ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling sering dijumpai pada pasien HIV. Adanya hubungan yang kompleks antara HIV dan TB dapat meningkatkan mortalitas maupun morbiditas. TB dapat terjadi pada tahap awal infeksi HIV ketika jumlah CD4 masih di atas 200 sel/mm3. Kebanyakan kasus HIV dengan TB memperlihatkan gambaran klinis TB paru yang khas, terjadinya peningkatan supresi imun akan mempengaruhi kadar CD4. Menyebabkan gambaran klinis TB berubah dan lebih sulit untuk didiagnosis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya korelasi antara hasil sputum BTA dengan kadar CD4 pada pasien koinfeksi HIV-TB di RSUP Sanglah Denpasar.
Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan menggunakan design study potong lintang (cross sectional). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling melalui data rekam medis. Pengambilan data rekam medis dilakukan pada bulan Maret-Juni 2016, diperoleh 175 subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square, p bermakna apabila <0.005.
Hasil penelitian ini dari 175 subyek penelitian yaitu laki-laki ada 115 (65.7%) dan perempuan 60 (34.3%). Mayoritas kelompok usia yaitu 31-40 tahun (43.4%). Kadar CD4 50-200 sel/μL (50.3%). Dominasi hasil sputum BTA negatif (70.3 %). Uji korelasi hasil sputum BTA dengan kadar CD4 yang menggunakan uji Chi-Square di dapatkan nilai p=0.000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara hasil BTA dengan kadar CD4 pada penderita koinfeksi HIV-TB di RSUP Sanglah.
ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is an infectious disease that is most common opportunistic in HIV patients. The existence of correlation HIV and tuberculosis may increase of mortality and morbidity. TB can occur in the early stages of HIV infection when the CD4 count is above 200 cells/mm3. Most cases of HIV with TB showed a typical clinical picture of pulmonary TB, the increased immune suppression would affect the levels of CD4, the clinical picture changed and being more difficult to diagnose. The purpose of this study is to determine the correlation sputum smear results and CD4 levels in HIV-TB Patients in Sanglah Hospital Denpasar.
The study was observational analytic using cross sectional study design. The sampling has done by consecutive sampling with the medical records. Retrieval of medical records during from March 2016 to June 2016 a totals of 175 subjects were obtained met the inclusion criteria. The statistical test used in this study is the chi-square test, p significant when <0.005.
Results of this study of 175 subjects, for the number of men there were 115 (65.7%) and 60 women (34.3%). The majority of age group were 31-40 years (43.4%). Levels of 50-200 CD4 cells / uL (50.3%). Result of sputum smear negative (70.3%). Correlation with the levels of CD4 and sputum smear result using Chi-square test on get the p-value = 0.000.
The results show the correlations are significant correlation between sputum smear results and CD4 levels in HIV-TB Patients in Sanglah Hospital Denpasar. Keyword: TB-HIV, CD4, Sputum BTA.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iv
ABSTRAK ... v ABSTRACT ... vi RINGKASAN ... vii SUMMARY ... viii KATA PENGANTAR ... ix DAFTAR ISI ... x DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 4 1.4 Manfaat Penelitian ... 4 KAJIAN PUSTAKA ... 5 2.1 HIV/AIDS ... 5 2.1.1 Definisi ... 5 2.1.2 Diagnosis ... 5 2.2 Koinfeksi HIV-TB ... 6 2.2.1 Definisi TB ... 6
2.2.2 Imunopatogenesis Koinfeksi HIV-TB ... ` 7
2.2.3 Diagnosis Koinfeksi HIV-TB ... 8
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN ... 11
3.1 Kerangka Berpikir ... 11
3.2 Kerangka Konsep... 11
3.3 Hipotesis Penelitian ... 12
BAB IV METODE PENELITIAN ... 13
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 13
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 13
4.2.1 Populasi Penelitian ... 13
4.2.2 Sampel Penelitian ... ` 13
4.2. 3 Cara Pengambilan Sampel ... 14
4.2. 4 Besar Sampel ... 14
4.3 Variabel Penelitian... 15
4.3.1 Klasifikasi Variabel ... 15
4.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 15
4.4 Instrumen Penelitian ... 16
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17
4.5.1 Lokasi Penelitian ... 17
4.5.2 Waktu Penelitian ... 17
4.6 Prosedur Pengumpulan Data... 17
4.7 Alur Penelitian ... 17
4.8 Pengolahan dan Analisa Data ... 18
4.8.1 Analisa Data Univariat ... 18
4.8.2 Analisa Data Bivariat ... 18
4.9 Etika Penelitian ... 18
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19
5.1 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian ... 19
5.2 Korelasi Hasil BTA dengan Kadar CD4 ... 24
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 27
6.1 Simpulan ... 27
6.2 Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 28 LAMPIRAN HASIL UJI PENELITIAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.2 Kerangka Konsep ... 11 Gambar 4.7 Alur Penelitian... 17
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin pada Pasien Koinfeksi HIV-TB di RSUP
Sanglah Maret-Juni 2016 ... 20 Tabel 5.2 Distribusi Umur pada Pasien HIV/AIDS di RSUP Sanglah
Maret-Juni 2016 ... 21 Tabel 5.3 Distribusi Kadar CD4 pada Pasien Koinfeksi HIV-TB di RSUP
Sanglah Maret-Juni 2016 ... 22 Tabel 5.4 Distribusi Hasil Sputum BTA pada Pasien Koinfeksi HIV-TB di
RSUP Sanglah Maret-Juni 2016 ... 23 Tabel 5.5 Distribusi Hasil Sputum BTA dan Kadar CD4 pada Pasien
Koinfeksi HIV-TB di RSUP Sanglah Maret-Juni 2016 ... 24 Tabel 5.6 Hasil Analisis Uji Chi-Square antara Hasil BTA dengan Kadar
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Penelitian
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan segala penyakit yang datang. Saat kekebalan tubuh mulai lemah, maka timbulah masalah kesehatan. Kumpulan gejala penyakit akibat lemahnya sistem kekebalan tubuh inilah yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) (Laura pinsky et al, 2010).
