• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di daerah penghasil jagung di Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten Garut dimulai dari Oktober 2006 sampai Mei 2007. Pemilihan lokasi Kabupaten Garut berdasarkan data bahwa Kabupaten Garut merupakan Kabupaten penghasil jagung terbesar di Provinsi Jawa Barat dan memiliki nilai produktivitas paling tinggi (Deptan 2005).

Bahan dan Alat

Bahan kimia yang dipakai adalah metanol dan akuades. Alat yang digunakan untuk pengujian kadar aflatoksin, kadar air, aktivitas air, kadar abu dan organoleptik adalah timbangan analitik, vochdoos, oven, aw meter, multichannel pipet, sentrifuse, tanur, ELISA Kit, Elisa reader dan sebagainya. Peralatan gelas yang digunakan adalah labu erlemeyer, crusibel, beker glass, tabung sentrifuse dan lain-lainnya.

Metode Sampling

Metode sampling adalah Purposive Sampling dengan jumlah total sampel 57 sampel dengan komposisi sampel dari petani 19 sampel, pedagang pengumpul 18 sampel dan pedagang besar 20 sampel. Penentuan lokasi pengambilan sampel untuk tingkat petani dan pedagang pengumpul berdasarkan pada kecamatan penghasil jagung yang paling banyak, yaitu kecamatan: Banyuresmi, Limbangan, Malangbong, Cibiuk dan Leuwigoong. Jumlah sampel disesuaikan (proporsional) dengan jumlah produksi jagung dari kecamatan tersebut. Jumlah sampel untuk pedagang besar (bandar) diambil 5 pedagang besar di Kecamatan Garut Kota dan Karangpawitan. Pengumpulan data yang berkaitan dengan pengelolaan pascapanen seperti pemipilan, pengeringan, penyimpanan dan transportasi. dilakukan menggunakan kuesioner dengan cara personal interview (lampiran 1, 2 dan 3).

(2)

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode pengambilan contoh padatan menurut SNI 19-0428-1998 yang dibedakan untuk sampel dalam hamparan dan sampel dalam karung/kemasan.

1. Sampel dalam hamparan

Sampel diambil dengan sekop yang bersih dari beberapa sudut dan tengah sehingga diperoleh sampel primer. Sampel-sampel tersebut selanjutnya dikomposit, sehingga diperoleh sampel sekunder. Sampel kemudian diratakan pada tempat yang bersih dan dibagi empat dengan kayu pembagi, diambil sampel yang terletak pada sudut berlawanan. Sampel yang diambil kemudian diratakan dan dibagi lagi menjadi empat bagian dan diambil dari sudut yang berlawanan, demikian seterusnya hingga diperoleh bobot sampel laboratorium 300 gram.

2. Sampel dalam karung/kemasan

Jumlah karung yang diambil sampelnya dari seluruh karung yang ada, sesuai SNI 19-0428-1998 sebagaimana Tabel 2. Sampel diambil dari beberapa titik (sudut kanan dan kiri baik atas dan bawah dan bagian tengah) dengan menggunakan probe, sehingga diperoleh sampel primer. Sampel primer dikomposit, kemudian sampel diratakan pada tempat yang bersih dan dibagi empat dengan kayu pembagi, diambil sampel yang terletak pada sudut berlawanan. Sampel yang diambil kemudian diratakan dan dibagi lagi menjadi empat bagian dan diambil dari sudut yang berlawanan, demikian seterusnya hingga diperoleh bobot sampel laboratorium 300 gram.

Tabel 2 Jumlah karung yang diambil sampel

Jumlah contoh (karung) Jumlah contoh yang diambil (karung)

s/d 10 Semua contoh

11 – 25 5

26 – 50 7

51 – 100 10

(3)

Gambar 3 Pengambilan sampel dalam karung.

Metode Pengujian ELISA

Jenis uji ELISA yang digunakan adalah kompetisi langsung (Direct Competitive), dengan menggunakan Kit aflatoksin (Balitvet). Sampel diekstraksi dengan metanol 60%, kemudian hasil ekstraksi sampel dicampur dengan konjugat enzim (Aflatoxin B1-Horse Raddish Peroxidase), kemudian dimasukan ke dalam plat mikro yang sudah dilapisi antibodi. Selanjutnya konjugat enzym yang tidak berikatan dengan antibodi dicuci dengan akuades dan enzim yang mengikat antibodi pada plat mikro dengan penambahan substrat akan membentuk warna. Dengan menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 450 nm intensitas warna tersebut diukur untuk mengetahui kadar aflatoksin. Semakin tinggi intensitas cahayanya semakin rendah kadar aflatoksinnya.

