• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai sekarang menjadi tanaman utama dunia. Bukti sejarah di Provinsi Zheijiang, Cina Selatan, menunjukkan bahwa penanaman padi di Asia sudah dimulai 7.000 tahun yang lalu. Beberapa daerah yang diduga menjadi daerah asal padi adalah India Utara bagian timur, Bangladesh Utara, dan daerah yang membatasi negara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam, dan Cina (Suparyono dan Setyono, 1993).

Sebagai makanan pokok, padi telah lama dikenal orang. Sampai saat ini hampir separuh penduduk dunia menggantungkan hidupnya pada padi. Begitu pentingnya arti padi sehingga kegagalan panen dapat menyebabkan kelaparan dan kematian yang luas. Sebagai contoh pada tahun 1944 di Bangladesh terjadi kelaparan dan kematian yang parah akibat kegagalan panen yang terjadi (Suparyono dan Setyono, 1993).

Daerah yang cocok untuk tanaman padi sangat bervariasi mulai dari Lintang Utara sampai 35-40 derajat Lintang Selatan, mulai dari daerah pantai sampai ketinggian 2400 m dpl. Sebagai makanan utama, padi lebih disukai daripada tanaman lain seperti terigu dan jagung. Ini didukung oleh kenyataan bahwa meskipun luas total tanaman padi lebih kecil dibanding luas total tanaman terigu, tetapi produksi padi yang tidak dimakan hanya 7 %, sedangkan terigu

(2)

Beras merupakan salah satu makanan pokok bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perhatian akan beras atau tanaman padi tidak ada henti-hentinya. Perjalanan Bangsa Indonesia dalam pengadaan beras pun berliku-liku yang pada akhirnya dapat berswasembada beras pada tahun 1984. Keadaan tersebut tentunya perlu dipertahankan hingga sekarang. Kebutuhan beras semakin meningkat karena jumlah penduduk bertambah dan terjadi pergeseran menu non-beras ke non-beras. Keadaan tersebut mendorong pemerintah untuk mencari terobosan baru guna meningkatkan produksi pangan yang bersifat massal dan integral. Pada tahun 1959, dibentuklah badan perusahaan produksi bahan makanan dan pembukaan tanah (BMPT) (Pitojo, 2006).

Klasifikasi Tanaman Padi : Famili : Gramineae Subfamili : Oryzidae Genus : Oryzae

Dari dua puluh spesies anggota genus Oryzae yang sering dibudidayakan adalah Oryza sativa L. dan O. glaberima Steund (Suparyono dan Setyono, 1993).

Pupuk

Petani padi masih sangat jarang menggunakan pupuk, baik pupuk Nitrogen , Fosfat, maupun Kalium. Yang agak sering diberi adalah pupuk organik berupa kotoran ternak ataupun sisa-sisa tanaman yang sudah membusuk. Idealnya lahan kering perlu penambahan pupuk, Suprijadi dkk melaporkan bahwa kombinasi pupuk NPK dengan dosis 60-45-50 kg/ha ditambah lima ton kotoran

hewan/ha akan memberikan hasil sebesar 5,6 ton/ha (Suparyono dan Setyono, 1993).

(3)

Hara yang tersedia ditanah sawah sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman padi. Unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak yaitu nitrogen, fosfor, dan kalium. Unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit antara lain seng (Zn), belerang (S), dan magnesium (Mg). Tanah yang dibudidayakan cenderung kekurangan unsur hara bagi tanaman. Oleh karena itu, diperlukan penambahan unsur hara yang berasal dari pupuk organik atau pupuk anorganik. Pupuk yang digunakan untuk padi sawah adalah TSP/SP 36, KCL, dan sepertiga bagian pupuk nitrogen (urea) diberikan sekaligus setelah pengolahan tanah. Sepertiga bagian pupuk nitrogen susulan diberikan sewaktu tanaman berumur 6-7 minggu bersamaan dilakukan penyiangan gulma. Sisa pupuk nitrogen diberikan pada umur 50-60 hari setelah tanam. Apabila berasal dari urea tablet, sumber nitrogen ini diaplikasikan pada umur 20 hari setelah tanam. Caranya membenamkan pupuk pada alur antara tanaman padi (Pitojo, 2006).

