIONAL ... 9

3.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS MANGGA DI INDONESIA ... 9

3.1.1. Perkembangan Luas Panen Mangga di Indonesia ... 9

3.1.2. Perkembangan Produksi Dan Produktivitas Mangga di Indonesia ... 10

3.1.3. Sentra Luas Panen Dan Produksi Mangga di Indonesia ... 12

3.2. PERKEMBANGAN HARGA MANGGA DI INDONESIA ... 16

(10)

viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MANGGA INDONESIA ... 19

3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Mangga Indonesia ... 19

3.4.2. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Mangga Indonesia ... 20

3.4.3. Neraca Perdagangan Mangga Indonesia ... 21

3.4.4. Negara Asal Impor dan Tujuan Ekspor Mangga Indonesia ... 22

BAB IV. PENAWARAN DAN PERMINTAAN... 25

4.1. PROYEKSI PENAWARAN MANGGA 2014-2019... 25

4.2. PROYEKSI PERMINTAAN MANGGA 2014-2019 ... 26

4.3. PROYEKSI NERACA PENAWARAN DAN PERMINTAAN MANGGA DI INDONESIA 2014-2019 ... 28

(11)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi yang Digunakan ... 3 Tabel 4.1. Hasil Proyeksi Penawaran Mangga di Indonesia, 2014-2019 ... 26 Tabel 4.2. Hasil Proyeksi Permintaan Mangga di Indonesia, 2014-2019 ... 27 Tabel 4.3. Proyeksi Neraca Penawaran dan Permintaan Mangga

(12)
(13)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Mangga Indonesia, 1980-2013 ... 10

Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Mangga, 1980-2013 ... 11

Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Mangga, 1980-2013 ... 11

Gambar 3.4. Provinsi Sentra Luas Panen Mangga di Indonesia, Rata-Rata 2008-2013 ... 12

Gambar 3.5. Provinsi Sentra Produksi Mangga di Indonesia, Rata-Rata 2008-2013 ... 13

Gambar 3.6. Perkembangan Provinsi Sentra Produksi Mangga di Indonesia, 2011-2013 ... 13

Gambar 3.7. Kabupaten Sentra Produksi Mangga di Jawa Timur, 2012 ... 14

Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Mangga di Jawa Tengah, 2012 ... 15

Gambar 3.9. Kabupaten Sentra Produksi Mangga di Jawa Barat, 2012 ... 15

Gambar 3.10. Kabupaten Sentra Produksi Mangga di Sulawesi Selatan, 2012 .... 16

Gambar 3.11. Perkembangan Harga Mangga di Indonesia, 2008-2012 ... 17

Gambar 3.12. Perkembangan Konsumsi Mangga Per Kapita Per Tahun, 2008-2014 ... 18

Gambar 3.13. Perkembangan Ketersediaan Mangga untuk konsumsi, 1993-2013 ... 19

Gambar 3.14. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Mangga Indonesia, 2003-2013 ... 20

Gambar 3.15. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Mangga Indonesia, 2003-2013 ... 21

Gambar 3.16. Perkembangan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Mangga Indonesia, 2003-2013 ... 22

(14)
(15)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen Mangga di Indonesia , 1980-2013 ... 35

Lampiran 2. Perkembangan Produksi Mangga di Indonesia, 1980-2013 ... 36

Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Mangga di Indonesia, 1980-2013 ... 37

Lampiran 4. Beberapa Provinsi dengan Luas Panen Mangga Terbesar di Indonesia, 2008-2013 ... 38

Lampiran 5. Beberapa Provinsi dengan Produksi Mangga Terbesar di Indonesia, 2008-2013 ... 38

Lampiran 6. Kabupaten Sentra Produksi Mangga di Jawa Timur, 2012 ... 38

Lampiran 7. Kabupaten Sentra Produksi Mangga di Jawa Tengah, 2012 ... 39

Lampiran 8. Kabupaten Sentra Produksi Mangga di Jawa Barat, 2012 ... 39

Lampiran 9. Kabupaten Sentra Produksi Mangga di Sulawesi Selatan, 2012 ... 39

Lampiran 10. Perkembangan Harga Mangga, 2008-2013 ... 40

Lampiran 11. Perkembangan Konsumsi Mangga di Indonesia, 2002-2013 ... 40

Lampiran 12. Perkembangan Ketersediaan Mangga untuk Konsumsi di Indonesia, 2002-2013 ... 41

Lampiran 13. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Mangga di Indonesia, 2003-2013 ... 42

Lampiran 14. Negara-negara Tujuan Ekspor Mangga Indonesia, 2013 ... 42

Lampiran 15. Negara Asal Impor Mangga Indonesia, 2013 ... 42

Lampiran 16. Hasil Pengolahan Analisis Deret Waktu dengan Menggunakan Metode Winters untuk Proyeksi Produksi Mangga ... 43

Lampiran 17. Hasil Pengolahan Analisis Deret Waktu dengan Menggunakan Metode Winters untuk Proyeksi Volume Ekspor Mangga ... 44

(16)

xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 18. Hasil Pengolahan Analisis Deret Waktu dengan

Menggunakan Metode Trend untuk Proyeksi Volume Impor

Mangga ... 45 Lampiran 19. Hasil Pengolahan Analisis Deret Waktu dengan

Menggunakan Metode Winters untuk Proyeksi Konsumsi

(17)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Mangga adalah buah bernilai ekonomi tinggi dan merupakan bahan makanan penting setelah pisang bagi masyarakat di daerah beriklim tropis. Hal ini dikarenakan buah mangga memiliki kandungan vitamin A dan C yang cukup tinggi, masing-masing sebesar 1.000 IU (International Unit) per 100 gr bobot segar dan 20 mg per 100 gr bobot segar. Selain itu, dalam satu buah mangga berukuran sedang diketahui mengandung serat dalam jumlah yang mencukupi hingga 40% kebutuhan serat harian tubuh manusia. Namun demikian dalam buah yang sama kalori dan lemak yang terkandung didalamnya cukup rendah yaitu sekitar 110 dan 1 gram. Buah ini juga dianjurkan untuk melawan penyakit beri-beri dan dapat menyembuhkan bronkhitis. Dalam buah mangga terdapat enzim yang bersifat menenangkan lambung serupa enzim papain yang terdapat dalam pepaya, enzim inilah yang menjadi penyebab rasa nyaman di perut setelah mengkonsumsi mangga (Medina, 2002).

Mangga diketahui berasal dari Asia Selatan, terutama India Timur, Birma dan Kepulauan Andaman. Di daerah asalnya, mangga telah dibudidayakan, dipuja dan bahkan disucikan sejak jaman purba. Para biksu dipercaya telah membawa buah mangga dalam perjalanan ke Malaysia dan Asia timur pada tahun 4 dan 5 abad sebelum masehi. Sebuah penelitian yang dilakukan Institut Paleobotani Birbal Shani (BSIP) berdasarkan fosil daun yang berusia 65 juta tahun berkesimpulan bahwa pohon mangga berasal dari India Timur Laut yang kemudian menyebar ke daerah lainnya setelah adanya dataran penghubung antara India dan Malaysia melalui Birma akibat tumbukan lempeng India dan lempeng Asia (Medina, 2002). Di Indonesia pohon mangga mulai dibudidayakan di Kepulauan Maluku pada tahun 1665 yang diperkirakan dibawa oleh Bangsa Portugis. Bangsa Portugis jugalah yang berperan mengenalkan mangga pada dunia barat dengan membawanya ke Brazil pada abad ke-16 (Pracaya, 2008).

(18)

2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Sentra produksi mangga di Indonesia diantaranya adalah Indramayu, Cirebon, dan Majalengka di Jawa Barat, Tegal, Kudus, Pati, Magelang, dan Boyolali di Jawa Tengah, Pasuruan, Probolinggo, Nganjuk, dan Pamekasan di Jawa Timur. Juga di daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Nusa Tengga Barat, dan Nusa Tenggara Timur (Anonim, 2008).

Untuk mengetahui sejauh mana prospek komoditas mangga dalam mendukung sektor pertanian di Indonesia, berikut ini akan disajikan perkembangan komoditas mangga serta proyeksi penawaran dan permintaan mangga untuk beberapa tahun ke depan.