Gambar 4 Elisa reader yang terhubung dengan personal computer.

(4)

dinginkan dalam desikator dan ditimbang (W1). Sampel jagung yang sudah digiling dengan berat 2 gram (W) dimasukkan dalam vochdoos, dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105SC selama 3 jam. Sampel dalam vochdoos didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang sampai berat tetap (W2). Kadar air ditentukan dengan rumus :

% Kadar air = (W1 + W) – W2 X 100% W

Metode Pengujian Kadar Abu

Pengujian kadar abu dengan metode Tanur (SNI 01-2891-1992 butir 6). Crusibel kosong dimasukkan dalam tanur pada suhu 550SC selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (W1). Sampel ditimbang dengan bobot 2 gram (W) dimasukkan dalam crusibel kosong dan dibakar selama 45 menit, kemudian dimasukkan dalam tanur pada suhu 550SC selama 4 jam. Setelah waktu dalam tanur tercapai sampel didinginkan dalam desikator dan ditimbang (W2). Kadar abu ditentukan dengan rumus :

% Kadar abu = (W2 – W1) X 100% W

Gambar 5 Pengabuan dalam tanur.

Metode Pengujian Bahan Organik

Bahan organik diperoleh setelah pengujian kadar air dan kadar abu, dengan menggunakan perhitungan 100% - (kadar air + kadar abu).

(5)

Metode Pengujian Aktivitas Air (aw)

Pengukuran aktivitas air menggunakan alat aw meter. Alat dikalibrasi dengan memasukkan cairan BaCl2 2 H2O dan ditutup dibiarkan selama 3 menit sampai angka pada skala pembacaan menjadi 0.9. Aw meter dibuka dan sampel dimasukkan dan alat ditutup ditunggu hingga 3 menit, dan setelah 3 menit skala aw dibaca dan dicatat, perhatikan skala temperatur dan faktor koreksi. Jika skala temperatur di atas 20SC, maka pembacaan skala aw ditambahkan sebanyak kelebihan temperatur dikalikan faktor koreksi sebesar 0.002S, begitu pula dengan temperatur di bawah 20SC.

Metode Pengujian Organoleptik

Pengujian organoleptik berdasarkan SNI 01-4483-1998. Sampel ditimbang 100 gram (a), kemudian dipisahkan antara biji utuh dengan biji jagung yang rusak (retak, biji patah, biji keriput, biji berubah warna, biji terserang serangga dan cendawan). Biji jagung rusak ditimbang (b) dalam gram. Persentase biji rusak dapat dihitung dengan rumus :

% biji rusak = b X 100% a

Analisis Data

Metode analisis kandungan aflatoksin pada tingkat petani, pedagang pengumpul dan pedagang besar menggunakan statistik deskriptif, yaitu dengan menyajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Statistik deskriptif adalah bidang statistik yang menerangkan cara atau metode pengumpulan, menyederhanakan dan menyajikan data, sehingga dapat memberikan informasi (Mattjik & Sumertajaya 2002).

Untuk mengukur keeratan korelasi variabel bebas (kadar air, kadar abu, bahan organik, pengujian organoleptik/persentase biji rusak, nilai aktivitas air dalam giling, nilai aktivitas air dalam biji) dengan variabel terikat (kadar

(6)

ditentukan oleh nilai aflatoksin (X), rata-rata nilai aflatoksin (X), nilai variabel bebas (Y) dan rata-rata nilai variabel bebas (Y), dengan rumus:

r = . T (X – X) (Y – U) _ LT (X – X)2 T (Y – U)2

Koefisien korelasi juga diukur diantara variabel bebas untuk mengetahui keeratan hubungan antar variabel bebas.

Untuk mengukur tingkat signifikan dari koefisien korelasi dapat menggunakan nilai probabilitas (p) atau uji t. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05 (p<0.05) maka koefisien korelasi signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Jika nilai t hitung lebih besar daripada t tabel maka koefisien korelasi signifikan sesuai pada tingkat kepercayaan tabel yang digunakan. Rumus t hitung yang digunakan adalah sebagai berikut :

t =. r .