HIV/AIDS menjadi salah satu masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di dunia. Menurut laporan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) United Nations on HIV/AIDS (UNAIDS) dalam AIDS Epidemic Update 2010, pertumbuhan secara keseluruhan dari epidemi AIDS tampak telah stabil. Jumlah tahunan kasus infeksi baru HIV menurun sejak akhir tahun 1990 dan kasus AIDS yang berkaitan dengan mortalitas juga telah berkurang, di karenakan adanya peningkatan angka terapi anti retroviral secara signifikan. Meskipun jumlah kasus infeksi baru telah menurun hingga 25% di Sub Sahara Afrika, tingkat kasus infeksi baru secara keseluruhan masih tetap tinggi dengan adanya peningkatan hingga 25% di Asia Tengah dan Eropa Timur. Laju penularan HIV di dunia saat ini mencapai 16 ribu orang per hari dan Indonesia merupakan yang tercepat di kawasan Asia (UNAIDS, 2010). Menurut Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP & PL) Kemenkes RI jumlah kasus baru HIV di Indonesia (Juli sampai dengan September 2014) sebanyak 7.335.
kasus, sedangkan kasus baru AIDS sebanyak 176 kasus yang tersebar di 33 provinsi. Kasus HIV di Bali menempati urutan ke 3 dari 33 provinsi (KEMENKES, 2014).
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling sering dijumpai pada pasien HIV (PPK-LK Dikdas, 2009). Berdasarkan data epidemiologi infeksi HIV dan TB memiliki hubungan. Tahun 2012 sekitar 1,1 juta (13 persen) dari 8,6 juta orang yang baru diidentifikasi dengan penyakit TB aktif adalah orang-orang yang hidup dengan HIV (ODHA). Berdasarkan laporan Dirjen P2PL tahun 2010, proporsi infeksi oportunistik yang terbanyak adalah TB yaitu 11.513 kasus. Risiko ODHA terinfeksi TB 30 kali lebih tinggi dibanding orang dengan HIV negatif (KEMENKES, 2012).
Hubungan yang kompleks antara HIV dan TB dapat meningkatkan mortalitas maupun morbiditas. Infkesi TB menyebabkan keparahan yang semakin tinggi pada penderita HIV dan mempercepat terjadinya AIDS. Infeksi HIV akan mempercepat proses perjalanan penyakit dari TB laten menjadi TB aktif (GHS, 2007).
Berdasarkan klinis digunakan hitung jumlah limfosit Cluster of differentiation 4 (CD4) sebagai pertanda munculnya infeksi oportunistik pada penderita AIDS. Fungsi CD4 ini sangat penting dalam menjaga imunitas tubuh, yaitu untuk mengatur dan bekerja sama dengan komponen sistem kekebalan yang lain. Akibatnya, jika tubuh terserang virus HIV akan mudah sekali terinfeksi penyakit karena rusaknya sistem pertahanan tubuh. Penurunan CD4 disebabkan oleh kematian CD4 yang dipengaruhi oleh HIV. Jumlah CD4 pada orang yang tidak terindikasi infeksi HIV antara 500-1500 sel/mm3. Jumlah CD4 pada setiap orang dapat bervariasi, bisa menurun dan meningkat
yang disebabkan oleh respon terhadap faktor yang berbeda. Infeksi-infeksi opurtunistik umumnya terjadi bila jumlah CD4 < 200 sel/mm3 atau dengan kadar lebih rendah (WHO, 2007).
Berdasarkan program TB Nasional penemuan BTA (Basil Tahan Asam) melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama TB. Pemeriksaan BTA ini menggunakan metode pewarnaa Ziehl-Neelsen, sesuai yang dianjurkan oleh WHO. Pemeriksaan dahak dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa sewaktu-pagi-sewaktu (Kemenkes, 2012).
TB dapat terjadi pada tahap awal infeksi HIV ketika jumlah CD4 masih di atas 200 sel/mm3. Kebanyakan kasus HIV dengan TB memperlihatkan gambaran klinis TB paru yang khas, dengan meningkatnya supresi imun terkait akan mempengaruhi kadar CD4. Gambaran klinis TB berubah dan lebih sulit untuk didiagnosis. Selanjutnya kemungkinan besar akan terjadi peningkatan kasus TB paru dengan BTA negatif dan ekstra paru. Kondisi inilah yang menyebabkan kesulitan untuk mendiagnosis TB pada kasus HIV, sehingga diperlukan diagnosis penunjang lainnya. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui karakteristik HIV-TB ini (Mugusi F et al, 2008).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui korelasi hasil pemeriksaan Basil Tahan Asam dengan kadar CD4 pada pasien koinfeksi HIV-TB di RSUP Sanglah Denpasar.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.2.1 Adakah korelasi hasil pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) dengan kadar CD4 pada pasien koinfeksi HIV-TB di RSUP Sanglah Denpasar?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara hasil BTA dengan kadar CD4 pada pasien koinfeksi HIV-TB.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui bagaimanakah korelasi hasil BTA dengan stadium HIV pada pasien koinfeksi HIV-TB di RSUP Sanglah Denpasar.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Memberikan informasi mengenai hubungan antara HIV/AIDS dan Tuberkulosis pada pasien HIV/AIDS positif.
1.4.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam penentuan pengambilan keputusan untuk penanganan pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi tuberkulosis.
1.4.3 Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan masukan dalam penelitian selanjutnya.