Benih

Salah satu kunci budi daya padi terletak pada kualitas benih yang ditanam. Untuk ini diperlukan benih yang memiliki daya kecambah tinggi (90-100%), sehat, dan murni. Benih yang memiliki persyaratan tersebut diharapkan akan menghasilkan bibit yang kekar (vigorous), seragam dan sehat. Berdasarkan persyaratan kualitas, benih padi yang ditanam harus bermutu tinggi. Benih padi dibagi menjadi empat kelas yaitu benih penjenis (breeder seed =BS), benih dasar ( foundation seed =FS), benih pokok ( registered seed =RS), dan benih sebar (extension seed = ES). Benih pejenis adalah benih yang dihasilkan oleh pemulia tanaman. Benih ini tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas dan dalam kemasan yang diberi label putih. Benih pemulia dituntut memiliki kemurnian

(4)

99%, kotoran 1%, dengan daya tumbuh minimum 99% (Suparyono dan Setyono, 1993).

Benih dasar diperoleh dari pertanaman benih penjenis. Penanaman dilakukan oleh instansi atau badan yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, dan disertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi benih. Benih dasar harus memiliki kualifikasi daya tumbuh minimum 80%, kemurnian 99%, kotoran 1% dan mengandung biji kotoran (rumput) 0,05%. Benih ini tersedia dalam kemasan yang ditandai dengan label putih. Benih pokok adalah benih yang diperoleh dari pertanaman benih penjenis atau benih dasar yang dipelihara ketat agar identitas dan kemurniannya tetap terjaga. Benih pokok harus mempunyai daya tumbuh minimum 80%, kemurnian 99%, kotoran 1%, kotoran biji rumput 0,05% dan campuran varietas lain 0,1%. Benih pokok tersedia dalam kemasan yang diberi label ungu. Sedangkan benih sebar adalah benih yang diperoleh dari pertanaman benih pejenis, benih dasar, atau benih pokok di bawah pengawasan pemulia tanaman. Benih sebar harus memiliki daya tumbuh minimum 80%, kemurnian 98%, kotoran 2% (Suparyono dan Setyono, 1993).

Benih yang diberikan oleh PT. Perkebunan Nusantara III kepada petani padi adalah benih dari varietas yang unggul yaitu varietas cihierang keluaran PT. Siangyan Seri.

Pestisida

Hama padi umumnya dikendalikan dengan varietas yang tahan dan insektisida. Cara pengendalian lain yang masih terbatas adalah kultur teknis dan biologis. Pengendalian dengan insektisida sampai sekarang merupakan cara kedua yang banyak dilakukan petani. Bahkan dalam keadaan panik, strategi ini

(5)

merupakan satu-satunya cara yang sering sangat diharapkan memecahkan masalah hama. Harus diakui bahwa pestisida telah menjadi bagian dalam sistem pertanian di Indonesia. Namun, dibalik efektivitas yang tinggi, insektisida banyak menimbulkan efek negatif yang merugikan. Efek sampingan tersebut ialah resistensi dan resurgensi hama sasaran, ledakan hama penyakit bukan sasaran (sekunder),pengaruh negatif terhadap biota bukan sasaran ( musuh alami dan serangga berguna), residu pestisida, bahaya langsung terhadap pemakai, dan pencemaran lingkungan. Resistensi serangga terhadap insektisida ialah kemampuan suatu serangga hama untuk bertahan terhadap terhadap sifat racun insektisida pada dosis yang dalam keadaan normal serangga sudah tidak mampu bertahan. Hal ini muncul sebagian disebabkan oleh seleksi mutan-mutan yang memiliki gen yang mampu menawarkan racun ( detoxification gene), dengan kata lain resistensi terjadi bila suatu individu anggota populasi diberi pestisida kehilangan sifat rentannya sampai titik yang kemudian tahan terhadap pestisidanya. Komponen pengendalian hama terpadu terdiri dari varietas tahan, kultur teknis, biologis dan pemakaian insektisida. Varietas yang tahan sebaiknya dikombinasikan dengan komponen-komponen tersebut karena pada akhirnya varietas tahan saja belum cukup menekan populasi hama, demikian juga cara

pengendalian yang lain, sebaiknya dikombinasikan (Suparyono dan Setyono, 1993).

(6)

Landasan Teori

Komitmen perusahaan terhadap masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dari kegiatan perusahaan. Membangun masyarakat yang sehat dan kinerja yang tinggi merupakan tujuan setiap perusahaan, sehingga perusahaan akan terus berupaya mencapai pengakuan, termasuk dalam kepedulian masyarakat. Indonesia adalah salah satu negara yang sangat kaya akan sumber alamnya, termasuk sumber daya alam yang berdampingan bahkan milik langsung dari masyarakatnya. Dengan demikian, banyak perusahaan beroperasi pada lahan yang bersentuhan langsung dengan kehidupan hajat hidup orang banyak. Dalam keadaan seperti ini, perusahaan akan dengan mudah memberikan kemampuan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat, namun dilain sisi perusahaan juga bisa saja mengalami dilema dalam melakukan kegiatan sosial ini akibat banyaknya permintaan dan motivasi tertentu dari masyarakat itu sendiri (Anonimous, 2009).