1.2. TUJUAN

Melakukan Penyusunan Buku Outlook Komoditi Mangga yang berisi keragaan data series secara nasional, yang dilengkapi dengan hasil proyeksi penawaran dan permintaan nasional.

1.3. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup yang dicakup dalam Buku Outlook Komoditi Mangga adalah:

 Keragaan luas areal/panen, produksi, produktivitas, konsumsi, ekspor, impor, harga, situasi komoditas mangga di dalam negeri.  Analisis komoditi mangga pada situasi nasional dan penyusunan

(19)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

BAB II. METODOLOGI

2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI

Outlook Komoditi Mangga tahun 2014 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari data primer yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS). Data-data yang digunakan dalam outlook ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi yang Digunakan

No. Variabel Periode Sumber Data

1. Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Mangga

Indonesia 1980 - 2013 BPS 3. Sentra Produksi Mangga di Provinsi di Indonesia 2008 - 2013 BPS

3. Sentra Produksi Mangga di Kabupaten di Indonesia 2012 Dinas Pertanian Provinsi

4. Konsumsi Mangga di Indonesia 2002 - 2013 BPS

5. Ketersediaan Mangga untuk Konsumsi di Indonesia 1993 - 2013 Kementerian Pertanian

5. Harga Produsen dan Konsumen Mangga di

Indonesia 2008 - 2013 BPS 6. Volume, Nilai dan Neraca Ekspor dan Impor Mangga

Indonesia 2003 - 2013 BPS

2.2. METODOLOGI ANALISIS

Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditi Mangga adalah sebagai berikut:

(20)

4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2.2.1 Analisis Keragaan

Analisis keragaan atau perkembangan komoditas hortikultura dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator luas areal dan luas panen, produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga domestik dengan analisis deskriptif sederhana. Analisis keragaan dilakukan untuk data series mangga.

2.2.2 Analisis Penawaran

Penawaran komoditas mangga yang dianalisis dalam outlook ini adalah dari hasil perhitungan produksi mangga dalam negeri ditambah impor dikurangi ekspor. Pendekatan penawaran ini mengikuti informasi dalam neraca bahan makanan (NBM) yang disusun Badan Ketahanan Pangan (BKP) dan BPS, dengan rumus perhitungan penawaran sebagai berikut :

Pw = P + I – E Dimana :

Pw = total penawaran I = impor

P = produksi E = ekspor

Untuk memperoleh proyeksi penawaran komoditi mangga dalam outlook ini, maka terlebih dahulu dilakukan proyeksi produksi, volume ekspor dan volume impor untuk komoditi mangga. Hasil proyeksi kemudian digunakan sebagai dasar untuk memperoleh proyeksi penawaran mangga yang dihitung dengan rumus perhitungan diatas.

Proyeksi produksi, volume ekspor dan impor mangga dilakukan dengan memperhatikan pola produksi, ekspor dan impor komoditas mangga pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan terbatasnya ketersediaan jenis data, maka penelusuran model fungsi produksi, model volume ekspor dan model volume impor mangga dilakukan dengan analisis deret waktu (time series analysis) terhadap series data produksi, volume ekspor dan impor mangga.

(21)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5

Pada dasarnya analisis deret waktu merupakan analisis regresi variabel data atas variabel waktu dimana dalam fungsi regresinya keterlibatan besaran autokorelasi (autocorrelation) dapat dibuktikan keberadaannya. Jika besaran ini tidak ada maka analisis regresi yang dilakukan adalah analisis regresi sederhana biasa, yaitu analisis regresi data atas waktu. Sedangkan jika ada (signifikans) maka analisis yang dilakukan adalah analisis regresi data deret waktu, yaitu analisis antar nilai amatan.

Dalam teori statistika, setiap data deret waktu dibangun atas komponen trend (T), siklis (S), musiman (M), dan variasi residu (R). Bentuk hubungan antara nilai data dengan komponen-komponen tersebut dapat bermacam-macam dan bentuk hubungan yang sering digunakan adalah linier dan multiplikatif.

Jika xt adalah nilai data pada waktu ke-t dan hubungan dengan

komponenya linier, maka persamaannya adalah t

t t t

t

T

S

M

R

x

, jika terdapat unsur musiman dalam t

t t t

t

T

S

R

x

, jika tidak terdapat unsur musiman dalam t

dan jika hubungannya multiplikatif, maka persamaannya adalah t

t t t

t

T

S

M

R

x

, jika terdapat unsur musiman dalam t

t t t

t

T

S

R

x

, jika tidak terdapat unsur musiman dalam t

Pengetahuan terhadap komponen pembentuk data deret waktu sangat penting dalam pemodelan, keberadaan komponen-kompenen tersebut dapat menjadi indikasi metode terbaik yang bisa digunakan. Beberapa metode yang digunakan dalam pemodelan data deret waktu adalah Metode Rata-rata bergerak (Moving Average), Regresi Linier dengan data deret waktu, Pemulusan Eksponensial, metode Winters, dsb. Pada outlook mangga, model proyeksi yang digunakan dalam analisis penawaran adalah metode Winters.

(22)

6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Metode Winters merupakan pengembangan metode Pemulusan Eksponensial dengan data deret waktu yang menunjukkan adanya komponen musiman. Hubungan data deret waktu dengan komponen liniernya dapat berbentuk adiktif maupun multiplikatif. Model deret waktu dengan bentuk multiplikatif dalam metode Winters adalah sebagai berikut :

1 2

t t t

y

b

b t S

Dimana

b1 adalah komponen permanen b2 adalah komponen trend linier St adalah faktor multiplikatif musiman εt adalah komponen galat acak

Untuk melakukan pemodelan sehingga diperoleh model seperti diatas, terlebih dahulu dilakukan pemulusan terhadap indeks musiman, faktor trend dan pemulusan secara keseluruhan data. Setelah pemulusan dilakukan, hasilnya diestimasi untuk komponen-komponen pembentuk model yaitu terhadap komponen trend, komponen level tanpa adanya faktor musiman dan komponen indeks musiman itu sendiri. Keseluruhan tahapan ini dilakukan dengan bantuan program komputer dengan mempertimbangkan kecocokan data hasil proyeksi dengan data asli. Tujuan dilakukan analisis penawaran mangga ini adalah untuk memperoleh model proyeksi yang dapat digunakan untuk meramalkan produksi mangga dimasa depan.

2.2.3 Analisis Permintaan

Permintaan mangga dalam outlook ini didekati dari konsumsi rumah tangga, jumlah tercecer dan ketersediaan untuk kebutuhan lainnya. Komponen penyusun permintaan ini digunakan untuk memproyeksikan permintaan komoditi mangga dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(23)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7

Pm = K + Tc + L Dimana :

Pm = total permintaan Tc = tercecer

K = total konsumsi rumah tangga L = ketersediaan untuk lainnya

Bersumber dari NBM, informasi komponen permintaan mangga untuk pakan dan bibit tidak tersedia sehingga dalam outlook ini komponen tersebut diabaikan. Adapun yang dimaksud dengan konsumsi rumah tangga adalah jumlah konsumsi buah mangga seperti dilaporkan dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional oleh BPS. Tercecer adalah proporsi mangga yang hilang atau rusak seperti dilaporkan dalam NBM yaitu 7% dari produksi mangga dalam negeri. Sementara itu, ketersediaan untuk lainnya diperoleh dari total penawaran dikurangi komponen permintaan lainnya (konsumsi rumah tangga dan tercecer). Ketersediaan untuk lainnya merupakan gambaran seberapa besar komoditas mangga yang dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi bentuk makanan lain atau diolah oleh industri. Sama halnya pada analisis penawaran, pemodelan untuk konsumsi rumah tangga dilakukan dengan pendekatan analisis deret waktu dikarenakan terbatasnya ketersediaan jenis data.

2.2.4 Kelayakan Model

Dalam analisis data deret waktu, baik dengan menggunakan model regresi maupun pemulusan eksponensial, ukuran kelayakan model berdasarkan nilai kesalahan ditunjukkan oleh statistik MAPE (mean absolute percentage error) atau kesalahan persentase absolut rata-rata yang diformulasikan sebagai berikut:

dimana: Xt adalah data aktual

Ft adalah nilai ramalan.