L(1 – r2)/(n – 2)

Dengan menggunakan SPSS 13.0 pada out put secara otomatis menampilkan nilai probabilitas (Budi 2006).

Hubungan variabel bebas yang memiliki signifikansi pada tingkat kepercayaan 95% dilakukan analisis sidik ragam (uji F) untuk menguji hipotesis : H0 : Model linear variabel bebas yang diuji dengan kandungan aflatoksin tidak

signifikan.

H1 : Model linear antara variabel bebas yang diuji dengan kandungan aflatoksin signifikan.

Jika F hitung lebih besar daripada F tabel, maka H0 ditolak tetapi jika F hitung lebih kecil daripada F tabel H0diterima.

Variabel yang memiliki model linear yang signifikan dilakukan uji regresi berganda untuk memperoleh persamaan regresi, sehingga dapat diprediksi kandungan aflatoksin oleh variabel bebas. Rumus persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut :

Y = a + b1.X1+ b2.X2 + b3.X3 + b4.X4 + b5.X5 + b6.X6 Y = Kadar aflatoksin (ppb)

a = intersep

b1 = koefisien regresi untuk variabel kadar air b2 = koefisien regresi untuk variabel Kadar abu

(7)

b3 = koefisien regresi untuk variabel bahan organik b4 = koefisien regresi untuk persentase biji rusak b5 = koefisien regresi untuk aktivitas air dalam giling b6 = koefisien regresi untuk aktivitas air dalam biji X1 = kandungan kadar air (%)

X2 = kandungan kadar abu (%) X3 = kandungan bahan organik (%) X4 = persentase biji rusak (%) X5 = aktivitas air dalam giling X6 = aktivitas air dalam biji

Apabila diantara variabel bebas terdapat korelasi yang cukup tinggi (multikolinear), maka salah satu variabel dibuang dalam regresi linear berganda. Persamaan regresinya menggunakan persamaan regresi tunggal (Steel dan Torrie 1995). Koefisien determinasi (R2) sebagai ukuran untuk menyatakan kecocokan garis regresi yang diperoleh, semakin besar nilai R2 maka semakin kuat kemampuan model regresi yang diperoleh untuk menerangkan kondisi sebenarnya.

Jika disajikan dalam analisis ragam (Anova) regresi adalah sebagai berikut : Sumber Jumlah kuadrat Derajat

bebas

Kuadrat tengah F hitung

Regresi JKR k - 1 KTR = JKR / (k - 1) KTR/KTE

Sisaan JKE n - k KTE = JKE / (n – k)

Gambar

Gambar 4  Elisa reader  yang terhubung dengan  personal computer.
Gambar 5  Pengabuan dalam tanur.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat adanya beberapa permasalahan di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang “Analisis dan Perancangan Sistem Aplikasi Pengolahan Nilai Raport pada

Maju mundurnya sumber daya manusia (SDM) pada suatu daerah, tidak hanya bergantung pada upaya-upaya yang dilakukan sekolah/madrasah, namun sangat bergantung kepada

“(Para) Pelaku Usaha”: Orang perseorangan yang tinggal di Indonesia dengan maksud untuk ikut serta dalam pertemuan usaha, kontak-kontak usaha termasuk perundingan-perundingan

Saat ini Dinas Peternakan Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan sudah mengikuti aturan dari Kementerian Pertanian melalui Pusat Data dan Informasi Pertanian (PUSDATIN),

Kecamatan Kepadatan Penduduk (Jiwa/KM 2 ) Sawah ke Industri Sawah ke Kebun Sawah ke Padang Sawah ke Perairan darat Sawah ke Permukiman Sawah ke Tegalan/L adang Jumlah (Ha)

Segala Puji bagi Allah SWT, berkat rahmad dan hidayah Nya, penulis dapat menyelasaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Latihan Tightrope Walker

terdapat 12 orang tiap kelompok. Penelitian ini dilakukan di lapngan Lumintang denpasar. Dilaksanakan dari Pebruari sampai Maret. Populasi dalam penelitian adalah siswa

Sampel penelitian adalah pasien klinik Konservasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga periode bulan Agustus-Oktober 2012