Untuk mencapai keberlangsungan, lahirlah konsep yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Dimana CSR merupakan suatu konsep terintegrasi yang menggabungkan aspek bisnis dan sosial dengan selaras agar perusahaan dapat membantu tercapainya kesejahteraan stakeholders, serta dapat mencapai profit yang maksimum yang dapat meningkatkan harga saham (Tresnawati, 2008).

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 UU Perseroan Terbatas (UUPT). Dengan adanya UU ini, maka perusahaan, industri atau korporasi korporasi wajib untuk melaksanakannya atau dengan kata lain, sebuah

(7)

korporasi juga dituntut untuk memperhatikan aspek sosial, dan lingkungan selain daripada aspek keuangannya. Namun demikian, CSR belum seluruhnya dilakukan oleh setiap korporasi, oleh karena CSR dianggap tidak mampu memberikan dampak keuntungan keuangan dalam jangka pendek dan mungkin juga karena ketidaktahuan dalam mengelolah CSR dengan baik. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah merupakan tanggung jawab sosial perusahaan dimana terdapat keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis dan perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungan ( Anonimous, 2009).

Perkembangan dalam dunia bisnis secara global telah diikuti oleh peningkatan kesadaran publik akan tanggungjawab perusahaan, terutama dalam 40 tahun terakhir. Indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan di dalam dunia bisnis adalah profit dan pertumbuhan, tetapi juga keberlangsungan dimana untuk mencapainya, perusahaan dituntut untuk menunjukkan rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap isu-isu sosial baik di dalam perusahaan maupun yang berkembang di dalam masyarakat (Tresnawati, 2008).

Perkebunan Nusantara III memiliki suatu program yaitu PKBL ( Program Kemitraan dan Bina Lingkungan). Dimana dasar dari PKBL adalah mengatur berbagai urusan urusan yang menyangkut dengan lingkungan PTPN III. Ada empat urusan dalam PKBL, yaitu:

1. Urusan Keuangan / Umum 2. Urusan Perencanaan 3. Urusan Pembinaan

(8)

CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan program baru di PTPN III yaitu mulai efektif dari tahun 2009, CSR (Corporate Social Responsibility) dibuat karena instruksi dari pemerintah yang harus dan wajib dilaksanakan.

Kebijakan itu dibuat dalam:

1. Keputusan Mentri No.100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002

2. Keputusan Mentri BUMN KEP 236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 3. Surat Edaran BUMN SE 433/MBU/2003 tanggal 16 September 2003 4. PEROS/MBU/2007 tanggal 27 April 2007

Anggaran CSR (Corporate Social Responsibility) diberlakukan untuk seluruh BUMN, misalnya PERTAMINA, PLN, Bank, Perkebunan, dan lain lain. Jadi untuk di Sumatera Utara ada 36 BUMN yang memiliki anggaran CSR dan koordinatornya adalah PT. Perkebunan Nusantara III. Di PT. Perkebunana Nusantara III dana CSR dialokasikan kepada enam sektor utama, yaitu:

1. Bantuan untuk olahraga

2. Bantuan untuk peringatan hari besar atau perayaan 3. Bantuan untuk pelestarian

4. Bantuan untuk pangan atau hortikultura 5. Bantuan untuk sarana atau prasarana umum

6. Dan lain lain ( Institusi, pemberian bantuan untuk penghijauan)

PT. Perkebunan Nusantara III membuat program CSR ini dari tahun 2010 dan dilaksanakan pada tahun 2011. Bantuan yang diberikan kepada petani padi termasuk dalam bantuan untuk pangan atau hortikultura, bantuan yang diberikan berupa pupuk, benih dan pestisida. Jenis dan jumlah bantuan berupa pupuk,

(9)

benih, dan pestisida yang diberikan oleh PT. Perkebunan Nusantara III dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Jenis dan Jumlah Bantuan Fisik Benih, Pupuk, dan Pestisida yang Diberikan oleh PT. Perkebunana Nusantara III kepada Petani Padi di Daerah Penelitian.