(24)

8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2.2.5 Program Pengolahan Data

Pengolahan data untuk analisis penawaran dan permintaan menggunakan software statistik Minitab Release 13.20. Software ini digunakan untuk pemodelan time series dengan metode trend dan Winters untuk proyeksi produksi, proyeksi volume ekspor, proyeksi volume impor, dan proyeksi konsumsi rumah tangga.

(25)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

BAB III. KERAGAAN MANGGA NASIONAL

3.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS MANGGA DI INDONESIA

3.1.1. Perkembangan Luas Panen Mangga di Indonesia

Luas panen Mangga di Indonesia pada periode tahun 1980 – 2013 sebagian besar berada di Pulau Jawa (Gambar 3.1). Luas panen Mangga di Indonesia sendiri pada periode tahun 1980-2013 cenderung berfluktuasi. Pada tahun 1997 hingga 2001, luas panen Mangga di Indonesia berada pada kondisi terendah dengan rata-rata luas panen hanya mencapai rata 41.440 ha per tahun. Luasan ini secara rata-rata berkurang 64,34% dibandingkan periode tahun sebelumnya. Namun demikian, pada tahun-tahun berikutnya, luas panen mangga mengalami peningkatan dan kecenderungannya akan terus meningkat hingga tahun 2016. Pada periode tahun berikutnya yaitu tahun 2002 - 2013, luas panen mangga di Indonesia mencapai rata-rata 193.155 ha per tahun atau meningkat 366,11% dibandingkan periode 1997-2001. Penurunan luasan cukup signifikan terjadi pada tahun 2010 dimana luas panen mangga di Indonesia berkurang hingga 38,87% di tahun tersebut. Secara umum pohon mangga di Indonesia mengalami kecenderungan peningkatan luasan dengan rata-rata pertumbuhan 11,63% per tahun. Jika pada tahun 1980 luas panen mangga Indonesia mencapai 76.753 ha, maka pada tahun 2013, luas panen mangga Indonesia meningkat menjadi 247.239 ha atau 222,12% dibandingkan tahun 1980. Pada tahun 2013 luas panen mangga di Indonesia tercatat sebagai luas panen mangga tertinggi dalam periode tahun 1980-2013. Data perkembangan luas panen Mangga dapat dilihat pada Lampiran 1.

(26)

10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Mangga Indonesia, Tahun 1980 – 2013

3.1.2. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Mangga di Indonesia Sejalan dengan pola perkembangan luas panen mangga di Indonesia, produksi mangga Indonesia juga mengalami kecenderungan peningkatan produksi pada periode 1980–2013 (Gambar 3.2). Hal yang cukup menarik adalah produksi mangga pada periode tahun 1997-2001. Jika luas panen pada periode tersebut dilaporkan berada pada titik terendahnya, maka penurunan luas panen ini seperti tidak berpengaruh pada produksi mangga di periode yang sama. Produksi mangga dalam periode ini dilaporkan bertumbuh hingga 8,67% dengan rata-rata produksi mencapai 947.841 ton atau meningkat 67,17% dibandingkan periode sebelumnya. Adapun pada periode tahun 2002-2013, produksi mangga kembali mengalami peningkatan dengan pertumbuhan secara rata-rata mencapai 10,76% dan produksi 1.796.396 ton. Secara umum rata-rata pertumbuhan produksi mangga pada periode 1980-2013 adalah 8,17% per tahun. Untuk produksi mangga tertinggi dalam periode 1980– 2013, terjadi pada tahun 2012 dimana produksi mangga Indonesia mencapai 2.376.333 ton. Jumlah ini kemudian menurun menjadi 2.192.928 ton di tahun 2013 atau menurun sebesar 7,72% dibandingkan

(27)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11

dengan tahun 2012. Perkembangan produksi mangga dapat dilihat pada Lampiran 2.

Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Mangga, Tahun 1980-2013 Berbeda dengan pola perkembangan produksi mangga, produktivitas mangga Indonesia memiliki pola berkebalikan dengan pola perkembangan luas panen mangga. Jika pada periode 1997-2001 luas panen mangga berada pada titik terendahnya, maka pada periode yang sama produktivitas mangga justru berada pada titik tertinggi (Gambar 3.3). Tahun 1980 produktivitas Mangga Indonesia hanya mencapai 4,24 ton/ha. Namun pada tahun 2013, produktivitas mangga Indonesia mencapai 8,87 ton/ha. Data perkembangan produktivitas mangga dapat dilihat pada Lampiran 3.

(28)

12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Mangga, Tahun 1980 – 2013 3.1.3. Sentra Luas Panen dan Produksi Mangga di Indonesia

Berdasarkan data rata-rata selama 6 tahun terakhir (2008-2013), sebagian besar luas panen mangga terdapat di provinsi Jawa Timur dengan kontribusi luas panen mangga dari provinsi ini mencapai 36,25% dari total luas panen mangga Indonesia (Gambar 3.4). Provinsi sentra luas panen mangga selanjutnya adalah Jawa Tengah dengan kontribusi luas panen mangga mencapai 19,63% dan Jawa Barat dengan kontribusi sebesar 12,44% dari total luas panen mangga di Indonesia. Ketiga provinsi di Pulau Jawa ini menyumbang 68,32% luas panen mangga di Indonesia. Data sentra luas panen mangga di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 4.

(29)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13

Gambar 3.4. Provinsi Sentra Luas Panen Mangga di Indonesia, Rata-rata Tahun 2008-2013

Sama halnya dengan luas panen, Jawa Timur juga merupakan penyumbang produksi mangga terbesar di Indonesia dengan kontribusi mencapai 34,03%. Provinsi Jawa Tengah menempati posisi kedua dengan kontribusi sebesar 17,47%. Jawa Barat menempati posisi ketiga dengan kontribusi sebesar 16,52% diikuti Sulawesi Selatan (6,37%), Nusa Tenggara Barat (5,09%) dan sebanyak 20,52% produksi mangga diperoleh dari provinsi lainnya (Gambar 3.5 dan Lampiran 5).

Gambar 3.5. Provinsi Sentra Produksi Mangga di Indonesia, Rata-rata Tahun 2008-2013

(30)

14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Jika dilihat perkembangan sentra produksi selama tahun 2011 hingga tahun 2013 pada Gambar 3.6, terlihat bahwa dalam tahun-tahun tersebut tidak ada perubahan berarti untuk provinsi sentra produksi mangga. Hal ini dapat dimengerti mengingat mangga adalah termasuk tanaman buah yang berumur panjang sementara penambahan luas tanam mangga di setiap provinsi tidak terlalu masif. Data lengkap produksi mangga di provinsi sentra produksi mangga dapat dilihat pada Lampiran 5.

Gambar 3.6. Perkembangan Provinsi Sentra Produksi Mangga di Indonesia, Tahun 2011-2013

Sentra produksi mangga di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 3.7. Di provinsi ini, kabupaten dengan produksi mangga terbesar adalah Kabupaten Pasuruan dengan produksi mangga sebesar 167.947 ton atau 19,99% dari total produksi mangga di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten lain yang memiliki kontribusi produksi mangga terbesar adalah Kabupaten Gresik (8,29%), Kab. Probolinggo (5,37%), Kab. Kediri (5,02%), dan Kab. Bondowoso (4,87%).

(31)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15

Gambar 3.7. Kabupaten Sentra Produksi Mangga di Jawa Timur, Tahun 2012

Dari Provinsi Jawa Tengah, pada tahun 2012, Kabupaten Rembang adalah penghasil mangga terbesar dengan produksi sebesar 80.622 ton atau 19,06% dari total produksi mangga di Provinsi Jawa Timur (Gambar 3.8). Kabupaten penghasil mangga terbesar selanjutnya adalah Kabupaten Karanganyar dengan produksi 67.005 ton (15,84%), Kab. Blora sebesar 39.186 ton (9,26%), Kab. Grobogan sebesar 22.302 ton (5,27%), dan Kab. Brebes sebesar 20.100 ton (4,75%).

Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Mangga di Jawa Tengah, Tahun 2012

(32)

16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Provinsi sentra produksi mangga selanjutnya adalah Provinsi Jawa Barat (Gambar 3.9). Sebagian besar produksi mangga di provinsi ini dihasilkan dari Kabupaten Indramayu dengan produksi mencapai 68.506 ton (19,90%), diikuti oleh Kabupaten Cirebon dengan produksi mangga sebesar 6.722 ton (18,03%), Kab. Majalengka dengan produksi 48.521 (14,10%), Kab. Kuningan dengan produksi 39.377 (11.44%), dan Kab. Sumedang dengan produksi 29.008 (8,43%).

Gambar 3.9. Kabupaten Sentra Produksi Mangga di Jawa Barat, Tahun 2012

Di Provinsi Sulawesi Selatan (Gambar 3.10), sentra produksi mangga di provinsi ini terdapat di Kabupaten Takalar dengan produksi mencapai 21,56% (34.061 ton) dari produksi mangga Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten sentra produksi lainnya adalah Kabupaten Jeneponto dengan kontribusi 12,43% atau 19.643 ton, Kab. Bone dengan 16.849 ton (10,03%), Kab. Pinrang dengan produksi 15.855 ton (10,03%), dan Kab. Gowa dengan produksi 14.577 ton (9,23%).

(33)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17

Gambar 3.10. Kabupaten Sentra Produksi Mangga di Sulawesi Selatan, Tahun 2012

3.2. PERKEMBANGAN HARGA MANGGA DI INDONESIA

Perkembangan harga mangga baik ditingkat produsen maupun konsumen pada periode 2008-2013 memiliki pola perkembangan yang berbeda satu dengan lainnya (Gambar 3.11). Dari Gambar 3.11 dapat dilihat bahwa harga mangga ditingkat produsen hampir tidak mengalami peningkatan yang berarti dibandingkan dengan harga ditingkat konsumen. Pada tahun 2008, harga produsen mangga di Indonesia secara rata-rata mencapai Rp.6.111/kg. Harga ini hampir tidak berubah 6 tahun kemudian dimana mangga pada tahun 2013 dtingkat produsen dapat dibeli dengan harga Rp.6.422/kg atau hanya meningkat 5,09% dibandingkan harga di tahun 2008. Peningkatan harga mangga pada periode tahun 2008-2013 justru terjadi pada tingkat konsumen. Harga konsumen mangga sejak tahun 2008 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 59,79% dimana harga mangga di tahun 2008 hanya Rp.7.736/kg dan meningkat menjadi Rp.12.361/kg. Peningkatan ini berakibat lebarnya margin harga produsen dan konsumen dalam tahun 2008-2013 menunjukkan semakin lebar. Secara lengkap, data perkembangan harga mangga di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 10.

(34)

18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.11.Perkembangan Harga Mangga di Indonesia, Tahun 2008–2012

3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI MANGGA DI INDONESIA

Konsumsi mangga per kapita per tahun berdasarkan data Susenas BPS tahun 2008 sampai dengan 2014 cenderung meningkat (Gambar 3.12). Peningkatan konsumsi mangga tertinggi terjadi di tahun 2011 dimana pada tahun tersebut konsumsi mangga di Indonesia mencapai 0,63 kg/kapita/tahun atau meningkat 200% dibandingkan konsumsi mangga di tahun sebelumnya. Tahun 2011 sendiri merupakan tahun dimana tingkat konsumsi mangga adalah yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Secara umum konsumsi mangga di Indonesia berkisar di 0,26 kg/kapita/tahun. Rendahnya konsumsi mangga ini kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya harga kebutuhan lain sehingga daya beli masyakarat pada komoditi mangga menjadi berkurang. Data perkembangan konsumsi mangga di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 11.

(35)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19

Gambar 3.12. Perkembangan Konsumsi Mangga Per Kapita Per Tahun, Tahun 2008 – 2014

Untuk mendukung informasi yang diperoleh dalam keragaan konsumsi mangga di Indonesia, outlook ini dilengkapi dengan ketersediaan buah mangga segar untuk konsumsi. Data ketersediaan ini bersumber dari neraca bahan makanan (food balance sheet) yang disusun oleh Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian bekerjasama dengan BPS. Ketersediaan mangga untuk konsumsi pada tahun 1993-2013 disajikan pada Gambar 3.13 dan Lampiran 12. Dari Gambar 3.13 terlihat bahwa ketersediaan mangga di Indonesia cenderung meningkat dengan peningkatan mencapai 10,77% per-tahun. Pola perkembangan ketersediaan mangga tidak jauh berbeda dengan pola produksi mangga seperti di Gambar 3.2. Hal ini dikarenakan sebagian besar produksi mangga dalam neraca bahan makanan digunakan untuk ketersediaan konsumsi (Lampiran 12).

(36)

20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.13. Perkembangan Ketersediaan Mangga untuk Konsumsi, Tahun 1993 – 2013

3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MANGGA INDONESIA 3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Mangga Indonesia

Perkembangan volume ekspor dan impor buah mangga Indonesia disajikan pada Gambar 3.14 dengan data lengkap tersaji pada Lampiran 13. Dari Gambar 3.14, terlihat bahwa volume ekspor mangga Indonesia umumnya lebih tinggi dibandingkan volume impor mangga. Volume ekspor mangga tertinggi dari Indonesia terjadi pada tahun 2008 dimana pada saat itu, volume ekspor mangga Indonesia mencapai 1,908 ribu ton. Sementara volume impor terendah terjadi pada tahun 2013 dimana impor mangga saat itu hanya mencapai 119 kg, terendah dalam periode 2003-2013. Secara umum ekspor mangga Indonesia cenderung meningkat pada setiap tahunnya dengan peningkatan 16,10%,adapun untuk volume impor mangga meningkat dengan peningkatan 10,18% setiap tahunnya.

(37)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21

Gambar 3.14. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Mangga Indonesia, Tahun 2003–2013

3.4.2. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Mangga Indonesia

Sama halnya dengan volume ekspor dan impor, nilai ekspor mangga Indonesia terlihat lebih tinggi dibandingkan nilai impor mangga (Gambar 3.15). Hal ini membuktikan bahwa Indonesia adalah salah satu eksportir mangga di dunia. Secara umum pertumbuhan nilai ekspor mangga Indonesia selama periode 2003-2013 mencapai 26,76% atau rata-rata meningkat 95.210 USD pertahun. Nilai perdagangan ekspor mangga tertinggi selama periode 2003-2013 terjadi pada tahun 2012 dengan nilai ekspor mencapai 2,191 juta USD. Adapun untuk nilai impor mangga tertinggi terjadi juga pada tahun 2012 dengan nilai 1,130 juta USD. Data perkembangan nilai ekspor dan impor Indonesia tersaji pada Lampiran 13.

(38)

22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.15. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Mangga Indonesia, Tahun 2003 – 2013

3.4.3. Neraca Perdagangan Mangga Indonesia

Neraca perdagangan mangga Indonesia untuk periode tahun 2003-2013 berada pada posisi surplus (Gambar 3.16). Surplus terjadi terus-menerus selama periode tersebut dengan perkembangan yang berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 surplus neraca perdagangan mangga segar sebesar 131,914 ribu US$ dan pada tahun 2013 surplus mencapai 1,412 juta US$. Surplus perdagangan mangga tertingg terjadi pada tahun 2004 dengan nilai mencapai 1,568 juta US$. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan Mangga Indonesia tahun 2003-2012 secara rinci disajikan pada Lampiran 13.

(39)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

Gambar 3.16. Perkembangan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Mangga Indonesia, Tahun 2003-2013

3.4.4. Negara Asal Impor dan Tujuan Ekspor Mangga Indonesia

Pada tahun 2013, Indonesia tercatat melakukan ekspor mangga dengan volume mencapai 1.089 ton dimana sekitar 42,43% volume ekspor tersebut ditujukan ke Negara Uni Emirat Arab (Gambar 3.17). Negara tujuan ekspor mangga Indonesia selanjutnya adalah Singapura dengan total ekspor ke Singapura mencapai 28,35% dari total ekspor mangga Indonesia. Negara tujuan ekspor mangga Indonesia selanjutnya adalah Arab Saudi dengan volume mangga yang diekspor ke negara tersebut mencapai 7,55% dari total ekspor mangga Indonesia di tahun 2013. Data negara-negara tujuan ekspor mangga Indonesia disajikan pada Lampiran 14.

Untuk negara asal impor mangga di tahun 2013, Thailand tercatat sebagai satu-satunya negara asal impor mangga Indonesia. Total volume impor mangga dari Thailand di tahun 2013 mencapai 119 ton dengan nilai impor mencapai 348.322 USD. Data impor mangga dari Thailand di tahun 2013 disajikan pada Lampiran 15.