No Nama/Jenis Satuan Jumlah

1 Benih padi kg 550 2 Pupuk : a. KCL kg 2.000 b. Petro/organic/ kandang kg 20.000 c. Dolomit kg 500 d. Posfat plus kg 1.000 3 Pestisida : a. Bakgycraft btl 20 b. Puradan 3G kg 200 c. Spontan btl 25 d. Score btl 105 e. Plantomicin kg 100 f. Baylucida btl 30 g. Trisula btl 20 h. Policur bks 40 i. Curater kg 350 j. TSM (keong Mas) kg 500

4 Herbisida (Ally Plus) bks 50

Sumber: Perkebunan Nusantara III Tahun 2011

Kebanyakan CSR diberikan dalam bentuk fisik atau barang (95%) agar tidak disalahgunakan oleh pihak yang diberi bantuan. Bantuan berupa pupuk, benih dan pestisida diberikan kepada petani padi oleh PT. Perkebunan Nusantara III sesuai dengan permohonan yang diajukan oleh kelompok taninya dan sesuai dengan luas areal tanamnya. Bantuan diberikan sesuai dengan musim tanamnya, dan dilakukan secara dua tahap yaitu tahap pertama diberikan terlebih dahulu benih kemudian tahap kedua diberikan pupuk dan pestisida setelah tanaman

tersebut mulai tumbuh. Bantuan ini diberikan kepada petani padi oleh PT. Perkebunan Nusantara III untuk satu periode musim tanam, dan bantuan

(10)

diberikan kepada petani petani yang masih dekat dengan lingkungan PT. Perkebunan Nusantara III yaitu paling jauh radius 35 kilometer.

Petani yang ingin mendapatkan bantuan dari PT. Perkebunan Nusantara III harus masuk dalam kelompok tani, kemudian kelompok tani tersebut membuat proposal kepada PT. Perkebunan Nusantara III untuk mendapatkan bantuan tersebut. Bantuan dari PT. Perkebunan Nusantara III dapat langsung diterima oleh petani padi saat petani padi akan mulai menanam padi.

Dengan diberinya bantuan berupa pupuk, benih, dan pestisida maka petani padi di daerah penelitian akan memperoleh pendapatan yang lebih meningkat

karena kebutuhan pupuk, benih dan pestisida diberikan sebagian oleh PT. Perkebunan Nusantara III sehingga petani padi mengeluarkan biaya produksi

yang lebih kecil dibanding sebelum mendapat bantuan dan PT. Perkebunan Nusantara III memberikan bantuan yang berkualitas tinggi seperti benih dari varietas yang unggul begitu juga pupuk dan pestisida yang berkualitas sehingga produktivitas padi meningkat dan pendapatan petani padi juga meningkat.

Petani padi yang mendapatkan bantuan dari PT. Perkebunan Nusantara III

tidak memberikan imbalan berupa materi maupun non materi kepada PT. Perkebunan Nusantara III setelah petani padi tersebut panen karena bantuan

tersebut diberikan secara cuma-cuma oleh PT. Perkebunan Nusantara III untuk menjaga ketahanan pangan.

(11)

Pendapatan

Pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun, yang diterima oleh penduduk sesuatu negara. Dari istilah ini pendapatan pribadi ini dapatlah disimpulkan bahwa dalam pendapatan pribadi telah termasuk juga pembayaran pindahan. Pembayaran tersebut merupakan pemberian-pemberian yang dilakukan oleh pemerintah kepada berbagai golongan masyarakat dimana para penerimanya tidak perlu memberikan suatu balas jasa atau usaha apapun sebagai imbalan ( Sukirno,2006).

Rumus Pendapatan:

Pd=TR –TC ……….…. (1) Dimana :

Pd = Pendapatan

TR = Total Revenue atau Penerimaan Total TC = Total Cost atau Biaya Total

Pendapatan dalam usahatani dapat berupa pendapatan kotor (penerimaan) yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran kembali. Pendapatan bersih dalam usahatani adalah selisih dari pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan (Suratiyah, 2009).

Biaya produksi usahatani dapat dibedakan menjadi biaya tetap (FC= Fixed Cost) yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi dan biaya variable (VC= Variable Cost) yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi. Seperti pada fungi produksi, pada biaya ini dikenal konsep

(12)

biaya marjinal (MC= Marginal Cost) yaitu perubahan biaya per kesatuan perubahan produksi,dan biaya rata-rata (AC= Average Cost) yaitu biaya per kesatuan produksi (Suratiyah, 2009).

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Rosana Podesta S (2009) tentang tingkat pendapatan petani dengan menggunakan rumus pendapatan yaitu selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani serta merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Dengan menggunakan rumus pendapatan menunjukkan adanya peningkatan pendapatan petani di daerah penelitian.

Menurut Pintani M.P.Gea (2011) tentang perbedaan pendapatan petani sebelum mendapat bantuan dan setelah mendapat bantuan dengan menggunakan uji statistik t-hitung. Dengan menggunakan uji statistik t-hitung dapat dilihat bahwa bantuan tersebut berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani yaitu pendapatan petani meningkat setelah mendapatkan bantuan.

Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan fungsi manajemen dalam pemanfaatan dana untuk program yaitu PKBL ( Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) dan untuk mewujudkan misi perusahaan sebagai perwujudan CSR (Corporate Social Responsibility) di lingkungan wilayah perusahaan maka dibentuklah bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan (BKL) pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang diharapkan dapat menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi kerakyatan sehingga tercapainya

(13)

PT. Perkebunan Nusantara III berupa pupuk, benih, dan pestisida untuk dapat meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya.

Sesuai dengan Keputusan Mentri No.100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002, Keputusan Mentri BUMN KEP 236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003, Surat Edaran BUMN SE 433/MBU/2003 tanggal 16 September 2003, PEROS/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 maka PT. Perkebunan Nusantara III selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berpedoman kepada Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara dapat melaksanakan tugasnya yaitu dengan memberikan bantuan kepada usaha kecil, petani-petani dan masyarakat umum yang masih berada dalam kawasan perusahaan. Bantuan yang diberikan oleh PT. Perkebunan Nusantara III kepada petani-petani seperti petani padi adalah berupa bantuan fisik yaitu pupuk, benih, dan pestisida. Perusahaan tidak memberikan bantuan berbentuk uang karena untuk menghindari penyalahgunaan bantuan yang diberikan.

Dengan adanya bantuan-bantuan tersebut diharapkan meningkatkan hubungan baik dengan petani-petani sehingga dapat dirasakan manfaat bagi petani-petani itu sendiri. Dimana hal ini dapat dilihat dari meningkatnya pendapatan petani yang diberi bantuan oleh PT. Perkebunan Nusantara III sehingga kesejahteraan hidup petani juga meningkat.

Berdasarkan penilaian terhadap kinerja PT. Perkebunan Nusantara III dengan petani-petani di lingkungan perusahaan, maka dapat dilihat bagaimana peran PT. Perkebunan Nusantara III tersebut apakah bermanfaat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pemberian bantuan tersebut.

(14)

Adapun skema kerangka pemikiran dapat digambarkan pada Gambar 1.

Keterangan:

Menyatakan Pengaruh Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran PT. Perkebunan Nusantara III

Memberi bantuan:

Benih, Pupuk, dan Pestisida

Petani Padi

Usahatani Padi

Produktivitas Usahatani

(15)

Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah:

Hipotesis 2: Pendapatan petani di daerah penelitian sebelum mendapatkan bantuan lebih rendah daripada sesudah mendapat bantuan.

Hipotesis 3: Adanya pengaruh bantuan PT. Perkebunan Nusantara III yaitu produktivitas usahatani petani di daerah penelitian meningkat. Hipotesis 4: Adanya perbedaan tingkat pendapatan petani setelah mendapatkan

bantuan PT. Perkebunan Nusantara III yaitu pendapatan petani di daerah penelitian meningkat.

Gambar

Tabel 1.  Jenis dan Jumlah Bantuan Fisik Benih, Pupuk, dan Pestisida yang  Diberikan oleh PT
Gambar 1.  Skema Kerangka Pemikiran PT. Perkebunan Nusantara III

Referensi

Dokumen terkait

Pada masalah ini diasumsikan bahwa PUNA sudah terbang dan posisi awal yang digunakan adalah koordinat tangent exit dan posisi akhirnya adalah tangent entry sehingga untuk

Dalam peningkatan prestasi siswa kepala madrasah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pelayanan yang bersifat perbaikan (remedial) dan juga

Hasil penelitian menunjukkan ditemukan keragaman pada keragaan mutan- mutan ubi kayu generasi M1V2 yaitu pada peubah tinggi tanaman, tinggi ke cabang, jumlah cabang,

Mahasiswa harus melewati evaluasi hasil belajar yang terdiri dari hasil praktek, tutorial, latihan, UTS, UAS, Tugas Akhir program atau Skripsi sesuai yang

Muhammad Munif Zuhri di Girikusumo yaitu dengan ceramah (Wawancara tanggal 6 Oktober 2014), dan Syarif Abdul Qodir juga menyatakan bahwa cara penyampaian materi

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Keselamatan dan

Siswa berkomunikasi dalam bahasa Inggris untuk menjalin komunikasi transaksional dengan guru, teman-temannya, dan orang-orang disekitarnya dengan menyatakan

Dalam penelitian ini diberikan gambaran bagaimana melakukan pencegahan atas serangan yang akan dilakukan oleh hacker dengan menekankan pada pendeteksian atas