(40)

24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.17. Negara-negara Tujuan Ekspor Mangga Indonesia, Tahun 2013

(41)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25

BAB IV. PENAWARAN DAN PERMINTAAN

5.1. PROYEKSI PENAWARAN MANGGA 2014-2019

Perilaku penawaran dari suatu komoditas dicerminkan oleh respon atau keputusan produsen terhadap mekanisme pasar dan pengaruh faktor non pasar, yang dalam hal ini direpresentasikan oleh produksi. Sedangkan perilaku permintaan komoditas pertanian dicerminkan oleh pengaruh harga pasar dan kekuatan non harga (teknologi, kondisi krisis, dan sebagainya) terhadap keputusan petani dalam memproduksi komoditas yang dihasilkan (Abdurachman, 2005). Dalam outlook ini, proyeksi penawaran mangga akan menggunakan pendekatan produksi, volume ekspor dan volume impor dengan persamaan seperti disampaikan pada Bab 2. Proyeksi produksi dan volume ekspor akan dilakukan dengan analisis deret waktu (time series analysis) dengan metode Winters, sementara proyeksi volume impor dilakukan dengan menggunakan metode trend deret waktu. Data yang digunakan untuk proyeksi produksi adalah data Angka Tetap produksi mangga tahun 1970-2013, bersumber dari BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura. Sementara untuk proyeksi volume ekspor dan impor, data yang digunakan adalah data ekspor dan impor bersumber dari Pusdatin Kementerian pertanian. Hasil pengolahan analisis deret waktu untuk proyeksi mangga dan volume ekspor tahun 2014-2019 dengan metode Winters dapat dilihat pada Lampiran 16 dan Lampiran 17. Sementara dalam Lampiran 18 disajikan hasil pengolahan analisis deret waktu untuk volume impor tahun 2014-2019. Untuk mempermudah hasil proyeksi-proyeksi tersebut disajikan dalam bentuk tabel pada Tabel 5.1.

(42)

26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Penawaran Mangga di Indonesia, Tahun 2014-2019

Produksi Volume Ekspor Volume Impor Total

2014 2.336.900 1.783.804 1.022.651 1.575.747 2015 2.508.726 1.426.897 953.938 2.035.767 29,19% 2016 2.724.592 1.878.792 865.654 1.711.454 -15,93% 2017 2.538.741 1.500.909 757.799 1.795.631 4,92% 2018 2.823.689 1.973.780 630.373 1.480.282 -17,56% 2019 2.888.160 1.574.921 483.376 1.796.615 21,37% 4,40% Pertumbuhan (%) Rata-rata Pertumbuhan (%) Tahun Penawaran (Ton)

Dari Tabel 5.1 terlihat bahwa produksi mangga hingga tahun 2019 diperkirakan akan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,53% pertahun. Jika dibandingkan produksi mangga pada tahun 2014, maka produksi mangga di tahun 2019 diproyeksikan akan meningkat. Produksi mangga tahun 2014 diproyeksikan mencapai 2.336.900 ton sementara proyeksi produksi di tahun 2019 meningkat menjadi 2.888.160 ton atau naik sebesar 23,59%. 5.2. PROYEKSI PERMINTAAN MANGGA 2014-2019

Proyeksi permintaan mangga dilakukan dengan pendekatan konsumsi langsung buah mangga untuk rumah tangga berdasarkan laporan Susenas BPS, perkiraan jumlah tercecer sesuai dengan informasi proporsi tercecer dalam NBM dan jumlah ketersediaan buah mangga untuk lainnya. Proyeksi konsumsi langsung rumah tangga dilakukan menggunakan analisis deret waktu dengan metode Winters terhadap data konsumsi rumah tangga per kapita tahun 2005-2014. Hasil proyeksi ketersediaan per kapita mangga kemudian dikalikan dengan proyeksi jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2013) untuk memperoleh proyeksi kebutuhan mangga untuk konsumsi rumah tangga. Pemilihan model deret waktu dengan metode Winters dikarenakan yang mampu memberikan nilai akurasi terbaik diantara metode analisis deret waktu lainnya. Hasil

(43)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27

pengolahan analisis deret waktu untuk konsumsi mangga tahun 2014-2019 dengan metode Winters dapat dilihat pada Lampiran 19.

Dengan hasil tersebut maka dapat diperoleh proyeksi permintaan mangga untuk konsumsi tahun 2014–2019 sesuai dengan pendekatan yang telah disampaikan pada Bab 2. Hasil proyeksi disajikan seperti pada Tabel 5.2. Dari tabel tersebut terlihat bahwa konsumsi mangga untuk rumah tangga diperkirakan akan meningkat sebesar 6,90% pertahunnya. Pada tahun 2014, diperkirakan sebanyak 65.743 ton mangga dikonsumsi langsung sebagai buah segar oleh rumah tangga di Indonesia. Jumlah ini kemudian diperkirakan meningkat pada tahun 2015 dengan jumlah mangga yang dikonsumsi langsung oleh rumah tangga mencapai 106.737 ton mangga. Namun demikian konsumsi ini diperkirakan akan berkurang pada tahun 2019 menjadi sekitar 22.067 ton atau menurun sebesar 79,33% dibandingkan konsumsi mangga oleh rumah tangga ditahun 2015.

Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Permintaan Mangga di Indonesia, Tahun 2014-2019

2014 0,26 252.165 65.743 2015 0,42 255.462 106.737 62,35% 2016 0,10 258.705 25.786 -75,84% 2017 0,22 261.891 57.698 123,76% 2018 0,15 265.015 39.157 -32,13% 2019 0,08 267.974 22.067 -43,64% 6,90% Rata-rata Pertumbuhan (%) Pertumbuhan (%) Tahun Konsumsi RT (kg/kapita) Jumlah Penduduk (000 jiwa) Konsumsi Rumah Tangga (Ton)

(44)

28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

5.3. PROYEKSI NERACA PENAWARAN DAN PERMINTAAN MANGGA DI INDONESIA 2014-2019

Proyeksi penawaran dan permintaan mangga merupakan situasi neraca mangga di tahun 2014-2019. Penawaran untuk mangga merupakan hasil perhitungan dari produksi dikurangi ekspor dan ditambah impor. Sementara permintaan diperoleh melalui hasil perhitungan jumlah konsumsi rumah tangga ditambah jumlah mangga yang tercecer ditambah jumlah mangga yang tersedia untuk lainnya. Dalam pendekatan neraca, total penawaran adalah sama dengan total permintaan. Dengan demikian dapat diperoleh jumlah ketersediaan mangga untuk lainnya sebagaimana disajikan dalam Tabel 5.2.

Proyeksi neraca tahun 2014-2019 disajikan pada Tabel 5.3. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2014 diperkirakan ketersediaan mangga untuk lainnya adalah sebesar 1.346.421 ton. Ketersediaan ini adalah ketersediaan mangga untuk selain konsumsi langsung rumah tangga, kegiatan ekspor dan impor serta tidak tercecer atau hilang selama proses distribusi dari saat panen hingga mencapai ketangan konsumen. Ketersediaan ini diperkirakan digunakan untuk industri pengolahan atau diolah menjadi bentuk lain seperti jajanan dengan bahan baku mangga, jus mangga dalam kemasan, dan lain sebagainya serta untuk keperluan hotel dan rumah makan. Bentuk-bentuk olahan ini, menurut BPS bukanlah termasuk konsumsi langsung yang tercakup dalam Susenas melainkan olahan komoditi mangga. Ketersediaan ini, jika dibandingkan dengan tahun 2014, diperkirakan akan mengalami peningkatan di tahun 2019 dengan peningkatan hingga mencapai 1.572.377 ton atau meningkat 16,78%

(45)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29

Tabel 5.3. Proyeksi Neraca Penawaran dan Permintaan Mangga di Indonesia, Tahun 2014-2019 2014 2015 2016 2017 2018 2019 1. Produksi 2.336.900 2.508.726 2.724.592 2.538.741 2.823.689 2.888.160 2. Impor 1.022.651 953.938 865.654 757.799 630.373 483.376 3. Ekspor 1.783.804 1.426.897 1.878.792 1.500.909 1.973.780 1.574.921 1. Konsumsi RT (Susenas) 65.743 106.737 25.786 57.698 39.157 22.067 2. Tercecer 163.583 175.611 190.721 177.712 197.658 202.171 3. Ketersediaan Lainnya 1.346.421 1.753.419 1.494.946 1.560.221 1.243.466 1.572.377

C. Ketersediaan per kapita

(Kg/kapita/tahun) 5,87 A. PENAWARAN (Ton) B. PERMINTAAN (Ton) 5,34 6,86 5,78 5,96 4,69 1.796.615 1.575.747 2.035.767 1.711.454 1.795.631 1.480.282 1.796.615

Uraian Proyeksi Tahun

(46)
(47)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, Edi. 2008. Proyeksi Penawaran dan Permintaan Beras 2007-2010. Jurnal Ekonomi : Media Ilmiah Indonusa. Vol. 30 No. 1, hlm.

186-192. Seperti terlihat pada 06 Agustus 2012, di

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ 13108186192.pdf [terhubung berkala]

Anonim. 2008. Budidaya Tanaman Mangga (Mangifera Indica). Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Badan Pusat Statistik, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, United Nations Population Fund. 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia : 2010-2035. BPS. Jakarta.

Food and Agriculture Organization of United Nation (FAO). 2014. http://faostat.fao.org [terhubung berkala]

Medina, J. De La Cruz., H. S. Garcia. 2002. Mango : Post-harvest Operation. Food and Agriculture Organization of United Nation (FAO). Veracruz. Pracaya. 2008. Bertanam Mangga. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2010. Outlook Komoditas Pertanian - Hortikultura. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2014. Basisdata Ekspor-Impor

Komoditas Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. http://database.deptan.go.id/eksim/index1.asp [terhubung berkala]

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Statistik Konsumsi Pangan Tahun 2013. Kementerian Pertanian. Jakarta.

(48)
(49)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33

L A M P I R A N

(50)
(51)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35 Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen Mangga di Indonesia, 1980–2013

Jawa Pertumb. (%) Luar Jawa Pertumb. (%) Indonesia Pertumb. (%) 1980 58.320 -6,12 18.433 -0,38 76.753 -4,80 1981 50.914 -12,70 22.828 23,84 73.742 -3,92 1982 70.999 39,45 27.549 20,68 98.548 33,64 1983 63.074 -11,16 22.029 -20,04 85.103 -13,64 1984 60.243 -4,49 29.083 32,02 89.326 4,96 1985 60.874 1,05 26.957 -7,31 87.831 -1,67 1986 65.058 6,87 32.055 18,91 97.113 10,57 1987 79.912 22,83 41.372 29,07 121.284 24,89 1988 77.128 -3,48 27.733 -32,97 104.861 -13,54 1989 84.887 10,06 27.526 -0,75 112.413 7,20 1990 91.443 7,72 33.347 21,15 124.790 11,01 1991 115.900 26,75 43.131 29,34 159.031 27,44 1992 109.665 -5,38 29.898 -30,68 139.563 -12,24 1993 102.984 -6,09 23.200 -22,40 126.184 -9,59 1994 93.869 -8,85 39.585 70,63 133.454 5,76 1995 156.650 66,88 39.972 0,98 196.622 47,33 1996 100.580 -35,79 48.242 20,69 148.822 -24,31 1997 34.348 -65,85 13.988 -71,00 48.336 -67,52 1998 24.398 -28,97 9.054 -35,27 33.452 -30,79 1999 27.251 11,69 9.767 7,87 37.018 10,66 2000 30.515 11,98 13.670 39,96 44.185 19,36 2001 32.982 8,08 11.226 -17,88 44.208 0,05 2002 141.995 330,52 42.662 280,03 184.659 317,70 2003 117.657 -17,14 41.237 -3,34 158.894 -13,95 2004 141.490 20,26 44.283 7,39 185.773 16,92 2005 132.042 -6,68 43.958 -0,73 176.000 -5,26 2006 146.245 10,76 49.258 12,06 195.503 11,08 2007 159.835 9,29 44.162 -10,35 203.997 4,34 2008 139.889 -12,48 50.904 15,27 190.793 -6,47 2009 156.840 12,12 58.547 15,01 215.387 12,89 2010 86.190 -45,05 45.484 -22,31 131.674 -38,87 2011 151.579 75,87 56.701 24,66 208.280 58,18 2012 163.243 7,69 56.423 -0,49 219.666 5,47 2013 189.966 16,37 57.273 1,51 247.239 12,55 1980-2013 12,53 11,62 11,63 1998-2004 60,90 52,34 58,46 2004-2013 7,54 3,85 5,99 Tahun

Luas Panen (Ha)

Rata-rata Pertumbuhan (%)

(52)

36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 2. Perkembangan Produksi Mangga di Indonesia, 1980–2013

Jawa Pertumb. (%) Luar Jawa Pertumb. (%) Indonesia Pertumb. (%) 1980 210.551 -12,93 114.674 25,50 325.225 -2,39 1981 164.319 -21,96 144.282 25,82 308.601 -5,11 1982 255.762 55,65 167.377 16,01 423.139 37,12 1983 298.241 16,61 149.099 -10,92 447.340 5,72 1984 222.520 -25,39 219.724 47,37 442.244 -1,14 1985 241.932 8,72 174.512 -20,58 416.444 -5,83 1986 273.630 13,10 141.411 -18,97 415.041 -0,34 1987 338.841 23,83 177.108 25,24 515.949 24,31 1988 352.051 3,90 187.919 6,10 539.970 4,66 1989 328.644 -6,65 116.398 -38,06 445.042 -17,58 1990 367.935 11,96 140.954 21,10 508.889 14,35 1991 560.653 52,38 79.804 -43,38 640.457 25,85 1992 391.637 -30,15 93.145 16,72 484.782 -24,31 1993 363.759 -7,12 96.598 3,71 460.357 -5,04 1994 525.142 44,37 142.906 47,94 668.048 45,12 1995 671.113 27,80 217.847 52,44 888.960 33,07 1996 572.598 -14,68 210.339 -3,45 782.937 -11,93 1997 862.777 50,68 224.915 6,93 1.087.692 38,92 1998 446.202 -48,28 153.857 -31,59 600.059 -44,83 1999 673.244 50,88 153.822 -0,02 827.066 37,83 2000 615.816 -8,53 229.211 49,01 846.027 2,29 2001 678.016 10,10 245.278 7,01 923.294 9,13 2002 1.066.952 57,36 335.954 36,97 1.402.906 51,95 2003 1.211.769 13,57 314.705 -6,32 1.526.474 8,81 2004 1.125.839 -7,09 311.826 -0,91 1.437.665 -5,82 2005 1.108.265 -1,56 304.618 -2,31 1.412.883 -1,72 2006 1.251.447 12,92 370.550 21,64 1.621.997 14,80 2007 1.351.739 8,01 466.880 26,00 1.818.619 12,12 2008 1.576.764 16,65 528.321 13,16 2.105.085 15,75 2009 1.584.774 0,51 658.666 24,67 2.243.440 6,57 2010 788.914 -50,22 498.373 -24,34 1.287.287 -42,62 2011 1.534.797 94,55 596.342 19,66 2.131.139 65,55 2012 1.716.800 11,86 659.534 10,60 2.376.333 11,51 2013 1.636.298 -4,69 556.630 -15,60 2.192.928 -7,72 1980-2013 10,18 8,44 8,50 1999-2007 15,07 14,56 14,38 2008-2013 11,44 4,69 8,17 Tahun Produksi (Ton) Rata-rata Pertumbuhan (%) Sumber: BPS

(53)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37 Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Mangga di Indonesia,

1980-2013 Jawa Pertumb. (%) Luar Jawa Pertumb. (%) Indonesia Pertumb. (%) 1980 3,61 (7,27) 6,22 25,98 4,24 2,52 1981 3,23 (10,61) 6,32 1,59 4,19 (1,23) 1982 3,60 11,62 6,08 (3,86) 4,29 2,60 1983 4,73 31,26 6,77 11,39 5,26 22,40 1984 3,69 (21,87) 7,56 11,63 4,95 (5,80) 1985 3,97 7,58 6,47 (14,31) 4,74 (4,24) 1986 4,21 5,84 4,41 (31,85) 4,27 (9,85) 1987 4,24 0,81 4,28 (2,97) 4,25 (0,47) 1988 4,69 10,71 6,78 58,28 5,25 23,30 1989 3,87 (17,51) 4,23 (37,59) 3,96 (24,52) 1990 4,02 3,93 4,23 (0,05) 4,08 3,01 1991 4,84 20,20 1,85 (56,23) 4,03 (1,25) 1992 3,57 (26,17) 3,12 68,38 3,47 (13,73) 1993 3,53 (1,09) 4,16 33,68 3,65 5,01 1994 5,59 58,38 3,61 (13,30) 5,01 37,23 1995 4,28 (23,42) 5,45 50,97 4,52 (9,69) 1996 5,69 32,89 4,36 (20,00) 5,26 16,37 1997 25,12 341,23 16,08 268,78 22,50 327,73 1998 18,29 (27,19) 16,99 5,68 17,94 (20,29) 1999 24,71 35,09 15,75 (7,32) 22,34 24,55 2000 21,20 (14,20) 16,77 6,46 19,83 (11,26) 2001 20,56 (3,02) 21,85 30,31 20,89 5,34 2002 7,51 (63,45) 7,87 (63,96) 7,60 (63,62) 2003 10,30 37,06 7,63 (3,07) 9,61 26,46 2004 7,96 (22,74) 7,04 (7,73) 7,74 (19,44) 2005 8,39 5,48 6,92 (1,69) 8,03 3,73 2006 8,56 1,95 7,52 8,67 8,30 3,35 2007 8,46 (1,13) 10,57 40,50 8,91 7,39 2008 11,27 33,24 11,00 4,06 11,03 23,83 2009 10,10 (10,36) 11,26 2,38 10,42 (5,59) 2010 9,15 (9,44) 10,96 (2,67) 9,78 (6,11) 2011 10,13 10,71 10,52 (4,01) 10,23 4,60 2012 10,52 3,85 11,69 11,12 10,82 5,77 2013 8,61 (18,12) 9,72 (16,86) 8,87 (18,02) 1980-2013 11,01 10,36 9,71 1980-2000 19,53 9,89 9,93 2001-2013 (2,77) (0,23) (2,49) Tahun Produktivitas (Ton/Ha) Rata-rata Pertumbuhan (%) Sumber: BPS

(54)

38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 4. Beberapa Provinsi dengan Luas Panen Mangga Terbesar di Indonesia, 2008-2013 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata 1 Jawa Timur 63.722 77.912 46.090 76.532 76.547 98.958 73.294 36,25 36,25 2 Jawa Tengah 40.218 45.225 23.220 37.975 44.000 47.485 39.687 19,63 55,88 3 Jawa Barat 26.304 23.855 12.846 28.215 28.867 30.834 25.154 12,44 68,32 4 Sulawesi Selatan 14.369 14.080 11.476 13.159 13.817 16.209 13.852 6,85 75,18

5 Nusa Tenggara Barat 6.545 9.397 9.207 10.696 10.038 10.889 9.462 4,68 79,86

Provinsi Lainnya 39.635 44.918 28.835 41.703 46.397 42.863 40.725 20,14 100,00

190.793

215.387 131.674 208.280 219.666 247.239 202.173 100,00

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Share (%) Kumulatif

(%)

Indonesia

No Provinsi Luas Panen (Ha)

Lampiran 5. Beberapa Provinsi dengan Produksi Mangga Terbesar di Indonesia, 2008-2013 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 Jawa Timur 691.904 694.314 416.803 754.930 840.316 799.410 699.613 34,03 34,03 2 Jawa Tengah 348.808 423.752 203.912 350.780 422.992 404.443 359.114 17,47 51,49 3 Jawa Barat 474.777 398.159 137.104 357.188 344.205 327.070 339.751 16,52 68,02 4 Sulawesi Selatan 107.326 147.423 100.935 124.058 158.006 148.118 130.978 6,37 74,39 5 Nusa Tenggara Barat 61.320 99.360 104.669 113.830 137.689 110.637 104.584 5,09 79,48 Lainnya 420.950 480.432 323.864 430.353 473.126 403.249 421.996 20,52 100,00

2.105.085

2.243.440 1.287.287 2.131.139 2.376.334 2.192.928 2.056.035 100 Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Produksi (Ton)

Indonesia

Kumulatif (%)

No Provinsi Rata-rata Share (%)

Lampiran 6. Kabupaten Sentra Produksi Mangga di Jawa TImur, 2012 Produksi (Ton) 2012 1 Pasuruan 167.947 19,99 19,99 2 Gresik 69.688 8,29 28,28 3 Probolinggo 45.149 5,37 33,65 4 Kediri 42.169 5,02 38,67 5 Bondowoso 40.909 4,87 43,54 Lainnya 474.454 56,46 100,00 840.316 100,00 Sumber : Dinas Pertanian Jawa Timur

No Kabupaten Share (%) Kumulatif

(%)

(55)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39 Lampiran 7. Kabupaten Sentra Produksi Mangga di Jawa Tengah, 2012

Produksi (Ton) 2012 1 Rembang 80.622 19,06 19,06 2 Karanganyar 67.005 15,84 34,90 3 Blora 39.186 9,26 44,16 4 Grobogan 22.302 5,27 49,44 5 Brebes 20.100 4,75 54,19 Lainnya 193.777 45,81 100,00 422.992 100,00 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah

No Kabupaten Share (%) Kumulatif

(%)

Jawa Tengah

Lampiran 8. Kabupaten Sentra Produksi Mangga di Jawa Barat, 2012 Produksi (Ton) 2012 1 Indramayu 68.506 19,90 19,90 2 Cirebon 62.053 18,03 37,93 3 Majalengka 48.521 14,10 52,03 4 Kuningan 39.377 11,44 63,47 5 Sumedang 29.008 8,43 71,89 Lainnya 96.739 28,11 100,00 344.205 100,00 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat

No Kabupaten Share (%) Kumulatif

(%)

Jawa Barat

Lampiran 9. Kabupaten Sentra Produksi Mangga di Sulawesi Selatan, 2012 Produksi (Ton) 2012 1 Takalar 34.061 21,56 21,56 2 Jeneponto 19.643 12,43 33,99 3 B o n e 16.849 10,66 44,65 4 Pinrang 15.855 10,03 54,69 5 Gowa 14.577 9,23 63,91 Lainnya 57.021 36,09 100,00 158.006 100,00

Sumber : Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan

No Kabupaten Share (%) Kumulatif

(56)

40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 10. Perkembangan Harga Mangga, 2008-2013

Harga Produsen Pertumbuhan Harga Konsumen Pertumbuhan

(Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (%) 2008 6.111 7.736 2009 5.792 (5,22) 9.000 16,34 2010 5.950 2,73 9.555 6,17 2011 6.095 2,44 11.208 17,30 2012 6.422 5,37 11.541 2,97 2013 6.422 0,00 12.361 7,11 2008-2013 1,06 9,98 Tahun Rata-rata Pertumbuhan Sumber: BPS diolah oleh Pusdatin

Lampiran 11. Perkembangan Konsumsi Mangga di Indonesia, 2002-2013 (kg/kapita/thn) Pertumb. (%) (000 Jiwa) Pertumb. (%) (Ton) Pertumb. (%) 2002 0,313 211.397 66.137 2003 3,129 900,00 214.229 1,34 670.232 913,40 2004 1,043 -66,67 217.100 1,34 226.404 -66,22 2005 0,626 -40,00 220.009 1,34 137.663 -39,20 2006 0,156 -75,00 222.747 1,24 34.844 -74,69 2007 0,365 133,33 225.642 1,30 82.359 136,37 2008 0,261 -28,57 228.523 1,28 59.579 -27,66 2009 0,156 -40,00 231.370 1,25 36.193 -39,25 2010 0,209 33,33 237.641 2,71 49.565 36,95 2011 0,626 200,00 241.030 1,43 150.816 204,28 2012 0,156 -75,00 244.468 1,43 38.242 -74,64 2013 0,156 0,00 247.907 1,41 38.780 1,41 2002-2013 85,58 1,46 88,25

Sumber : BPS (Susenas), diolah Pusdatin

Rata-rata Pertumbuhan Tahun

(57)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41 Lampiran 12. Perkembangan Ketersediaan Mangga untuk Konsumsi di

Indonesia, 1993-2012 Makanan Bukan Makanan 1993 - - - - 46 413 2,20 1994 - - - - 67 600 3,15 1995 - - - - 89 798 4,12 1996 - - - - 78 704 3,58 1997 - - - - 109 979 4,90 1998 - - - - 60 540 2,66 1999 - - - - 83 743 3,67 2000 - - - - 88 788 3,83 2001 - - - - 92 830 3,98 2002 - - - - 98 1.303 6,18 2003 - - - - 107 1.419 6,64 2004 - - - - 101 1 6,17 2005 - - - - 99 1 5,98 2006 - - - - 114 1.508 6,77 2007 - - - - 127 1.691 7,50 2008 - - - - 147 1.957 8,56 2009 - - - - 157 2.086 9,02 2010 - - - - 90 1.197 4,96 2011 - - - - 149 1.982 8,19 2012 - - - - 166 2.210 9,00 2013*) - - - - 153 2.039 8,19

Ket : *) Angka Sementara

Sumber : Badan Ketahanan Pangan, Kementan

Tahun

Ketersediaan Per Kapita (Kg/Tahun) Pemakaian Dalam Negeri (000 Ton)

Diolah untuk

Pakan Bibit Tercecer Bahan

(58)

42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 13. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Mangga di Indonesia, 2003-2013

Volume (Kg)Pertumb. (%) Nilai (US$) Pertumb. (%) Volume (Kg) Pertumb. (%) Nilai (US$)Pertumb. (%) Nilai (US$) Pertumb. (%)

2003 559.224 -64,44 460.674 -82,76 347.667 36,88 328.760 91,07 131.914 -94,72 2004 1.879.664 236,12 2.013.390 337,05 688.737 98,10 445.718 35,58 1.567.672 1.088,40 2005 940.556 -49,96 995.935 -50,53 868.692 26,13 437.348 -1,88 558.587 -64,37 2006 1.181.881 25,66 1.160.642 16,54 966.281 11,23 627.160 43,40 533.482 -4,49 2007 1.198.213 1,38 1.004.186 -13,48 1.088.198 12,62 725.379 15,66 278.807 -47,74 2008 1.908.001 59,24 1.645.948 63,91 968.529 -11,00 603.661 -16,78 1.042.287 273,84 2009 1.615.788 -15,32 1.334.694 -18,91 821.290 -15,20 554.523 -8,14 780.171 -25,15 2010 998.545 -38,20 1.065.259 -20,19 1.129.404 37,52 817.256 47,38 248.003 -68,21 2011 1.485.429 48,76 2.024.952 90,09 989.222 -12,41 808.043 -1,13 1.216.909 390,68 2012 1.515.152 2,00 2.191.742 8,24 1.267.070 28,09 1.130.036 39,85 1.061.706 -12,75 2013 1.089.375 -28,10 1.412.772 -35,54 119 -99,99 348 -99,97 1.412.424 33,03 2003-2013 16,10 26,76 10,18 13,19 133,50

Sumber: BPS, diolah Pusdatin Keterangan : Kode HS 0804502000

Tahun

Ekspor Impor Neraca

Rata-rata pertumbuhan (%)

Lampiran 14. Negara-negara Tujuan Ekspor Mangga Indonesia, 2013

Volume Ekspor Nilai Ekspor

(Ton) (USD)

1 Uni Emirat Arab 462.271 426.046 42,43%

2 Singapura 308.815 498.344 28,35% 3 Arab Saudi 82.248 65.583 7,55% 4 Malaysia 66.416 149.472 6,10% 5 Qatar 66.219 58.972 6,08% Negara Lainnya 103.406 214.355 9,49% 1.089.375 1.412.772 10,49 Sumber : BPS, di ol a h Pus da ti n No Negara TOTAL Share Volume Ekspor

Lampiran 15. Negara Asal Impor Mangga Indonesia, 2013

Volume Impor Nilai Impor

(Ton) (USD)

1 Thailand 119.080 348.322 100,00%

119.080 348.322 100%

Sumber : BPS, diolah Pus datin

No Negara Share Volume

Impor

(59)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43 Lampiran 16. Hasil Pengolahan Analisis Deret Waktu dengan Menggunakan

Metode Winters untuk Proyeksi Produksi Mangga Winters' Method for prod

Additive Method Data prod Length 44

Smoothing Constants Accuracy Measures

Alpha (level) 0,2 MAPE 19,1978

Gamma (trend) 0,2 MAD 1,412E+05

Delta (seasonal) 0,2 MSD 4,E+10

Forecasts

Period Forecast Lower Upper 2014 2336900 1990075 2683725 2015 2508726 2156467 2860985 2016 2724592 2366275 3082909 2017 2538741 2173772 2903710 2018 2823689 2451505 3195873 2019 2888160 2508233 3268088

Lampiran 17. Hasil Pengolahan Analisis Deret Waktu dengan Menggunakan Metode Winters untuk Proyeksi Volume Ekspor Mangga

Winters' Method for ekspor

Multiplicative Method Data ekspor

Length 11

Smoothing Constants Accuracy Measures

Alpha (level) 0,2 MAPE 33

Gamma (trend) 0,2 MAD 382828

(60)

44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Forecasts

Period Forecast Lower Upper 2014 1783804 845876 2721732 2015 1426897 469427 2384368 2016 1878792 900276 2857308 2017 1500909 499939 2501880 2018 1973780 949039 2998522 2019 1574921 525183 2624660

Lampiran 18. Hasil Pengolahan Analisis Deret Waktu dengan Menggunakan Metode Trend untuk Proyeksi Volume Impor Mangga

Trend Analysis for impor

Trend Analysis for impor

Data impor

Length 10

Nmissing 0

Fitted Trend Equation

Yt = 320663 + 175925*t – 9785,52*t**2 Accuracy Measures MAPE 14,4347 MAD 113608 MSD 16900226364 Forecasts Period Forecast 2013 1071792 2014 1022651 2015 953938 2016 865654 2017 757799 2018 630373 2019 483376

(61)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45 Lampiran 19. Hasil Pengolahan Analisis Deret Waktu dengan Menggunakan

Metode Winters untuk Proyeksi Konsumsi Rumah Tangga Winters' Method for Konsumsi

Multiplicative Method Data Konsumsi Length 10

Smoothing Constants Accuracy Measures

Alpha (level) 0,200 MAPE 14,21

Gamma (trend) 0,100 MAD 0,045

Delta (seasonal) 0,300 MSD 0,004

Forecasts

Period Forecast Lower Upper 2015 0,4178 0,3071 0,5285 2016 0,0997 (0,0150) 0,2143 2017 0,2203 0,1011 0,3396 2018 0,1478 0,0234 0,2721 2019 0,0823 (0,0477) 0,2124

(62)

46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

(63)

                                           

(64)

                                           

Gambar

Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi yang Digunakan
Gambar 3.1.  Perkembangan Luas Panen Mangga Indonesia,   Tahun 1980 – 2013
Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Mangga, Tahun 1980-2013
Gambar 3.3.  Perkembangan Produktivitas Mangga, Tahun 1980 – 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada perbaikan bagan kendali pergerakan data (data driven ) ini, penaksiran untuk kuantil ekstrim digantikan oleh penaksiran kuantil biasa, sehingga dapat digunakan untuk ukuran

Sejalan dengan masalah ini tujuan penelitian yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui, menjelaskan, dan memaparkan (1) perbedaan kemampuan

Dalam kaitannya dengan anak, BK bertujuan untuk membantu anak supaya dapat mengenal dirinya dan lingkungan terdekatnya sehingga dapat menyesuaikan diri melalui

Edutainment Park yang edukatif dan rekreatif melalui tata ruang dan bentuk.. Anak-anak dalam mempelajari hal-hal tentang pertanian serasa

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data

Lenny Dewi Irianti (2002) meneliti tentang analisis laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan (studi kasus pada perusahaan farmasi yang go publik di Bursa Efek

Beberapa siri perbincangan antara pelajar yang diadakan telah menunjukkan bahawa pelajar yang mengikuti pembelajaran teknik jigsaw menyatakan bahawa dengan bekerja secara

Adapun pada bagian kedua dijelaskan mengenai bilangan acak, pembangkit bilangan acak semu dan berbagai algoritma yang sudah ada, pembangkit bilangan acak semua